BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2. Kajian Pustaka 2.1. Penelitian Sebelumnya (State of the Art) No. 1.
Nama
Judul
Penulis
Penelitian
Dwijen
The Challenge of
Rangnekar,
Intellectual Property
2011
Rights and Social Justice
Penjelasan dan Hasil Penelitian Jurnal ini menjelaskan bagaimana cara
untuk
mempertahankan
pertumbuhan seimbang
ekonomi
dengan
yang
alam
sambil
memastikan masyarakat lokal hak, identitas, dan mata pencaharian. Tantangannya adalah tangguh dan menuntut
bahwa
menginterogasi
kita
ide
keadilan,
konstruksi sosial budaya identitas, dan visi pluralis pembangunan. Dan bagaimana
cara
untuk
menyelesaikan
tantangan
untuk
meningkatkan
kesadaran
pelaku
IKM
mengenai
hak
kekayaan
intelektual yang berupa hak merek, hak paten, dll. Jadi
maksudnya
adalah
menawarkan cerita merek
merek yang
berpotensi memainkan peran dalam memperkuat
dan
membangun
identitas pribadi dan masyarakat. Jadi tantangannya disini adalah bagaimana
citra
merek
Klinik
6
Konsultasi
dapat
disosialisasikan
dengan baik oleh Ditjen HKI – IKM untuk membangun brand awareness Hak Kekayaan Intelektual. 2.
Bob de Vries,
The Power of Brand
Dijelaskan
bahwa
2013
Awareness
perusahaan
nilai
secara
dari
langsung
dipengaruhi oleh citra merek yang mereka wakili. Oleh karena itu sangat penting bagi pemilik brand untuk memantau brand awareness dan
brand
image
di
konsumen.
kalangan
Selanjutnya,
menganalisis brand awareness dan brand image akan membantu anda untuk
mendapatkan
wawasan
tentang perilaku pelanggan sebagai akibat dari perubahan strategi
misalnya
komunikasi
pemasaran
selama periode waktu. Kaitannya kutipan
jurnal
diatas
dengan
penelitian tentang Sosialisasi Klinik Konsultasi HKI – IKM oleh Ditjen IKM
Kemenperin
meningkatkan
Brand
untuk Awareness
HKI adalah dengan adanya Klinik Konsultasi HKI – IKM merupakan salah satu cara memantau dan membantu sebagai pembina dan pengembangan usaha IKM dengan mengambil langkah-langkah selama kurun waktu 10 (sepuluh) tahun terakhir,
terus
memacu
mengoptimalkan citra merek yaitu
7
bimbingan dan penerapan HKI pada masyarakat IKM melalui Klinik Konsultasi HKI – IKM agar para pengusaha IKM dan masyarakat lainnya
dapat
mengetahui
dan
memahami HKI dengan melalui kegiatan
sosialisasi
langsung
maupun tidak langsung. 3.
Selvie Sinaga,
Management and
Jurnal ini menjelaskan bahwa Ditjen
2013
Programs of Intellectual
HKI sebagai instansi pemerintah
Property Rights for Small
dengan tanggung jawab utama untuk
Medium Enterprises in
mengelola pelaksanaan hukum di
Indonesia
Indonesia,
DJHAKI
memiliki
hubungan erat dengan isu-isu UKM, terutama karena DJHAKI adalah mitra
untuk
semua
instansi
pemerintah yang memiliki program yang berkaitan dengan UKM dan isu-isu HKI. Sejauh ini, DJHAKI telah bekerjasama dengan instansi pemerintah
yang
masalah-masalah Kementerian bertujuan
mengelola IKM,
Perindustrian untuk
yaitu yang
meningkatkan
pemahaman dan pemanfaatan sistem HKI untuk sektor industri, koperasi dan IKM. Sebagian besar program bersama terkait dengan kampanye kesadaran dimana peran DJHAKI adalah untuk memberikan IKM dengan pengetahuan dan informasi mengenai fungsi HKI dan prosedur untuk mendaftarkan HKI.
8
Jurnal ini menyatakan bahwa betapa pentingnya public relations di dalam sebuah
perusahaan
mendukung
kegiatan
untuk marketing.
Kaitannya pada penelitian ini yaitu untuk membangun pengusaha IKM sebagai
konsumer
Konsultasi HKI –
di
Klinik
IKM untuk
berkonsutasi tentang pendaftaran, konsultasi mengenai subjek-subjek hak kekayaan intelektual khususnya tentang hak merek. 4.
Rong Huang,
How Brand Awareness
Perbedaan dengan penelitian Rong
Emine
Relates To Market
Huang dan Emine Sarigollu (2010) :
Sarigollu,
Outcome, Brand Equity,
pada penelitian ini Brand Awareness
2010
and The Marketing Mix
mengacu pada apakah konsumen dapat mengingat atau mengenali merek, atau hanya apakah atau tidak konsumen
tahu
tentang
merek.
Maka dari itu Klinik HKI – IKM sangat membantu pengusaha IKM untuk
dapat
merek
mengenali
khususnya
tata
tentang cara
pendaftaran merek. 5.
Mohammad
The Enforcement of
Pada jurnal ini dijelaskan bahwa
Bagherpour,
Intellectual Property
Penegakan tepat dari hak kekayaan
2013
Rights in Digital
intelektual sejak keberadaannya baik
Environment Based on
nasional maupun internasional telah
ACTA
menjadi salah satu masalah yang paling penting dari legislator dan fikih. Hak kekayaan intelektual dalam terutama
lingkungan perhatian
fisik
tidak dengan
9
penegakan
sebenarnya,
tetapi
dengan munculnya Internet dan lebar menusuk e-commerce dan kesederhanaan
pelanggaran
hak
melalui Internet, pemegang hak muka dengan tantangan baru belum diajukan.
