BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2011:282). Dari definisi tersebut dapat dirumuskan bahwa struktur modal adalah perimbangan antara hutang jangka panjang dan bauran antara modal yang terdiri atas saham preferen dan saham biasa serta dari sumber-sumber lain yaitu hutang jangka pendek sebagai pembelanjaan perusahaan. Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan debt to equity ratio (DER) dikarenakan DER mencerminkan perbandingan antara total debt (total hutang) dan total shareholder’s equity (total modal sendiri). DER merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang dengan modal yang dimilikinya dan sangat berkaitan dengan penciptaan suatu struktur modal yang dapat mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan yang tepat guna memaksimalkan nilai perusahaan. Total debt merupakan total liabilities (baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang). Sedangkan, total shareholder’s equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan. Rasio ini menunjukkan komposisi dari total hutang terhadap ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang semakin besar
8
9
dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin besar beban perusahaan terhadap pihak luar atau kreditur (Kusumaningtyas, 2012). Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan perimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian. Penggunaan lebih banyak hutang berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham, namun penggunaan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Resiko yang semakin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya tingkat pengembalian yang diharapkan (expected rate of return) akan menaikkan harga saham. Maka, struktur modal yang optimal harus mencapai suatu keseimbangan antara resiko dan pengembalian yang memaksimalkan harga saham (Brigham dan Houston, 2001).
2.1.2 Komponen-komponen Struktur Modal Struktur modal suatu perusahaan memiliki beberapa komponen yang terdiri dari (Riyanto, 2011:238): 1.
Utang jangka panjang Utang jangka panjang adalah utang yang memiliki jangka waktu lebih dari 1 tahun. Umumnya, digunakan untuk membiayai perluasan perusahaan (ekspansi) dan modernisasi perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Adapun jenis atau bentuk utama dari kewajiban jangka panjang antara lain:
10
a. Pinjaman obligasi Pinjaman obligasi adalah pinjaman uang jangka waktu yang panjang, dimana pihak debitur mengeluarkan surat pengakuan hutang yang memiliki nominal tertentu. Ada beberapa jenis obligasi, antara lain: 1) Obligasi biasa yaitu obligasi yang bunganya tetap dibayar oleh debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tertentu, dengan tidak memandang apakah debitur memperoleh keuntungan atau tidak. 2) Obligasi pendapatan yaitu jenis obligasi dimana pembayaran bunga hanya dilakukan pada waktu-waktu debitur atau perusahaan yang mengeluarkan surat obligasi tersebut mendapatkan keuntungan. 3) Obligasi yang dapat ditukarkan adalah obligasi yang memberikan kesempatan kepada pemegang surat obligasi tersebut untuk pada suatu saat tertentu menukarkannya dengan saham dari perusahaan yang bersangkutan. b. Pinjaman Hipotik Pinjaman hipotik adalah pinjaman jangka panjang dimana kreditur diberi hak hipotik terhadap suatu barang tidak bergerak, dan apabila pihak debitur tidak memenuhi kewajibannya, barang tersebut dapat dijual dan dari hasil penjualan tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. 2. Modal sendiri Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak ditentukan. Dalam perusahaan berbentuk perseroan, modal sendiri terdiri dari:
11
a) Saham biasa Saham biasa merupakan tanda kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan tanpa hak istimewa. b) Saham preferen Saham preferen adalah saham dimana pemegang sahamnya memiliki hak istimewa terutama dalam hal pembagian deviden dan pembagian kekayaan. 3. Cadangan Cadangan dibentuk dari keuntungan yang diperoleh perusahaan selama beberapa waktu yang lampau atau dari tahun berjalan. Cadangan yang termasuk modal sendiri antara lain cadangan ekspansi, cadangan modal kerja, cadangan selisih kurs dan cadangan untuk menampung hal-hal atau kewajiban yang tidak diduga sebelumnya. 4. Laba ditahan Laba ditahan merupakan modal yang berasal dari dalam perusahaan yaitu kumpulan laba dan rugi sampai saat tertentu sesudah dikurangi deviden yang dibagi dan jumlah yang dipindahkan ke rekening modal.
2.1.3 Sumber-sumber Penawaran Modal Sumber-sumber penawaran modal terbagi menjadi tiga yaitu (Riyanto, 2011:209):
12
1.
