BAB II LANDASAN TEORI
2.1.
Konsep Dasar Motivasi Belajar Siswa
2.1.1. Pengertian motivasi belajar Menurut pendapat A.M. Sardiman (2004:75), motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan dari subjek belajar itu dapat dicapai. Dikatakan keseluruhan karena pada umumnya ada beberapa motif yang sama-sama menggerakan siswa untuk belajar. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non-intelektual. Perananya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Persoalan motivasi ini, dapat juga dikatakan dengan persoalan minat. Minat diartikan sebagai suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang memilih ciriciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri. Oleh karena itu apa yang dilihat seseorang sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingan sendiri. Hal ini menunjukan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang kepada seseorang. Menurut A.M Sadiman (2004:76) “minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan melainkan akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan, pada waktu belajar”. Oleh karena Muhammad Hanif Luqman, 2012 Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Siswa Jurusan Teknik Gambar Bangunan di SMKN 2 Garut Dalam Mengikuti Pembelajaran Di Dalam Kelas Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
9
itu yang penting bagaimana menciptakan kondisi tertentu agar siswa itu selalu butuh dan ingin terus belajar. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar siswa adalah suatu upaya atau dorongan yang mendorong siswa mengarah pada perubahan tingkah laku terutama dalam proses belajar mengajar. 2.1.2. Hubungan Motivasi dengan Belajar Pengertian motivasi menurut
Mc. Donald, yang dikutip oleh A.M
Sadirman (2004:73) bahwa “motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feling” dan di dahului oleh tanggapan terhadap adanya tujuan.” Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen penting yaitu : 1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusi. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem yang ada pada organisme manusia, karena menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. 2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feling, efeksi seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-persoalan kejiwaan, efeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. 3. Motivasi akan dirangsang karena ada tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri seseorang, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan akan menyangkut dengan kebutuhan.
10
Sedangkan devinisi belajar menurut Cronbach yang dikutip oleh A.M. Sardiman (2004:20) “belajar adalah perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri.” Pada dasarnya belajar merupakan kebutuhan dasi setiap individu. Dengan belajar maka seseorang dapat mengembangkan kemampuan yang dimilikinya dan mendapatkan hal-hal baru yang sebelumnya belum diketahui. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa motivasi dalam belajar akan mempengaruhi keberhasilan dalam belajar. Karena setiap individu butuh akan belajar, dengan adanya motivasi sebagai pendorong, seorang individu akan mampu mendapatkan apa yang menjadi kebutuhanya. Belajar tanpa dorongan yang kuat pada diri individu tidak akan menghasilkan sesuatu yang diharapkan. 2.1.3. Fungsi Motivasi Dari pendapat yang dikemukakan oleh A.M Sadiman (2004:85), bahwa motivasi sangat berguna bagi perbuatan manusia karena: a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak di capai. Dengan demikian motivasi dapat menentukan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan. Pendapat lain dikemukakan pula oleh Purwanto (2002 : 70) bahwa motivasi sebagai suatu dorongan memiliki fungsi:
11
1. Mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif untuk berfungsi sebagai penggerak atau sebagai motor penggerak melepaskan energi. 2. Menentukan arah perbuatan yaitu petunjuk suatu tujuan yang hendak dicapai 3. Menyelesaikan perbuatan yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang akan dikerjakan ynag serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Disamping itu ada fungsi-fungsi lain. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik, dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun terutama disadari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan melahirhan prestasi yang baik. 2.1.4. Macam-macam Motivasi Menurut A.M.Sardiman (2004:86) Jenis-jenis motivasi ini dapat di lihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi. 1. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya. a. Motif-motif bawaan Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motif ini ada tanpa dipelajari. Sebagai conto misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk bekerja, dorongan seksual. Motif-motif
ini
seringkali
disebut
dengan
motif-motif
yang
diisyaratkan secara biologis. b. Motif-motif yang dipelajari Maksudnya motif-motif yang timbul karena dipelajari. Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang imu pengetahuan, dorongan
12
untuk mengajar sesuatu didalam masyarakat. Motif-motif ini seringkali di sebut dengan motif-motif yang diisyaratkan secara sosial. 2. Jenis motivasi menurut pembagi dari Woodworth dan marquis a. Motif atau kebutuhan organisasi Motifasi atau kebutuhan organisasi meliputi: kebutuhan untuk minum, makan, bernapas, seksual. b. Motif-motif darurat Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusah. Jelasnya motif ini timbul karena dorongan dari luar. c. Motif-motif objektif Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif. 3. Motivasi jasmani dan rohani Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua jenisyakni motivasi jasmani dan motivasi rohan. yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya: refleks, instink otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk motivasi rohani, yaitu kemauan. 4.
