14 BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Sistem Menurut O’Brien (2005,p29), sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima input serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang terartur. Menurut Romney dan Steinbart (2006,p4), “System is a set of two or more interrelated components that interact to achieve a goal. Systems are almost always composed of smaller subsystem, each performing a specific function important to and supportive of the larger system of which its is part”. Yang diterjemahkan sebagai berikut : “Sistem adalah kumpulan dari dua atau lebih komponen yang berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sistem ini terdiri dari subsistem yang lebih kecil, masing-masing melaksanakan fungsi penting dan mendukung sistem yang lebih lancar”. Dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan elemen-elemen yang berhubungan yang menghasilkan sesuatu.
2.2 Pengertian Informasi Menurut O’Brien (2005,p38), informasi adalah data yang telah diubah menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi para pemakai akhir tertentu. Menurut Romney dan Steinbart (2006,p5), “Information is data that have been organized and processed to provide meaning to a user. Users typically need information to make decisions or to improve the decisions making process. As a general rule, users can make better decisions as the quantity and quality of information increase”. Yang
15 diterjemahkan sebagai berikut : Informasi adalah data yang telah diorganisir dan diproses untuk memberikan arti kepada pengguna. Pengguna biasanya memerlukan informasi untuk membuat keputusan atau untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan. Sebagai aturan umum, pengguna dapat membuat keputusan yang lebih baik untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi. Dapat disimpulkan dari kedua pengertian diatas, informasi adalah hasil pengolahan data yang berguna untuk pembacanya. Pengguna biasanya memerlukan informasi untuk membuat keputusan atau untuk meningkatkan proses pengambilan keputusan. Karakteristik menurut James A. Hall (2008,p.4) adalah sebagai berikut : a) Relevance (Relevan) Isi sebuah laporan atau dokumen harus melayani suatu tujuan. Dengan demikian laporan ini dapat mendukung keputusan manajer atau petugas administrasi. b) Timelines (Tepat waktu) Umur
informasi
merupakan
faktor
yang
kritikal
dalam
menentukan
kegunaannya. Informasi harus tidak lebih tua dari periode waktu tindakan yang didukungnya. c) Accuracy (Akurat) Informasi harus bebas dari kesalahan yang sifatnya material. Namun demikian, materialitas merupakan suatu konsep yang sulit dikualifikasi karena materialitas tidak memiliki nilai absolut dan merupakan konsep masalah spesifik (problemspecific concept). Ini berarti bahwa dalam beberapa kasus, informasi harus akurat sempurna.
16 d) Completeness (Lengkap) Tidak boleh ada bagian informasi yang penting bagi pengambilan keputusan atau pelaksanaan tugas yang hilang. Jadi informasi harus diagregasi agar sesuai dengan kebutuhan pemakai. Manajer tingkat lebih rendah cenderung memerlukan informasi yang sangat rinci. Semakin arus kas informasi mengalir keatas melalui organisasi ke manajemen atas, informasi semakin dirangkum.
2.3 Pengertian Sistem informasi Menurut O’Brien (2005,p5), “Information system is an information can be any organized combination of people, hardware, software, communications network, and data resources
that collect, transform and disseminates information in an
organization”. Yang diterjemahkan sebagai berikut : “Sistem informasi dapat berupa kombinasi dari orang-orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi”. Menurut Turban (2006, p36), sistem informasi adalah sistem yang berfungsi mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu. Dengan demikian dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi adalah kombinasi dari fungsi-fungsi dan sumber daya yang saling berhubungan, yang dirancang sedemikian rupa untuk mentransformasikan data menjadi informasi dan mendistribusikannya kepada pemakai menjadi informasi yang berguna untuk mencapai sasaran organisasi.
17 2.4 Pengertian Akuntansi Akuntansi menurut Warren, et al. (2005, p8), “Sebuah sistem informasi yang menyediakan pelaporan-pelaporan kepada pihak yang berkepentingan tentang aktivitasaktivitas ekonomi dan kondisi suatu bisnis.” Menurut Weygandt, et al. (2005, p4) akuntansi adalah “Suatu sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan kejadian ekonomi suatu organisasi kepada pihak yang berkepentingan.” Jadi akuntansi sendiri sudah merupakan sistem informasi, yang mana informasi yang terkandung di dalamnya adalah keadaankeadaan ekonomi suatu organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu ilmu yang terdiri dari sistem informasi dan pengukuran yang mengindentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan informasi berupa laporan, atatupun informasi-informasi kuantitatif (khususnya berkaitan dengan keuangan) yang terjadi dalam organisasi dan diperuntukkan kepada pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan.
2.5
Sistem Informasi Akuntansi
2.5.1
Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Menurut Gelinas, Dull, Richard B. (2010), an information system incorporated a
separate accounting information system, which is a specialized subsystem of the information system. the purpose of this separate AIS was to collect, process, and report information related to the financial aspects of business events. For example, the input to your AIS might be a sale, such as the shoe salein the earlier example.You process the sale by recording the sales data in the sales journal, classifying the data using a chart of accounts, and posting the data to the general ledger. Periodically, the AIS will output
18 trial balances and financial statements. However, given the intregrated nature of information system today, seldom is an AIS distinguished separately from the IS. Yang diterjemahkan sebagai berikut : sistem informasi akuntansi merupakan subsistem khusus dari sistem informasi. Tujuan system informasi akuntansi adalah untuk mengumpulkan, mengolah, dan melaporkan informasi yang berkaitan dengan aspek keuangan dari kegiatan bisnis. Sebagai contoh, input ke system informasi akuntansi yakni mengelompokkan data menggunakan bagan rekening, dan mengirim data ke buku besar.. Namun, mengingat sifat intregrated sistem informasi, jarang system informasi akuntansi dibedakan secara terpisah dari system informasi. Menurut Rama dan Jones (2006,p5), “Accounting Information System is a subsystem of a management information system that provides Accounting and financial information as well as other information obtained in the routine processing of accounting transactions”. Yang diterjemahkan sebagai berikut : “Sistem Informasi Akuntansi adalah bagian dari Sistem Informasi Manajemen yang menyediakan mengenai akuntansi dan keuangan, seperti informasi-informasi lainnya yang didapatkan dari proses transaksi akuntansi rutin”. Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi adalah sekumpulan data yang diubah menjadi informasi yang dibutuhkan user, khususnya kebutuhan informasi yang terkait dengan kegiatan akuntansi dan keuangan.
19 2.5.2 Siklus Pemrosesan Transaksi pada Sistem Menurut Romney dan Steinbart (2006,p.31), siklus pemrosesan transaksi pada sistem adalah suatu rangkaian aktivitas yang dilakukan perusahaan dalam melakukan bisnisnya, mulai dari proses pembelian, produksi, hingga penjualan barang dan jasa. Siklus transaksi pada perusahaan dibagi menjadi 5 subsistem yaitu : 1. Revenue Cycle (siklus pendapatan), yang terjadi dari transaksi penjualan dan penerimaan kas. 2. Expenditure Cycle (siklus pengeluaran), yang terjadi dari peristiwa pembelian dan pengeluaran kas. 3. Human Resources / Payroll Cycle (siklus sumber daya manusia), yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan
perekrutan dan pembayaran atas tenaga
kerja. 4. Production Cycle (siklus produksi), yang terdiri dari peristiwa
pengubahan
bahan mentah menjadi produk / jasa yang siap dipasarkan. 5. Financing Cycle (siklus keuangan perusahaan), yang terdiri dari peristiwa yang berhubungan dengan penerimaan modal dari investor dan kreditor.
