BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif
komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan
membandingkan penagihan pajak yang dilaksanakan dalam periode 2010 sampai dengan 2012 serta pencairan tunggakan dalam periode 2010 sampai dengan 2012, dengan surat teguran dan surat paksa serta atas dilakukannya tindakan penyitaan kekayaan Wajib Pajak dalam bentuk pemblokiran rekening milik Wajib Pajak oleh Fiskus terhadap pencairan tunggakan pajak. Pembahasan juga dilakukan dengan melakukan penghitungan analisis rasio untuk mengetahui tingkat efektivitas dan kontribusi penagihan pajak terhadap realisasi pencairan tunggakan piutang pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Penulis
menggunakan
metode
ini
untuk
menggambarkan
dan
membandingkan efektivitas dan kontribusi penagihan pajak terhadap realisasi pencairan tunggakan piutang pajak berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Pembahasan didasarkan pada Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Teguran, Surat Paksa dan hal yang berkaitan dengan tindakan penyitaan kekayaan Wajib Pajak dalam bentuk pemblokiran rekening milik Wajib Pajak. Data tersebut dikumpulkan berdasarkan data yang diterbitkan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua berdasarkan SIDJP (Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak). Penulis dalam bab ini membahas lebih jauh tentang Surat Teguran, Surat Paksa dan penyitaan yang berkaitan dengan tindakan pemblokiran rekening Wajib Pajak yang dilihat dari pelaksanaan penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa dan pemblokiran rekening milik Wajib Pajak serta pencairan tunggakan piutang pajak
49
yang terjadi setelah penerbitan Surat Teguran, Surat Paksa, dan pemblokiran rekening Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Penagihan tunggakan pajak merupakan tindakan penagihan yang dilaksanakan secara langsung oleh Juru Sita Pajak. Dalam penelitian ini, mulai dari penerbitan Surat Teguran sudah menjadi bagian dari proses penagihan pajak aktif yang pelaksanaannya sendiri telah dilaksanakan oleh Juru Sita Pajak. 4.1
Tata Cara Penerbitan Dan Penyampaian Surat Teguran Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mempunyai tugas
melakukan penerimaan dan pengarsipan sehubungan dengan tunggakan pajak, usulan penundaaan pembayaran pajak, usulan penghapusan piutang pajak, penagihan aktif. Seksi Penagihan terdiri dari dua orang Juru Sita Pajak dan satu pelaksana di Seksi Penagihan. Seksi Penagihan telah menggunakan SIDJP yang terhubung secara intranet. Hal ini dilakukan sehubungan dengan adanya modernisasi di bidang perpajakan untuk mempermudah dalam administrasi perpajakan. Meskipun begitu, pencatatan secara manual masih tetap dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Pencatatan secara manual masih dilakukan dalam hal pencatatan pemberkasan dan kartu pengawasan tunggakan pajak. Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak dengan Surat Teguran, Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mengacu pada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Nomor B008 yang disahkan tanggal 19 Februari 2007, uraian ini sekaligus akan menjelaskan flow chart 4.1 yaitu : 1. Berdasarkan data keterlambatan pembayaran tunggakan pajak yang diperoleh dari sistem, Juru Sita Pajak mencetak konsep Surat Teguran (Lampiran 1)
50
Penagihan dan meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan. Surat Teguran Penagihan dicetak minimal dua rangkap yaitu : a. Lembar ke - 1 untuk Wajib Pajak b. Lembar ke – 2 untuk Arsip Kantor Pelayanan Pajak 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Teguran Penagihan dan meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. Dalam hal Kepala Seksi Penagihan tidak menyetujui, Juru Sita Pajak harus memperbaiki dahulu dokumen tersebut. 3. Kepala Kantor menandatangani Surat Teguran Penagihan kemudian mengembalikannya kepada Kepala Seksi Penagihan untuk ditatausahakan dan dikirimkan ke Wajib Pajak / Penanggung Pajak. 4. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Juru Sita Pajak untuk mencatat Surat Teguran pada Kartu Pengawasan Tunggakan Pajak, mengarsipkan Surat Teguran, dan menyampaikan Surat Teguran Penagihan kepada Subbagian Umum untuk dikirim kepada Wajib Pajak 5. Proses selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama dua hari kerja.
51
Gambar 4.1 Flow chart Tata Cara Penerbitan dan Penyampaian Surat Teguran WAJIB PAJAK
JURU SITA PAJAK
KEPALA S.PENAGIHAN
KEPALA KPP
Meneliti dan memaraf
menandatangani
Meneruskan, menugaskan untuk menatausahakan dan mengirimkan
Surat Teguran tagihan
Mulai
Data dari sistem
Meneliti dan mencetak konsep Surat Teguran penagihan
Konsep Surat Teguran Konsep Surat Penagihan Teguran Penagihan
SOP peyampain doukumen
Menatausahakan dan mengirimkan
Z
Surat Teguran penagihan
Selesai
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
4.2
Tata Cara Penerbitan Dan Penyampaian Surat Paksa Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak dengan Surat Paksa, Seksi
Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua mengacu pada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat
52
Jenderal Pajak Nomor B009 yang disahkan tanggal 19 Februari 2007, uraian ini sealigus akan menjelaskan flowchart 4.2 yaitu : 1. Berdasarkan data Surat Teguran yang telah lewat dari sistem, Juru Sita Pajak meneliti dan mencetak konsep Surat Paksa (Lampiran 2) dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa (Lampiran 3) serta meneruskannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf konsep Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa serta meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani Surat Paksa kemudian menyampaikannya kepada Juru Sita Pajak. 4. Juru Sita Pajak menerima, kemudian memberitahukan Surat Paksa dan Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Sebelum memberitahukan Surat Paksa, Juru Sita Pajak akan mengirimkan Surat Pemberitahuan Melaksanakan Surat Paksa (Lampiran 4) terlebih dahulu kepada Wajib Pajak atau Penanggunga Pajak. 5. Juru Sita Pajak membuat sekaligus menandatangani LPSP (Laporan Pelaksanaan Surat Paksa) (Lampiran 5) dan menyampaikan kepada Kepala Seksi Penagihan. 6. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani LPSP kemudian menyerahkan kembali kepada Juru Sita Pajak untuk ditatausahakan. 7. Juru Sita Pajak menatausahakan LPSP dengan cara mencatat pada Kartu Pengawasan serta mengarsipkan LPSP. 8. Proses selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama tujuh hari kerja.
