BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Pengertian Struktur Modal Ketika
sebuah
perusahaan
berkembang,
perusahaan
tentunya
akan
membutuhkan modal dan modal tersebut dapat berasal dari hutang atau modal sendiri. Riyanto (2011:296) menyatakan bahwa struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang sifatnya hanya sementara dan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya nanti harus dibayar oleh perusahaan. Modal asing dapat digolongkan menjadi tiga berdasarkan jangka waktunya, yaitu modal asing jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Sedangkan modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Struktur modal merupakan masalah yang paling penting bagi suatu perusahaan karena baik buruknya struktur modal akan mempunyai efek yang langsung terhadap kondisi keuangan perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik akan cenderung mempunyai hutang yang sangat besar dan akan dapat memberikan beban yang berat pada perusahaan tersebut. Husnan (2002) menyatakan bahwa struktur modal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan, atau harga
saham, adalah struktur modal terbaik. Maka dalam pemenuhan kebutuhan dana, perusahaan harus mencari alternatif-alternatif pendanaan yang efisien. Pendanaan yang efisien akan terjadi bila perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal. Brigham dan Houston (2006:48) menyatakan bahwa struktur modal optimal sebuah perusahaan adalah kombinasi utang dan ekuitas yang akan memaksimalkan harga saham. Di setiap waktu, manajemen akan memiliki suatu modal sasaran yang tepat didalam pikirannya, yang diasumsikan sebagai sasaran yang optimal, meskipun hal ini dapat berubah dari waktu ke waktu. 2.1.2
Teori Struktur Modal Setiap perusahaan tentunya mempunyai struktur modal yang berbeda-beda.
Oleh karena itu untuk dapat menjelaskan perbedaan tersebut, maka para peneliti telah mengembangkan beberapa teori yang akan dijelaskan sebagai berikut: 1. The Trade-of Theory Brigham dan Houston (2006:36) menyatakan bahwa perusahaan menukarkan keuntungan-keuntungan pendanaan melalui utang (perlakuan pajak perusahaan yang menguntungkan) dengan tingkat suku bunga dan biaya kebangkrutan yang lebih tinggi. Ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah dengan semakin tingginya utang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan (Hanafi, 2013:309)
Menurut Atmaja (1999:260) model Trade-of tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal optimal karena sulit untuk menentukan secara tepat biaya financial distress dan agency costs. Namun demikian model ini memberikan 3 masukan penting: a. Perusahaan yang memiliki aktiva tinggi variabilitas keuntungannya akan memiliki probabilita financial distress yang besar. Perusahaan semacam ini harus menggunakan sedikit hutang. b. Aktiva tetap yang tidak umum, aktiva yang tidak nampak dan kesempatan tumbuh akan kehilangan banyak nilai jika terjadi financial distress. Perusahaan yang menggunakan aktiva semacam ini seharusnya menggunakan sedikit hutang. c. Perusahaan
yang
membayar
pajak
tinggi
sebaiknya
lebih
banyak
menggunakan hutang dibanding perusahaan yang membayar pajak yang rendah. 2. Pendekatan Modigliani dan Miller Menurut Hanafi (2013:299) dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak penghasilan, maka Modigliani dan Miller menunjukkan bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Proses arbitrage akan memaksa nilai perusahaan yang menggunakan hutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang. Sebaliknya apabila mulai dipertimbangkan adanya faktor pajak, maka Modigliani dan Miller menunjukkan bahwa penggunaan
hutang akan selalu lebih menguntungkan apabila dibandingkan dengan penggunaan modal sendiri. Hal ini disebabkan oleh sifat tax deductibility of interest payment. Sebagai akibatnya, apabila pasar modal sempurna dan ada pajak, maka struktur modal yang terbaik adalah struktur modal yang menggunakan hutang sebesar-besarnya. 3. Pecking Order Theory Myers dan Majluf 1984 (dalam Husnan dan Pudjiastuti, 2012:275) menyatakan bahwa teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini didasarkan atas asimetri informasi yang menjelaskan mengapa perusahaan menyukai internal financing daripada external financing. Brealey and Myers 1996 (dalam Husnan dan Pudjiastuti, 2012:311) meringkas teori pecking order tersebut sebagai berikut: a. Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal. b. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian dividen dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran dividen yang terlalu besar. c. Pembayaran dividen yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih atau kurang untuk investasi
d. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru. 4. Agency Theory Horne dan Wachowicz (2013:185) menyatakan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sendiri, sehingga mendelegasikan wewenang kepada agen. Menurut Atmaja (1999:258) agency costs adalah biaya yang timbul karena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditor. Biaya keagenan ini muncul dari problem keagenan (agency problem). Jika perusahaan menggunakan hutang, ada kemungkinan pemilik perusahaan menggunakan hutang., ada kemungkinan pemilik perusahaan melakukan tindakan yang merugikan kreditor. Misalnya perusahaan melakukan investasi pada proyek-proyek beresiko tinggi. Ini jelas sangat merugikan pihak kreditor. Untuk menghindari risiko semacam ini, maka pihak kreditor melindungi diri dengan perjanjian-perjanjian pada saat penandatangan pemberian kredit. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kebebasan perusahaan dalam membuat keputusan.
