BAB 2 LANDASAN TEO RI
2.1.
Pengertian Sistem Menurut O’Brien (2005, p29), sistem adalah sekumpulan dari elemen yang salin g
berhubungan atau berinteraksi hingga membentuk suatu kesat uan, selain itu sistem juga dapat diartikan sebagai sekelompok komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang terat ur. Menurut Stair dan Reynolds (2006,p8), sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan yang berinteraksi unt uk melakukan suatu pekerjaan dalam usaha unt uk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem sekumpulan dari elemen-elemen yang saling berhubungan dan berinteraksi dalam melakukan pekerjaan unt uk mencapai tujuan bersama.
2.2.
Pengertian Informasi Menurut O’Brien (2005, p5), informasi adalah data yang telah diubah menjadi
suatu konteks yang memiliki arti yang beguna bagi pemakai akhir. Sedangkan menurut Stair dan Reynolds (2006, p5), informasi adalah sekumpulan dari fakta yang diorganisasikan dalam berbagai cara yang telah memiliki nilai tambah melebihi nilai dari fakta itu sendiri. Kesimpulannya adalah informasi merupakan sekumpulan data yang berisi fakta yang telah diproses menjadi suatu bentuk yang memiliki arti bagi pengguna akhir.
11
2.3.
Pengertian Sistem Informasi Menurut O’Brien (2005, p5), “Inform ation system is a set of people, procedures
and resources that collect,
transform , and dissem inates inform ation in
an
organization.”. Apabila diterjemahkan menjadi, sistem informasi adalah sebuah kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi. Menurut Stair dan Reynolds (2006, p15), “Inform ation System is a set of interrelated elem ents or com ponents that collect (input), m anipulate (process) and store and dissem inates data and inform ation and provide a feedback m echanism to m eet an objective.”. Apabila diterjemahkan menjadi, sistem informasi adalah sekumpulan elemen atau komponen yang mengumpulkan, memproses, menyimpan serta menghasilkan data dan informasi dan menghasilkan feedback. Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan
sum ber daya data yang mengumpulkan, memproses, menyimpan,
dan
menyebarkan informasi ke dalam sebuah organisasi unt uk tujuan tertentu yang berguna untuk memproses data menjadi informasi dan pengetahuan.
2.4.
Sistem Informasi Akuntansi
2.4.1. Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Jones & Rama (2006, p5), “ The Accounting Inform ation System is a subsystem of an MIS (Managem ent Inform ation System ) that provides accounting and financial inform ation, as well as other inform ation obtained in the routine processing of
12
accounting transactions “. Apabila diterjemahkan menjadi, sistem informasi akuntansi merupakan subsistem dari MIS (Sistem Informasi Manajemen) yang menyediakan informasi akuntansi dan keuangan, serta informasi lainnya yang diperoleh dalam proses rutin transaksi akuntansi. Menurut Romney dan Steinbart (2006, p6), sistem informasi akuntansi adalah sebuah sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data unt uk menghasilkan informasi bagi pembuat keputusan. Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah subsistem dari MIS yang terdiri dari sekumpulan sumber daya yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan, dan memproses data untuk menyediakan informasi keuangan bagi pembuat keput usan yang dibut uhkan oleh manajemen. Menurut James A Hall (2001, p181), perputaran transaksi dan proses bisnis terdiri dari 4 macam, yait u: 1.
Siklus Pendapatan (p.180) Perusahaan ekonomis, baik yang berorientasi profit maupun non-profit,
mendapatkan keuntungan melalui proses usaha yang merupakan siklus pendapatan mereka. Dalam bentuk yang sangat sederhana siklus pendapatan merupakan perubahan langsung dari produk akhir dan jasa menjadi uang tunai. Oleh karenanya siklus pendapatan sebenarnya terdiri atas dua subsistem utama, yait u:
a.
Subsistem proses pesanan penjualan
b.
Subsistem penerimaan uang tunai.
13
2.
Siklus Pengeluaran (p.262)
Tujuan dari siklus pengeluaran adalah untuk mengkonversi kas organisasi ke bahan fisik dan sum ber daya manusia yang dibut uhkan untuk menjalankan bisnis. Siklus pengeluaran terdiri dari 2 jenis: a.
Prosedur pembelian dan pengeluaran kas: memiliki dua subsistem utama yang membent uk siklus pengeluaran yait u subsistem pemrosesan pem belian dan subsistem pengeluaran kas. (p.262)
b.
Pemrosesan gaji dan prosedur aktiva tetap: digunakan unt uk memroses transaksi tenaga kerja dan aktiva tetap.(p.318)
3.
Siklus Konversi (p.368) Siklus konversi suatu perusahaan mentransformasikan (mengkonversi) sumber
daya input, seperti bahan baku, tenaga kerja, dan overhead, ke barang jadi atau jasa untuk dijual. Siklus konversi menjadi siklus yang paling formal dan nyata dalam perusahaan manufaktur. Namun demikian, secara konsept ual siklus ini terdapat dalam industry jasa tertentu, seperti perawatan kesehatan, konsultasi, dan akuntan public. 4.
Sistem Buku Besar Umum, Sistem Pelaporan Keuangan, dan Sistem Pelaporan
Manajemen (p.428) Sistem Buku Besar Umum (general ledger system -GLS), Sistem Pelaporan Keuangan (Financial reporting system -FRS), dan Sistem Pelaporan Manajemen (m anagem ent reporting system -MRS) merupakan tiga sistem yang saling berkaitan. Karena interdependensi operasional dari GLS dan FRS, pada umumnya lebih praktis memandang mereka sebagai satu sistem yang terintegrasi (GL/FRS). MRS memberikan informasi yang diperlukan manajemen untuk merencanakan dan mengontrol aktivitas bisnis. M RS dapat dibedakan dari FRS dalam dua hal. Pertama.
14
Buku besar umum merupakan sum ber data primer untuk FRS. Di sisi lain, MRS mengambil data keuangan dan non-keuangan dari kegiatan operasional juga dari data buku besar um um tradisional. Oleh karena it u, aplikasi MRS dapat berupa sistem yang berdiri sendiri atau diintegrasikan dengan aplikasi SIA lainnya seperti sistem enrti pesanan (order entry system ) atau sistem pembelian (procurem ent system ). Perbedaan yang kedua adalah bahwa pelaporan keuangan yang silakukan oleh FRS sifatnya wajib (m andatory) sedangkan aplikasi MRS sifatnya bebas (discretionary). Baik aplikasi maupun isi, waktu, atau format informasi yang diproduksi tidak ditentukan atau diwajibkan oleh badan otoritatif seperti IRS, SEC, atu AICP A. Manajemen organisasi secara bebas menentukan dalam mengimplementasikan aplikasi M RS berdasarkan kebut uhan informasinya.
2.4.2. Komponen Sistem Informasi Akuntansi Menurut Romney dan Steinbart (2006, p2). Sistem Informasi Akuntansi terdiri dari lima komponen, yait u : 1.
People. Untuk mengoperasikan sistem dan melakukan berbagai fungsi.
2.
Procedures. Baik yang manual maupun otomatis termasuk dalam kegiatan pengumpulan, pemrosesan, dan penyimpanan data tentang kegiatan organisasi.
3.
Data. Tentang kegiatan atau proses bisnis organisasi.
4.
Software. Digunakan untuk memproses data organisasi.
15
5.
Inform ation Technologies Infrastructures. Termasuk di dalamnya komputer dan peralatan komunikasi jaringan yan g digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, memproses dan mengirimkan data serta informasi.
2.4.3. Manfaat Penerapan Sistem Informasi Akuntansi Sistem Informasi Akuntansi sangatlah diperlukan. Lima kegunaan Sistem Informasi Akuntansi menurut Jones & Rama (2006, p6), adalah : 1.
Menghasilkan laporan eksternal. Para pelaku bisnis menggunakan sistem informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi pihak-pihak yan g berkepentingan, seperti investor, kreditor, pemerintah, dan lain sebagainya.
2.
Mendukung aktivitas rutin. Para manajer membut uhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasi rutin selama siklus operasi perusahaan berjalan, seperti menerima pesanan pelanggan, mengantar barang dan jasa, menagih pelanggan, dan menerima kas.
3.
Mendukung pengambilan keput usan. Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan non-rutin pada semua tingkatan organisasi, seperti informasi mengenai produk apa yan g paling banyak terjual atau pelanggan mana yang membeli dengan kuantitas terbanyak.
4.
Mendukung perencanaan dan pengendalian.
16
Informasi yang berkenaan dengan anggaran dan biaya standar disimpan dalam sistem informasi, kemudian laporan dirancang untuk membandingkan antara anggaran dengan akt ual. Disinilah peran sistem informasi untuk aktivitas perencanaan dan pengendalian. 5.
Menerapkan pengendalian internal. Pengendalian internal termasuk kebijakan perusahaan, prosedur dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi aset perusahaan dari kerugian atau kehilangan, dan untuk memelihara keakuratan data finansial. T ujuan ini dapat dicapai
dengan membangun sebuah
sistem
informasi akuntansi yan g
terkomputerisasi.
Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p109), tujuan dan kegunaan Sistem Informasi Akuntansi adalah : 1.
Untuk melakukan pencatatan (recording) transaksi dengan biaya klerikal seminimal mungkin dan menyediakan informasi (inform ation value added m echanism ) bagi pihak internal untuk pengelolaan kegiatan usaha (m anagers) serta para pihak terkait (Stockholder/Stakeholder).
2.
Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada, baik mengenai mutu, ketepatan penyajian maupun struktur informasinya.
3.
Untuk menerapkan (implementasi) Sistem Pengendalian Internal, memperbaiki kinerja dan tingkat keandalan (reliability) informasi akuntansi dan untuk menyediakan catatan lengkap mengenai pertanggungjawaban (akuntabilitas)
4.
Menjaga untuk meningkatkan perlindungan terhadap kekayaan perusahaan.
17
2.5.
Penjualan Jasa, Piutang, dan Penerimaan Kas
2.5.1. Pengertian Penjualan Menurut IAI, seperti pada St andar Akuntansi Keuangan (2007, Pasal 23), penjualan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode, bila arus masuk menyebabkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. Menurut Gelinas, U. K., Sutton, S. G., Hunton, J. E. (2005, p350), proses penjualan adalah pertimbangan sebuah strukt ur interaksi dari people, peralatan, metodemetode, dan kendali-kendali yang didesain untuk memperoleh tujuan tertentu. Menurut Kotler (2002, p457), penjualan merupakan proses dimana kebutuhan pembeli dan kebut uhan penjualan dipenuhi, melalui pertukaran informasi dan kepentingan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penjualan adalah proses pemenuhuan kebut uhan penjualan dengan arus bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas perusahaan.
2.5.2. Pengertian Piutang Menurut Bodnar dan Hopwood (2001, p295), piutang dagang adalah uang yan g terutang oleh konsumen atas barang yang telah dijual atau jasa yang diberikan kepadanya. Menurut Horngren et al (2002, p187), piutang merupakan sejumlah uang yan g dihutangkan kepada perusahaan oleh pelanggannya sebagai hasil dari pengiriman barang atau jasa. Piutang itu merupakan suatu perjanjian untuk menerima kas dari pelanggan, dimana perusahaan telah menjual atau menyerahkan jasanya kepada pelanggan tersebut.
18
2.5.3. Pengertian Kas dan Setara Kas Menurut IAI, seperti pada Standar Akuntansi Keuangan (2007, Pasal 2), kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro. Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa menghadapi resiko perubahan nilai yang signifikan. Menurut Weygant et al (2005, p326), kas terdiri atas koin, mata uang (uan g kertas), cek, permintaan uang, uang ditangan, dan simpanan di bank atau penyimpanan sejenisnya. Aturan um umnya adalah apabila bank menerima sesuat u sebagai simpanan, maka hal tersebut tergolong uang. Penerimaan kas datang dari berbagai sumber; penjualan tunai, pelunasan piutang dari pelanggan, penerimaan bunga, sewa dan dividen, investasi pemilik, pinjaman bank, dan penjualan aktiva tetap. Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kas kas terdiri atas koin, mata uang (uang kertas), cek dan segala sesuatu yang dapat dijadikan simpanan di bank, bersifat likuid dan mudah dipertukarkan.
2.6.
Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Jasa, Piutang, dan Penerimaan Kas
2.6.1. Prosedur yang Berkaitan dengan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Jasa, Piutang, dan Penerimaan Kas 2.6.1.1.
Proses Penerimaan Pesananan
Menurut Romney dan St einbart (2006, p.356) dapat disimpulkan bahwa, kegiatan siklus pendapatan dim ulai dari penerimaan pesanan pelanggan, dimana proses penerimaan pelanggan terbagi dalam 3 (tiga) tahap, yaitu :
19
1.
Taking custom ers order Data pesanan pelanggan dicatat dalam sales order. Sales order berisi sejumlah informasi mengenai nomor barang, jumlah barang, harga, dan keterangan penjualan lainnya.
2.
Credit approval Bagi penjualan secara kredit, batasan kredit harus diset ujui terlebih dahul u sebelum diproses lebih lanjut. Bagi pelanggan yang sudah lama, perusahaan melihat sejarah pembayaran kreditnya untuk kem udian dapat diberikan atau dinaikan batasan kreditnya.
3.
Checking inventory availability Langkat ketiga adalah pengecekan ketersediaan barang yang dipesan oleh pelanggan sehingga kemudian perusahaan menginformasikan kepada pelanggan mengenai perkiraan tanggal pengiriman.
2.6.1.2.
Proses Pengiriman Barang
Menurut Romney dan St einbart (2006, p.363) dapat disimpulkan bahwa, kegiatan utama yang kedua dalam siklus pendapatan adalah pengisian pesanan pelanggan dan pengiriman pesanan pelanggan, yang terbagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu : 1. Picking and packing the order Fungsi gudang menggunakan picking ticket
unt uk mengindentifikasi produk
yang akan dikeluarkan dari gudang. Barang yang dikeluarkan dari gudan g dihitung dan dicatat pada picking ticket kemudian akan diserahkan ke fungsi pengiriman untuk dikirimkan.
20
2.
Shipping the order Fungsi pengiriman membandingkan jumlah fisik persediaan dengan jumlah yan g ada pada picking ticket dan sales order. Fungsi ini membawa surat muat (bill of lading) yang merupakan perjanjian legal dalam memberikan tanggung jawa b terhardap barang yang dikirimkan.
2.6.1.3.
Proses Penagihan Piutang dalam Siklus Pendapatan
Menurut Romney dan St einbart (2006, p.356) dapat disimpulkan bahwa, kegiatan utama yang ketiga berkaitan dengan billing custom er, yang terbagi dalam 2 (dua) tahap, yaitu : 1.
Invoicing Kegiatan ini merupakan kegiatan pemrosesan informasi yang dikemas kembali dan meringkas sejumlah informasi dari pengisian sales order sampai kegiatan pengiriman, dokumen yang digunakan adalah sales invoice, yang menegaskan pada pelanggan jumlah yang harus dibayar dan kemana pelanggan harus mengirimkan pem bayaran.
2.
Mantain accounts recievable Fungsi piutang ini dibagi dalam 2 (dua) tugas utama diantaranya yait u menggunakan informasi dalam invoice untuk mendebit akun pelanggan dan secara berkala mengkredit akun ini ketika pembayaran diterima. • Open invoice m ethod Pelanggan biasanya membayar sejumlah uang menurut masing-masing invoice. Biasanya 2 (dua) rangkap invoice yang akan dikirimkan ke pelanggan
21
dimana 1 (satu) rangkap akan dikem balikan jika melakukan pembayaran. Copy ini disebut rem ittance advice. • Balance forward m ethod Pelanggan biasanya membayar menurut jumlah yang ada pada laporan bulanan, dibandingkan menurut invoice satuan. Laporan bulanan mendaftar semua transaksi termasuk penjualan dan pembayaran yang ada selama bulan terakhir serta menginformasikan pada pelanggan jumlah saldo piutang terakhir.
2.6.1.4.
Proses Penerimaan Kas
Wilkinson et al (2000, p428) menyebutkan ada 5 prosedur yang terlibat dalam sistem penerimaan kas, yang meliputi: a. Rem ittance entry Pada tahap ini, kasir akan mengumpulkan sem ua cek dan mencocokkan dengan rem ittance advice yang diterima, kemudian menjumlahkan sem ua cek yang diterima. Kem udian rem ittance list, yang berisi daftar rem ittance advice secara kesuluruhan dibuat. b. Depositing receipts Salah satu salinan dari rem ittance list dikirimkan ke kasir yang akan membandingkan dan merekonsiliasi. Kem udian, kasir ini akan membuat deposit slip dan cash receipt transaction listing (jurnal). Setelah it u, barulah semua cek disetorkan ke bank.
22
c. Posting receipts Sebelum memperbaharui data pelanggan, kasir harus melakukan koreksi atas cash receipt transaction listing (jurnal). d. Preparing analysis dan reports Pada penghujung hari ringkasan piutang dicetak. Ringkasan ini berisi total piutang beserta total penerimaan kas yang diperoleh pada hari tersebut. e. Collecting deliquent accounts Pada saat pembayaran belum diterima, perusahaan biasanya mengirimkan dokumen untuk melakukan penagihan kepada pelanggan.
2.6.2. Dokumen yang Berkaitan dengan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Jasa, Piutang, dan Penerimaan Kas Dokumen-dokumen yang biasa digunakan dalam sistem penjualan kredit menurut Wilkinson et al (200, p419) adalah: 1. Custom er Order Purchase order dari pelanggan atau formulir yang disiapkan oleh karyawan bagian penjualan. 2. Sales Order Formulir salinan dari custom er order yang disiapkan oleh karyawan bagian penjualan. 3. Picking Ticket Salinan dari sales order yang dikirim ke gudang untuk mengam bil barang yan g dipesan.