Motivasi intrinsik dan ekstrinsik a. Motivasi intrinsik Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar,
13
karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contohseseorang yang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya. b. Motivasi ekstrinsik Motif ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya rangsangan dari luar. Sebagai contoh seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ulangan.
2.2.
Tinjauan Mengenai Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
2.2.1. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Menurut pendapat Purwanto (2002:102) Motivasi belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang berasal dari diri siswa (faktor internal) maupun dari luar siswa (faktor eksternal). Faktor internal diantaranya adalah minat, bakat, kebiasaan belajar dan orientasi diri. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah faktor metode pembelajaran dan lingkungan baik berasal dari lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah. Selain faktor lingkungan keluarga dan sekolah faktor eksternal melingkupi sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan belajar mengajar. Sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan proses belajar dan mengajar adalah dengan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dalam pendapat lain menurut Slameto (1997 :71), faktor lain yang dapat mempengaruhi belajar yakni:
14
1. Faktor-faktor intern a. Faktor jasmaniah 1) Faktor kesehatan 2) Faktor cacat tubuh b. Faktor fsikologis 1) Intelegensi 2) Minat dan motivasi 3) Perhatian dan bakat 4) Kematangan dan kesiapan c. Faktor kelelahan 1) Kelelahan jasmani 2) Kelelahan rohani 2. Faktor ekstern a. Faktor keluarga 1) Cara orang tua mendidik 2) Relasi antara anggota keluarga 3) Suasana rumah 4) Keadaan gedung dan metode belajar b. Faktor sekolah 1) Metode mengajar dan kurikulum 2) Relasi guru dan siswa 3) Disiplin sekolah
15
4) Alat pengajaran dan waktu sekolah 5) Keadaan gedung dan metode belajar 6) Standar pelajaran di atas ukuran dan tugas rumah c. Faktor masyarakat 1) Kegiatan siswa dalam masyarakat 2) Mass media dan teman bergaul 3) Bentuk kehidupan masyarakat
Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi belajar siswa di atas, penulis dapat memahami bahwa adanya faktor tersebut dapat memberikan suatu kejelasan tentang proses belajar yang dipahami oleh siswa. Dengan demikian seorang guru harus benar-benar memahami dan memperhatikan adanya faktor tersebut pada siswa, sehingga didalam memberikan dan melaksanakan proses belajar mengajar harus memperhatikan faktor tersebut, baik dari psikologis dan lingkungan dengan kata lain faktor intern dan ekstren. Terkait dengan hal yang tersebut di atas, maka Dimyanti dan Mudjiono (1999:100) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain: 1. 2. 3. 4. 5.
Cita-cita / aspirasi siswa Kemampuan siswa Kondisi siswa dan lingkungan Unsur-unsur dinamis dalam belajar Upaya guru dalam membelajarkan siswa.
16
Adapun penjelasan faktor tersebut adalah: 1.
Cita-cita / aspirasi Cita-cita merupakan satu kata tertanam dalam jiwa seorang individu. Citacita merupakan angan-angan yang ada di imajinasi seorang individu, dimana cita-cita tersebut dapat dicapai akan memberikan suatu kemungkinan tersendiri pada individu tersebut. Adanya cita-cita juga diiringi oleh perkembangan dan pertumbuhan keperibadian individu yang akan menimbulkan motivasi yang besar untuk meraih cita-cita atau kegiatan yang diinginkan.
