BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Persinyalan (Signalling Theory) Signalling Theory merupakan suatu penjelasan dari asimetri informasi. Terjadinya asimetri informasi dikarenakan pihak manajemen memiliki lebih banyak informasi tentang prospek perusahaan. Fungsi dari teori ini adalah untuk mempermudah investor dalam mengembangkan saham yang akan dibutuhkan manajemen perusahaan untuk menentukan arah dan prospek perusahaan ke depan. Signalling Theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak diluar perusahaan. Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan, atau gambaran baik untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup perusahaan. Menurut Jogiyanto (2014:392), informasi yang dipublikasikan sebagai suatu pengumuman akan memberikan signal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima pasar. Pada waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterprestasikan dan menganalisi informasi tersebut sebagai signal baik (good news) atau signal buruk (bad news). Jika pengumuman informasi tersebut sebagai signal baik bagi
9
10
investor, maka terjadi perubahan volume perdagangan saham. Salah satu jenis informasi yang dikeluarkan oleh perusahaan yang dapat menjadi signal bagi pihak di luar perusahaan, terutama bagi pihak investor adalah laporan tahunan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan tahunan dapat berupa informasi akuntansi yaitu informasi yang berkaitan dengan laporan keuangan dan informasi non-akuntansi yaitu informasi yang tidak berkaitan dengan laporan keuangan. Laporan tahunan hendaknya memuat informasi yang relevan dan mengungkapkan informasi yang dianggap penting untuk diketahui oleh pengguna laporan baik pihak dalam maupun pihak luar. Semua investor memerlukan informasi untuk mengevaluasi resiko relatif setiap perusahaan sehingga dapat melakukan diversifikasi portofolio dan kombinasi investasi dengan preferensi resiko yang diinginkan. Jika suatu perusahaan ingin sahamnya dibeli oleh para investor maka perusahaan harus melakukan pengungkapan laporan keuangan secara terbuka dan transparan.
2.1.2 Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan. Dalam Peryantaan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1 menyebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan tersebut. Menurut
Kasmir
(2015)
laporan
keuangan
adalah
laporan
yang
menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau
11
enam bulan untuk kepentingan internal perusahaan. Sementara itu, untuk laporan lebih luas dilakukan satu tahun sekali. Disamping itu, dengan adanya laporan keuangan, dapat diketahui posisi perusahaan terkini setelah menganalisis laporan keuangan tersebut. Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh dalam suatu periode. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1 tentang penyusunan laporan keuangan komponen-komponen dalam laporan keuangan adalah : 1.
Laporan Posisi Keuangan Laporan posisi keuangan adalah laporan yang menyediakan informasi
mengenai nilai dan jenis investasi perusahaan, kewajiban perusahaan kepada kreditur dan ekuitas pemilik. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas, dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan. 2.
Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan Laba Rugi Komprehensif adalah laporan yang berfungsi untuk
mengukur kinerja keuangan perusahaan antara tanggal neraca. Laporan ini mencerminkan
aktivitas
operasi
perusahaan
yang
menyediakan
rincian
pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian perusahaan untuk suatu periode. Laporan laba rugi komprehensif dapat digunakan untuk mengetahui indikasi profitabilitas.
12
3.
Laporan Perubahan Ekuitas Laporan Perubahan ekuitas adalah laporan yang menyajikan perubahan-
perubahan pada pos ekuitas. Laporan ini bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktivitas perubahan. 4.
Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas adalah laporan keuangan yang menyajikan dan
melaporkan arus kas nasuk dan arus kas keluar bagi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan perusahaan secara terpisah selama suatu periode tertentu. 5.
Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan adalah informasi yang berisikan ringkasan
kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelas lainnya. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atas rincian jumlah yang tertera. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) serta pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar. Secara umum laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan, baik pada saat tertentu maupun pada periode tertentu. Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 1 tentang penyusunan laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi dan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar
13
pemakai informasi termasuk menyediakan informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan secara umum yang menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian dimasa lalu (IAI, 2012:12-14).
2.1.3 Kinerja Keuangan Pengertian kinerja keuangan menurut Tampubolon (2005:20) yaitu Pengukuran kinerja perusahaan yang ditimbulkan sebagi akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen karena menyangkut pemanfaatan modal, efisiensi dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan. Kinerja keuangan yaitu alat untuk
mengukur
prestasi
kerja
keuangan
perusahaan
melalui
struktur
permodalannya. Penilaian kinerja perusahaan harus diketahui output maupun inputnya. Output adalah hasil dari suatu kinerja karyawan atau perusahaan, sedangkan input adalah keterampilan atau alat yang digunakan untuk mendapatkan hasil tersebut. Menurut Hanafi dan Halim, (2016:74-83) menyatakan bahwa ukuran – ukuran kinerja keuangan dalam suatu perusahaan dapat dikelompokkan kedalam lima kelompok dasar yaitu: 1.
