BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN
4. 1
Gambaran Umum Objek Penelitian Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan-
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentang waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012, data diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia dan situs perusahaan terkait. Pemilihan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara judgement sampling, di mana diambil berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Adapun perusahaan yang digunakan sebagai objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang rutin membagikan dividen selama lima tahun berturuturut, laporan keuangan dilaporkan dalam mata uang rupiah dan diduga melakukan dividend smoothing dengan asumsi tahun 2012 adalah periode observasi dan tahun 2008 – 2011 adalah periode estimasi. Berdasarkan kriteria diatas maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 9 perusahaan dengan sektor yang berbeda-beda. Perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dibagi menjadi tiga sektor, yaitu: 1) Sektor industri dasar dan kimia a. Subsektor semen b. Subsektor keramik, porselen dan kaca c. Subsektor logam dan sejenisnya d. Subsektor kimia e. Subsektor plastik dan kemasan f. Subsektor pakan ternak g. Subsektor kayu dan pengolahannya
43
h. Subsektor pulp dan kertas 2) Sektor aneka industri a. Subsektor otomotif dan komponen b. Subsektor tekstil dan garmen c. Subsektor kabel d. Subsektor alas kaki e. Subsektor`elektronika f. Subsektor lainnya 3) Sektor barang konsumsi (consumer goods) a. Subsektor makanan dan minuman b. Subsektor rokok c. Subsektor farmasi d. Subsektor kosmetik dan barang keperluan rumah tangga e. Subsektor peralatan rumah tangga
Dari semua perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia telah diseleksi berdasarkan rutinitas pembagian dividen masing-masing perusahaan selama lima tahun berturut-turut serta dilihat tingkat pergerakan dividen yang dibagikan perusahaan sehingga dapat diambil sampel yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini.
44
Penjabaran untuk penggolongan sektor perusahaan yang dijadikan sampel dapat dilihat melalui tabel di bawah ini:
Tabel 4. 1 Daftar Sampel Berdasarkan Sektor Sektor Industri Dasar dan Kimia
Aneka Industri
Barang Konsumsi
Subsektor
Kode
Nama Perusahaan
Semen
INTP
Indocement Tunggal Prakasa Tbk
Plastik dan Kemasan
TRST
Trias Sentosa Tbk
BRAM
Indo Kordsa Tbk
Otomotif dan Komponen Alas Kaki
BATA
Sepatu Bata Tbk
Makanan dan Minuman
DLTA
Delta Djakarta Tbk
Makanan dan Minuman
MYOR
Mayora Indah Tbk
Rokok
GGRM
Gudang Garam Tbk
TCID
Mandom Indonesia Tbk
UNVR
Unilever Indonesia Tbk
Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga Kosmetik dan Barang Keperluan Rumah Tangga
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 9 perusahaan sebagai objek penelitian, yakni Indocement Tunggal Prakasa Tbk (INTP), Trias Sentosa Tbk (TRST), Indo Kordsa Tbk (BRAM), Sepatu Bata Tbk (BATA), Delta Djakarta Tbk (DLTA), Mayora Indah Tbk (MYOR), Gudang Garam Tbk (GGRM), Mandom Indonesia Tbk (TCID), dan Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Untuk mengidentifikasi apakah terjadi manajemen laba melalui aktivitas riil maka digunakan persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui jumlah arus kas kegiatan operasi normal, biaya produksi normal dan biaya diskresioner normal. Setelah diperoleh jumlah normal dari ketiga variabel tersebut maka dapat dihitung jumlah abnormal masing-masing variabel dari selisih jumlah aktual tiap variabel 45
dengan jumlah normal tiap variabel. Selain itu regresi juga digunakan untuk mengetahui korelasi antara manajemen laba akitivitas riil dengan dividend payout ratio. Dalam penelitian ini terdapat 4 persamaan regresi linier berganda yang berbeda yang selanjutnya disebut sebagai persamaan 1, persamaan 2, persamaan 3, dan persamaan 4. Dimana persamaan 1, 2, dan 3 digunakan untuk menghitung besarnya nilai abnormal arus kas kegiatan operasi, abnormal biaya produksi, dan abnormal biaya diskresioner. Sedangkan persamaan 4 digunakan untuk melihat korelasi dan tingkat signifikansi antara manajemen laba melalui aktivitas riil dengan tingkat dividend payout ratio.
