BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10). Sedangkan menurut Harjito dan Martono (2014:256) struktur modal merupakan perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal merupakan permasalahan penting bagi perusahaan, karena baik buruknya struktur modal suatu perusahaan akan berdampak pada posisi financial perusahaan. Kesalahan dalam menentukan struktur modal akan mempunyai dampak yang luas bagi perusahaan. Hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat pada perusahaan, karena perusahaan harus menanggung beban tetap yang sangat besar (Riyanto, 2010:296). Struktur modal yaitu pembiyaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham. Nilai buku dari pemegang saham terdiri saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi laba ditahan, bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan ditambahkan pada modal pemegang saham. Menurut Sudana (2011:189), Struktur modal (capital structure) berkaitan dengan perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan, dan harga pasar saham 8
9
perusahaan. Jika kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat mempengaruhi ketiga faktor tersebut, bagaimana kombinasi hutang jangka panjang dan modal sendiri yang dapat memaksimalkan perusahaan, atau meminimalkan biaya modal perusahaan, atau memaksimalkan harga saham perusahaan. Harga pasar saham mencerminkan nilai perusahaan, dengan demikian jika nilai suatu perusahaan menungkat, harga pasar saham perusahaan tersebut juga akan naik. Struktur modal digunakan untuk mengukur seberapa banyak dana yang ditawarkan oleh pemilik perusahaan dalam perbandingannya dengan dana yang diperoleh dari kreditur perusahaan. Struktur modal dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) dikarenakan Debt to Equity Ratio (DER) mencerminkan proposi antara debt (total hutang) dan total equity (total modal sendiri). Menurut kasmir (2010:112) Debt to Equity Ratio (DER) merupakan perimbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibandingkan hutang perusahaan. Debt to Equity Ratio (DER) dapat menunjukan tingkat risiko suatu perusahaan dimana semakin tinggi Debt to Equity Ratio (DER), maka perusahaan mempunyai risiko yang semakin tinggi karena pendanaan dari unsur hutang lebih besar daripada modal sendiri (equity) mengingat dalam perhitungan hutang dibagi dengan modal sendiri, artinya jika hutang perusahaan lebih tinggi dari modal sendirinya berarti nilai Debt to Equity Ratio (DER) diatas 1, sehingga penggunaan dana untuk aktivitas operasional perusahaan lebih banyak menggunakan hutang.
10
2.1.2 Modal Modal adalah faktor utama yang menunjang untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan serta meningkatkan hasil produksi. Kebutuhan dana atau mengembangkan perusahaan dapat dipenuhi dengan menambahkan modal sendiri atau dengan modal asing dan dapat juga kombinasi antara kedua sumber tersebut, dari sumber maupun modal tersebut diperoleh harus diperhitungkan pula biaya yang akan timbul untuk mendapatkan modal tersebut (Riyanto, 2010:298). Hubungan ini dapat dikemukakan pengertian modal yang klasik, dimana artian modal ialah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang memadai bagi perusahaan akan mendorong kelancaran usahanya, hal ini berarti bahwa kebutuhan modal bagi setiap perusahaan adalah sangat penting, karen modal merupakan suatu faktor produksi modal, maka perusahaan tidak akan berjalan dengan lancar (Artanti, 2007:16). Sedangkan menurut Riyanto (2010:17) modal adalah faktor utama yang menunjang
untuk
memajukan
dan
mengembangkan
perusahaan
serta
meningkatkan hasil produksi, kebutuhan dana atau mengembangkan perusahaan dapat dipenuhi dengan menambahkan modal sendiri atau modal asing dan dapat juga kombinasi antara kedua sumber tersebut, dari sumber manapun modal
11
tersebut diperoleh dan harus diperhitungkan pula biaya yang akan timbul untuk mendapatkan modal tersebut. Dalam hubungan ini dapat dikemukakan pengertian modal yang klasik, dimana artinya modal adalah sebagian hasil produksi yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Munawir (2010:19), modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukan dalam pos modal, surpul, dan laba ditahan, dapat juga dikatakan bahwa modal merupakan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Sedangkan menurut Riyanto (2010:19) menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli tentang modal, yaitu modal yang tercatat disebalah debet disebut modal konkret dan sisi kredit adalah modal abstrak atau dapat digambarkan sebagai modal aktif yang terletak di sisi debet neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan, sedangkan yang lainnya adalah modal pasif yang terletak pada di sebelah kredit neraca yang menggambarkan sumber-sumber dari mana dana diperoleh. Atmaja (2010:115) memiliki pendapat lain bahwa modal merupakan dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari beberapa item yang ada sisi kanan suatu neraca yaitu : hutang, saham biasa, saham preferen, dan laba ditahan. 2.1.3 Teori Struktur Modal Struktur modal (captal structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan jangka panjang perusahaan yang ditunjukan oleh perbandingkan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri (Martono dan Harjito 2013:256).
