BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data 4.1.A Validitas Pada bagian Corrected item-total correlation semua angka diatas 0,300, karena menurut Azwar (1996), suatu item dikatakan valid apabila nilai koefisiennya atau kolom corrected item-total correlation > 0,3. Pada penelitian ini semua item mendapatkan hasil diatas 0,300 yang terlihat pada tabel 4.1 , yang artinya item tersebut valid. Tabel 4.1 Validitas Scale Scale Mean if Variance if Item Deleted Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item Deleted
V14
59.04
58.929
.527
.854
V17
58.96
61.929
.338
.863
V18
58.30
59.880
.561
.853
V19
59.05
59.136
.434
.860
V20
59.25
60.355
.404
.860
V24
58.30
60.297
.539
.854
V25
59.19
60.490
.468
.857
V27
58.22
61.618
.533
.856
V29
58.75
61.744
.337
.863
V30
58.51
59.892
.545
.854
V31
58.53
57.808
.613
.850
V33
59.18
60.260
.349
.864
V34
58.70
59.769
.484
.856
V35
58.34
60.089
.641
.851
31
32
V36
58.38
58.629
.545
.853
V40
58.66
60.645
.422
.859
V41
58.55
58.390 .659 Sumber : Hasil pengolahan data spss
.849
4.1.B Reliabilitas Uji reliabilitas dari penelitian ini menggunakan alpha cronbach untuk menentukan apakah setiap instrumen reliabel atau tidak. Jika dikelompokkan dengan skala, maka nilai alpha dapat dikelompokkan sebagai berikut (Triton, 2005): 1. Nilai alpha cronbach 0,00 s.d. 0,20, berarti tidak reliabel 2. Nilai alpha cronbach 0,21 s.d. 0,40, berarti sangat kurang reliabel 3. Nilai alpha cronbach 0,42 s.d. 0,60, berarti kurang reliabel 4. Nilai alpha cronbach 0,61 s.d. 0,80, berarti reliabel 5. Nilai alpha cronbach 0,81 s.d. 1,00, berarti sangat reliabel. Dari hasil pengolahan data dalam penelitian ini didapatkan cronbach’s Alpha sebesar 0,864, yang artinya instrument tersebut sangat reliabel.
Tabel 4.2 Reliabilitas Cronbach's Alpha .864
N of Items 17
Sumber : Hasil pengolahan data spss
33
4.1.C Uji Beda Dari hasil output spss pada tabel di bawah ini terdapat levene’s test, yaitu teknik statistik untuk menguji kesamaan varians diantara dua kelompok . Jika nilai signifikansi levene’s test lebih kecil dari 0,05 (p<0,05)berarti nilai levene’s test signifikan. Dengan kata lain varians dari kedua kelompok berbeda. Sebaliknya, jika nilai signifikansinya lebih besar dari 0,05 (p>0,05) berarti varians dari kedua kelompok adalah sama (Seniati.L.dkk, 2006). Dari hasil levene’s test dari penelitian ini signifikansinya 0,296 maka dapat dikatakan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, berarti varians dari kedua kelompok adalah sama. Nilai levene’s test akan mengarahkan dalam melihat nilai t. Jika nilai levene’s test tidak signifikan maka yang dilihat nilai t pada baris pertama (equal variance assumed), sedangkan jika nilai levene’s test signifikan maka yang dilihat adalah nilai t pada baris kedua (equal variance not assumed) . Hasil spss pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai levene’s test tidak signifikan (karena p= 0,296>0,05), berarti varians dalam kedua kelompok adalah sama. Pada pengolahan spss, peneliti tidak perlu membandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel tetapi cukup melihat signifikansi nilai t. jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p,0,05) berarti nilai t hitung signifikan, yang berarti skor kedua kelompok berbeda secara signifikan. Sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05) berarti nilai t hitung tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan skor yang signifikan pada dua kelompok (Seniati.L.dkk, 2006).
34
Tabel 4.3 Uji Beda Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F Total
Equal
Sig.
1.106
t
.296
df
.102
Sig. (2-
Mean
Std. Error
tailed)
Difference
Difference
Lower
Upper
71
.919
.19683
1.93610
-3.66364
4.05731
.102 70.957
.919
.19683
1.92081
-3.63320
4.02687
variances assumed Equal variances not assumed
Sumber : Hasil pengolahan data spss
Tabel 4.4 Group statistics orientasi Total
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Gay
39 62.4615
8.67497
1.38911
Lesbian
34 62.2647
7.73543
1.32662
Sumber : Hasil pengolahan data spss
Sehingga dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yaitu 0,102. Hal ini berarti nilai t hitung tidak signifikan, artinya tidak ada perbedaan skor yang signifikan pada dua kelompok.
