8
BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Teoretis
2.1.1
Indeks Saham
Saham merupakan surat berharga yang paling popular dan dikenal luas dimasyarakat, baik negara maju maupun negara sedang berkembang. Saham juga dapat diartikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorangatau badan hukum dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Saham berwujud selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas adalah pemilik yang menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar penyertaan yang ditanamkan diperusahaan tersebut. Harga saham merupakan harga yang terjadi di pasar bursa pada waktu tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar yaitu permintaan dan penawaran pasar. Pergerakan harga saham dapat dilihat melalui indeks harga saham, dimana indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham. Indek harga saham (IHS) dapat dijadikan barometer kesehatan suatu negara. Seiring
dengan
meningkatnya
aktivitas
perdagangan,
kebutuhan
untukmemberikan informasi yang lebih lengkap kepada masyarakat mengenai perkembangan bursa juga semakin meningkat. Salah satu informasi yang diperlukan tersebut adalah indeks harga saham sebagai cerminan dari pergerakan harga saham.
8
9
Indeks harga saham adalah suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham dalam suatu periode. Indeks ini berfungsi sebagai indikator trend pasar, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah keadaan pasar sedang aktif atau sedang lesu. Dengan adanya indeks, kita dapat mengetahui trend pergerakan harga saham saat ini, apakah sedang naik, stabil atau turun. Misalnya, jika di awal bulan nilai indeks 300 dan saat ini di akhir bulan menjadi 360, maka kita dapat mengatakan bahwa secara rata-rata harga saham mengalami peningkatan sebesar 20%. Pergerakan indeks menjadi indikator penting bagi para investor untuk menentukan apakah mereka akan menjual, menahan atau membeli suatu atau beberapa saham. Karena harga-harga saham bergerak dalam hitungan detik dan menit, maka nilai indeks pun bergerak turun naik dalam hitungan waktu yang cepat pula. Pada umumnya indeks harga saham diharapkan memiliki beberapa fungsi, yaitu : 1. Sebagai indikator trend pasar 2. Indikator tingkat keuntungan yang diharapkan 3. Sebagai tolak ukur kinerja suatu portofolio. 4. Memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif 5. Memfasilitasi perkembangan produk derivatif.
10
Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan dua macam waktu, yaitu : 1. Waktu dasar, yaitu waktu yang akan dipakai sebagai dasar perbandingan 2. Waktu yang berlaku merupakan waktu di mana kegiatan akan diperbandingan dengan waktu dasar
Di Bursa Efek Indonesia terdapat 11 (sebelas) jenis indeks, antara lain: 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menggunakan semua Perusahaan Tercatat sebagai komponen perhitungan Indeks. Agar IHSG dapat menggambarkan keadaan pasar yang wajar, Bursa Efek Indonesia berwenang mengeluarkan dan atau tidak memasukkan satu atau beberapa Perusahaan Tercatat dari perhitungan IHSG. Dasar pertimbangannya antara lain, jika jumlah saham Perusahaan Tercatat tersebut yang dimiliki oleh publik (free float) relatif kecil sementara kapitalisasi pasarnya cukup besar, sehingga perubahan harga saham Perusahaan Tercatat tersebut berpotensi mempengaruhi kewajaran pergerakan IHSG. IHSG adalah milik Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Indonesia tidak bertanggung jawab atas produk yang diterbitkan oleh pengguna yang mempergunakan IHSG sebagai acuan (benchmark). Bursa Efek Indonesia juga tidak bertanggung jawab dalam bentuk apapun atas keputusan investasi yang dilakukan oleh siapapun Pihak yang menggunakan IHSG sebagai acuan (benchmark).
