9
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Investasi Investasi pada dasarnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan tujuan untuk memperoleh sejumlah keuntungan di masa yang akan datang. Pada umumnya investasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu investasi pada asset riil (real assets dan investasi pada asset finansiil (financial assets). Investasi pada asset riil dapat berupa tanah, emas, mesin atau bangunan, sedangkan investasi asset finansiil dapat berupa deposito, saham, dan obligasi. Pada perekonomian primitif hampir semua investsi merupakan investasi asset riil, sedangkan di perekonomian modern lebih banyak dilakukan pada asset finansial. (Herlianto dan Pujiastuti, 2009 : 10). Menurut Halim, (2005:21). Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Agar harapan tersebut tercapai, maka sebelum memasuki dunia investasi diperlukan pengetahuan di dunia investasi. Pengetahuan ini penting sebagai pegangan ketika memasuki dunia investasi yang penuh resiko dan ketidakpastian.
9
10
Modal dan pengetahuan belumlah cukup untuk membuat investasi berhasil sesuai dengan yang diharapkan. Satu hal lain yang diperlukan adalah ketepatan dalam memilih berbagai instrument investasi yang ada. Pada umunya dibedakan menjadi dua, yaitu: 1.
Investasi pada aset-aset finansial (financial asset) Investasi pada aset-aset finansial dilakukan di pasar uang, misalnya sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga lainnya. Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi, dan lain- lain.
2.
Investasi pada aset-aset riil (real asset) Investasi pada aset-aset riil dapat berbentuk pembelian aset-aset produktif, pembangunan pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan dan lain sebagainya.
2.1.2 Tujuan Investasi Menurut Halim, (2005:24). Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan tujuan investasi, yaitu: 1.
Tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return)
2.
Tingkat resiko (rate of risk)
3.
Ketersediaan jumlah dana yang akan diinvestasikan.
4.
Investor menginginkan pengembalian yang maksimal dengan risiko tertentu.
11
Umumnya hubungan antara risiko dengan tingkat pengembalian yang diharapkan bersifat linier, artinya semakin tinggi tingkat resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian yang diharapkan.
2.1.3 Investasi di Bursa Saham Investasi di bursa saham sebagaimana dikemukakan
mempunyai
kekhususan walaupun dalam prinsipnya sama dengan investasi di bidang lain. Investasi di bursa saham selain diperlukan dana juga diperlukan pengetahuan yang cukup, pengalaman serta naluri bisnis untuk menganalisa saham atau surat berharga mana yang akan dibeli dan saham mana yang sudah waktunya dijual kembali. Bagi calon investor yang tidak mempunyai keterampilan untuk itu, dapat meminta bantuan kepada lembaga perantara, karena di samping melakukan jual/beli saham juga memberikan nasihat kepada masyarakat sebagai calon investor bagaimana melakukan investasi yang baik dan akan menunjukkan saha msaham yang dapat dipilih untuk dibeli (Halim, 2005:34 )
2.1.4 Saham Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2001: 15).
12
1.
Jenis-Jenis Saham yang Beredar di Bursa Saham Menurut Halim, (2005:16) antara lain : a.
Saham blue chip (blue chip stock)
b.
Saham pendapatan (income stock)
c.
Saham pertumbuhan (growth stock/well – know stock)
d.
Saham spekulatif (speculative stock)
e.
Saham siklikal (cyclical stock)
f.
Saham defensive (defensive stock) Pembagian jenis ini disesuaikan dengna sifat dari saham tersebut,
misalnya tingkat kestabilan harga, risk and return serta kondisi perusahaan yang menerbitkannya. Penjabaran arti dari jenis saham-saham tersebut adalah sebagai berikut : a)
Saham Blue Chip (Blue Chip Stock) Saham “Blue Chip’s” merupakan saham yang mempunyai nilai tinggi di pasar, karena saham Blue Chips’s adalah saham-saham dari perusahaan yang sudah mapan dalam bisnisnya, berukuran besar dan mempunyai kekuatan
financial
yang
mantap.
Perusahaan
yang
mempunyai saham “Blue Chip’s” biasanya merupakan pemimpin dalam pasar bisnisnya. Kalaupun bukan pemimpin paling tidak perusahaan ini mempunyai posisi dimana mereka merupakan penentu langkah dalam industri dan langkah- langkah yang dilakukan oleh perusahaan ini akan dijadikan standar oleh perusahaan lain dalam industri tersebut.
