BAB 3 ANALISIS INDUSTRI Analisa lingkungan mikro merupakan suatu analisa untuk mengetahui kekuatan yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup suatu industri. Dengan menganalisa lingkungan mikro, kita bisa tahu faktor-faktor yang menentukan agar perusahaan bisa bersaing didalam industri tersebut. Untuk menganalisa lingkungan mikro, PT. XYZ akan menggunakan analisa industri model dari Michael. E. Porter “Five Forces”. Model dari Porter (1980) menyatakan bahwa ada 5 (Lima) faktor yang mempengaruhi kelangsungan hidup suatu industri atau bisnis, yaitu : 1. Persaingan antar unit-unit di dalam industri (Rivalry Among Existing Firms) 2. Resiko masuknya pesaing baru (Threat of New Entrants) 3. Kemampuan tawar menawar dari pembeli (Bargaining Power of Buyers) 4. Kemampuan tawar menawar dari supplier (Bargaining Power of Suppliers) 5. Ancaman jasa pengganti (Threat of Subtitute Services)
New Entrans
Threat of new entrants
Pemasok
Persaingan dan Pesaing
Pembeli
Bargaining Power of Buyers
Substitusi
Bargaining power of suppliers
Threat of Substitute Products or services
Gambar 3.1 Five Forces Model, Michael Porter 14
Business plan..., Ferry Dianda, FE UI, 2008
15
3.1 Rivarly Among Existing Firms
Di dalam industry furniture tingkat persaingannya bisa dikatakan cukup tinggi. Karena telah ada dipasar sebelum PT. XYZ perusahaan furniture baik dalam skala menengah maupun besar dan sudah mempunyai nama yang melekat dengan konsumen. Misalnya Olympic, Ligna bahkan Da Vinci yang telah mempunyai brand awereness yang besar dibenak konsumen. Brand-brand tersebut sudah mempunyai lini produk yang banyak dan sudah mempunyai cabang-cabang yang tersebar serta telah lama berkecimpung lama di industri ini. Pasar furniture yang ada sekarang ini telah terfragmentasi, jadi tiap-tiap perusahaan telah memiliki pasarnya tersendiri walaupun sama-sama mempunyai target market yang sama. Walaupun sama-sama mempunyai target market yang serupa namun cenderung para komunitas konsumennyalah yang membedakannya. Dengan mempunyai competitive advantage maka PT. XYZ bisa masuk kedalam industri ini dan langgeng didalamnya. PT. XYZ menggunakan bahan mentah yang berupa bambu, yang diolah menjadi bambu laminasi yang jarang digunakan oleh para perusahaan furniture yang telah ada dipasar. Ini membuat PT. XYZ mempunyai tingkat persaingan yang rendah, karena penggunaan bambu laminasi sebagai bahan untuk membuat furniture belum banyak diketahui dan dikembangkan yang memungkinkan PT. XYZ mempunyai peluang untuk menancapkan kukunya diindustri furniture ini.
3.2 Threats of New Entrants
Dalam suatu bisnis, perusahaan harus mengetahui ancaman-ancaman apa yang akan datang dari para pendatang baru. Dan para pendatang barupun harus mengerti apa saja yang harus dibutuhkan untuk hanya bisa masuk didalam industri furniture ini. Universitas Indonesia
Business plan..., Ferry Dianda, FE UI, 2008
16
Hambatan pertama yaitu modal. Dikarenakan para pemain baru harus memikirkan dimana lokasi yang tepat untuk membangun workshopnya dan berapa harga lahan yang harus dibeli. Dan juga modal untuk pembelian mesin-mesin yang dibutuhkan dalam produksi. Karena mesin-mesin tersebut diperlukan untuk kegiatan produksi agar menjamin kualitas hasil produksi, kecepatan produksi yang akan meningkatkan kualitas furniturenya.jadi untuk segi modal yang diperlukan untuk investasi di bidang ini cukup besar. Hambatan berikutnya yaitu skala ekonomis. Perusahaan yang telah ada saat ini telah mempunyai pengalaman serta kapabilitas didalam produksinya sehingga mereka telah mendapatkan Economies of Scales dari hasil pembelajaran mereka. Ini yang menyebabkan perusahaan baru akan dis-economies of scale, karena perusahaan baru akan membutuhkan proses pembelajaran seiiring mereka berjalan untuk mendapat skala ekonomis yang diinginkan. Hambatan lainnya mungkin informasi, karena informasi tentang bambu laminasi ini belum banyak terdengar dan terekspos. Karena perusahaan furniture yang baru akan memilih kayu atau bambu laminasi sebagai bahan baku produksi mereka.
