BAB 2 LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1
Kerangka Teori dan Literatur 2.1.1 Definisi Pasar Modal Pasar Modal secara umum menurut Keputusan Menteri Keuangan RI
No.1548/KMK/1990 tentang peraturan pasar modal adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi termasuk di dalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Di Indonesia pengawasan pasar modal dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan dibawah pengendalian menteri keuangan RI.Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan jangka panjang yang bisa diperjual belikan, baik dalam bentuk utang maupun modal sendiri.
2.1.2 Pengertian Dividen Menurut Prihadi (2013) “Dividen adalah laba yang dibagi.Faktor utama penentu dividen adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.” Dividen dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan.Dividen ditentukan berdasarkan dalam rapat umum anggota pemegang saham dan jenis pembayarannya tergantung kepada kebijakan pemimpin. Dividen merupakan pembagian laba kepada para pemegang saham berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki. Pembagian akan mengurangi laba 9
ditahan dan kas yang tersedia bagi perusahaan, tapi distribusi keuntungan kepada para pemilik adalah tujuan utama suatu bisnis.
2.1.3 Jenis-Jenis Dividen Berikut adalah jenis-jenis dividen 1. Cash Dividen (Dividen Tunai) Cash dividen adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pada umumnya cash dividen lebih disukai oleh para pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan dengan jenis dividen yang lain. 2. Stock Dividen (Dividen Saham) Stock dividen adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock dividen juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia, dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan
3. Property dividen (Dividen Barang) Property dividen adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk barang (aktiva selain kas).Property dividen
yang dibagikan ini haruslah
merupakan barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-bagian yang
10
homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan. 4. Scrip Dividen Scrip dividen adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk surat (scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah tertentu dan pada waku tertentu,
sesuai
dengan
yang
tercantum
dalam
scrip
tersebut.
Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan perseroan mempunyai hutang jangka pendek kepada pemegang scrip. 5. Liquidating dividen Liquidating
dividenadalah
dividen
yang
dibagikan
berdasarkan
pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan keuntungan yang diperoleh perusahaan. 6. Stock Split Stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang lebih kecil, oleh sebab itu jumlah saham meningkat melalui pengurangan yang proporsional dalam nilai nominal saham.
2.1.4 Dividen Policy Kebijakan dividen adalah mencakup keputusan mengenai apakah laba akan dibagikan kepada pemegang saham atau akan ditahan untuk reinvestasi dalam perusahaan (Kamaludin, 2012). Bila perusahaan memilih untuk membagi laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba yang akan ditahan. Dampak yang terjadi adalah akan mengurangi kemampuan sumber dana internal, begitu juga dengan sebaliknya apabila perusahaan 11
memilih menahan laba, maka akan memperkuat atau memperbesar sumber dana internal.Karena itu kebijakan dividen berkaitan dengan struktur modal dan juga nilai perusahaan. Nilai perusahaan akan ditentukan oleh nilai ekuitas dan hutang. Apabila nilai hutang dianggap tetap, maka nilai perusahaan akan ditentukan oleh harga saham itu sendiri. Kebijakan dividen menimbulkan dua efek yang bertentangan yaitu menyeimbangkan dividen kini dengan tingkat pertumbuhan yang akan datang agar harga saham dapat dimaksimalkan. Kebijakan ini dikenal dengan “kebijakan dividen optimal”.Perlu ditandai bahwa pembayaran dividen dalam jumlah yang besar akan mengurangi kemampuan perusahaan melakukan investasi yang akan berdampak pada penurunan harga saham. Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang lemah seperti : a. Pasar modal sempurna dimana para investor rasional. b. Tidak ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham baru. c. Tidak ada pajak baik perorangan maupun pajak penghasilan perusahaan. d. Informasi tentang investasi tersedia untuk setiap individu.
