BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi tanaman karet Tanaman karet adalah daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Bila di tanam di luar zone tersebut, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat (Setyamidjaja, 1993). Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 m. Batang tanaman biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun karet ada kecondongan arah tumbuh tanamannya agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal lateks (Anonim, 1999). Memang, tanaman karet tergolong mudah diusahakan. Apalagi kondisi Negara Indonesia yang beriklim tropis, sangat cocok untuk tanaman yang berasal dari Daratan Amerika Tropis, sekitar Brazil. Hampir di semua daerah di Indonesia, termasuk daerah yang tergolong kurang subur, karet dapat tumbuh baik dan menghasilkan lateks. Karena itu, banyak rakyat yang berlomba-lomba membuka tanahnya untuk dijadikan perkebunan karet. Luas lahan karet yang dimiliki Indonesia mencapai 2,7-3 juta hektar. Ini merupakan lahan karet yang terluas di dunia. Perkebunan karet yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah swasta . Sedangkan perkebunan-perkebunan karet dalam skala kecil pada umumnya dimiliki oleh rakyat.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Karet Karet merupakan politerpena yang disintetis secara alami melalui polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya sama sebagaimana 1,4-poliisoprena. Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-poliisiprena dikenal sebagai Hevea rubber. Karet ini diperoleh dengan menyadap kulit sejenis pohon (Hevea brasiliensis) yang tumbuh liar di Amerika Selatan dan ditanam di bagian dunia yang lain. Satu bentuk lain karet alam adalah getah perca (gutta-percha), yang diperoleh dalam bentuk lateks dari pepohonan (misalnya, Palaquinum oblongifolium). Gutta-percha memiliki struktur trans-1,4-polisioprena. Gutta- percha jauh lebih keras dan kurang dapat larut dari pada karet Havea. (Stevens,1989).
H3C
H C=C
H2C
CH 2 n
H3C C=C
CH 2
n
Cis – 1,4 Poliisopren (Karet Alam)
H2C
H
Trans – 1,4 Poliisopren (Gutta Perca)
Berat molekul karet alam rata-rata 10.000 – 40.000. Molekul-molekul polimer karet alam tidak lurus tetapi melingkar seperti spiral dan ikatan –C-C di dalam rantai berputar pada sumbunya sehingga memberikan sifat karet yang fleksibel yaitu dapat ditarik, ditekan dan lentur. Semua jenis karet adalah polimer tinggi dan mempunyai susunan kimia yang berbeda dan memungkinkan untuk diubah menjadi bahan-bahan yang bersifat elastis (Honggokusumo, 1978).
Universitas Sumatera Utara
Sifat-sifat mekanisme karet alam yang baik dapat digunakan untuk berbagai keperluan umum, seperti sol sepatu atau bahan kendaraan. Ciri khusus yang membedakan karet alam dengan karet benda lain adalah kelembutan, fleksibel dan elastisitas. Komposisi lateks dipengaruhi oleh jenis tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun (Cowd, 1991). Tabel 2.1 Komposisi kimia karet alam Material
Kandungan (%)
Hidrokarbon karet
95,7
Lemak
2,4
Glikolipid, Fosfolipid
1,0
Protein
2,2
Karbohidrat
0,4
Bahan Organik
0,2
Lain-lain
0,1
(Arizal, 1999) 2.3 Lateks Getah karet atau lateks sebenarnya merupakan suspensi koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya. Bagian-bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara homogen atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan halusnya sehingga dapat menembus saringan. Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang terkandung secara merata, biasa disebut
Universitas Sumatera Utara
serum. Bahan-bahan bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim, dan lain-lain termasuk kedalam serum. Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan atau dipancarkan. Komponen kedua ini terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein (Anonim, 1999). Fase dispersi di dalam serum terdiri dari partikel-partikel karet yang diselubungi oleh lapisan phospholipoprotein. Lapisan protein (phospholipoprotein) yang menyelubungi setiap partikel karet mengakibatkan kestabilan dan lateks bersifat koloidal (Gunawan, 1970). Adapun kelebihan yang dimiliki karet alam dibandingkan dengan karet sintetis yaitu : 1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna. 2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah. 3. Tidak mudah panas (low heat build up). 4. Mempunyai daya arus yang tinggi. 5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resitence). Penggunaan karet alam dalam pembuatan barang-barang karet “nonban” hanya terbatas pada barang-barang karet yang bukan oil-extended dan heat resistence (tahan terhadap panas). Karet alam merupakan “general purpose rubber” sebagaimana halnya karet sintetis jenis SBR (Styrene Butadiena Rubber), lebih banyak digunakan untuk pembuatan ban kendaraan bermotor, khususnya ban-ban berat (heavy duty tires) seperti ban pesawat terbang, truk dan bis yang berat serta ban radial (Ompusunggu. 1978).
