KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU
Triwulan III Tahun 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Bengkulu dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, untuk menganalisis perkembangan perekonomian Provinsi Bengkulu secara komprehensif. Analisis dalam buku ini mencakup perkembangan makro, inflasi, perbankan, sistem pembayaran, keuangan daerah dan prospek perekonomian Provinsi Bengkulu. Penerbitan buku ini bertujuan sebagai : (1) Laporan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia tentang kondisi perkembangan ekonomi dan keuangan di Provinsi Bengkulu, dan (2) Informasi kepada stakeholders di daerah mengenai perkembangan ekonomi dan keuangan terkini.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu
Bambang Himawan
: Kepala Perwakilan
Christin R. Sidabutar
: Deputi Kepala Perwakilan
Dhony Iwan Kristanto
: Analis Ekonomi
Deded Tuwanda Prima
: Analis Ekonomi
Muhammad Fajar A.
: Analis Ekonomi
Softcopy buku ini dapat di-download dari website Bank Indonesia dengan alamat http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/bengkulu/Default.aspx
Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil
Misi Bank Indonesia
Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan
dapat
berkontribusi
pada
pertumbuhan
dan
stabilitas
perekonomian nasional.
Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional.
Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola ( governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU.
Nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu Trust (kepercayaan), Integrity (integritas), Professionalism (profesionalisme),
Excellence (kesempurnaan), Public Interest (kepentingan publik), Coordination & Teamwork (koordinasi & kerjasama)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga buku
Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi
Bengkulu Triwulan III 2015 dapat selesai disusun dan dipublikasikan kepada stakeholders Bank Indonesia. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional diterbitkan secara triwulanan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu untuk memenuhi kebutuhan informasi mengenai keadaan ekonomi makro, moneter, perbankan dan prospek ekonomi Provinsi Bengkulu kedepan. Kami sampaikan bahwa perekonomian Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 tumbuh sebesar 5,17% (yoy). Sementara itu, dari sisi harga, inflasi Provinsi Bengkulu tercatat sebesar 8,65% (yoy). Terkait kajian dimaksud kami berharap informasi yang kami sajikan ini dapat menjadi salah satu referensi dalam pembelajaran dan/atau proses pengambilan kebijakan beberapa pihak terkait. Kami menyadari bahwa cakupan serta kualitas data dan informasi yang disajikan dalam buku ini masih perlu terus disempurnakan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran membangun dari pengguna/pembaca demi penyempurnaan di masa yang akan datang. Akhirnya, besar harapan kami semoga buku ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi setiap langkah kita.
Bengkulu, 12 November 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI BENGKULU
Bambang Himawan Kepala perwakilan
III
KATA PENGANTAR
III
DAFTAR ISI
V
DATAR TABEL
VII
DAFTAR GRAFIK
VIII
DAFTAR ISI
RINGKASAN EKSEKUTIF
3
PERTUMBUHAN EKONOMI TABEL MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015 Produk Domestik Regional Bruto Sisi Permintaan
5
3.1.4
Risiko Stabilitas Sistem Keuangan
50
5
3.1.5
Perkembangan Kredit Korporasi
51
8
3.1.6
Perkembangan Kredit Rumah Tangga
52
1.1.1
Konsumsi
8
3.1.7
54
1.1.2
Investasi
11
3.2
1.1.3
Ekspor dan Impor
13
3.3
Perkembangan Kredit UMKM Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Bank Perkreditan / Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
16
3.4
Sistem Pembayaran
59
16
3.4.1
Sistem Pembayaran Tunai
59
17
3.4.1.1
Pemusnahan Uang Kartal
50
18
3.4.1.2
Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli
60
20
3.4.2
Sistem Pembayaran Non Tunai
61
BAB 1
1.1
56 58
1.2.4
Produk Domestik Regional Bruto Sisi Sektoral Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil; dan Sepeda Motor Sektor Konstruksi
1.2.5
Sektor Industri Pengolahan
21
3.4.2.1
Perkembangan Kliring Lokal
61
BOKS 1. Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Serta Ketahanan Daya Saing Industri
22
3.4.2.2
Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS)
62
PERKEMBANGAN INFLASI
25
3.4.2.3
Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB)
62
29
BAB 4
KENERJA KEUANGAN DAERAH
65
36
4.1
38
4.2
Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi Belanja APBD Pemerintah Provinsi
39
4.3
Belanja APBN Provinsi Bengkulu
1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3
BAB 2 2.1 2.2 2.3 2.4
BAB 3 3.1 3.1.1 3.1.2 3.1.3
Inflasi Menurut Kelompok Barang dan Jasa Perkembangan Inflasi NonFundamental Perkembangan Inflasi Fundamental Perbandingan Inflasi antar Provinsi/Kota di Sumatera BOKS 2. Progres Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Bengkulu PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN
41
65 67 68
BOKS 3. Perekonomian Kabupaten/Kota Di Provinsi Bengkulu Tahun 2011-2014 KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH
69
45
BAB 5
Perkembangan Bank Umum
47
5.1
Ketenagakerjaan
71
Aset Bank Umum Perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perkembangan Kredit Lokasi Bank
47
5.2
Nilai Tukar Petani (NTP)
72
48
5.3
Perkembangan Kemiskinan
74
49
V
71
6.1
PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan Triwulan IV 2015
77
6.2
Inflasi Daerah Triwulan IV 2015
79
6.3
Rekomendasi Kebijakan
80
BAB 6
VI
Tabel 1.1
INDIKATOR MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU
6
Ekspor Luar Negeri Provinsi Bengkulu
14
Tabel 2.2
INDIKATOR INFLASI PROVINSI BENGKULU Andil Inflasi Kelompok Barang dan Jasa Inflasi Kelompok Barang dan Jasa
Tabel 2.3
Inflasi Kelompok Bahan Makanan
30
Tabel 2.4
Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi , dan Jasa Keungan
31
Tabel 2.5
Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Gas, dan Bahan Bakar
32
Tabel 2.6
Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok , dan Tembakau
32
TEBEL INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI BENGKULU
46
Tabel 3.1
Kredit Korporasi dan Kredit Rumah Tangga di Provinsi Bengkulu
53
Tabel 3.2
Kredit UMKM di Provinsi Bengkulu
55
Tabel 3.3
Netflow Uang Kartal
59
Tabel 3.4
Perkembangan Kliring dan Penolakan Cek/Bilyet Prov. Bengkulu
61
Tabel 3.5
Perkembangan Transaksi RTGS
62
Tabel 4.1
Realisasi Penerimaan APBD Pemprov. Bengkulu
66
Tabel 4.2
Realisasi Belanja APBD Pemprov. Bengkulu
67
Tabel 2.1
Tabel 4.3
Tabel 5.1
Tabel 5.2
Realisasi Belanja APBN Pemprov. Bengkulu Perkembangan Jumlah Pengangguran dan Tingkat Pengangguran terbuka di Provinsi Bengkulu Angkatan kerja yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama
26
DAFTAR TABEL
28 29
68
71
72
Tabel 5.3
Kemiskinan di Provinsi Bengkulu
74
Tabel 5.4
Tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan di Provinsi Bengkulu
75
VII
Grafik 1.1
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu
7
Grafik 1.2
Harga Komoditas Lokal dan Nilai Tukar Petani
8
Grafik 1.3
Indikator Survei Konsumen Bank Indonesia
9
Grafik 1.4
Kredit Konsumsi dan Kredit Kendaraan Bermotor
10
Grafik 1.5
Perkembangan Belanja Daerah
10
Grafik 1.6
Perkembangan Relaisasi PMA dan PMDN
12
Grafik 3.6
Pertumbuhan Kredit, Risiko Kredit, dan Pangsa Kredit Rumah Tangga
Grafik 1.7
Perkembangan Kredit Baru Investasi & Belajan Modal APBD/N
12
Grafik 3.7
Pertumbuhan Kredit dan Risiko Kredit UMKM
Grafik 1.8
Perkembangan Volume Barang Keluar
13
Perkembangan Ekspor Luar Negeri Provinsi Bengkulu
14
Grafik 1.9
DAFTAR GRAFIK
Grafik 3.8
Grafik 3.9
Grafik 1.11
Perkembangan Impor Provinsi Bengkulu Indikator Ekspor Batubara
Grafik 1.12
Indikator Ekspor Karet
18
Grafik 6.1
Grafik 1.13
Indikator Sektor Perdagangan
19
Grafik 6.2
Grafik 1.14
20
Grafik 6.3
Grafik 2.1
Indikator Sektor Konstruksi Indikator Sektor Industri Pengolahan Perkembangan Inflasi
Grafik 2.2
Event Analysis Inflasi
29
Grafik 2.3 Grafik 2.4
Pola Seasonal Inflasi Bulanan
34
Harga Komoditas Deflatoir
35
Grafik 2.5
Perkembangan Disagregasi Inflasi Bengkulu
36
Grafik 2.6
Perkembangan Inflasi Volatile Food dan Administered Prices
37
Grafik 2.7
Perkembangan Inflasi Inti dan Hasil Survei Konsumen
38
Grafik 2.8
Inflasi Kota-kota di Sumatera
40
Grafik 3.1
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan Deposito, Tabungan, Giro Pertumbuhan Kredit Konsumsi, Investasi, dan Modal Kerja
48
Risiko Kredit dan Risiko Likuiditas Pertumbuhan Kredit, Risiko Kredit, dan Pangsa Kredit Korporasi
51
Grafik 1.10
Grafik 1.15
Grafik 3.2 Grafik 3.3 Grafik 3.4 Grafik 3.5
15
Grafik 3.10
16
Grafik 5.1
53
Perkembangan Rasio Pemusnahan Uang terhadap Inflow Provinsi Bengkulu Penemuan Jumlah Lembar Uang Rupiah Tidak Asli di Provinsi Bengkulu Perkembangan TUKAB di Provinsi Bengkulu Nilai Tukar Petani Pertumbuhan Ekonomi Indikator Perkiraan Perekonomian Triwulan IV 2015 Inflasi Daerah Triwulan IV 2015
21 27
49 50
52
VIII
55
60
60 63 73 77 78 79
PEREKONOMIAN BENGKULU RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN III 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI
INFLASI
Perekonomian triwulan III 2015 melambat. Perlambatan terutama didorong konsumsi rumah tangga, Investasi dan kinerja Ekspor. Sementara konsumsi Pemerintah mengalami peningkatan.
Tekanan inflasi melambat, bersumber dari volatile food dan administered price. Penurunan inflasi seiring kenaikan pasokan pangan dan penyesuaian tarif listrik, BBM non subsidi, dan LPG
9.90 8.65
5.23 Q.2
Q2
5.17 Q.3
PERBANKAN & SIST. PEMBAYARAN Stabilitas sistem keuangan daerah terjaga. Non Performing Loan sebesar 2.57%; sementara LDR tercatat 128%, penurunan LDR lebih didorong kenaikan Giro Pemerintah dampak dari serapan anggaran Transaksi tunai mengalami net outflow sebesar Rp 777 Miliar, terkait kebutuhan uang tunai dr pembayaran proyek pemerintah menjelang akhir tahun.
LDR : 128 %
Q2 2015 : 6.47
Q2 2015 : 14.14
Q3 2015 : 11.69
Q3 2015 : 6.55
Q3 2015 : 10.55
OUTLOOK TRIWULAN III 2015 Ekonomi Tumbuh pada kisaran
4.8-5.3% yoy
Inflasi pada kisaran
3.0-3.5% yoy
Net Outflow : Rp777 M
FAKTOR PERLAMBATAN Tren permintaan komoditas global masih belum membaik. Harga Komoditas masih menurun Serapan APBD/N belum optimal Resiko Nilai Tukar
NPL : 2.57 %
KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah terhadap target anggaran menurun dibandingkan triwulan III 2014. Realisasi PAD dan Pendapatan Transfer menurun. Penyerapan belanja daerah menurun. Penurunan bersumber dari serapan belanja modal yang tidak optimal
Anggaran : Rp 2.2 T
Anggaran : Rp 2.2 T
Realisasi : Rp 1.3 T
Realisasi : Rp 1.0 T
60.67%
Q3
Q2 2015 : 13.99
FAKTOR RESIKO INFLASI Potensi elnino mempengaruhi ketersediaan supply beras Resiko imported inflation akibat ketidakpastian FED dalam menaikkan suku bunga acuannya.
48.25% REKOMENDASI EKONOMI DAERAH
Mengawal implementasi Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Pusat didaerah Mendorong daya beli masyarakat melalui : implementasi raskin 13 & 14, dan penyerapan dana Desa Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang dan jasa, termasuk pendampingan aparatur desa dalam penyerapan Dana Desa Menjaga stabilitas politik dan keamanan menjelang Pilkada
RINGKASAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI Perekonomian Bengkulu triwulan III 2015 tumbuh 5.17% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.23% (yoy). Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari Konsumsi Rumah Tangga, Investasi dan Ekspor. Daya beli masyarakat Bengkulu
Ekonomi Tumbuh 5.17% melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5.23%
selama triwulan III 2015 masih menunjukkan tren penurunan. Hal ini terkonfirmasi dari indeks keyakinan konsumen dan nilai tukar petani yang cederung menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Tekanan daya beli tersebut seiring penurunan harga komoditas dan melambatnya permintaan ekspor. Melambatnya pertumbuhan investasi terutama bersumber dari investasi swasta. Pelaku usaha cenderung menunda kegiatan investasinya yang didorong oleh melambatnya tendensi bisnis serta fluktuasi nilai tukar. Sementara penyerapan belanja modal APBD/N menjelang akhir tahun anggaran belum mampu meredam perlambatan yang terjadi. Di sisi sektoral, perlambatan bersumber dari Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; serta Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor. Perlambatan yang terjadi di sektor pertanian memberikan dampak lanjutan pada sektor perdagangan. Hasil liaison kepada beberapa pelaku usaha sektor perdagangan di Bengkulu mencatat bahwa penurunan omzet retail ratarata berkisar 5-25%. Faktor Hari Raya Idul Fitri belum mampu memberikan dorongan secara signifikan di sektor ini.
PERKEMBANGAN INFLASI Tekanan inflasi pada triwulan III 2015 melambat. Inflasi tercatat 8,65% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,90% (yoy). Kondisi ini didorong oleh meredanya tekanan Inflasi pada kelompok administered prices dan volatile food. Hampir
Tekanan Inflasi melambat yang didorong oleh penurunan harga pada komoditas Administered Prices dan Volatile Food.
seluruh kelompok komoditas barang/jasa mengalami penurunan laju inflasi kecuali kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga yang mengalami peningkatan. Sementara itu Perkembangan inflasi bulanan
1
pada triwulan III 2015 diwarnai dengan volatilitas yang tinggi. Setelah terjadi Inflasi pada Bulan Juli dan Agustus masing-masing sebesar 1,38% (mtm) dan 1,99% (mtm), kemudian pada bulan September Kota Bengkulu mengalami deflasi sebesar 0,22% (mtm). Komoditas yang mendorong deflasi pada bulan September antara lain: Angkutan Udara (andil: -0,50), Daging Ayam Ras (andil:-0,28), dan Cabai Merah (-0,05). Secara keseluruhan tahun hingga bulan September 2015 Inflasi Kota Bengkulu tercatat 2,87% (ytd), masih berada dalam sasarannya 4±1%.
PERBANKAN dan SISTEM PEMBAYARAN Ditengah kondisi perlambatan ekonomi, kegiatan usaha perbankan di Bengkulu masih menunjukkan optimisme. Hal ini tercermin dari Pertumbuhan Aset Perbankan dan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang
meningkat
dibandingkan
periode
sebelumnya.
Dampak
Asset perbankan tumbuh 19,01% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 18,47% (yoy)
perlambatan ekonomi direspon secara terbatas pada pertumbuhan kredit yang relatif stagnan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian, stabilitas sistem keuangan masih terjaga. Tingkat LDR pada triwulan III 2015 mencapai 128% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 136%. Sementara tingkat NPL masih berada di level yang wajar 2,57%, membaik dibandingkan periode sebelumnya sebesar 2,75%. Sementara pada sistem pembayaran, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia mengalami netcash outflow dan transaksi RTGS secara agregat mengalami penurunan. Turunnya transaksi RTGS sejalan dengan lesunya aktivitas perekonomian ditengah perlambatan ekonomi yang terjadi di triwulan III 2015. Penurunan transaksi RTGS paling besar bersumber dari transaksi yang masuk ke Bengkulu. Tercatat
Pengedaran uang kartal pada triwulan III 2015 mengalami netcash outflow sebesar 777,75 Miliar dan transaksi RTGS terkontraksi sebesar 24,2%.
nominal transaksi yang masuk ke Provinsi Bengkulu hanya 59,5 Triliun, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lalu yang mencapai 78,5 Triliun.
KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan terhadap target anggaran APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 menurun dibandingkan triwulan III 2014. Penurunan bersumber dari Pendapatan Asli Daerah maupun Dana Perimbangan. Realisasi Pendapatan mencapai 60.67%
Realisasi Pendapatan Daerah lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu
pada triwulan laporan, sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 80.20%. Demikian halnya dengan realiasi belanja
2
terhadap target anggaran APBD 2015 juga menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan III 2014. Tercatat realisasi belanja mencapai 48.25% menurun dibandingkan triwulan III 2014 sebesar 51.95%
KETENAGAKERJAAN dan KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan sampai dengan periode Agustus 2015 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran mengalami kenaikan
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat
dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tercatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada bulan Agustus 2015 sebesar 4,91%. Sementara itu perkembangan nilai tukar petani pada triwulan II 2015 masih mengalami tekanan dibandingkan triwulan sebelumnya. Harga komoditas yang belum membaik menjadi sumber pelemahan nilai tukar petani di Provinsi Bengkulu.
PROSPEK EKONOMI TRIWULAN IV 2015 Perekonomian Triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh sebesar 4.8 5.3 % (yoy) melambat dibandingkan triwulan III 2015. Disisi permintaan perlambatan diperkirakan didorong oleh Konsumsi Rumah Tangga dan Ekspor-Impor seiring masih berlanjutnya tekanan harga komoditas global dan belum pulihnya daya beli masyarakat. Meskipun demikian, kegiatan pilkada serentak yang dilaksanakan pada triwulan IV
Pertumbuhan Ekonomi diperkirakan melambat yang didorong oleh melambatnya daya beli masyarakat dan berlanjutnya tekanan harga komoditas.
2015 diharapkan mampu sedikit meredam efek perlambatan ekonomi. Sementara itu kegiatan investasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh
cukup
baik
yang
ditunjukkan
oleh
tren
peningkatan
pertumbuhan kredit konsumsi dan percepatan penyerapan belanja modal APBD/N Sampai dengan akhir tahun 2015, inflasi Provinsi Bengkulu
bulan Oktober 2015, inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2.34%.
Inflasi diperkirakan melambat, seiring dengan meredanya tekanan inflasi inti, volatile food, dan
Inflasi Administered Price diperkirakan melambat, hal ini seiring dengan
administerd price.
diperkirakan dalam kisaran 3.0-3.5% (yoy) atau berada didalam koridor target inflasi nasional sebesar 4±1%(yoy). Sampai dengan
kebijakan Pemerintah Pusat untuk menurunkan biaya energi seiring dengan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III. Begitupun dengan Inflasi Inti dan Inflasi Volatile food diperkirakan melambat, seiring dengan ekspektasi konsumsi masyarakat yang masih tertahan dengan daya beli yang diperkirakan belum pulih sepenuhnya dan terkendalinya dampak elnino di Provinsi Bengkulu.
3
BAB I
PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
INDIKATOR MAKRO Pertumbuhan Ekonomi Bengkulu Triwulan II 2015
Triwulan III 2015
5.23
5.17
12.36
4.08
41.93
39.86
600.01
511.90
1.96
1.79
52.88
50.95
93.11
84.67
TABEL INDIKATOR MAKRO EKONOMI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015 Indikator PDRB ADHK Penggunaan (Rp Miliar) Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT
2014
2015
II
III
II
III
8,929.49
9,114.78
9,396.89
9,585.62
5,620.16
5,780.51
5,934.02
6,016.25
259.16
261.71
238.48
250.19
Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
1,757.98
1,818.15
1,906.56
1,993.00
Pembentukan Modal Tetap Bruto
3,911.36
4,045.74
4,025.16
4,158.97
198.10
199.65
224.56
227.92
Ekspor Barang dan Jasa
3,011.72
3,139.66
3,358.22
3,467.51
Impor Barang dan Jasa
5,828.99
6,130.64
6,290.11
6,528.21
8,929.49
9,114.78
9,396.89
9,585.62
2,713.69
2,744.01
2,801.64
2,817.62
Pertambangan dan Penggalian
359.38
362.72
362.57
364.58
Industri Pengolahan
563.12
572.15
586.19
598.60
7.27
7.47
6.70
6.65
21.36
21.65
22.32
21.88
Perubahan Inventori
PDRB ADHK Sektoral (Rp Miliar) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi
397.81
406.55
411.15
427.29
1,271.74
1,309.15
1,347.34
1,381.68
Transportasi dan Pergudangan
686.60
707.79
738.74
765.69
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
129.36
133.89
140.48
145.21
Informasi dan Komunikasi
374.87
385.86
397.38
409.28
Jasa Keuangan
316.02
324.58
327.70
336.53
Real Estate
398.93
404.73
419.22
427.19
Jasa Perusahaan
194.15
198.21
206.47
212.84
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
749.95
769.60
819.85
837.29
Jasa Pendidikan
553.71
569.04
599.72
618.29
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
129.34
134.13
142.05
145.73
62.16
63.25
67.36
69.29
5.16
5.57
5.23
5.17
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Jasa lainnya
Pertumbuhan PDRB (% yoy) Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (Juta ton) Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (Juta ton)
64.41
62.77
41.93
39.86
688.31
714.52
502.24
453.60
3.34
2.20
0.30
0.13
15.21
26.85
3.69
0.00
Menggunakan ADHK Tahun 2010 Sumber : BPS,Cognos BI
6
PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III 2015 Tren perlambatan ekonomi pada triwulan III 2015 masih terus berlanjut, perekonomian tumbuh sebesar 5,17% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 5,23% (yoy). Disisi lain perekonomian Sumatera dan Nasional telah menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Masih berlanjutnya tren perlambatan ekonomi di Bengkulu diperkirakan sebagai dampak belum membaiknya daya beli masyarakat serta belum membaiknya ekspor. Hal ini dikonfirmasi oleh ekspektasi konsumen yang masih melanjutkan tren penurunannya pada triwulan III 2015. Namun demikian pertumbuhan ekonomi Bengkulu masih tercatat lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Nasional maupun Sumatera. Grafik 1.1 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu ADHK 2010, angka sementara (diolah)
9,600
5.58 5.16 5.14
PERTUMBUHAN EKONOMI BENGKULU (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
5.23 5.17
SUMATERA (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
TW III 2015
5.66
4.92 4.59
5.01
6.00 5.38 4.72
2.85 3.04 4.67 4.73
5.23
5.17
5.50
4.67
4.73
5.00
4.18
9,200 9,000
4.50 4.00
3.55
8,800 2.88
8,600
3.04
3.50 3.00
8,400
2.50 Q.1
Q.2
Q.3
Q.4
Q.1
Q.2
2014
NASIONAL (% yoy)
TW II 2015
Rp Miliar
9,400
5.16 5.03 4.66
5.57
PDRB Bengkulu gPDRB Sumatera - rhs
Q.3
2015 gPDRB Bengkulu - rhs gPDRB Nasional - rhs
Di sisi permintaan, perlambatan ekonomi bersumber dari Konsumsi Rumah Tangga, investasi dan Ekspor. Harga batubara dan sawit masih melanjutkan tren perlambatannya sementara harga karet masih stagnan. Adapun permintaan ekspor Bengkulu untuk ketiga komoditas tersebut cenderung turun.