Sumber Internal Sumber internal adalah modal yang dibentuk atau dihasilkan sendiri di dalam
perusahaan, seperti: a.
Laba ditahan Adalah laba sesudah pajak (laba bersih) yang diinvestasikan kembali (ditanamkan kembali) dalam perusahaan dan bukan dibagikan kepada para pemilik perusahaan dalam bentuk deviden. Laba ditahan ditujukan untuk memperbesar nilai perusahaan bagi para pemegang saham dengan cara menambahkanya pada cadangan pendapatan. Dengan demikian, laba ditahan merupakan suatu bentuk tabungan usaha.
b. Depresiasi Adalah pengurangan ekonomis aset tetap yang disebabkan oleh penggunaan aset tersebut oleh perusahaan selama masa manfaat. Besarnya depresiasi tergantung pada metode depresiasi yang digunakan oleh perusahaan. 2.
Sumber Eksternal Adalah sumber modal yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta
atau pengambil bagian di dalam perusahaan, seperti: a.
Modal yang berasal dari para kreditur merupakan hutang bagi perusahaan bersangkutan, dan modal ini akan menjadi modal pinjaman.
b.
Modal yang berasal dari pemilik, peserta atau pengambil bagian di dalam perusahaan merupakan modal yang secara tetap ditanamkan dalam perusahaan yang bersangkutan dan dana ini akan menjadi modal sendiri.
3.
Supplier, bank dan pasar modal sebagai sumber eksternal utama.
13
a.
Supplier Supplier adalah pihak yang memberikan dana atau modal pada suatu perusahaan dalam bentuk penjualan barang secara kredit, baik untuk jangka pendek (kurang dari satu tahun) maupun jangka panjang (lebih dari satu tahun).
b.
Bank-bank Bank adalah pihak yang memberikan kredit sesuai dengan kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai pemberian kredit kepada perusahaan dan memberikan jasa-jasa lain di bidang keuangan.
c.
Pasar modal Pasar modal (capital market) adalah tempat (dalam artian abstrak) bertemunya dua pihak yang saling berkepentingan yaitu, calon pemodal (investor) dengan emiten (perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada masyarakat) yang membutuhkan dana jangka menengah atau jangka panjang.
2.1.4
Struktur Modal yang Optimal
Struktur modal yang optimal suatu perusahaan adalah komposisi antara hutang jangka panjang dan modal sendiri yang merupakan sumber pembelanjaan aktiva-aktiva jangka panjang perusahaan. Dalam kondisi tertentu perusahaanperusahaan dapat memenuhi kebutuhan dananya dengan menggunakan sumber dana dari dalam perusahaan, tetapi mungkin saja kebutuhan dananya diperoleh dari luar perusahaan apabila dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi.
14
Untuk mendapatkan struktur modal optimal, perusahaan harus mengetahui besarnya biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan atas penggunaan modal tersebut, karena struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang dapat meminimalkan biaya modalnya. Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian, antara lain: 1.
Menggunakan lebih banyak hutang berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham.
2.
Menggunakan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.
2.1.5
Teori Struktur Modal
Pecking Order Theory Husnan (2000:324) menyatakan teori ini disebut sebagai pecking order theory karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Teori tersebut dikemukakan oleh Myers and Majluf (1984). Tidak ada suatu target debt to equity ratio, karena ada 2 jenis modal sendiri yaitu, eksternal dan internal. Dalam teori ini, perusahaan cenderung lebih menyukai modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan dari pada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan dan memilih penggunaan sumbersumber pendanaan yang memiliki resiko terendah terlebih dahulu.
15
Secara ringkas pecking order theory menyatakan sebagai berikut (Nugrahani, 2012): a.
Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal.
b.
Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran deviden yang terlalu besar.
c.
Pembayaran deviden yang cenderung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang-kadang berlebih atau kurang untuk investasi.
d.
Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan memulai
dari
penerbitan
obligasi,
kemudian
obligasi
yang
dapat
dikonversikan menjadi modal sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru.