11
2. Indeks Sektoral Indeks sektoral BEI adalah sub indeks dari IHSG. Menggunakan semua Perusahaan Tercatat yang termasuk dalam masing-masing sektor. Sekarang ini ada 10 sektor yang ada di BEI yaitu sektor Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar, Aneka Industri, Barang Konsumsi, Properti, Infrastruktur, Keuangan, Perdangangan dan Jasa, dan Manufaktur. 3. Indeks LQ45 Indeks yang terdiri dari 45 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 4. Indeks Kompas100 Indeks yang terdiri dari 100 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteriakriteria yang sudah ditentukan. Review dan penggantian saham dilakukan setiap 6 bulan. 5. Indeks BISNIS-27 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks BISNIS-27. Indeks yang terdiri dari 27 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih berdasarkan kriteria fundamental, teknikal atau likuiditas transaksi dan akuntabilitas dan tata kelola perusahaan. Jakarta pada tanggal 27 Januari 2009, PT Bursa Efek Indonesia bersama dengan harian Bisnis Indonesia meluncurkan indeks harga saham yang
12
diberi nama Indeks Bisnis-27 yang diharapkan dapat menjadi salah satu indikator bagi investor dalam berinvestasi di Pasar Modal Indonesia. 6. Indeks PEFINDO25 Kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan lembaga rating PEFINDO meluncurkan indeks harga saham yang diberi nama Indeks PEFINDO25. Indeks ini dimaksudkan untuk memberikan tambahan informasi bagi pemodal khususnya untuk saham-saham emiten kecil dan menengah (Small Medium Enterprises / SME). Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria seperti: Total Aset, tingkat pengembalian modal (Return on Equity / ROE) dan opini akuntan publik. Selain kriteria tersebut di atas, diperhatikan juga faktor likuiditas dan jumlah saham yang dimiliki publik. 7. Indeks SRI-KEHATI Indeks ini dibentuk atas kerja sama antara Bursa Efek Indonesia dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI). SRI adalah kependekan dari Sustainable Responsible Investment. Indeks ini diharapkan memberi tambahan informasi kepada investor yang ingin berinvestasi pada emiten-emiten yang memiliki kinerja sangat baik dalam mendorong usaha berkelanjutan, serta memiliki kesadaran terhadap lingkungan dan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik. Indeks ini terdiri dari 25 saham Perusahaan Tercatat yang dipilih dengan mempertimbangkan kriteri-kriteria seperti Total Aset, Price Earning Ratio (PER) dan Free Float.
13
8. Indeks Papan Utama Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Utama. 9. Indeks Papan Pengembangan Menggunakan saham-saham Perusahaan Tercatat yang masuk dalam Papan Pengembangan. 10. Indeks Individual Indeks harga saham masing-masing Perusahaan Tercatat. 11. Jakarta Islmic Index (JII) Indeks yang menggunakan 30 saham yang dipilih dari saham-saham yang masuk dalam kriteria syariah (Daftar Efek Syariah yang diterbitkan oleh Bapepam-LK) dengan mempertimbangkan kapitalisasi pasar dan likuiditas.
2.1.2 Jakarta Islamic Index (JII) Pasar modal syariah (Islamic Stock Exchange) adalah kegiatan yang berhubungan dengan perdagangan efek syariah perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga profesi yang berkaitan dengannya, dimana semua produk dan mekanisme operasional tidak bertentangan dengan syariat islam.
14
Fungsi dari keberadaan pasar modal syariah adalah sebagai berikut: 1. Memungkinkan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan bisnis dengan memperoleh bagian dari keuntungan dan risikonya. 2. Memungkinkan
para
pemegang saham
menjual
sahamnya
guna
mendapatkan likuiditas. 3. Memungkinkan perusahaan meningkatkan modal dari luar untuk membangun dan mengembangkan lini produksinya. 4. Memisahkan operasi kegiatan bisnis dan fluktuasi jangka pendek pada harga saham yang merupakan ciri umum pada pasar modal konvensional. Adapun beberapa karakter yang diperlukan dalam membentuk pasar modal syariah , yaitu : 1.
Semua saham harus diperjualbelikan pada bursa efek.
2. Bursa perlu mempersiapkan pasca perdagangan, di mana saham dapat diperjualbelikan melalui pialang. 3. Semua perusahaan yang mempunyai saham yang dapat diperjualbelikan pada busa efek diminta menyampaikan informasi tentang perhitungan keuntungan dan kerugian serta neraca keuntungan kepada komite manajemen bursa efek dengan jangka waktu tidak lebih dari tiga bulan. 4. Komite manajemen menetapkan Harga Saham Tertinggi (HST) setiap perusahaan dengan interval tidak lebih dari tiga bulan sekali. 5. Saham tidak boleh diperdagangkan dengan harga lebih tinggi dari HST. 6. Perdagangan saham mestinya hanya berlangsung dalam satu minggu periode perdagangan setelah menentukan HST.