2.
Kemampuan siswa Kemampuan dan kecakapan setiap individu akan memperkuat adanya motivasi. kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan membaca, memahami sehingga dorongan yang ada pada diri individu akan makin tinggi.
3.
Kondisi siswa dan lingkungan Kondisis siwa adalah kondisi rohani dan jasmani. Apabila kondisi stabil dan sehat maka motivasi siswa akan bertambah dan prestasinya akan meningkat. Begitu juga dengan kondisi lingkungan siswa (keluarga dan masyarakat) mendukung, maka motivasi pasti ada dan tidak akan menghilang.
17
4.
Unsur dinamis dan pengajaran Dinamis artinya seorang individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, tempat dimana seorang individu akan memperoleh pengalaman.
5.
Upaya guru dalam pengajaran siswa Guru adalah seorang sosok yang dikagumi dan insan yangt mempunyai peranan penting dalam dunia pendidikan. Seorang guru dituntut untuk profesional dan memiliki keterampilan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Anshory (2011) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Kematangan Usaha yang bertujuan Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi Partisipasi Penghargaan dan hukuman Berikut ini uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
belajar: 1.
Kematangan Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi motivasi. Seandainya
dalam
pemberian
motivasi
itu
tidak
memperhatikan
kematangn, maka akan mengakibatkan frustasi dan mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.
18
2.
Usaha yang bertujuan
Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat dorongan untuk belajar.
3.
Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi
Dengan mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih giat belajar. Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa akan berusaha untuk mempertahankan atau meningkat intensitas belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik di kemudian hari. Prestasi yang rendah menjadikan siswa giat belajar guna memperbaikinya.
4.
Partisipasi
Dalam kegiatan mengajar perluh diberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar. Dengan demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan dapat diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar itu.
5.
Penghargaan dengan hukuman
Pemberian
penghargaan
itu
dapat
membangkitkan
siswa
untuk
mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian penghargaan
19
berperan untuk membuat pendahuluan saja. Pengharagaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan agar penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang menerima pengharagaan karena telah melakukan kegiatan belajar yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar kelas. Sedangkan hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
Dalam suatu kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan tidak terlepas adanya fungsi dan kegunaan. Motivasi dalam belajar yang merupakan suatu dorongan memiliki fungsi, menurut pendapat A.M. Sardiman (2004 : 83) fungsi dari motivasi yaitu “motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi”. Jelaslah bahwa fungsi motivasi itu memberikan suatu nilai atau itensitas tersendiri dari seorang siswa dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajarnya. 2.2.2. Cara-Cara Menimbulkan Motivasi Ekstrinsik Menurut Prayitno (1989:17), ada beberapa cara yang sering digunakan guru untuk untuk merangsang minat siswa yang merupakan dorongan ekstrinsik, diantaranya adalah: a. Memberikan penghargaan dan celaan. b. Mengadakan persaingan atau kompetisi. c. Memberikan hadiah dan hukuman. d. Pemberitahuan tentang kemajuan belajar yang telah dicapai siswa.
20
Pendapat lain dikemukakan oleh Uzer Usman (1995:29), bahwa terdapat beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu: a. Kompetisi (persaingan): Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang lain. b. Pace making (membuat tujuan sementara atau dekat): Pada awal kegiatan belajar-mengajar guru , hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tujuan pembelajaran khusus yang akan dicapainya sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus tersebut. c. Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan. Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan dan makin besar pula motivasi dalam melakukan suatu perbuatan. d. Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas, kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada anak untuk maraih sukses dengan usaha sendiri, tentu saja dengan bimbingan guru. e. Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar. f. Mengadakan penilaian atau tes: Pada umumnya semua siswa mau belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
21
2.3.
Teori Belajar
2.3.1. Pengertian Teori Belajar
Terdapat beberapa teori belajar seperti yang dikutip oleh Suryaman (2011), adalah sebagai berikut,
1.
