BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Industri kuliner di Indonesia saat ini sedang berkembang dengan cepat. Salah satu industri kuliner yang berkembang adalah Restoran. Hal ini dikarenakan perubahan tren sosial yang menyebabkan meningkatnya kebiasaan masyarakat Indonesia untuk makan di restoran. Berdasarkan riset dari Qraved.com, tercatat sebesar 380 juta kali orang Indonesia melakukan kunjungan ke restoran sepanjang tahun 2013 (Sugiyarto, 2014 melalui www.tribunnews.com). Restoran menurut Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 53/M-
DAG/PER/8/2012 Pasal 1 Ayat 5 adalah usaha yang menyediakan makanan dan minuman dilengkapi peralatan dan perlengkapan untuk proses penyimpanan dan penyajian yang berada dalam satu tempat yang tidak berpindah-pindah. Berdasarkan data statistik yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) diketahui bahwa laju pertumbuhan dari sektor restoran mengalami penurunan dan peningkatan dari tahun 2011 sampai dengan 2014 seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Sektor Restoran Dari Tahun 2011-2014. Triwulan
Triwulan
Triwulan
Triwulan
I
II
III
IV
2011
4,62
4,47
4,32
4,16
4,39
2012
3,36
3,27
3,65
4,22
3,62
2013
5,89
5,76
5,49
5,24
5,59
2014
5,51
5,62
5,34
4,96
5,36
Tahun
Rata-Rata
Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015
Dari Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan pada tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,77%, pada tahun 2012 sampai 2013 mengalami peningkatan sebesar 1,97%, dan pada tahun 2013 sampai 2014 mengalami penurunan sebesar 0,23%. Perubahan laju pertumbuhan tersebut dapat dapat dilihat pada grafik yang ada di Gambar 1.1. 1
2
Sumber : Sumber : Badan Pusat Statistik, 2015 (Data diolah)
Gambar 1.1 Grafik Laju Pertumbuhan Pada Tahun 2011-2014
Dari grafik tersebut disimpulkan bahwa sektor restoran pada saat ini sedang mengalami kenaikan laju pertumbuhan setiap tahunnya. Kenaikan laju pertumbuhan disetiap tahun tidak sama dan pada tahun tertentu mengalami penurunan dibandingkan pada tahun sebelumnya sehingga sulit untuk diantisipasi.
Untuk
mengantisipasi
hal
tersebut,
suatu
restoran
perlu
meningkatkan dan memaksimalkan kinerja dari setiap bagian operasional yang dimiliki yaitu dengan peramalan dan pengendalian terhadap sistem penyimpanan maupun logistik. Peramalan adalah penggunaan data untuk menguraikan kejadian yang akan datang di dalam menentukan sasaran yang diinginkan (Tampubolon, 2014:41). Peramalan digunakan untuk memperkirakan kejadian yang akan datang sehingga dapat digunakan untuk meramalkan ekonomi, teknologi, dan permintaan sehingga dapat membuat perencanaan dimasa depan. Dalam suatu restoran, peramalan dapat digunakan untuk memprediksi jumlah penggunaan bahan baku yang akan terjadi dimasa depan sehingga dapat mengantisipasi biaya persediaan yang akan dikeluarkan. S, Kot; dkk (2011) menjelaskan bahwa penyebab dari biaya terus meningkat adalah tingkat persediaan yang berlebih di seluruh rantai pasokan karena ketidakmampuan dari tingkat pasokan ketingkat permintaan di pasar yang
