41
BAB 3 PERUMUSAN OBJEK PENELITIAN 3.1
Struktur Organisasi Perusahan Gambar 3.1: Struktur Organisasi
41
42
Organisasi Induk PT. Garuda Indonesia (Persero), Tbk Direksi (1) Perusahaan dipimpin oleh seorang Direktur Utama dan 7 orang Direktur, yang selanjutnya disebut direksi. (2) Susunan Direksi adalah sebagai berikut: a. Direktur Utama b. Direktur Layanan c. Direktur Pemasaran & Penjualan d. Direktur Teknik & Pengelolaan Armada e. Direktur Operasi f. Direktur Keuangan g. Direktur Sumber Daya Manusia & Umum (Direktur SDM & Umum) h. Direktur Strategi, Pengembangan Bisnis & Manajemen Risiko Penyebutan Direksi dan Nama Jabatan Direksi Untuk kepentingan komunikasi, maka penyebutan untuk Direksi dan nama jabatan Direksi diatur sebagai berikut: a. Direksi, dapat menggunakan istilah Board of Director, disingkat BoD. b. Direktur Utama, dapat menggunakan istilah President & Chief Executive Officer, selanjutnya disebut President & CEO. c. Direktur Layanan, dapat menggunakan istilah Director Services. d. Direktur Pemasaran & Penjualan, dapat menggunakan istilah Director Marketing & Sales.
43
e. Direktur Teknik & Pengelolaan Armada, dapat menggunakan istilah Director Maintenance & Fleet Management. f. Direktur Operasi, dapat menggunakan istilah Director Operations. g. Direktur Keuangan, dapat menggunakan istilah Director Finance & Chief Financial Officer, Selanjutnya disebut Director Finance & CFO. h. Direktur Sumber Daya Manusia & Umum, dapat menggunakan istilah Director Human Capital & Corporate Affairs. i. Derektur Strategi, Pengembangan Bisnis & Manajemen Risiko, dapat menggunakan istilah Director Strategy, Business Development & Risk Management. Organisasi Induk Struktur Organisasi Induk PT Garuda Indonesia (Persero) adalah sebagaimana yang tersebut dalam Lampiran 1 Surat Keputusan ini (untuk penyebutan Direksi, Direktur Utama, dan Direktur), atau Lampiran 2 Surat Keputusan ini (untuk penyebutan istilah BoD, President & CEO, dan Director). Unsur-unsur Organisasi Induk (1) Unsur Pelaksana; yaitu yang menjalankan fungsi pelaksana kebijakan; dipimpin oleh Direktur dengan dibantu oleh Vice President (disingkat VP) dan/atau Senior General Manager (disingkat Senior GM). (2) Unsur Pendukung; yaitu fungsi yang mempunyai peran mendukung Direktur Utama dan/ atau Direksi; dipimpin oleh VP.
44
(3) Strategic Business Unit (SBU); yaitu unit usaha mandiri dalam Perusahaan yang berorientasi pada optimasi sumber daya yang bertujuan memaksimalkan nilai Perusahaan dengan memberikan hasil produksi dan layanan jasa kepada pelanggan, baik di dalam maupun diluar korporasi; dipimpin oleh VP. (4) Anak Perusahaan (Subsidiaries), yaitu suatu badan hukum tersendiri yang dibentuk Perusahaan untuk mendukung kegiatan Perusahaan Induk dan dikelola secara mandiri, namun masih dalam kontrol Perusahaan Induk. Unsur Pelaksana Unsur Pelaksana dalam Organisasi Induk PT Garuda Indonesia (Persero), terdiri dari: (1) Direktorat
Layanan;
bertanggung
jawab
terhadap
pengelolaan
dan
peningkatan layanan kepada pelanggan, khususnya sebelum, selama, dan sesudah penerbangan, melalui perencanaan/disain layanan ke pelanggan, mengelola proses “delivery”-nya kepada pelanggan, mengelola Awak Kabin untuk memberikan layanan in flight; serta pengelolaan customer relationship secara terintegrasi; dipimpin oleh Direktur Layanan. (2) Direktorat Pemasaran & Penjualan; bertanggung jawab terhadap pencapaian Sales, Revenue, melalui pengelolaan network, marketing & distribution, revenue; dipimpin oleh Direktur Pemasaran & Penjualan. (3) Direktorat Teknik & Pengelolaan Armada; bertanggung jawab terhadap penjaminan ketersediaan pesawat yang airworthy melalui pengelolaan armada mulai dari Phase-in & Phase-out serta administrasi armada,
45
kelayakan dan perawatan armada; dipimpin oleh Direktur Teknik & Pengelolaan Armada. (4) Direktur Operasi; bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasi penerbangan baik reguler maupun layanan haji, melalui pengelolaan awak kokpit, ground operations, flight dispatch, operation control dan dukungan operasional lainnya; dipimpin oleh Direktur Operasi. (5) Direktorat Keuangan; bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan Perusahaan melalui treasury, budget, akuntansi, dan investor relations; dipimpin oleh Direktur Keuangan. (6) Direkorat SDM & Umum; bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sumber Daya Manusia, learning & development, serta layanan administrasi dan umum; dipimpin oleh Direktur SDM & Umum. (7) Direktorat
Strategi,
Pengembangan
Bisnis
&
Manajemen
Risiko;
bertanggung jawab terhadap perumusan strategi dan perencanaan jangka panjang, dukungan teknologi informasi yang handal, serta pengelolaan risiko; dipimpin oleh Direktur Strategi, Pengembangan Bisnis & Manajemen Risiko. (8) Area Management; merupakan pengelola pelaksanaan seluruh kebijakan dan bisnis Perusahaan pada branch offices serta electronic commerce –tempat dimana Perusahaan melakukan bisnis- yang terdiri dari: Area Western Indonesia; Area Eastern Indonesia; Area Asia (ASA); Area Japan, Korea, China (JKC); Area Southwest Pacific (SWP); dan Area Management Kingdom of Saudi Arabia (KSA). Area Management dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada Direksi, namun secara operasional dikelola oleh Direktur Pemasaran & Penjualan.
46
Unsur Pendukung Unsur Pendukung dalam Organisasi Induk PT Garuda Indonesia (Persero) terdiri dari: (1) Unit Corporate Quality, Safety & Environment Management; berfungsi untuk mengelola safety management system. (2) Unit Internal Audit; berfungsi untuk memastikan efektivitas sistem audit internal Perusahaan. (3) Unit Corporate Secretary, berfungsi mengelola dokumen Perusahaan, memastikan penyelenggaraan administrasi Perusahaan sesuai hukum dan perundang-undangan yang berlaku serta prinsip Good Corporate Governance (GCG), dan melindungi Perusahaan dari aspek hukum. (4) Unit Corporate Communication; berfungsi untuk mengelola komunikasi & informasi Perusahaan (eksternal & internal) secara efektif, serta mengelola Corporate Social Responsibility (CSR) & Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). (5) Unit CEO Office; berfungsi untuk mendukung President & CEO melalui pemberian second opinion dan rekomendasi di dalam mengelola (managing), memimpin
(leading)
Perusahaan,
serta
menjalin
hubungan
dengan
stakeholder (networking). (6) Unit Corporate Security; berfungsi untuk mengelola security management system. Seluruh Unit Unsur Pendukung bertanggung jawab langsung kepada Direktur Utama.