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Jenis-jenis Karet Alam Jenis karet alam yang dikenal luas adalah : 1. Bahan olah karet (lateks kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar). 2. Karet bongkah (block rubber). 3. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepes, estate brown crepes, compo crepes, thin brwon crepes remmils, thick blanket crepes ambers, falt bark crepes, pure smoke blanket crepes dan off crepes). 4. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber. 5. Karet siap olah atau tyre rubber (karet ban). 6. Karet reklim. 7. Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya(Ompusunggu. 1978). 2.3.2 Manfaat Karet Alam Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari maupun dalam usaha industri mesinmesin penggerak. Barang yang dapat dibuat dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu karet, sabuk penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, rol karet, bantalan karet, karpet berlapis karet, karet spons, benang karet dan bahan-bahan pembungkus logam (Spillane. 1989). 2.3.3 Sifat Kimia Lateks Setiap bagian pohon karet jika dilukai akan mengeluarkan getah susu yang disebut lateks. Banyak tanaman jika dilukai atau disadap mengeluarkan cairan putih yang menyerupai susu, tetapi hanya beberapa jenis pohon saja yang menghasilkan karet. Diantara tanaman tropis hanya
Universitas Sumatera Utara
Hevea Brasiliensis (Family Euphorbiaceace) yang telah dikembangkan dan mencapai tingkat perekonomian yang penting. Komposisi lateks Hevea Brasiliensis dapat dilihat jika lateks disetrifugasi dengan kecepatan 18.000 rpm, yang hasilnya adalah sebagai berikut : (Zuhra, 2006). 1. Fraksi lateks (37%) : karet (isoprene), protein, lipida dan ion logam 2. Fraksi Frey Wissling (1-3%) :
karotenoid, lipida, air, karbohidrat, protein dan
turunannya. 3. Fraksi serum (48%) : senyawaan nitrogen, asam nukleat, dan nukleotida, senyawa organic, ion anorganik dan logam. 4.
Fraksi dasar (14%) : air, protein dan senyawa nitrogen, karet dan karatenoid, lipida dan ion logam.
2.4 Penanganan Bahan Baku Bahan baku karet yang dihasilkan dari perkebunan karet adalah lateks kebun dan koagulum, lateks kebun berupa yang dapat diolah menjadi lateks pekat. Komposisi kimia lateks dipengaruhi jenis klon tanaman, umur tanaman, sistem deres, musim dan keadaan lingkungan kebun. Komposisi kimia lateks sangat cocok dan baik sebagai media tumbuh berbagai mikroorganisme, sehingga setelah penyadapan dan kontak langsung dengan udara terbuka lateks akan segera dicemari oleh berbagai mikroba dan kotoran lain yang berasal dari udara, peralata, air hujan dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Miroba akan menguraikan kandungan protein dan karbohidrat lateks menjadi asam-asam yang berantai molekul pendek, sehingga dapat terjadi penurunan pH. Bila penurunan pH mencapai 4,5-5,5 (pH isoelektrik partikel karet) maka akan