3 mengakibatkan persediaan surplus dan untuk mengurangi tingkat persediaan tersebut perlu dilakukan peramalan permintaan di pasar melalui prognosis pasar yang bekerjasama dengan semua link dalam rantai pasokan. Penyimpanan barang berguna untuk dapat menjamin ketersediaan suatu barang bila sewaktu-waktu dibutuhkan dan juga untuk mendata apabila terjadi kekosongan persediaan atau kelebihan persediaan. Perusahaan yang mampu mengendalikan persediaan barang dapat memberikan keuntungan dengan meminimalisasi biaya seperti yang dikatakan Freddy (2007:7) bahwa persediaan mempunyai tujuan antara lain yaitu menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang, menghilangkan risiko barang yang rusak, mempertahankan stabilitas penggunaan mesin yang optimal, dan memberi pelayanan yang sebaikbaiknya bagi konsumen. Menurut Mathew, Aju; Somasekaran, E. M. (2013) peramalan yang tidak efektif akan mengakibatkan tingkat persediaan tidak akurat, untuk mengatasi hal tersebut dilakukan model peramalan bersama dengan model pengendalian persediaan yaitu economic order quantity (EOQ) dengan cara mengoptimalkan kuantitas pesanan untuk setiap produk ketika pesanan ditempatkan dan mengurangin stok produk perusahaan. Hasil dari
penelitian tersebut
menunjukan bahwa jika perusahaan mengimplementasikannya akan mampu mengurangi total biaya sekitar 20%. PT. Eatertainment Indonesia adalah perusahaan franchisor dari restoran Papa Ron’s Pizza yang didirikan pada tahun 2000. Restoran Papa Ron’s Pizza sudah membuka 25 outlet di seluruh Indonesia dimana 3 outlet diantaranya dimiliki oleh PT. Eatertainment Indonesia dan 22 outlet lainnya adalah franchise. Sistem persediaan yang diterapkan oleh PT. Eatertainment Indonesia pada restoran Papa Ron’s Pizza yaitu sistem persediaan minimal 1,5 dari penggunaan yang biasanya digunakan oleh banyak restoran. Sistem tersebut menyediakan persediaan yang lebih besar setengah dari penggunaanya dari tahun lalu sehingga jika terjadi permintaan yang tidak terduga dapat ditanggani oleh pihak restoran. Proses pemesanan persediaan dari bahan baku dilakukan oleh Storeman yang memiliki tanggung jawab untuk mengawasi jumlah bahan baku dan melakukan pemesanan setiap hari Senin dan Kamis. Pemesanan setiap hari Senin dan Kamis dilakukan untuk menjaga pasokan bahan baku dari pemintaan yang tinggi setiap hari Selasa, Sabtu, dan Minggu di Restoran Papa
4 Ron’s Pizza. Restoran Papa Ron’s Pizza memiliki berbagai macam bahan baku yang digolongkan dalam beberapa jenis. Salah satu bahan baku yang penting bagi perusahaan adalah keju Mozzalella Shredded dimana bahan baku tersebut menjadi bahan baku utama seperti pada menu Pizza, Calzones, dan Pasta. Pada tahun 2015, perusahaan harus mengeluarkan biaya bahan baku keju sebesar Rp 448.500.492 dan melakukan 112 kali pemesana bahan baku. Berikut adalah data persediaan yang dimiliki perusahaan.
Tabel 1.2 Persediaan Bahan Baku Keju Mozzalella Shredded Tahun 2015 Persediaan
Bulan
Awal
Pembelian
Persediaan Akhir
Penggunaan
Sisa
Januari
2015
109.00
432.00
541.00
494,00
47,00
Februari
2015
47.00
480.00
527.00
454,50
72,50
Maret
2015
72.50
444.00
516.50
454,50
62,00
April
2015
62.00
420.00
482.00
412,00
70,00
Mei
2015
70.00
425.00
495.00
451,00
44,00
Juni
2015
44.00
540.00
584.00
512,50
59,50
Juli
2015
59.50
576.00
635.50
557,00
78,50
Agustus
2015
78.50
432.00
510.50
444,00
66,50
September 2015
66.50
444.00
510.50
448,50
62,00
Oktober
2015
62.00
444.00
506.00
422,00
84,00
Novembe
2015
84.00
492.00
576.00
447,00
129,00
Desember
2015
129.00
552.00
681.00
539,40
141,60
Sumber : PT. Eatertainment Indonesia, 2015
Berdasarkan data yang didapatkan dari perusahaan, terlihat bahwa penggunaan bahan baku lebih kecil dibandingkan persediaan sehingga setiap bulan mengalami sisa persediaan yang cukup besar. Sisa persedian tersebut akan menyebabkan timbulnya biaya penyimpanan tambahan sehingga perusahaan harus meningkatkan anggaran untuk pembelanjaan bahan baku keju karena perusahaan memiliki batas anggaran operasional dalam pembelian bahan baku selama 1 tahun.
