BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1. Dividen 1.
Pengertian dividen Menurut Wikipedia bahasa indonesia, Dividen adalah pembagian laba kepada
pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian ini akan mengurangi laba ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik memang adalah tujuan utama suatu bisnis. Dividen dapat dibagi menjadi empat jenis: a. Dividen tunai; metode paling umum untuk pembagian keuntungan. Dibayarkan dalam bentuk tunai dan dikenai pajak pada tahun pengeluarannya. b. Dividen saham; cukup umum dilakukan dan dibayarkan dalam bentuk saham tambahan, biasanya dihitung berdasarkan proporsi terhadap jumlah saham yang dimiliki. Contohnya, setiap 100 saham yang dimiliki, dibagikan 5 saham tambahan. Metode ini mirip dengan stock split karena dilakukan dengan cara menambah jumlah saham sambil mengurangi nilai tiap saham sehingga tidak mengubah kapitalisasi pasar. c. Dividen properti; dibayarkan dalam bentuk aset. Pembagian dividen dengan cara ini jarang dilakukan. d. Dividen interim; dibagikan sebelum tahun buku Perseroan berakhir.
10
11
2.
Stabilitas dividen Menurut Martono dan Harjito (2010:258) Stabilitas Dividen adalah
pembayaran dividen yang stabil dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan kebalikannya adalah pembayaran dividen yang sesuai dengan persentase tetap dari penghasilan perusahaan. Apabila semua factor antara dua perusahaan sama tetapi pembayaran dividennya berbeda, maka harga saham perusahaan yang membayar dividen secara stabil akan lebih tinggi dari pada harga saham perusahaan yang membayar dividen tidak stabil. Misalnya perusahaan A mempunyai rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio (DPR) yang konstan dari keuntungannya untuk jangka waktu yang lama. Sedangkan perusahaan B yang mempunyai keuntungan sama dengan perusahaan A mempunyai DPR 50% dari keuntungannya, dan memelihara pembayaran dividennya relatif stabil sepanjang waktu. Tetapi perusahaan B mengubah jumlah absolut pembayaran dividennya yang disesuaikan dengan kecenderungan keuntungan yang dihasilkan. Kebijakan pembayaran A dan B tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Gambar 1 Kebijakan Dividen Perusahaan A Dengan DPR Konstan
12
Gambar 2 Kebijakan Dividen Perusahaan B dengan DPR Stabil Dalam jangka panjang, jumlah dividen yang dibayarkan kedua perusahaan adalah sama. Harga pasar perlembar saham perusahaan B kemungkinan lebih tinggi daripada harga saham perusahaan A, bila semua factor sama. Hal ini disebabkan para investor lebih percaya dan lebih tertarik pada perusahaan yang membayar dividen stabil. Jadi, kebijakan dividen perusahaan B lebih baik daripada kebijakan dividen perusahaan A. perusahaan B meningkatkan dividennya hanya
jika perusahaan yakin bahwa dividen yang besar betul-betul dapat
diberikan. a.
Penilaian stabilitas dividen Para investor mungkin mau membayar premi (lebih tangga) untuk dividen
yang stabil karena adanya kandungan informasi dari dividen, keinginan para investor untuk mendapatkan pendapatan sekarang, dan adanya pertimbangan hukum.
13
1) kandungan informasi apabila laba perusahaan turun dan perusahaan tidak mengurangi dividennya, pasar akan lebih percaya terhadap saham perusahaan tersebut daripada saham perusahaan
yang
mengurangi
dividennya.
