BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap perusahaan atau industri berkewajiban untuk menaruh perhatian yang baik terhadap permasalahan K3 dan setiap karyawan yang bekerja diperusahaan tersebut keselamatan dan kesehatannya telah dijamin sesuai dengan jenis dan bentuk pekerjaan yang dilakukan. Program Kesehatan Kerja mempunyai tujuan utama yaitu memberikan perlindungan kepada pekerja dari bahaya kesehatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja dan promosi kesehatan pekerja. Lebih jauh lagi adalah menciptakan kerja yang tidak saja aman dan sehat, tetapi juga nyaman serta meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja. Aspek dasar perlindungan kesehatan adalah manajemen risiko kesehatan, pendidikan dan pelatihan, pertolongan pertama dan pengobatan/kuratif. Pekerja merupakan aset perusahaan yang sangat penting dalam proses produksi, sehingga perlu diupayakan agar tingkat kesehatan tenaga kerja selalu dalam keadaan optimal. Setiap sumber-sumber bahaya harus dievaluasi bahayanya yang merupakan tolak ukur terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Hazard Indentification dan Risk Assessment (HIRA) merupakan tahapan awal dalam manajemen risiko, yang menjadi salah satu klausul dalam penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja OHSAS 18001. Hasil dari HIRA digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan dan menerapkan pengendalian yang tepat dalam upaya mencegah terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja. Untuk merencanakan upaya dan langkah pengendalian perlu diadakannya identifikasi dan evaluasi terhadap sumber-sumber bahaya yang dapat timbul dari kondisi mesin, peralatan, proses, atau cara kerja, dan lingkungan
1
kerja. Evaluasi atau analisa dan upaya pengedalian dari kondisi atau tindakan tidak aman tersebut dapat mencegah terjadinya kecelakaan dan menciptakan suatu lingkungan kerja yang aman. Dalam makalah ini kami akan
membahas mengenai define hazard
identification, klasifikasi hazard, metode identifikasi hazard di tempat kerja dan upaya pengendalian dan pencegahan bahaya di tempat kerja. B. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi hazard ? 2. Bagaimana klasifikasi hazard ? 3. Bagaimana metode identifikasi hazard di tempat kerja ? 4. Bagaimana upaya pengendalian dan pencegahan bahaya di tempat kerja ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk memberikan batasan/definisi terhadap hazard. 2. Menjelaskan klasifikasi bahaya di tempat kerja. 3. Menjelaskan mengenai identifikasi hazard di tempat kerja. 4. Untuk memberikan gambaran mengenai upaya pengendalian dan pencegahan bahaya di tempat kerja. D. Manfaat 1. Dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang hazard identification sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian kecelakaan akibat kerja. 2. Sebagai referensi dalam pembuatan makalah selanjutnya.
BAB II 2
PEMBAHASAN A. Definisi Hazard Hazard (bahaya) adalah sumber atau situasi yang berpotensi membahyakan dalam hal melukai atau mencederai manusia, gangguan terhadap kesehatan, kerusakan asset, kerusakan terhadap linkungan tempat kerja atau kombinasinya. (Lembaga Konsultan Det Norske Veritas, 2004;64) Hazard adalah suatu keadaan yang bersifat kualitatif yang mempunyai pengaruh terhadap frekweasi kemungkinan terjadinya kerugian ataupun besarnya jumlah dari kerugian yang mungkin terjadi. Sedangkan Hazard Identifikation adalah proses mengenali bahaya dan menentukan karakteristiknya. Hazard identification dan inspeksi tempat kerja yang berbahaya merupakan kunci kegiatan pencegahan kecelakaan kerja. Tujuan dan kegunaan penilaian tersebut adalah : ±
identifikasi potensi dan bahaya yang sudah ada.
±
meningkatkan kesadaran akan pentingnya pencegahan kecelakaan dan gangguan kesehatan ditempat kerja.
±
meyakinkan bahwa yang dilakukan sudah memenuhi standard dan peraturan yang ada.