Karena
kompleksitas
intelektual benar di dunia maya, membahas penegakan itu kompleks juga, sehingga perjanjian TRIPS belum berhasil untuk memberikan penegakan hukum yang efektif. Hubungannya
dengan
penelitian
sebelumnya dan dengan penelitian ini yaitu Ditjen IKM Kemenperin membuat Klinik Konsultasi HKI – IKM
yang
bertujuan
untuk
memberikan layanan kepada pelaku IKM sebagai konsumen mengetahui pentingnya
nilai
suatu
merek,
khususnya mempromosikan Klinik Konsultasi HKI – IKM bukan hanya dari media cetak tetapi juga dari media
online
membangun
sehingga brand
dapat
awareness
tentang Hak Kekayaan Intelektual. Tabel 2.1 Tabel Penelitian Sebelumnya
2.2. Landasan Konseptual 2.2.1. Komunikasi 1. Definisi Komunikasi Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, Sasa Djuarsa Sendjaja merangkum beberapa definisi yang dapat mewakili sudut pandang dan konteks pengertian komunikasi. Definisi-definisi tersebut antara lain : 10
a. Komunikasi
adalah
suatu
proses
melalui
mana
seseorang
(komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang-orang lainnya (khalayak). Definisi ini dikemukakan Hovland, Janis & Kelley. b. Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti katakata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-lain. Komunikasi ini seperti yang dikemukakan Berelson dan Stainer. c. Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari yang semula dimiliki oleh seseorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih. Definisi ini seperti yang dikemukakan Gode. Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dalam mengirim dan menerima informasi antarpribadi agar sesuai dengan kepentingan yang ditujukan dari individu yang satu dengan individu lainnya agar pemahaman yang si pengirim pesan maksud dapat diterima dengan baik oleh si penerima pesan. Kegiatan komunikasi bertujuan mengharapkan pengertian, dukungan, gagasan dan mengubah atau mempengaruhi tindakan. Sedangkan dalam Public Relations, tujuan komunikasi dapat dibedakan menjadi tujuan informasi, intruksi, dan persuasi. Idealnya agar sebuah gagasan dapat diterima oleh target yang dituju, cara yang digunakan adalah dengan tidak memaksakan kehendak, tahu lebih secara persuasif. Keterkaitan dalam pembahasan ini adalah Klinik Konsultasi HKI – IKM ingin meningkatkan brand awareness untuk jasa konsultasi, sosialisasi, dsb mengenai hak kekayaan intektual, sehingga dalam penyampaian pesan kepada publik yaitu pelaku IKM, harus menggunakan komunikasi yang baik dan dapat diterima serta dimengerti. 2. Fungsi Komunikasi Menurut Thomas M. Scheidel yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2009:4) mengemukakan bahwa kita berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan mendukung idientitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berfikir, atau berprilaku seperti yang kita inginkan. Menurut Rudolph F. Verderber yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2009:5) mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai 2 (dua) fungsi, yaitu : 11
1.
Fungsi sosial yakni untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan.
2.
Fungsi pengambilan keputusan, yakni memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu.
Berikut ini adalah 4 (empat) fungsi komunikasi berdasarkan kerangka yang dikemukakan oleh Willian I, Gorden (Mulyana, 2009:9) yakni : 1. Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi social menandakan bahwa komunikasi sangat penting dalam membangun konsep dalam diri kita, aktualisasi diri, untuk kelangusngan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar daritekanan dan tegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan dapat memupuk hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi kita pun dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat seperti keluarga, kelompok belajar, RT, RW, desa, kota, dan Negara secara keseluruhan untuk mencapai tujuan bersama. 2. Komunikasi Ekspresif Banyak yang tidak mengetahui jika komunikasi ekspresif dengan komunikasi sosial itu berkaitan erat, karena komunikasi ekspresif dapat dilakukan sendiri ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif juga tidak bertujuan untuk mempengaruhi orang lain. 3. Komunikasi Ritual Komunikasi ritual dengan komunikasi ekspresif sangatlah berkaitan erat, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup,
mulai
dari
upacara
kelahiran,
sunatan,
ulang
12
tahun,pertunangan, siraman, pernikahan, hingga upacara kematian. Dalam acara-acara seperti itulah orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual juga menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, suku, bangsa, negara, ideologi, atau agama mereka. 4. Komunikasi Instrumental Dalam komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum yaitu menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap dan keyakinan, dan mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan juga menghibur. Bila diringkas, maka semua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Yang memiliki arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikan akurat dan layak diketahui. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan adanya fungsi komunikasi maka pesan yang disampaikan tersebar dengan baik dan benar. Komunikasi juga berfungsi sangat penting dalam mempengaruhi orang pada saat pengambilan keputusan. Keterkaitan dalam pembahasan ini peneliti menggunakan fungsi komunikasi karena fungsi komunikasi membantu mengetahui peran penyebaran informasi dan membantu Klinik Konsultasi HKI – IKM untuk menyampaikan informasi dan melakukan sosialisasi yang tepat kepada masyarakat khususnya para pengusaha IKM. 3.
Proses Komunikasi
a. Proses komunikasi secara primer Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran oleh dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan suatu lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, syarat, gambar, warna, dan lain sebagainya 13
yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran dan perasaan komunikator kepada komunikan. b. Proses komunikasi secara sekunder Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana media kedua (surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, TV, film, dan lainlain) setelah memakai
lambang
komunikasi
ini merupakan sambungan proses komunikasi
sekunder
sebagai
media
pertama
proses
primer untuk menembus ruang dan waktu, maka dalam menata lambanglambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus mempertimbangkan sifat-sifat media yang akan digunakan.