12
Struktur modal didefinisikan sebagai perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,2010). Terdapat beberapa teori struktur modal yang dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Teori Tradisional Pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal, artinya struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana modal dapat berubah-ubah agar dapat diperoleh nilai perusahaan yang optimal. Menurut Hanafi (2013:297) pendekatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal. Dengan kata lain struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan. Struktur modal bisa diubah-ubah agar diperoleh nilai perusahaan yang optimal. Menurut Sudana (2011:195), pendekatan tradisional mengemukakan struktur modal optimal dan perusahaan dapat meningkatkan total perusahaan dengan mempergunakan jumlah hutang tertentu. Dengan mempergunakan hutang yang semakin besar, perusahaan dapat menurunkan biaya modalnya dan meningkatkan nilai perusahaan. 2.
Pendekatan Modigliani dan Miller Pada tahun 1050-an, dua orang ekonom mentang pandangan pendekatan
tradisional struktur modal. Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Kemudian pada awal tahun 1960.an, kedua ekonom tersebut memasukan faktor dalam analisis mereka. Dan sampai pada kesimpulan bahwa nilai perusahaan dengan hutang lebih tinggi dibandingkan nilai
13
perusahaan tanpa hutang. Kenaikan nilai tersebut dikarenakan adanya penghemat pajak dari penggunaan hutang. 3. Pecking Order Theory Skenario urutan dalam teori Pecking Order Theory adalah sebagai berikut (Hanafi, 2013:313) : a.
Perusahaan memilih pendanaan internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (profit) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan.
b.
Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada perkiraan kesempatan investasi.
c.
Karena kebijakan deviden konstan, digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bias diprediksi akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat tertentu dan akan lebih kecil pada saat yang lain.
d.
Jika pandangan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan suratsurat berharga yang paling aman terlebih dahulu. Perusahaan akan memulai dengan hutang, kemudian dengan surat-surat berharga campuran seperti obligasi konvertibel dan saham sebagai pilihan terakhir.
4. Trade off Theory Trade-off theory merupakan teori yang menjelaskan tentang adanya pertukaran antara laba atau keuntungan yang didapatkan dengan resiko yang akan ditanggung, dalam kenyataan ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak-banyaknya. Satu hal yang terpenting adalah
14
dengan semakin tingginya hutang maka akan semakin tinggi kemungkinan (probabilitas) kebangkrutan, misalnya dengan semakin tinggi hutang maka semakin besar dana yang harus dibayarkan. Pemberian pinjaman bisa membangkrutkan perusahaan jika perusahaan tidak bisa membayar hutang (Hanafi, 2013:309). Biaya kebangkrutan terdiri ada 2(dua) hal, yaitu: a.
Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar biaya administrasi, biaya pengacara, biaya akuntan, dan biaya lainnya yang sejenis. b.
Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya tidak langsung merupaka biaya yang terjadi karena dalam kondisi insolvensi, perusahaan lain atau pihak lain tidak ingin berhubungan dengan perusahaan secara normal. Misalnya adalah suplier tidak ingin memasok barang karena mengkhawatirkan kemungkinan tidak dapat membayar. 2.1.4 Komponen Struktur Modal Komponen struktur modal dapat digolongkan dalam dua bagian, yaitu modal asing dan modal sendiri. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang bersifat sementara bekerja di dalam perusahaan dan bagi perusahaan yang bersangkutan modal tersebut merupakan hutang yang pada saatnya harus dibayar kembali. Modal sendiri dapat diuraikan menjadi dua bagian yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek merupakan hutang asing yang jangka waktu pembayarannya ditentukan dalam satu tahun. Sedangkan hutang jangka panjang merupakan hutang yang jangka waktunya panjang, pada umumnya lebih dari 10 tahun (Riyanto, 2010:227).
