BAB 2 TINJAUAN TEORETIS
2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau akuntansi suatu perusahaan dengan pihak yang berkepentingan dengan data atau aktifitas perusahaan tersebut. Laporan keuangan pada mulanya bagi perusahaan hanyalah sebagai “alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi kemudian laporan keuangan digunakan untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut dengan menganalisanya. Menurut Munawir (2007:5) mendefinisikan laporan keuangan adalah laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, di mana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Suharli (2009:4) memberikan definisi terhadap laporan keuangan sebagai gambaran kondisi perusahaan dari satu periode ke
periode
berikutnya
mengenai
pertumbuhan
atau
kemunduran,
dan
memungkinkan untuk diperbandingkan dengan perusahaan lain pada industri sejenis. Sedangkan menurut Harahap (2008:1) laporan keuangan adalah media informasi yang merangkum semua aktivitas perusahaan. Jika informasi ini disajikan dengan benar, informasi tersebut sangat berguna bagi siapa saja untuk mengambil keputusan tentang perusahaan yang dilaporkan tersebut. Untuk menganalisis laporan keuangan maka diperlukan penguasaan terhadap: 1. Cara menyusun laporan keuangan itu (proses akuntansi). 2. Konsep, sifat, karakteristik laporan keuangan atau akuntansi itu. 3. Teknik analisisnya. 4. Segmen, dan sifat bisnis itu sendiri, serta situasi lingkungan ekonomi baik internasional maupun nasional.
2.1.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 1 tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya
yang dipercayakan kepada
mereka
(Ikatan Akuntansi Indonesia,
2009:Par.09). Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2007:31) tujuan umum pelaporan keuangan adalah member informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial)
untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya yang serupa yang rasional. Tujuan dari laporan keuangan menurut Harahap (2008:132) yaitu: 1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai sumber sumber ekonomi dan kewajiban serta modal suatu perusahaan. 2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba. 3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba. 4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiyaan dan investasi. 5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijan akuntansi yang dianut perusahaan.
2.1.3 Komponen Laporan Keuangan Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009:1.2) laporan keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini: 1. Neraca Neraca perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsur posisi keuangan yang diperlukan bagi penyajian secara wajar. Neraca
minimal mencangkup pos-pos sebagai berikut : aktiva berwujud, aktiva tak berwujud, aktiva keuangan, investasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, persediaan, piutang usaha dan hutang lainnya, kewajiban yang diestimasi, kewajiban berbunga jangka panjang, hak minoritas, modal saham dan pos ekuitas lainnya. 2. Laporan laba rugi Laporan laba rugi perusahaan disajikan sedemikian rupa yang menonjolkan berbagai unsure kinerja keuangan yang diperlukan, bagi penyajian secara wajar. Laporan laba rugi minimal mencakup pos pos berikut: pendapatan, laba rugi perusahaan, beban pinjaman, bagian dari laba atau rugi perusahaan afilitas dan asosiasi yang diperlukan menggunakan metode ekuitas, beban pajak, laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan, pos luar biasa, hak minoritas, laba rugi bersih dan periode berjalan. 3. Laporan perubahan ekuitas Perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selam periode bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran yang dianut. 4. Laporan arus kas Laporan arus kas melaporkan arus kas masuk dan arus kas keluar atau setara kas selama periode tertentu. Arus kas diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.
5. Catatan laporan keuangan Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan negatif atau rician jumlah yang tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban komitmen.
2.1.4 Para Pemakai Laporan Keuangan Menurut Prastowo dan Juality (2005:4) para pemakai laporan keuangan antara lain: 1. Investor Para investor (dan penasehatnya) berkepentingan terhadap resiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. 2. Kreditor (pemberi pinjaman) Para kreditor tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 3. Pemasok dan kreditor usaha lainnya Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi keuangan yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
4. Shareholder (para pemegang saham) Para pemegang saham berkepentingan dengan informasi mengenai kemajuan perusahaan, pembagian keuntungan yang akan diperoleh dan penambahan modal untuk business plan selanjutnya. 5. Pelanggan Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan atau bergantung pada perusahaan. 6.