47
Strategic Business Unit (SBU) SBU PT Garuda Indonesia (Persero) terdiri dari: (1) SBU Garuda Sentra Medika (GSM); mengelola bisnis kesehatan, yang secara operasional dikelola oleh salah satu Direksi. (2) SBU Citilink; mengelola bisnis penerbangan berbiaya murah (low cost carrier). yang secara operasional dikelola oleh salah satu Direksi. (3) SBU Garuda Cargo; mengelola bisnis kargo, yang secara operasional dikelola oleh salah satu Direksi. Anak Perusahaan Anak Perusahaan PT Garuda Indonesia (Persero) terdiri dari: (1) PT Aerowisata; bergerak dibidang jasa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di bidang usaha pariwisata dan jasa pendukung Angkutan Udara. (2) PT Garuda Maintenance Facility Aero (GMF Aero Asia, disingkat menjadi GMFAA) bergerak di bidang usaha perawatan pesawat terbang (Maintenance & Repair Organization/MRO). (3) PT Abacus Distribution Systems Indonesia; bergerak di bidang usaha utama Computerized Reservation System (CRS). (4) PT Aero Systems Indonesia; bergerak di bidang penyediaan sistem teknologi informasi untuk airline.
48
Penjabaran Organisasi Penjabaran atas Organisasi Induk, Fungsi dan akuntabilitas unit akan ditetapkan kemudian oleh Direktur Strategi, Pengembangan Bisnis & Manajemen Risiko.
3.1.1
Profil Perusahaan PT. Garuda Indonesia (Persero) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa pengangkutan udara. Pelayanan jasa yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) digunakan untuk pengangkutan orang dan barang dari suatu tempat ke tempat lainnya baik domestik maupun internasional. PT. Garuda Indonesia (Persero) sebagai “customer service” berupaya memberikan pelayanan yang berkualitas dan berorientasi kepada kepuasan pengguna jasa melalui pengelolaan secara profesional. PT. Garuda Indonesia (Persero) mengemban misi dan program pemerintah di bidang pembangunan dan ekonomi nasional, khususnya di bidang jasa pengangkutan udara dan di bidang lainnya yang terkait. Strategi yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) dalam rangka membangun ekonomi nasional di bidang jasa pengangkutan, tidak terlepas dari penataan seluruh aspek operasi, bisnis dan manajemen yang efektif agar mampu mengembangkan
bisnis
yang
sejajar
dengan
perusahaan
penerbangan
Internasional yang semakin luas, dan dapat membawa nama bangsa Indonesia ke mancanegara. Miai yang diemban oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) sebagai
49
pembawa bendera nasional telah meletakkan PT. Garuda Indonesia (Persero) sebagai tumpuan dna aharapan masyarakat Indonesia di bidang penerbangan. Sekarang ini, PT. Garuda Indonesia (Persero) berada di dunia persaingan yang lebih kompetitif dan dinamis. Perubaha-perubahan signifikan yang terjadi dalam industri penerbangan merupakan akibat dari kebiasaan pelanggan yang berubah-ubah, teknologi, deregulasi, dan privatisasi. Proses liberalisasi dan regulasi yang terdapat pada industri pesawat terbang secara lebih jauh dapat meningkatkan masuknya pesaing baru dan akan memperkecil keuntungan di dalam lingkungan industri yang memang sudah tinggi pesaingnya. Munculnya pesaing-pesaing baru dibidang penerbangan tidak membuat PT. Garuda Indonesia (Persero) berdiam diri, tetapi melakukan strategi yang dapat memperkuat dan memperluas bidang pelayanannya dari tahun ke tahun. PT. Garuda Indonesia (Persero) telah berdiri lebih dari 50 tahun, dan dapat dikatakan sudah cukup banyak menghadapi tantangan selama beberapa tahun terakhir, namun dengan kekuatan manajemen dan strategi yang tangguh membuat PT. Garuda Indonesia (Persero) tetap bertahan dan tetap menjadi “leading carrier” di dalam penerbangan dalam negeri “flag carrier”dalam penerbangan internasional dengan memeperhatikan ketepatan waktu dan layanan kualitas yang prima.
50
3.1.2
Deskripsi Bisnis •
Angkutan udara komersial untuk penumpang, barang dan pos dalam negeri dan luar negeri.
•
Angkutan udara borongan untuk penumpang dan barang dalam negeri dan luar negeri.
•
Reparasi dan pemeliharaan pesawat udara baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pohak ketiga.
•
Jasa pelayanan penunjang operasional pengangkutan udara.
•
Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara.
•
Jasa konsultasi, pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pengangkutan udara.
•
Jasa pelayanan kesehatan personil penerbangan.
3.1.3 Sejarah Perusahaan Sejarah penerbangan komersial di Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari masa-masa perjuangan rakyat Indonesia dalam usaha mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sejarah ini dimulai ketika pada tahun 1948, guna menunjang mobilitas pemimpin pemerintahan, Presiden Soekarno menghimbau kepada pengusaha dan rakyat Aceh untuk menghimpun dana guna pembelian pesawat terbang. Terkumpulah sejumlah uang untuk membeli sebuah pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota yang kemudian diberikan registrasi RI-001 diberi nama “Seulawah” yang berarti “Gunung Emas”. Berhubung jadwal penerbangan cukup padat, maka pesawat RI-001 harus menjalani perawatan yang dilakukan di
51
luar negeri, dan tanggal 7 Desember 1948 pesawat RI-001 mendarat di Calcutta untuk memulai perawatan. Namun, ketika sedang menjalani perawatan di India, pada tanggal 19 Desember 1948 tentara Belanda melancarkan Agresi Militer kedua, sehingga setelah perawatan selesai, pesawat RI-001 tidak dapat kembali ke Indonesia. Pada saat yang bersamaan, Pemerintah Burma tengah memerlukan angkutan udara. Guna mencari dana bagi keberadaan para awak pesawat, maka diputuskan pesawat RI-001 disewakan kepada pemerintah Burma. Akhirnya, pada tanggal 26 Januari 1949 pesawat RI-001 tersebut diterbangkan dari Calcutta ke Rangoon dan diberikan nama “Indonesian Airways”. Adapun nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno sendiri yang mengutip sajak Bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal saat itu, Noto Soeroto; “Ik ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw einladen”, yang artinya “Aku adalah Garuda, burung milik Wishnu yang membentang sayapnya menjulang tinggi di atas kepulauanmu”. Tanggal 28 Desember 1949 pesawat tipe Douglas DC-3 Dakota dengan registrasi PK-DPD dan sudah dicat dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Ini merupakan penerbangan pertama kali dengan nama “Garuda Indonesian Airways”. Garuda Indonesia kemudian resmi menjadi Perusahaan Negara pada tahun 1950, dimana pada saat itu Garuda Indonesia memiliki 38 buah pesawat yang terdiri dari 22 jenis DC3, 8 pesawat laut Catalina dan 8 pesawat jenis Convair 240. Armada perusahaan terus berkembang, hingga akhirnya pada tahun 1956, untuk pertama kalinya Garuda Indonesia membawa penumpang jamaah
52
Haji ke Mekkah. Pada tahun 1961, pesawat jenis turboprop Lockheed Electras bergabung dengan jajaran armada Garuda Indonesia. Garuda Indonesia memulai perjalanan terbangnya ke Eropa pada tahun 1965 dengan tujuan akhir di Amsterdam. Sepanjang tahun 80an, armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya
mengalami
restrukturisasi
besar-besaran
yang
menuntut
