BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Sistem Informasi Menurut Whitten et al (2004, p12), “Information system is an arrangement of
people, data, processes, and information technology that interact to collect, process, store, and provide as output the information needed to support an organization”. Dengan demikian, sistem informasi adalah suatu pengaturan dari orang-orang, data, proses, dan teknologi informasi yang saling berinteraksi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan informasi yang dibutuhkan untuk mendukung organisasi. Menurut Laudon dan Laudon (2004, p8), “Information system can be defined technically as a set of interrelated components that collect (or retrive), process, store and distribute information to support decision making, coordination, and control in a organization”. Dengan demikian, sistem informasi adalah komponen-komponen yang saling berhubungan dan bekerjasama untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, kontrol, analisis dan visualisasi dalam suatu organisasi. Menurut Hall (2001, p7), sistem informasi adalah sebuah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada para pemakai. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berinteraksi di mana data dikumpulkan, diproses
9 menjadi informasi dan didistribusikan kepada pemakai untuk mendukung pengambilan keputusan dan mencapai sasaran.
2.2
Sistem Informasi Akuntansi
2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Wilkinson et al (2000, p7), “Accounting information system is a unified structure within an entity, such as a business firm, that employs physical resources and other components to transform economic data into accounting information”. Dengan demikian, sistem informasi akuntansi adalah sebuah struktur kesatuan di dalam suatu entitas, seperti perusahaan bisnis, yang mempekerjakan sumber daya fisik dan komponen-komponen lainnya untuk mengubah data ekonomi ke dalam informasi akuntansi. Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), “Accounting information system is the human and capital resources within an organization that responsible for the preparation of financial information and the information obtained from collecting and processing company transaction”. Dengan demikian, sistem informasi akuntansi adalah sumber daya manusia dan modal dalam sebuah organisasi yang bertanggung jawab terhadap persiapan informasi keuangan dan informasi yang dihasilkan dari mengumpulkan dan memproses transaksi perusahaan. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, sistem informasi akuntansi adalah sebuah struktur kesatuan di dalam satu organisasi atau entitas yang memperkerjakan sumber daya manusia ataupun modal, yang mengubah data akuntansi menjadi informasi akuntansi.
10 2.2.2
Tujuan Sistem Informasi Akuntansi Menurut Wilkinson et al. (2000, p8), tujuan dan kegunaan sistem informasi
akuntansi adalah : -
Mendukung operasional sehari-hari.
-
Mendukung pengambilan keputusan bagi pengambil keputusan internal.
-
Untuk memenuhi kewajiban atau tanggung jawab yang sesuai dengan jabatannya.
Menurut Jones dan Rama (2006, p6-7), tujuan dan kegunaan sistem informasi akuntansi ada lima, yaitu : 1. Menghasilkan laporan eksternal Sistem informasi akuntansi mampu menghasilkan laporan-laporan khusus untuk memuaskan kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh pihak eksternal perusahaan. Laporan-laporan tersebut mencakup financial statement, tax returns, dan laporan lainnya yang dibutuhkan oleh perwakilan pihak-pihak yang terkait. 2. Mendukung aktifitas yang rutin Mampu mendukung manajer dalam menangani aktivitas-aktivitas operasi yang bersifat rutin selama siklus operasi perusahaan. 3. Mendukung keputusan Informasi juga dibutuhkan untuk pengambilan keputusan yang bersifat nonrutin yang terdapat pada organisasi atau perusahaan. 4. Perencanaan dan pengawasan
11 Sebuah sistem informasi sangat dibutuhkan untuk kegiatan perencanaan dan pengawasan. Informasi mengenai anggaran dan biaya-biaya standar disimpan dalam sistem informasi dan laporan digunakan untuk membandingkan antara anggaran yang ditetapkan dengan jumlah yang sebenarnya. 5. Pengimplementasian pengendalian internal Pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau penggelapan dan untuk menjaga keakuratan data keuangan. Hal tersebut dapat berhasil yaitu dengan membangun suatu sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi.
2.2.3
Komponen-Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), terdapat 6 komponen dari sistem
informasi akuntansi, yaitu : 1. Orang yang mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai macam fungsi. 2. Prosedur dan instruksi, baik manual maupun otomatis. Dilibatkan dalam pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data mengenai aktivitas organisasi. 3. Data tentang organisasi dan proses bisnisnya. 4. Software yang digunakan untuk memproses data organisasi. 5. Infrastruktur
teknologi
informasi,
termasuk
komputer,
peralatan
di
sekelilingnya, dan peralatan komunikasi jaringan yang digunakan untuk
12 mengumpulkan, menyimpan, memproses, dan mengirimkan data dan informasi. 6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang mengamankan data dalam sistem informasi akuntansi.
2.2.4
Siklus Sistem Informasi Akuntansi Menurut Wilkinson et al. (2000, p45), siklus sistem informasi akuntansi yang
merupakan siklus transaksi akuntansi (transaction cycles) terdiri dari : 1. General ladger and financial Reporting Cycle Merupakan pusat dari siklus lainnya. Siklus ini unik di mana pemrosesan transaksi individual bukanlah merupakan fungsi keseluruhannya maupun fungsinya yang penting. Selain itu, juga lebih banyak bekerja sama dengan pemrosesan yang berhubungan dengan akuntansi daripada kejadian bisnis. Arus masuk utamanya timbul dari output siklus transaksi lainnya. Sebagai tambahan, siklus ini meliputi transaksi non-rutin dan penyesuaian yang timbul selama atau pada akhir tiap periode akuntansi. 2. Revenue cycle Siklus ini meliputi tiga kejadian bisnis atau transaksi kunci : permintaan atas proyek, eksekusi proyek dan pengiriman (penjualan), serta peneriamaan kas. 3. Expenditure Cycle Siklus ini meliputi dua kejadian bisnis atau transaksi kunci : pembelian dan pengeluaran kas. 4. Resources-management cycle
13 Siklus ini terdiri dari semua aktivitas yang berhubngan dengan sumber daya fisik perusahaan. Jadi melibatkan kejadian bisnis sebagai berikut : -
Memperoleh
modal
dari
berbagai
sumber
(termasuk
pemilik),
menginvestasikan modal dan membayar modal ke penerimanya. -
Memperoleh, memelihara, dan menyingkirkan fasilitas (asset tetap)
-
Memperoleh, menyimpan, dan menjual persediaan (barang dagangan).