Kondisi tersebut mendorong pendapatan masyarakat Bengkulu masih berada dalam tren menurun, hal ini dikonfirmasi oleh Hasil Survei Konsumen dan Nilai Tukar Petani yang menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan lalu. Disisi lain serapan belanja modal pemerintah yang belum maksimal serta ekspektasi pelaku usaha untuk menunda kegiatan investasi di tengah gejolak kurs mendorong pertumbuhan investasi selama triwulan laporan menurun dibandingkan sebelumnya.
7
% yoy
9,800
Di sisi sektoral, perlambatan bersumber dari Sektor Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan;
SUMBER PERLAMBATAN SISI PENAWARAN
Sektor
Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan
Sepeda
Motor;
serta
Sektor
Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib. Perlambatan pada sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan diperkirakan sebagai dampak dari beberapa faktor yaitu (i) Harga sawit/karet masih melanjutkan penurunannya dengan permintaan komoditas yang masih stagnan, dan (ii) dampak elnino dirasakan walupun terbatas khususnya untuk pertanian tanaman pangan. Sektor perdagangan besar, eceran, reparasi mobil, dan sepeda motor masih melanjutkan tren perlambatannya sejak triwulan I 2015 dengan faktor daya beli masyarakat menjadi pemicu utama. Hasil liaison kepada beberapa pelaku usaha sektor perdagangan di Bengkulu mencatat bahwa penurunan omzet retail rata-rata berkisar 5-25%. Faktor Hari Raya Idul Fitri belum mampu memberikan dorongan secara signifikan di sektor ini. Perlambatan dikonfirmasi pula oleh indeks survei dunia usaha sektor perdagangan yang menurun dari 1.02% pada triwulan II 2015 menjadi 0.98% pada triwulan III 2015.
1.1 Produk Domestik Regional Bruto Sisi Permintaan 1.1.1. Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga (RT) masih melanjutkan tren perlambatannya. Konsumsi RT tumbuh 4,08% (yoy) melambat signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar
KONSUMSI RUMAH TANGGA BENGKULU (% yoy)
5,58% (yoy). Tekanan konsumsi RT yang bersumber dari penurunan pendapatan masyarakat diperkirakan masih terus berlanjut pada
TW II 2015 TW III 2015
5.58 4.08
triwulan III 2015. Pelemahan harga komoditas sawit dan batubara mendorong daya beli masyarakat menurun. Nilai Tukar Petani Perkebunan sudah mengkhawatirkan.
Grafik 1.2 HARGA KOMODITAS LOKAL & NILAI TUKAR PETANI Sumber : BPS, Dinas Perkebunan (diolah) Indeks 110.00 105.00 100.00 95.00 90.00 85.00 80.00
TBS Rp/kg 1,900
NILAI TUKAR PETANI
KARET Rp/kg 23,000
HARGA LOKAL
18,000
1,400
13,000 900 NTP Umum
NTP Perkebunan
400
1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2014
2015
8,000
SAWIT KARET
3,000
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2012
2013
2014
2015
8
Realisasi gaji ke-13 PNS yang telah dilaksanakan pada bulan Juli 2015, dampaknya belum signifikan untuk meredam perlambatan konsumsi Rumah Tangga. Hal ini diperkirakan karena 56% lapangan usaha terkonsentrasi di sektor pertanian dan pertambangan yang terdampak langsung oleh penurunan harga komoditas, sementara sektor jasa kemasyarakatan hanya memiliki porsi 17%. Menurunnya konsumsi RT ditunjukkan oleh indeks ekspektasi konsumsi yang terus menurun hingga triwulan III 2015 serta indeks konsumsi barang tahan lama yang juga menunjukkan kondisi serupa.
Grafik 1.3 INDIKATOR SURVEI KONSUMEN BANK INDONESIA Sumber : Bank Indonesia (diolah)
Indeks 150.00 140.00 130.00 120.00 110.00 100.00 90.00 80.00 70.00
Indeks 160.00 140.00 120.00 100.00 80.00 60.00 40.00 20.00 0.00
Survei Konsumen
Sumber : BI 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2012
2013
Kondisi Ekonomi Keyakinan Konsumen
INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN TW II 2015
93.11
TW III 2015
84.67
2014
2015
Ekspektasi Konsumsi
Konsumsi Barang Tahan Lama
Sumber : BI 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2012
2013
Konsumsi Barang Tahan Lama
2014
2015
Penghasilan Saat Ini
Survei Konsumen Bank Indonesia pada Triwulan III 2015 menunjukkan pesimisme pada kegiatan konsumsi RT di Provinsi Bengkulu : Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) TW III 2015 sebesar 84.67 menurun dibandingkan IKK TW II 2015 sebesar 93.11 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama pada TW III 2015 sebesar 50.00 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 62.00 Indeks Penghasilan Saat ini, pada TW III 2015 sebesar 108.67 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 112.00
Melambatnya konsumsi RT juga dikonfirmasi oleh pelaku usaha di sektor riil. Pelaku usaha di sektor otomotif menyatakan bahwa pembelian otomotif pada triwulan III 2015 lebih didominasi konsumen dari unsur pemerintahan dibandingkan konsumen ritel. Sementara pelaku usaha pembiayaan/leasing menyatakan permintaan booking kredit sepeda motor menurun disertai potensi kenaikan kredit bermasalah. Pertumbuhan kredit pemilikan kendaraan bermotor pada bulan September tercatat sebesar 3.31% (yoy), menurun signifikan dibandingkan pertumbuhan kredit pada bulan Juni 2015 yang tercatat sebesar 16.43% (yoy). Faktor hari Raya Idul Fitri pada bulan Agustus 2015 diperkirakan belum memberikan dorongan signifikan bagi pertumbuhan konsumsi RT. Hasil liaison dengan beberapa pelaku usaha ritel modern mencatat bahwa omzet penjualan selama Hari Raya Idul Fitri menurun bervariasi antara 510% dibandingkan pencapaian tahun lalu. Beberapa pelaku usaha ritel berusaha mempertahankan penurunan omzet usaha melalui kebijakan pemotongan harga (diskon) dan paket promosi lainnya.
9
Grafik 1.4 KREDIT KONSUMSI & KREDIT KENDARAAN BERMOTOR Sumber : Bank Indonesia (diolah) Rp Miliar 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0
yoy 35 30 25 20 15 10 5 0
Kredit Konsumsi Berdasarkan Lokasi Proyek
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2012
2013
2014
Nominal (Rp Miliar)
Kredit Pemilikan Kendaraan
Rp Miliar 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0
yoy 150
Berdasarkan Lokasi Proyek
100 50 0 -50
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2015
2012
Pertumbuhan (yoy)-rhs
2013
2014
Nominal (Rp Miliar)
2015
Pertumbuhan (yoy)-rhs
Konsumsi Pemerintah meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, tercatat pertumbuhan konsumsi pemerintah sebesar 9,62% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,45% (yoy). Upaya percepatan penyerapan anggaran
PDB KONSUMSI PEMERINTAH
belanja terus ditingkatkan pada triwulan III 2015 baik yang bersumber dari APBN maupun APBD. Peningkatan penyerapan
BENGKULU (% yoy)
TW II 2015
belanja Pemerintah pada triwulan III 2015 terutama bersumber dari
8.45 9.62
TW III 2015
penyerapan dana desa dan penyerapan belanja pegawai untuk gaji ke-13 PNS.
Grafik 1.5 PERKEMBANGAN BELANJA DAERAH Sumber : Kanwil Perbendaharaan Provinsi Bengkulu
% PENYERAPAN BELANJA APBD PROVINSI
% PENYERAPAN BELANJA APBN 96.90
92.48
71.30 51.95
48.25 29.88
29.75 10.17 Q3
Q4
Q1
Q2
2014
Q2
Q3
Q4
2014
Q1
Q2
Q3
2015
APBN
80.00
52.29
65.28
38.10
APBD
17.59
20.45
95.63
94.48
69.30
72.89
40.25
41.72
19.05
Q1
% PENYERAPAN DANA DESA
% PENYERAPAN BELANJA PEGAWAI
20.99
Q3
2015
42.11
Q2
41.83 20.67
17.42
9.68
Q1
68.51
44.34
28.52 -
Q1
Q2
Q3
2014
Q4
Q1
Q2 2015
Q3
Q1
Q2
Q3
2015
10
100.00
100.00
% PENYERAPAN APBD
80.00
80.00
60.00
60.00
40.00
40.00
20.00
2014
% PENYERAPAN APBN
2014
2015
20.00
2015
0.00
0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12
Realisasi Dana Desa yang bersumber dari APBN saat ini mencapai Rp 290,4 Miliar dari pagu anggaran sebesar Rp 362,9 Miliar atau sebesar 80% dari pagu. Dana desa tersebut dialokasikan untuk 1.341 desa di Provinsi Bengkulu dengan komposisi : Bengkulu Selatan (142 desa); Bengkulu Utara (215 desa); Seluma (182 desa); Bengkulu Tengah (142 desa); Lebong (93 desa); Mukomuko (148 desa); Rejang Lebong (122 desa); Kepahiang (105 desa); Kaur (192 desa). Alokasi rata-rata per desa mencapai Rp 270 juta.
1.1.2 Investasi
Pertumbuhan
Investasi
melambat,
Investasi
yang
tercermin dari Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB)
PDRB INVESTASI
TW III 2015
sebesar
2,80%
(yoy)
sedikit
melambat
dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2.91%
BENGKULU (% yoy)
TW II 2015
tumbuh
2.91 2.80
(yoy). Sumber perlambatan investasi berasal dari PMA/PMDN sementara investasi Pemerintah melalui Belanja Modal APBD/N belum mampu mendorong signifikan kenaikan investasi pada triwulan III 2015.
Realisasi investasi PMA pada triwulan III 2015 sebesar US$4.08 juta menurun dibandingkan realisasi PMA triwulan sebelumnya sebesar US$12.36 juta. Sementara investasi PMDN hanya tercatat Rp 9.02 Miliar turun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 118.3 Miliar. Berdasarkan hasil liaison, secara umum pelaku usaha di Bengkulu menunda kegiatan investasi pada triwulan III 2015. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : (i) Fluktuasi nilai tukar cukup tinggi sehingga pelaku usaha melihat peningkatan resiko dalam berinvestasi, (ii) menurunnya daya beli masyarakat yang
masih
terus
berlanjut
sehingga
mempengaruhi
pendapatan omzet usaha, (iii) Proses replanting di sektor Perkebunan secara umum masih berlanjut, namun dengan
Rp/US$
KURS RUPIAH/USD
15,000 14,000 13,000 12,000 11,000 10,000 9,000
Sumber : BI 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 2013
2014
2015
penurunan harga komoditas yang masih berlanjut maka pelaku usaha menghitung ulang besaran investasi yang dilakukan.
11
Grafik 1.6 PERKEMBANGAN REALISASI PMA & PMDN Sumber : BKPM (diolah)
REALISASI PMA (US$ JUTA)
REALISASI PMDN (Rp Miliar)
13.92
13.21
211.50
12.36
118.31 5.35 3.75 1.70 1.88 1.84
81.97
4.08
2.90
27.63 -
-
-
-
7.80
-
3
4
1
2
3
4
0.00 1
2
3
4
1
2
2013
3
4
1
2
2014
3
1
2
2015
2013
9.02 1
2014
2
3
2015
Meningkatnya kehati-hatian pelaku usaha dalam merealisasikan investasi pada triwulan laporan tercermin dari semakin dalamnya kontraksi kredit baru untuk investasi. Pada triwulan III 2015, realisasi kredit baru investasi terkontraksi hingga -58,63% (yoy) lebih dalam dibandingkan kontraksi yang terjadi pada triwulan sebelumnya sebesar -3.34%(yoy). Sektor Pertambangan dan Penggalian khususnya Batubara saat ini mulai mengurangi investasinya dan cenderung meningkatkan efisiensi pada kegiatan usahanya di tengah kondisi permintaan dan harga jual yang stagnan. Rekalkulasi besaran investasi untuk kegiatan replanting terkait penurunan omzet usaha. Dalam kondisi normal besaran alokasi investasi mencapai 4-10% dari laba tahun berjalan.
Grafik 1.7 PERKEMBANGAN KREDIT BARU INVESTASI & BELANJA MODAL APBD/N Sumber : Bank Indonesia (diolah); Kanwil Perbendaharaan Prov. Bengkulu, Biro Keuangan Pemprov Bengkulu Rp Miliar 140 120 100 80 60 40 20 0 1
REALISASI KREDIT BARU Sumber : BI
2
3
4
2013 KREDIT BARU
1
2
3
2014
4
1
2
yoy 80 60 40 20 0 -20 -40 -60 -80
Rp Miliar
yoy
BELANJA MODAL
500
100
400
50
300 0 200 -50
100 0
3
2015 gKREDIT (% yoy - rhs)
-100 1
2
3
2014 APBN (Rp Miliar) gAPBN(%yoy)
4
1
2
3
2015 APBD (Rp Miliar) gAPBD(% yoy)
Meskipun demikian, perlambatan investasi yang terjadi pada triwulan III 2015 sedikit diredam oleh peningkatan investasi pemerintah yang bersumber dari belanja modal. Tercatat belanja modal yang bersumber dari APBN tumbuh 43.84% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11.31% (yoy). Sementara itu belanja modal yang bersumber dari APBD Pemerintah Provinsi relatif melambat pertumbuhannya.
12
1.1.3 Ekspor Impor
Kinerja ekspor melambat, perlambatan tersebut bersumber dari ekspor antar provinsi sementara ekspor luar negeri masih melanjutkan tren kontraksinya. Ekspor tumbuh 10,44% (yoy)
EKSPOR
melambat dibandingkan triwulan II 2015 yang tumbuh sebesar
BENGKULU (% yoy)
11,51% (yoy). Melambatnya ekspor antar provinsi dikonfirmasi oleh
TW II 2015
data jembatan timbang Dishub Prov. Bengkulu yang mencatat
11.51 10.44
TW III 2015
volume barang keluar selama triwulan III 2015 terkontraksi hingga 13.42% (yoy) sementara pada triwulan sebelumnya volume barang keluar dari Prov. Bengkulu masih tercatat tumbuh 3.65% (yoy). Penurunan ekspor antar provinsi bersumber dari Sawit dan Batubara
Grafik 1.8 PERKEMBANGAN VOLUME BARANG KELUAR Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Bengkulu TON 50,000
VOLUME BARANG KELUAR
yoy TON 40 10,000 30
40,000
20
30,000
10 20,000
0
10,000
-10
0 2 Volume (ton)
150
8,000
100
6,000
50
4,000
0
2,000
-20 1
yoy 200
KOMODITAS UTAMA
3 2015 gVOL(%)
-50
0
-100 1
2
3 2015
Sawit (ton) gSAWIT(yoy)
Batubara (ton) gBATUBARA (yoy)
Sementara ekspor luar negeri masih melanjutkan kontraksinya pada triwulan III 2015, tercatat volume ekspor luar negeri sebesar -36,52% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi -27,03% (yoy). Sumber penurunan ekspor luar negeri berasal dari komoditas Batubara dan Karet. Penurunan ekspor batubara didorong oleh menurunnya permintaan Filipina sebagai tujuan ekspor terbesar batubara bengkulu. Kontraksi ekspor batubara ke Filipina mencapai -53.57% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 5.85% (yoy). Perlambatan tersebut merupakan dampak dari penurunan permintaan negara tujuan ekspor, berlanjutnya penurunan harga internasional, serta ketatnya persaingan dengan negara pemasok lainnya yaitu Australia dan Afrika Selatan. Penurunan harga karet yang masih berlanjut mendorong kontraksi ekspor karet lebih dalam pada triwulan laporan. Harga karet internasional rata-rata triwulan III 2015 sebesar US$1.79/kg menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar US$1.96/kg. Depresiasi nilai tukar belum mampu meredam dampak penurunan harga komoditas internasional. Penurunan harga karet yang terus berlanjut berdampak pada pasokan karet di pabrik pengolahan yang terus menurun. Petani menunda waktu penyadapan karet dengan pertimbangan kenaikan harga di masa mendatang. Kontraksi volume ekspor luar negeri karet pada triwulan III 2015 sebesar -18.77% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai -10.99% (yoy).
13
Grafik 1.9 PERKEMBANGAN EKSPOR LUAR NEGERI PROV. BENGKULU Sumber : COGNOS BI SAWIT US$/MT 1,250.00
HARGA INTERNASIONAL
KARET US$/KG 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 -
1,050.00 850.00 650.00 450.00 250.00
SAWIT
KARET
50.00 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 2012
2013
2014
US$/MT
HARGA INTERNASIONAL BATUBARA
75.00 70.00 65.00 60.00 55.00 50.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2015
2012
2013
2014
2015
Tabel 1.2 EKSPOR LUAR NEGERI PROVINSI BENGKULU Sumber : BI (diolah) VOLUME EKSPOR (TON)
PERIODE
CPO
RUBBER
COAL
LAIN
NILAI EKSPOR (US$ JUTA) TOTAL
CPO
RUBBER
COAL
LAIN
TOTAL
2014Q1
20.00
4.84
647.90
48.56
721.3
17.43
10.33
34.46
2.17
64.4
2014Q2
19.38
6.77
639.75
22.41
688.3
17.61
12.00
33.11
1.68
64.4
2014Q3
19.00
6.58
663.10
25.83
714.5
15.13
11.16
34.73
1.75
62.8
2015Q1
13.00
4.41
441.31
27.24
486.0
8.46
6.41
24.84
1.85
41.6
2015Q2
11.30
6.03
451.20
33.71
502.2
7.11
8.72
23.83
2.26
41.9
2015Q3
19.50
5.35
384.90
43.84
453.6
10.42
7.89
18.40
3.16
39.9
PERTUMBUHAN TAHUNAN (% YOY) 2015Q1
-35.00
-8.84
-31.89
-43.91
-32.63
-51.48
-38.00
-27.90
-15.01
-35.47
2015Q2
-41.69
-10.99
-29.47
50.42
-27.03
-59.62
-27.33
-28.02
34.41
-34.90
2.63 -18.77 -41.95 69.73 -36.52 2015Q3 Keterangan : CPO = Kelapa Sawit, Rubber = Karet, Coal = Batubara
-31.13
-29.32
-47.03
80.15
-36.49
PERIODE
VOLUME EKSPOR (TON)
NILAI EKSPOR (US$ JUTA)
USA
PHIL
INDIA
UE
MAL
LAIN
TOTAL
USA
PHIL
INDIA
UE
MAL
LAIN
TOTAL
2014Q1
2.77
133.67
270.29
20.30
37.06
257.21
721.3
5.82
8.29
13.20
18.06
2.38
16.63
64.4
2014Q2
3.07
98.26
304.05
19.40
80.68
182.86
688.3
5.79
5.71
14.46
17.66
5.11
15.68
64.4
2014Q3
2.89
155.58
320.40
19.34
73.56
142.75
714.5
4.93
9.34
14.64
15.70
4.57
13.59
62.8
2015Q1
2.56
150.94
86.64
7.40
64.77
173.65
486.0
3.72
8.99
4.07
5.25
3.99
15.54
41.6
2015Q2
3.69
92.52
111.54
9.62
45.67
239.20
502.2
5.31
5.38
4.92
6.38
2.75
17.20
41.9
2015Q3
3.48
72.24
107.80
19.50
54.80
195.78
453.6
5.08
4.18
3.99
10.42
3.09
13.11
39.9
8.33
-69.18
-70.93
67.57
-6.55
-35.47
PERTUMBUHAN TAHUNAN (% YOY) 2015Q1
-7.61
2015Q2 2015Q3
12.92
-67.94
-63.54
74.78
-32.49
-32.63
-36.13
20.33
-5.85
-63.32
-50.40
-43.39
30.81
-27.03
-8.33
-5.78
-66.00
-63.87
-46.27
9.69
-34.90
20.37
-53.57
-66.36
0.81
-25.51
37.15
-36.52
2.99
-55.27
-72.75
-33.63
-32.39
-3.54
-36.49
Keterangan : USA = Amerika Serikat, Phil = Filipina, UE = Uni Eropa, MAL = Malaysia
14
Kinerja Impor Bengkulu pada triwulan III 2015 melambat. Perlambatan terutama bersumber dari impor antar provinsi, sementara kontraksi impor luar negeri masih terus berlanjut. Impor tumbuh sebesar 6,48% (yoy), melambat
IMPOR
dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar
BENGKULU (% yoy)
7,91% (yoy). Perlambatan impor antar provinsi tercermin dari menurunnya perdagangan ritel selama triwulan laporan. Hal ini
TW II 2015
7.91 6.48
TW III 2015
sebagai dampak masih belum pulihnya daya beli masyarakat akibat penurunan harga komoditas.
Grafik 1.10 PERKEMBANGAN IMPOR PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
Rp Miliar 140 120 100 80 60 40 20 0
Q.1
% yoy
LUAR NEGERI
Q.2
Q.3
Q.4
2014 PDRB Impor LN
Q.1
120 100 80 60 40 20 0 -20 -40
Q.2
Q.3
2015 gIMPOR LN
Rp Miliar 6,600 6,400 6,200 6,000 5,800 5,600 5,400 5,200 5,000
% yoy
ANTAR PROVINSI
10 8 6 4 2 0 -2 -4
Q.1
Q.2
Q.3
Q.4
2014
PDRB Antar Provinsi
Q.1
Q.2
Q.3
2015
gIMPOR AP
15
1.2 Produk Domestik Regional Bruto Sisi Sektoral 1.2.1 Sektor Pertambangan dan Penggalian.
Sektor Pertambangan dan Penggalian mengalami PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
perlambatan, pertumbuhan pada triwulan laporan tercatat 0,51%
0.89 0.51
(yoy)
triwulan
lebih
rendah
sebelumnya
dibandingkan
yang
mencapai
pertumbuhan 0,89%
(yoy).
Menurunnya kinerja sektor ini terutama dampak dari penurunan sektor usaha batubara. Hal ini tercermin tren kontraksi ekspor yang terus berlanjut hingga triwulan III 2015.
Kontraksi ekspor batubara mencapai -47,03%(yoy) semakin dalam dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -28.02%(yoy). Penurunan permintaan ekspor batubara terutama berasal dari Filipina. Terkonfirmasi dari volume ekspor ke negara tersebut yang mengalami kontraksi sebesar 83,79% (yoy). Kendala bisnis batubara pada triwulan III 2015 dipengaruhi beberapa faktor yaitu melambatnya permintaan Filipina, berlanjutnya penurunan harga internasional, serta ketatnya persaingan dengan negara pemasok lainnya yaitu Australia dan Afrika Selatan. Rendahnya kalori batubara yang dihasilkan di Bengkulu relatif kurang kompetitif ditengah penurunan harga internasional.
Grafik 1.11 INDIKATOR EKSPOR BATUBARA Sumber : BI (diolah); Bloomberg
TON
yoy
NILAI EKSPOR BATUBARA
60 50
40 20
Sumber : BI
40
0
30
-20
20
-40
10 0
-60
1
2
3
2013
4
Nilai (US$)
1
2
3
2014
4
1
2
3
US$/mt HARGA INTERNASIONAL 70 BATUBARA 65 60 55 50 45 Sumber : Bloomberg 40 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 2013
2015
2014
2015
g - Nilai (%yoy - rhs)
Depresiasi nilai tukar Rupiah pada triwulan III 2015 belum mampu mengimbangi penurunan harga
internasional.
dikisaran
Harga
US$48,62/mt
batubara
menurun
berada
dibandingkan
triwulan sebelumnya yang berkisar US$52.84/mt. Menurunnya kinerja sektor usaha batubara menjadi faktor
pendorong
masih
tingginya
NPL
kredit
mencapai 65.69%.
16
1.2.2 Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.
