KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU
Triwulan I Tahun 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Bambang Himawan
: Kepala Perwakilan
Christin R. Sidabutar
: Deputi Kepala Perwakilan
Dhony Iwan Kristanto
: Analis Ekonomi
Deded Tuwanda Prima
: Analis Ekonomi
Muhammad Fajar A.
: Analis Ekonomi
Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola ( governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme),
Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork (koordinasi & kerjasama)
Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas Bank Indonesia dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.
Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu Menjalankan kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai rupiah, stabilitas sistem keuangan, efektivitas pengelolaan uang rupiah dan kehandalan sistem pembayaran untuk mendukung pembangunan ekonomi daerah maupun nasional jangka panjang yang inklusif dan berkesinambungan.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaKajian Ekonomi Regional Provinsi Bengkulu Triwulan IV 2014 stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi Regional diterbitkan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi makro, moneter, perbankan dan prospek ekonomi Provinsi Bengkulu kedepan. Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan I 2015 tumbuh sebesar 5,44% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 7,65% (yoy). Terkait kajian dimaksud kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran dan/atau proses pengambilan kebijakan beberapa pihak terkait. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran membangun dari pengguna/pembaca demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.
Bengkulu, 20 Mei 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BENGKULU
Bambang Himawan Kepala perwakilan
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2 DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 1 DAFTAR TABEL ..................................................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR GRAFIK................................................................... Error! Bookmark not defined. RINGKASAN EKSEKUTIF ....................................................... Error! Bookmark not defined. BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I 2015 ........................................................ 6 1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sisi Penggunaan ........................................... 8 1.1.1 Konsumsi ........................................................................................................... 8 1.1.2 Investasi ........................................................................................................... 10 1.1.3 Ekspor dan Impor .................................................. Error! Bookmark not defined. 1.2 PDRB Sisi Sektoral ........................................................ Error! Bookmark not defined. 1.2.1 Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan. .......... Error! Bookmark not defined. 1.2.2 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil, dan Sepeda Motor ... Error! Bookmark not defined. 1.2.3 Sektor Konstruksi. ................................................. Error! Bookmark not defined. 1.2.4 Sektor Pertambangan dan Penggalian .................... Error! Bookmark not defined. 1.2.5 Sektor Industri Pengolahan .................................... Error! Bookmark not defined. 1.2.6 Sektor Transportasi dan Pergudangan ............................................................... 20 BOKS1 : KEDAULATAN PANGAN DI PROVINSI BENGKULU ............................................. 21 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULAN I 2015 ............ Error! Bookmark not defined. 2.1 Inflasi Menurut Kelompok Barang/Jasa ......................... Error! Bookmark not defined. 2.2 Perkembangan Inflasi Non Fundamental ................................................................. 33 2.3 Perkembangan Inflasi Fundamental (Core/Inti) ........................................................ 35 2.4 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi/Kota di Sumatera .............................................. 36 BOKS 2. DIVERSIFIKASI PANGAN DENGAN MENGKONSUMSI PISANG SEBAGAI BAHAN PANGAN ALTERNATIF ........................................................ Error! Bookmark not defined.
BAB III PERKEMBANGAN
STABILITAS SISTEM KEUANGAN
DAERAH DAN SISTEM
PEMBAYARAN ................................................................................................................ 41 3.1 Perkembangan Bank Umum .................................................................................... 42 3.1.1 Aset Bank Umum ............................................................................................. 42 3.1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga..................................................................... 43 3.1.3 Perkembangan Kredit / Pembiayaan .................................................................. 45 3.1.4 Risiko Stabilitas Sistem Keuangan........................... Error! Bookmark not defined. 3.1.5 Perkembangan Kredit Pembiayaan UMKM ............. Error! Bookmark not defined. 3.2 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Bank Umum ........................................ 50 3.3 Bank Perkreditan/ Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) ....................................... 52 3.4 Sistem Pembayaran ................................................................................................. 53 3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai ................................................................................. 53 3.4.1.1 Pemusnahan Uang Kartal ........................................................................... 54 3.4.1.2 Penemuan Uang Palsu................................................................................ 54 3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai .......................................................................... 55 3.4.2.1 Perkembangan Kliring Lokal ....................................................................... 55 3.4.2.2 Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) ..................................... 56 3.4.2.3 Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) ................................................. 57 BOKS 3. PERKEMBANGAN DUNIA USAHA MELAMBAT SELAMA TRIWULAN I ............ Error! Bookmark not defined. BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH ............................................................. 61 4.1 Pendapatan Daerah ................................................................................................ 61 4.2 Anggaran Belanja APBD Pemerintah Daerah ............................................................ 63 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH......................................... 65 5.1 Perkembangan Ketenagakerjaan ............................................................................. 65 5.2 Perkembangan Kesejahteraan ...................................... Error! Bookmark not defined. 5.3 Perkembangan Kemiskinan ..................................................................................... 68 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH ................................................................... 71 6.1 Perekonomian Triwulan II 2015 ............................................................................... 71
6.2 Inflasi Triwulan II 2015 ............................................................................................ 73 Lampiran.......................................................................................................................... 75
RINGKASAN EKSEKUTIF PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I 2015 Perekonomian Bengkulu triwulan I sebesar 5,44% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2015 melambat triwulan sebelumnya 5,66% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan perlambatan perekonomian nasional maupun Sumatera. Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi. Perlambatan konsumsi rumah tangga dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat. Sementara itu kendala teknis perubahan nomenklatur kementerian/lembaga dan pengesahan APBN-P 2015 yang baru dilaksanakan pada bulan Februari 2015 mengakibatkan penyerapan belanja pemerintah tidak maksimal. Di sisi sektoral, perlambatan bersumber Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Sektor Pertambangan dan penggalian,serta Sektor Konstruksi. Perlambatan cukup dalam terjadi di sektor konstruksi sebagai dampak masih terbatasnya penyerapan belanja infrastruktur Pemerintah dan turunnya kinerja investasi. Perlambatan Sektor Pertanian bersumber dari menurunnya produksi komoditas perkebunan (karet, sawit), sementara pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura masih tumbuh cukup baik memasuki periode panen. Perlambatan Sektor pertambangan dan penggalian, bersumber dari sub sektor penggalian sebagai dampak menurunnya sektor konstruksi. Disisi lain, kinerja pertambangan diperkirakan mengalami perbaikan yang dipicu depresiasi nilai tukar terhadap harga batubara.
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Tekanan inflasi Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan I tahun 2015 sebesar 7,65% (yoy) Provinsi Bengkulu melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 lalu sebesar 10,85% melambat (yoy). Perlambatan Inflasi terjadi pada kelompok Administered Prices dan Volatile Food. Laju inflasi Bengkulu pada triwulan laporan berada diatas inflasi nasional (5.04%) maupun inflasi rata-rata Sumatera (6.12%). Secara umum Inflasi Non Fundamental menunjukkan perlambatan
1
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik disisi Inflasi Administered
Price maupun Inflasi Volatile Food. Namun Inflasi Inti pada triwulan laporan menunjukkan kenaikan dengan tekanan yang lebih moderat
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Memasuki tahun 2015, stabilitas sistem keuangan di Provinsi Perbankan dan sistem pembayaran Bengkulu menunjukkan arah perbaikan. Hal ini tercermin dari Provinsi Bengkulu menurunnya LDR dan NPL dibandingkan triwulan sebelumnya. LDR pada dalam kondisi yang triwulan I 2015 mencapai 140,05% dengan tingkat NPL sebesar 2,67%. cukup baik Tingkat LDR di Bengkulu masih cenderung beresiko karena rasionya > 100 yang dipicu tingginya permintaan kredit namun kurang diimbangi kemampuan penghimpunan dana pihak ketiga. Disisi sistem pembayaran,
Pada triwulan I 2015, posisi
pengedaran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu mengalami net cash
inflow sejalan dengan siklus tahunan. Sementara transaksi non tunai kliring secara nominal mengalami pertumbuhan baik, namun disisi lain transaksi RTGS mengalami penurunan.
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah terhadap target anggaran lebih baik Penyerapan Belanja Daerah masih belum dibandingkan triwulan I 2014. Sementara penyerapan belanja daerah optimal terhadap anggaran pada triwulan I 2015 lebih rendah. Realisasi pendapatan Triwulan I 2015 mencapai 18,64% dari target anggaran, lebih baik dibandingkan Triwulan I 2014 yang mencapai 18,31% dari target anggaran. Sementara disisi belanja daerah, penyerapan sampai dengan Triwulan I 2015 mencapai 9,13% dari target anggaran sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar 10,32%.
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dan Nilai Tukar Petani (NTP) membaik
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi Bengkulu menunjukkan perbaikan. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 3,47% (Agustus 2014). Jumlah serapan tenaga kerja meningkat dengan porsi terbesar pada sektor pertanian sebesar 50,6%, disusul sektor jasa kemasyarakatan (18,1%) dan sektor PHR (17,2%).
2
Tingkat kesejahteraan masyarakat, khususnya petani di Provinsi Bengkulu
sedikit
mengalami
peningkatan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya. Namun tingkat kesejahteraan petani masih belum membaik, tercermin dari penurunan Nilai Tukar Petani (NTP) dan indeks yang masih dibawah 100. Persentase jumlah penduduk miskin pada September 2014 turun dibanding posisi Maret 2014. Jumlah penduduk miskin di Provinsi Bengkulu berjumlah 316.500 jiwa 17,09% dari total penduduk, turun dibandingkan persentase penduduk miskin pada Maret 2014 yang mencapai 17,48%. Penurunan penduduk miskin terutama terjadi di daerah perkotaan, sementara di pedesaan cenderung meningkat.
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Perekonomian Provinsi Bengkulu triwulan II 2015 diperkirakan tumbuh lebih baik, dengan tekanan inflasi meningkat
Perekonomian Triwulan II dierkirakan tumbuh sebesar 5.5
5.9 % (yoy)
meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.44%. (yoy). Disisi permintaan pertumbuhan diperkirakan didorong oleh konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Optimisme konsumsi rumah tangga dibangun oleh perkiraan peningkatan belanja masyarakat menjelang bulan Ramadhan, dan perayaan musim hajatan menjelang Ramadhan. Penyerapan fiskal yang terkendala pada triwulan I 2015 diperkirakan mulai mengalami peningkatan setelah disahkannya APBNP pada 13 Februari 2015. Selain itu kegiatan investasi dan ekspor diperkirakan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan I 2015. Inflasi Triwulan II diperkirakan berada pada kisaran 9.5-10% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7.65%. (yoy). Ekspektasi Inflasi diperkirakan meningkat pada triwulan II 2015 yang didorong oleh beberapa faktor : (i) musim hajatan menjelang bulan Ramadhan, (ii) meningkatnya konsumsi memasuki tahun ajaran baru, (iii) penyerapan belanja daerah meningkat sehingga pendapatan masyarakat yang terkait langsung dengan realiasasi anggaran akan berdampak.
3
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB I
PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO
INDIKATOR MAKRO
Pertumb uhan Ekonomi Bengkulu Triwulan IV 2014
Triwulan I 2015
5.66%yoy
5.44%yoy
$13.92 Juta
$2.90Juta
$49.84 Juta
$41.55 Juta
$652.10 /mt
$625.44 /mt
$1.93/mt
$1.83/mt
$56.16 /mt
$53.35 /mt
108.33
97.67
5
PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I 2015 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu pada triwulan I2015 sebesar 5,44% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya 5,66% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan perlambatan perekonomiannasional maupun Sumatera. Grafik 1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU
PERTUMBUHAN EKONOMI
9,600 9,400 9,200 9,000 8,800 8,600 8,400 8,200 8,000 7,800
5.80 5.70 5.60 5.50 5.40 5.30 5.20 5.10 5.00 4.90
PDRB (skala kiri) LPE (yoy; skala kanan)
I
II
III
IV
I
2013
II
III 2014
IV
I 2015
BENGKULU (% yoy)
TW IV 2014
Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari
TW
5.66 I 2015 5.44
konsumsi
SUMATERA (% yoy)
perekonomian
TW IV 2014 4.18 TW I 20153.53 NASIONAL (% yoy)
TW IV 20145.14 TW I 2015
4.71
rumah
tangga,
konsumsi
pemerintah
dan
investasi.Pangsa konsumsi rumah tangga yang cukup besar pada domestik
(65%)
mendorong perekonomian
Bengkulu secara umum melambat. Perlambatan konsumsi rumah tangga dipicu oleh melemahnya daya beli masyarakat yang dipengaruhi beberapa faktor antara lain (i) tren penurunan harga komoditas masih berlanjut meskipun sedikit diredam oleh depresiasi rupiah, (ii) kenaikan inflasi inti yang didorong oleh depresiasi nilai tukar dan penyesuaian harga produsen di awal tahun, (iii) penyerapan belanja daerah terkendala sehingga berpengaruh pada pendapatan kelompok masyarakat yang
Sumber : BPS Prov Bengkulu (diolah)
terkait langsung proyek-proyek fisik pemerintah.
6
% yoy
Miliar Rp
Sumber : BPS Prov. Bengkulu ADHK 2010, angka sementara (diolah)
PERLAMBATAN EKONOMI SISI PERMINTAAN
Sementara
itu
kendala
teknis
perubahan
nomenklatur
kementerian/lembaga dan pengesahan APBN-P 2015 yang baru dilaksanakan pada bulan Februari 2015 mengakibatkan penyerapan belanja pemerintah tidak maksimal dilakukan sejak awal tahun. Demikian halnya dengan kinerja investasi yang melambat,hal ini didorong oleh beberapa faktor non fundamental eksternal maupun domestik : (i) volatilitas nilai tukar yang tinggi mendorong investor untuk mengambil posisi wait and see, (ii) harga komoditas internasional masih dalam tren penurunan, serta (iii) proyek infrastruktur fisik Pemerintah belum terealisasi maksimal, karena masih dalam proses lelang/tender.
Di
sisi
sektoral,
Pertanian,
perlambatan
Kehutanan,
Pertambangan
dan
dan
bersumber Perikanan,
penggalian,serta
Sektor Sektor
PERLAMBATAN EKONOMI SISI PENAWARAN
Sektor
Konstruksi.1 Perlambatan cukup dalam terjadi di sektor konstruksi sebagai dampak masih terbatasnya penyerapan belanja infrastruktur Pemerintah dan turunnya kinerja investasi. Perlambatan
Sektor
Pertanian
bersumber
dari
menurunnya produksi komoditas perkebunan (karet, sawit), sementara pada sub sektor tanaman pangan dan hortikultura masih tumbuh cukup baik memasuki periode panen. Perlambatan Sektor pertambangan dan penggalian, bersumber dari sub sektor penggalian sebagai dampak menurunnya
sektor
konstruksi.
Disisi
lain,
kinerja
pertambangan diperkirakan mengalami perbaikan yang dipicu depresiasi nilai tukar terhadap harga batubara.
Mulai Periode triwulan IV 2014, analisis Pertumbuhan Ekonomi menggunakan struktur baru berdasarkan ADHK 2010. Analisis terkait Penyesuaian Pertumbuhan Ekonomi berdasarkan ADHK 2000 dan ADHK 2010 ditampilkan dalam Boks. 1
7
1.1 Produk Domestik Regional Bruto Sisi Penggunaan 1.1.1. Konsumsi
Konsumsi rumah tangga
tumbuh sebesar 6% (yoy),
lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,46% (yoy). Kondisi tersebut didorong beberapa faktor yaitu: (i) daya beli belum pulih seiring tren pelemahan harga komoditas yang masih berlanjut, meskipun sedikit diredam KONSUMSI RUMAHTANGGA
depresiasi rupiah, (ii) Tertundanya penyerapan belanja daerah
BENGKULU (% yoy)
memberikan efek dominopendapatan sektor rumah tangga yang
TW IV 20146.46
mempunyai
TW I 2015
pemerintahan,
6.00
keterkaitan (iii)
dengan
Kenaikan
proyek-proyek
inflasi
inti
di
sebagai
sektor dampak
penyesuaian harga-harga barang produsen di awal tahun.
Grafik 1.2 KONSUMSI RUMAH TANGGA DAN PERKEMBANGAN INFLASI INTI Sumber : BPS Prov. Bengkulu ADHK 2010, angka sementara (diolah)
Miliar Rp
5,800 5,600 5,400
6.60
7.00
6.40
6.50
6.20
6.00
6.00
5.50
5.80 5.60
5,200
% yoy
Konsumsi RT
6,000
5.40 5,000 4,800 I
II III IV
I
2013
Kons. RT
II III IV 2014
5.00 4.50
5.20
4.00
5.00
3.50
I
Inflasi Inti
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2013
2015
2014
2015
g(yoy)
Sumber : BPS Provinsi Bengkulu ADHK 2010, angka sementara, (diolah)
INDEKS PENDAPATAN RUMAH TANGGA
TW IV 2014100.58 TW I 2015
84.95
Berdasarkan
tendensi
konsumsi
pada
triwulan
I-2015,
Perlambatan konsumsi didorong oleh 2 faktor utama yaitu menurunnya
pendapatan
konsumen
dan
menurunnya
konsumsi barang non makanan. Indeks pendapatan rumah tangga hanya mencapai 84.95 sementara indeks konsumsi non makanan sebesar 97.03 dibawah ambang normal = 100. Tekanan inflasi inti dampak depresiasi nilai tukar diperkirakan menjadi salah satu pemicunya.
8
Melambatnya
INDEKS KONSUMSI NON MAKANAN
konsumsi
non
makanandikonfirmasimelambatnya pertumbuhan pembelian kendaraan baru.Pertumbuhan kendaraan roda empat pada
TW IV 2014
114.85
TW I 2015
triwulan laporan terkontraksi sebesar 8,09% (yoy) lebih rendah dibandingkan
97.03
triwulan
sebelumnya
yang
mencatatkan
pertumbuhan mencapai 11,09% (yoy). Sementara pertumbuhan kendaraan roda dua mengalami kontraksi yang semakin dalam
INFLASI INTI (% yoy)
TW IV 2014
dari 22,88% (yoy) menjadi 33,97% (yoy) pada triwulan I 2015.