-
Memperoleh, memelihara, dan membayar personil.
5. Other Transaction Cycles Siklus ini merupakan siklus-siklus lain selain yang telah dijelaskan di atas yang tergantung dari jenis perusahaan. Misalnya pada perusahaan manufaktur menambahkan siklus produksi atau konversi (production / conversion cycle)
2.3
Sistem Informasi Akuntansi Pembelian dan Hutang Usaha
2.3.1
Aktivitas Bisnis dan Prosedur-Prosedur Menurut Romney dan Steinbart (2006, p411), terdapat 3 aktivitas bisnis utama
dalam expenditure cycle : 1. Memesan barang, supplies, dan jasa 2. Menerima dan menyimpan barang, supplies dan jasa 3. Membayar untuk barang, supplies, dan jasa. Menutur Hall et al (2001, p240), prosedur dalam sistem pemrosesan pembelian adalah sebagai perikut : 1. Fungsi pembelian dimulai dengan timbulnya kebutuhan untuk menambah kembali persediaan melalui observasi dari catatan persediaan. Tingkat
14 persediaan menurun baik melalui penjualan langsung ke pelanggan (aktivitas siklus pendapatan), maupun transfer ke dalam proses manufaktur (aktivitas siklus konversi). Informasi kebutuhan persediaan dikirimkan pada proses pembelian dan account payable. 2. Proses pembelian menentukan jumlah untuk dipesan, memilih pemasok, dan mempersiapkan purchase order. Informasi dikirimkan pada supplier dan proses PO. 3. Setelah beberapa waktu, perusahaan menerima item persediaan dari pemasok. Barang yang diterima diperiksa kualitas dan kuantitasnya dan dikirimkan ke tempat penyimpanan atau gudang. 4. Informasi mengenai persediaan yang diterima digunakan untuk mengupdate catatan persediaan. 5. Proses AP menerima faktur dari pemasok. AP merekonsiliasikannya dengan informasi lain yang telah dikumpulkannya atau transaksi dan mencatat kewajiban untuk membayar di masa yang akan datang, tergantung dari syarat perdagangan dengan pemasok. Biasanya, pembayaran akan dilakukan pada hari terakhir yang mungkin untuk mengambil keuntungan penuh dari bunga dan diskon yang ditawarkan 6. General ledger menerima informasi yang telah dirangkum dari account payable (jumlah penigkatan dalam kewajiban) dan inventory control (jumlah peningkatan dalam persediaan). Informasi ini akan direkonsiliasi untuk keakuratannya dan diposting ke akun utang dan persediaan.
15 2.3.2 Tujuan Expenditure Cycle Menurut Wilkinson et al (2000, p469), tujuan utama dari siklus pengeluaran adalah untuk memfasilitasi pertukaran antara kas dengan supplier (vendor) untuk barang dan jasa yang dibutuhkan. Tujuan dalam lingkup yang lebih luas adalah: 1. Untuk menjamin bahwa semua barang dan jasa telah dipesan sesuai dengan yang dibutuhkan. 2. Menerima semua barang yang dipesan dan menjamin bahwa barang tersebut berada dalam kondisi yang baik. 3. Untuk mengamankan barang sampai dibutuhkan. 4. Menentukan bahwa invoice yang berkaitan dengan barang dan jasa adalah valid dan benar. 5. Merecord dan mengklasifikasikan pengeluaran secara benar dan tepat. 6. Memasukkan kewajiban dan pengeluaran kas ke dalam akun supplier yang tepat dalam account payable ledger. 7. Menjamin bahwa semua pengeluaran kas berhubungan dengan pengeluaran yang telah diotorisasi.
2.3.3
Dokumen-Dokumen yang Digunakan : Menurut Wilkinson et al (2000, p472), dokumen yang terkait dalam siklus
pengeluaran adalah sebagai berikut : 1. Purchase requisition Daftar permintaan pembelian barang atau jasa 2. Purchase order
16 Merupakan surat pesanan pembelian barang atau jasa berdasarkan purchase requisition yang telah disetujui 3. Receiving report Merupakan dokumen yang mencatat penerimaan barang 4. Supplier’s invoice Faktur tagihan dari pemasok atas pembelian atas barang atau jasa 5. Disbursement voucher Adalah bukti pengeluaran kas untuk pelunasan utang kepada pemasok 6. Disbursement check Merupakan dokumen akhir untuk melakukan pembayaran kepada pemasok 7. Debit memorandum Merupakan dokumen untuk retur pembelian 8. New supplier (vendor) form Dokumen yang digunakan untuk meyeleksi pemasok baru yang menampilkan data harga, tipe produk yang disediakan, pengalaman, credit standing, dan referensi. 9. Request for proposal (or quotation) Formulir yang digunakan untuk prosedur tawar-menawar, menampilkan produk yang dibutuhkan, dan perbandingan harga.
2.3.4
Fungsi-Fungsi yang Terkait Menurut Wilkinson et al (2000, p470), unit-unit yang terkait dalam siklus
pengeluaran adalah :
17 1. Inventory management / logistics Manajemen persediaan atau logistic bertanggung jawab untuk mengatur persediaan yang dimiliki perusahaan. Selain itu, manajemen persediaan juga mencakup unit pembelian, penerimaan, dan penyimpanan. Pembelian terutama berfokus pada pemilihan pemasok yang dari mana persediaan itu nantinya akan dibeli. Pemilihan pelasok harus memperhatikan beberapa factor seperti harga yang ditawarkan, kualitas dari barang atau jasa yang ditawarkan, jangka waktu pengiriman yang dijanjikan, dan apakah pemasok itu dapat dipercaya Penerimaan bertanggung jawab dalam menerima barang yang dipesan oleh perusahaan,
memeriksa
jumlah
dan
kondisi
barang
tersebut,
dan
memindahkannya ke gudang. Penyimpanan bertanggung jawab dalam melindungi barang tersebut dari pencuruan, kehilangan, dan meyerahkan tepat waktu ketika ada permintaan akan barang tersebut. 2. Finance / accounting Fungsi dari unit finance / accounting berhubungan dengan perencanaan dan kontrol kas, data-data dan informasi tentang pembelian dan hutang ke supplier.