perusahaan merancang pelatihan yang menyeluruh bagi karyawannya dan mendorong perusahaan mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Training Centre yang terletak di Jakarta Barat. Selain Pusat Pelatihan, Garuda Indonesiajuga membangun Pusat Perawatan Pesawat, Garuda Maintenance Facility (GMF) di bandara internasional Soekarno-Hatta di masa itu. Di masa awal 90an, strategi jangka panjang Garuda Indonesia disusun hingga melampaui tahun 2000. Armada juga terus ditingkatkan sehingga di masa itu, Garuda Indonesia termasuk dalam 30 besar di dunia. Sejak awal tahun 2005 tim manajemen yang baru mulai membuat perencanaan bagi masa depan Garuda Indonesia. Di bawah kendali manajemen baru, Garuda Indonesia melaksanakan evaluasi ulang dan restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan operasional, membangun kembali kekuatan keuangan, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting adalah memperbaharui dan membangkitkan semangat Garuda Indonesia. Bagi perusahaan, pelayanan dalam kegiatan operasional merupakan kunci indikator kinerja. Pengukuran strategi yang melibatkan restrukturisasi pada seluruh rantai pelayanan (service chain) menegaskan komitmen perusahaan untuk menjadi perusahaan yang berorientasi pada pelanggan. Restrukturisasi perusahaan yang di dalamnya juga mencakup
53
restrukturisasi hutang mencatat sukses sebagaimana tercermin dalam laba yang diraih perusahaan di tahun 2009 yang melebihi Rp 1 triliun. Dalam kerangka restrukturisasi hutang, perusahaan memiliki pemegang saham yang baru per akhir Desember 2009 yaitu Bank Mandiri yang memiliki 10,6% saham di perusahaan melalui penyelesaian hutang Obligasi Konversi senilai Rp 1,02 triliun, sehingga per akhir Desember 2009 struktur kepemilikan saham perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia (85,8%), PT Bank Mandiri (10,6%), PT Angkasa Pura I (1,4%), PT Angkasa Pura II (2,2%). Memiliki gedung manajemen baru di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Garuda Indonesia saat ini didukung oleh 5.075 orang karyawan yang tersebar di kantor pusat dan 43 kantor cabang. Pada akhir Desember 2009, Garuda Indonesia mengoperasikan 70 pesawat yang terdiri dari 3 pesawat jenis Boeing 747-400, 6 pesawat jenis Airbus 330-300, 4 pesawat jenis Airbus 330-200 dan 57 pesawat jenis B-737 (seri 300, 400, 500 & 800). Pesawat ini melayani lebih dari 50 rute tujuan domestik dan internasional serta lebih dari 10 juta pelanggan. Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 4 anak perusahaan yang fokus pada produk/jasa pendukung bisnis perusahaan induk, yaitu PT Abacus Distribution Systems Indonesia, PT Aerowisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia dan PT Aero Systems Indonesia.
3.1.4
Asal nama Garuda Indonesia Pada 25 Desember 1949, wakil dari KLM yang juga teman Presiden Soekarno, Dr. Konijnenburg, menghadap dan melapor kepada Presiden di Yogyakarta bahwa KLM Interinsulair akan diserahkan kepada pemerintah sesuai
54
dengan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB) dan meminta kepda beliau memberi nama bagi perusahaan tersebut karena pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu. Menanggapi hal tersebut, Presiden-Soekarno menjawab dengan mengutip satu baris dari sebuah sajak berbahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Nato Soeroto di zaman kolonial, Ikben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden (“Aku adalah Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas kepulauanmu”). Maka pada 28 Desember 1949, terjadi penerbangan yang bersejarah yaitu DC-3 dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulai terbang membawa Presiden Soekarno dari Yogyakarta ke Kemayoran – Jakarta untuk pelantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan logo baru, Garuda Indonesia Airways, nama yang diberikan Presiden Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.
3.1.5
Visi, Misi, Nilai & Tujuan Perusahaan Garuda Indonesia secara konsisten mengarahkan strategi dan inisiatifnya untuk mencapai tujuan perusahaan dan mewujudkan misinya menjadi perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa.
3.1.5.1 Visi Perusahaan (Corporate Vision) “A strong distinguished airline through providing quality services to serve people and goods arround the world with indonesia hospitality.” Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualaitas kepada masyarakat menggunakan keramahan Indonesia.
55
3.1.5.2 Misi Perusahaan (Corporate Mission) “The flag carrier of indonesia to the world, to support national economic development by delivering professional and profitable air travel services.” Sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa (flag carrier) indonesia yang mempromosikan indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan profesional. 3.1.5.3 Nilai Perusahaan (Corporate Value) “Corporate value called “FLY-HI” consisting of efficient and effective, loyalty, customer centricity, honesty & openness, and integrity.” Tata nilai perusahaan yang disebut sebagai “FLY-HI” terdiri dari: eFficient & effective, Loyalty, customer centricitY, Honesty & openness dan Integrity.” eFficient and effective Insan garuda indonesia senantiasa melakukan tugas yang diembannya secara teliti, tepat dan akurat dalam waktu sesingkat mungkin dan tenaga serta biaya seefisien mungkin tanpa mengorbankan kualitas. Hal ini didasari keyakinan bahwa garuda indonesia berupaya menjamin pelanggan memperoleh layanan yang berkualitas. Loyalty Insan Garuda Indonesia dapat melaksanakan setiap tugas yang didelegasikan kepadanya dengan penuh dedikasi, tanggung jawab dan disiplin. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin konsistensi kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan.
56
Customer centricitY Insan garuda indonesia senantiasa penuh perhatian, siap membantu dan melayani. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menempatkan pelanggan sebagai pusat perhatian. Honesty and openness Insan Garuda Indonesia harus selalu jujur, tulus dan ikhlas dalam menjalankan seluruh aktifitasnya dan melakukan komunikasi dua arah yang jelas dan transparan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian, serta tetap menjaga kerahasiaan. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin keamanan, keselamatan dan kenyamanan pelanggan. Integrity Insan
Garuda
Indonesia
harus
menjaga
harkat
dan
martabat
serta
menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak citra profesi dan perusahaan. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin layanan dan relasinya dengan pelanggan berjalan bersih secara hukum dan moral. 3.1.5.4 Tujuan Perusahaan (Corporate Goals) “In line with the corporate vision, our corporate goal is to be a leading airline with a comparable reputation to other world class airlines and aim to create a continuously growing and expanding company with sustainable profits.” Untuk mencapai visi perusahaan maka tujuan perusaahn adalah menjadi maskapai penerbangan terkemuka dengan reputasi yang sejajar dengan maskapai kelas dunia lainnya. Sedangkan sasaran perusahaan yang hendak
57
dicapai adalah menciptakan perusahaan yang terus berkembang dengan keuntungan yang berkelanjutan.
3.1.6
Logo Perusahaan Gambar 3.2 : Logo Perusahaan
58
3.1.7
Penghargaan yang telah diraih oleh PT. Garuda Indonesia Tabel 3.1 : Tabel Penghargaan PT. Garuda Indonesia Airlines Tahun 2007
Penghargaan •
Service Quality Award 2007 (Diamond) from Center for Customer Satisfaction and Loyalty, and Marketing Magazine.
•
Indonesian Most Admired Company (IMAC) Airline Category by Frontier & Business Week
•
Indonesian Best Brand Award (IBBA) by MARS & SWA
•
IPRA Award 2007 (International Public Relations Association) certificate of Excellent in Crisis Management
•
Indonesian Customers Satisfaction Award (IVSA) by Frontier & SWA
•
Indonesian Most Admired Company (IMAC) Airline Category the Company with the Best Corporate Image Presented by Frontier & Business Week
•
Call
Center
Award
"Achieving
Good
Service
Performance" for Airline Category.
