BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Karet
Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besaar–besaran, karet memiliki sejarah yang cukup panjang.
Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon–pohon itu hidup secara liar di hutan–hutan pedalaman Amerika yang lebat.
Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa mempublikasikan penemuan Michele de Cuoneo. Pengenalan bahan baku karet ini kemudian berlanjut di daerah Seville pada tahun 1524. Para ilmuwan berminat menyelidiki kandungan yang terdapat dalam bahan tersebut agar dapat digunakan untuk membuat alat yang bermanfaat bagi kehidupan manusia sehari–hari.
Universitas Sumatera Utara
Dengan bantuan penduduk asli, tim ekspedisi Peru menelusuri daerah tempat tumbuhnya tanaman karet. Mereka berhasil menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya. Cara baru yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebagai tanaman Havea.
Pengenalan pohon havea membuka langkah awal yang sangat pesat ke arah zaman penggunaan karet untuk berbagai keperluan. Cara pelukaan untuk memperoleh getah karet memang jauh efisien daripada cara tebang langsung. Lagipula dengan cara ini tanaman karet bisa diambil getahnya berkali–kali.
Orang–orang Benua Eropa kemudian mengembangkan karet untuk aneka berang keperluan sehari–hari. Mereka memanfaatkan karet sebagai bahan pembuat pakaian tahan air, alas penutup barang–barang agar tidak basah tersiram air, botol karet, karet penghapus, serta banyak barang lainnya. Kata Rubber, bahasa Inggris untuk karet, berasal dari kata to rub yang memiliki arti menggosok atau menghapus. Penemuan–penemuan baru terutama yang menyangkut pengetahuan fisika dan kimia menambah nilai karet untuk kepentingan manusia yang pada akhirnya berlanjut ke perkembangan industri dengan bahan baku karet.
2.2 Jenis – Jenis Karet
Ada dua jenis karet, yaitu karet alam dan karet sintetis. Setiap jenis karet ini memilki karakteristik yang berbeda, sehingga keberadaannya saling melengkapi. Kelemahan
Universitas Sumatera Utara
karet alam bisa diperbaiki oleh karet sintetis dan sebaliknya, sehingga kedua jenis karet tersebut tetap dibutuhkan.
Walaupun karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh di bawah karet sintetis, tetapi sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintetis. Bagaimanapun keunggulan yang dimiliki karet alam sulit ditandingi oleh keret sintetis. Adapun kelebihan–kelebihan yang dimiliki karet alam dibanding karet sintetis adalah :
1. Memiliki daya elastis atau daya lenting yang sempurna, 2. Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah, 3. Mempunyai daya aus yang tinggi, 4. Tidak mudah panas, dan 5. Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan.
Karet alam, jika dipanaskan menjadi lunak dan lekat, dan kemudian dapat mengalir. Karet alam larut sedikit demi sedikit dalam benzena. Akan tetapi, bilamana karet alam divulkanisasi, yakni dipanasi bersama sedikit belerang ( kira–kira 2% ), ia menjadi bersambung–silangan dan terjadi perubahan yang luar biasa pada sifatnya.
Karet atau elastomer merupakan polimer yang memperlihatkan daya pegas atau kemampuan meregang kembali ke keadaan semula dengan cepat.
Universitas Sumatera Utara
2.3 Karet Alam
Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia dengan melibas negara–negara lain dan negara asal tanaman karet sendiri di Daratan Amerika Selatan.
Ada beberapa macam karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan. Bahan olahan ada yang setengah jadi atau sudah jadi. Jenis–jenis karet alam yang dikenal luas yaitu :
1. Bahan olah karet, 2. Karet konvensional, 3. Lateks pekat, 4. Karet bongkah, 5. Karet spesifikasi teknis, 6. Karet siap olah, dan 7. Karet reklim.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Karet Bongkah
Karet bongkah adalah karet remah yang telah dikeringkan dan dikilangkan menjadi bandela–bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri. Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam SIR (Standard Indonesian Rubber).
Tabel 2.1 : Standard Indonesian Rubber (SIR) SIR 5L
SIR 5
SIR 10
SIR 20
SIR 50
Kadar kotoran maksimum
0,05%
0,05%
0,10%
0,20%
0,50%
Kadar abu maksimum
0,50%
0,50%
0,75%
1,00%
1,50%
Kadar zat atsiri maksimum
1,0%
1,0%
1,0%
1,0%
1,0%
PRI minimum
60
60
50
40
30
Plastisitas – Po minimum
30
30
30
30
30
Limit warna (skala lovibond) maksimum
6
-
-
-
-
Hijau
Hijau
Merah
Kuning
Kode warna
2.5 Karet Alam Siklik
Apabila karet alam yang telah dicampur dengan katalis asam dipanaskan, maka struktur molekulnya akan berubah menjadi struktur bahan seperti resin. Perubahan tersebut terjadi karena karet alam mengalami modifikasi kimia. Perubahan struktur molekul karet alam tersebut dinamai siklisasi, karena struktur molekulnya telah mengalami perubahan dari keadaan rantai lurus menjadi rantai siklik. Perubahan ini
Universitas Sumatera Utara
diikuti dengan peningkatan titik leleh, densitas dan indeks refrasinya, hasilnya dinamai karet alam siklik atau karet siklo.
2.6 Siklisasi Karet Alam Padat
Siklisasi karet alam padat dilakukan dengan cara mencampur karet alam padat dengan katalis asam pada gilingan rol ganda atau pada mesin pencampur Banbury, lalu lembaran karet yang diperoleh dipanaskan pada suhu 125oC – 145oC selama 1–4 jam. Jika katalis asam yang digunakan berbentuk cair, maka sebelum ditambahkan pada karet terlebih dahulu dicampur dengan bahan inert.
Karet alam siklik biasanya digunakan sebagai bahan pengisi bahan jadi karet, dengan tujuan meningkatkan ketahanan kikis bahan jadinya. Selain itu karet alam siklik yang diperoleh dari siklisasi karet alam dalam keadaan padat juga dapat digunakan sebagai bahan baku bahan perekat, penempel karet pada logam atau permukaaan halus lainnya.
2.7 Keunggulan Karet Siklik
Karet alam siklik berbeda dari karet alam asalnya, karena telah berubah menjadi produk baru seperti resin. Walaupun telah berubah menjadi sejenis resin, karet alam siklik tidak kehilangan beberapa sifat unggul karet alam. Karet alam siklik masih
Universitas Sumatera Utara
dapat divulkanisasi, dan daya lekatnya lebih baik daripada karet alam asalnya, karena karet alam siklik bersifat keras dan kaku dalam keadaan dingin.
Dengan keunggulan daya lekat yang mampu merekatkan karet pada logam atau permukaan licin lain dengan baik, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan baku atau bahan peningkat daya lengket dalam pembuatan perekat elastis, serta bahan baku produk yang memerlukan kekuatan dan daya lekat baik seperti cat, pelapis, dan tinta cetak. Dengan sifatnya yang ringan, kaku dan dapat divulkanisasi, karet siklik berpotensi digunakan sebagai bahan pengisi atau resin pengkaku barang jadi karet tertentu.
2.8 Resiprena 35
Karet alam siklik telah diproduksi di Indonesia dengan merek dagang resiprena 35. Pabriknya merupakan relokasi dari Italia, sehingga menggunakan teknologi siklisasi pabrik asalnya, yaitu siklisasi larutan karet alam. Hampir keseluruhan produknya di ekspor ke berbagai negara, meneruskan pabrik asalnya.
Resiprena 35 berhasil dengan baik diuji cobakan sebagai pengeras dalam pembuatan perekat kayu lapis, dan sebagai pengikat (Binder) dalam pembuatan cat marka jalan, dalam pembuatan sol dan alas karet, dan cukup mampu mengeraskan dan mengkakukan barang jadi karet tersebut. Resiprena 35 dicampur dengan karet alam siklik dari lateks pekat dapat memperlihatkan daya rekat yang cukup baik dalam melekatkan karet pada logam.
Universitas Sumatera Utara
2.9 Bilangan Asam
Bilangan asam adalah jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam–asam lemak bebas dari satu gram minyak atau lemak.
Bilangan asam merupakan ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campuran asam lemak. Bilangan asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH 0,1 N yang digunakan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak atau lemak.
Bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas yang terdapat dalam minyak atau lemak. Caranya adalah dengan jalan melarutkan sejumlah minyak atau lemak dan diberi indikator phenolphtalein. Kemudian dititrasi dengan larutan KOH 0,5 N sampai terjadi perubahan warna merah jambu yang tetap. Besarnya bilangan asam tergantung dari kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tadi.
BA =
V KOH N KOH M KOH m
Keterangan : BA
: Bilangan Asam ( mgKOH / g )
VKOH
: Volume KOH ( ml )
NKOH
: Normalitas KOH ( N )
MKOH
: Berat Molekul KOH
m
: Berat sampel (g )
Universitas Sumatera Utara
Dari rumus di atas, MKOH adalah berat molekul larutan KOH yang nilainya dipergunakan adalah 56,11.
Universitas Sumatera Utara