13
Saham Blue Chip’s mempunyai dividen yang stabil baik dalam kondisi buruk maupun baik, sehingga saham ini banyak dipilih oleh para investor yang enggan berisiko dan konservatif. b) Saham Pendapatan (income stock) Income Stock merupakan saham-saham yang mempunyai dividen di atas rata-rata dan harga yang relatif rendah. Income Stock ini banyak diminati
oleh
para
investor
yang
mengharapkan
investasinya
menghasilkan tingkat pengembalian yang relatif tetap dan tinggi. c)
Saham Pertumbuhan (growth stock/well – know stock) Growth Stock adalah saham-saham dari perusahaan yang tingkat pertumbuhannya, baik
penjualan atau labanya di atas rata-rata
pertumbuhan industri dan pertumbuhan ekonomi secara umum. Perusahaan yang mempunyai saham tersebut, biasanya merupakan perusahaan yang sangat agresif,
mengacu pada penelitian dan
pengembangan, dan menahan labanya untuk pengembangan usaha. Karena perusahaan ini menggunakan laba ditahan sebagai sumber dana ekspansi usaha, maka tingkat dividen yang dibagikan menjadi relatif lebih kecil. Akan tetapi investor akan mendapat keuntungan dengan naiknya harga saham karena ekspansi usaha tadi. Salah satu kelemahan dari Growth Stock adalah harganya yang tidak stabil, dimana pada saat tertentu harganya akan meningkat tetapi setelah mencapai satu titik tertentu harga tersebut akan mengalami penurunan yang sangat tajam.
14
d) Saham Spekulatif (speculative stock) Saham spekkulatif adalah saham perusahaan yang tidak bisa secara konsisten memperoleh penghasilan dari tahun ke tahun, akan tetapi mempunyai kemungkinan penghasilan yang tinggi di masa mendatang, meskipun belum pasti. e) Saham Siklikal (cyclical stock) Cyclical Stock adalah saham-saham dari perusahaan yang tingkat labanya sangat berfluktuasi. Pada saat kondisi baik, laba perusahaan meningkat tetapi pada saat kondisi buruk, laba perusahaan akan menurun dengan tajam. Industri yang berkaitan dengan Cyclical Stock ini antara lain: industri baja, semen, kertas, mesin dan suku cadang mesin, transportasi (misalnya penerbangan). f)
Saham Defensive (Defensive Stock) Defensive Stock merupakan kabalikan dari Cyclical Stock. Defensive Stock pada tingkat laba serta dividen berada di atas rata-rata dan mempunyai tingkat pertumbuhan yang mantap pada saat kondisi buruk. Perusahaan yang sahamnya merupakan Defensive biasanya mempunyai daya tahan yang baik dalam menghadapi tekanan resesi. Perusahaan yang mempunyai jenis ini adalah perusahaan yang bergerak pada industri listrik dan gas, pertambangan emas, makanan dan minuman serta obot-obatan.
