BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Terminologi Judul 2.1.1 Pengertian Perancangan Interior Perancangan
adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai dan menetapkan jalan serta sumber yang untuk mencapai tujuan itu seefektif dan seefisien mungkin (Kauffman, 1972: 38). Dalam setiap perancangan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Kegiatan dimaksud meliputi : (a) perumusan tujuan yang ingin dicapai; (b) pemilihan program untuk mencapai tujuan itu; dan (c) identifikasi dan pengerahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas (Fattah, 1996: 49). Interior adalah ruang dalam atau bagian dalam bangunan, apapun, dan bagaimanapun bentuk bangunan tersebut (Suptandar, 1999: 1). Perancangan interior adalah proses menciptakan dan memecahkan suatu
masalah
bentuk
dengan
menambah,
mengurangi,
dan
menggabungkan elemen-elemen interior. (Poerwadarminta, 2001: 741). Perancangan interior adalah sebuah perencanaan tata letak dan perancangan ruang dalam di dalam bangunan. Keadaan fisiknya memenuhi kebutuhan dasar manusia akan naungan dan perlindungan, mempengaruhi bentuk aktivitas, memenuhi aspirasi, dan mengekspresikan gagasan yang menyertai tindakan manusia. Di samping itu sebuah perancangan interior juga mempengaruhi pandangan, suasana hati dan kepribadian manusia. Tujuan dari perancangan interior adalah pengembangan fungsi, pengayaan estetis dan peningkatan psikologi ruang interior. (D.K. Ching, 2002:46) 2.1.2 Pengertian Sekolah Internasional Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan 9
10
memberi pelajaran. Menurut tingkatannya ada sekolah dasar, sekolah menengah, dan sekolah tinggi. Sekolah menengah adalah tingkat lanjutan setelah sekolah dasar untuk persiapan menuju sekolah tinggi atau bekerja. Sekolah adalah waktu atau pertemuan ketika murid diberi pelajaran serta usaha menuntut kepandaian (ilmu pengetahuan). Sedangkan internasional berarti menyangkut bangsa atau negeri seluruh dunia, atau antar bangsa. Sekolah internasional adalah sekolah asing yang didirikan dan diselenggarakan oleh suatu Yayasan yang dibentuk berdasarkan peraturan perundangan Indonesia, untuk keperluan pendidikan dan pengajaran terutama bagi anak-anak warga negara asing bukan anggota perwakilan diplomatik/konsuler sesuatu negara lain di Indonesia, yang berada langsung di bawah pengawasan pemerintah Republik Indonesia, dalam hal ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Setelah ditetapkannya PP 17/2010 dan Permendiknas 18/2009, sekolah internasional menjadi Satuan Pendidikan Bersama, yakni satuan pendidikan hasil kerjasama antara lembaga pendidikan asing yang terakreditasi atau diakui di negaranya dan satuan pendidikan di Indonesia yang terakreditasi A. (Sekolah Bertaraf Internasional, Direktoran Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementrian Pendidikan Nasional; 13).’ 2.1.3 Pengertian Konsep Multikultural Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsep adalah (a) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (b) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret (satu istilah dapat mengandung dua arti yang berbeda; (c) gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain. Multikultural berasal dari dua kata, yaitu multi dan kultural. Multi menurut Oxford English Dictionary, berasal dari kata Latin multus yang berarti banyak. Sedangkan kultural berasal dari kata cultura, yang berarti berkaitan dengan ide-ide, adat istiadat, dan perilaku sosial masyarakat. Kultural dapat terkait dengan seni dan prestasi intelektual. Jadi
11
multikultural adalah sesuatu yang berkaitan atau mengandung beberapa kelompok budaya atau etnis dalam sebuah masyarakat. Jadi konsep multikultural adalah sebuah rancangan, ide, dan gambaran dari sesuatu yang berkaitan dengan berbagai budaya dalam sebuah masyarakat.
2.1.4 Pengertian Judul Proyek Perancangan Interior Sekolah Menengah Internasional Mahatma Gandhi (Dengan Konsep Multikultural) adalah proses perancangan bagian dalam bangunan dari Sekolah Menengah Internasional Mahatma Gandhi sebagai tempat terjadinya aktivitas belajar mengajar yang memiliki standart kurikulum internasional dengan penerapan sebuah rancangan, ide, dan gambaran dari sesuatu yang berkaitan dengan berbagai budaya yang terdapat pada nilai-nilai sekolah.
2.2 Kajian Sekolah Internasional 2.2.1 Perkembangan Sekolah Internasional di Indonesia Berbagai sekolah internasional telah berkembang pesat sejalan dengan tuntutan
pasar
dan
kebutuhan
internasional di Indonesia.
masyarakat,
termasuk
masyarakat
Perkembangan sekolah internasional di
Indonesia dilatar belakangi oleh kehendak dari masyarakat karena adanya perluasan hubungan diplomatik dengan negara-negara lain. Krisis ekonomi menyebakan para orangtua yang menyekolahkan anaknya di luar negeri memilih untuk memindahkannya pada sekolah internasional di Indonesia. Penggunaan
beberapa
bahasapun
juga
diterapkan
dalam
sekolah
internasional, sehinggal hal-hal tersebut yang menambah perkembangan sekolah internasional di Indonesia.Pada tahun 1990-an, muncul beberapa sekolah internasional yang didirikan oleh suatu yayasan dengan menggunakan identitas internasional tetapi tidak jelas kualitas dan standarnya. Atas fenomena di atas, pemerintah mulai mengatur dan merintis
12
peraturan-peraturan sekolah internasional untuk mengembangkan kualitas, dan hasil pendidikan agar diakui secara internasional (Suyanto. S: 2008). Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 25 Tahun 2000, sekolah internasional tetap menjadi kewenangan pemerintah pusat. Ketentuan ini didasarkan pada presepsi bahwa sekolah internasional semata-mata terdiri atas sekolah asing. Menteri Pendidikan Nasional memberikan penjelasan bahwa pendidikan asing di Indonesia diperlukan sebagai konsekuensi hubungan Indonesia dengan bangsa-bangsa lain. Keberedaan sekolah asing perlu diupayakan agar memberikan manfaat bagi orang Indonesia maupun bangsa lain yang tinggal di Indonesia agar memberikan pengakuan baik bagi dunia internasional.
Perkembangan
sekolah asing dan sekolah internasional terus diamati agar berjalan sesuai dengan fungsinya. Dewasa ini, terdapat sekitar 42 sekolah internasional di Indonesia, di antaranya terdapat sekitar 14 sekolah internasional di Jakarta. Kurikulum yang dipergunakan adalah kurikulum asing sesuai dengan negara yang menyelenggarakan. Bahasa pengantarnya adalah bahasa asing, dan gurugurunya juga terdiri oleh guru-guru berpendidikan tinggi atau guru-guru yang berasal dari negara sing, namun pengenalan budaya Indonesia dan lokal tetap dipertahankan sebagai kesenian (Kementrian Pendidikan Nasional. (2012). Standar Bertaraf Internasional). 2.2.2 Fungsi Sekolah Internasional Secara umum, sekolah internasional memiliki beberapa fungsi sebagai berikut : •
Meningkatkan kualitas dan daya saing lulusan di tingkat regional dan internasional,
•
Sebagai antisipasi peningkatan migrasi tenaga kerja internasional,
•
Meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar kerja internasional,
13
•
Mempertahankan peluang kerja tenaga kerja Indonesia di apsar kerja nasional yang dibentuk oleh Perusahaan Asing di Indonesia,
•
Meningkatkan kemampuan guru dan para siswanya dalam berbahasa asing,
•
Mempersiapkan kurikulum yang mengacu pada kurikulum negara maju,
(Kementrian Pendidikan Nasional. (2012). Standar Bertaraf Internasional). 2.2.3 Karakteristik Sekolah Internasional Di Indonesia Berikut merupakan beberapa karakteristik pendidikan sekolah internasional di Indonesia, sebagai berikut : •
Semua guru mampu memfasilitasi pembelajaran berbasis TIK,
•
Guru kelompok mata pelajaran sains, matematikan, dan inti kejuruan mampu mengampu pembelajaran berbahasa inggris,
•
Minimal 30% guru berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya berakreditasi A untuk SMA,
•
Kepala sekolah bervisi internasional dan mampu membangun jejarin internasional.
(Kementrian Pendidikan Nasional. (2012). Standar Bertaraf Internasional). 2.2.4 Kriteria Sarana Dan Prasarana Sekolah Internasional Berikut merupakan beberapa karakteristik sarana prasarana sekolah internasional di Indonesia, sebagai berikut : •
Area tunggu yang meliputi, lobby, resepsionis, kamar mandi, telepon umum, dan fasilitas-fasilitas komersial,
•
ruang kelas, studio, ruang advisor, area belajar kelompok yang dilengkapi dengan sarana pembelajaran berbasis TIK,
14
•
Area display untuk para siswa.
•
Area penyimpanan individual, dan home base
•
Sekolah memiliki ruang multimedia, laboratorium, ruang unjuk seni budaya, fasilitas olah raga, klinik, dan lain sebagainya, dengan koneksi antara indoor dan outdoor.
•
Area makan/kantin/kafetaria
•
Perpustakaan dilengkapi dengan sarana digital yang memberikan akses ke sumber pembelajaran berbasis TIK di seluruh dunia,
•
Memiliki kultur sekolah yang memadai (bersih, bebas asap rokok, bebas kekerasan, dan rindang),
•
Memiliki staf penunjang yang memadai (staf TU, Laboran, Pustakawan, Teknisi).
(Kementrian Pendidikan Nasional. (2012). Standar Bertaraf Internasional). 2.2.5 Kriteria Sekolah Internasional Berikut merupakan beberapa kriteria sekolah internasional, sebagai berikut :
Tabel 2.1 Kriteria Sekolah Internasional Sumber : Kementrian Pendidikan Nasional,2012
15
2.2.6 Jam Operasional Sekolah secara umum dibuka dari jam 06.00 – 17.00. Namun masih memungkinkan apabila sekolah masih terbuka setelah jam tersebut untuk beberapa aktivitas tertentu. 2.2.7 Pembelajaran Berbasis TIK Pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) menggambarkan kecanggihan teknologi dalam pembelajaran. Para peserta didik telah diperkenalkan dengan dunia teknologi informasi. Dengan diterapkannya model pembelajaran berbasis multimedia akan membantu siswa agar lebih terbuka dengan dunia teknologi informasi. TIK sebagai jaringan infrastruktur sebagai penghubung antara pendidik dan para peserta didik berisikan konten pembelajaran digital. Infrastruktur TIK yang dimaksud meliputi, jaringan komputer yang dimiliki sekolah, kemputer server, koneksi internet, area hotspot, dan komputer client untuk pendidik dan peserta didik (Mokhtar & Iskandar: 2012) 2.2.8 Kategori Areal Pada sekolah internasional, terdapat pengelompokkan berdasarkan kategori dan fungsi ruang di dalamnya seperti pada tabel berikut : No.
Kategori
Fungsi
1
Lobby
Fasilitas pengunjung
2
Administrasi
Ruang Kantor dan Operasional
Tipe Areal (Ruang) Lobby Ruang Tunggu Toilet Telepon Umum Resepsionis Area Display Kantor Kepala Sekolah Kantor Guru Kantor Tata Usaha Toilet Ruang Konseling Ruang Meeting Ruang Arsip
16
No.
Kategori
3
Pengajaran
Fasilitas Sumber pembelajaran
4
Serbaguna
Fasilitas ruang serbaguna untuk berbagai kebutuhan
5
Organisasi
Fasilitas kebutuhan organisasi dan klub sekolah
6
Seni dan budaya
7
Kantin
8
Keagamaan
9
Gymnasium
10
Service
11
Security
12
Retail
13
Area Kesehatan
Fungsi
Fasilitas pemenuhan kebutuhan pendidikan seni dan budaya
Tipe Areal (Ruang) Ruang Kelas Ruang Laboratorium Ruang Multimedia Perpustakaan Toilet Loker Aula Ruang serbaguna Toilet Ruang Osis Ruang klub Ruang Seni dan budaya
Ruang Seni Tari Ruang Seni Musik Ruang Paduan Suara Toilet Ruang penjualan makanan Fasilitas untuk kebutuhan pangan Ruang makan Toilet Mushola Fasilitas untuk kebutuhan agama Ruang doa Loker Murid Toilet Fasilitas untuk Lapangan olahraga kebutuhan olahraga Ruang penyimpanan alat-alat Storage Fasilitas untuk kebutuhan pelayanan Janitor sekolah Ruang elektrikal Pos satpam Fasilitas untuk kebutuhan keamanan Kantor Security sekolah Toilet Service Toko buku Fasilitas penjualan Toko seragam barang-barang kebutuhan sekolah Toko ATK & Fotokopi Fasilitas penunjang Klinik kesehatan sekolah Tabel 2.2 Penggolongan Kategori Areal Sumber : Nair. P, & Fiellding R., 2005
17
2.2.9 Konsep-Konsep Dasar Perancangan Secara umum, menurut buku Time Saver Standards For Building Types, konsep-konsep dasar perancangan sebuah sekolah dibagi ke dalam beberapa persyaratan, seperti halnya berikut ini : •
Area Lobby Area lobby merupakan area utama yang menjadi penghubung kepada area-area lainnya. Area ini termasuk ruang tunggu, resepsionis, toilet pengunjung, area display, dan telepon umum.
•
Area Administrasi Area administrasi adalah area yang berfungsi untuk mengatur aktivitas kebutuhan administrasi sekolah, seperti kantor kepala sekolah, kantor guru, dan para karyawan lainnya. Area ini merupakan pusat kendali untuk sekolah dan titik kontak antara orang tua, murid, dan para pengajar. Area ini adalah titik kontak pertama yang menghubungkan seluruh aktivitas. Pada dasarnya, area ini meliputi kantor, atau sekelompok kantor, ruang pertemuan, ruang konseling, ruang administrasi, ruang penyimpanan arsip dan uang. Area administrasi ini merupakan penghubung utama antara siswa, para pengajar, sekolah, dan orang tua. Area ini secara umum terhubung dari pintu masuk/lobby sebagai daerah pertemuan pertama dari luar ke dalam sekolah.
Gambar 2.1 Pola dasar area kantor Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
18
•
Area Pembelajaran Area pembelajaran adalah tempat terjadinya proses belajarmengajar peserta didik dan pengajar. Area ini terdiri dari : a) Perpustakaan Perpustakaan merupakan pusat informasi dan sumber daya untuk sekolah, dan lebih tepatnya sekapang disebut sebagai Learning Resource Center (LRC), Instructional Materials Center (IMC), atau Information Resource Center (IRC). Selain adanya pengadaan buku-buku dan majalah, sekarang perpustakaan sekolah dilengkapi dengan catatan, kaset-kaset, program TV, film, dan alatalat peraga. Bersamaan dengan buku-buku, kursi dan meja, perpustakaan sekolah telah dilengkapi dengan ruang audio dan televisi. Perpustakaan biasanya ditempatkan di tengah-tengah sekolah, namun penggunaan utamanya dapat diakses dari mana saja seperti dari kelas, laboratorium, administrasi kantor, dan masyarakat. Memungkinkan untuk terbuka setelah jam sekolah dan harus tersedia akses langsung untuk ke perpustakaan.
Gambar 2.2 Ilustrasi perpustakaan sekolah Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
19
Gambar 2.3 Bentuk dasar rak buku untuk perpustakaan Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
b) Ruangan Kelas Ruangan kelas merupakan area belajar yang melibatkan 2 pihak yaitu, pengajar dan peserta didik. Area kelas ini dapat termasuk kelas reguler, laboratorium, dll. Pengembangan proses pengajaran, kegiatan kelas, dan penggunaan teknik kelompok dalam kelas menyebabkan desain ruangan kelas berubah dalam beberapa tahun terakhir. Kelas dengan bentuk persegi telah terbukti lebih efisien dibandingkan dengan kelas berbentuk persegi panjang. Daerah kelas meningkat dengan realisasi ruang kelas yang kecil di masa lalu, yang sekarang telah berkembang menjadi kelas besar untuk perbaikan program pendidikan. Dalam beberapa kasus terdapat proses mengajar kelompok besar atau pengajaran kelas ganda. Dalam penyelesaiannya, kelas reguler dapat dibagi dengan menggunakan partisi lipat yang memiliki pemisahan akustik yang memuaskan.
Gambar 2.4 Pola dasar ruang kelas Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
20
Lokasi kelas harus diletakan dalam area yang tenang, jauh dari kebisingan luar. Kemudahan akses ke fasilitas-fasilitas khusus diluar unit akademis juga harus direncanakan. Proyektor, televisi, dan layar telah banyak digunakan. Tiraitirai berwarna gelap atau ketat cahaya di dalam kelas harus disediakan untuk mengkontrol cahaya yang masuk ke dalam area pengajaran. Para desainer juga harus mempertimbangkan secara hati-hati untuk cuaca yang gelap, dan sumber cahaya lainnya. Pertimbangan diberikan pada penggunaan blind yang mudah dibersihkan dan lebih mudah dioperasikan dibandingkan tirai lainnya. Persyaratan umum untuk desain ruangan kelas yaitu sebagai berikut : -
Area yang cukup diperlukan di bagian depan ruang untuk menyiapkan peralatan audio visual seperti layar proyeksi dan grafis,
-
Langit-langit harus memiliki maksimal tinggi 285 cm,
-
Pencahayaan
alami
dari
jendela
diwajibkan,
jika
memungkinkan, cahaya datang dari bahu kiri tiap siswa. Tidak ada guru yang harus diminta untuk menghadap jendela ketika menangani kelas dari posisi mengajar secara normal, -
Akustik dinding dan langit-langit harus terancang dengan baik,
-
Lantai harus memiliki bahan bantalan.
Persyaratan untuk rancangan dan perencanaan elektrikal secara umum pada ruang kelas adala sebagai berikut : -
Sebuah outlet listrik ganda harus ditempatkan pada masing-masing dari tiga dinding interior, dan di atas semua counter untuk penggunaan peralatan seperti
21
proyektor. Lokasi didekat area yang berhubungan dengan air harus dihindari, -
Jam dinding berukuran 8inch harus ditempatkan di semua area edukasi,
-
Sebuah sistem alarm kebakaran sangat diperlukan,
-
Switch lampu harus ditempatkan di pintu.
-
Disarankan untuk switch lampu area koridor dijauhkan dari akses murid.
Persyaratan untuk rancangan dan perencanaan pintu secara umum pada ruang kelas adala sebagai berikut : -
Pintu harus ditempatkan di bagian depan kelas dan tidak menonjol ke koridor,
-
Ambang batas harus dihindari sehingga peralatan di meja beroda, seperti proyektor film, dapat digulung masuk dan keluar dengan mudah,
-
Semua pintu harus memiliki area transparansi dari tempered glass atau wire glass,
-
Hardware pintu harus sedemikian rupa sehingga pintu tidak dapat dikunci dari dalam kelas.
Gambar 2.5 Bentuk dasar pintu sekolah Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
22
Kebutuhan penyimpanan untuk para peserta didik juga dibutuhkan seperti : -
Ruang penyimpanan untuk setiap kelompok yang dilengkapi dengan kunci untuk menyesuaikan dengan jadwal waktu,
-
Area penyimpanan yang dibutuhkan untuk tiap kelas, seperti untuk kertas dan pensil, buku dan perlatanperlatan khusus (cat peta, jaket, sepatu, alat gambar, makan siang, dll),
-
Lemari penyimpanan standar, direkomendasikan dari baja untuk lemari guru, lemari arsip, dan kabinet untuk barang-barang pribadi yang dilengkapi dengan alat pengunci dan dapat dibangun ke dinding. Sebuah batang gantungan baji dan cermin harus disertakan di sisi lemari.
-
Pemasangan lemari display juga patut dipertimbangkan.
Tuntutan untuk kebutuhan papan tulis bervariasi dalam subyeknya. Secara umum, bahasa inggris dan matematika membutuhkan
lebih
banyak
papan
tulis
daripada
ilmu
sosial/penelitian, yang pada gilirannya memerlukan tackboard. Ketinggian pemasangan papan tulis harus disesuaikan ergonomi dalam ketinggian bekerja. Hindari pemakaian material hardboard untuk papan tulis. Papan tulis juga harus dirancang untuk mudah dibersihkan. Untuk meja konter, dan sink, ketinggian area kerja disesuaikan dengan standar ergonomi interior siswa. Pengaplikasian pintu geser lebih aman dam membutuhkan pemeliharaan yang lebih mudah dibandingkan pintu ayun. Bagian atas dan splashboard harus dirancang dengan durable plastic agar tahan lama.
23
•
Auditorium Area ini dirancang untuk menampung kegiatan ataupun pertunjukkan, seperti seminar, konfrensi, pertunjukan musik, tari, dan lain-lain. Panggung adalah fasilitas yang penting dalam auditorium sekolah agar para siswa memiliki kesempatan untuk belajar menampilkan diri. Panggung harus dirancang untuk mempermudah gerakan pemain dan set panggung. Daerah yang mendukung seperti ruang band, paduan suara, ruang penyimpanan, ruang ganti, dan toilet harus ditempatkan di dekat akses ke panggung. Cahaya
buatan
untuk
auditorium
sangat
penting
untuk
mendukung kinerja yang baik, biasanya pencahayaan ini dioperasikan dari satu titik pusat dalam ruang operator cahaya. Tempat duduk dalam auditorium sekolah
Gambar 2.6 Pola dasar area serbaguna Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
•
Loker Loker di sekolah menengah atas harus ditempatkan untuk memudahkan akses antara periode waktu kegiatan. Sirkulasi di daerah loker harus cukup memadai untuk mencegah sempitnya ruang gerak.
24
Hal ini umumnya diperlukan untuk menyediakan pengaturan dimana siswa dapat mengunci barang-barang pribadi dan buku.
Gambar 2.7 Contoh peletakan loker Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
Loker mungkin diletakan di beberapa daerah. Area ini terbuka dan lebar, dan ruang-ruang yang lebar antara baris memberikan sirkulasi yang nyaman. Cara lain untuk meletakan loker di sekolah menengah atas dapat diletakan di dekat area masuk. Daerah ini dibiarkan terbuka dengan ruang yang cukup nyaman untuk sirkulasi.
Gambar 2.8 Contoh model loker Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
Toilet dapat berdekatan dengan area loker yang dapat mengurangi sirkulasi koridor yang padat dan menghemat waktu siswa. Setiap siswa diberikan sebuah loker dengan kunci untuk buku-buku dan barang-barang pribadi.
25
Gambar 2.9 Loker untuk penghematan ruang Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
Gambar di atas menunjukan sebuah contoh untuk penghematan ruang. Selain bagian rak-rak untuk penyimpanan barang-barang pribadi, loker ini juga memfasilitasi penyimpanan mantel/jaket. Loker sebaiknya juga memiliki area ventilasi udara untuk menghindari adanya kelembaban di dalam lemari penyimpanan.
Gambar 2.10 Loker dengan ventilasi udara Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
•
Area Laboratorium Bahasa Laboratorium bahasa menyediakan tempat dimana siswa dapat mendengarkan rekaman dengan bahasa asing, membuat rekaman
26
mereka sendiri, atau berlatih berbicara bahasa asing secara pribadi maupun kelas. Meja untuk siswa dibangun dengan bahan penyerap suara
dan
menghadap ke meja guru. Bagian depan meja harus
tertutup dengan panel kaca sehingga siswa dapat melihat ke depan. Bagian dinding-dinding laboratorium bahasa harus ditutup dengan akustik atau bahan penyerap suara. Meja harus dilengkapi dengan headphone dan mikrofon, tape recorder, dan panel kontrol dengan switch untuk pengaturan keseimbangan dan volume.
Gambar 2.11 Contoh pola laboratorium bahasa Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
•
Area Laboratorium Biologi Laboratorium IPA harus terletak di lantai pertama. Sisi pintu dalam langsung mengarah ke area persiapan. Sedangkan sisi pintu luar mengarah ke bagian outdoor sehingga siswa tidak perlu berjalan jauh apabila kegiatan laboratorium dilakukan di luar. Kegiatan didalamnya meliputi ceramah, demonstrasi, individu, kelompok belajar, menulis, dan eksperimen dengan hewan dan tumbuhan. Dinding depan dilengkapi dengan papan tulis. Meja guru dilengkapi dengan aliran air panas maupun dingin lewat sink. Juga dibutuhkan meja biologi dengan lemari penyimpanan, kursi, akuarium,
27
layar proyeksi, mikroskop, model, grafik, dan alat-alat bedah. Pemadam api disediakan untuk keamanan. Outlet listrik ditempatkan pada masing-masing sisi dinding. Jika kelas menggunakan mikroskop elektrik, maka meja memerlukan outlet listrik. Sink, outlet gas, dan listrik dibutuhkan dalam masingmasing meja kerja. Semua furniture laboratorium harus tahan asam dan mudah untuk dibersihkan. Peralatan-peralatan pendukung lainnya di laboratorium ini adalah lemari guru, lemari penyimpanan di sepanjang dinding. Pintu geser pada pintu lemari dapat memperluas penyimpanan di dalamnya.
Gambar 2.12 Contoh pola laboratorium biologi Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
•
Area Laboratorium Kimia & Fisika Laboratorium kimia dan fisika terdiri dari kegiatan demonstrasi, kelompok belajar maupun individu, penelitian, penulisan, ceramah, dan eksperimen. Meja harus terancang dengan area kerja yang luas
28
yang dapat mencakup seluruh kegiatan. Dinding depan harus dilengkapi dengan papan tulis. Sink juga harus tersedia. Salah satu ujung ruangan depan harus diletakan meja guru dan area dimonstrasi. Bahan meja harus tahan dari bahan asam-basa serta dilengkapi pencahayaan yang cukup terang. Ruangan harus tersedia ruang penyimpanan untuk penyimpanan alat-alat laboratorium serta buku-buku maupun arsip. Penggunaan lemari yang terkunci untuk penyimpanan bahan-bahan kimia yang berbahaya. Alat pemadam kebakaran dan alat pertolongan pertama juga harus tersedia. Salah satu masalah utama untuk laboratorium fisika adalah penyediaan ruang penyimpanan yang memadai untuk sejumlah besar demonstrasi peralatan-peralatan khusus. Ruang penyimpanan dengan pintu kaca untuk visibilitas, rak buku untuk buku-buku referensi dan catatan harus disediakan.
Gambar 2.13 Contoh pola laboratorium fisika dan kimia Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
29
Gambar 2.14 Beberapa pola pengaturan meja kerja laboratorium Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
•
Ruang Seni dan budaya Ruang seni dan budaya harus berlokasi dekat aula, ruang musik, dan ruang seni lainnya. Ruangan ini harus terancang dengan hal-hal yang mampu membangkitkan imajinasi siswa. Program ini melibatkan penggunaan sejumlah media, oleh karena itu harus disesuaikan dengan berbagai jenis kegiatan yang akan dilakukan. Ada banyak area pajangan dibutuhkan di ruangan ini. Dinding sebaiknya terbuah dari bahan yang dapat dipasang paku untuk mengurangi kerusakan pada dinding. Outlet listrik diperlukan dimana mereka dapat mengakses tanpa mengganggu area pajangan. Jendela harus cukup tinggi untuk
30
memberikan area penyimpanan di bawahnya. Ada baiknya untuk memasang bantalan pada lantai. Bahan penutup lantai dapat terdiri dari keramik agar mudah dibersihkan dan tahan terhadap berbagai bahan-bahan lainnya. Papan tulis harus ditempatkan di tempat yang mudah terlihat dimana tidak menghasilkan pantulan cahaya agar tidak silau. Tirai untuk mengurangi cahaya yang masuk juga diperlukan. Pencahayaan tidak langsung untuk siang hari, sehingga penggunaan lampu dianjurkan. Sink, outlet listrik, proyektor juga harus tersedia. Penyediaan lemari untuk penyimpanan kertas, bahan-bahan ilustrasi, model, kardus, dan proyek-proyek yang sedang/belum terselesaikan. Daerah ini membutuhkan banyak perlindungan terhadap kebakaran. Rak-rak dan sampah harus diatur untuk kenyamanan ruangan ini.
Gambar 2.15 Contoh pola ruang seni dan budaya Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
•
Area Musik Program musik biasanya dibagi menjadi 4 bagian yaitu ruang teori, ruang paduan suara, dan ruang latihan, dan ruang penyimpanan. Sirkulasi yang baik sangatlah penting. Penyimpanan alat-alat musik harus direncanakan sehingga para siswa dapat dengan mudah untuk menghadiri kelas dan mengambil peralatan.
31
Gambar 2.16 Contoh pola ruang musik Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
Dinding, pintu, dan langit-langit harus dirancang kedap suara untuk menghasilkan kualitas suara yang baik. Ruang kelas musik harus menjadi bagian yang mudah diakses dari koridor serta aula untuk pertunjukan sehingga memudahkan para kelompok-kelompok musik berpindah ke panggung. Pencahayaan alami dianjurkan. Toilet dapat diletakan di dekat area ini. Sebuah papan tulis harus disediakan untuk kegiatan pengajaran.
Gambar 2.17 Contoh penyimpanan alat-alat musik Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
32
•
Kantin Ruang makan sekolah paling sering bermultifungsi sebagai ruang belajar dan ruang makan. Area ini harus mencakup aspek fungsional yang tidak hanya sesuai dengan suasana makan. Meja makan mudah dibersihkan, mudah digerakan, tahan lama, serta harus sesuai dengan karakter, konsep, dan kreativitas ruang. Warna dan mood ruangan harus memiliki suasana dari ketertiban dan kepastian dengan tema dominan. Tema ruangan harus terorganisir dengan bentuk-bentuk dan bahan-bahan material dari finishing serta furniturnya. Masalah kebisingan adalah masalah utama dari ruang ini sehingga akustik ruangan harus terancang dengan baik. Penghawaan buatan dari air condotioner dan pencahayaan buatan dari lampu telah membuat jendela fungsional kurang berfungsi. Sedangkan yang perlu diperhatikan dari jendela adalah ruangan dengan pemandangan yang baik atau tidak. Masalah lainnya yang penting untuk diperhatikan adalah masalah ventilasi udara. Exhausting harus terpasang untuk mengkontrol udara yang muncul dari masakan-masakan. Bau makanan dari dapur harus terkendalikan. Perubahan udara kadangkadang terjadi di ruangan ini. Meja yang digunakan sebaiknya meja kecil untuk empat orang. Percampuran meja bundar dengan persegi panjang mengurangi suasana datar pada ruangan. Semua jenis meja dan kursi yang dapat dilipat memungkinkan pengaturan dan fleksibilitas yang baik. Ruangan ini bertujuan untuk memberikan pelayanan makanan kepada siswa, siswa dapat mendapatkan makanan dan bersantap dengan suasana yang menyenangkan saat beristirahat dari kegiatan sekolah yang cukup melelahkan.
33
Gambar 2.18 Contoh pola pengaturan meja kursi pada kantin Sumber : Chiara J.D.&Callender. J., 1983
2.3 Kajian Warna 2.3.1 Definisi Warna Warna adalah suatu proses yang terjadi dimana cahaya mengenai suatu benda. Setiap orang pasti menyukai warna karena kehadiran warna mampu memberikan keindahan dan nilai estetika. Warna juga memiliki pengaruh terhadap psikologi seseorang. Menurut teori Sir Isaac Newton, apabila dilakukan pemecahan warna spektrum dari sinar matahari, akan ditemukan warna-warna yang beraneka ragam yang terdiri dari merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu. Warna-warna tersebut dapat dilihat pada pelangi. Sedangkan menurut teori Brewster (1831), warna-warna dibagi menjadi 4 kelompok warna yang disusun dalam lingkaran warna brewster. Lingkaran warna Brewster menjelaskan teori komplementer, split komplementer, triad, dan tetrad. Warna primer merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru, dan kuning. Warna sekunder merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1. Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran merah dan biru.Warna tersier merupakan campuran
34
salah satu warna primer dengan salah satu warna sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran warna kuning dan jingga. Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi 1:1:1. Warna netral bukan merupakan warna primer maupun sekunder. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam. Warna kontras, adalah warna yang berkesan berlawanan satu dengan lainnya. Warna kontras bisa didapatkan dari warna yang berseberangan (memotong titik tengah segitiga) terdiri atas warna primer dan warna sekunder. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula membentuk kontras warna dengan menolah nilai ataupun kemurnian warna. Contoh warna kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu dan biru dengan jingga. Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat, marah dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat. Warna panas, adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di dalam lingkaran warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini menjadi simbol, riang, semangat, marah dsb. Warna panas mengesankan jarak yang dekat. Teori Brewster disebut dengan lingkaran warna yang banyak digunakan dalam dunia seni rupa. Pada tahun 1858, Munsell menyelidiki warna dengan standar warna untuk aspek fisik dan psikis. Berbeda dengan Newton dan Brewster, Munsell mengatakan warna pokok terdiri dari merah, kuning, hijau, biru dan jingga. Sementara warna sekunder terdiri dari warna jingga, hijau muda, hijau tua, biru tua dan nila. Warna merupakan elemen penting dalam semua lingkup disiplin seni rupa, bahkan secara umum warna merupakan bagian penting dari segala aspek kehidupan manusia. Hal tersebut terlihat dari semua benda yang dipakai oleh manusia, semua peralatan, pakaian, bahkan alam disekeliling kita merupakan benda yang berwarna. Karena begitu penting peranan warna bagi manusia warna sering kali dipakai sebagai elemen estetis, sebagai representasi dari alam, warna sebagai komunikasi, dan warna sebagai ekspresi.Warna sebagai elemen estetika, disini warna
35
memerankan dirinya sebagai ”warna”, yang mempunyai fungsi dalam membentuk sebuah keindahan. Namun keindahan disini bukan hanya sebagai ”keindahan” semata. Melainkan sebagai unsus eksistensial bendabenda yang ada disekeliling kita. Karena dengan adanya warna kita dimudahkan dalam melihat dan mengenali suatu benda. Sebagai contoh apabila kita meletakkan sebuah benda di tempat yang sangat gelap, mata kita tidak mampu mendeteksi obyek tersebut dengan jelas. Di sini warna mempunyai fungsi ganda dimana bukan hanya aspek keindahan saja namun sebagai elemen yang membentuk diferensial/perbedaan antara obyek satu dengan obyek lain. Warna sebagai representasi dari alam, warna merupakan penggambaran sifat obyek secara nyata, atau secara umum warna mampu menggambarkan sifat obyek secara nyata. Contoh warna hijau untuk menggambarkan daun, rumput; dan biru untuk laut, langit dan sebagainya. Warna dalam hal ini lebih mengacu pada sifat-sifat alami dari obyek tertentu misalnya padat, cair, jauh, dekat dan lain-lain. Warna sebagai alat media komunikasi, warna menempatkan dirinya sebagai bagian dari simbol. Warna merupakan lambang atau sebagai perlambang sebuah tradisi atau pola tertentu. Warna sebagi komunikasi seringkali dapat kita lihat dari obyek-obyek seperti bendera, logo perusahaan, fashion, dll. Warna merupakan sebuah perwakilan atau bahkan sebuah obyek pengganti bahasa formal dalam mengkomunikasikan sesuatu misalnya, merah perlambang kemarahan, patriotisme, seksualitas, kemudian putih sebagai perlambang kesucian, kebersihan, kebaikan, dan lain-lain. 2.3.2 Warna Terhadap Psikologi Terdapat beberapa efek psikologi warna dalam penggunaanya pada manusia, sebagai berikut (Dammera, Anne : 2013) : a) Warna merah memberi kesan yang cerah, hangat, kuat, bahkan dapat memicu emosi. Memberikan kesan intimidasi. Merah biasanya diasosiasikan dengan cinta, kehangatan, dan kenyamanan. Merah juga dianggap sebagai simbol kegairahan hidup, atau bahkan membuat perasaan kegembiraan. Pada terapi warna, warna merah digunakan
36
untuk menstimulasi tubuh dan pikiran dan untuk meningkatkan sirkulasi serta terapi yang berhubungan dengan organ jantung. b) Oranye dianggap sebagai warna yang energik. Warna oranye dapat membangkitkan kegembiraan, antusiasme, dan kehangatan. Selain itu warna oranye sering digunakan untuk menarik perhatian, seperti rambu lalu lintas dan iklan disamping warna kuning. Pada terapi warna, warna oranye digunakan untuk terapi paru-paru dan meningkatkan level energi. c) Kuning yang terang menggambarkan keriangan dan kehangatan. Namun warna kuning dapat membuat lelah mata, karena banyaknya jumlah cahaya yang tercermin. Menggunakan kuning sebagai latar belakang di atas kertas atau monitor dapat mengakibatkan sakit mata atau kesulitan pandangan dalam kasus ekstrim. Kuning juga dapat meningikatkan metabolisme tubuh. Warna kuning juga dapat menciptakan perasaan marah dan frustasi. Meskipun dianggap sebagai warna ceria, orang lebih cenderung kehilangan kesabaran jika berada dalam ruang berwarna kuning dan seorang bayi cenderung menangis lebih sering jika ditempatkan di ruangan berwarna kuning. Karena warna kuning mengandung banyak jumlah cahaya. Maka penggunaan warna kuning biasanya untuk menarik perhatian. Pada terapi warna, warna kuning digunakan untuk menstimulasi syaraf serta terapi yang berhubungan dengan organ hati. d) Hijau adalah warna yang dingin yang melambangkan alam dari kehidupan alam. Hijau juga mencerminkan ketenangan, kesehatanm dan kecemburuan. Sejak jaman dulu, warna hijau merupakan lambang kesuburan.
Hasil
penelitian
menemukan
bahwa
hijau
dapat
meningkatkan kemampuan membaca. Riset yang dilakukan pada beberapa siswa ditemukan bahwa peletakan transparan lembar kertas berwarna hijau di bahan bacaan meningkatkan kecepatan membaca dan memahami. Hijau sering digunakan untuk memberikan efek ketenangan, atau kesan santai dan bersahawat. Warna hijau dapat membantu otak mereduksi stress dan membantu penyembuhan.
37
e) Biru merupakan warna yang memberikan kesan ketenangan pikiran atau perasaan tenang. Hal ini sering digambarkan sebagai damai, tenang, aman, dan tertib. Namun biru juga dapat menciptakan perasaan kesedihan atau sikap acuh. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan warna biru untuk ruangan akan memberikan pengaruh positif pada produktivitas kerja. Warna biru dapat menurunkan selera makan. Warna biru juga dapat menurunkan pulse rate dan suhu tubuh. Pada terapi warna, warna biru digunakan untuk mengurangi nyeri atau rasa sakit serta terapi yang berhubungan dengan kelenjar tiroid dan phlegmatic glan, serta warna biru langit digunakan untuk terapi yang berhubungan dengan mata. f) Ungu adalah simbol dari royalti dan kekayaan. Ungu juga melambangkan kearifan dan spiritualitas. Warna ungu dalam fenomena alam jarang terjadi, namun jika muncul akan menimbulkan kesan eksoti satau artifisial. Pada terapi warna, warna ungu digunakan untuk terapi yang berhubungan dengan organ pencernaan. g) Putih melambangkan kesucian atau kemurnian, dapat juga memberikan kesan dingin, lemah lembut, dan steril. Penggunaan warna putih yang cerah dalam ruangan akan memberi kesan luas, bersih, terang, dan megah. Namun juga memberikan kesan kosong dan tidak ramah. Rumah sakit biasanya menggunakan warna putih untuk kesan bersih dan steril. h) Hitam menyerap semua cahaya dalam spektrum warna. Hitam sering digunakan sebagai simbil dari ancaman atau simbol jahat, tetapi juga terkenal sebagai indikator kekuasaan. Warna hitam digunakan untuk mewakili karakter jahat. Hitam sering dikaitkan dengan kematian dan duka
dalam
berbagai
budaya.
Hal
ini
juga
terkait
dengan
ketidakbahagiaan, seksualitas, formalitas, dan keanggunan. i) Warna abu-abu tidak menunjukkan arti yang jelas. Tidak terang dan sama sekali bebas dari kecenderungan psikologi. Warna ini cenderung
38
netral. Psikologi dari warna ini yaitu keintelektualan, masa depan, kesederhanaan, dan kesedihan. Warna abu-abu adalah warna yang paling gampang/mudah terlihat oleh mata. j) Coklat adalah warna bumi, memberikan kesan hangat, nyaman dan aman. Warna ini seringkali menunjukan ciri-ciri keirihatian, kurang toleran, dan pesimis terhadap kesejahteraan dan kebahagian masa depan.
2.4 Kajian Bentuk 2.4.1 Elemen Pembentuk Interior Interior suatu ruangan mempunyai elemen-elemen pembentuk, elemen-elemen tersebut saling terkait dan hal yang paling mendasar dalam perancangan interior suatu ruangan. Elemen-elemen tersebut terdiri dari : a) Ceiling, merupakan bagian dari suatu interior yang posisinya berada paling atas. b) Dinding, merupakan bagian dari suatu interior yang posisinya di tengah dan mengelilingi atau membentuk ruang tersebut. c) Lantai, merupakan bagian paling bawah dari ruangan yang mengalasi ruang tersebut. d) Furnitur, merupakan perbabot yang mengisi suatu interior, pemilihan dan penataan furnitur yang mempengaruhi suatu ruangan. e) Pintu, jendela, tangga, dan lainnya, merupakan elemen pelengkap suatu ruang interior. 2.4.2 Fungsi Elemen Pembentuk Ruang Ruang terjadi karena adanya hubungan antara sebuah obyek, bentuk, dan manusia yang melihatnya (Ashihara, 1983). Bentuk dan susunan interior ruang menentukan kesan yang timbul. Bentuk ruang yang sederhana terdiri dari empat dinding, lantai, dan langit-langit. Bentuk ruang
39
semacam itu jelas dan memberi kesan ke arah vertikal maupun horisontal, atau menyempit maupun meluas. Ruangan yang tidak tinggi atau lebar akan terasa sesak, sebaliknya ruang yang terlalu tinggi akan menyebabkan manusia didalamnya terasa kecil (Wilkening, F., 1987: 42). Pada dasarnya ceiling berfungsi sebagai penutup rangka atap. Ceiling merupakan penutup atap bagian bawah atau penutup bagian bawah lantai (apabila rumah itu bertingkat) yang menjadi batas pandangan ketinggian suatu ruang. Ceiling berfungsi untuk menyembunyikan atap, rangka atap dan kabel-kabel listrik agar tertutup rapi. Bentuk celing dapat mengikuti bentuk atap dan dapat disesuaikan. Umumnya ceiling memiliki ketinggian 2.8 m -3.8 m, tetapi ketinggian ini tidak megikat karena dapat disesuaikan sesuai dengan bentuk ruang yang ingin diciptakan. Ada beberapa jenis material, seperti multipleks, gypsum, kayu dan bambu. Dengan adanya perkembangan teknologi dan eksplorasi pada desain interior, material yang mampu diaplikasikan semakin variatif seperti kaca, kain dan wallpaper (Wilkening, F., 1987: 42).. Dinding berfungsi sebagai pemikul beban di atasnya, sebagai pembatas ruang, penahan kebisingan, dan pemisah antara luar maupun dalam. Dinding juga berfungsi sebagai pelindung terhadap gangguan dari luar, maupun cuaca. Dalam interior, dinding juga berfungsi sebagai artistik tertentu. Dinding batu memiliki daya tahan yang kuat, mampu menjaga kelembaban udara, serta tahan cuaca, namun pengerjaannya cukup sulit. Dinding tipis digunakan sebagai penyekat atau tirai pada bangunan, terbuat dari beton, aluminium, plastik, atau kayu. Dinding terkadang memiliki fungsi khusus seperti dinding kedap suara (Wilkening, F., 1987: 42).. Pengertian lantai adalah bagian dasar sebuah ruang, yang memiliki peran penting untuk memperkuat eksistensi obyek yang berada di dalam ruang. Fungsi lantai secara umum adalah penunjang aktivitas dalam ruang dan membentuk karakter ruang. Lantai pada suatu ruang berfungsi untuk meletakkan barang-barang furnitur serta mendukung berbagai aktivitas.
40
Dilihat dari sisi struktur, beban yang diterima oleh lantai kadang cukup besar. Dengan demikian lantai memiliki peran penting mendukung bebanbeban langsung dari barang-barang dan aktivitas di atasnya. Dari sisi estetika, lantai berfungsi untuk memperindah ruang dan membentuk karakter ruang (Indraswara, S. : 2007). Pintu dan jendela terdiri dari kusen dan daun. Kusen merupakan rangka pintu atau jendela yang berfungsi untuk memasang pintu/jendela. Daun pintu atau jendela merupakan rangkaian dari konstruksi kusen pintu yang selanjutnya dinamakan daun pintu/jendela. Daun pintu atau jendela ini digantungkan pada kusen dengan perlengkapan alat penggantung yaitu engsel. Fungsi pintu adalah untuk jalan keluar masuknya orang atau barang dari ruang satu ke yang lainnya. Sedangkan jendela berfungsi untuk memasukkan cahaya matahari ke dalam ruangan dan membantu sirkulasi udara dalam ruang. Jendela juga berfungsi untuk mewujudkan adanya hubungan antara interior maupun eksterior (Indraswara, S. : 2007). Tinggi pintu ditentukan berdasarkan tinggi orang normal 1,60m, ditambah tinggi bebas 0,40 m sampai dengan 0,60 m. Lebar pintu dan jendela ditentukan berdasarkan tempat dan fungsinya (Panero, J. :1979). Furnitur berfungsi sebagai elemen interior suatu ruangan yang cukup penting untuk kenyamanan dan pendukung aktivitas manusia. Furnitur juga dapat berfungsi sebagai penegasan status sosial suatu lingkungan. Furnitur menjadi elemen pendukung yang sangat kuat fungsinya bagi kebutuhankebutuhan manusia. Peletakkannya variatif bergantung pada bentuk ruang. Penempatan furnitur dapat menambah nilai lebih dalam interior dari segi fungsi maupun seni. Furnitur terdiri dari kursi, meja, tempat tidur, dan lainnya (Indraswara, S. : 2007). Tangga berfungsi sebagai sebuah konstruksi yang dirancang untuk menghubungkan dua tingkat vertikal yang memiliki jarak satu sama lain. Tangga merupakan suatu sambungan antara tingkat-tingkat dalam bangunan, dan dapat dibuat dari material kayu, pasangan batu, baja, beton, dll. Bentuk tangga bermacam-macam bergantung pada bentuk ruangannya.
41
Komponen tangga antara lain adalah tinggi injakan, lebar injakan, bordes, nosing, pegangan tangan, dan bidang pengaman (Indraswara, S. : 2007).
2.5 Kajian Pencahayaan 2.5.1 Teori Dasar Pencahayaan Cahaya adalah syarat mutlak bagi manusia untuk melihat dunianya. Manusia membutuhkan cahaya untuk beraktivitas dengah sehat, nyaman, dan menyenangkan. Cahaya adalah gelombang magnet-elektro yang mempunyai panjang antara 380-700nm (nanometer, 1nm = 10-9 m), dengan urutan warna (ungu-ultra), ungu, nila, biru, hijau, kining, jingga, merah, (merah-infra). Ungu-ultra dan merah-infra hanya dapat terlihat dengan bantuan alat optik khusus. Cahaya matahari mempunyai gelombang antara 290 hingga 2300nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ungu-ultra hingga merah-infra. Mata manusia paling peka terhadap cahaya kuning (550nm). Cahaya langit adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar langsung matahari. Sinar langsung matahari akan sangat menyilaukan dan membawa panas. Cahaya buatan adalah segala bentuk cahaya yang bersumber dari alat yang diciptakan oleh manusia, seperti lampu pijar, lilin, lampu minyak tanah, dan obor. Lawan dari cahaya buatan adalah cahaya alami, yaitu cahaya yang bersumber dari alam seperti matahari, lahar panas, fosfor di pohon-pohon, kilat, dan kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya alami sekunder karena hanya memantulkan sinar matahari ( Satwiko, P., 2004: 82). 2.5.2 Pengaturan Penerangan Penerangan mengandung aspek kuantitas (intensitas cahaya) dan kualitas (warna, kesilauan). Kesilauan dapat terjadi secara langsung (tersorot lampu) maupun tidak langsung (pantulan). Terlalu banyak cahaya akan menyebabkan mata mengecil terlalu lama, sehingga mata lelah. Terus menerus berada di tempat bercahaya sama merugikannya dengan terus
42
menerus berada di tempat gelap karena irama gelap-terang yang membantu pengendalian suhu tubuh serta sekresi hormon ke darah akan terganggu. Manusia memberi respon estetis dan emosional terhadap cahaya. Respon estetis menyangkut baik-buruk, gelap-terang, terlalu merah-terlalu biru yang merupakan respon seketika. Sedangkan respon emosional menyangkut suasana hati. Respon estetis berguna untuk menarik perhatian secara cepat. Respon emosional dimaksudkan agar orang yang lewat merasa nyaman, gembura, dan terundang. Intensitas cahaya juga mengandung simbol yang dapat mempengaruhi aktivitas. Misalnya, untuk gedung teater, bila lampu meredup artinya adalah pertunjukkan akan segera dimulai ( Satwiko, P. 2005). 2.5.3 Sistem Pencahayaan A. Pencahayaan Alami Sinar langsung matahari tidak digunakan untuk pencahayaan ruang karena sangat menyilaukan dan membawa serta panas. Namun untuk mencapai efek tertentu, dapat saja sinar langsung matahari dimasukan ke dalam ruangan melalui bukaan asalkan terkendali. Jendela merupakan alat yang sangat penting untuk menerangi ruangan dalam memanfaatkan cahaya siang hari yang cukup. Untuk itu kepentingan lubang cahaya siang hari berkembang. Bukaan (jendela) sebaiknya menghadap ke utara atau ke selatan untuk memperkecil kemungkinan sinar langsung matahari masuk ke dalam ruangan. Membuat jendela yang lebar akan lebih menguntungkan daripada jendela sempit ( Satwiko, P. 2005). Untuk pengaturan cahaya yang masuk dapat digunakan tirai untuk menutup sebagian jendela agar didapat penerangan sesuai dengan yang dikehendaki. Jendela timur dan barat perlu dilindungi tirai agar panas dan sinar matahari pagi dan sore hari yang tajam tidak mengganggu. Usahakan ruangan tidak terlalu lebar agar cahaya alami dapat mencapai tengah ruangan. Suatu ruang yang ditempati secara terus-menerus oleh manusia seperti dalam aktivitas disekolah, harus diterangi oleh cahaya
43
siang hari yang cukup. Cahaya siang matahari merupakan sumber cahaya primer. Hal ini juga berfungsi untuk menjaga kelembaban suatu ruangan. Namun akibat banyaknya cahaya matahari yang masuk menyebabkan penyilauan yang memungkinkan mengganggu proses belajar-mengajar. Cara-cara untuk menghindari penyilauan adalah dengan pelindung cahaya matahari, pencegahan penyilauan dengan material-material yang tidak kilat, dan penempatan perlengkapan penerangan cahaya siang yang benar. Pelindung matahari seharusnya menghindari penyilauan, memperkecil sinar matahari yang masuk. Sementara bagian jendela yang terbuka minimal di bagian selatan memungkinkan cukup sinar matahari masuk. Pada bukaan bagian tengah bangunan diharapkan dapat memancarkan sinar matahari masuk dengan besar tetapi merata (Neufret, E. :1997). B. Pencahayaan Buatan Pencahayaan buatan diperlukan karena kita tidak dapat sepenuhnya tergantung dari ketersediaan pencahayaan alami, misalnya pada malam hari atau pada ruangan yang tak terjangkau oileh cahaya alami. Dengan demikian, pencahayaan buatan bersifat saling mendukung dengan pencahayaan alami. Pencahayaan buatan diperlukan bila tidak adanya tersedia cahaya alami siang hari, tidak tersedia cukup cahaya alami dari matahari (mendung, cuaca buruk, dll), atau cahaya alami matahari tidak dapat menjangkau tempat tertentu. Diperlukan cahaya merata pada ruangan yang lebar. Pada ruang lebar hanya di sekitar jendela saja yang terang, sedangkan di bagian tengah akan redup. Hal ini terutama terjadi pada ruangan lebar, luas, dan terletak di bawah lantai lain sehingga tidak dapat dibuat lubang cahaya dari atap ( Satwiko, P. :2005). Cahaya buatan memerlukan energi, ini menjadi salah satu kekurangan cahaya buatan terutama bila energi terbatas. Pencahayaan buatan juga tidak dapat sepenuhnya menggantikan pencahayaan alami dari matahari. Cahaya alami membawa efek fisik, kimiawi, dan psikologis yang seutuhnya tidak dapat digantikan oleh sinar lampu.
44
Makhluk hidup pada dasarnya terikat oleh alam, oleh karena itu, mengasingkan manusia secara total dari pencahayaan alami tentu tidak disarankan karena merugikan baik secara fisik ataupun mental Dari segi pengarahan cahaya, dikenal istilah pencahayaan langsung (direct lighting), yaitu pencahayaan dengan mengarahkan sinar langsung ke bidang kerja atau objek. Lawannya yaitu pencahayaan tidak langsung (indirect lighting), yaitu pencahayaan dengan memantulkan sinar lebih dahulu. Pada dasarnya lampu menggunakan penggabungan antara kedua pencahayaan tersebut. Pencahayaan umum yaitu pencahayaan merata untuk seluruh ruangan, dan dimaksudkan untuk memberikan terang merata, agar tidak terlalu gelap. Berbeda dengan pencahayaan umum, pencahayaan kerja adalah pencahayaan fungsional untuk kerja visual tertentu. Pencahayaan aksen diarahkan ke objek tertentu untuk memperkuat
penampilannya.
Cahaya
ambien
adalah
cahaya
keseluruhan dalam suatu ruang yang merupakan efek gabungan dari pencahayaan umum, aksen, dll. Lampu adalah bagian pencahayaan yang menyala. Terdiri dari soket, dan rumah lampu atau armatur. Jenis lampu ada banyak, tetapi pada umumnya digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu lampu pijar, lampu fluorscent, dan lampu HID (High-Intensity Discharge), ( Satwiko, P. 2005).
2.6 Kajian Penghawaan 2.6.1 Penghawaan Alami Penghawaan alami diperlukan untuk membuat sebuah ruangan tetap sehat dan nyaman. Penghawaan alami menawarkan penghawaan yang sehat, nyaman, dan tanpa energi tambahan. Penghawaan alami tidak melibatkan mesin penyejuk udara yang dikenal dengan AC atau airconditioner. Syarat perancangan penghawaan alami yaitu, (1) tersedianya udara luar yang sehat (bebas dari bau, debu, dan polutan lain yang mengganggu); (2) suhu udara tidak terlalu tinggi maksimal 280 C); (3) tidak banyak
45
bangunan di sekitar yang akan menghalangi aliran udara horizontal (sehingga angin berhembus lancar); (4) lingkungan tidak bising. Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi sebaiknya menggunakan penghawaan buatan karena akan merugikan. Nilai negatif penghawaan alami yaitu suhu tidak dapat diatur, kecepatan angin tidak dapat diatur, kelembaban udara tidak mudah diatur, kualitas udara, gangguan serangga dan gangguan lingkungan sulit dicegah. Kualitas penghawaan alami sangat tergantung pada kualitas udara lingkungan. Penghawaan alami dapat diciptakan dengan bukaan ventilasi guna memperoleh pergantian udara ruangan oleh udara segar dari luar ruangan. Ventilasi dibagi menjadi 3. Yang pertama yaitu lubang atas atau ventilasi atas yang berguna untuk melepaskan udara panas yang terjebak di atas. Lubang tengah biasanya dipakai untuk jendela. Lubang bawah berfungsi untuk melepaskan udara lembab yang biasa terjebak di bagian bawah ruang ( Satwiko, P. 2005). 2.6.2 Penghawaan Buatan Mengusahakan lingkungan menjadi lebih nyaman secara termal diperlukan agar kita dapat bekerja lebih produktif. Salah satu cara adalah dengan memakai mesin penyejuk udara atau dikenal sebagai AC (air conditioner). Penghawaan buatan dengan AC, jika dirancang dengan benar, memiliki beberapa keuntungan. Ini terutama bila udara alami di sekitar bangunan
berkualitas buruk.
Kekurangan
penggunaan
AC adalah
pemakaian energi yang cukup boros. Namun ada beberapa keuntungan dalam penggunaan AC, sebagai berikut : -
Suhu udara lebih mudah disejukkan dan diatur.
-
Kecepatan dan arah angin mudah diatur.
-
Kelembaban udara mudah diatur.
-
Kebersihan udara dapat dijaga.
46
-
Karena ruang ac tertutup, maka diperoleh keuntungan yaitu keuntungan akustik dan ketenangan.
-
Serangga terbang dapat dicegah masuk dalam ruangan.
-
AC pada zaman sekarang diciptakan dengan pembangkit ion negatif yang dapat membunuh bakteri, jamur, dan mengikat biang bau, serta memberikan efek segar pada ruangan.
-
Karena ruang tertutup, bau dalam ruangan mudah diatur dengan wewangian. Ada beberapa tipe AC, namun secara garis besar terbagi sebagai
berikut : -
AC Unit, dikenal sebagai tipe jendela (windows type). Pada tipe ini, seluruh bagian AC ada dalam satu wadah. AC tipe ini dipasang dengan cara meletakkan mesin langsung ke dinding yang dilubangi sebesar ukuran AC. Karena seluruh komponen menjadi satu, AC jenis ini sedikit bising.
-
AC Split (Tipe paket terpisah). Ac ini mempunyai dua bagian terpisah yaitu unit dalam ruang dan unit luar ruang. Unit luar ruang berisi kipas, kompresor, dan kondensor untuk membuang panas, sedang unit dalam berisi evaporator dan kipas untuk mengambil panas dari udara dalam ruangan. Antara unit dalam dan unit luar dihubungkan dengan pipa untuk arus bolak-balik refrigeran. Karena hanya pipa tersebut yang menembus dinding, maka pelubangan dapat diminimalisasi. Selain itu kebisingan pada unit luar dapat dihindari. Dalam pemasangannya tipe ini terdapat tipe langit-langit/dinding yang terpasang di dinding bagian atas, tipe lantai yang terletak pada lantai berbentuk seperti lemari, dan tipe kaset yang dipasang di langit-langit menghadap ke bawah.
-
AC terpusat adalah tipe besar yang dikendalikan secara terpusat untuk melayani suatu gedung besar, bagi yang berpembagian sederhana maupun rumit seperti bangunan tinggi. AC pusat melibatkan sistem
47
jaringan distribusi udara I(ducting) untuk mencatu udara sejuk ke dalam ruang dan mengambil kembali untuk diolah kembali. Luang tempat udara dari sistem AC yang masuk ke dalam ruangan disebut difuser. Sedangkan lubang tempat udara kembali dari dalam ruangan ke jaringan disebut gril ( Satwiko, P. 2005).
2.7 Data Survey 2.7.1 Profil Sekolah Internasional Mahatma Gandhi
Gambar 2.19 Lambang Sekolah Sumber : https://plus.google.com
Sekolah Internasional Mahatma Gandhi adalah sebuah komunitas belajar yang dinamis, membekali pelajaran untuk seumur hidup dan menjadikan kewarganegaraan yang bertanggung jawab melalui tantangan global, multidisiplin, dengan kurikulum internasional yang memenuhi beragam kebutuhan siswa. Sekolah ini telah berdiri atas ide masyarakat keturunan India. Sekolah ini telah berdiri sejak tahun 1974, namun telah beralokasi ke lokasi sekarang pada tahun 2003. Berpedoman pada prinsip Mahatma Gandhi sebagai tokoh panutan untuk sekolah ini. Meskipun beliau adalah penganut agama hindu, namun Mahatma Gandhi adalah sosok pengagum dan sangat menghargai berbagai aliran kepercayaan lain. Prinsip-prinsip perdamaiannya pada berbagai ras, agama, maupun etnik menjadi pedoman berdirinya sekolah ini.
48
Sekolah ini menyediakan suasana di mana keragaman dianggap kekuatan dan di mana perbedaan dipandang sebagai aset. Kami percaya bahwa siswa harus menghargai dan menghormati budaya dan tradisi dari negara tuan rumah, Indonesia. Sekolah ini bertujuan untuk mengembangkan kepercayaan diri dalam setiap siswa, mengajarkan kemampuan beradaptasi dan kemampuan pemecahan masalah untuk menghadapi perubahan yang merupakan elemen penting dari globalisasi yang muncul dan untuk mengembangkan sifat-sifat pribadi yang baik yang meliputi kuat etos kerja, disiplin diri, sportivitas dan self -esteem. Kami adalah sebuah sekolah internasional yang benar-benar multikultural. Kami berkomitmen untuk mendidik siswa dari latar belakang dan budaya yang beragam, menjamin kesempatan pendidikan yang sama bagi setiap individu . Kami ingin siswa kami untuk menjadi pemikir kritis dan penuh kasih, pembelajar seumur hidup dan dan mampu berinteraksi dengan warga dunia. Ada penekanan pada standarisasi akademik yang tinggi. Walaupun Bahasa Inggris adalah media utama dalam berkomunikasi, Bahasa Indonesia, Mandarin, Hindi, atau Perancis juga merupakan elemen penting dalam kurikulum dan konteks sosial sekolah. Sekolah mendorong siswa untuk belajar berkomunikasi dengan baik melalui bahasa Inggris. Para guru sekolah melalui berbagai program berusaha untuk mengembangkan rasa hormat dan empati terhadap sesama manusia dan hak-hak mereka tanpa memandang ras, keyakinan, dan gender. 2.7.2 Visi-Misi Sekolah Visi-visi Sekolah Internasional Mahatma Gandhi adalah sebagai berikut : -
Menjadi Sekolah Internasional yang dapat memenuhi tantangan global dan mampu bersaing di dunia internasional dengan komitmen untuk mendidik para murid dari berbagai latar belakang dan budaya.
49
Misi-misi Sekolah Internasional Mahatma Gandhi adalah sebagai berikut : -
Menawarkan pendidikan berkualitas yang luas dan berbasis kurikulum internasional.
-
Mempromosikan sebuah perspektif internasional di kalangan siswa.
-
Memberikan berbagai peluang untuk memastikan setiap siswa, berkesempatan untuk mengembangkan potensinya sebagai anggota yang berkomitmen dan dihargai oleh masyarakat.
-
Mengembangkan kualitas, keterampilan yang diperlukan untuk menjadi percaya diri, termotivasi, individu yang bertanggung jawab, sadar soial agar mampu menjadi seorang pemimpin.
-
Bersikap ramah, sopan, dan hormat pada semua dari dalam maupun luar sekolah.
-
Menjaga perilaku baik dan sportivitas tiap saat.
2.7.3 Program Sekolah A. Kurikulum Kurikulum yang digunakan dalam Sekolah Internasional Mahatma Gandhi adalah kurikulum IGCSE (International General Certificate Of Secondary
Education),
diatur
oleh
Universitas
Internasional
Cambridge. Kurikulum IGCSE ini mengatur lebih dari 100 negara diseluruh dunia dan diakui oleh lembaga-lembaga akademik dan pengusaha di seluruh dunia. Kurikulum ini terdiri dari 2 tahun pembelajaran. Menyediakan persiapan yang ideal untuk level yang lebih tinggi seperti A-Level. GCE A-Level (Advanced Level) diatur oleh Universitas Internasional Cambridge. Ujian A-Level diambil oleh para siswa tingkat 12. Mata pelajaran yang terdapat yaitu Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, ekonomi, geografi, biologi, kimia, fisika, matematia, seni dan desain, bisnis, komputer, akunting dan aktivitas.
50
B. Sistem House Sistem House dalam Sekolah Internasional Mahatma Gandhi ini cukup unik dibandingkan dengan sekolah lainnya. Sistem ini merupakan penerapan dari multikultural sistem di sekolah. Sistem ini memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan sekolah. Memberikan identitas dalam komunitas sekolah dan integrasi antar kelompok. Sistem ini menfasilitasi berbagai kegiatan ekstra-kurikuler dan memberikan siswa kesempatan yang lebih besar untuk berpartisipasi, kepemimpinan, dan persaingan. Masing-masing kelompok House diacak oleh sekolah diluar sistem kelas. Sehingga para murid mampu berbaur dengan tiap siswa lainnya diluar kegiatan kelas. Ada empat House masing-masing dengan warna dan identitas mereka sendiri. Setiap siswa memakai seragam House mereka pada hari-hari kegiatan yang umumnya pada hari Jumat. Empat House itu adalah sebagai berikut : - House Kartini
Gambar 2.20 Lambang House Kartini Sumber : https:// www.gandhijkt.org
Penamaan ini melalui seorang tokoh Ibu Raden Ayu (Ajoe) Kartini, orang Jawa terkemuka dan pahlawan nasional Indonesia. Ibu kartini dikenal sebagai pelopor di bidang hak-hak perempuan di Indonesia yang dihormati di Hari Kartini 21 April. Dia adala seorang wanita yang ditinggikan status perempuannya di Indonesia, dia juga seorang tokoh
51
nasionalis, dengan ide-ide baru, yang berjuang atas nama orangorangnya. Warna Lambang House ini berwarna kuning. •
House Tolstoy
Gambar 2.21 Lambang House Tolstoy Sumber : https:// www.gandhijkt.org
Nama ini diberikan berdasarkan Leo Tolstoy, penulis Rusia dan filosof moral. Sebagai penulis fiksi, Tolstoy secara luas dianggap sebagai salah satu yang terbesar dari semua novelis, terutama terkenal karena karyanya Perang dan Damai, dan Anna Karenina. Sebagai seorang filosof moral, Tolstoy terkenal karena gagasan-gagasannya tentang
perlawanan
tanpa
kekerasan
yang
pada
gilirannya
mempengaruhi tokoh-tokoh abad ke-20 sebagai Mohandas K. Gandhi dan Martin Luther King. •
House Lincoln
Gambar 2.22 Lambang House Lincoln Sumber : https:// www.gandhijkt.org
52
Diberi nama melalui seorang tokoh Abraham Lincoln, Presiden ke16 Amerika Serikat yang menghentikan perluasan perbudakan di Amerika Serikat. Lincolnd biasanya terlihat sebagai pribadi yang memiliki nila-nilai kejujuran, dan integritas, serta menghormati hak-hak individu dan minoritas, dan juga kebebasan manusia. •
House Tagore
Gambar 2.23 Lambang House Tagore Sumber : https:// www.gandhijkt.org
Diberi nama melalui seorang tokoh Rabindranath Tagore, yang merupakan pujangga India, Filosof, dan seniman visual, dramawan, novelis, dan komposer yang mencoba untuk memperdalam pemahaman budaya India dan Barat. Ia menjadi pemenang Nobel Asia pertama ketika ia memenangkan 1913 hadiah mendirikan
Santiniketan,
sekolah
nobel dalam sastra. Beliau cita-citanya
yang
intinya
mengembangkan pembelajaran dalam lingkungan alam akan leih menyenangkan dan bermanfaat. Setelah ia menerima Hadiah Nobel, sekolah secara bertahap berkembang menjadi sebuah Universitas Internasional bernama Visva Bharati. C. Aktivitas Dan Ekstra Kurikular Beberapa aktivitas dan kurikular yang terdapat dalam Sekolah Internasional Mahatma Gandhi yaitu sebagai berikut : - Seni
53
Seni musik (paduan suara, menyanyi, alat musik), seni tari (modern dan tradisional), menggambar, melukis, dan fotografi. - Pengetahuan Menulis, pidato, matematika, ilmu pengetahuan, dekorasi, dan debat. - Olah raga Cheerleader, badminton, basket, catur, pingpong, sepakbola, voli, dan renang. Selain itu terdapat beberapa kompetisi yang diadakan secara berkala seperti inter-house sports competition atau inter-house arts competition. Perayaan-perayan hari besar seluruh agama juga dirayakan pada sekolah ini. 2.7.4 Data Sekolah Lokasi sekolah ini berada di Jl. Tabing Blok B-16, no. 3, Kemayoran, Jakarta Pusat. Lokasi ini cukup strategis karena berada di pusat Jakarta. Lokasinya dekat dengan area perumahan dan perkantoran, dan juga akses menuju ke jalan ini cukup banyak seperti Pasar Baru, Gunung Sahari, Mangga Dua, Sunter, dan Kemayoran.
Gambar 2.24 Lokasi Sekolah Internasional Mahatma Gandhi Sumber : https://plus.google.com
54
Lokasi sekolah ini berada di Jl. Tabing Blok B-16, no. 3, Kemayoran, Jakarta Pusat. Lokasi ini cukup strategis karena berada di pusat Jakarta. Lokasinya dekat dengan area perumahan dan perkantoran, dan juga akses menuju ke jalan ini cukup banyak seperti Pasar Baru, Gunung Sahari, Mangga Dua, Sunter, dan Kemayoran. Sekolah menengah tingkat 10-12 ini memiliki kurang lebih 180 siswa, dengan kurang lebih 20 siswa tiap kelasnya. Dalam satu angkatan/tingkat, terdiri dari 3 kelas. Para pengajar dalam sekolah ini terdapat kurang lebih 20 orang. Sekolah ini memiliki fasilitas-fasilitas pengajaran dan pendukung sebagai berikut : -
Lobby,
-
Resepsionis,
-
Ruang Kepala Sekolah,
-
Ruang Guru,
-
Ruang Administrasi,
-
10 Ruang kelas reguler,
-
3 Laboratorium Ilmu Pengetahuan (Fisika, Kimia, dan Biologi),
-
Perpustakaan,
-
2 Ruang Komputer,
-
Laboratorium Bahasa,
-
Kantin,
-
Klinik,
-
Loker,
-
Toilet,
-
Ruang Ganti,
-
Ruang Seni dan Budaya,
-
Aula,
-
Lapangan Olahraga,
-
Tribun, dan
-
Kolam renang.
55
Berikut ini adalah beberapa hasil foto-foto lapangan yang diambil pada saat survey, sebagai berikut:
Gambar 2.25 Area lobi dan resepsionis Sumber : dokumentasi penulis
Lobi dan resepsionis ini adalah area utama setelah pintu masuk. Area ini difungsikan untuk menerima tamu maupun sebagai area tunggu. Selain area tunggu, area ini juga berfungsi sebagai area penghubung pada bagianbagian administratif seperti kantor guru, kantor kepala sekolah, ruang administrasi, dan penghubung ke area pengajaran (lihat gambar 2.25).
Gambar 2.26 Area display pada lobi Sumber : dokumentasi penulis
56
Area ini merupakan area pajangan yang diletakkan di sebelah resepsionis. Area ini berfungsi sebagai peletakkan karya-karya dan pialapiala hasil dari prestasi sekolah (lihat gambar 2.26).
Gambar 2.27 Area tunggu lobi Sumber : dokumentasi penulis
Gambar 2.28 Ruang Kelas Sumber : dokumentasi penulis
Area ini merupakan salah satu ruangan kelas reguler yang ada pada sekolah Mahatma Gandhi. Ruangan kelas ini diisi oleh 20 meja dan kursi
57
untuk siswa. Dan 1 meja serta kursi guru pada bagian depan kelas. Ruang kelas ini masih mendapatkan cahaya alami dari jendela bagian atas kelas serta di jendela dekat koridor, sehingga pada siang hari ruangan ini cukup terang (lihat gambar 2.28).
Gambar 2.29 Ruang belajar pada perpustakaan Sumber : dokumentasi penulis
Gambar 2.30 Perpustakaan Sumber : dokumentasi penulis
58
Perpustakaan di sekolah Mahatma Gandhi terdiri dari beberapa bagian yaitu, rak-rak yang berisi koleksi-koleksi buku. Pada perpustakaan ini tersimpan sekitar 8 rak buku tinggi. Dilengkapi dengan area-area baca individual, serta area baca kelompok. Terdapat area multimedia yang berisikan beberapa mesin komputer untuk browsing. Serta dilengkapi oleh petugas/staff administrasi perpustakaan untuk pengaturan keluar masuknya buku (lihat gambar 2.29 & 2.30).
Gambar 2.31 Laboratorium Kimia Sumber : dokumentasi penulis
Gambar 2.32 Laboratorium Fisika Sumber : dokumentasi penulis
59
Gambar 2.33 Laboratorium Biologi Sumber : dokumentasi penulis
Pada gambar di atas terdapat hasil foto lapangan pada ruang laboratorium yaitu laboratorium kimia, fisika, dan biologi. Dalam ruanganruangan tersebut terlihat perbedaan kebutuhan untuk masing-masing laboratorium, seperti berikut : -
Pada laboratorium Fisika tidak terdapat bagian sink pada area meja kerja siswa.
-
Pada laboratorium kimia, disediakan rak pipa khusus pada setiap area meja kerja siswa, sedangkan pada laboratorium biologi dan fisika tidak terdapat rak khusus tersebut. -
Banyaknya alat-alat peraga yang berukuran cukup besar yang
tidak dapat disimpan dalam lemari penyimpanan pada laboratorium biologi seperti patung biologis, tengkorak, dan alat peraga lainnya.
Gambar 2.34 Ruang komputer Sumber : dokumentasi penulis
60
Ruang komputer di sekolah Mahatma Gandhi ini dilengkapi dengan meja kerja dengan mesin komputer berlayar LCD dengan laci keyboard dan unit CPU pada bagian bawah meja. Adanya 4 lubang stop kontak pada setiap meja kerja siswa (lihat gambar 2.34).
Gambar 2.35 Ruang seni dan budaya Sumber : dokumentasi penulis
Ruang seni dan budaya ini difungsikan untuk kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan seni-seni seperti seni lukis, menggambar, seni lipat, seni kerajinan tangan dan lain-lain. Pada ruangan ini terlihat adanya kebutuhan dinding yang dapat dipasang hasil-hasil karya para siswa (lihat gambar 2.35).
Gambar 2.36 Ruang ganti Sumber : dokumentasi penulis
61
Gambar 2.37 Toilet Sumber : dokumentasi penulis
Gambar 2.38 Panggung pada aula Sumber : dokumentasi penulis
Area panggung pada aula sekolah Mahatma Gandhi ini dibuat 1 meter lebih tinggi dari level lantai lainnya. Dalam area panggung ini terdapat area-area kosong di belakang panggung yang tersambung pada bagian luar koridor sebagai area persiapan sebelum pertunjukkan. Material panggung dipasangi oleh hardwood, karena kegiatan yang biasa dilakukan di area
62
panggung ini seperti pertunjukan-pertunjukan seni, dan lain-lain (lihat gambar 2.38).
Gambar 2.39 Aula Sumber : dokumentasi penulis
Aula sekolah selain sebagai ruang pertemuan, dapat difungsikan untuk area olahraga indoor seperti tenis meja. Adanya kekurangan fasilitas seperti kebutuhan ruang untuk seni tari, menjadikan aula ini juga sebagai tempat dilakukannya aktivitas seni tari.
Gambar 2.40 Lapangan olahraga Sumber : dokumentasi penulis
63
Gambar 2.41 Kolam renang Sumber : dokumentasi penulis
Area kolam renang ini terletak di bagian belakang sekolah, yang terhubung langsung dengan toilet dan ruang ganti.
Gambar 2.42 Koridor dan loker Sumber : dokumentasi penulis
64
Area koridor ini adalah area yang menghubungkan satu area ke area lainnya. Pada setiap seluruh bagian depan kelas diletakkan loker pendek untuk para siswa di area kelas tersebut.
Gambar 2.43 Kantin Sumber : dokumentasi penulis
Gambar 2.44 Klinik sekolah Sumber : dokumentasi penulis
Gambar 2.45 Area tunggu pada klinik sekolah Sumber : dokumentasi penulis
65
Klinik sekolah ini dilengkapi oleh seorang petugas klinik yang berjaga pada klinik selama sekolah berlangsung. Klinik ini memiliki area tunggu, area periksa, dan area beristirahat. 2.7.5 Struktur Organisasi Sekolah Dalam setiap lembaga, struktur organisasi adalah peran penting dalam penyelenggaraan suatu pendidikan maupun organisasi. Struktur organisasi berfungsi untuk membagi tugas-tugas sesuai dengan jabatan-jabatannya. Struktur organisasi ini merupakan elemen penting sebagai fungsi pengelola sekolah. Berikut adalah struktur organisasi sekolah Mahatma Gandhi :
SCHOOL COMMITTE
PRINCIPAL
CO-PRINCIPAL
DEPT. CURICULLUM
COOR LAB
COOR. LIBRAR Y
DEPT. STUDENT ORGANIZATION
DEPT. OF FACILITY
COMPUTER SERVER & GATEWAY
COOR. ACADEMIC STORAGE STOCK MAINTENANCE
COOR. HOUSE
COUNSELO R
DEPT. PUBLIC RELATION
ADMINIST RATION
STUDENT ORGANIZA TION TEACHERS
STUDENTS
Tabel 2.3 Struktur Organisasi Sumber : Dokumentasi penulis
COMMUNICATION SCHOLARSHIP ALUMNI
66
2.8 Kajian Multikultural 2.8.1 Latar Belakang Dalam sekolah ini terdapat beberapa ragam budaya yang berbedabeda, namun dijadikan pedoman sebagai salah satu penerapan sistem multikultural yang ada dalam sekolah ini. Beberapa diantaranya diterapkan dalam sistem house. Terdapat 4 tokoh yang dipakai untuk mewakili sistem house yaitu Kartini (Indonesia), Tolstoy (Rusia), Lincoln (Amerika), dan Tagore (India). Sistem house inilah yang dijadikan pedoman sebagai adanya keanekaragaman ras, budaya, dan etnis dari berbagai negara dalam perancangan Sekolah Internasional Mahatma Gandhi ini. A. Kartini Kartini merupakan seorang tokoh Indonesia yang berhasil menaikkan martabat kaum wanita. Kartini adalah seseorang yang dinilai berhasil menyerap pemikiran bangsa Eropa pada jamannya. Keseharian kehidupan Kartini mirip kehidupan orang Belanda. Ia juga belajar bahasa Belanda. Kemahirannya berbahasa Belanda tersebut itulah yang membuat Kartini bersikap terbuka terhadap tulisan-tulisan mengenai kebudayaan Barat. Dalam diri Kartini tumbuh proses penyadaran pentingnya pemberdayaan perempuan dan pentingnya pendidikan bagi kaumnya. Sejumlah pemikiran moderen Kartini tercermin dalam bentuk surat kepada
teman-temannya.
Surat-surat
tersebut
diterbitkan
oleh
Abendanon, seorang pegawai tinggi Batavia yang menangani bidang pendidikan, yang akhirnya sangat tertarik pada pandangan Kartini yang mengagumi kebebasan kaum wanita Eropa, yang kemudia diterbitkan dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Ide-ide kesetaraan gender yang digagas oleh Kartini tersebut adalah wujud nyata adanya kesadaran akan pentingnya pemikiran moderen terhadap kaum perempuan Indonesia untuk mengangkat martabatnya. Gagasan tersebut juga merupakan wujud lain tertananmnya pengaruh pemikiran
67
Eropa yang liberal pada diri Kartini. Pengaruh kebudayaan Eropa dan Nusantara tersebut selain tertanam dalam pemikiran Kartini, juga mempengaruhi gaya seni di Indonesia, yang dikenal dengan kebudayaan “Indis”. Kebudayaan yang diduga sebagai kebudayaan campuran antara Eropa dengan kebudayaan pribumi Jawa. Awalnya, penguasa koloni yang datang ke Nusantara dalam masa tugasnya melakukan pernikahan dengan wanita pribumi berdarah Jawa. Lama kelamaan jumlah komunitas ini semakin membesar, dan terjadi jugalah proses pencampuran kebudayaan yang kemudian melahirkan gaya hidup baru yang khas. Fenomena kebudayaan tersebut kemudian disebut dengan gaya Indis (Dr. Agus, S. :2007) B. Leo Tolstoy Leo Tolstoy adalah seorang rusia (1828-1910), lahir pada abad ke19, di saat Rusia berada dalam kekuasaan Tsar. Kehidupan Leo Tolstoy terpengaruh oleh pengembangan filsafat kristen. Ia adalah seorang filsafat, maupun sastrawan yang hebat. Tulisannya banyak memunculkan tentang keagamaan, aksi tanpa kekerasan, cinta pada musuh, dan penolakan terhadap kejahatan yang menginspirasi berbagai tokoh lain termasuk Mahatma Gandhi. Budaya di Rusia pada jaman ini juga dipengaruhi oleh aliran-aliran filsafat kristen dan Eropa. Pada abad ke 19, arsitektur tradisional Rusia bangkit pada masa kekaisaran Rusia. Pembangunan ulang bangunan-bangunan seperti di pusat Moskow mempergunakan konstruksi Neoklasik. Pergerakan arsitektur ini terlihat pada bangunan-bangunan keagamaan, pemerintah, dan bangunan publik. Gaya neoklasik pada Rusia ini lebih banyak terpengaruh oleh gaya bizantium. Gaya ini bertahan sampai munculnya Perang dunia 1 (Hasjim, D. : 1966). C. Abraham Lincoln Abraham Lincoln adalah seorang Presiden Amerika Serikat ke-16 yang menjabat sejak 1861 sampai 1865. Lincoln adalah seseorang yang
68
menentang perbudakan. Lincoln berpendapat bahwa demokrasi adalah sistem pemerintahan. Demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat ( Suhindriyo, 1999: 56). Pada jaman ini, gaya yang berkembang di Amerika Serikat adalah gaya arsitektur neoklasik yang muncul sekitar tahun 1800-an. Gaya ini adalah akibat adanya gagasan baru, salah satunya adanya peran teknologi dalam perancangan bangunan yaitu penggunaan bahan-ahan baru.
Arsitektur
neoklasik
adalah
sebuah
arsitektur
yang
menggambarkan bangunan yang terinspirasi dari arsitektur klasik. Di Amerika Serikat, arsitektur neoklasik yang berkembang banyak mengadopsi arsitektur klasik Yunani. Arsitektur neoklasik ini lahir antara lain karena ditemukannya kembali peninggalan arsitektur klasik, serta adanya perubahan politik antara lain revolusi Amerika yang menciptakan negara republik, dengan anggapan mengamil seni yang diasosiasikan dengan seni Yunani (demokrasi). Beberapa arsitektur Amerika juga terpengaruh oleh gaya klasik romawi sebagai pengembangan perubahan politik Amerika yang terasosiasi dengan Romawi yaitu negara republik (Binus University. (2009). Sejarah Seni Rupa Barat). D. Tagore Rabindranath Tagore (1861-1941) adalah seorang India yang juga dikenal dengan nama Gurudev. Ia adalah seorang dramawan, filosof, seniman, musikus, dan sastrawan. Tagore berteman dengan Mahatma Gandhi. Ia merupakan salah satu pejuang awal seni modern di India (Frenz, H. :1969). Pada jaman ini, gaya arsitektur India juga berkembang. Arsitektur India memiliki keberagaman dalam sejarah, budaya, dan geografi. Hal ini menyebabkan sulitnya mengidentifikasi karakteristik bentuk arsitektur India yang dapat mewakili keseluruhannya. Arsitektur India merupakan hasil paduan berbagai tradisi baik internal maupun eksternal yang datang dari Eropa, Asia Tengah, dan Timur.
69
Arsitektur yang sedang berkembang pada jaman Tagore adalah arsitektur Mughal berkembang pada abad ke-16 sampai abad 19. Menggambarkan penggabungan antara elemen arsitektur regional India dengan elemen arsitektur Persia dan Asia Barat. Pengaruh Barat terutama Eropa tak terelelakkan pada masa kolonisasi Eropa di India termasuk gaya neoklasik, barok, dan manneris yang kemudian dikenal di India dengan gaya Indo Saracenic.Arsitektur ini ditemukan pada bangunan-bangunan publik, stasiun, bank, bangunan pendidikan, museum, dan lain-lain (Binus University. (2010). Sejarah Seni Rupa Timur). 2.8.2 Sejarah Dan Karakteristik A. Gaya Indies
Tabel 2.4 Proses akulturasi gaya Indies di Indonesia Sumber : Binus University. ( 2010). Sejarah Seni Rupa Indonesia
Istilah Indies mengacu pada kebudayaan dan gaya hidup masyarakat
pendukungnya
yang
terbentuk
semasa
kekuasaan
pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Gaya Indies merupakan gaya seni yang berkembang sekitar abad ke-18 di wilayah nusantara sebagai
70
wilayah koloni dari Belanda. Gaya ini masih dirasa pengaruhnya hingga sekitar tahun 1950-an. Gaya ini menyebabkan perkembangan kota, baik dari segi perumahan maupun bangunan penunjang lainnya. Dengan perkembangan arus penduduk dan segala gaya hidupnya, berkembang pula Kebudayaan Indies. Pengaruh budaya indies ini dirasakan pada gaya hidup sehari-hari, karya seni/sastra, fotografi, desain grafis, busana, motif batik, seni kuliner, seni pertunjukan dan arsitektur. Arsitektur pada masa Indies ini banyak mengadaptasi bangunan dari Eropa. Pada abad-19, tampak ciri khas gaya Neo-Klasik yang tercermin dari penggunaan deretan kolom pada teras dan beberapa anak tangga menuju teras (Sachari, A. :2007).
Gambar 2.47 Contoh arsitektur Gaya Indies Sumber : Binus University. ( 2010). Sejarah Seni Rupa Indonesia
Pada awal abad 20 terdapat gaya baru, yaitu Neo-Gotik yang tetap menggunakan penyesuaian terhadap faktor iklim tropis dan juga keinginan untuk mencari identitas Hindia Belanda. Pengaruh arsitektur Cina dan arsitektur lokal Indonesia juga banyak diterapkan pada gaya ini.
71
Gambar 2.48 De Jaasche Bank Sumber : Binus University. ( 2010). Sejarah Seni Rupa Indonesia
Jika dilihat, maka bangunan-bangunan ini dibuat dari batu bata yang diplester. Terdapat teras atau selasar kecil di depan bangunan yang diberi atap yang ditumpu oleh kolom-kolom yang diadopsi dari gaya-gaya klasik. Arsitektur
Indis
adalah
sebutan
untuk
arsitektur
yang
menggabungkan gaya Eropa dengan arsitektur tradisional Indonesia. Percampuran ini bisa terjadi pada sebuah bangunan yang menggunakan gaya arsitektur neo klasik atau art deco tetapi diadaptasikan dengan iklim dan budaya Indonesia dengan penambahan ventilasi, bukaan yang berjumlah banyak, atap miring yang lebar, dan denah yang menerapkan budaya-budaya dari indonesia. Penggunaan material lokal juga ikut berperan penting dalam manifestasi arsitektur indis. Arsitektur tradisional yang dipergunakan tidak hanya satu jenis saja tetapi
ada
juga
yang
menggunakan/menggabungkan
beberapa
arsitektur tradisional dengan metode konstruksi Eropa dan materialmaterial lokal. Sehingga hasilnya akan menjadi sesuatu yang berbeda, berciri khas Indonesia, tetapi bukan milik salah satu arsitektur tradisonal, tetapi telah menjadi ciri nasional (Mandasari : 2009). Arsitektur diseusaikan dengan keadaan Indonesia yang tingkat kelembapannya tinggi serta udara yang sangat panas.Sebagai contoh dapat kita lihat pada bangunan kampus ITB dibawah ini.
72
Gambar 2.49 Gedung ITB Sumber : http//:commons.wikimedia.org
Contoh lainnya adalah bangunan gereja kristen Jawi Wetan Mojowarno.
Gambar 2.50 Gereja Mojowarno Sumber : Mandasari, 2009
Gereja ini didominasi oleh barisan kolom gaya Yunani dengan teras depan dan teras belakang serta bentuk tampak simetri sebagai ciri arsitektur Indis. (Handinoto, 1996:83; Sumintarda, 1978:116) Aplikasi gaya Indis pada pilar berbentuk kolom doria di ujung beranda. Letak pintu dan jendela simetris.
73
Gambar 2.51 Analisis Kolom Bangunan Sumber : Mandasari, 2009
Pola penataan bangunan ini didasarkan pada struktur sosial masyarakat Jawa. Bentuk denah gedung gereja ini berbentuk simetris. Sususan ruangnya merupakan tipologi gaya indis yang ditandai dengan denahnya yang berbentuk simetri penuh. Kesimetrisan ini lebih condong dipengaruhi oleh gaya desain atau arsitektur Belanda disamping pengaruh pola rumah tradisional jawa yang simetris (Mandasari : 2009).
Gambar 2.52 Layout Gereja Mojowarno Sumber : Mandasari, 2009
Pola organisasi ruang pada bangunan utama gereja berbentuk garis lurus membentuk pola linier. Pola linier ini didominasi oleh sumbu utama bangunan yang memanjang sebagai pengorganisir deretan ruang yang ada. Material lantai berupa plesteran dan teraso yang merupakan
74
penyesuaian yang dilakukan pada bangunan Indis berkaitan dengan kebiasaan masyarakat lokal setempat. Pada saat itu rumah Jawa sebagian besar menggunakan plesteran dan teraso untuk bahan lantai. Penggunaan dinding bata memperlihatkan penyesuaian bangunan Indis terhadap lingkungan tropis basah di jawa. Warna putih pada dinding bangunan ini merupakan ciri khas bangunan kolonial akhir. Letak tangga yang simetri pada sisi kiri dan kanan menjadi ciri khas bangunan Indis, dimana tangga tersebut juga berfungsi sebagai akses ke tribun dan menara (Ching 1979:198).
Gambar 2.53 Dinding dan kolom pada Gereja Mojowarno Sumber : Mandasari, 2009
Kolom pada interior merupakan pengaruh oleh bentuk kolom Yunani pada saat itu dengan bentuk kota, mengikuti rangka kolom. Kolom yunani yang dipakai dalam bentuk ini adalah kolom ionia dengan ornamennya. Bentuk jendela juga terpengaruh oleh bentuk langgam gothik yaitu pointed arc. Karakteristik interior yang paling mendominasi adalah bentuk langgam gothik dan neoklasik. Ini dijumpai pada mimbar, bangku jemaat, beberapa kursi di ruang konsistori, elemen estetis berupa lampu yang berderet pada dinding bangunan Indis. Material furnitur banyak menggunakan kayu eboni yang hitam, kayu kalamander, amboina, sonokeling, satin, dan jati. Pemilihan material aksesori ruang kebanyakan terbuat dari material besi dengan finishing warna emas yang merupakan salah satu ciri kebudayaan Indis. (Pamungkas, 2002).
75
Gambar 2.54 Elemen interior pada gereja Mojowarno Sumber : Mandasari, 2009
Gambar 2.55 Contoh ornamen neoklasik Sumber : Mandasari, 2009
B. Gaya Neo-Bizantium Ciri khas gaya Neo-Bizantium yaitu mengulang bentuk lama dari gaya
Bizantium.
Gaya
Neo-Bizantium
membangkitkan
dan
mengadopsi kembali gaya Bizantium sebagai dominasinya. Pada mulanya gaya Bizantium sendiri muncul oleh pengaruh gaya klasik Yunani dan Romawi dari abad 2 dan 3. Jadi gaya ini juga mengalami akulturasi dari gaya klasik. Ciri khas Bizantium yang menonjol adalah penggunaan kubah ataupun setengah kubah yang sudah mulai digunakan pada masa Romawi (menutup bidan poligon atau persegi). Kemudian dalam masa Bizantium berkembang menjadi sebuah elemen utama dan seagai elemen penghias (Sumalyo, 2003: 527). Kubah ini dibangun dalam denah bujur sangkar dengan teknik pendetives. Teknik ini seperti meletakkan setengah buah jeruk pada piring dengan bagian yang datar menghadap piring. Kemudian jeruk tersebut dipotong pada
76
tiap sisinya secara vertikal dengan ukuran sama. Yang tersisa dari jeruk tersebut adalah hemisphere yang disebut kubah pendetive (Boediono, 1997: 13
Gambar 2.56 Kubah Pendetive Sumber :http//: file.upi.edu
Dinding yang dipakai adalah konstruksi dinding dengan ditutup finishing dan penggunaan lantai marmer. Dinding luar didekorasi bermacam-macam pola dan ikatan, sementara bagian dalam interior biasanya dilapisi atau ditutup dengan marmer, mosaik, dan lukisanlukisan dinding. Pola dinding bata dapat tersusun secara horizontal, vertikal, ataupun berbentuk liku-liku. Kaca mosaik juga sebagai penghias jendela dengan latar belakang keemasan. Gaya Neo-Bizantium ini muncil di Eropa barat kembali pada tahun 1840 dan muncul pada masa kekaisaran Rusia pada abad 19. Gaya bizantium ini juga mendapat pengaruh dari timur serta kepercayaan agama kristen (Hasjim, D. : 1966).
77
Gambar 2.57 Naval Cathedral of Saint Nicholas Sumber : http//:google.com
Arsitektur bangunan di atas adalah Vasily Kosyakov (1862-1921). Ia telah diakui sebagai arsitek Neo-Bizantium. Kosyakov, dalam umurnya 20 tahun memiliki proporsi yang optimal pada kubah, dan desain Bizantium. Gaya ini memiliki ciri khas yaitu kubah dengan jumlah lebih dari satu. Biasanya dipakai pada bangunan-bangunan publik dan religius. Bentuk pintu dan jendela serta aplikasi dekoratif pada dinding dibuat setengah lingkaran untuk memberikan kesan lunak. Hampir sama dengan gaya Neo-Klasik yang memiliki prinsip simetris. Denah berbentuk simetris dan berpola geometris. Kolom-kolom pada bangunan ini tidak hanya berdiri sendri namun juga menjadi bagian dekorasi dari dinding dengan dekorasi kolom korintia. Bagian dalam interiornya memakai bahan bata (Hasjim, D. : 1966). Elemen dekorasi pada beberapa bangunan menggunakan warna emas dan kaca mosaik. Warna-warna yang dipakai biasanya adalah warna-warna pucat. Warna furniture yang dipakai biasanya berwarna coklat tua.
78
Gambar 2.58 Interior Neo-Byzantine Sumber : http//:triposo.com
. Gambar 2.59 Saint Peter and Saint Paul Chatolic Church Sumber: http://historicbuildingsct.com
79
. Gambar 2.60 Saint John Catholic Church Sumber: http://historicbuildingsct.com
Pada
perkembangan
jaman
Neo-Bizantium
ini,
bentuk
bangunannya dikombinasi dengan bentuk atap segitiga. Tidak semua struktur bangunan dipasangi kubah.
Gambar 2.61 Ornamen bizantium Sumber: Owen Jones – The Grammar of Ornament, 1856
80
C. Gaya Neo-Klasik Gaya ini muncul antara 1730-1800 yang pada mulanya dikembangkan oleh Raja Louis XVI. Gaya ini merupakan reaksi pertentangan artistik terhadap gaya rokoko. Yang dipandang sebagai gejala penurunan kebudayaan secara meluas, akibat hidup berlebihan dari para bangsawan. Gaya ini cenderung membangkitkan gaya klasik terutama yang bertema heroik patrootisme dengan visualisasi formal dan tegas, garis-garis yang bersih, serta mengesankan stabilitas dan kewibawaan. Unsur-unsur klasik kembali digunakan seperti tiang (dorik, ionik, dan korintia) serta detail corniche (Binus University. (2009).Sejarah Seni Rupa Barat).
Gambar 2.62 Contoh Furniture Neoklasik Sumber: Binus University. (2009). Sejarah Seni Rupa Barat
Gaya ini kemudia menyebar ke Amerika pada awal masa kemerdekaanya,
menggantikan
gaya
kolonial
Georgian
yang
merupakan peninggalan Ingrris. Gaya ini banyak diterapkan pada arsitektur di Amerika. Perkembangan dari Neo-Klasik disebut sebagai gaya Federal (Binus University. (2009).Sejarah Seni Rupa Barat).
81
. Gambar 2.63 The Rottunda, Virginia Sumber: Binus University. (2009). Sejarah Seni Rupa Barat
Gambar 2.64 Jefferson Memorial, Amerika Sumber: Binus University. (2009). Sejarah Seni Rupa Barat
Identik dengan Pantheon Roma dengan portico berkolom dorik 8 buah menyangga sebuah pedimen. Portico ini menempel pada sebuah rotunda (ruangan berdenah lingkaran) dikelilingi oleh kolom dorik. Ditengah rotunda terdapat patung Thomas Jefferson. Tipikal ruangan ini berbentuk oval.
82
Gambar 2.65 Gedung Capitol, Washington, Amerika Sumber: Binus University. (2009). Sejarah Seni Rupa Barat
Terdiri dari bangunan tunggal,simetris. Sumbu utama didominasi oleh kubah yang merupakan salah satu terbesar di dunia. Puncak kubah terdapat patung kemerdekaan. Kubah ini mendapat pengaruh bizantium. Warna-warna yang dipakai pada bangunan Neo-Klasik ini biasanya didominasi oleh warna putih. Proporsi pada bangunan Neo-Klasik ini biasanya langsing. Ornamen-ornamen yang muncul pada jaman ini adalah berbentuk vas, bunga, kuncup, pita, manik-manik.binatang (real maupun imajinatif seperti lumba-lumba, singa, sphinx, dan lain-lain), serta figur klasik.
Gambar 2.66 Contoh Ornamen Neo-Klasik Sumber: Binus University. (2009). Sejarah Seni Rupa Barat
83
Menurut buku “The Element Of Style”, penjelasan mengenai ciri khas gaya Neo-Klasik pada elemen-elemen interior seperti berikut : - Pola lantai dengan material marmer (Regency Style, 1801-1803),
Gambar 2.67 Contoh Ornamen Lantai Neo-Klasik Sumber: Regency Style, 1801,1803
- Pola dinding dengan treatment dari detil Neo-Klasik dan gougework decoration ,
Gambar 2.68 Contoh treatment dinding Neo-Klasik Sumber: Regency Style, 1801,1803
-
Pola ceiling dan cornichei dengan ornamen-ornamen.
Gambar 2.69 Contoh treatment ceiling Neo-Klasik Sumber: Regency Style, 1801,1803
84
-
Pola bentuk jendela Neo-Klasik
Gambar 2.70 Contoh jendela bergaya Neo-Klasik Sumber: Regency Style, 1801,1803
-
Pola bentuk pintu Neo-Klasik
Gambar 2.71 Contoh pintu bergaya Neo-Klasik Sumber: Regency Style, 1801,1803
D. Gaya Indo Saracenic/Mughal Arsitektur India memiliki keberagaman dalam sejarah, budaya, dan geografi. Hal ini mengakibatkan sulitnya mengidentifikasi karakteristik bentuk arsitektur India. Munculnya arsitektur Mughal pada abad ke-16. Gaya ini muncul melalui penggabungan antara arsitektur Bizantium, regional India, elemen arsitektur Persia dan Asia
85
Barat. Pengaruh barat terutama Eropa tak terelakkan pada masa kolonisasi Eropa di India. Arsitektur India telah membawa pengaruh yang besar terutama ke Asia Timur sejak kelahiran dan penyebaran agama Budha. Sejumlah elemen arsitektur India seperti stupa, sikhara, pagoda, torana telah menjadi simbol aristektur Hindu dan Budha yang berkembang dan digunakan di Asia Timur dan Asia Tenggara seperti yang terdapat pada bangunan candi Prambanan di Indonesia. Denah bangunan Mughal biasanya menggunakan bentuk persegi daripada bentuk lingkaran dalam arsitektur Budha. Bentuk empat persegi ini menyimbolkan kestabilan dan kekekalan.
Gambar 2.72 Contoh denah bentuk arsitektur Mughal Sumber: Sumber :http//: file.upi.edu
Contoh hasil arsitektur ini adalah Taj Mahal yang dibangun pada kurun waktu 1627-1658 yang merupakan salah satu keajaiban dunia. Secara umum, gaya arsitektur ini hampir sama dengan gaya persia, namun terdapat perbedaan pada penggunaan marmer dalam jumlah besar, penggunaan satu/dua warna saja, dan adanya cupola (kubah kecil tanpa dinding) yang hanya disangga polar. Keistimewaan gaya ini
86
adalah kesimetrisannya (Hasbi, R. M. (2008). Sejarah Arsitektur:Pusat Bahan Ajar Dan Learning, Universitas Mercu Buana).
Gambar 2.73 Taj Mahal, India Sumber: http://kisuta.com
Motif-motif yang terdapat pada ornamen masjid ini adalah motif floral dan motif geometris karena adanya larangan penggunaan motif makhluk hidup maupun binatang. Terdapat adanya akulturasi agama Islam dengan agama Hindu-Buddha pada gaya Mughal. Terlihat pada hiasan khas berbentuk bunga teratai pada puncak kubah. Teratai adalah bunga yang dianggap suci dalam agama Hindu dan Buddha. Contoh lainnya arsitektur bergaya Mughal yaitu Masjid Badshah dan Mausoleum Humayun.
Gambar 2.74 Masjid Jama, India. Sumber: http://kisuta.com
87
Tidak banyak interior bentuk Mughal yang bertahan. Analisa furniture-furniture yang digunakan pada jaman itu digambarkan berdasarkan hasil lukisan-lukisan yang ada.
Gambar 2.75 Sebuah lukisan Mughal,The Work of Bichitr. Sumber: Essay in Honor of J.M Rogers, 2004
Gambar 2.76 Chest of Wood, mother of pearl, and silver Gujarat. Sumber: Essay in Honor of J.M Rogers, 2004
Furniture-furniture tersebut biasanya dibangun dengan bahan dasar kayu, gading dan dengan dekorasi motif floral atau geometris.
88
Gambar 2.77 Cabinet on stand of wood, ivory, and metal. Sumber: Essay in Honor of J.M Rogers, 2004
Gambar 2.78 Cabinet of wood, Mughal India. Sumber: Essay in Honor of J.M Rogers, 2004
2.8.3 Akulturasi Antar Ke Empat Gaya Kebudayaan
adalah
satu
keseluruhan
yang
kompleks,
yang
terkandung dalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lainnya yang didapat manusia sebagai anggota masyarakat. Dalam perkembangan jaman, adanya budaya-budaya baru yang masuk mempengaruhi budaya lain yang menimbulkan akulturasi budaya. Hal ini terjadi jika dalam suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Berdasarkan penjelasan di atas, terdapat perbedaan latar belakang yang menghasilkan suatu gaya yang berbeda pada tiap negara. Namun, terdapat kesamaan pada pengaruh-pengaruhnya. Hasilnya adalah perbedaan yang
89
memiliki ciri khas masing-masing. Hubungan antar ke empat gaya-gaya tersebut kaitannya cukup erat. INDIS
NEO-BIZANTIUM
NEO-KLASIK
MUGHAL
Pengaruh dari Gaya Klasik
Pengaruh dari Timur
Pengaruh dari Timur
Pengaruh dari Asia
Pengaruh dari Asia Pengaruh Orthodox Kristen
Simetris
Kolom Berdiri Bebas
Kolom Berdiri Bebas
Penggunaan 1 atau 2 warna saja
Kubah tunggal
Kubah tunggal
Kubah Majemuk
Kubah Majemuk
Garis-garis bersih
Garis-garis bersih
Bentuk ½ Lingkaran pada pintu dan jendela
Pedimen Segitiga
Pedimen Segitiga
Pointed Arc
Pointed Arc
Penggunaan motif/ornamen geometris atau floral
]]]
Penggunaan motif/ornamen bentuk figur makhluk hidup
Penggunaan warna dekoratif emas
Penggunaan material marmer
Tabel 2.5 Hubungan akulturasi budaya
90
Tabel di atas menunjukan beberapa hubungan antar ke empat gaya tersebut, sebagai berikut : -
: Garis ini menunjukan adanya kesamaan dalam keempat gaya tersebut.
-
: Garis ini menunjukan adanya kesamaan antar gaya Indis dengan gaya Neo-Klasik.
-
: Garis ini menunjukan adanya kesamaan antar gaya Indis dengan gaya Mughal.
-
: Garis ini menunjukan adanya kesamaan antar gaya Neo-Bizantium dan Mughal. Adanya kesamaan pada tiap gaya adalah sebagai berikut :
-
Adanya pengaruh dari gaya klasik,
-
Bentuk yang simetris,
-
Penggunaan 1 atau 2 warna saja,
-
Penerapan motif floral, maupun geometris. Adanya kesamaan pada ketiga gaya Indis, Neo-Bizantium, dan Neo-
Klasik adalah adanya bentuk setengah lingkaran pada pintu maupun jendela atau elemen dekorasi lainnya, serta penggunaan elemen motif geometris maupun tumbuhan, dan menggunakan elemen warna dekoratif emas. Sedangkan persamaan antara gaya Neo-Bizantium, Neo-Klasik, serta gaya Mughal adalah adanya penggunaan material marmer pada elemen interiornya. Adanya kesamaan pada gaya Indis dan Mughal adalah adanya pengaruh dari gaya di Asia serta penggunaan bentuk dan elemen dekorasi Pointed Arc. Adanya kesamaan pada gaya Neo-Bizantium dan Mughal adalah adanya pengaruh dari Eropa Timur, serta penggunaan bentuk kubah majemuk (lebih dari 1), yang tidak memusat atau tunggal dibandingkan dengan pemakaian pada gaya Indis maupun Neo-Klasik. Persamaan-persamaan tersebut menjadi pengambilan intisari dan benang merah sebagai dasar acuan untuk perancangan interior sekolah Mahatma Gandhi. Dalam penerapannya, ke empat persamaan yang ada
91
dapat diterapkan ke dalam interior sebuah ruangan tertentu, namun bukan sebagai penerapan kepada keseluruhan interior. Akan diterapkan penerapan secara tematik pada interior ruangan lainnya yang bukan merupakan penggabungan dari keseluruhan gaya tersebut). Penerapan dasar konsep tersebut akan tetap disesuaikan dengan waktu/jaman sekarang.
92
*halaman ini sengaja dikosongkan.