18 2.4
Pengendalian internal
2.4.1
Pengertian Pengendalian Internal Menurut Hall (2001, p150), “Pengendalian internal merangkum pada kebijakan,
praktek, dan prosedur yang digunakan untuk mencapai 4 tujuan utama, yaitu : 1. Untuk menjaga aktiva perusahaan. 2. Untuk memastikan akurasi dan dapat diandalkannya catatan dan informasi akuntansi. 3. Untuk mempromosikan efisiensi operasi perusahaan. 4. Untuk mengukur kesesuaian dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen”. Menurut Jones dan Rama (2006, p 13), “Internal control is the rules, policies, procedures, and information system used to ensure that a company’s financial data are accurate and reliable and to protect a company’s asset from loss or theft”. Dengan demikian, pengendalian internal adalah aturan, kebijakan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk menjamin data keuangan perusahaan akurat dan dapat dipercaya dan dapat untuk melindungi asset perusahaan dari kehilangan atau pencurian.
2.4.2
Unsur Pengendalian Internal Menurut Jones dan Rama (2006, p124-125), komponen-komponen yang
berhubungan dengan pengendalian internal terdiri dari lima komponen, yaitu : 1. Control environment Berhubungan dengan beberapa faktor yang disusun organisasi untuk mengontrol kesadaran para karyawannya. Faktor tersebut terhubungan dengan
19 integritas, nilai etika, filosofi manajemen, dan operating style. Hal ini juga termasuk cara manajemen menetapkan otoritas dan tanggung jawab, mengatur, dan mengembangkan sumber daya manusia serta perhatian dan petunjuk dari board of directors. 2. Risk Assessment Merupakan proses identifikasi dan analisis terhadap resiko yang dapat menghambat pencapaian tujuan pengendalian internal. 3. Control activities Merupakan kebijakan dan prosedur yang dikembangkan oleh organisasi untuk menangani resiko-resiko yang mungkin dan telah ada. Control activities mencakup : a. Performance reviews, kegiatan yang berhubungan dengan analisis terhadap kinerja, misalnya dengan membandingkan hasil yang didapat dengan anggaran, standar perhitungan, dan data pada periode sebelumnya. b. Segregation duties, terdiri dari penetapan tanggung jawab untuk mengotorisasi transaksi, melakukan transaksi, mencatat transaksi, dan menjaga asset yang dilakukan oleh karyawan yang berbeda. c. Apllication control, berhubungan dengan aplikasi SIA. d. General control. Berhubungan dengan pengawasan yang lebih luas yang berhubungan dengan berbagai aplikasi. 4. Information and Communication Sistem informasi perusahaan adalah kumpulan dari prosedur (baik otomatis maupun manual) dan pencatatan dalam memulai, mencatat, memproses, dan
20 melaporkan kejadian atas proses-proses yang terjadi dalam organisasi. Dan komunikasi berhubungan dengan menyediakan pemahaman atas peraturan dan tanggung jawab individu. 5. Monitoring Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa pengendalian internal organisasi berjalan sesuai tujuan yang ditetapkan.
Menurut Wilkinson et al. (2000, p269-289), aktivitas pengendalian internal meliputi : 1. General control -
Organizational Controls Harus dilakukan pemisahan fungsi antara yang melakukan operasional dengan bagian yang menangani pencatatan
-
Documentation Controls Dokumentasi yang ada harus lengkap dan up-to-date
-
Asset Accountability Controls Buku besar pembantu piutang harus dimaintain dan direkonsiliasi secara berkala dengan rekening kontrol yang ada di buku besar. Demikian juga halnya dengan pencatatan persediaan.
-
Management Practices Controls Karyawan, termasuk programmer dan akuntan harus diberikan pelatihan audit harus dilakukan terhadap kebijakan penjualan dan penerimaan kas. Manajer harus melakukan review terhadap analisis periodik dan laporan-
21 laporan mengenai kegiatan akuntansi dan transaksi yang disahkan melalui komputer. -
Data Center Operation Controls Staf IT dan akuntansi harus diawasi, dan kinerja mereka direview dengan bantuan laporan kontrol proses computer dan pencatatan akses
-
Authorization Control Transaksi penjualan kredit harus diotorisasi oleh manajer kredit.
-
Access Controls Menggunakan password, gudang dan kas yang terlindungi secara fisik, melakukan back-up, terhadap file piutang dan persediaan ke dalam media penyimpanan lain.
2. Application controls -
Input Controls •
Dokumen-dokumen yang terkait dengan penjualan dan pengiriman barang bernomor utur tercetak dan diotorisasi oleh orang yang berwenang.
•
Validasi data pesanan penjualan ketika data dimasukkan dalam proses.
•
Memeperbaiki error yang terdeteksi ketika entry data sebelum data diposting ke file pelanggan dan persediaan.
-
Processing Controls •
Perpindahan barang dari gudang barang jadi dan pengiriman barang hanya atas dasar otorisasi tertulis.
22 •
Pengiriman faktur ke pelanggan dilakukan atas dasar notifikasi dari departemen pengiriman mengenai barang yang sudah dikirim.
•
Penerbitan kredit memo atas retur penjualan hanya dilakukan jika barang telah dikembalikan.
•
Verifikasi semua catatan komputer terhadap faktur penjualan sebelum diposting ke file pelanggan, untuk meyakinkan bahwa barang yang dipesan sesuai dengan yang dikirim.
•
Simpanan
kas
segara
setalah
diterima
untuk
menghindari
penyelewengan dana. -
Output Controls •
Meyiapkan laporan bulanan yang harus dikirimkan kepada semua pelanggan yang berhutang.
•
Copy file dari semua dokumen yang berkaitan dalam transaksi penjualan dengan nomor yang berurut, untuk mengecek apakah ada nomor yang terlewat.
•
Mencetak daftar ringkasan transaksi dan akuntansi secara periodik sebagai dasar untuk mealakukan review.