Sektor
pertanian
mengalami
perlambatan,
pada
triwulan laporan Sektor Pertanian hanya tumbuh sebesar 2,68% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,24% (yoy). Hal ini bersumber dari usaha di sektor perkebunan karet. Kontraksi ekspor karet kembali menunjukkan
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
3.24 2.68
penurunan pada triwulan III 2015. Dilihat dari volumenya ekspor karet mengalami kontraksi yang semakin dalam dari -10,99% (yoy) menjadi -18,77% (yoy). Begitupun dengan nilai ekspor karet yang juga mengalami kontraksi yang semakin dalam dari 27,33% (yoy) menjadi -29,32% (yoy).
Sejalan dengan itu harga lokal karet masih berada pada level yang cukup rendah. Diketahui harga di tingkat petani pada kisaran Rp5.000/kg. Harga tersebut dalam dua triwulan terakhir menunjukkan kecenderungan semakin menurun. Harga karet internasional saat ini diperdagangkan rata-rata US$ 1,66/kg menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada pada kisaran US$ 2,02/mt. Produksi karet pada triwulan III 2015 juga dipengaruhi kondisi elnino. Dampak Elnino menyebabkan kenaikan suhu dari suhu normal 26-
-
produksi karena tiap pohon terhambat proses fotosintesisnya (frekuensi gelombang cahaya matahari ke daun menurun 5-10% sehingga secara nasional produksi ikut turun 5-10 %). Berdasarkan hasil liaison, penurunan harga internasional saat ini dengan nilai tukar yang bergejolak menimbulkan kekhawatiran pelaku usaha. Pelaku usaha menyatakan bahwa margin usaha sudah menurun signifikan. HPP produksi dihitung sebesar US$ 1,1/kg pada kurs Rp 13.500 per dollar untuk kualitas karet 100%, sementara harga jual karet terus menurun mendekati HPP. Untuk mensiasatinya saat ini pelaku usaha perkebunan memundurkan leadtime penyadapan karet dari sistem sadap per 2 hari menjadi sistem sadap per 3 hari, upaya ini dilakukan untuk menekan ongkos tenaga kerja. Sementara kinerja sektor usaha sawit pada triwulan laporan masih stagnan, karena permintaan yang belum menunjukkan perbaikan. Faktor lain tertahannya sektor usaha sawit adalah kualitas TBS yang menurun karena kurangnya curah hujan. Harga TBS yang ditetapkan Dinas Perkebunan mencapai Rp1000/kg menurun dibandingkan periode sebelumnya yang mencapai Rp1300/kg. Harga riil di petani diperkirakan lebih rendah karena rantai tata niaga melibatkan pengepul sebagai pemasok pabrik. Perlambatan pada komoditas sawit dan karet sedikit diredam oleh peningkatan produksi sayur. Berdasarkan data jembatan timbang, pengiriman sayur keluar Bengkulu meningkat 51,75% (yoy) meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,46% (yoy). Hal ini dikonfirmasi pula oleh NTUP Hortikultura rata-rata pada triwulan III 2015 meningkat, mencapai 110.32 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 104.37.
17
Grafik 1.12 INDIKATOR EKSPOR KARET Sumber : BI (diolah); Bloomberg
40
TON
yoy 0
NILAI EKSPOR Sumber : BI
30
US$/KG 3.50
-20 3.00
20
-40 2.50
10
-60 2.00
0
-80 1.50
1
2
3
4
1
2013 Nilai (US$)
2
3
4
1
2
HARGA INTERNASIONAL KARET
3
2014 2015 g Nilai (%yoy) - rhs
Sumber : Bloomberg 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 2013
2014 2015 Int'l Price Rubber (US$)
Menurunnya kinerja pada sektor ini tercermin dari hasil survei kegiatan dunia usaha pada sub sektor perkebunan, dimana terdapat penurunan indeks realisasi kinerja pada pelaku usaha dari triwulan sebelumnya 1,21 menjadi -0,51%.
1.2.3 Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil, Sepeda Motor Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor mengalami perlambatan. Tercatat pertumbuhannya hanya sebesar 5,54% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,94%. Perlambatan sektor ini terutama disebabkan oleh tertahannya
PERTUMBUHAN (% yoy)
pertumbuhan di sektor usaha otomotif. Berdasarkan data
TW II 2015
Dispenda Provinsi Bengkulu terjadi kontraksi jumlah kendaraan
TW III 2015
baru yang mengajukan balik nama. Kontraksi pada kendaraan
5.94 5.54
roda empat mencapai -20.03% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -13.57% (yoy). Meskipun pada triwulan III 2015 terdapat faktor seasonal Hari Raya Idul Fitri, namun dampaknya belum signifikan mendorong kenaikan sektor ini. Hasil liaison kepada pelaku usaha ritel mencatat bahwa penurunan omzet rata-rata pada triwulan III 2015 berkisar 5-25%. Hal ini dikonfirmasi pula oleh indeks penjualan barang tahan lama Survei Konsumen Bank Indonesia yang mencatat level 50.00 dibawah indeks triwulan sebelumnya di level 62.00. Masih melemahnya daya beli masyarakat merupakan faktor utama pendorong perlambatan di sektor ini.
18
Perlambatan di sektor ini dikonfirmasi pula oleh konsumsi listrik untuk golongan bisnis dan Kualitas kredit Perdagangan. Pertumbuhan konsumsi listrik untuk golongan ini mengalami perlambatan dari 7,78% (yoy) menjadi 6,24% (yoy) pada triwulan III 2015. Sementara kualitas kredit pada sektor ini masih berada di level yang cukup tinggi. Tercatat rasio NPL pada kredit perdagangan berada di angka 6,42% (diatas level wajar 5%). Dua indikator tersebut mengindikasikan bahwa terjadi penurunan aktivitas bisnis dan kemampuan membayar debitur dari sektor perdagangan.
Grafik 1.13 INDIKATOR SEKTOR PERDAGANGAN Sumber : Dispenda Provinsi, Bank Indonesia
MOBIL
Unit
1,000
yoy
60 40 20 0 -20 -40 -60 -80 -100
Sumber : Dispenda
800 600 400 200 0
1
3
5
7
9 11 1
2014 Kendaraan Roda 4
3
5
7
1,200
800 600
120.00
20
100.00
-20
0
-30
2013 MWh
3
4
1
2014
2
3
60.00
3
5
7
9
2015 Growth (yoy) - rhs
Penghasilan Saat Ini
20.00
Sumber : BI
0.00
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2012
60
250
50 40 30
15,000
9 11 1
Konsumsi Barang Tahan Lama
40.00
yoy Rp Miliar
20,000
7
KONSUMSI BARANG TAHAN LAMA
2015
Sumber : PLN
5
80.00
3
LISTRIK BISNIS
30,000 25,000
2
-60
Indeks 140.00
200
1
0
30
-10
4
-40
1,000
40
400
3
-20
2,000
160.00
0
2
0
3,000
50
10
1
20
4,000
2014 Kendaraan Roda 2
yoy
40
5,000
2015 growth (yoy) - rhs
Sumber : BI
1,000
60
1
Kredit Pemilikan Kendaraan gKredit (yoy)-rhs
yoy
Sumber : Dispenda
6,000
9
Rp Miliar KREDIT PEMILIKAN KENDARAAN
1,400
SEPEDA MOTOR
Unit 7,000
200
2013
2014
2015
NPL KREDIT PERDAGANGAN Berdasarkan Lokasi Proyek
10,000
0 5,000
-20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2012
2013
Listrik Bisnis (mwh)
2014
2015
growth (yoy)
7 5
150
4 100
3 2
50
-10
0
8 6
Sumber : BI
20 10
yoy
1 0
0
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2012
2013
NPL
2014
2015
% NPL
19
1.2.4 Sektor Konstruksi Pertumbuhan Sektor Konstruksi meningkat, tercatat tumbuh
sebesar
5,10%
(yoy),
meningkat
signifikan
dibandingkan triwulan lalu yang hanya tumbuh 3.60% (yoy). Peningkatan terutama didorong oleh realisasi pengerjaan fisik pemerintah. Indikator tersebut ditunjukkan oleh penyerapan
PERTUMBUHAN (% yoy)
belanja modal yang meningkat baik dari APBN maupun APBD
TW II 2015
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Membaiknya kinerja
TW III 2015
sektor konstruksi dikonfirmasi survei SKDU sektor konstruksi yang
3.60 5.10
menunjukkan kenaikan. Kenaikan pada sektor ini juga dikonfirmasi oleh peningkatan penjualan semen pada triwulan III 2015. Penjualan semen tumbuh 33.59% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -10.15% (yoy)
Grafik 1.14 INDIKATOR SEKTOR KONSTRUKSI Sumber : BI (diolah); Bloomberg
Ton
REALISASI SEMEN
200,000
yoy
5.00
20
4.00
10
3.00
0
2.00
30
150,000 100,000
-10 -20
50,000
-30
Sumber : BI 0
-40
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 2012
2013
Volume (ton)
Rp Miliar 900 800 700 600 500 400 300 200 100 0
Q1
2014
2015
Realisasi
Ekspektasi
1.00 0.00 -1.00 -2.00
Pertumbuhan (yoy)-rhs
SKDU KONSTRUKSI
Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 2014
2015
-3.00 -4.00
REALISASI APBN/D
Q2
Q3
2014 Belanja Modal APBD (Miliar)
Q4
Q1
Q2
Q3
2015 Belanja Modal APBN (miliar)
20
1.2.5 Sektor Industri Pengolahan Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2015 sektor ini tumbuh sebesar
4,62%
(yoy)
meningkat
dibandingkan
triwulan
sebelumnya sebesar 4,10 (yoy). Peningkatan sektor industri pengolahan terutama bersumber dari industri makanan minuman. Hal ini dikonfirmasi oleh Indeks Industri Manufaktur Besar dan Sedang, dimana industri makanan minuman tumbuh sebesar 7,60% (yoy) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015
4.10 4.62
TW III 2015
tumbuh hanya 3.47% (yoy).
Sejalan dengan hal tersebut, Meningkatnya pertumbuhan sektor ini juga terkonfirmasi dari meningkatnya penyaluran kredit investasi pada Industri. Tercatat penyaluran kredit investasi pada triwulan laporan sebesar Rp335,7 Miliar lebih besar daripada triwulan II 2015 yang hanya mencapai Rp318,8 Miliar. Peningkatan penyaluran kredit ini juga diikuti dengan kualitas kredit yang membaik. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) untuk kredit investasi pada industri membaik dari 1,39% pada triwulan II 2015 menjadi 1,14 di triwulan III 2015.
Grafik 1.15 INDIKATOR SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN Sumber : BPS , BI (diolah)
YOY
SURVEI INDUSTRI MANUFAKTUR
25.00
Makanan
20.00
Karet
15.00 10.00 5.00 (5.00) (10.00)
2
3 2014
4
1
2
3 2015
yoy 40 20 0 -20 -40 -60
1
1
Kredit Investasi Berdasarkan Lokasi Proyek
Rp Miliar 700 600 500 400 300 200 100 0
2
3
2012
4
1
2
3
4
1
2
3
2013 2014 Kredit Investasi (Miliar Rp) g Kredit Investasi (%yoy)
21
BOKS 1.
Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah serta Ketahanan Daya Saing Industri
A. Dampak Pelemahan Nilai Tukar Rupiah Berdasarkan kegiatan liaison1 dan quick survei terhadap pelaku usaha yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Provinsi Bengkulu, menyatakan bahwa pelemahan nilai tukar berpengaruh positif terhadap meningkatnya nilai penjualan yang berasal dari selisih nilai tukar. Namun demikian pelaku usaha menyatakan bahwa kestabilan nilai tukar lebih utama dalam menciptakan kondisi iklim usaha yang kondusif. Bagi pelaku usaha ekspor yang bergerak pada komoditas perkebunan (karet dan sawit pada Provinsi Bengkulu), harga komoditas dirasa lebih berpengaruh terhadap kinerja penjualan dibandingkan dengan nilai tukar. Hal ini terkonfirmasi dari hasil quick survei terkait dampak nilai tukar yang dilaksanakan KPwBI Provinsi Bengkulu. Hasil survei menggambarkan
bahwa seluruh responden menyatakan
penurunan harga
komoditas
internasional lebih dominan dalam mempengaruhi kinerja penjualan perusahaan dibandingkan dengan gejolak nilai tukar. Terkait dengan kebutuhan pembiayaan maupun pinjaman luar negeri, sebanyak 75% responden menyatakan kebutuhan akan pinjaman luar negeri masih tetap. Ditengah gejolak nilai tukar yang terjadi, mayoritas contact memilih untuk tidak melakukan restrukturisasi atas pinjaman luar negeri yang diambil oleh perusahaan. Mayoritas pelaku usaha menyatakan adanya kenaikan biaya produksi dan penurunan margin usaha, namun belum ada yang menyatakan akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dalam mengatasi kenaikan biaya produksi, salah satu strategi yang ditempuh oleh pelaku usaha adalah dengan meningkatkan produksi bahan baku dari kebun sendiri dan mengevaluasi biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku dari luar. Sementara contact lain memilih untuk mempertahankan jalinan kerjasama yang baik dengan pemasok agar tidak terjadi gesekan (terutama dengan petani) disaat harga komoditas semakin terpuruk. Dalam menekan biaya produksi, pelaku usaha menerapkan efisiensi internal melalui penekanan biaya tenaga kerja dan operasional mesin pabrik. Salah satu strategi efisiensi internal yang dilakukan oleh perusahaan dalam menekan biaya produksi adalah pengurangan waktu/shift kerja dan meniadakan lembur bagi seluruh karyawannya. Rata-rata level nilai tukar ideal yang diharapkan oleh responden berada pada level Rp. 11.375. Sementara rata-rata level nilai tukar rupiah yang dapat mengganggu secara signifikan pada level Rp. 14.500.
1
Liaison adalah suatu kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha.
22
B. Daya Saing Industri Berkaitan dengan daya saing industri, mayoritas pelaku usaha menyatakan bahwa perizinan, infrastruktur dan insentif fiskal sebagai faktor yang lebih utama dibandingkan faktor-faktor lainnya seperti teknologi, kualitas SDM, logistik maupun energi. Dalam hal infrastruktur diperlukan akses transportasi darat yang baik. Pelaku usaha menyatakan perlu dilakukan perbaikan kualitas jalan terutama di daerah Bengkulu Utara dan Mukomuko yang saat ini kondisinya banyak yang rusak. Hal ini untuk mendukung efisiensi biaya tranportasi dari lokasi perkebunan ke lokasi pabrik maupun dari lokasi pabrik ke pelabuhan Pulau Baai. Pelaku usaha juga berpendapat bahwa dalam menghadapi kondisi persaingan bebas, perlu percepatan hilirisasi industri karet di Indonesia. Tidak hanya dibatasi pada produk setengah jadi namun juga diharapkan industri barang jadi seperti ban. Sementara terkait rendahnya harga komoditas karet di pasar global saat ini dipengaruhi melimpahnya stok, terutama di Thailand dan terkait masih rendahnya harga minyak dunia. Mayoritas pengusaha memandang sektor industri kelapa sawit masih dapat bertahan terhadap kondisi harga internasional yang terus menurun dan dinamika persaingan di pasar global jika pemerintah dapat mendorong permintaan dalam negeri dengan jalan serius berkomitmen untuk menerapkan mandatori biodesel 15%. Menurut pelaku usaha sampai dengan saat ini belum terlihat upaya-upaya pemerintah dalam merealisasikan mandatori biodiesel tsb.
Indikator Pangsa Domestik (%) pasar Ekspor (%) Tujuan Ekspor
Pengolahan Kelapa Sawit
Nama Industri Pengolahan Karet
Pengolahan Teh
10
12,5
15
India (40%); China (35%); Lainnya (25%)
Amerika (50%); Eropa (30%); Asia (20%)
Pesaing Utama
Malaysia & Thailand Medan, Riau, Jambi dan Sumatera Selatan
Thailand & Malaysia Sumatera Selatan
Mandatori biodesel 15%, CPO Fund Kebijakan moratorium hutan primer; bea keluar CPO yang tinggi; kebijakan PPn atas produk primer TBS Kampanye anti sawit; kampanye RSPO (Roundtable for Sustainable Palm Oil)
Hilirisasi produk karet
Negara Lain Provinsi Lain
Regulasi Pendukung Regulasi Pengha mbat
Keb. Nasional
Keb. Luar Negeri
90
87,5
85
Eropa (60%); Asia (12%); Rusia (9%); Amerika (3%); Australia (1%). China & India Jawa Barat, Jawa Tengah, Kayu Aroe (Jambi), Pagar Alam (Sumsel)
Kebijakan moratorium hutan primer
-
-
-
23
Indikator Persepsi pengusaha terhadap industri
Pengolahan Kelapa Sawit Mayoritas pengusaha memandang sektor industri kelapa sawit masih dapat bertahan terhadap kondisi harga internasional yang terus menurun dan dinamika persaingan di pasar global jika pemerintah dapat mendorong permintaan dalam negeri dengan jalan serius berkomitmen untuk menerapkan mandatori biodesel 15%. Menurut pelaku usaha sampai dengan saat ini belum terlihat upaya-upaya pemerintah dalam merealisasikan mandatori biodiesel tsb.
Nama Industri Pengolahan Karet Menurut pelaku usaha menghadapi kondisi persaingan bebas, perlu percepatan hilirisasi industri karet di Indonesia. Tidak hanya dibatasi pada produk setengah jadi namun juga diharapkan industri barang jadi seperti ban. Sementara terkait rendahnya harga komoditas karet di pasar global saat ini dipengaruhi melimpahnya stok, terutama di Thailand dan terkait masih rendahnya harga minyak dunia.
Pengolahan Teh Menghadapi persaingan bebas, pelaku usahaa melihat potensi industri pengolahan teh di Bengkulu masih terbuka, namun terapat tantangan keterbatasan lahan yang hanya kondusif di beberapa wilayah, salah satunya di Kab. Kepahiang & Rejang Lebong yang merupakan daerah dataran tinggi.
24
BAB II
PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
INDIKATOR MAKRO Perkembangan Inflasi Bengkulu Triwulan II 2015
Triwulan III 2015
9.90
8.65
6.47
6.55
13.99
11.69
14.14
10.55
13.313
14.383
25
TABEL INDIKATOR INFLASI PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015 2014 Indikator Indeks Harga Konsumen
I 113.29
113
III 117.93
IV 124.55
I 121.96
2015 II 124.19
III 128.13
II
Kelompok Barang Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Has dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan
8.35 11.25 5.86 4.38 4.18 8.69 3.88 15.46
5.79 4.55 6.23 3.08 6.71 5.49 4.37 11.02
6.05 7.44 6.55 4.76 4.69 5.27 5.45 6.15
10.85 17.76 6.64 8.24 3.82 6.53 5.62 13.97
7.65 8.31 7.14 9.8 4.11 10.9 6.14 5.86
9.90 14.03 8.07 9.52 4.11 9.82 6.08 10.17
8.65 10.48 6.51 7.42 3.71 9.08 10.73 9.95
Disagregasi Volatile Food Administered Prices Core
10.93 15.4 4.72
4.25 11.52 4.35
7.34 8.65 4.47
17.72 16.57 5.54
8.23 9.8 6.55
14.14 13.99 6.47
10.55 11.69 6.55
109.33 11,404
116.78 11,969
110.67 12,212
108.33 12,440
113.33 13,084
108.44 13,313
100.44 14,383
Indeks Ekpektasi Konsumen Nilai Tukar
Sumber : BPS (diolah)
26
PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULAN III 2015 Inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III tahun 2015 sebesar 8,65% (yoy) menurun dibandingkan inflasi triwulan II tahun 2015 sebesar 9,90% (yoy). Kondisi ini didorong oleh meredanya tekanan Inflasi pada kelompokadministered prices dan volatile food.Hampir seluruh kelompok komoditas barang/jasa mengalami penurunan laju inflasi kecuali kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga yang mengalami peningkatan.Dengan perkembangan tersebut maka laju inflasi Kota Bengkulu pada triwulan III 2015 masih berada diatas inflasi nasional (6,83% yoy) maupun inflasi rata-rata Sumatera (6,79% yoy). Meskipun demikian laju tekanan inflasi tahun kalender di Kota Bengkulu sampai dengan triwulan III 2015 tercatat sebesar 2.87% (ytd) atau masih berada didalam koridor sasaran inflasi nasional 4±1%. Grafik 2.1 PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
DISAGREGASI INFLASI Provinsi Bengkulu INFLASI INTI (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
6.47 6.55
ADMINISTERED PRICES (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
13.99 11.69
VOLATILE FOOD (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
14.14 10.55
Sementara itu, perkembangan inflasi bulanan di triwulan III 2015 diwarnai dengan volatilitas yang tinggi. Setelah terjadi Inflasi selama dua bulan berturut-turut dari bulan Juli hingga Agustus sebesar 1,38% (mtm) dan 1,99% (mtm), kemudian pada bulan September kota Bengkulu mengalami deflasi sebesar 0,22% (mtm).
Secara umum tekanan inflasi yang meningkat pada bulan Juli dan Agustus disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (i)Pola seasonal peningkatan permintaan masyarakat H-14 menjelang Hari Raya Idul Fitri mendorong pelaku usaha untuk menaikkan profit margin usaha, (ii) Siklus bisnis penerbangan yang memasuki peak season mendorong maskapai penerbangan meningkatkan harga tiket mendekati batas atas yang telah ditetapkan oleh pemerintah; (ii) Meningkatnya biaya pendidikan khususnya Sekolah Dasar dan Perguruan Tinggi seiring dengan penyesuaian biaya yang dilakukan oleh beberapa sekolah memasuki tahun ajaran baru.
27
Sementara itu, meredanya tekanan inflasi pada bulan September hingga mencatatkan deflasi disebabkan oleh tiga faktor, yaitu: (i) Mulai normalnya pasokan daging ayam setelah mengalami kendala pada dua bulan sebelumnya, hal ini juga terjadi pada harga cabai merah yang mulai panen di bulan September; (ii) Penyesuaian tarif angkutan udara menuju batas bawah setelah melewati
peak season pada dua bulan sebelumnya. (iii) Turunnya harga bahan bakar minyak, khususnya bahan bakar non-subsidi seiring dengan penurunan harga minyak dunia.
JULI 2015
INFLASI BULANAN (% mtm) AGT 2015
1.38
1.99
SEPT 2015
-0.22
Kemudian apabila dilihat andil inflasi tahunannya, maka dapat dianalisis bahwa :
Kelompok pendorong kenaikan inflasi bersumber dari Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga.