15
7. Perusahaan hanya dapat menerbitkan saham dalam periode perdagangan dengan harga HST. Sistem mekanisme pasar modal konvensional yang mengandung riba, maisir, dan gharar selama ini telah menimbulkan keraguan dikalangan umat islam. Sedangkan pasar modal syariah merupakan tempat atau sarana bertemunya penjual dan pembeli instrumen keuangan syariah yang dalam bertransaksi berpedoman pada ajaran islam dan menjauhi hal-hal yang dilarang, seperti penipuan dan penggelapan. Di Indonesia, pasar modal yang menerapkan sistem syariah Islam dalam operasionalnya sementara ini masih dalam bentuk indeks, yaitu Jakarta Islamic Index (JII) pada PT. Bursa Efek Indonesia. Saat dibukanya penawaran umum pada pasar perdana, terdapat berbagai hal yang harus diperhatikan baik oleh investor maupun oleh emiten, yaitu: 1. Instrumen atau efek yang diperjualbelikan harus sejalan dengan prinsip syariah, seperti saham syariah dan sukuk yang terbebas dari unsure riba dan gharar. 2. Emiten yang mengeluarkan efek syariah, baik berupa saham ataupun sukuk harus mentaati semua aturan syariah. 3. Semua efek harus berbasis pada harta (berbasis asset) atau transaksi yang riil („ain), bukan mengharapkan dari kontrak utang piutang. 4. Semua transaksi tidak mengandung ketidakjelasan yang berlebihan (gharar) atau spekulasi murni. 5. Mematuhi semua aturan islam yang berhubungan dengan utang piutang, seperti tidak dibenarkan jual beli dengan cara diskon.
16
Produk investasi berupa saham pada prinsipnya sudah sesuai dengan ajaran islam.
Pengertian saham
itu sendiri
merupakan surat
berharga
yang
mempresentasikan penyertaan modal kedalam suatu perusahaan. Sementara dalam prinsip syariah penyertaan modal dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang tidak melanggar prinsip syariah. Di Indonesia, prinsip-prinsip penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun non-syariah, melainkan berupa pembentukan indeks saham yang memenuhi prinsip syariah. Saham menjadi halal jika saham tersebut dikeluarkan oleh perusahaan yang kegiatan usahanya bergerak dibidang yang halal dan atau dalam niat pembelian saham tersebut adalah untuk investasi, bukan untuk spekulasi (judi). Indeks JII dipersiapkan oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bersama dengan PT Danareksa Invesment Management (DIM). Jakarta Islamic Index (JII) menghitung indeks harga rata-rata saham untuk jenis kegiatan usaha yang memenuhi kriteria syariah. JII beroperasi sejak tanggal 3 Juli 2000 (www.idx.co.id) . Tujuan pembentukan JII adalah untuk memandu investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi dengan penerapan prinsip syariah (Sunariyah,2011). Berdasarkan fatwa No.40/DSNMUI/ X/2003 tentang pasar modal dan pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal, menetapkan bahwa kriteria kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah ialah: 1. Usaha perjudian dan dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.
17
2. Lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Usaha yang memproduksi, mendistribusi serta memperdagangkan makanan dan minuman yang tergolong haram. 4. Usaha yang memproduksi, mendistribusi dan/atau menyediakan barangbarang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat. Selain kriteria di atas, dalam proses pemilihan saham yang masuk JII Bursa Efek Indonesia melakukan tahap-tahap pemilihan yang juga mempertimbangkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu : 1.
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercata lebih dari 3 (tiga) bulan.
2.
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio kewajiban terhadap aktiva maksimal sebesar 90%.
3.
Memilih 60 (enam puluh) saham dari susunan saham diatas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar terbesar selama satu tahun terakhir.
4.
Memilih 30 (tiga puluh) saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama satu tahun terakhir.
Perubahan pada jenis usaha utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia. Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya sehingga menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah akan
18
dikeluarkan dari indeks JII. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh saham emiten lain. Filter syariah bukan satu-satunya syarat yang menjamin emiten masuk ke JII. Ada dua syarat tambahan yang harus dipenuhi, yaitu saham emiten haus memiliki nilai kapitalisasi yang cukup besar di bursa, ini bisa dilihat dari jumlah saham yang dikeluarkan dan harga perlembar saham mempunyai harga yang baik serta saham yang diterbitkan harus sering ditransaksikan (likuid). Maka yang terpilih hanyalah emiten unggulan yang lulus uji untuk tiga kategori, yaitu: seleksi syariah, seleksi nilai kapitalisasi dan seleksi volume transaksi.
2.1.3 Tingkat Inflasi 2.1.3.1 Pengertian Tingkat Inflasi Definisi inflasi menurut beberapa Ahli Ekonomi pada dasarnya adalah sama dengan ulasan-ulasan berbeda, antara lain sebagai berikut : 1. Nasution
(1997:232)
mendefinisi
inflasi
sebagai
suatu
proses
ketidakseimbangan (disequilibrium) yang dinamis, yaitu tingkat harga yang terus-menerus mengalami kenaikan selama periode tertentu. 2. Samuelson dan Nordhaus (2001) mendefinisi inflasi terjadi ketika tingkat harga umum naik. 3. Dornbusch et al (2004:34) mendifinisi inflasi adalah tingkat perubahan dalam harga-harga, dan tingkat harga adalah akumulasi dari inflasi-inflasi terdahulu.