35
4.1.D Demografi Responden Di bawah ini peneliti menyajikan data demografi mencakup jumlah responden, pekerjaan responden, usia responden menyadari homoseksual, responden pernah berpacaran dengan lawan jenis dan responden yang mengikuti komunitas. Pada setiap unsur demografi peneliti menyertakan dasar-dasar ringkas yang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan kajian penelitian berikutnya. 4.1.D.1 Jumlah Responden Grafik 4.1 Jumlah responden
Sumber : biodata diri responden Dari grafik diatas menunjukkan jumlah responden gay 53% dan jumlah responden lesbian 47%. Kendati demikian tidak dapat dipastikan bahwa jumlah sampel tersebut merupakan gambaran nyata populasi gay dan lesbian di Jakarta. Perbedaan jumlah kedua kelompok tersebut berdasarkan
36
jumlah sampel pada penelitian ini, secara spekulatif dilatar belakangi oleh kemungkinan bahwa gay lebih terbuka daripada lesbian. 4.1.D.2 Pekerjaan Reponden Grafik 4.2 Pekerjaan Responden
Sumber : biodata diri responden
Dari grafik diatas menunjukkan pekerjaan responden. Jumlah responden gay mahasiswa 15% dan lesbian 38%. Jumlah responden gay yang bekerja sebagai karyawan sebanyak 39% dan lesbian sebanyak 44%. Jumlah responden gay yang bekerja sebagai wiraswasta 13% dan lesbian 3%. Pekerjaan lain-lain dari responden gay sebanyak 33% mencakup marketing, public relation, event organizer, psikolog, assistant manager, steward, pramugara, entairtainment. Sedangkan pekerjaan lain-lain dari responden lesbian sebanyak 15% mencakup interpreter, BUMN, admin, desain grafis dan pengangguran. Data diatas menunjukkan bahwa kaum gay dan lesbian bekerja pada semua bidang seperti halnya kaum heteroseksual. Hal tersebut
37
memberikan garis bawah pada pentingnya pemahaman yang lebih baik tentang orientasi seksual di banyak area kehidupan publik.
4.1.D.3 Usia menyadari homoseksual Grafik 4.3 Usia reponden menyadari homoseksual
Sumber : biodata diri responden Dari grafik diatas menunjukkan bahwa usia responden gay dan lesbian menyadari bahwa mereka adalah seorang homoseksual berada pada usia antara 1 sampai 10 tahun atau pada tahap perkembangan disebut sebagai tahap anak-anak sebanyak 26%. Usia 11-18 tahun atau disebut sebagai tahap remaja pada gay sebanyak 54% dan lesbian 59%. Dan responden gay yang menyadari bahwa mereka adalah kaum homoseksual pada usia 19-30 tahun atau pada tahap dewasa muda sebanyak 20% dan lesbian sebanyak 15%. Salah satu nilai etis yang peneliti pedomani adalah mempercayai pendapat atau pernyataan subjek sebagai kebenaran. Kendati demikian
38
pengakuan subjek tentang usia kesadaran akan orientasi seksual mereka perlu di kritisi secara lebih mendalam. Misalnya pada responden yang mengakui bahwa usia sadar akan orientasi seksual mereka pada usia 1-10 tahun. Menurut Erikson (dalam Alwisol, 2008) pada tahap perkembangan masa kanak-kanak (1-3 tahun), pada usia ini anak belajar toilet training, selain itu anak-anak juga belajar berjalan, lari, memeluk orang tuanya dan memegang mainan atau objek lainnya. Pada aktivitas ini anak bisa menahan fases atau menghilangkan sama sekali keinginan untuk buang air besar, mendekati ibunya atau menolak dan menjauhkan ibu darinya. Pada masa bermain (3-6 tahun), anak-anak mulai mengetahui identitas seksual mereka dengan mengadopsi peran orang tua mereka, seperti mereka bisa bermain drama menjadi ibu, ayah, istri atau suami, yang dimainkan dalam imajinasi anak dengan tujuan untuk memahami berbagai konsep dasar seperti reproduksi , pertumbuhan , masa depan dan kematian. Pada usia sekolah (612 tahun) anak sudah di sibukkan dengan pergaulannya di sekolah, guru dan teman sebaya lainnya. Ketika belajar dan bermain pada tahap ini anak mulai membentuk gambaran diri mereka, seperti identitas “aku” atau “ke-aku-an” yang akan berkembang pada masa remaja. Melalui tahapan perkembangan Erikson diatas, dapat terlihat bahwa sangat meragukan jika anak usia 1-10 tahun sudah mulai menyadari akan orientasi seksual mereka. Grafik diatas juga menunjukkan bahwa usia sadar akan orientasi seksual subjek paling banyak berada pada masa remaja, dimana pada masa ini remaja mengalami pubertas atau pada tahap kematangan seksual dimana mereka mulai mencari jati diri mereka, mengalami perubahan hormon dan terus menemukan identitas ego yang mantap.