B. Klasifikasi Hazard Secara umum Hazard (bahaya) dibagi atas dua, yaitu 1. Physical Hazard Adalah suatu keadaan yang berkaitan dengan aspek pisik dari suatu benda, baik benda yang dipertanggungkan maupun benda yang berdekatan. Aspek yang menambah kemungkinan terjadinya atau besarnya kerugian dibandingkan dengan risiko rata-rata disebut Poor Fhisical Hazards sedangkan aspek yang mengurangi terjadinya kerugian dan besarnya kerugian disebut Good Physical Hazards. 3
Contoh : Konstruksi dari suatu bangunan. Bangunan dengan konstruksi kayu akan lebih besar kemungkinannya terbakar dari konstruksi tembok. Ciri-ciri dari Physical hazards ialah mudah diidentifikasi, dan mudah diperbaiki/dirubah. 2. Moral Hazard Adalah keadaan yang berkaitan dengan sifat, pembawaan dan karakter manusia yang dapat menambah besarnya kerugian dibanding dengan risiko rata-rata. Manusia itu terutama adalah tertanggung sendiri tapi juga pegawainya atau orangorang sekitarnya. Contoh : Tertanggung : menyampaikan informasi yang tidak benar, kurang hati-hati, arrogant, awkward. Pegawainya : Sabotase, Vandalisme, kurang hati-hati, sengaja membakar orangorang sekitar : Vandalisme Ciri-ciri moral hazards adalah sulit diidentifikaskan, namun kadang-kadang tercermin dari keadaan-keadaan tertentu seperti, tidak rapi, tidak bersih, keadaan dimana peraturan keamanan / keselamatan kerja tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya (tidak disiplin). Ciri lain dari moral hazards ialah sulit diperbaiki/dirubah, karena menyangkut sifat, pembawaan ataupun karakter manusia. Berdasarkan penyebabnya, bahaya dibagi atas : 1. Bahaya Kimia Jalan masuk bahan kimia ke dalam tubuh: Pernapasan ( inhalation ), Kulit (skin absorption ) Tertelan ( ingestion )
4
a. Korosi Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor. b. Iritasi Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak ). Contoh : - Kulit : asam, basa,pelarut, minyak . - Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine , bromine, ozone. c. Reaksi Alergi Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau organ pernapasan. Contoh : - Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau nickel, epoxy hardeners, turpentine. - Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel. d. Asfiksiasi Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada, misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau
5
mencegah oksigenasi normal pada kulit. Contoh : - Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium - Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen sulphide e. Kanker Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada manusia. Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah terbukti menyebabkan kanker pada hewan . Contoh : - Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver angiosarcoma); 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos (kanker paru-paru , mesothelioma); - Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride, dichromates, beryllium f. Efek Reproduksi Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang manusia. Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan. Contoh : Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol, mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.
g. Racun Sistemik Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem
6
tubuh. Contoh : - Otak : pelarut, lead,mercury, manganese - Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide - Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers - Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons - Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis ) 2. Bahaya Biologi Bahaya biologi dapat didefinisikan sebagai debu organik yang berasal dari sumbersumber biologi yang berbeda seperti virus, bakteri, jamur, protein dari binatang atau bahan-bahan dari tumbuhan seperti produk serat alam yang terdegradasi. Bahaya biologi dapat dibagi menjadi dua yaitu yang menyebabkan infeksi dan non-infeksi. Bahaya dari yang bersifat non infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable, racun biogenik dan alergi biogenik. a. Bahaya infeksi Penyakit akibat kerja karena infeksi relatif tidak umum dijumpai. Pekerja yang potensial mengalaminya a.l.: pekerja di rumah sakit, laboratorium, jurumasak, penjaga binatang, dokter hewan dll. Contoh : Hepatitis B, tuberculosis, anthrax, brucella, tetanus, salmonella, chlamydia, psittaci Organisme viable dan racun biogenic. Organisme viable termasukdi dalamnya jamur, spora dan mycotoxins; Racun biogenik termasuk endotoxins, aflatoxin dan bakteri. Perkembangan produk bakterial dan jamur dipengaruhi oleh suhu, kelembapan dan media dimana mereka tumbuh. Pekerja yang beresiko: pekerja pada silo bahan pangan, pekerja pada sewage & sludge treatment, dll.