Rasio Likuiditas Rasio likuiditas mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan
dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap hutang lancarnya (utang dalam hal ini merupakan kewajiban perusahaan). Ada dua rasio likuiditas jangka pendek yang sering digunakan adalah :
14
a.
Rasio Lancar (Current Ratio) Rasio lancar mengukur kemampuan perusahaan memenuhi utang jangka
pendeknya
dengan
menggunakan
aktiva
lancarnya.Rasio
yang
rendah
menunjukkan risiko likuiditas yang tinggi, sedangkan rasio yang tinggi menunjukan adanya kelebihan aktiva lancar, yang akan mempunyai pengaruh yang tidak baik terhadap profitabilitas perusahaan. Aktiva lancar secara umum menghasilkan return yang lebih rendah dibandingkan dengan aktiva tetap. Current Ratio = b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Persediaan biasanya dianggap aset yang paling tidak likuid karena persediaan melalui tahap yang sangat panjang untuk sampai menjadi kas. Dengan alasan tersebut maka persediaan dikeluarkan dari aktiva lancar untuk perhitungan rasio quick.angka yang terlalu tinggi untuk persediaan menunjukkan indikasi kelebihan kas atau piutang, sedangkan angka yang terlalu kecil menunjukkan risiko likuiditas yang lebih tinggi. Quick Ratio = 2.
Rasio Solvabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
penjang. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total utangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Rasio ini mengukur likuiditas jangka panjang perusahaan dengan memfokuskan pada sisi kanan neraca. Rasio ini terdiri dari 3 macam sebagai berikut :
15
a. Rasio Total Utang Terhadap Total Aset (Debt Ratio) Rasio ini menghitung seberapa jauh dana disediakan oleh kreditur. Rasio yang tinggi berarti perusahaan menggunakan leverage keuangan (financial leverage) yang tinggi. Penggunaan financial leverage yang tinggi akan meningkatkan Rentabilitas Modal Saham (Return On Equity atau R0E) dengan cepat. Sebaliknya apabila penjualan menurun, rentabilitas modal saham akan menurun cepat pula. Perputaran aktivitas dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Debt Ratio = b. Times Interest Earned (TIE) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan membayar utang dengan laba sebelum bunga pajak. Rasio yang tinggi menunjukkan situasi yang aman, meskipun barangkali juga menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan utang perusahaan. Sebaliknya rasio yang rendah memerlukan perhatian dari pihak manajemen. Times Interest Earned = c. Fixed Cahrge Coverage Rasio ini memperhitungkan sewa, karena meskipun sewa bukan utang, tetapi sewa merupakan beban tetap dan mengurangi kemampuan utang (debt capacity) perusahaan. Beban tetap tersebut mempunyai efek yang sama dengan beban bunga. dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Fixed Cahrge Coverage =
16
d. Rasio Hutang Modal (Debt to Equity Ratio) Menurut Kasmir (2015:158) Rasio ini digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahuI setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Debt to Equity Ratio = 3. Rasio Pasar Rasio pasar digunakan untuk mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku dan harga saham terhadap pendapatan yang bertujuan untuk memberikan ukuran kemampuan manajemen mencitakan nilai pasar usahanya atas biaya investasi lebih banyak berdasarkan pada sudut investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio ini. Rasio ini terdiri dari 3 jenis sebagai berikut : a. Price Earning Ratio (PER) Rasio ini melihat harga saham relatif terhadap earning-nya. Perusahaan yang diharapkan akan tumbuh tinggi mempunyai PER yang tinggi, sebaliknya perusahaan yang diharapkan mempunyai pertumbuhan rendah aakn mempunyai PER yang rendah. Dari segi investor, PER yang terlalu tinggi barangkali tidak menarik karena harga saham barangkali tidak akan naik lagi, yang berarti kemungkinan memperoleh capital gain akan lebih kecil. Price Earning Ratio = b. Dividen Yield Dari segi investor dividend yield merupakan sebagaian dari total return yang akan diperoleh investor. Biasanya perusahaan yang mempunyai pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai dividend yield rendah, karena dividen sebagian besar
17
akan diinvestasikan kembali, dan juga karena harga dividen yang tinggi (PER yang tinggi) yang mengakibatkan dividend yield akan menjadi kecil. Deviden Yield c. Devidend Payout Ratio (DPR) Rasio ini mengukur seberapa besar laba yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. Deviden payout ratio dapat diukur dengan formula : Devidend Payout Ratio = d. Earning Per Share (EPS) Menurut Kasmir (2015) Rasio ini digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio ini juga merupakan presentase laba terhadap jumlah saham. EPS yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham. Earning Per Share = 4. Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham yang tertentu. Semakin besar rasio ini akan semakin baik karena rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan suatu perusahaan. Rasio ini terdiri dari 3 yaitu:
18
a. Profit Margin Profit margin menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini bisa diinterpretasikan sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Profit margin = b. Return On Total Asset (ROA) Return
On
Total
Asset
(ROA)
mengukur
kemampuan
perusahaan
menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi manajemen aset yang berarti efisiensi manajemen. Return On Total Asset = c. Return On Equity (ROE) Return On Equity (ROE) mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. ROE dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Return On Equity 5. Rasio Aktivitas Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menentukan berapa tingkat aktivitas aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya
19
dana kelebihan yang tertanam pada aktiva- aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila ditanamkan pada aktiva lain yang lebih produktif. Ada empat rasio aktivitas yang sering digunakan adalah : a. Rata-rata Umur Piutang (Average Collection Period) Rasio ini mengukur berapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang. Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Perputaran piutang dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Average Collection Period = b. Perputaran Persediaan (Inventory Turn Over) Perputaran persediaan yang tinggi menandakan semakin tingginya persediaan berputar dalam satu tahun dan ini menandakan efektivitas manajemen persediaan. Sebaliknya, perputaran persediaan yang rendah menandakan tanda-tanda mis manajemen seperti kurangnya pengendalian persediaan yang efektif. Perputaran persediaan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Inventory Turn Over = c. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over) Rasio ini mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Rasio ini memperlihatkan sejauh mana efektivitas perusahan menggunakan aktiva tetapnya.Semakin itnggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. Perputaran penjualan dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Fixed Assets Turn Over =
20
d. Perputaran Total Aktiva (Total Asset Turn Over) Total Asset Turn Over digunakan menghitung efektivitas penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi, pemasarannya dan pengeluaran modalnya (investasi). Perputaran aktivitas dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Total Asset Turn Over = Dalam penelitian ini menggunakan lima rasio keuangan yang mewakili masing masing klasifikasi rasio diatas, yaitu Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Eearning Per Share, Return on Asset, dan Total Asset Turn Over.
2.1.4 Saham Saham merupakan suatu modal dasar sebelum terjun ke dalam dunia investasi saham. Saham adalah surat berharga yang menunjukkan bagian kepemilikan atas suatu perusahaan. Saham juga salah satu jenis investasi yang menjanjikan keuntungan bagi investor. Saham yang diperoleh melalui pembelian atau dengan cara lain, yang memberikan hak kepada pemegang saham atas dividen dan yang lain sesuai dengan investasi yang ada pada perusahaan tersebut. Menurut Jogiyanto (2014: 67) saham dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1.
Saham Preferen Merupakan saham yang mempunyai sifat gabungan antara obligasi dan
saham biasa. Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen.
21
Dibandingkan saham biasa, saham preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas dividen tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi. Oleh karena itu, saham preferen dianggap mempunyai karakteristik di tengah-tengah antara obligasi dan saham biasa. 2.
Saham Biasa Jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini
biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak antara lain: a.
Hak kontrol yaitu hak pemegang saham biasa untuk memilih pimpinan perusahaan.
b.
Hak menerima Pembagian Keuntungan yaitu hak pemegang saham biasa untuk mendapatkan bagian dari keuntungan perusahaan.
c.
Hak Preemptive yaitu hak pemegang saham untuk mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham untuk tujuan melindungi hak kontrol dari pemegang saham lama dan melindungi harga saham lama dari kemerosotan nilai.
3.
Saham Treasurry Merupakan saham milik perusahaan yang sudah pernah dikeluarkan dan
beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk disimpan sebagai treasuri yang nantinya dapat dijual kembali.
2.1.5
Return Saham Return saham adalah dokumen sebagai bukti kepemilikan suatu
perusahaan. Jika perusahaan memperoleh keuntungan, maka pemegang saham
22
berhak atas bagian laba yang dibagikan atau sesuai dengan dividen dan proporsi kepemilikannya. Return saham terdiri dari capital gain dan dividen yield (Zubir,2011:4). Dalam melakukan investasi di dalam pasar modal, tujuan utama yang ingin dicapai oleh pelaku pasar adalah memaksimalkan return. Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari adanya kegiatan investasi. Return saham dibedakan menjadi dua, yaitu: 1.