15
Modal asing dilain pihak merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu yang ditentukan serta semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali hutang tersebut, maka akan mempermudah perusahaan untuk menggunakan sumber dana yang berasal dari modal asing atau hutang jangka panjang tersebut. Dan meskipun demikian, perusahaan harus tetap membayar kembali hutang pada waktu yang sudah ditetapkan. Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik pemilik perusahaan dan yang tertanam didalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri selain berasal dari sumber intern dapat juga berasal dari dalam perusahaan sendiri, yaitu modal yang dihasilkan atau dibentuk sendiri dalam perusahaan (Riyanto, 2010:227). Menurut Wibowo (2010:12)
modal sendiri merupakan sumber dana
perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan pada investasi-investasi yang menghadapi resiko kerugian atau kegagalan yang relatif besar. Karena pada dasarnya suatu kerugian ataupun kegagalan investasi tersebut merupakan tindakan membahayakan bagi kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan. Komponen modal sendiri merupakan modal internal perusahaan yang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko kerugiankerugian lainnya. Dalam modal sendiri tidak memerlukan adanya jaminan atau keharusan untuk melunasi hutangnya pada jangka waktu tertentu. Oleh karena itu,
16
setiap perusahaan harus mempunyai dana cadangan yang diperlukan untuk kelangsungan hidup perusahaan. 2.1.5 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Ada beberapa faktor-faktor yang umumnya dipertimbangkan dalam mengambil keputusan mengenai struktur modal menurut Brigham dan Huston (2006:40) antara lain yaitu : a.
Stabilitas Penjualan Sebuah perusahaan yang penjualannya relatif stabil dapat dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dari pada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil.
b. Struktur Aktiva Perusahaan yang aktivanya cocok sebagai jaminan atas pinjaman cenderung lebih banyak menggemukan hutang. Aktiva untuk tujuan umum yang dapat digunakan oleh banyak bisnis dapat menjadi jaminan yang baik dan sebaliknya pada aktiva untuk tujuan khusus. c. Tingkat Pertumbuhan Jika hal-hal yang dianggap sama, perusahaan yang tumbuh dengan cepat harus lebih banyak mengandalkan diri pada modal eksternal. d. Profitabilitas Bahwa perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan untung yang relatif sedikit. e. Pengendalian
17
Dampak hutang versus saham pada posisi penendalian manajemen dapat mempengaruhi struktur modal. Jika manajemen saat ini memiliki kendali atas pengembalian suara (memiliki lebih dari 50 persen saham) tetapi berada dalam posisi dimana mereka tidak dapat membeli saham lagi, manajemen mungkin akan memilih hutang untuk pendanaan-pendanaan baru. f. Pajak Bunga adalah beban yang dapat menjadi pengurung pajak dan pengurung pajak adalah hal yang sangat berharga bagi suatu perusahaan dengan tarif pajak yang tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi tarif pajak sebuah perusahaan, semakin besar manfaat yang diperoleh dari hutang. g. Leverage Operasi Jika hal-hal yang lain dianggap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko bisnis yang tinggi. h. Sikap Manajemen Manajemen dapat menerapkan pertimbangan atas struktur modal yang tepat. Beberapa manajemen cenderung lebih konservatif dari pada yang lainnya dan akibatnya menggunakan lebih sedikit hutang dari pada rata-rata perusahaan didalam industri mereka sedangkan manajemen yang agresif menggunakan lebih banyak hutang didalam pencarian laba yang lebih tinggi.
18
i. Sikap Pemberi Pinjaman dan Agen Pemberi Peringkat Dalam sebagian kasus, perusahaan akan mendiskusikan struktur modalnya dengan pemberi pinjaman dan agen pemberi peringkat dan memberikan bobot yang lebih besar. j. Kondisi dari pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberikan arti yang penting pada struktur modal sebuah perusahaan yang optimal. k. Kondisi Internal Pasar Kondisis internal perusahaan juga dapat memiliki pengaruh pada sasaran struktur modal. l. Fleksibilitas Keuangan Tujuan menjaga fleksibilitas keuangan dilihat dari sudut pandang operasional, artinya adalah menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai. Dalam penelitian ini hanya meneliti tiga faktor yang akan digunakan adalah profitabilitas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan asset. Ketiga faktor tersebut dipilih karena mengarah pada pengambilan keputusan pemilihan alternatif pendanaan berdasarkan kebutuhan dana semata. Pendanaan yang dipenuhi oleh sumber dana internal berupa laba ditahan dan bila tidak mencukupi akan dipenuhi dengan pendanaan dari sumber dana eksternal berupa hutang dan penerbitan saham baru. 1.
Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukan oleh total aktiva jumlah penjualan, rata-rata total penjualan asset, dan
19
rata-rata total aktiva (Sujianto, 2011). Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur melalui total asset perusahaan (Ln Total Asset). Besar kecilnya ukuran suatu perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula dana yang dibutuhkan perusahaan untuk melakukan investasi. Ukuran perusahaan adalah ukuran perusahaan yang dapat menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal dan nilai penjualan bersih perusahaan selama satu tahun tertentu karena nilai penjualan bersih perusahaan cukup besar, maka dalam pengukurannya dikonversikan dalam logaritma natural (Riyanto, 2010:164) Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversivikasi usaha lebih dalam menjalankan usaha atau kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran peusahaan sering dijadikan indicator bagi perusahaan. Dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya. 2.