7
Contoh : Byssinosis, “grain fever”,Legionnaire’s disease b. Alergi Biogenik Termasuk didalamnya adalah: jamur, animal-derived protein, enzim. Bahan alergen dari pertanian berasal dari protein pada kulit binatang, rambut dari bulu dan protein dari urine dan feaces binatang. Bahan-bahan alergen pada industri berasal dari proses fermentasi, pembuatan obat, bakery, kertas, proses pengolahan kayu , juga dijumpai di bioteknologi ( enzim, vaksin dan kultur jaringan). Pada orang yang sensitif, pemajanan alergen dapat menimbulkan gejala alergi seperti rinitis, conjunctivitis atau asma. Contoh : Occupational asthma : wool, bulu, butir gandum, tepung bawang dsb. 3. Bahaya Fisika a. Kebisingan Kebisingan dapat diartikan sebagai segala bunyi yang tidak dikehendaki yang dapat memberi pengaruh negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang maupun suatu populasi. Aspek yang berkaitan dengan kebisingan antara lain : jumlah energi bunyi, distribusi frekuensi, dan lama pajanan. Kebisingan dapat menghasilkan efek akut seperti masalah komunikasi, turunnya konsentrasi, yang pada akhirnya mengganggu job performance tenaga kerja. Pajanan kebisingan yang tinggi (biasanya >85 dBA) pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan tuli yang bersifat sementara maupun kronis. Tuli permanen adalah penyakit akibat kerja yang paling banyak di klaim . Contoh : Pengolahan kayu, tekstil, metal, dll. b. Getaran Getaran mempunyai parameter yang hampir sama dengan bising seperti: frekuensi,
8
amplitudo, lama pajanan dan apakah sifat getaran terus menerus atau intermitten. Metode kerja dan ketrampilan memegang peranan penting dalam memberikan efek yang berbahaya. Pekerjaan manual menggunakan “powered tool” berasosiasi dengan gejala gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai ” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-induced white fingers”(VWF). Peralatan yang menimbulkan getaran juga dapat memberi efek negatif pada sistem saraf dan sistem musculo-skeletal dengan mengurangi kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang. Contoh : Loaders, forklift truck, pneumatic tools, chain saws. c. Radiasi Non Mengion Radiasi non mengion antara lain : radiasi ultraviolet, visible radiation, inframerah, laser, medan elektromagnetik (microwave dan frekuensi radio) . Radiasi infra merah dapat menyebabkan katarak, laser berkekuatan besar dapat merusak mata dan kulit, Medan elektromagnetik tingkat rendah dapat menyebabkan kanker. Contoh : - Radiasi ultraviolet : pengelasan. - Radiasi Inframerah : furnacesn/ tungku pembakaran - Laser : komunikasi, pembedahan . d. Pencahayaan ( Illuminasi ) Tujuan pencahayaan : - Memberi kenyamanan dan efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan - Memberi lingkungan kerja yang aman Efek pencahayaan yang buruk: mata tidak nyaman, mata lelah, sakit kepala, berkurangnya kemampuan melihat, dan menyebabkan kecelakaan. Sedangkan, keuntungan pencahayaan yang baik : meningkatkan semangat kerja, produktivitas,
9
mengurangi kesalahan, meningkatkan housekeeping, kenyamanan lingkungan kerja, mengurangi kecelakaan kerja. 4. Bahaya Psikologi Stress adalah tanggapan tubuh (respon) yang sifatnya non-spesifik terhadap setiap tuntutan atasnya. Manakala tuntutan terhadap tubuh itu berlebihan, maka hal ini dinamakan stress. Gangguan emosional yang di timbulkan : cemas, gelisah, gangguan kepribadian, penyimpangan seksual, ketagihan alkohol dan psikotropika. Penyakitpenyakit psikosomatis antara lain : jantung koroner, tekanan darah tinggi, gangguan pencernaan, luka usus besar, gangguan pernapasan, asma bronkial, penyakit kulit seperti eksim,dll. Beban kerja fisik bagi pekerja kasar perlu