Pemerintah Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaannya berkepentingan
dengan
alokasi
sumber
daya
dan
oleh
karenanya
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. 7. Karyawan Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. 8. Masyarakat Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti pemberian kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik.
2.1.5 Pengertian Analisis laporan Keuangan Analisis keuangan menggunakan data dari laporan keuangan yang disusun menurut prinsip-prinsip akuntansi. Akuntansi keuangan biasanya
digunakan untuk melihat lebih jauh permasalahan yang terjadi dala suatu perusahaan. Analisis laporan keuangan meliputi penelaahan tentang hubungan dan kecenderungan atau trend untuk mengetahui apakah keadaan keuangan, hasil usaha dan kemajuan keuangan perusahaan memuaskan atau tidak memuaskan. Analisis dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur-unsur itu dari tahun ke tahun untuk mengetahui arah perkembangannya Menurut Bactiar dan Nurwahyu (2008:3) analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Harahap (2008:190) analisis laporan keuangan berarti, mengurangi pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kualitatif maupun data non kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedang menurut Hanafi dan Halim (2007:71) Memberikan definisi terhadap analisis laporan keuangan adalah menguraikan adanya trend tertentu dalam laporan keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah menelaah tentang hubungan dan kecenderungan atau tren tren untuk mengetahui bagaimana keadaan keuangan, hasil usaha dan kemajuan perusahaan memuaskan sehingga dapat mengambil keputusan dengan tepat.
2.1.6 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Menurut Kasmir (2008:68) tujuan adanya analisis laporan keuangan secara umum adalah: 1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode. 2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan. 3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki. 4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini. 5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal. 6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
2.1.7 Metode Dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk satu perusahaan tertentu atau diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya.
Ada dua metode yang digunakan dalam menganalisa laporan keuangan (Munawir, 2009:36) yaitu: 1. Analisis Horisontal, yaitu analisis dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. 2. Analisis Vertikal, yaitu laporan keuangan yang dianalisis hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan memperbandingkan antara satu pos yang satu dengan pos yang lainnya dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Sedangkan teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: 1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan adalah metode dan teknik analisis dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau lebih, dengan menunjukkan: a). Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah. b). Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah. c). Kenaikan atau penurunan dalam prosentase. d). Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio. e). Prosentase dari total. 2. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentage analysis) adalah suatu metode dan teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari pada keadaan keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.
3. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement adalah suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masingmasing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. 4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja adalah suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash flow statement analysis) adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber serta pengunaan kas selama periode tertentu. 6. Analisis ratio adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. 7. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross profit analysis) adalah suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor suatu periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tertentu. 8. Analisis Break-Even adalah suatu analisis untuk mengetahui jumlah penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.
Dari beberapa teknik analisis laporan keuangan di atas dapat ditarik kesimpulan teknik laporan keuangan merupakan teknik yang memberikan indikator dan kondisi mengenai prestasi suatu perusahaan.
2.1.8 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Mengadakan analisis hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran tentang baik atau buruknya posisi keuangan perusahaan. Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan analisis perusahaan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai adalah rasio atau indeks yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan yang lainnya. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara satu jumlah tertentu dengan jumlah yang lainnya, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dijelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan. Menurut Prastowo dan Julianty (2005:56) analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa datang.
Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2007:91) analisis rasio adalah analisis yang disusun dengan menggabungkan gubungan angka angka dalam dan antara neraca dan laporan laba rugi. Harahap (2008:218) mendefinisikan analisis rasio keuangan adalah perbandingan antara pos pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan adalah suatu angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan sehingga dapat memberikan informasi tentang kondisi atau posisi keuangan suatu perusahaan.