3.3 Bargaining Power of Buyers
Di Indonesia, industri furniture yang menggunakan bambu laminasi sebagai bahan baku utama masih sangat sedikit. Berbeda halnya yang terjadi di luar negeri, bambu laminasi sudah menjadi bahan baku yang banyak digunakan selain kayu, besi, logam dan lainnya. Ini terjadi di Negara Jerman, China dan Amerika yang sudah banyak industry disana yang menggunakan bambu laminasi terutama furniture. Ini memungkinkan bargaining power of buyers yang akan terjadi rendah.
Universitas Indonesia
Business plan..., Ferry Dianda, FE UI, 2008
17
3.4 Bargaining Power of Suppliers
Peluang PT. XYZ akan adanya tawar-menawar dengan supplier atau pemasok bambu akan rendah. Ini disebabkan masih banyaknya daerah sebagai pemasok bambu atau supplier bambu yang ada di Indonesia. Karena murahnya harga bambu serta didukung dengan kualitas yang bagus dan daerah penghasil bambu yang tersebar ditiap propinsi maka akan menciptakan peluang bagi PT. XYZ agar bisa bersaing di industri furniture ini. Populasi tentang daerah-daerah penghasil bambu bisa dilihat di dalam tabel 3.1 Tabel 3.1 Populasi Pohon Bambu menurut propinsi
Sumber : www.dephut.go.id Universitas Indonesia
Business plan..., Ferry Dianda, FE UI, 2008
18
3.5 Threat of Substitute Products
Bahan baku lain yang menjadi produk substitusi dari bambu laminasi banyak tersedia dan dipakai sebelumnya. Seperti kayu, logam, dan lainnya merupakan bahan baku substitusi dari bambu laminasi. Tetapi bahan baku selain bambu tersebut mempunyai beberapa kelemahan diantaranya masa tanam dan panen yang lama, lahan yang diperlukan luas, harus melakukan tebang pilih serta sangat memicu efek pemanasan global yang saat ini sering dibicarakan. Serta keunggulan dari menggunakan bahan baku bambu diantaranya, masa tanam serta panen yang cepat sekitar 3-4 tahun, dan tiap tahun sudah bisa dipanen. Lahan yang digunakan untuk menanam pohon bambu tidak sebesar lahan untuk menanam satu buah pohon lalu, mencegah erosi tanah dan akan mengurangi efek global warming dikarenakan masa tanam bambu yang pendek. Bambu itu merupakan pilihan terbaik untuk membangun rumah atau bangunan tahan gempa. Menurut Prof. DR. IR. Morisco (2008), rumpun bambu yang telah dibakar masih dapat tumbuh lagi. ’’Sebagai contoh ketika Hiroshima dijatuhi bom sampai rata dengan tanah, bambu merupakan satusatunya jenis tanaman yang masih bertahan hidup,” ujarnya. Untuk itulah, kekuatan daya tahan bambu layak disandingkan dengan baja. Namun sayangnya, kekuatan bambu yang tinggi ini belum dimanfaatkan masyarakat dengan baik. Biasanya, batang- batang struktur bambu dirangkaikan dengan pasak atau tali yang kekuatannya rendah. Sementara itu, jika mau dimanfaatkan sebagai pipa, momen kelembapannya tinggi sehingga cukup baik untuk memikul momen lentur.
Universitas Indonesia
Business plan..., Ferry Dianda, FE UI, 2008