Kelompok penahan kenaikan inflasi bersumber pada Bahan Makanan; Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau; Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar; Sandang; Kesehatan; serta Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan
Tabel 2.1 ANDIL INFLASI KELOMPOK BARANG DAN JASA PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
NO
2014
KELOMPOK BARANG DAN JASA
2015
I
II
III
IV
I
II
III
8.35
5.79
6.05
10.85
7.66
9.90
8.65
2.72
1.12
1.85
4.38
2.06
3.42
2.63
2
BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU
0.98
1.02
1.07
1.08
1.16
1.33
1.07
3
PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR
0.98
0.69
1.03
1.79
2.12
2.08
1.59
4
SANDANG
0.25
0.39
0.28
0.22
0.24
0.24
0.22
5
KESEHATAN
0.35
0.23
0.21
0.26
0.44
0.40
0.36
6
PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA
0.35
0.39
0.48
0.49
0.53
0.53
0.94
7
TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN
2.71
1.95
1.14
2.62
1.10
1.89
1.84
INFLASI TAHUNAN 1
Berdasarkan perkembangan event analysis terhadap inflasi di Kota Bengkulu, tampak bahwa kenaikan tarif angkutan udara dan biaya pendidikan pada pertengahan Agustus 2015 mendorong inflasi Bengkulu meningkat signifikan terhadapinflasi nasional yang bergerak lebih stabil. TarifAngkutan Udara memberi andil terhadap inflasi tahunan di bulan Agustus sebesar 0,74% yoy dan biaya Akademi/Perguruan Tinggi memberi andil terhadap inflasi tahunan di bulan Agustus sebesar 0,36% yoy
28
Grafik 2.2 EVENT ANALYSIS INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
2.1 INFLASI MENURUT KELOMPOK BARANG/JASA Tabel 2.2 INFLASI KELOMPOK BARANG/JASA Sumber : BPS (diolah)
Kelompok Barang/Jasa
IHK
I-2015 Inflasi (% yoy)
Andil IHK (% yoy)
II-2015 Inflasi (% yoy)
Andil IHK (% yoy)
III-2015 Inflasi (% yoy)
Andil (% yoy)
129.23
8.31
2.06
136.45
14.03
3.42
138.58
10.48
2.63
118.47
7.14
1.16
120.42
8.07
1.33
123.46
6.51
1.07
117.38
9.80
2.12
118.02
9.52
2.08
118.28
7.42
1.59
Sandang
110.29
4.11
0.24
113.55
4.11
0.24
113.95
3.71
0.22
Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Inflasi Umum
123.42
10.90
0.44
124.78
9.82
0.40
125.53
9.08
0.36
117.04
6.14
0.53
118.37
6.08
0.53
128.48
10.73
0.94
127.81
5.86
1.10
135.75
10.17
1.89
136.85
9.95
1.84
121.96
7.65
7.65
125.91
9.90
9.90
128.13
8.65
8.65
Bahan makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar
Berdasarkan kelompok barang dan jasa, secara umum andil inflasi kelompok barang dan jasa mengalami penurunan, kecuali Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga. Berturut-turut kelompok barang dan jasa yang memiliki andil terbesar terhadap inflasi tahunan pada triwulan III 2015 adalah Kelompok Bahan Makanan (2,63% yoy); Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (1,84% yoy); Kelompok Perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar (1,59% yoy); serta Kelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau (1,07% yoy).
29
Inflasi Kelompok Bahan Makanan menurun signifikan dari 14,03% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 10,48% (yoy) pada triwulan III 2015 dengan andil inflasi menurun dari 3.42%
INFLASI KELOMPOK
(yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 2.63% (yoy) pada triwulan
BAHAN MAKANAN III 2015. Berdasarkan andilnya penurunan bersumber pada sub INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
14.03 10.48
kelompok
Cabai Merah Tomat Sayur Teri Bawang Merah Minyak Goreng
Buah-buahan;
Lemak
dan
minyak;Daging dan hasil-hasilnya; Ikan segar; daging dan hasilhasilnya; Telur, susu dan hasil-hasilnya; Ikan diawetkan; dan Bahan Makanan
KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI
Bumbu-bumbuan;
Lainnya.
Komoditas
yang
penurunanterhadap andil inflasi tahunan
memberikan
yaitu: Cabai Merah,
Tomat Buah,Teri; Bawang Merah,dan Minyak Goreng. Hal ini terutama didorong masuknya periode panen untuk sayuran. Sumber pasokan Cabai Merah,dan Tomat berasal dari daerah Rejang Lebong.Sementara penurunan minyak goreng mengikuti turunnya harga CPO
Meningkatnya pasokan sayur dikonfirmasi pula oleh laporan jembatan timbang yang mencatat bahwa volume sayur keluar Bengkulu pada triwulan III 2015 tumbuh signifikan hingga 54% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 9.46% (yoy). Sementara penurunan harga Teri merupakan dampak dari meningkatnya hasil tangkapan nelayan pada triwulan laporan. Elnino pada triwulan III 2015 memberikan dampak positif terhadap tangkapan ikan nelayan karena proses pendinginan air lautmendorong penumbuhan klorofil terutama di Pantai Barat Sumatera dan Jawa, sehingga faktor potensi tangkapan Ikan bertambah.
Tabel 2.3 INFLASI KELOMPOK BAHAN MAKANAN Sumber : BPS (diolah)
SUB KELOMPOK KOMODITAS
yoy (%) II III Bumbu - bumbuan 58.50 8.57 Buah - buahan 9.23 3.85 Lemak dan Minyak 3.06 -2.66 Daging dan Hasil-hasilnya 6.71 5.78 Ikan Segar 5.01 4.00 Telur, Susu dan Hasil-hasilnya 11.74 10.69 Ikan Diawetkan 8.83 7.01 Bahan Makanan Lainnya 24.12 15.64 Kacang - kacangan 2.82 2.51 Padi-padian, Umbi-umbian 17.75 21.23 Sayur-sayuran 8.19 20.68 Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 14.03 10.48
2015 Andil yoy (%) Perubahan II III 1.22 0.27 -0.95 0.21 0.09 -0.12 0.05 -0.05 -0.10 0.19 0.16 -0.03 0.18 0.15 -0.03 0.26 0.24 -0.03 0.06 0.04 -0.01 0.02 0.02 -0.01 0.02 0.02 0.00 0.99 1.17 0.18 0.23 0.54 0.31 3.42 2.63 -0.79
KOMODITAS CABAI MERAH TOMAT BUAH TERI BAWANG MERAH MINYAK GORENG
yoy (%) II III 113.34 7.18 42.43 -20.31 1.70 7.03 28.35 7.17 1.55 -6.22
2015 Andil yoy (%) Perubahan II III 0.97 0.14 -0.82 0.11 -0.09 -0.19 0.04 -0.07 -0.11 0.12 0.03 -0.09 0.02 -0.07 -0.09
Keterangan : Perubahan merupakan selisih perubahan andil inflasi pada triwulan laporan terhadap andil inflasi pada triwulan sebelumnya. Tanda (-) berarti terjadi penurunan terhadap andil inflasi demikian sebaliknya.
30
Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa
INFLASI KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, JASA KEUANGAN INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
10.17 9.95
KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI
Angkutan Udara Bensin Angkutan Dalam Kota
Keuanganmengalami penurunan dari 10,17% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 9,95% (yoy) di triwulan III 2015 dengan andil inflasi menurun dari 1.89% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 1.84% (yoy) pada triwulan III 2015. Berdasarkan andilnya penurunan bersumber pada sub kelompok Sarana penunjang Transpor dan sub kelompok Transpor. Komoditas yang memberikan penurunan terhadap andil inflasi tahunan yaitu : tarif angkutan udara,bensin dan tarif angkutan dalam kota. Penurunan tarif angkutan udara merupakan respon siklus bisnis yang memasuki
low seasons di bulan September 2015 paska arus balik.
Menurunnya jumlah penumpang pesawat udara terkonfirmasi dari jadwal penerbangan beberapa maskapai yang mengurangi frekuensi penerbangan dari dan ke Bandara Fatmawati Soekarno1. Sementara itu, penurunan harga bensin seiring dengan penyesuaian harga Pertamax paska koreksi harga sebesar 3,7% juga memberikan sumbangan yang berarti.
Tabel 2.4 INFLASI KELOMPOK TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN JASA KEUANGAN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah) SUB KELOMPOK KOMODITAS
yoy (%) II III Sarana dan Penunjang Transpor 3.38 2.13 Transpor 14.52 14.19 Komunikasi Dan Pengiriman -0.07 -0.16 Jasa Keuangan 7.02 7.02 Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 10.17 9.95
2015 Andil yoy (%) Perubahan II III 0.07 0.04 -0.03 1.81 1.79 -0.02 0.00 -0.01 0.00 0.02 0.02 0.00 1.89 1.84 -0.05
KOMODITAS ANGKUTAN UDARA BENSIN ANGKUTAN DALAM KOTA PERBAIKAN RINGAN KENDARAAN PEMELIHARAAN/SERVICE
yoy (%) II III 39.30 16.25 11.39 10.96 16.67 16.67 7.89 0.00 1.77 0.00
2015 Andil yoy (%) Perubahan II III 0.58 0.34 -0.24 0.43 0.40 -0.03 0.32 0.30 -0.01 0.01 0.00 -0.01 0.01 0.00 -0.01
Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan
INFLASI KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK,GAS, DAN BAHAN BAKAR INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
9.52 7.42
KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI
1 2
Tarif Listrik Tukang Bukan Mandor Bahan Bakar Rumah Tangga
Bahan Bakar mengalami penurunan yang signifikan dari 9,52% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,42% (yoy) di triwulan III 2015dengan andil inflasi menurun dari 2.08% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 1.59% (yoy) pada triwulan III 2015.Berdasarkan
andilnya penurunan
bersumber pada
sub
kelompok Biaya Tempat Tinggal; Bahan Bakar, Penerangan, dan Air; serta
Penyelenggaraan
Rumah
Tangga.
Komoditas
yang
memberikan penurunan terhadap andil inflasi tahunan yaitu tarif listrik, Tukang Bukan Mandor dan Bahan Bakar Rumah Tangga. Menurunnya inflasi tarif listrik seiring dengan penyesuaian tarif yang dilakukan oleh PLN2.
Berdasarkan data Jadwal keberangkatan dan kedatangan di Bandara Fatmawati Soekarno Berdasarkan pengumuman Tariff Adjusment PT PLN (persero) pada 30 Agustus 2015
31
Beberapa golongan yang mengalami penyesuaian tarif diantaranya: Tegangan Rendah (TR) dengan daya 3500 VA, golongan Tarif (R-2) tegangan 3500
5500 VA, golongan tarif (R-3) tegangan di
atas 6600 VA, tegangan menengah (TM) di atas 200 KVA dan tegangan tinggi (TT) dengan daya 30.000 KVA. Sementara itu PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga elpiji 12 kilogram (kg) menjadi Rp135.300 per tabung rata-rata nasional atau turun rata-rata Rp6.700 per tabung dari harga sebelumnya sebesar Rp142.000 per tabung. Penurunan harga bervariasi antara Rp6.400 per tabung sampai dengan Rp17.900 per tabung. Demikian juga harga di tingkat agen di berbagai daerah juga bervariasi antara Rp132.800 per tabung hingga Rp157.400 per tabung, bergantung pada jarak Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk Elpiji (SPPBE) terhadap supply point-nya3.
Tabel 2.5 INFLASI KELOMPOK PERUMAHAN, AIR, LISTRIK,GAS, DAN BAHAN BAKAR Sumber : BPS (diolah) SUB KELOMPOK KOMODITAS
yoy (%) II III Biaya Tempat Tinggal 8.36 6.63 Bahan Bakar, Penerangan dan Air 14.68 10.31 Penyelenggaraan Rumahtangga 7.54 6.01 Perlengkapan Rumahtangga 6.56 6.93 Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 9.52 7.42
2015 Andil yoy (%) Perubahan II III 1.14 0.88 -0.26 0.70 0.49 -0.21 0.14 0.11 -0.03 0.11 0.12 0.00 2.08 1.59 -0.49
KOMODITAS TARIP LISTRIK TUKANG BUKAN MANDOR BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA SENG KONTRAK RUMAH
yoy (%) II III 14.60 9.52 4.38 0.00 20.96 15.42 3.24 -0.31 8.27 7.21
2015 Andil yoy (%) Perubahan II III 0.41 0.27 -0.14 0.08 0.00 -0.08 0.27 0.20 -0.07 0.04 0.00 -0.04 0.25 0.22 -0.04
Inflasi Kelompok Makanan jadi, Minuman, Rokok, dan
INFLASI KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
8.07 6.51
Tembakau mengalami penurunan yang signifikan dari 8,07% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,51% (yoy) di triwulan III 2015dengan andil inflasi menurun dari 1.33% (yoy) pada triwulan II 2015 menjadi 1.07% (yoy) pada triwulan III 2015.Berdasarkan
andilnya penurunan
bersumber pada
sub
kelompok Makanan Jadi; Minuman yang Tidak Beralkohol; dan Tembakau dan Minuman Beralkohol. Komoditas yang memberikan
KOMODITAS DENGAN ANDIL INFLASI YANG MENGALAMI PENURUNAN TERTINGGI
Rokok Kretek Filter Rokok Kretek Rokok Putih
penurunan terhadap andil inflasi tahunan yaitu Rokok Kretek Filter, Rokok Kretek, Kopi Manis dan Rokok Putih. Produsen Rokok melakukan penyesuain terhadap harga paska peningkatan yang cukup tinggi di triwulan sebelumnya.
Tabel 2.6 INFLASI KELOMPOK MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK DAN TEMBAKAU Sumber : BPS (diolah)
SUB KELOMPOK KOMODITAS
yoy (%) II III Makanan Jadi 6.62 7.01 Minuman yang Tidak Beralkohol 7.45 5.39 Tembakau dan Minuman Beralkohol 11.69 6.08 Inflasi Kelompok >>>>>>>>> 8.07 6.51
3
2015 Andil yoy (%) Perubahan II III 0.64 0.67 -0.26 0.19 0.13 -0.21 0.50 0.27 -0.03 1.33 1.07 -0.50
KOMODITAS ROKOK KRETEK FILTER ROKOK KRETEK KOPI MANIS ROKOK PUTIH
yoy (%) II III 11.46 4.77 12.47 8.65 32.25 0.92 11.01 5.65
2015 Andil yoy (%) Perubahan II III 0.26 0.11 -0.15 0.16 0.11 -0.05 0.05 0.00 -0.05 0.08 0.04 -0.04
Berdasarkan Siaran pers PT Pertamina (persero) pada tanggal 15 September 2015
32
Disamping itu, Satu-satunya Kelompok barang dan jasa yang mengalami peningkatan andil Inflasi adalah kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga. Tercatat Inflasi Kelompok ini meningkat signifkan dari 6,08% (yoy) menjadi 10,73% (yoy) pada Triwulan III 2015. Kenaikan tersebut bersumber dari sub kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Kursus-kursus/ Pelatihan yang disebabkan oleh biaya Sekolah Dasar dan Akademi/ Perguruan Tinggi. Meningkatnya biaya pendidikan ini didorong oleh penyesuain biaya yang dilakukan oleh beberapa sekolah dan Perguruan Tinggi memasuki tahun ajaran baru. ANDIL INFLASI BAHAN MAKANAN
ANDIL INFLASI PERUMAHAN, AIR, LISTRIK, RUMAH, DAN BAHAN BAKAR
ANDIL INFLASI TRANSPORTASI, KOMUNIKASI, DAN JASAKEUANGAN
ANDIL INFLASI MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK, DAN TEMBAKAU
Berdasarkan pola seasonal, inflasi bulanan selama triwulan III 2015 menunjukkan pergerakan yang menurun dibanding tiga tahun sebelumnya. Hal ini terutama terjadi pada bulan Juli dan September 2015 yang mengalami inflasi lebih rendah dibandingkan historis selama 3 tahun sebelumnya. Terkendalinya harga beberapa harga bahan makanan pada saat hari Raya Idul Fitri di Bulan Juli menjadi kunci terkendalinya inflasi pada periode tersebut. kondisi ini tak terlepas dari tindakan pre-emptive TPID di Provinsi Bengkulu menjelang Hari Raya Idul Fitri dengan melakukan sidak gudang dan sidak pasar untuk mengetahui kecukupan stock komoditas bahan makanan serta operasi pasar di seluruh kecamatan sabagai upaya stabilisasi harga menjelang hari raya idul fitri. Sementara itu, Rendahnya tekanan inflasi pada bulan September dipicu oleh penurunan harga pada
33
beberapa komoditas administered prices dan volatile food. Akan tetapi, inflasi bulan Agustus 2015 tampak meningkat dan berbeda dengan pola historisnya. Hal ini didorong oleh meningkatnya harga tiket angkutan udara karena arus balik dan meningkatnya biaya Sekolah saat memasuki tahun ajaran baru.
Grafik 2.3 POLA SEASONAL INFLASI BULANAN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
2012
2013
2014
2015
Inflasi (mtm)
4.00 2.00 0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-2.00
Pada bulan Juli 2015 tercatat inflasi sebesar 1,38 %
INFLASI JULI 2015
(mtm), signifikan meningkat dibandingkan bulan sebelumnya
1.38%
sebesar 0,89% (mtm). Namun jauh lebih rendah dibandingkan pola
historisnya
(2012-2014).
inflasi
ini
bersumber
dari
peningkatan harga beberapa komoditas administered prices seperti angkutan udara dan angkutan antar kota. Kenaikan tarif pada dua jasa ini merupakan dampak dari peningkatan jumlah penumpang saat mudik menjelang perayaan hari raya Idul fitri. Disamping itu,
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
-
Angkutan Udara Cabai Merah Ang. Antar kota
0.41 0.32 0.11
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
-
Teri Jengkol Bawang Merah
-0.13 -0.07 -0.06
juga terjadi peningkatan harga pada komoditas kelompok inti, dintaranya: Baju muslim, Baju Kaos, dan Gaun. Meningkatnya permintaan terhadap komoditas ini menjelang lebaran merupakan faktor yang mendorong kenaikan harga. Meskipun demikian, berbagai program yang dilakukan TPID di Provinsi Bengkulu menjadi faktor yang menahan laju kenaikan inflasi sehingga berada di bawah pola historisnya.
34
Pada bulan Agustus 2015 Inflasi meningkat menjadi sebesar 1,99% (mtm). Inflasi bersumber dari komoditas core diantaranya: Biaya akademi/Perguruan Tinggi, Sekolah Dasar, dan
INFLASI AGT 2015
Lauk.
1.99% Angkutan Udara Akademi/PT Beras
biaya
pendidikan
khususnya
biaya memasuki tahun ajaran baru. Sejalan dengan itu, inflasi pada
0.54 0.34 0.19
bulan ini juga didorong oleh kenaikan yang cukup tinggi tarif angkutan udara. Tercatat memberikan andil sebesar 0,54% (mtm).
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
-
pada
Akademi/perguruan tinggi karena beberapa melakukan penyesuaian
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
-
Peningkatan
Tulang Sapi Bawang Merah Nila
Peningkatan tarif angkutan udara sejalan dengan siklus bisnis
-0.05 -0.04 -0.03
industri penerbangan yang masih peak saat memasuki arus balik paska
Lebaran
Idul
Fitri.
Sehingga
maskapai
penerbangan
menetapkan harga tiket mendekati tarif atas yang telah ditetapkan oleh Pemerintah melalui Menteri Perhubungan. Kontradiktif dengan kondisi dua bulan sebelumnya, bulanSeptember 2015 tercatat terjadi deflasi. Deflasi pada bulan ini tercatat sebesar -0,22% (mtm). Deflasi didorong oleh
INFLASI SEPT 2015
penurunan harga pada komoditas volatile food yaitu: Daging Ayam
-0.22%
Ras, Cabai Merah, dan Minyak goreng. Mulai normalnya pasokan
KOMODITAS INFLATOIR (Andil %mtm)
daging ayam ras dan masuknya masa penen kedua komoditas Cabai
-
Merah di tahun ini menarik harga lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, penurunan tarif tiket angkutan
Beras Mobil Rokok Kretek
0.15 0.07 0.05
KOMODITAS DEFLATOIR (Andil %mtm)
udara dan harga bensin juga menjadi faktor penarik indeks harga
-
konsumen lebih rendah dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Angkutan Udara -0.50 Daging Ayam Ras -0.28 Cabai Merah -0.05
Penurunan tarif angkutan udara merupakan penyesuaian terhadap siklus bisnis normal penerbangan yang memasuki low seasons paska melewati periode peak saat perayaan hari raya.
Grafik 2.4 HARGA KOMODITAS DEFLATOIR PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
CABAI MERAH
100,000 80,000 60,000
50,000
50
40,000
10
30,000
0
20,000
-10
10,000
-20
0
40,000
-50
20,000 -
-100 1
3
5
7
9
2014
Rp/Kg
11
1
3
5
7 2015
%mtmP
9
HARGA DAGING AYAM
100
20
-
-30 1
3
5
7
9
11
1
3
5
2014
Rp/Kg
7
9
2015
%mtmP
35
2.2 PERKEMBANGAN INFLASI NON FUNDAMENTAL Secara umum Inflasi Non Fundamental menunjukkan penurunandibandingkan dengan triwulan sebelumnya, baik disisi Inflasi Administered Prices maupun Inflasi Volatile Food.
Grafik 2.5 PERKEMBANGAN DISAGREGASI INFLASI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
Inflasi (IHK)
Volatile (yoy)
adm. Price (yoy)
Core (yoy)
20.00
Inflasi (yoy)
15.00 10.00 5.00 0.00 -5.00
1
-10.00
3
5
7 2012
9 11 1
3
5
7
9 11 1
3
5
2013
7 2014
9 11 1
3
5
7
9
2015
Inflasi Kelompok Administered Prices (AP) melambat, pada triwulan III 2015 tercatat sebesar 11,69% (yoy) lebih
NON FUNDAMENTAL
rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat
ADMINISTERED PRICE
hanya sebesar 13,99% (yoy). Beberapa komoditas yang menarik
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
realisasi inflasi lebih rendah dibandingkan dengan triwulan
TW II 2015 TW III 2015
13.99 11.69
KOMODITAS SUMBER PERLAMBATAN
Tarif Angkutan Udara Rokok Kretek Filter Tarif Listrik
sebelumnya antara lain : Tarif Angkutan Udara, Rokok Kretek Filter, Tarif Listrik, dan harga LPG. PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga elpiji 12 kilogram (kg) menjadi Rp135.300 per tabung rata-rata nasional atau turun rata-rata Rp6.700 per tabung dari harga sebelumnya sebesar Rp142.000 per tabung.
Penurunan tarif angkutan udara merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh maskapai penerbangan memasuki low seasons. Beberapa maskapai penerbangan juga mengurangi frekuensi penerbangan karena menurunnya permintaan. Sementara itu, penyesuaian tarif listrik dilakukan oleh PLN seiring dengan menurunnya harga minyak dunia yang merupakan salah satu faktor yang dijadikan patokan dalam menentukan tarif dasar Listrik. Penurunan tarif listrik diterapkan mulai dari pelanggan dengan kategori tegangan rendah (TR) dengan daya 3500 VA, golongan Tarif (R-2) tegangan 3500
5500 VA, golongan tarif (R-3) tegangan di atas 6600 VA, tegangan menengah
(TM) di atas 200 KVA dan tegangan tingg (TT) dengan daya 30.000 KVA. Rata-rata penurunan tari untuk setiap kategori tersebut adalah sebesar Rp23,17 per KWh.
36
Inflasi volatile foods (VF) menurun signifikan, pada triwulan laporan tercatat sebesar 10,55% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 14,14%
NON FUNDAMENTAL VOLATILE FOOD
(yoy). Penurunan didorong oleh koreksi harga cabai merah secara
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
konsisten selama 2 bulan berturut-turut. Koreksi harga ini seiring
TW II 2015
dengan masuknya masa panen kedua di sentra-sentra produksi
14.14 10.55
TW III 2015
cabe di Provinsi Bengkulu, antara lain: Kab. Rejang Lebong dan
KOMODITAS SUMBER INFLASI
Kab. Kepahiang . Komoditas lain juga menunjukkan penurunan terhadap andil inflasi volatile food adalah Tomat Buah dan Bawang
Cabai Merah Tomat Buah Bawang Merah
Merah
Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi VF bergerak sesuai dengan polanya selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Pada triwulan III 2015 inflasi volatile foodkonsisten mengalami penurunan dari bulan Juli hingga September. Bahkan realisasi pada bulan September 2015 lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Penyebabnya adalahpenurunan harga beberapa komoditas utama Bengkulu, diantaranya: Cabai Merah, Tomat Buah, dan Bawang Merah. Sementara inflasi Adm. Prices masih bergerak sesuai pola musimannya dengan magnitude yang menurun dibandingkan dengan 2 tahun terakhir. Secara seasonal inflasi Adm. Prices menunjukkan peningkatan pada bulan Juli. Namun demikian pada Juli 2015 pola tekanan inflasi AP lebih rendah. Penurunan tarif angkutan udara, tarif listrik dan harga jual LPG merupakan faktor kunci yang menahan laju inflasi lebih rendah dari pola historisnya.