5 Dari permasalahan yang terjadi, untuk mengatasi hal tersebut menggunakan manajemen
operasi,
dalam
hal
ini
pengendalian
persediaan
dengan
menggunakan metode Forecasting, EOQ (Economic Order Quantity) dan simulasi Monte Carlo. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian Persediaan dengan Metode EOQ dan Simulasi Monte Carlo Pada PT. Eatertainment Indonesia”.
1.2 Formulasi Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, penulis mengidentifikasikan masalah yang akan dijabarkan sebagai berikut: a. Menentukan metode apakah yang tepat digunakan untuk melakukan peramalan penggunaan bahan baku keju PT. Eatertainment Indonesia? b. Berapa jumlah pemesanan keju yang optimal agar meminimalkan biaya persediaan? c. Bagaimana perbandingan metode EOQ dan Simulasi Monte Carlo dalam meminimalkan biaya persediaan keju PT. Eatertainment Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan formulasi masalah yang ada, tujuan penelitian yang dilakukan sebagai berikut: a. Untuk menentukan metode apakah yang tepat digunakan untuk melakukan peramalan penggunaan bahan baku keju PT. Eatertainment Indonesia? b. Untuk mengetahui berapa jumlah pemesanan keju yang optimal agar meminimalkan biaya persediaan? c. Untuk mengetahui perbandingan metode EOQ dan Simulasi Monte Carlo dalam meminimalkan biaya persediaan keju PT. Eatertainment Indonesia?
1.4 Batasan Masalah Agar penelitian lebih fokus dan tidak keluar dari pembahasan yang dimaksud, penulis membatasi pada ruang penelitian sebagai berikut: a. Penelitian difokuskan pada outlet Papa Ron’s Pizza yang berlokasi di Pondok Pinang Center Blok C 26.
6 b. Bahan baku yang diteliti adalah bahan baku keju Mozzalella Shredded dari Mulia Raya. Difokuskan pada bahan baku tersebut untuk memperkirakan total biaya yang akan dikeluarkan untuk periode satu tahun.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini berguna bagi pihak perusahaan dan bagi penulis. Diharapkan pula hasil penelitian ini dapat berguna bagi para pembaca. Adapaun manfaat dari penelitian ini dikemukakan kedalam dua sisi, yaitu: a. Manfaat teoritis: •
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
dan
mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah ada tentang manajemen operasional khususnya mengenai peramalan dan pengendalian persediaan stok barang. •
Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai informasi dan masukan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian mengenai peramalan dan pengendalian persediaan yang dipakai dalam suatu perusahaan.
b. Manfaat praktis: •
Menambah pengetahuan penulis tentang manajemen operasional khususnya mengenai peramalan dan pengendalian persediaan dalam mengaplikasikan teori yang telah dipelajari dengan menerapkan dalam penelitian secara langsung.
•
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi perusahaan untuk
memaksimalkan
penggunaan
persediaan
dan
meminimalkan biaya yang diterima oleh PT. Eatertainment Indonesia sehingga perusahaan dapat mengetahui tentang pengendalian persediaan bahan baku yang tepat.
7 1.6 State of Art Tabel 1.3 State of Art Metode
Nama
Penelitian
Pengarang
Judul Jurnla
Hasil Penelitian
Variance
S.L. Adeyemi
Kamla-Raj, Vol.
Disimpulkan bahwa
Analysis,
dan A. O.