19
4. Rosyidi (2006:131) mendefinisi inflasi adalah gejala kenaikan harga yang berlangsung secara terus-menerus. 5. Boediono (2011:155) mendefinisi inflasi sebagai kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus-menerus, dimana kenaikan tersebut meluas kepada sebagaian besar dari harga barangbarang lain. Dari kelima definisi tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa inflasi adalah kenaikan harga barang secara umum dan terus-menerus selama periode tertentu.
2.1.3.2Faktor-faktor penyebab Inflasi Ditinjau dari faktor-faktor penyebab timbulnya. Inflasi dibedakan menjadi 3 macam (Samuelson dan Nordhaus ,2001), yaitu: 1. Inflasi tarikan permintaan (demand – pull inflation) Inflasi tarikan permintaan terjadi ketika permintaan keseluruhan naik lebih cepat daripada potensi ekonomi produktif, menarik harga naik ke keseimbangan permintaan dan penawaran keseluruhan. Akibatnya, permintaan dollar bersaing untuk penawaran komoditas terrbatas dan menawarkan harganya. Ketika pengangguran turun dan pekerja sedikit, upah menjadi naik dan proses iinflasi berlangsung. 2. Inflasi dorongan biaya (cosh – push inflation) Inflasi karena naiknya biaya selama periode pengangguran yang tinggi dan pengencangan pemanfaatan sumberdaya.
20
3. Inflasi Inertial Perekonomian terus berjalan pada tingkat inflasi inertial dimana selalu menyesuaikan pada harapan orang-orang, Tingkat inertial built-in akan cenderung bertahan hingga terjadi goncangan yang menyebabkan bergerak naik atau turun.
2.1.3.3 Tingkat Ketegangan Inflasi Menurut Samuelson dan Nordhaus (2001) tingkat ketegangan inflasi diklasifikasikan menjadi 3, yaitu : a. Inflasi Rendah Inflasi rendah dicirikan oleh harga yang naik perlahan-lahan dan dapat diramalkan. Kita dapat mendefinisikannya sebagai tingkat inflasi tahunan dengan tingkat digit tunggal. Orang-orang bersedia menulis kontrak jangka panjang dalam bentuk uang karena mereka percaya bahwa harga relatif barang-barang yang mereka beli dan jual tidak akan terlalu jauh keluar dari garis. b. Inflasi yang melambung Inflasi dalam cakupan digit ganda atau triple misalnya 20, 100, atau 200 persen. Umumnya kontrak diindekskan ke indeks harga atau ke mata uang asing, seperti dollar. Pada kondisi ini, uang kehilangan nilainya sangat cepat, sehingga orang-orang hanya memegang jumlah uang yang sangat minim yang dibutuhkan untuk transaksi sehari-hari.
21
3. Hiperinflasi Tidak ada hal bagus yang dapat dikatakan tentang sebuah perekonomian pasar dimana harga-harga meningkat jutaan bahkan miliaran persen per tahun.
2.1.3.4Dampak Inflasi Menurut Putong (2013:426) dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah sebagai berikut : 1. Bila harga barang secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong barang, sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang, akibatnya Negara rentan terhadap segala kekacauan yang ditimbulkannya. 2. Masyarakat cenderung menarik tabungan untuk membeli barang, akibatnya bank kekurangan dana yang berdampak kebangkrutan pada bank dan rendahnya investasi. 3. Distribusi barang relatif tidak adil karena adanya penuumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan memiliki banyak uang. 4. Bila inflasi berkepanjangan maka produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif mahal sehingga tidak ada yang mampu beli. 5. Jurang antara kemiskinan dan kekayaan semakin nyata yang mengarah pada kecemburuan ekonomi.
22
6. Namun dampak positif dari inflasi adalah masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifisme dapat ditekan. 7. Inflasi berkepanjangan dapat menumbuhan industri kecil dalam negeri menjadi semakin tangguh. 8. Tingkat pengangguran akan menurun karena masyarakat tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan membuka usaha.