15
2.1.5
Pertumbuhan Penjualan Saham Swastha dan Handoko (2001), berpendapat bahwa pertumbuhan atas
penjualan merupakan indikator penting dari penerimaan pasar dari produk dan jasa perusahaan tersebut, dimana pendapatan yang dihasilkan dari penjualan akan dapat digunakan untuk mengukur tingkat pertumbuhan penjualan. Dengan demikian dapat diketahui bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan mengalami pertumbuhan ke arah yang lebih baik jika terdapat peningkatan yang konsisten dalam aktivitas utama operasinya. Jadi, pertumbuhan yang terjadi dalam perusahaan dagang sering dikatakan sebagai tingkat pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan mencerminkan manisfestasi keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi pertumbuhan masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan indikator permintaan dan daya saing perusahaan dalam industri. Laju pertumbuhan suatu perusahaan akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai kesempatan-kesempatan pada masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan tinggi, maka akan mencerminkan pendapatan meningkat sehingga pembayaran dividen cenderung meningkat (Deitiana, 2011). Higgins (2003) mengatakan bahwa “Growth comes from two sources: increasing volume and rising price. Because of all variable cost, most curren assets, and current liabilities have a tendency with sales, so it is a good idea to see the growth based on the sales of the company”. Berdasarkan pernyataan di atas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari pertambahan volume dan peningkatan harga khususnya dalam hal penjualan
16
karena penjualan merupakan suatu aktivitas yang umumnya dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tujuan yang ingin dicapai yaitu tingkat laba yang diharapkan. Perhitungan tingkat penjualan pada akhir periode dengan penjualan yang dijadikan periode dasar. Apabila nilai perbandingannya semakin besar, maka dapat dikatakan bahwa tingkat pertumbuhan penjualan semakin baik. Berikut adalah rumus untuk mencari pertumbuhan penjualan (Kesuma, 2009:41): Growth Of Sales =
S1
St St
1
X 100 %
1
Volume penjualan menunjukkan seberapa produktif suatu perusahaan dan juga keberhasilan dalam pemasaran. Volume penjualan yang meningkat ini juga adalah sebuah pertumbuhan penjualan yang dialami perusahaan tersebut. Semakin besar volume penjualan, maka semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan keuntungan atau mengalami pertumbuhan laba perusahaan yang akan meningkatkan return yang akan diterima dan tentu saja hal ini akan membuat investor semakin percaya akan kemampuan emiten dalam menghasilkan laba atau keuntungan. Dengan meningkatnya kepercayaan investor, maka permintaan akan saham akan meningkat dan harga saham pun juga ikut naik. Dengan naiknya harga saham, maka akan terjadi capital gain yang meningkatkan return saham. Demikian pula sebaliknya, jika volume penjualan menurun, maka akan mengakibatkan menurunnya return yang diterima. Volume penjualan adalah banyaknya lembar saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari bursa dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara (broker)
17
penjualan saham saham di pasar modal yang dikenal dengan lot yang terdiri dari 500 lembar saham dalam setiap 1 lot. Volume penjualan saham saham merupakan hal yang penting bagi seorang investor, karena bagi investor volume penjualan saham saham menggambarkan kondisi efek yang diperjualbelikan di pasar modal. Bagi investor, sebelum melakukan investasi atau penanaman modal hal terpenting adalah tingkat likuiditas dari efek. (Wiyani dan Wijayanto, 2005)
2.1.6
Tingkat Suku Bunga SBI Tingkat suku bunga merupakan salah satu dari beberapa indikator ekonomi
moneter Indonesia. BI sebagai otoritas moneter di Indonesia, dalam rangka mengatur
likuiditas
peredaran
uang
di Indonesia antara
lain
dengan
mempergunakan instrumen Sertifikat Bank Indonesia. Sertifikat Bank Indonesia atau yang lebih dikenal dengan SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dengan sistem diskonto sebagai pengakuan hutang jangka pendek. Pemerintah selalu melakukan penyesuaian tingkat suku Bunga kredit untuk disesuaikan dengan keadaan perekonomian yang sedang terjadi dengan melalui SBI yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Dengan naiknya Suku Bunga SBI, maka dengan sendirinya tingkat suku bunga deposito juga akan ikut naik. Faktor tingkat suku bunga deposito akan mempengaruhi investor dalam menanamkan dananya pada saham. Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik, jika suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, demikia n pula sebaliknya, jika suku bunga turun, harga saham naik. Secara teoritis, investor cenderung lebih
18
menyukai menabung pada saat tingkat bunga deposito tinggi, sebab investasi di bidang ini relatif tidak mengandung risiko. Sebaliknya investor akan lebih menyukai kecenderungan menginvestasikan uang dalam bentuk saham ketika tingkat bunga deposito rendah. Akan tetapi untuk perusahaan yang bergerak di bidang keuangan sepeti halnya bank, asuransi dan perusahaan penjaminan, pengaruh perubahan suku bunga terhadap return saham adalah positif, artinya jika suku bunga naik maka return saham juga akan meningkat dan demikian pula sebaliknya. Apabila tingkat suku bunga deposito mengalami kenaikan maka investor akan lebih tertarik untuk menanamkan sahamnya pada deposito dari pada saham. Dengan semakin banyaknya dana yang terhimpun oleh bank, berarti mereka akan bisa menyalurkan dana lebih banyak ke masyarakat untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak. Karena terjadi peningkatan performa dari perusahaan yang bergerak di bidang finansial ini, maka tentu saja investor akan tertarik menanamkan sahamnya. Permintaan saham yang meningkat ini akan menyebabkan naiknya harga saham sehingga terjadi capital gain yang akan meningkatkan return saham perusahaan tersebut. Sebaliknya, apabila suku bunga SBI turun, maka investor akan lebih tertarik untuk menanamkan dananya pada saham perusahaan diluar perusahaan yang bergerak di bidang keuangan , karena dengan suku bunga yang rendah akan sulit bagi perusahaan yang bergerak di bidang finansial untuk menghimpun dana. Permintaan saham yang berkurang ini akan menurunkan harga saham dan berarti terjadi capital loss yang menyebabkan menurunnya return saham. Dengan demikian suku bunga SBI ini mempunyai pengaruh yang positif terhadap harga saham dan return saham.