Pada umumnya apabila pendapatan perusahaan stabil, maka untuk pembayaran dividen juga akan stabil. Kebijakan dividen sangat penting karena alasan-alasan sebagai berikut:
12
a) Menjaga kepentingan investor sebagai pemegang saham dan akan menjadi pemegang saham b) Kebijakan dividen akan mempengaruhi program keuangan dan capital budgeting korporasi tersebut. c) Kebijakan dividen akan mempengaruhi cash flow perusahaan. Suatu perusahaan dengan posisi likuiditas rendah akan akan dipaksa untuk membatasi pembayaran dividen d) Kebijakan dividen menurunkan nilai modal saham perusahaan karena dividen akan dibayarkan dari laba yang ditahan sehingga akan meningkatkan utang/modal (debt equity) rasio perusahaan. Rasio antara dividen dan laba bersih sering disebut sebagai Dividen Payout Rasio (DPR), yang persamaannya adalah DPR = Total Dividen/ Net Income. Karena kelebihan laba bersih di atas dividen itu menjadi laba ditahan maka keputusan DPR inclusive keputusan mengenai laba ditahan. Sepintas, para pemegang saham akan merasa senang apabila bagian dari laba bersih yang dibagikan sebagai dividen ini semakin besar. Akan tetapi, apabila DPR ini semakin besar, berarti laba ditahan semakin menciut, padahal pendanaan dengan menggunakan laba ditahan (internal financing) ini mempunyai cost of capital yang paling kecil dibandingkan dengan metode pendanaan lainnya. Dengan demikian keputusan dividen akan mengacu pada suatu kebijakan (dividen policy) yang optimal, terutama disesuaikan dengan konsep tujuan memaksimumkan nilai perusahaan.
13
Ditinjau dari memaksimumkan rentabilitas modal sendiri, maka kebijakan dividen perlu memperhatikan rentabilitas aktiva dan tingkat bunga.Karena apabila kebijakan menetapkan bahwa laba ditahan semakin besar berarti perusahaan ini menggunakan metode pendanaan dengan menambah modal sendiri, yakni pendanaan internal. Kebijakan dividen merupakan salah satu sumber konflik antara manajemen dan principal karena dividen dapat merupakan suatu sinyal yang diberikan perusahaan kepada investor. Dividen yang dibayarkan secara tunai maupun konversi dengan saham mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan prospek yang baik di masa yang akan datang. Berikut berbagai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan kebijakan dividen menurut Kamaludin (2012): 1. Likuiditas Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak kebijakandividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas keluar,maka semakin besar dividen yang dibayar maka akan memperkecil posisi likuiditas. Sebab itu jika posisi likuiditas perusahaan sangat baik, maka semakin besar kemungkinan rasio pembayaran dividen. Perusahaan yang tingkat pertumbuhannya baik bisa jadi posisi likuiditas tidak baik, hal ini dimungkinkan karena dana perusahaan sebagian besar dialokasikan dalam aktiva tetap. Biasanya perusahaan
akan
mempertahankan
posisi
likuiditas
sehingga
manajemen memutuskan tidak membayar dividen atau ditunda terlebih dahulu.
14
2. Alternatif pembiayaan Apabila perusahaan dapat memperoleh alternative pembiayaan dalam waktu yang relatif singkat, maka perusahaan dapat lebih leluasa memanfaatkan kas, termasuk untuk membayar dividen. Semakin mapan dan besar perusahaan biasanya akses pembiayaan akan lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan kecil. 3. Perkiraaan pendapatan Perusahaan yang tumbuh dengan baik biasanya manajemennya telah menetapkan perkiraan pendapatan yang tinggi. Perusahaan seperti ini biasanya akan membayar dividen secara teratur dan stabil. Sebaliknya perusahaan yang perkiraan pendapatannya tidak menentu, maka kebijakan dividennya lebih tidak menentu dan banyak yang menunggu situasi menjelang pembayaran dividen untuk diputuskan. 4. Kontrol kepemilikan Pada situasi control kepemilikan agar saham tidak dikuasai oleh kelompok mayoritas manajemen dapat saja menetapkan dividen yang tinggi agar saham minoritas tidak jatuh pada kelompok tertentu, agar meyakinkan pemegang saham minoritas bahwa perusahaan berupaya memakmurkan para pemegang saham. 5. Inflasi Dalam perekonomian dengan tingkat inflasi yang tinggi akan berdampak
pada
sumber
pembiayaan.