2.2.2. Public Relations Pada dasarnya, Public Relations merupakan suatu bidang yang di butuhkan oleh organisasi, baik itu organisasi yang bersifat profit atau non-profit. Dalam buku yang berjudul Effective Public Relations, Scott M. Cutlip and Allen H. Centre mengungkapkan bahwa Public Relations adalah fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara organisasi dengan kepentingan publiknya, serta merencanakan suatu program kegiatan dan komunikasi untuk memeperoleh pengertian dan dukungan publiknya. Public Relations sesungguhnya sebagai alat manajemen modern secara struktural merupakan bagian integral dari suatu kelembagaan atau organisasi. Artinya Humas bukanlah merupakan fungsi terpisah dari fungsi kelembagaan atau organisasi tersebut bersifat melekat pada manajemen perusahaan (Ruslan, 2012: 24-25) Berbeda dengan definisi diatas, Grunig dan Hunt
menempatkan Public
Relations sebagai kegiatan komunikasi dengan mengemukakan pengertian Public Relations sebagai aktivitas pengelolaan kmunikasi antara sebuah organisasi dengan publiknya. Mengacu pada pernyataan Grunig dan Hunt, seorang Public Relations bertanggung jawab melakukan komunikasi kepada pihak internal dan eksternalnya. Menurut pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang praktisi humas harus mampu menjadi suatu penghubung antara pihak internal perusahaan dan pihak eksternal perusahaan, guna mencapai visi dan misi bersama. Namun dalam menjalankan itu semua harus dilandaskan dengan rasa tanggung jawab sesuai dengan
14
etika-etika dan norma-norma yang berlaku di masyarakat dan juga kode etik Public Relations itu sendiri.
1.
Peranan Public Relations Peran seorang Public Relations sangat dibutuhkan dalam sebuah organisasi
atau perusahaan. Public Relations adalah sebagai jembatan antara perusahaan dengan publik atau antara manajemen dengan karyawannya agar tercapai saling pengertian antara kedua belah pihak. Public Relations sebagai fungsi manajemen yang membangun dan mempertahnkan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut. (Ruslan, 2012: 6) Public Relations bertindak sebagai komunikator ketika manajemen berhubungan dengan para karyawan, adapun peran Public Relations menurut Dozier & Broom (Ruslan, 2012: 20) adalah : 1.
Penasehat ahli adalah Seorang praktisi Public Relations yang berpengalaman dan memiliki kemampuan tinggi dapat membantu mencarikan solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya
2.
Fasilitator komunikasi yaitu dalam hal ini, praktisi Public Relations bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginnkan dan diharapkan oleh publiknya.
3.
Fasilitator proses pemecahan masalah yaitu Peranan praktisi Public Relations dalam pemecahan masalah persoalan Public Relations ini merupakan bagian dari tim manajemen. Hal ini dimaksudkan untuk membantu
pimpinan
organisasi
baik
sebagai
penasihat
hingga
mengambil rindakan eksekusi (keputusan) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengah dihadapi secara rasional dan profesional. 4.
Teknisi komunikasi adalah peranan teknisi komunikasi ini menjadikan praktisi Public Relations sebagai journalist in recident yang hanya menyediakan layanan teknis komunikasi.
Maka dapat disimpulkan peranan Public Relations adalah memelihara, mengembangkan, dan menjaga nama baik perusahaan di kalangan masyarakat. Public Relations di sebuah perusahaan mengkomunikasikan infomasi yang 15
dibutuhkan oleh masyarakat sehingga tidak ada salah penangkapan informasi atau kesalahpahaman mengenai informasi yang di komunikasikan.
2.
Fungsi Public Relations Menurut Rosadi Ruslan (2012:10) fungsi utama public relations adalah : a. Bertindak sebagai communicator dalam kegiatan komunikasi pada organisasi perusahaan, prosesnya berlangsung dalam dua arah timbal balik. Dalam hal ini, disatu pihak melakukan fungsi komunikasi merupakan bentuk penyebaran informasi, dilain pihak komunikasi berlangsung dalam bentuk penyampain personal dan menciptakan opini publik. b. Membangun atau membina hubungan (relationship) yang positif dan baik dengan pihak publik sebagai target sasaran yaitu internal public dan eksternal public. c. Peranan back up management, bahwa fungsi public relations melekat pada fungsi manajemen tersebut melingkupi POAC yaitu : Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (penggiatan), Controlling (pengawasan). d. Menciptakan citra perusahaan atau lembaga (corporate image) yang merupakan tujuan (goals) akhir dari suatu aktivitas program kerja public relations campaign, baik untuk keperluan publikasi maupun promosi. Menurut Bertram R. Canfield yang dikutip didalam buku “Peranan Humas
dalam Perusahaan” (2011:19) menjelaskan tentang fungsi public relations yang lebih luas. Bertram tidak memandang apakah kegiatan public relations sebagai kegiatan yang terpisah secara internal dan eksternal. Fungsi public relations menurut Bertram haruslah mencakup hal-hal berikut : a. Mengabdi kepada kepentingan publik b. Memelihara komunikasi yang baik c. Kegiatan public relations itu ketika menjalankan fungsinya harus menitik beratkan kepada moral dan tingkah laku yang baik. Kesimpulan dari teori diatas adalah fungsi public relations antara lain adalah dapat bertindak sebagai komunikator dalam kegiatan komunikasi pada kegiatan perusahaan, membangun dan membina hubungan baik dengan publik, memiliki 16
pernanan back up management, dan menciptakan citra perusahaan yang merupakan tujuan akhir program kerja public relations campaign. Kaitannya teori ini dengan pembahasan adalah dimana fungsi public relations dalam strategi pemasaran Klinik Konsultasi HKI – IKM sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk komunikator dalam menjalankan event sosialisasisosialisasi pendaftaran hak merek ke daerah sebagai pihak yang menjalin hubungan baik serta dapat mendukung para pelaku IKM dalam meningkatkan brand awareness. Dapat ditarik kesimpulan bahwa humas diharapkan bisa mewarnai semua kegiatan
yang
dilaksanakan
oleh
pemerintah
termasuk
harus
bias
menginterpretasikan, menganalisis dan mengevaluasi kecenderungan perilaku publik, bisa
mempertemukan
kepentingan
pemerintah
dengan
kepentingan
publik
(masyarakat). Begitu pula dengan fungsi Humas dalam Ditjen IKM yaitu memelihara komunikasi yang harmonis antara organisasi dengan publik, melayani kepentingan publik dengan baik, dan membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik internal dan publik eksternal melalui Klinik Konsultasi HKI – IKM.