2.4.3
Pengendalian Internal pembelian Aliran kerja dalam pembelian harus dikontrol dan diawasi agar resiko kecurangan
dapat dihindari. Menurut Jones dan Rama (2006, p442-445), pengendalian internal pada siklus pembelian meliputi :
23 a. Pemisahan tugas. Individu-individu yang mengotorisasi, melaksanakan pembelian, dan mencatat transaksi adalah individu yang berbeda untuk menghindari terjadinya kecurangan. b. Menggunakan informasi dari kejadian lampau untuk mengontrol aktivitas pembelian. c. Mengamati dari dekat semua kegiatan pembelian. d. Dokumen-dokumen yang berurutan dan bernomor urut tercetak. e. Mencatat semua pihak yang bertanggung jawab atas proses yang terjadi. f. Membatasi akses ke asset dan informasi perusahaan. g. Merekonsiliasi semua catatan dengan bukti fisik dari asset yang ada.
2.4.4
Manajemen data Menurut Wilkinson et al (2000, p103), terdapat dua orientasi yang dapat
digunakan dalam memodel data, yaitu : 1. File-oriented systems Dalam sistem file-oriented, setiap aplikasi memiliki jumlah user yang terbatas yang terlibat dalam pemrosesan data tipe khusus yang diperoleh dan menggunakan outputnya untuk kebutuhan khususnya. Hirarki sistem ini terdiri dari data element, record, dan file. 2. Database systems Dalam sistem database, data dipandang sebagai sumber daya pusat dan samasama digunakan untuk semua user yang berkepentingan dan aplikasinya.
24 Fokusnya adalah data sebagai asset. Aplikasi yang memproses data diberikan lebih sedikit prioritas. Hirarki dari sistem ini adalah data set dan data base.
2.5
Analisis dan Perancangan Sistem
2.5.1
Analisis Sistem
2.5.1.1 Pengertian Analisis Sistem Menurut Romney dan Steinbart (2006, p792), “System analysis is a rigorous and systematic approach to decision making, characterized by acomprehensive definition of available alternatives and exhaustive analysts of marits of each alternatives as a basis for choosing the best alternatives”. Dengan demikian, analisis sistem adalah sebuah pendekatan yang teliti dan sistematis untuk pengambilan keputusan, merupakan definisi dari alternatif yang ada dan analisis yang mendalam mengenai alternatif yang pantas sebagai sebuah dasar memilih alternatif yang terbaik.
2.5.1.2 Tahapan Analisis Sistem Berdasarkan pendapat Bodnar dan Hopwood (2001, p500-504), tahapan dalam analisis sistem adalah sebagai berikut: 1. Melakukan survei terhadap sistem yang sedang berjalan sekarang. 2. Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan informasi. 3. Mengidentifikasikan kebutuhan-kebutuhan sistem (system requirements). 4. Mengembangkan suatu laporan analisis sistem.
25 2.5.2
Perancangan Sistem
2.5.2.1 Pengertian Perancangan Sistem Menurut Whitten et al. (2004, p39), perancangan sistem merupakan spesifikasi atau konstruksi dari suatu solusi yang berbasis komputer dan teknis bagi kebutuhankebutuhan bisnis yang diidentifikasikan dalam analisis sistem. (Catatan: Rancangan mengambil bentuk dari sebuah working prototype.) Menurut Romney dan Steinbart (2006, p792), “System design is the process of preparing detailed specification for the development of the new information systems”. Dengan demikian, perancangan sistem adalah proses menyiapkan spesifikasi secara rinci untuk pengembangan sistem informasi yang baru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perancangan sistem merupakan proses menyiapkan spesifikasi dari suatu solusi untuk pengembangan sistem informasi sesuai kebutuhan yang diidentifikasikan dalam analisis sistem.
2.5.2.2 Tahapan Perancangan Sistem Berdasarkan pendapat Bodnar dan Hopwood (2001, p511-515), tahapan dalam perancangan sistem adalah sebagai berikut: 1. Mengevaluasi alternatif-alternatif perancangan. 2. Mempersiapkan spesifikasi-spesifikasi perancangan. 3. Mempersiapkan dan mengajukan spesifikasi-spesifikasi perancangan sistem. 4. Perencanaan (blueprinting) proses bisnis.
26 2.6
Object Oriented Analysis and Design
2.6.1 Pengertian Analisa dan Perancangan Berorientasi Objek Menurut Mathiassen et al (2000, p12), “Object oriented analysis and design is a collection of general guidelines for carrying out analysis and design”. Menurut Mathiassen, analisis dan perancangan berorientasi objek merupakan kumpulan dari langkah-langkah secara umum untuk menyelesaikan analisis dan perancangan. Menurut Whitten et al (2004, p31), “Object Oriented Analysis and Design is a collection of tools and techniques for systems development that will utilize object technologies to construct a system and its software”. Dengan demikian, analisa dan perancangan berorientasi objek adalah sekumpulan tool dan teknik untuk pengembangan sistem yang akan memberikan kegunaan bagi object teknologi untuk membangun sebuah sistem dan softwarenya. Menurut Mathiassen et al (2000, p15), “Analisis dan perancangan berorientasi objek tersebut mempunyai empat aktifitas utama yang digambarkan sebagai berikut : “
Gambar 2.1 Kegiatan Utama dan hasilnya dalam OOA&D Sumber : Mathiassen et al. p15
27 2.6.2 System Definition Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000. p24-25), “System definition: A concise description of a computerized system expressed in natural language.” Dengan demikian, dapat diterjemahkan bahwa system definition merupakan suatu deskripsi singkat dari sistem yang terkomputerisasi yang diperlihatkan dalam bahasa natural. System definition seharusnya singkat dan tepat, dan berisikan keputusan yang paling utama (fundamental) mengenai sistem. Terdapat tiga subaktivitas yang harus dilakukan untuk membuat system definition, yaitu usaha untuk mendapatkan gambaran menyeluruh dari situasi, membuat dan mengevaluasi ide-ide untuk perancangan sistem, dan diakhiri dengan memformulasikan dan mengevaluasi system definition sesuai dengan situasi yang ada. System definition dihasilkan melalui iterasi pada tiga subaktivitas tersebut.