53
Gambar 4.2 Flow chart Tata Cara Penerbitan dan Penyampaian Surat Paksa Wajib Pajak
Juru Sita Penagihan Pajak
Kepala S.Penagihan
Kepala KPP
Mulai
Data dari sistem
Meneliti dan mencetak konsep SP,berita acara, pemberitahuan SP
Konsep SP dan berita acara
Proses pemberitahuan Surat Paksa
Surat Paksa
Meneliti dan memaraf
Menerima SP kemudian memberitahukan ke WP
menandatangani
Surat Paksa
Mencetak dan menandatangani LPSP
LPSP
Menatausahakan
Meneliti dan menandatangani
SP dan berita acara LPSP
Z
Kartu Pengawasan
Selesai Sumber : KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
4.3
Tata Cara Penerbitan Surat Perintah Melakukan Penyitaan Dalam pelaksanaan penagihan tunggakan pajak dengan Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan, Seksi Penagihan di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
54
mengacu pada Standard Operating Procedures Departemen Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak Nomor B010 yang disahkan tanggal 19 Februari 2007, uraian ini sekaligus akan menjelaskan flow chart 4.3 yaitu : 1. Juru Sita Pajak meneliti data tunggakan pajak beserta pelunasannya (SSP/STTS/SSB/bukti
Pbk)
atau
pengurangan
(keputusan
pembetulan/keputusan keberatan/putusan banding/keputusan pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak/keputusan pengurangan atau penghapusan sanksi
administrasi),
membuat
konsep
SPMP
(Lampiran
6)
dan
menyampaikannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 2. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menyetujui konsep SPMP dan menyampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani SPMP dan mengembalikannya kepada Kepala Seksi Penagihan. 4. Kepala Seksi Penagihan meneruskan SPMP kepada Juru Sita Pajak. 5. Proses Selesai. Jangka waktu penyelesaian paling lama satu hari.
55
Gambar 4.3 Flow chart Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Perintah Melakukan Penyitaan
Setelah mendapatkan kepastian akan tunggakan Wajib Pajak dan persetujuan dari Pejabat yang berwenang maka prosedur pemblokiran yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Kepala Seksi Penagihan mengajukan permintaan pemblokiran kepada bank (Lampiran 7) disertai dengan penyampaian salinan Surat Paksa dan Surat Perintah melaksanakan Penyitaan; 2. Bank wajib memblokir seketika setelah menerima permintaan pemblokiran dari Kepala Seksi Penagihan dan membuat berita acara pemblokiran serta 56
menyampaikan salinannya kepada Kepala Kantor Seksi Penagihan dan Penanggung Pajak; 3. Juru Sita Pajak setelah menerima berita acara pemblokiran dari bank memerintahkan penanggung pajak untuk memberikan kuasa kepada bank (Lampiran 8) agar memberitahukan saldo kekayaannya yang tersimpan di bank kepada Juru Sita Pajak. 4. Penanggung Pajak yang memberikan kuasa akan membuat Surat Kuasa (Lampiran 9) untuk memberitahukan saldo kekayaannya di Bank. Apabila penanggung pajak tidak memberikan kuasa kepada bank (Lampiran 10) sebagaimana dimaksud, maka Kepala Seksi Penagihan meminta Bank Indonesia melalui Menteri Keuangan (Lampiran 11) untuk memerintahkan bank untuk memberitahukan saldo kekayaan penanggung pajak yang tersimpan di bank yang dimaksud; 5. Setelah diketahui saldo kekayaan yang tersimpan di Bank, juru Sita akan melaksanakan penyitaan dan membuat berita acara pelaksanaan sita (Lampiran 12) dan menyampaikannya kepada penanggung pajak dan bank yang bersangkutan (Lampiran 13); 6. Kepala Seksi Penagihan mengajukan pencabutan pemblokiran (Lampiran 14) apabila penanggung pajak telah melunasi tunggakan pajak beserta bunganya.