3.
Tugas Public Relations Tugas Public Relations terbagi dalam 5 (lima) tugas pokok public relations
sehari-hari, yaitu antara lain: a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada publik, supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi atau perusahaan, tujuan, serta kegiatan yang dilakukan b. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum atau masyarakat c. Memperbaiki citra organisasi Bagi Public Relations, menyadari citra yang baik terletak pada bagaimana organisasi dapat mencerminkan organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, mengadakan perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terbuka untuk dikontrol dan dievaluasi dan dapat dikatakan bahwa citra tersebut merupakan gambaran komponen yang kompleks. d. Tanggung jawab sosial
17
Public Relations merupakan instrument untuk bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut. Terutama kelompok publik sendiri, publik internal, dan pers. Penting diusahakan bahwa seluruh organisasi bersikap terbuka dan jujur terhadap semua kelompok atau publik yang ada hubungannya dan memerlukan informasi. e. Komunikasi Public Relations mempunyai bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi timbal-balik, maka pengetahuan komunikasi menjadi modalnya. Dalam fungsinya, komunikasi itu sentral. (Ruslan, 2012: 39) Kesimpulan dari teori diatas adalah tugas public relations antara lain adalah dapat menciptakan hubungan baik, sebagai komunikator, mengevaluasi hasil rancangan komunikasi, dan untuk mencapai hal tersebut seorang public relations harus melakukan tugas public relations agar fungsi dari public relations tersebut terlaksana dengan baik.
4.
Tujuan Public Relations Tujuan Public Relations untuk mengembangkan atau membangun hubungan
baik, tidak hanya dengan pihak pers, tetapi juga dengan berbagai pihak dari luar atau kalangan terkait. Tujuannya: a.
Membentuk good will (itikad baik)
b.
Tolerance (toleransi)
c.
Mutual symbiosis (saling kerjasama)
d.
Mutual Confidence (saling mempercayai)
e.
Mutual understanding (saling pengertian)
f.
Mutual appreciation (saling menghargai)
g.
Serta memperoleh opini publik yang mengguntungkan dan citra positif berdasarkan prinsip-prinsip hubungan yang harmonis, baik hubungan kedalam maupun keluar.
Public Relations harus dapat mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi dengan cepat, baik dibidang teknologi, ekonomi, hukum, maupun politik internasional dan nasional.(Ardianto, 2009: 208-209) 2.2.3. Sosialisasi
18
Sosialisasi menurut Peter Berger adalah proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat. Pada sosialisasi dipelajari peranan-peranan, oleh karenanya disebut dengan teori mengenai peranan (role theory). Sosialisasi dalam arti yang luas merupakan suatu usaha masyarakat yang menghantar warganya masuk ke dalam kebudayaan. Dengan kata lain masyarakat melakukan suatu rangkaian kegiatan tertentu untuk menyerah terimakan kebudayaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Definisi yang dapat disimpulkan bahwa secara luas sosialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses dimana warga masyarakat di didik untuk mengenal, memahami, mentaati dan menghargai norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Namun sosialisasi dalam penelitian ini lebih menekankan pada bagaimana seorang public relations dapat memberikan dan menyebarkan informasi tentang suatu produk, program dan hal-hal yang memiliki nilai sosial secara luas kepada khalayak sasarannya sebagai wujud komunikasi dengan masyarakat itu sendiri. Sosialisasi dalam penelitian ini memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan peran public relations. Secara khusus sosialisasi mencakup suatu proses dimana warga masyarakat
mempelajari
kebudayaannya,
belajar
mengendalikan
diri
serta
mempelajari peranan-peranan dalam masyarakat. Dalam sosialisasi tersebut berisikan pesan yang akan disampaikan kepada masyarakat khususnya pelaku IKM. Pesan adalah keseluruhan daripada apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan seharusnya mempunyai inti pesan (tema) sebagai pengarah di dalam usaha untuk mengubah pola piker pelaku IKM tentang kesadaran HKI. Pesan dapat disampaikan secara penjang lebar, namun yang perlu diperhatikan kepada tujuan dari komunikasi. Ada 2 cara dalam menyampaikan pesan, yaitu : a. Dengan lisan/face to face/langsung. b. Dengan menggunakan media/saluran. Strategi sosialisasi untuk membangun brand awareness Hak Kekayaan Intelektual yang dilakukan oleh Klinik Konsultasi HKI – IKM Ditjen Industri Kecil dan Menengah Kementerian Perindustrian Republik Indonesia yang dilaksanakan adalah untuk memberikan informasi serta pesan dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai bagaimana teknis serta segala informasi mengenasi Hak Kekayaan Intelektual, adapun bentuk-bentuk penyampaian pesan yaitu: 19