2.1.3.5 Teori Inflasi Menurut Boediono (2011) terdapat 3 kelompok teori mengenai inflasi, yaitu : 1. Teori Kuantitas Teori ini mengatakan bahwa penyebab utama inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar dan psikolog masyarakat mengenai kenaikan hargaharga dimasa mendatang. Tambahan jumlah uang beredar sebesar x% dapat menumbuhkan inflasi kurang dari x%, sama dengan x%, atau lebih besar dari x%. Hal tersebut tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi, akan naik lagi tetapi tidak lebih buruk daripada sekarang atau masa-masa lampau, atau akan naik lebih cepat dari sekarang, atau masa-masa lampau. 2. Teori Keynes Teori ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup diluar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan
23
permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia. Teori ini menarik karena menyoroti peranan sistem distribusi pendapatan dalam proses inflasi dan menyarankan hubungan antara inflasi dengan faktor-faktor non ekonomis. 3. Teori Strukturalis Merupakah teori inflasi jangka panjang, karena menyoroti penyebab inflasi yang berasal dari kekuatan struktur ekonomi. Struktural pertambahan produksi barang-barang terlalu lambat disbanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga barang. Akibat selanjutnya, adalah kenaikan harga-harga barang lain, sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak bisa diselesaikan dengan mengurangi jumlah uang beredar, tetapi harus diselesaikan dengan pembangunan sektor bahan makanan dan ekspor.
2.1.4 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Salah satu indikator ekonomi moneter Indonesia adalah tingkat suku bunga. Otoritas moneter Indonesia yaitu Bank Indonesia (BI) dalam rangka mengatur peredaran uang di Indonesia antara lain menggunakan instrumen Sertifikat Bank Indonesia atau yang lebih dikenal dengan sebutan SBI. SBI adalah surat berharga dalam rupiah yang dikeluarkan oleh BI dengan sistem diskonto sebagai pengakuan hutang jangka pendek. Pemerintah selalu melakukan penyesuaian tingkat suku bunga kredit untuk disesuaikan dengan keadaan perekonomian yang sedang terjadi dengan melalui SBI yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Bank
24
dapat membeli SBI di pasar perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di pasar sekunder. Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme lelang. SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan. Peserta lelang SBI terdiri dari bank umum dan pialang pasar uang Rupiah dan Valas(www.bi.go.id). Kenaikan suku bunga SBI akan menaikkan tingkat suku bunga deposito. Faktor tingkat bunga deposito berpengaruh pada investor yang menanamkan dananya pada saham. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik yaitu apabila suku bunga meningkat, maka harga saham akan turun, demikian pula sebaliknya, hal tersebut dikarenakan apabila suku bunga naik, maka investor akan cenderung menyimpan dananya dalam bentuk deposito, sehingga harga saham menjadi turun. Akan tetapi untuk perusahaan yang bergerak dibidang keuangan seperti bank, asuransi, dan perusahaan penjaminan kenaikan suku bunga merupakan hal yang positif, artinya kecenderungan investor saat menanamkan dananya pada deposito, maka akan semakin banyak pula dana yang terhimpun dibank, sehingga bank dapat menyalurkan dana yang lebih banyak kepada masyarakat. Suku Bunga SBI adalah biaya untuk meminjam uang dan diukur dalam dollar per tahun untuk setiap satu dollar yang dipinjamnya (Samsul,2006). Menurut Sunariyah (2003), tingkat bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang. Perubahan pada suku bunga SBI akan menarik seseorang atau institusi untuk berinvestasi. Misalnya pada surat-surat berharga, kenaikan
25
atau penurunan harga surat berharga sangat tergantung pada tingkat suku bunga yang terjadi pada saat itu, sehingga para pemegang surat berharga akan mendapat kerugian (capital loss) ataupun keuntungan (capital gain). Tingkat bunga terbentuk dipasar sebagai akibat interaksi kekuatan pasar uang dan modal.
Dalam suatu negara, kadangkala pemerintah melakukan
campur tangan dalam penentuan tarif bunga dipasar keuangan. Campur tangan pemerintah dilakukan dengan memanfaatkan instrument keuangan . Menurut Dornbusch et al (2008:221) memahami pasar uang dan suku bunga adalah penting untuk tiga alasan, yaitu : 1. Kebijakan moneter bekerja melalui pasar uang untuk mempengaruhi output dan tingkat tenaga kerja 2. Sejauh ini, kita terkurung dalam kotak yang berlabel pasar barang, dengan tambahan pasar asset ini menyajikan analisis lebih lengkap pengaruh kebijakan fiskal, dan memakai kebijakan moneter. Kebijakan fiskal karena inflasi tinggi, maka ekspansioner umumnya menaikkan suku bunga, dengan demikian mengurangi dampak ekspansioner. Bahkan dibawah kondisi tertentu kenaikan suku bunga bisa menutupi secara penuh efek ekspansioner kebijakan fiskal. 3. Perubahan suku bunga mempunyai efek samping yang penting. Komposisi permintaan agregat antara investasi dengan pengeluaran konsumsi tergantung dari suku bunga. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi permintaan agregat sebagian besar dengan mengurangi investasi. Oleh karenanya, kebijakan fiskal ekspansioner cenderung menaikkan
26
konsumsi melalui penggandan, namun cenderung mengurangi investasi, karena hal itu meningkatkan suku bunga. Karena investasi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, efek samping dari ekspansi fiskal ini menjadi isu sensitif dan penting dalam penyusunan kebijakan. Tingkat bunga mempunyai beberapa fungsi perekonomian sebagai berikut (Sunariyah, 2006:80) : 1. Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, institusim atau lembaga. 2. Alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung atau investasi sektor-sektor ekonomi. 3. Alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar. 4. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi. Pemerintah dapat mengendalikan dengan menetapkan bunga dari Bank Indonesia. Pada suku bunga SBI terdapat dua jenis yaitu : 1. Suku bunga nominal , merupakan suku bunga dalam nilai uang tertentu. Suku bunga ini merupakan nilai yang dapat dibaca secara umum dan menunjukkan sejumlah rupiah yang akan diterima untuk setiap satu satuan rupiah yang diinvestasikan.