Grafik 2.6 PERKEMBANGAN INFLASI VOLATILE FOOD DAN ADMINISTERED PRICES Sumber : BPS Prov. Bengkulu (diolah dengan pendekatan sub-kelompok)
Volatile Food (mtm) 6.00
Inflasi (mtm)
4.00 2.00 0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-2.00 -4.00 -6.00
2012
2013
2014
2015
37
Adm. Prices (mtm) Inflasi (mtm)
8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 1
-2.00
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
-4.00
2012
2013
2014
2015
2.3 PERKEMBANGAN INFLASI FUNDAMENTAL FUNDAMENTAL
Inflasi Inti pada triwulan III 2015 menunjukkan peningkatan
CORE INFLATION
dengan tekanan yang lebih moderat. Inflasi inti (core) pada
INFLASI TAHUNAN (% yoy)
TW II 2015
triwulan laporan sebesar 6,55% (yoy), meningkat dibandingkan
6.47 6.55
TW III 2015
triwulan sebelumnya sebesar 6,47% (yoy). Peningkatan inflasi inti ini seiring dengan depresiasi nilai tukar
FAKTOR PENDORONG INFLASI
Rupiah yang berdampak pada imported inflation. Pelaku usaha
Imported Inflation
merespon depresiasi nilai tukar dengan penyesuaian pada harga
Penyesuaian harga jual produk
jual produk untuk mempertahankan margin usaha yang diperoleh.
Berdasarkan pola seasonalnya, inflasi Inti bergerak sesuai dengan pola bulanannya (20122014). Namun demikian pada bulan September 2015 berada pada level yang lebih rendah dibandingkan dengan tiga tahun sebelumnya. Rendahnya realisasi inflasi inti pada bulan September 2015 dibandingkan dengan data historisnya tergambar dari hasil survei Konsumen. Dimana ekspektasi konsumsi yang menjadi salah satu pendorong inflasi inti masih menunjukkan pesimisme dengan tren indeks yang terus menurun.
Grafik 2.7 POLA PERKEMBANGAN INFLASI INTI & SURVEI KONSUMEN PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS (diolah)
Inflasi Inti (mtm) Inflasi (mtm)
2.00 1.00 0.00 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12
-1.00
2012
2013
2014
2015
38
2.4 PERBANDINGAN INFLASI ANTAR PROVINSI/KOTA DI SUMATERA Secara agregat laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada
PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN NASIONAL (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
7.26 6.83
SUMATERA (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
7.74 6.79
triwulan III 2015 tercatat sebesar 6,79% (yoy), di bawah laju inflasi nasional sebesar 6,83% (yoy). Laju inflasi triwulan III 2015 di Pulau Sumatera lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Provinsi Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, dan Jambi memiliki laju inflasi lebih rendah daripada inflasi nasional. Sementara Provinsi Bengkulu, Lampung, Sumsel, Kepri, dan Babel memiliki laju inflasi di atas Nasional. Sama halnya dengan triwulan sebelumnya Inflasi Bengkulu tercatat yang paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya di Pulau Sumatera. Namun demikian, secara year to date inflasi Provinsi Bengkulu masih berada dalam range sasaran inflasi yaitu sebesar 2,87% (ytd).
4.1 H
Diatas Nasional
Dibawah Nasional
6.6 8.3 1
5.7 6.2
5.3
7.3
7.0 8.6 7.7
39
Grafik 2.8 INFLASI KOTA-KOTA DI SUMATERA Sumber : BPS (diolah)
10.00 9.00 8.00
8.33
7.00 NASIONAL: 6,83 6.87
6.00 4.00
4.30 4.55
5.70 4.52
8.55
8.04 7.11
6.84
6.42
5.59 5.87
5.00
8.65
5.00 4.71
6.21 5.37 5.29
7.46 6.81
5.90
3.00 2.00
2.86
1.00 -
40
Boks 2 : Progress Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Bengkulu Berbagai upaya telah dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bengkulu dalam menekan laju inflasi di Provinsi Bengkulu. Salah satu langkah strategis yang diambil oleh TPID Provinsi Bengkulu agar program pengendalaian inflasi agar lebih terarah dan terukur adalah dengan menyusun roadmap (peta jalan) program pengendalian inflasi. Program yang tertuang dalam roadmap pengendalian Inflasi daerah ini disusun berdasarkan identifikasi masalah pada komoditas yang mempunyai bobot tinggi dalam perhitungan inflasi Bengkulu dan secara frekuensi peningkatannya sering berulang. Dari hasil identifikasi tersebut maka diperoleh kelompok komoditas yang menjadi pendorong peningkatan inflasi di Bengkulu,seperti berikut:
Kemudian diidentifikasi permasalahan pada tiap-tiap komoditas tersebut agar dapat menyusun program yang tepat dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Root causeanalysis persoalan pada komoditas tersebut dapat dapat digambarkan sebagaimana fishbone diagram berikut:
41
Berdasarkan identifikasi permasalahan tersebut TPID Provinsi Bengkulu telah menetapkan beberapa program yang dibagi pada periode waktu jangka pendek dan jangka panjang untuk menjawab berbagai persoalan yang telah diidentifikasi. Program ini sudah mendapat persetujuan Gubernur Bengkulu semenjak tanggal 18 Mei 2015 dan disampaikan kepada seluruh TPID Kabupaten/kota untuk dijadikan pedoman dalam menyusun program pengendalian infasi di daerahnya masing-masing.Dari pertemuan tim teknis pada bulan September 2015 dapat diketahui progres beberapa program strategis dalam roadmap pengendalian inflasi Bengkulu, berikut: PERMASALAHAN
PROGRAM 2015-2016
PROGRESS s.d. September 2015
Pencetakan Sawah Baru seluas 5000 hektar
1.
2.
3.
Produktifitas lahan masih rendah
Distribusi pupuk, benih dan saprodi masih ada yang belum tepat sasaran (masih ada yang belum sesuai RDKK Rencana Distribusi Kebutuhan Kelompok.
Distribusi pupuk, benih, dan saprodi masih ada yang belum tepat jadwal
4. Program diversifikasi pangan belum berjalan optimal
Pembangunan Jaringan Irigasi Cawang Kidau seluas 1.500 hektar di Kab. Kaur dan Pengembangan Daerah Irigasi Manjuto seluas 9.130 hektar di Kab. Mukomuko
MoU dengan TNI untuk pengawasan distribusi pupuk, bibit, dan Saprodi lainnya. Dinas bekerjasama dengan Babinsa dalam penyaluran distribusi pupuk, bibit, saprodi.
Pendataan Jalan Usaha Tani dan Pembangunan Jalan Usaha tani sebanyak 11 paket proyek.
Baru terealisasi 1600 hektar Tahun 2015 akan diselesaikan Survei Investigasi Desain Tahun 2016 akan dilakukan penambahan realisasi pencetakan sawah baru di Kabupaten Bengkulu Selatan, Rejang Lebong, Bengkulu Tengah, dan Kaur untuk mencapai target 5000 hektar.
Bendungan Irigasi Cawang Kidau sudah selesai dikerjakan dan saat ini masih dalam proses pembangunan saluran air. Diharapkan awal tahun 2017 irigasi ini sudah dapat beroperasi.
Sudah selesai MoU pada minggu ke tiga September 2015 dan saat ini dalam pengawalan dan pemantauan
Sudah dilakukan pendataan di Kab. Seluma ada 6 titik (Ds Sukarami, Padang Merbau, Sengkuang, Rimbo Kedui, Tanjung Seruh, dan Tanah Abang), di Kab. Lebong terdapat 4 titik (Ds Puguk Kadaro, Tabo Dipoa, Kel. Amen, Ds Sumelako), Kab Mukomuko terdapat 1 titik yaitu Ds Tirta Makmur, Air Manjunto.
Pembentukan 3 LDPM baru (Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat) tahun 2015.
Sudah dilakukan di 3 titik yaitu di Ds Tanjung Harapan Kab. Bengkulu Utara, Ds Air Latak Kab. Seluma, dan Ds Seginim Kab. Bengkulu Selatan
Kampanye program pangan pengganti beras dengan icon tokoh masyarakat.
Gubernur Sudah menyebarkan surat edaran agar menggunakan pangan alternatif non beras.
42
PERMASALAHAN
PROGRAM 2015-2016
5. Belum optimalnya fungsi terminal agri yang dimiliki Provinsi Bengkulu
Revitasliasi Stasiun Terminal Agri (STA) di Kabupaten Rejang Lebong sebagai pusat distribusi holtilkultura untuk Provinsi Bengkulu. Bekerjasama dengan Pertamina dalam rangka kampanye Bike to work dan
6. Konsumsi BBM yang masih tinggi karena angkutan umum masih terbatas
bike to school Optimaliasai fungsi Bus Sekolah gratis. Dimana terdapat bantuan Pemerintah Pusat sebanyak 20 bus di tahun 2015.
PROGRESS s.d. September 2015
Belum ada tindak lanjut dari SKPD terkait.
Belum ada tindak lanjut dari SKPD terkait dengan Pertamina.
Sudah diserahterimakan pada pemerintah Kabupaten/Kota.
43
BAB III
PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
INDIKATOR MAKRO Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan II 2015
Triwulan III 2015
17.39
17.74
+ 18.47% yoy
+ 19.01% yoy
13.52
13.88
+ 13.02% yoy
+ 13.15% yoy
10.08
10.81
+ 18.47% yoy
+ 19.01% yoy
5.08 + 8.35% yoy
5.10 + 8.79% yoy
134
128
2.75
2.57
45
TABEL INDIKATOR PERBANKAN PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
Indikator Perbankan (Rp Miliar)
2014
2015
Q1
Q2
Q3
Q4
Q1
Q2
Q3
13,237.01
14,686.32
14,914.50
14,849.93
16,141.39
17,398.75
17,749.23
7,996.75
8,938.85
9,255.46
8,556.08
9,240.54
10,089.72
10,819.00
Tabungan
4,196.55
4,400.16
4,762.57
5,067.46
4,340.35
4,586.02
5,096.11
Giro
2,194.29
2,704.61
2,586.32
1,470.33
2,666.28
3,112.87
3,201.79
Deposito
1,605.91
1,834.09
1,906.57
2,018.29
2,233.91
2,390.83
2,521.11
Total Asset DPK
Kredit Berdasarkan Penggunaan
11,438.88
11,968.28
12,270.14
12,614.04
12,941.07
13,526.35
13,884.07
Modal Kerja
3,624.03
3,807.87
3,824.87
3,859.36
3,854.32
3,994.05
3,949.22
Investasi
1,393.09
1,389.16
1,392.73
1,419.43
1,489.14
1,575.59
1,647.63
Konsumsi
6,421.77
6,771.25
7,052.54
7,335.25
7,597.60
7,956.72
8,287.21
6,624.14
6,755.78
6,824.87
6,810.08
6,676.56
6,965.85
7,006.19
1,614.31
1,517.35
1,581.79
1,602.93
1,758.90
1,863.87
1,906.85
123.76
189.19
225.78
246.43
245.06
246.56
247.63
76.84
70.38
108.70
87.73
77.85
74.13
78.34
INDUSTRI PENGOLAHAN
554.16
545.72
522.90
574.53
321.47
318.86
335.70
LISTRIK, GAS DAN AIR
214.51
141.59
141.08
23.35
24.80
24.62
20.95
Kredit Korporasi PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN
KONSTRUKSI
194.73
225.83
388.87
357.82
390.15
425.86
424.49
2,861.76
3,100.98
3,046.79
3,091.04
3,101.41
3,213.55
3,180.49
122.12
128.60
122.86
126.18
131.02
143.14
144.37
109.43
210.82
92.39
89.72
55.51
71.11
64.93
153.51
191.07
169.51
159.92
144.18
132.02
123.97
398.97
176.12
178.66
193.78
184.01
191.19
183.15
0.84
1.10
0.88
1.07
0.46
2.70
10.04
JASA PENDIDIKAN
34.97
39.01
36.59
25.44
24.96
25.80
34.89
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
21.61
22.74
25.46
29.26
31.42
41.75
56.50
133.21
147.87
133.50
135.62
157.50
170.02
175.01
6.21
6.66
7.22
8.22
8.43
8.90
9.43
0.02
0.01
0.01
0.01
0.00
-
-
3.17
40.74
41.88
57.04
19.44
11.77
9.45
7,737.77
8,030.47
8,472.09
8,795.96
9,036.25
9,371.08
9,712.30
1,150.44
1,327.89
1,302.39
1,346.42
1,417.98
1,476.51
1,516.59
933.19
964.68
1,109.54
1,141.44
1,133.92
1,123.22
1,146.31
PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PERANTARA KEUANGAN REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA Kredit Rumah Tangga KREDIT PEMILIKAN RUMAH/APARTEMEN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR KREDIT PERALATAN RUMAH TANGGA
5.18
8.07
8.49
6.84
9.15
7.95
7.28
KREDIT MULTIGUNA
2,345.51
2,564.67
2,717.44
3,609.54
3,734.91
3,719.14
3,756.12
LAINNYA
3,303.46
3,165.17
3,334.23
2,691.73
2,740.29
3,044.27
3,286.00
Kredit UMKM
4,291.56
4,690.10
4,695.47
4,805.15
4,887.50
5,081.84
5,108.16
LDR
143.04
133.89
132.57
147.43
140.05
134.06
128.33
NPL
1.94
2.32
2.61
2.24
2.67
2.75
2.57
46
PERBANKAN dan SISTEM PEMBAYARAN
TRIWULAN III 2015 Ditengah kondisi perlambatan ekonomi, kegiatan usaha perbankan di Bengkulu masih menunjukkan optimisme. Hal ini tercermin dari Pertumbuhan Aset Perbankan, dan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga yang meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Dampak perlambatan ekonomi hanya direspon secara terbatas pada pertumbuhan kredit yang relatif stagnan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun demikian stabilitas sistem keuangan masih terjaga. Tingkat LDR pada triwulan III 2015 mencapai 128% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 136%. Meskipun dalam hal ini penurunan LDR lebih didorong oleh peningkatan Giro Pemerintah sebagai dampak belum optimalnya penyerapan anggaran belanja daerah. Sementara Resiko kredit yang tercermin pada tingkat NPL masih berada di level wajar 2,57% dan membaik dibandingkan periode sebelumnya sebesar 2,75%. Kondisi ini menunjukkan kehati-hatian perbankan dalam pengelolaan resiko kredit bermasalah terus ditingkatkan menghadapi kondisi perlambatan ekonomi.
3.1 Perkembangan Bank Umum PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
18.47 19.01
3.1.1 Aset Bank Umum Pertumbuhan aset perbankan menunjukkan peningkatan, Pada triwulan III 2015 aset tumbuh 19,01% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 18,47% (yoy). Pertumbuhan tersebut bersumber dari Bank Umum Pemerintah
PANGSA ASSET (%) TW III 2015
yang tumbuh lebih tinggi yaitu sebesar 24,69% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya sebesar 23,78% (yoy). Sementara Bank Swasta melambat sebesar 1,68% (yoy) dibanding triwulan lalu sebesar 2,24% (yoy). Akselerasi pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebagai salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan aset. Disisi lain, pertumbuhan kredit tercatat lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang diimbangi dengan non-performing loan yang juga membaik.
Berdasarkan pangsanya, 94,87% Aset Bank Umum masih didominasi oleh Bank Konvensional sementara 5,13% merupakan aset Bank Syariah. Dilihat dari kepemilikannya 78,89% aset dimiliki oleh BUMN/D.
47
2.57
128.33
13.15
19.01
3.1.2 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga mengalami peningkatan. Pada triwulan III 2015, DPK tumbuh sebesar 16,89% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,87% (yoy). Pertumbuhan DPK bersumber dari tabungan dan giro, sementara pertumbuhan Deposito relatif stabil. Pertumbuhan tabungan
lebih
didorong
oleh
tertahannya
PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
12.87 16.89
ekspektasi PANGSA DPK (%) di TW III 2015
konsumsi masyarakat. Sementara pertumbuhan Giro lebih bersumber pada lambatnya penyerapan belanja APBD/N sehingga saldo Giro Pemda di Bank Umum meningkat. Berdasarkan pangsanya, Tabungan mengalami kenaikan sementara Giro dan Deposito tercatat menurun.
Grafik 3.1 PERTUMBUHAN DANA PIHAK KETIGA
Rp Ribu
Sumber : Bank Indonesia 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% TW TW I TW TW I TW TW I TW TW I TW III III III III III 2012
DPK
Rp 2.521 Miliar + 32.23% yoy
2013
2014
2015
g DPK (yoy)
100%
g Giro (yoy) g Tabungan (yoy) g Deposito Berjangka (yoy)
50%
0% TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW TW III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III
-50%
Rp 5.096 Miliar + 7.00 % yoy
2012
2013
2014
2015
Rp 3.201 Miliar + 23.80 % yoy
48
Dana Pihak Ketiga (DPK) bank umum di Provinsi Bengkulu pada triwulan laporan masih terkonsentrasi di bank pemerintah dengan porsi mencapai
82,13%,
sedangkan 17,87% berada di bank swasta. DPK bank KONSENTRASI DPK TW III 2015
umum pemerintah tumbuh sebesar 17,98% (yoy), lebih
BUMN/D
tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh
SWASTA
82.13% 17.87%
13,60% (yoy). Sementara DPK bank umum swasta tumbuh 12,16% (yoy), juga meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,63% (yoy).
Pada bank umum pemerintah seluruh komponen DPK mencatatkan peningkatan. Sementara pada Bank Umum Swasta, komponen deposito melambat. Pertumbuhan penghimpunan tabungan dan giro Bank Umum disebabkan berkurangnya konsumsi masyarakat sejalan dengan perlambatan kondisi perekonomian. Sementara percepatan penghimpunan deposito pada Bank Umum Pemerintah bersumber dari dana APBD/N yang belum terealisasi. Sebanyak 87,98% dana milik Pemerintah Pusat maupun Daerah ditempatkan di Bank Pemerintah Daerah.
Grafik 3.2 PERTUMBUHAN DEPOSITO, TABUNGAN, GIRO Sumber : Bank Indonesia % yoy
TABUNGAN
30.00
Bank Swasta
25.00
GIRO
% yoy 80.00
Bank Pemerintah
60.00
20.00
Bank Swasta
% yoy 50.00
Bank Pemerintah
40.00
Bank Swasta Bank Pemerintah
30.00
40.00
20.00
15.00 20.00
10.00 5.00
0.00
0.00
-20.00
10.00 I II III IV I II III IV I II III IV I II III
I II III IV I II III IV I II III IV I II III -5.00
DEPOSITO
2012
2013
2014
2012
2013
2014
0.00
2015 -10.00
I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2012
2013
2014
2015
2015 -40.00
3.1.3 Perkembangan Kredit Lokasi Bank
Pertumbuhan kredit relatif stagnan, tercatat PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
13.02 13.15
sebesar 13,15% (yoy), relatif stabil dengan triwulan sebelumnya sebesar 13,02% (yoy). Pertumbuhan kredit terutama bersumber dari Kredit Investasi sementara kredit Modal Kerja tercatat melambat. Kredit Konsumsi pada triwulan laporan pertumbuhannya relatif sama dibandingkan
PANGSA KREDIT (%) TW II 2015
triwulan sebelumnya.
49
Peningkatan kredit investasi dikonfirmasi pelaku usaha sektor pertanian melalui kegiatan liaison1 dimana mayoritas melakukan kegiatan replanting. Melambatnya pertumbuhan kredit modal kerja seiring dengan kondisi perlambatan ekonomi Sementara stagnasi kredit konsumsi terdampak oleh perlambatan ekonomi dan konsumsi masyarakat. Berdasarkan strukturnya, 59.69% pembiayaan masih didominasi kredit konsumsi diikuti kredit/pembiayaan modal kerja 28,44% dan kredit/pembiayaan investasi 11,87%.
Rp 8.287 Miliar
Rp 1.647 Miliar
Rp 3.949 Miliar
Tumbuh 17.51% yoy
Tumbuh 18.30 % yoy
Tumbuh 3.25 % yoy
GRAFIK 3.3 PERTUMBUHAN KREDIT KONSUMSI, INVESTASI, DAN MODAL KERJA Sumber : BI 50.00
Modal Kerja
% yoy
40.00
Investasi
Konsumsi
30.00 20.00 10.00 0.00
TW 3
TW 4
2013
TW 1
TW 2
TW 3
TW 4
TW 1
2014
TW 2
TW 3
2015
3.1.4 Risiko Stabilitas Sistem Keuangan Resiko kredit masih terjaga pada level wajar, tercatat Non Performing Loan mencapai 2.57% membaik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2.75%. Bank Umum masih berada dalam batas wajar <5%.
TW II 2015 TW III 2015
2.75 2.57
Penurunan
mbaiknya kondisi
keuangan dunia usaha selama triwulan laporan. pada kelompok Bank Syariah masih tinggi sebesar 5,56% sementara Bank Konvensi
38%.
1
Liaison adalah suatu kegiatan pengumpulan data/statistik dan informasi yang dilaksanakan secara periodik melalui wawancara langsung/tidak langsung kepada pelaku usaha/institusi mengenai perkembangan dan arah kegiatan usaha.
50
Risiko likuiditas masih cukup tinggi, dengan tren penurunan yang masih berlanjut tercatat Loan to Deposit Ratio mencapai 128.33% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 134.06%. Penurunan LDR ini lebih didorong peningkatan pertumbuhan dana ditengah pertumbuhan kredit yang mengalami stagnasi. Disisi lain
TW II 2015
permasalahan tingginya LDR masih memberikan tekanan
TW III 2015
resiko bagi stabilitas sistem keuangan daerah, karena
134.06 128.33
tingginya net inflow kredit dari luar dan kurang diimbangi penghimpunan dana domestik.
GRAFIK 3.4 RISIKO KREDIT DAN RISIKO LIKUIDITAS 2.5
7 6 5 4 3 2 1 0
LDR BANK UMUM
NON PERFORMING LOAN 2
% YoY
% YoY
Sumber : BI (diolah)
1.5 1 0.5
TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 2013
2014
Non Performing Loan
2015
0 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 2013
Syariah
LDR
Konvensional
2014
Syariah
2015
Konvensional
3.1.5 Perkembangan Kredit Korporasi Pertumbuhan kredit korporasi melambat , tercatat tumbuh sebesar 2.66% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3.11% (yoy). PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
3.11 2.66
NON PERFORMING LOAN (%)
TW II 2015 TW III 2015
7.74 7.46
Pertumbuhan ini bersumber dari perlambatan kredit pada sektor pertanian, dan sektor pertambangan. Hal ini sejalan dengan perlambatan pertumbuhan PDRB pada sektor tersebut selama triwulan laporan. Penyaluran kredit sektor pertanian tercatat
sebesar
20,55%
(yoy)
menurun
dibandingkan
triwulan sebelumnya sebesar 22,84% (yoy), demikian pula untuk kredit sektor pertambangan terkontraksi hingga 27,93% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang masih tumbuh 5,32% (yoy). Harga batubara yang menurun berdampak pada menurunnya permintaan kredit modal kerja dari pelaku usaha, karena menurunnya omset usaha.
51
Pangsa kredit korporasi masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan besar dan eceran disusul sektor pertanian perburuan dan kehutanan. Pada triwulan laporan, pangsa dua kredit terbesar tersebut relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya.
Resiko kredit korporasi masih tinggi meskipun menunjukkan perbaikan pada triwulan III 2015 , tercatat NPL berada di level 7.46% membaik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7.74%. NPL terbesar terjadi sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi yang masing-masing sebesar 66,12% dan 43,84%. Penurunan permintaan luar negeri terhadap komoditas batubara mendorong penurunan kinerja perusahaan di sektor tambang, selain karena masih rendahnya harga komoditas.