1. Informatif Memberikan keterangan-keterangan dan kemudian komunikan dapat mengambil kesimpulan sendiri. 2. Persusif Bujukan, yakni membangkitkan pengertian dan kesadaran seseorang bahwa apa yang akan diasampaikan memberikan rupa pendpat atau sikap sehingga ada perubahan. Tetapi perubahan itu adalah atas kehendak sendiri. 3. Coersif Memaksa dengan menggunakan sanksi-sanksi. Bentuk yang terkenal dari penyampaian pesan secara ini adalah agitasi dengan penekanan-penekanan yang menimbulkan tekanan batin dan ketakutandiantara sesamanya dan pada kalangan publik. Coersif dapat berupa perintah , instruksi dan sebagainya. Sebagaimana diketahui penerimaan suatu pesan diteruskan melalui lingkup referensi dari jenis dan jumlah pengalaman seseorang atau kelompok referensi. Referensi dan pengalaman ini disusun oleh manusia sedemikian rupa, sehingga terbentuklah suatu sistem nilai yang dalam tindakan masa depannya akan menentukan sikapnya. Peranan pesan yang dikomunikasikan adalah mempengaruhi bahkan mengubah: 1. Penilaian individu, kelompok tentang realita aktual 2. Usaha individu atau kelompok dalam membentuk gambaran (image) tentang relita masa depannya. Sosialisasi HKI harus dapat berjalan sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapai. Yakni tujuan untuk penyebaran informasi kepada khalayak ataupun masyarakat mengenai teknis pelaksanaan sosialisasi HKI. Peranan pesan yang dikomunikasikan adalah mempengaruhi bahkan mengubah, Penilaian individu, kelompok tentang realita aktual. Hal ini sangat berkaitan erat dengan bagaimana sosialisasi mengenai HKI kepada para pelaku IKM ini dilakukan, yaitu dengan tujuan agar masyarakat mempunyai pengetahuan yang lebih banyak tentang pemilukada sehingga bagaimana komunikator dapat mempengaruhi pikiran masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam pemilukada menjadi penting. Yang kedua adalah usaha para pelaku IKM dalam membentuk gambaran (image) tentang relita masa depan usahanya, bagaimana para pelaku IKM dapat membentuk gambaran tersebut tentu saja secara teknis komunikator harus dapat menjelaskan secara terperinci bagaimana hal-hal teknis yang harus diikuti dalam membangun 20
brand awareness tentang HKI, Ditjen IKM sebagai penyelenggara sosialisasi harus dapat melakukan proses komunikasi yang baik pada saat sosialisasi pemilukada itu sendiri, agar gambaran/penilaian masyarakat akan lebih positif daripada sebelumnya. Terlebih lagi sosialisasi tersebut juga melalui media komunikasi sosialisasi langsung kepada para pelaku IKM. Dalam hal penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan, banyak cara yang ditempuh, hal ini sangat tergantung pada macam-macam tingkat pengetahuan,
pendidikan,
sosial
budaya dari
pihak
komunikan,
sehingga
komunikator harus melihat metode apa sebaiknya dipakai, supaya pesan yang disampaikan mengenai sasaran. Komunikator dalam hal ini adalah pihak yang melaksanakan masyarakat, tetapi melalui orang-orang tertentu saja. Dalam sosialisasi HKI komunikator mempunyai peranan yang sangat penting didalam komunikasi, sebab komunikator merupakan unjung tombak yang berperan dalam menyampaikan pesan pada khalayak. Adapun faktor-faktor penting yang harus dilakukan oleh komunikator agar komunikasi dapat berjalan lancar: a. Kredibilitas sumber Merujuk kepada kepercayaan komunikan pada komunikator, kepercayaan itu tergantung pada: 1. Kemampuan dan keahlian komunikator berkaitan dengan pesan yang disampaikan. 2. Kemampuan dan ketrampilan menyajikan pesan sesuai dengan situasi yang berkembang. b. Rasa empati Artinya adalah komunikator juga dituntut untuk mampu berempati, empati bisa diartikan sebagai komunikan atau para pelaku IKM yang mendapatkan sosialisasi mengenai HKI adalah orang yang menerima, memahami dan menerjemahkan pesan yang disampaikan dalam komunikasi. Dalam sosialisasi HKI ini khalayak bukanlah pihak yang pasif, sehingga harus diperhatikan beberapa faktor yang akan berpengaruh pada tercapainya tujuan komunikasi. Ada dua hal yang perlu diperhatikan, yakni: 1. Kerangka Reference (Frame of reference)
Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan komunikator cocok dengan kerangka referensi, yakni paduan pengalaman dan pengertian yang pernah diperoleh komunikan. Dengan demikian maka pesan yang akan 21
disampaikan harus disesuaikan dengan kerangka referensi khalayak yang menjadi sasaran. Kerangka referensi dapat terbentuk dari pengalaman, pengaruh kelompok, norma hidup, pendidikan, status sosial, tingkat ekonomi dan sebagainya. 2. Situasi dan kondisi khalayak.
Dalam hal ini situasi berkaitan dengan situasi khalayak ketika akan menerima pesan yang disampaikan. Situasi bisa menjadi penghambat yang datangnya bisa diduga sebelumnya atupun tiba-tiba. Sedangkan kondisi berkaitan dengan keadaan fisik dan psikologi para pelaku IKM.
2.2.4. Brand Awareness 2.2.4.1 Definisi Brand Awareness David Aaker dalam buku Desy Handayani (2010:64) menyatakan : “Brand Awereness is the ability of a potential buyer to recognize or recall that a brand is a member of a certain product category” Kesadaran merek (brand awareness) adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali suatu merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu. (Durianto, 2010:54) Kesadaran merek merupakan kemampuan seorang pelanggan untuk mengingat suatu merek tertentu atau iklan tertentu secara spontan atau setelah dirangsang dengan kata-kata kunci. (Rangkuti, 2010:243) Kesimpulan yang didapat bahwa brand awareness adalah suatu kegiatan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat yang menjadi targetnya untuk mengenal dan mengingat kembali akan produk dari suatu merek tertentu. Keuntungan jika suatu merek memiliki brand awereness adalah: a. Memberikan tempat bagi asosiasi terhadap merek b. Memperkenalkan merek c. Merupakan sinyal bagi keberadaan, komitmen, dan substansi merek d. Membantu memilih sekelompok merek untuk dipertimbangkan dengan serius
2.2.4.2 Elemen Pokok Brand Awareness Elemen pokok yang harus dikelola dengan baik untuk membangun brand awareness sehingga dapat menjadi lebih baik ada 3 (tiga) yaitu antara lain : 22
a.
Brand Element, terdiri dari nama, logo, simbol, karakter, dan jingle. Elemen yang digunakan untuk mengukur brand element adalah kemudahan untuk diingat, mempunyai arti, mudah ditransfer ke produk kategori atau daerah yang berbeda, dan dapat diproteksi secara legal.
b.
Program pemasaran, yang meliputi choosing the value, yang harus dilakukan adalah menentukan value proposition melalui aktivitas segmenting, targeting, dan positioning.
c.