Dividen
yang
stabil
dapat
menyampaikan informasi atau pandangan manajemen bahwaa didalam jangka panjang perusahaan akan menjadi lebih baik pada saat laba turu. Jadi, manajemen mampu mempengaruhi harapan para investor melalui kandungan informasi dari dividen. 2) keinginan pendapatan sekarang faktor kedua ini akan mendukung dividen stabil. Para investor menghendaki pendapatan periode tertentu dengan dividen stabil daripada perusahaan yang dividennya tidak stabil, meskipun kedua perusahaan tersebut mempunyai pola yang sama dari pendapatan dan dividend payout ratio jangka panjang. 3) pertimbangan hukum faktor ketiga ini adalah tentang aturan hokum darin pemerintah untuk lembaga-lembaganya yang berinvestasi. Pemerintah hanya memperbolehkan lembaganya untuk membeli saham perusahan yang selalu membayar dividen secara stabil. b. Dividen regular dan dividen ekstra Salah satu cara bagi perusahaan untuk menaikkan distribusi kasnya kepada pemegang saham dalam periode-periode makmur adalah dengan mengumumkan dividen ekstra (tambahan) disamping dividen regular (tetap).Dividen tambahan adalah pembayaran dividen yang diakibatkan adanya peristiwa-peristiwa khusus,
14
seperti pendapatan perusahaan yang melebihi target. Sedangkan dividen reguler adalah dividen yang secara normal diharapkankan dibayar oleh perusahaan. Pemberian dividen ekstra secara khusus cocok bagi perusahaan yang punya laba yang berubah-ubah. Penggunaan dividen ekstra memungkinkan perusahaan untuk memelihara dividen regular yang stabil dan juga untuk mendistribusikan beberapa imbalan kemakmuran kepada para pemegang saham. Selain itu juga untuk membawa informasi positif kepada pasar bahwa perusahaan sekarang ini sedang berprestasi 3.
Beberapa batasan hukum pada dividen Menurut Brealey, Myers dan Marcus (2007:45-46) Misalkan dewan yang
tidak
jujur
memutuskan
untuk
menjual
semua
asset
perusahaan
dan
mendistribusikan uang sebagai dividen. Tindakan itu tidak meninggalkan uang sepeser pun untuk membayar hutang perusahaan. Karena itu, pemegang obligasi sering melindungi diri terhadap bahaya ini dengan menempatkan batasan pembayaran dividen. Hukum Negara bagian juga membantu melindungi kreditor perusahaan terhadap pembayaran dividen yang berlebihan. Misalnya, sebagian besar Negara bagian melarang perusahaan membayar dividen jika pembayaran dividen itu akan membuat perusahaan bangkrut1. Perusahaan juga tidak diperbolehkan membayar
1
Hukum tersebut mendefinisikan kebangkrutan dengan berbagai cara. Dalam beberapa kasus, kebangkrutan hanya berarti ketidakmampuan untuk memenuhi kewajiban segera; dalam kasus lain, kebangkrutan berarti defisiensi asset dibandingkan dengan semua kewajiban tetap yang beredar.
15
dividen jika perusahaan memasukkan modal legal (legal capital).
Modal
legalumumnya di definisikan sebagai nilai nominal saham yang beredar.2 2.1.2. Kebijakan Dividen 1.
Pengertian Kebijakan Dividen
Menurut Martono dan Harjito (2010:253) Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahan pada akhir tahun akan dibagi kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang. Rasio pembayaran dividen (DPR) menentukan jumlah laba dibagi dalam bentuk dividen kas dan laba yang ditahan sebagai sumber pendanaan. Rasio ini menunjukkan persentase laba perusahaan yang dibayarkan kepada pemegang saham biasa perusahaan berupa dividen kas. Apabila laba perusahaan yang ditahan dalam jumlah besar, berarti laba yang akan dibayarkan sebagai dividen menjadi lebih kecil. Dengan demikian aspek penting dari kebijakan dividen adalah menentukan alokasi laba yang sesuai diantara pembayaran laba sebagai dividen dengan laba yang ditahan di perusahaan.
2.
Pendapat kebijakan dividen Menurut Martono dan Harjito (2010:253-255) Ada dua pendapat mengenai
relevansi kebijakan dividen yaitu :
2
Jika tidak ada nilai nomina, modal legal terdiri dari sebagian atau seluruh tanda terima dari penerbitan saham
16
a.