2.5.3
Tahapan Siklus Penerimaan Kas
Siklus penerimaan kas (Revenue Cylce) menurut Jones dan Rama (2006,p443) adalah sebagai berikut: 1. Merespon permintaan informasi dari pelanggan; Informasi untuk pelanggan dimaksudkan agar pelanggan dapat memahami atas produk perusahaan sehingga pelanggan dapat memilih produk yang disediakan.
20 2. Mengembangkan kesepakatan dengan pelanggan untuk menyediakan barang atau jasa di masa mendatang; Yang dimaksud kesepakatan di sini adalah pemesanan pelanggan atas barang atau jasa dan kontrak antara perusahaan dengan pelanggan untuk dapat menyediakan produk atau jasa di masa datang. 3. Menyediakan layanan atau mengirim barang kepada pelanggan; Pada perusahaan jasa, karyawan berfungsi sebagai penyedia jasa layanan, sedangkan pada perusahaan dagang, petugas warehouse dan pengirim barang memainkan peran penting dalam proses pengiriman barang kepada pelanggan. 4. Menagih pelanggan atas barang atau jasa yang disediakan; Tahap ini merupakan tahap dimana perusahaan melakukan klaim kepada pelanggan dengan mencatat piutang dan menagih kepada pelanggan. 5. Mengumpulkan pembayaran; Selama siklus penjualan, kas dari pembayaran pelanggan dikumpulkan. 6. Menyetor uang ke bank; Kas yang diterima selama siklus penjualan, disetor ke bank. 7. Menyiapkan laporan. Ada berbagai macam laporan yang harus dipersiapkan untuk pembuatan laporan penjualan termasuk di dalamnya daftar pesanan, daftar pengantaran dan daftar piutang.
21 2.5.4 Tujuan dan Kegunaan Sistem Informasi Akuntansi Tujuan dan kegunaan Sistem Informasi Akuntansi (SIA) menurut Jones dan Rama (2006, p6-7), antara lain: 1.
Producing External Reports (Menghasilkan laporan-laporan eksternal) Businesses use accounting information systems to produce special reports to satisfy the information needs of investors, creditors, tax collectors, regulatory agencies, and others. Yang diterjemahkan sebagai berikut : Perusahaan menggunakan system informasi akuntansi untuk menghasilkan laporan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi investor, kreditor, petugas pajak, agen pengatur, dan lain-lain.
2.
Supporting Routine Activities (Mendukung aktivitas rutin) Managers need an accounting information system for handling routine activities during the firm’s operating cycle. Yang diterjemahkan sebagai berikut : Manajer membutuhkan sistem informasi akuntansi untuk menangani aktivitas operasi rutin dalam siklus operasi perusahaan.
3.
Decision Support (Mendukung pengambilan keputusan) Information is also need for nonroutine decision support at all levels of an organization. Examples include knowing which products are selling well and which customers are doing most buying. Yang diterjemahkan sebagai berikut: Informasi juga dibutuhkan untuk mendukung pengambilan keputusan non-rutin pada seluruh tingkat organisasi, seperti mengetahui produk mana yang terjual dengan baik dan mana yang paling banyak dibeli oleh konsumen. Informasi ini penting bagi perencanaan produk baru,
22 memutuskan produk mana yang harus selalu tersedia, dan memasarkan produk pada konsumen. 4.
Planning and Control (Perencanaan dan pengendalian) An information system is required for planning and control activities as well. Information concerning budgets and standard costs is stored by the information system, and reports are designed to compare budget figures to actual amounts. Yang diterjemahkan sebagai berikut : Sistem informasi dibutuhkan pula bagi aktivitas perencanaan dan pengendalian. Informasi mengenai anggaran dan biaya standar disimpan oleh system informasi, dan laporan-laporan dirancang untuk menbandingkan anggaran dengan yang jumlah yang sesungguhnya.
5.
Implementing
Internal
Control
(Mengimplementasikan
pengendalian
internal) Internal controls includes the policies, procedures, and information system used to protect a company’s assets from loss or emblezzment and to maintain accurate financial data. It is possible to build controls to a computerized accounting information system to help reach these goals. Yang diterjemahkan sebagai berikut : Pengendalian internal termasuk kebijakan, prosedur, dan sistem informasi yang digunakan untuk melindungi harta perusahaan dari kerugian atau pencurian untuk memelihara akurasi data keuangan. Membangun pengendalian ke dalam sebuah sistem informasi akuntansi yang terkomputerisasi membantu untuk mencapai tujuan tersebut.
23 2.6 Sistem Akuntansi Jasa Rumah Sakit 2.6.1
Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien 2.6.1.1 Definisi Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p150), penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus masuk / penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan aktiva bersih yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p150), pendapatan (revenue) adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas rumah sakit selama suatu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan aktiva bersih, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p150), pendapatan operasional pelayanan pasien adalah pendapatan yang diperoleh dari kegiatan yang berkaitan dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p151), pendapatan operasional pelayanan pasien bruto adalah
24 pendapatan yang timbul dari aktivitas pelayanan rumah sakit kepada pasien. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p150), pendapatan operasional pelayanan pasien bersih adalah pendapatan operasional pelayanan pasien bruto setelah dikurangi dengan pengurang pendapatan operasional pelayanan pasien.
2.6.1.2 Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien Rawat Jalan Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p152), Pendapatan rawat jalan berdasarkan sifatnya dapat dibedakan, antara lain menjadi : 1.
Sewa Ruangan (misalnya: unit gawat darurat dalam struktur rawat jalan)
2.
Sewa Alat;
3.
Alat Habis Pakai;
4.
Obat;
5.
Jasa Sarana (termasuk pendapatan dari bagi hasil visitasi dan tindakan medis);
6.
Administrasi;
7.
Karcis
8.
Kartu pasien
25 Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p152), Pendapatan penunjang medis berdasarkan sifatnya dapat dibedakan, antara lain menjadi : 1.
Radiologi;
2.
Laboratorium;
3.
Fisioterapi;
4.
Farmasi;
5.
Rehabiltasi medik;
6.
Hemodialisa;
7.
Diagnostik (medical checkup dan obat);
8.
Bank darah; dan
9.
Patologi anatomi. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI)
dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p152), pendapatan pelayanan pasien lainnya berdasarkan sifatnya dapat dibedakan, antara lain menjadi : 1.
Ambulance;
2.
Kamar jenazah; dan
3.
Sewa (misalnya : sewa tempat tidur untuk penunggu).