2.1.6
Faktor-fakor yang Berpengaruh terhadap Struktur Modal
1. Struktur Aktiva Struktur aktiva (Assets Tangibility) adalah perimbangan atau perbandingan antara aset tetap dengan total aset. Aktiva terdiri dari aktiva tetap, aktiva tak berwujud, aktiva lancar, dan aktiva tidak lancar. Aset tetap adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang secara fisik tampak dan turut berperan dalam operasi perusahaan secara permanen, selain itu mempunyai umur ekonomis lebih dari satu periode dalam kegiatan perusahaan seperti tanah, gedung, mesin, peralatan kantor, kendaraan.
16
Struktur aktiva diketahui dengan membandingkan total aset tetap dan total aset yang dimiliki perusahaan. Total aset tetap diketahui dengan menjumlahkan rekening-rekening aset tetap berwujud kemudian dikurangi akumulasi penyusutan aktiva tetap. Total aset dalam penelitian ini diketahui dengan menjumlahkan aset lancar dan aset tidak lancar perusahaan. Aset lancar seperti yang telah diuraikan sebelumnya adalah uang kas dan aktiva lain yang diharapkan dapat dicairkan menjadi uang tunai dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun). Sedangkan aset tidak lancar adalah aset yang mempunyai umur kegunaan relatif permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). 2.
Likuiditas Riyanto (2011:25) menyatakan likuiditas merupakan kemampuan suatu
perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang segera harus dipenuhi. Semakin likuid sebuah perusahaan, semakin mudah bagi perusahaan tersebut untuk memperoleh hutang dari kreditur untuk meningkatkan operasionalnya. Karena semakin likuid perusahaan, semakin mendapat kepercayaan dari para kreditur atau investor untuk mengalirkan dananya ke perusahaan tersebut. Menurut pecking order theory, perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan likuiditas yang tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Semakin besar rasio likuiditas perusahaan
17
menunjukkan
kemampuan
perusahaan semakin
besar
dalam
memenuhi
kewajibannya (Nugrahani, 2012). 3.
Profitabilitas Dalam setiap operasional perusahaan, yang menjadi tujuan utama dari
usahanya yaitu mencari keuntungan atau profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan
memperoleh
keuntungan
dari
operasionalnya.
Kemampulabaan perusahaan mempengaruhi besaran struktur modal perusahaan. Perusahaan yang memiliki profitabilitas cukup untuk membiayai operasionalnya, tidak perlu menambah besaran hutang dari perusahaan tersebut. Karena semakin besar keuntungan perusahaan, semakin besar laba ditahan yang mampu untuk digunakan dalam operasionalnya (Nugrahani, 2012) Brigham dan Houston (2001) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi akan menggunakan hutang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Perusahaan yang mempunyai profit tinggi, akan menggunakan hutang dalam jumlah rendah, dan sebaliknya. Hal ini sejalan dengan pecking order theory yang mengemukakan bahwa perusahaan cenderung mempergunakan sumber pendanaan internal sebanyak mungkin sebelum memutuskan untuk berutang (Seftianne dan Handayani, 2011).
18
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu 1.
Erdiana (2011) meneliti tentang analisis pengaruh firm size, business risk, profitability, assets growth, dan sales growth terhadap struktur modal (studi kasus pada perusahaan real estate and property) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2008. Analisis data menggunakan alat analisis uji regresi berganda yang didahului dengan uji asumsi klasik. Pengujian hipotesa dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t. Hasil penelitian ini menemukan bahwa secara parsial hanya variabel ukuran perusahaan (firm size) dan risiko bisnis (business risk) yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal sedangkan profitabilitas (profitability), pertumbuhan asset (assets growth),
dan pertumbuhan penjualan
(sales growth)
tidak
mempengaruhi secara signifikan struktur modal. 2.
Indrajaya et al. (2011) meneliti tentang pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas dan risiko bisnis terhadap struktur modal: studi empiris pada perusahaan sektor pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2004-2007. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal (leverage), ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal (leverage).
19
3.
Kusumaningrum (2010) meneliti tentang analisis pengaruh profitabilitas, pertumbuhan aset, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal (studi kasus perusahaan real estate and property yang terdaftar di BEI tahun 20052009). Jumlah sampel yang didapat adalah sebanyak 16 perusahaan real estate and property dengan periode penelitian 2005-2009. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode penelitian mulai tahun 2005 hingga tahun 2009 secara parsial variabel profitabilitas dan pertumbuhan asset terbukti berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Hasil dari koefisien regresi menunjukkan bahwa variabel profitabilitas dan ukuran perusahaan mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal, sedangkan variabel pertumbuhan asset mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.