2.1.3
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Brigham dan Houston (2006:42) menyatakan bahwa perusahaan pada umumnya
mempertimbangkan faktor-faktor berikut ketika membuat keputusan-keputusan struktur modal 1. Stabilitas Penjualan 2. Perusahaan yang penjualannya stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban lebih tinggi daripada perusahaan yang penjualannya yang tidak stabil. 3. Struktur Aktiva Perusahaan yang mempunyai aktiva cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggunakan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik dan sebaliknya pada aktiva khusus. 4. Leverage Operasi Jika hal-hal yang lain dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko bisnis yang lebih kecil. 5. Tingkat pertumbuhan Jika hal-hal lain dianggap sama , perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal. 6. Profitabilitas
Perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan cenderung menggunakan sebagian besar pendaan secara internal. 7. Pajak Bunga adalah beban yang dapat mengurangi pajak dan pengurang pajak adalah hal yang sangat berharga bagi suatu perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi tariff pajak sebuah perusahaan, semakin besar manfaat yang diperoleh dari hutang. 8. Pengendalian Dampak hutang versus saham pada posisi pengendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. jika manajemen saat ini memiliki kendali atas pengambilan suara tetapi berada dalam posisi dimana mereka tidak dapat membeli saham lagi, manajemen mungkin akan memilih hutang untuk pendanaan-pendanaan baru. 9.
Sikap manajemen Karena tidak ada yang dapat membuktikan bahwa suatu struktur modal akan mengarah pada harga saham yang lebih tinggi daripada struktur modal yang lainnya, manajemen dapat menerapkan pertimbangan mereka sendiri atas struktur modal yang tepat.
10. Sikap pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat Tanpa melihat analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka sendiri, perilaku pemberi pinjaman dan agen pemberi
peringkat sering kali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. Dalam sebagian besar kasus yang terjadi, perusahaan akan mendiskusikan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat dan memberikan bobot yang lebih besar pada saran mereka. 11. Kondisi pasar Kondisi dari pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberikan arti yang penting pada struktur modal suatu perusahaan yang optimal. 12. Kondisi internal perusahaan Kondisi internal suatu perusahaan juga memiliki pengaruh pada sasaran struktur modalnya. Misalnya sebuah perusahaan akan meramalkan keuntungan yang tinggi dalam waktu yang dekat tetapi keuntungan ini tidak dapat diantisipasi oleh para investor sehingga tidak tercermin harga sahamnya. Perusahaan ini akan memilih mendanai utang sampai dengan keuntungan yang ingin dicapai daripada menerbitkan sahamnya. Baru setelah itu perusahaan akan menjual penerbitan saham biasa, malunasi hutangnya dan kembali ke sasaran struktur modalnya. 13. Fleksibilitas keuangan Menjaga fleksibilitas keuangan dapat dilihat dari sudut pandang yang operasional artinya menjaga kapsitas pinjaman cadangan yang memadai.