27
2. Suku bunga riil, merupakan suku bunga yang telah terkoreksi akibat adanya inflasi. Dimana suku bunga ini adalah suku bunga nominal dikurang tingkat inflasi.
2.1.5
Harga Emas Dunia Sejak tahun 1968, harga emas yang dijadikan patokan seluruh dunia adalah
harga emas berdasarkan standar pasar emas London (www.lbma.org.uk). Harga emas tetap (sering disebut sebagai London Fix atau Gold Fix) ditetapkan setiap hari pukul 10.30 GMT (London Gold AM Fix) dan juga jam 15:00 GMT ( London Gold PM Fix ). Harga Gold Fix ditentukan oleh London Buillion Market Association (LBMA), yang merupakan asosiasi perdagangan meliputi lebih dari 100 bank terbesar di dunia, lembaga keuangan dan stakeholder logam mulia yang bertugas untuk mendefinisikan standar emas dan perak, praktek perdagangan yang baik, standar dokumentasi dan peran penting dari penentuan harga (http://investasiemas-id.com ). Penetapan harga saat itu (on spot) ataupun penjualan yang akan datang (forward) ditentukan oleh “Tim Lima” yang mewakili para dealer emas serta bank-bank yang paling berpengaruh dan paling besar di dunia.. Kelima anggota tersebut adalah (http://dinarfirst.org ) : 1. N.M Rothschild (sebagai kepala tim) 2. Societte General 3. Hongkong Shanghai Bank – HSBC 4. Scotia Mocatta 5.
Deutsche Bank
28
2.1.6 Kurs Mata Uang 2.1.6.1Pengertian Kurs Mata Uang Nilai tukar atau kurs mata uang adalah sejumlah besaran uang pada suatu mata uang yang dapat dipertukarkan kepada sejumlah besaran uang pada suatu mata uang lainnya, atau harga dari satu mata uang yang dapat dipertukarkan kepada sejumlah besaran uang pada mata uang lainnya. Sedangkan menurut Hamzah (2002), nilai tukar adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi nilai tukar rupiah merupakan nilai dari satu mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain, misalnya nilai tukar rupiah terhadap dollar-US, yen-Jepang, ataupun euro-Uni Eropa. Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi perdagangan dalam pasar uang dan modal, karena melemahnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dollar AS akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian dan pasar modal ( Sitinjak, 2003 ). Nilai tukar merupakan salah satu faktor fundamental, karena kegiatan ekspor, impor, atau investasi luar negeri membutuhkan suatu alat pembayaran yang sah dan berlaku secara internasional, bahkan kemampuan dan kondisi perekonomian suatu negara dapat dilihat dari fluktuasi nilai tukar mata uang negara tersebut. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika permintaan akan rupiah lebih banyak daripada penawarannya maka kurs rupiah
29
ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar. Saat ini sebagian besar bahan baku bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia masih mengandalkan impor dari luar negeri. Ketika mata uang rupiah terdepresiasi, hal ini akan mengakibatkan naiknya biaya bahan baku tersebut. Kenaikan biaya produksi akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Bagi investor, proyeksi penurunan tingkat laba tersebut akan dipandang negatif . Hal ini akan mendorong investor untuk melakukan aksi jual terhadap saham-saham yang dimilikinya. Apabila banyak investor yang melakukan hal tersebut, tentu akan mendorong penurunan harga saham. Bagi investor sendiri, depresiasi rupiah terhadap dollar menandakan bahwa prospek perekonomian Indonesia tidak baik, sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat. Hal ini tentunya menambah resiko bagi investor apabila hendak berinvestasi di bursa saham Indonesia. Investor tentunya akan menghindari resiko, sehingga investor akan cenderung melakukan aksi jual dan menunggu hingga situasi perekonomian dirasakan membaik. Aksi jual yang dilakukan investor ini akan mendorong penurunan indeks harga saham di BEI.