39
4.1.D.4 Pernah Berpacaran dengan lawan jenis Grafik 4.4 Pernah berpacaran dengan lawan jenis
Sumber : biodata diri responden Dari grafik diatas menunjukkan bahwa responden gay yang pernah berpacaran dengan lawan jenis sebanyak 82% dan 18% tidak pernah. Sedangkan dari reponden lesbian yang pernah berpacaran dengan lawan jenis sebanyak 88% dan 12% tidak pernah. Data tersebut dapat menunjukkan dua indikasi , yang pertama adalah sebagian besar sampel bukan merupakan individu dengan orientasi homoseksual yang ekslusif atau murni. Sebagian dari mereka justru mengindikasikan bahwa mereka adalah biseksual. Yang kedua adalah hubungan dengan lawan jenis dijadikan sebagai “topeng” atau penyamaran orientasi seksual mereka terhadap orang lain.
40
4.1.D.5 Responden yang mengikuti komunitas Grafik 4.5 Responden yang mengikuti komunitas
Sumber : biodata diri responden Dari grafik diatas menunjukkan bahwa responden gay yang mengikuti komunitas homoseksual sebanyak 49% dan 51% tidak mengikuti komunitas homoseksual.
Dan
responden
lesbian
yang
mengikuti
komunitas
homoseksual sebanyak 76% dan 24% yang tidak mengikuti komunitas homoseksual. Data tersebut menunjukkan bahwa pentingnya dukungan sosial bagi kaum minoritas terlepas dari pro dan kontra terhadap orientasi seksual mereka, aktualisasi diri tetap merupakan kebutuhan seluruh individu, sehingga kaum homoseksual pun tetap memerlukan adanya dukungan sosial setidaknya dari sesama kaum mereka guna mencapai tingkat perkembangan diri yang optimal.
41
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian Dari data yang didapatkan, digunakan levene’s test untuk melihat uji beda dari dua kelompok yaitu gay dan lesbian yang diolah menggunakan program komputer spss versi 17.0. Dari 30 item yang diberikan, terdapat 17 item yang memiliki skor validitas diatas 0,236. Sehingga peneliti mengambil item yang sudah memiliki skor lebih dari 0,236 dan menghasilkan reliabilitas 0,864. Dari hasil uji beda antara gay dan lesbian juga didapatkan skor 0,296 yang artinya lebih besar dari 0,05 (p>0,05) yang berarti tidak menunjukkan perbedaan atau hasil kelompok varian sama. Sehingga dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesa yang diperoleh adalah Ho diterima yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara proses coming out gay dan lesbian. Dapat dikatakan bahwa coming out antara gay dan lesbian adalah sama, hasil tersebut berbeda dengan asumsi awal peneliti bahwa gay lebih coming out dibandingkan lesbian. Sejak awal, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan antara proses coming out gay dan lesbian. Dengan asumsi peneliti bahwa gay lebih coming out dibandingkan lesbian, dilihat dari beberapa fenomena sosial yang ada dari perbedaaan website komunitas gay dan lesbian dan hasil survey yang telah diungkapkan pada bab 1. Namun dari hasil penelitian kuantitatif yang didapatkan, Ha ditolak dan Ho diterima, yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan antara proses coming out gay dan lesbian. Peneliti memberikan penjelasan deskriptif tentang proses coming out per dimensi pada jawaban responden gay dan lesbian dimulai pada tahapan awareness
42