memperhatikan kondisi iklim, sosial ekonomi dan derajat kesehatan. Pembebanan tidak melebihi 30 - 40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam jangka waktu 8 jam sehari. Berdasarkan hasil beberapa observasi, beban untuk tenaga Indonesia adalah 40 kg. Bila mengangkat dan mengangkut dikerjakan lebih dari sekali maka beban maksimum tersebut harus disesuaikan. Oleh karena penetapan kemampuan kerja maksimum sangat sulit, parameter praktis yang digunakan adalah pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 permenit di atas denyut nadi sebelum bekerja. C. Metode Identifikasi Hazard 1. Hazard Assessments / Job Safety Analysis Penilaian bahaya atau analisa keselamatan kerja sangat di rekomendasikan untuk pelaksanaan proyek-proyek, tugas atau pekerjaan baru. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi berbagai hal, seperti kemungkinan bahaya atau kondisi bahaya yang ada sesuai dengan bawaannya atau dapat juga munculnya bahaya saat pelaksanaan pekerjaan, tugas atau proyek-proyek baru. Jika seluruh bahaya telah diidentifikasi,
10
pengendalian untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya-bahaya tersebut dapat ditetapkan dan diterapkan. Penilaian bahaya juga akan dilakukan jika ada modifikasi besar untuk suatu proyek, tugas dan pekerjaan. Preliminary hazard analysis checklist berikut dirancang untuk mengantisipasi setiap bentuk bahaya yang kemungkinan ada di lingkungan laboratorium. Versi tersebut dapat dimodifikasi untuk berbagai jenis dan lingkungan kerja. Pengawasan secara terus menerus dan inspeksi dari petugas safety diharapkan dapat untuk mengetahui berbagai bahaya yang terjadi selama berlangsungnya tugas, pekerjaan atau proyek baru. 2. Workplace Inspections Empat macam bentuk inspeksi / pengawasan adalah sebagai berikut : a. Informal Workplace Inspections Seluruh karyawan diharapkan dapat menjaga kesadaran dan kepeduliannya secara terus-menerus terhadap bahaya dan potensi bahaya yang ada dilingkungan kerjanya. Berkaitan dengan ini, setiap pengawas yang diserahi tugas harus melakukan peninjauan lapangan secara reguler pada area kerja yang menjadi tanggung-jawabnya dan mengecek lingkungan kerja karyawan khususnya pada jam kerja dimulai. Tidak diperlukan laporan resmi pada bentuk pengawasan ini, walaupun demikian, setiap bahaya yang terdeteksi harus ditanggulangi secepatnya sesuai dengan kemampuan setiap karyawan. Jika tidak, bahaya tersebut dicatat dan dilaporkan kepada supervisor atau manajemen untuk koreksi.
b. Formal Workplace Inspections Seluruh lingkungan kerja akan diinspeksi setiap bulannya (disarankan pada hari dan waktu yang sama setiap bulannya) oleh pengawas dan atau petugas pengawas
11
lingkungan kerja tersebut. Setiap pengawas yang terlibat dalam tugas ini akan membuat checklist pemeriksaan sesuai dengan lokasi kerjanya. Checklist ini akan dilengkapi setiap kali melakukan pemeriksaan dan beberapa supervisor (pengawas) harus meninjau kembali secara rutin dan memperbarui / update checklist yang diperlukan oleh bawahannya. Laporan inspeksi yang telah lengkap akan diteruskan ke Departemen HSE untuk ditinjau kembali. Selanjutnya Departemen HSE akan menyampaikan ringkasan laporan tersebut ke atasan puncak dan Panitia Keselamatan Daerah (Local Safety Committee) untuk di tinjau ulang. Supervisor area kerja yang bersangkutan harus meyakinkan bahwa tindakan perbaikan telah ditempuh sehingga bahaya yang ada telah dihilangkan atau dikendalikan. c. Safety Committee Inspections Safety Committee Inspections merupakan bentuk pemeriksaan yang dilakukan oleh anggota Local Safety Committee setidaknya setahun sekali. Laporan hasil Pemeriksaan yang telah lengkap digandakan dan