BAB 2 BAHAN DAN METODE
2.1 Metode Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2009- Juli 2010 di Danau Lut Tawar. Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun adalah dengan metode “Purposive Random Sampling” dengan menggunakan 3 stasiun pengamatan. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 kedalaman, yaitu 0 meter (permukaan), 3 meter, dan 6 meter. Pembagian kedalaman didasarkan pada batas penetrasi cahaya yaitu 6 meter yang diukur pada saat survei.
2.2 Deskripsi Area a. Stasiun I
Stasiun ini terletak di desa Toweran Tua dan merupakan lokasi yang sama sekali tidak memiliki aktivitas dan dijadikan sebagai daerah kontrol, yang secara geografis terletak pada 40 36’ 01,8’’ LU & 960 54’ 16,3’’BT.
Gambar 2.2.1 Foto Lokasi Penelitian Stasiun I
Universitas Sumatera Utara
b. Stasiun II Stasiun ini terletak di Desa Toweran Uken yang secara geografis terletak pada 40 36’ 19,4’’ LU & 960 51’ 37,2’’ BT. Pada daerah ini terdapat aktivitas seperti budidaya ikan berupa keramba, tempat penangkapan ikan, dan di sekitar danau terdapat pertanian.
Gambar 2.2.2 Foto Lokasi Penelitian Stasiun II
c. Stasiun III
Stasiun ini terletak di desa Bale Bujang yang merupakan outlet atau keluaran air dari Danau Laut Tawar ke Sungai Pesuangan, dan dekat dengan daerah pemukiman, secara geografis terletak pada 40 37’ 04,6’’ LU & 960 51’37,2’’ BT.
Gambar 2.2.3 Foto Lokasi Penelitian Stasiun III
Universitas Sumatera Utara
2.3 Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember 5 liter, plankton net, botol film, botol winkler gelap, botol winkler terang, lamnot, spit, botol alkohol, pipet volume, spektrofotometer, kertas saring 0,45 µm, lemari pendingin, gelas fiber, erlenmeyer 125 ml, termometer, pH meter, keping secchi, lux meter, GPS, kertas label, lakban, tissue, pipet tetes, termos es, cool box, tool box, camera digital.
Bahan yang dipergunakan adalah MnSO4, KOH-KI, H2SO4, Na2S2O3 0,00125 N, Amilum, Brucine Sulfat Sulfanic Acid, NaCl, Amstrong Reagen, Ascorbic Acid.
2.4 Pengambilan Sampel Fitoplankton
Sampel air pada masing-masing stasiun pengamatan diambil berdasarkan kedalaman 0 meter, 3 meter, dan 6 meter. Untuk sampel air pada permukaan (0 meter), diambil dengan menggunakan ember 5 liter. Sedangkan untuk pengambilan sampel air pada kedalaman 3 meter dan 6 meter dilakukan dengan menggunakan lamnot dan panjang tali lamnot disesuaikan dengan kedalaman yang telah ditentukan. Air dalam lamnot dimasukkan ke dalam ember 5 liter sampai ember tersebut penuh. Dilakukan pengulangan 5 kali pada masing-masing kedalaman sehingga didapatkan 25 liter air dari masing-masing kedalaman. Kemudian air dalam ember 5 liter dituang ke dalam plankton net. Air yang tersisa di dalam bucket diambil dan dimasukkan ke dalam 2 botol film dan diteteskan lugol sebanyak 3 tetes pada masing-masing botol film, setelah itu botol film ditutup dan diberi label (Hutabarat, 2000, hal: 24). Kemudian diidentifikasi menggunakan buku identifikasi menurut Edmondson (1963).
Universitas Sumatera Utara
2.5 Pengukuran Nilai Produktivitas Primer
Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan menggunakan metode botol terang dan gelap. Pada masing-masing kedalaman direndam satu botol terang dan satu botol gelap. Dilakukan ulangan pada masing-masing titik pengamatan sebanyak 2 kali, sehingga terdapat 2 botol gelap dan 2 botol terang pada masing-masing kedalaman. Untuk mendapatkan sampel air dari kedalaman 3 meter dan 6 meter digunakan lamnot. Sebelum botol direndam, DO awal dari setiap kedalaman diukur terlebih dahulu. Perendaman botol-botol ini dimulai pada pukul 10. 00 - pukul 17.00 WIB. Selanjutnya botol-botol tersebut diambil, lalu diukur DOakhir dan dihitung nilai produktivitas primernya (Pitoyo dan Wiryanto, 2001, hal: 189).