57
Gambar 4.4 Flow Chart Tata Cara Tindakan Pemblokiran Rekening Milik Wajib Pajak / Penanggung Pajak
Dalam tahun 2010 – 2012,
penerbitan Surat Perintah Melaksanakan
Penyitaan (SPMP) yang diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua, dilakukan sebelum Juru Sita Pajak melakukan penyitaan aset / harta Wajib Pajak
58
yang dilakukan dalam bentuk pemblokiran atas rekening milik Wajib Pajak dalam rangka menjadikannya jaminan pelunasan utang pajak oleh Penanggung Pajak. 4.4
Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Tabel 5.1 Penagihan Pajak dengan Surat Teguran KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010 – 2012 (Dalam Rupiah Penuh) Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Nilai
Nilai
Nilai
23.766.127.257
16.838.884.695
15.343.861.834
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
Penagihan pajak dengan Surat Teguran merupakan tindak lanjut setelah adanya penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dan Surat Tagihan Pajak. Adanya selisih dari tindakan penerbitan berdasarkan penelitian dapat disebabkan oleh : 1. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sebenarnya sudah melakukan pembayaran tunggakan pajak di Bank. Namun oleh Bank datanya belum ditransfer ke MPN (Modul Penerimaan Negara). 2. Tunggakan Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak belum jatuh tempo untuk ditindaklanjuti dengan penyampaian Surat Teguran. 3. Penanggung Pajak atau Wajib Pajak mengajukan permohonan Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak. 4.
Penanggung Pajak atau Wajib Pajak tidak dapat ditemukan karena terkendala alamat, sehingga masuk kedalam DPO (Daftar Pencarian Orang) dan tindakan penagihan untuk sementara dihentikan. Berdasarkan tabel 5.1, pada umumnya mengalami kenaikan dan penurunan.
Penagihan pajak dengan nilai nominal paling besar terjadi pada tahun 2010, Hal ini 59
disebabkan oleh ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak. Penagihan tunggakan pajak dengan Surat Teguran dengan nilai nominal paling kecil terjadi pada tahun 2012. Berdasarkan data yang diperoleh hal ini dapat dipengaruhi oleh Wajib Pajak pada tahun 2012 lebih patuh dalam membayar pajak untuk semua jenis pajak terutama dengan Pajak Penjualan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 4.5
Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Tabel 5.2 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh) Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Nilai
Nilai
Nilai
22.268.085.108
6.789.368.578
12.210.685.769
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
Penagihan pajak dengan Surat Paksa merupakan tindak lanjut setelah adanya penerbitan Surat Teguran. Adanya selisih dari tindakan penerbitan berdasarkan penelitian dapat disebabkan oleh : 1. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak sebenarnya sudah melakukan pembayaran tunggakan pajak di Bank. Namun oleh Bank datanya belum ditransfer ke MPN (Modul Penerimaan Negara). 2. Tunggakan Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak belum jatuh tempo untuk ditindaklanjuti dengan penyampaian Surat Paksa. 3. Penanggung Pajak atau Wajib Pajak mengajukan permohonan Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak. 4.
Penanggung Pajak atau Wajib Pajak tidak dapat ditemukan karena terkendala alamat, sehingga masuk kedalam DPO (Daftar Pencarian Orang) dan tindakan penagihan untuk sementara dihentikan.
60
Berdasarkan tabel 5.2, penagihan pajak dengan Surat Paksa pada umumnya mengalami kenaikan dan penurunan. Penagihan pajak dengan nilai nominal paling besar terjadi pada tahun 2010, hal ini disebabkan oleh ketidakpatuhan Wajib Pajak dalam melunasi tunggakan pajaknya. Sedangkan penagihan dengan Surat Paksa dengan nilai nominal paling kecil terjadi pada tahun 2011. Berdasarkan data yang diperoleh hal ini dapat dipengaruhi oleh Wajib Pajak lebih patuh dalam membayar pajak untuk semua jenis pajak jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 4.6
Penagihan Pajak Dengan Pemblokiran Rekening Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Tabel 5.3 Penagihan Pajak dengan Pemblokiran Rekening Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh) Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Nilai
Nilai
Nilai
18.982.246.000
3.116.027.078
627.473.113
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
Penagihan Pajak sebagai tindak lanjut dari Surat Paksa adalah tindakan penyitaan harta kekayaan milik Wajib Pajak. Dalam penelitian ini, pada KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua tindakan penyitaan Objek Sita Tertentu berupa kekayaan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang tersimpan di Bank dapat berupa deposito, tabungan, saldo rekening Koran, giro, atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Tujuan dari penyitaan kekayaan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak dengan pemblokiran rekening ini adalah sebagai jaminan pelunasan tunggakan pajak oleh Wajib Pajak. Tindakan penagihan seperti ini dilakukan karena dinilai lebih sederhana jika dibandingkan dengan penyitaan dalam bentuk barang dimana kemudian harus dilakukan lelang.
61
Adanya selisih dari tindakan penerbitan berdasarkan penelitian dapat disebabkan oleh : 1. Tunggakan Pajak yang dimiliki oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak belum jatuh tempo untuk ditindaklanjuti dengan penyampaian Surat Paksa. 2. Penanggung Pajak atau Wajib Pajak mengajukan permohonan Mengangsur atau Menunda Pembayaran Pajak. 3. Tidak semua Bank menindaklanjuti permintaan pemblokiran pajak yang sudah dilakuakan oleh KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Berdasarkan tabel 5.3, penagihan pajak dengan Surat Teguran pada umumnya mengalami kenaikan dan penurunan. Penagihan pajak dengan nilai nominal paling besar terjadi pada tahun 2010, hal ini disebabkan oleh besarnya jumlah tunggakan pajak yang terjadi, sebagai tindak lanjut dari banyaknya tunggakan pajak yang masih belum diluniasi oleh Wajib Pajak setelah diterbitkannya Surat Teguran dan Surat Paksa. Sedangkan penagihan dengan Surat Teguran dengan nilai nominal paling kecil terjadi pada tahun 2012. Berdasarkan data yang diperoleh hal ini dapat dipengaruhi oleh Wajib Pajak pada tahun 2012 lebih patuh dalam membayar pajak untuk semua jenis pajak terutama dengan Pajak Penjualan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 4.7
Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Surat Teguran Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Penerimaan tunggakan pajak merupakan pelunasan tunggakan pajak yang
dimiliki oleh Wajib Pajak. Pelunasan tunggakan pajak dapat menyebabkan meningkatnya penerimaan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua, sehingga membantu realisasi dari target penerimaan pajak bagi KPP yang bersangkutan dan meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak.