Sedangkan menurut Riyanto (2011:297) menyatakan bahwa struktur modal suatu perusahaan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana faktor-faktor yang utama ialah: 1. Tingkat bunga Tingkat bunga akan mempengaruhi pemilihan jenis modal apa yang akan ditarik. Apakah perusahaan akan mengeluarkan saham atau obilgasi. Penarikan obligasi hanya dibenarkan apabila tingkat bunganya lebih rendah daripada earning power dari tambahan modal tersebut. 2. Stabilitas dari earning Suatu perusahaan yang mempunyai earning yang stabil akan selalu dapat memenuhi kewajiban finansialnya sebagai akibat dari penggunaan modal asing. Sebaliknya perusahaan yang mempunyai earning tidak stabil dan impredictable akan menanggung risiko tidak dapat membayar beban bunga. 3. Susunan dari aktiva Kebanyakan perusahaan industri modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya hanya sebagai pelengkap. Dan perusahaan yang sebagian besar aktivanya sendiri dari aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek. 4. Kadar risiko dari aktiva
Tingkat atau kadar risiko dari setiap aktiva dalam perusahaan adalah tidak sama. Makin panjang jangka penggunaan suatu aktiva maka makin besar derajat risikonya. Dengan perkembangan dan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan yang tak henti-hentinya, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun dalam artian teknis masih dapat digunakan. 5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi hanya dari satu sumber saja, maka tidaklah perlu mencari sumber lain. Sebaliknya apabila jumlah yang dibutuhkan adalah sangat besar, sehingga tidak dapat dipenuhi dari satu sumber saja (misalnya dengan saham biasa) maka perlu dicari sumber lain (misalnya dengan saham preferen). 6. Keadaan pasar modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya gelombang konjungtur. Pada umumnya apabila gelombang meninggi para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya dalam saham. Maka dari itu perusahaan dalam rangka usaha untuk
mengeluarkan securities haruslah
menyesuaikan dengan keadaan pasar modal tersebut. 7. Sifat manajemen Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. Seorang manajer yang bersifat optimis yang memandang masa depannya dengan cerah, yang mempunyai
keberanian untuk menanggung risiko yang besar, akan lebih berani untuk membiayai petumbuhaan penjualannya dengan dana yang besaral dari hutang. Sebaliknya, jika seorang manajer yang bersifat pesimis akan lebih suka membelanjai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari sumber intern atau dengan modal saham yang tidak mempunyai beban financial tetap. 8. Besarnya suatu perusahaan Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar dilingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya control pihak dominan terhdap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar luasakan berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Dalam penelitian ini hanya empat faktor yang akan diteliti yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, risiko bisnis dan struktur aktiva. Empat faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1.1.4
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar atau kecilnya suatu perusahaan.
Perusahaan besar akan membutuhkan dana yang besar. Menurut Brigham dan Houston (2006:42) suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya control dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana sahamnya hanya tersebar dilingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya control pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar luas akan berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Menurut Yuliani dan Candranigrat (2014) menyatakan bahwa perusahaan yang besar lebih mudah membagikan informasinya kepada para investor sehingga akan mendapat kemudahan dalam memperoleh modal eksternal dari pihak luar. Ukuran perusahaan dapat diproksi kan dengan nilai logaritma natural dari total asset perusahaan pada tahun yang bersangkutan. Skala pengukuran pada variabel ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh dengan rumus sebagai berikut:
Haryanto (2010) dapat dihitung
Dimana 2.1.5
Profitabilitas Brigham dan Houston (2006:43) Perusahaan-perusahaan yang memilki tingkat