2008
• Call Center Award by Center Customer Satisfaction & Loyalty & MARKETING • Indonesia’s Most Admired Companies (IMAC) by
59
Frontier & Business Week • Indonesia Best Brand award “ Platinum Award “ by MARS & SWA • Transforming Strategic IT to Business Improvement by Warta Economy @ company Award 2008 • The Company The Best Corporate Image by Frontier & Business Week • Service Quality Award 2008 for achieving exceptional total quality satisfaction by Majalah Marketing • Perusahaan Idaman 2008 by Warta Ekonomi • Service Excellent Champion 2008 by MarkPlus & Co • Call Center Award by Center Customer Satisfaction & Loyalty & MARKETING • Indonesia's Most Admired Companies (IMAC) by Frontier & Business Week • Indonesia Best Brand award " Platinum Award " by MARS & SWA • Transforming Strategic IT to Business Improvement by Warta Economy @ company Award 2008 • The Company The Best Corporate Image by Frontier & Business Week • Service Quality Award 2008 for achieving exceptional total quality satisfaction by Majalah Marketing
60
• Perusahaan Idaman 2008 by Warta Ekonomi • Service Excellent Champion 2008 by MarkPlus & Co 2010
• 4 Star Airline SKYTRAX 2010 • ICSA 2010 “The Best in Achieving Total Costumer Satisfaction • Museum Rekor Indonesia Dunia “Pemrakarsa dan Penyelenggara Layanana Imigrasi Pertama di atas Pesawat • World Airline Winner SKYTRAX Awards 2010 • Indonesia Best Brand Award – Best Brand Platinum 2010 • Good Corporate Governance Awards 2010 – Indonesia Most Trusted Companies “Peserta terbaik dalam penilaian Makalah CGPI 2009” • Good Corporate Governance Awards 2010 – Indonesia Most
Trusted
Companies
“Corporate
Governance
Perception Index (CGPI)” • Marketeers Award GREATEST BRAND of the DECADE 2010, NETIZEN’S CHOICE • Marketeers Award GREATEST BRAND of the DECADE 2010, EDITOR’S CHOICE • Indonesia Tourism Award 2010 “Penerbangan Layanan
61
Penuh Terfavorit” • Adikarya Wisata, Jakarta Tourism Award 2010 • IMAC 2010 • Penghargaan Laporan Tahunan 2009, Peringkat I Kategori BUMN/BUMD Non Keuangan – Non Listed (Jakarta, 22 September 2010) • Juara Social Media – Indonesia Most Favorable Brand in Social Media • Word of Mouth Marketing 2010 – First Winner in Airline Service Category • Indonesia’s Most Favorite NETIZEN Brand 2010 • Marketing Award 2010 – The Best in International Marketing • Economic Challengges Awards The Winner 2010 – Metro TV • Indonesia Social Entrepreneurship Achievement 2010 • IMAC 2010 – The Best in Building and Managing Corporate Image • Service Quality Award 2010 – Domestic Airline Services • Service Quality Award 2010 – International Airline Services
62
• Marketeers Award Indonesia’s Most Favorite Women Brand 2010 • Frost & Sullivan – Indonesia Aerospace Awards “Innovative Airline of the Year” • Warta Ekonomi – Perusahaan Idaman 2010 • Top Brand 2010 – Outstanding Achievement
TROPHY •
4 Star Airline SKYTRAX 2010
•
Centre of Asia Pacific Aviation – Airline Turnaround of the Year 2010
•
World Airline Winner SKYTRAX Awards 2010
•
Outstanding Entrepreneurship Award – APEA 2010
•
The Best Website - DM Award 2010
•
Adikarya Wisata 2010
•
Annual Report Award – Peringkat I Kategori BUMN/D Non Keuangan – Non Listed
Sumber: www.garuda-indonesia.com
63
3.2 3.2.1
Prosedur yang Berlaku Program Kemitraan Tabel 3.2 : Context Diagram
64
Prosedur penyaluran dana Program Kemitraan ini disusun sebagai pedoman Unit PKBL dalam menjalankan fungsinya menyalurkan Dana Program
65
Kemitraan juga mengelola dan menjaga kualitas pinjaman
PKBL. Secara
menyeluruh maksud dan tujuan dari Standar Prosedur ini adalah untuk : 1. Memberikan arahan yang jelas dalam menjalankan pengelolaan Pinjaman Dana. 2. Memberikan acuan kepada Unit Kerja PKBL dan Unit Terkait dalam melakukan Analisa Kelayakan usaha pada setiap tahapaan proses pemberian Pinjaman Dana. 3. Sebagai panduan di dalam melaksanakan fungsi kontrol yang baik sehingga seluruh resiko dalam pemberian Pinjaman Dana bisa dikelola dengan baik. Dalam mengelola
PKBL, keputusan hasil Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS) PT. Garuda Indonesia (Persero) mengenai alokasi dana yang akan digunakan untuk program PKBL menjadi dasar dalam menyusun program kerja dan anggaran unit PKBL. Dalam mengembangkan program PKBL perlu berkoordinasi dengan corporate communication untuk mencapai sinergi dengan program pemerintah maupun program perusahaan. Dalam mengelola PKBL, mitra binaan dan masyarakat merupakan pelanggan yang perlu didengar, dipahami dan dipenuhi kebutuhannya sehingga baik mitra binaan maupun masyarakat umum puas dengan program dan pelayanan yang diberikan. Kepuasan ini akan dapat meningkatkan citra (image) perusahaan. Disamping itu, dalam mengelola PKBL harus patuh dan sesuai dengan ketentuan dan perundangan yang berlaku serta kebijakan yang telah ditetapkan
66
Perusahaan. VP Corporate Affairs, Senior Manager PKBL dan General Manager Branch Office Domestic bertanggungjawab dalam merumuskan, membuat dan memastikan proses–proses pengelolaan PKBL berjalan secara efektif dan efisien. a.
Seleksi dan Penetapan Binaan Untuk menjadi Mitra Binaan PT. Garuda Indonesia (Persero), calon mitra binaan harus menyampaikan proposal berisi; (1) Feasibility Study, (2) Dokumen Perusahaan/Individual dan (3) Surat Keterangan / Pernyataan. Ketua dan Anggota Tim yang terlibat dalam proses penetapan Calon Mitra Binaan harus menandatangani surat pernyataan Conflict of Interest, untuk menjaga tingkat objektivitas dan keterbukaan. Feasibility Study berisi minimum Profile, informasi kinerja perusahaan/individu satu tahun terakhir mencakup produksi, pemasaran, tenaga kerja dan laporan keuangan. Dokumen Perusahaan yang harus dilampirkan dalam proposal minimum mencakup SIUP, TDTP, NPWP dan Nomor Rekening Perusahaan (jika ada), sekurang kurangnya dokumen yang harus dilampirkan adalah Surat Keterangan Domisili perusahaan/usahan perorangan dari kelurahan atau kepala desa setempat, Surat Kuasa dari pengurus Koperasi dan anggota kepada Ketua Koperasi, Surat Pernyataan belum pernah mendapat Pinjaman Program Mitra Binaan dari BUMN lain, Rekomendasi dari Dinas Koperasi dan UKM (if applicable). Perusahaan/Jenis usaha minimun telah berjalan satu tahun.