GRAFIK 3.5 PERTUMBUHAN KREDIT, RESIKO KREDIT & PANGSA KREDIT KORPORASI Sumber : BI (diolah) 25.00 20.00
Lainnya 13.00%
9.00
PERTUMBUHAN KREDIT & NPL KREDIT KORPORASI
8.00 7.00
15.00
6.00
yoy
Pertanian 27.22%
5.00
10.00
Industri Pengolahan…
4.00
5.00 Perdaganga n 45.40%
Perikanan 3.53%
0.00
NPL (%)
PANGSA KREDIT KORPORASI
Konstruksi 6.06%
3.00 2.00 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 1.00
-5.00
2013
2014
2015
PERTUMBUHAN (yoy)
-
NON PERFORMING LOAN
3.1.6 Perkembangan Kredit Rumah Tangga Pertumbuhan kredit rumah tangga melambat. Pada triwulan III 2015 kredit rumah tangga PERTUMBUHAN (% yoy)
TW II 2015 TW III 2015
16.69 14.64
NON PERFORMING LOAN (%)
TW II 2015 TW III 2015
0.98 0.92
14.64%
(yoy),
menurun
tumbuh sebesar
dibandingkan
triwulan
sebelumnya sebesar 16.69% (yoy). Sumber perlambatan berasal dari kredit multiguna dan kredit kendaraan bermotor yang menunjukkan penurunan. Faktor penyebab adalah masih rendahnya daya beli masyarakat dan kenaikan harga otomotif paska melemahnya nilai tukar. Pertumbuhan kredit kendaraan bermotor hanya sebesar 3.31% (yoy) menurun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,43% (yoy).
Sementara itu pertumbuhan kredit pemilikan rumah mengalami peningkatan. KPR tumbuh 16,45% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,19% (yoy). Peningkatan KPR tersebut sejalan dengan relaksasi ketentuan LTV dari Bank Indonesia pada 18 Juni 2015 (PBI No.17/10/PBI/2015), dimana terdapat penurunan down payment untuk KPR.
52
Pangsa penyaluran terbesar kredit rumah tangga terkonsentrasi pada kredit multiguna dan kredit pemilikan rumah dengan pangsa kredit yang relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya. Resiko kredit rumah tangga relatif stabil, tercatat NPL pada triwulan III 2015 sebesar 0.93% realtif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0.98%. Secara umum hampir seluruh komponen kredit rumah tangga seperti Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Pemilikan Kendaraan, dan Kredit Multiguna memiliki tingkat NPL yang stabil.
GRAFIK 3.6 PERTUMBUHAN KREDIT, RESIKO KREDIT & PANGSA KREDIT RUMAH TANGGA Sumber : BI (diolah)
1.20 1.15 1.10 1.05 1.00 0.95 0.90 0.85 0.80 0.75 0.70
yoy
PERTUMBUHAN KREDIT & NPL KREDIT RUMAH TANGGA
PANGSA KREDIT RUMAH TANGGA NPL (%)
20.00 19.00 18.00 17.00 16.00 15.00 14.00 13.00 12.00 11.00 10.00
Pemilikan Rumah 15.62% Lainnya 33.83%
TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 2013
2014
PERTUMBUHAN (yoy)
Kendaraan Bermotor 11.80% Peralatan Rumah Tangga 0.07%
Multiguna 38.67%
2015 NON PERFORMING LOAN
Tabel 3.1 KREDIT KORPORASI dan KREDIT RUMAH TANGGA di PROVINSI BENGKULU Sumber : Bank Indonesia
SEKTOR KREDIT KORPORASI PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR
NOMINAL (Rp M) 2015
GROWTH (yoy) 2015 TW 2
TW 3
SHARE (%) 2015
TW 2
TW 3
TW 2
TW 3
6,965.85
7,006.19
3.11
2.66
1,863.87
1,906.85
22.84
20.55
26.76
27.22
246.56
247.63
30.33
9.68
3.54
3.53
74.13
78.34
5.33
-27.93
1.06
1.12
318.86
335.70
-41.57
-35.80
4.58
4.79
24.62
20.95
-82.61
-85.15
0.35
0.30
425.86
424.49
88.58
9.16
6.11
6.06
3,213.55
3,180.49
3.63
4.39
46.13
45.40
143.14
144.37
11.31
17.51
2.05
2.06
71.11
64.93
-66.27
-29.72
1.02
0.93
132.02
123.97
-30.91
-26.87
1.90
1.77
191.19
183.15
8.56
2.51
2.74
2.61
2.70
10.04
145.48
1036.85
0.04
0.14
JASA PENDIDIKAN
25.80
34.89
-33.87
-4.65
0.37
0.50
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL
41.75
56.50
83.60
121.92
0.60
0.81
170.02
175.01
14.98
31.09
2.44
2.50
KONSTRUKSI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PERANTARA KEUANGAN REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA
53
JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
8.90
9.43
33.62
30.68
0.13
0.13
0.00
0.00
-100.00
-100.00
0.00
0.00
11.77
9.45
-71.12
-77.44
0.17
0.13
9,371.08 1,476.51
9,712.30 1,516.59
16.69 11.19
14.64 16.45
15.76
15.62
1,123.22
1,146.31
16.43
3.31
11.99
11.80
7.95
7.28
-1.38
-14.25
0.08
0.07
KREDIT MULTIGUNA
3,719.14
3,756.12
45.01
38.22
39.69
38.67
KREDIT RUMAH TANGGA LAINNYA
3,044.27
3,286.00
-3.82
-1.45
32.49
33.83
KREDIT RUMAH TANGGA KREDIT PEMILIKAN RUMAH/APARTEMEN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR KREDIT PERALATAN RUMAH TANGGA
3.1.7 Perkembangan Kredit UMKM Perkembangan kredit UMKM meningkat , tercatat pertumbuhannya
sebesar
8.79%,
lebih
tinggi
dibandingkan triwulan II sebesar 8.35%. Pertumbuhan tersebut didorong oleh kredit investasi UMKM sementara kredit modal kerjanya mengalami perlambatan. Kredit
PERTUMBUHAN (% yoy)
investasi
UMKM
tumbuh
20,82%
(yoy),
meningkat
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,56% (yoy).
TW II 2015 TW III 2015
8.35% 8.79%
sementara kredit modal kerja UMKM tumbuh 4,30% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,68% (yoy).
Dari segi pangsanya, kredit UMKM didominasi oleh kredit modal kerja yang mencapai 69,84% dari total kredit UMKM atau senilai Rp3,56 triliun. Sedangkan kredit investasi berkontribusi sebesar 30,16% atau senilai Rp1,54 triliun. Sementara secara pangsa sektoralnya, kredit UMKM disalurkan kepada sektor perdagangan besar dan eceran serta sektor pertanian dengan pangsa masing-masing sebesar 58,69% dan 21,20%. Pada sektor perdagangan, penyaluran kredit UMKM utamanya diserap oleh sub sektor perdagangan eceran. Perdagangan eceran didominasi perdagangan makanan,minuman dan tembakau sebesar Rp620,97 miliar atau sebesar 20,54% dari total kredit UMKM sektor perdagangan. Terbesar kedua berasal dari sub sektor perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau)
sebesar Rp620,00 miliar atau 12,14% dari total kredit
UMKM. Sementara itu pada sektor pertanian, masih didominasi oleh sub sektor perkebunan kelapa sawit yang menyerap kredit/pembiayaan UMKM sebesar Rp780,30 miliar atau 15,28% dari total kredit UMKM, diikuti oleh sub sektor perkebunan karet dan penghasil getah lainnya sebesar Rp219,74 miliar atau 4,30% dari total kredit UMKM sektor pertanian.
54
Resiko kredit UMKM mengalami perbaikan meskipun masih berada diatas level wajar. Kondisi ini terlihat dari rasio NPL s kredit UMKM pada triwulan laporan sebesar 5,66% (yoy), membaik dari triwulan sebelumnya sebesar 5,84%
(yoy).
NPL
pertambangan
serta
Pertambangan
masih
terbesar real
terjadi
estate.
cukup
pada
Resiko
tinggi
di
seiring
sektor
TW II 2015 TW III 2015
sektor dengan
: 5.84% : 5.66%
NPL PER SEKTOR TERBESAR
penurunan usaha di sektor ini.
Pertambangan dan penggalian Real estate, persewaan dan jasa perusahaan
GRAFIK 3.7 PERTUMBUHAN KREDIT, RESIKO KREDIT KREDIT UMKM 25.00 20.00
yoy
5.66
15.00
8.79
Kredit Penggunaan Non Performing Loan
10.00 5.00
6.70 5.70 4.70 3.70 2.70 1.70 0.70
NPL (%)
Sumber : Bank Indonesia (diolah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2014
2015
Tabel 3.2 KREDIT UMKM di PROVINSI BENGKULU Sumber : Bank Indonesia
KREDIT UMKM BERDASARKAN PENGGUNAAN Modal Kerja Investasi BERDASARKAN SEKTORAL PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERIKANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS DAN AIR KONSTRUKSI PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI PERANTARA KEUANGAN REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN, PERTAHANAN DAN JAMINAN SOSIAL WAJIB
NOMINAL (Rp M) 2015
GROWTH (yoy) 2015
TW 2
TW 2
TW 3
8.35
TW 3
SHARE (%) 2015 TW 2
TW 3
5,081.84
5,108.16
8.79
3,614.40
3,567.47
5.68
4.30
71.12
69.84
1,467.44
1,540.69
15.56
20.82
28.88
30.16
5,081.84
5,108.16
8.35
8.79
1,068.12
1,083.17
23.90
18.97
21.02
21.20
25.16
26.43
12.67
24.80
0.50
0.52
17.74
19.01
-57.41
-63.90
0.35
0.37
104.47
114.28
11.02
19.44
2.06
2.24
22.35
20.95
-8.22
-12.30
0.44
0.41
228.64
222.07
24.60
10.39
4.50
4.35
3,023.82
2,997.98
3.94
4.45
59.50
58.69
102.31
104.92
13.01
17.29
2.01
2.05
62.15
62.86
24.05
26.19
1.22
1.23
22.03
19.43
-57.82
-15.18
0.43
0.38
156.34
151.61
25.84
26.27
3.08
2.97
2.46
9.25
349.83
2448.99
0.05
0.18
55
JASA PENDIDIKAN
22.32
26.63
14.89
86.86
0.44
0.52
JASA KESEHATAN DAN KEGIATAN SOSIAL JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA JASA PERORANGAN YANG MELAYANI RUMAH TANGGA BADAN INTERNASIONAL DAN BADAN EKSTRA INTERNASIONAL LAINNYA KEGIATAN YANG BELUM JELAS BATASANNYA
41.88
57.70
74.90
132.61
0.82
1.13
163.46
174.19
10.70
33.94
3.22
3.41
8.92
9.46
34.41
31.13
0.18
0.19
0.00
0.00
-100.00
-100.00
0.00
0.00
9.69
8.22
-74.22
-78.90
0.19
0.16
3.2 Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Perkembangan Bank Syariah secara umum melambat, perlambatan terjadi pada Asset dan Pembiayaan. Pada triwulan laporan pertumbuhan aset yang dikelola oleh Bank Syariah di Provinsi Bengkulu mencatatkan pertumbuhan sebesar 0,94% (yoy) atau menjadi Rp909,95 miliar, Turun signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,38% (yoy).
Growth
(yoy) Q2 2015
4.38
7.18
-0.18
180
5.79
Q3 2015
0.94
12.64
-6.87
154
5.56
Sementara penghimpunan Dana Pihak Ketiga pada Triwulan III 2015 tumbuh 12,64% (yoy), meningkat
Komposisi Dana Pihak Ketiga
dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,18%. Hal ini bersumber dari peningkatan pertumbuhan giro yang signifikan, diikuti pertumbuhan tabungan dan deposito. Giro perbankan syariah meningkat hingga 17,79% (yoy), lebih
tinggi
dibanding
triwulan
sebelumnya
Deposito 28%
yang
Tabungan 66%
terkontraksi hingga -1,72% (yoy). Kontraksi giro di perbankan syariah telah berlangsung sejak bulan Januari hingga berlanjut sampai dengan triwulan II 2015.
Giro 6%
56
Growth
(yoy) Q2 2015
7.26
8.92
-1.72
Q3 2015
8.37
23.15
17.79
Pembiayaan perbankan syariah pada triwulan Laporan
Komposisi Pembiayaan
terkontraksi sebesar -6,87% (yoy) lebih dalam dibandingkan triwulan
sebelumnya
sebesar
-0,18%
(yoy).
Hal
ini
terdampak dari perlambatan ekonomi, mengingat sebagian pembiayaan
syariah
(54%)
terkonsentrasi
di
pembiayaan produktif (modal kerja dan investasi masing-
Modal Kerja 27%
masing mengambil porsi sebesar 27,30% dan 26,68%) Konsumsi 46%
Growth
(yoy)
Investasi 27%
Q2 2015
-26.64
46.04
4.97
Q3 2015
-36.20
38.75
1.45
Resiko
likuiditas
dan
resiko
pembiayaan
2.50
7.00
FDR & NPF
menunjukkan perbaikan meskipun berada diatas level wajar. Non Performing Financing (NPF) membaik pada triwulan III 2015. Sumber penurunan NPF berasal
5.00
FDR
dari 5,79% di triwulan sebelumnya menjadi 5,56%
6.00
2.00 1.50
4.00
1.00
3.00
dari sektor perdagangan yang memiliki porsi 51,22% dari total NPF. Sektor yang berkontribusi terbesar dalam membaiknya
NPF
adalah
sektor
perdagangan.
Sementara Finance to Deposit Ratio berada pada posisi 154%,
menurun
dibandingkan
sebelumnya yang mencapai 180%.
posisi
triwulan
2.00 0.50
1.00
-
0.00 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 2013
2014
FDR
2015
NPF
57
NPF
besar
3.3 Bank Perkreditan / Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Kegiatan usaha BPR/BPRS di Bengkulu pada triwulan III 2015 meningkat. Pada periode laporan, aset BPR/BPRS Provinsi Bengkulu tumbuh sebesar 10,75% (yoy), lebih tinggi dari laju pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -1,59% (yoy). Sementara DPK BPR/BPRS juga mencatatkan perlambatan sebesar 21,71% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 10,99% (yoy). Peningkatan DPK ini terutama didorong oleh pertumbuhan deposito berjangka pada triwulan III 2015 yang tercatat sebesar 18,81% (yoy) dari 7,10% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Posisi tabungan juga tercatat meningkat dari posisi triwulan sebelumnya. Pada triwulan III 2015 pertumbuhan tabungan sebesar 29,64% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tercatat negatif 21,68% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan penyaluran kredit/pembiayaan tercatat menurun. Pertumbuhan kredit/pembiayaan BPR/BPRS terkontraksi hingga -0,92% (yoy). Dampak perlambatan ekonomi dirasakan cukup signifikan mempengaruhi penyaluran kredit BPR/BPRS.
Growth
(yoy) Q2 2015
-1.59
10.99
1.85
118.02
Q3 2015
10.75
21.71
-0.92
104.28
Resiko likuiditas mengalami perbaikan meskipun masih diatas taraf wajar. LDR/FDR pada triwulan III 2015 mencapai 104,28% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 118,02%. Penurunan rasio LDR/FDR tersebut lebih didorong oleh pertumbuhan dana pihak sementara penyaluran kredit / pembiayaan terkontraksi.
58
3.4 Sistem Pembayaran 3.4.1 Sistem Pembayaran Tunai Pada triwulan III 2015, posisi pengedaran uang kartal di Bank Indonesia Bengkulu mengalami net cash outflow . Net cash outflow mencapai Rp777,75 miliar, sedikit meningkat dibandingkan dengan net cash outflow triwulan sebelumnya sebesar Rp701,62 miliar. Pola net cash outflow tersebut merupakan siklus tahunan seiring dengan mulai pencairan proyek-proyek infrastruktur APBD/N. 10,000
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi
8,000
Bengkulu selalu mencatatkan net cash outflow.
6,000
dalam Miliar Rp.
Apabila dicermati, data aliran uang kartal di
Hal ini merupakan indikasi bahwa ekonomi di Provinsi Bengkulu mengalami pertumbuhan.
Pembayaran Tunai Grafik 3.8 INFLOW-OUTFLOW UANG KARTAL
4,000
Sumber : BI
2,000 -
7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9
(2,000)
2014
(4,000)
2015
(6,000) (8,000)
Netflow
Inflow
Outflow
Tabel 3.3 NETFLOW UANG KARTAL Sumber : BI
Keterangan
2013 II
2014 III
II
2015 III
II
YoY % III
III 2014
III 2015
Inflow
107,185
544,058
149,431
748,707
101,272
523,074
37.62%
-30.14%
Outflow
754,227
1,090,522
1,011,170
1,160,143
802,896
1,300,830
6.38%
12.13%
Netflow
-647,043
546,464
-861,739
-411,437
-701,624
-777,756
-175.29%
89.03%
3.4.1.1 Pemusnahan Uang Kartal Dalam rangka menjaga kualitas uang yang beredar di masyarakat (clean money policy
and fresh for circulation), maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu melakukan kegiatan pemusnahan Uang yang Tidak Layak Edar (UTLE) dengan menggunakan Mesin Racik Uang Kertas (MRUK) secara berkala. Rasio jumlah pemusnahan uang kartal terhadap
inflow pada triwulan III 2015 adalah sebesar 44,26%. Rasio ini masih lebih tinggi dibandingkan ratarata rasio pemusnahan triwulan III pada 5 (lima) tahun terakhir sebesar
29%. Sementara
pemusnahan uang kartal periode laporan meningkat 60,44% (qtq) dan 10,18% (yoy), disaat inflow uang kartal tumbuh 416,50% (qtq) dan -30,14% (yoy).
59
Grafik 3.8 PERKEMBANGAN RASIO PEMUSNAHAN UANG TERHADAP INFLOW PROVINSI BENGKULU
dalam Juta Rp
Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu 8,000
160.00%
7,000
140.00%
6,000
120.00%
5,000
100.00%
4,000
80.00%
3,000
60.00%
2,000
40.00%
1,000
20.00% 0.00%
I
II
III
IV
I
II
2012
III
IV
I
II
2013
Pemusnahan Uang
III
IV
I
2014
Inflow
II
III
2015
Rasio PPTB/Inflow
3.4.1.2 Penemuan Uang Rupiah Tidak Asli Jumlah uang yang diragukan ciri keasliannya yang dilaporkan ke Bank Indonesia Bengkulu pada triwulan III 2015 tidak mengalami perubahan yang berarti. Selama triwulan III 2015 Bank Indonesia Provinsi Bengkulu menerima pelaporan uang yang diragukan ciri keasliannya sebanyak 56 lembar. Jumlah ini sama dibandingkan penemuan uang rupiah yang diragukan keasliannya pada periode triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak 56 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp100.000,00 sejumlah 10 lembar, pecahan Rp50.000,00 sejumlah 4 lembar, pecahan Rp20.000,00 sejumlah 40 lembar dan pecahan Rp.10.000,00 sejumlah 2 lembar. Persentase jumlah uang palsu terhadap jumlah cash inflow pada triwulan laporan sangat kecil yaitu hanya sebesar 0.0000042%.
Grafik 3.9 PENEMUAN JUMLAH LEMBAR UANG PALSU DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu 120 100 80 60 40 20 -
112 67
56 37
23
I
5
6
II
III
2011
IV
28
I
4
6
II
III
2012
13
9
IV
I
18
23
II
III
2013
24
IV
I
II
38
36
III
IV
2014
I
56
56
II
III
2015
60
3.4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai 3.4.2.1 Perkembangan Kliring Lokal Pada triwulan III 2015, transaksi kliring secara nominal mengalami peningkatan dari Rp565,243 miliar pada triwulan II 2015 menjadi Rp1,004,426 miliar pada triwulan III 2015 atau tumbuh 77,70% (qtq). Kondisi tersebut seiring peningkatan transaksi non-tunai terkait realisasi proyek pemerintah menjelang akhir tahun. Sejalan dengan meningkatnya nominal kliring, jumlah warkat kliring meningkat sebesar 16,42% (qtq). Demikian halnya rata-rata kliring per hari, mengalami kenaikan 122,63 (qtq) dari Rp7,39 miliar per hari menjadi Rp16,46 miliar per hari. Sementara itu jumlah penolakan warkat cek dan bilyet giro relatif sama dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, jumlah warkat cek dan bilyet giro yang tertolak sebanyak 2,04% dari total warkat yang ditransaksikan. Kondisi ini relatif sama dibandingkan periode triwulan sebelumnya sebesar 2,02%. Penolakan cek dan bilyet giro berdasarkan nominal mencapai 2,19% dari total transaksi kliring, meningkat dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 2,71% (qtq). Penolakan transaksi kliring dapat terjadi antara lain karena tidak dipenuhinya syarat-syarat administrasi bank penerima pada fisik warkat, rekening tutup, dan saldo tidak cukup.
Tabel 3.4 PERKEMBANGAN KLIRING DAN PENOLAKAN CEK/BILYET PROV. BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
Keterangan Bank Peserta Kliring
2014
2015
Pertumbuhan QtQ
I
II
III
IV
I
II
III
19
20
20
20
20
20
20
944,066
836,741
755,008
738,621
829,960
565,243
1,004,426
33,182
31,174
29,129
26,189
35,250
28,263
32,904
Perputaran Kliring Nominal (juta Rp.) Warkat (lembar)
77.70% 16.42%
Rata-Rata Perputaran Kliring per Hari Nominal (juta Rp.)
15,734
13,717
12,178
11,191
13,492
7,396
16,466
122.63%
Warkat (lembar)
553
511
470
397
570
491
539
9.87%
% Penolakan Cek dan Bilyet Giro Nominal
3.50%
2.96%
2.84%
4.56%
2.09%
2.71%
2.19%
Warkat
1.87%
2.21%
2.36%
3.07%
2.11%
2.02%
2.04%
61
3.4.2.2 Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) secara agregat mengalami penurunan. Penurunan terjadi pada transaksi keluar dan masuk daerah Bengkulu, sementara transaksi antar nasabah di daerah Bengkulu mencatatkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara nominal transaksi keluar daerah Bengkulu tumbuh sebesar -3,3% (qtq) atau menurun menjadi 15.385 Miliar pada triwulan laporan. Sejalan hal tersebut, transaksi masuk Bengkulu juga mengalami penurunan sebesar -24,2% (qtq), dari Rp 78.500 Miliar menjadi sebesar 59.484 Miliar. Jumlah warkat juga mengalami penurunan sebesar -7,1% menjadi 3.731 lembar selama triwulan laporan. Sementara transaksi antar nasabah di daerah Bengkulu mengalami peningkatan sebesar 33,1% menjadi 898 warkat dari sebelumnya sebanyak 675 warkat. Sebaliknya jika dilihat dari jumlah warkat, transaksi antar nasabah di dalam Bengkulu justru mengalami penurunan dari 1.101 lembar menjadi 1.077 lembar. Tabel 3.5 PERKEMBANGAN TRANSAKSI RTGS Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
Keterangan
2013 II
2014 III
2015
II
III
II
III
Pertumb. QtQ
Transaksi Keluar Daerah (from) Nominal (miliar Rp.) Warkat (lembar)
15,275 9,172
12,411
18,428
10,973
15,910
15,385
-3.3%
9,298
10,613
10,599
4,195
4,607
9.8%
Transaksi Masuk Bengkulu (to) Nominal (miliar Rp.) Warkat (lembar)
30,761
25,528
35,865
43,103
78,500
59,484
-24.2%
7,843
7,401
8,483
7,976
4,018
3,731
-7.1%
Transaksi Antar Nasabah di Dalam Bengkulu (from-to) Nominal (miliar Rp.)