4. 2
Uji Hipotesis
4.2.1 Uji Hipotesis 1 4.2.1.1 Analisis Regresi Persamaan 1 Untuk mendapatkan nilai abnormal arus kas kegiatan operasi perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu untuk nilai normal arus kas kegiatan operasi masingmasing perusahaan sampel. Untuk memperoleh nilai normal variabel tersebut diperlukan koefisien hasil dari persamaan regresi. Setelah diperoleh koefisien variabel, selanjutnya koefisien tersebut dimasukkan ke dalam persamaan regresi untuk mendapatkan nilai normal dari arus kas kegiatan operasi. Selanjutnya dilakukan perhitungan selisih antara nilai aktual variabel dengan nilai normal variabel untuk mendapatkan nilai abnormal variabel tersebut.
46
Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan sebagai berikut: Tabel 4. 2 Hasil Koefisien Arus Kas Operasi Normal (Persamaan Regresi 1) CFOt/ At-1 = α0 + α1(1/ At-1) + β1(St/ At-1) + β2(∆St/ At-1) + єt Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) .012 .065 1/ At-1 -.042 .027 1 St/ At-1 .140 .046 DeltaSt/ At-1 -.039 .095 a. Dependent Variable: CFOt/ At-1
Sig. .851 .132 .004 .683
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah
Dari hasil analisis persamaan regresi 1 maka diperoleh nilai koefisien sebesar 0.012 untuk konstanta, -0.042 untuk 1/At-1, 0.140 untuk St/ At-1, dan -0.039 untuk ∆St/ At-1. Selanjutnya koefisien tersebut dimasukkan ke dalam persamaan regresi 1 untuk mendapatkan nilai normal arus kas kegiatan operasi sehingga dapat diperoleh nilai abnormal arus kas kegiatan operasi melalui selish nilai aktual dengan nilai normal arus kas kegiatan operasi. Nilai konstanta sebesar 0.012 berarti tanpa adanya komposisi 1/At-1, St/ At1, dan ∆St/ At-1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal pada data sampel akan mengalami kenaikan sebesar 0.012. Untuk variabel 1/At-1 sebesar -0.042 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel 1/At-1 mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal akan turun sebesar 0.042. Untuk variabel St/ At-1 sebesar 0.140 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel St/ At-1 mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal akan naik sebesar 0.140. Untuk variabel ∆St/ At-1sebesar -0.039 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel ∆St/ At-1 mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal akan turun sebesar 0.039. 47
4.2.1.2 Analisis Regresi Persamaan 2 Untuk mendapatkan nilai abnormal biaya produksi perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu untuk nilai normal biaya produksi masing-masing perusahaan sampel. Untuk memperoleh nilai normal variabel tersebut diperlukan koefisien hasil dari persamaan regresi. Setelah diperoleh koefisien variabel, selanjutnya koefisien tersebut dimasukkan ke dalam persamaan regresi untuk mendapatkan nilai normal dari biaya produksi. Selanjutnya dilakukan perhitungan selisih antara nilai aktual variabel dengan nilai normal variabel untuk mendapatkan nilai abnormal variabel tersebut. Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan sebagai berikut: Tabel 4. 3 Hasil Koefisien Regresi Biaya Produksi Normal (Persamaan Regresi 2) PRODt/ At-1 = α0 + α1(1/At-1) + β1(St/At-1) +β2(∆St/At-1) + β3(∆St-1/At-1) + єt Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients B Std. Error (Constant) .348 .124 1/ At-1 -.094 .053 1 St/ At-1 .435 .105 DeltaSt/ At-1 -.297 .183 DeltaSt-1/At-1 .691 .323 a. Dependent Variable: Actual PROD
Sig. .007 .082 .000 .113 .039
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah
Dari hasil analisis persamaan regresi 2 maka diperoleh nilai koefisien sebesar 0.348 untuk konstanta, -0.094 untuk 1/At-1, 0.435 untuk St/ At-1, -0.297 untuk ∆St/ At-1, dan 0.691 ∆St-1/At-1. Selanjutnya koefisien tersebut dimasukkan ke dalam persamaan regresi 2 untuk mendapatkan nilai normal biaya produksi sehingga dapat diperoleh nilai abnormal biaya produksi melalui selish nilai aktual dengan nilai normal biaya produksi.