2.6.3 Rich Picture Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000, p26), “A rich picture is an informal drawing that presents the illustrator’s understanding of a situation.” Dapat diterjemahkan bahwa rich picture merupakan sebuah gambaran informal yang mempresentasikan pemahaman ilustrator dari suatu situasi. Dengan demikian, dapat digunakan untuk memfasilitasi komunikasi di antara pemakai dalam sistem dan mendapatkan sebuah gambaran dari situasi dengan cepat. Untuk memulai rich picture adalah dengan menggambarkan entitas yang penting, seperti orang, objek fisik, tempat, organisasi, peran, dan tugas. Orang dapat berupa pengembang sistem (system developer), pengguna (user), pelanggan, dan lain-lain. Objek fisik dapat berupa mesin, perangkat, atau persediaan di gudang. Tempat mendeskripsikan
28 lokasi orang dan benda. Organisasi dapat berupa keseluruhan perusahaan, departemen, atau proyek yang melibatkan beberapa perusahaan. Peran dan tugas mengikat orang kepada organisasi yang merefleksikan tanggung jawab atas tugas-tugas spesifik. Setelah entitas yang relevan dideskripsikan, lalu hubungan di antara entitas-entitas tersebut dideskripsikan. Proses merupakan hubungan yang paling mendasar di antara entitas dalam suatu rich picture. Sebuah proses mendeskripsikan aspek-aspek dari situasi yang berubah, tidak stabil, atau di bawah pengembangan. Secara grafis, proses dapat diilustrasikan dengan arah panah. Proses meliputi pekerjaan, produksi, pemrosesan informasi, perencanaan, pengendalian, proyek pengembangan, dan perubahan organisasi.
2.6.4 FACTOR Criterion Berdasarkan pendapat Mathiassen et al (2000, p39-40), FACTOR criterion terdiri dari 6 elemen sebagai berikut: •
Functionality : fungsi-fungsi sistem yang mendukung tugas-tugas application domain.
•
Application domain : bagian-bagian dari sebuah organisasi yang mengelola, mengawasi, atau mengendalikan problem domain.
•
Conditions : kondisi-kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan digunakan.
•
Technology : baik teknologi yang digunakan untuk mengembangkan sistem dan teknologi dimana sistem akan berjalan.
•
Objects : objek-objek utama di dalam problem domain.
29 •
Responsibility : keseluruhan tanggung jawab sistem dalam hubungan dengan konteksnya.
2.6.5
Problem Domain Analysis Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p47), Problem domain adalah
bagian dari konteks yang diadministrasi, dimonitor, dan dikontrol oleh sistem. Tujuan dari aktifitas ini adalah mengidentifikasikan dan memodelkan problem domain. Sedangkan model merupakan gambaran dari class, structure, dan behaviour pada problem domain. System Definition
Behavior Classes
Structure
Model
Gambar 2.2 Aktifitas Problem Domain (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p46))
2.6.5.1 Classes Berdasarkan pendapat Mathiassen et al (2000, p49-55), “Class : A description of a collection of objects sharing structure, behavioral pattern, and attributes”, dapat diterjemahkan sebagai suatu deskripsi dari sekumpulan objek-objek yang berbagi struktur, pola perilaku, dan atribut-atribut.
30 “Event : An instantaneous incident involving one or more objects”, dapat diterjemahkan sebagai suatu peristiwa atau kejadian yang terjadi seketika yang melibatkan satu atau lebih objek. Untuk menjalankan aktivitas classes dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat atau calon yang mungkin untuk classes dan events dalam model problem domain. Setelah itu, evaluasi dan pilih secara kritis classes dan events yang benar-benar relevan dengan konteks sistem. Aktivitas classes menghasilkan suatu event table dengan classes dan events yang berkaitan seperti terlihat pada Tabel 2.1. Dimensi horizontal terdiri dari classes yang terpilih, dimensi vertikal terdiri dari events yang terpilih, dan tanda cek mengindikasikan objects dari class yang terlibat dalam event spesifik. Abstraksi, klasifikasi, dan seleksi merupakan tugas-tugas utama dalam aktivitas class. Class merupakan kegiatan yang pertama dilakukan di dalam problem domain analysis.
Tabel 2.1 Contoh Event Table untuk Sistem Hair Salon (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p100)) Class Customer Assistant Apprentice Appointment Plan Reserved * * + * Cancelled * * + Treated * + Employed + + Resigned + + Graduated + Agreed * * * Events
31 2.6.5.2 Structure Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000, p69), structure bertujuan untuk mendeskripsikan hubungan struktural di antara classes dan objects dalam problem domain. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam structure, yaitu pembelajaran abstrak, hubungan statis di antara classes; pembelajaran konkrit, hubungan dinamis di antara objects; pemodelan hanya hubungan-hubungan struktural yang diperlukan. Hasil dari structure berupa sebuah class diagram dengan classes dan structures. Konsep structure menurut Mathiassen adalah sebagai berikut: 1. Class Structures Class structures memperlihatkan hubungan-hubungan konseptual yang statis di antara classes, terdiri dari: •
Generalization “Generalization: A general class (the super class) describes properties common to a group of specialized classes (the subclasses)”. Dengan demikian dapat diterjemahkan generalisasi sebagai suatu kelas yang umum (kelas super) yang mendeskripsikan sebuah grup dari kelas-kelas khusus (subkelas). Passenger Car
Taxi
Private Car
Gambar 2.3 Contoh Generalization Structure (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p73))
32 •
Cluster “Cluster: A collection of related classes”. Dengan demikian dapat diterjemahkan cluster sebagai sekumpulan dari classes yang berhubungan. Pada Gambar 2.4 memperlihatkan contoh cluster structure pada suatu automobile register. <
< Car
Owner
Engine
Passenger Car
Cylinder
Taxi
Clerk
Gambar 2.4 Contoh Cluster Structure (Sumber: Mathiassen et al. (2000, h75))
2. Object Structures Object structures menangkap hubungan-hubungan yang dinamis di antara objects dalam problem domain, terdiri dari: •
Aggregation “Aggregation : A superior object (the whole) consists of a number of inferior objects (the parts)”. Dengan demikian dapat diterjemahkan aggregation sebagai suatu objek superior (keseluruhan) yang terdiri dari sejumlah objek-objek inferior (bagian-bagian).