62
Tabel 5.4 Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Teguran KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Nilai
Nilai
Nilai
1.474.933.918
9.265.903.257
2.949.815.105
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
Tabel 5.4.1 Selisih Penerimaan Pajak dengan Tahun Sebelumnya KPP Pratama Jakarta Taman Sari Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun
Selisih dengan tahun sebelumnya
Kesimpulan
2010-2011
7.790.969.339
kenaikan penerimaan
2011-2012
6.316.088.152
penurunan penerimaan
Data sudah diolah (2013)
Berdasarkan tabel 5.4 dan tabel 5.4,1 penerimaan pajak setelah penerbitan Surat Teguran mengalami kenaikan dan penurunan. Penerimaan pajak paling tinggi setelah diterbitkannya Surat Teguran terjadi Rp9.265.903.257.
pada tahun 2011 yaitu sebesar
Meskipun pada tahun 2010 juga mengalami peningkatan
penerimaan, tapi jika dihitung selisihnya dengan tahun sebelumnya tahun 2011 tetap menghasilkan nilai penerimaan yang paling besar. Selain terjadi kenaikan penerimaan, juga dialami penurunan penerimaan tunggakan pajak. Dari tabel 5.4, dapat diketahui bahwa penurunan penerimaan pajak terjadi di tahun 2012. Penurunan penerimaan pada tahun 2012 dengan nilai Rp2.949.815.105 dan selisih dengan penerimaan tahun sebelumnya sebesar Rp6,316,088,152.
63
4.8
Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Surat Paksa Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Penerimaan tunggakan pajak merupakan pelunasan tunggakan pajak yang
dimiliki oleh Wajib Pajak. Pelunasan tunggakan pajak dapat menyebabkan meningkatnya penerimaan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua, sehingga membantu realisasi dari target penerimaan pajak bagi KPP yang bersangkutan dan meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak. Tabel 5.5 Penerimaan Tunggakan Pajak dengan Surat Paksa KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Nilai
Nilai
Nilai
2.438.375.577
1.579.956.872
1.172.298.716
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
Tabel 5.5.1 Selisih Penerimaan Pajak dengan Tahun Sebelumnya KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun
Selisih dengan tahun sebelumnya
Kesimpulan
2010-2011
858.418.705
penurunan penerimaan
2011-2012
407.658.156
penurunan penerimaan
Data sudah diolah (2013)
Berdasarkan tabel 5.5 dan tabel 5.5.1, penerimaan pajak setelah penerbitan Surat Paksa mengalami kenaikan dan penurunan. Penerimaan pajak paling tinggi setelah diterbitkannya Surat Paksa terjadi Rp2.438.375.577.
pada tahun 2010 yaitu sebesar
Selain terjadi kenaikan penerimaan, juga dialami penurunan
64
penerimaan tunggakan pajak. Dari tabel 5.5.1, dapat diketahui bahwa penurunan penerimaan pajak terjadi di dua titik yaitu tahun 2011 dan tahun 2012. Namun, penurunan penerimaan yang paling besar terjadi pada tahun 2011 dengan nilai Rp1.579.956.872 dan selisih dengan penerimaan tahun sebelumnya sebesar Rp858.418.705. 4.9
Penerimaan Tunggakan Pajak Dengan Pemblokiran Rekening Di KPP Jakarta Taman Sari Dua Tabel 5.6 Penerimaan Pajak dengan Pemblokiran Rekening Wajib Pajak KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun 2010
Tahun 2011
Tahun 2012
Nilai
Nilai
Nilai
1.924.271.000
1.000.390.752
28.789.293
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua
Tabel 5.6.1 Selisih Penerimaan Pajak dengan Tahun Sebelumnya KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun
Selisih dengan tahun sebelumnya
Kesimpulan
2010-2011
923.880.248
penurunan penerimaan
2011-2012
971.601.459
penurunan penerimaan
Data sudah diolah (2013)
Pemblokiran dilakukan sebagai salah satu tindak lanjut dari penagihan tunggakan pajak karena sampai diterbitkannya Surat Teguran dan Surat Paksa, Wajib Pajak masih tidak melunasi tunggakan pajaknya. Berdasarkan tabel 5.6 dan tabel 5.6.1, penerimaan pajak setelah pemblokiran Rekening Wajib Pajak mengalami
65
kenaikan dan penurunan. Penerimaan pajak paling tinggi setelah pemblokiran rekening Wajib Pajak terjadi
pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp1.924.271.000.