4,023
2,319
2,458
2,426
675
898
33.1%
Warkat (lembar)
2,760
2,545
3,449
3,359
1,101
1,077
-2.2%
3.4.2.3Transaksi Uang Kartal Antar Bank (TUKAB) Jumlah TUKAB pada triwulan laporan menunjukkan peningkatan, baik secara kuartalan (qtq) maupun secara tahunan (yoy). Transaksi uang kartal antar bank pada triwulan laporan mencapai Rp916,00 Miliar, lebih tinggi 33,12% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar Rp686,10 Miliar. Secara tahunan jumlah TUKAB pada triwulan laporan juga mengalami peningkatan sebesar 34,91% (yoy) dibandingkan triwulan III 2014 atau meningkat dari Rp678,95 Miliar menjadi Rp916,00 Miliar. Pada Agustus 2015 tercatat pertumbuhan TUKAB meningkat signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yakni sebesar 163,35% (yoy). Hal ini disebabkan transaksi TUKAB Agustus 2014 tercatat cukup rendah sebesar Rp112,40 Miliar. Meningkatnya volume TUKAB dapat mencerminkan meningkatnya kebutuhan uang kartal dimasyarakat. Kondisi ini searah dengan pergerakan inflow-outflow uang kartal di Bank Indonesia yang telah dipaparkan pada bagian sebelumnya. Jika volume TUKAB meningkat, pada waktu yang sama perbankan meningkatkan penarikan uang kartal dari Bank Indonesia (outflow), maka mengindikasikan kebutuhan uang tunai pada periode tersebut sedang tinggi.
62
Grafik 3.10 PERKEMBANGAN TUKAB DI PROVINSI BENGKULU Sumber : Kantor Perwakilan BI Prov. Bengkulu
450,000 400,000 350,000 300,000 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 -
200% TUKAB
g (yoy)
150% 100% 50% 0% -50% -100%
1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 2012
2013
2014
2015
63
BAB IV
KINERJA DAN KEUANGAN DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
KINERJA KEUANGAN DAERAH TRIWULAN III 2015 Realisasi pendapatan terhadap target anggaran APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 menurun dibandingkan triwulan III 2014. Penurunan bersumber dari Pendapatan Asli Daerah maupun Dana Perimbangan. Realisasi Pendapatan mencapai 60.67% pada triwulan laporan, sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 80.20%. Demikian halnya dengan realiasi belanja terhadap target anggaran APBD 2015 juga menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan III 2014. Tercatat realisasi belanja mencapai 48.25% menurun dibandingkan triwulan III 2014 sebesar 51.95%
4.1
Pendapatan APBD Pemerintah Provinsi
Realisasi pendapatan terhadap target APBD Pemerintah Provinsi Bengkulu pada Triwulan III 2015 lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada tahun 2014. Realisasi pendapatan mencapai Rp1.335,99 miliar atau 60,67% dari pagu APBD sebesar Rp2.202,19 miliar. Sementara pada periode yang sama tahun 2014, realisasi pendapatan sebesar Rp1.519,36 Miliar dari pagu anggaran sebesar Rp1894,36 Miliar atau sebesar 80,20%.
Anggaran Pendapatan APBD Triwulan III 2015 PAD Rp 695 M Transfer Pusat Rp1.492 M Lain-lain Rp 14 M Total Rp2.202 M
Penurunan bersumber dari realisasi PAD yang hanya mencapai 43,93%
terhadap
anggaran.
Penurunan
tersebut
terutama
didorong penurunan penghimpunan pajak daerah yang hanya mencapai 52.67% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 75.89%. Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat mencapai
Realisasi Pendapatan APBD Triwulan III 2015 PAD Rp 305 M Transfer Pusat Rp 904 M Lain-lain Rp 126 M Total Rp 1.335 M
60,60%
dari
pagu
juga
menurun
dibandingkan
tahun
sebelumnya yang mencapai 81,31%. Secara nominal pendapatan transfer Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp904,50 miliar dari pagu anggaran sebesar Rp 1.492,7 miliar. Penurunan realisasi bersumber Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil Pajak, Dana Bagi Hasil Pajak Bukan Pajak, dan Dana Penyesuaian.
Realisasi Pendapatan Asli Daerah mencapai 43,93% dari pagu, menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 78.00%. Secara nominal Pendapatan Asli Daerah Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp305,34 miliar dari pagu anggaran Rp695,03 miliar. Penurunan realisasi PAD terutama bersumber dari Pendapatan Pajak Daerah; Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan; dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.
65
TABEL 4.1 REALISASI PENERIMAAN APBD PEMPROV BENGKULU Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu
APBD Provinsi Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Pajak Daerah Pendapatan Retribusi Daerah Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yg dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Pendapatan Perimbangan/Transfer Dana Bagi Hasil Pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam)
Pagu 2014P
Realisasi 2015P
III-2014
% Realisasi
III-2015
III-2014
III-2015
% Pangsa III-2014
III-2015
608.98
695.03
475.01
305.34
78.00
43.93
31.26
22.85
458.74
497.00
348.16
261.77
75.89
52.67
22.91
19.59
4.21
4.19
3.12
1.68
73.95
39.95
0.21
0.13
16.65
16.65
16.78
17.81
100.79
106.96
1.10
1.33
129.38
177.19
106.95
24.08
82.66
13.59
7.04
1.80
1282.87
1492.70
1043.09
904.50
81.31
60.60
68.65
67.70
45.57
52.28
32.15
21.65
70.57
41.41
2.12
1.62
21.57
63.44
43.07
38.47
199.63
60.64
2.83
2.88
955.10
1046.08
795.91
610.21
83.33
58.33
52.38
45.67
53.93
63.89
16.18
35.14
30.00
55.00
1.06
2.63
Dana Penyesuaian
206.71
267.00
155.78
199.03
75.36
74.54
10.25
14.90
Lain-lain Pendapatan yang Sah
2.51
14.46
1.25
126.15
50.05
872.29
0.08
9.44
Total Pendapatan
1894.36
2202.19
1519.36
1335.99
80.20
60.67
100.00
100.00
Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus
Penurunan PAD tersebut bersumber dari penurunan penghimpunan pajak kendaraan bermotor sebagai dampak dari menurunnya penjualan otomotif selama tahun 2015. Hasil liaison menyatakan bahwa pelaku usaha otomotif rata-rata mengalami penurunan omzet 10-30 % selama tahun 2015 akibat daya beli masyarakat yang belum pulih. Data Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Provinsi Bengkulu mencatat bahwa pertumbuhan jumlah kendaraan R4 terus mengalami kontraksi sejak awal tahun. Pada triwulan III 2015 pertumbuhan kendaraan R4 sebesar 37.2% (yoy) sementara pada triwulan III 2014, pertumbuhan kendaraan R4 masih mencapai 1.6% (yoy). Sementara data Bank Indonesia mencatat bahwa pertumbuhan kredit pemilikan kendaraan bermotor pada triwulan III 2015 melambat cukup signifikan. Apabila pada triwulan III 2014 kredit pemilikan kendaraan bermotor mampu tumbuh 23.37% (yoy), maka pada triwulan laporan kredit hanya tumbuh 3.31% (yoy). Berdasarkan strukturnya, pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Bengkulu masih bergantung pada Pemerintah Pusat yang ditunjukkan oleh masih besarnya pangsa Pendapatan Transfer (67.70%) dibandingkan Pendapatan Asli Daerah (22.85%). Pada triwulan III 2015, pangsa pendapatan transfer mengalami penurunan dibandingkan triwulan III 2014. Penurunan terutama bersumber dari Dana Alokasi Umum.
66
4.2 Belanja APBD Pemerintah Provinsi Persentase Realisasi Belanja Pemerintah Provinsi Bengkulu pada Triwulan III 2015 lebih rendah dibandingkan triwulan III 2014. Realisasi mencapai Rp1.025,11 miliar atau 48,25% dari pagu sebesar Rp2.125,34 miliar. Sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya realisasi mencapai Rp1.086,93 miliar atau 51.95% dari pagu sebesar Rp2.092,06 miliar.
Anggaran Belanja APBD Triwulan III 2015 Belanja Operasi Rp 1.447 M Belanja Modal Rp 451 M Tidak Terduga Rp 9M Transfer Rp 218 M Total Rp 2.125 M Realisasi Belanja APBD Triwulan III 2015 Belanja Operasi Rp 840 M Belanja Modal Rp 175 M Tidak Terduga Rp 0 M Transfer Rp 10 M Total Rp1.025 M
Menurunnya persentase realisasi penyerapan belanja bersumber dari belanja operasi dan belanja modal. Penurunan realisasi belanja yang cukup signifikan terjadi pada belanja modal terutama yang
bersumber
untuk
belanja
pembangunan
gedung
dan
bangunan. Realisasi penyerapan belanja operasi sampai dengan Triwulan III 2015 mencapai 58,09% relatif sama dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 58.56%. Secara nominal belanja operasi Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp840.84 miliar dari pagu anggaran sebesar Rp 1.447.52 miliar. Penurunan penyerapan belanja operasi terjadi pada hampir seluruh komponen kecuali belanja hibah.
TABEL 4.2 REALISASI BELANJA APBD PEMPROV BENGKULU Sumber : Biro Keuangan Pemerintah Provinsi Bengkulu
APBD Provinsi
Pagu
Realisasi
2014P
2015P
1520.15
1447.52
890.18
Belanja Pegawai
579.13
635.72
Belanja Barang
646.90
Belanja Hibah
Belanja Operasi
Belanja Bantuan Keuangan Belanja Modal Belanja Tanah Belanja Peralatan dan Mesin Belanja Gedung dan Bangunan Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan Belanja Aset Tetap Lainnya Belanja Tidak Terduga Transfer Total Belanja
III-2014
% Realisasi
III-2015
% Pangsa
III-2014
III-2015
III-2014
III-2015
840.84
58.56
58.09
81.90
82.00
422.14
415.00
72.89
65.28
38.84
40.47
533.54
288.94
177.26
44.66
33.22
26.58
17.29
268.44
273.86
177.30
248.58
66.05
90.77
16.31
24.24
25.68
4.40
1.80
0.00
7.01
0.00
0.17
0.00
330.15
450.66
157.69
174.71
47.76
38.77
14.51
17.04
5.30
11.02
0.09
1.06
1.60
9.59
0.01
0.10
45.70
67.77
17.04
27.83
37.30
41.06
1.57
2.71
42.91
63.29
16.96
14.88
39.52
23.51
1.56
1.45
234.17
305.32
123.42
129.81
52.70
42.52
11.35
12.66
2.07
3.26
0.19
1.13
9.23
34.80
0.02
0.11
13.05
9.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
0.00
228.70
218.16
39.06
9.88
17.08
4.53
3.59
0.96
2092.06
2125.34
1086.93
1025.42
51.95
48.25
100.00
100.00
67
Realisasi penyerapan belanja modal sampai dengan Triwulan III 2015 mencapai 38,77%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 47.76%. Secara nominal belanja modal Triwulan III 2015 yang sudah terealisasi sebesar Rp174.71 miliar dari pagu anggaran sebesar Rp450,66 miliar. Sumber penurunan realisasi penyerapan belanja berasal dari Belanja Gedung dan Bangunan. Menurunnya realisasi penyerapan belanja modal dikonfirmasi pula oleh menurunnya kegiatan di sektor konstruksi selama triwulan III 2015, seperti perlambatan perlambatan kredit konstruksi perbankan. Berdasarkan strukturnya, belanja daerah Pemerintah Provinsi Bengkulu masih didominasi belanja rutin yang ditunjukkan oleh masih besarnya pangsa Belanja Operasi (82.00%) dibandingkan Belanja Modal (17.04%).
4.3 Belanja APBN Provinsi Bengkulu Realisasi penyerapan belanja APBN Provinsi Bengkulu pada triwulan III 2015 lebih rendah dibandingkan triwulan III 2014. Pada triwulan III 2015 penyerapan sebesar 51.12% sementara pada periode yang sama tahun sebelumnya mencapai 71.30%. Rendahnya penyerapan belanja APBN terjadi pada pos belanja negara maupun belanja transfer ke daerah/desa. Pada Belanja Negara, penurunan penyerapan APBN terutama terjadi pada belanja barang, belanja modal dan belanja bantuan sosial. Hal ini diperkirakan sebagai dampak tertundanya proses pengadaan di awal tahun akibat penyesuaian nomenklatur kementerian. Sementara pada bos belanja transfer ke daerah/desa, penurunan penyerapan APBN terutama terjadi pada realisasi dana perimbangan dan dana otonomi khusus/penyesuaian.
TABEL 4.3 REALISASI BELANJA APBN PROVINSI BENGKULU Sumber : Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Bengkulu
BELANJA APBN
PAGU ANGGARAN
Realisasi Akumulasi
% Realisasi
% Pangsa
2014
2015
2014
2015
2014
2015
Q3
Q3
Q3
Q3
Q3
Q3
2014P
2015
3,589.52
4,699.58
2,076.20
2,188.43
57.84
32.50
27.22
23.57
Belanja Pegawai
1,152.11
1,424.95
798.43
960.44
69.30
52.29
10.47
10.34
Belanja Barang
1,236.67
1,477.12
699.18
587.12
56.54
26.47
9.17
6.32
Belanja Modal
860.52
1,434.30
396.45
505.96
46.07
21.19
5.20
5.45
Belanja Bantuan Sosial
340.22
363.21
182.14
134.90
53.54
24.05
2.39
1.45
7,109.38
8,853.35
5,551.65
7,097.20
78.09
61.01
72.78
76.43
7,109.38
8,490.39
5,551.65
6,806.83
78.09
61.19
72.78
73.31
6,211.57
7,466.55
4,852.34
6,001.43
78.12
61.99
63.61
64.63
897.81
1,023.84
699.31
805.40
77.89
55.30
9.17
8.67
-
362.96
-
290.37
-
56.79
-
3.13
10,698.90
13,552.93
7,627.85
9,285.62
71.30
51.12
100.00
100.00
Belanja Negara
Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Transfer ke Daerah a. Dana Perimbangan b. Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian Transfer Dana Desa Total Belanja
68
Boks 3 : PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di BENGKULU TAHUN 2011-2014 Selama kurun waktu 2011 sd 2014 alokasi anggaran dana transfer Pemerintah Pusat ke Pemerintah Provinsi/Kab/Kota di Bengkulu meningkat hingga 50%. Pada tahun 2011, jumlah alokasi dana perimbangan sebesar Rp 4,3 Triliun kemudian terus berkembang hingga mencapai Rp 6,5 Triliun di tahun 2014. Namun demikian peningkatan dana transfer tersebut tidak serta merta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota mengingat dampak eksternal pelemahan harga komoditas dirasakan lebih kuat mendorong perlambatan ekonomi regional. Berdasarkan grafik dibawah ini tampak bahwa sebagian besar perekonomian kabupaten/kota pada periode 2011-2014 mengalami perlambatan, sementara itu pangsa APBD terhadap PDRB terus mengalami kenaikan.
Pertumbuhan Ekonomi
7.50
PERTUMBUHAN EKONOMI & SHARE APBD
7.00 6.50 6.00 5.50 5.00
Share APBD Terhadap PDRB Harga Berlaku
4.50 5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
30.00
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Bengkulu Utara
Kab. Rejang Lebong
Kota Bengkulu
Kab. Kaur
Kab. Seluma
Kab. Mukomuko
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Kab. Bengkulu Tengah
Sumber Data : BPS Provinsi Bengkulu dan DJPK Kemenkeu.
Namun untuk Kabupaten Muko-muko relatif dikecualikan karena justru menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibandingkan kabupaten lainnya. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Muko-muko untuk mendorong peningkatan alokasi belanja modal selama kurun 2011-2014 memberikan dorongan multiplier bagi pertumbuhan ekonomi. Tercatat selama kurun waktu lima tahun terakhir Pemkab Muko-muko mengalokasikan 32,06% APBD untuk belanja modal atau yang tertinggi dibandingkan Pemerintah Daerah lainnya. 32.06 29.03
28.70
27.51 23.87
23.08
ALOKASI BELANJA MODAL KUMULATIF APBD TA. 2011 sd 2014 (%) 21.45 17.88
17.30
16.75 14.06
Mukomuko
Seluma
Kepahiang
Lebong
Bengkulu Tengah
Kaur
Rejang Lebong
Prov. Bengkulu
Bengkulu Utara
Bengkulu Selatan
Kota Bengkulu
69
Upaya peningkatan sisi investasi dalam mendorong perekonomian di Muko-muko juga direspon positif oleh swasta yang dikonfirmasi oleh peningkatan pertumbuhan kredit investasi. Berdasarkan lokasi proyek, pertumbuhan kredit investasi di Muko-muko mencapai 195,2% (yoy) di tahun 2011 dan mencapai 102.78% (yoy) di tahun 2014. Pertumbuhan tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan kabupaten lainnya diwilayah Provinsi Bengkulu. Hal ini mengindikasikan upaya Pemerintah Daerah dalam perbaikan proyek infrastruktur daerah akan direspon positif oleh dunia usaha, mengingat infrastruktur sendiri merupakan permasalahan utama dalam menghambat arus investasi.
PERTUMBUHAN KREDIT INVESTASI (LOKASI PROYEK)
Rejang Lebong Kaur Lebong Kepahiang Bengkulu Selatan Kota Bengkulu Bengkulu Utara Seluma
2014
2011
Mukomuko -50
0
50
% yoy
100
150
200
Dengan memperhatikan data peningkatan investasi selama tahun 2011 sd 2014 baik yang bersumber dari Investasi Pemerintah Daerah maupun Investasi Swasta, berdampak pada peningkatan pertumbuhan ekonominya dalam jangka menengah. yoy 7.50
2011
PERTUMBUHAN EKONOMI 2011 & 2014
2014
7.00 6.50 6.00 5.50 5.00 4.50 4.00 Bengkulu Selatan
Rejang Lebong
Bengkulu Utara
Kaur
Seluma
Mukomuko
Lebong
Kepahiang Bengkulu Tengah
Kota Bengkulu
70
BAB V
KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN
PROVINSI BENGKULU Perkembangan ketenagakerjaan sampai dengan periode Agustus 2015 menunjukkan bahwa tingkat pengangguran mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu perkembangan nilai tukar petani pada triwulan III 2015 masih mengalami tekanan yang semakin memburuk. Harga komoditas yang belum membaik menjadi sumber pelemahan nilai tukar petani di Provinsi Bengkulu.
5.1 Ketenagakerjaan Tingkat
Pengangguran
Terbuka
(TPT)
Provinsi
Bengkulu meningkat, tercatat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2015 sebesar 4,91%, lebih tinggi dibandingkan Agustus 2014 yang hanya 3,47%.
Aug 2014 Aug 2015
Sementara itu, jumlah angkatan kerja tercatat sebesar 951
3.47 4.91
ribu orang atau meningkat sebesar 5.67% (yoy). Dari total angkatan kerja tersebut, sebanyak 904,3 ribu telah bekerja dan 46,7 ribu orang belum bekerja.
Kenaikan Tingkat Pengangguran Terbuka didorong oleh peningkatan jumlah penduduk yang tidak bekerja. Hal ini sejalan dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di Provinsi Bengkulu hingga triwulan III 2015. Pada triwulan III 2014 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,57%, sementara pada triwulan III 2015 pertumbuhan ekonomi hanya 5.17%.
TABEL 5.1 PERKEMBANGAN JUMLAH PENGANGGURAN DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu Pengangguran
2013
2014
2015
Aug
Aug
Aug
Jumlah Angkatan Kerja (orang) Bekerja (Ribu orang)
832
868.8
904.3
Pengangguran (Ribu orang)
40.2
31.3
46.7
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Persentase TPAK (%)
67.59
68.29
70.67
3.47
4.91
Tingkat Pengangguran Terbuka TPT (%)
4.61
71
Berdasarkan struktur lapangan pekerjaan, sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbesar mencapai 54.21%; diikuti sektor jasa kemasyarakatan sebesar 16,76%; kemudian sektor perdagangan, rumah makan, dan akomodasi sebesar 14,50% (Tabel 5.2). Besarnya penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor tersebut karena merupakan sektor utama yang menopang perekonomian Bengkulu. Diantara tiga sektor utama tersebut porsi penyerapan tenaga kerja di Sektor Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan, dan Perikanan meningkat dari 50,62% pada bulan Agustus 2014 menjadi 54,21% pada bulan Agustus 2015. Sementara porsi penyerapan tenaga kerja pada dua sektor lainnya menurun. Sektor Jasa Kemasyarakatan turun dari 18,08% menjadi 16,76% pada Agustus 2015, kemudian sektor Perdagangan, Rumah Makan, dan Akomodasi turun dari 17,19% menjadi 14,50% pada Agustus 2015.
TABEL 5.2 ANGKATAN KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA Sumber : BPS Prov. Bengkulu Aug-14
SEKTOR
Aug-15
Ribu Orang
% Porsi
Ribu Orang
% Porsi
439.8
50.62
490.2
54.21
1.
Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan
2.
Pertambangan dan Penggalian
9.9
1.14
11.3
1.25
3.
Industri
27
3.11
35.4
3.92
4.
Listrik, Gas & Air Minum
3.2
0.36
1.6
0.17
5.
Konstruksi
41.6
4.79
42.4
4.69
6.
Perdagangan, Rumah makan & Akomodasi
149.3
17.19
131.1
14.50
7.
Transportasi, pergudangan & komunikasi
27.8
3.20
23.3
2.57
8.
Keuangan
13.2
1.52
17.4
1.93
9.
Jasa Kemasyarakatan
157.1
18.08
151.5
16.76
868.8
100
904.3
100.00
TOTAL
5.2 Nilai Tukar Petani Nilai
Tukar
Petani
triwulan
III
2015
masih
mengalami tekanan dengan tren yang menurun. NILAI TUKAR PETANI
TW II 2015
Tercatat Nilai Tukar Petani (NTP) masih dibawah 100, yaitu
94.43 TW III 2015 92.48
sebesar 92,48. NTP dibawah 100 merupakan indikasi petani
NILAI TUKAR USAHA PETANI (NTUP)
harga yang dibayar petani, terutama terjadi pada sub sektor
TW II 2015
101.2 TW III 2015 99.2
belum sejahtera sebab harga hasil produksi pertanian yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan indeks tanaman pangan, perikanan, dan tanaman perkebunan.
72
Tekanan harga CPO dan karet di pasar global turut mendorong pelemahan harga tandan buah segar (TBS) sawit dan getah karet di tingkat lokal yang berdampak pada penurunan penghasilan petani. Di sisi lain, biaya yang harus dikeluarkan oleh petani terus mengalami peningkatan karena inflasi. Sementara itu NTP
kelompok holtikultura dan peternakan menunjukkan perbaikan.
Peningkatan permintaan pada komoditas holtikultura dan peternakan diperkirakan menjadi salah satu faktor membaiknya pendapatan masyarakat petani di sektor tersebut.
GRAFIK 5.1 NILAI TUKAR PETANI Sumber : BPS Prov. Bengkulu
Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) pada triwulan laporan tercatat sebesar 99.92, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 101.28. Indeks NTUP menggambarkan keuntungan yang diperoleh petani dari selisih antara indeks harga pengeluaran yang terkait dengan keperluan produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) dengan indeks harga yang diterimanya. Sehingga dengan indeks NTUP di bawah 100 dapat diartikan bahwa petani mengalami kerugian dalam menjalankan usahanya saat ini. Nilai tukar usaha pertanian pada Subsektor Perkebunan menjadi faktor yang menarik nilai NTUP di bawah 100. Tercatat NTUP sektor ini sebesar 87,69 pada triwulan III 2015, terus menurun dibandingkan dengan triwulan II 2015 sebesar 94,06. Hal ini merupakan dampak dari masih rendahnya harga komoditas di pasar global, terutama karet dan sawit yang menjadi komoditas utama perkebunan di Provinsi Bengkulu.