5.54
TW I 2015
Kredit Kepemilikan Kendaraan tercatat melambat, hanya sebesar 21,51% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya
6.55
sebesar 37,24% (yoy) Grafik 1.3 KREDIT PEMILIKAN KENDARAAN DAN PERKEMBANGAN JUMLAH KENDARAAN BARU Sumber : LBU BI dan Dispenda Prov. Bengkulu, diolah
150 100 50 0 -50 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2012
2013
2014
2015
Nominal (Rp Miliar)
50 40 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40 -50
% yoy
1,200 1,000 800 600 400 200 0
yoy
Rp Miliar
Kredit Kendaraan Bermotor
Kendaraan Bermotor
1
2
3
4
1
2012
2
3
2013
4
1
2
3
2014
4
1 2015
Kendaraan R4 Kendaraan R2
Pertumbuhan (yoy)-rhs Sumber : LBU BI dan Dispenda Provinsi Bengkulu, diolah
PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI
Menurunnya tingkat pendapatan masyarakat secara agregat direspon masyarakat melaluisumber pembiayaan lainnya. Kredit konsumsi mengalami kenaikan dan terjadi perlambatan
TW IV 2014
15.49
tabungan masyarakat di perbankan. Tercatat pertumbuhan
TW I 2015
16.78
kredit
sebesar
16,78%
(yoy)
meningkat
dibandingkan
pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,49% (yoy). Perlambatan tabungan masyarakat tercatat pada triwulan laporan yang tumbuh 3,43% (yoy) lebih dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,91% (yoy)
9
Konsumsi Pemerintah melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, tercatat hanya sebesar0,92% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,46% (yoy). Kendala teknis perubahan nomenklatur kementerian/lembaga
KONSUMSI PEMERINTAH
mendorong penyerapan belanja pemerintah tertunda. Hal ini
BENGKULU (% yoy)
dikonfirmasi giro pemerintah yang ada di perbankan. Tercatat saldo giro milik pemerintah pada triwulan I 2105 relatif cukup
TW IV 2014 TW
10.46 I 2015 0.92
tinggi sebesar 2,1 Triliun, dibandingkan triwulan lalu hanya 1,6 Triliun.
Grafik 1.4 PERKEMBANGAN GIRO PEMERINTAH DAN BELANJA DAERAH Sumber : LBU BI dan Biro Keuangan Setdaprov Bengkulu (diolah) Rp Miliar
yoy
Giro Pemerintah
4,000
100
3,000
50
2,000
0
1,000
-50
0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2012
2013
Nominal (Rp Miliar)
Rp Miliar
1
2014 2015 Pertumbuhan (yoy)-rhs
1.2.
Realisasi Belanja Daerah
1,000 800 600 400 200 0 2
3
4
2013
1
2
3
4
2014
1 2015
Investasi
Investasi
mengalami
perlambatan,
Investasi
yang
tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) hanya tumbuh sebesar 1,83% (yoy) jauh lebih rendah
PDRB INVESTASI
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,39%
BENGKULU (% yoy)
(yoy). Perlambatan investasi ini didorong oleh beberapa faktor
TW IV 2014 TW I 2015
5.39 1.83
yaitu (i) Serapan belanja modal Pemerintah masih terbatas, (ii) Kondisi nilai tukaryang berfluktuatif mendorong investor wait
and see, khususnya pada beberapa Pabrik Kelapa Sawit yang berencana akan dibangun di Bengkulu, (iii) Beberapa proyek infrastruktur Pemerintah masih dalam tahapan lelang dan pekerjaan fisik masih terbatas, (iv) kenaikan harga barang-barang kebutuhan konstruksi impor.
10
BELANJA MODAL (Rp) Melambatnya
pertumbuhan
investasi
dipengaruhi
oleh
rendahnya realisasi anggaran pemerintah. Hingga triwulan I-
TW IV 2014
147,36M
2015 anggaran belanja modal yang sudah direalisasikan sebesar
TW I 2015
95,4 Jt
Rp95,4 Juta, angka ini jauh dibawah realisasi triwulan lalu yang
PMA (US$ Juta) mencapai Rp147,36 Miiar. Melambatnya pertumbuhan investasi
TW IV 2014 TW I 2015
juga dikonfirmasi dari kontraksi penjualan semen di Bengkulu.
13.92
Selama triwulan I 2015 angka penjualan semen berkontraksi
2.90
sebesar 9,28% (yoy).
Investasi Penanaman Moal Asing menurun dari US13,92 juta pada triwulan IV 2014 menjadi hanya sebesar US$ 2,90 juta pada triwulan I 2015. Melambatnya pertumbuhan investasi pada triwulan laporan juga dapat dikonfirmasi dari hasil liasion terutama pada perusahaan kelapa sawit. Masih rendahnya harga ekspor CPO dan fluktuasi nilai tukar membuat perusahaan menunda rencana investasi dalam bentuk pembukaan lahan baru,
replanting, maupun pembangunan pabrik pengolahan CPO. Grafik 1.5 PERKEMBANGAN KREDIT INVESTASI DAN REALISASI SEMEN Sumber : LBU BI dan Asosiasi Semen (diolah)
Rp Miliar
Kredit Investasi
yoy
Ton
Realisasi Semen
200,000
3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 500 0
50 40 150,000 30 100,000 20 10 50,000 0 0 -10 -20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2012
2013
2014 2015
Nominal (Rp Miliar)
yoy 30 20 10 0 -10 -20 -30 -40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2012
2013
2014 2015
Volume (ton) Pertumbuhan (yoy)-rhs
Pertumbuhan (yoy)-rhs
11
1.3.
Ekspor Impor
Kinerja ekspor meningkat, terutama ditunjang ekspor antar
daerah.
Ekspor
tumbuh
8,68%
(yoy)
meningkat
dibandingkan triwulan IV-2014 yang tumbuh sebesar 1,85% (yoy). Memasuki musim panen padi pada triwulan I 2015, ekspor
EKSPOR
komoditas antar daerah diperkirakan meningkat. Sementara
BENGKULU (% yoy)
ekspor luar negeri masih menunjukkan kontraksi meskipun
TW IV 2014
dengan tren yang membaik dari -45,72% (yoy) pada triwulan
1.85 8.68
TW I 2015
sebelumnya menjadi hanya -32,63% (yoy) pada triwulan I 2015. Depresiasi nilai tukar belum menunjukkan dampak yang
IMPOR
signifikan terhadap perbaikan ekspor, karena disisi lain harga
BENGKULU (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
internasional komoditas strategis ekspor justru mengalami
5.95 3.57
penurunan. Komoditas strategis yang mengalami perbaikan adalah ekspor Batubara. Sementara berdasarkan negara tujuan ekspor utama Provinsi Bengkulu yang mengalami peningkatan yang cukup signifikan adalah Jepang.
Grafik 1.6 PERKEMBANGAN EKSPOR LUAR NEGERI PROV. BENGKULU Sumber : PEB, Ditjen Beacukai (diolah)
Volume Ekspor Luar Negeri 2,000.00
Nilai Ekspor Luar Negeri 80.00 60.00 40.00 20.00 (20.00) (40.00) (60.00)
1,500.00 1,000.00 500.00 -
140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 -
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2012
2013
2014 2015
20.00 10.00 (10.00) (20.00) (30.00) (40.00) (50.00) 1234123412341 2012
2013
2014 2015
Volume ekspor
Nilai Ekspor
g Volume Ekspor Luar Negeri (yoy) - rhs
g Nilai Ekspor Luar Negeri (yoy) - rhs
Ekspor Batubara yang sempat mengalami kontraksi dari triwulan III 2014 menunjukkan perbaikan. Pada triwulan I 2015 kontraksi ekspor batubara Bengkulu mulai menurun 27,90% (yoy) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang trekontraksi hingga 51,50% (yoy). Peningkatan ekspor batubara terjadi untuk tujuan India.
12
Tabel 1.1 NEGARA TUJUAN EKSPOR Sumber : PEB, Ditjen Beacukai (diolah)
I II III IV
USA 16.62 18 6.9 5.8
Filipina 9.42 4.62 5.51 5.79
India 20.69 34.38 17.82 17.28
UE 1.39 2.84 5.76 8.96
Malaysia 7.89 6.14 4.64 4.9
RRC 8.69 9 2.12 8.33
Jepang 5.15 8.35 5.41 4.49
Lainnya 16.1 19.14 11.39 18.26
I II III IV
47.33 5.82 5.79 4.93 3.61
25.33 8.29 5.71 9.34 9.04
90.17 13.2 14.46 14.64 5.61
18.96 18.06 17.66 15.7 14.64
23.56 2.38 5.11 4.57 3.44
28.14 4.24 1.9 0.17 0.62
23.4 2.94 4.19 3.7 1.61
64.89 9.46 9.59 9.73 11.28
I
20.14 3.72
32.38 8.99
47.91 4.07
66.06 5.55
15.51 3.99
6.92 0.31
12.44 3.55
40.04 11.38
PERIODE
2013 TOTAL
2014 TOTAL 2015
Grafik 1.7 PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM DAN HARGA INTERNASIONAL Sumber : PEB, Ditjen Beacukai dan Bloomberg (diolah)
Nilai Ekspor Karet 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 -
Harga Internasional Karet (10.00) (20.00) (30.00) (40.00) (50.00) (60.00) (70.00)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2012
2013
2014 2015
5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 -
(5.00) (10.00) (15.00) (20.00) (25.00) (30.00) (35.00)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2012
2013
2014 2015
Nilai Ekspor Karet (Juta USD)
Rubber Price (usd/kg)
g Nilai Ekspor Karet (yoy) - rhs
g Rubber Price (yoy) - rhs
Kontraksi ekspor karet Bengkulu yang terjadi sejak tahun 2012 terus berlanjut.Kontraksi nilai ekspor karet pada triwulan I 2015 mencapai -38% terus mengalami kemunduran dibandingkan kontraksi pada triwulan IV 2014 yang mencapai -36%. Permintaan dunia terhadap komoditi karet alam belum menujukkan peningkatan sementara pasokan dunia meningkat dari negara eksportir karet lainnya, seperti Thailand dan Malaysia. Ekspor komoditas kelapa sawit menunjukkan kontraksi yang cukup dalam. Pada triwulan I 2015, ekspor kelapa sawit terkontraksi sebesar 51,48% (yoy) menurun dibandingkantriwulan sebelumnya sebesar 9,86% (yoy). Menurunnya produksi TBS,melemahnya permintaan global dan menurunnya harga internasional meskipun sedikit diredam oleh depresiasi nilai tukar.
13
Grafik 1.8 PERKEMBANGAN EKSPOR BATUBARA DAN HARGA INTERNASIONAL Sumber : PEB, Ditjen Beacukai dan Bloomberg (diolah)
Nilai Ekspor Batubara
Harga Internasional Batubara
80.00 60.00 40.00 20.00 -
100.00 50.00 (50.00) (100.00)
80.00 60.00 40.00 20.00 -
2013
(20.00) (40.00)
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2012
20.00
2012
2014 2015
2013
2014 2015
Nilai Ekspor Batubara (Juta USD)
Coal Price (usd/mt)
g Nilai Ekspor Batubara (yoy) - rhs
g coal price (yoy) - rhs
Grafik 1.9 PERKEMBANGAN EKSPOR CPO DAN HARGA INTERNASIONAL Sumber : PEB, Ditjen Beacukai dan Bloomberg (diolah)
Nilai Ekspor CPO 20.00 15.00 10.00 5.00 -
Harga Internasional CPO 100.00 50.00 (50.00) (100.00)
1234123412341 2012
2013
20142015
Nilai Ekspor CPO (Juta USD) g Nilai Ekspor CPO (yoy) - rhs
1,200.00 1,000.00 800.00 600.00 400.00 200.00 -
20.00 10.00 (10.00) (20.00) (30.00) (40.00)
1234123412341 2012 CPO Price
2013
20142015
g CPO Price (yoy) - rhs
Impor Bengkulu pada triwulan I 2015 melambat,tercatat sebesar 3,57% (yoy), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 5,95% (yoy).Perlambatan terutama didorong impor antar daerah sementara impor luar negeri masih cukup baik. Perlambatan tersebut dipicu menurunnya kinerja konsumsi Rumah Tangga selama triwulan I 2015.Disisi lain impor luar negeri mengalami kenaikan khususnya pada komoditas semen. Nilai impor luar negeri tumbuh 53,96% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 60,89% (yoy). Kenaikan impor semen terutama untuk menambah kecukupan stok seiring rencana peningkatan belanja infrastruktur pada triwulan II 2015.
14
Grafik 1.10 PERKEMBANGAN NILAI DAN VOLUME IMPOR LUAR NEGERI Sumber : PEB, Ditjen Beacukai
Nilai Impor Luar Negeri
Volume Impor Luar Negeri
4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
600 400 200 0 -200 1
2
3 2014
4
1
30.00
150 100 50 0 -50
20.00 10.00 0.00 1
2
2015
3 2014
4
1 2015
Nilai Impor Luar Negeri (juta USD)
Volume Impor Luar Negari (juta USD)
g Impor Luar Negeri (yoy) - rhs
g Impor Luar Negari (yoy) - rhs
1.2 Produk Domestik Regional Bruto Sisi Sektoral Di sisi sektoral, perlambatan bersumber Sektor Pertanian, Kehutanan,
dan
Perikanan,
Sektor
Pertambangan
dan
penggalian,serta Sektor Konstruksi. INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 TW I 2015
-14.54 -20.27
Melambatnya permintaan domestik terkait kegiatan konsumsi pemerintah dan rumah tangga memberikan dampaknegatif bagi situasi bisnis selama triwulan laporan. Sejalan dengan itu, tren penurunan harga internasional, stagnannya permintaan dunia serta kenaikan biaya produksi paska kenaikan administered price membuat pertumbuhan sektoral terbatas.
1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
Sektor pertanian mengalami perlambatan , di triwulan I-2015 sektor pertanian tumbuh sebesar 2,18% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 2,39% (yoy).Perlambatan bersumber pada komoditas tanaman perkebunan (karet dan sawit) dan tanaman pangan. Menurunnya kinerja pada sektor ini tercermin dari Nilai Tukar Petani yang mengalami penurunan untuk beberapa sub sektor seperti Pertanian Tanaman Pangan, Pertanian Hortikultura, dan Peternakan. Perlambatan pada sektor ini juga dikonfirmasi oleh hasil survei kegiatan dunia usaha sektor pertanian yang menunjukkan kontraksi -0.03%.
15
Berdasarkan hasil Liaison kepada beberapa perusahaan pengolah karet menyatakan bahwa harga pasar saat ini masih di bawah nilai ekonomisanya, sehingga petani karet lebih memilih untuk bekerja pada sektor usaha lain. Sementara itu pada perkebunan sawit, menurunnya produksi
PERTUMBUHAN (% yoy)
Tandan Buah Segar (TBS) sawit terkendala curah hujan yang
TW IV 2014
tinggi yang mengakibatkan produksi tidak maksimal. Penurunan
produksi
perkebunan
dikonfirmasi
2.39 2.18
TW I 2015
oleh
volume ekspor luar negeri komoditas kelapa sawit dan
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
karet. Selain karena produksi TBS yang terkendala cuaca, ekspor CPO juga terkendala harga internasional yang menurun dan permintaan global yang stagnan. Pelaku usaha
TW IV 2014
mengkonfirmasi bahwa penurunan terjadi pada CPO dengan
TW I 2015
grade rendah, sementara CPO bersertifikasi RSPO masih
+1.70 -0.30
stabil dengan tren permintaan yang meningkat.
Grafik 1.11 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN PRODUKSI CPO SIPEF GROUP Sumber : BPS Prov. Bengkulu dan www.sipef.com
PRODUKSI CPO SIPEF
NILAI TUKAR PETANI Ikan
Produksi Palm Oil Sipef Group
25,000
Ternak
Pertumbuhan (%yoy)
20,000
Kebun
15,000
Horti
10,000
Pangan
5,000
Umum
70.00
80.00
TW IV 2014
90.00
100.00
110.00
TW I 2015
1
2
3
2013
4
1
2
3
2014
4
15 10 5 0 -5 -10 -15 -20
1 2015
Perlambatan sektor pertanian dikonfirmasi pula dari kualitas pembiayaan perbankan.NPL kredit pertanian meningkat dari Rp28,25 Miliar pada triwulan IV-2014 menjadi Rp36,80 Miliar pada triwulan lapoaran atau secara rasio NPL naik dari 1,53% pada triwulan sebelumnya menjadi 1,84% di triwulan I 2015. Hal ini mengindikasikan peningkatan risiko kredit sektor pertanian ditengah perlambatan pertumbuhannya.
16
1.1.2. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil, Sepeda Motor
Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mengalami peningkatan ,
tercatat sebesar 7,66% (yoy) lebih tinggi
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar6,78% (yoy). Peningkatan sektor ini terutama didorong oleh pertumbuhan perdagangan besar untuk tujuan ekspor antar provinsi ataupun luar negeri. Sementara perdagangan domestik mengalami penurunan karena konsumsi rumah tangga yang menurun. Perdagangan besar hasil produksi pertanian tanaman pangan tumbuh cukup baik memasuki periode masa panen.Rencana Pemerintah untuk melakukan kenaikan HPP menjelang panen raya mendorong pelaku usaha melakukan pembelian
gabah
petani
sebelum
rilis
harga
PERTUMBUHAN (% yoy)
baru
TW IV 2014
diumumkan. Hal ini dikonfirmasi oleh dinas terkait bahwa
TW I 2015
arus keluar produk pertanian mengalami peningkatan pada triwulan laporan menjelang revisi HPP Pemerintah.
6.78 7.76
Demikian juga dengan perdagangan ekspor luar negeri
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
juga mengalami kenaikan terutama untuk perdagangan
TW IV 2014
komoditas
batubara
permintaan
di
yang
negara
mengalami
tujuan
ekspor.
peningkatan Nilai
ekspor
TW I 2015
- 3.71 -7.37
perdagangan batubara tumbuh 24.84% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 21.71% (yoy). Pertumbuhan
di
sektor
ini dikonfirmasi
oleh
meningkatnya pertumbuhan
kredit
perdagangan dari 4,75% (yoy) di triwulan IV-2014 menjadi 13,19% (yoy) pada triwulan laporan. Peningkatan kebutuhan pembiayaan di sektor ini distimulus pula oleh penurunan suku bunga kredit perbankan.