Teori Behaviorisme
Behaviorisme merupakan salah satu pendekatan untuk memahami perilaku individu. Behaviorisme memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek – aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan yang dikuasai individu. Teori kaum behavoris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena seluruh perilaku manusia adalah hasil belajar. Belajar artinya perbahan perilaku organise sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Dalam arti teori belajar yang lebih menekankan pada tingkah laku manusia. Memandang individu sebagai makhluk reaktif yang memberi respon terhadap lingkungan. Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka. Dari hal ini, timbulah konsep ”manusia mesin” (Homo Mechanicus). Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil, bersifat mekanistis,
22
menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, menekankan
pentingnya
latihan,
mementingkan
mekanisme
hasil
belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan.
Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan dan tingkahl laku adalah hasil belajar.
2.
Teori Humanistik
Pengertian
humanistik
yang
beragam
membuat
batasan-batasan
aplikasinya dalam dunia pendidikan mengundang berbagai macam arti pula. Sehingga perlu adanya satu pengertian yang disepakati mengenai kata humanistik dala pendidikan. Krischenbaum menyatakan bahwa sekolah, kelas, atau guru dapat dikatakan bersifat humanistik dalam beberapa kriteria. Hal ini menunjukkan bahwa ada beberapa tipe pendekatan humanistik dalam pendidikan. Ide mengenai pendekatan-pendekatan ini terangkum dalam psikologi humanistik.
Menurut Abraham, yang terpenting dalam melihat manusia adalah potensi yang dimilikinya. Humanistik lebih melihat pada sisi perkembangan kepribadian manusia daripada berfokus pada “ketidaknormalan” atau “sakit” seperti yang
23
dilihat oleh teori psikoanalisa Freud. Pendekatan ini melihat kejadian setelah “sakit” tersebut sembuh, yaitu bagaimana manusia membangun dirinya untuk melakukan hal-hal yang positif. Kemampuan bertindak positif ini yang disebut sebagai potensi manusia dan para pendidik yang beraliran humanistik biasanya memfokuskan penganjarannya pada pembangunan kemampuan positif ini.
Kemampuan positif disini erat kaitannya dengan pengembangan emosi positif yang terdapat dalam domain afektif, misalnya ketrampilan membangun dan menjaga relasi yang hangat dengan orang lain, bagaimana mengajarkan kepercayaan, penerimaan, keasadaran, memahami perasaan orang lain, kejujuran interpersonal,
dan
pengetahuan
interpersonal
lainnya.
Intinya
adalah
meningkatkan kualitas ketrampilan interpersonal dalam kehidupan sehari-hari.
Selain menitik beratkan pada hubungan interpersonal, para pendidikan yang beraliran humanistik juga mencoba untuk membuat pembelajaran yang membantu anak didik untuk meningkatkan kemampuan dalam membuat, berimajinasi, mempunyai pengalaman, berintuisi, merasakan, dan berfantasi. Pendidik humanistik mencoba untuk melihat dalam spektrum yang luas mengenai perilaku manusia.
Melihat hal-hal yang diusahakankan oleh para pendidik humanistik, tampak bahwa pendekatan ini mengedepankan pentingnya emosi dalam dunia pendidikan. Freudian melihat emosi sebagai hal yang mengganggu perkembangan, sementara humanistik melihat keuntungan pendidikan emosi. Jadi bisa dikatakan bahwa emosi adalah karakterisitik yang sangat kuat yang nampak dari para
24
pendidik beraliran humanistik. Karena berpikir dan merasakan saling beriringan, mengabaikan pendidikan emosi sama dengan mengabaikansalah satu potensi terbesar manusia. Kita dapat belajar menggunakan emosi kita dan mendapat keuntungan dari pendekatan humanistik ini sama seperti yang kita dapatkan dari pendidikan yang menitikberatkan kognisi.
2.3.2. Tokoh-Tokoh Teori Belajar
1.
Teori Behaviorisme
Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :
a.
Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat
25
dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
b.
Thorndike (1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :
26
1) Hukum kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh
stimulus
maka
pelaksanaan
tingkah
laku
akan
menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
2) Hukum latihan
Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.
3) Hukum akibat ( Efek )
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hokum akibat
27
menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa.
c.