pengembalian tinggi atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relative sedikit. Pada umumnya profitabilitas dilihat dari angka laba, hal demikian berarti dari hutang jangka pendek. Sedangkan hutang jangka panjang yang dipertimbangkan adalah net profit margin. Profitabilitas dalam sudut manajemen menyangkut efektivitas manajemen dalam menggunakan total aktiva maupun aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca. Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu dasar penilaian kondisi suatu perusahaan, untuk itu dibutuhkan suatu alat analisis untuk bisa menilainya. Brigham dan Houston (2009:107) Profitabilitas adalah hasil dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan. Rasio profitabilitas akan menunjukkan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva dan utang pada hasil-hasil operasi. Rasio profitabilitas dapat dihitung antara lain: 1. Profit Margin on Sales Rasio ini digunakan untuk mengukur jumlah laba bersih per nilai dolar penjualan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2. Basic Earning Power Basic earning power digunakan untuk mengukur kemampuan dari aktiva-aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba operasi, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
3. Return On Assets (ROA) Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian total aktiva dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
4. Return On Equity (ROE) Return on equity digunakan untuk mengukur laba bersih terhadap ekuitas saham biasa dan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.1.6
Risiko Bisnis Brigham dan Houston (2006:9) menyatakan bahwa risiko bisnis adalah suatu
fungsi dari ketidakpastian yang inheren di dalam proyeksi pengembalian atas modal yang diinvestasikan. Secara konsep, perusahaan memiliki sejumlah risiko yang inheren di dalam operasinya. Jika perusahaan menggunakan utang, maka secara tidak langsung, perusahaan akan membagi para investornya menjadi dua kelompok dan
mengosentrasikan sebagian besar risiko bisnisnya pada satu kelompok investor saja (pemegang saham biasa). Akan tetapi, para pemegang saham biasa akan menuntut adanya kompensasi karena mereka menanggung risiko yang lebih besar sehingga akan membutuhkan tingkat pengembalian yang lebih tinggi pula. Brigham dan Houston (2006:10) perbedaan risiko bisnis tidak hanya berasal dari satu industri ke industri lain saja, melainkan juga diantara perusahaanperusahaan didalam industri tertentu.
Risiko bisnis tergantung sejumlah faktor,
dimana faktor yang lebih penting akan dicantumkan di bawah ini (Brigham dan Houston, 2006) : a. Variabilitas permintaan Semakin stabil permintaan akan produk sebuah perusahaan, jika hal-hal lain dianggap konstan, maka semakin rendah risiko bisnisnya. b. Variabilitas harga jual Perusahaan yang produk-produknya dijual di pasar yang sangat tidak stabil terkena risiko bisnis yang lebih tinggi daripada perusahaan yang sama yang harga produknya lebih stabil c. Variabilitas biaya input Perusahaan yang inputnya sangat tidak pasti akan terkena tingkat risiko bisnis yang tinggi. d. Kemampuan untuk menyesuiakan harga output untuk perubahan-perubahan pada biaya input.
Beberapa perusahaan memiliki kemampuan yang lebih baik daripada yang lain untuk menaikkan harga output mereka ketika biaya input naik. Semakin besar kemampuan melakukan penyesuaian harga output untuk mencerminkan kondisi biaya, semakin rendah tingkat risikonya. e. Kemampuan untuk mengembangkan produk-produk baru pada waktu yang tepat dan efektif dalam hal biaya. Perusahaan-perusahaan di bidang industri yang menggunakan teknologi tinggi seperti obat-obatan dan komputer tergantung pada arus konstan produk-produk baru. Semakin cepat produknya menjadi usang, semakin tinggi risiko bisnis perusahaan. f. Eksposur risiko asing Perusahaan yang mengahsilkan sebagian besar labanya dari operasi luar negeri dapat terkena penurunan laba akibat fluktuasi nilai tukar. Begitu pula jiak perusahaan beroperasi di wilayah yang secra politiis tidak stabil, perusahaan dapat terkena risiko politik. g. Komposisi biaya tetap Jika sebagian besar biaya adalah biaya tetap, sehingga akibatnya tidak mengalami penurunan ketika permintaan turun, maka perusahaan terkena tingkat risiko bisnis yang relatif tinggi.Risiko bisnis sebagai penentu kebijakan struktur modal pada suatu perusahaan.
Hanafi (2013:321) Fluktuasi (standar deviasi) pendapatan operasional dibagi dengan total asset digunakan sebagai proksi risiko bisnis.