2.1.9 Profitabilitas Profitabilitas adalah suatu pengertian relatif mengenai laba yang diperoleh perusahaan dibandingkan dengan jumlah modal yang tertanam dalam perusahaan yang bersangkutan dengan tidak dibedakan apakah modal itu merupakan kekayaan sendiri (seperti modal saham) ataukah “kekayaan asing (kredit bank, obligasi) yang terdapat dalam perusahaan itu”. 2.1.9.1 Menurut Warsono (2008) Profitabilitas merupakan hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan (Warsono, 2008:37). Beberapa indikator dari rasio Profitabilitas ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Gross Profit Margin (marjin laba kotor) Merupakan persentase dari laba kotor dibandingkan dengan penjualan. Besarnya hasil perhitungan marjin laba kotor menunjukkan seberapa besar laba kotor yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu. 2. Net Profit Margin (rasio marjin laba bersih) Merupakan rasio perbandingan antara laba bersih setelah pajak (Earning After Taxes/EAT) dengan penjualan. Besarnya hasil perhitungan margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang diperoleh oleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu. 3. Return On Investment (rasio pengembalian atas investasi) Merupakan perbandingan antara laba tersedia bagi para pemegang saham biasa (Earning Available for Common Stockholder/EACS) dengan aset total. Besarnya hasil perhitungan pengembalian atas investasi menunjukkan atas seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan seluruh aset yang dimilikinya. 4. Return On Equity (rasio pengembalian atas ekuitas) Merupakan perbandingan antara laba tersedia bagi para pemegang saham biasa (EACS), dengan ekuitas saham (modal saham biasa). Besarnya hasil perhitungan pengembalian atas ekuitas menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan modal ekuitas yang dimilikinya.
2.1.9.2 Menurut Harahap (2008) Profitabilitas memperlihatkan/ menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Harahap, 2008:304). Beberapa indikator dari rasio profitabilitas menurut
(Harahap, 2008:305) adalah: 1. Return on total assets (ROA) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan pada tingkat aset. ROA dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Return on Assets
Laba bersih setelah pajak Total Aktiva
2. Return on Equity (ROE) Return on equity menunjukkan besarnya laba bersih yang diperoleh dari modal sendiri, dinyatakan dengan rumus: Return on Equity
Laba bersih setelah pajak Modal Sendiri
3. Net Profit Margin (NPM) Net profit margin menunjukkan keuntungan bersih per rupiah penjualan. Rumus net profit margin adalah: Net Profit Margin
Laba bersih setelah pajak Penjualan
2.1.9.3 Menurut Hanafi dan Halim Sedang Hanafi dan Halim (2007:83) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Beberapa indikator rasio profitabilitas yang dapat digunakan yaitu: 1. Return On Assets (ROA) Menurut Hanafi dan Halim (2007:84) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA sering juga disebut ROI atau Return on Investment. ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Return On Assets (ROA)
Laba Setelah Pajak x 100% Total Aktiva
Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan aset yang berarti semakin baik. Return on asset atau return on investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Analisa ROA bersifat menyeluruh dan digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Atau untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan
untuk
operasi
perusahaan,
sehingga
dapat
menghasilkan
keuntungan. Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5%. 2. Return On Equity (ROE) Menurut Hanafi dan Halim (2007:84) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini:
Return On Equity (ROE)
Laba Bersih Setelah Pajak x100% Modal Sendiri
Menurut Hanafi dan Halim (2007:84) angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan
tingkat
profitabilitas
yang
tinggi.
Rasio
ROE
tidak
memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena rasio ini bukan pengukur return yang diterima pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat penggunaan utang. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Rasio atau pedoman yang baik adalah antara 20% - 40%. 3. Net Profit Margin (NPM) Menurut Hanafi dan Halim (2007:83) rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Profit margin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Net Profit Margin
Laba Bersih Setelah Pajak x100% Penjualan
Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu (Hanafi dan Halim, 2007:83). Secara umum rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisian manajemen (Hanafi dan Halim, 2007:83). Rasio ini untuk membandingkan antara keuntungan ssesudah pajak dengan penjualan, sehingga dari perhitungan ini dapat diketahui berapa keuntungan per rupiah penjualan. Apabila gross profit margin selama suatu periode tidak berubah
sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. “Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5%”.