terjadi proses koagulasi. Prinsip penanganan bahan baku lateks dalam kaitan agar mutunya terjaga sebaiknya mungkin dapa dilakukan: 1. Menjaga kebersihan areal kebun dan peralatan yang digunakan. Areal kebun yang menghasilkan harus bersih dari semak belukar, lalang dan gulma lainnya sehingga kelembaban lingkungan areal kebun tidak cocok untuk pertumbuhan mikroba. Peralatan yang digunakan, terutama yang kontak langsung dengan lateks harus bersih dan kering seperti piasu deres, talang deres, mangkok sadap, ember tempat pengutipan, tangki penerimaan dan sarana pengolahan dipabrik. Tangki yang terbuat dari plat besi, bagian dalamnya yang kontak langsung dengan lateks harus dilapisi dengan lilin. Besi merupakan katalisator yang baik untuk oksidasi molekul karet, sehingga bila lateks kontak langsung dengan besi mutu lateksnya akan cepat menurun dan warnanya dapa berubah menjadi kelabu atau gelap. 2. Pemberian bahan pengawet dengan jenis dan dosis yang tepat Penggunaan jenis dan dosis bahan kimia sebagai pengawet bahan baku lateks, tergantung jenis, mutu karet yang akan dihasilkan. Pemberian bahan pengawet kimia pada bahan baku lateks kebun harus diusahakan sedini mungkin, terutama dalam keadaan cuaca mendung atau musim hujan. Pada keadaan cuaca normal, pemberiaan pengawet kimia pada bahan baku lateks kebun harus diusahakan paling lambat 5 jam setelah penyadapan. Pemberian dilakukan setelah lateks terkumpul ditempat pengumpulan hasil. Prinsip penanganan bahan baku koagulum (lum,
Universitas Sumatera Utara
mangkok dan skrep) adalah menjaga agar tidak terkontaminasi oleh bahan-bahan pengotor seperti tanah, daun, ranting kayu, pasir, batu dan lain-lain. Sebelum lateks dapat dipergunakan menjadi benang karet atau barang jadi lainnya, lateks terlebih dahulu dipekatkan dan disebut lateks pekat untuk mendapatkan lateks pekat ada 4 (empat) metode yang digunakan yaitu : 1. Penguapan, yaitu mengurangi kadar air lateks kebun dengan pemanasan. 2. Pemberian bahan kimia yaitu memekatkan lateks dengan menggunakan bahan kimia misalnya garam ammonium algionat. 3. Dekantasi listrik yaitu dengan cara memasukkan dua logam elektroda yaitu (positif dan negative) kedalam lateks kebun yang ditempatkan dalam sebuah tabung. 4. Pemusingan yaitu lateks pekat dipusingkan dengan alat sentrifugal dengan kecepatan 6000 putaran per menit (rpm). Dari keempat cara pemekatan tersebut yang banyak digunakan adalah cara pemusingan, karena proses ini mempunyai kapasitas pengolahan yang tinggi, viskositas lateks rendah, tidak kental, hasil lateksnya lebih murni (tidak tercampur endapan dan kotoran) dan mudah pemeliharaan peralatan. Lateks pekat adalah lateks yang mengandung kadar karet kering (DRC) minimum 60% dalam keadaan cair dan mantap. Proses pemekatan lateks kebun (DRC : 25 – 35%) menjadi lateks pekat (DRC minimum 60%) dapat dilakukan dengan cara pemusingan atau penguapan. ( Ompussunggu, 1978).