48
Nilai konstanta sebesar 0.348 berarti tanpa adanya komposisi 1/At-1, St/ At1, ∆St/ At-1, dan ∆St-1/At-1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal pada data sampel akan mengalami kenaikan sebesar 0.348. Untuk variabel 1/At-1 sebesar 0.094 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel 1/At-1 mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal akan turun sebesar 0.094. Untuk variabel St/ At-1 sebesar 0.435 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel St/ At-1 mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal akan naik sebesar 0.435. Untuk variabel ∆St/ At1sebesar
-0.297 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel
∆St/ At-1 mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal akan turun sebesar 0.297. Untuk variabel ∆St-1/At-1 sebesar 0.691 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel St/ At-1 mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal akan naik sebesar 0.691.
4.2.1.3 Analisis Regresi Persamaan 3 Untuk mendapatkan nilai abnormal biaya diskresioner perlu dilakukan perhitungan terlebih dahulu untuk nilai normal biaya diskresioner masing-masing perusahaan sampel. Untuk memperoleh nilai normal variabel tersebut diperlukan koefisien hasil dari persamaan regresi. Setelah diperoleh koefisien variabel, selanjutnya koefisien tersebut dimasukkan ke dalam persamaan regresi untuk mendapatkan nilai normal dari biaya diskresioner Selanjutnya dilakukan perhitungan selisih antara nilai aktual variabel dengan nilai normal variabel untuk mendapatkan nilai abnormal variabel tersebut.
49
Hasil dari perhitungan tersebut ditampilkan sebagai berikut: Tabel 4. 4 Hasil Koefisien Regresi Biaya Diskresioner Normal (Persamaan Regresi 3) DISEXPt/ At-1 = α0 + α1(1/At-1) + β(St-1/At-1) + єt Coefficientsa Model (Constant) 1 1/ At-1 St-1/At-1
Unstandardized Coefficients Sig. B -.326 .115 .411
Std. Error .047 .000 .020 .000 .032 .000
a. Dependent Variable: Actual DISEXP
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah
Dari hasil analisis persamaan regresi 3 maka diperoleh nilai koefisien sebesar -0.326 untuk konstanta, 0.115 untuk 1/At-1, dan 0.411 untuk St-1/ At-1. Selanjutnya koefisien tersebut dimasukkan ke dalam persamaan regresi 3 untuk mendapatkan nilai normal biaya diskresioner sehingga dapat diperoleh nilai abnormal biaya diskresioner melalui selish nilai aktual dengan nilai normal biaya diskresioner. Nilai konstanta sebesar -0.326 berarti tanpa adanya komposisi 1/At-1, dan St1/ At-1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal pada data sampel akan mengalami penurunan sebesar 0.326. Untuk variabel 1/At-1 sebesar 0.115 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel 1/At-1 mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal akan naik sebesar 0.115. Untuk variabel St-1/ At-1 sebesar 0.411 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel St/ At-1 mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai arus kas kegiatan operasi normal akan naik sebesar 0.411.
50
4.2.1.4 Analisis Statistik Deskriptif Dalam penelitian ini, statistik deskriptif digunakan untuk memperlihatkan nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median) atau kuartil kedua (Q2), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum dari data sembilan perusahaan sampel selama lima tahun berturut-turut (2008-2012). Dalam statistik deskriptif ini yang dianalisis adalah variabel dividend payout ratio (DPR), abnormal arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO), abnormal produksi (ABN_PROD), abnormal biaya diskresioner (ABN_DISEXP), ukuran perusahaan (LOGTA), net income (NI) , market to book ratio (MTB), dan return on investment (ROI). Statistik deskriptif ini dihitung dengan menggunakan perangkat lunak statistik SPSS 20.
Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel-variabel Penelitian Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation DPR 45 .0003 2.5684 .522767 .4300300 ABN_CFO 45 -.4218 .2599 .000707 .1328505 ABN_PROD 45 -.4873 .4678 .000120 .2467745 ABN_DISEXP 45 -.1850 .1706 -.000384 .0966795 LOGTA 45 -.3958 1.6181 .490780 .6042397 NI 45 .0530 4.8940 1.276511 1.6848462 MTB 45 .0006 40.0921 5.386342 9.5163292 ROI 45 .0269 .4067 .156056 .1080691 Valid N (listwise) 45
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah
Berdasarkan hasil dari statistik deskriptif maka diketahui nilai rata-rata (mean) dari dividen payout ratio (DPR) yang digunakan sebagai sampel adalah sebesar 0.522767. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pembagian dividen yang dibagikan oleh perusahaan sampel cukup besar. Perusahaan memiliki jumlah laba yang cukup besar untuk dibagikan kepada para pemegang saham dibandingkan dengan jumlah laba ditahan yang digunakan untuk pengembangan perusahaan. Hal 51
ini cenderung mengungkapkan bahwa perusahaan-perusahaan sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan perusahaan yang stabil dengan tingkat pertumbuhan perusahaan yang rendah. Nilai tertinggi (Maximum) dan terendah (Minimum) dividend payout ratio (DPR) masing-masing dengan nilai 2.5684 dan 0.0003. Nilai dari standar deviasi (Std.Deviation) untuk dividend payout ratio adalah sebesar 0.4300300. Nilai rata-rata dari nilai abnormal arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO) dari perhitungan data sampel adalah sebesar 0.000707. Nilai rata-rata tersebut mengungkapkan bahwa arus kas kegiatan operasi aktual cenderung lebih besar dibandingkan dengan arus kas kegiatan operasi normal sehingga menghasilkan ratarata abnormal arus kas kegiatan operasi yang bernilai positif. Hal ini diduga karena meningkatnya arus kas yang masuk dari kegiatan operasi. Nilai tertinggi (Maximum) dan terendah (Minimum) dari abnormal arus kas kegiatan operasi (ABN_CFO) masing-masing dengan nilai 0.2599 dan - 0.4218. Nilai dari standar deviasi (Std.Deviation) untuk abnormal arus kas kegiatan operasi adalah sebesar 0.1328505. Untuk nilai rata-rata dari abnormal biaya produksi (ABN_PROD) diperoleh dari hasil pengolahan sebesar 0.000120. Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata nilai abnormal biaya produksi, diperoleh nilai biaya produksi aktual yang diskalakan aset tahun lalu cenderung lebih besar daripada nilai biaya produksi normal yang diskalakan aset tahun lalu sehingga menghasilkan rata-rata abnormal biaya produksi bernilai positif. Biaya produksi yang berlebihan diduga merupakan penyebab nilai biaya produksi aktual lebih besar dari nilai produksi normal. Produksi berlebih dilakukan dengan tujuan agar biaya overhead tetap dapat dibebankan pada jumlah unit produksi yang lebih besar sehingga menyebabkan biaya per unit produksi menjadi lebih rendah. Nilai tertinggi (Maximum) dan terendah (Minimum) abnormal
52
produksi (ABN_PROD) masing-masing dengan nilai 0.4678 dan - 0.4873. Nilai dari standar deviasi (Std.Deviation) untuk abnormal produksi adalah sebesar 0. 2467745. Nilai rata-rata untuk abnormal biaya diskresioner (ABN_DISEXP) adalah sebesar -0.000384. Nilai rata-rata tersebut menyatakan bahwa nilai biaya diskresioner aktual yang diskalakan dengan aset tahun lalu cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nilai biaya diskresioner normal yang diskalakan dengan aset tahun lalu sehingga menghasilkan rata-rata abnormal biaya diskresioner bernilai negatif. Penyebab dari selisih ini diduga karena terjadi penurunan biaya umum, penjualan dan administrasi perusahaan. Apabila penurunan biaya diskresioner ini merupakan salah satu tindakan manager untuk melakukan manajemen laba, maka motivasi manajer melakukan hal itu adalah untuk memperkecil jumlah biaya yang harus dibayarkan sehingga meningkatkan jumlah laba perusahaan. Nilai tertinggi (Maximum) dan terendah (Minimum) abnormal biaya diskresioner (ABN_DISEXP) masing-masing dengan nilai 0. 1706 dan - 0.1850. Nilai dari standar deviasi (Std.Deviation) untuk abnormal biaya diskresioner adalah sebesar 0. 0966795. Nilai rata-rata ukuran perusahaan (LOGTA) diperoleh senilai 0.490780. Nilai tersebut menyatakan bahwa perusahaan sampel memiliki rata-rata jumlah aset miliaran dan perusahaan dapat dinyatakan sebagai perusahaan yang besar sehingga memungkinkan perusahaan memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan dana dari berbagai sumber karena perusahaan memiliki posisi yang cukup kuat untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam persaingan antar perusahaan. Nilai tertinggi (Maximum) dan terendah (Minimum) ukuran perusahaan (LOGTA) masing-masing dengan nilai 1.6181 dan - 0. 3958. Nilai dari standar deviasi (Std.Deviation) untuk ukuran perusahaan adalah sebesar 0. 6042397.