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja suatu perusahaan.
2.
Return ekspektasi (expected return) yang merupakan return yang diharapkan oleh investor di masa datang. Berbeda dengan return realisasi yang sifatnya sudah terjadi, return ekspektasi sifatnya belum terjadi. Return realisasi diukur dengan mengunakan return total (total return), relatif return (return relative), kumulatif return (return cumulative), dan return disesuaikan (adjusted return) (Jogiyanto, 2014:263). Return saham adalah tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor
yang menanamkan dananya di pasar modal. Perhitungan return saham menggunakan harga saham setiap periode untuk mencari rata-rata harga saham tiap periode. Return saham dapat dihitung dengan rumus Jogiyanto (2014).
23
Keterangan : RS = Return Saham Pt = Harga investasi sekarang Pt-1= Harga investasi periode lalu Return adalah total keuntungan atau kerugian yang diperoleh investor dari nilai investasi sebelum periode tertentu. Menurut Jogiyanto (2014:264) return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu. Return total inidibagi menjadiduayaitu : 1.
Capital Gain atau Capital Loss Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi
sekarang relatif dengan harga periode yang lalu. Jika harga investasi sekarang ) lebih tinggi dari harga investasi periode masa lalu
) ini berarti terjadi
keuntungan modal (capital gain), sebaliknya apabila terjadi kerugian modal (capital loss). 2.
Yield Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga
investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham,yield adalah presentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk oblogasi, yield adalah presentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap harga obligasi periode sebelumnya.
24
2.1.6 Penelitian Terdahulu 1.
Penelitian Widodo (2007) tentang analisis pengaruh rasio aktivita, rasio profitabilitas, dan rasio pasar terhadap return saham syariah dalam kelompok jakarta islamic index (JII) tahun 2003-2005. Penelitian ini menggunakan
metode
purposive
sampling.Hasil
penelitian
ini
menyimpulkan bahwa TATO, ROA, ROE dan EPS memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. Sedangkan ITOmemiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap return saham dan PBV memiliki pengaruh negarif yang signifikan terhadap return saham. 2.
Penelitian Hasan (2013) tentang pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap
return saham PT. Astra Internasional.Tbk. Penelitihan ini
dilaksanakan selama ± 4 bulan, terhitung bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2013. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa EPS memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. 3.
Penelitian Ulupui (2006) tentang analisis pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas dan profitabilitas terhadap return saham (studi pada perusahaan makanan dan minuman dengan katagori industri barang konsumsi di BEJ) dengan jumlah populasi 21 perusahaan dan menggunakan sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 13 peusahaan selama 1999-2005. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda (uji T). Hasil penelitian ini
25
menyimpulkan bahwa CR dan ROA memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap return saham. Sedangkan TATO tidak memiliki pengaruh terhadap return saham dan DER memiliki pengaruh positif tetapi tidak signifikan yang mengindikasi bahwa rasio utang tidak menyebabkan perubahan return saham satu tahun ke depan. 4.
Penelitian Wingsih (2013) tentang analisis pengaruh likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitas terhadap return saham pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI periode 2008-2012 dengan jumlah populasi 18 perusahaan dan menggunakan sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 12 peusahaan. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa CR dan ROA memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham. Sedangkan DER memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham dan sebaliknya perusahaan tetap mengoptimalkan laba dan mengurangi hutangnya. Dengan melakukan pembelian tunai, sehingga para investor tertarik untuk menanamkan sahamnya pada perusahaan mining.
5.
Penelitian Zuliarni (2010) tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham pada perusahaan Mining and Mining Service di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan jumlah populasi 24 perusahaan dan menggunakan sampel yang memenuhi kriteria sebanyak 10 peusahaan selama 2008-2010. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda (uji T). Hasil
26
penelitian ini menyimpulkan bahwa ROA dan PER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham. Sedangkan DPR tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham dan tidak dapat dijadikan sebagai faktor penting bagi investor dalam membuat keputusan invesrasi. 6.