yaitu tahapan dimana reponden memiliki perasaan berbeda dari teman sebaya yang memiliki jenis kelamin yang sama, mulai mengalami tekanan sosial untuk menyesuaikan norma sosial yang ada dan mempersiapkan kemungkinan menjadi gay atau lesbian. Dari jawaban responden gay dan lesbian dapat dilihat bahwa pada tahapan ini responden gay dan lesbian mengakui adanya perbedaan minat dan perilaku mereka dengan teman sebaya. Seperti misalnya ketika mereka menyadari bahwa mereka lebih suka membaca buku sesama jenis daripada buku tentang lawan jenis. Ketika tahapan ini dilalui, maka resolusi tahapan tersebut adalah ketika individu mempersiapkan kemungkinan mengidentifikasi diri sebagai seorang homoseksual. Tahapan ini kemudian dilanjutkan ke tahapan yang disebut exploration. Pada tahap exploration homoseksual mengalami periode ketertarikan dan keterikatan dengan homoseksual lain bertambah. Pada tahap ini individu mulai mencari lingkungan dimana mereka dapat belajar dari kaum homoseksual lainnya mencakup
keikutsertaan
dalam
organisasi,
acara
atau
area
sosial
yang
diasosiasiasikan sebagai komunitas homoseksual, namun dari hasil jawaban responden gay dan lesbian dapat terlihat bahwa pada tahapan ini kaum lesbian yang mengikuti komunitas homoseksual lebih tinggi dibandingkan dengan kaum gay yang mengikuti komunitas homoseksual. Tetapi exploration pada kaum gay yang tidak mengikuti komunitas masih lebih tinggi dibandingkan dengan exploration kaum lesbian yang tidak mengikuti komunitas. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan kaum gay yang tidak mengikuti komunitas resmi, lebih memilih melakukan pembelajaran diri melalui area sosial kelompok kecil homoseksual atau peer group homoseksual. Peneliti melakukan wawancara mengenai proses coming out mereka, dan dari hasil wawancara tersebut responden lesbian cenderung lebih mendapatkan ketenangan,
43
kelegaan, penerimaan diri ketika mereka menceritakan orientasi seksual mereka kepada orang lain. Kedekatan perempuan dengan sahabat mereka dan kepada orang tua (biasanya pada ibu) mendorong mereka untuk menceritakan hal tersebut kepada orang lain. Sehingga hal tersebut dapat membuat mereka lebih percaya diri dalam mengekspresikan hidup mereka. Pada responden gay, mereka lebih nyaman untuk menampilkan diri (minat dan penampilan) apa adanya, dan menceritakan keadaan mereka sebagai homoseksual hanya apabila memang ada teman / keluarga yang menanyakan hal tersebut. Pada dasarnya, responden gay dalam penelitian ini merasa tidak perlu menyembunyikan kenyataan keberadaan jati diri mereka sebagai homoseksual kepada orang lain, namun juga tidak mencari dukungan dengan menyebarkan kisah mereka kepada orang lain. Dengan demikian responden gay tersebut juga dapat mengekspresikan hidup mereka dengan lebih percaya diri dan dari area sosial ini pun kaum gay dapat mencapai tahap selanjutnya yaitu acceptance. Pada tahap acceptance kaum gay dan lesbian menginternalisasikan identitas sebagai kaum homoseksual dan terlibat dalam hubungan romantis dengan individu yang memiliki gender yang sama . Dari hasil analisa pada tahapan acceptance gay dan lesbian memiliki jawaban yang sama dan hasil yang sama, dimana resolusi pada periode ini muncul saat individu mencapai titik dimana mereka dapat menerima dan mengapresiasi sepenuhnya identitas homoseksual mereka. Ditunjukkan dengan kaum gay dan lesbian merasa saling memiliki pada area sosial dan komunitas mereka, memiliki konsep diri yang lebih positif sebagai homoseksual dan dapat memasuki tahap selanjutnya yaitu commitment. Pada tahapan commitment kaum homoseksual semakin hanyut dalam komunitas atau area sosial mereka serta berusaha untuk mengubah stereotype yang negatif
44
tentang homoseksual dalam masyarakat. Dan secara internal, komitmen ini diekspresikan melalui penerimaan penuh dan tidak terkondisi dari identitas homoseksual mereka. Hasil analisa pada tahapan commitment menunjukkan bahwa kaum gay dan lesbian membuka identitas mereka pada lingkungan heteroseksual dan resolusi dari periode ini adalah kenyamanan dan penerimaan diri yang diartikan sebagai perasaan bangga terhadap identitasnya.