Universitas Sumatera Utara
2.5 Pemeriksaan Mutu Bahan Baku Agar mutu lateks pekat dapat memenuhi persyaratan internasional tersebut, maka lateks pekat yang dapat dikirim dari pabrik ke pelabuhan eksport harus diawasi secara ketat. Lateks pekat dari pabrik dapat dikirim apabila telah memenuhi criteria mutu yang terpenting yaitu : - Kadar karet kering (DRC)
: minimum 60.0%
- Jumlah padatan (TSC)
: maksimum 1,8% diatas DRC
- Bilangan VFA
: maksimum 0,025
- Bilangan KOH
: maksimum 0,50
- Kemantapan mekanis (MST)
: minimum 650 detik
- Kadar ammonia (NH 3 ) : 0,70-0,70% untuk lateks pekat jenis amoniak tinggi : 0,20-0,24% untuk lateks pekat jenis amoniak rendah
Universitas Sumatera Utara
2.6 Pengolahan Karet Bongkah SIR Penilaian mutu secara spesifikasi teknis didasarkan pada hasil analisa dari beberapa syarat uji. Syarat uji untuk berbagai jenis mutu SIR Tabel 2.3. Syarat Uji Mutu Spesifikasi
SIR 5
SIR 10
SIR 20
SIR 35
SIR 50
%
%
%
%
%
(syarat mutu)
-
Kadar kotoran
0,05
<0,08
0,20
0,35
0,50
-
Kadar abu
0,50
<0,75
0,75
1,00
1,25
-
Kadar
0,8
1,00
1,00
1,00
zat 1,00
menguap
PRI adalah ukuran dari besarnya sifat keliatan karet mentah yang masih tinggal bila contoh karet tersebut dipanaskan selama 30 menit pada suhu 140o C. Nilai PRI adalah presentasi keliatan karet sesudah dipanaskan. (ditentukan dengan alat Plastimeter Wallace). Karet yang berasal dari lateks biasanya mempunyai PRI yang tinggi, karena dalam lateks tersebut terdapat bahan- bahan anti oksidan. Tetapi dengan adanya variasi pada caracara pengolahan dapat mempengaruhi jumlah dan jenis anti oksidan dalam karet, sehingga PRI nya juga dapat berubah. Bila perbandingan antara pro oksidan dan anti oksidan berubah PRI juga akan berubah. (Polhamus. 1962)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.4. Spesifikasi karet SIR yang diubah (revised) sesuai SK Menteri Perdagangan dan Perindustrian No. 230/Kp/X/1972 Spesifikasi
Standar Indonesia Rubber (SIR) 5 CV
5 LV
5L
5
10
20
50
Kadar Kotoran 0,05 (%,maks.)
0,05
0,05
0,05
0,10
0,20
0,50
Kadar (%,Maks.)
abu 0,05
0,50
0,50
0,50
0,75
1,00
1,50
Kadar zat menguap 1,00 (%,maks.)
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
PRI (min.)
-
-
60
60
50
40
30
Po (min.)
-
-
30
30
30
30
30
Indekswarna (Lovibond, maks.)
-
-
6
-
-
-
-
ASH-T (maks.)
8
8
-
-
-
-
-
Sari aseton
-
6-8
-
-
-
-
-
Warna kode
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Coklat
Merah
Kuning
Dengan demikian hingga saat ini, semua karet remah SIR yang diekspor harus memiliki persyaratan mutu seperti yang ditetapkan dalam surat keputusan Menpardag tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengamankan kualitas SIR, suatu produk SIR harus mendapat pengawasan 4 macam laboratorium, yaitu laboratorium standard, laboratorium control, laboratorium komersial, dan laboratorium pabrik. Semua sarana penentu kualitas ini dimaksudkan agar SIR dapat bersaing dengan produk karet bongkah yang berasal dari Negara produsen karet bongkah selain Indonesia yang memiliki standar sendir-sendiri, seperti Standard Malaysian Rubber (SMR) dari Malaysia, Standard Singapore Rubber (SSR) dari Singapura, dan sebagainya Tabel 2.5. Ukuran sit standar Standart model Besar Sedang Kecil
Berat (kg)
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Tebal (mm)
1,5
135
45
3,35
1,2-1,3
135
45
2,50
1,0
90
45
3,35
Lembaran-lembaran sit yang telah kering dan berwarna coklat yang disebut Ribbed Smoked Sheet. ( Setyamidjaja,1993). 2.6 Pengolahan Karet Sheet
2.7.1 Penerimaan Lateks Kebun
Tahap awal dalam pengolahan karet lembaran asap bergaris adalah penerimaan lateks kebun dari pohon karet yang telah disadap. Lateks pada mangkuk sadap dikumpulkan dalam suatu tempat kemudian disaring untuk memisahkan kotoran serta bagian lateks yang telah mengalami prakoagulasi Setelah proses penerimaan
Universitas Sumatera Utara
selesai, lateks kemudian dialirkan ke dalam bak koagulasi untuk proses pengenceran dengan air yang bertujuan untuk menyeragamkan Kadar Karet Kering (KKK).