53
Untuk nilai rata-rata net income (NI) adalah senilai 1.276511. Dari nilai ratarata tersebut dapat disimpulkan bahwa rata-rata perusahaan sampel cenderung memiliki laba bersih miliaran rupiah selama lima tahun perusahaan. Semakin besar laba bersih yang dimiliki perusahaan maka semakin besar kemungkinan pembayaran dividen oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Nilai tertinggi (Maximum) dan terendah (Minimum) net income (NI) masing-masing dengan nilai 4.8940 dan 0.0530. Nilai dari standar deviasi (Std.Deviation) untuk net income adalah sebesar 1.6848462. Nilai rata-rata untuk market to book ratio (MTB) adalah sebesar 5.386342. Berdasarkan
perhitungan
nilai
rata-rata
market
to
book
ratio
tersebut
mengungkapkan bahwa perusahaan sampel cenderung memiliki nilai pasar yang lebih besar dibandingkan dengan nilai buku perusahaan. Dengan nilai pasar yang lebih tinggi daripada nilai buku, perusahaan dapat lebih diyakini akan membagikan dividen kepada para pemegang saham. Nilai tertinggi (Maximum) dan terendah (Minimum) market to book ratio (MTB) masing-masing dengan nilai 40.0921 dan 0.0006. Nilai dari standar deviasi (Std.Deviation) untuk market to book ratio adalah sebesar 9.5163292. Nilai rata-rata untuk return on investment (ROI) adalah sebesar 0.156056. Hasil tersebut menyatakan bahwa perusahaan sampel melakukan manajemen secara efektif atas aset perusahaan untuk operasi perusahaan agar memperoleh timbal balik dari investasi atas aset perusahaan. Nilai tertinggi (Maximum) dan terendah (Minimum) return on investment (ROI) masing-masing dengan nilai 0.4067 dan 0.0269. Nilai dari standar deviasi (Std.Deviation) untuk return on investment adalah sebesar 0.1080691.
54
4.2.1.5 Uji signifikansi parameter individual (uji statistik t) Uji t merupakan pengujian variabel independen secara partial terhadap variabel dependen untuk menganalisis apakah pengujian terhadap variabel dependen sehingga bisa diketahu apakah variabel-variabel independen yang diuji berpengaruh secara siginifikan atau tidak signifikan terhadap variabel dependen. Dalam uji statistik t ini digunakan pengujian hipotesis 2 arah (two tail) karena arah hipotesis masih belum diketahui apakah berpengaruh positif atau negatif. Hasil uji statistik t dengan persamaan regresi 4 menggunakan SPSS 20.0 adalah sebagai berikut Tabel 4.6 Hasil Uji t DPRt = α0 + α1 ABN_CFOi + α2 ABN_PRODi + α3 ABN_DISEXPi + α4SIZEi + α5MTBi + α6NIi + α7ROIi + є Variable (Constant)
t-Statistic 2.630
Prob .012
.013
.990
-1.649
.108
ABN_DISEXP
-.722
.475
LOGTA
ABN_CFO ABN_PROD
-.741
.464
NI
.517
.608
MTB
.515
.609
ROI
.453
.653
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah
Untuk menguji apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel ABN_CFO dan dividend payout ratio maka dilakukan dengan melihat dari nilai probabilitas tiap variabel. Dilihat dari hasil olah statistik, nilai probabilitas variabel ABN_CFO sebesar 0.990 dan nilai signifikansi α sebesar 5% (yaitu dari α= 0.10/2 karena pengujian two tail). Karena nilai probabilitas variabel ABN_CFO di atas α=5% (0.990 > 5%) maka variabel ABN_CFO tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.
55
Dilihat dari hasil olah statistik, nilai probabilitas variabel ABN_PROD sebesar 0.108 dan nilai signifikansi α sebesar 5% (yaitu dari α= 0.10/2 karena pengujian two tail). Karena nilai probabilitas variabel ABN_PROD di atas α=5% (0.108 > 5%) maka variabel ABN_PROD tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Dilihat dari hasil olah statistik, nilai probabilitas variabel ABN_DISEXP sebesar 0.475 dan nilai signifikansi α sebesar 5% (yaitu dari α= 0.10/2 karena pengujian two tail). Karena nilai probabilitas variabel ABN_DISEXP di atas α=5% (0.475 > 5%) maka variabel ABN_CFO tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Dilihat dari hasil olah statistik, nilai probabilitas variabel LOGTA sebesar 0.464 dan nilai signifikansi α sebesar 5% (yaitu dari α= 0.10/2 karena pengujian two tail). Karena nilai probabilitas variabel LOGTA di atas α=5% (0.464 > 5%) maka variabel LOGTA atau ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Dilihat dari hasil olah statistik, nilai probabilitas variabel NI sebesar 0.608 dan nilai signifikansi α sebesar 5% (yaitu dari α= 0.10/2 karena pengujian two tail). Karena nilai probabilitas variabel NI di atas α=5% (0.608 > 5%) maka variabel NI atau laba bersih tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Dilihat dari hasil olah statistik, nilai probabilitas variabel MTB sebesar 0.609 dan nilai signifikansi α sebesar 5% (yaitu dari α= 0.10/2 karena pengujian two tail). Karena nilai probabilitas variabel NI di atas α=5% (0.609 > 5%) maka variabel MTB atau market to book ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.