Yang
berarti
sumber
pembiayaan sulit diperoleh walaupun ada suku bunga sangat tinggi.Dalam situasi ini satu-satunya sumber pembiayaan yang biayanya relative murah dengan menahan laba untuk tidak dibagi.
15
Dalam situasi inflasi yang tinggi suatu perekonomian biasanya akan memperkecil kemampuan perusahaan untuk membayar dividen karena dana kas lebih banyak diinvestasikan kembali untuk membiayai perusahaan.
Menurut Kamaludin (2012), prosedur dari pembayaran dividen adalah : 1.
Tanggal Deklarasi Tanggal saat dividen secara resmi diumumkan dewan direksi.
2.
Tanggal pencatatan Menunjukan kapan buku transfer saham ditutup. Perusahaan mencatat seorang pemegang saham sebagai pemilik pada tanggal tertentu dan berhak atas dividen.
3.
Tanggal ex dividen Tanggal pada saat hak atas dividen periode berjalan tidak lagi menyertai
saham
tersebut
atau
penghilangan
hak
atas
dividen.Biasanya penghilangan hak ini selama hari kerja sebelum pencatatan pemegang saham. 4.
Tanggal pembayaran dividen Tanggal pada saat perusahaan benar-benar mengirim cek dividen kepada setiap pemegang saham.
Menurut Fred J. Weston dan Thomas E. Copeland yang diterjemahkan oleh Yohanes Lamarto (1992) ada tiga macam pola pembayaran dividen, yaitu : 1.
Jumlah dividen stabil persaham (stable amount per share)
16
Kebijakan dividen yang stabil yaitu jumlah dividen perlembar yang dibayarkan setiap tahunnya relatif sama selama jangka waktu tertentu meskipun pendapatan perlembar saham pertahunnya berfluktuasi. Kebanyakan perusahaan menerapkan kebijakan dividen ini. 2.
Rasio pembayaran konstan (constant pay out ratio) Rasio pembayaran konstan yaitu pembayaran dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Dalam rasio pembayaran konstan jumlah dividen perlembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya. Oleh sebab itu hanya beberapa perusahaan yang menjalankan kebijakan dividen berdasarkan persentase tertentu dari laba. Kebijakan dividen ini tidak akan memaksimumkan nilai saham dari perusahaan, karena pasar tidak dapat mengandalkan kebijakan dividen ini untuk memberi informasi mengenai prospek perusahaan pada saat mendatang dan karena kebijakan ini mempengaruhi kebijakan investasi.
3.
Dividen tetap yang rendah ditambah dividen ekstra (low regular dividen plus ekstra). Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen perlembar saham setiap tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan membayarkan deviden ekstra diatas jumlah tersebut. Bagi pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak memburuk. Tetapi dilain pihak kalau keadaan keuangan perusahaan baik maka pemodal akan menerima dividen minimal
17
tersebut ditambah dengan dividen tambahan yang biasa disebut dividen ekstra. Kalau keadaan keuangan perusahaan memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividen yang minimal saja.Kebijakan dividen ini memberikan fleksibilitas pada perusahaan, tetapi menyebabkan penanaman modal sedikit ragu-ragu tentang berapa besarnya pendapatan dividen mereka. Namun jika laba perusahaan sangat berubah-ubah, kebijakan ini akan merupakan pilihan terbaik.
Terdapat beberapa pendapat dan teori yang mengemukakan tentang dividen diantaranya yaitu: A. Dividen Irrelevance Theory (ketidakrelevanan dividen) Teori yang menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai
pengaruh
terhadap
nilai
perusahaan
maupun
biaya
modalnya.Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga saham akibat pembayaran dividenakan diimbangi dengan penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru. B. The Bird in The Hand Theory Teori ini terinspiraasi bahwa investor merasa lebih aman untuk memperoleh pendapatan berupa pembayaran dividen dibandingkan menunggu capital gains yang belum pasti. Myrton Gordon dan John Linter juga berpendapat bahwa biaya ekuitas akan turun apabila rasio pembayaran dividen dinaikkan, karena para investor kurang yakin terhadap capital gains dibandingkan seandainya menerima dividen yang lebih pasti.