33
Car
1
1
Body
1
Engine
Wheel
1 Cam Shaft
1 Cylinder
Gambar 2.5 Contoh Aggregation Structure (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p76)) Terdapat tiga tipe struktur agregasi, yaitu: o Whole-Part, dimana whole merupakan jumlah dari parts; jika menambahkan atau menghilangkan salah satu part, berarti mengubah keseluruhan secara mendasar (fundamental). o Container-Content, dimana whole merupakan wadah (container) untuk parts; jika menambahkan atau menghilangkan salah satu content, tidak akan mengubah properties dasar dari keseluruhan. o Union-Member, dimana whole merupakan sebuah gabungan (union) dari members yang terorganisasi. Penambahan atau pengurangan beberapa member tidak akan mengubah gabungan secara mendasar. Terdapat batasan yang lebih rendah pada jumlah members karena tidak mungkin sebuah union tanpa members. •
Association “Association : A meaningful relation between a number of objects”. Dengan demikian dapat diterjemahkan bahwa association sebagai suatu hubungan yang berarti di antara sejumlah objects. Struktur asosiasi berikut
34 menunjukkan bahwa car dimiliki oleh satu atau lebih person dan satu person memiliki nol (tidak memiliki) atau lebih banyak car. Car
0..*
1..*
Person
Gambar 2.6 Contoh Association Structure (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p77)) 2.6.5.3 Behavior Berdasarkan pendapat Mathiassen et al. (2000), aktivitas behavior adalah aktivitas terakhir dalam problem domain analysis, bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (perilaku dinamis) dari suatu problem domain sistem sepanjang waktu. Tugas utama dalam aktivitas ini adalah menggambarkan pola perilaku (behavioral pattern) dan attribute dari setiap class. Hasil dari aktivitas ini adalah sebuah pola perilaku (behavioral pattern) dengan attributes untuk setiap class dalam suatu class diagram, yang dikenal dengan state chart diagram, dapat dilihat pada Gambar 2.7.
/ account opened (date) / account closed (date)
Open / account deposited (date, amount)
/ account withdrawn (date, amount)
Gambar 2.7 Contoh Statechart Diagram untuk Class Customer (Sumber: Mathiassen et al. (2000, h90))
35 Event trace merupakan serangkaian events yang melibatkan sebuah object yang spesifik. Behavioral pattern merupakan suatu deskripsi dari event traces yang mungkin untuk seluruh objects dalam sebuah class. Terdapat tiga notasi untuk behavioral pattern, yaitu: •
Sequence : events muncul satu per satu secara berurutan. Notasinya : “+”.
•
Selection : pemilihan satu event dari sekumpulan event yang muncul. Notasinya : “|”.
•
Iteration : sebuah event muncul sebanyak nol atau berulang kali. Notasinya : “*”.
2.6.6
Application Domain Analysis Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p115), Application domain
adalah organisasi yang mengatur, memonitor, atau mengontrol problem domain. Tujuan dari application domain ini adalah untuk menganalisis kebutuhan dari pengguna sistem.
Gambar 2.8 Aktifitas Application Domain (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p117))
36 2.6.6.1 Usage Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p115), use case adalah pola interaksi antara sistem dan actor di dalam application domain. Use case dapat digambarkan dengan menggunakan spesifikasi use case, dimana use case dijelaskan secara singkat namun jelas dan dapat disertai keterangan objek sistem yang terlibat dan function dari use case tersebut atau dengan diagram statechart karena use case adalah sebuah fenomena yang dinamik. Actor adalah abstraksi dari user atau sistem lain yang berinteraksi dengan target sistem. Cara untuk mengidentifikasi actor adalah dengan mengetahui alasan actor menggunakan sistem. Masing-masing actor memiliki alasan yang berbeda untuk menggunakan sistem. Cara lainnya yaitu dengan melihat peran dari actor seperti yang dinyatakan oleh use case dimana actor tersebut terlibat. Masing-masing actor memiliki peran yang berbeda-beda.
2.6.6.2 Function Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p137-146) kegiatan function memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu actor dalam melaksanakan perkerjaan mereka. Tujuan dari kegiatan function adalah untuk menentukan kemampuan sistem memproses informasi. Hasil dari kegiatan ini adalah sebuah daftar function-function yang merinci function-function yang kompleks. Daftar function harus lengkap, menyatakan kebutuhan kolektif dari pelanggan dan actor dan harus konsisten dengan use case.
37 •
Sistem functions. Function memiliki empat tipe yang berbeda, yaitu : o
Update, function ini disebabkan oleh event problem domain dan menghasilkan perubahan dalam state atau keadaan dari model tersebut.
o
Signal, function ini disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model yang dapat menghasilkan reaksi pada konteks.
o
Read, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang berhubungan dengan informasi dalam model.
o
Compute, function ini disebabkan oleh kebutuhan informasi dalam pekerjaan actor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh actor atau model, hasil dari function ini adalah tampilan dari hasil komputasi.
•
Menentukan functions. Cara untuk mengidentifikasikan function adalah dengan melihat deskripsi problem domain yang dinyatakan dalam kelas dan event, dan melihat deskripsi application domain yang dinyatakan dalam use case. Kelas dapat menyebabkan munculnya function read dan update. Event memungkinkan munculnya kebutuhan terhadap function update. Sementara use case dapat menyebabkan munculnya segala macam tipe function.
38 2.6.6.3 Interface Menurut Mathiassen et al (2000, p152-153), “Interface is the facilities that make a system’s model and functions availables to actors”. Dengan demikian, interface adalah sebuah fasilitas yang menghubungkan odel sistem dan functions dengan actor. Interface menghubungkan sistem dengan semua actor yang berhubungan dalam konteks digunakan oleh actor untuk berinteraksi dengan sebuah sistem. Oleh karena itu, interface secara garis besar dibagi menjadi ke dalam dua golongan, yaitu : •
User interfaces merupakan suatu hubungan interaksi antar user.
•
System interfaces merupakan suatu hubungan interaksi antara sistem dengan sistem yang lain.