2.6 Pengukuran Konsentrasi Klorofil a
Sampel air untuk pengukuran konsentrasi klorofil a diambil dari setiap kedalaman sebanyak 1000 ml (Fieux et al., 1996, hal: 19). Kemudian sampel air disaring menggunakan kertas saring 0,45 µ dan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu minimal 2- 4 ºC. Kertas saring kemudian dimasukkan ke dalam gelas fiber dan kemudian diekstraksi dengan 10 ml larutan aseton sambil dikocok sampai campuran tersebut berwarna hijau. Setelah didapatkan campuran berwarna hijau, kemudian diukur absorban klorofil a dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 664 nm, 647 nm, 630 nm. Bagan kerja terlampir (Lampiran G).
2.7 Pengukuran Faktor Fisik Kimia
Faktor fisik-kimia yang diukur adalah temperatur, penetrasi cahaya, intensitas cahaya, Power of Hydrogen (pH), Dissolved Oxygen (DO), kejenuhan oksigen, Biochemical Oxygen Demand (BOD), kandungan fosfat dan nitrat.
Universitas Sumatera Utara
a. Temperatur ( 0C) Pengukuran temperatur baik di permukaan maupun pada kedalaman 3 meter dan 6 meter dilakukan dengan menggunakan termometer air raksa. Untuk pengukuran temperatur air pada kedalaman 3 meter dan 6 meter, digunakan lamnot untuk mengambil sampel air. Sampel air yang didapat segera diukur temperaturnya (McPhaden dan Hayes, 1991, hal: 96).
b. Penetrasi Cahaya (m) Diukur dengan menggunakan keping secchi. Keping secchi dibenamkan ke dalam air hingga tidak terlihat dari permukaan, kemudian diukur panjang talinya (Kusnawidjaya, 1983, hal: 87).
c. Intensitas Cahaya Pengukuran intensitas cahaya dilakukan dengan menggunakan Lux meter. Nilai yang tertera pada alat tersebut adalah nilai dari intensitas cahaya yang masuk ke badan perairan (Prezelein, 1982, hal: 43).
d.
pH
Derajat keasaman diukur dengan menggunakan pH meter, yaitu dengan memasukkan pH meter ke dalam sampel air yang didapat dari tiap kedalaman hingga angka yang ditampilkan pada alat konstan (Nontji, 1974, hal: 16).
e. Dissolved Oxygen (DO) Oksigen terlarut diukur dengan menggunakan metode Winkler. Sampel air diambil dari badan perairan kemudian diukur nilai oksigen terlarutnya. Bagan kerja terlampir (Lampiran B).
Universitas Sumatera Utara
f. Kejenuhan Oksigen Kejenuhan oksigen dihitung dengan menggunakan rumus tingkat kejenuhan oksigen. Untuk itu, perlu dilakukan pengukuran konsentrasi oksigen dan temperatur air pada setiap kedalaman (Sapulete dan Birowo,1990,hal: 200).
g.
Biological Oxigen Demand (BOD)
Pengukuran BOD juga dilakukan dengan metode Winkler. Namun, sampel air dari setiap kedalaman terlebih dahulu diinkubasi pada temperatur 20 0C selama lima hari (Barus, 2004, hal:66). Kemudian diukur nilai oksigen yang terlarut dengan metode Winkler. Nilai tersebut dianggap sebagai nilai DO akhir. Kadar BOD akan diketahui setelah mengurangkan DOawal dengan DOakhir. Bagan kerja terlampir (Lampiran D). h.
Kadar Nitrat dan Fosfat Pengukuran nitrat dan fosfat diukur dengan alat spektrofotometer, bagan kerja
terlampir (Lampiran E dan F).