56
Dilihat dari hasil olah statistik, nilai probabilitas variabel ROI sebesar 0.653 dan nilai signifikansi α sebesar 5% (yaitu dari α= 0.10/2 karena pengujian two tail). Karena nilai probabilitas variabel ROI di atas α=5% (0.653 > 5%) maka variabel ROI atau return on investment tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio.
4.2.2 Uji Hipotesis 2 4.2.2.1 Analisis Regresi Persamaan 4 Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk membuktikan adanya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun berdasarkan hasil pengolahan data dengan persamaan regresi 4 menggunakan SPSS 20.0 diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 4.7 Hasil Analisis Regresi DPRt = α0 + α1 ABN_CFOi + α2 ABN_PRODi + α3 ABN_DISEXPi + α4SIZEi + α5MTBi + α6NIi + α7ROIi + є Variable (Constant) ABN_CFO
Coefficient .433
Std. Error .165
t-Statistic 2.630
Prob .012
.011
.800
.013
.990
ABN_PROD
-.669
.406
-1.649
.108
ABN_DISEXP LOGTA
-.743 -.198
1.029 .268
-.722 -.741
.475 .464
NI
.056
.109
.517
.608
MTB ROI
.006 .534
.011 1.180
.515 .453
.609 .653
R-squared
0.275
Adjusted R-squared
0.138
F-statistic
2.002
Prob (F-statistic)
0.081
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah
57
Analisis regresi linier berganda pada persamaan 4 ini bertujuan untuk melihat pengaruh antara dividend payout ratio sebagai variabel dependen dengan tiga variabel independen yaitu abnormal arus kas kegiatan operasi yang memiliki efek peningkatan dividend payout ratio setiap terjadi peningkatan nilai abnormal arus kas kegiatan operasi, abnormal biaya produksi yang memiliki efek penurunan dividend payout ratio setiap terjadi peningkatan abnormal biaya produksi, dan abnormal biaya diskresioner yang memiliki efek penurunan dividend payout ratio setiap terjadi peningkatan abnormal biaya diskresioner. Pada model persamaan regresi ini terdapat empat variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan (nilai logaritma dari total aset), net income atau laba bersih, market to book ratio dan return on investment. Nilai konstanta sebesar 0.433 berarti tanpa adanya komposisi ABN_CFO, ABN_PROD, ABN_DISEXP, ukuran perusahaan, net income, market to book ratio, dan return on investment maka nilai dividend payout ratio pada data sampel akan mengalami peningkatan sebesar 0.433. Nilai koefisien variabel ABN_CFO atau abnormal arus kas kegiatan operasi sebesar 0.11 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel ABN_CFO mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai dividend payout ratio akan naik sebesar 0.11. Nilai koefisien variabel ABN_PROD atau abnormal biaya produksi sebesar -0.669
berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel
ABN_PROD mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai dividend payout ratio akan turun sebesar 0.669. Nilai koefisien variabel ABN_DISEXP atau abnormal biaya diskresioner sebesar -0.743 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel
58
ABN_DISEXP mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai dividend payout ratio akan turun sebesar 0.743. Nilai koefisien variabel LOGTA atau ukuran perusahaan sebesar -0.198 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel LOGTA mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai dividend payout ratio akan turun sebesar 0.198. Nilai koefisien variabel NI atau laba bersih sebesar 0.056 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel NI mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai dividend payout ratio akan naik sebesar 0.056. Nilai koefisien variabel MTB atau market to book ratio sebesar 0.006 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel MTB mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai dividend payout ratio akan naik sebesar 0.006. Nilai koefisien variabel ROI atau return on investment sebesar 0.534 berarti jika variabel lain dalam regresi nilainya tetap dan variabel ROI mengalami kenaikan Rp 1 maka nilai dividend payout ratio akan naik sebesar 0.534. Berdasarkan hasil analisis persamaan regresi di tabel IV.6, maka diperoleh nilai adjusted R-squared (R2) sebesar 0.138. Nilai tersebut menunjukkan bahwa variabel independen abnormal arus kas kegiatan operasi, abnormal biaya produksi, dan abnormal biaya diskresioner serta variabel kontrol ukuran perusahaan, net income, market to book ratio, dan ROI berpengaruh terhadap dividend payout ratio sebesar 13,8%, sedangkan sisanya 86,2% (100%-13,8%) dipengaruhi oleh variabelvariabel lain di luar dari variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat dividend payout ratio perusahaan. Dalam tabel IV.6, juga diperoleh nilai F-statistic sebesar 2.002 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.081. Karena nilai probablitas F-statistic di atas α = 5%
59
(0.081 > 5%) maka model regresi tidak berpengaruh signifikan jika dipakai untuk memprediksi tingkat dividend payout ratio.