2.7.2 Pengenceran
Lateks yang akan diolah menjadi smoke sheet hendaknya diencerkan terlebih dahulu hingga kadarnya kira-kira 15%. Pengenceran bertujuan untuk menjaga agar kadar karet kering (KKK) lateks sewaktu diolah dapat dipertahankan selalu tetap. Tujuan pengenceran adalah sebagai berikut: a) Untuk melunakkan bekuan, sehingga tenaga giling tidak terlalu besar b) Untuk memudahkan penghilangan gelembung udara c) Untuk memudahkan pencampuran asam formiat
2.7.3 Pembekuan
Lateks encer yang akan dibuat smoke sheet dibekukan dalam bejana-bejana atau tangki-tangki koagulasi. Ukuran tangki yang digunakan biasanya 10x3x16 kaki. Tangki yang berukuran besar tadi disekat lagi menggunakan pelat-pelat aluminium. (tim penulis, 2011) Hasil pembekuan yang baik dalah tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek, kekerasan sedang. Dilakukan pembubuhan asam formiat 3-5% dengan dosis 10-20 liter/500-650 liter lateks (yang telah diencerkan). 2.7.4 Penggilingan
Koagulum digiling menjadi lembaran dengan ketebalan 2-4 mm dengan mengatur jarak antara gilingan, menggunakan penggiling six in one. Gilingan 1 sampai 5 dengan rol licin (tidak
Universitas Sumatera Utara
berbunga), sedangkan gilingan rol terakhir diberi bunga agar lebih mudah dalam pengeringan dan tidak saling lengket.
Tujuan penggilingan adalah:
a. Mengeluarkan sebagian air sehingga mempercepat proses pengeringan. b. Memperluas permukaan sheet dengan menipiskan dan memberi patron sehingga pengeringan lebih cepat dikamar asap c. Menyeragamkan mutu (warna dan tebal) (Anonim, 1999)
2.7.5 Pengasapan
Tujuan pengasapan adalah untuk mengeringkan lembaran, memberi warna khas cokelat dan menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan . asap yang dihasilkan dapat menghambat pertumbuhan jamur pada permukaan lembaran karet. Hal ini disebabkan asap mengandung zat antiseptik yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganismesuhu yang digunakan di dalam kamar asap adalah sebagai berikut : 1. Hari pertama, pengasapan dilakukan dengan suhu kamar asap sekitar 40-45 oC. 2. Hari kedua, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 50-55 oC. 3. Hari ketiga sampai berikutnya, pengasapan dengan suhu kamar asap mencapai 55-60 oC.
Pada hari pertama dibutuhkan asap yang lebih banyak untuk pembentukan warna. Untuk memperbanyak asap dapat digunakan jenis kayu bakar (umumnya menggunakan kayu karet) yang masih basah. Pada hari kedua lembaran harus dibalik untuk melepaskan lembaran yang lengket terhadap gantar dan juga agar sisi lain lembaran bisa terkena asap sehingga pengasapan
Universitas Sumatera Utara
merata. Mulai hari ketiga dan seterusnya yang dibutuhkan adalah panas guna memperoleh tingkat kematangan yang tepat.
2.7.6 Sortasi
Lembaran yang telah matang dari kamar asap diturunkan kemudian ditimbang dan dicatat dalam arsip produksi. Proses sortasi dilakukan secara visual berdasrkan warna, kotoran, gelembung udara, jamur dan kehalusan gilingan yang mengacu pada standard yang terdapat pada SNI 060001-1987. Secara umum lembaran diklasifikasikan dalam mutu RSS 1, RSS 2, RSS 3, RSS 4, dan Cutting. Cutting merupakan potongan dari lembaran yang terlihat masih mentah, atau terdapat gelembung udara hanya pada sebagian kecil, sehingga dapat digunting.