18
C.Tax Preference Theory Investor menghendaki perusahaan untuk menahan laba setelah pajak dan dipergunakan untuk pembiayaan investasi daripada dividen dalam bentuk kas.Oleh karenanya perusahaan sebaiknya menentukan dividen payout ratio yang rendah atau bahkan tidak membagikan dividen. Karena dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividen yield yang tinggi. D. Teori Clientele Effect Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele) pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi.Sebaliknya
kelompok
pemegang
saham
yang
tidak
begitu
membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan. Jika ada perbedaan pajak bagi individu (misalnya orang lanjut usia dikenai pajak lebih ringan) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil.Sebalinya kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung menyukai dividen yang besar.Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini ada.Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen kecil, demikian sebaliknya.Efek Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih menguntungkan mereka.
19
E. Signaling theory Teori sinyal menyatakan bahwa perubahan pada kebijakan dividen dapat dijadikan investor sebagai sinyal mengenai keadaan keuangan perusahaan, khususnya mengenai kekuatan dari earningnya, perubahan dividen telah lama dianggap mengandung informasi. Bhattacharya (1979), John and Williams (1985) dan Miller Rock (1985) membangun hipotesis sinyal dari kebijakan dividen yang mengatakan bahwa perubahan dividen mengandung informasi yang berguna tentang keadaan masa depan cashflow perusahaan. Signaling theory dipercaya bahwa kebanyakan dividen perusahaan digunakan sebagai metode pemberian pesan yang memiliki biaya yang lebih rendah daripada alternative metode lainnya. Menurut Bhattacharya (1979) pendapatan dividen dikenakan pajak personal,tingkat dari pajak mempunyai hubungan positif dengan kekuatan dari sinyal dividen. Tingkat pajak yang lebih tinggi memberikan insentif bagi manajer perusahaan untuk memberikan informasi yang sebenarnya tentang cash flow yang diharapkan dari perusahaan. Karena itu dividen yang dikenakan pajak adalah sinyal yang bagus namun mahal bagi perusahaan dengan kinerja buruk untuk dapat meniru tindakan ini.
Dalam investasi pada pasar uang dan pasar modal, investor akanmelakukan pembelian saham atau menjual saham bergantung pada apakah returnsaham lebih besar hasilnya dibandingkan dengan deposito atau bunga obligasi.Jadi penilaian layak tidaknya investor memegang saham akan dilihat apakahreturn (perubahan harga saham) lebih menguntungkan.
20
Faktor fundamentalmerupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi perusahaan (emiten)yang meliputi kondisi manajemen, organisasi, sumber daya manusia, dan kondisikeuangan perusahaan yang tercermin dalam kinerja keuangan perusahaan. Kinerjakeuangan ditunjukkan dalam laporan keuangan perusahaan yang meliputi neraca,laporan laba-rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalamberbagai cara seperti laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan).
2.2
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.Sutanto (2013 : 72) mengemukakan bahwa “metode penelitian merupakan suatu cara atau teknik yang digunakan dengan sistematis yang dilakukan oleh peneliti dalam mencapai tujuan penelitian. Metode penelitian dapat pula diartikan sebagai prosedur, alat-alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian yang bersifat khas dan khusus untuk penelitian yang dirancang.” Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.Dalam memperoleh data yang relevan untuk bahan penulisan skripsi ini maka penulis melakukan penelitian Kepustakaan mencari bahan bacaan yang digunakan sebagai referensi.Kemudian penulis juga melakukan penelitian Lapangan (Field Research) mengumpulkan data sekunder BEI.