Secondary association dan dapat digunakan untuk melipat gandakan merek agar lebih mudah diingat dan dimengerti oleh target pasarnya. Contohnya bisa dengan nama perusahaan, asal negara, saluran distribusi, merek lain, endorser, atau event tertentu. (Soehadi, 2012:31)
Dalam teori tersebut dapat disimpulkan bahwa yang berperan dalam elemen brand awareness terdiri dari nama dan logo perusahaan, segmentasi, posisi, serta saluran distribusi.
2.2.4.3 Tingkatan Brand Awareness Di dalam buku Peni R. Pramono (2012:52) bahwa indikator dari Brand Awareness ada 4 (empat) yaitu adalah :
Gambar 2.1 Piramida Kesadaran Merek Sumber: www.google.com/brand-awareness a. Brand Unaware (tidak menyadari merek) adalah tingkat paling rendah dalam piramida brand awareness di mana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.
23
b. Brand Recognition (pengenalan brand) adalah tingkat minimal brand awareness, di mana pengenalan suatu merek muncul lagi setelah dilakukan pengingatan kembali lewat bantuan (aided recall). c. Brand Recall (pengingatan kembali merek) adalah pengingatan kembali merek tanpa bantuan (unaided recall). d. Top of Mind (puncak pikiran) adalah merek yang disebutkan pertama kali oleh konsumen atau yang pertama kali muncul dalam benak konsumen, atau merek tersebut merupakan merek utama dari berbagai merek yang ada dalam benak seorang konsumen. Brand Awareness merupakan salah satu elemen dari brand equity dan ikut memberikan peran untuk menciptakan suatu nilai, yaitu dalam menimbulkan rasa terbiasa yang menjadikan keterikatan kesukaan yang kadang-kadang dapat menjadi suatu pendorong dalam membuat keputusan. Selain itu, kesadaran akan nama dapat menandakan keberadaan, komitmen, dan inti yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Jika kualitas dua merek sama, brand awareness akan menjadi faktor yang menentukan dalam keputusan pembelian konsumen. Pada penelitian ini, digunakan indikator brand awareness untuk mengetahui tingkat kepedulian khalayak industri kecil dan menengah terhadap Klinik Konsultasi HKI – IKM. Dengan menggunakan strategi komunikasi Branding; Brand Awareness Klinik Konsultasi HKI – IKM sebagai sarana yang mempertemukan IKM dengan pihak Klinik HKI – IKM, lalu kemudian dengan mengukur tingkat kepedulian IKM terhadap Sosialisasi prosedur pendaftaran merek oleh Ditjen IKM Kemenperin dalam indikator meningkatkan Brand Awareness Hak Kekayaan Intelektual. Keterkaitannya dalam hal ini yaitu public relations Klinik Konsultasi HKi – IKM ingin lebih mengenalkan jasanya sehingga masyarakat luas yang menjadi targetnya mengetahui akan Hak Kekayaan Intelektual. Yang maksudnya adalah brand awereness merupakan kemampuan dari pelanggan potensial untuk mengenali atau mengingat bahwa suatu merek termasuk ke dalam kategori produk tertentu. Dari kesimpulan tersebut keterkaitan dalam pembahasan ini berhubungan dengan nama dan simbol Klinik Konsultasi HKI – IKM. Posisi Public Relations yang masih baru dan kerjasama dengan media sebagai penyalur distribusi pesan pada masyarakat yang menjadi targetnya.
2.2.4.4 Peran Brand Awareness 24
Peran kesadaran merek terhadap ekuitas merek dapat dipahami dengan membahas bagaimana kesadaran merek menciptakan suatu nilai-nilai yaitu : 1. Jangkar tempat tautan berbagai asosiasi. Suatu produk atau layanan baru sudah pasti diarahkan untuk mendapatkan pengenalan. Jarang sekali suatu keputusan pembelian terjadi tanpa pengenalan. Pengetahuan mengenai berbagai bagian dan manfaat dari produk baru sangat sulit tanpa terlebih dahulu mendapatkan pengakuan. Pengakuan merek merupakan langkah dasar pertama dalam tugas komunikasi. Sebuah merek biasanya dikomunikasikan dengan atribut-atribut asosiasinya. Dengan tingkat pengenalan yang mapan, tugas selanjutnya tinggal mencantelkan suatu asosiasi baru, seperti atribut produk. 2. Keakraban/ rasa suka Pengakuan merek memberikan suatu kesan akrab, dan konsumen menyukai sesuatu yang akrab. Terdapat hubungan yang positif antara jumlah penampakan dan rasa suka, baik penampakan dalam bentuk abstraksi gambar, nama, musik, dan lain-lain. Pengulangan penampakan bisa mempengaruhi rasa suka bahkan jika tingkat pengenalan tidak terpengaruh. 3. Tanda mengenai substansi/komitmen Kesadaran merek bisa menjadi suatu signal dari kehadiran, komitmen, dan substansi dari sebuah merek produk. Jika sebuah merek dikenali, pasti ada sebabnya, seperti : perusahaan telah mengiklankan secara luas, perusahaan telah menggeluti bisnis tersebut dalam waktu lama, perusahaan mempunyai jangkauan distribusi yang luas, dan merek tersebut berhasil. 4. Mempertimbangkan merek. Langkah awal dalam proses pembelian biasanya adalah menyeleksi sekumpulan merek untuk dipertimbangkan. Oleh karena itu, pengingatan kembali merek (brand recall) menjadi penting. Pada umumnya, jika sebuah merek tidak mencapai pengingatan kembali maka merek tersebut tidak akan termasuk dalam proses pertimbangan pembelian. Tetapi konsumen biasanya juga akan mengingat merek- merek yang sangat mereka tidak sukai.