Dalam penelitian ini risiko bisnis dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
2.1.7
Struktur Aktiva Asset berwujud adalah aktiva tetap suatu perusahaan yang dapat digunakan
sebagai jaminan atas hutang dan memberikan keamanan bagi peminjam seandainya terjadi financial distress karena nilai dari aktiva tetap lebih tinggi dibanding nilai dari variabel. Struktur aktiva menggambarkan sebagian jumlah aktiva yang dapat dijaminkan. Hampir setiap perusahaan industri modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya hanya sebagai pelengkap. Struktur aktiva merupakan perbandingan antar aktiva tetap dengan total aktiva perusahaan, penggunaan rasio aktiva tetap terhadap total aktiva dikarenakan aktiva tetap memberikan gambaran mengenai jaminan kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang. Menurut Syamsuddin,2007 (dalam Tansyawati dan Asyik, 2015:7) struktur asset menggambarkan alokasi untuk masing-masing komponen asset, baik asset lancar maupun asset tetap. Skala pengukuran pada variabel ini menggunakan skala rasio yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
2.1.8
Pengaruh Variabel terhadap Struktur Modal
1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Ukuran perusahaan adalah salah satu faktor yang digunakan perusahaan untuk menentukan berapa besar kebijakan struktur modal dalam memenuhi besar aset suatu perusahaan. Perusahaan besar umumnya memiliki tingkat penjualan yang besar dan menghasilkan tingkat keuntungan yang besar pula. Kebutuhan dana yang besar tersebut dipenuhi dengan menggunakan sumber dari internal. Hal ini sejalan dengan Pecking Order Theory yang menunjukkan arah hubungan negatif antara ukuran perusahaan dengan struktur modal. Apabila perusahaan dihadapkan pada kebutuhan dana yang semakin meningkat akibat pertumbuhan penjualan, makan perusahaan akan menggunakan dan internal terlebih dahulu, namun apabila dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada pilihan lain bagi perusahaan untuk menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin rendah struktur modalnya. 2. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal Tingkat profitabilitas dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendanai kegiatan operasional dan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka panjang beserta bunganya. Brigham dan Houston (2006:43) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian tinggi atas investasi yang sangat tinggi menggunakan utang yang relatif sedikit. Perusahaan
dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pendanaan secara internal. Firnanti
(2011) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa profitabilitas
berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal yang artinya perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan mempunyai dana internal yang tinggi sehingga mendorong penggunaan hutang yang lebih sedikit. 3.
Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi tentunya akan lebih
memiliki risiko bisnis yang tinggi pula, hal ini yang dapat menyebabkan kebangkrutan pada suatu perusahaan. Brigham dan Houston (2006:7) menyatakan bahwa risiko yang lebih tinggi cenderung akan menurunkan saham, tetapi ekspetasi tingkat pengembalian yang lebih akan menaikkannya. Karena itu, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara risiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham perusahaan. Menurut Cahyani (2013) perusahaan yang memiliki risiko tinggi cenderung menghindari pendanaan menggunakan hutang disbanding dengan perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang rendah. Hanafi (2013:321) juga menyatakan hal yang sama bahwa perusahaan yang memiliki risiko default (bangkrut) tinggi sebaiknya menggunakan utang yang lebih kecil 4. Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal
Riyanto (2011:298) menyatakan bahwa kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen, yaitu modal sendiri, sedang modal asing sifatnya adalah sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif horizontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap ditambah aktiva lain yang sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya terdiri atas aktiva lancar akan mengutamakan kebutuhan dananya dengan hutang. 2.1.9
Penelitian Terdahulu Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh para
peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal. Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Haryanto (2009) dengan judul “Karakteristik Perusahaan dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Otomotif”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah karakteristik perusahaan yang terdiri dari stabilitas penjualan, stabilitas aktiva, intensitas aktiva, ukuran perusahaan, degree of operating leverage (DOL), pertumbuhan penjualan, return on assets, pertumbuhan dan risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif yang go publik di BEI