19
Tingkat suku bunga SBI menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase yang ditetapkan Bank Indonesia dengan mengeluarkan Sertifikat Bank Indonesia. Salah satu penyederhanaan yang dibuat dalam mempelajari makro ekonomi adalah dengan menyebut “satu” suku bunga, yang pada kenyataanya tentu, banyak terdapat tingkat-tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga ini berbeda tergantung dari tingkat kepercayaan kredit dari peminjam, jangka waktu dari pinjaman, dan berbagai aspek perjanjian lainnya antara peminjam dan pemberi pinjaman. Obligasi Amerika Serikat jangka pendek adalah salah satu asset yang paling sering diperdagangkan di seluruh dunia. Suku bunga yang dipublikasikan menunjukkan tingkat pengembalian nominal. Jika menerima 5 persen bunga dari bank sementara harga-harga juga naik sebesar 5 persen, maka hanya mengalami posisi impas. Tingkat suku bunga nominal mencerminkan pengembalian dalam dollar. Suku bunga riil mengurangi inflasi untuk memberikan pengembalian dollar dalam nilai konstan. Cukup mengejutkan, hanya terdapat relatif sedikit instrument keuangan yang menjamin tingkat
pengembalian
riil
dibanding
nominal.
Amerika
Serikat
mulai
mengeluarkan obligasi yang menjamin pengembalian riil yang baru-baru ini saja. Dornbusch dan Fischer, (2004: 37) Jika inflasi berjalan lebih tinggi (pada tingkat tahunan), maka obligasi suku bunga riil akan membayar lebih tinggi dibanding obligasi suku bunga nominal. Karena obligasi riil menjamin daya beli, maka lebih aman untuk berinvestasi dengannya dibanding obligasi suku bunga nominal. Model ini
20
diperluas dengan memasukkan suku bunga sebagai determinan tambahan permintaan agregat. Pengeluaran otonom dan kebijakan fiskal merupakan determinan utama permintaan agregat. Sekarang, dengan menambahkan suku bunga sebagai determinan investasi, dan oleh karenanya permintaan agregat. Pernyataan itu menggiring untuk memasukkan pasar uang dan memaksa untuk mempelajari interaksi antara pasar uang dan barang. Bank sentral memasuki pembahasan melalui perannya dalam menentukan jumlah uang beredar. Suku bunga dan pendapatan secara bersamaan ditentukan oleh ekuilibrium pasar barang dan pasar uang. Sebagaimana pada bab sebelumnya tetap beras umsi bahwa tingkat harga tidak bereaksi terhadap pergeseran permintaan angregat. Menurut Dornbusch dan Fischer, (2004: 219). Memahami pasar uang dan suku bunga adalah penting untuk tiga alasan : 1.
Kebijakan moneter bekerja melalui pasar uang untuk mempengaruhi output dan tingkat tenaga kerja.
2.
Analisisnya mesnyaratkan kesimpulan. Perhatikan yang menyusun struktur logis dari model tersebut. Sejauh ini, terkurung dalam kotak yang berlabel pasar barang. Dengan tambahan pasar asset ini, menyajikan analisa lebih lengkap pengaruh kebijakan fiskal, dan memakai kebijakan moneter. Kebijakan fiskal karena inflasi tinggi, maka ekspansioner umumnya menaikkan suku bunga, dengan demikian mengurangi dampak ekspansioner. Bahkan, dibawah kondisi tertentu, kenaikan suku bunga bisa menutupi secara penuh efek ekspensioner kebijakan fiskal.