Profitabilitas Rasio ini menggambarkan kemampuan dalam suatu perusahaan yang
menghasilkan keuntungan. Rasio laba umumnya diambil dari laporan keuangan laba rugi perusahaan (Murhadi, 2013:63) Sedangkan menurut Kasmir (2010:196) , rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efktivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah penggunaan rasio ini menunjukan efisiensi perusahaan. Sedangkan
20
menurut Sartono (2010:130) profitabilitas menunjukan kemampuan perusahaan dalam
memperoleh
laba.
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri. Terdapat beberapa cara untuk mengukur besar kecilnya profitabilitas (Sudana, 2011:26), yaitu sebagai berikut : a.
Net Profit Margin (NPM) menunjukan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan
laba
bersih
pada
tingkat
penjualan
tertentu
dengan
membandingkan antara laba bersih dengan penjualan yang dihasilkan perusahaan.
b. Return On Asset (ROA) menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari total asset perusahaan dengan membandingkan antara laba bersih dengan total asset perusahaan.
c. Return On Equity (ROE) menunjukan kemampuan perusahaan yang dapat dihasilkan
oleh
modal
sendiri
dari
perusahaan
tersebut
dengan
membandingkan antara laba bersih dengan modal sendiri dari suatu perusahaan.
21
Dalam penelitian ini, pengukuran profitabilitas menggunakan Return on Equity (ROE). ROE digunakan untuk mengukur laba setelah pajak dengan modal yang dimiliki oleh perusahaan. Perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi mencerminkan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan modalnya dengan baik untuk menghasilkan laba. Profitabilitas yang tinggi menjadi sinyal positif bagi reaksi pasar sehingga dapat meningkatkan harga saham suatu perusahaan. 3.
Pertumbuhan Asset Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional
perusahaan. Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasil oleh perusahaan. Menurut Brigham dan Ehrhardt (2010), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan bergantung pada dana dari luar perusahaan dikarenakan dana dari dalam perusahaan tidak mencukupi untuk mendukung tingkat pertumbuhan yang tinggi. Dengan demikian perusahaan dengan tingkat pertumbuhan akan lebih banyak menggunakan hutang sebagai sumber pendanaannya daripada perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan melakukan ekspansi dengan menggunakan dana eksternal berupa hutang. Terjadinya peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan maka proposi hutang akan semakin lebih besar daripada modal sendiri. Perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak mengandalkan modal eksternal lebih jauh lagi, biaya pengembangan untuk penjualan saham
22
biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang atau obligasi yang lebih banyak mengandalkan hutang (Brigham dan Huston, 2010:151). Perusahaa yang mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dalam melakukan investasi tentu selalu membutuhkan dana, disamping dana internal yang tersedia, diperlukan juga tambahan dana eksternal seperti hutang. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang tumbuh akan menunjukkan kekuatan diri yang semakin besar pula, sehingga perusahaan akan memerlukan lebih banyak dana.
23
2.1.6 Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama penelitian
Judul
Variabel
Glenn Indrajaya (2011)
Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Tingkat Pertumbuhan, Profitabilitas dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal: Studi Empiri Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007 Pengaruh Ukuran perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Struktur aktiva Ukuran perusahaan Tingkat Pertumbuhaan
Regresi Linier Berganda
Ukuran perusahaan Struktur aktiva Profitabilitas
Regresi Linier Berganda
Fith Yuniar Ichwan (2015)
Fatimatuz Pengaruh Ukuran Zuhro MB Perusahaan, (2016) Pertumbuhan Asset, Dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal
Ukuran perusahaan Pertumbuhaan asset Profitabilitas
Aliftia Nawang Sari (2016)
Profitabilitas Likuiditas Pertumbuhaa Asset Ukuran Perusahaan
Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhan Asset dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal
Teknik analisa data
Regresi Linier Berganda
Hasil penelitan Struktur aktiva berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan variabel pertumbuhan dan risiko bisnis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal. Struktur aktiva berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal. Profitabilitas berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Pertumbuhan aseet berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Profitabilitas berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap struktur modal. Likuiditas berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Pertumbuhan asset berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal. Ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal.