2.1.10 Likuiditas 2.1.10.1 Menurut Syamsuddin (2008) Menurut Syamsuddin (2008:41) likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuan untuk mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas. Beberapa indikator dalam pengukuran tingkat likuiditas adalah: 1. Net working capital Merupakan selisih antara current assets (aktiva lancar) dengan current liabilities (utang lancar). Rumus yang digunakan untuk menghitung Net Working Capital = AL - UL 2. Current ratio Current ratio merupakan salah satu ratio financial yang sering digunakan. Tingkat current ratio dapat ditentukan dengan jalan membandingkan antara current assets dengan current liabilities. Current ratio dapat dihitung dengan rumus: Current Ratio
Aktiva Lancar x 100% Hutang Lancar
3. Acid-test ratio (Quick ratio) Acid test ratio hampir sama dengan current ratio hanya saja jumlah persediaan (inventory) sebagai salah satu komponen dari aktiva lancar harus dikeluarkan. Alasan yang melatarbelakangi hal tersebut adalah bahwa persediaan merupakan komponen aktiva lancar yang paling tidak likuid atau sulit untuk diuangkan dengan segera tanpa menurunkan nilainya. Quick ratio dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Quick Ratio
Aktiva Lancar Persediaan x100% Hutang Lancar
2.1.10.2 Hanafi dan Halim Menurut Hanafi dan Halim (2007:37) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek. Ada beberapa indikator rasio likuiditas yang dapat digunakan untuk menganalisis likuiditas perusahaan yaitu: 1) Rasio Lancar/Current Ratio Mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan mengunakan aktiva lancar. Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus
Current Ratio
Aktiva Lancar x 100% Hutang Lancar
Rasio ini merupakan ratio yang paling umum digunakan untuk menganalisa posisi modal kerja suatu perusahaan. Current ratio merupakan perbandingan antara jumlah aktiva dengan hutang lancar semakin tinggi current ratio suatu perusahaan, berarti semakin tinggi tingkat keamanan para kreditur jangka pendek atau dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk membayar hutang
hutangnya tinggi. Akan tetapi current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan kas.”Rasio atau pedoman yang baik adalah 2:1 atau 200%. 2) Rasio Cepat/Quick Ratio Rasio cepat menunjukkan likuiditas perusahaan seperti yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar, kecuali persediaan terhadap kewajiban lancarnya. Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Quick Ratio
Aktiva Lancar Persediaan x100% Hutang Lancar
2.1.10.3 Menurut Harahap Menurut Harahap (2008:34), mendefinisikan likuiditas adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya yang harus dipenuhi. Ada beberapa rasio likuiditas yang dapat digunakan untuk menganalisis likuiditas perusahaan yaitu: 1. Rasio Lancar/Current Ratio Mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka pendeknya dengan mengunakan aktiva lancar. Rasio lancar dapat dihitung dengan rumus Current Ratio
Aktiva Lancar x 100% Hutang Lancar
2. Rasio Cepat/Quick Ratio Rasio cepat menunjukkan likuiditas perusahaan seperti yang diukur dengan membandingkan aktiva lancar, kecuali persediaan terhadap kewajiban lancarnya. Rasio cepat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Quick Ratio
Aktiva Lancar Persediaan x100% Hutang Lancar
Rasio ini dihitung dengan mengurangi persediaan dari aktiva lancar dan sisanya dibagi dengan kewajiban lancar. Persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang paling tidak likuid dan unsur aktiva tersebut seringkali merupakan kerugian jika terjadi likuiditas. Oleh karena itu rasio cepat merupakan ukuran penting untuk mengetahui kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya tanpa memperhitungkan persediaan. “rasio atau pedoman yang baik adalah 1:1 atau 100%. 3) Rasio Kas Rasio kas mengukur ketersediaan kas untuk membayar kewajiban lancar. Pentingnya kas sebagai bentuk akhir likuiditas seharusnya tidak dipandang rendah. Catatan kegagalan usaha memberikan banyak contoh perusahaan yang tidak sanggup membayar utangnya meskipun memiliki aktiva non kas yang cukup besar (lancar maupun tak lancar) dan tidak mampu membayar utang atau menjalankan operasi. Di dalam rasio ini yang dibandingkan adalah kas. Kas dianggap sebagai aktiva yang paling likuid yaitu mudah untuk dicairkan dalam jangka pendek. Semakin tinggi rasio kas berarti jumlah uang tunai tersedia semakin besar, sehingga pelunasan hutang akan terjamin. “Rasio atau pedoman yang baik adalah >30% (minimal 0,3 atau 30%). Rumus untuk mencari rasio kas atau cash ratio dapat digunakan sebagai berikut:
Cash Ratio
Kas Bank x 100% Hutang Lancar
Jika rata rata industri untuk cash ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan lebih baik dari perusahaan lain. Namun, kondisi rasio kas terlalu tinggi juga
kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum digunkan secara optimal.