21
3.
Perubahan suku bunga mempunyai efek samping yang penting. Komposisi permintaan agregat antara investasi dengan pengeluaran konsumsi tergantung dari suku bunga. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi permintaan agregat sebagian besar dengan mengurangi investasi. Oleh karenanya, kebijakan fiscal ekspansioner cenderung menaikkan konsumsi melalui pengganda
namun cenderung
meningkatkan suku bunga.
mengurangi investasi karena
Karena
tingkat
hal itu
investasi mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi, efek samping dari ekspansi fiskal ini menjadi isu sensitive dan penting dalam penyusunan kebijakan. 2.1.7
Harga Saham Dianata Eka Putra (2005:191) menyatakan saham adalah bukti kepemilikan
atau tanda penyetoran seseorang atau badan atas suatu badan usaha tertentu. H.M Jogiyanto (2006:38) mengemukakan pengertian harga saham adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar modal. Harga saham akan terbentuk dari adanya transaksi di pasar modal yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Harga saham merupakan hasil dari interaksi performance perusahaan dan situasi pasar yang terjadi. Harga saham dapat dibedakan menjadi harga saham perdana dan harga saham di pasar sekunder. Perbedaan dari kedua harga saham tersebut adalah harga saham perdana memiliki harga saham yang tetap dan telah ditetapkan sebelumnya dan ditawarkan pertama kali kepada masyarakat. Harga
22
saham pada pasar sekunder tidak memiliki harga statis melainkan dapat berfluktuasi mengikuti situasi pasar yang berlaku. Perusahaan penerbit yang mampu menghasilkan keuntungan tinggi, dapat menyisihkan bagian keuntungan sebagai dividen dalam jumlah yang tinggi pula. Pembagian dividen yang tinggi akan menarik
minat investor untuk
membeli saham tersebut. Hal ini
mengakibatkan permintaan atas saham yang bersangkutan akan meningkat, yang pada akhirnya akan mendorong naiknya nilai saham. Sunariyah (2006:46) mengatakan nilai saham terbagi atas : 1.
Nilai Par atau Nilai Nominal (Par Value Face atau Value). Nilai yang tercantum dalam sertifikat saham itu yang digunakan untuk menunjukkan nilai nominal, yaitu nilai akuntansi yang menjadi dasar penilaian kewajiban hukum pemegang saham.
2.
Nilai Buku (Book Value) Menunjukkan nilai bersih kekayaan perusahaan per lembar saham atau menunjukan besarnya penyertaan pemegang saham (stockholders equity) diperusahaan, demikian nilai buku perusahaan diperoleh dengan mengurangi total asset perusahaan terhadap hutang dan saham preferen kemudian dibagi dengan jumlah yang beredar.
3.
Nilai Intrinsik atau Nilai Riil (fair value atau reasonable value) Harga yang ditetapkan untuk sebuah saham biasa, jika faktor-faktor utama seperti utang dan modal daripada nilai perusahaan dipertimbangkan atau nilai intrinsik adalah harga yang diharapkan dari saham pada setiap akhir “t” dari saham hari ini sebagaimana dilihat investor tertentu pada waktu melakukan analisis.
23
Husnan mengemukakan (2008:58) bahwa penilaian harga saham merupakan suatu mekanisme bentuk mengubah serangkaian variabel ekonomi atau variabel perusahaan yang diramalkan (yang diamati) menjadi perkiraaan tentang harga saham. Analisis saham bertujuan untuk menaksir nilai intrinsik (intrinsic value) suatu saham, dan kemudian membandingkannya dengan harga pasar saat ini (current market price) saham tersebut. Nilai intrinsik (NI) menunjukkan present value arus kas yang diharpkan dari saham tersebut. Pedoman yang dipergunakan adalah sebagai berikut : 1.
Apabila NI > harga pasar saat ini, harga pasar saat ini, maka saham terseb ut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah) dan karena itu seharusnya dibeli atau ditahan apabila saham tersebut telah dimiliki.
2.
Apabila NI < harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai overvalued (harganya terlalu mahal) dan karena itu seharusnya dijual.
3.