Penelitihan Subalon (2009) tentang analisis pengaruh faktor fundamental dan kondisi ekonomi terhadap return saham (Study Kasus pada Perusahaan Otomotif dan Komponen Yang Listed pada Bursa Efek Indonesia periode 2003-2007). Variabel yang digunakan adalah Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset, Total Aset Turn Over, Nilai Tukar Rupiah dan Suku Bunga serta menggunakan sampel 17 perusahaan pada penelitihan ini. Hasil yang didapatkan adalah Return on Asset, Nilai Tukar Rupiah dan Suku Bunga berpengaruh positif terhadap return saham sehingga Current Ratio dan Debt to Equity Ratio memiliki pengaruh positif tidak signifikan terhadap return saham dan Total Asset Turn Over memiliki pengaruh negatif tidak signifikan terhadap return saham.
2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka dapat dijelaskan dalam sebuah rerangka pemikiran sebagai berikut:
27
CR
DER
EPS
RS
TATO
ROA Gambar 1 Rerangka Pemikiran Keterangan : RS
: Return Saham
CR
: Current Ratio
DER
: Debt to Equity Ratio
EPS
: Earning Per Share
ROA : Return on Asset TATO : Total Asset Turn Over 2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan sebuah pernyataan sementara yang diungkapkan dengan tujuan menjawab permasalahan atau pertanyaan penelitian yang dikembangkan
28
berdasarkan teori-teori yang perlu di uji dengan data yang terkumpul melalui kegiatan penelitian. 2.3.1 Pengaruh Current Ratio (CR) terhadap Return Saham Current Ratio digunakan sebagai alat untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancarnya. Dari ketiga komponen aktiva lancar (kas, piutang, dan persediaan), persediaan biasanya dianggap merupakan aset yang paling tidak likuid. CR yang rendah menunjukkan terjadinya masalah dalam likuiditas dan dapat diartikan sebagai indikataor ketidakmampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. CR yang tinggi berarti bahwa likuiditas menunjukkan bahwa perusahaan mampu untuk melunasi liabilitasnya dan semakin kecil resiko likuid yang dialami oleh perusahaan, dengan kata lain semakin kecil resiko yang harus ditanggung oleh pemegang saham perusahan. Hipotesis ini didukung oleh penelitian Ulupui (2006) menyatakan bahwa CR memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham sedangkan penelitian Subalon (2009) menyatakan bahwa CR tidak berpengaruh terhadap return saham. H1: Current Ratio (CR) berpengaruh positif terhadap return saham.
29
2.3.2 Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return Saham Semakin tinggi DER menunjukkan tingkat pengembalian yang diterima investor berupa dividen semakin kecil maka yang ditanggung investor akan semakin tinggi sehingga risiko perusahaan akan semakin besar dalam memenuhi kewajiban hutangnya, yaitu harus membayar harga pokok hutang ditambah dengan bunga. Hal ini menunjukkan dampak menurunnya harga saham suatu perusahaan dan return saham akan menurun Hipotesis ini didukung oleh penelitian Arista dan Astohar (2012), dan Wingsih (2013) yang menyatakan bahwa DER memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. H2 : Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif terhadap return saham. 2.3.3 Pengaruh Earning Per Share (EPS) terhadap Return Saham EPS merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik saham dalam perusahaan. Jika nilai EPS rendah maka akan kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan dividen dan mempengaruhi turunnya harga saham perusahaan. Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Hasan (2013) yang menyatakan bahwa EPS memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. H3 : Earning Per Share (EPS) berpengaruh positif terhadap return saham.
30
2.3.4 Pengaruh Return on Asset (ROA) terhadap Return Saham Meningkatnya ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik. Semakin besar nilai ROA akan menarik minat para investor untuk menanamkan dananya ke dalam perusahaan karena return saham perusahaan akan semakin besar. Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Ulupui (2006) yang menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap return saham. H4 : Return On Asset (ROA) berpengaruh positif terhadap return saham. 2.3.5 Pengaruh Total Asset Turn Over (TATO) terhadap Return Saham TATO merupakan salah satu alat ukur yang digunakan untuk mengukur tingkat efesiensi perusahaan dalam penggunaan seluruh aset untuk menghasilkan penjualan. Perusahaan yang dapat menggunakan seluruh asetnya secara efesien sehingga menghasilkan menjualan yang meningkat dan akan menarik minat investor mananamkan modalnya di perusahaan tersebut karena menurut investor akan meningkatkan return saham dengan melihat harga saham yang semakin meningkat. Dengan seperti itu semakin tinggi nilai TATO maka semakin efesiensi perusahaan dalam menggunakan seluruh asetnya dan penjualan perusahaan akan meningkat. Hipotesis ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2007) menyatakan bahwa TATO memiliki pengaruh positif terhadap return saham. H5 : Total Asset Turn Over (TATO) berpengaruh positif terhadap return saham.
31