Pendapat yang menyatakan bahwa dividen tidak relevan Pendapat ini dikemukakan oleh Modigliani dan Miller. Modigliani danMiller
(MM) Memberikan argumentasi bahwa pembagian laba dalam bentuk dividen tidak relevan. MM menyatakan bahwaa DPR hanya merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan perusahaan. DPR tidak mempengaruhi kekayaan pemegang saham. MM beragumentasi bahwa nilai perusahaan ditentukan tersendiri oleh kemampuan aktiva perusahaan untuk menghasilkan laba atau kebijakan investasi.jadi dalam rangka membagi laba perusahaan menjadi dividend dan laba yang ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Dalam hal ini MM berasumsi bahwa adanya pasar modal sempurna di mana tidak ada biaya transaksi, biaya pengembangkan (floatation cost) dan tidak ada pajak. b.
Pendapat yang menyatakan bahwa dividen adalah relevan dalam kaitannya dengan kemakmuran pemegang saham. Pendapat ini mencoba membantah pendapat ketidakrelevanan pembayaran
dividen. Sejumlah argumentasi diajukan untuk mendukung posisi yang kontradiksi yaitu bahwa dividen adalah relevan untuk kondisi yang tidak pasti. Dengan kata lain, para investor dapat dipengaruhi oleh kebijakan dividen. Pendapat ini terutama ditujukan untuk keadan yang penuh ketidakpastian. Argument-argumen tersebut antara lain : 1) Preferensi atas dividen Para investor tertentu mungkin mempunyai pilihan dividen daripada keuntungan sebagai akibat perubahan harga saham (capital gain), pembayaran dividen merupkan alternatif pemecahan dalam kondisi ketidakpastian para
17
investor
tentang
kemampuan
perusahaan
menghasilkan
keuntungan
(profitabilitas) perusahaan. Dividen akan diterima saat ini dan terus menerus tiap tahun, sedangkan capital gain akan diterima untuk waktu yang akan dating jika harga saham naik. Dengan demikian perusahaan yang membayar dividen akan memecahkan ketidakpastian investor lebih awal dari perusahaan yang tidak membayar dividen. 2) Pajak atas investor Pajak memiliki banyak pengaruh yang berbeda-beda. Karena pajak capital gain lebih kecil dari pada pajak penghasilan dividen, maka perusahaan mungkin lebih menguntungkan untuk menahan laba tersebut. Sebaliknya apabila pajak penghasilan dividen lebih kecil daripada pajak capital gain, maka lebih menguntungkan bila perusahaan membayar dividen. Sedangkan mengenai perpajakan ini tergantung pada peraturan pajak dimasing-masing Negara. 3) Biaya pengambangan Biaya pengambangan adalah biaya yang berhubungan dengan penerbitan surat berharga, seperti biaya pertanggungan emisi, biaya konsultasi hukum, pendaftaran saham dan percetakan. Ketidakrelevanan pembayaran dividen didasarkan pada pemikiran bahwa pada saat terdapat peluang investasi yang menguntungkan namundividen tetap dibayarkan, maka dan yang dikeluarkan oleh perusahaan harus diganti dengan dana yang diperoleh dari pendanaan eksternal.
Padahal
dana
eksternal
tersebut
menimbulkan
biaya
18
pengambangan, sehingga adanya biaya pengambangan menyebabkan keputusan menahan laba lebih baik daripada membayar dividen. 4) Biaya transaksi dan pembagian sekuritas. Biaya transaksi yang terjadi didalam penjualan sekuritas (surat berharga) cenderung untuk menghambat proses arbitrase. Para pemegang saham yang berkeinginan mendapat laba sekarang, harus membayar biaya transaksi bila menjual sahamnya untuk memenuhi distribusi kas yang mereka inginkan karena pembayaran dividennya kurang. Pasar yang sempurna juga mengasumsikan
bahwa
sekuritas
dapat
dibagi
(divisible)
secaratak
terbatas.namun kenyataannya bahwa unit sekuritas terkecil adalah satu lembar saham. Hal ini akan menjadi alat utnuk menghindari penjualan saham sebagai pengganti dividen yang kurang. Sebaliknya parapemegang saham tidak menginginkan pembayaran dividen untuk tujuan konsumsi. Hal ini menunjukkan bahwa biaya transaksi dan masalah pembagian sekuritas tidak menguntungkan para pemegang saham. 5) Pembatasan institusional Hukum sering membatasi jenis-jenis saham biasa yang boleh dibeli para investor institusional (lembaga) tertentu. Sering pemerintah melarang lembaganya
untuk
berinvestasisaham
pada
perusahaan
yang
tidak
memberikan dividen. Misalnya perusahasan dividen jiwa hanya boleh investasi saham yang selalu membayar dividen secara kontinyu. Untuk itu perusahaan yang selalu membagi labanya sebagai dividen, lebih disukai daripada perusahaan yang menahan labanya.