Selain terjadi kenaikan penerimaan, juga dialami penurunan penerimaan tunggakan pajak. Dari tabel 5.7, diketahui bahwa penurunan penerimaan pajak terjadi di dua titik yaitu tahun 2011 dan tahun 2012. Namun, penurunan penerimaan yang paling besar terjadi pada tahun 2012 dengan nilai Rp28.789.293 dan selisih dengan penerimaan tahun sebelumnya sebesar Rp971.601.459. 4.10
Efekivitas Terhadap Pencairan Tunggakan Di KPP Jakarta Taman Sari Dua 4.10.1 Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Teguran Efektivitas penerbitan Surat Teguran diukur dengan membandingkan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan Surat Teguran dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran yang dalam hal ini merupakan Surat Teguran yang diterbitkan dalam rangka tindakan penagihan tunggakan pajak. Pengukuran efektivitas ini dilakukan dengan asumsi bahwa semua tunggakan pajak yang diterbitkan Surat Teguran dapat ditagih seluruhnya. Efektivitas penagihan tunggakan pajak dengan Surat Teguran dihitung dengan rumus berikut : Efektivitas = Tabel
x 100% berikut
akan
menunjukan
penerbitan
Surat
Teguran,
pembayaran Surat Teguran, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Teguran tersebut berdasarkan data di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua untuk tahun 2010-2012.
66
Tabel 5.7 Pembayaran Surat Teguran di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun
Surat Teguran terbit
Surat Teguran bayar
Tingkat Efektivitas
Nilai
Nilai
2010
23.766.127.257
1.474.933.918
6,21%
2011
16.838.884.695
9.265.903.257
55,03%
2012
15.343.861.834
2.949.815.105
19,22%
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013)
Berdasarkan data dari tabel diatas pada tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua menerbitkan Surat teguran dengan jumlah nominal Rp23.766.127.257 dan pembayaran yang terjadi atas penerbitan Surat Teguran tersebut tersebut Rp1.474.933.918 atau sekitar 6,21% dari total seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi di tahun 2010 tidak efektif. Pada tahun 2011, jumlah nominal dari penerbitan Surat Teguran yang dilakukan sebesar Rp16.838.884.695 dengan pembayaran yang dilakukan atas penerbitan Surat Teguran sebesar Rp9.265.903.257 atau sekitar 55,03% dari jumlah seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 tidak efektif. Sedangkan, pada tahun 2012 penerbitan Surat Teguran dengan jumlah nominal Rp15.343.861.834 dan nilai pembayaran sebesar Rp2.949.815.105 atau sekitar 19,22% dari total tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator efektivitas penagihan pada tahun 2012 tidak efektif. 4.10.2 Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Efektivitas penerbitan Surat Paksa diukur dengan membandingkan antara jumlah pencairan tunggakan pajak melalui penagihan dengan Surat
67
Paksa dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa yang dalam hal ini merupakan Surat Paksa yang diterbitkan dalam rangka tindakan penagihan tunggakan pajak. Pengukuran efektivitas ini dilakukan dengan asumsi bahwa semua tunggakan pajak yang diterbitkan Surat Paksa dapat ditagih seluruhnya. Efektivitas penagihan tunggakan pajak dengan Surat Paksa dihitung dengan rumus berikut : Efektivitas =
x 100%
Tabel berikut akan menunjukan penerbitan Surat Paksa, pembayaran Surat Paksa, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Surat Paksa tersebut berdasarkan data di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua untuk tahun 2010-2012. Tabel 5.8 Pembayaran Surat Paksa di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh) Tahun
Surat Paksa terbit
Surat Paksa bayar
Nilai
Nilai
Tingkat Efektivitas
2010
22.268.085.108
2.438.375.577
10,95%
2011
6.789.368.578
1.579.956.872
23,27%
2012
12.210.685.769
1.172.298.716
9,60%
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013)
Berdasarkan data dari tabel diatas, pada tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua menerbitkan Surat Paksa dengan jumlah nominal Rp22.268.085.108 dan pembayaran yang terjadi atas penerbitan Surat Paksa tersebut tersebut Rp2.438.375.577 atau sekitar 10,95% dari total seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi di tahun 2010 tidak efektif. Pada tahun 2011, jumlah nominal dari penerbitan Surat Paksa yang dilakukan sebesar Rp6.789.368.578 dengan pembayaran yang dilakukan atas
68
penerbitan Surat Paksa sebesar Rp1.579.956.872 atau sekitar 23,27% dari jumlah seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 tidak efektif. Sedangkan, pada tahun 2012 penerbitan Surat Paksa dengan jumlah nominal Rp12.210.685.769 dan nilai pembayaran sebesar Rp1.172.298.716 atau sekitar 9,60% dari total tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator efektivitas penagihan pada tahun 2012 tidak efektif. 4.10.3 Efektivitas Penagihan Pajak Dengan Pemblokiran Rekening Efektivitas atas dilakukannya pemblokiran rekening diukur dengan membandingkan
antara
jumlah
pencairan
tunggakan
pajak
melalui