2.2.4.5 Cara Mencapai Brand Awareness
25
Cara Mencapai Kesadaran Merek Pencapaian kesadaran merek (brand awareness) dapat ditempuh dengan beberapa cara berikut. (Durianto, Sugiarto, dan Tony Sitinjak, 2001: 57) 1. Pesan yang disampaikan harus mudah diingat dan tampil beda. Memakai slogan atau jingle lagu yang menarik sehingga konsumen dapat lebih mudah mengingatnya. 2. Melakukan pengulangan untuk mengingat pengingatan karena membentuk ingatan lebih sulit dibandingkan membentuk pengenalan. 3. Perluas nama merek dapat dipakai agar merek semakin banyak diingat pelanggan. 4. Memperbanyak promosi baik media cetak maupun elektronik. 5. Menjadi sponsor suatu acara yang mendatangkan banyak penonton.
2.2.4.6 Brand Awareness dan Event Event merupakan bagian dari kegiatan Public Relations. Sebuah acara diselenggarakan untuk membantu humas mencapai tujuannya. Dalam penelitian ini, penulis membahas event sebagai kegiatan public relations yang bertujuan untuk mempengaruhi brand awareness suatu organisasi di kalangan masyarakat. Maksudnya adalah bagaimana Klinik Konsultasi HKI – IKM mempengaruhi brand awareness di kalangan pelaku IKM, baik yang datang langsung ke klinik maupun yang tidak langsung. Melalui event, masyarakat diharapkan menjadi sadar akan keberadaan organisasi yang bergerak dibalik event tersebut. Event yang dimaksud disini adalah publikasi HKI tentang sosialisasi-sosialisasi khususnya prosedur pendaftaran merek. Dengan adanya event, pihak penyelenggara (organisasi terkait) dapat langsung berinteraksi dengan publik yang mereka jadikan sebagai sasaran. Pengunjung yang datang ke sebuah acara, akan mendapatkan pengalaman baru. Selain itu, sebuah acara juga mampu memenuhi kebutuhan publik atas sesuatu yang memang sedang mereka cari. Terselenggaranya sebuah acara, dapat bermanfaat baik untuk pengunjung dan juga penyelenggara.
2.2.5. Direktorat Jenderal IKM Dalam website resmi Kementerian Perindustrian, Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah adalah unsur pelaksana yang berada di bawah dan bertanggung jawab 26
kepada Menteri Perindustrian yang mempunyai tugas untuk merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang industri kecil dan menengah. Industri Kecil dan Menengah atau disingkat IKM adalah salah satu sektor ekonomi strategis karena memberikan sumbangan besar terhadap perekonomian nasional, baik dalam perannya membuka peluang usaha, penyerapan tenaga kerja dalam jumlah dalam jumlah besar, nilai tambah, nilai produksi serta kontribusinya terhadap pemasukan devisa melalui ekspor. Dikutip dari Buku Laporan Akhir Kegiatan HKI – IKM tahun 2013, tercatat dalam kurun waktu dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2012 Klinik HIKI – IKM secara berkelanjutan telah memberikan fasilitasi pendaftaran HKI antara lain pendaftaran merek dagang dan jasa sebanyak 2162 Merek, pendaftaran hak cipta sebanyak 1228 Hak Cipta, pendaftaran paten sebanyak 29 Paten, dan pendaftaran desain industri sebanyak 72 Desain Industri. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah HKI milik IKM yang dilindungi masih kecil dibandingkan dengan jumlah IKM yang eksis secara nasional yakni sekitar 3,5 juta unit usaha. Oleh karena itu layanan Klnik Konsultasi HKI – IKM masih sangat diperlukan di masa kini dan pada masa-masa mendatang. Koordinasi antara Pusat Manajemen HKI Kementerian Perindustrian dengan Klinik dan Sentra HKI pada Direktorat Teknis di lingkungan Kementerian Perindustrian sangat diperlukan dalam rangka menselaraskan kegiatan layanan HKI, begitu juga koordinasi dengan instansi pemerintah lainnya seperti Direktorat Jenderal HKI Kementerian Hukum dan HAM, Lembaga penegak hukum seperti Bareskrim Polri, Pengadilan Niaga, dan lembaga nasional seperti WIPO dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan Klinik Konsultasi HKI – IKM. Ditjen IKM juga berpartisipasi pada kegiatan sosialisasi HKI di daerah-daerah kegiatan pameran skala nasional untuk lebih memudahka memberikan pelayanan kepada IKM. Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah menjalankan beberapa tools Srategi Marketing Public Relations yaitu strategi PENCILS yang diharapkan dapat meningkatkan brand awareness seluruh IKM di Indonesia. Pengukuran tingkat kematangan masyarakat dapat dilihat dari sejauh mana masyarakat menangkap pesan dari strategi marketing Public Relations Klinik Konsultasi HKI – IKM. Jika masyarakat sudah aware ataupun mengerti posisi jasa yang ditawarkan Klinik Konsultasi HKI – IKM berarti masyarakat telah memiliki tingkat kematangan Brand 27
Awareness yang bagus dan dapat disimpulkan bahwa strategi marketing public relations yang dilakukan berjalan dengan efektif.
Gambar 2.2 Contoh Program Pembinaan IKM
2.2.6. Hak Kekayaan Intelektual Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak eksklusif yang diberikan suatu peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas karya ciptanya. Secara sederhana HKI mencakup Hak Cipta, Hak Paten Dan Hak Merek. Namun jika dilihat lebih rinci HKI merupakan bagian dari benda, Saidin mengatakan yaitu benda tidak berwujud (benda imateriil).Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) termasuk dalam bagian hak atas benda tak berwujud (seperti Paten, merek, Dan hak cipta). Hak Atas Kekayaan Intelektual sifatnya berwujud, berupa informasi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni, sastra, keterampilan Dan sebaginya Yang tidak mempunyai bentuk tertentu. Menurut Buku Paduan Klinik Konsultasi HKI – IKM, secara substantif pengertian HKI dapat dideskripsikan sebagai hak atas kekayaan yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia. Karya-karya intelektual yang dimaksud di bidang ilmu pengetahuan, seni, sastra ataupun teknologi, dilahirkan dengan pengorbanan tenaga, waktu dan bahkan biaya. Adanya pengorbanan tersebut menjadikan karya yang dihasilkan menjadi memiliki nilai. Apabila ditambah dengan manfaat ekonomi yang dapat dinikmati, maka nilai ekonomi yang melekat menumbuhkan konsepsi kekayaan (property) terhadap karya-karya intelektual. Bagi dunia usaha, karya-karya itu dikatakan sebagai aset perusahaan.