dikirim ke supervisor area kerja yang bersangkutan dan Departemen HSE untuk ditinjau ulang. Supervisor area kerja yang bersangkutan harus meyakinkan bahwa tindakan perbaikan telah ditempuh sehingga bahaya yang ada telah dihilangkan atau dikendalikan. d. Special Inspections Special inspections dilakukan secepat mungkin sesudah terjadi kecelakaan, malfunction atau sesudah dikeluarkannya prosedur kerja yang baru atau ketika dilakukan penambahan mesin baru. Supervisor area kerja bersangkutan dan perwakilan karyawan (disarankan yang menjadi anggota panitia keselamatan) yang melakukan bentuk inspeksi ini. Laporan Inspeksi harus dilengkapi dan dibagikan ke Departemen HSE dan local safety committee untuk mendapatkan peninjauan kembali. Sebagai tambahan, untuk beberapa kasus kecelakaan, dibutuhkan juga laporan
12
Accident Investigation (lihat kembali artikel Accident Investigation yang pernah kami kirimkan dalam milis k3lh ini). Petugas pengawas (supervisor ) area kerja yang bersangkutan harus meyakinkan kembali bahwa semua kondisi tidak aman yang ada telah dikendalikan secara efektif sebelum dilakukan kegiatan investigasi atau inspeksi. 3. Frekuensi Inspeksi Semua jenis laboratorium (Quality Control, Research dan Experimental) yang terdapat bahan-bahan kimia dan / atau biologi , dan/atau bahaya radiasi seperti halnya tempat mesin dan perkakas digolongkan sebagai area dengan tingkat bahaya yang tinggi. Area kerja ini harus diperiksa sebulan sekali untuk identfikasi bahaya yang dapat terjadi sewaktu-waktu atau terjadinya ketidakefisienan. a. Pre-Inspection 1. Tinjau kembali Checklist Inspeksi yang telah lampau untuk menentukan bagian-bagian mana saja yang harus mendapatkan perhatian khusus. 2. Buat formulir kosong yang berisi Checklist Inspeksi untuk area kerja yang akan diperiksa. b. Inspection 1. Dengan menggunakan checklist inspeksi yang lama, yakinkan bahwa setiap bentuk ketidakefisienan yang ditemukan saat itu telah dilakukan perbaikan atau dikendalikan sehingga bahaya yang ada telah diminimalkan. Untuk bagian-bagian yang TIDAK dapat dikendalikan atau diperbaiki, beri tanda pada bagian tersebut dan jadikan sebagai persoalan yang utama pada Checlist Inspeksi yang terbaru. 2.
Gunakan Checklist Inspeksi sebagai penuntun, untuk melengkapi inspeksi pada area yang telah ditentukan. Jangan hanya melihat dan melakukan
13
pengawasan
pada
bagian-bagian
yang
terdapat
dalam
checklist.
Pertimbangkan juga berbagai kondisi dan tugas-tugas yang tidak aman, seperti berbagai bentuk pelanggaran dari peraturan internal dan standard yang dipergunakan. 3.
Untuk setiap bagian yang diperiksa, tentukan pernyataan pada Checklist Inspeksi :
-
Yes jika bagian tersebut aman.
-
No jika bagian tersebut membutuhkan perbaikan.
4. Untuk bagian-bagian yang diberi tanda NO, catat lokasinya, lakukan tindakan perbaikan dan tulis perhatian yang dibutuhkan pada comment sections. Gunakan bagian belakang blanko lembar Checklist jika dibutuhkan ruang yang lebih besar untuk pencatatan. c. Post-Inspection 1. Tinjau kembali Checklist Inspeksi dan yakinkan bahwa semua informasi telah dicatat dengan lengkap. 2. Perbaiki setiap tindakan atau kondisi tidak aman jika memungkinkan. Pada Checklist Inspeksi, catat tanggal dan paraf untuk setiap bagian yang telah diperiksa. Yakinkan kembali bahwa tindakan pengamanan sementara telah dilakukan setiap
saat
secara
permanen
atau
perbaikan
lengkap
yang
memerlukan tambahan waktu. Untuk bagian-bagian yang membutuhkan pengeluaran besar, tulis dan jelaskan bahaya tersebut dan termasuk didalamnya kemungkinan dampaknya jika terjadi kecelakaan. 3.
Kembalikan Checklist Inspeksi yang lama ke tempat semula jika telah selesai digunakan.