2.8 Jenis-jenis Sit (Ribbed Smoked Sheet) •
No. 1 – XRSS ( Superior Quality Ribbed Smoked Sheet) Sit dengan grade ini harus dibuat dengan pengawasan yang seksama dan seragam. Setiap bal (bandela) harus dibungkus sedemikian rupa sehingga tidak mengandung jamur. Walaupun demikian, apabila dalam penyerahan terdapat bekas-bekas jamur yang kering pada kulit luar bandela dan berbatasan dengan karet pembungkus, masih bisa bandela. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah : kering, kuat, utuh, karat,lepuh-lepuh atau benda-benda asing lainnya melekat pada lembaran. Gelembung-gelembung udara yang ukurannya sebesar kepala jarum yang tersebar masih dapat ditoleransi.
Universitas Sumatera Utara
•
No. 1 RSS (StandartQuality Ribbed Smoked Sheet) Tiap-tiap bandela harus dibungkus sedemikian rupa sehingga tidak mengandug jamur. Apabila pada waktu penyerahan terdapat bekas-bekas jamur kering dalam jumlah kecil pada lembaran-lembaran pembungkus atau pada kulit luar bandela yang berbatasan dengan karet pembungkus, masih dibolehkan asal jamur tidak masuk ke dalam bandela. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah : bersih, kering, kuat, baik, tidak boleh mengandung cacat karena karat , lepuh-lepuh, dan benda-benda asing lainnya, kecuali noda-noda kecil seperti tampak pada contoh jenis. Gelembung-gelembung udara sebesar kepala jarum yang letaknya tersebar masih bias ditoleransi.
•
No. 2 RSS (Good Fair Averange Quality Ribbed Smoked Sheet) Pada grade ini ada sedikit karat atau jamur kering dalam jumlah kecil pada lembaran pembungkus, pada kulit luar bandela dan pada sit yang ada di dalamnya, masih ditoleransi asal dari bandela-bandela yang diperiksa tidak melebihi jumlah 5% dari jumlah bandela yang diserahkan dalam suatu kontrak penyerahan. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah: kering, bersih, kuat tidak bercacat seperti lepuh-lepuh dan benda-benda asing lainnya. Adanya gelembung-gelembung udara kecil dan noda-noda kecil masih bisa ditoleransi.
•
No. 3 RSS (Fair Average Quality Ribbed Smoked Sheet) Persyaratan sama dengan No. 2 RSS , tetapi dengan persentase tidak melebihi 10% dari persyaratan seperti pada No. 2 RSS tersebut. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah: terdapat cacat, warna sedikit, gelembung-gelembung udara kecil-kecil dan noda-noda kecil masih ditoleransi, kering, kuat, tetapi tidak mengandung lepuh-lepuh atau bendabenda asing lainnya.
Universitas Sumatera Utara
•
No. 4 RSS (Low Fair Average Quality Ribbed Smoked Sheet) Persyaratan sama dengan No. 3 RSS, tetapi dengan persentase tidak melebihi 20% dari persyaratan seperti pada No. 3 RSS tersebut. Syarat-syarat lembaran sit ini adalah: dalam batas-batas tertentu masih diijinkan adanya karat, bintik-bintik, gelembunggelembung udara, warna lebih gelap (kelebihan mengasap), agak rekat dan kurang kering. Akan tetapi karet yang lembek, bintik-bintik atau garis-garis yang disebabkan oleh panas atau oksidasi tidak diperbolehkan. ( Setyamidjaja.,1993).
2.9 Amoniak (NH 3 ) Amoniak yang diperdagangkan ada dalam dua bentuk yaitu amoniak anhidrida dan larutan. Amoniak anhidrida adalah gas ammonia yang dicairkan dengan suatu tekanan tertentu dan dikemas dalam suatu tabung baja yang berkapasitas 50-75 kg. Sedangkan larutan ammonia adalah dibuat dari gas ammonia yang dialirkan kedalam air, biasanya dengan kosentrasi 20%. Amoniak berfungsi mengawetkan lateks karena mampu menekan aktifitas bakteri dengan menaikkan pH lateks, menetralkan asam yang dibentuk oleh bakteri dan mengikat kation. Dari beberapa bahan antikoagulan yang paling banyak digunakan adalah amoniak, dengan pertimbangan sebagai berikut : -
Mudah didapat ditoko-toko bahan kimia, obat dan alat pertanian.