21
2.3
Pengembangan Hipotesis Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) pada Kebijakan Dividen Debt to equity ratio (DER) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi semua kewajibannya.Oleh karena itu semakin besarDER semakin kecil pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, hal ini dikarenakan adanya bunga dan pinjaman yang harus dibayaran oleh perusahaan.Karena semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Gupta (2010) mengungkapkan bahwa utang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh badan usaha manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2007-2011 untuk membiayai kebutuhan dananya, dan alat ukur yang digunakan adalah Debt to equity ratio. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan, maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen.Irham Fahmi (2012) mengungkapkan semakin rendah tingkat DER maka semakin baik karena aman bagi kreditor saat likuidasi.Berdasarkan teori dan penelitian terdahulu, dapat diambil hipotesis sebagai berikut : Ha1: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
22
Return on Equity (ROE) Return on Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri.Semakin tinggi rasio ini semakin baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. (Kasmir, 2012) Dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Karena dividen diambil dari keuntungan bersih perusahaan maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen payout ratio. Pada kebijakan pembayaran dividen yang berfluktuasi, besarnya dividen yang dibayarkan berdasarkan pada tingkat keuntungan pada setiap akhir periode.Apabila tingkat keuntungan tinggi, maka besarnya dividen yang dibayarkan cenderung tinggi, dan sebaliknya bila tingkat keuntungan rendah, maka besarnya dividen yang dibayarkan juga cenderung rendah.semakin besar ROE maka semakin besar jumlah dividen yang dibagi. Ha2: Return on Equity (ROE) berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Return On Asset (ROA) Menurut Hanafi (2004) perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yangsebaliknya akan terjadi jika jika aliran kas tidak baik. Alasan lain pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan lain.
23
Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi, perusahaan tersebut bisa membayarkan dividen, dan sekaligus juga membuat senang pemegang saham. Return OnAsset adalah salah satu cara untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan yang merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atas pengelolaan asset perusahaan.Profitabilitas diperlukan untuk perusahaan apabila hendak membayar dividen. Dividen adalah bagian dari laba bersih yang dihasilkan perusahaan, oleh karena itu dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh laba. Hubungan antara profitabilitas dengan kebijakan dividen dapat digambarkan seperti berikut ini.Sebuah perusahaan yang dapat membukukan laba maka perusahaan tersebut dapat memilih untuk menahan laba atau membagikan sebagai dividen. Juma'h (2008) menyatakan profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.Juma'h menyebutkan bahwa semakin besar keuntungan yang diperoleh suatu badan usaha maka semakin besar dividen yang dibagikan. Jika perusahaan membagikan dividen maka pendanaan internal perusahaan akan berkurang. Menurut teori “bird in the hand” investor lebih menyukai dibagikan dividen daripada menunggu pengembalian dari keuntungan modal.Maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi juga dividen yang dibagikan. Pada penelitian terdahulu ditemukan bahwa ROA berpengaruh positif pada kebijakan dividen sehingga Ha3: Return On Asset berpengaruh pada kebijakan dividen.
24
Return On Investment (ROI) Hasil pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan namaReturn on Investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukan hasil atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROI juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.mengukur kemampuan perusahaan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu. Return On Investment dimana rasio ini merupakan perbandingan antara pendapatan bersih (earning before interest & tax) dengan total aktiva (total assets) X 100%. Semakin tinggi tingkat ROI suatu perusahaan, semakin baik perusahaan tersebut.Return on Investment (ROI) secara parsial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Perbedaan antara ROI dan ROA adalah dimana ROA dipergunakan untuk menghitung
kemampuan
rata-rata
asset
perusahaan
dalam
mencapai
keuntungan.Sementara ROI dipergunakan untuk kemampuan seluruh asset perusahaan dalam pencapaian keuntungan serta untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam tingkat kemampuan investasi. Ha4: ROI memiliki pengaruhpada kebijakan dividen Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini variabel independen yang digunakan adalahDebt Equity Ratio, Return On Assets, Return On Equity dan Return On Investment. Sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah dividend payout ratio. Alasan
pemilihan
variabel-variabel
ini
adalah
dalam
penelitian-
penelitiansebelumnya, variabel-variabel tersebut telah diuji tetapi dalam kurun waktu yangberbeda-beda dan diuji dengan variabel-variabel yang berbeda-beda pula.
25
Penelitian ini juga menggunakan periode waktu dan sampel penelitian yangberbeda dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dapat mendekatihasil atau berbeda hasil dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
26