23
4. Packing Slip Salinan dari sales order atau packing list uang diikutsertakan dengan baran g ketika dibungkus unt uk dikirim. 5. Shipping Notice Salinan dari sales order atau dokumen pengiriman terpisah yang membuktikan bahwa barang telah dikirm. 6. Bill of Lading Dokumen pengiriman yang dibuat unt uk perusahaan pengangkutan. 7. Sales Invoice Dokumen yang dikrim ke pelanggan berisi jumlah penjualan. 8. Rem ittance Advice Dokumen yang menunjukkan jumlah penerimaan kas dari pelanggan. 9. Deposit Slip Dokumen yang disertakan saat penyetoran kas ke bank. 10. Back Order Dokumen yang disiapkan ketika kuantitas dari persediaan tidak mencukup sales order. 11. Credit Mem o Dokumen yang memungkinkan pengurangan kredit pelanggan akibat dari adanya retur penjualan. 12. Credit Application Formulir yang disiaplan ketika pelanggan baru mengajukan kredit.
24
13. Sales Person Call Report Formulir yang digunakan untuk menggambarkan panggilan yang dibuat oleh sales person kepada pelanggan potensial dan mengidentifikasi hasil dari panggilan tersebut. 14. Delinquent Notice Catatan yang dikirimkan ke pelanggan apabila kredit sudah melewati tanggal jatuh tempo. 15. Write Off Notice Dokumen yang disiapkan manajer kredit ketika terdapat piutang tidak tertagih. 16. Cash Register Receipt Form yang digunakan oleh retailer untuk mencerminkan kas yang diterima.
2.6.3. Fungsi yang Berkaitan dengan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Jasa, Piutang, dan Penerimaan Kas Fungsi yang terkait dalam sistem informasi akuntansi penjualan jasa, piutang, dan penerimaan kas Wilkinson et al (2000,p417) adalah: 1. Marketing/Distribution Fungsi ini mempunyai tanggung jawab antara lain: •
Meriset pasar dengan cara mempelajari sikap dan daya beli pelanggan.
•
Mempromosikan dan mengiklankan produk sesuai dengan strategi promosi yang telah dibuat.
•
Menangani permintaan dan keluhan pelanggan.
•
Kosentrasi pada penjualan, peramalan penjualan, dan evaluasi kinerja penjualan.
25
•
Pengapalan dan transportasi untuk mendistribusikan barang sesuai dengan order pelanggan dan pada waktu yang tepat.
2. Financial/Accounting Fungsi ini mempunyai tanggung jawab antara lain: •
Budgeting dan cash planning. Membuat anggaran untuk jangka pendek dan panjang serta melakukan peramalan kas dan kredit.
•
Mengem bangkan kebijakan kredit dan penagihan serta pengat uran atas kebijakan kredit agar dipatuhi oleh pelanggan.
•
Menangani masalah penerimaan kas (cash receipt)
•
Menyiapkan sales invoice (billing)
•
Memelihara buku besar dari semua akun neraca dan rugi laba yang berasal dari laporan keuangan yang disiapkan.
2.6.4. Laporan-laporan yang Berkaitan dengan Sistem Informasi Akuntansi Penjualan Jasa, Piutang, dan Penerimaan Kas Ada beberapa jenis laporan yang menjadi output dari sistem informasi akuntansi penjualan jasa, piutang, dan penerimaan kas menurut Wilkinson et al (2000, p437), laporan yang berkaitan dengan sistem tersebut anatara lain: a. Monthly Statem ent Adalah daftar dari semua sales invoice untuk pelanggan, meliputi informasi pelanggan, piutang, sales invoice, dan penerimaan kas. b. Open Order Report Adalah suatu daftar yang berisi sales order yang belum dikirim dan ditagih.
26
c. Sales Invoice Register Adalah daftar yang berisi semua sales invoice diurutkan berdasarkan nomor sales invoice. d. Shipping Register Adalah daftar yang berisi semua pengiriman yang dilakukan, diurutkan berdasarkan tanggal pengiriman. e. Cash Receipt Journal Adalah daftar yang berisi semua penerimaan kas secara kronologis. f. Credit Mem o Register Adalah daftar yang berisi semua pengembalian barang.
2.6.5. Syarat Pemberian Kredit Menurut Romney dan Steinbart (2006, p360), limit kredit untuk setiap pelanggan ditetapkan berdasarkan histori kredit pada wakt u lampau dan kemampuan pelanggan untuk membayar. Pemeriksaan limit kredit dapat dilakukan dengan membandingkan jumlah harga pesanan yang dilakukan ditambah dengan saldo piutang sebelumnya dengan batas kredit yang diberikan. Menurut Munawir (2004, p235), pemberian kredit mengandung suatu tingkat resiko (degree of risk) tertentu. Untuk menghindari maupun untuk memperkecil resiko kredit yang mungkin terjadi, maka permohonan kredit harus dinilai atas dasar syaratsyarat yang diterapkan bank secara teknis yang dikenal dengan 5C, yaitu: 1.
Character Mencari data tentang sifat-sifat pribadi, watak, dan kejujuran dari pimpinan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansialnya.
27
2.
Capacity Menyangkut kemampuan pimpinan perusahaan
beserta stafnya baik
kemampuan dalam manajemen maupun keahlian dalam bidang usahanya. 3.
Capital Menunjukkan
posisi finansial perusahaan
secara keseluruhan
yang
dit unjukkan oleh rasio finansialnya dan penekanan pada kombinasi tangible net worth-nya. 4.
Collateral Menunjukkan besarnya aktiva yang akan diikatkan sebagai jaminan atas kredit yang diberikan
5.
Condition Melihat kondisi ekonomi secara umum serta melihat kondisi pada sektor usaha si peminta kredit.
Sundjaja dan Barlian (2002, p237) menyebutkan bahwa perusahaan dapat membuat batas kredit yaitu jumlah maksimum pelanggan dapat berhutang kepada perusahaan dengan membuat perhitung angka kredit. Angka kredit (credit scoring) merupakan prosedur yang dihasilkan dalam bentuk angka untuk mengukur keseluruhan kemampuan si peminjam dalam membayar kredit. Tabel dibawan ini adalah contoh perhitungan angka kredit dan standar angka kredit sperti yang dijelaskan oleh Sundjaja dan Barlian (2002, p239).
28
Perhitungan Angka Kredit Karakteristik Angka Bobot yang Bobot Angka Keuangan & Kredit (0 s/d 100) Ditentukan (1) (2) (1) x (2) Referensi kredit 80 15% 12 Kepemilikan rumah 100 15% 15 Tingkat pendapatan 80 25% 20 Riwayat pembayaran 70 25% 17,5 Lamanya di alamat terakhir 70 10% 7 Lamanya di pekerjaan terakhir 80 10% 8 Total 100% 79,5 Angka Kredit
Tabel 2.1Contoh Perhitungan Angka Kredit dan Standar Angka Kredit
Standar Angka Kredit Angka Kredit Tindakan > 75 Dapat diberi kredit Dapat diberi kredit tetapi terbatas. Jika Pelaksanaannya baik setelah 1 (satu) tahun dapat diberikan kredit sesuai standar 65 - 75 kredit < 65 Ditolak
Tabel 2.2 St andar Angka Kredit
2.7. Sistem Pengendalian Internal 2.7.1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal M enurut Jones dan Rama (2006, p103), ”Internal control is a process, effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding achievement of objectives in the following categories: effectiveness and efficiency of operations; reliability of financial reporting; and compliance with applicable laws and regulations.”, yang artinya pengendalian intern adalah sebuah proses, dipengaruhi oleh keseluruhan jajaran direktur, manajemen, dan
29
bagian lain, dirancang untuk menyediakan jaminan sesuai pencapaian obyektif dalam bidang: efektifitas dan efisiensi operasi, laporan keuangan yang dapat dipercaya, dan pelaksanaan sesuai regulasi dan hukum. Sedangkan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sistem pengendalian internal meliputi organisasi semua metode dan ketentuan yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta miliknya, mengecek kecermatan dan kehandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengendalian intern adalah pengendalian dalam sebuah organisasi yang meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
2.7.2. Prinsip-prinsip Pengendalian Internal Untuk
mengamankan
aset
dan
meyakinkan
keakuratan
dari data-data
akuntansinya, sebuah perusahaan harus menetapkan beberapa prinsip pengendalian yang spesifik. Menurut weygant et al (2005, p321), prinsip-prinsip pengendalian meliputi: a. Establishm ent of resposibility Pengendalian akan menjadi sangat efektif apabila hanya sat u orang yan g bertanggung jawab unt uk sat u tugas. Hal ini dimaksudkan supaya penelusuran mudah dilakukan.
30
b. Segregation of Duties Pemisahan tanggung jawab sangat perlu dilakukan supaya antar satu karyawan dengan karyawan yang lain dapat saling mengevaluasi. Aplikasi dari pemisahan tanggung jawab mencakup dua hal: •
Aktivitas-aktivitas yang berhubungan harus dit ugaskan pada 2 orang yang berbeda.