24
2.1.7 Hubungan Antar Variabel Variabel-variabel independen dalam penelitian ini yang mempengaruhi struktur modal diantaranya : profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan asset. Variable independen tersebut mempunyai hubungan dengan struktur modal (variable dependen). Hubungan antar masing-masing variable bebas (independen) terhadap variable terikat (dependen) akan dijelaskan sebagai berikut : 1.
Hubungan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang dipertimbangkan
perusahaan dalam menentukan berapa besar kebijakan atau keputusaan pendanaan (struktur modal) dalam memenuhi ukuran atau besarnya aset perusahaan. Jika perusahaan semakin besar maka semakin besar pula dan yang dikeluarkan. Perusahaan kecil cenderung menyukai hutang jangka pendek dari pada hutang jangka panjang. Semakin besar ukuran perusahaan maka kecenderungan menggunakan modal asing juga semakin besar dan akan semakin besar pula kemungkinan untuk mendapatkan pinjaman dari kreditur untuk memenuhi struktur modal perusahaan yang ditargetkan. Menurut Riyanto (2010:67), besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan cenderung untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar. Ukuran perusahaan yang lebih besar akan lebih menjamin memiliki akses yang lebih mudah untuk mendapatkan sumber modalnya. Perusahaan dengan ukuran yang
25
lebih besar, akan sangat mudah dan mempunyai kepercayaan yang besar untuk mendapatkan sumber dana sehingga akan memudahkan untuk mendapatkan kredit dari pihak luar. 2.
Hubungan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada umumnya, perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan
tinggi menggunakan utang yang relatif kecil. Tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Menurut Brigham dan Huston (2010:154) merupaka bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas keputusan investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan dana dengan dan yang dihasilkan secara intternal. Sehingga dapat dikatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Menurut hasil penelitian Aliftia (2016), perusahaan dengan rate of return yang tinggi cenderung menggunakan proposi hutang yang relatif kecil. Karena dengan rate of return yang tinggi, kebutuhan dana dapat diperoleh dari laba ditahan. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi akan lebih banyak mempunyai dana internal daripada perusahaan profitabilitas rendah. Apabilah dalam komposisi struktur modal pengunaan modal sendiri lebih besar daripada penggunaan hutang, maka rasio struktur modal akan semakin kecil.
26
3. Hubungan Pertumbuhan Asset Terhadap Struktur Modal Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan asset yang tinggi akan lebih banyak menggunakan hutang dalam struktur modalnya, daripada perusahaan yang pertumbuhan assetnya rendah. Adanya pertumbuhan asset berarti perusahaan akan beroperasi pada tingkat yang lebih tinggi, dimana penambahan tersebut berarti juga penambahan biaya bagi perusahaan. Dari uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pertumbuhan asset maka, perusahaan semakin memerlukan biaya atau dana agar perusahaan dapat terus beroperasi. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi pada umumnya lebih tergantung pada modal baru relatif kecil sehingga dapat dipenuhi dari laba ditahan. Menurut penelitian Aliftia (2016), perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi akan melakukan ekspansi dengan menggunakan dana eksternal berupa hutang. Terjadinya peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar (kreditur) terhadap perusahaan maka proposi hutang akan semakin lebih besar daripada modal sendiri. Pemenuhan kebutuhan dana dapat diperoleh melalui akumulasi penyusutan aktiva tetap, maupun dengan laba ditahan. Laba selain digunakan untuk operasi perusahaan juga dibagikan deviden bagi pemegang saham. Pembagian deviden akan mengakibatkan return atas investasi dalam perusahaan, semantara di lain pihak perusahaan berusaha menahan laba yang diperoleh untuk digunkan sebagai sumber dana internal dalam rangka menigkatkan pertumbuhan perusahaan,
27
dimana pertumbuhan perusahaan tentu akan berimplikasi pada peningkatan akan kebutuhan dana. 2.2 Rerangka Pemikiran Variabel penelitian ini terdiri dari variabel dependen yaitu struktur modal. Variabel independen yaitu profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan asset. Berdasarkan tinjuan teoritis, hubungan antar variabel dan hasil penelitian terdahulu maka berikut ini gambar rerangka pemikiran dalam penelitian ini :
Ukuran perusahaan
Struktur Modal
Profitabilitas
Pertumbuhan Asset
Gambar 1 Rerangka Pemikiran
2.3 Perumusan Hipotensis Berdasarkan uraian diatas dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan masalah, teori dan faktor-faktor struktur modal, berikut hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini : H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal H2 : Profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap struktur modal H3 : Pertumbuhan Asset berpengaruh signifikan terhadap struktur modal