4.3
Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada indikasi manajer-
manajer perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan manufaktur, melakukan manajemen laba melalui aktivitas kegiatan riil. Dalam penelitian ini, peneliti menggabungkan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian Roychowdhury (2006) dan penelitian yang dilakukan oleh Agmarina (2011). Untuk menguji apakah perusahaan melakukan manajemen laba melalui aktivitas kegiatan riil, ditentukan berdasarkan nilai rata-rata dan nilai signifikansi dari variabel abnormal arus kas kegiatan operasi, abnormal biaya produksi, dan abnormal biaya diskresioner (hasil statistik deskriptif dan uji t). Sedangkan untuk menguji apakah perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil memiliki pengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, dilihat dari hasil analisis persamaan regresi (persamaan regresi 4). Berikut adalah tabel ringakasan keseluruhan uji hipotesis.
60
Tabel 4.8 Ringkasan Seluruh Uji Hipotesis
Hipotesis 1 (1a, 1b dan 1c)
1a
Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi
ABN_CFO
0.000707
mean <0
Proba bilitas (pvalue) .990
1b
Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui biaya produksi
ABN_PROD
0.00012
mean >0
1c
Perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui biaya diskresioner
ABN_DISEXP
-0.000384
mean <0
Hipotesis
Variabel Independen
Mean
Kriteria
Alfa (α)
Kesimpula n
0.05
Hipotesis ditolak
.108
0.05
Hipotesis diterima
.475
0.05
Hipotesis diterima
Hipotesis 2 Hipotesis 2
Adanya pengaruh antara manajemen laba melalui aktivitas riil terhadap dividend payout ratio
Hasil Penelitian
Kesimpula n
Adjusted R-squared :
0.138
Prob (F-statistic)
0.081
:
Hipotesis diterima
Sumber: Data sekunder yang sudah diolah
4.3.1 Pembahasan Hipotesis 1a Untuk hipotesis 1a (H1a) di mana perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi ditentukan berdasarkan nilai rata-rata dan signifikansi nilai abnormal dari arus kas kegiatan operasi. Hasil dari penelitian Roychowdhury (2006) menemukan bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil memperlihatkan nilai rata-rata 61
abnormal arus kas kegiatan operasi bernilai negatif karena nilai rata-rata arus kas kegiatan operasi lebih rendah dari yang seharusnya. Perusahaan pada umumnya ingin mendapatkan laba yang besar agar dapat dilihat memiliki prestasi yang bagus dan semakin menarik minat pihak investor untuk berinvestasi di perusahaannya. Cara menaikkan laba dapat dilakukan dengan meningkatkan penjualan, memberikan potongan harga, atau menawarkan penjualan kredit dengan bunga yang rendah yang akhirnya menyebabkan laba periode tersebut tinggi namun arus kas kegiatan operasi secara abnormal lebih rendah dibandingkan dengan yang seharusnya pada periode yang bersangkutan. Hasil pengujian yang dilakukan peneliti tidak sama dengan penelitian yang dilakukan Roychowdhury di mana hasil pengujian peneliti adalah nilai rata-rata ABN_CFO perusahaan sampel bernilai positif dan nilai probabilitasnya lebih besar daripada tingkat signifikansinya sehingga sampel diduga tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, sehingga hipotesis 1a (H1a) ditolak. Hasil penelitian bertentangan dengan hasil penelitian sebelumnya dimungkinkan karena sebagian besar perusahaan sampel merupakan pemimpin pangsa pasar atau berpengaruh cukup besar dalam jenis usahanya sehingga mereka tidak menawarkan potongan harga secara besar-besaran untuk memasarkan produknya. Perusahaan sampel juga ada kemungkinan tidak menawarkan penjualan kredit dengan bunga rendah secara berlebihan yang nantinya memungkinkan terjadi peningkatan penjualan namun tidak ada atau hanya sedikit arus kas yang masuk, selain itu perusahaan juga menghindari terjadinya resiko kredit macet.