2.6.7
Architectural Design Pada architectural design tersebut bertujuan untuk menstrukturisasikan suatu
sistem yang terkomputerisasi. Aktifitasnya terdiri dari : 1. Criteria, aktifitas ini mendefinisikan apa saja kondisi dan kriteria yang digunakan pada rancangan yang akan dibuat. 2. Component, mendefinisikan bagaimana suatu sistem distrukturisasikan menjadi komponen-komponen. 3. Process, bertujuan untuk mendefinisikan struktur fisik dari suatu sistem arsitektur.
39
Gambar 2.9 Aktifitas Architectural Design (Sumber: Mathiassen et al. (2000, p176))
2.6.7.1 Criteria Mengacu pada pendapat Mathiassen et al (2000, p177-186), dalam menciptakan sebuah desain yang baik diperlukan pertimbangan mengenai kondisi-kondisi dari setiap proyek yang dapat mempengaruhi kegiatan desain yang meliputi technical, conceptual, dan human. Sebuah desain yang baik memiliki tiga ciri-ciri, yaitu : •
Tidak memiliki kelemahan Syarat ini menyebabkan adanya penekanan pada evaluasi dari kualitas berdasarkan review dan eksperimen dan membantu dalam menentukan prioritas dari kriteria yang akan mengatur dalam kegiatan pendesainan.
•
Menyeimbangkan beberapa criteria. Konflik sering terjadi antar criteria, oleh karena itu untuk menentukan criteria mana yang akan diutamakan dan bagaimana cara untuk menyeimbangkannya dengan kriteria-kriteria yang lain bergantung pada situasi sistem tertentu.
•
Usable, flexible, dan comprehensible.
40 Kriteria-kriteria ini bersifat universal dan digunakan pada hampir setiap proyek pengembangan sistem. Tabel dibawah ini adalah beberapa kriteria umum yang digunakan dalam kegiatan desain yang berorientasi objek : Tabel 2.2 Criteria dalam perancangan (Sumber Mathiassen et al (2000, p178)) Criteria Usable Secure Efficient Correct Reliable Maintainable Testable Flexible Comprehensible Reusable Portable Interoperable
Ukuran dari Kemampuan sistem untuk menyesuaikan diri dengan konteks, organisasi yang berhubungan dengan pekerjaan dan teknis. Ukuran keamanan sistem dalam menghadapi akses yang tidak terotorisasi terhadap data dan fasilitas. Eksploitasi ekonomis terhadap fasilitas platform teknis. Pemenuhan dari kebutuhan. Pemenuhan ketepatan yang dibutuhkan untuk melaksanakan fungsi. Biaya untuk menemukan dan memperbaiki kerusakan. Biaya untuk memastikan bahwa sistem yang dibentuk dapat melaksanakan fungsi yang diinginkan. Biaya untuk mengubah sistem yang dibentuk. Usaha yang diperlukan untuk mendapatkan pemahaman terhadap sistem. Kemungkinan untuk menggunakan bagian dari sistem pada sistem lain yang berhubungan. Biaya untuk memindahkan sistem ke platform teknis yang berbeda. Biaya untuk menggabungkan sistem ke sistem yang lain.
2.6.7.2 Component Architecture Menurut Mathiassen et al (2000, p189-206), “Arsitektur komponen adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan”. Komponen merupakan kumpulan dari bagian-bagian program yang membentuk suatu kesatuan dan memiliki fungsi yang jelas. Sebuah arsitektur komponen yang baik membuat sistem menjadi lebih mudah untuk dipahami, mengorganisasikan pekerjaan
41 desain, menggambarkan stabilitas dari konteks sistem dan mengubah tugas desain menjadi beberapa tugas yang lebih tidak kompleks. Beberapa pola umum dalam desain komponen arsitektur : 1. Arsitektur layered Merupakan bentuk yang paling umum dalam software. Sebuah arsitektur layered terdiri dari beberapa komponen yang dibentuk menjadi lapisan-lapisan dimana lapisan yang berada di atas bergantung kepada lapisan yang ada dibawahnya. Perubahan yang terjadi pada suatu lapisan akan mempengaruhi lapisan yang ada diatasnya.
Gambar 2.10 Layered Architecture Pattern
2. Arsitektur generic Pola ini digunakan untuk merinci sistem dasar yang terdiri dari antar muka, function, dan komponen-komponen model. Dimana komponen model terletak pada lapisan yang paling bawah, diikuti dengan function system dan komponen interface diatasnya.
42
Gambar 2.11 Generic Architecture Pattern
3. Arsitektur client-server Pola ini awalnya dikembangkan untuk mengatasi masalah distribusi sistem di antara beberapa processor yang tersebar secara geografis. Komponen pada arsitektur ini adalah sebuah server dan beberapa client. Tanggung jawab daripada server adalah untuk menyediakan database dan resources yang dapat disebarkan kepada client melalui jaringan. Sementara client memiliki tanggung jawab untuk menyediakan antarmuka lokal untuk setiap penggunanya.
Gambar 2.12 Client-Server ArchitecturePattern
43 Berikut adalah beberapa jenis distribusi dalam arsitektur client-server dimana U (user interface), F (function), M (model) : Tabel 2.3 Jenis architecture client-server Client U U U+F U+F U+F+M
Server U+F+M F+M F+M M M
Architecture Distributed presentation Local presentation Distributed functionality Centralized data Distributed data
2.6.7.3 Process Architecture Menurut Mathiassen et al (2000, p209-227), “Process architetecture is a systemexecution structure composed of interdependent processes”. Dengan demikian, arsitektur proses adalah struktur dari eksekusi sistem yang terdiri dari proses-proses yang saling bergantung. Untuk mengeksekusi atau menjalankan sebuah sistem dibutuhkan processor. Sedangakan external device adalah processor khusus yang tidak dapat menjalankan program. Arsitektur proses harus dapat memastikan bahwa sistem dapat dijalankan secara memuaskan dengan menggunakan processor yang telah tersedia. Beberapa pola distribusi dalam kegiatan desain process architecture : 1) Centralized pattern Mengacu pada Mathiassen et al (2000, p215), pada pola ini semua data ditempatkan pada server dan client hanya menghandle user interface saja. Keseluruhan model dan semua fungsi bergantung pada server, dan client hanya berperan sebagai terminal.