17
Grafik 1.12 KREDIT PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN Sumber : LBU, BI
yoy % NPL 80 6.70 60 5.70 4.70 40 3.70 20 2.70 0 1.70 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 0.70
Rp Miliar
4,000 3,000 2,000 1,000 0
Kredit Perdagangan
2012
2013
2014
Nominal (Rp Miliar)
% SB 17.60
Kredit Perdagangan
17.40 17.20 17.00 16.80 16.60
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3
2015
2013
Pertumbuhan (yoy)-rhs
2014
NPL (%)
2015
Suku Bunga (%)
1.1.3. Sektor Konstruksi
Sektor Konstruksi melambat, tercatat sebesar 2.57% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4.13% (yoy). Perlambatan yang terjadi di sektor ini
PERTUMBUHAN (% yoy)
dipicu oleh beberapa faktor yaitu (i) masih terbatasnya penyerapan APBD mengikuti pola siklusnya, (ii) depresiasi nilai
TW IV 2014
tukar mendorong harga-harga barang konstruksi mengalami
TW I 2015
kenaikan cukup tinggi terutama besi/baja. Perlambatan
pada
sektor
konstruksi
dikonfirmasi
4.13 2.57
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
oleh
beberapa prompt indikator yaitu kontraksi penjualan semen yang masih berlanjut, dan indeks survei kegiatan dunia usaha
TW IV 2014
sektor konstruksi yang masih menunjukkan tren penurunan.
TW I 2015
- 1.51 - 3.03
1.1.4. Sektor Pertambangan dan Penggalian
Sektor
Pertambangan
dan
Penggalian
tumbuh
melambat, tercatat sebesar 1,43% (yoy) lebih rendah dibandingkan
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
2.96 1.43
pertumbuhan
triwulan
sebelumnya
yang
mencapai 2,96% (yoy). Perlambatan terutama didorong sub sektor penggalian khususnya galian Cdampak perlambatan sektor konstruksi.
Sementara
untuk
sub
sektor
pertambangan
diperkirakan masih melanjutkan tren kontraksinya meskipun dengan besaran yang lebih rendah.
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 TW I 2015
+0.71 -1.24
Indikator sub sektor pertambangan tercermin dari mulai menurunnya
kontraksi
ekspor
batubara
pada
triwulan
18
laporan. Kontraksi ekspor batubara mereda baik dari sisi volume maupun nilai.
Hal ini didorong mulai tumbuhnya permintaan
ekspor ke Filipina serta dampak lanjutan depresiasi nilai tukar yang memberikan insentif bagi pelaku usaha. Kontraksi ekspor batubara merupakan fenomena nasional yang bersumber dari melemahnya permintaan China sehingga mendorong harga internasional pada komoditas tersebut terus mengalami pelemahan. Sampai dengan triwulan I-2015 harga internasional batubara berada pada kisaran US$53/mt menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang rata-rata berkisar US$56.15/mt. Kontraksi volume ekspor batubara pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 31.89% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 51.53% (yoy). 1.1.5. Sektor Industri Pengolahan
Sektor Industri Pengolahan tumbuh stabil, tercatat sebesar
4.02%
(yoy)
stagnan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya sebesar 4.08% (yoy). Stagnannya kinerja sektor ini terutama didorong oleh stagnanya industri pengolahan CPO domestik. Selain permintaan luar negeri yang melambat, harga jual CPO yang cenderung menurun, ditambah lagi kenaikan biaya produksi akibat realisasi UMP dan imported inflation untuk mesin-mesin industri mendorong kinerja industri CPO stagnan. Perlambatan pada sektor industri tercermin pada industri makanan minuman. Hal ini didorong oleh menurunnya konsumsi rumah tangga selama triwulan laporan. Penurunan pada industri pengolahan dikonfirmasi oleh hasil survei industri manufaktur
besar
dan
sedang
yang
mencatat
bahwa
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
4.08 4.02
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
TW IV 2014 TW I 2015
+0.55 +0.62
pertumbuhan pada industri makanan minuman terkontraksi 3,19% (Yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13.19% (yoy) Disisi lain, optimisme pada sektor industri pengolahan tampak pada industri pengolahan karet. Tren kontraksi yang terjadi selama beberapa periode pada industri karet rakyat mulai menujukkan arah perbaikan. Hasil survei industri manufaktur besar dan sedang mencatat bahwa industri karet tumbuh 19,49% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 2,27% (yoy).
19
Grafik 1.13 INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN KREDIT INDUSTRI Sumber : BPS Prov. Bengkulu dan LBU BI (diolah)
yoy 25.00
Industri Manufaktur Besar
Kredit Industri
Rp Miliar 800
20.00
yoy 40 20
600
15.00
0
400
10.00
-20
200
5.00
-40
0
1
(5.00)
2
(10.00)
3
4
2014 Industri Makanan
-60 1
1
2
3
4
Industri Karet
2
3
Nominal (Rp Miliar)
2012
2015
1
4
1
2013
2014
Pertumbuhan (yoy)-rhs
1.1.6. Sektor Transportasi dan Pergudangan.
Sektor Industri Pengolahan tumbuh melambat, tercatat sebesar 7.22% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan
sebelumnya
sebesar
7.55%
(yoy).Sumber
perlambatan terjadi pada semua sub sektor (darat, laut, udara).
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
7.55 7.22
Periode awal tahun merupakan musim low season kunjungan pariwisata dan aktifitas MICE. Selain itu tekanan terhadap daya beli konsumen pada triwulan I 2015 mendorong penurunan kinerja pada sektor ini. Perlambatan sektor ini dikonfirmasi oleh kontraksi jumlah
INDEKS SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
penumpang pesawat udara maupun kapal laut selama
TW IV 2014
sementara penumpang kapal laut terkontraksi hingga -12.03%.
TW I 2015
-9.84 -4.98
triwulan I 2015. Penumpang pesawat terkontraksi -8.29%
Demikian halnya dengan angkutan darat, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor roda 4 maupun roda 2 mengalami perlambatan.
Melambatnya
dikonfirmasi
pula
sub
pembiayaan
sektor
angkutan
perbankan
atas
darat kredit
kepemilikan kendaraan yang tumbuh 21.51% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 37.24% (yoy).
GRAFIK 1.12. PENUMPANG ANGKUTAN UDARA/LAUT dan PERTUMBUHAN KENDARAAN
20
BOKS
1
KEDAULATAN PANGAN di PROVINSI BENGKULU :
Program Pemerintah Pusat dalam mendorong swasembada pangan melalui target produksi padi nasional sebesar 82 juta ton pada tahun 2019 diharapkan mampu menjaga stabilitas pasokan beras. Di tingkat regional di Bengkulu, program swasembada pangan diselaraskan melalui peningkatan target capaian produksi padi sebesar 622.351 ton pada tahun 2015 yang diharapkan terus mengalami peningkatan secara bertahap. Mengacu data Neraca Bahan Makanan Provinsi Bengkulu Tahun 2013, Produksi padi domestik mencapai 622 ton dengan angka produksi beras mencapai 368 ribu ton. Dengan angka konsumsi beras mencapai 101,73 kg/kap/tahun dan jumlah penduduk NERACA BAHAN MAKANAN 2013 Produksi Padi
: 622.831 ton
Produksi Beras Konsumsi Beras
: 367.944 ton : 184.574 ton
Sumber : NBM dan PPH, Badan Ketahanan Pangan Prov. Bengkulu 2014
sebesar 1.814.357 maka jumlah konsumsi beras pertahun diperkirakan sebesar 185ribu ton2. Secara matematis, dapat disimpulkan bahwa produksi padi domestik seharusnya mencatat surplus terhadap kebutuhan konsumsi beras, namun dari berbagai informasi yang dihimpun di lapangan konsumsi beras Bengkulu masih didatangkan dari daerah lain atau tercatat defisit.
Masih tingginya ketergantungan pemenuhan konsumsi beras domestik terhadap daerah lain juga didukung oleh hasil Survei Bank Indonesia pada tahun 2012 yang mencatat bahwa sebanyak 67.8% kebutuhan beras domestik dipasok oleh pedagang dari luar daerah khususnya Lampung dan Sumatera Barat. Inflow penjualan beras Lampung tercatat
ASAL BERAS YANG DIPERDAGANGKAN
mencapai Kota Bengkulu, Bengkulu Utara, Rejang Lebong dan
Luar Provinsi
: 67.8%
Muko-muko. Sementara inflow beras dari Sumatera Barat
Mukomuko Bengkulu Selatan Kota Bengkulu Rejang Lebong
: 10.1% : 4,0% : 9,0% : 9,0%
tercatat mencapai Muko-muko dan Kota Bengkulu. Sementara beras domestik produksi Kab. Lebong dan Kab. Seluma secara umum habis dikonsumsi untuk kabupaten sendiri dan sekitar.
Sumber : Pola Perdagangan Antar Daerah Provinsi Bengkulu. Bank Indonesia, 2012
2
Pola Pangan Harapan Provinsi Bengkulu dan Neraca Bahan Makanan Provinsi Bengkulu; Badan Ketahanan Pangan Provinsi Bengkulu; 2014
21
JALUR TATANIAGA
PANGSA PRODUKSI GABAH DI BENGKULU
GABAH dan BERAS
5.66%
3.00% 11.44%
8.64% 15.98%
7.88% 11.44%
14.49% 13.44%
8.02%
Keterangan Jalur Distribusi Beras Jalur Distribusi Gabah
Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Mukomuko Lebong Kepahiang Bengkulu Tengah Kota Bengkulu
PANGSA KONSUMSI BERAS DI BENGKULU 8.20% 5.74% 18.44% 13.95% 7.15%
15.20%
9.30% 5.81%
9.99% 6.22%
Kondisi
outflow
gabah
yang
Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Mukomuko Lebong Kepahiang Bengkulu Tengah Kota Bengkulu
sebaliknya
domestik,
terjadi
pada
berdasarkan
hasil
penelitian tersebut sebagian besar gabah petani dijual kepada pengepul lokal untuk kemudian oleh pengepul lokal dialirkan ke luar daerah. Outflow gabah keluar daerah ditemui pada beberapa wilayah sampel survei yaitu Kab. Lebong dan Kab. Rejang
Sumber Data : Penelitian Pola Perdagangan Antar Daerah Propinsi Bengkulu, Bank Indonesia, 2012
Lebong yang mengalir ke Sumatera Selatan; Kab. Muko-muko yang mengalir ke Sumatera Barat; serta Kab. Seluma, Kab. Bengkulu Selatan, dan Kab. Kaur yang mengalir ke Provinsi Lampung.
Penelitian dilakukan melalui metode Purposive sampling terhadap 324 responden pelaku usaha tani yang tersebar di Bengkulu, serta 150 responden rumah tangga lainnya untuk mengukur persepsi konsumen. Purposive sampling merupakan teknik non random sampling dimana pemilihan responden dilakukan berdasarkan keyakinan peneliti/surveyor sesuai dengan kebutuhan informasi
22
Beberapa aspek yang mendorong outflow gabah ke luar provinsi yaitu : (i) keterbatasan akses pasar petani sehingga petani lebih memilih menjual dalam bentuk Gabah Kering Panen untuk mendapatkan uang tunai secara lebih cepat; (ii) Minimnya infrastruktur khususnya akses dari sentra produksi padi menuju fasilitas pengolahan paska panen seperti fasilitas penjemuran gabah/dryer; fasilitas RMU (Rice Milling Unit); jalan usaha tani; serta gudang penyimpanan gabah; (iii) Produktivitas Panen masih rendah dengan penguasaan lahan yang sedikit dan hasil terbatas sehingga biaya produksi gabah menjadi beras menjadi relatif mahal, (iv) Masih lemahnya kelembagaan Gapoktan, sehingga penguasaan pasar oleh tengkulak masih tinggi.
PERBANDINGAN NTP Tanaman Pangan 2014
Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) menunjukkan perbandingan antara Nilai Pengeluaran dan Nilai Penerimaan Petani Tanaman Pangan
NTPP = 100
1
2
3
4
5
Bengkulu
6
7 Sumbar
8
9
10
11
12
“Selama Tahun 2014 NTPP Petani Tanaman Pangan di Bengkulu adalah yang terendah dibandingkan sekitar”
Lampung
Sumber : Badan Pusat Statistik
Tingginya Outflow Gabah kurang memberikan nilai tambah positif bagi perekonomian Bengkulu : (i) Nilai tambah yang dihasilkan petani lebih rendah karena output pertanian tanaman pangan sebagian besar berupa Gabah Kering Panen, (ii) Margin pengolahan gabah ke beras lebih dinikmati Provinsi tetangga sehingga berdampak pula pada inflasi rata-rata beras di Bengkulu yang menjadi tertinggi selama 4 tahun terakhir, (iii) Tingginya inflow beras dari luar mengakibatkan harga beras domestik sangat rentan ketika terjadi kenaikan harga BBM, (iv) Hal ini bermuara pada angka kemiskinan penduduk yang bekerja di sektor tanaman pangan, tercatat NTP petani tanaman pangan pada bulan Maret 2015 masih di bawah 100, yaitu sebesar 99,29. Inflasi Tahunan Sub Kelompok Padi-padian menunjukkan bahwa laju inflasi sub kelompok padipadian di Provinsi Bengkulu relatif tinggi dibandingkan provinsi di sekitarnya (Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung).
“Hal ini mengindikasikan tren kenaikan harga beras di Bengkulu adalah yang tertinggi” 23
Sumber : Badan Pusat Statistik
Penyesuaian harga BBM premium/solar 22 Juni 2013 18 November 2014 19 Januari 2015 1 April 2015
“Setiap koreksi harga BBM, direspon oleh kenaikan harga beras Bengkulu yang tertinggi dibandingkan sekitar”
Sumber : Badan Pusat Statistik
ANALISA POTENSIAL LOSS TINGGINYA INFLOW BERAS KONSUMSI Konsumsi Kapita Penduduk
= 101,73 kg/kap/th*) = 1.814.357 jiwa*)
Beras Impor (67.8%) = 125.141 ton Beras Lokal (32.2%) = 59.433 ton Konsumsi Beras = 184.574 ton
Indikasi tingginya outflow gabah dan inflow beras
Provinsi
Bengkulu
mendorong
terjadinya potensial loss bagi perekonomian yang seharusnya dapat dinikmati oleh masyarakat. Perkiraan potensial loss mencapai Rp 320 Miliar/tahun
dengan
perhitungan
Harga
asumsi
menggunakan
Pembelian
Pemerintah
Tahun 2015. Untuk
Jual Beras Lokal 59.433 ton Setara Gabah 100.590 ton
di
mengelimir
potensial
loss
akibat
penjualan gabah ke luar daerah maka perlu diambil langkah strategis :
PRODUKSI Produksi Padi Jual Beras Lokal Jual Gabah ke luar
= 622.831 ton = 100.590 ton = 522.241 ton
Jual Gabah ke Luar 522.241 ton Setara Beras 308.561 ton POTENSIAL LOSS Penerimaan Jual Gabah =Rp 1.932 Miliar Apabila dijual Beras =Rp 2.252 Miliar
Potensial Loss
= Rp - 320 Miliar
1. Meningkatkan akses pasar petani, melalui pengelolaan captive market lokal yang cukup besar yaitu pemenuhan kebutuhan beras BULOG, beras PNS dan TNI/Polri melalui kemitraan strategis antar koperasi. 2. Memperbaiki infrastruktur jalan usaha tani ke pusat pengolahan beras dan penjualan beras. 3. Memperbaiki sarana prasarana pengolahan gabah ke beras 4. Memperbanyak pembangunan pasar-pasar di Kabupaten/Kota.
24
5. Meningkatkan penguatan peran Gapoktan dalam membentuk koperasi.
pemenuhan beras Aparatur Sipil Negara melalui produksi petani lokal dengan menggunakan terminologi BERAS DAERAH. Sesuai data statistik BPS pada tahun 2012 tercatat bahwa jumlah PNS di Provinsi Bengkulu mencapai 63.730 orang, diasumsikan keluarga PNS berjumlah 4 orang (Ayah, Ibu dan 2 anak) potensi captive
market mencapai 260 ribu orang dengan estimasi kebutuhan beras per tahun mencapai 25.93 ribu ton. Dengan asumsi harga beras saat ini rata-rata sebesar Rp 10.000/kg maka terdapat potensi pasar yang belum
POTENSI KEBUTUHAN BERAS PNS BENGKULU Jumlah PNS : 63.730 orang PNS + Keluarga : 259.330 orang1) Konsumsi Kapita : 101.73 kg/kap/th2) Konsumsi Total : 25.933 ton3)
Captive market : Rp 259,33 Miliar Sumber : NBM dan PPH, 1) Asumsi 1 keluarga 4 orang 2) Data NBM Prov. Bengkulu
dimanfaatkan lebih kurang sebesar Rp 260 Miliar/tahun.