30
2.1.6.2 Teori Pembentukan Kurs Menurut Salvatore (1996) terdapat empat pendekatan teori pembentukan kurs, yaitu : 1. Pendekatan Perdagangan Teori ini menyatakan bahwa nilai tukar atau kurs antara dua mata uang dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya perdagangan barang dan jasa yang berlangsung diantara kedua negara tersebut. Jika nilai impor negara tersebut lebih besar daripada nilai ekspornya, maka kurs mata uang negara pengimpor akan mengalami depresiasi. Sehingga, keseimbangan ekspor impor barang maupun jasa sangat berperan penting dalam kestabilan kurs mata uang. 2. Teori Paritas Daya Beli Teori ini menyatakan bahwa kurs antara dua mata uang adalah indentik dengan rasio dari tingkat harga umum dari kedua negara yang besangkutan. Sebagai contoh, jika harga gandum di Amerika Serikat adalah $2/karung, sedangkan harga gandum di Inggris £1/karung, maka kurs yang berlaku antara dollar dan poundsterling adalah $2/£1 = 2. Jadi komiditi yang sama seharusnya memiliki harga yang sama pula. Jika harga gandum di Amerika Serikat $1/karung, sedangkan di Inggris $3/karung, maka akan banyak perusahaan yang membeli gandum di Amerika dan menjual kembali gandum tersebut di Inggris untuk memperoleh keuntungan. Sehingga pada akhirnya harga gandum di Inggris akan mengalami penurunan dan harga gandum di Amerika akan mengalami peningkatan. Dalam teori ini kestabilan kurs ditentukan peran komoditi suatu negara.
31
3. Pendekatan Moneter Teori ini menyatakan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau penyeimbangan stok atau total permintaan dan penawaran mata uang nasional dimasing-masing negara. Penawaran uang di suatu negara diasumsikan dapat ditetapkan atau diciptakan secara independen oleh otorita moneter dari negara yang bersangkutan. Namun sebaliknya, permintaan uang sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan riil negara tersebut, atau tingkat harga umum yang berlaku serta suku bunga. Semakin tinggi pendapatan riil dan harga-harga yang berlaku di negara tersebut, maka akan semakin besar pula permintaan uang di negara tersebut. Di lain pihak, semakin tinggi suku bunga yang ada, maka setiap orang akan memilih asset yang menghasilkan bunga. 4.
Pendekatan Keseimbangan Portofolio
Teori ini menyatakan bahwa kenaikan penawaran uang dinegara domestik akan mendorong terjadinya kemrosotan suku bunga di negara yang bersangkutan, sehingga akan membuat investor menukarkan obligasinya dengan mata uang domestik dan obligasi luar negeri. Pembelian secara besar-besaran obligasi luar negeri akan membuat mata uang domestik mengalami depresiasi. Teori ini menitikberatkan bahwa pasar finansial dapat melakukan penyesuaian atas setiap bentuk keseimbangan secara lebih cepat dari pasar komoditi.
32
2.2
Rerangka Pemikiran Jakarta Islamic Index memberikan alternatif kepada investor untuk
berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah, namun pergerakan indeks tersebut juga tidak lepas dari pengaruh faktor fundamental ekonomi seperti indeks harga saham lainnya. Rusbariandi (2012) menyatakan bahwa secara parsial tingkat inflasi dan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap JII. Harga emas dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap JII. Sedangkan harga minyak dunia mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap JII. Sedangkan Triani (2013) menyatakan bahwa terdapat pengaruh faktor ekonomi makro yang diwakili oleh volume transaksi, dan tingkat suku bunga terhadap indeks harga saham gabungan. Variabel nilai tukar secara parsial tidak berpengaruh secara signifikan terhadap indeks harga saham. Sedangkan volume transaksi, nilai tukar, dan nilai suku bunga secara simultan berpengaruh signifikan secara bersamasama terhadap Indeks Harga Saham. Penelitian ini dimaksudkan untuk melakukan pengujian lebih lanjut mengenai perngaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, harga emas dunia, dan kurs rupiah pada JII. Dimana suku bunga SBI tidak termasuk dalam variabel penelitian sebelumnya.