26 2.6.1.3 Perlakuan Akuntansi Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien 1. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p153), pengakuan dan pengukuran pendapatan operasional pelayanan pasien, yaitu : a. Penghasilan diakui pada saat aktivitas pelayanan jasa telah diberikan kepada pengguna jasa. b. Penghasilan diukur sebesar nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Besarnya imbalan per pelayanan atau per paket pelayanan didasarkan pada tarif yang berlaku. c. Syarat pengakuan piutang dan pendapatan, adalah : -
Adanya manfaat ekonomi masa datang (future economic benefit) yang pasti dan disepakati oleh pihak yang bertransaksi; dan
-
Manfaat ekonomi masa datang tersebut dapat diukur dengan andal
d. Persyaratan kepastian pada poin (c), akan terpenuhi jika terdapat
komitmen
dan
kemampuan
merealisasi
komitemen tersebut. jika salah satu persyarat pada poin (c) tersebut tidak terpenuhi, maka rumah sakit tidak dapat mengakui piutang tersebut sebagai aktiva, tetapi
27 hanya mengungkapkannya sebagai aktiva kontijensi dalam catatan atas laporan keuangan. e. Pos “pengurang pendapatan operasional pelayanan pasien” diakui pada saat ditetapkannya pengurangpengurang pendapatan tersbeut dengan mengurangi piutang pelayanan. 2. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah
(2004,p154),
penyajian
pendapatan
operasional pelayanan pasien, yaitu : a. Pendapatan operasional pelayanan pasien disajikan sebagai kelompok pos dalam laporan laba rugi. b. Pendapatan operasional pelayanan pasien dirinci dan disajikan
terpisah
untuk
setiap
pos
berdasarkan
strukturnya. c. Pendapatan operasional pelayanan pasien disajikan secara bruto. d. Pos “pengurangan pendapatan operasional pelayanan pasien” disajikan sebagai pos tersendiri setelah pos-pos pendapatan operasional pelayan pasien. 3. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah
(2004,p154),
pengakuan
pendapatan
28 operasional pelayanan pasien, hal-hal yang diungkapkan antara lain adalah sebagai berikut : a. Rincian berdasarkan sifat dan jumlah untuk setiap pos pendapatan pelayanan pasien. b. Rincian berdasarkan jenis dan jumlah untuk pos “pengurang pendapatan operasional pelayanan pasien”.
2.6.1.4 Jurnal Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p154), jurnal pendapatan operasional pelayanan pasien, antara lain : 1. Jurnal Pengakuan Penghasilan : Db. Kas dan Setara Kas Db. Piutang Pelayanan Kr. Pendapatan Operasional Rawat Inap 2. Jurnal Pemberian Keringanan/ditetapkannya Pengurang Pendapatan Operasional : Db. Pengurangan Pendapatn Operasional Pelayanan Pasien Kr. Piutang Pelayanan 3. Jurnal Pengembalian Pembayaran yang telah Diterima oleh Pasien :
29 Db. Pengurangan Pendapatan Operasional Pelayanan Pasien – Restitusi Kr. Kas
2.6.2
Piutang 2.6.2.1 Definisi Piutang Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit NonPemerintah
(2004,p28),
Piutang
menurut
sumber
terjadinya
dikelompokan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Piutang Pelayanan. Piutang yang timbul karena penyerahan pelayanan jasa dalam rangka kegiatan entitas rumah sakit, seperti piutang kepada pasien rawat inap, rawat jalan dan penunjang medis. 2. Piutang Lain-lain. Piutang yang timbul diluar kegiatan pelayanan medis, seperti piutang karyawan dan piutang sewa.
2.6.2.2 Dasar Pengaturan Piutang Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit NonPemerintah (2004,p28), dasar pengaturan piutang pada jasa rumah sakit, yaitu : 1. Piutang merupakan hak yang muncul dari penyerahan pelayanan jasa atau penyerahan uang, berdasarkan keputusan atau kesepakatn antara entitas rumah sakit dan pihak lain, yang mewajibkan pihak lain
30 tersebut untuk melunasi pembayaran atas jasa yang telah diterimanya atau ditanggungnya atau utangnya setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan. 2. Piutang pelayanan diakui pada saat pelayanan medis telah diberikan tetapi belum menerima pembayaran dari pengguna jasa yang bersangkutan atau dari penanggung jasa.
2.6.2.3 Piutang Jasa Rumah Sakit Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit NonPemerintah (2004,p28), penjelasan mengenai piutang jasa rumah sakit yaitu : 1. Transaksi piutang pelayanan antara lain memiliki karakteristik, sebagai berikut : a. Adanya pemberian pelayanan; b. Persetujuan atau kesepakatan berutang; c. Jangka waktu tertentu; dan d. Jaminan. 2. Jenis piutang pada entitas rumah sakit dikelompokan menjadi : a. Piutang pelayanan, antara lain : -
Piutang jaminan sosial;
-
Piutang jaminan perusahaan;
-
Piutang asuransi;
-
Piutang jaminan perorangan; dan
31 -
Piutang pelayanan pasien dalam perawatan
b. Piutang lain-lain, antara lain : -
Piutang pegawai/karyawan dan direksi;
-
Allowance karyawan kunci;
-
Piutang sewa (ruang/tempat dan fasilitas/utilities)
3. Jenis piutang pelayanan (piutang jaminan sosial sampai dengan piutang jaminan perorangan) merupakan piutang yang muncul karena telah selesainya pemberian pelayanan sedangkan untuk piutang pelayanan pasien dalam perawatan adalah piutang yang muncul karena adanya pemberian pelayanan rumah sakit sampai dengan tanggal posisi keuangan dan pasien masih dalam perawatan.
2.6.2.4 Perlakuan Akuntansi Piutang A. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p29), pengakuan dan pengukuran piutang jasa rumah sakit, yaitu : 1. Piutang pelayanan diakui pada saat pelayanan (jasa) medis telah diberikan kepada pasien. 2. Piutang lain-lain diakui pada saat jasa sewa telah diberikan kepada penyewa atau uang pinjaman telah diberikan kepada karyawan atau direksi. 3. Penyisihan kerugian piutang dapat dibentuk dengan menggunakan salah satu dari dua metode berikut ini :
32 a. Sebesar niai piutang yang diperkirakan tidak dapat ditagih berdasarkan daftar umur piutang (jenis pengelompokan dan persentase besarnya penyisihan disesuaikan dengan karakter resiko kolektibilitas entitas rumah sakit), atau; b. Sebesar estimasi dari persentase tertentu dari piutang pelayanan yang terjadi pada periode berjalan. 4. Piutang berkurang pada saat pembayaran diterima atau dihapuskan. 5. Piutang yang tidak tertagih dihapusbukukan berdasarkan ketentuan di setiap entitas rumah sakit. 6. Apabila piutang yang dihapuskan lebih besar dari penyisihan kerugian piutang yang disisihkan maka selisihnya diakui sebagai beban penyisihan kerugian pada periode yang bersangkutang dan sebaliknya. 7. Apabila
terjadi
pembayaran
setelah
piutang
dihapusbukukan maka diakui sebagai pendapatan lainlain atau menyesuaikan penyisihan kerugian piutang. B. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p29), penyajian piutang jasa rumah sakit yaitu : 1. Piutang pelayanan dan piutang lain-lain disajikan dalam pos yang terpisah.