4.
Kusumaningtyas (2012) meneliti tentang analisis pengaruh stuktur aktiva, return on asset, size, arus kas operasi, dan tingkat likuiditas terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia tahun 20082011. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara simultan variabel struktur aktiva, return on asset, size, arus kas operasi, dan tingkat likuiditas mempengaruhi struktur modal. Sedangkan secara parsial variabel Struktur aktiva, return on asset, size, dan tingkat likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal, Sedangkan arus kas operasi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal.
20
5.
Nugrahani (2012) meneliti tentang analisis pengaruh profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, dan manajerial ownership terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil analisis data atau hasil regresi menunjukkan bahwa secara simultan profitabilitas, likuiditas, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Sedangkan secara parsial variabel yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal adalah likuiditas dan ukuran perusahaan. Sedangkan variabel profitabilitas, kepemilikan manajerial dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
6.
Putri (2012) meneliti tentang pengaruh profitabilitas, struktur aktiva dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil penelitian ini menyimpulkan profitabilitas (return on assets) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal (long term debt to equity ratio). Struktur aktiva (fixed assets to total assets) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal (long term debt to equity ratio) dan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal (long term debt to equity ratio).
7.
Rupianti (2013) meneliti tentang
ukuran perusahaan, risiko bisnis, dan
profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang go publik di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan terdapat hubungan antara variabel dependen struktur modal
21
dengan variabel
independen ukuran perusahaan, risiko bisnis dan
profitabilitas. Secara parsial risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. 8.
Seftianne dan Handayani (2011) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan publik sektor manufaktur. Hasil dari penelitian ini adalah growth opportunity dan ukuran perusahaan mempengaruhi struktur modal. Profitabilitas, tingkat likuiditas, risiko bisnis, kepemilikan managerial dan struktur aktiva tidak mempengaruhi struktur modal.
9.
Setiawan (2011) meneliti tentang pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas dan risiko bisnis terhadap struktur modal industri makanan dan minuman yang go public Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian secara simultan struktur aktiva, ukuran perusahaan, profitabilitas dan risiko bisnis berpengaruh signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Secara parsial variabel struktur aktiva, ukuran perusahaan dan risiko bisnis berpengaruh secara positif terhadap struktur modal perusahaan, namun hanya struktur aktiva dan risiko bisnis yang berpengaruh signifikan. Sedangkan profitabilitas berpengaruh secara negatif namun tidak signifikan terhadap struktur modal perusahaan.
22
2.3 Pengembangan Hipotesis 2.3.1
Pengaruh Struktur Aktiva terhadap Struktur Modal
Aktiva merupakan segala sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan. Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi aktiva lancar (meliputi: kas, piutang, dan persediaan), aktiva tetap (meliputi: mesin, bangunan, dan tanah) dan aktiva lain-lain. Pengklasifikasian ini yang kemudian disebut sebagai struktur aktiva. Struktur aktiva dapat diukur dengan perimbangan antara aktiva tetap dengan total aktiva. Kusumaningtyas (2012) menyatakan kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya sebagai pelengkap. Hal ini dapat dihubungkan dengan adanya aturan struktur finansial konservatif yang horisontal yang menyatakan bahwa besarnya modal sendiri hendaknya paling sedikit dapat menutup jumlah aktiva tetap plus aktiva lain yang sifatnya permanen. Dan perusahaan yang sebagian besar dari aktivanya sendiri dari aktiva lancar akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan hutang jangka pendek. Kusumaningtyas (2012) menyatakan menurut
pecking order theory,
perusahaan yang mempunyai struktur aktiva yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan struktur aktiva tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan dana internalnya terlebih dahulu untuk membiayai investasinya sebelum menggunakan pembiayaan eksternal melalui hutang. Dengan demikian, semakin tinggi struktur aktiva (yang berarti semakin
23
besar jumlah aktiva tetap), maka penggunaan modal sendiri akan semakin tinggi (yang berarti penggunaan modal asing semakin sedikit) atau dengan kata lain struktur modalnya akan semakin rendah. Jadi dapat dikatakan bahwa struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil penelitian Kusumaningtyas (2012) menunjukkan bahwa struktur aktiva secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Struktur Aktiva berpengaruh terhadap Struktur Modal.