33
Investor
Bursa Efek Indonesia
Saham Non Syariah
Saham Syariah
Faktor Ekonomi Makro
Kurs Rupiah
Suku Bunga SBI Tingkat Inflasi
Harga Emas Dunia
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3
Perumusan Hipotesis Hipotesis adalah dugaan atau pernyataan sementara yang menjadi jawaban
dari sebuah permasalaan dan masih harus diuji kebenarannya melalui penelitian. Seperti yang telah diungkapkan di atas, banyak faktor yang mempengaruhi pasar modal. Faktor-faktor tersebut bisa dari internal maupun eksternal. Investor tentu harus memperhatikan faktor-faktor tersebut terlebih pada faktor eksternal yang ditentukan oleh keadaan pasar agar investasi yang dilakukannya dapat tetap memberikan hasil yang diharapkan. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap pasar modal. Pada penelitian ini faktor-faktor yang diduga berpengaruh adalah tingkat
34
inflasi, suku bunga SBI, harga emas dunia, dan kurs rupiah. Variabel tersebut dipilih karena adanya ketidak konsistenan dan perbedaan hasil dalam penelitianpenelitian terdahulu. Berikut ini akan dijelaskan hubungan antara variabel-variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dengan variabel dependen : 1. Pengaruh tingkat inflasi pada Jakarta Islamic Index Inflasi yang semakin tinggi menjadi sinyal negatif bagi para investor. Investor akan cenderung melepas sahamnya jika terjadi peningkatan inflasi, terlebih pada saat keadaan hiperinflasi. Meningkatnya inflasi akan membuat resiko investasi semakin besar dan pesimisme investor tentang kemampuan dari modal dalam menghasilkan laba di masa kini dan masa mendatang. Dari pernyataan tersebut maka terbentuklah hipotesis sebagai berikut: H1
:
Tingkat inflasi berpengaruh negatif pada Jakarta Islamic Index
2. Pengaruh suku bunga SBI pada Jakarta Islamic Index Saat ini Bank Indonesia menggunakan suku bunga SBI sebagai salah satu instrumen untuk mengendalikan inflasi. Apabila inflasi dirasa cukup tinggi maka Bank Indonesia akan menaikkan suku bunga SBI untuk meredam kenaikan inflasi. Kenaikan suku bunga akan meningkatkan beban bunga. Bagi perusahaan yang mempunyai leverage tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan suku bunga, kenaikan suku bunga akan mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh terhadap harga
35
saham perusahaan yang bersangkutan. Kenaikan suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank komersial untuk menaikkan suku bunga simpanan. Suku bunga SBI yang tinggi dapat menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Pengalihan dana oleh investor dari pasar modal ke deposito tentu akan menyebabkan penurunan indeks harga saham. Dari pernyataan tersebut maka terbentuklah hipotesis sebagai berikut: H2
3.
:
Suku bunga SBI berpengaruh negatif pada Jakarta Islamic Index
Pengaruh harga emas dunia pada Jakarta Islamic Index Kecenderungan naiknya harga emas akan mendorong investor untuk memilih
berinvestasi
emas dari pada saham. Selain dengan resiko yang relatif lebih
rendah, emas dapat memberikan hasil imbal balik yang baik dengan kenaikan harganya. Ketika banyak investor yang membeli emas batangan saat harga emas turun hal ini mengakibatkan turunnya indeks saham di Negara bersangkutan karena aksi jual yang dilakukan investor, dan sebaliknya apabila harga emas sedang mengalami kenaikan maka akan menaikkan indeks saham karena aksi jual emas dan mengalihkan investasinya pada saham. Dari pernyataan tersebut maka terbentuklah hipotesis sebagai berikut: H3
4.
:
Harga emas dunia berpengaruh positif pada Jakarta Islamic Index
Pengaruh kurs rupiah pada Jakarta Islamic Index Hubungan antara nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dengan harga
saham dapat dilihat melalui pendekatan pasar barang (good market approach), di
36
mana perubahan pada kurs akan mempengaruhi suatu perusahaan, yaitu pada pendapatan perusahaan atau struktur cost of fund-nya, yang nantinya akan mempengaruhi pada harga saham suatu perusahaan. Pada saat kurs Dollar AS terapresiasi, maka produk yang memiliki kaitan dengan kegiatan impor akan mengalami kenaikan harga. Kejadian ini menyebabkan biaya produksi meningkat dan laba perusahaan menjadi turun sehingga tingkat dividen yang dapat dibagikan dan return yang ditawarkan akan menurun pula. Penurunan return akan mengakibatkan permintaan terhadap saham tersebut berkurang sehingga indeks harga saham menjadi turun. Dari pernyataan tersebut maka terbentuklah hipotesis sebagai berikut: H4
:
Kurs rupiah berpengaruh negatif pada Jakarta Islamic Index