-
Harganya relative pengaruh sampingan terhadap mutu produksi akhir, karena mudah dihilangkan dari lateks.
-
Bisa digunakan hampir semua jenis produksi karet.
Universitas Sumatera Utara
-
Untuk pengawetan jangka panjang bias dicampur dengan bahan pengawet sekunder, misalnya untuk lateks pekat (amoniak ditambah sodium pentakloropenat). Kelemahan penggunaan amoniak sebagai antikoagulan adalah:
-
Amoniak mudah menguap, sehingga jika dibiarkan terbuka akan cepat menurun kadarnya.
-
Dalam proses penggumpalan diperlukan asam yang lebih banyak.
Sifat-sifat amoniak (NH 3 ) : -
Mudah menguap
-
Baunya menyegat
-
Bersifat korosif
-
Mempunyai BM = 17,03061
-
Mempunyai titik didih -33,35 oC dan titik beku -77,8 oC dan lain-lain. (Solichin, 1988)
2.10 Asam Formiat (HCOOH) Asam formiat yang juga dikenal sebagai asam semut adalah senyawa organik yang mengandung gugus karboksilat (-COOH) dan merupakan bagian dari senyawa asam karboksilat. Asam karboksilat merupakan asam yang umum didalam kimia organik , meskipun asam tersebut cukup memberikan proton kepada air, teatpi tetapan disosianya kecil, asam karbiksilat digolongkan sebagai asam lemah dalam medium berair. Rumus kimia asam formiat dapat dituliskan sebagai HCOOH atau CH 2 O 2 .
Universitas Sumatera Utara
Asam formiat adalah cairan tidak berwarna, berbau tajam, mudah larut dalam air, alkohol dan eter yang titik didihnya 100,5oC dan titik leburnya 8oC. Asam formiat terdapat dalam badan semut merah, dalam beberapa macam tumbuhan yang menyebabkan rasa gatal dan dalam jumlah kecil terdapat dalam air keringat manusia. (Sanir. 1997)
2.10.1 sifat fisika dan kimia asam formiat 1. Sifat Fisika Tabel 2.6 : Sifat fisika asam formiat Sifat Fisika Bobot molekul (gr/mol) Konstan ionisasi pada 20 °C Titik didih (°C) Titik leleh Spesifik gravity pada 40 °C Tegangan permukaan(dyne/cm) Viskositas pada 25 °C (cP) Kapasitas panas, cair, 22 °C,(kal/g°C) Panas penguapan, 100 °C,(kal/g°C) Panas pembakaran, cair, 25°C, (kkal/mol)
Nilai 46,03 1,765x104 100,8 8,4 1,22647 37,0 1,57 0,514 104 -60,9
(Manday, 2008) 2. Sifat Kimia Asam formiat mengalami beberapa reaksi kimia, yaitu dekomposisi, reaksi adisi, siklisasi, asilasi. a. Dekomposisi Asam formiat stabil pada suhu kamar dan dapat didistilasi pada tekanan atmosfer tanpa dekomposisi. Pada temperatur tinggi, asam formiat terdekomposisi menjadi karbon
Universitas Sumatera Utara
monoksida dan air pada temperatur 200oC dengan katalis alumina berlebih atau karbon dioksida dan hidrogen pada temperatur 100oC dengan katalis nikel berlebih. HCOOH -------> CO 2 + H 2 HCOOH -------> CO + H 2 O
b. Reaksi adisi Dalam reaksi adisi, asam formiat memecah ikatan rangkap karbon-karbon menjadi bentuk ester.
Gambar 2.4 Reaksi adisi
c. Siklisasi Ortho penylindiamin bereaksi dengan asam formiat membentuk bensimidasol.
Gambar 2.5 Reaksi Siklisasi
d. Asilasi Asam formiat ester bereaksi dengan aldehid dan keton membentuk hidroksimetilen.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.6 Reaksi Asilasi (Manday, 2008)
Universitas Sumatera Utara