•
Tugas pencatatan aset harus dipisahkan dari tugas penyimpanan fisik aset.
c. Docum entation Procedures Beberapa prosedur harus diterapkan dalam dokumen. Misalnya, setiap dokumen harus diberi nomor atau dokumen sumber untuk akuntansi harus diteruskan ke bagian akuntansi. d. Physical, Mechanical, and Electronic controls Contohnya, penggunaan brankas dengan kode rahasia, alarm anti pencuri, penggunaan password unt uk komputer dan sebagainya. e. Independent internal verification Untuk memaksimalkan keuntungan dari verifikasi, maka: •
Verikasi harus dilakukan secara periodik maupun secara tiba-tiba.
•
Verifikasi harus dilakukan oleh seseorang yang tidak memiliki hubungan kepentingan dengan orang yang bertanggung jawab atas informasi tersebut.
•
Temuan verifikasi harus dilaporkan kepada tingkat manajemen yang berwenang mengambil tindakan perbaikan.
f. Other controls
•
menjamin perlindungan pada karyawan yang menangani uang tunai.
•
Merotasi tugas karyawan atau memberikan cuti pada karyawan.
31
2.7.3. Komponen Sistem Pengendalian Internal Pada tahun 1992, The Comm ittee of Sponsoring Organizations (COSO) mengeluarkan Internal Control – Integrated Framework yang mendefinisikan pengendalian internal dan memberikan pedoman untuk mengevaluasi dan meningkatkan sistem pengendalian internal dalam sebuah perusahaan. Menurut Romney dan St einbart (2006, p196), internal control memiliki 5 (lima) komponen penting yaitu : 1. Lingkungan pengendalian (Control Environm ent) Inti dari setiap bisnis adalah sumber daya manusianya, sifat dari masing-masin g individu, termasuk integritas, nilai etik, kompetensi, dan lingkungan dimana semua hal tersebut dijalankan. Lingkungan merupakan alat unt uk mengendalikan organisasi dan merupakan dasar dari segala sesuat u. 2. Prosedur Pengendalian (Control Activities) Prosedur dan kebijakan pengendalian harus ditetapkan dan dijalankan untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manajemen untuk menanggulangi resiko dan untuk mencapai tujuan organisasi terlihat efektif. 3. Penilaian Resiko (Risk Assesm ent) Perusahaan harus berhati-hati dan dapat mengatasi resiko yang dihadapinya. Perusahaan harus menyusun tujuannya, terintegrasi dengan kegiatan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan kegiatan lainnya agar perusahaan dapat beroperasi dengan baik. Perusahaan juga harus membangun mekanisme unuk tujuan identifikasi, analisis dan mengatasi resiko-resiko yang ada. 4. Informasi dan Komunikasi (Inform ation and Comm unication) Aktivitas pengendalian memerlukan informasi dan sistem komunikasi yan g memungkinkan sumber daya manusia dalam organisasi untuk menangkap dan
32
bert ukar
informasi yang dibutuhkan
unt uk
memimpin,
mengatur
dan
mengendalikan operasi yang ada. 5. Pemantauan (Monitoring) Keseluruhan proses harus di-m onitor dan perubahan sangat penting dilakukan jika diperlukan. Dengan cara ini maka sistem akan bersifat dinamis dimana terjadi perubahan sesuai dengan kondisi yang terjadi.
2.7.4. Tujuan Sistem Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196), berdasarkan COSO, “Tujuan sistem pengendalian internal adalah sebagai berikut : • Menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya (reliability of financial reporting). • Menghasilkan operasi yang efektif dan efisien (effectiveness and efficiency of operations). • Memenuhi hukum dan perat uran yang ditetapkan (com pliance with applicable laws and regulations.)”
2.7.5. Aktivitas Sistem Pengendalian Internal Menurut Wilkinson, et al. (2000, p500), aktivitas pengendalian internal meliputi: 1. General Controls, yang terdiri dari: •
Organizational Controls Dalam organisasi harus dilakukan pemisahan fungsi antara pihak yang melakukan operasional dengan bagian yang menangani pencatatan.
33
•
Docum entation Controls Dokumentasi yang ada harus lengkap dan selalu bersifat up-to-date.
•
Asset Accountability Controls Buku besar pem bantu utang harus direkonsiliasi secara berkala dengan rekening control utang yang ada di buku besar. Demikin juga dengan catatan persediaan dan keseim bangan atas saldo bank dan kas di buku besar.
•
Managem ent Practices Controls Karyawan termasuk programmer dan akuntan harus diberikan pelatihan; perkembangan sistem dan perubahannya harus mengikuti prosedur yang jelas; audit harus dilakukan terhadap kebijakan pembelian dan pengeluaran kas. Manjaer harus melakukan review terhadap analisis periodic dan laporanlaporan mengenai kegiatan akuntansi dan transaksi yang disahkan melalui computer.
•
Data Center Operation Controls Staf TI dan akuntansi harus diawasi serta kinerja mereka di-review dengan bant uan laporan control proses komputer dan pencatatan akses.
•
Authorization Controls Transaksi penjualan kredit harus diotorisasi oleh manajer yang telah ditetapkan.
•
Access Controls Menggunakan password,
terminal yang khusus unt uk fungsi yang
bersangkutan, melakukan log terhadap sem ua transaksi pem belian dan pengeluaran kas pada saat di-entry ke dalam sistem, melakukan back-up terhadap file utang dan persediaan ke dalam media penyimpanan lain.
34
2.
Application Controls Tujuan dari application controls untuk membantu memastikasn bahwa semua
transaksi diotorisasi secara sah dan tepat, dicatat, dikelompokkan, diproses, dan dilaporkan. Application controls terdiri dari: •
Input controls Transaksi-transaksi harus dicatat secara akurat, lengkap dan tepat.
•
Processing Controls Untuk memastikan bahwa data diproses dengan tepat dan lengkap, tidak termasuk transaksi yang tidak diotorisasi, hanya file dan program yang benar dimasukkan, sehingga semua transaksi dapat dengan mudah ditelusuri.
•
Outputs Controls Outputs menyediakan sebuah sistem informasi yang lengkap dan dapat diandalkan serta disampaikan kepada penerima informasi yang tepat.
2.8.
Analisis dan Perancangan Berorientasi O bjek (OO A&D)
2.8.1. Pengertian Analisis Berorientasi O bjek Menurut Manthiassen et al (2000, p5), analysis objects describe phenom ena outside the system , such a people and things, which are typically independent. Althought we cannot always comm and them , we m ust register the events they perform or experience. Artinya, analisis object menguraikan fenomena di luar sistem, seperti orang dan barang, yang secara khusus berdiri sendiri. Walaupun perintah tidak selalu dapat diberikan mereka, event yang dijalankan harus didaftarkan.
35
2.8.2. Pengertian Perancangan Berorientasi O bjek Menurut Mathiassen et al (2000, p5), design objects describe phenom ena within the system that we can control, we describe their behaviour as operations for the com puter to carry out. Artinya perancangan objek menguraikan fenomena di dalam sistem yang dapat dikontrol dan dapat dideskripsikan behaviour-nya sebagai operation untuk komputer yang menyelesaikannya.
2.8.3. Analisis dan Perancangan Berorientasi O bjek Dalam analisis dan perancangan berorientasi objek, dibagi menjadi empat tahap, yaitu: Problem Dom ain Analysis, Application Dom ain Analysis, Architectural Design dan Com ponent Design.
2.8.4. Problem Domain Analysis Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian informasi-informasi yang harus ada pada suat u sistem untuk menghasilkan sebuah model sistem. Problem Dom ain merupakan bagian dari keadaan yang akan diat ur, dipantau, dan dikontrol oleh sistem (Mathiassen et al, 2000, p6). Sum ber dari aktivitas ini adalah system definition, yait u deskripsi singkat dan jelas dari sistem terkomputerisasi dengan menggunakan bahasa alami (Matthiassen et al, 2000, p24). Kegiatan dari problem -dom ain analysis dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
36 System Definition
Behaviour Cl asses
Structure
Model
Gambar 2.1 Aktivitas dalam Problem Dom ain Analysis (Mathiassen et al, 2000, p46)
Mathiassen (2000, p46-47) di dalam bukunya menulis bahwa terdapat 3 sub aktifitas dalam Problem Dom ain Analysis, yait u : 1. Classes Merupakan tahapan dilakukannya pemilihan class dan event dari system definition untuk menghasilkan event table. Class adalah deskripsi dari kumpulan objek yang mempunyai structure, behavioral pattern, dan attributes yang sama. Object adalah suatu entitas yang memiliki identity, state, dan behaviour (Mathiassen et al, 2000, p4). Pada tahap analisis, biasanya sebuah class cukup dideskripsikan dengan namanya saja, tetapi dapat juga ditambahkan detil attributes dan operation. Event adalah kejadian bersifat instant yang melibatkan sat u atau lebih object (Matthiassen et al, 2000, p51). Menurut Mathiassen et al (2000, pp53-55) untuk menjalankan aktivitas classes dapat dimulai dengan mengidentifikasikan kandidat atau calon yang mungkin unt uk classes dan events yang benar-benar relevan dengan konteks sistem.