pemblokiran rekening dengan potensi pencairan tunggakan pajak dengan pemblokiran rekening dalam rangka tindakan penagihan tunggakan pajak. Pengukuran efektivitas ini dilakukan dengan asumsi bahwa semua tunggakan pajak yang atasnya dilakukan pemblokiran rekening dapat ditagih seluruhnya. Efektivitas penagihan tunggakan pajak dengan Pemblokiran Rekening dihitung dengan rumus berikut : Efektivitas =
x 100%
Tabel berikut akan menunjukan jumlah pemblokiran rekening, pembayaran akibat pemblokiran rekening, dan tingkat efektivitas penagihan pajak dengan Pemblokiran Rekening tersebut berdasarkan data di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua untuk tahun 2010-2012. Tabel 5.9 Pembayaran atas Pemblokiran Rekening di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun 2010
Pemblokiran Rekening
Pembayaran
Nilai
Nilai
18.982.246.000
1.924.271.000
Tingkat Efektivitas 10,14%
69
2011
3.116.027.078
1.000.390.752
32,10%
2012
627.473.113
28.789.293
4,59%
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013)
Berdasarkan data dari tabel diatas, pada tahun 2010 KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua pemblokiran rekening dengan jumlah nominal Rp18.982.246.000 dan pembayaran yang terjadi atas pemblokiran rekening tersebut tersebut Rp1.924.271.000 atau sekitar 10,14% dari total seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi di tahun 2010 tidak efektif. Pada tahun 2011, jumlah nominal dari pemblokiran rekening yang dilakukan sebesar Rp3.116.027.078 dengan pembayaran yang dilakukan atas penerbitan Surat Paksa sebesar Rp1.000.390.752 atau sekitar 32,10% dari jumlah seluruh tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator pengukuran efektivitas penagihan yang terjadi pada tahun 2011 tidak efektif. Sedangkan, pada tahun 2012 pemblokiran rekening dengan jumlah nominal Rp627.473.113 dan nilai pembayaran sebesar Rp28.789.293 atau sekitar 4,59% dari total tunggakan pajak yang ditagih. Berdasarkan indikator efektivitas penagihan pada tahun 2012 tidak efektif. Hal yang menyebabkan tidak seluruh tindakan penagihan yang dilakukan ditindaklanjuti dengan pelunasan oleh Wajib Pajak, sehingga hasil analisisnya tidak efektif adalah : 1. Penanggung pajak sedang mengalami kondisi keuangan yang tidak baik sehingga pelunasan tunggakan pun sulit untuk itu biasanya 2. Wajib Pajak menunggak atau mengangsur pembayaran tunggakan.
70
3. Terkait dengan pemblokiran rekening Wajib Pajak, pelunasan tunggakan tidak dapat dilakukan karena saldo rekening Wajib Pajak tidak cukup untuk melunasi tunggakan dan akan ditindaklanjuti dengan mengangsur.
4.11
Kontribusi Penagihan Pajak Di KPP Jakarta Taman Sari Dua 4.11.1 Kontribusi Surat Teguran Terhadap Pencairan Tunggakan Pajak Pengukuran ini dilakukan untuk mengukur seberapa besar kontribusi penerbitan Surat Teguran terhadap pencairan tunggakan pajak yang terjadi. Rasio ini diperoleh dengan membandingkan pencairan tunggakan pajak di KPP dengan jumlah seluruh pencairan tunggakan pajak di KPP. Kontribusi ini diukur dengan perincian rumus sebagai berikut: Kontribusi Surat Teguran =
x 100% Tabel 5.10 Pencairan Tunggakan dengan Surat Teguran KPP Pratama Jakarta Taman Sari DuaTahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun
Jumlah Pencairan Tunggakan
Pencairan Tunggakan
Rasio Kontribusi
2010
Nilai
Nilai
Presentase
11.321.035.008
1.474.933.918
13,03%
2011
16.366.721.716
9.265.903.257
56,61%
2012
6.811.792.080
2.949.815.105
43,30%
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013)
Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Surat Teguran di tahun 2010 sebesar 13,03%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh Surat Teguran terhadap pencairan tunggakan pajak tergolong kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. 71
Pada tahun 2011, penerbitan Surat Teguran memberikan kontribusi sebanyak 56,61% dalam pencairan tunggakan pajak. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami peningkatan pencairan tunggakan pajak yang merupakan peran aktif Juru Sita Pajak untuk meningkatkan penerimaan negara. Berdasarkan kinerja keuangan negara, maka pencairan tunggakan tersebut tergolong baik dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak dengan Surat Teguran. Sedangkan di tahun 2012, pencairan tunggakan kembali mengalami penurunan menjadi 43,30%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pencairan tunggakan pajak dengan peneritan Surat Teguran di tahun tersebut tergolong baik. 4.11.2 Kontribusi Surat Paksa Terhadap Pencairan Piutang Pajak Tabel 5.11 Pencairan Tunggakan dengan Surat Paksa KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun
Jumlah Pencairan Tunggakan Nilai
Pencairan Tunggakan Nilai
Rasio Kontribusi
2010
11.321.035.008
2.438.375.577
21,54%
2011
16.366.721.716
1.579.956.872
9,65%
2012
6.811.792.080
1.172.298.716
17,21%
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013)
Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Surat Paksa di tahun 2010 sebesar 21,54%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh Surat Paksa terhadap pencairan tunggakan pajak tergolong sedang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak.