33 2. Piutang disajikan sebesar jumlah neto, yakni jumlah seluruh tagihan dikurangi dengan penyisihan kerugian putang. C. Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah
(2004,p29-30),
hal-hal
yang
harus
diungkapkan dalam piutang jasa rumah sakit, antara lain, sebagai berikut : 1. Rincian jenis dan jumlah piutang; 2. Jumlah piutang dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa; 3. Metode pembentukan dan jumlah penyisihan kerugian piutang yang dibentuk; 4. Jumlah piutang yang dijadikan agunan pinjaman bank.
2.6.2.5 Jurnal Piutang Menurut Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dalam buku Pedoman Akuntansi Rumah Sakit Non-Pemerintah (2004,p30), jurnal yang digunakan dalam pencatatan piutang jasa rumah sakit, antara lain, sebagai berikut : 1. Jurnal pada saat jasa diberikan : Db. Piutang pelayanan pasien dalam perawatan Kr. Pendapatan pelayanan 2. Jurnal pada saat perawatan pasien selesai (pulang) :
34 Db. Piutang Pelayanan Kr. Piutang pelayanan pasien dalam perawatan 3. Jurnal pada saat penerimaan pembayaran : a. Jika pasien pulang langsung membayar : Db. Kas dan Setara Kas Kr.
Piutang
Pelayanan
Pasien
dalam
perawatan b. Jika pasien pulang belum membayar dan pelunasan piutang dilakukan kemudian : Db. Kas dan Setara Kas Kr. Piutang Pelayanan 4. Jurnal pada saat penyisihan kerugian piutang : Db. Beban penyisihan kerugian piutang pelayanan Kr. Penyisihan kerugian piutang pelayanan 5. Jurnal pada saat penghapusan piutang : Db. Penyisihan kerugian piutang pelayanan Kr. Piutang pelayanan 6. Jurnal pada saat pelunasan piutang pelayanan yang telah dihapus bukukan : Db. Kas dan Setara Kas Kr.
Pendapatan
lain-lain/penyisihan
piutang pelayanan
kerugian
35 2.7
Beberapa Konsep Dasar Tentang Rumah Sakit 2.7.1
Pengertian Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit, pada pasal 1 ayat (1) dalam buku Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Yang Terintegrasi (2010,p90), disebutkan bahwa yang dimaksud dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Sedangkan menurut PERSI (2004,pV), rumah sakit merupakan suatu bentuk sarana pelayanan kesehatan dan merupakan institusi yang mengemban fungsi sosial kepada masyarakat dengan selalu mengutamakan kemanusiaan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa rumah sakit adalah tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kedokteran demi kebutuhan pasien.
2.7.2
Fungsi Rumah Sakit Dalam Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, pada pasal 5 disebutkan bahwa rumah sakit memiliki fungsi sebagai berikut : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.
36 d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka penigkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
2.7.3 Mutu Pelayanan Rumah Sakit Menurut Ery (2010,p15), mutu pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan rumah sakit untuk memenuhi permintaan konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standar profesi dan standar pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit dengan wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio-budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen. Pasal 2 ayat (4) butir b Peraturan Pemerintah nomer 25 tahun 2000 yang kemudian diperbaruhi dengan undang-undang nomor 32 tahun 2004 memberikan kewenangan kepada pemerintah pusat untuk menetapkan pedoman standar pelayanan minimal wajib yang dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten/Kota termasuk di bidang kesehatan. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah melalui keputusan mentri kesehatan No. 1457/2003 menetapkan standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten/kotamadya dimana di dalamnya terdapat 54 indikator dengan jenis pelayanan dan indikator kinerja beserta target yang harus dipenuhi oleh kabupaten/kotamadya pada tahun 2010. kepmenkes ini juga diperjelas dengan menerbitkan petunjuk teknik melalui kepmenkes no.1091/2004. Pedoman penyusunan standar pelayanan juga dutetapkan pada kepmenkes no. 228/2003, Pedoman penyusunan standar pelayanan minimal RS yaitu standar
37 penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit. Pengalaman dalam penyusunan Standar Pelayanan Minimal RS sebagai bagian dari persyaratan Badan layanan Umum, (hanum, faricha, djasri, kuntjoro) Tjahjono Buletin IHQN Volume II/Nomer 03/2006, hal 1.
Faktor - faktor yang menentukan mutu pelayanan rumah sakit yaitu : 1. Kehandalan yang mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya. 2. Daya tangkap, yaitu sikap tanggap para karyawan untuk melayani saat dibutuhkan pasien. 3. Kemampuan, yaitu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu. 4. Mudah untuk dihubungi dan ditemui. 5. Sikap sopan santun, respek dan keramahan para pegawai. 6. Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pelanggan. 7. Dapat dipercaya dan jujur. 8. Jaminan keamanan. 9. Usaha untuk mengerti dan memahami kebutuhan pelanggan. 10. Bukti langsung yaitu bukti fisik dari jasa, bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan, representasi fisik dan jasa.
38 Dalam perkembangan selanjutnya, Ery mengemukakan bahwa 10 faktor yang mempengaruhi mutu yang ada, dapat dirangkum menjadi 5 faktor pokok yaitu : 1. Tangibles Bukti langsung, meliputi bukti fisik dari jasa, dapat berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan, sarana dan penampilan para pegawai. 2. Realibility Kemampuan memberikan pelayanan yang dibutuhkan dengan segera, akurat dan memuaskan. 3. Responsiveness Sikap tanggap para karyawan dalam memberikan pelayanan pada saat pasien membutuhkan. 4. Assurance; Jaminan keamanan, yaiu bebas dari bahaya, resiko kecelakaan, kebakaran, kematian dan lain-lain. 5. Empathy. Kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi dan memahami kebutuhan pelanggan.
2.7.4
Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Menurut Ery (2010,p26), sistem informasi rumah sakit adalah suatu kegiatan rangkaian yang mencakup semua pelayanan kesehatan dalam rumah
39 sakit di semua tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses manajemen (berhubungan dengan pengumpulan data, pengolahan data, penyajian informasi dan analisa) pelayanan kesehatan di rumah sakit. Peran sistem informasi di dalam kegiatan manajemen rumah sakit sangatlah membantu dan mempunyai peran yang sangat efektif dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit, dengan sistem informasi, seorang pimpinan rumah sakit dapat mengambil suatu kebijakan secara cepat, tepat dan akurat berdasarkan informasi yang didapat dari pelayanan kesehatan di rumah sakit.