14
4. Kirimkan salinan Checklist Inspeksi yang terbaru ke Departemen HSE untuk ditinjau ulang dan didistribusikan. Jika pemeriksaan dilakukan oleh Supervisor, salinan checklist tersebut juga akan dikirimkan ke Local Safety Committee untuk peninjauan kembali. Untuk Safety Committee Inspections, salinan dari checklist juga akan dikirimkan ke supervisor yang bertugas di area kerja tersebut untuk peninjauan kembali. 5. Tempelkan salinan Checklist Inspeksi di lokasi lingkungan yang diperiksa. d. Inspection Follow-Up 1. Untuk semua bentuk defisiensi, yakinkan bahwa tindakan perbaikan atau pengendalian telah dilakukan. 2. Pantau tindak lanjutnya secara reguler dan lakukan terus-menerus pada bagian-bagian yang membutuhkan tindakan perbaikan. Konsultasikan dengan Departemen HSE ketika dianggap penting. 3. Tinjau kembali secara periodic tindakan perbaikan atau metode-metode pengendalian yang dilakukan. 4. Yakinkan bahwa semua checklist telah dilengkapi dan telah dibagikan, dikirimkan dan disimpan sebagaimana mestinya. D. Pengendalian dan Pencegahan Bahaya Begitu semua bahaya yang ada dan potensi bahaya yang mungkin muncul telah teridentifikasi, terapkan program yang akan mencegah dan mengendalikan bahaya-bahaya tersebut. Jika memungkinkan, semua bahaya yang ada harus dihilangkan. Jika tidak memungkinkan, gunakanlah bahan/alat pengganti yang lebih tidak berbahaya atau rekayasa/pengendalian secara teknis. Beberapa hal berikut dapat dipertimbangkan untuk dilakukan:
15
1. Buatlah prosedur kerja berdasarkan analisa bahaya di tempat kerja dan pastikan para pekerja mengetahui dan mematuhinya 2. Bersiap-siaplah untuk menerapkan sanksi terhadap pelanggaran prosedur kerja yang aman. Tanyakan kepada para pekerja, tindakan apa yang harus diambil jika ada pekerja yang tidak disiplin/mematuhi prosedur tersebut, agar semua orang mengerti dan memahami penerapan sanksi tersebut 3. Jika dibutuhkan, pastikan Alat Pelindung Diri (APD) tersedia, digunakan, dan para pekerja mengetahui kapan penggunaannya, bagaimana cara menggunakannya, dan bagaimana cara merawatnya 4. Jalankan perawatan peralatan secara berkala untuk mencegah kerusakan yang dapat menciptakan bahaya. Pastikan perawatan pencegahan dan berkala ini terdokumentasi dan ditindak-lanjuti 5. Buat rencana tanggap darurat, termasuk bahaya kebakaran dan bencana alam. Lakukan simulasi (drill) secara rutin agar para pekerja mengetahui apa yang mesti dikerjakan saat terjadi keadaan panic. 6.
Kembangkan program medis yang sesuai dengan tempat kerja, libatkan dokter atau fasilitas pelayanan kesehatan setempat dengan mengundang mereka ke tempat kerja dan membantu anda merencanakan cara terbaik untuk menghindari cedera dan penyakit saat keadaan darurat
7.
Pastikan ketersediaan personil medis yang dapat dimintai saran dan konsultasi mengenai kesehatan pekerja. Hal ini tidak berarti perusahaan harus menyediaan pelayanan kesehatan, namun yang terpenting adalah kesiapan menghadapi keadaan gawat darurat dan masalah kesehatan yang berhubungan dengan tempat kerja Untuk memenuhi persyaratan diatas, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan
untuk dilakukan:
16
1. Buatlah prosedur medis darurat untuk menangani kecelakaan, transportasi pekerja yang sakit/cedera dan komunikasi dengan fasilitas medis. Menempelkan nomornomor medis/darurat merupakan salah satu cara yang dapat dikerjakan 2. Lakukan survey terhadap fasilitas medis yang ada di sekitar tempat kerja, dan buat perjanjian untuk menangani kasus-kasus darurat. Kerjasama dengan perusahaan yang lebih besar yang memiliki fasilitas pelayanan medis juga dapat dilakukan 3. Pastikan prosedur pelaporan kecelakaan dan penyakit akibat kerja dimengerti oleh semua pekerja 4. Berjalan-jalanlah seputar area kerja secara rutin untuk melakukan identifikasi bahaya dan menindaklanjuti bahaya yang telah teridentifikasi sampai mereka ditangani 5. Jika tempat kerja berada di daerah yang terpencil dan jauh dari pelayanan kesehatan, pastikan ada personil yang terlatih untuk melakukan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K). Kotak P3K juga harus tersedia untuk keadaan darurat 6. Periksalah generator listrik perusahaan, fasilitas perawatan, laboratorium, ventilasi dan pendingin ruangan, dan daerah-daerah yang mudah berkarat untuk memastikan fasilitas pencucian mata (eye wash) dan penyiraman tubuh (shower) tersedia dengan baik 7. Pertimbangkan untuk mempekerjakan dokter lokal atau perawat secara paruh waktu atau sesuai kebutuhan untuk saran dan perencanaan P3K dan medis.