19
3.
Teori Dividen Dalam Memaksimalkan Kemakmuran Pemilik Menurut Sudana (2011:152-153) Selama dua dekade terakhir, beberapa teori
dikembangkan dalam upaya membahas pencapaian tujuan perusahaan yakni memaksimumkan kemakmura pemegang saham. Teori-teori itu mendebatkan suatu topic apakah kebijakan dividen itu akan mempengaruhi harga saham atau tidak. Dalam hal ini ada dua aliran yang beda pendapat. Aliran yang pertama bahwa bagaimanapun kebijakan dividen itu memang tidak mempengaruhi harga saham, sebab dalam pasar modal sempurna (perfect capital market) para pemegang saham tidak membedakan (indifferent) antara cash dividend dan retained earnings. Karena itu MM menyatakan bahwa tidak ada dividend payout ratio yang optimal yang dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Aliran yan kedua dipimpin oleh Gordin dan Lintner yang mengatakan bahwa memang ada kebijakan dividen yang optimal yang mampu mempengaruhi nilai perusahaan, sebab para investor akan menilai lebih tinggiharapan dividen Rp 100 dibandingkan dengan harapan capital gain Rp 10 yang berasal dari penginvestasian kembali laba ditahan. 4.
Teori Dividen Tradisional Menurut Sudana (2011:169) pendekatan tradisional, hubungan antara dividend
payout ratio dan discount rate dapat dilihat melalui grafik rasio dividen (dividend payout ratio) diberi notasi (1-b). untuk memisahkan keputusan dividen dengan keputusan leverage dan keputusan investasi, diasumsikan bahwa perusahaan tidak mempunyai hutang dalam struktur modalnya, dan keputusan investasi diambil
20
secara independen terhadap keputusan dividen. Proyek investasi dapat dibiayai dengan menggunakan laba ditahan atau emisi saham baru.
Gambar 3 Kurva Perbandingan Discount Rate Yang Berbeda Melalui kurva A diperlihatkan bahwa discount rate yang diinginkan oleh investor atau tingkat keuntungan yang disyaratkan (required rate of return) akan naik dalam emisi saham baru. Sebab adanya biaya emisi. Kurva B memperlihatkan situasi apabila investor menginginkan dividen lebih besar dari laba ditahan. Mula-mula discount rate yang diinginkan turun pada waktu dividend payout ratio bertambah. Tapi setelah melawati titik tertentu, dividend payout ratio kurang menarik bagi investor karena adanya kerugian pajak dividen. Akibatnya discount rate akan naik setelah dividend payout ratio melewati titik a. sebab investor kembali kurang menyukai dividen. Kurva C merupakan kombinasi dari akibat biaya emisi, penipisan pemilik saham, prefensi terhadap dividen, dan kerugian pajak terhadap discount rate. Kurva Citu akan minimum apabila tercapai
21
titik Z, dimana harga saham akan maksimum. Berdasarkan pendekatan ini ternyata kebijakan dividen tidak netral. Dividendpayoutratio yang optimal akan terletak pada (1-b)*. 2.1.3. Dividend Payout Ratio 1.