MODEL KERJASAMA TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN AKSES PASAR PETANI MISALNYA : PROGRAM BERAS DAERAH OPTIMALISASI PENYERAPAN BERAS DAERAH YANG SUDAH BERJALAN : Program Rasda dan Beras PNS Pemkab Kulon Progo, mengoptimalkan penyerapan beras BULOG melalui produksi lokal dengan varietas unggul daerah. Program ini sekaligus menyediakan beras untuk kebutuhan PNS di lingkungan Pemkab. Program Raskinda Pemkot Solo bekerjasama dengan BULOG Program Rasda di Kabupaten Sergei, Kab. Magelang, Kab. Kebumen, Brebes, Pati, Ciamis, Karawang, dan Dompu
Benefit Petani -
Kepastian Pemasaran bagi Petani Harga jual stabil , praktik tengkulak dieliminir Produktivitas lebih baik karena mendptkan pendampingan PEMDA Pengelolaan cash flow lebih baik SHU Koperasi Petani meningkat Akses lembaga keuangan lebih mudah
Benefit Pemda -
Sinergi dengan program yg ada Stabilitas harga terjaga Pengembangan varietas lokal Uang berputar di lokal Bengkulu
Benefit PNS -
Harga beli lebih baik karena memotong rantai distribusi Kualitas beras lebih baik dengan harga perolehan yang sama dengan pasar Keuntungan koperasi Pegawai berupa SHU Pegawai meningkat
25
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH
Indikator Makro
Inflasi Provinsi Bengkulu Triwulan IV 2014
Triwulan I 2015
10.85
7.65
5.54
6.55
16.57
9.80
17.72
8.23
12.239
12.995
27
PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULAN I 2015 Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan I tahun 2015 sebesar 7,65% (yoy) melambat dibandingkan triwulan IV tahun 2014 lalu sebesar 10,85% (yoy). Perlambatan Inflasi terjadi pada kelompok Administered Prices dan Volatile Food. Laju inflasi Bengkulu pada triwulan laporan berada diatas inflasi nasional (5.04%) maupun inflasi rata-rata Sumatera (6.12%) Grafik 2.1 PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI BENGKULU
Bengkulu (yoy)
Sumber : BPS (diolah)
Nasional (yoy)
12% 10%
INFLASI INTI (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
5.54 6.55
ADMINISTERED PRICE (% yoy)
TW IV 2014 16.57 TW I 2015
9.80
% Inflasi
8%
DISAGREGASI INFLASI Provinsi Bengkulu
7.65% 6.38%
6% 4% 2% 0% -2% -4%
-0.44%
I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
II III IV I
2010
2011
2012
2013
2014
2015 -2.08%
Sementara itu perkembangan inflasi bulanan di triwulan I 2015 diwarnai 2x deflasi berturut-turut yaitu di Bulan Januari (-0,82% mtm) dan Februari ( -1,45% mtm). Melambatnya inflasi pada triwulan I 2015 dipengaruhi beberapa faktor yaitu: (i) Masa panen tanaman holtikultura sehingga supply bertambah, (ii) Penurunan
VOLATILE FOOD (% yoy)
TW IV 2014 17.72 TW I 2015
8.23
Sumber : BPS Prov Bengkulu (diolah)
harga BBM yang dilakukan pemerintah dua kali berturut-turut di bulan Januari (iii) Pola musiman penurunan konsumsi di awal tahun, (iv) Realisasi fiskal pemerintah yang rendah mengikuti pola siklikalnya.
JAN 2015
INFLASI BULANAN (% mtm) FEB 2015
-0.82
MAR 2015
-1.45 + 0.19 28
2.1 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA
Kelompok pendorong perlambatan inflasi : Bahan Makanan; Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan.
Kelompok pendorong kenaikan inflasi : Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau; Kesehatan ; Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar; Sandang; dan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga
Tabel 2.1 INFLASI KELOMPOK BARANG/JASA PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
125,43
III-2014 Inflasi (% yoy) 7,44
138,40
IV-2014 Inflasi (% yoy) 17,76
Andil (% yoy) 1,94
Andil (% yoy) 4,83
110,11
6,55
1,06
116,96
6,64
109,87
4,77
1,02
115,04
115,08 116,03
4,69 5,27
0,27 0,21
124,47
5,45
125,43 117,93
Kelompok Barang/Jasa Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi Umum
IHK
129.23
I-2015 Inflasi (% yoy) 8.31
Andil (% yoy) 2.06
1,02
118.47
7.14
1.16
8,23
1,74
117.38
9.80
2.12
109,46 117,49
3,82 6,53
0,21 0,25
110.29 123.42
4.11 10.90
0.24 0.44
0,46
116,18
5,62
0,45
117.04
6.14
0.53
7,44
1,13
136,82
13,96
2,67
127.81
5.86
1.10
6,05
6,65
124,55
10,85
10,85
121.96
7.65
7.65
Inflasi INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
17.76 8.31
3 KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Cabai Merah Telur Ayam Ayam Hidup
Sumber : BPS Prov Bengkulu (diolah)
IHK
Kelompok
Bahan
IHK
Makanan
mengalami
perlambatan signifikan dari 17,76% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 8,31% (yoy) pada triwulan I 2015. Penurunan bersumber pada sub kelompok Bumbu-bumbuan; sub kelompok daging dan hasil-hasilnya; sub kelompok Telur, susu, dan hasil-hasilnya; serta sub kelompok Sayur-sayuran. Komoditas yang mengalami penurunan harga cukup signifikan diantaranya: Cabai Merah, Telur Ayam, Ayam Hidup, Buncis, kol putih, dan Kentang. Penurunan harga pada beberapa komoditas holtikultura disebabkan melimpahnya pasokan seiring musim panen di bulan Januari hingga Maret 2015.
29
Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan INFLASI KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, JASA KEUANGAN INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
13.96 5.86
3 KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Bensin Solar Tarif Angkutan
Jasa Keuangan
mengalami perlambatan signifikan dari
13,96% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 5,86% (yoy) di triwulan I 2015. Penurunan bersumber pada sub-kelompok Transpor, khususnya komoditas bensin dan tarif angkutan dalam kota. Hal ini merupakan dampak kebijakan penurunan harga premium dan Solar dua kali berturut-turut pada bulan Januari 2015 setelah kenaikan yang cukup tinggi pada triwulan sebelumnya. Pada awal Januari pemerintah menetapkan harga premium turun dari Rp8.500/ liter menjadi Rp7.600/ liter yang kemudian diturunkan lagi menjadi Rp6.600/liter pada tanggal 19 Januari 2015. Sejalan dengan itu, tarif angkutan dalam kota yang sempat naik signifikan di triwulan sebelumnya, kembali disesuaikan karena adanya penurunan harga premium.
Inflasi Kelompok Makanan jadi, Minuman, INFLASI KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
6.64 7.14
3 KOMODITAS SUMBER INFLASI
Rokok Rokok Kretek Filter Siomay
Rokok, dan Tembakau
mengalami peningkatan yang
moderat dari 6,64% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,14% (yoy) di triwulan I 2015. Inflasi kelompok ini bersumber dari Sub Kelompok Makanan Jadi dan Sub Kelompok Tembakau dan Minuman Beralkohol. Adapun komoditas yang memberikan andil inflasi cukup besar yaitu Rokok dan Rokok Kretek Filter. Kenaikan harga rokok didorong oleh kenaikan harga tembakau menyusul rencana pemerintah menaikkan cukai rokok pada tahun 2015 sebesar 10%.
Inflasi Kelompok Kesehatan
meningkat signifikan dari
6,53% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 10,90% (yoy) di Triwulan I 2015. Peningkatan bersumber dari sub-kelompok Jasa Kesehatan, serta sub-kelompok perawatan jasmani dan kosmetika. Adapun komoditas yang memberikan andil inflasi cukup besar yaitu Tarif Rumah Sakit, Ongkos Bidan dan Shampo.
30
Terjadinya peningkatan harga komoditas tersebut disebabkan oleh naiknya beban operasional dan beban produksi perusahaan.
INFLASI KELOMPOK
Sebagaimana diketahui produk obat-obatan dan kosmetika memiliki
KESEHATAN
ketergantungan terhadap bahan baku impor sehingga depresiasi
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014
nilai tukar rupiah berdampak pada peningkatan beban produksi.
10.90 6.53
TW I 2015
Disamping itu, kelompok Sandang; Perumahan, air, Listrik, Gas, dan Bahan bakar; serta Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
3 KOMODITAS SUMBER INFLASI
keuangan juga mengalami peningkatan inflasi yang
Tarif Rumah Sakit Ongkos Bidan Shampo
moderat.
Dimana peningkatan inflasi yang terjadi pada Kelompok tersebut tidak lebih besar dari Kelompok lain yang mengalami penurunan Inflasi yang signifikan. Sehingga secara keseluruhan membuat Inflasi pada Triwulan I 2015 melambat dibandingkan dengan triwulan IV 2014. ANDIL INFLASI TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN
ANDIL INFLASI BAHAN MAKANAN Padi-padian, Umbi-umbian… Bahan 1.500 Daging dan Makanan…1.000 Hasil-hasilnya Lemak dan Minyak
0.500
Bumbu bumbuan
-0.500
Ikan Segar
0.000
Buah - buahan Kacang kacangan
Ikan Diawetkan Telur, Susu dan Hasil-hasilnya Sayur-sayuran
ANDIL INFLASI MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU Makanan Jadi 0.600 0.500 0.400 0.300 0.200 0.100 0.000 Tembakau dan Minuman Beralkohol
Jasa Keuangan
Transpor 1.0000 0.8000 0.6000 0.4000 0.2000 0.0000
Komunikasi Dan Pengiriman
Sarana dan Penunjang Transpor
ANDIL INFLASI KESEHATAN
Jasa Kesehatan 0.2000 0.1500 0.1000
Minuman yang Tidak Beralkohol
Perawatan Jasmani dan Kosmetika
0.0500 0.0000
Obat-obatan
Jasa Perawatan Jasmani
31
Berdasarkan pola seasonal inflasi bulanan selama triwulan I 2015 menunjukkan pergerakan yang menurun dibanding kondisi rata-rata tiga tahun sebelumnya. Hal ini terutama terjadi pada bulan Januari 2015 yang mengalami deflasi diluar pola normalnya. Hal ini dipicu kebijakan administered price Pemerintah yang mengumumkan penurunan harga BBM dua kali berturut-turut di bulan Januari 2015 dan masa panen tanaman holtikultura yang dapat menahan laju inflasi volatile food . Grafik 2.2 POLA SEASONAL INFLASI BULANAN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
4.00
3.00 2.00 1.00 0.00 -1.00 -2.00
1
2 3 2012
4 5 2013
6
Pada bulan Januari 2015 tercatat deflasi sebesar 0,82
%
(mtm),
signifikan
menurun
dibandingkan
penurunan harga Cabe Merah, Cabe Rawit, dan Bensin. Penurunan harga Cabe Merah dan Cabe Rawit disebabkan oleh melimpahnya pasokan di musim panen, sementara penurunan harga bensin merupakan kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM sebesar
9
10 11 12 2015
INFLASI JANUARI 2015
bulan
sebelumnya sebesar 3,03% (mtm). Deflasi ini bersumber dari
22%.
7 8 2014
-0.82% KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
-
Beras Daging Ayam Telur Ayam Ras
0.43 0.20 0.10
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
-
Cabai Merah Bensun Angk. Udara
-1.24 -0.70 -0.12
INFLASI FEBRUARI 2015
Pada bulan Februari deflasi masih berlanjut sebesar -
-1.45%
1,45% (mtm). Deflasi yang terjadi pada bulan Februari lebih besar
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
dibandingkan bulan sebelumnya. Sumber peningkatan deflasi masih
-
Beras 0.52 Angk. Udara 0.11 Tarif Rumah Sakit 0.11
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
-
Cabai Merah Angk. Kota Bensi
-1.12 -0.58 -0.30
berasal dari komoditas cabai merah dan cabai rawit Selain itu sumber deflasi juga berasal dari tarif angkutan dalam kota yang turun sebesar 25% sebagai dampak lanjutan dari penurunan harga BBM di bulan sebelumnya.
32
Berbeda dengan dua bulan sebelumnya, pada bulan
INFLASI MARET 2015
Maret 2015 tercatat inflasi sebesar 0,19% (mtm), paska kenaikan beberapa komoditas volatile food.
Inflasi bersumber
+ 0.19% KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
-
dari kenaikan harga beras dan bawang merah. Kenaikan harga beras terutama dipicu penetapan HPP Beras Bulog dari Rp 6.600 menjadi Rp 7.300/kg. Selain itu pasokan beras pada beberapa daerah telah
Beras Bensin Sewa Rumah
0.21 0.14 0.09
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
-
melewati musim panen sehingga supply berkurang. Sementara inflasi bawang merah lebih disebabkan karena turunnya produksi
Cabai Merah -0.53 Telur Ayam -0.06 Daging Ayam Ras -0.06
pengaruh musim.
2.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL Secara umum Inflasi Non Fundamental menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik disisi Inflasi Administered Price maupun Inflasi Volatile Food. Grafik 2.3 PERKEMBANGAN DISAGREGASI INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
Inflasi IHK
Volatile Food
Adm. Price
Core
20.00
15.00 9.80 10.00
8.23
5.00
6.55
0.00 % (yoy)
NON FUNDAMENTAL ADMINISTERED PRICE
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3
-5.00
-10.00
2012
2013
2014
2015
Sumber: BPS (Diolah Menggunakan Sub-Kelompok)
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
16.57 9.80
KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Bensin Angkutan Kota
Inflasi kelompok Administered Price (AP) melambat, pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 9,8% (yoy) lebih rendah dibandingkan
triwulan
sebelumnya
yang
16,57% (yoy). Beberapa komoditas AP
tercatat
sebesar
yang mendorong
perlambatan inflasi pada triwulan laporan antara lain : Bensin, 33
Angkutan Dalam Kota. Perlambatan ini didorong oleh penurunan harga Premium dan Solar pada bulan Januari 2014 sebesar 22%. Dimana penurunan tersebut diikuti juga oleh ketetapan untuk menurunkan tarif angkutan dalam kota sebesar 25% oleh
NON FUNDAMENTAL
pemerintah.
VOLATILE FOOD
Inflasi Volatile Foods (VF) melambat, pada triwulan laporan
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
tercatat sebesar 8,23% (yoy), lebih rendah dibandingkan
TW IV 2014 TW I 2015
17.72 8.23
KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Cabai Merah Cabai Rawit
triwulan sebelumnya yang mencapai 17,72% (yoy). Penurunan disebabkan oleh penurunan harga cabai merah dan cabai rawit di bulan Januari hingga Maret. Penurunan harga ini didorong masa panen holtikultura sehingga pasokan melimpah. Meskipun pada triwulan laporan juga terjadi peningkatan harga pada komoditas beras dan bawang merah, namun penurunan harga yang lebih besar pada cabai merah dan cabai rawit dapat meredam laju inflasi jauh lebih baik dari bulan sebelumnya.
Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi VF bergerak sesuai dengan polanya sejak tiga tahun terakhir. Mengalami penurunan dari Januari hingga Februari, kemudian meningkat pada bulan Maret. Penyebabnya adalah dampak penurunan harga komoditas utama sebagaimana dijelaskan di atas. Satu hal yang berbeda adalah deflasi yang terjadi pada bulan Januari, dimana pada bulan Januari tiga tahun terakhir tidak terjadi deflasi. Sementara untuk inflasi AP masih bergerak sesuai pola musimannya namun dengan besaran yang menurun secara signifikan. Tren Penurunan Inflasi AP pada triwulan I 2015 merupakan penurunan tertinggi sejak tiga tahun terakhir.
34
Grafik 2.4 PERKEMBANGAN INFLASI VOLATILE FOOD DAN ADMINISTERED PRICE Sumber : BPS Prov. Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub-kelompok)
Volatile Food (mtm)
Administered Price (mtm)
10.00
5.00
% mtm
% mtm
10.00
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012 2013 2014 2015
-5.00
0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 2012
-10.00
2013
2014
2015
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub kelompok)
2.3 PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL Inflasi Inti pada triwulan IV 2014 menunjukkan kenaikan dengan tekanan yang lebih moderat. Inflasi inti (core) pada triwulan
FUNDAMENTAL CORE INFLATION INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
5.54 6.55
FAKTOR SUMBER INFLASI
Imported Inflation Cost Push Inflation
laporan sebesar 6,55% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
sebesar
5,54%
(yoy).
Peningkatan
inflasi
inti
dipengaruhi beberapa faktor yaitu: (i) kenaikan imported inflation dampak dari pelemahan nilai tukar, (ii) Efek lanjutan dari kenaikan biaya produksi/distribusi akibat kenaikan tarif administered price seperti TDL, BBM dan Elpiji pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan
seasonal-nya, inflasi inti bergerak sesuai dengan pola pada tahun 2013 dimana terjadi tren penurunan pergerakan inflasi dari bulan Januari hingga Maret.
35
Grafik 2.5 POLA PERKEMBANGAN INFLASI INTI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
Inflasi Inti (mtm)
% Inti
2.00
0.00
1
2
3
4
-2.00
5 2012
6
7 2013
8
Inflasi Inti Vs Nilai Tukar
8.00
9 10 11 12 2014
2015
14000
6.00
13000
4.00
12000
2.00
11000
0.00
10000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 Inflasi inti (yoy) Kurs Tengah BI 2014 2015
Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi Inti bergerak sesuai dengan pola bulanannya sejak tiga tahun terakhir. Meskipun demikian apabila dibandingkan pola tiga tahun sebelumnya, inflasi bulanan Januari, Februari dan Maret lebih tinggi dibandingkan rata-rata 3 tahun sebelumnya. Melemahnya nilai tukar diperkirakan memberikan dampak pada kenaikan harga barang-barang impor baik barang konsumsi maupun bahan baku produksi. Kenaikan inflasi inti diperkirakan juga sebagai dampak penyesuaian harga-harga komoditas industri di awal tahun. Hasil liason Bank Indonesia Bengkulu mengkonfirmasi bahwa beberapa perusahaan baru melakukan koreksi atas kenaikan biaya-biaya administered price pada triwulan sebelumnya dengan pertimbangan daya beli masyarakat kembali pulih.
2.4 PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA
PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN NASIONAL (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
6.38 5.04
SUMATERA (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015 Sumber : BPS (diolah)
7.23 6.12
Secara agregat laju inflasi tahunan Provinsi di Sumatera pada triwulan I 2015 sebesar 6,12% (yoy), di atas laju inflasi nasional sebesar 5,04% (yoy). Laju inflasi triwulan I 2015 di Pulau Sumatera lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Hampir semua provinsi kecuali Jambi memiliki laju inflasi diatas inflasi nasional. Adapun Provinsi Bengkulu merupakan Provinsi dengan inflasi tertinggi dibandingkan dengan provinsi-provinsi lainnya di pulau Sumatera.