2.7.5
Billing System Menurut Ery (2010,p39), system informasi manajemen rumah sakit terdiri dari beberapa bagian yang ada di rumah sakit diantaranya adalah bagian Billing System. Billing System terdiri dari 2 (dua) kata bahasa inggris yaitu Bill yang bermakna bon, rekening atau tagihan dan System yang bermakna sistim, jaringan atau susunan merupakan salah satu aplikasi system pembayaran rumah sakit untuk pelayanan pasien pada Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap, Serta Instalasi Sarana Penunjang (Laboratorium, Radiologi dll), jadi dapat disimpulkan billing system adalah bagian aplikasi dari SIM-RS. Billing System ini meliputi : 1. Sistem Informasi Registrasi 2. Sistem Informasi Poliklinik 3. Sistem Informasi Gawat Darurat 4. Sistem Informasi Laboratorium
40 5. Sistem Informasi Radiologi 6. Sistem Informasi Kamar Operasi 7. Sistem Informasi Rawat Inap 8. Sistem Informasi Rekap Medik
2.7.5.1 Sistem Informasi Registrasi Menurut Ery (2010,p39), system informasi registrasi digunakan untuk mendata pasien baru dan lama baik rawat jalan, rawat inap, dan gawat darurat, selain itu juga dapat digunakan untuk mengetahui jumlah kunjungan, sehingga dengan mudah kita dapat membuat laporan serta penyajian data rawat jalan khususnya berapa jumlah kunjungan perpoliklinik yang ada dirumah sakit baik pasien baru dan lama, rawat inap perbangsal, berapa jumlah kunjungan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium, radiologi, dll).
2.7.5.2 Sistem Informasi Poliklinik Menurut Ery (2010,p41), system informasi poliklinik yaitu system pengelolaan data yang dihasilkan dari proses manajemen di poliklinik dari input data sampai dengan output data (laporan-laporan yang dihasilkan di poliklinik rawat jalan). Secara garis besar variable-variabel yang harus ada didalam system informasi poliklinik antara lain: 1.
Input anamnesa pasien
2.
Input pemeriksaan dan tindakan kepasien (termasuk nota tagihan pasien)
3.
Input rujukan pemeriksaan ke laboratorium, radiologi, kamar operasi rawat inap
41 4.
Input resep dokter (untuk penjualan diapotik)
5.
Buku Register rawat jalan
6.
Laporan pemeriksaan pasien per-dokter
7.
Laporan-laporan
2.7.5.3 Sistem Informasi Gawat Darurat Menurut Ery (2010,p42), system informasi gawat darurat adalah system pengelolaan data yang dihasilkan dari proses manajemen di unit gawat darurat dari input data, proses data sampai dengan output data (termasuk laporan-laporan yang dihasilkan di gawat darurat). Secara garis besar variable-variabel yang harus ada didalam system informasi gawat darurat antara lain: 1. Pendaftaran kunjungan pasien ke UGD 2. Input anamnesis 3. Input pemeriksaan dan tindakan ke pasien (termasuk nota pagihan pasien) 4. Input resep dokter (untuk penjualan di apotik) 5. Buku Register gawat darurat 6. Laporan pasien UGD berdasrkan jenis kasus (bedah, non bedah, Kebidanan) 7. Laporan-laporan.
2.7.5.4 Sistem Informasi Radiologi Menurut Ery (2010,p43), system informasi radiologi adalah system pengelolaan data yang dihasilkan dari proses manajemen di radiologi dari input data sampai dengan output data(laporan-laporan yang dihasilkan di bagian
42 radiologi). Secara garis besar variable-variabel yang harus ada didalam system informasi radiologi antara lain: 1. Input pemeriksaan pasien 2. Input hasil pemeriksaan radiologi 3. Cetak hasil pemeriksaan radiologi 4. Laporan rekap pemeriksaan pasien 5. Buku register radiologi 6. Laporan
2.7.5.5 Sistem Informasi Laboratorium Menurut Ery (2010,p45), system informasi laboratorium adalah system pengelolaan data yang dihasilkan dari proses manajemen di laboratorium dari input data, proses data sampai dengan output data (laporan-laporan yang dihasilkan di unit laboratorium). Secara garis besar variable-variabel yang harus ada didalam informasi laboratorium antara lain: 1. Input pemeriksaan pasien 2. Input hasil pemeriksaan laboratorium 3. Cetak hasil pemeriksaan laboratorium 4. Laporan rekap pemeriksaan pasien 5. Input master standar hasil pemeriksaan laboratorium 6. Buku register laboratorium 7. Laporan-laporan.
43 2.7.6 Evaluasi Dalam Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit 2.7.6.1 Pengembangan SIM RS Menurut Ery (2010,p84), didalam pengembangan system informasi manajemen rumah sakit ada 5 (lima) tahapan untuk meningkatkan kinerja system informasi manajemen rumah sakit natara lain sebagai berikut : 1. Analisis system 2. Rancangan system 3. Implementasi system 4. Pemeliharaan system 5. Peningkatan system
2.7.6.2 Faktor Penghambat Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Menurut Ery (2010,p88), Faktor penghambat didalam pengembangan system informasi manajemen di rumah sakit antara lain: 1. Faktor Teknis Faktor penghambat dari factor teknis terdiri dari aspek hardware dan software dimana bukan pada spesifikasi teknis kemampuan komputernya, melainkan pada koneksi jaringannya. Pada beberapa computer banyak ditemui karena instalasinya tidak sempurna. Sedang dari aspek database dimana database tidak bisa terintegrasi dengan bagaian yang lain. 2. Faktor Non Teknis Faktor penghambat dari aspek non teknis adalah tidak memiliki tim dan tenaga teknis, rendahnya motivasi dan kualitas SDM pengguna. Pihak pengembang
44 SIM, belum memiliki prosedur kerja, struktur organisasi, manajemen proyek yang kurang baik.
2.7.6.3 Kendala Implementasi Menurut Ery (2010,p88), kendala-kendala yang dihadapi beberapa rumah sakit di Indonesia dalam mengimplementasikan SIM RS antar lain: 1. Ketidak siapan rumah sakit dalam menerapkan system informasi yang terintegrasi dan berbasis computer. 2. Penyajian data yang belum semua menjadi data elektronik yang akan memudahkan pada proses migrasi data. 3. Komitmen yang dilaksanakan secara bersamaan dan menyeluruh tidak disosialisasikan sehingga menimbulkan kekacauan pada data transaksi. 4. Koordinasi antar unit bagian yang terkesan mementingkan unit masing-masing dan berubah-ubahnya kebijakan. 5. Mengubah pola kerja yang sudah terbiasa dengan manual ke komputerisasi. 6. Pemahaman yang belum merata antara SDM terkait.
2.8 Sistem Pengendalian Internal 2.8.1 Pengertian Sistem Pengendalian Internal Menurut Romney, Steinbart, Paul (2006,p192), pengendalian internal adalah internal control is the process implemented by the board of directors, management, and those under their direction to provide reasonable assurance that the following control objectives are achieved:, Yang diterjemahkan sebagai berikut: pengendalian internal
45 adalah proses yang dilaksanakan oleh dewan direksi dan manajemen untuk memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan pengendalian berikut dapat dicapai dengan: -
Safeguarding assets, including preventing or detecting, on timely basis, the unauthorized acquisition, use, or disposition nof material company assets. Yang diterjemahkan sebagai berikut Mengamankan aset, termasuk mencegah atau mendeteksi, secara tepat waktu, akuisisi yang tidak sah, menggunakan, atau aset perusahaan disposisi materi nof
-
Maintaining records is sufficient detail or accurately and fairly reflect company
assets.
Yang
diterjemahkan
sebagai
berikut
Catatan
Mempertahankan adalah cukup rinci atau secara akurat dan cukup mencerminkan aset perusahaan. -
Providing accurate and reliable information. Yang diterjemahkan sebagai berikut Akurat dan handal menyediakan informasi.