Pengertian Dividen payout ratio Pengertian rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menurut Agus
Sartono (2009:491) menyatakan bahwa : “ Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham”. Sedangkan, menurut Suhartono dan Fadlillah (2009) mengatakan bahwa Devidend Payout Ratio adalah dividen perlembar saham dibagi dengan laba perlembar saham rasio dapat digunakan untuk melihat pertandingan antara laba perlembar saham yang didapatkan perusahaan dengan laba yang dibagikan sebagai dividen. Dengan melihat rasio ini akan dapat mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar dividen dan kenapa perusahaan tidak membagikan semua labanya dalam bentuk dividen. Apakah ada investasi yang prospektif untuk didanai dengan sebagian labanya? Bila ya tentunya perusahaan memiliki prospek yang lebih baik dan tentunya menuju pertumbuhan positif. Rumus Dividend Payout Ratio adalah : DPR
=
Dividen Tunai Per Lembar ( DPS ) Laba Per Lembar Saham ( EPS )
22
1.
Dividen Tunai Per Lembar Saham (Dividend Per Share) Pengertian dividen per lembar saham (DPS) menurut Susan Irawati (2006:64)
menyatakan bahwa : “Dividen per lembar saham (DPS) adalah besarnya pembagian dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham setelah dibandingkan dengan ratarata tertimbang saham biasa yang beredar”. Besarnya dividen per lembar saham dapat dicari dengan rumus : DPS = Total dividen yang dibagikan Jumlah Lembar saham yang beredar
2.
Laba Per Lembar Saham (Earning Per Share) Pengertian laba per lembar saham menurut Zaki Baridwan (2008:443)
menyatakan bahwa : “Yang dimaksud dengan laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu periode tertentu untuk setiap jumlah saham yang beredar”. Informasi mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan dividen yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan selain itu juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan. Perhitungan laba per lembar saham diatur dalam SAK No.56 yang menyatakan dua macam laba per lembar saham : a. Laba Per lembar saham dasar, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar dalam periode pelaporan.
23
b. Laba per lembar saham dilusian, adalah jumlah laba pada suatu periode yang tersedia untuk setiap saham biasa yang beredar selama periode pelaporan dan efek lain yang asumsinya diterbitkan bagi semua efek berpotensi saham biasa yang sifatnya dilutif yang beredar sepanjang periode pelaporan. Laba per lembar saham (EPS ) dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
Laba Bersih Setelah Pajak EPS = Jumlah Lembar Saham Yang Beredar
2.
Proses pembayaran dividen Menurut Kamaludin (2011:340-341) Dalam melakukan pembayaran dividen
ada beberapa langkah yang harus ditempuh, hal ini bertujuan untuk menentukan siapa sebenarnya yang berhak atas dividen. Jika tidak ada prosedur yang baku, maka akan menjadi masalah pada saat dividen akan dibayar. Perlu anda ingat pemegang saham selaalu berpindah dari hari kehari, permasalah akan terjadi pada saat tanggal pencataan dan tanggal ex-deviden. Prosedur pembagian dividen adalah dimulai langkah – langkah seperti berikut : a.
Tanggal deklarasi yaitu tanggal pada saat dividen secara resmi diumumkan dewan direksi.
b.
Tanggal pencatatan yaitu menunjukkan kapan buku transfer saham ditutup. Perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal tertentu, dan berhak atas dividen
24
c.
Ex-dividen yaitu tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai saham tersebut, atau penghilangan hak atas dividen. Biasanya penghilangan hak ini selama hari kerja sebelum pencatatan pemegang saham.
d.
Tanggal pembayaran, yaitu tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirim cek dividen kepada setiap pemegang saham.
2.1.4. Faktor–faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen Sartono (2009:292) menyatakan bahwa sesungguhnya
terjadi
dan
harus
dianalisis
ada beberapa faktor dalam
kaitannya
yang dengan
kebijakandividen: 1.
Kebutuhan dana perusahaan Kebutuhan dana dalam perusahaan merupakan faktor penting yang harus
dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan dividen, seperti aliran kas perusahaan yang diharapkan, pengeluaran modal di masa datang yang diharapkan, kebutuhan tambahan piutang dan persediaan, pola pengurangan utang dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi posisi kas perusahaan yang harus menjadi pertimbangan dalam analisa kebijakan dividen. Dalam penelitian ini kebutuhan dana perusahaan diproksikan pada DebtTo Equity Ratio (DER). 2.