62
4.3.2 Pembahasan Hipotesis 1b Untuk hipotesis 1b (H1b) di mana perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui biaya produksi ditentukan berdasarkan nilai rata-rata dan signifikansi nilai abnormal dari biaya produksi. Roychowdhury (2006) menemukan bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil memperlihatkan rata-rata abnormal biaya produksi yang bernilai positif karena besarnya nilai rata-rata biaya produksi lebih besar dari yang seharusnya dan berpengaruh signifikan. Dalam penelitian ini, biaya produksi meningkat diduga karena perusahaan melakukan produksi di atas level normal operasi perusahaan (overproduction) dengan tujuan untuk mendapatkan harga pokok penjualan yang lebih rendah sehingga jumlah laba meningkat. Hasil pengujian yang dilakukan peneliti tidak sama dengan penelitian yang dilakukan Roychowdhury di mana hasil pengujian peneliti adalah nilai rata-rata ABN_PROD perusahaan sampel bernilai positif dan nilai probabilitasnya lebih besar daripada tingkat signifikansinya sehingga sampel diduga tidak melakukan manipulasi aktivitas riil melalui arus kas kegiatan operasi dan tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio sehingga hipotesis 1b (H1b) diterima dan pengaruhnya terhadap dividend payout ratio tidak signifikan atau kecil pengaruhnya.
4.3.3 Pembahasan Hipotesis 1c Untuk hipotesis 1c (H1c) yang menyatakan perusahaan diduga cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil melalui biaya diskresioner ditentukan berdasarkan nilai rata-rata dan signifikansi nilai abnormal biaya diskresioner. Roychowdhury (2006) menemukan bahwa perusahaan yang cenderung melakukan manipulasi aktivitas riil memperlihatkan nilai rata-rata abnormal biaya diskresioner
63
yang bernilai negatif karena biaya diskresioner memiliki nilai yang lebih kecil dari yang seharusnya. Perusahaan mengurangi biaya diskresioner dengan tujuan untuk meningkatkan laba perusahaan. Hasil pengujian yang dilakukan peneliti sama dengan penelitian yang dilakukan Roychowdhury di mana hasil pengujian peneliti adalah nilai rata-rata ABN_DISEXP perusahaan sampel bernilai negatif dan nilai probabilitasnya lebih besar daripada tingkat signifikansinya sehingga sampel diduga melakukan manipulasi aktivitas riil melalui biaya diskresioner dan tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio sehingga hipotesis 1c (H1c) diterima dan tetapi pengaruhnya terhadap dividend payout ratio tidak signifikan atau kecil pengaruhnya.
4.3.4 Pembahasan Hipotesis 2 Untuk hipotesis 2 yang menyatakan adanya pengaruh antara manajemen laba melalui aktivitas riil terhadap dividend payout ratio, ditentukan berdasarkan hasil analisis persamaan regresi linier berganda (persamaan regresi 4). Dari hasil analisis regresi diperoleh nilai adjusted R-squared (R2) sebesar 0.138, sehingga menunjukkan bahwa variabel independen abnormal arus kas kegiatan operasi, abnormal biaya produksi, dan abnormal biaya diskresioner serta variabel kontrol ukuran perusahaan, net income, market to book ratio, dan ROI berpengaruh terhadap dividend payout ratio sebesar 13.8%, sedangkan sisanya 86,2% (100%-13,8%) dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar dari variabel-variabel yang diuji dalam penelitian ini. Hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat dividend payout ratio perusahaan. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan adanya manipulasi aktivitas riil dalam perusahaan sampel, sehingga jika dilihat dari tingkat pengaruh variabel
64
independen dan variabel kontrol terhadap variabel dependen hanya sebesar 13,8% maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil akan memiliki dividend payout ratio yang lebih baik daripada perusahaan yang tidak melakukan manipulasi aktivitas riil. Oleh karena itu semakin tinggi dividen yang dibayarkan mengindikasikan bahwa perusahaan yang melakukan manipulasi aktivitas riil akan melakukan pembayaran dividen yang lebih baik sehingga tingkat dividend payout ratio perusahaan akan meningkat sehingga hipotesis 2 (H2) diterima.
65