23 (2), 2010,
terdapat hubungan yang
Economic
Salami
“Iventory
positif antara persediaan
Order
Management: A
dan penjualan, dan antara
Quantity
Tool of
persediaan dan biaya
(EOQ), dan
Optimizing
produksi. Tingkat
Chi-square
Resources in a
persediaan dapat mejadi
Manufacturing
indikasi yang berguna dari
Industry A Case
tingkat penjualan yang
Study of Coca-
diharapkan sehingga
Cola Bottling
dianjurkan bahwa
Compant, Ilorin
departemen penjualan dan
Plant”,
pemasaran harus
2010p.135-142.
memperhatikan lebih dekat pola pertumbuhan penggunaan persediaan dan memasukannya dalam teknik peramalan penjualan.
Economic
Edi Suswardji,
Jurla
Pengendalian persediaan
Order
SE., MM., dan
Management,
bahan baku yang
Quantity
Ria
Vol.1, No.1,
dilakukan PT. NT Piston
(EOQ),
Ratnaningsih,
Oktober 2012,
Ring Indonesia belum
Reorder point SE.
“Analisis
sepenuhnya optimal
(ROP), Safety
Pengendalian
dibandingkan dengan
point
Persediaan
metode MRP teknik EOQ,
(Persediaan
Bahan Baku
ROP, dan safety Stock.
pengamanan),
Pada PT. NT
First In First
Piston Ring
8 Out (FIFO),
Indonesia di
Rata-rata
Karawang”,
tertimbang
2012p.10711086
Forecasting
Kot S.,
Polish Journal
Diketahui bahwa titik
dan Inventory
Grondys K.,
of Management
awal untuk pengurangan
dan Szopa R
Studie, Vol. 3,
tingkat persediaan
2011, “Theory
meramalkan permintaan di
of Inventory
pasar melalui prognosis
Management
pasar bekerjasama dengan
Based on
semua penghubung dalam
Forecasting”,
rantai pasokan. Oleh
2011p.148-156.
karena itu, dalam aspek peramalan permintaan, karakter data mengalir dan jenis kerjasama antara link sangat penting.
Artificial
Aju Mathew,
International
Diketahui bahwa, jika
Neural
E. M.
Journal of
perusahaan mengikuti
Network
Somasekaran
Scientific and
model persediaan yang
(ANN) dan
Nair, dan
Research
direkomendasikan maka
Exponential
Jenson Joseph
Publications,
akan mampu mengurangi
Smoothing
E
Vol. 3, No. 10,
total biaya sekitar 20%.
(ES)
October 2013, ISNN 22503153, “Demand Forecasting For Economic Order Quantity Inventory Management”,2 013p 1-6.
9 Reorder point Syaeful Arief,
Kaunia, Vol. IX, Pendekatan simulasi
(ROP) dan
No. 1, April
digunakan untuk
Simulasi
2013,
menghadapi variabilitas
Monte Carlo
“Pengendalian
permintaan, lead time
Persediaan
tidak stabil, dan pemasok
Menggunakan
yang membutuhkan
Simulasi
pembelian serial . Hasil
Berbasis
perhitungan dijalankan
Spreadsheet”,
untuk mencapai steady
2013p.53-62.
state yang mampu
dan Taufiq Aji
memberikan pengurangan total biaya persediaan secara signifikan. Forecasting,
Haryadi
Forum Ilmiah,
Diketahui bahwa metode
Inventory,
Sarjono dan
Vol. 9, No.2,
peramalan yang paling
dan Simulasi
Eriani Lestari
Mei 2012,
baik untuk digunakan
“Perencanaan
adalah metode regresi
Persediaan
linear karena memiliki
Dengan
kesalahan peramalan
Pendekatan
terkecil. Setelah itu
Metode Monte
dilakukan perhitungan
Carlo”,
mengenai jumlah
2012p.142-152.
pembelian produk yang
Monte Carlo
ekonomis dan simulasi monte carlo. Sumber: Jurnal Penelitian
10