Tingkat laba dan stabilitas dividen Tingkat laba merupakan tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang
diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar laba tersebut dalam bentuk dividen pada pemegang saham (yang akan menggunakan dana itu ditempat lain) atau menggunakannya di perusahaan tersebut. Suatu perusahaan yang
25
mempunyai laba stabil seringkali dapat memperkirakan berapa besar laba di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini biasanya cenderung membayarkan laba dengan persentase yang lebih tinggi daripada perusahaan yang labanya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil, tidak yakin apakah laba yang diharapkan pada tahun-tahun yang akan datang
dapat tercapai, sehingga
perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar laba saat ini. Dalam penelitian ini laba atau profitabilitas diproksikan pada Return On Asset (ROA) 3.
Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan hal penting dalam kebijakan dividen,
karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara keseluruhan akan semakin besar juga kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Dalam penelitian ini likuiditas diproksikan pada Cash Position (CASH) 4.
Tingkat Ekspansi Aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana
untuk pembiayaan ekspansi semakin besar aktiva yang diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan aktiva yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan demikian meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar dari pada modal sendiri. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan perusahaan maka semakin banyak dana yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut untuk berinvestasi Dalam penelitian ini diproksikan pada Asset Growth (GROWTH).
26
5.
Peluang ke pasar modal Suatu perusahaan yang besar dan telah berjalan baik, dan mempunyai catatan
profitabilitas dan stabilitas laba, akan mempunyai peluang besar untuk masuk kepasar modal dan bentuk-bentuk pembiayaan eksternal lainnya. Tetapi, perusahaan kecil yang baru atau bersifat coba-coba akan lebih banyak mengandung resiko bagi penanam modal potensial. Kemampuan perusahaan untuk menaikkan modalnya atau dana pinjaman dari pasar modal akan terbatas, dan perusahaan seperti ini harus menahan lebih banyak laba untuk membiayai operasinya. Jadi perusahaan yang sudah mapan cenderung untuk memberi tingkat pembayaran dividen yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil atau baru. 2.1.5 Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian 1.
Cash Position Cash position merupakan rasio kas akhir tahun dibandingkan dengan laba
bersih setelah pajak. Bagi perusahaan yang memiliki posisi kas yang semakin kuat maka akan semakin besar kemampuannya untuk membayar dividen. Faktor ini merupakan faktor internal yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara langsung bagi kebijakan dividen. Posisi kas atau likuiditas perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan “cash outflow”, maka makin kuat posisi kas perusahaan, berarti makin besar kemampuan perusahaan untuk membayar deviden
27
(Riyanto, 2009:267). Sehingga dapat disimpulkan bahwa Cash Position (CASH) mempunyai hubungan positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). 2.
Return On Asset Husnan dan Pudjiastuti (2008:74) menyatakan return on assets menunjukkan
seberapa besar laba bersih yang bisa diperoleh dari seluruh kekayaan yang dimiliki perusahaan. Menurut Hanafi (2008:157) Return On Asset (ROA) atau sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai Rentabilitas Ekonomi mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa lalu. Analisis ini kemudian bisa diproyeksikan ke masa depan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba pada masa-masa mendatang. Analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset atau kekayaan yang dipunyai perusahaan setelah disesuaikan dengan biayabiaya untuk mendanai aset tersebut. Beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas telah menjelaskan bahwa return on assets merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dibandingkan dengan total aktiva. Teori Information content or signalling hypothesis, MM yang menyatakan bahwa kenaikan dividen merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan datang, berdasarkan teori tersebut menunjukkan bahwa penghasilan yang tinggi melalu
28
asset yang dimiliki yang tercermin dalam Return On Assets (ROA) mempunyai hubungan positif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) 3.