37
2. Stucture Tujuannya adalah unt uk mendeskripsikan hubungan structural antara class dan object. Sum ber dari tahap ini adalah event table yang dihasilkan dari tahap sebelumnya, sedangkan hasil akhirnya adalah membuat class diagram , yaitu diagram yang menyediakan gambar ikhtisar Problem Dom ain yang berkaitan secara logis dengan menggambarkan seluruh hubungan structural antara classes dan object di dalam model (Mathiassen, 2000, pp69-70). Menurut Mathiaseen et al (2000, pp72-77) terdapat dua tipe structure dalam Object Oriented, yait u : a. Class Structured, mengekspresikan hubungan konseptual yang statis antar class. Hubungan statis ini tidak akan berubah, kecuali terjadi perubahan pada deskripsinya. Class structure dibagi menjadi dua macam, yaitu : •
Generalization Structure, Merupakan hubungan antara dua atau lebih subclass atau lebih superclass (Mathiassen et al, 2000, p72). Sebuah class yang umum (superclass) mendeskripsikan property umum kepada group dari special class (subclass) atau dengan kata lain terjadi penurunan attributes dan behaviour
dari
superclass, tetapi subclass juga diperkenankan untuk memiliki attributes dan behaviour tambahan.
Secara ilmu
bahasa, generalization
structure
diekspresikan dengan formula “is a”. •
Cluster Merupakan kumpulan dari class yang berhubungan (Mathiassen et al, 2000, p74). Cluster digam barkan dengan notasi file folder yang melingkupi classes yang saling berhubungan di dalamnya. Classes dalam satu cluster biasanya
38
memilki hubungan berupa generalization atau aggregation. Sedangkan hubungan class dengan cluster yang berbeda biasanya berupa association structure. b. Object Structure, mengekspresikan hubungan dinamis dan konkret antara object. Hubungan ini dapat berubah secara dinamis tanpa mempengaruhi perubahan pada deskripsinya. Biasanya terdapat m ultiplicity yang menspesifikasikan jumlah dari object yang berelasi. Multiplicity dapat berupa string of num bers dan penyebaran interval dengan koma, seperti “0,3,7,9..13,19..*”, “*” disebut many; dan “0..*”. Ada dua macam object structure, yaitu : •
Aggregation Structure Mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object. Sebuah superior object (whole) memiliki beberapa object (parts) (Mathiassen et al, 2000, p76). Secara ilmu bahasa, aggregation structure diekspresikan dengan formulasi “has a”,”a-part-of”, atau “is-owned-by”.
•
Association Structure Mendefinisikan hubungan antara dua atau lebih object, tetapi berbeda dengan Aggregation (Mathiassen et al, 2000,p76). Hubungan antara classes pada Aggregation mempunyai pertalian yang kuat sedangkan pada Association tidak kuat. Secara ilm u bahasa, association structure di ekspresikan dengan form ulasi “knows” dan “association with”.
3. Behaviour Menurut Mathiassen L, et al. (2000), “kegiatan behaviour bertujuan untuk memodelkan apa yang terjadi (prilaku dinamis) dalam problem -dom ain sistem sepanjang
39
waktu.” (p.89). Tugas utama dari kegiatan ini adalah menggambarkan pola prilaku (behavioral pattern) dan attribut dari setiap kelas. Sumber dari tahap ini adalah event table dan class diagram yang telah dihasilkan dari tahap-tahap sebelumnya. Sedangkan hasil akhirnya adalah behavioral patterns yang diekspresikan secara grafis dalam statechart diagram (Mathiaseen, 2000, p89-90). Menurut Mathiassen L, et al. (2000, p.93), ada tiga jenis notasi unt uk behavioral pattern yait u : 1. Sequence : Events in a set occur one by one. 2. Selection : Exactly one out of set of event occurs. 3. Iteration
: An event occurs zero or m ore tim es
2.8.5. Application Domain Analysis Tahap ini mendefinisikan requirem ents dari suat u sistem. Application Dom ain merupakan bagian yang mengatur, memantau atau mengontrol Problem Dom ain (Mathiassen et al, 2000, p6), atau dengan kata lain, berhubungan dengan aktivitas yang dikerjakan oleh sistem. Prinsip dari Application Dom ain Analysis adalah bekerja sama dengan user untuk menentukan usage, function dan interface. Sum ber dari aktivitas ini adalah system definition dan model dari tahap sebelumnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan didalam Application Dom ain Analysis dapat dilihat pada gambar berikut ini.
40
Gambar 2.2 Aktivitas dalam Application Dom ain Analysis (Mathiassen et al, 2000, p117)
Menurut Mathiassen et al (2000, p117) terdapat 3 (tiga) subaktivitas dalam Application Dom ain Analysis, yaitu: 1. Usage Menurut Mathiassen L, et al. (2000) tujuan dari kegiatan usage adalah untuk menentukan bagaimana aktor-aktor yang merupakan pengguna atau sistem lain berinteraksi dengan sistem yang dituju. Interaksi antara aktor dan sistem dinyatakan dalam use case. Mathiassen L, et al (2000) menyatakan, “use case is a pattern for interaction the system and actor in application dom ain.” (p.120). Sedangkan actor adalah “an abstraction of user or other system s that interact with target system .” (p.199). Hasil dari kegiatan usage adalah deskripsi lengkap dari sem ua use case dan aktor yang ada, yang digambarkan dalam tabel aktor dan use case diagram . Use case diagram adalah diagram yang menggam barkan fungsi dari sebuah sistem dan berbagai macam pengguna yang akan berinteraksi dengan sistem.
41
2. Function Menurut Mathiassen L, et al. (2000) kegiatan function memfokuskan pada bagaimana cara sebuah sistem dapat membantu aktor dalam melaksanakan perkerjaan mereka. Mathiassen L, et al. (2000) menyatakan, “function is a facility for m aking a m odel useful for actors.” (p.138). Menurut Mathiassen et al (2000, p 138) terdapat 4 (empat) tipe utama dari function, dimana masing-masing tipe mengekspresikan hubungan antar model dan konteks sistem. Keempat tipe tersebut antara lain, yaitu : a. Update, function ini menjadi berjalan (aktif) disebabkan oleh event dari problem -dom ain, dan menghasilkan perubahan dalam state dari model tersebut. b. Signal, function ini menjadi berjalan (aktif) disebabkan oleh perubahan keadaan atau state dari model dan dapat menghasilkan reaksi pada konteks. Reaksi ini dapat berupa tampilan untuk aktor dalam application dom ain, atau intervensi langsung dalam problem dom ain. c. Read, function ini menjadi berjalan (aktif) disebabkan oleh kebut uhan informasi dalam perkerjaan kantor dan mengakibatkan sistem menampilkan bagian yang berhubungan dengan informasi dalam model. d. Com pute, function ini menjadi berjalan (aktif) disebabkan oleh kebut uhan informasi dalam perkerjaan aktor dan berisi perhitungan yang melibatkan informasi yang disediakan oleh aktor atau model. Hasil dari kegiatan function adalah daftar dari function (function list) yan g lengkap, yang merinci function-function yang kompleks. Function list dibuat berdasarkan dari use case description. Kompleksitas dari function list dim ulai dari yang sim ple sampai dengan yang very com plex. Untuk mengidentifikasikan function adalah
42
melihat deskripsi problem dom ain yang dinyatakan dalam kelas dan event yang dapat menyebabkan munculnya function read dan update, dan melihat deskripsi application dom ain yang dinyatakan use case yang dapat menimbulkan segala macam tipe function. Berikut ini contoh dari function list.
Planning Make schedule
very com plex
Update
Calculate schedule consequences
Com plex
Signal
Find working hours form previous priod
Medium
Read
Enter contents into schedule
Com plex
Update
Sim ple
Update
Erase schedule
Tabel 2. 3 Contoh dari Function List
(Mathiassen et al, 2000, p.145)
3. Interface Tujuan dari aktivitas ini adalah menentukan antar muka (interface) dari sistem yang sedang dikembangkan. Interface adalah fasilitas yang membuat model system dan function tersedia bagi actor (Mathiassen et al, 2000, p 151). Adanya interface memungkinkan actor untuk berinteraksi dengan sistem. Sumber aktivitas berasal dari Class Diagram , Use Case dan Function list. Menurut Mathiassen et al, 2000, p 152) terdapat 2 (dua) macam interface,yait u: a.