pada tahun 2005-2010. Jumlah populasi dalam penelitian ini sejumlah 11 perusahaan otomotif. Penelitian dilakukan oleh Seftianne dan Handayani (2011) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur”. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pengaruh profitabilitas, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, kepemilikan manajerial, dan struktur aktiva pada perusahaan publik sektor manufaktur. Sampel penelitian ini adalah 92 perusahaan manufaktur dengan cara purposive sampling, berdasarkan kriteria tertentu yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara konsisten dari tahun 2007 sampai 2009, perusahaan yang tidak membukukan laba dari tahun 2007 sampai 2009, perusahaan yang tidak membukukan nilai buku perlembar saham dari tahun 2007 sampai 2009, perusahaan yang tidak memiliki hutang jangka panjang yang berasal dari pinjaman dari tahun 2007 sampai 2009, perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah dalam pelaporan keuangan. Penelitian juga dilakukan oleh Firnanti (2011) dengan judul “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian bertujuan untuk membuktikan pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, risiko bisnis, time interest earned, pertumbuhan aktiva pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling dimana sampel harus memenuhi kriteria tertentu yaitu perusahaan manufaktur yang sudah terdaftar di BEI sejak 2006 sampai 2009,
membayar beban bunga dan memiliki data laporan keuangan lengkap dari 2007 sampai 2009. Berdasarkan kriteria tersebut sampel yang diambil adalah 213 perusahaan manufaktur. Penelitian Yuliani dan Candranigrat (2014) dengan judul “Analisis Variabel Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui signifikansi pengaruh ukuran perusahaan, struktur aktiva, dan profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa EFek Indonesia periode 2008-2012. Melalui teknik analisis regresi linear berganda dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 12 perusahaan yang dipilih melalui kriteria tertentu. Penelitian tentang struktur modal juga dilakukan oleh Nuswandari (2013) dengan judul “Determinant Struktur Modal Dalam Prespektif Pecking Order Theory dan Agency Theory”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Faktor-faktor yang diteliti sebagai variabel independen adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, risiko bisnis, peluang pertumbuhan dan kepemilikan manajerial. Variabel profitabilitas, ukuran perusahaan, risiko bisnis dianalisis dalam perspektif teori pecking order dan peluang pertumbuhan variabel kepemilikan manajerial dan dianalisis dalam perspektif pengujian lembaga theory. Teknik analisis menggunakan regresi berganda. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel menggunakan metode teknik purposive sampling. Sampel yang digunakan
222 pengamatan mengumpulkan data 2008-2010 . Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Untuk mengetahui secara ringkas perbedaan hasil penelitian, dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini:
Tabel 2 Penelitian terdahulu Peneliti Haryanto (2010)
Variabel -
Stabilitas penjualan Stabilitas aktiva Ukuran Perusahaan Pertumbuhan Penjualan Pertumbuhan aktiva DOL ROA Risiko bisnis
Metode Penelitian Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian -
Seftianne dan Handayani (2011)
-
Profitabilitas Likuiditas Ukuran perusahaan Risiko bisnis Growth Opportunity Kepemilikan manajerial Struktur aktiva
Regresi Linear Berganda
-
-
-
-
-
-
-
Stabilitas penjualan tidak berpengaruh signifikan Stabilitas aktiva tidak berpengaruh signifikan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan Pertumbuhan penjualan berpengaruh signifikan Pertumbuhan aktiva tidak berpengaruh signifikan DOL berpengaruh positif dan signifikan ROA berpengaruh negatif dan signifikan Risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan Profitabilitas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Likuiditas tidak memiliki pengaruh terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal. Risiko Bisnis tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Growth Opportunity berpengaruh terhadap struktur modal. Kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap struktur modal
Peneliti Firnanti (2011)
Variabel -
Ukuran perusahaan profitabilitas risiko bisnis time interest earned pertumbuhan aktiva
Metode Penelitian Regresi Linear Berganda
Hasil Penelitian -
-
-
-
-
Yuliani dan Candranigrat (2014) -
Ukuran Perusahaan struktur aktiva profitabilitas
Regresi linear berganda
-
-
-
Cahyani Nuswandari (2013)
-
Profitabilitas ukuran perusahaan risiko bisnis growth opportunity kepemilikan manajerial.
Regresi linear berganda
-
-
-
-
Sumber: Jurnal diolah
Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan struktur modal Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal Risiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal Time interest earned berpengaruh positif dan signifikan yang terhadap struktur modal Pertumbuhan aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Struktur aktiva berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Growth opportunity tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
2.2
Rerangka Konseptual
SIZE
ROA
DER BRISK
SA
Gambar 1 Rerangka Konseptual 2.3
Hipotesis Hipotesis adalah suatu kondisi yang untuk sementara waktu dianggap benardan
barangkali tanpa keyakinan. Dari landasan konseptual dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan, dapat disusun beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut: H1: Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. H2: Profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. H3: Risiko Bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. H4: Struktur Aktiva berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur moda