Debt To Equity Ratio Menurut Riyanto (2011:267) salah satu rasio yang termasuk dalam rasio
solvabilitas/leverage adalah debt to equity ratio (DER). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian dari setiap modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang (modal asing) perusahaan atau untuk menilai banyaknya hutang yang digunakan perusahaan. Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin besar kewajibannya dan rasio yang semakin rendah akan menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan menentukan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini berarti hanya sebagian kecil saja yang pendapatan yang dapat dibayarkan sebagai dividen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Debt To Equity Ratio (DER) mempunyai hubungan negatif terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). 4.
Assets Growth Menurut Sartono (2009:248) menyatakan bahwa semakin cepat pertumbuhan
perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin cepat suatu perusahaan berkembang, semakin besar asset yang diharapkan sehingga semakin besar hasil operasional yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan
29
demikian meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi hutang semakin lebih besar dari pada modal sendiri. Hal ini didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan kedalam perusahaan kedalam perusahaan dijamin oleh besarnnya asset yang dimiliki perusahaan. Sehingga Assets Growth (GROWTH) mempunyai hubungan positive terhadap Dividend Payout Ratio (DPR). 2.1.6 Penelitian Terdahulu Dalam ulasan beberapa penelitian berikut ini akan diuraikan secara ringkas dalam bentuk tabel, mengenai hasil penelitian terdahulu yang menghubungkan faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio. Dengan demikian hasil penelitian ini akan mengacu pada hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Meskipun ruang lingkup penelitian hampir sama yaitu pada masalah pembagian dividen, tetapi karena obyek penelitian yang berbeda mengakibatkan beberapa hasil berbeda pula
30
Tabel 1 Penelitian Terdahulu No
Peneliti
Judul Penelitian
1
Rini Dwiyani Hadiwidjaja (2007)
Analisis faktorfaktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Analisis faktorfaktor yang mempangaruhi Devidend Payout Ratio pada perusahaan yang Go Publik di Indonesia Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia analisis faktorfaktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik yang terdaftar di BEI tahun 20052009
2
5
Sri hermuningsih (2007)
3
Marlina dan Danica (2009)
4
Rustianik (2010)
Hedi Gustian dan Utik Bidayati (2009)
Analisis pengaruh cash position, Debt to equity ratio, return on assets terhadap DevidendpayoutR atio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Metode Penelitian Hasil Penelitian Yang digunakan Analisis Hasil penelitian secara simultan menunjukkan regresi bahwa Cash Ratio,Debt To Equity Ratio, Net berganda Profit Margin Return On Investment, Tax Rate berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio tetapi secara parsial hanya Return On Investment dan Tax Rate berpengaruh signifikan Terhadap Dividend Payout Ratio. Analisis regresi berganda
Analisis regresi berganda
Analisis regresi berganda
Analisi regresi berganda
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variable Asset, Equity, dan Earning berpengaruh signifikan terhadap kebijakan Dividend Payout Ratio. Sedangkan secara parsial menunjukkan bahwa variabel Equity berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, dan variabel yang lainnya tidak berpengaruh. Hasil penelitian menunjukkn bahwa secara simultan Cash Position , Debt To Equity Ratio, dan Return On Assets berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio dan secara parsial Cash Position dan Return On Assets berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Tetapi secara parsial Debt To Equty Ratio tidak berpengaruh secara signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel cash position , debt to equity ratio, ROA, firm size , growth potential, hold dan tax rate secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio. Sedangkan secara parsial hanya variabel firm size, growth potential, dan holding yang secara signifikan mempengaruhi dividend payout ratio, sedangkan yang lainnya tidak berpengaruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan cash position, debt to equity ratio, dan return on asset berpengaruh positif tidak signifikan terhadap DividendPayoutRatio. Sedangkan, secara parsial cash position, debt to equity ratio, dan return on asset berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
31
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, terdapat kesamaan dan perbedaan dalam penelitian ini. Adapun persamaan dalam penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian terdahulu adalah : 1.
Di dalam penelitian yang akan dilakukan yakni terfokus pada penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio.