2.1.11 Kinerja Keuangan 2.1.11.1 Menurut Mahsun (2009) Menurut Mahsun (2009:25) Kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diartikan sebagai prospek atau masa depan, pertumbuhan dan potensi perkembangan yang baik bagi perusahaan. Untuk dapat mengukur tingkat kinerja perusahaan, pengukurannya dapat dilakukan dengan rasio keuangan dengan melihat trend setiap tahun dari masing-masing rasio keuangan. Kinerja perusahaan diukur melalui: a. Rasio Likuiditas 1) Current Rasio untuk perusahaan yang normal berkisar pada angka 2:1 atau 200%. Rasio yang rendah menunjukkan resiko likuiditas yang tinggi. Rasio lancar yang tinggi menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. 2) Quick Ratio diinterprestasikan sebagai berikut : ” Setiap Rp 1, hutang dijamin oleh aktiva lancar diluar persediaan”. Angka yang terlalu kecil menunjukkan resiko likuiditas yang lebih tinggi. Rasio atau pedoman yang baik adalah 1 : 1 atau 100%
3) Cash Ratio merupakan alat paling likud, sehingga batasan angka normal yang baik adalah rasio atau pedoman yang baik adalah > 30% (minimal 0,3 atau 30%).
b. Rasio Aktivitas 1) Fixed
Assets Turn Over menunjukkan ukuran seberapa efektif
pemanfaatan aktiva tetap dalam mendapatkan penghasilan. Rasio atau pedoman yang baik adalah antara 150 -300% atau 1,5 - 3 kali 2) Total Asset Turn Over menunjukkan ukuran seberapa efektif penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi menunjukkan manajemen yang baik. Rasio atau pedoman yang baik adalah lebih dari 0,5 kali (>50%). c. Rasio Solvabilitas 1) Debt Ratio beda dengan current ratio, walaupun total assets semakin tinggi hal ini tidak akan berefek buruk terhadap earning power, karena total assets
tersebut
didalamnya
termasuk
aktiva
tetap
yang
sudah
diinvestasikan dan produktif. Maka dari itu tidak ada ukuran angka normal seperti pada current ratio, tetapi batasan angka normal yang dianggap baik adalah <100% dan kinerja akan semakin baik bila ratio semakin kecil. 2) Debt To Equity Ratio bagi perusahaan sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetap tidak terlalu tinggi. Kreditur tidak akan member pinjaman tambahan bila Debt To Equity itu sudah
lebih besar dari 100% karena resikonya akan menjadi bertambah besar juga. Dengan kata lain ratio pedoman adalah <100%. d. Rasio Profitabilitas 1) Return On Asset yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen asset yang berarti efisiensi manajemen. Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5%. 2) Return On Equity yang tinggi menunjukkan semakin baik manajemen didalam mengelola perusahaanya. Rasio atau pedoman yang baik adalah antara 20% - 40%. 3) Profit Margin yang tinngi menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi pula pada tingkat penjualan rasio atau pedoman yang baik adalah > 5%. 4) Gross Profit Margin yang tertinggi menandakan kemampuan perusahaan menghasilkan laba kotor yang tinggi pula pada tingkat penjualan tertentu. Rasio atau pedoman yang baik adalah 20% 40% 2.1.11.2 Menurut Mulyadi Menurut Mulyadi (2009:428) Kinerja keuangan merupakan kemampuan atau prestasi, prospek pertumbuhan serta potensi perusahaan dalam menjalankan usahanya yang secara finansial ditunjukkan dalam laporan keuangan. Penilaian kinerja keuangan perusahaan diukur melalui pengevaluasian laporan keuangan perusahaan, khususnya analisa laporan keuangan. Kinerja keuangan dapat dilihat dari segi kualitatif dan kuantitatif yaitu:
1. Segi kualitatif adalah suatu kinerja perusahaan yang tidak dapat di ukur seperti keunggulan produk di pasar, pemanfaatan sumber daya manusia, kekompakan tim, kepatuhan perusahaan terhadap peraturan masyarakat. 2. Segi kuantitatif adalah kinerja perusahaan yang dapat diukur dengan menggunakan suatu analisis tertentu (dalam hal ini analisis laporan keuangan) seperti kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Tinggi rendahnya kinerja suatu perusahaan merupakan dasar pertimbangan guna pemilihan tujuan investasi oleh para investor pada umumnya. Apabila kinerja suatu perusahaan baik dapat dikatakan perusahaan tersebut telah menjalankan usahanya secara efektif dan efisien.