44
Gambar 2.13 Deployment Diagram untuk Centralized Pattern
2) Distributed pattern Mengacu pada Mathiassen et al (2000, p217) pola ini merupakan kebalikan dari centralized pattern. Pada pola ini, semua didistribusikan kepada client dan server hanya diperlukan untuk melakukan update model diantara clients.
Gambar 2.14 Deployment Diagram untuk Distributed Pattern
3) Decentralized pattern Mengacu pada Mathiassen et al (2000, p219) pola ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari kedua pola sebelumnya. Pada pola ini, client
45 mengimplementasikan model yang lokal, sedangkan servernya memakai model common (umum).
Gambar 2.15 Deployment Diagram untuk Decentralized Pattern
2.6.8 Component Design Pada
component
design
tersebut
bertujuan
untuk
menentukan
sebuah
implementasi dari persyaratan di dalam suatu arsitektural frame work. Aktifitas pada component design adalah : a. Model component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model pada problem domain. Tujuannya adalah untuk menyampaikan data saat ini dan data yang telah lalu ke function dan ke pengguna sistem lain. Revisi class dapat terjadi pada: 1. Generalization, jika terdapat dua class dengan atribut yang sama, maka dapat dibentuk class baru (revised class). 2. Association, jika terdapat hubungan many-to-many.
46 3. Embedded Iterations, yang merupakan embedded di dalam state chart diagram. Misalnya, jika sebuah class terdapat state chart diagram yang mempunyai tiga iterated events sehingga dapat dibentuk tiga class di dalam perancangan model. b. Function component adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan kebutuhan functions. Tujuan dari function component adalah untuk memberikan ke user interface dan component dari sistem lain untuk mengakses model. c. Connecting component digunakan untuk menghubungkan komponenkomponen sistem. Pada connecting component ada dua konsep, yaitu : •
Coupling adalah suatu ukuran yang digunakan untuk menentukan bagaimana dekatnya hubungan amtara dua class atau component.
•
Cohesion merupakan ukuran seberapa kuatnya keterikatan dari suatu class atau component.
Gambar 2.16 Aktifitas Component Design ( Sumber Mathiassen et al, p232 )
47 2.6.9
Diagram dalam Analisis dan Perancangan Berorientasi Objek Menurut Mathiassen et al (2000, p334), “Ada delapan diagram yang digunakan
untuk menggambarkan empat tahap atau aktifitas utama dalam analisis dan perancangan berorientasi objek adalah sebagai berikut : 1. Rich picture menggambarkan sebuah pandangan menyeluruh dari people, object, process, structure, dan problem domain, system problem dan application domain. 2. Class diagram menggambarkan kumpulan dari class dan hubungan structural yang saling timbal balik. 3. State chart diagram menggambarkan behavioural yang digunakan pada semua object dalam sebuah class khusus dan diuraikan oleh state dan transisi lainnya. 4. Use case diagram, model yang digunakan untuk interaksi antara sistem dan actor dalam application domain. Pada use case diagram berisi actor dalam sebuah sistem. 5. Sequence diagram menggambarkan secara grafis bagaimana objek-objek berinteraksi satu sama lain melalui message-message yang dilakukan dari suatu use case atau operasi. Menurut Bennet et al. (2006, p253) sequence diagram merupakan diagram yang menunjukkan interaksi antar objek yang diatur berdasarkan urutan waktu. Sequence diagram dapat digambarkan dalam berbagai level of detail yang berbeda untuk memenuhi tujuan yang berbeda-beda pula dalam daur hidup pengembangan sistem. Sequence diagram biasanya digunakan untuk
48 menggambarkan interaksi antar objek yang terjadi pada sebuah use case atau sebuah operation. Menurut Bennet et al. (2006, p270) menyatakan bahwa setiap sequence diagram harus diberikan frame yang memiliki heading dengan menggunakan notasi sd yang merupakan kependekan dari sequence diagram. Berikut ini notasi penulisan heading pada setiap frame yang terdapat dalam sequence diagram, antara lain : 1. alt Notasi alt merupakan kependekan dari alternatives yang menyatakan bahwa terdapat beberapa buah alternative jalur eksekusi untuk dijalankan. 2. opt Notasi opt merupakan kependekan dari optional dimana frame yang memiliki heading ini memiliki status pilihan yang akan dijalankan jika syarat tertentu dipenuhi. 3. loop Notasi loop menyatakan bahwa operation yang terdapat dalam frame tersebut dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu. 4. break Notasi break menyatakan bahwa semua operation yang berada setelah frame tersebut tidak dijalankan. 5. par Notasi par merupakan kependekan dari parallel yang mengindikasikan bahwa operation dalam frame tersebut dijalankan secara bersamaan.
49 6. seq Notasi seq merupakan kependekan dari weak sequencing yang berarti operation yang berasal dari lifeline yang berbeda dapat terjadi pada urutan manapun. 7. strict Notasi strict merupakan kependekan dari strict sequencing yang menyatakan bahwa operation harus dilakukan secara berurutan. 8. neg Notasi neg merupakan kependekan dari negative yang mendeskripsikan operasi yang tidak valid. 9. critical Notasi critical menyatakan bahwa operasi-operasi yang terdapat di dalamnya tidak memiliki sela yang kosong. 10. ignore Notasi ignore mengindikasikan bahwa tipe pesan atau parameter yang dikirimkan dapat diabaikan dalam interaksi. 11. consider Notasi consider menyatakan pesan mana yang harus dipertimbangkan dalam interaksi. 12. assert Notasi assert merupakan kependekan dari assertion yang menyatakan urutan pesan yang valid.
50 13. ref Notasi ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa frame mereferensikan operation yang terdapat di dalamnya pada sebuah sequence diagram tertentu. 6. Navigation diagram adalah sebuah statechart diagram khusus yang memfokuskan pada keseluruhan user interface yang dinamis. Navigation diagram menggambarkan semua windows user interface dan hubungan dinamisnya. 7. Deployment diagram menguraikan sebuah figurasi sistem dalam bentuk processor dan objek yang dihubungkan ke processor. Deployment diagram menggambarkan komponen sistem program, external device dan hubungan struktural timbal balik. 8. Window diagram adalah sebuah konstruksi dari sebuah window tunggal dan deskripsi dari kegunaanya.”