2.3.2
Pengaruh Likuiditas terhadap Struktur Modal
Likuiditas adalah seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya pada saat jatuh tempo.Setiap perusahaan memiliki kemampuan masing-masing dalam memenuhi kewajiban atau hutang lancarnya. Semakin besar kemampuan likuiditasnya, perusahaan tersebut semakin mampu untuk membayar hutang atau pendanaan ekstern perusahaan. Kusumaningtyas (2012) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai likuiditas yang tinggi akan cenderung tidak menggunakan pembiayaan dari hutang. Hal ini disebabkan perusahaan dengan tingkat likuiditas tinggi mempunyai dana internal yang besar, sehingga perusahaan tersebut akan lebih menggunakan
dana
internalnya
terlebih
dahulu
sebelum
menggunakan
pembiayaan eksternal melalui hutang. Menurut pecking order theory, perusahaan cenderung lebih menyukai pendanaan internal. Hal tersebut dikarenakan kecilnya resiko yang ditanggung
24
perusahaan apabila menggunakan pendanaan internal. Dengan besarnya kemampuan memenuhi kewajiban hutangnya, perusahaan hendaknya mengurangi resiko perusahaan dengan mengurangi hutang perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian Kusumaningtyas (2012) menunjukkan bahwa likuiditas secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2: Likuiditas berpengaruh terhadap Struktur Modal.
2.3.3
Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal
Perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan atau profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki hutang atau pinjaman yang relatif kecil. Tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Perusahaan akan cenderung memilih laba ditahan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Adanya biaya-biaya seperti biaya asimetri informasi dan biaya kebangkrutan pada penggunaan dana eksternal menyebabkan penggunaan dana milik sendiri (laba ditahan) oleh perusahaan dianggap lebih murah. Karena itu perusahaan yang mampu mendapatkan keuntungan yang tinggi (profitable) akan cenderung banyak memanfaatkan dana sendiri untuk keperluan investasi (Kusumaningrum, 2010). Kusumaningtyas (2012) menyatakan bahwa semakin tinggi keuntungan yang diperoleh berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang) sehingga semakin rendah struktur modalnya. Hal ini sesuai dengan esensi pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai pendanaan internal
25
(internal financing). Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak daripada perusahaan dengan profitabilitas yang rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Oleh karena itu, perusahaan dengan tingkat profitabilitas tertentu perlu mempertimbangkan apakah laba ditahan perusahaan benar-benar mencukupi untuk mendanai perusahaan, sehigga dapat diambil keputusan yang tepat tentang perlu tidaknya mengambil hutang sebagai sumber dananya. Jadi, semakin profitable perusahaan maka perusahaan cenderung mengurangi proporsi utangnya (Indrajaya et al., 2011). Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh terhadap struktur modal. Berdasarkan hasil penelitian Indrajaya et al. (2011), Kusumaningrum (2010), dan Kusumaningtyas (2012), menunjukkan bahwa profitabilitas secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3: Profitabilitas berpengaruh terhadap Struktur Modal.
2.4 Rerangka Pemikiran Manajer keuangan suatu perusahaan melakukan aktivitas pendanaan untuk memenuhi kebutuhan dana dari akivitas operasi dan investasi. Pendanaan jangka pendek biasanya terkait dengan aktivitas operasi sedangkan pendanaan jangka panjang terkait dengan aktivitas investasi pada aktiva tidak lancar.
26
Perusahaan dalam mencari kebutuhan dana selain mempertimbangkan jenis sumber dana juga perlu mempertimbangkan apakah akan menggunakan dana internal (laba ditahan) atau mencari dana kepada pihak luar (seperti penerbitan obligasi atau penerbitan saham baru). Dikarenakan tujuan utama manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan, maka perusahaan harus mencari sumber dana dengan biaya paling murah (Hanafi, 2004:3). Sehingga perusahaan harus menentukan bauran struktur modal yang tepat bagi perusahaan. Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dibahas sebelumnya, maka dapat disusun rerangka pemikiran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah seperti terlihat pada gambar di bawah ini:
Perusahaan Makanan dan Minuman Terdaftar di BEI Sruktur Aktiva Struktur Modal
Likuiditas Profitabilitas
Gambar 1 Rerangka Pemikiran