36
Grafik 2.6 INFLASI KOTA-KOTA DI SUMATERA Sumber : BPS (diolah)
37
BOKS
2
pisang sebagai bahan pangan alter
Provinsi Bengkulu merupakan salah satu provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi di Pulau Sumatera. Berdasarkan kelompok komoditasnya, inflasi bersumber dari kelompok bahan pangan khususnya beras. Hal ini dikarenakan ketergantungan masyarakat yang tinggi terhadap beras sebagai sumber karbohidrat. Padahal masih banyak komoditas lain yang dapat menggantikan beras sebagai sumber karbohidrat, diantaranya: jagung, ubi, ganyong, dan pisang. Untuk itu, perlu disusun program diversifikasi pangan dengan mengutamakan komoditas unggulan lokal sebagai pengganti beras guna mengurangi tekanan inflasi yang bersumber dari beras dan juga merealisasikan program pangan harapan di provinsi Bengkulu. Kita menyadari bahwa kualitas konsumsi pangan akan sangat menentukan kulitas SDM bangsa ini untuk mampu bersaing dalam komunitas global. Penganekaragaman konsumsi pangan disamping bertujuan meningkatkan skor pola pangan harapan (PPH ) juga diharapkan dapat menyeimbangkan asupan sumber karbohidrat sebagai pangan pokok yang saat ini didominasi oleh Beras. Di masa depan, kebutuhan pangan pokok karbohidrat penduduk provinsi Bengkulu diharapkan tidak sepenuhnya tergantung pada beras, tetapi dapat lebih beragam sesuai dengan potensi wilayah. Skor PPH provinsi Bengkulu tahun 2013 baru mencapai 82,7 dengan konsumsi beras sebesar 101,7 Kg/kKap/Tahun. Ini dapat dilihat dari konsumsi beras yang masih tinggi di atas 100 Kg/kap/tahun. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras sebagai sumber karbohidrat perlu dicari bahan pangan lain sebagai sumber karbohidrat alternatif. Pisang sebagai salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai sumber karbohidrat alternatif karena memiliki kandugan karbohidrat dan kalori yang cukup tinggi. Pisang tidak mengenal musim dan merupakan energi instan yang cukup besar. Buah pisang bernilai ekonomi bila dibandingkan dengan buha-buahan lain. Pada beberapa daerah di provinsi Bengkulu terdapat varietas pisang unggulan yang produksinya berlimpah.
38
Buah pisang merupakan makanan yang berenergi tinggi membuat tubuh merasa segar sepanjang hari. Makan pisang bisa membuat tubuh lebih berenergi untuk waktu yang lebih lama dibandingkan dengan energi instan yang diperoleh dari minuman berenergi. Bila pisang dikonsumsi langsung dalam keadaan segar dapat menghemat energi dan lebih menghemat tenaga dan biaya. Konsumsi buah masyarakat masih sangat rendah, hanya mencapai 34,55 kg/kap/tahun, padahal menurut FAO standar kecukupan konsumsi buah minimal harus mencapai 73 kg/kap/tahun, sementara penduduk di Provinsi Bengkulu baru mencapai 53 kg/kap/tahun. Tabel 2.2 KANDUNGAN ZAT GIZI (PER 100 gr bahan pangan) Sumber : DKBM MWA - BKP
ENERGI
PROTEIN
LEMAK
KARBO
KALSIUM
PHOSPOR
BESI
Vit A
Vit B
Vit C
(kkal)
(gr)
(gr)
(gr)
(mg)
(mg)
(mg)
(RE)
(mg)
(mg)
178
2.1
0.1
40.6
5
22
0.5
0
0.1
0
Ambon
99
1.2
0.2
25.8
8
28
0.5
21
0.1
3
Angle
68
1.3
0.2
17.2
10
26
0.6
11
0.1
6
Mas
127
1.4
0.2
33.6
7
25
0.8
12
0.1
2
Raja Uli
146
2
0.2
38.2
10
38
0.9
11
0.1
3
Raja
120
10.2
0.2
31.8
10
22
0.8
139
0.1
10
Raja Sere (susu)
118
1.2
0.2
31.1
7
29
0.3
16
0
4
KOMODITAS NASI PISANG:
Bila kita analisa tabel diatas menunjukkan energi yang terdapat dalam setiap 100 gr nasi hampir sebanding dengan
Energi yang terdapat pada setiap 100gr nasi hampir sebanding dengan energi yang terdapat dalam buah pisang. Pisang mengandung Vitamin A dan C yang tidak terdapat pada nasi. Pisang mengandung serat yang tinggi
energi yang terdapat dalam buah pisang. Dalam buah pisang terdapat kandungan vitamin A dan vitamin C yang tidak dimiliki oleh nasi. Selain itu pisang mengandung nilai gizi yang mencukupi seperti karbohidrat dan kalori tinggi yang dapat dijadikan sumber energi layaknya nasi sesuai kebutuhan manusia. Tidak hanya sebagai sumber karbohidrat, namun masih banyak zat makanan yang terkandung dalam buah pisang (tabel 1). Apabila hanya mengkonsumsi buah pisang saja, maka secara
39
minimal gizi yang dibutuhkan suda tercukupi. Benefit lainnya mengkonsumsi buah pisang adalah mencegah kegemukan karena merupakan salah satu buah yang berserat tinggi. Dengan
Beberapa daerah di Provinsi Bengkulu merupakan penghasil pisang varietas unggul (Kabupaten Rejang Lebong).
komposisi tersebut, pisang dapat digunakan sebagai bahan pengan alternatif pengganti nasi khususnya di daerah Provinsi Bengkulu yang memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap nasi dan juga merupakan komoditas penyumbang inflasi tertinggi di provinsi Bengkulu.
Untuk Menunjang program ini dapat dilihat produksi pisang pada masing-masing kota/Kabupaten di Provinsi Bengkulu, sebagai berikut:
Secara garis besar seluruh Kabupaten/kota dapat memproduksi pisang Produksi pisang terbesar bersumber dari Bengkulu Utara dan Kepahiang Keseluruhan Produksi pisang Prov. Bengkulu di tahun 2013: 25.975 ton.
Sumber: Bengkulu Dalam Angka 2014 (Diolah)
Besarnya produksi pisang dapat menunjang program pangan alternatif pisang sebagai pengganti beras. Sebagai langkah awal, program memakan pisang sebagai sumber bahan pangan alternatif dapat dimulai dari lingkungan keluarga. Hal ini dimaksudkan untuk memberi edukasi di lingkungan yang paling kecil, sehingga persepsi bahwa nasi merupakan satu-satuya sumber karbohidarat dapat berubah mulai dari usia dini. Setelah lingkungan keluarga dapat teredukasi dengan baik maka program ini dapat disosialisasikan pada kelompok masyarakat yang lebih luas sehingga sasaran untuk mewujudkan ketahanan pangan dan pengendalian inflasi dapat tercapai sebagaimana mestinya.
40
BAB III
PERKEMBANGAN STABILITAS SISTEM KEUANGAN & SISTEM PEMBAYARAN
41
Indikator Makro Stabilitas Sistem Keuangan Triwulan IV 2014 Rp
14.85 Triliun
Tumbuh 12.12% yoy
Rp
12.61 Triliun
Tumbuh 11.74% yoy
Rp
8.56Triliun
Tumbuh 11.41% yoy
Rp
4.80Triliun
Tumbuh 15.70% yoy
Triwulan I 2015 Rp
16.14 Triliun
Tumbuh 21.94% yoy
Rp
12.94 Triliun
Tumbuh 13.13% yoy
Rp
9.24 Triliun
Tumbuh 15.55% yoy
Rp
4.88Triliun
Tumbuh 13.89% yoy
147
%
140
2.24
%
2.67
%
%
41
STABILITAS SISTEM KEUANGAN TRIWULAN I 2015 Memasuki tahun 2015, stabilitas sistem keuangan di Provinsi Bengkulu menunjukkan arah perbaikan. Hal ini tercermin dari menurunnya LDR dan NPL dibandingkan triwulan sebelumnya. LDR pada triwulan I 2015 mencapai 140,05% dengan tingkat NPL sebesar 2,67%. Tingkat LDR di Bengkulu masih cenderung beresiko karena rasionya > 100 yang dipicu tingginya permintaan kredit namun kurang diimbangi kemampuan penghimpunan dana pihak ketiga.
2.67
1 4 0 . 05
13.13
15.15
3. 1 Perkemban gan Bank Umum 3.1.1 Aset Bank Umum
Aset Bank Umum tumbuh lebih baik, tercatat sebesar sebesar 21,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
12.22 21.77
sebelumnya sebesar 12,22% (yoy). Pertumbuhan bersumber dari aset Bank Umum Pemerintah mencapai 28,90% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 15,81%(yoy). Sementara pertumbuhan Aset Bank Swasta relatif stabil, tercatat tumbuh 2,51% (yoy) dibanding triwulan lalu sebesar
PANGSA ASSET (%) TW I 2015
KONVENS SYARIA BUMN/D SWASTA
2,26% (yoy).
94.40 5.60
Dari keseluruhan aset Bank Umum sebesar 16,14
77.60 22.40
Syariah. Kemudian apabila dilihat berdasarkan kategori
Triliun,
94,40%
masih
didominasi
oleh
Bank
Konvensional dan sisanya 5,60% merupakan aset Bank Bank, 77,6% aset perbankan di Provinsi Bengkulu dikuasai oleh BUMN/D dan sisanya 22,4% merupakan aset Bank Swasta Nasional.
42
3.1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga
Dana Pihak Ketiga tumbuh lebih baik, tercatat sebesar sebesar 15,55% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,41% (yoy). Pertumbuhan bersumber dari Giro dan Deposito, sementara
Tabungan
melambat.
Pertumbuhan
PERTUMBUHAN (% yoy)
Giro
terutama terjadi pada Giro Pemerintah di Bank Umum,
TW IV 2014
yang penyerapannya tertunda karena permasalahan teknis
TW I 2015
nomenklatur anggaran Kementerian/lembaga. Berdasarkan pangsanya, Giro dan Deposito mengalami
PANGSA DPK (%) di TW I 2015
kenaikan sementara Tabungan menurun. Perlambatan penghimpunan
tabungan
merupakan
dampak
TABUNGAN
dari
menurunnya daya beli masyarakat, sehingga masyarakat
GIRO
mulai
DEPOSITO
memanfaatkan
tabungan
sebagai
salah
11.41 15.55
satu
pembiayaan konsumsinya. Tren penurunan suku bunga
47.00 28.90 24.20
Bank, menjadai salah satu faktor penurunan tingkat penghimpunan tabungan di masyarakat.
Grafik 3.1 PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA
35% 100% 30% 25% 50% 20% 0% 15% 10% -50% 5% 0%
dalam ribu Rp
10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 TW TW TW TW TW TW TW TW TW I III I III I III I III I 2011
DPK
2012
2013
2014 2015
g DPK (yoy)
TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I
Sumber : Bank Indonesia
2011
2012
2013
2014
2015
g Giro (yoy) g Tabungan (yoy) g Deposito Berjangka (yoy)
43
Rp 2.233 Miliar
Rp 4.340 Miliar
Rp 2.666 Miliar
Tumbuh 39.11% yoy
Tumbuh 3.43 % yoy
Tumbuh 21.51 % yoy
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan masih terkonsentrasi di bank pemerintah dengan porsi mencapai 86,74%, sedangkan 13,26% berada di bank swasta. DPK bank umum pemerintah tumbuh sebesar 17,24% (yoy), lebih
KONSENTRASI DPK TW I 2015
BUMN/D SWASTA
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
86.74 13.26
12,84% (yoy). Demikian halnya, DPK bank umum swasta tumbuh 8,62% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,20% (yoy).
Pada bank umum pemerintah, komponen deposito mencatatkan pertumbuhan yang tertinggi sementara komponen tabungan mencatatkan perlambatan. Sementara di Bank Swasta, komponen deposito justru mengalami perlambatan dan komponen tabungan justru mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan penghimpunan dana di Giro dan Deposito pada Bank Umum Pemerintah lebih didorong oleh rekening Pemerintah Daerah maupun Rekening Pemerintah Pusat yang realisasinya tertahan selama triwulan I 2015.
Grafik 3.2 PERTUMBUHAN DEPOSITO, TABUNGAN, GIRO Sumber : Bank Indonesia
30.00
Pertumbuhan Deposito
25.00 20.00
30.00
% yoy
% yoy
40.00
20.00
10.00
TW TW TW TW TW TW TW TW TW 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2015
Swasta
Pemerintah
30.00
Pertumbuhan Giro
10.00 0.00 -10.00
0.00
0.00
40.00 20.00
15.00 5.00
10.00
-10.00
Pertumbuhan Tabungan % yoy
50.00
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2015
-20.00
-5.00
-30.00
Swasta
Pemerintah
Swasta
Pemerintah
44
3.1.3 Perkembangan Kredit
Kredit tumbuh lebih baik, tercatat sebesar sebesar 11,74% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,11% (yoy). Pertumbuhan kredit terutama bersumber dari Kredit Konsumsi sementara kredit PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
modal kerja melambat. Melambatnya pertumbuhan kredit
11.74 13.11
PANGSA KREDIT (%) TW I 2015
modal kerja terdampak penurunan tendensi bisnis di Bengkulu
terutama
perkebunan,
yang
perdagangan
terkait
dengan
domestik
dan
sektor jasa-jasa.
Sementara itu peningkatan kredit konsumsi ditengah penurunan daya beli masyarakat diperkirakan sebagai
KONSUMSI M. KERJA INVESTASI
58.70 29.78 11.50
upaya
masyarakat
untuk
mendapatkan
alternatif
pembiayaan lainnya. Berdasarkan strukturnya, 58.70% pembiayaan masih didominasi kredit konsumsi diikuti kredit/pembiayaan
modal
kerja
29,78%
dan
kredit/pembiayaan investasi 11,50%.
Rp 7.597 Miliar
Rp 1.489 Miliar
Rp 3.854 Miliar
Tumbuh 18.31% yoy
Tumbuh 6.89 % yoy
Tumbuh 6.35 % yoy
GRAFIK 3.3 PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI, INVESTASI, DAN MODAL KERJA Sumber : BI
50.00
Pertumbuhan Kredit
% yoy
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 TW 1 2013
TW 2 2013
TW 3 2013
Modal Kerja
TW 4 2013
TW 1 2014 Investasi
TW 2 2014
TW 3 2014
TW 4 2014
TW 1 2015
Konsumsi
45
Secara sektoral, kredit/pembiayaan yang tumbuh tinggi adalah Sektor Perantara Keuangan. Sektor ini tumbuh 70,45% (yoy) jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnyayang terkontraksi -59.45% (yoy). Kemudian pada sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial serta Jasa Perorangan yang melayani Rumah Tangga, masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 51,81% (yoy) dan 36,38% (yoy), Sedangkan, sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan kredit diantaranya adalah sektor Real Estate, sektor Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan; sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan sosial wajib; sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor Jasa Pendidikan. Tabel 3.1 KREDIT BANK UMUM DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI
Jenis Kredit PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN
Growth yoy
Share (%)
21.08
7.88
Andil (yoy) 1.66
14.66
0.19
0.03
-57.61
0.22
-0.13
6.62
2.42
0.16
LISTRIK, GAS DAN AIR
-7.45
0.17
-0.01
KONSTRUKSI
22.32
1.63
0.36
9.07
23.84
2.16
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
11.77
1.06
0.12
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
13.48
0.46
0.06
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
PERANTARA KEUANGAN
70.45
0.21
0.15
REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN
-59.31
1.22
-0.72
ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
-25.32
0.00
0.00
JASA PENDIDIKAN
-17.57
0.16
-0.03
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
51.87
0.26
0.14
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
19.11
1.23
0.23
JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA
36.38
0.07
0.02
-90.38
0.00
0.00
BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
1523.78
0.13
2.04
18.60
58.85
10.94
46
3.1.4 Risiko Stabilitas Sistem Keuangan
Resiko kredit masih terjaga pada level wajar, tercatat Non Performing Loan mencapai 2.67% sedikit mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2.24%.
TW IV 2014 TW I 2015
menurunnya kinerja dunia usaha selama triwulan laporan.
2.24 2.67
mencapai 4,93% sementara Bank Konvensional mencatat
Resiko likuiditas masih cukup tinggi, tercatat Loan to Deposit Ratio mencapai 140.05% sedikit mengalami
penurunan
dibandingkan
triwulan
sebelumnya sebesar 147.43%. Penurunan LDR ini lebih didorong pertumbuhan kredit yang kurang diikuti cepatnya pertumbuhan dana. Permasalahan tingginya
TW IV 2014
LDR masih memberikan tekanan resiko bagi stabilitas
TW I 2015
sistem keuangan daerah, karena tingginya net inflow
147.43 140.05
kredit dari luar dan kurang diimbangi penghimpunan dana domestik. Saving ratio
diperkirakan menurun
seiring dengan pelemahan daya beli masyarakat dan tekanan peningkatan inflasi inti. GRAFIK 3.4 RISIKO KREDIT DAN RISIKO LIKUIDITAS Sumber : BI (diolah)
6.00 5.00
NON PERFORMING LOAN
2.50
LDR BANK UMUM
2.00
4.00 3.00
1.50
2.00
1.00
1.00
0.50
0.00
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2015 Non Performing Loan
Syariah
Konvensional
TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 2015 LDR
Syariah
Konvensional
47
3.1.4 Perkembangan Kredit / Pembiayaan UMKM
Perkembangan kredit UMKM melambat, tercatat pertumbuhannya
mencapai
13.89%,
lebih
rendah
dibandingkan triwulan sebesar 15.70%. Pertumbuhan kredit UMKM cukup mempengaruhi pertumbuhan kredit secara keseluruhan mengingat share-nya yang cukup tinggi PERTUMBUHAN (% yoy)
TW IV 2014 TW I 2015
: 15.70% : 13.89%
yaitu mencapai 37,76% dari total kredit. Perlambatan kredit UMKM terjadi pada kredit UMKM untuk investasi dan kredit UMKM untuk modal kerja. Hal ini seiring dengan perlambatan ekonomi riil yang didorong melemahnya daya beli masyarakat. Kredit modal kerja
UMKM
tumbuh
12,10%
(yoy),
melambat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,16% (yoy). MODAL KERJA UMKM
Demikian juga untuk kredit investasi UMKM yang tumbuh 20,24%
TW IV 2014 TW I 2015
: 14.16% : 12.10%
INVESTASI UMKM
TW IV 2014 TW I 2015
: 21.55% : 20.24%
(yoy),
melambat
dibandingkan
triwulan
sebelumnya sebesar 21,55% (yoy). Dari segi pangsanya, kredit UMKM didominasi oleh kredit modal kerja UMKM yang mencapai 71,38% dari total kredit UMKM atau senilai Rp3,48 triliun. Sedangkan kredit investasi UMKM berkontribusi sebesar 28,61% atau senilai Rp1.39 triliun.