User Interface ,menghubungkan hum an actor (manusia) dengan sistem. Dalam merancang user interface dibut uhkan feedback dari user .Terdapat 4 (empat) User Interface Patterns, yaitu: m enu selection (diekspresikan sebagai
43
daftar pilihan pada user interface), form filling (pola klasik unt uk entry data), comm and language (dibut uhkan daya ingat user untuk mengoperasikan sistem, dan direct m anipulation (memungkinkan manipulasi langsung dengan representasi objects). (Mathiassen et al, 2000, p 154- p155). b. System Interface, menghubungkan sistem actor (sistem lain) dengan sistem yang sedang dibangun. Sistem lain bisa berupa: external device (misal: sensor, switch, dll) dan sistem komputer yang kompleks sehingga dibut uhkan suatu protokol komunikasi. Biasanya interface ini tidak dipakai unt uk sistem administratif tetapi lebih sering untuk m onitoring and controlling system . (Mathiassen et al, 2000, p163 – p 164) Deskripsi dari user interface dapat menggunakan Navigation Diagram , dimana menyediakan gambaran keseluruhan dari elemen user interface dan transisi diantaranya. Diagram ini terdiri gambar yang diperkecil di setiap window, panah yang menunjukkan bagaimana menggunakan button dan seleksi lain yang akan mengaktivasi function atau membuka window lain. (Mathiassen et al, 2000, p 159) Untuk menggam barkan elemen-elemen user interface dalam prototype atau menspesifikasikannya lebih detail dapat menggunakan Window Diagram . Diagram ini mendeskripsikan tampilan dan single window yang mencakup bentuk detail dari elemenelemen window. (Mathiassen et al, 2000, p 159- p 161 & p 344)
2.8.6. Architectu ral Design Tujuan dari kegiatan desain arsitektur adalah untuk membangun sistem yang terkomputerisasi. Arsitekur membentuk sistem sesuai dengan fungsi sistem tersebut dan dengan memenuhi kriteria desain tertentu. Mathiassen et al, (2000, p.175) menyatakan,
44
Didalam desain arsitektur, terdapat tiga dasar prinsip, yaitu “define and prioritize criteria, bridge criteria and technical platform , and evaluate designs early”. Kegiatankegiatan yang dilakukan didalam architecture design dapat dilihat pada gam bar berikut ini
Gambar 2.3 Aktivitas dalam Architectural Design (Mathiassen et al, 2000, p176)
Tahap Architectural Design menurut Mathiassen et al (2000, p173) memiliki 3 (tiga) subaktivitas, yaitu: 1. Criteria Mathiassen L, et al. (2000) menyatakan, ”criterion is a preferred property of an architecture.” (p.177). ada beberapa prinsip yang digunakan unt uk menentukan sebuah desain, yait u: a. Sebuah desain yang baik tidak memiliki kelemahan. Prinsip ini memperlihatkan tujuan utama atau yang paling mendasar dari object-oriented design. Prinsip ini menim bulkan penekanan pada evaluasi kualitas berdasarkan review dan
eksperimen
dan membantu dalam
menentukan prioritas dari kriteria. Ada beberapa kriteria um um yang
45
digunakan dalam kegiatan desain yang berorientasi objek, yang ditunjukan pada tabel dibawah ini.
CRITERIA Useable
Pengukuran Dari Kemampuan adaptasi sistem terhadap konteks oraganisasi, hubungan kerja dan teknikal
Secure
Suatu pencegahan melawan
akses yang tidak
terotorisasi terhadap fasilitas-fasilitas yang ada Efficient
Penggunaan
yang ekonomis terhadap
fasilitas
technical platform Correct
Pemenuhan terhadap persyaratan-persyaratan
Reliable
Pemenuhan terhadap eksekusi function yang benarbenar tepat
Maintainable
Besarnya
usaha
unt uk
mengalokasikan
dan
memperbaiki kecacatan sistem Testable
Besarnya usaha untuk memastikan bahwa sistem menampilkan fungsi-fungsi yang telah ditentukan
Flexible
Besarnya usaha untuk memodifikasi sistem
Com prehensible
Usaha yang dibutuhkan unt uk mendapatkan pengertian yang masuk akal terhadap system
Reusable
Potensi penggunaan bagian-bagian sistem dalam sistem lain yang terhubung
Portable
Besarnya usaha untuk memindahkan sistem ke teknikal platform
Interoperable
Besarnya usaha untuk menggabungkan suatu sistem ke sistem lain
Tabel 2.4 Kriteria klasik unt uk Mengukur Kualitas Software (Mathiassen et al, 2000, p 178)
46
b. Sebuah desain yang baik memiliki beberapa criteria yang seim bang. Tidak semua kriteria memiliki prioritas. Beberapa kriteria dapat menunjukan objektivitas secara keseluruhan, sehingga dapat mewakili kriteria lainnya. c. Usable, flexible, dan com prehensible. Kriteria-kriteria diatas ini bersifat universal dan dapat digunakan pada hampir
setiap
proyek
mengorganisasikannya,
pengem bangan
menunjukan
sistem,
bagaimanapun
tiga kriteria ideal pada proyek
pengembangan sistem. Menurut Mathiassen L, et al. (2000) sebuah desain yang baik diperlukan pertimbangan mengenai kondisi dari setiap proyek yang dapat mempengaruhi kegiatan desain, antara lain : •
Technical, yang terdiri dari pertimbangan penggunaan hardware, software dan
sistem lain yang telah dimiliki dan
dikem bangkan; pengaruh
kemungkinan penggabungan pola-pola um um dan komponen yang telah ada terhadap arsitektur dan kem ungkinan pembelian komponen standar. •
Conceptual, yang terdiri dari pertimbangan perjanjian kontrak, rencana untuk pengembangan lanjutan, dan pem bagian kerja antara pengembang
•
Hum an, yang terdiri dari pertimbangan keahlian dan pengalaman orang yang terlibat dalam kegiatan pengembangan dengan sistem yang serupa dan dengan platform teknis yang akan didesain.
2. Components Architectu re Com ponents Architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling terhubung. Com ponent adalah kumpulan dari bagian
47
bagian program yang membent uk sistem dan memiliki tanggung jawab yang telah didefinisikan dengan jelas. (Mathiassen et al, 2000, p 190) Menurut Mathiassen et al, (2000, p 193 – p 198), terdapat beberapa umum yang dapat digunakan untuk mendesain suatu com ponent architecture, yaitu:
The Layered Architecture Pattern : Arsitektur ini terdiri dari beberapa com ponents yang didesain sebagai layers. Desain dari setiap com ponent menggambarkan tanggung jawabnya masing-masing serta interface bagian atas maupun bagian bawah. Interface bagian atas akan menggambarkan operasi yang tersedia unt uk layer dibawahnya
The Generic Architecture Pattern : Model com ponent merupakan dari sistem object yang diletakkan pada layer yang paling bawah, kemudian diikuti dengan layer sistem function, dan yang paling atas merupakan com ponent interface. Layer interface dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu : user interface dan system interface.
The Server Architecture Pattern : Komponen dari arsitektur sebuah server dan beberapa buah clients. Server memiliki kumpulan operasi yang tersedia bagi client. Server bertanggung jawab unt uk menyediakan hal-hal yang umum bagi clientnya, seperti database atau sumber daya lain yang bisa digunakan bersama. Server menyediakan operasinya bagi client melalui suatu jaringan. Client bertanggung jawab untuk menyediakan interface local bagi para user. (Mathiassen et al, 2000, p 197).
Berikut ini adalah beberapa jenis distribusi dalam arsitektur client-server dimana U adalah user interface, F adalah function, M adalah m odel.
48
Client
Server
Architectu re
U
U+F+M
Distributed presentation
U
F+M
Local presentation
U+F
F+M
Distributed functionality
U+F
M
Centralized Data
U+F+M
M
Distributed Data
Tabel 2.5 Client-Server Architecture (Mathiassen et al, 2000, p.200)
3. Process Architectu re Mathiassen L, et al. (2000) mendefinisikan, “process architecture adalah struktur eksekusi sistem yang terdiri dari proses yang saling bergantungan (interdependent). Processor adalah suat u alat yang digunakan untuk mengeksekusi atau menjalankan suatu sistem. Sedangkan external device adalah processor khusus yang tidak dapat menjalankan program.” (p.209). Kegiatan arsitektur proses bermula dari komponen logik yang dihasilkan oleh kegiatan komponen dan bertujuan untuk menentukan struktur fisik dari sebuah sistem dengan mendistribusikan komponen program ke processor yang akan digunakan unt uk eksekusi sistem, aktif objek digunakan unt uk mengkoordinasikan pembagian sumber daya dan menghasilkan arsitektur yang tidak memiliki ham batan (bottlenecks), hasil dari proses architecture adalah deploym ent diagram .
49
Mathiassen L, et al. (2000) menyatakan, “ Sum ber daya yang biasanya digunakan secara bersamaan (shared resouce) adalah : 1. Processor. Penggunaan processor secara bersamaan terjadi apabila dua atau lebih proses dieksekusi secara bersamaan pada sat u processor. 2. Program com ponent. Program com ponent digunakan secara bersamaan bila terdapat dua atau lebih proses yang secara bersamaan memanggil operasi pada komponen. 3. External device. External device digunakan secara bersamaan pada saat terjadi pemrosesan dua atau lebih pada suatu peralatan. Contohnya, pada penggunaan printer yang terhubung melalui jaringan.” (p.220-222).