-
Providing reasonable assurance that financial reporting is prepared in acoordance with GAAP. Yang diterjemahkan sebagai berikut memberikan keyakinan memadai bahwa laporan keuangan disusun sesuai dengan GAAP
-
Promoting and improving operational efficiency, including making sure company receipt and expenditures are made in accordance with management and director’s authorizations. Yang diterjemahkan sebagai berikut Mempromosikan dan meningkatkan efisiensi operasional, termasuk membuat keyakinan penerimaan perusahaan dan pengeluaran yang dibuat sesuai dengan kewenangan manajemen dan direktur.
46 -
Encouraging
adherence to
prescribed
managerial
policies.
Yang
diterjemahkan sebagai berikut Mendorong kepatuhan terhadap kebijakan manajerial yang ditentukan. -
Complying with applicable laws and regulations. Yang diterjemahkan sebagai berikut Mematuhi undang-undang dan peraturan yang berlaku.
2.8.2
Tujuan Sistem Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart (2006, p196), berdasarkan COSO, “Tujuan sistem pengendalian intern adalah sebagai berikut: 1. Menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya (reliability of financial reporting) 2. Menghasilkan operasi yang efektif dan efisien (effectiveness and efficiency of operations) 3. Memenuhi hukum dan peraturan yang ditetapkan (compliance with applicable laws and regulations).
2.8.3
Komponen Sistem Pengendalian Internal Menurut Romney dan Steinbart (2006,p.196), berdasarkan COSO, “Terdapat
lima komponen yang saling berhubungan dalam sistem pengendalian intern antara lain sebagai berikut: 1. Control environment Inti dari semua bisnis orangnya – sifat masing-masing individu, termasuk integritas nilai etika, dan kemampuan serta lingkungan dimana mereka
47 beroperasi. Mereka adalah alat yang mengendalikan organisasi dan merupakan dasar dari segala sesuatu. 2. Control Activities Prosedur dan kebijakan pengendalian harus ditetapkan dan dijalankan untuk membantu meyakinkan bahwa tindakan yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menanggulangi risiko dan untuk mencapai tujuan terlihat efektif. 3. Risk Assesment Perusahaan harus berhati-hati terhadap risisko yang dihadapi. Perusahaan harus membentuk suatu tujuan, yang digabungkan dengan penjualan, produksi, pemasaran,
keuangan,
dan
aktivitas lainnya sehingga
perusahaan dapat beroperasi dengan baik. Perusahaan juga harus menyusun sebuah mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis dan mengatur risiko-risiko yang berhubungan dengan masing-masing bagian. 4. Information and Communication Yang mengelilingi aktivitas pengendalian adalah sistem informasi dan komunikasi. Mereka memungkinkan orang-orang dari perusahaan menerima dan saling bertukar informasi yang dibutuhkan untuk memimpin, mengatur, dan mengontrol operasi yang ada. 5. Monitoring Keseluruhan proses harus diawasi dan melakukan perubahan bila diperlukan. Dengan cara ini, sistem dapat bereaksi dengan lebih dinamis, berubah sesuai dengan kondisi yang ada.
48 2.9
Object Oriented Concepts
2.9.1
Objects Pengertian Objects menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60) adalah sesuatu hal di dalam sistem komputer yang dapat merespon pesan. Dimana setiap objek tersebut memiliki suatu state dan behavior. Dimana state dalam setiap objek tersebut menggambarkan keadaan objek tersebut saat itu. Sedangkan behavior dalam setiap objek merupakan tindakan atau respon yang dilakukan oleh objek tersebut.
2.9.2
Attributes, Methods, and User Interface Object 2.9.2.1 Pengertian Attributes Menurut Satzinger (2005,p62), attributes adalah karakteristik objek yang mempunyai nilai-nilai, seperti ukuran, bentuk, warna, tempat, dan teks suatu tombol, label atau nama, alamat, dan nomor telepon seorang pelanggan.
2.9.2.2 Pengertian Methods Menurut Satzinger (2005,p62), methods adalah perilaku atau suatu operasi yang menggambarkan apa yang sebuah objek mampu lakukan.
2.9.2.3 Pengertian User Interface Object Menurut Satzinger (2005,p62), User Interface Object adalah sebuah objek yang berinteraksi dengan user saat menggunakan sistem, seperti tombol, item menu, kotak teks atau label.
49 2.9.3
Classes, Identity, Superclass, and Subclass 2.9.3.1 Pengertian Classes Clasess menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p63) adalah suatu jenis atau penggolongan terhadap objek yang memiliki kesamaan. Class menetapkan rincian dari attribute dan perilaku dari setiap objek tersebut. class merupakan suatu abstraksi dari suatu entitas dalam dunia nyata dan object merupakan contoh dari sebuah class
2.9.3.2 Pengertian Identity Identity menurut Satzinger (2005,p66) adalah referensi unik untuk objek
yang memungkinkan objek lain untuk menemukan dan
mengirimkannya sebuah pesan.
2.9.3.3 Pengertian Superclass Superclass menurut Satzinger (2005,p67) adalah kelas umum dalam hirarki generalisasi/spesialisasi, yang dapat diperluas oleh suatu subclass.
2.9.3.4 Pengertian Subclass Subclass menurut Satzinger (2005,p67) adalah kelas spesialisasi dalam hirarki generalisasi/spesialisasi, yang berisi atribut dan metode tambahan yang membedakannya dari kelas yang lebih umum.
50 2.9.4
Polymorphism, Encapsulation, and Inheritance 2.9.4.1 Pengertian Polymorphism Menurut Satzinger (2005,p67), Polymorphism adalah karakteristik dari objek, yang memungkinkan mereka untuk merespon dengan cara yang berbeda terhadap pesan yang sama.
2.9.4.2 Pengertian Encapsulation Menurut Satzinger (2005,p66), Encapsulation adalah penggabungan atribut dan metode ke dalam satu unit dan menyembunyikan struktur internal objeknya.
2.9.4.3 Pengertian Inheritance Menurut Satzinger (2005,p66), Inheritance adalah konsep dimana satu kelas objek berbagi beberapa karakteristik ke kelas lain.
2.9.5
Unified Modelling Language (UML) Menurut Satzinger (2005,p48), yang dimaksud dengan UML adalah bentuk standar dari perancangan dan notasinya yang mengembangkan perkembanggan orientasi objek secara spesifik.
2.9.6
Unified Modelling Language with Unfied Process ( UML UP ) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p48), yang dimaksud dengan UML adalah model standar dari perancangan dan notasinya yang melakukan pengembangan orientasi objek secara spesifik. Model-model dalam metodologi
51 pengembangan sistem mencakup beberapa hal seperti inputs, outputs, proses, data, objek serta interaksi antar objek. Model-model tersebut ditunjukan dalam bentuk diagram-diagram, dimana dalam diagram tersebut notasinya sesuai dengan yang didefinisikan oleh Unfied Modelling Language. Model-model komponen sistem yang berbasiskan Unfied Modelling Language, terdiri dalam tujuh diagram, yaitu : 1.