28
Pemasyarakatan HKI di kalangan pengusaha IKM dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran akan pentingnya daya kreasi dan inovasi intelektual sebagai kemampuan yang perlu diraih oleh para pengusaha industri yang ingin maju sebagai faktor pembentuk kemampuan daya saing industri. Oleh karena itu karya temuan orang lain yang didaftarkan untuk dilindungi harus dihormati dan dihargai. Di samping itu kesadaran dan wawasan mengenai HKI diharapkan akan dapat menimbulkan motivasi dan dorongan agar pengusaha IKM terdorong untuk berkreasi dan ber-inovasi di bidang produk dan teknologi produksi, serta manajemen. Pengenalan HKI sebagai hak milik perorangan yang tidak berwujud dan penjabarannya secara lugas dalam tatanan hukum positif terutama dalam kehidupan ekonomi merupakan hal baru di Indonesia. Dari sudut pandang HKI, aturan tersebut diperlukan karena adanya sikap penghargaan, penghormatan dan perlindungan tidak saja akan memberikan rasa aman, tetapi juga mewujudkan iklim yang kondusif bagi peningkatan semangat atau gairah untuk menghasilkan karya-karya inovatif, inventif dan produktif. Pemasyarakatan HKI di kalangan pengusaha IKM dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran akan pentingnya daya kreasi dan inovasi intelektual sebagai kemampuan yang perlu diraih oleh para pengusaha industri yang ingin maju sebagai faktor pembentuk kemampuan daya saing industri. Oleh karena itu karya temuan orang lain yang didaftarkan untuk dilindungi harus dihormati dan dihargai. Di samping itu kesadaran dan wawasan mengenai HKI diharapkan akan dapat menimbulkan motivasi dan dorongan agar pengusaha IKM terdorong untuk berkreasi dan berinovasi di bidang produk dan teknologi produksi, serta manajemen. Sasaran dari kegiatan HKI ini adalah masyarakat umum, aparat pembina industri khususnya pelaku IKM dalam rangka peningkatkan pemahaman, motivasi memberikan perlindungan terhadap hasil karya intelektual, menghindarkan pelanggaran hukum terkait dengan HKI. Untuk memudahkan IKM dalam menerapkan HKI, Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah memberikan fasilitas berupa bantuan biaya pendaftaran untuk hak cipta, merek, paten, dan desain industri bagi IKM, termasuk juga bantuan bimbingan teknis pengisian formulir prndaftaran dan penjelasan terhadap persyaratan-persyaratan untuk dilampirkan pada permohonan pendaftaran seperti
29
pembuatan drafting paten untuk pendaftaran paten, desain grafis pembuatan merek, dan lain-lainnya melalui Klinik Konsultasi HKI – IKM. Adapun beberapa manfaat dari HKI antara lain : a.
Bagi dunia usaha, adanya perlindungan terhadap penyalahgunaan atau pemalsuan karya intelektual yang dimilikinya oleh pihak lain di dalam negeri maupun di luar negeri. Perusahaan yang telah dibangun mendapat citra yang positif dalam persaingan apabila memiliki perlindungan hukum di bidang HKI.
b.
Bagi inventor dapat menjamin kepastian hukum baik individu maupun kelompok serta terhindar dari kerugian akibat pemalsuan dan perbuatan curang pihak lain.
c.
Bagi pemerintah, adanya citra positif pemerintah yang menerapkan HKI di tingkat WTO. Selain itu adanya penerimaan devisa yang diperoleh dari pendaftaran HKI.
d.
Adanya kepastian hukum bagi pemegang hak dalam melakukan usahanya tanpa gangguan dari pihak lain.
e.
Pemegang hak dapat melakukan upaya hukum baik perdata maupun pidana bila terjadi pelanggaran/peniruan.
f.
Pemegang hak dapat memberikan izin atau lisensi kepada pihak lain.
Gambar 2.3 Prosedur Tata Cara Pendaftaran HKI Melalui KKH – IKM
2.2.7. Prosedur Pendaftaran Merek 30
Dikutip dari Buku Paduan Klinik Konsultasi HKI – IKM Kementerian Perindustrian Ditjen Industri Kecil dan Menengah, tahapan tata cara prosedur pendaftaran merek yaitu sebagai berikut : 1.
Mengajukan permohonan pendaftaran merek dengan melampirkan : a.
Formulir pendaftaran merek rangkap 4 (empat)
b.
Surat Pernyataan kepemilikan merek, bermaterai Rp. 6.000,-
c.
Identitas diri berupa fotocopy KTP dari pemilik merek
d.
Foto copy NPWP dan akte pendirian Badan Hukum yang dilegalisir notaris bagi pemohon atas nama Badan Hukum.
e.
Etiket Merek sebanyak 26 (duapuluh enam) lembar dengan ukuran maksimal 9 x 9 cm dan minimal 2 x 2 cm
f. 2.
Contoh fisik produk yang didaftarkan Pemeriksaan permintaan pendaftaran merek.
a.
Pemeriksaan Formal Pemeriksaan formal adalah pemeriksaan atas kelengkapan persyaratan administratif yang ditetapkan.
b.
Pemeriksaan Substantif Pemeriksaan substantif adalah pemeriksaan terhadap merek yang diajukan apakah dapat didaftarkan atau tidak, berdasarkan persamaan pada keseluruhan, persamaan pada pokoknya, atas merek sejenis milik orang lain, sudah diajukan mereknya terlebih dahulu oleh orang lain.
Gambar 2.4 Prosedur Pendaftaran Merek
31
32
2.3. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.5 Kerangka Pemikiran
33