Secara sektoral, kredit UMKM bank umum Provinsi Bengkulu utamanya disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor pertanian dengan pangsa masing-masing sebesar 60,02% dan 20,76%. Pada sektor perdagangan, penyaluran kredit UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan eceran. Perdagangan eceran didominasi perdagangan makanan,minuman dan tembakau sebesar Rp601,20 miliar atau sebesar 20,49% dari total kredit UMKM sektor perdagangan dan sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp405,56 miliar atau 13,82% dari total kredit UMKM sektor perdagangan. Sementara itu, pada sektor pertanian, sub sektor perkebunan kelapa sawit menyerap kredit/pembiayaan UMKM terbesar mencapai Rp692,66 miliar atau 68,23% dari total kredit UMKM sektor pertanian, diikuti oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya sebesar Rp238,33 miliar atau 23,47% dari total kredit UMKM sektor pertanian.
48
Penyaluran kredit UMKM sektor pertanian maupun sektor perdagangan mencatatkan perlambatan. kredit UMKM sektor pertanian tumbuh sebesar 28,34% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2014 yang tumbuh sebesar 30,67% (yoy). Perlambatan pertumbuhan juga terjadi pada sektor perdagangan dari 13,14 % (yoy) pada triwulan IV 2014, menjadi 11,48% (yoy) pada triwulan I 2015. Perlambatan kredit UMKM yang terjadi hampir diseluruh sektor ditengarai terjadi karena kondisi perekonomian yang masih belum stabil, sehingga mendorong pelaku usaha membatasi ekspansi usahanya. Beberapa sektor usaha yang masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan kredit/pembiayaan UMKM pada triwulan laporan yaitu sektor konstruksi sebesar 30,15% (yoy) dari triwulan sebelumnya hanya sebesar 27,88% (yoy) dan sektor Perantara Keuangan yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 460,98% (yoy) dengan nilai kredit sebesar 26,86 Milyar.
Tabel 3.2 LIMA BESAR KREDIT UMKM DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI
TABEL 3.1 5 LIMA BESAR KREDIT UMKM DI PROVINSI BENGKULU Growth yoy
Jenis Kredit
Share (%)
Andil yoy
1. PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
11.48
60.02
6.89
2. PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
28.34
20.77
5.89
460.98
0.55
2.53
4. JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN
36.97
3.20
1.18
5. KONSTRUKSI
30.15
3.87
1.17
3. PERANTARA KEUANGAN
Kualitas penyaluran kredit UMKM pada triwulan I 2015
menunjukkan
penurunan
dibandingkan
triwulan sebelumnya. Kondisi ini terlihat dari rasio NPLs kredit UMKM pada triwulan laporan sebesar 5,62%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya 4,60%. Kenaikan NPLs didorong oleh kondisi bisnis yang menurun khususnya sektor pertambangan, sektor Real Estate, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Penurunan sektor pertambangan lebih didorong oleh menurunnya permintaan mitra dagang sementara penurunan sektor real estate, persewaan dan jasa perusahaan didorong
TW IV 2014 TW I 2015
: 4.60% : 5.62%
SEKTOR PENDORONG NPL
Pertambangan Real Estate
oleh menurunnya permintaan domestik terdorong pelemahan daya beli.
49
3.2 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
Perkembangan Bank Syariah secara umum melambat, perlambatan terjadi pada Asset dan Pembiayaan sementara penghimpunan dana masih stabil. Pada triwulan Laporan pertumbuhan aset yang dikelola oleh Bank Syariah di Provinsi Bengkulu mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,97% (yoy) atau menjadi Rp903,41 triliun. Angka ini lebih kecil dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,39% (yoy).
Growth
(yoy)
Q4 2014
8. 39
8. 81
7. 66
172
3. 66
Q1 2015
4. 97
9. 67
4. 26
180
4. 93
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Triwulan I 2015 tumbuh 9,67% (yoy), lebih baik dibandingkan triwulan
sebelumnya
sebesar
8,81%.
Hal
Komposisi Dana Pihak Ketiga
ini
bersumber dari pertumbuhan tabungan dan deposito, sementara
pertumbuhan
giro
melambat.
Giro
perbankan syariah terkontraksi hingga 12,59% (yoy), dimana pada triwulan sebelumnya tumbuh 1,37% (yoy).
Deposito 29%
Kontraksi giro di perbankan syariah berlangsung sejak bulan Januari hingga berlanjut sampai dengan Maret dengan besaran yang meningkat.
Giro 5%
Tabungan 66%
Growth
(yoy)
Q4 2014
8. 11
13. 78
Q1 2015
10. 08
12. 80
1. 37 - 12. 59
50
Pembiayaan perbankan syariah pada triwulan Laporan tumbuh melambat sebesar 4,26% (yoy) lebih rendah
Komposisi Pembiayaan
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,66% (yoy). Perlambatan bersumber pada kontraksi pembiayaan modal
kerja
pembiayaan
sebesar investasi
-25,96% dan
(yoy).
konsumsi
Sementara meningkat, Modal Kerja 29.01%
pembiayaan investasi tumbuh 17,87% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang terkontraksi -13,19% (yoy). Sementara pembiayaan konsumsi tumbuh sebesar 29,79%
(yoy)
meningkat
dibandingkan
Konsumsi 44.96%
triwulan Investasi 26.03%
sebelumnya sebesar 26,65% (yoy). Struktur pembiayaan perbankan syariah didominasi oleh pembiayaan konsumsi dengan porsi sebesar 44,96%, sementara pembiayaan modal kerja dan investasi masing-masing mengambil
2.00
Growth
FDR & NPF
1.90
Q4 2014
8. 46
5. 82
14. 81
Q1 2015
6. 35
6. 89
18. 31
1.80 1.70 1.60 1.50
TW 1 2013 TW 2 2013 TW 3 2013 TW 4 2013 TW 1 2014 TW 2 2014 TW 3 2014 TW 4 2014 TW 1 2015
FDR
(yoy)
FDR
6.00 5.00 4.00 3.00 2.00 1.00 0.00
NPF
Sementara itu resiko kredit terjaga, namun resiko likuiditas berada diatas ambang wajar .
Non Performing Financing (NPF) yang mengalami peningkatan dari 3,66% di triwulan sebelumnya menjadi 4,93% pada triwulan I 2015. Tingkat NPF pada Triwulan I 2015 merupakan yang tertinggi dalam 5 (lima) tahun terakhir. Sementara Finance to Deposit Ratio menunjukkan peningkatan dari 172% pada triwulan IV 2014 menjadi 180% pada triwulan I 2015. Meskipun tingkat FDR berada diatas batas wajar, namun resiko perbankan syariah relatif terjaga karena pembiayaan kantor pusat perbankan.
51
NPF
porsi sebesar 29,01% dan 26,09%.
3.3 Bank Perkreditan/ Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS)
Kinerja BPR/BPRS di Bengkulu pada triwulan I 2015 meningkat. Pada periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 7,71% (yoy), lebih tinggi dari laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,51% (yoy). Sementara DPK BPR/BPRS mencatatkan pertumbuhan negatif sebesar -0,73% (yoy). Pertumbuhan DPK ini terutama didorong oleh penurunan pertumbuhan tabungan yang mencapai -23,95 % (qtq), sementara jumlah deposito berjangka hanya tumbuh sebesar 4,10% (qtq). Sejalan dengan itu, penyaluran kredit/pembiayaan juga mengalami pertumbuhan. Kredit/pembiayaan BPR/BPRS tercatat tumbuh sebesar 4,32% (yoy), sementara triwulan sebelumnya justru turun 2,39% (yoy).
Growth
(yoy)
Q4 2014
4. 51
8. 81
2. 39
116. 51
Q1 2015
7. 71
-0. 73
4. 32
125. 23
Disamping itu, Intermediasi BPR/BPRS di Provinsi Bengkulu cukup ekspansif dengan rasio LDR/FDR sebesar 125,23%. Dengan demikian, rasio LDR/FDR pada periode ini lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencatatkan rasio L/FDR 116,51%. Peningkatan yang tidak terlalu tinggi ini didorong oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang lebih cepat daripada pertumbuhan penyaluran kredit / pembiayaan.
52
3.4 Sistem Pembayaran 3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai
Pada triwulan I 2015, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu mengalami net cash inflow. Net cash inflow mencapai Rp201,06 miliar, berbanding terbalik dengan triwulan sebelumnya yang mengalami net cash outflow sebesar Rp393,45 miliar. Bila melihat pergerakan tahunannya, kondisi net cash inflow pada triwulan I 2015 ini sejalan dengan siklus tahunan. Pada awal tahun pada umumnya penarikan anggaran kas dalam rangka proyek-proyek pemerintah masih kecil jumlahnya, selain itu dapat disebabkan pula karena menurunnya konsumsi masyarakat secara umum.
Grafik 3.5 INFLOW-OUTFLOW UANG KARTAL Sumber : BI
8,000
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
6,000
Bengkulu selalu mencatatkan net cash
4,000
dalam Miliar Rp.
Apabila dicermati, data Aliran uang kartal di
outflow. Hal ini merupakan indikasi bahwa ekonomi di Provinsi Bengkulu mengalami pertumbuhan, sehingga dibutuhkan lebih banyak
likuiditas
melakukan
di
berbagai
masyarakat
2,000 0 -2,000
1 4 7 10 1 4 7 10 1 4 7 10 1 2012
-4,000
ekonomi.
-6,000
Namun pada triwulan I 2015 terjadi net
-8,000
cash inflow
aktivitas
untuk
Pembayaran Tunai
Netflow
karena tertundanya realisasi
2013
2014
Inflow
2015
Outflow
anggaran Pemerintah Daerah di awal tahun. Tabel 3.3 NETFLOW UANG KARTAL Sumber : BI
Keterangan
2013
2014
2015
QtQ %
I
IV
I
IV
I
I 2013
I 2014
Inflow
653,052
188,814
626,476
262,852
605,386
-4.1%
-3.4%
Outflow
404,585
1,023,700
553,951
656,309
404,319
36.9%
-27.0%
Netflow
248,467
834,886
72,524
393,457
201,066
-70.8%
177.2%
53
3.4.1.1 Pemusnahan Uang Kartal Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money
policy) , maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu melakukan kegiatan pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan menggunakan Mesin Racik Uang Kertas (MERUK). Rasio jumlah pemusnahan uang kartal terhadap inflow pada triwulan laporan sebesar 44,55%. Rasio ini meningkat dibandingkan triwulan IV 2014 yang mencatatkan rasio sebesar 50,67%. Meningkatnya rasio pemusnahan terhadap inflow ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah inflow pada periode laporan sekitar 130,31% (qtq) menjadi sebesar Rp605,38 miliar. Namun, tidak diimbangi oleh penurunan jumlah uang lusuh yang diterima. Dimana pada periode laporan, uang lusuh yang diterima hanya mencatatkan peningkatan sebesar 102,05% (qtq) menjadi Rp269,72 Miliar. Grafik 3.6 PERKEMBANGAN RASIO PEMUSNAHAN UANG TERHADAP INFLOW PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
120%
8,000 7,000
100%
dalam Juta Rp
6,000
80%
5,000
60%
4,000 3,000
40%
2,000
20%
1,000
0%
I
II
III
IV
I
2012 PTTB
II
III
2013 Inflow
IV
I
II
III
IV
2014
I 2015
Rasio PPTB/Inflow
3.4.1.2 Penemuan Uang Palsu Jumlah uang palsu yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu pada triwulan I 2015 meningkat, baik dari jumlah lembar maupun secara nominal. Bank Indonesia Bengkulu menerima pelaporan uang palsu sebanyak 67 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp100.000.00 sejumlah 16 lembar, pecahan Rp50.000.00 sejumlah 11 lembar, pecahan Rp20.000.00 sejumlah 3 lembar, dan pecahan Rp5.000,00 sejumlah 37 lembar. Persentase jumlah uang palsu terhadap jumlah
cash inflow pada triwulan laporan sangat kecil yaitu hanya sebesar 0.001022%.
54
Grafik 3.7 PPENEMUAN JUMLAH LEMBAR UANG PALSU DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
120 100 80 60 40 20 -
112 67
56 37
28
23
I
5
6
II
III
IV
I
2011
4
6
II
III
13
9
IV
I
18
23
II
III
2012
38
36
III
IV
24
IV
I
II
2013
2014
I 2015
3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai 3.4.2.1 Perkembangan Kliring Lokal Pada triwulan I 2015, transaksi kliring secara nominal mengalami pertumbuhan, yaitu dari Rp738,62 miliar di triwulan sebelumnya menjadi Rp829,96 miliar atau meningkat 12,37% (qtq). Kondisi ini memiliki pergerakan searah dengan triwulan yang sama pada sebelumnya yang mencatatkan kenaikan jumlah nominal transaksi kliring 7,13% (qtq). Sejalan dengan turunnya nominal kliring, jumlah warkat kliring turun sebesar 34,60% (qtq). Arah yang serupa juga terlihat dari rata-rata kliring per hari, dimana nominal kliring mengalami kenaikan 20,56 (qtq) atau menjadi senilai Rp13,49 miliar per hari. Tabel 3.4 PERKEMBANGAN KLIRING DAN PENOLAKAN CEK/BILYET PROV. BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
Keterangan Bank Peserta Kliring
2014
2015
I
II
III
IV
I
19
20
20
20
20
Pertumbuhan QtQ
Perputaran Kliring Nominal (juta Rp.)
944.066
836.741
755.008
738,621
829,960
12.37%
Warkat (lembar)
33.182
31.174
29.129
26,189
35,250
34.60%
Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari Nominal (juta Rp.)
15.734
13.717
12,178
11,191
13,492
20.56%
Warkat (lembar)
553
511
470
397
570
43.48%
% Penolakan Cek dan Bilyet Giro Nominal
3.50%
2.96%
2.84%
4.56%
2.09%
Warkat
1.87%
2.21%
2.36%
3.07%
2.11%
55
Persentase jumlah penolakan warkat cek dan bilyet giro mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya, baik secara nominal maupun jumlah warkat. Pada triwulan laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak sebanyak 2,11% dari total warkat yang ditransaksikan. Sementara itu bila dilihat dari nominal, penolakan cek dan bilyet giro mencapai 2,09% dari total transaksi kliring. Penolakan transaksi kliring dapat terjadi antara lain karena tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup, dan saldo tidak cukup.
3.4.2.2 Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) mencatatkan penurunan. Penurunan terjadi pada nominal transaksi masuk daerah Bengkulu, dan transaksi antar nasabah di daerah Bengkulu. Sementara kenaikan terjadi pada transaksi keluar daerah Bengkulu. Sejalan dengan penurunan jumlah nominal, pertumbuhan transaksi RTGS berdsarkan jumlah warkat juga mengalami penurunan. Transaksi masuk daerah Bengkulu mengalami koreksi sebesar 42,8% menjadi 3.920 warkat dari sebelumnya sebanyak 6.858 lembar warkat. Sementara transaksi antar nasabah di daerah Bengkulu mengalami koreksi sebesar dan 56,5% menjadi 1.133 warkat dari sebelumnya sebanyak 2.603 warkat. Berkurangnya jumlah warkat ini merupakan akibat dari diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia (SE-BI No.16/18/DPSP) yang mengharuskan transfer dengan nominal transaksi di bawah Rp100 Juta untuk menggunakan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI). Tabel 3.5 PERKEMBANGAN RANSAKSI RTGS Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
2013
Keterangan
I
2014 IV
I
IV
2015 I
Pertumb. QtQ
Transaksi Keluar Daerah (from) Nominal (miliar Rp.)
7,876
12,846
11,893
12,961
15,628
20.6%
Warkat (lembar)
8,492
11,058
8,931
11,256
4,003
-64.4%
Nominal (miliar Rp.)
15,063
24,806
20,868
46,514
41,235
-11.3%
Warkat (lembar)
6,466
7,797
6,878
6,858
3,920
-42.8%
Transaksi Masuk Bengkulu (to)
Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to) Nominal (miliar Rp.)
1,127
2,839
2,276
2,503
944
-62.3%
Warkat (lembar)
1,988
2,746
2,670
2,603
1,133
-56.5%
56
3.4.2.3
Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
Jumlah transaksi TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan penurunan. Transaksi uang kartal antar bank pada triwulan laporan mencapai Rp520,40 Miliar, lebih tinggi 58,53% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar Rp1,08 Triliun. Penurunan transaksi TUKAB yang signifikan terjadi pada bulan Desember 2014-Januari 2015. Menurunnya volume TUKAB dapat mencerminkan kebutuhan uang kartal dimasyarakat. Kondisi ini searah dengan pergerakan inflow-outflow uang kartal di Bank Indonesia yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Jika volume TUKAB rendah dan pada waktu yang sama perbankan mengurangi penarikan uang kartal dari Bank Indonesia (outflow), maka mengindikasikan kebutuhan uang tunai pada periode tersebut sedang rendah. Grafik 3.8 PERKEMBANGAN TUKAB DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu juta rupiah
450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 -
80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2012
2013 TUKAB
2014
2015
g (yoy)
57
BOKS
3
PERKEMBANGAN DUNIA USAHA MELAMBAT SELAMA TRIWULAN I 2015
Berdasarkan hasil survei kegiatan dunia usaha dan liaison kepada pelaku usaha di Prov. Bengkulu menunjukkan bahwa perkembangan usaha melambat selama triwulan I 2015. Indeks Kegiatan Dunia Usaha pada triwulan I 2015 terkontraksi 20.27% lebih rendah dibandingkan kontraksi yang terjadi pada triwulan sebelumnya sebesar -14.54%. Beberapa indikator perlambatan antara lain : Analisis Produksi dan
Realisasi
penjualan domestik mengalami penurunan. Hal ini
Penjualan
dikonfirmasi pelaku usaha di sektor perkebunan, sektor jasa keuangan dan sektor jasa swasta. Pelaku usaha menilai bahwa angka penjualan pada awal tahun 2015 menurun signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pangkal permasalahan adalah daya beli masyarakat yang lemah, karena tren penurunan harga komoditas (karet, sawit, batubara) belum mereda. Beberapa pelaku usaha karet rakyat mulai mengganti komoditas tanamannya dengan pertimbangan biaya produksi yang merugi dibandingkan penjualannya. Untuk sektor pertanian di Bengkulu, mencatat bahwa selama tahun 2014 NTP Bengkulu termasuk yang terendah dibandingkan provinsi lainnya di Sumatera.