72
Pada tahun 2011, penerbitan Surat Paksa memberikan kontribusi sebanyak 9,65% dalam pencairan tunggakan pajak. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan pencairan yang hampir setengahnya dari tahun sebelumnya yang dilakukan dengan penerbitan Surat Paksa. Berdasarkan kinerja keuangan negara, maka pencairan tunggakan tersebut tergolong sangat kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak dengan Surat Paksa. Sedangkan di tahun 2012, pencairan tunggakan kembali mengalami peningkatan menjadi 17,21%. Meskipun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, berdasarkan kriteria kinerja keuangan, pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Surat Paksa di tahun tersebut tergolong kurang. 4.11.3 Kontribusi Pemblokiran Rekening Terhadap Pencairan Piutang Pajak Tabel 5.12 Pencairan Tunggakan dengan Pemblokiran KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua Tahun 2010-2012 (Dalam Rupiah Penuh)
Tahun
Jumlah Pencairan Tunggakan
Pencairan Tunggakan
Rasio Kontribusi
Nilai
Nilai
2010
11.321.035.008
1.924.271.000
2011
16.366.721.716
1.000.390.752
6,11%
2012
6.811.792.080
28.789.293
0,42%
17%
Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua (data sudah diolah,2013)
Besarnya pengaruh pencairan tunggakan pajak dengan Pemblokiran Rekening di tahun 2010 sebesar 17%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, maka pengaruh Pemblokiran Rekening terhadap pencairan tunggakan pajak tergolong kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. 73
Pada tahun 2011, Pemblokiran Rekening milik WP memberikan kontribusi sebanyak 6,11% dalam pencairan tunggakan pajak. Dari tahun 2010 ke tahun 2011 mengalami penurunan pencairan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan kinerja keuangan negara, maka pencairan tunggakan tersebut tergolong sangat kurang dalam memberikan kontribusi terhadap pencairan tunggakan pajak. Dan, di tahun 2012 pencairan tunggakan
kembali mengalami
penurunan yang cukup megecewakan menjadi 0,42%. Berdasarkan kriteria kinerja keuangan, pencairan tunggakan pajak dengan penerbitan Pemblokiran Rekening di tahun tersebut tergolong sangat kurang. Hal yang menyebabkan tidak seluruh tindakan penagihan yang dilakukan ditindaklanjuti dengan pelunasan oleh Wajib Pajak, sehingga kontribusinya tidak terlalu baik bagi penerimaan pajak KPP tersebut antara lain : 1. Surat yang dikirimkan terkait dengan tindakan penagihan pajak aktif tidak dapat disampaikan kepada Wajib Pajak karena petugas pos tidak dapat menemukan alamat Wajib Pajak yang dimaksud. 2. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran tunggakan setelah surat – surat terkait diterima oleh Wajib Pajak. 4.12
Hambatan-Hambatan Dan Alternatif Pemecahan Masalah Dalam Penagihan Pajak Petugas seksi penagihan berupaya semaksimal mungkin agar dapat mencapai
target pencairan tunggakan pajak. Namun, dalam menjalankan tugasnya petugas seksi penagihan juga menghadapi hambatan yang mengganggu proses penagihan tunggakan pajak. Hambatan – hambatan yang ada sudah menjadi bagian dari tugas
74
penagihan tunggakan pajak. Oleh karena itu, agar kendala tersebut dapat diperkecil pengaruh negatif yang dapat ditimbulkan sehingga mengganggu proses penagihan tunggakan pajak, maka berikut hambatan – hambatan yang dihadapi sekaligus dengan alternatif pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah : 1. Hambatan : Jumlah Juru Sita Pajak yang masih kurang. Seksi Penagihan Pajak di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua hanya memiliki dua orang Juru Sita Pajak. Jika dilihat jumlah tunggakan pajak yang nilainya sangat besar maka dengan hanya dua orang Juru Sita pelaksanaan penagihan tunggakan pajak
menjadi tidak terlalu efektif disertai dengan
adanya proses yang sulit dan tidak sederhana. Karena pelaksanaan penagihan pajak dilakukan dengan cara membagi rata Wajib Pajak yang akan diproses dalam tindakan penagihan. Hambatan dari kurangnya Juru Sita Pajak ini disampaikan secara langsung oleh salah seorang Juru Sita Pajak di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua, Riky Haryanto : “Ada kendala mengenai jumlah juru sita yang hanya dua orang sementara tunggakan pajak dan Wajib Pajaknya sangat banyak. Kita sebenarnya butuh satu orang Juru Sita lagi kalau melihat kondisi di lapangan. “ Alternatif Pemecahan masalah : Perekrutan Petugas Penagihan Pajak yang Baru Perekrutan ini seharusnya lebih diutamakan bagi penambahan Juru Sita Pajak. Agar banyak yang berminat maka perlu adanya pemberian insentif khusus bagi Juru Sita Pajak karena tugas Juru Sita Pajak yang berat dan sulit.
75
2. Hambatan : Kesadaran Wajib Pajak dalam pembayaran pajak masih rendah. Tidak adanya kesadaran atau kurangnya pengetahuan Wajib Pajak mengenai pajak berdampak besar dalam kepatuhan memenuhi kewajiban pembayaran pajaknya. Wajib Pajak akan mengelak ketika disampaikan bahwa pembayaran pajak yang dilakukan masih memiliki tuggakan pajak. Akibatnya, dari surat-surat penagihan yang diterbitkan bahkan tidak setengahnya dibayar oleh Wajib Pajak. Hal ini diungkapkan juga oleh Juru Sita Pajak, Riky Haryanto : “ Kepatuhan Wajib Pajak masih tergolong rendah, bisa juga disebabkan karena kurangnya pengetahuan Wajib Pajak. Jika dibandingkan, Wajib Pajak Orang Pribadi lebih tidak patuh. “ Alternatif pemecahan masalah : Sosialisasi perpajakan, sangat penting untuk memberikan pembekalan materi pajak kepada Wajib Pajak guna menunjang pelaksanaan kewajiban Wajib Pajak. Dengan adanya pemahaman yang baik tentang pajak maka diharapkan Wajib Pajak dapat membayar pajak dengan sukarela. Juru Sita Pajak sendiri harus diberi pembekalan materi pajak sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya secara berkala untuk meningkatkan kemampuannya. Mengingat Juru Sita Pajak akan bertemu secara langsung dengan Wajib Pajak.