2.8.7. Component Design Menurut Mathiassen L, et al. (2000), tujuan dari kegiatan desain komponen adalah unt uk menentukan implementasi kebut uhan dalam kerangka arsitektural. Hasil dari kegiatan ini adalah pendeskripsian dari komponen sistem yang saling berhubungan. Kegiatan-kegiatan yang ada dalam desain arsitektur adalah menentukan komponen model, komponen fungsi, dan hubungan antar komponen. Kegiatan dari Com ponent Design dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
50
Gambar 2.4 Aktivitas dalam Com ponent Design (Mathiassen et al, 2000, p232)
Menurut Mathiassen et al (2000, p232), terdapat 3 (tiga) aktivitas dalam com ponent design, yaitu : 1. Model Component Adalah bagian dari sistem yang mengimplementasikan model problem dom ain (Mathiassen et al, 2000, p236). T ujuan
dari model com ponent design adalah unt uk
menggambarkan model dari problem dom ain. Model tersebut merupakan hasil dari kegiatan ini yang digambarkan dalam class diagram yang telah direvisi dari hasil kegiatan analisis. Revisi class diagram dapat dilakukan dengan memperhatikan private events dan comm on events. Private events adalah event yang melibatkan hanya satu abjad dom ain (Mathiassen et al, 2000, p239). Event-event terjadi
yang hanya
pada
urutan
(sequence) dan selection.
Representasikan event-event ini sebagai state attribute pada class yang dijabarkan dalam state chart diagram . Setiap kali ada kejadian yang melibatkan salah satu event tersebut, maka sistem akan menugaskan yang
51
baru kepada state attribute. Integrasikan attribute dari event yang terlibat ke dalam class. Event-event yang terjadi berulang-ulang (iteration)
Representasikan event-event ini sebagai suatu class baru, dan hubungkan class tersebut dengan class yang dijabarkan pada state chart diagram dengan menggunakan strukt ur aggregation. Untuk setiap iterasi, sistem akan menghasilkan suat u object baru Integrasikan attribute event ke dalam class yang baru.
Tabel 2.6 Guidelines unt uk Merepresentasikan Private Events (Mathiassen et al, 2000, p241)
Jika suatu event adalah com m on (umum) sehingga mempengaruhi beberapa object, maka event tersebut perlu dihubungkan dengan salah sat u object dan dibuat hubungan strukt ural dengan object lain agar tetap dapat mengaksesnya. Jika event yang terlibat dalam state chart diagram dalam cara yang berbeda, representasikan event tersebut ke dalam class yang Comm on Event
menawarkan representasi paling sim ple Jika event yang terlibat dalam statechart diagram dalam cara yang
sama,
pertimbangkan
alternatif
representasi
yang
memungkinkan untuk digunakan Tabel 2.7 Guidelines unt uk Merepresentasikan Com m on Event (Mathiassen et al, 2000, p 241) Untuk menyederhanakan class diagram yang telah direvisi dari hasil tahapan sebelumnya, dilakukan restrukturisasi class, baik melalui generalization, association, ataupun em bedded iteration.
52
2. Function Component Function
com ponent adalah
bagian
sistem
yang mengimplementasikan
kebut uhan fungsional (Mathiassen et al, 2000, p252). Tujuannya adalah agar user interface dan komponen-kompenen sistem lainnya dapat mengakses model. Sedangkan tujuan dari function com ponent design adalah menent ukan implementasi functions. Hasil dari kegiatan ini adalah class diagram dengan operations dan spesifikasi dari operation yang kompleks. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mendesain function sebagai operations, yaitu mengidentifikasi tipe utama dari functions tersebut. Ada empat tipe functions (Mathiassen et al, 2000, pp255-260), yaitu : Update, Read, Com pute, dan Signal. Patterns (pola) dapat membantu memilih functional design yang mana dapat digunakan dari beberapa pilihan yang dapat membantu merealisasikan functions sebagai sekumpulan operations. Empat pola menurut Mathiassen et al (2000, pp260-264) adalah: a. Model Class Placem ent Pola ini menempatkan operation dalam m odel com ponent class dan berguna ketika sebuah operation mengakses hanya sebuah single object atau strukt ur aggregation yang sederhana. Pola ini juga dapat digunakan ketika beberapa object terlibat namun hanya jika tanggung jawab operation tersebut dapat dengan jelas ditempatkan pada salah sat u daru model class. b. Function Class Placem ent Pola ini digunakan ketika tanggungjawab operation tidak dapat dengan jelas ditempatkan dalam model class. Sebaiknya satu atau lebih functional
53
com ponent class dapat digambarkan dengan menempatkan operation yang merealisasikan function. c. Strategy Pola ini digunakan untuk mendefinisikan sekumpulan operation yang umum terenkapsulasi dan dapat dipertukarkan. d. Active Function Active Signal Function dapat direalisasikan sebagai operation yang secara permanen aktif dan berkala memberikan signal kepada interface. Active function ditempatkan sebagai active object dan perform ance-nya tergant ung dari state pada m odel com ponent. Apabila terdapat operation yang kompleks harus dideskripsikan dengan lebih detail lagi sehingga di dalam desain tidak ada kepastian yang penting. Menurut Mathiassen et al (2000, pp265-266) ada tiga cara untuk melakukannya, yaitu : operation spesification, sequence diagram dan state chart diagram .
3. Connecting Component Mengacu pada Mathiassen
et al. (2000) “connecting com ponent digunakan
untuk menghubungkan komponen – komponen sistem. Dalam connecting com ponent ada dua konsep, yaitu : a.
Coupling, adalah ukuran seberapa dekatnya hubungan antar dua class atau komponen, coupling bersifat negatif, maka sebaiknya diminimisasi. Ada empat jenis coupling, yaitu: 1) Outside coupling : class atau komponen menunjuk langsung ke public property dari class atau komponen lain.
54
2) Inside coupling : Operasi menunjuk langsung ke yang lain, private property pada class yang sama. 3) Coupling from below : subclass menunjuk langsung ke private property pada superclass. 4) Sideways coupling : class menunjuk langsung ke private property pada class lain. b.
Cohesion, adalah ukuran seberapa baik ikatan dari sebuah class atau komponen dihubungkan, cohesion bersifat positif, maka sebaiknya ada cohesion yang tinggi dalam perancangan class atau komponen. Beberapa sifat untuk meninggikan cohesion, apabila dilihat dari class dan object, yaitu: 1) Operasi merupakan keseluruhan functional. 2) Attribute dan object structure menggambarkan object dengan state. 3) Operasi yang digunakan bersama (p273).
Hasil dari aktivitas connecting com ponents ini adalah class diagram yang dimana dependencies-nya berubah menjadi connections. Tiga bentuk connection menurut Mathiassen et al (2000, p 275, p281) adalah : • Class aggregation, yaitu mengagregasikan class-class dari com ponent lain. Koneksi ini berguna ketika class definition sudah ada dalam com ponent lain. Umumnya coupling-nya rendah, nam un sulit mencapai cohesive (Mathiassen et al, 2000, p 275). • Class Specialization,yait u menspesialisasikan public class dari com ponent lain (Mathiassen at al, 2000, p276).
55
• Operation Call, yaitu memanggil public operations di dalam objects dari com ponent lain. Umumnya coupilng-nya rendah dan cohesion-nya tinggi (Mathiassen et al, 2000, p277).
2.8.8. Delapan Diagram Utama dalam Analisis dan Perancangan
Berorientasi
O bjek Delapan diagram yang digunakan unt uk menggambarkan empat tahapan atau aktivitas utama dalam analisis dan perancangan berorientasi objek, yait u: 1. Rich Picture Rich Picture berisi sebuah pandangan menyeluruh dari people, object, process, structure, dan problem dalam system problem dan application dom ain. People dapat berupa system developer, user, pelanggan, dan pemain lainnya. Object dapat berupa banyak benda seperti mesin, dokumen, lokasi, departemen, dan yang lainnya. Process menguraikan aspek dari sebuah situasi yang berubah, tidak stabil, atau di bawah pengembangan. Secara grafik, process diilustrasikan dengan simbol panah. Structure menguraikan aspek dari sebuah situasi yang terlihat stabil atau sulit unt uk diubah dan secara grafik, structure dalam satu dari dua cara : menggambar garis antara elemenelemen atau menempatkan elemen-elemen yang berhubungan dalam sebuah figure umum, seperti segi empat atau lingkaran. Pada gam bar dibawah, diberikan contoh dari simbol rich picture, dimana bagian bawah menunjukkan simbol yang dapat digunakan untuk menguraikan benda dan orang; bagian atas menunjukkan simbol yang dapat digunakan unt uk menguraikan proses dan struktur. Pada prinsipnya, tidak ada batas unt uk tipe dari simbol dan icon yang digunakan.
56
Gambar 2.5 Contoh Simbol Rich Picture (Mathiassen et al, 2000, p336)
2. Class Diagram Class diagram berisi kumpulan dari class dan hubungan strukt uralnya yan g saling timbal balik. Class adalah uraian dari kumpulan object yang saling berbagi structure, behavioral pattern, dan attribute. Ada tiga tipe dalam strukt ur class yait u : •
Generalization Structure Generalization structure adalah sebuah relasi antara dua atau lebih specialization class dan general class. Generalization : sebuah general class (super class) menguraikan property umum ke sebuah grup dari class yang dispesialisasi.
•
Aggregation Structure Aggregation Structure adalah sebuah relasi antara dua atau lebih object. Aggregation structure menguraikan bahwa satu object sebagai fundam ental dan mendefinisikan bagian lain.