E. Pengorganisasian K3 di Rumah sakit Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau 17
mempunyai karyawan paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria tempat kerja dengan berbagai ancaman bahaya yang dapat menimbulkan dampak kesehatan, tidak hanya terhadap para pelaku langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS menerapkan upaya-upaya K3 di RS. Potensi bahaya di RS, selain penyakit-penyakit infeksi juga ada potensi bahayabahaya lain yang mempengaruhi situasi dan kondisi di RS, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran, kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber cidera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anastesi, gangguan psikososial dan ergonomi. Semua potensi bahaya tersebut di atas, jelas mengancam jiwa dan kehidupan bagi para karyawan di RS, para pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan RS. Pelaksanaan K3 di rumah sakit sangat tergantung dari rasa tanhggung jawab manajemen dan petugas, terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta kerjasama dalam pelaksanaan K3. Tanggung jawab ini harus ditanamkan melalui adanya aturan yang jelas. Pola pembagian tanggung jawab, penyuluhan kepada semua petugas,
BAB III PENUTUP 18
A. Kesimpulan 1. Hazard adalah suatu keadaan yang bersifat kualitatif yang mempunyai pengaruh terhadap frekweasi kemungkinan terjadinya kerugian ataupun besarnya jumlah dari kerugian yang mungkin terjadi. Sedangkan Hazard Identifikation adalah proses mengenali bahaya dan menentukan karakteristiknya. 2. Secara umum Hazard (bahaya) dibagi atas dua, yaitu physical hazard dan moral hazard. Dan berdasarkan penyebabnya dibagi atas bahaya kimia, biologo, fisika dan psikologi. 3. Model identifikasi hazard adalah Hazard Assessments / Job Safety Analysis, Workplace Inspections, dan Frekuensi Inspeksi. 4. Pengendalian dan Pencegahan Bahaya dapat dilakukan begitu semua bahaya yang ada dan potensi bahaya yang mungkin muncul telah teridentifikasi, terapkan program yang akan mencegah dan mengendalikan bahaya-bahaya tersebut. Jika memungkinkan, semua bahaya yang ada harus dihilangkan. Jika tidak memungkinkan, gunakanlah bahan/alat pengganti yang lebih tidak berbahaya atau rekayasa/pengendalian secara teknis. B. Saran 1. Diharapkan agar setiap perusahan melakukan hazard identification pada semua bidang pekerjaan agar dapat dilakukan upaya penanggulangan kecelakaan kerja. 2. Para pekerja sebaiknya memperhatikan peraturan yang dibuat oleh perusahan terutama yang terkait dengan penggunaan alat-alat berbahaya untuk keselamatan.
DAFTAR PUSTAKA
19
http://www.tesismars.co.cc/2008/12/tunggu-ya-artikeljurnal-selanjutnya.html http://irwanashari.blogspot.com/2009/03/sistem-manajemen-keselamatandan.html
http://abynoel.wordpress.com/2008/08/08/pengetahuan-bahan-kimia/ http://workwithsafety.blogspot.com/2009/04/hiperkes-klasifikasi-bahan-kimia.html http://ibnususanto.wordpress.com/2009/02/13/bahan-kimia-berbahaya-dan-keselamatankesehatan-kerja-bidang-kimia/ http://wapedia.mobi/id/Oksidasi http://www.eudict.com/?lang=indeng&word=bahan%20pembius http://www.eudict.com/?lang=indeng&word=bahan%20pembius http://www.freewebs.com/kimiadb2/topik_minggu.htm http://grafist.wordpress.com/kimia/arti-simbol-simbol-bahan-kimia/ http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/11_EfekToksik.pdf/11_EfekToksik.html http://sir-teteg.blogspot.com/2008/07/teratogenik-mutagenik-dan-karsinogenik.html http://tyazmania.blogspot.com/2009/06/zat-adiktif-dan-psikotropika.html http://cybermed.cbn.net.id/cbprtl/cybermed/detail.aspx?x=Health+Woman&y=cybermed|0|0| 14|226
20