Tabel 2.7.1 Alat dan Satuan yang dipergunakan dalam pengukuran faktor dan fisik kimia perairan No Parameter Fisik dan Kimia Satuan Alat Tempat Pengukuran 0 1. Temperatur Air C Termometer Air In-Situ Raksa 2. Penetrasi Cahaya m Keping Secchi In-Situ 3. Intensitas Cahaya Candella Lux meter In-Situ 4. pH (Derajat Keasaman) pH meter In-Situ 5. DO (Oksigen Terlarut) mg/l Metode Winkler In-Situ 6. Kejenuhan Oksigen % In-Situ 7. BOD5 mg/l Metode Winkler Laboratorium 8. Nitrat mg/l Spektrofotometer Laboratorium 9. Fosfat mg/l Spektrofotometer Laboratorium
Universitas Sumatera Utara
2.8 Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menghitung tingkat kejenuhan oksigen, nilai produktivitas primer fitoplankton, kandungan klorofil a fitoplankton, kelimpahan fitoplankton, uji f dan analisis korelasi.
a. Kejenuhan Oksigen Harga kejenuhan oksigen (%) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kejenuhan(%) =
O 2[u ] × 100% O 2[t ]
O2 [u] = nilai konsentrasi oksigen yang diukur (mg/l) O2 [t] = nilai konsentrasi oksigen sebenarnya (pada tabel) sesuai dengan besarnya temperatur (Barus, 2004, hal: 59) b. Produktivitas Primer Cara yang umum dipakai dalam mengukur produktivitas primer suatu perairan adalah dengan menggunakan botol gelap dan botol terang. Botol terang dipakai untuk mengukur laju fotosintesa yang disebut juga sebagai produktivitas primer kotor (= jumlah total sintesis bahan organik yang dihasilkan dengan adanya cahaya), sementara botol gelap digunakan untuk mengukur laju respirasi. Produktivitas primer dapat diukur sebagai produktivitas kotor dan atau produktivitas bersih. Hubungan di antara keduanya dapat dinyatakan sebagai berikut: Produktivitas bersih (PN)= Produktivitas kotor (PG )- Respirasi (R) R = [O2 ] awal - [O2 ] akhir pada botol gelap Pg= [O2 ] akhir pada botol terang - [O2 ] akhir pada botol gelap Untuk mengubah nilai mg/l oksigen menjadi mg C/m3, maka nilai dalam mg/l dikalikan dengan faktor 375,36. Hal ini akan menghasilkan mg C/m3 untuk jangka waktu
Universitas Sumatera Utara
pengukuran. Untuk mendapatkan nilai produktivitas dalam satuan hari, maka nilai per jam harus dikalikan dengan 12 (mengingat cahaya matahari hanya diperoleh selama 12 jam per hari) (Barus, 2004, hal: 112-113).
c. Konsentrasi Klorofil a Perhitungan Kandungan Klorofil dihitung dengan metode yang digunakan oleh Seameo Biotrop et al., (2002, hal:1) sebagai berikut: Konsentrasi Klorofil-a = 11,58 (OD664)-1,54 (OD647)-0.08(OD 630) (Ca-mg/l) Konsentrasi Klorofil-a (mg/m3) =
Ca × Volumeekstrak , L Volumesampel , m 3
Keterangan: 11,58 = koefisien absorbsi 1,54
= koefisien absorpsi
0,08
= koefisien absorbsi
d. Kelimpahan Fitoplankton
Jumlah fitoplankton yang ditemukan
dihitung jumlah individu per liter dengan
menggunakan alat Haemocytometer dan menggunakan rumus modifikasi menurut Isnansetyo dan Kurniastuty (1995), yaitu:
N=
T P V l × × × L p v W
Keterangan: N= jumlah plankton per liter T = luas penampang permukaan Haemocytometer (mm2) L = luas satu lapang pandang (mm2) P = jumlah plankter yang dicacah p = jumlah lapang yang diamati W= volume air media yang disaring dengan plankton net V = volume konsentrasi plankton (ml) v = volume konsentrat di bawah gelas penutup (ml)
Universitas Sumatera Utara
Karena sebagian besar dari unsur-unsur rumus ini telah diketahui pada Haemocytometer, yaitu T = 196 mm2 dan v = 0,0196 ml (19,6 mm3) dan luas penampang pada Haemocytometer sama dengan hasil kali antara luas lapang pandang (L) dengan jumlah lapang yang diamati, sehingga rumusnya menjadi :
N=
PV × ind / l 0,0196W
(Isnansetyo dan Kurniatuty, 1995)
e. Uji f dan Analisa Korelasi
Uji f digunakan untuk membandingkan nilai produktivitas primer fitoplankton berdasarkan perbedaan lokasi pengamatan dan kedalaman, sedangkan analisis korelasi Pearson dengan metode komputerisasi SPSS Ver. 16.00 digunakan untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang berkolerasi
terhadap nilai produktivitas primer
fitoplankton (Hartono, 2004, hal: 68, 207).
Universitas Sumatera Utara