67
Untuk memastikan kebenaran dari proposal yang disampaikan oleh calon mitra binaan, maka harus dilakukan due dilligence. Perusahaan akan menetapkan besar Pinjaman Dana kepada calon mitra binaan berdasarkan tingkat kemampuan mitra binaan dan maksimal sebesar 100% (seratus persen) dari kebutuhan modal kerja dan investasi sesuai dengan hasil penilaian dari Survey . b. Penetapan Dana 1. Sumber Dana Program Kemitraan, berasal dari: a. Penyisihan laba setelah pajak maksimal sebesar 2% (dua persen). b. Hasil bunga pinjaman, bunga deposito dan atau jasa giro dan dana program kemitraan setelah dikurangi beban operasional. c. Pelimpahan dana program Kemitraan dan BUMN lain, jika ada. 2. Besarnya dana Program Kemitraan yang berasal dan penyisihan laba setelah pajak, disahkan oleh Menteri. 3. Dalam kondisi tertentu, besarnya dana dimaksud dapat ditetapkan lain dengan persetujuan Menteri. 4. Dana Program Kemitraan dimaksud pada angka (1) dan (2) disetorkan kepada Unit Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Unit PKBL) seiambat-lambatnya 45 (empat puluh lima) hari setelah penetapan dalam RUPS-PKBL
68
5. Pembukuan dana Program Kemitraan dilaksanakan terpisah dari pembukuan PT. Garuda Indonesia (Persero). c.
Beban Operasional Untuk mendukung pelaksanaan Program Kemitraan, disediakan dana operasional dengan ketentuan; 1. Beban operasional Program Kemitraan, bersumber dan hasil jasa administrasi, bunga deposito dan atau jasa giro dana program Kemitraan tahun berjalan maksimal 100% (seratus persen) dan apabila tidak mencukupi maka kekurangan tersebut dibebankan kepada anggaran biaya perusahaan. 2. Beban operasional Program Kemitraan dituangkan dalam Rencana Kerja Anggaran (Rencana penggunaannya dijabarkan secara rinci). 3. Dana operasional digunakan untuk operasional yang meliputi : a. Kegiatan Pembinaan 1) Beban perjalanan dinas petugas dalam rangka Due Dilligence lokasi
usaha
calon
mitra
binaan,
pemantauan/evaluasi
perkembangan usaha dan kegiatan penagihan pinjaman. 2) Beban upah tenaga harian/honorer yang membantu pelaksanaan program Kemitraan. b. Beban kegiatan pegawai unit PKBL, terkait dengan peningkatan kualitas SDM dalam melaksanakan fungsi pembinaan, fungsi administrasi dan keuangan.
69
c. Beban administrasi, bank, surat menyurat d. Pengadaan inventaris yaitu pembelian Komputer beserta program aplikasinya dan inventaris kantor lainnya. e. Pengadaan
kendaraan
bermotor
untuk
menunjang
kegiatan
operasional (disesuaikan dengan kondisi dana operasional yang tersedia). 4. Penggunaan Dana Operasional disusun dalam RKA Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan dan telah mendapat Persetujuan Direksi. d. Kriteria Usaha Kecil yang Dibina Usaha kecil yang dapat ikut serta dalam Program Kemitraan adalah sebagai berikut; 1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). 3. Milik Warga Negara Indonesia. 4. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar. 5. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi.
70
6. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 1 (satu) tahun serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. 7. Diutamakan bagi usaha kecil yang belum memiliki akses perbankan. e.
Bentuk Bantuan Dana Program Kemitraan diberikan dalam bentuk: 1. Pinjaman untuk membayai modal kerja dan atau pembelian barangbarang modal seperti : mesin, alat produksi, alat bantu produksi, dll. Yang dapat meningkatkan produksi dan penjualan produk Mitra Binaan, jangka waktu pembinaan dapat dilakukan terus menerus sampai Mitra Binaan tersebut menjadi tangguh, mandiri dan bankable. 2. Pinjaman Khusus a. pemberian pinjaman yang bersifat jangka pendek dengan waktu maksimal 1 (satu) tahun dengan niiai pinjaman yang cukup material bagi Mitra Binaan. b. perjanjian pinjaman dilaksanakan antara 3 (tiga) pihak yaitu: PT. Garuda Indonesia (Persero). Mitra Binaan dan Rekanan usaha Mitra Binaan dengan kondisi yang ditetapkan oleh PT. Garuda Indonesia (Persero). 3. Beban Pembinaan, yang diberikan kepada Mitra Binaan, dalam bentuk; a. Bantuan pendidikan dan pelatihan serta pemagangan dalam rangka:
71
• Peningkatan ketrampilan manajerial dan teknik produksi. • Peningkatan pengendalian mutu produksi. • Peningkatan pemenuhan standarisasi teknologi. • Peningkatan rancang bangun. b.
Bantuan Pemasaran produk mitra binaan dalam bentuk: • Bantuan penjualan produk mitra binaan. • Bantuan promosi produk melaiui kegiatan pameran domestik dan internasional.
Beban Pembinaan hanya dapat diberikan kepada Mitra Binaan dan besarnya dana hibah ditetapkan maksimal 20% (dua puiuh persen) dari dana Program Kemitraan yang disalurkan pada tahun berjalan. f.
Bunga Pinjaman Besarnya Jasa Administrasi dana Program Kemitraan maksimal 6% (enam persen) per tahun.
g.
Kewajiban Mitra Binaan Mitra binaan mempunyai kewajiban sebagai berikut: 1. Perlu kiranya Mitra Binaan menyerahkan Tanda Perikatan kepada Pengelola PKBL PT. Garuda Indonesia (Persero) berkaitan dengan pinjaman.
72
2. Melaksanakan kegiatan usaha sesuai dengan rencana yang telah disetujui PKBL PT. Garuda Indonesia (Persero). 3. Pembukuan dengan tertib. 4. Membayar kembali pinjaman secara tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. c. Menyampaikan laporan perkembangan usaha setiap triwulan kepada PKBL PT. Garuda Indonesia (Persero). d. Sanggup dan bersedia mematuhi segala ketentuan yang diatur oleh PKBL PT. Garuda Indonesia (Persero) termasuk sita jaminan. h. Tanda Perikatan 1. Bentuk tanda perikatan yang dapat dijaminkan antara lain: a. Sertifikat tanah. b. BPKB kendaraan bermotor. c. Atau Surat-surat berharga yang lainnya. 2. Nilai Tanda Perikatan (sesuai harga pasar) minimal setara atas pinjaman yang diberikan. 3. Tempat penyimpanan agunan dapat dilakukan di: a. Brankas PT. Garuda Indonesia (Persero). b. Save Deposit Box pada Bank.
73
e. Pelaksanaan penjualan Tanda Perikatan atau eksekusi dapat dilakukan setelah jatuh tempo pelunasan dan mitra binaan tersebut tidak mengindahkan Surat Teguran Pengelola PKBL PT. Garuda Indonesia (Persero) yang ketiga kalinya, dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis atau via telepon kepada yang bersangkutan. 4. Segala biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan penjualan Tanda Perikatan atau eksekusi dibebankan pada agunari tersebut dengan diperhitungkan setelah dipotong atas sisa pelunasan pinjaman. Dibuat surat kuasa menjual sesuai kesepakatan kedua belah pihak. i.
Penyaluran Pinjaman Dana Kepada Mitra Binaan Penyaluran Pinjaman Dana Mitra Binaan harus dilakukan melalui transfer rekening antar Bank. Ketetapan berkenaan dengan suku bunga Pinjaman Dana , grace periode, penanganan Pinjaman Dana bermasalah dan yang terkait harus sesuai dengan Peraturan Pemerintah yang terkait dengan PKBL. Mitra Binaan berkewajiban membayar cicilan pokok dan bunga setelah masa grace periode selama 3 bulan setelah menerima dana pinjaman.
j.
Pelaksanaan Survey 1. Unit PKBL mengkoordinasikan pelaksanaan Survey atau peninjauan kelokasi usaha calon mitra binaan, Survey dilakukan untuk melihat secara faktual kondisi usaha yang sebenarnya dan calon mitra binaan apakah sesuai dengan proposal yang diajukan.