Use Case Diagram;
2.
Class Diagram;
3.
Activiity Diagram;
4.
Sequence Diagram;
5.
Communication Diagram;
6.
Package Diagram;
7.
Deployment Diagram.
Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p50), yang dimaksud dengan Unified Process adalah suatu metodologi pengembangan sistem berorientasi objek yang dikembangkan oleh Grady Booch, James Rumbaugh, dan Ivar Jacobson.
2.10
Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.10.1 Pengertian Analisis Sistem Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p4), analisis sistem adalah proses pemahaman dan penentuan secara rinci apa yang harus dicapai oleh sistem informasi.
52 2.10.2 Pengertian Perancangan Sistem Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p4), perancangan sistem adalah proses menetapkan secara rinci bagaimana beberapa komponen dari sistem informasi harus diterapkan secara langsung.
2.10.3 Object-Oriented Analysis and Design (OOAD) 2.10.3.1
Pengertian Object-Oriented Analysis (OOA) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60), OOA
merupakan penjelasan semua jenis objek yang melakukan pekerjaan di dalam suatu sistem dan menunjukkan interaksi user yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
2.10.3.2
Pengertian Object-Oriented Design (OOD) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p60), OOD
merupakan penjelasan semua jenis objek yang diperlukan untuk berkomunikasi dengan orang-orang dan alat di dalam sistem, menunjukkan bagaimana objek tersebut saling berhubungan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan mengolah definisi dari setiap jenis objek, dengan begitu objek tersebut dapat diterapkan dengan suatu lingkungan atau bahasa yang spesifik.
2.10.3.3
Pengertian Object-Oriented Programming (OOP) Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p61), OOP
merupakan penulisan pernyataan di dalam bahasa program
53 untuk menggambarkan setiap jenis yang dilakukan oleh objek, termasuk pesan yang dikirimkan objek kepada satu sama lain. 2.10.4 Pemodelan Analisis dan Perancangan Sistem Informasi 2.10.4.1
Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p144),
pengertian activity diagram adalah sebuah diagram alur kerja yang menjelaskan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh seorang user (atau sistem), user yang melakukan setiap aktivitas atau kegiatan tersebut dan alur yang berurutan dari aktivitasaktivitas tersebut. Notasi-notasi yang digunakan didalam activity diagram antara lain : 1.
Swimlane Merupakan sebuah area berbentuk persegi panjang dalam activity diagram yang memaparkan aktivitas apa saja yang dilakukan oleh seorang user.
2.
Starting Activity (Pseudo) Merupakan notasi dalam activity diagram yang memliki fungsi sebagai penanda dimulai nya suatu aktivitas.
3.
Transition Arrow Merupakan notasi idalam activity diagram yang memliki fungsi menghubungkan satu aktivitas dengan aktivitas berikutnya yang dilakukan oleh seorang user.
54 4.
Activty Merupakan notasi dalam activity diagram yang memiliki fungsimenjelaskan aktivias yang dilakukan oleh seorang user.
5.
Synchronization Bar Merupakan notasi dalam activity diagram yang memiliki fungsi mengatur atau mengendalikan pemisahan dan penyatuan dari beberapa aktivitas yang berurutan,
6.
Decision Activity Merupakan notasi dalam activity diagram yang digunakan pada saat user akan melakukan pengambilan keputusan.
7.
Ending Activity Merupakan notasi dalam activity diagram yang memliki fungsi sebagai penanda diakhirinya nya suatu aktivitas.
Contoh notasi-notasi dalam activity diagram :
Gambar 2.1 notasi-notasi dalam activity diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p145),Object-oriented analysis & Design with the Unfied Process
55 Contoh Activity Diagram :
Gambar 2.2 Contoh activity diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p145),Object-oriented analysis & Design with the Unfied Process
2.10.4.2 Event Table Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p174), pengertian event table adalah sebuah katalog dari use case yang terdiri dari event-event dalam baris dan merupakan bagian penting dari informasi event-event tersebut yang terdapat didalam kolom. Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p175), event table terdiri dari beberapa komponen, yaitu :
56 1. Event Event merupakan suatu kejadian yang terjadi pada waktu dan tempat tertentu yang dapat dijelaskan serta perlu diingat.
2. Trigger Trigger merupakan suatu tanda yang memberitahukan sistem bahwa event telah terjadi, meskipun data yang masuk membutuhkan proses atau waktu.
3. Source Source merupakan agen eksternal yang memasukan data kedalam sistem
4. Response Response merupakan hasil atau output dari suatu proses yang dilakukan oleh sistem.
5. Destination Destination merupakan agen eksternal yang menerima output atau hasil dari proses yang dilakukan oleh sistem. Contoh komponen dalam event table :
57
Gambar 2.3 komponen-komponen dalam event table Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p1755),Object-oriented analysis & Design with the Unfied Process 2.10.4.3 Use Case Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p52), definisi use case adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sistem, pada umumnya sebagai jawaban atas suatu permintaan oleh user. Didalam use case diagram, terdapat beberapa notasi, symbol atau lambang yang digunakan untuk merepresentasikan setiap pengguna dan apa saja yang dilakukan oleh sistem untuk merespon permintaan user tersebut.
58
Gambar 2.4 notasi use case diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p215),Object-oriented analysis & Design with the Unfied Process
Gambar 2.5 use case diagram
59 2.10.4.4
Use Case Description Menurut Satzinger et al (2005,p220), use case
description merupakan sebuah rincian penjelasan dari sebuah proses yang telah digambarkan dalam use case diagram.
Gambar 2.6 use case description
60 2.10.4.5
Class Diagram
2.10.4.5.1 Domain Class Diagram Class diagram ada sebuah model diagram yang mendefinisikan class-class problem domain. Maka dari itu, class diagram juga dapat disebut dengan domain class diagram. Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p284), domain class diagram adalah sebuah model diagram UML yang menjelaskan dan menggambarkan segala hal yang penting dalam hal yang dikerjakan oleh user. Class diagram digambarkan dengan bentuk persegi yang memiliki tiga bagian, yaitu bagian pertama diisi dengan nama class diagram tersebut, bagian kedua diisin dengan atribut-atribut dari class diagram tersebut dan yang terakhir akan diisi dengan method dari class diagram tersebut.
Class Penghubung antar class Gambar 2.7 contoh class
Hubungan antar class yang dihubungkan dengan garis penghubung disebut dengan multiplicity of association.
61 Multiplicity ini dibedakan menjadi enam jenis yang akan dijelaskan pada tabel dibawah ini :
Hubungan
Simbol
Zero to one
0..1
One and only one
1
One and only one alternate
1..1
Zero or more
0..*
Zero or more alternate
*
One or more
1..*
Tabel 2.1 Multiplicity antar class Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p186)
62 Contoh domain class diagram :
Gambar 2.8 Domain Class Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p310)
2.10.4.5.2 First-Cut Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2006,p311), first-cut class diagram adalah domain class diagram yang telah diperluas dan dikembangakan dengan dua cara, yaitu mengurai atribut beserta tipe dan nilai awal serta menambahkan navigation visibility arrows.