Investasi
Kegiatan investasi pelaku usaha selama triwulan laporan melambat. Pengusaha melihat bahwa resiko investasi meningkat, hal ini ditunjang oleh beberapa ekspektasi pelaku usaha yaitu : (i) harga barang-barang konstruksi dan permesinan yang berasal dari impor meningkat karena nilai tukar terdepresiasi, (ii) perusahaan perkebunan masih bersikap hati-hati dalam melakukan investasi/ replanting secara masif mengingat tren harga komoditas yang belum membaik selama 2 tahun terakhir, (iii) Pelaku usaha mengkhawatirkan daya beli masyarakat melemah.
Kapasitas Utilisasi
Kapasitas Utilisasi rendah karena kegiatan produksi menurun.
58
Beberapa pelaku usaha industri pengolahan menyatakan bahwa pasokan bahan baku produk perkebunan tidak maksimal. Hal ini didorong permintaan produksi yang rendah serta harga beli produsen yang kurang kompetitif dibandingkan biaya produksi yang dikeluarkan. Ini terjadi pada perkebunan karet dan batubara. Biaya dan Harga
Biaya Produksi cenderung meningkat sementara harga jual produk cenderung menurun. Peningkatan biaya produksi didorong oleh peningkatan beberapa komponen yaitu : Upah Minimum, Biaya Bahan Bakar saat ini mempunyai volatilitas yang tinggi, biaya pembelian
sparepart permesinan mengalami kenaikan karena pelemahan Rupiah. Sementara pelaku usaha mengeluhkan harga jual produk yang tidak mudah dinaikkan. Kenaikan harga jual akan berpengaruh pada omzet mengingat daya beli masyarakat tidak cukup kuat. Mensikapi hal tersebut beberapa pelaku usaha melakukan tindakan penghematan energi dan biaya-biaya produksi meskipun langkah pengurangan tenaga kerja belum banyak dilakukan. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan dilakukan apabila dalam 6 bulan kedepan kondisi permintaan belum mengalami perbaikan.
Sumber : Liaison Bank Indonesia
59
BAB IV
PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH
KINERJA KEUANGAN DAERAH TRIWULAN I 2015 Realisasi pendapatan daerah terhadap target anggaran lebih baik dibandingkan triwulan I 2014. Sementara penyerapan belanja daerah terhadap anggaran pada triwulan I 2015 lebih rendah. Realisasi pendapatan Triwulan I 2015 mencapai 18,64% dari target anggaran, lebih baik dibandingkan Triwulan I 2014 yang mencapai 18,31% dari target anggaran. Sementara disisi belanja daerah, penyerapan sampai dengan Triwulan I 2015 mencapai 9,13% dari target anggaran sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun 2014 sebesar 10,32%.
1.1 Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada Triwulan I 2015 lebih tinggi dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Total pendapatan mencapai Rp410,81 miliar atau 18,64% dari pagu APBD sebesar Rp2.204,19 miliar. Berdasarkan strukturnya, porsi Dana Perimbangan/Transfer mendominasi penerimaan APBD sebesar 55,60%, diikuti Pendapatan Asli Daerah (31,53%) dan Lain-lain Pendapatan (0,12%). Peningkatan tersebut bersumber dari realisasi Pendapatan Pajak Daerah sebesar 15,41% dari pagu APBD dengan nominal mencapai Rp76,58 miliar. Realisasi Pendapatan Pajak Anggaran Pendapatan APBD Triwulan I 2015
Daerah ini lebih tinggi dibandingkan posisi Triwulan I tahun 2014 dimana pada tahun tersebut realisasi mencapai 0,16% dengan nominal
PAD
Rp
sebesar
Rp0,66
miliar.
Meningkatnya
realisasi
695 M
Pendapatan Pajak Daerah Triwulan I 2015 terutama didorong
Transfer Pusat Rp 1.225 M
peningkatan pendapatan daerah dari Pajak Kendaraan Bermotor
Lain-lain
Rp
283 M
Total
Rp 2.204 M
dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat mencapai 21,34% terhadap pagu, sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 25,11%. Secara nominal
Realisasi Pendapatan APBD Triwulan I 2015
pendapatan transfer Triwulan I 2015 sebesar Rp 1.225 miliar dengan realisasi sebesar Rp.261,52 miliar. Penurunan realisasi tersebut terutama bersumber dari komponen Dana Alokasi
PAD
Rp 82.43 M
Umum (DAU). Porsi pendapatan transfer saat ini mencapai
Transfer Pusat Rp 261.52 M
55,60% terhadap postur APBD yang menunjukkan bahwa
Lain-lain
Rp 66.86 M
Total
Rp 410.81 M
ketergantungan Pemerintah Provinsi terhadap pembiayaan pusat masih sangat besar.
61
Persentase realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai dengan Triwulan I 2015 terhadap pagu mencapai 11,86%, pencapaian ini jauh lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 2,22%. Secara nominal realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai Rp82,43 miliar, jauh diatas realisasi tahun lalu yang hanya Rp11,84 miliar. Perbaikan realisasi tersebut terutama bersumber pada Pendapatan Pajak Daerah dengan realisasi mencapai 15,41% terhadap pagu, sementara realisasi Retribusi Daerah dan Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan cenderung stabil dibandingkan tahun lalu. Sementara nilai realisasi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah sedikit lebih rendah dari tahun sebelumnya, sebesar 3,04% dengan nominal Rp5,38 miliar. TABEL 4.1 REALISASI PENERIMAAN APBD 2014-2015 PEMPROV BENGKULU Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu APBD
Uraian
I-2014
Realisasi I-2015
I-2014
% Realisasi
I-2015
I-2014
I-2015
Pendapatan Asli Daerah
532,94
695,03
11,84
82,43
2,22%
11.86%
Pendapatan Pajak Daerah
400,99
496,99
0,66
76,58
0,16%
15.41%
Pendapatan Retribusi Daerah
11,33
4,19
0,40
0,46
3,51%
10.98%
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan
13,98
16,65
0,22
0
1,59%
0.00%
106,64
177,19
10,56
5,38
9,91%
3.04%
1.268,25
1.225,69
318,41
261,52
25,11%
21.34%
54,02
52,28
0
0
0,00%
0.00%
11,54
63,43
0
0
0,00%
0.00%
955,10
1.046,08
318,37
261,52
33,33%
25.00%
53,93
63,89
0
0
0,00%
0.00%
193,68
269,00
0,04
66,71
0,02%
24.80%
4,33
283,46
0,36
66,86
8,28%
23.59%
1.805,52
2.204,19
410,81
18,31%
18.64%
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Perimbangan/Transfer
Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Dana Penyesuaian Lain-lain Pendapatan yang Sah Total Pendapatan
330,60
Pendapatan Pajak Daerah memiliki porsi sebesar 71,50% dari total pagu PAD 2015, kemudian diikuti oleh Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dengan porsi 25,49% dari pagu PAD. Pendapatan Pajak Daerah salah satunya bersumber dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Pajak Kendaraan Bermotor. Berdasarkan data jumlah kendaraan bermotor sepanjang 2015 terjadi tren penurunan pembelian kendaraan bermotor roda dua di Provinsi Bengkulu. Terlihat pada triwulan I 2015 terjadi penurunan yang signifikan terhadap jumlah
kendaraan
bermotor
roda
dua.
Namun
demikian,
jumlah
kendaraan
roda
empat/truk/bus terlihat mengalami peningkatan, sehingga realisasi Pendapatan Pajak Daerah masih dapat lebih tinggi dibandingkan Triwulan I 2014. Selain dari pajak kendaraan, pemerintah daerah masih dapat memperoleh pemasukan dari pajak lainnya dan retribusi.
62
GRAFIK 4.1 PERKEMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Dispenda Provinsi Bengkulu 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0
150.0%
Roda 2
2500
100.0%
2000
50.0%
1500
0.0%
100.0% 50.0%
1000
-50.0%
0.0%
500 0
-50.0%
I III I III I III I III I III I
I
2010 2011 2012 2013 20142015
2010
Kendaraan Baru
150.0%
Roda 4
g (yoy)
III
I
III
2011
I
III
2012
I
III
2013
I
III
I
20142015
Kendaraan Baru (kiri)
g (yoy)
4.2.2 Anggaran Belanja APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu Persentase Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Bengkulu pada Triwulan I tahun 2015 terhadap anggaran cenderung stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Secara Anggaran Pendapatan APBD
nominal penyerapan belanja daerah mencapai Rp206,22 miliar
Triwulan I 2015
atau 9,13% terhadap pagu sebesar Rp 2.258,69 miliar. Realisasi tertinggi tercatat pada belanja operasi yaitu sebesar 13,16%
Belanja Operasi Rp 1.565 M Belanja Modal Rp
465 M
Tidak Terduga Rp
9M
Transfer
Rp
218 M
Total
Rp 2.258 M
dengan nilai Rp206,12 miliar. Kemudian, diikuti oleh belanja modal sebesar 0,20% dengan nilai Rp0,95 miliar. Berdasarkan strukturnya belanja operasi memiliki porsi sebesar 69,32% dari total anggaran, sementara belanja modal memiliki porsi sebesar 20,60%
dan
sisanya
merupakan
belanja
tidak
terduga
Penyerapan belanja rutin sampai dengan Triwulan I 2015 persentase realisasinya lebih tinggi dibandingkan tahun
Realisasi Pendapatan APBD Triwulan I 2015
sebelumnya. Secara nominal penyerapan Belanja rutin mencapai Rp206,12 miliar, lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun 2014 yang
Belanja Operasi Rp 206.12 M
mencapai
Rp195,09
miliar.
Menurunnya
persentase
penyerapan anggaran terutama bersumber pada penyerapan belanja barang/jasa serta penyerapan belanja barang, sementara
Belanja Modal Rp
0.95 M
penyerapan belanja hibah dan pegawai relatif stabil. Porsi belanja
Tidak Terduga Rp
0M
operasional saat ini masih mendominasi postur belanja APBD
Transfer
Rp
0M
Provinsi Bengkulu namun dibandingkan tahun sebelumnya
Total
Rp 206.2 M
persentasenya menunjukkan penurunan. Pada tahun 2015 porsi Belanja Rutin mencapai 69,32% menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 72,55%.
63
Persentase penyerapan belanja modal terhadap anggaran pada Triwulan I tahun 2015 relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Secara nominal penyerapan belanja modal sebesar Rp0,95 miliar atau 0,20% terhadap anggaran sebesar Rp465 miliar. Peningkatan penyerapan terutama bersumber pada Belanja Jalan, Irigasi, Jaringan, Gedung, Bangunan serta Belanja Aset Tetap Lainnya. Porsi belanja modal yang masih rendah dibandingkan belanja rutin mendorong pembangunan infrastruktur terkendala. Namun dibandingkan tahun 2014 struktur belanja modal terhadap APBD belanja daerah meningkat dari 16,33% menjadi 20,60%. Hal ini menunjukkan pada tahun 2015 Pemerintah Daerah memberikan perhatian lebih kepada pembangunan infrastruktur daerah dibandingkan tahun sebelumnya.
TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD 2014-2015 PEMPROV BENGKULU Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu
Uraian
APBD
Realisasi
I-2014
I-2015
I-2014
I-2015
1,442.40
1,565.81
195.09
206.12
13.53%
13.16%
1. Belanja Pegawai
570.47
640.87
118.9
130.11
20.84%
20.30%
2. Belanja Barang
631.51
646.98
24.93
10.29
3.95%
1.59%
3. Belanja Bunga
-
-
-
-
-
-
4. Belanja Subsidi
-
-
-
-
-
-
219.54
273.56
51.26
65.72
23.35%
24.02%
-
-
-
-
-
-
20.88
4.40
0
0
0.00%
0.00%
294.25
465.40
0.6
0.95
0.20%
0.20%
6.3
12.71
0
0
0.00%
0.00%
2. Belanja Peralatan dan Mesin
37.72
67.77
0.6
0.95
1.60%
1.40%
3. Belanja Gedung dan Bangunan
39.29
63.28
0
0
0.00%
0.00%
208.96
305.31
0
0
0.00%
0.00%
-
3.25
-
0
-
0.00%
1.99
-
0
-
0.00%
-
10.91
9.00
0
0
0.00%
0.00%
149.07
218.15
0
0
0.00%
0.00%
1,896.63
2,258.69
195.69
206.22
10.32%
9.13%
Belanja Operasi
5. Belanja Hibah 6. Belanja Bantuan Sosial 7. Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal 1. Belanja Tanah
4. Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 5. Belanja Aset Tetap Lainnya 6. Belanja Aset Lainnya Belanja Tidak Terduga Transfer Total Belanja
I-2014
% Realisasi
I-2015
64
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
PROVINSI BENGKULU 5.1 Ketenagakerjaan Tingkat
Pengangguran
Terbuka
(TPT)
Provinsi Bengkulu menunjukkan perbaikan, tercatat jumlah pengangguran di Provinsi Bengkulu menurun.
Hal
Pengangguran
Agust 2013
4.61
Agust 2014
3.47
tersebut Terbuka
tercermin
(TPT)
pada
dari Agustus
Tingkat 2014
sebesar 3,47%, lebih rendah dibandingkan Agustus 2013 yang mencapai 4,61%.
Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 900 ribu orang atau meningkat sebesar 3,21% (yoy). Dari total angkatan kerja tersebut, sebanyak 869 ribu telah bekerja, sedangkan belum bekerja 31 ribu orang. Penurunan TPT yang di dukung dengan peningkatan jumlah angkatan kerja serta jumlah penduduk bekerja mengindikasikan adanya serapan tenaga kerja di Provinsi Bengkulu sepanjang Agustus 2013-Agustus 2014. Hal ini juga sebagai indikasi bertambahnya kesempatan kerja di sektor-sektor perekonomian. TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH PENGANGGURAN DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu Pengangguran
2012
2013
2014
Agt
Agt
Agt
859,900
832,000
868,800
31,800
40,200
31,300
Jumlah Angkatan Kerja (orang) Bekerja (orang) Pengangguran (orang)
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Persentase TPAK (%)
70.27
67.59
68.29
Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran Terbuka Jumlah (orang) TPT (%)
31,800
40,200
31,300
3.56
4.61
3.47
Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbesar mencapai 50,6%, diikuti sektor jasa kemasyarakatan sebesar 18,1% dan sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi sebesar 17,2% (Tabel 5.2). Hampir seluruh sektor ekonomi mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja, kecuali sektor keuangan
65
yang mengalami penurunan sebesar 3.600 orang tenaga kerja. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu mendorong pelaku usaha melakukan penambahan kapasitas usaha sehingga berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. TABEL 5.2 ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Sumber : BPS Prov. Bengkulu Agt 2013 Pengangguran
% Porsi
Ribu Orang
1. Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 3.
Industri
4.
Listrik, Gas & Air Minum
5.
Konstruksi
6.
Perdagangan, Rumah makan & Akomodasi
7. 8. 9.
Jasa Kemasyarakatan
Agt 2014 Ribu Orang
% Porsi
436.5
52.5
439.8
50.6
9.9
1.2
9.9
1.1
25.6
3.1
27
3.1
1.4
0.2
3.2
0.4
38.4
4.6
41.6
4.8
142.7
17.2
149.3
17.2
Transportasi, pergudangan & komunikasi
21.6
2.6
27.8
3.2
Keuangan
16.8
2
13.2
1.5
139.3
16.8
157.1
18.1
832
100
868.8
100
TOTAL
Sebagian besar (65,8%) tenaga kerja di Provinsi Bengkulu bekerja di sektor informal, sedangkan 34,2% bekerja di sektor formal. Sektor informal antara lain buruh tidak tetap dan pekerja keluarga/tidak dibayar, sementara sektor formal antara lain buruh/karyawan dan berusaha dengan dibantu buruh tetap. Sepanjang Agustus 2013-Agustus 2014, pekerja sektor informal tumbuh 2,4% (yoy) atau naik 13,2 ribu orang. Sementara itu, pekerja sektor formal naik lebih tinggi 8,62% (yoy) atau 23,6 ribu orang. Dari sisi pendidikan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) lulusan SMA/SMK/Universitas cukup tinggi diatas 4,5%, sedangkan TPT lulusan SD/SMP lebih rendah sebesar dari 3%. Kondisi ini menunjukkan masih rendahnya lapangan pekerjaan untuk pekerja dengan pendidikan yang lebih tinggi. Selain itu, ketersediaan lapangan pekerjaan tidak merata dan terkonsentrasi di Kota Bengkulu sebagai pusat
perekonomian.
Pemerintah
daerah
perlu
mendorong
percepatan
pemerataan
pembangunan, sehingga tercipta lapangan kerja baru di seluruh kabupaten di Provinsi bengkulu.
66
5.2 Perkembangan Kesejahteraan Nilai Tukar Petani triwulan I 2015 secara umum masih mengalami tekanan meskipun sedikit mereda.
tercermin Nilai Tukar Petani (NTP)
masih dibawah 100, terutama terjadi pada sub sektor
NILAI TUKAR PETANI
perkebunan. NTP dibawah 100 merupakan indikasi petani belum sejahtera sebab harga hasil produksi pertanian yang
TW IV 2014
94.37
TW I 2015
96.24
diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani, terutama terjadi pada sub sektor tanaman pangan, perikanan, dan tanaman perkebunan. Tekanan harga CPO dan karet di pasar global turut mendorong pelemahan harga tandan buah segar (TBS)
NILAI TUKAR
sawit dan getah karet di tingkat lokal. Di sisi lain, biaya
USAHA PETANI (NTUP)
yang harus dikeluarkan oleh petani terus mengalami peningkatan karena inflasi.
TW IV 2014 TW I 2015
101.8
Sementara peternakan
101.9
itu
NTP
kelompok
menunjukkan
holtikultura
perbaikan.
dan
Peningkatan
permintaan pada komoditas holtikultura dan peternakan diperkirakan menjadi salah satu faktor membaiknya pendapatan
masyarakat
petani
di
sektor
tersebut.