Apabila NI = harga pasar saat ini, maka saham tersebut dinilai wajar harganya dan berada dalam kondisi keseimbangan. Menurut Ang (2003:157) harga pasar merupakan harga yang paling mudah
ditentukan karena harga pasar merupakan harga suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Jika pasar bursa efek sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupan (closing price). Jadi harga pasar inilah yang menyatakan naik turunnya suatu saham. Menurut Anoraga (2006:145) mendefinisikan harga saham sebagai harga jual saham sebagai konsekuensi dari posisi tawar antara penjual dan pembeli
24
saham, sehingga nilai pasar menunjukkan fluktuasi dari harga saham. Sedangkan market value perusahaan kaitannya dengan laporan keuangan yang diuraikan oleh teori pasar efisien. Para pemodal tentunya termotivasi untuk melakukan investasi pada suatu instrumen yang diinginkan, dengan harapan untuk mendapatkan kembalian investasi yang sesuai. Menurut Anoraga, (2006:145). Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi pula kekayaan pemegang saham. Harga saham dapat dibedakan menjadi beberapa macam, yaitu : 1.
Nominal price Yaitu nilai yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang dikeluarkan.
2.
Initial price Merupakan harga sebelum saham tersebut dicatatkan di bursa efek, setelah bernegoisasi dengan peminjam emisi (underwriter), akan dijual kepada masyarakat, setelah itu penjamin emisi juga membuka counter untuk melakukan penjualan saham emiten.
3.
Market price Yaitu harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Harga ini terjadi setelah saham tersebut tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dalam transaksi ini tidak lagi melibatkan emiten dan penjamin saham. Dua penilaian harga saham di atas masing- masing memiliki kelebihan dan
kekurangan tergantung pendekatan mana yang akan digunakan dalam penelitian. 2.1.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Penentuan harga saham di pasar sekunder pada dasarnya ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap saham di pasar modal, sehingga harga saham
25
naik turun setiap saat tergantung kekuatan mana yang lebih kuat antara permintaan dengan penawaran. Harga saham mengalami perubahan sesuai dengan pengaruh-pengaruh yang sedang terjadi di pasar saham. Pasar saham dapat dipengaruhi oleh faktor- faktor internal dan faktor- faktor eksternal perusahaan. Faktor- faktor internal meliputi : 1.
Dividen atau tingkat keuntungan yang dipandang sesuai oleh investor. Apabila dividen dan tingkat keuntungan yang dipandang sesuai oleh investor meningkat, maka akan mendorong naiknya harga saham tersebut.
2.
Laba perusahaan. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi harga saham yang diperdagangkan di pasar modal. Apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat,
maka harga saham akan mengalami
peningkatan, dan demikian pula sebaliknya maka akan menyebabkan harga saham turun. 3.
Pertumbuhan penjualan perusahaan. Prospek pemasaran hasil produksi juga dapat mempengaruhi perubahan harga saham di bursa efek. Apabila penjualan meningkat diharapkan harga saham akan mengalami peningkatan, dan demikian pula sebaliknya. Disamping faktor- faktor internal perusahaan, faktor-faktor eksternal juga
dapat mempengaruhi harga saham. Faktor- faktor eksternal meliputi : 1.
Kebijakan pemerintah Apabila kebijakan pemerintah yang dibuat dirasa menguntungkan bagi investor, maka harga saham akan mengalami peningkatan.
26
2.
Pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan mengakibatkan naiknya harga saham.
3.
Permintaan saham yang bersangkutan Permintaan saham yang tinggi akan berpengaruh pada naiknya harga saham, dan permintaan saham yang rendah akan menurunkan harga saham.
2.1.9 Pengaruh Volume Penjualan Saham terhadap Harga Saham Volume penjualan saham saham merupakan hal yang penting bagi seorang investor karena mempengaruhi harga saham perusahaan, karena bagi investor volume
penjualan
saham
saham
menggambarkan
kondisi
efek
yang
diperjualbelikan di pasar modal yang mampu berdampak pada harga saham (Wiyani dan Wijayanto, 2005). Sedangkan volume penjualan saham adalah banyaknya lembar saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari bursa dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara (broker) penjualan saham saham di pasar modal yang dikenal dengan lot yang terdiri dari 500 lembar saham dalam setiap 1 lot. Volume penjualan saham saham merupakan hal yang penting bagi seorang investor, karena bagi investor volume penjualan saham saham menggambarkan kondisi efek yang diperjualbelikan di pasar modal. Semakin banyak jumlah lembar saham yang diperdagangkan, berarti semakin tinggi volume penjualan saham saham, sehingga investor berminat untuk menginvestasikan modalnya yang menyebabkan harga saham meningkat.