Skinner (1904-1990)
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
1. Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
a) Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
28
b) Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman. c) Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer. d) dalam pembelajaran digunakan shapping
2. Teori Humanistik a. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau
29
belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
b.
Abraham Maslow (1950s)
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya
30
sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhankebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Kebutuhan fisiologis / dasar b) Kebutuhan akan rasa aman dan tentram c) Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi d) Kebutuhan untuk dihargai e) Kebutuhan untuk aktualisasi diri
c.
Carl Rogers (1902-1987)
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.
31
Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masamasa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien. Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
a) Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
32
b) Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa c) Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa. d) Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
menurutnya sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :
a) Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami. b) Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri. c) Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya. d) Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil. e) Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar. f) Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
33
g) Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu. h) Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari. i) Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting. j) Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
2.3.3. Aplikasi Teori Belajar
Perkembangan teori belajar cukup pesat. Berikut ini adalah teori belajar dan aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran.
1. Teori Behaviorisme
Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon. Perubahan perilaku dapat berujud sesuatu yang konkret atau yang non konkret, berlangsung secara mekanik memerlukan penguatan. Aplikasi teori belajar behaviorisme dalam pembelajaran, tergantung
34
dari beberapa hal seperti tujuan pembelajaran, sifat meteri pelajaran, karakteristik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia.
Aplikasi teori belajar behaviorisme menurut tokoh-tokoh antara lain :
a.
Aplikasi Teori Pavlov
Contohnya yaitu pada awal tatap muka antara guru dan murid dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru menunjukkan sikap yang ramah dan memberi pujian terhadap murid-muridnya, sehingga para murid merasa terkesan dengan sikap yang ditunjukkan gurunya.
b.
Aplikasi Teori Thorndike
a) Sebelum guru dalam kelas mulai mengajar, maka anak-anak disiapkan mentalnya terlebih dahulu. Misalnya anak disuruh duduk yang rapi, tenang dan sebagainya. b) Guru mengadakan ulangan yang teratur, bahkan dengan ulangan yang ketat atau sistem drill. c) Guru memberikan bimbingan, pemberian hadiah, pujian, bahkan bila perlu hukuman sehingga memberikan motivasi proses belajar mengajar.
c.
Aplikasi Teori Skinner
Guru mengembalikan dan mendiskusikan pekerjaan siswa yang telah diperiksa dan dinilai sesegera mungkin.
35
2. Aplikasi Teori Humanistik
Belajar adalah menekankan pentingnya isi dari proses belajar bersifat eklektik, tujuannya adalah memanusiakan manusia atau mencapai aktualisasi diri. Aplikasi teori humanistik dalam pembelajaran guru lebih mengarahkan siswa untuk berpikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Hal ini dapat diterapkan melalui kegiatan diskusi, membahas materi secara berkelompok sehingga siswa dapat mengemukakan pendapatny masing-masing di depan kelas. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya apabila kurang mengerti terhadap materi yang diajarkan.Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterpkan
pada
materi-materi
pembelajaran
yang
bersifat
pembentukan
kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri.
Guru yang baik menurut teori ini adalah : Guru yang memiliki rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis, mampu berhubungan dengan siswa dengan mudah dan wajar.Ruang kelads lebih terbuka dan mampu menyesuaikan pada perubahan. Sedangkan guru yang tidak efektif adalah guru yang memiliki rasa humor yang rendah ,mudah menjadi tidak sabar ,suka melukai perasaan siswa dengan komentsr ysng menyakitkan,bertindak agak otoriter, dan kurang peka terhadap perubahan yang ada.
36
3. Perbandingan
Teori
Behaviorisme
dengan
Teori
Humanisme
Beberapa perbandingan antara teori behaviorisme dengan teori humanistik yaitu :
a. Teori behaviorisme
Teori : proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulis dan respon.
Tujuan : adanya perubahan tingkah laku pada peserta didik.
Metode : dibagi dalam bagian-bagian kecil sampai kompleks. Pengulangan dan latihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan.berorientasi pada hasil yang dicapai, tidak menggunakan hukuman.