57
Aggregation : superior object (seluruh) yang terdirir dari sejumlah inferior object (bagian). Aggregation structure digambarkan sebagai garis antara classes dari seluruh atau sebagian, dimana garisnya dibuat dengan sebuah belah ketupat pada class yang memodel keseluruhan dan m ultiplicity dispesifikasikan dengan sebuah nomor single atau range antara dua nomor. •
Association Structure Association structure juga merupakan relasi antara dua atau lebih object, tetapi berbeda dari aggregation dalam object yang berasosiasi tersebut yang bukan merupakan property yang didefinisikan dari sebuah object. Association : relasi yang memiliki arti diantara sejumlah object. Association structure digambarkan sebagai sebuah garis sederhana antar class yang berhubungan. Association m ultiplicity diuraikan dalam cara yang sama seperti menguraikan aggregation. Karena association structure tidak tercantum ranking, maka dapat meletakkan class yang berhubungan diamana saja dalam class diagram .
Gambar 2.6 Notasi Dasar Class Diagram (Mathiassen et al, 2000, p337)
58
3. Statechart Diagram Statechart diagram berisi behavioral pattern yang sah untuk sem ua object dalam sebuah class, diuraikan oleh state dan event yang berpartisipasi. Statechart diagram dapat juga menguraikan use case, yang transition-nya menyim bolkan action. State dapat berisi substate yang dapat dipisahkan atau bersama-sama. State transition dapat diperluas dengan menggunakan m essage sebaik spesifikasi dari action yang ditujukkan pada state transistion.
Gambar 2.7 Notasi Dasar Statechart Diagram (Mathiassen et al, 2000, p341)
4. Use Case Diagram Use case adalah sebuah model untuk interaksi antara sistem dan actor dalam application dom ain. Use-case diagram berisi actor eksternal dalam sebuah system context, use case dimana sistem mendukung, dan hubungan strukturalnya yang saling timbal balik. Actor dan use case adalah dua elemen utama dalam deskripsi, yang dapat dihubungkan sat u sama lain, karena it u menunjukkan bahwa sebuah actor yang
59
diberikan berpartisipasi dalam sebuah use case yang diberikan. Setiap use case menentukan beberapa urutan yang penting dalam interaksi antara actor dan sistem, yang diuraikan secara rinci menggunakan use-case specification atau state chart diagram .
Gambar 2.8 Notasi Use Case Diagram (Mathiassen et al, 2000, p343)
5. Sequence Diagram Menurut Bennet et al. (2006, p232-233) sebuah sequence diagram menunjukkan interaksi antar objek-objek yang disusun dalam urutan waktu tertentu. Sequence diagram dapat digambarkan pada tingkatan rincian yang berbeda dan sesuai dengan pencapaian tujuan yang berbeda pada beberapa tahap dalam siklus pengem bangan. Menurut Mathiassen et al. (2000, p.340), Sequence diagram berisi interaksi dari waktu ke wakt u antara kumpulan object. Penekanan utama dapat tepat waktu atau pada hubungan object. Sequence diagram dapat menggam barkan perincian tentang sebuah situasi dinamis, kompleks yang melibatkan beberapa dari banyak object yang dihasilkan dari class dalam class diagram . Dalam sequence diagram , poros horizontal menunjukkan object yang berpartisipasi dan poros vertikal menggam barkan urutan
60
waktu dimana interaksi yang diekspresikan oleh pesan yang dikirim diantara object. Lifeline untuk sebuah object adalah sebuah bar, dengan object yang dit unjuk pada bagian atas. Jika sebuah object diciptakan dalam putaran wakt u yang diuraikan, maka diidentifikasikan dengan meletakkan object simbol di point tersebut pada waktunya. Jika sebuah object dihapus, sequence term inate pada wakt u tersebut, dan menandai term ination dengan destruct sim bol.
Obj ect:Class
Obje ct:Class
Lifeline for an object
recursive call()
return
e ven t procedure call ()
Message in the form of an event
Destruction of an object
Procedure Call return
Return
Gambar 2.9 Notasi Sequence Diagram (Mathiassen et al, 2000, p340)
Bennet et al. (2006, p.270) juga menyatakan bahwa terdapat beberapa notasi penulisan
heading pada
setiap
frame yang terdapat
dalam
sequence
diagram, antara lain sebagai berikut : Interaction
Penjelasan dan Penggunaan
Operator alt
Alternatives menggambarkan alternative behaviours yang menyatakan bahwa terdapat pilihan alternatif jalus eksekusi untuk dijalankan.
61
opt
Option menjelaskan pilihan t unggal atas operasi yang hanya akan dijalankan bila syarat tertentu dipenuhi.
break
Break
mengindikasikan
bahwa
kombinasi
fragm ent
dilakukan sebagai pengganti sisa interaksi fragm ent yang terlampir. par
Parallel mengindikasikan bahwa eksekusi operasi dalam kombinasi fragm ent bisa digabungkan dalam sequence manapun.
seq
Weak sequencing menghasilkan urutan dari tiap operasi yang telah dijaga, tetapi suat u event dari operasi yang berbeda pada lifeline yang berbeda dapat terjadi dalam urutan apapun.
strict
Strict sequencing membuat sebuah strict sequence saat eksekusi sebuah operasi, tapi tidak dilaksanakan pada nested fragm ents.
neg
Negatives menjelaskan sebuah operasi yang sifatnya invalid.
critical
Critical region membuat sebuah batasan dari operasi yang event-nya tidak satupun terjadi dalam lifeline.
ignore
Ignore mengindikasikan tipe m essage,
dispesifikasikan
sebagai parameter, yang harus diabaikan dalam sebuah interaksi. consider
Consider
menyatakan
m essage
mana
yang
harus
dipertimbangkan dalam sebuah interaksi. assert
Assertion menyatakan bahwa urutan pesan dalam operasi hanyalah lanjutan yang sifatnya valid.
loop
Loop digunakan untuk mengindikasikan sebuah operasi yang dijalankan secara berulang selama kondisi tertentu.
ref
Ref merupakan kependekan dari refer yang menyatakan bahwa fram e mereferensikan operation yang terdapat didalamnya pada sebuah sequence diagram tertentu.
Tabel 2.8 Interaction Operator yang digunakan dalam Kombinasi Fragm ent Sum ber: Bennet et al. (2006, p.270)
62
6. Navigation Diagram Navigation diagram berisi semua window user interface, dan hubungan dinamisnya. Navigation diagram adalah sebuah statechart diagram khusus yang memfokuskan pada keseluruhan user interface yang dinamis. Sebuah window digambarkan sebagai sebuah state. State tersebut memiliki nama dan mengandung icon (sebuah m iniature window). State transistion menghubungkan ke sebuah switch antara dua window. Navigation diagram secara khusus mengandung hanya window dan tidak ada state form yang lain, perincian ini secara khusus menjadi berlebihan. Dalam sebuah state transition, action yang user harus tunjukkan diindikasikan dalam window unt uk mengaktifkan transition tersebut.
7. Component Diagram Com ponent adalah sekumpulan dari bagian program yang mewakili keseluruhan dan memilki tanggung jawab yang dirum uskan dengan baik. Com ponent architecture adalah sebuah struktur sistem yang disusun dari komponen yang saling berhubungan.
8. Deployment Diagram Deploym ent diagram berisi komponen system program , external device, dan hubungan structural timbal baliknya. Deploym ent diagram menguraikan sebuah konfigurasi sistem dalam bentuk processor dan object yang dihubungkan ke processor. Processor adalah sebuah unit yang dapat menunjukkan proses. Ketika membicarakan tentang sebuah konfigurasi konkrit, processor digam barkan sebagai object. External device adalah stereotype khusus dari sebuah processor. Program com ponent adalah sebuah komponen yang berhubungan yang menawarkan fasilitas yang pasti ke
63
komponen lain dan dilukiskan oleh sebuah interface yang dibuat dari class dan operation yang diimplementasikan. Processor dapat mengandung program com ponent. Processor dan program com ponent adalah object-nya sendiri dan dapat mengandung object lain. Oleh karena itu, digunakan notasi untuk object dalam deploym ent diagram .
2.9.
Flowchart Menurut Romney dan St einbart (2006, p70), flowchart adalah teknik analisi
yang digunakan untuk menggambarkan beberapa askep dari sistem informasi secara jelas dan logis. Romney dan Steinbart (2006, p71), menyebutkan sim bol flowchart dibagi menjadi 4 kategori, yaitu: •
Input/output sym bols, yang mewakili alat atau media yang menghasilkan masukan dan atau menyimpan output dari operasi pemrosesan.
•
Processing sym bols, yang mewakili alat atau media yang digunakan unt uk memproses data atau mengindikasi ketika pemrosesan dilakukan secara manual.
•
Storage sym bols, mewakili alat atau media yang digunakan untuk menyimpan data yang tidak sedang digunakan dalam sistem.
•
Flow and m iscellaneous sym bols, mengindikasikan aliran data dan barang, serta mewakili operasi yang dimulai atau telah selesai, ketika keput usan dibuat dan ketika ada penjelasan dalam flowchart.