73
5.3 Perkembangan Kemiskinan KEMISKINAN (%)
SEPT 2014
17.09
MAR 2015
17.88
Jika dibandingkan dengan posisi September 2014, tingkat kemiskinan meningkat dari 17,09% menjadi 17,88%. Apabila dicermati jumlah penduduk miskin meningkat baik di daerah perkotaan maupun di daerah Pedesaan. Jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2015
KEDALAMAN KEMISKINAN
SEPT 2014
2.85
MAR 2015
3.48
sebanyak 103,13 ribu jiwa atau 17,79% dari total penduduk perkotaan. Sejalan dengan itu, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan pada Maret 2015 juga meningkat, dari 216,91 pada September 2014 menjadi 230,94 ribu jiwa atau
KEPARAHAN KEMISKINAN
SEPT 2014
0.75
MAR 2015
0.97
17,93% dari total penduduk pedesaan.
Apabila dibandingkan, peningkatan jumlah
penduduk miskin bersumber dari pedesaan yaitu
meningkat sebesar 6,47% pada bulan Maret 2015, angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan daerah perkotaan yang hanya meningkat 3,55%. Dampak dari penurunan kinerja sektor Pertanian dan inflasi Bengkulu yang masih tinggi ditengarai menjadi penyebab meningkatnya tingkat kemiskinan di Pedesaan.
TABEL 5.3 KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu Kemiskinan
2012 Mar
2013
2014
2015
Sep
Mar
Sep
Mar
Sep
Mar
Jumlah Penduduk Miskin Jumlah (000)
311.66
310.47
327.35
320.41
320.95
316.5
334.07
%*
17,70
17,51
18,34
17,75
17.48
17.09
17.88
Garis Kemiskinan naik sebesar 4,91% dari Rp378.881/kapita/bulan pada bulan September 2014 menjadi Rp397.489/kapita/bulan pada bulan Maret 2015. Garis Kemiskinan terutama bersumber dari pengeluaran makanan yang terlihat dari besaran nilai Garis Kemiskinan Makanan (GKM) yang berkontribusi sebesar 78,55%. Sedangkan pengeluaran bukan makanan yang diindikasikan oleh Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) berkontribusi sebesar 21,45%. Jika dibandingkan dengan posisi September 2014, porsi Garis Kemiskinan Makanan (GKM) meningkat, baik di perkotaan maupun pedesaan. Hal ini karena kenaikan harga yang membuat pengeluaran masyarakat meningkat padahal jumlah barang yang dikunsumsi relatif tetap.
74
Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) pada Maret 2015 mengalami peningkatan dibandingkan dengan September 2014. P1 naik dari 2,85 pada September 2014 menjadi 3,48 pada Maret 2015. Sementara P2 naik dari 0,75 pada September 2014 menjadi 0,97 pada Maret 2015. Peningkatan nilai indeks P1 mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin menjauhi garis kemiskinan yang didorong oleh meningkatnya garis kemiskinan. Sementara peningkatan nilai indeks P2 menunjukkan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin semakin melebar.
TABEL 5.4 TINGKAT KEDALAMAN DAN KEPARAHAN KEMISKINAN DI PROVINSI BENGKULU Sumber : BPS Prov. Bengkulu
2013 Daerah
Mar
2014 Sep
2015
Mar
Sep
Mar
P1
P2
P1
P2
P1
P2
P1
P2
P1
P2
Perkotaan
2,29
0,51
3,11
0,82
2,90
0,73
2.69
0.75
3.93
1.21
Pedesaan
3,32
0,84
3,30
0,92
2,72
0,68
2.92
0.75
3.28
0.86
Perkotaan+Pedesaan
3,00
0,74
3,24
0,89
2,78
0,70
2.85
0.75
3.48
0.97
75
BAB VI
PROSPEK EKONOMI DAERAH KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BENGKULU TRIWULAN III 2015
PROSPEK PEREKONOMIAN TRIWULAN IV 2015 6.1 PERTUMBUHAN TRIWULAN IV 2015
Perekonomian sebesar 4.7
Triwulan
IV2015
diperkirakan
tumbuh
5.2 % (yoy) melambat dibandingkan triwulan
III 2015.Masih melambatnya daya beli masyarakat dan berlanjutnya
tekanan
harga
komoditas
mendorong
perkiraan pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun 2015 berada pada kisaran 4.9
5.4% (yoy) atau rendah
dibandingkan tahun 2014 sebesar 5.49% (yoy). Grafik 6.1 PERTUMBUHAN EKONOMI Sumber : BPS, BI (diolah)
5.58
5.57
5.66
5.43
5.16
Q.1 Indikator Perekonomian Sisi Permintaan Indeks Tendensi Konsumen1)
TW III 2015107.07 TW IV2015
97.34
Q.2
Q.3
2014
Q.4
Q.1
5.23
5.17
Q.2
Q.3 Q.4P
Optimis = 5.2 Baseline = 5.0 Pesimis = 4.7
2015P
Disisi permintaan perlambatan diperkirakan didorong oleh Konsumsi Rumah Tangga dan Ekspor-Impor seiring masih berlanjutnya tekanan harga komoditas global dan belum pulihnya daya beli masyarakat.Hal ini tercermin dari perkiraan indeks tendensi konsumsi RT pada triwulan IV 2015 sebesar
Pendapatan Konsumen)
97.34dibawah realisasi indeks tendensi konsumen pada triwulan III
TW III 2015108.41
2015. Ketidakpastian global yang masih cukup tinggi dan tekanan
TW IV2015
90.02
harga komoditas utama Bengkulu (sawit dan Karet) yang belum mereda mendorong pesimisme terhadap ekspektasi konsumsi masyarakat. Hal ini tercermin pula dari indeks perkiraan pendapatan
Sumber :BPS Prov Bengkulu
konsumen triwulan IV 2015 sebesar 90.02 dibawah realisasi indeks pendapatan konsumen triwulan III 2015 sebesar 108.41.
77
Meskipun demikian, kegiatan pilkada serentak yang dilaksanakan pada triwulan IV 2015 diharapkan mampu sedikit meredam efek perlambatan ekonomi. Belanja kampanye yang dilakukan di 7 wilayah kabupaten ( Bengkulu Selatan, Bengkulu Utara, Kaur, Lebong, Mukomuko, Rejang Lebong, dan Seluma) serta 1 Provinsi Bengkulu diperkirakan akan meningkatkan PDRB khususnya pada komponen konsumsi LNPRT (lembaga non profit yang melayani rumah tangga). Sementara itu kegiatan investasi pada triwulan IV 2015 diperkirakan tumbuh cukup baik yang ditunjukkan oleh tren peningkatan pertumbuhan kredit konsumsi dan percepatan penyerapan belanja modal APBD/N. Hal ini dikonfirmasi pula oleh meningkatnya penjualan semen pada bulan September 2015 setelah pada beberapa periode sebelumnya terus mencatatkan kontraksi. Meredanya tekanan nilai tukar pada bulan Oktober 2015 direspon positif oleh pelaku usaha khususnya dalam merealisasikan kegiatan investasi. Hasil liaison dengan beberapa pelaku usaha menyatakan bahwa pada periode saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan belanja investasi karena fluktuasi nilai tukar sudah mulai mereda.
Grafik 6.2 INDIKATOR PERKIRAAN PEREKONOMIAN TRIWULAN IV 2015 Sumber : Bank Indonesia, BPS (diolah)
INDEKS TENDENSI KONSUMEN
Indeks
115.00 110.00 105.00 100.00 95.00 90.00 85.00 80.00
Ton
yoy
REALISASI SEMEN
200,000
30
Sumber : BI 150,000
0
100,000
Sumber : BI 1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
20 10
50,000
-10 -20
0
-30 -40
4
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3
2013
2014
2015
2012
Indeks Tendensi Konsumsi Indeks Pendapatan
2013
Volume (ton)
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA 19.87
18.31 10.50
Q.1
9.09
Q.2
Q.3
2014
Q.4
2015
Pertumbuhan (yoy)-rhs
22.39 14.32
12.10
Q.1
2014
Q.2
Q.3
Q.4
2015
Ekspektasi
Realiasi
Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan bahwa, pada triwulan IV 2015 ekspektasi dunia usaha cenderung menurun dibandingkan triwulan III 2015. Beberapa sektor usaha yang menunjukan penurunan tendensi bisnis yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor jasa-jasa, dan sektor industri pengolahan. Di sektor jasa, hasil liaison kepada beberapa pelaku usaha jasa dan industri pengolahan menyatakan bahwa daya beli masyarakat belum sepenuhnya pulih sehingga
78
rata-rata omzet usaha menurun hingga akhir tahun 2015. Hal ini dikonfirmasi pula oleh kapasitas usaha sektor industri pengolahan sampai dengan akhir triwulan III 2015 menunjukkan penurunan hingga mencapai 69% dari kapasitas normal rata-rata sebesar 70-75%. Perkiraan harga karet pada triwulan IV 2015 diperkirakan belum akan
menunjukkan
perbaikan. Sampai dengan bulan Oktober 2015 harga internasional karet telah terkoreksi 2% dibandingkan bulan sebelumnya. Menurut perkiraan IRSG produksi karet nasional diperkirakan masih akan mengalami penurunan -1.5% pada Okt-Des 2015 dibandingkan Okt-Des 2014. Penurunan produksi tersebut diperkirakan merupakan dampak dari Elninoyang mempengaruhi produksi karena tiap pohon terhambat proses fotosintesisnya. Permintaan karet alam pada triwulan IV 2015 diperkirakan akan mengalami kenaikan khususnya untuk pasar Uni Eropa, India dan Jepang. Sementara permintaan China diperkirakan masih mengalami penurunan. Sebagai catatan, ekspor karet luar negeri Bengkulu sebagian besar dikirim ke pasar UE, AS dan Jepang.
Tabel 6.1 PERKIRAAN HARGA KOMODITAS PADA TRIWULAN IV 2015 Sumber : IMF
2014
Komoditi Kelapa Sawit (US$/mt) Karet (cts/lb) Batubara (cts/lb) Kopi (cts/lb)
I
II
2015 III
IV
I
II
IVP
III
QtQ Q4-Q3
813.7
794.7
695.9
653.3
627.9
599.9
513.3
488.4
-4.85
102.1
96.1
83.4
73.5
78.6
81.2
81.6
77.9
-4.56
82.6
77.9
72.7
67.4
65.6
63.2
63.6
66.7
4.89
102.0
107.9
106.0
106.6
101.4
96.7
77.5
75.5
-2.54
6.2 INFLASI DAERAH TRIWULAN IV 2015
Sampai dengan akhir tahun 2015, inflasi Provinsi Bengkulu diperkirakan dalam kisaran 3.0-3.5% (yoy) menurun signifikan dibandingkan triwulan III 2015 atau berada
Grafik 6.3 INFLASI
didalam koridor target inflasi nasional sebesar 4±1%(yoy).
Sumber : BPS, BI (diolah)
Sampai dengan bulan Oktober 2015, inflasi tahun kalender
Indikator Ekspektasi Inflasi
tercatat sebesar 2.34%.
Perkiraan Pendapatan
TW III2015113.93 TW IV201590.02 Pembelian Barang Tahan Lama
10.85 8.35 5.79
6.05
Q2
Q3
9.90 7.65
8.65 Optimis = 3.00 Baseline = 3.25 Pesimis = 3.50
TW III2015102.71 TW IV2015110.14 Sumber : BPS Prov. Bengkulu
Q1
2014
Q4
Q1
Q2
Q3
Q4
2015
79
Inflasi Administered Price diperkirakan melambat, hal ini seiring dengan kebijakan Pemerintah Pusat untuk menurunkan biaya energi seiring dengan Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III. Beberapa biaya energi yang mengalami penurunan yaitu harga Avtur, LPG 12 kg, Pertamax, dan Pertalite yang akan efektif turun pada 1 Oktober 2015. Harga BBM jenis solar juga diturunkan sebesar Rp. 200 per liter, sehingga harga eceran BBM jenis solar bersubsidi akan menjadi Rp. 6.700 per liter. Penurunan harga BBM jenis solar juga akan berlaku untuk BBM jenis solar non-subsidi.Sementara Tarif listrik untuk pelanggan industri I3 dan 5.5 I4 akan mengalami penurunan sebesar Rp12 - Rp13 per kWh mengikuti turunnya harga minyak bumi (Automatic Tariff Adjustment) Inflasi Inti diperkirakan melambat,seiring dengan ekspektasi konsumsi masyarakat yang masih tertahan dengan daya beli yang diperkirakan belum pulih sepenuhnya. Nilai tukar Rupiah yang membaik pada bulan Oktober 2015 diharapkan menurunkan tekanan terhadap imported inflation. Inflasi Volatile Food diperkirakan melambat, sesuai informasi BMKG Provinsi Bengkulu bahwa dampak elnino di Provinsi Bengkulu diperkirakan minimal. Disisi lain, kebijakan Pemerintah Pusat untuk membuka izin impor beras melalui BULOG terkait dampak elnino nasional diperkirakan mampu meredam tekanan harga.
6.3 REKOMENDASI KEBIJAKAN Untuk mendukung optimisme atas perkiraan ekonomi dan pengendalian inflasi di triwulan IV 2015, diperlukan langkah-langkah strategis dari Pemerintah Daerah yaitu : 1. Mengawal implementasi Paket Kebijakan Ekonomi Pemerintah Pusat didaerah : -
Mendorong kemudahan investasi melalui simplifikasi perizinan di daerah sebagaimana yang tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid I dan II.
-
Mendorong SKPD dalam penumbuhan wirausaha produktif. Hal ini terkaitpaket kebijakan jilid III untuk menurunkan suku bunga KUR dari 22% menjadi 12% setahun serta perluasan penerima KUR kepada keluarga yang memiliki pendapatan tetap (seperti PNS yang memiliki usaha produktif). Perluasan KUR dan kebijakan suku bunga KUR diharapkan mendorong SKPD teknis terkait untuk meningkatkan pendampingan kepada UMKM dan bekerjasama dengan KKMB maupun Perbankan dalam menjembatani kebutuhan UMKM.
-
Implementasi formulasi kebijakan pengupahan yang adil, sederhana dan terproyeksi sebagaimana mendukung kebijakan ekonomi jilid IV.
2. Mendorong pelaksanaan program-program pengendalian Inflasi yang telah disepakati dalam Roadmap TPID yang telah disetujui Gubernur pada tanggal 18 Mei 2015 dapat terlaksana dengan baik, khususnya program kerja yang bernaung di bawah SPKD teknis.
80
3. Meskipun dampak elnino diperkirakan minimal dibandingkan Provinsi Sumsel dan Provinsi Lampung namun demikian perlu kiranya antisipasi kurangnya pasokan air di lahan-lahan pertanian produktif melalui bantuan pompa air kepada petani. 4. Daya beli masyarakat belum pulih, sehingga perlunya mengawal implementasi Raskin 13 dan 14 sesuai Surat Menko Kesra Nomor B-84/MENKO/PMK/IX/2015 untuk stabilitas harga pangan di akhir tahun. 5. Mendorong realisasi anggaran APBD dan APBN secara maksimal hingga akhir tahun khususnya pos belanja modal dan pos belanja barang dan jasa. Sampai dengan triwulan III 2015 serapan APBD Pemprov untuk belanja modal dan belanja barang jasa masih berkisar 38%, sementara serapan belanja modal APBN masih berkisar 35%. Namun ke depan penyerapan APBD/N diharapkan dapat merata sepanjang tahun sesuai sasaran program pemerintah. 6. Pendampingan Aparatur Desa dalam rangka implementasi Dana Desa. Berdasarkan hasil
liaison diketahui bahwa jumlah dana desa yang tertahan di Rekening Kas Desa masih cukup besar. Hal ini terkait kurangnya kompetensi dan pengalaman dari aparatur desa dalam penyusunan APBDes dan penyusunan laporan pertanggungjawaban kegiatan dana desa. 7. Belanja kampanye pilkada pada bulan Desember 2015 diharapkan mampu memberikan dorongan bagi pertumbuhan ekonomi, namun demikian stabilitas politik dan keamanan diharapkan tetap terjaga. 8. Mendukung Upaya Pemerintah Pusat dalam penerapan UU Mata Uang khususnya dalam transaksi pengadaan barang dan jasa oleh Pemerintah Daerah dengan menggunakan Rupiah sebagai alat pembayaran yang sah.
81
LAMPIRAN DAFTAR ISTILAH Administered price Harga barang/jasa yang diatur oleh pemerintah, misalnya harga bahan bakar minyak dan tarif dasar listrik.
Aktiva Produktif Penanaman atau penempatan yang dilakukan oleh bank dengan tujuan menghasilkan penghasilan/pendapatan bagi bank, seperti penyaluran kredit, penempatan dana antar bank, penanaman pada Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat-surat berharga lainnya.
Andil inflasi Sumbangan perkembangan harga suatu komoditas/kelompok barang/kota terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan.
APBD Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPR, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Bank Pemerintah Bank-bank yang sebelum program rekapitalisasi merupakan bank milik pemerintah (persero) yaitu terdiri dari bank Mandiri, BNI, BTN dan BRI. Dalam buku ini bank pemerintah daerah (Bank Bengkulu) juga dikelompokkan dalam bank pemerintah.
BI Rate Suku bunga referensi kebijakan moneter dan ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur setiap bulannya.
BI-RTGS Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement, yang merupakan suatu penyelesaian kewajiban bayar-membayar (settlement) yang dilakukan secara on-line atau seketika untuk setiap instruksi transfer dana.
Bobot inflasi Besaran yang menunjukkan pengaruh suatu komoditas, terhadap tingkat inflasi secara keseluruhan, yang diperhitungkan dengan melihat tingkat konsumsi masyarakat terhadap komoditas tersebut.
Cash inflows Jumlah aliran kas yang masuk ke kantor Bank Indonesia yang berasal dari perbankan dan penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.
83
Cash Outflows Jumlah aliran kas keluar dari kantor Bank Indonesia kepada perbankan dan penukaran uang masyarakat dalam periode tertentu.
Clean Money Policy Merupakan kebijakan untuk menyediakan uang layak edar.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Simpanan masyarakat yang ada di perbankan terdiri dari giro, tabungan, dan deposito.
Dana Perimbangan Sumber pendapatan daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan pemerintah daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi daerah.
Ekspor Keseluruhan barang yang keluar dari suatu wilayah/daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
Financing to deposit ratio (FDR) atau loan to deposit ratio (LDR) Rasio pembiayaan atau kredit terhadap dana pihak ketiga yang diterima oleh bank, baik dalam rupiah dan valas. Terminologi FDR untuk bank syariah, sedangkan LDR untuk bank konvensional.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan ekspektasi kondisi ekonomi enam bulan mendatang. Dengan skala 1-100.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Sebuah indeks yang merupakan ukuran perubahan rata-rata harga barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat pada suatu periode tertentu.
Indeks Kondisi Ekonomi Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunujukkan level keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Ekspektasi Konsumen Salah satu pembentuk IKK. Indeks yang menunjukkan level keyakinan konsumen terhadap ekspektasi kondisi ekonomi saat ini, dengan skala 1-100.
Indeks Pembangunan Manusia Ukuran kualitas pembangunan manusia, yang diukur melalui pencapaian rata-rata 3 hal kualitas hidup, yaitu pendidikan, kesehatan, daya beli.
84
Inflasi Kenaikan harga barang secara umum dan terus menerus (persisten).
Inflasi IHK Kenaikan harga barang dan jasa dalam satu periode, yang diukur dengan perubahan indeks harga konsumen (IHK), yang mencerminkan perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat luas.
Inflasi Inti Inflasi IHK setelah mengeluarkan komponen volatile foods dan administered price.
Impor Keseluruhan barang yang masuk dari suatu wilayah /daerah baik yang bersifat komersil maupun bukan komersil.
Investasi Kegiatan meningkatkan nilai tambah suatu kegiatan produksi melalui peningkatan modal.
Kliring Pertukaran warkat atau Data Keuangan Elektronik (DKE) antar kliring baik atas nama peserta maupun atas nama nasabah.
Kredit Adalah penyediaan uang atau tagihan yang sejenis, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk : 1. Pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan note purchase agreement (NPA) 2. Pengembalian tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang.
Kualitas Kredit Penggolongan kredit berdasarkan prospek usaha, kinerja debitur dan kelancaran pembayaran bunga dan pokok. Kredit digolongkan menjadi 5 kualitas yaitu lancar, Dalam Perhatian Khusus (DPK), kurang lancar, diragukan dan macet.
Liaison Bank Indonesia Salah satu kegiatan rutin untuk mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi aktual sektor riil/usaha beserta prospeknya melalui wawancara langsung antara Bank Indonesia dengan pelaku usaha/sumber data.
m-t-m Month to month. Perbandingan antara data satu bulan dengan bulan sebelumnya.
85
Net Cashflows Selisih bersih antara jumlah cash inflows dan cash outflows pada periode yang sama terdiri dari Netcash Outflows bila terjadi cash outlows lebih tinggi dibandingkan cash inflows, dan Netcash Inflows bila terjadi sebaliknya.
Non Performing Loans (NPL) Kredit/pembiayaan yang bermasalah atau non-lancar yang terdiri dari kredit dengan klasifikasi kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva produktif.
Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Kegiatan pemusnahan uang bagi uang yang sudah tidak layak edar.
Pertumbuhan ekonomi Perubahan nilai PDRB atas harga konstan dalam suatu periode tertentu (triwulanan atau tahunan).
Porsi Ekonomi Konstribusi pangsa sektor atau subsektor terhadap total PDRB.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu wilayah.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga di periode tersebut sebagai dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga konstan Merupakan perhitungan PDRB dengan menggunakan harga pada satu waktu tertentu sebagai dasar perhitungan.
Produk Domestik Regional Bruto satu tahun Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu wilayah dalam satu tahun.
Produk Domestik Regional Bruto triwulanan Jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan jumlah seluruh nilai barang yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi suatu wilayah dalam satu triwulan tertentu.
86
qtq Quarter to quarter. Perbandingan antara data satu triwulan dengan triwulan sebelumnya. Rasio Non Performing Loans/Financing (NPLs/Fs) Rasio kredit/pembiayaan yang tergolong NPLs/Fs terhadap total kredit/pembiayaan. Rasio ini juga sering disebut rasio NPLs/Fs, gross. Semakin rendah rasio NPLs/Fs, semakin baik kondisi bank ybs.Terminologi NPL untuk bank konvensional, sedangkan NPF untuk bank syariah.
Rasio Non Performing Loans (NPLs)
NET
Rasio kredit yang tergolong NPLs, setelah dikurangi pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP), terhadap total kredit.
Sektor Ekonomi Dominan Sektor ekonomi yang mempunyai nilai tambah besar sehingga mempunyai pengaruh dominan pada pembentukan PDRB secara keseluruhan.
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan dengan sistem diskonto oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang.
Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI RTGS) Proses penyelesaian akhir transaksi pembayaran yang dilakukan seketika (real time) dengan mendebet maupun mengkredit rekening peserta pada saat bersamaan sesuai perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Sistem kliring Bank Indonesia yang meliputi kliring debet dan kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional.
Uang giral Uang terdiri atas rekening giro, kiriman uang, simpanan berjangka dan tabungan yang sudah jatuh waktu, yang seluruhnya merupakan simpanan penduduk dalam rupiah dan sistem moneter.
Uang kartal Uang yang terdiri atas uang kertas dan uang logam yang berlaku, tidak termasuk uang kas pada KPKN dan bank umum.
Volatile foods Komponen inflasi IHK yang mencakup beberapa bahan makanan yang harganya sangat fluktuatif.
yoy Year on year. Perbandingan antara data satu tahun dengan tahun sebelumnya.
87