Kekurangan : sentral,bersikap otoriter,komunikadi satu arah. Guru melatih dan menentukan apa yang harus dipelajari siswa. Pasif, perlu motivasi dari luar, dan sangat dipengarihi oleh penguatan yang diberikan oleh guru,mendengarkan dan menghafal.
Penerapan : pada mata pelajaran yang membutuhkan praktek dan pembicaraan yang mengandung unsur-unsur kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, daya tahan, dan sebagainya. Misal dalam percakapan bahasa asing, mengetik, menari, olagraga,dll.
37
Guru : guru tidak banyak memberikan ceramah, tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi
Murid :melakukan sendiri apa yang menjadi instruksi dan melakukannya berulang-ulang sampai hasilnya baik.
Evaluasi :didasarkan pada perilaku yang dicapai sebagai hasil dari latihan yang dilakukan.
b. Teori humanistik
Teori : belajar untuk memenusiakan manusia.
Tujuan : menunjuk pada ruh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan.
Metode : mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas ,jujur , dan positif.
Kekurangan : terlalu memberi kebebasan pada siswa.
Penerapan : materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan.
Guru : memberi motivasi,kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa.
38
Siswa : pelaku utama (student center) yang memaknai poses pengalaman belajar sendiri
Evaluasi : diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
2.3.4. Manfaat Teori Belajar
Teori belajar humanisme dan behaviorisme memiliki ciri khas masingmasing. Teori belajar humanisme berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang perilakunya bukan sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama para pendidik adalah mambantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing- masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik & membantu dalam mewujudkan potensi- potensi yang ada pada diri mereka.Sedangkan teori belajar behavioristik merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat adanya interaksi antara stimulus dengan respons yang menyebabkan
siswa
mempunyai
pengalaman
baru.
Aplikasinya
dalam
pembelajaran adalah bahwa guru memiliki kemampuan dalam mengelola hubungan stimulus respons dalam situasi pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat optimal.
Menurut Suryaman (2011), manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1. Membantu guru untuk memahami bagaimana siswa belajar, 2. Membimbing guru untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran, 3. Memandu guru untuk mengelola kelas,
39
4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar siswa yang telah dicapai, 5. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif, 6. Membantu guru dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada siswa sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
2.4.
Hasil Penelitian Yang Relevan Berikut ini merupakan hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan
penelitian skripsi ini untuk mendapatkan gambaran awal dan mengetahui bagaimana variabel yang diungkapkan. Tabel 2.1 Hasil Penelitian yang Relevan No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Meisari Dwi Arsiati (2005)
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Pada Siswa Yang Bermasalah Di MAN 1 Malang
Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi belajar Siswa
Nur Huda (2007)
Survei Faktorfaktor Yang mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa Kelas XI Dalam Mengikuti Pelajaran Di SMA Muhamadiyah 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007
Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi belajar Siswa
1
2
Hasil Penelitian Faktor eksternal menjadi faktor utama dalam mempengaruhi motivasi siswa yang bermasalah di MAN 1 Malang Pengaruh Faktor ekstrinsik dan intrinsik sangat baik terhadap motivasi belajar siswa kelas XI dalam mengikuti pelajaran di SMA Muhamadiyah 1 Semarang tahun pelajaran 2006/2007
40
2.5.
Anggapan Dasar Untuk mendapatkan pegangan yang bisa digunakan sebagai titik tolak
pemikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan laporannya, maka perlu dibuat suatu anggapan dasar atau asumsi. Anggapan dasar yang menjadi landasan dalam penelitian ini adalah: Terdapat Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas.
2.6.
Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian dibuat dengan maksud agar penelitian yang
dilakukan menjadi lebih terarah dan fokus dalam menjawab pertanyaan ini. Yang menjadi pertanyaan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana gambaran dari setiap faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi siswa jurusan teknik gambar bangunan di SMKN 2 Garut dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas? 2. Faktor apa yang lebih dominan mempengaruhi motivasi siswa jurusan teknik gambar bangunan di SMKN 2 Garut dalam mengikuti pembelajaran di dalam kelas?