74
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Survey: a. Pembuatan jadwal Survey untuk setiap awal tahun anggaran. b. Pengajuan surat kepada Dinas koperasi dan UKM wilayah yang akan di Survey dilampiri dengan daftar calon mitra binaan yang akan di Survey. c. Perlengkapan Survey: 1) Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD). 2) Alat dokumentasi. 3) Proposal calon mitra binaan. 4) Formulir evaluasi hasil Survey. 5) Penelitian
terhadap
mitra
binaan
didampingi
pihak
dinas
terkait/setempat dituangkan dalam formulir hasil Survey. 2. Unit
PKBL
membuat
laporan
hasil
Survey
kepada
Pembina
Utama/Direktur Utama melalui Pembina Harian. k. Mekanisme Penyaluran Dana 1. Calon mitra binaan sesuai persyaratan (formal) mengajukan permohonan pinjaman ditujukan kepada PT. Garuda Indonesia (Pesero) c/q Pengelola PKBL dengan menggunakan draft proposal/formulir yang telah disediakan dilengkapi dengan: a. Copy dokumen (Akte Pendirian/SIUP/sekurang-kurangnya surat keterangan dan pihak berwenang dar kelurahan atau kepala desa). b. Copy KTP, Kartu Keluarga, Pas Photo Berwarna 4x6 3 Lembar.
75
c. Rekening Bank. d. NPWP (Dapat Dilengkapi Sebelum Penyaluran Dana). e. Status tempat usaha dan denah lokasi usaha. f. Surat rekomendasiIpengantar dari Dinas terkait, khusus koperasi dilengkapi dengan: 1) Laporan RAT terakhir. 2) Surat Kuasa. 2. Pengelola PKBL dan Kantor Cabang meneliti kelengkapan administrasi (Proposal dan dokumen yang diajukan oleh mitra binaan) dengan menggunakan formulir evaluasi proposal. Terhadap mitra binaan yang layak Survey akan dilakukan peninjauan kelokasi usaha sedangkan bagi yang tidak layak secara administratif ditolak dengan menerbitkan surat penolakan. 3. Pengelola PKBL melakukan peninjauan/survey ke lokasi usaha dengan didampingi Dinas/Kantor koperasi dan UKM setempat untuk melihat secara langsung kondisi yang sebenarnya dan usaha calon mitra binaan dan rencana pengembangan usahanya. Kegiatan ini dituangkan dalam formulir laporan hasil survey. 4. Pengelola PKBL melakukan pengkajian/evaluasi atas hasil Survey untuk menilai layak atau tidaknya calon mitra binaan untuk dibina serta memperkirakan besarnya dana pinjaman yang layak diberikan sesuai dengan kondisi usaha dan prospek pengembangannya, terhadap calon
76
mitra binaan yang tidak layak bina atau karena anggaran yang terbatas diterbitkan surat pemberitahuan belum dapat dibina. 5. Pengaturan Otorisasi dan Validasi penyelenggaraan program dilakukan oleh Pejabat Pemengan Otorisasi diatur sebagai berikut: a. Untuk nilai dibawah Rp. 500 Juta disahkan oleh VP. b. Untuk nilai diatas Rp. 500 Juta disahkan oleh EVP. 6. Pengelola PKBL melaporkan hasil Survey kepada Pejabat pemegang otorisasi, sekaligus mengusulkan jumlah dan jenis usaha calon mitra binaan serta besarnya dana pinjaman bagi calon mitra binaan yang memenuhi syarat. 7. Setelah mendapat persetujuan Pejabat pemegang otorisasi, selanjutnya Pengelola
PKBL
Kewirausahaan
menyelenggarakan
bagi
calon
mitra
Pendidikan/Pelatihan/Pameran binaan
bekerjasama
dengan
Dinas/Kantor terkait. 8. Memberikan evaluasi kepada calon mitra binaan melalui questionnaire/ pertanyaan-pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana manfaat dan pendidikan Kewirausahaan dalam penerapannya, serta saran perbaikan. 9. Melakukan proses administrasi untuk penyerahan dana pinjaman yang dituangkan dalam Surat Perjanjian serta memberikan kode binaan bagi calon mitra binaan. 10.Dana pinjaman diserahkan dalam bentuk transfer setelah calon mitra binaan setelah dilakukan penandatanganan dokumen:
77
a. Surat Perjanjian Pinjaman Dana PKBL. b. Kuitansi bukti penerimaan pinjaman. c. Rincian Pinjaman dan jadwal pengembalian. d. Surat Kuasa (penunjukan tentang kewajiban pengembalian dana pinjaman mitra binaan). e. Data angsuran pengembalian pinjaman. 11.Dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak penyerahan pinjaman pihak Pengelola PKBL mengirim surat pemberitahuan jatuh tempo angsuran dan formulir laporan perkembangan usaha untuk diisi dan dikirim kembali ke Pengelola PKBL. 12. Kualitas Pinjaman Dana Program Kemitraan Dalam perjanjian pembinaan antara BUMN Pembina dengan mitra binaan telah tercantum kesepakatan mengenai mekanisme (tatacara) pengembalian oleh mitra binaan baik pokok pinjaman dan bunga, jangka waktu mengangsur dan jatuh tempo pembayaran angsuran. Hal ini dimaksudkan untuk mendidik mitra binaan agar selalu memenuhi kewajibannya karena berdasarkan evaluasi pembinaan yang dilakukan karakter mitra binaan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap lancar
atau
tidaknya
angsuran
pinjaman,
disamping
faktor
perkembangan usaha mitra binaan. Kualitas pinjaman dana Program Kemitraan dinilai berdasarkan pada ketepatan waktu pembayaran
78
kembali pokok dan bunga pinjaman mitra binaan. Penggolongan Kualitas Pinjaman ditetapkan sebagai berikut: a. Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan jasa administrasi pinjaman tepat waktu atau terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman selambatlambatnya 30 (tiga puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama; b. Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 30 (tiga puluh) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama; c. Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama; d. Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan/atau jasa administrasi pinjaman yang telah melampaui 270 (duaratus tujuh puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
79
l.
Mekanisme Penyelesaian Angsuran Pinjaman Bermasalah Untuk penanganan penyelesaian angsuran pinjaman bermasalah dilakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Penanganan pinjaman bermasalah a. Terhadap kualitas pinjaman kurang Iancar, diragukan dan macet dapat dilakukan usaha-usaha pemulihan pinjaman dengan cara penjadwalan kembali (rescheduling) atau penyesuaian persyaratan (reconditioning) apabila memenuhi kriteria: 1) Mitra Binaan beritikat baik atau kooperatif terhadap upaya penyelamatan yang akan dilakukan. 2) Usaha Mitra Binaan masih berjalan dan mempunyai prospek usaha. 3) Mitra Binaan masih mempunyai kemampuan untuk membayar angsuran. b. Dalam
hal
dilakukan
tindakan
penyesuaian
persyaratan
(reconditioning), tunggakan bunga pinjaman dapat dikapitalisasi menjadi pokok pinjarnan atau dihapuskan tunggakan beban bunganya dan beban bunga selanjutnya. c. Tindakan penyesuaian persyaratan (reconditioning) dilakukan setelah adanya tindakan penjadwalan kembali (rescheduling).
80
2. Penyelesaian pinjaman bermasalah: a. Pinjaman macet yang telah diupayakan pelunasannya namun tidak terpulihkan, dikelompokkan dalam aktiva lain-lain dengan pos Pinjaman Bermasalah. b. Terhadap pinjaman bermasalah sebagaimana dimaksud pada huruf (a) yang akan dihapusbukukan harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dan Menteri/ RUPS. c. Terhadap pinjaman bermasalah yang telah dihapusbukukan tetap diupayakan penagihannya dan hasilnya dicatat dalam pos Pinjaman Bermasalah yang diterima kembali. d. Jumlah dan mutasi rekening Pinjaman Bermasalah dan Pinjaman Bermasalah yang Diterima Kembali sebagaimana dimaksud pada huruf (b) dan huruf (c), dilaporkan secara periodik. m. Administarasi keuangan unit PKBL Salah satu kewajiban BUMN Pembina adalah melakukan pembukuan atas Program Kemitraan untuk diperiksa Badan Pemeriksa Keuangan serta dipertanggungjawabkan oleh Direksi PT. Garuda Indonesia (Persero). Dana Program Kemitraan untuk pembinaan usaha kecil yang dikelola semakin bertambah dari tahun ke tahun karena bersumber dari pembagian laba PT. Garuda Indonesia (Persero) setiap tahun ditambah pengembalian pokok pinjaman disertai dana pengembangannya.