27
2.1.10 Pengaruh Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham Menurut Dornbusch dan Fischer (2004: 37) Suku bunga SBI merupakan jumlah uang yang dibayarkan sebagai imbalan atas penggunaan utang yang dipinjam yang telah ditetapkan oleb Bank Indonesia. Tingkat suku bunga menyatakan tingkat pembayaran atas pinjaman atau investasi lain, di atas perjanjian pembayaran kembali, yang dinyatakan dalam persentase yang ditetapkan bank. Bagi bank, bunga merupakan komponen pendapatan yang paling tinggi. Dari total pendapatan yang diterima bank, sebagian besar diperoleh dari bunga pinjaman. Suku bunga yang tinggi akan dapat menimbulkan tingginya volume tabungan masyarakat. Makin tinggi tingkat suku bunga yang ditawarkan bank mendorong masyarakat untuk lebih banyak menabung, artinya masyarakat cenderung akan mengurangi konsumsinya guna menambah saldo tabungan yang dimiliki. Selain itu, suku bunga yang tinggi akan berdampak melonjaknya biaya modal perusahaan, sehingga perusahaan akan mengalami persaingan dalam investasi, artinya para investor cenderung memilih berinvestasi ke pasar uang atas tabungan dibandingkan pasar modal. Sebaliknya suku bunga yang rendah, baik suku bunga pinjaman maupun suku bunga simpanan akan berdampak menurunnya keinginan masyarakat untuk menabung, sedangkan bagi perusahaan kondisi ini sangat menguntungkan karena perusahaan dapat mengambil kredit untuk menambah modal atau investasi dengan tingkat bunga yang rendah.
28
2.1.11
Tinjauan Penelitian Te rdahulu
Terdapat cukup banyak penelitian terdahulu dan persamaan yang mengkaji faktor- faktor yang berpengaruh tehadap harga atau return saham, dapat dilihata pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 Penelitian Terdahulu No
1
Nama dan Tahun Febritasari (2004)
Judul
Perbedaan Variabel
Persamaan Analisis
Hasil
Pengaruh Return On Equity dan Tingkat Suku Bunga Deposito terhadap harga saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2001
1. Variabel Bebas : ROE dan Tingkat Suku Bunga Deposito 2. Periode Penelitian 3. Bursa Efek Jakarta
1. Variabel Terikat : Harga Saham 2. Uji Hipotesis 3. Bursa Efek Indonesia
1. Variabel Bebas : EPS, ROE, DER, PER, dan DPR 2. Periode Penelitian 3. Bursa Efek Jakarta 1. Variabel Bebas : ROA, dividen, financial leverage, tingkat penjualan, tingkat likuiditas, dan tingkat bunga deposito 2. Periode Penelitian 3. Bursa Efek Jakarta 1. Variabel Bebas : Earning Per Share, Return On Assets, dan Tingkat bunga deposito 2. Periode Penelitian 3. Bursa Efek Jakarta
1. Variabel Terikat : Harga Saham 2. Uji Hipotesis 3. Bursa Efek Indonesia
M nunjukkan bahwa hasil analisis secara parsial ROE mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham, dan tingklat suku bunga deposito juga mempunyai pengaruh positif secara signifikan terhadap harga saham. M enunjukkan bahwa hasil analisis pada tahun 2001 ROE dan PER mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham, sementara ketiga variabel lainnya tidak M enunjukkan bahwa hasil analisis varabel ROA, dividen, financial leverage, tingkat penjualan, tingkat likuiditas, dan tingkat bunga deposito, secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Secara parsial, ROA mempunyai pengaruh yang signifikan, sedang variabel lainnya tidak signifikan
2
Handayani (2004)
Pengaruh kinerja perusa-haan terhadap perubahan harga saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ
3
Sumilir (2003)
Analisis Pengaruh Kinerja Finansial Terhadap Return Saham pada Perusahaan Publik di BEJ 1998-2001
4.