3. Hambatan : Akses SIDJP mengalami error. Terbatasnya bandwidth (volume data yang dapat ditransfer) SIDJP memperlambat akses data sehingga memperlambat proses pekerjaan sehingga
76
waktu terbuang. Apabila sistem sedang mengalami masalah maka pegawai tidak dapat bekerja dengan sebagaimana mestiya. Kendala ini juga diutarakan secara langsung oleh Riky Haryanto selaku salah seorang Juru Sita Pajak di KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua : “ Kalau error hal itu terjadi. Tapi, biasanya hari itu juga langsung bisa diakses kembali. “
4. Hambatan : Data yang ditampilkan SIDJP belum menunjukan keadaan yang sebenarnya. Dengan adanya jaringan intranet yang terhubung dengan SIDJP seharusnya data lebih mudah untuk diakses dan lebih cepat untuk diperbaharui. Pembaharuan data baru akan terjadi setelah data diinput oleh petugas penagihan. Tapi, dalam beberapa pencatatan masih dilakukan secara manual, misalnya untuk data pelunasan tunggakan pajak. Selain memiliki resiko yang lebih besar, pencatatan secara manual juga kurang efektif karena akan lebih lama dari segi waktu. Alternatif pemecahan masalah : Pendidikan dan pelatihan kepada pegawai tentang SIDJP Meskipun SIDJP dalam pemrogramannya sudah dibuat sedemikian rupa, apabila penggunaannya kurang kompeten maka sistem tersebut tidak akan berfungsi secara optimal. SIDJP tidak akan menunjukan keadaan yang sebesnarnya apabila tidak adanya input data oleh pegawai sesuai dengan kewenangannya. Oleh karena itu, perlu adanya pendidikan dan pelatihan agi pegawai terkait dengan SIDJP.
77
5. Hambatan : Wajib Pajak atau Penanggung pajak tidak dapat ditemukan oleh Juru Sita Pajak. Apabila Juru Sita tidak dapat menemukan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak maka proses penagihan akan terhenti. Kendala ini salah satunya terjadi karena alamat yang diberikan Wajib Pajak kurang lengkap atau pindah alamat dan tidak adanya. Pemberitahuan kembali oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak kepada pihak KPP Pratama Jakarta Taman Sari Dua. Apabila hal ini terjadi, nama Wajib Pajak akan masuk ke DPO (Daftar Pencarian Orang). Sehingga pada waktu pelaporan SPT Masa / Tahunan tiba Wajib Pajak harus menghadap ke seksi penagihan terlebih dahulu. Alternatif pemecahan masalah : Pemutakhiran data Wajib Pajak secara berkala Apabila terjadi perubahan data mengenai Wajib Pajak, maka seksi PDI maupun pegawai pajak yang lain yang saling terkait harus tanggap dalam memuktakhirkan data tersebut. Sehingga masalah seperti alamat Wajib Pajak dapat diminimalisir.
6. Hambatan : Juru Sita Pajak sulit mengidentifikasi objek sita. Hal ini terutama terkait dengan pemblokiran rekening Wajib Pajak. Faktor penghambat dalam proses ini antara lain : a. Kelengkapan berkas STP/SKP atau SP yang tidak lengkap. b. Tidak mengetahui bank Wajib Pajak memiliki rekening. c. Terdapat bank yang tidak selalu menanggapi surat permintaan blokir. Alternatif pemecahan masalah :
78
Peningkatan kerja sama dengan pihak – pihak terkait. Dalam Undang-undang Tahun 2000 Pasal 5 ayat (4) tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa, Juru Sita Pajak berwenang dapat melibatkan pihak lain untuk meminta bantuan dengan pihak Kepolisian, Kejaksaan, Departemen yang membidangi hukum dan perundang-undang, Pemerintah Daerah Stempat, Badan Pertanahan Nasional, Direktorat Jenderak Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank atau Pihak lain. Dalam hal pemblokiran rekening Wajib Pajak, kerjasama dengan pihak Bank sangat penting untuk dilakukan untuk mempermudah Juru Sita Pajak dalam bertugas. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak yang menghalangi Juru Sita dalam melaksanakan tugasnya diancam dengan hukuman pidana berdasarkan KUHP dalam Buku Kedua tentang Kejahatan Terhadap Penguasa Umum Pasal 216 yang berbunyi : (1)“ Barang siapa dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang dilakukan menurut undangundang oleh pejabat yang tugasnya mengawasi sesuatu , atau oleh pejabat berdasarkan tugasnya, demikian pula yang diberi kuasa untuk mengusut atau memeriksa tindak pidana; demikian pula barang siapa dengan sengaja mencegah,
menghalang-halangi
atau
menggagalkan
tindakan
guna
menjalankan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh salah seorang pejabat tersebut, diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan dua minggu atau pidana denda paling banyak sembilan ribu rupiah.
79