Sementara itu, NTP
GRAFIK 5.1 NILAI TUKAR PETANI Sumber : BPS Prov. Bengkulu
102
Indeks
100 98 96 94 92 90
2.0% 1.5% NTP g (mtm) 1.0% 0.5% 0.60% 0.0% -0.5% -1.0% -1.5% -2.0% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3
NILAI TUKAR PETANI
% mtm
104
2012
2013
2014
2015
67
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada triwulan laporan tercatat sebesar 101.94, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101,88. Indeks NTUP menggambarkan keuntungan yang diperoleh petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya (NTUP>100). Nilai tukar usaha pertanian tertinggi dicatatkan oleh usaha Peternakan sebesar 112,05 yang kemudian diikuti oleh Holtikultura (106,76); Perikanan (106,39); dan Tanaman Pangan (105,71). Sedangkan, Usaha Tanaman Perkebunan Rakyat masih mencatatkan nilai NTUP < 100, yaitu sebesar 95,60. Hal ini diduga merupakan akibat dari masih melemahnya harga komoditas di pasar global, terutama karet dan sawit yang menjadi komoditas utama perkebunan di Provinsi Bengkulu.
5.3 Perkembangan Kemiskinan Jika dibandingkan dengan posisi Maret 2014, jumlah penduduk miskin turun terutama di daerah perkotaan, KEMISKINAN (%)
MAR 2014 17.48 SEPT 2014 17.09
sedangkan
di
pedesaan
cenderung
naik.
Jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2014 sebanyak 104,54 ribu jiwa atau 18,22% dari total penduduk perkotaan, turun menjadi 17,19% atau 99,59 ribu jiwa pada September 2014. Sementara itu, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan pada September
KEDALAMAN KEMISKINAN
2014 meningkat, yaitu dari 216,41 ribu jiwa pada Maret 2014 menjadi 216,91 ribu jiwa atau menjadi 17,04% dari
MAR 2014
2.78
SEPT 2014
2.85
total penduduk pedesaan. Dampak inflasi pada bahan makanan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong perubahan perkembangan kemiskinan di perkotaan dan pedesaan.
KEPARAHAN KEMISKINAN
MAR 2014
0.70
SEPT 2014
0.75
68
TABEL 5.3 KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
Kemiskinan
2012 Mar
2013
2014
Sep
Mar
Sep
Mar
Sep
Jumlah Penduduk Miskin Jumlah (000)
311.66
310.47
327.35
320.41
320.95
316.5
%*
17,70
17,51
18,34
17,75
17.48
17.09
Garis Kemiskinan naik sebesar 5,82% dari Rp336.930/kapita/bulan pada bulan Maret 2014 menjadi Rp356.554/kapita/bulan pada bulan September 2014. Garis Kemiskinan terutama bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat dari besaran nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang berkontribusi sebesar 77,83%. Sedangkan pengeluaran bukan makanan yang diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) berkontribusi sebesar 22,17%. Jika dibandingkan dengan posisi September 2013, porsi Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) meningkat, baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini terkait peningkatan konsumsi masyarakat terhadap perumahan, pendidikan, dan transportasi. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada September 2014 mengalami peningkatan dibandingkan dengan Maret 2014. P1 naik dari 2,78 pada Maret 2014 menjadi 2,85 pada September 2014. Sementara P2 naik dari 0,70 pada Maret 2014 menjadi 0,75 pada September 2014. Peningkatan nilai indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi Garis Kemiskinan, sementara peningkatan nilai indeks P2 menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin melebar.
TABEL 5.4 TINGKAT KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
2013 Daerah
Mar
2014 Sep
Mar
Sep
P1
P2
P1
P2
P1
P2
P1
P2
Perkotaan
2,29
0,51
3,11
0,82
2,90
0,73
2.69
0.75
Pedesaan
3,32
0,84
3,30
0,92
2,72
0,68
2.92
0.75
Perkotaan+Pedesaan
3,00
0,74
3,24
0,89
2,78
0,70
2.85
0.75
69
BAB VI
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH
OUTLOOK PEREKONOMIAN TRIWULAN II 2015 PEREKONOMIAN TRIWULAN II 2015
Perekonomian Triwulan II diperkirakan tumbuh sebesar 5.5 5.9 % (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.44%. (yoy). 5.9
Grafik 6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI 5.58 PROVINSI BENGKULU
5.57
5.66
Sumber : BI (diolah)
5.44 5.16
5.5 Q.1
Q.2
Q.3
Q.4
2014 2014
Q.1
Q.2*
2015
2015P
Indikator Perekonomian Sisi Permintaan
Disisi permintaan pertumbuhan diperkirakan didorong oleh
Indeks Ekspektasi Kosumsi1)
konsumsi rumah tangga dibangun oleh perkiraan peningkatan
TW I 2015
97.67 TW II 2015113.00 Indeks Tendensi Konsumen2)
konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Optimisme belanja masyarakat menjelang bulan Ramadhan, dan perayaan musim hajatan menjelang Ramadhan. Penyerapan fiskal yang terkendala pada triwulan I 2015 diperkirakan mulai mengalami peningkatan setelah disahkannya APBNP pada 13 Februari 2015. Selain itu kegiatan investasi dan ekspor diperkirakan mengalami
TW I 201596.54
kenaikan dibandingkan triwulan I 2015.
TW II 2015103.95
Indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan II
Pendapatan Konsumen2)
TW I 201584.95 TW II 2015117.79
2015 tampak dari hasil survei konsumen Bank Indonesia dan Indeks Tendensi Konsumsi BPS. Konsumen memperkirakan bahwa tingkat pendapatan akan mengalami peningkatan. Hal ini dibangun oleh ekspektasi realisasi gaji ke-13 yang akan dibayarkan Pemerintah, pemberian tunjangan hari raya serta peningkatan pendapatan petani komoditas ekspor dampak
Sumber : 1. Survei Konsumen BI 2. BPS Prov Bengkulu
pelemahan nilai tukar. Selain itu kegiatan investasi khususnya dari proyek Pemerintah diperkirakan mulai memasuki tahapan fisik.
71
Disisi Penawaran pertumbuhan ekonomi diperkirakan didorong oleh Sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; dan Sektor Industri Pengolahan. Grafik 6.2 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)
2015
2014
Indikator Perekonomian Sisi Penawaran SKDU Sektor Pertanian
TW I 2015-
0.03 TW II 2015+ 0.12 SKDU Sektor Industri
TW I 2015-
0.20 TW II 2015+ 0.19
Indikator peningkatan pertumbuhan ekonomi ditunjukkan oleh ekspektasi dunia usaha keseluruhan tumbuh 20% dibandingkan triwulan sebelumnya. Meningkatnya
TW I 2015-
0.07 TW II 2015+ 0.04
pertanian
didukung
oleh
insentif
pelemahan nilai tukar untuk komoditas pertanian ekspor (Karet, CPO, Kopi). Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia mencatat bahwa ekspektasi dunia usaha sektor pertanian tumbuh12.5% dibandingkan triwulan sebelumnya. Kebijakan HPP Baru Gabah diharapkan memberikan dorongan bagi petani untuk meningkatkan kegiatan usahanya. Sementara
SKDU Sektor Perdagangan
Sektor
itu
sektor
industri
pengolahan
diperkirakan
mengalami peningkatan pada triwulan II 2015. Industri makanan minuman diperkirakan mengalami kenaikan permintaan menjelang diperkirakan
Ramadhan.
Industri
pengolahan
tumbuh
mengikuti
kenaikan
kelapa
sawit
ekspor.Hal
ini
dikonfirmasi oleh pembangunan 5 pabrik kelapa sawit baru. Hasil Sumber : Bank Indonesia
liaison mengkonfirmasi bahwa permintaan luar negeri masih stabil terutama pada produk sawit yang bersertifikat RSPO
Sertifikat RSPO adalah sertifikat yang dikeluarkan asosiasi yang terdiri dari berbagai organisasi dari berbagai sektor industri kelapa sawit (perkebunan, pemrosesan, distributor, industri manufaktur, investor, akademisi, dan LSM bidang lingkungan) yang bertujuan mengembangkan dan mengimplementasikan standar global untuk produksi minyak sawit berkelanjutan.
(Roundtable Sustainable Palm Oil). Sektor Perdagangan diperkirakan tumbuh pada triwulan II 2015. Keyakinan dibangun oleh kenaikan konsumsi masyarakat menjelang puasa dan tahun ajaran baru.Selain itu juga meningkatnya penyerapan belanja daerah khususnya untuk
72
belanja barang/jasa. Indeks ekspektasi dunia usaha untuk sektor perdagangan dikonfirmasi tumbuh 4.4% dibandingkan triwulan sebelumnya.
INFLASI TRIWULAN II 2015
Inflasi Triwulan II diperkirakan berada pada kisaran 9.5-10% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7.65%. (yoy).
Grafik 6.3 INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah)
10.85 8.35
10 7.65
6.05
5.79
5.5
Indikator Ekspektasi Inflasi
Q1
Q2
Perkiraan Pendapatan
TW I 2015
Q3
Q4
2014
Q1
Q2* 2015
107.48 TW II 2015 111.79
Ekspektasi Inflasi diperkirakan meningkat pada triwulan II
Pembelian Barang Tahan Lama
memasuki tahun ajaran baru, (iii) penyerapan belanja daerah
TW I 2015
101.98 TW II 2015 90.17 Sumber : BPS Prov. Bengkulu
2015 yang didorong oleh beberapa faktor : (i) musim hajatan menjelang meningkat
bulan
Ramadhan,
(ii)
meningkatnya
konsumsi
sehingga pendapatan masyarakat yang terkait
langsung dengan realiasasi anggaran akan berdampak. Inflasi Administered Price diperkirakan mengalami kenaikan, sampai dengan awal Mei 2015, tren kenaikan harga minyak dunia sudah terjadi. Rata-rata harga Minyak Dunia periode AprilMei 2015 diperdagangkan pada kisaran US$58/barel meningkat dibandingkan periode Januari-Maret 2015 sebesar US$50/barel.
Inflasi Volatile Food mengalami kenaikan, hal ini didorong 2 hal yaitu (i) kenaikan permintaan dan keterbatasan supply, (ii) revisi HPP gabah dan beras. Permintaan bahan makanan akan mengalami kenaikan menjelang puasa disisi lain periode panen raya telah terlewati. Penyesuaian HPP Pemerintah untuk Gabah dan Beras pada akhir Maret 2015 dampaknya akan dirasakan pada kenaikan harga beras di triwulan lI 2015. Inflasi Inti diperkirakan tertahan, didorong oleh masih tertekannya daya beli masyarakat. Survei tendensi konsumsi mencatat bahwa indeks ekspektasi pembelian barang-barang tahan lama pada triwulan II 2015 sebesar 90.17 dibawah triwulan I 2015 sebesar 101.98.
73
Lampiran
Data Perekonomian dan Perbankan Provinsi Bengkulu
74
A. PERTUMBUHAN EKONOMI (% yoy)
NO 1 2 3 4 5 6 7
SISI PERMINTAAN Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa PDRB TOTAL
No
SISI PENAWARAN
2014 Q.1
5.50 17.81 12.49 12.29 21.00 -9.57 3.63 5.58
Q.2
5.92 17.36 10.81 8.39 35.04 -14.33 -1.08 5.16
2015 Q.3
Q.4P
Q.1
6.24 16.46 8.75 6.60 22.89 6.19 9.12 5.57
6.46 9.29 10.46 5.39 10.37 1.85 5.95 5.66
6.00 -4.47 0.92 1.83 10.95 8.68 3.57 5.44
2014 Q.1
Q.2
2015 Q.3
Q.4
Q.1
A
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
2.64
2.22
2.89
2.39
2.18
B
Pertambangan dan Penggalian
5.96
7.15
8.98
2.96
1.43
C
Industri Pengolahan
9.12
7.62
4.98
4.08
4.02
D
Pengadaan Listrik, Gas
4.55
7.27
8.77
13.96
0.23
E
Pengadaan Air
2.99
0.97
1.88
4.51
4.80
F
6.33
7.82
7.18
4.13
2.57
7.57
5.99
6.62
6.78
7.66
H
Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan
5.81
6.29
5.69
7.57
7.22
I
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
8.10
8.54
9.42
10.73
9.09
J
Informasi dan Komunikasi
7.55
7.87
8.19
7.24
6.92
K
Jasa Keuangan
2.65
1.77
6.75
13.40
12.84
L
Real Estate
6.60
6.29
6.80
5.59
4.79
6.18
5.40
6.00
7.79
7.49
5.77
5.33
6.16
8.15
8.79
P
Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan
9.17
8.39
7.65
9.40
8.23
Q
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
9.85
9.07
8.60
10.37
10.22
Jasa lainnya
7.97
9.47
8.73
9.24
9.08
PDRB TOTAL
5.58
5.16
5.57
5.66
5.44
G
M,N O
R,S,T,U
75
B. PERKEMBANGAN INFLASI (% yoy) KOMPONEN UMUM/TOTAL
2014 Q.1
Q.2
2015 Q.3
Q.4
Q.1
8.35
5.79
6.05
10.85
7.65
11.25 5.86 4.38 4.18 8.69 3.88 15.46
4.55 6.23 3.08 6.71 5.49 4.37 11.02
7.44 6.55 4.76 4.69 5.27 5.45 6.15
17.76 6.64 8.24 3.82 6.53 5.62 13.97
8.31 7.14 9.80 4.11 10.90 6.14 5.86
10.93 15.40 4.72
4.25 11.52 4.35
7.34 8.65 4.47
17.72 16.57 5.54
8.23 9.80 6.55
Kelompok Barang BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Disagregasi VOLATILE FOOD ADMINISTERED PRICE CORE
C.
PERKEMBANGAN PERBANKAN (% yoy) 2014
ASET & DANA Q.1
Aset Bank Syariah Konvensional Swasta Pemerintah DPK Bank Tabungan Giro Deposito Syariah Tabungan Giro Deposito Konvensional Tabungan Giro Deposito Swasta Tabungan Giro Deposito Pemerintah
Q.2
2015 Q.3
Q.4
Q.1
12.42
17.11
14.51
12.22
21.94
25.37
22.12
18.36
8.39
7.29
11.64
16.81
14.27
12.49
22.94
13.50
10.75
6.61
2.51
2.80
12.03
19.36
17.36
15.82
28.87
5.65
10.76
10.46
11.41
15.55
13.84
11.93
8.77
4.91
3.43
-3.79
11.57
7.43
6.01
21.51
0.23
6.95
19.68
38.01
39.11
20.31
15.00
15.41
8.81
9.68
26.93
21.81
21.88
8.11
10.08
7.25
11.96
-16.97
1.37
-12.59
9.71
2.63
8.91
12.80
13.78
4.94
10.55
10.21
11.57
15.88
13.01
11.31
7.94
4.69
2.96
-3.91
11.56
7.75
6.12
21.93
-0.44
7.27
20.46
40.11
41.09
14.56
12.87
11.33
6.20
8.62
18.59
14.35
14.68
-1.00
1.25
-19.30
-4.40
-23.29
-5.16
23.83
19.63
16.71
19.30
35.77
22.86
3.69
10.30
10.26
12.84
17.24
76
Tabungan Giro Deposito
12.37
11.16
7.01
6.74
4.14
-2.66
12.66
9.92
7.58
21.37
-4.92
4.58
19.80
38.71
44.54
2014 Q.1
Kredit Sektor Ekonomi
Q.2
2015 Q.3
Q.4
Q.1
17.35
13.67
11.29
11.74
13.13
PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN
46.36
27.19
19.13
14.92
21.08
PERIKANAN
62.06
1.98
7.20
4.33
14.66
-44.31
-41.00
-43.14
-61.38
-57.61
INDUSTRI PENGOLAHAN
3.91
-4.07
-2.67
1.64
6.62
LISTRIK, GAS DAN AIR
5.27
-7.13
-8.64
-7.76
-7.45
KONSTRUKSI
39.61
13.92
9.39
9.45
22.32
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN
19.70
6.88
3.00
2.24
9.07
PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM
49.15
19.37
1.36
-0.07
11.77
TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI
-4.58
2.22
-3.69
6.56
13.48
104.57
-71.18
-66.95
-59.45
70.45
17.07
-62.99
-63.97
-60.30
-59.31
123.13
11.51
114.46
3.93
-25.32
2.94
-30.50
-33.59
-54.30
-17.57
2.33
5.49
2.77
16.14
51.87
43.56
9.36
2.53
0.98
19.11
468.73
64.86
47.48
44.75
36.38
-62.19
-44.08
-54.32
-68.86
-90.38
-99.33
12.54
-59.47
-83.30
1523.78
17.39
22.65
21.04
22.22
18.60
PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
PERANTARA KEUANGAN REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB JASA PENDIDIKAN JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA PENERIMA KREDIT BUKAN LAPANGAN USAHA
2014 Kredit Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi
2015
Q.1
Q.2
Q.3
Q.4
Q.1
17.35
13.67
11.29
11.74
13.13
10.55
11.69
8.91
8.46
6.35
39.43
14.56
9.14
5.82
6.89
17.39
14.64
13.07
14.81
18.31
77
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH
Administered price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.
Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bank Pemerintah Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank pemerintah daerah (Bank Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.
BI Rate Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya.
BI-RTGS Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Cash inflows Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.
78
Cash Outflows Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.
Clean Money Policy Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Ekspor Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Pembangunan Manusia Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.
79
Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persisten).
Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.
Impor Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Kliring Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah.
Kredit Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk : 1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA) 2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Kualitas Kredit Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.
Liaison Bank Indonesia Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia dengan pelaku usaha/sumber data.
m-t-m Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
80
Net Cashflows Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash Inflows bila terjadi sebaliknya.
Non Performing Loans (NPL) Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.
Pertumbuhan ekonomi Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau tahunan).
Porsi Ekonomi Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu sebagai dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto satu tahun Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu wilayah dalam satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto triwulanan Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu wilayah dalam satu triwulan tertentu.
81
qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs. Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank syariah.
Rasio Non Performing Loans (NPLs)
NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.
Sektor Ekonomi Dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang.
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.
Uang giral Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan sistem moneter.
Uang kartal Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada KPKN dan bank umum.
Volatile foods Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat fluktuatif.
yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
82