Utami (2003)
Analisis Pengaruh Earning Per Share, Return On Assets, Tingkat Bunga Deposito terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Trecantum dalam Indeks LQ-45 di BEJ Tahun 1999-2001
1. Variabel bebas : Tingkat penjualan 2. Variabel Terikat : Harga Saham 3. Uji Hipotesis 4. Bursa Efek Indonesia
1. Variabel Terikat : Harga Saham 3. Uji Hipotesis 4. Bursa Efek Indonesia
M enunjukkan bahwa hasil analsisi secara parsial EP S mempunyai pengaruh positif secara signifikan, ROA mempunyai pengaruh positif yang signifikan, dan suku bunga deposito juga mempunyai pengaruh positif yang signifikan
29
2.1.10 Kerangka Pe mikiran Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis yang telah dikemukakan, maka disusun kerangka pemikiran pada gambar 1 dan rerangka konseptual pada gambar 2. Untuk menggambarkan hubungan antara variabel dependen dan variabel independen dapat dijelaskan sebagai berikut: Studi Teorit is ; 1. Vo lu me Penjualan Saham adalah Vo lu me transaksi perdagangan yang digunakan dalam penelitian in i yaitu jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada saat penutupan tiap tahun perdagangan saham periode triwulanan tahun 2010-2012 2. Tingkat Suku Bunga adalah Suku bunga SBI yang digunakan dalam penelitian in i yaitu tingkat suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Indonesia periode triwulanan tahun 2010-2012. 1. Harga Saham adalah Harga saham yang digunakan dalam penelitian ini yaitu harga saham pada saat penutupan (closing price) periode triwulanan tahun 2010-2012.
Studi Empiris ; 1. Febritasari (2004). Pengaruh Return On Equity
2.
3.
4.
dan Tingkat Suku Bunga Deposito terhadap harga saham perusahaan di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2001. Handayani (2004). Pengaruh kinerja perusahaan terhadap perubahan harga saham pada perusa-haan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Sumilir (2003). Analisis Pengaruh Kinerja Finansial Terhadap Return Saham pada Perusahaan Publik di BEJ 1998-2001. Utami (2003). Analisis Pengaruh Earning Per Share, Return On Assets, Tingkat Bunga Deposito terhadap Harga Saham pada Perusahaan yang Trecantum dalam Indeks LQ45 di BEJ Tahun 1999-2001
Ru musan Masalah
Peru musan Hipotesis
Analisis Statistik - Regresi lin ier berganda - Uji F (simu ltan) - Uji t (parsial)
Kesimpulan Gambar 1 Rerangka Pe mikiran
30
Volume Penjualan Saham (X1 ) Harga Saham (Y) Tingkat Suku Bunga SBI (X2 )
Gambar 2 Rerangka Konseptual
Volume penjualan saham juga mempunyai hubungan yang positif dengan harga saham karena semakin besar volume penjualan maka kemungkinan untuk perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih besar dan hal ini akan mempengaruhi yield yang akan diterima, dan tentu saja hal ini akan meningkatkan kepercayaan para investor sehingga permintaan saham akan naik yang pada akhirnya akan menaikkan harga saham. Sementara itu tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang negatif terhadap harga saham. Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka bunga kredit dan bunga deposito juga akan naik. Pada perusahaan yang bergerak di bidang rokok hal ini berarti mereka bisa menghimpun dana yang lebih banyak untuk disalurkan kembali sehingga keuntungan yang didapatkan bisa meningkat. Dengan meningkatnya performa perusahaan yang bergerak di bidang rokok, maka investor akan tertarik untuk mananamkan sahamnya pada perusahaan-perusahaan ini, dan tentu saja dengan meningkatnya permintaan akan saham ini akan mengakibatkan naiknya harga saham sehingga akan terjadi capital gain yang akan meningkatkan return saham.
31
2.2 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, bahwa volume penjualan saham, dan Tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham, maka dalam penelitian ini dirumuskan hipotesis alternatif (Ha) sebagai berikut : 1. Ha : Volume penjualan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan rokok di BEI. 2. Ha : Tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan rokok di BEI. 3. Ha : Volume penjualan, dan Tingkat suku bunga SBI secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan rokok di BEI.