81
Bantuan pinjaman kepada mitra binaan harus diadministrasikan dengan tertib agar setiap saat dapat dipantau perkembangannya baik pokok pinjaman, dana pengembangan, jatuh tempo pembayaran angsuran, realisasi penagihannya serta dampak bantuan program kemitraan terhadap PT. Garuda Indonesia (Persero), karena hal ini merupakan bagian dan pertanggungjawaban pengelolaan dana pembinaan PT. Garuda Indonesia (Persero). n. Pembinaan Kemitraan Pembinaan dilakukan oleh Manajemen Kantor Cabang dan Tim PKBL. Pemanfaatan dana pinjaman yang telah diserahkan kepada mitra binaan pada dasarnya harus sesuai dengan isi perjanjian. Pemanfaatan yang sesuai dan optimal dapat berpengaruh terhadap perkembangan usaha mitra binaan yang manerima. perkembangan tersebut harus dipantau/dimonitor agar dapat ditentukan arah dan bentuk selanjutnya . Untuk itu pemantauan pembinaan atas posisi keuangan kondisi terakhir mitra binaan perlu dilakukan melalui: 1. Pengiriman copy bukti pembayaran/bukti transfer, angsuran pinjaman berikut laporan perkembangan usahanya oleh mitra binaan kepada unit PKBL secara periodik. 2. Penyampaian rekonsiliasi (pencocokan saldo hutang) kepada mitra binaan setiap 3 (tiga) bulan sekali. 3. Pelaksanaan
kewajiban
mitra
binaan
menyampaikan
laporan
perkembangan usahanya secara periodik setiap 3 (Tiga) bulan sekali.
82
4. Pemantuan langsung ketempat usaha (monitoring) terutama terhadap mitra binaan yang menunggak angsurannya (dapat dilakukan oleh unit PKBL sendiri atau bersama dengan pemeriksa yang ditunjuk PT Garuda Indonesia). Pembinaan dititik beratkan pada program : 1. Pelatihan/Pembekalan manjerial. 2. Pembinaan pengembangan Usaha. 3. Pemasaran dengan mengikut sertakan pada pameran pameran yang ada didalam dan diluar negeri. Otorisasi atas Beban Pembinaan mengacu pada standar otorisasi penyelenggaraan penyaluran dana. o.
Pemantauan Pengembalian Pinjaman Dana Pemantauan harus dilakukan minimum satu kali setiap triwulan untuk setiap mitra binaan. Berdasar atas laporan periodik perkembangan usaha, jika diperlukan dilakukan kunjungan kepada mitra binaan untuk memantau perkembangan usaha dan sebagai upaya untuk mengidentifikasi berbagai kendala usaha yang dihadapi, terutama kepada mitra binaan yang menunggak dalam pengembalian angsuran pinjaman. Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait dengan pelaksanaan pemantauan (monitoring) ini adalah : 1. Membuat jadwal monitoring sesuai wilayah yang akan dikunjungi. 2. Menginformasikan kepada instansi/Dinas terkait.
83
3. Mempersiapkan dokumen dan sarana monitoring: a. SPPD (Surat Perintah Perjalanan Dinas). b. Form hasil monitoring. c. Daftar tunggakan. d. Data angsuran pinjaman. e. Blangko surat pernyataan rangkap tiga. f. Meterai senilai Rp.6.000. g. Blangko kuitansi. 4. Melakukan pemantuan/monitoring didampingi oleh staf dinas setempat untuk mencari informasi perkembangan usaha dan masalah yang dihadapi, sekaligus menagih angsuran bagi mitra binaan yang menunggak dan dibuatkan surat pernyataan bagi mitra binaan yang tidak dapat/menunda pembayaran angsurannya. 5. Membuat laporan hasil pemantauan/monitoring kepada SM. 6. Memantau perkembangan mitra binaan yang telah dimonitor melalui telpon atau surat, apabila belum memenuhi untuk mengangsur pinjamannya sesuai dengan surat pernyataan yang telah dibuat sebelumnya.
84
3.2.2
Persyaratan Pengajuan Pinjaman Dana Kemitraan a.
Kriteria Umum Usaha Yang Dibina 1. Memiliki kekayaan bersih/asset rnaksimal Rp 200.000.000, (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah). 2.
Milik Warga Negara Indonesia (WNI).
3. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar. 4. Berbentuk usaha orang perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum, termasuk koperasi. 5. Telah melakukan kegiatan usaha minimal 2 (dua) tahun, serta mempunyai potensi dan prospek usaha untuk dikembangkan. 6. Belum dibina atau tidak sedang dibina oleh BUMN lain. 7. Tidak mempunyai pinjaman komersial dari bank. 8. Pinjaman dan kepada Mitra Binaan berdasarkan program kerja tahunan unit PKBL PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.. 9. Diharapkan yang bergerak pada bidang usaha industri, perdagangan, dan jasa. 3.2.2
Persyaratan Perorangan/Badan Hukum/Koperasi Mengajukan proposal permohonan pinjaman (terlampir), Salinan Akte Pendirian, Salinan Surat Ijin Usaha, Salinan SK. Susunan Kepengurusan, Salinan SIUP, Salinan TDP, Salinan NPWP, Keterangan domisili usaha dari
85
RT & Kelurahan, Laporan Keuangan satu tahun terakhir, Photo jati diri ukuran 4x6 berwarna 3 lembar, Salinan rekening Bank/Tabungan Bank, Salinan KTP dan Kartu Keluarga, Salinan PBB tempat tinggal, Surat pernyataan kesanggupan membayar pengembalian pinjaman dan bagi hasil dari pengurus dan ahli waris, Status tempat usaha, dan denah lokasi tempat usaha, Photo tempat usaha, Surat pengantar dari Kantor/Dinas setempat, Tanda perikatan (sertifikat tanah, surat kendaraan bermotor), Khusus Koperasi dilengkapi dengan: 1. Laporan RAT (Rapat Anggota Tahunan) tahun terakhir. 2. Surat kuasa yang diberikan kepada Ketua Koperasi dan Pengurus, Pengawas dan ditandatangani di atas bermeterai sebesar Rp.6.000,-.