2.
Lokasi penelitian sama yaitu di lakukan di Bursa Efek Indonesia
Sedangkan perbedaan di dalam penelitian ini adalah : 1. Dalam periode penelitian, dimana periode penelitian ini menggunakan periode tahun 2008-2012. 2. Objek penelitian yang digunakan adalah Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi. Dan sampel perusahaan hanya 2 perusahaan yang memenuhi kriteria. 3. Variabel independen yang dilakukan dalam penelitian ini Adalah Cash Position(CASH), Return On Assets(ROA), Debt To Equity Ratio (DER), Assets Growth (GROWTH).
2.2
Rerangka Pemikiran Berdasarkan penelitian terdahulu maka penulis dapat memperoleh gambaran
dalam melakukan analisis berdasarkan tinjauan teori dan melihat penelitian terdahulu yang telah dibaca sebagai analisis untuk memecahkan masalah yang terdapat dalam rumusan masalah yang dikemukakan oleh peneliti. Dari sudut pandang studi teori, peneliti dapat memahami langkah-langkah ataupun konsep
32
yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio sesuai dengan perumusan masalah dan hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti. Rerangka pemikiran akan memberikan suatu gambaran peneliti dalam menentukan rumusan masalah. Permasalahan yang akan diangkat oleh penulis di dalam penelitiannya adalah “Apakah CASH, ROA, DER, dan GROWTH berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2008-2012? “. Sesuai dengan studi teori dan rumusan masalah. Maka judul yang diambil untuk skripsi oleh penulis adalah “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2008-2012”.
33
Studi Teori
Studi Empirik
-Menurut Suhartono dan Fadlillah (2009) mengatakan bahwa Devidend Payout Ratio adalah dividen perlembar saham dibagi dengan laba perlembar saham rasio dapat digunakan untuk melihat pertandingan antara laba perlembar saham yang didapatkan perusahaan dengan laba yang dibagikan sebagai dividen.
- Rini Dwiyani Hadiwidjaja (2007) meneliti tentang Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
- Terdapat lima faktor yang mempengaruhi dividend payout ratio, yaitu Kebutuhan dana perusahaan, Tingkat laba dan stabilitas dividen, Likuiditas, Tingkat Ekspansi Aktiva,Peluang ke pasar modal (Sartono, 2009:292)
- Marlina dan Danica (2009) meneliti tentang Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. - Rustianik (2010) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio pada perusahaan publik yang terdaftar di BEI tahun 2005-2009.
Permasalahan Hipotesis Uji Statistik
Skripsi (Hasil)
Gambar 4 Rerangka Pemikiran
34
2.3
Model Konseptual Dengan adanya rerangka pemikiran tersebut, maka peneliti dapat membuat
Model Konseptual yang dapat memberikan suatu gambaran atau konsep yang akan digunakan oleh peneliti dalam melakukan analisis. Di dalam Model Konseptual terdapat konsep analisis yang digunakan oleh penelitian ini. Untuk mempermudah pemahaman tentang pengaruh dari Cash Position (CASH), Return On Assets(ROA), Debt To Equity Ratio(DER), dan AssetsGrowth (GROWTH) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR), maka dapat digambarkan Model Konseptual sebagai berikut :
CASH (X1)
ROA (X2)
DPR (Y)
DER (X3)
GROWTH (X4)
Gambar 5 Model Konseptual
35
Keterangan : X1 = Cash Position X2 = Return On Assets X3 = Debt to Equity Ratio X4 = Assets Growth Y = Dividend Payout Ratio 2.4
Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang, tujuan, ruang lingkup penelitian dan tinjauan
teoritis tersebut, maka dapat di rumuskan hipotesis sebagai berikut : H1 : Diduga Cash Position (CASH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20082012 H2 : Diduga Return On Assets (ROA), secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20082012 H3 : Diduga
Debt To Equity Ratio (DER), secara parsial mempunyai
pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012
36
H4 : Diduga Assets Growth (GROWTH) secara parsial mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada perusahaan sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 20082012