2.2 Rerangka Pemikiran Menurut Kusumadiyanto (2006:5) untuk mengetahui dengan tepat bagaimana kondisi dan kinerja perusahaan dapat dilakukan analisis terhadap laporan keuangan yang dimilikinya. Analisis laporan keuangan merupakan suatu metode yang membantu para pengambil keputusan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan perusahaan melalui informasi dari laporan keuangan. Untuk membantu laporan keuangan tersebut diperlukan suatu tolok ukur. Tolok ukur yang sering digunakan adalah berbentuk rasio atau indeks. Rasio keuangan merupakan suatu tolok ukur yang menghubungkan dua data keuangan yang satu dengan lainnya. Analisis rasio keuangan yang menghubungkan unsur-unsur neraca dan laporan laba-rugi dan lainnya yang dapat memberikan gambaran tentang perusahaan dan posisinya pada saat ini.
Analisis laporan keuangan meliputi dua jenis perbandingan. Pertama, membandingkan rasio sekarang, rasio yang lalu dan yang akan datang. Kedua, meliputi perbandingan rasio perusahaan dengan perusahaan lainnya yang sejenis. Perbandingan tersebut dapat memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan, apakah mengalami kenaikan atau penurunan. Analisis laporan keuangan dapat membantu manajemen untuk mengidentifikasi kekurangan dan melakukan tindakan memperbaiki kinerja perusahaan. Sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Laporan Keuangan
Laporan Laba Rugi
Neraca Keuangan
Analisis Laporan Keuangan
1.Rasio Profitabilitas 2.Rasio Likuiditas
Kinerja Perusahaan Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Proposisi Penelitian Menurut Ikhsan (2008:69)
proposisi
didefinisikan
sebagai suatu
pernyataan tentang konsep konsep yang dapat dipertimbangkan. Proposisi dapat menjadi sebuah kebenaran atau juga suatu kebohongan apabila mengacu pada fenomena yang diobservasi, dimana proposisi diformulasikan untuk diuji secara empiris sebagai hipotesis. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diutarakan pada Bab 1, proposisi penelitian dapat dikemukakan sebagai berikut: “salah satu alat untuk menilai kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio keuangan”. Untuk membuktikan proposisi penelitian menggunakan metode analisis perbandingan sebagai berikut: 1. Cross Sectional Approach Suatu cara menganalisis dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan. 2. Time Series Analysis Dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio financial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingkan antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran. Perkembangan perusahaan akan dapat dilihat pada trend dari tahun ke tahun, sehingga dengan melihat perkembangan ini perusahaan dapat membuat rencana rencana untuk masa depannya.
Berdasarkan latar belakang perumusan masalah serta tinjauan teoretis yang telah diuraikan, maka proposisi yang telah diajukan adalah analisis profitabilitas dan likuditas dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengetahui kondisi keuangan dan kinerja perusahaan PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk.