Bab 2 Landasan Teori
2.1 Pengertian Doushi (動詞) Menurut Koike, et al. (2003:802). yang dikutip dalam Jurnal Nihon Go Volume 2, pengertian doushi (動詞) adalah kelas kata yang sejajar dengan adjektiva atau kata sifat dan nomina atau kata benda, yang bisa berdiri sendiri, serta menjadi predikat dalam suatu kalimat. Selain itu, Susanti, et al. (2010:67) menyatakan doushi (動詞) adalah bahasa Jepang untuk verba.” Lalu, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dalam Jurnal Nihon Go Volume 2 (2010:72), pengertian verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan. Kemudian, Ichikawa (2000:ii) menyebutkan bahwa doushi (verba) adalah kelas kata (hinshi) yang berfungsi sebagai predikat, letaknya sejajar atau setara dengan voice, tense, aspek, dan mood. Sehubungan dengan hal tersebut, Ichikawa membagi kelas kata sebagai berikut.
9
Bagan 2.1 Pengklasifikasian Jutsugo (述語) 述語 動詞
ヴォイスなど
しえきぶん
• •
他動詞 自動詞
• • • •
使 役 分 ・使役や りもらい 受身分 可能分・ことがで きる やりもらい: (て)あげる (て)さしあげる (て)もらう (て)いただく (て)くれる (て)くださる
テンス・アスペクト
• • • • • • • • • •
た ている てある ておく てくる ていく てしまう てみる なる・ようにな る (し)始める・ (し)出す
ムード
• • • • • • • • • • • • • • • • • • •
(し)よう たい つもりだ てほしい なければならな い (た)ほうがい い だろう かもしれない んじゃないか に違いない そうだ(様態) ようだ らしい そうだ(伝聞) はずだ ことだ ものだ べきだ の(ん)だ
Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa doushi termasuk ke dalam jutsugo yang dalam bahasa Indonesia berarti predikat.
10
2.1.1 Pengklasifikasian doushi (動詞) dalam bahasa Jepang Pengklasifikasian verba dalam bahasa Jepang ada berbagai macam. Salah satunya menurut Yoshikawa yang dikutip dalam Jurnal Nihon Go Volume 2 (2010:70) adalah sebagai berikut. Verba dalam bahasa Jepang terdiri atas jidoushi-tadoushi 自動詞・他動詞, keizoku doushi-shunkan doush 継続動詞・瞬間動詞 atau keizoku doushi disebut juga dousa doushi 動作動詞 dan shunkan doushi disebut juga henka doushi 変化動詞(untuk selanjutnya digunakan penamaan dousa doushi dan henka doushi), dan 意志動詞・無意志動詞 ishi doushi-muishi doushi. Tabel 2.1 Jidoushi-tadoushi(自動詞・他動詞) Verba Definisi Ciri Jidoushi Verba yang tidak menggunakan partikel Ada yang berpasangan ‘verba dengan tadoushi; ada yang 「を」wo yang menunjukkan objek. intransitif’ hanya jidoushi; ada yang Contoh: ドアが開きます。 bentuknya sama dengan Doa ga akimasu. tadoushi ‘Pintu terbuka.’ Tadoushi Verba yang menggunakan partikel Ada yang berpasangan ‘verba dengan jidoushi; ada yang 「を」wo yang menunjukkan objek. transitif’ hanya tadoushi, ada yang Contoh: 私は新聞を読みます。 bentuknya sama dengan Watashi wa shimbun wo yomimasu. jidoushi. ‘Saya membaca koran.’ Sumber: Jurnal Nihon Go Volume 2 (Susanti, et al., 2010:71) Tabel 2.2 Ishi doushi-muishi doushi(意志動詞・無意志動詞 ) Verba yang menunjukkan perbuatan yang bergantung pada kehendak Ishi doushi manusia. Contoh: 私はテレビを見ます。 Watashi wa terebi wo mimasu. ‘Saya menonton televisi.’ Verba yang menunjukkan perbuatan yang terjadi di luar kehendak Muishi doushi manusia. Contoh: 暑いときにのどがかわきます。 Atsui toki ni nodo ga kawakimasu. ‘Ketika panas terasa haus.’ Ada empat macam: subjeknya selain makhluk hidup, menunjukkan fenomena alam, menunjukkan fenomena yang ada pada tubuh manusia, dan menunjukkan fenomena kejiwaan Sumber: Jurnal Nihon Go Volume 2 (Susanti, et al., 2010:71)
11
Tabel 2.3 Dousa doushi-henka doushi dan joutai doushi(動作動詞・変化動詞・状態 動詞 ) Verba Gerakan Hal yang Ditunjukkan Verba Bentuk Kamus ada perbuatan dan peristiwa perbuatan dan peristiwa Dousa doushi di masa datang ada perubahan keadaan masa datang Henka doushi tidak ada keadaan yang statis keadaan sekarang Joutai doushi Sumber: Jurnal Nihon Go Volume 2 (Susanti, et al., 2010:71) Tabel 2.4 Contoh kalimat dousa doushi, henka doushi, dan joutai doushi Verba Contoh Kalimat Dousa doushi 田中さんはレストランで夕食を食べます。 Tanakasan wa resutoran de yuushoku wo tabemasu. ‘Tanaka makan malam di restoran.’ Henka doushi 早く食べないとアイスクリームが溶けるよ。 Hayaku tabenai to aisu kuriimu ga tokeru yo. ’Kalau tidak cepat dimakan, eskrimnya meleleh lho!’ Joutai doushi 机の上に辞書があります。 Tsukue no ue ni jisho ga arimasu. ‘Di atas meja ada kamus.’ Sumber: Jurnal Nihon Go Volume 2 (Susanti, et al., 2010:71) 2.1.2 Jidoushi dan Tadoushi (自動詞・他動詞) Ichikawa (2000:ii) menyebutkan bahwa jidoushi dan tadoushi masuk ke dalam kelompok doushi (動詞). Kemudian, Ichikawa menyebutkan arti dan fungsi jidoushi dan tadoushi sebagai berikut. Jidoushi berfungsi dan berarti suatu gerak atau suatu tindakan yang tidak menyertakan pelaku dalam melakukan suatu perbuatan.
Contoh kalimat jidoushi adalah 1. 窓が開いた (Jendela tersebut terbuka), 2. 水が流れる(Air mengalir), dan 3. 子供が泣く(Anak tersebut menangis).
12
Sedangkan fungsi dan arti tadoushi adalah melakukan pekerjaan atau menciptakan. Contoh kalimat jidoushi adalah 1. 田中さんが窓を開けた (Tuan Tanaka membuka jendela) dan 2. 家を建てる (Saya membangun rumah). Masih dalam sumber yang sama, Ichikawa (2000:147) menjelaskan, 「他動詞は通 常、「目的語+を」をとり、自動詞はとらない。」artinya,“Pada umumnya tadoushi mempunyai pola (objek+o), akan tetapi hal tersebut tidak berlaku pada jidoushi.” Diperkuat pula oleh pernyataan Suzuki (2000:40) yakni, 他動詞の場合は「を」をとり、自動詞の場合は「が」をとるのが普通だが、ど ちらが他動詞で、どちらが自動詞かを区別するのが外国人には非常にむず かしい。 Terjemahan: Memang sesuatu hal yang umum dalam menyertakan partikel “o” dalam kalimat tadoushi dan menyertakan partikel “ga” dalam kalimat jidoushi. Namun, sangat sulit bagi orang asing untuk membedakan mana kalimat tadoushi dan mana kalimat jidoushi. Oleh karena itu, jidoushi dan tadoushi harus benar-benar dimengerti dan dipelajari dengan seksama agar lebih mudah membedakan dan mengaplikasikan jidoushi dan tadoushi di dalam kehidupan sehari-hari. Pada bagan berikut, Andou dan Ogawa (2001:4) menjelaskan konsep jidoushi dan tadoushi dengan sistematis.
13
Bagan 2.2 自動詞他動詞の基本概念 2.変化を起こす人など
1.変化する人/もの
自動詞
他動詞 ポイント:[話し手が注目しているところ] 話し手が 1 に注目している :自動詞表現 話し手が1と2の両方に注目している :他動詞表 Sumber: (Andou, S. dan Ogawa, 2001:4) Terjemahan: Bagan 2.3 Konsep Dasar Jidoushi dan Tadoushi 2. Orang atau pun benda yang melakukan perubahan
1. Orang atau benda yang berubah jidoushi
tadoushi Poin: Yang harus diperhatikan adalah si pembicara. Apabila pembicara berada pada no.1, berarti kalimat tersebut adalah jidoushi. Apabila pembicara berada pada no. 1 dan 2, Berarti kalimat tersebut adalah tadoushi. Sumber: (Andou, S. dan Ogawa, 2001:4) 2.1.3 Klasifikasi Jidoushi dan Tadoushi (自動詞・他動詞) Berikut ini adalah pengklasifikasian jidoushi dan tadoushi menurut Iori(2000:97101)adalah
14
1. Jika akhiran kata adalah –aru, maka semuanya ádalah jidoushi, apabila diubah ke bentuk –eru, maka akan menjadi tadoushi. 2. Jika akhiran kata adalah –reru, maka semuanya adalah jidoushi 3. Jika akhiran kata adalah –su, maka semuanya adalah tadoushi. Bentuk –aru:-X (Sebelah kiri adalah jidoushi dan sebelah kanan adalah tadoushi) Tabel 2.5 A1. bentuk –aru (jidoushi) berubah menjadi –eru (tadoushi): 自動詞 他動詞 自動詞 他動詞 終わる 終える 上る 上げる かかる かける 暖まる 暖める 重なる 重ねる 当たる 当てる 固まる 固める 集まる 集める 決まる 決める 高まる 高める 下がる 下げる たまる ためる 定まる 定める 捕まる 捕まえる 仕上がる 仕上げる 伝わる 伝える 静まる 静める 当てはまる 当てはめる 改まる 改める いたまる いためる もうかる もうける 薄まる 薄める 弱まる 弱める 埋まる 埋める 閉まる 閉める 植わる 植える 締まる 締める 自動詞 他動詞 染まる 染める 助かる 助ける つながる つなげる/ Tabel 2. 6 つなぐ 詰まる 詰める A2. bentuk –aru (jidoushi) 遠ざかる 遠ざける 止まる 止める berubah menjadi –u (tadoushi). 始まる 始める 刺さる 刺す はまる はめる はさまる はさむ 早まる 早める ふさがる ふさぐ 引っかかる 引っかける 広がる 広げる
15
広まる 深まる ぶつかる ぶらさがる 曲がる 混ざる/ 混じる まとまる 丸まる 見つかる
広める 深める ぶつける ぶらさげる 曲げる 混ぜる まとめる 丸める 見つける
Kata kerja yang telah disebutkan sebelumnya sangat beraturan, apabila menghafalkan bentuk jidoushinya, maka bentuk tadoushinya pun akan mudah untuk dimengerti. Tabel 2.7
Tabel 2. 9
B. bentuk –reru berubah menjadi X B1. bentuk –reru berubah menjadi bentuk -su 自動詞 隠れる 崩れる こぼれる 壊れる 倒れる つぶれる 流れる 外れる 乱れる 汚れる
B3. bentuk –areru berubah menjadi bentuk -u 自動詞 生まれる
他動詞 生む
他動詞 隠す 崩す こぼす 壊す 倒す つぶす 流す 外す 乱す 汚す
Tabel 2.8
16
B2. bentuk-reru berubah menjadi -ru 自動詞 他動詞 売れる 売る 折れる 折る 切れる 切る 釣れる 釣る 撮れる 撮る ねじれる ねじる 破れる 破る 割れる 割る Semua kata yang berakhiran –eru adalah jidoushi. Tabel 2.10 C. X berubah menjadi bentuk –su C1. Bentuk –ru berubah menjadi bentuk –su 自動詞 写る 裏返る 返る 帰る 転がる 散らかる 覆る
他動詞 写す 裏返す 返す 帰す 転がす 散らかす 覆す
自動詞 出る+ 直る 治る 残る
他動詞 出す+ 直す 治す 残す
ひっくり返る ひっくり返す
回る 戻る
回す 戻す
Pada kata「出る」selain partikel ~kara (~から) dapat diganti dengan partikel o (を). Akan tetapi, apabila partikel yang menyertainya adalah partikel o (を), maka「出る」 akan berubah menjadi jidoushi. Contoh: A.
その子が部屋を出た。(jidoushi) (Anak itu keluar dari kamar.)
B.
田中さんがその子を部屋から出した。(tadoushi) (Tuan Tanaka mengeluarkan anak itu dari kamar.)
17
Tabel 2.11 C2.-1. –eru berubah menjadi bentuk –asu 自動詞 荒れる 遅れる 枯れる 焦げる
他動詞 荒らす 遅らす 枯らす 焦がす
伶める
伶ます
自動詞 生える はげる 冷える
他動詞 生やす はがす 冷やす
増える
増やす
燃える 漏れる 揺れる *消える
燃やす 漏らす 揺らす *消す
自動詞 溶ける 慣れる 逃げる ぬれる
他動詞 溶かす・ 溶く 慣らす 逃がす ぬらす
Tabel 2. 13 C3. –iru berubah menjadi bentuk –osu 自動詞 起きる 落ちる 降りる 下りる 滅びる (*例外)
他動詞 起こす 落とす 降ろす+ 下ろす+ 滅ぼす
18
Tabel 2.12 C2.-2. -u(≠ -ru)berubah menjadi bentuk –asu 自動詞 働く 乾く 飛ぶ 泣く
他動詞 働かす 乾かす 飛ばす 泣かす
ふくらむ 彿く *減る *及ぶ
膨らます 彿かす *減らす *及ぼす
Pola partikel o (を) juga berlaku untuk kata oriru「降りる」dan sagaru「下る」.
Tabel 2.14 A. Yang lain -u (≠-ru) berubah menjadi bentuk -eru 自動詞 開く 空く 浮かぶ
他動詞 開ける 空ける 浮かべる
19
Tabel 2.15 ーeru berubah menjadi bentuk -u (≠-ru) 自動詞 聞こえる 欠ける 砕ける Tabel 2.18
他動詞 聞く 欠く 砕く
-u (≠-ru):bentuk –eru Tabel 2.16 Bentuk –u (≠-ru) berubah menjadi bentuk -eru 自動詞 片づく かなう 傷つく 沈む
他動詞 片づける かなえる 傷つける 沈める
進む 育つ そろう 立つ 建つ 近づく
進める 育てる そろえる 立てる 建てる 近づける
自動詞 縮む 付く 続く 届く 整う 向く 結びつく 緩む
他動詞 縮める 付ける 続ける 届ける 整える 向ける 結びつける 緩める
20
Tabel 2.17 Bentuk -eru berubah menjadi bentuk –u (≠-ru) 自動詞 裂ける 解ける 抜ける ほどける
他動詞 裂く 解かす 抜く ほどく
むける 焼ける 煮える 見える
むく 焼く 煮る 見る
Tabel 2.18 Bentuk lain 自動詞 寝る 乗る 載る ふるえる
他動詞 寝かせる 乗せる 載せる ふるわせる
2.2 Strategi Pembelajaran Untuk mencapai tahapan pembelajaran yang baik diperlukan strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran tidak hanya dari pengajar saja, akan tetapi pemelajar juga memerlukan strategi atau metode khusus dalam mencapai target belajarnya untuk mendapatkan pengetahuan secara individu. Dalam mempelajari sesuatu hal, strategi pembelajaran sangat berperan penting dalam mempengaruhi hasil belajar seseorang. Ada dua strategi pembelajaran menurut Oxford (1994:17), yaitu: 1. 直接ストラテジー (strategi pembelajaran langsung): 記憶ストラテジー (memori), 認知 (kognitif), 補償ストラテジー (pergantian)
21
2. 間接ストラテジー (strategi pembelajaran tidak langsung): pengukuran pengakuan メタ認知ストラテジー, strategi emosi 情意ストラテジー, strategi sosial,/masyarakat 社会的ストラテジー Dalam Skripsi ini, penulis mengambil strategi pembelajaran langsung. Roy, Kellen dalam Skripsi Fidelia (2009) mengatakan bahwa strategi pembelajaran langsung adalah strategi yang apabila bahan pelajaran disajikan kepda siswa dalam bentuk jadi dan siswa dituntut untuk menguasai bahan tersebut. Dikatakan strategi pembelajaran langsung karena materi pelajaran disajikan begitu saja kepada siswa, sehingga siswa tidak dituntut untuk mengolahnya. Kewajiban siswa adalah menguasainya secara penuh. Strategi pembelajaran langsung menurut Oxford (1994: 20) dibagi menjadi: 1.
Strategi memori: Membuat rangkaian kecerdasan, menghubungkan dengan gambar dan suara, pengulangan dan memeriksa ulang, pemindahan gerak (pemakaian gerakan)
2.
Strategi kognitif: Latihan, mendapat dan mengirimkan isi informasi, melakukan analisis dan penarikan simpulan, membuat struktur Input dan Output
3.
Strategi Pergantian: Membuat alasan secara intelektual, mengatasi keterbatasan dalam hal berbicara dan menulis. Berkaitan dengan pendapat Oxford tersebut, penulis menekankan pada strategi
memori dan kognitif saja, kemudian akan dikaitkan dengan media gambar. Hal ini dikarenakan pada strategi pembelajaran individu yang terjadi hanya pada tahapan memori dan kognitif saja. Antara memori dan kognitif keduanya saling berkaitan satu sama lain. Menurut Marhon dalam Tarigan (1993:36), masukan atau informasi pengetahuan yang diperoleh akan bermakna apabila memenuhi kualifikasi menetapkan petunjuk kontekstual intra dan ekstra linguistik. Di mana intra berkaitan dengan
22
pengetahuan akan bahasa itu sendiri dengan faktor di luar bahasa yang dapat berupa gerak atau mimik pengajar, benda-benda asli atau tiruan, gambar, slide, video, dan sebagainya.
2.2.1. Self Direct Learning Menurut Gibbons (2002:2), Self Direct Learning ( yang disingkat dengan SDL) adalah pembelajaran yang dilakukan berdasarkan atas intuisi sendiri dengan maksud untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan, atau pengembangan pribadi dengan menggunakan berbagai macam metode di segala situasi. Selanjutnya, Gibbons menjelaskan dalam SDL, pengajar berperan sebagai pendorong motivasi pembelajar. Dengan kata lain, SDL bukanlah tipe pembelajaran yang tidak membutuhkan orang lain. Orang lain, seperti teman dan orang tua tetap berperan dalam memberikan semangat belajar supaya pembelajar dapat termotivasi dalam mencapai tujuan yang ingin dicapainya. Orang tua, guru, dan teman adalah sebagai sarana dalam memberikan tuntunan dan bukan pemaksaan bagi pembelajar. Lima tahap utama dalam SDL adalah 1. Pengadaptasian diri dalam belajar dari non-SDL ke tahap SDL. Pada tahap ini, pembelajar harus berupaya untuk bisa beradaptasi dengan situasi pembelajaran yang baru. Pembelajar dihadapkan pada situasi pembelajaran baru, di mana pengajar hanya sebagai teman pendamping belajar bukan penuntun. 2. Pengembangan kemampuan Pembelajar harus fokus terhadap cara belajarnya. 3. Pengoptimalan kemampuan diri
23
Pada awalnya pengajar hanya memberikan rangsangan agar pembelajar bersaing dengan teman-temannya. Akan tetapi, persaingan yang dimaksudkan oleh pengajar yang sebenarnya adalah persaingan terhadap diri sendiri. 4. Pengendalian diri Dalam proses belajar sendiri pemelajar diharapkan dapat membuat komitmen dalam mencapai tujuan belajarnya. 5. Motivasi diri Pemelajar diharapkan dapat mengendalikan diri terhadap kejenuhan dalam belajar. Lima tahap di atas merupakan tahap utama yang ditujukan baik bagi pemelajar maupun pengajar yang bertugas mendampingi pemelajar.
2.3 Transfer Belajar Menurut Syah (2009:159), transfer belajar adalah suatu proses pemindahan keterampilan terdahulu yang mempengaruhi proses belajar saat ini. Transfer belajar dapat dibagi menjadi transfer positif dan transfer negatif. Menurut Thorndike dengan Theory of Identical Element dalam Syah (2009:160) transfer positif adalah suatu proses pembelajaran yang terjadi apabila ada kesamaan elemen antara materi yang lama dengan materi yang baru. Contohnya adalah seorang siswa yang telah menguasai Matematika akan mudah mempelajari Statistika. Sedangkan transfer negatif adalah suatu proses pembelajaran yang mempersulit kegiatan lainnya. Contohnya adalah orang yang sudah terbiasa mengetik dengan menggunakan dua jari, kalau belajar mengetik dengan sepuluh jari akan lebih banyak mengalami kesulitan daripada orang yang baru belajar mengetik.
2.3.1 Multimedia-Media Gambar 24
“Seseorang akan memiliki motivasi untuk belajar lebih mendalam dengan kata-kata dan gambar apabila dibandingkan hanya dengan kata-kata.” (Mayer, 2001:1) Kemudian Mayer mengatakan lebih lanjut bahwa Multimedia dapat berupa kata-kata tertulis dan gambar yang berupa ilustrasi, foto, animasi, atau video. Sedangkan media, berarti salah satu dari keduanya, yaitu dapat berupa teks saja maupun dapat berupa gambar. Gambar yang memiliki sedikit kata-kata dapat digolongkan dalam media gambar. Ada dua tujuan utama dalam belajar Multimedia yang dapat dilihat di tabel di bawah ini. Tabel 2.19 Tujuan dalam Belajar Multimedia Tujuan Mengingat
Memahami
Definisi
Tes
Contoh Instrumen Tes
Kemampuan untuk memproduksi Retensi
Menuliskan
kembali atau menyadari materi
sudah diingat dari bahan
yang sudah dipelajari.
yang sudah dipelajari.
Dapat
mengaplikasikan
materi Transfer
pelajaran yang sudah dipelajari.
Menuliskan
apa
yang
beberapa
cara untuk meningkatkan reliabilitas dari suatu alat yang sudah dibaca.
Sumber: (Mayer, 2001: 13) 2.3.2 Teori Kognitif dalam Hubungannya dengan Multimedia Teori kognitif multimedia learning menurut Mayer (2001:47) adalah sebuah teori yang menjelaskan bagaimana seseorang belajar dari kata-kata dan gambar. Teori ini muncul akibat adanya pemikiran bahwa seseorang mempunyai bagian yang terpisah 25
dalam memproses materi verbal dan visual, karena masing-masing bagian hanya mampu memproses sebagian kecil materi dalam sekali waktu, atau dengan kata lain hanya mampu memroses dalam jangka waktu yang terbatas. Berikut ini lima proses kognitif dalam teori kognitif multimedia learning adalah sebagai berikut Tabel 2.22 Lima Proses Kognitif dalam Teori Kognitif Multimedia Learning Proses Memilih kata-kata Memilih gambar Mengorganisir kata-kata Mengorganisir gambar Integrasi
Deskripsi Memberi perhatian pada kata-kata untuk penciptaan pesan pada tahap kerja memori. Memberi perhatian pada gambar untuk penciptaan pesan pada tahap kerja memori. Memberi hubungan antara kata yang satu dengan kata yang lain sehingga menjadi verbal model. Memberi hubungan antara gambar yang satu dengan gambar yang lain sehingga menjadi picturial model. Menghubungkan antara verbal model, picturial model, dan memori jangka panjang. Sumber: (Mayer, 2001: 13)
Pada gambar di bawah ini akan dijelaskan mengenai proses kognitif dalam mempelajari multimedia. Bagan 2.4 Proses Kognitif dalam Mempelajari Multimedia
Kata-kata
Gambar
Presentasi Multimedia
Telinga
Mata
Syaraf Memori
Suara
Verbal Model
Gambar
Picturial Model
Kerja Memori
Ilmu Pengetahuan Sebelumnya
Memori Jangka Panjang
Sumber: (Mayer, 2001:37)
26
Penjelasan dari bagan tersebut adalah sebagai berikut. Kata-kata dan gambar yang dipresentasikan oleh multimedia (dapat dilihat pada kotak paling kiri) masuk ke dalam syaraf memori melalui mata dan telinga. Setelah itu diproses di dalam memori, di mana syaraf memori membuat gambar dan teks menjadi gambar yang nyata untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu di dalam syaraf memori visual. Sedangkan teks yang diucapkan, dengan kata lain suara yang didengar akan diubah menjadi gambaran suara yang kemudian akan disimpan pula ke dalam syaraf memori suara dalam jangka waktu tertentu. Proses utama justru terletak pada kerja memori. Di mana suara dan gambar saling berhubungan satu sama lain. Contohnya adalah ketika ada yang berkata “kucing”, maka yang langsung terbayang di kepala adalah gambar kucing pada umumnya. Begitu pula ketika melihat seekor kucing di suatu tempat, maka akan muncul suara yang berkata “kucing” di dalam kepala kita. Hal ini yang kemudian akan disusun menjadi verbal model untuk kata-kata, dan picturial model untuk gambar. Memori jangka panjang adalah tempat di mana sesuatu dapat tersimpan dalam waktu yang cukup lama dan merupakan hasil dari kerja memori sebelumnya. Seperti yang ditunjukkan dengan anak panah, verbal model, picturial model, dan ilmu pengetahuan sebelumnya bersatu. Hal inilah yang merupakan hasil dari proses kognitif seseorang. Maka hasil pengetahuan yang diperoleh seseorang akan berproses dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
2.3.3 Teori Kognitif Dalam Hubungannya Dengan Media Gambar Proses teori kognitif media gambar adalah suatu bagian dari teori kognitif multimedia learning, di mana pada teori ini hanya mengaitkan dengan gambar saja, bukan dengan kata-kata atau pun suara. 27
Oleh karena itu, gambar di bawah ini menunjukkan proses kognitif seseorang apabila dihubungkan dengan media gambar. Bagan 2.5 Proses Kognitif Dihubungkan dengan Media Gambar
Kata-kata
Gambar
Presentasi Multimedia
Telinga
Mata
Syaraf Memori
Suara
Verbal Model
Gambar
Picturial Model
Kerja Memori
Ilmu Pengetahuan Sebelumnya
Memori Jangka Panjang
Sumber: (Mayer, 2001:43) Gambar di atas menunjukkan proses kognitif seseorang apabila dihubungkan dengan media gambar (ditandai dengan kotak yang warnanya lebih gelap). Kotak gelap paling kiri menunjukkan gambar yang dilihat, dapat berupa gambar statis (diam) atau dapat berupa gambar yang bergerak (dinamis). Setelah itu gambar akan diteruskan pada sistem syaraf, yakni mata. Dua proses ini tidak banyak membutuhkan usaha dalam proses belajar. Dengan kata lain, gambar akan langsung mudah masuk ke dalam indera penglihatan tanpa membutuhkan usaha ekstra. Namun tidak berlaku pada proses selanjutnya, yaitu proses kerja memori. Proses kerja memori inilah yang dinamakan proses kognitif aktif. Pada proses ini diperlukan kesadaran ekstra untuk memroses gambar tersebut menjadi suatu bagian yang penting (picturial model) dan bukan hanya sekedar gambar yang tidak berarti. Proses selanjutnya dihubungkan dengan memori jangka panjang. Di
28
mana dalam tahap ini dibutuhkan ingatan sebelumnya untuk menganalisis gambar yang dilihat tersebut. Contohnya adalah ketika melihat tombol-tombol di monitor komputer. Tombol yang kita lihat dengan mata, akan diteruskan ke tahap kerja memori untuk diproses agar tombol-tombol tersebut dapat dibedakan antara tombol yang satu dengan yang lain. Selama proses kerja memori ini berlangsung, dalam waktu yang bersamaan memori jangka panjang akan bekerja sehingga seseorang dapat menganalisis tomboltombol yang dikenalnya selama ini dengan tombol-tombol yang dilihatnya. Demikianlah proses kognitif yang berlangsung pada media gambar.
2.4. Hambatan dalam Belajar Hambatan dalam belajar dapat bermacam-macam. Secara garis besar, faktor-faktor utama dalam belajar adalah lupa dan keletihan. Pada akhirnya keletihan tersebut mengakibatkan kejenuhan pada diri pemelajar.
2.4.1 Lupa dalam Belajar Menurut Syah (2009:170), lupa (forgetting) adalah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Ditambahkan pula secara sederhana oleh Gulo dan Reber dalam Syeh (2009:170), lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Faktor-faktor penyebab lupa meliputi: 1. gangguan proaktif (gangguan pengetahuan lama terhadap pengetahuan baru);
29
2. gangguan retroaktif adalah (gangguan pengetahuan baru terhadap pengetahuan lama); 3. perubahan situasi lingkungan antara waktu belajar dengan waktu mengingat kembali; 4. perubahan sikap dan minat siswa terhadap proses dan situasi belajar tertentu; 5. materi pelajaran yang pernah dikuasai tidak pernah digunakan atau dihafalkan siswa; 6. perubahan urat syaraf otak (terserang penyakit tertentu seperti keracunan, kecanduan alkohol, dan gegar otak).
2.4.2 Keletihan dalam Belajar Menurut Cross dalam Syah (2009:182), keletihan siswa dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu: 1. keletihan indera siswa, 2. keletihan fisik siswa, 3. keletihan mental siswa. Keletihan fisik dan keletihan indera dapat dihilangkan lebih mudah setelah siswa beristirahat cukup dan mengonsumsi makanan dan minuman yang cukup bergizi. Sebaliknya, keletihan mental tidak dapat diatasi dengan cara sesederhana cara mengatasi keletihan-keletihan lainnya. Itulah sebabnya, keletihan mental dipandang sebagai faktor utama penyebab munculnya kejenuhan belajar.
2.4.3 Kejenuhan dalam Belajar
30
Menurut Reber dalam Syah (2009:181), kejenuhan belajar adalah rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, dan tidak mendatangkan hasil. Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan pengetahuan yang diperoleh dari belajar tidak ada kemajuan. Tidak adanya kemajuan hasil belajar ini pada umumnya tidak berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu. Ada pun aktor-faktor penyebab keletihan mental adalah 1. Kecemasan siswa terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh keletihan itu sendiri. 2. Kecemasan siswa terhadap standar keberhasilan bidang-bidang studi tertentu yang dianggap terlalu tinggi terutama ketika siswa tersebut sedang merasa bosan mempelajari bidang-bidang studi tersebut. 3. Siswa berada di tengah-tengah situasi kompetitif yang ketat dan menuntut lebih banyak kerja intelek yang berat. 4. pemaksaan diri dalam mencapai kinerja akademik yang optimum tanpa diiringi dengan peningkatan intensitas belajar.
31