3.3
Metode Pengumpulan Data (Opsional)
3.3.1
Metode Penelitian Berdasarkan dengan permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan studi kasus sebagai metode penelitian. Sebagaimana menurut Strauss and Corbin, seperti yang dikutip oleh Basrowi dan Sukidin (2002) bahwa qualitative research (riset kualitatif) merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan menggunakan prosedur statistik atau cara kuantifikasi lainnya. (Ruslan, 2010:214) Desain penelitian kualitatif bersifat fleksibel dan berubah-ubah sesuai dengan kondisi lapangan tidak seperti desain riset kuantitatif yang bersifat tetap,
86
baku dan tidak berubah-ubah. Oleh karena itu peranan peneliti sangat dominan dalam menentukan keberhasilan penelitian yang dilaksanakan, sedangkan peranan desain hanya membantu mnegarahkan jalannya proses penelitian agar sesuai dengan pernyataan masalah dan berjalan dengan sistematis. (Sarwono, 2006:199) Berkaitan dengan permasalahan yang diangkat, jenis penelitian deskriptif yang digunakan penulis bertujuan untuk meneliti, menggambarkan, dan mengetahui strategi Public Relations PT. Garuda Indonesia (Persero) divisi Corporate Communication dalam upaya menjaga citra positif perusahaan melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) Kemitraan serta mencapai visi dan misi perusahaan. Data dalam penelitian kualitatif bersifat deskriptif bukan angka. Data dapat berupa gejala-gejala, kejadian dan peristiwa yang kemudian dianalisis dalam bentuk kategori-kategori. 3.3.2
Metode Pengumpulan Data Jika dilihat dari jenisnya, maka kita dapat membedakan data kualitatif sebagai data primer dan sata sekunder. a) Data Primer (primary data) Data Primer adalah data yang berasal dari sumber pertama. Data ini tidak terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui nara sumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data. (Sarwono, 2006:129)
87
Data yang diperoleh biasanya merupakan hasil dari wawancara dan observasi. • Wawancara Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap dua orang informan, yakni Koordinator/penanggung jawab program Corporate Social Responsibility (CSR) dan dengan seorang Public Relations divisi Corporate Communication. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai prosedur pelaksanaan dari program Corporate Social Responsibility (CSR) Kemitraan yang dilakukan oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) baik dari segi perencanaan hingga evaluasi dari program tersebut. Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and joint construction of meaning about a particular topic”. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. (Sugiyono, 2009: 72) Pada saat melakukan wawancara, peneliti mengajukan beberapa pertanyaan seputar program Corporate Social Responsibility (CSR) Kemitraan dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in-depth Interview) terbuka yang standar (standardized open-ended interview).
88
Dimana keberhasilan dalam mendapatkan data atau informasi dari obyek yang diteliti sangat bergantung pada kemampuan peneliti dalam melakukan wawancara. (Sarwono, 2006: 224) Menurut Elvinaro Ardianto (2010:178) Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah ”teknik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka langsung dengan informan/narasumber agar mendapatkan data lengkap dan mendalam”. Dari berbagai penjelasan diatas, peneliti dapat menentukan dengan jelas informan yang akan diwawancarai, yakni Public Relations divisi Corporate Communication, Koordinator/penanggung jawab program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Mitra Binaan PT. Garuda Indonesia (Persero). Informan-informan tersebut dipilih karena: 1) Bapak Adi Pribadi, selaku koordinator/penanggung jawab program CSR, dipilih karena beliau dianggap dapat memberikan informasi akurat mengenai prosedur pelaksanaan program Corporate Social Responsibility (CSR) Kemitraan. 2) Bapak Adhi Pratama, selaku Public Relations divisi Corporate Communication,
dipilih
karena
beliau
dianggap
memiliki
keterlibatan yang penting dalam pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) Kemitraan.
89
3) Ibu Novita Yunus, pengusaha Batik Chic, dipilih karena Beliau merupakan salah satu mitra binaan Garuda.
• Observasi Kegiatan observasi
meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-
kejadian, perilaku, obyek-obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian yang sedang dilakukan. Pada Tahap awal, observasi dilakukan secara umum, peneliti mengumpulkan data atau informasi sebanyak mungkin. Tahap selanjutnya peneliti harus melakukan observasi yang terfokus, yaitu mulai menyempitkan data atau informasi yang diperlukan sehingga peneliti dapat menemukan pola-pola perilaku dan hubungan yang terus menerus terjadi. Jika hal itu sudah diketemukan, maka peneliti dapat menemukan tema-tema yang akan diteliti. Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (1988) bahwa “observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi.” (Sugiyono, 2009: 64) Tujuan Observasi dalam banyak hal, adalah untuk memahami perilaku dan kejadian-kejadian, dalam hal ini berbagai variasi mengenai keterlibatan dalam observasi atau tingkat partisipasi yang dipergunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah nonparticipant observation (Pengamatan Nonpartisipasi). (Ruslan, 2010: 35)
90
Peneliti melakukan pengamatan non partisipan ini, melakukan observasi pengumpulan data dan informasi tanpa melibatkan diri, atau tidak menjadi bagian dari lingkungan sosial/organisasi yang diamati. (Ruslan, 2010: 36) b) Data Sekunder (secondary data) Data Sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (dihasilkan pihak lain) atau digunakan oleh lembaga lainnya yang bukan merupakan pengolahnya, tetapi dapat dimanfaatkan dalam suatu penelitian. (Ruslan, 2010: 138) Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa studi pustaka dan dokumentasi sbb; 1) Laporan kegiatan CSR PT. Garuda Indonesia (Persero). 2) Company profile PT. Garuda Indonesia (Persero). 3) Website resmi PT. Garuda Indonesia (Persero). 4) Sejumlah media cetak maupun media internet mengenai PT Garuda Indonesia (Persero). 5) Dokumen-dokumen perusahaan. 3.3.3
Teknik Analisis Data Dalam hal analisis data kualitatif, Bogdan menyatakan bahwa “Data analysis is process of systematically searching and arranging the interview transcripts, fieldnotes, and other materials that you accumulate to increase your own understanding of them and to enable you to present what you have
91
discovered to others”. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. -
Uji Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu, bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang sama, akan mendapatkan 10 temuan dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan sesungguhnya yang terjadi pada objek yang diteliti. (Sugiyono, 2009: 119) Menurut penelitian kualitatif, suatu realitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten, dan berulang seperti semula. Pengujian validitas dan reliabilitas penelitian kualitatif yang dipilih oleh peneliti dalam penelitian ini adalah uji kredibilitas data dengan trianggulasi teknik pengumpulan data.
-
Trianggulasi Trianggulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data sources or multiple data collections procedures (Wiliam Wieresma, 1986). Triangulasi
92
dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. (Sugiyono, 2006: 125)
-
Triangulasi teknik pengumpulan data Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi. (Sugiyono, 2006: 127)
Gambar 3.3 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data Wawancara
Obseravsi
Dokumen
3.4
Permasalahan yang ada PT. Garuda Indonesia (Persero) adalah Perusahaan yang bergerak dibidang penerbangan udara dan juga menjadi salah satu maskapai penerbangan yang terbesar di Indonesia. Mengingat hal itu, tentu ada banyak hal yang harus diperhatikan dan diperbaiki secara berkala agar kualitasnya tetap terjaga, karena dapat diprediksi pada tahun-tahun mendatang tantangan bagi Garuda Indonesia di dalam menghadapi persaingan bisnis di dalam industri airline baik dipasar
93
domestik maupun internasional akan semakin berat. Hal tersebut dipengaruhi oleh cepatnya perubahan dan perkembangan yang terjadi pada insustri airline dewasa ini. Oleh karena itu perlu diperhatikan dengan baik segala aspek yang menyangkut kegiatan operasional Garuda, agar masalah-masalah dapat teridentifikasi, seperti yang sedang dialami oleh PT. Garuda Indonesia saat ini dalam hal kapasitas SDM yang kurang memadai.
3.5
Alternatif Pemecahan Masalah Untuk menangani permasalahan akan kapasitas SDM yang kurang memadai, perlu diadakan pembenahan pada kualitas SDM yang ada pada lingkungan internal perusahan, kemudian juga perlu dilakukan pengrekrutan sumber daya manusia baru yang berkualitas dan dapat memberikan kontribusi yang baik sesuai dengan yang diharapkan oleh PT. Garuda Indonesia (Persero), agar PT. Garuda Indonesia (Persero) mampu menghadapi persaingan bisnis di dalam industri airline baik dipasar domestik maupun internasional dan tetap menjadi maskapai penerbangan terbaik.