63
Gambar 2.9 First-Cut Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p311)
64 2.10.4.5.3 Updated Design Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p337), updated design class diagram merupakan pengembangan dari setiap layer. Dalam view dan data access layer di sequence diagram, harus ditambahkan beberapa class baru sebagai use case controller. Pada updated design class diagram, method dapat ditambahkan untuk setiap class.
Gambar 2.10 Updated Design Class Diagram Sumber : Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p340)
65 2.10.4.6
Sequence Diagram
2.10.4.6.1 System Sequence Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p213), system sequence diagram merupakan diagram yang menunjukan dan menjelaskan rincian urutan pesan antara aktor eksternal dengan sistem. System sequence diagram merupakan bagan dari interaction diagram. Dimana interaction diagram adalah diagram komunikasi atau sequence diagram yang menampilkan hubungan antara objek.
Gambar 2.11 Notasi System Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p229)
66 2.10.4.6.2
Completed Three Layer Design Sequence
Diagram Completed three layer sequence diagram atau yang biasa disebut data access sequence diagram merupakan sequence diagram yang telah dikembangkan dan dilengkapi hingga menampilkan hubungan sampai database.
Gambar 2.12 Completed Three Layer Design Sequence Diagram Sumber: Satzinger, Jackson dan Burd (2005, p487)
2.10.4.7
Package Diagram Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2004, p339),
package diagram merupakan diagram high level yang
67 menampilkan hubungan semua class yang terkait. Notasi package diagram digambarkan sebagai persegi panjang. Nama dari package ditampilkan dalam akan ditampilkan didalam persegi panjang tersebut. Dalam gambar 2.12 dibawah ini akan ditampilkan contoh dari package diagram
Gambar 2.13 Package Diagram Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p341)
2.10.4.8
Persistent Object Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p66),
persistent object adalah kumpulan objek yang tersedia dan dapat digunakan oleh sistem secara terus menerus.
68 2.10.4.9
User Interface Menurut Satzinger, Jackson dan Burd (2005,p442), user interface adalah suatu bagian dari sistem, dimana bagian tersebut memerlukan interaksi dari user kepada sistem untuk membuat input dan manghasilkan output.
2.11 Rancangan Database 2.11.1 Pengertian Rancangan Database Menurut Connolly & Begg (2010, p320), Database Design adalah proses untuk menciptakan sebuah rancangan yang akan mendukung misi dan tujuan perusahaan untuk sistem database yang diperlukan.
2.11.2 Tahapan Rancangan Database Menurut Connolly & Begg (2010, p322), Database Design terdiri dari tiga tahap utama, yaitu : •
Conceptual database design Proses pembuatan sebuah model dari data yang digunakan dalam perusahaan, bebas dari segala pertimbangan fisik.
•
Logical database design Proses pembuatan sebuah model dari data yang digunakan dalam perusahaan berdasarkan model data spesifik, tetapi terbebas dari perincian DBMS dan pertimbangan fisik lainnya.
•
Physical databse design
69 Proses
yang
menghasilkan
implementasi
database
dan
penyimpanan sekunder, dimana mendeskripsikan hubungan dasar file organisasi dan indeks yang digunakan untuk mencapai efisiensi data, dan aosiasi integritas yang membatasi dan ukuran keamanan.
2.11.3 Pengertian SQL Menurut Connolly & Begg (2010,p184), SQL (Structured Query Langueage) adalah contoh dari transform-oriented language atau bahasa yang didesain dengan menggunakan relasi untuk mengubah input menjadi output yang diinginkan. Sebuah database language dapat memungkinkan user untuk : •
Membuat hubungan struktur dan database.
•
Melakukan
operasi
penyisipan
(insertion),
perubahan
(modification), dan penghapusan (deletion) data dari relasi. •
Menampilkan query yang sedarhan dan kompleks.
2.12 Fase Proses Pengembangan Sistem Menurut Whitten et al. (2007,p30), proses pengembangan sistem adalah satu set aktivitas, metode, praktik terbaik, deliverables dan peralatan yang telah terotomatisasi yang digunakan oleh para stakeholders untuk mengembangkan dan memperbaiki sistem informasi besera dengan perangkat lunaknya. Kebanyakan organisasi memiliki standar pengembangan sistem yang formal
70 yang terdiri dari satu set proses atau langkah yang mereka harapkan dapay diikuti oleh project pengembangan sistem lainnya dan kebanyakan dalam organisasi, proses pengembangan sistem yang dijalankan mengikuti pendeketan pemecahan masalah (problem-solving approach). Dimana pendekatan pemecahan masalah tersebut memiliki empat tahap atau fase yang harus dilengkapi terlebih dahulu, empat tahap tersebut yaitu, fase inisiasi sistem (system initiation), fase analisis sistem (system analysis), fase perancangan
sistem
(system
design),
fase
penerapan
sistem
(system
implementation).
2.12.1 Fase Inisiasi Sistem (System Initiation) Menurut Whitten et al. (2007,p32), fase inisiasi sistem (System Initiation) merupakan sebuah rencana awal bagi sebuah proyek untuk mendefinisikan ruang lingkup project, tujuan akhir, jadwal dan anggaran yang dibutuhkan. Setiap stakeholder diharuskan menerima kenyataan bahwa setiap perubahan yang terjadi di masa depan dalam ruang lingkup project atau tujuan akhir akan memberikan pengaruh terhadap jadwal dan anggaran.
2.12.2 Fase Analisis Sistem (System Analysis) Menurut Whitten et al. (2007,p32), fase analysis sistem (System Analysis) merupakan studi penelitian terhadap domain masalah bisnis untuk merekomendasikan perbaikan dan spesifikasi terhadap kebutuhan bisnis dan terhadapap prioritas dari solusi yang dihasilkan.
71 2.12.3 Fase Perancangan Sistem (System Design) Menurut Whitten et al. (2007,p33), fase perancangan sistem (System
Design)
merupakan
spesifikasi
atau
teknik
pembangunan/konstruksi, solusi berbasis komputer bagi identifikasi kebutuhan bisnis didalam fase analisis sistem. Sekali alternative teknik tersebut telah dipilih dan disetujui, fase perancangan sistem
akan
mengembangankan blueprint dan spesifikasi yang dibutuhkan untuk mengimplementasi solusi akhir.
2.12.4 Fase Penerapan Sistem (System Implementation) Menurut Whitten et al. (2007,p33), fase penerapan sistem (System Implementation)
merupakan
pembangunan/konstruksi,
pemasangan/instalasi, pengujian/testing dan pengiriman sistem tersebut hingga proses produksi. Komponen sistem yang telah dibangun atau dipasang, harus segera diuji untuk dapat memastikan bahwa komponen sistem tersebut telah bekerja dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan user. Setelah komponen sistem tersebut selesai diuji, kemudian akan segera digunakan dalam operasi bisnis dan data-data dari sistem lama akan dipindahkan kedalam database sistem baru tersebut dan user yang akan menggunakan sistem tersebut, harus diberikan pelatihan agar dapat menggunakan sistem tersebut dengan baik.
72 2.13 Kerangka Pikir Kerangka pikir dalam perancangan sistem informasi administrasi rawat jalan RS Tugu Ibu.
Gambar 2.14 Kerangka Pikir