“JAP” PADA TANAMAN KARET
Tanaman Karet Karet (Hevea brasiliensis) berasal dari Brazilia, Amerika Selatan, mulai dibudidayakan di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa tahun 1906. Tanaman karet dilihat dari aspek produksi pertanian berbasis lingkungan adalah satu dari sebagian kecil tanaman tahunan yang sangat ramah lingkungan. Karakter pertumbuhannya mampu memperbaiki lingkungan, baik melalui gugur daun periodik maupun kemampuan akar menembus lapisan tanah yang tidak layak untuk tanaman lain. Kemampuan perkebunan karet mengikat CO2 merupakan ciri yang menjadikannya sebagai pembersih lingkungan. Karet sebagai tanaman perkebunan menghasilkan getah yang disebut lateks. Untuk menghasilkan lateks yang banyak maka perlu diperhatikan syarat tumbuh dan lingkungan yang diinginkan tanaman karet. Dilihat dari segi ekonomis karet merupakan sumber devisa negara. Sehingga produksi karet yang baik sangat diharapkan agar dapat memenuhi permintaan karet dunia. Menurut Tim PS (2008) dalam dunia tumbuhan tanaman karet diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Orda
: Euphorbiales
Famili
: Euphorbiaceae
Genus
: Hevea
Spesies
: Hevea brasiliensis Muell. Arg
Apa itu JAP....?? Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) merupakan salah satu faktor penting yang menghambat pencapaian sasaran produksi dan
kualitas hasil pertanian termasuk tanaman perkebunan. Akibat gangguan OPT,
produksi menurun dan menyebabkan kerugian. Gangguan OPT
juga menurunkan kualitas hasil sehingga mempengaruhi harga produk. Salah satu OPT tanaman karet yang menyerang akar adalah jamur akar putih (JAP). Apa itu JAP....?? JAP merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun. Serangan dapat terjadi mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman menghasikan (TM). Pada permukaan akar terserang ditumbuhi
benang-benang
jamur
berwarna
putih
kekuningan
dan
pipih menyerupai akar rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas (Rahayu, 2005). Penyakit akar putih disebabkan oleh jamur yang lazimnya disebut jamur akar putih (JAP). Nama ilmiah jamur ini adalah Rigidoporus lignosus (Klotzsch) Imazeki atau Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.) Van ove., Poliporus lignosus Klotzsch, meskipun sampai sekarang jamur ini sering dikenal dengan nama Fomes lignosus (Klotzsch) Bres (Semangun, 2000). Menurut Alexopoulus and Mins (1979) penyakit Jamur Akar Putih (JAP) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio
: Mycetaceae
Sub Divisio
: Amestigomycots
Kelas
: Basidiomycetes
Ordo
: Homobasidiomycetes
Famili
: Polyperales
Genus
: Rigidoporus
Spesies
: Rigidoporus microporus (Swartz: Fr.) Van overeem
Yuniarti
Gambar 1. Tubuh buah R. lignosus Ciri-ciri Tanaman Karet Terserang JAP Menurut Siregar (2013) ciri-ciri tanaman karet yang terserang Jamur akar putih antara lain daun menguning dan gugur, akar membusuk sehingga pohon tumbang. Daun-daun berwarna hijau kusam dan lebih tebal kemudian berubah cokelat dan mengering. Bila batang dikerat, tidak mengeluarkan getah. Kadang-kadang pohon membentuk bunga dan berbuah lebih awal.
Yuniarti
Gambar 2. Pohon Karet yang berbuah lebih awal
Daur Hidup Jamur Akar Putih (R. lignosus) JAP membentuk tubuh buah berbentuk kipas tebal, agak berkayu, mempunyai zona-zona pertumbuhan, sering mempunyai struktur serat yang radier, mempunyai tepi yang tipis. Warna permukaan tubuh buah dapat berubah tergantung dari umur dan kandungan airnya. Pada permukaan tubuh buah benang-benang jamur berwarna kuning jingga, tebalnya 2,8-4,5 μm, mempunyai banyak sekat (septum) yang tebal. Pada waktu masih muda berwarna jingga jernih sampai merah kecokelatan dengan zona gelap yang agak menonjol. Permukaan bawah berwarna jingga, tepinya berwarna kuning jernih atau putih kekuningan. Jika menjadi tua atau kering tubuh buah menjadi suram, permukaan atasnya cokelat kekuningan pucat dan permukaan bawahnya cokelat kemerahan. Tepinya menggulung ke bawah dan warnanya tidak kuning lagi, tetapi putih kotor (Semangun, 2008). Akibat yang ditimbulkan oleh jamur akar putih adalah kerusakan tanaman karet sehingga bidang sadap akan mengering dan rusak.
Rekomendasi Pengendalian Menurut Semangun (2008) Pengendalian Jamur Akar Putih (JAP) dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok kegiatan sebagai berikut: 1. Membersihkan sumber infeksi sebelum dan sesudah penanaman karet Kegiatan membersihkan sumber infeksi sebelum dan sesudah penanaman karet meliputi kegiatan penanaman baru, peremajaan, tanaman penutup tanah, pemakaian bibit yang sehat, sistem penanaman karet, deteksi sumber infeksi, merawat tanaman muda yang terjangkit. a. Penanaman baru Di dalam hutan terdapat banyak tumbuhan yang dapat menjadi inang jamur akar putih. Pembukaan hutan secara mekanis dengan memakai alat-alat besar, yang disertai dengan pembongkaran
tunggul dan akar-akar yang besar dan diikuti dengan pembakaran kayu-kayu yang ada, kan sangat mengurangi sumber infeksi bagi tanaman karet baru. b. Peremajaan Pada peremajaan (replanting) pembersihan pohon-pohon karet tua dapat dilakukan secara mekanis dengan alat-alat besar. Tetapi pemakaian alat besar hanya mungkin jika lahannya rata. Apabila pembongkaran secara mekanis tidak mungkin dilakukan, pohonpohon tua ditebang dengan tenaga manusia dan tunggultunggulnya dibongkar dengan digali. c. Tanaman penutup tanah Setelah pembukaan lahan, lahan harus segera ditanami dengan tanaman penutup tanah kacangan yang merayap (legume creeping cover). Tanaman penutup tanah yang dapat dipakai Pueraria phaseoloides (Roxb.) Bth., Calopogonium caeruleum. d. Pemakaian bibit yang sehat Bibit yang berjamur akar putih dapat menjadi sumber infeksi baru di kebun. Infeksi pada bibit dapat dikurangi dengan pemberian belerang cirrus sebanyak 250 kg per ha pembibitan. Belerang dicampur merata dengan tanah atau ditaburkan di antara barisan tanaman pada waktu bibit berumur dua bulan. e. Sistem penanaman karet Pada penanaman karet tiap lubang tanaman diberi belerang sebanyak 100 g yang dicampurkan dengan tanah pengisi lubang, atau ditaburkan di tanah sekitar pangkal batang pada saat penanaman. f. Deteksi sumber infeksi Adanya jamur akar putih pada pangkal batang juga dapat diketahui dengan menimbun seresah atau mulsa pada pangkal batang tanaman karet muda. Daun-daun tanaman penutup tanah dapat dipakai sebagai mulsa. Karena adanya seresah, yang membuat suasana lembab, dalam waktu lebih kurang 10 hari miselium dan
rizomorf R. lignosus akan muncul di atas permukaan tanah sebelum mengakibatkan pembusukan akar lebih jauh. g. Merawat tanaman muda yang terjangkit Jika tanaman masih dapat dipertahankan, setelah akar-akar sakit dipotong, bagian-bagian tanaman yang terinfeksi dikikis. Ujung potongan akar dan luka pada leher akar ditutup dengan ter. Seterusnya leher akar dan pangkal akar tunggang dan akar-akar samping, sepanjang 20-30 cm dilumas dengan bahan pelindung leher akar (collar protectant) yang mengandung bahan aktif PCNB (pentachloronitro-benzene) atau quintozene, seperti misalnya Fomac 2 atau Shell Collar Protectant. Setelah itu akar-akar ditutup kembali dengan tanah. Sebagai alternatif pelindung leher akar menurut Basuki (1986) dalam Semangun (2008) menganjurkan pemakaian 100-150 g serbuk belerang per pohon, yang dicampurkan dengan tanah di sekeliling pohon.
2. Mencegah meluasnya penyakit dalam kebun Kegiatan mencegah meluasnya penyakit dalam kebun meliputi selokan isolasi dan pembukaan leher akar. a. Pembuatan
selokan
isolasi
(parit
isolasi)
bertujuan
untuk
mematahkan hubungan antara bagian jala-jala akar yang sakit dengan yang sehat. Letak selokan isolasi yang tepat ditentukan dengan cara sebagai berikut: pohon-pohon di sekitar pohon yang sakit dibuka leher akarnya, sampai terdapat pohon-pohon yang leher akarnya tidak mempunyai benang-benang jamur. Barisan pohon ini dianggap sebagai “batas luar” dari daerah yang terinfeksi. Selokan isolasi digali di luar barisan pohon yang membentuk batas luar tersebut.
Yuniarti
Gambar 3. Selokan Isolasi b. Pembukaan leher akar bertujuan agar pangkal dari akar tunggang dan akar-akar samping tidak tertutup tanah dan berada di dalam udara. Leher akar merupakan simpul-simpul pada jala-jala akar dan merupakan tempat-tempat yang penting atau strategis bagi penjalaran jamur akar.
Daftar Pustaka Alexopoulus, G. J. and C. W. Mims. 1979. Introductory Mycology 3rd Edition. John Willey and Sons, New York. Rahayu, S. 2005. Abstrak Hasil Penelitian Pertanian Komoditas Karet. Pusat Penelitian Karet Sembawa, Palembang : 275-289. Semangun, H. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Siregar, THS dan I. Suhendri. 2013. Budidaya dan Teknologi Karet. Jakarta, Penebar Swadaya. Tim Penulis PS. 2008. Panduan Lengkap Karet. Penebar Swadaya. Jakarta. Penulis, POPT Pertama Fitri Yuniarti, SP.