BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Pada saat ini merupakan era persaingan ketat antar perusahaan, dimana setiap
perusahaan dituntut harus meningkatkan daya saingnya guna menghadapi kondisi persaingan bisnis semakin kompetetif tersebut, di era pertumbuhan dan perkembangan bisnis saat ini, bisnis makanan dan minuman ringan merupakan salah satu sektor yang potensial dan terus tumbuh. Hal ini dapat terlihat dari persentase pertumbuhan industri makanan
minuman dan tembakau. Pada tahun 2010
pertumbuhan pertumbuhan sektor industri ini mencapai 4,71%, tahun 2011 meningkat mencapai 4,31%, pada tahun 2012 meningkat mencapai 3,58%, dan tahun 2013 meningkat mencapai 12,75%. (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman indonesia 2013). Pertumbuhan industri ini ditandai pula dengan meningkatnya voleme penjualan industry makanan dan minuman di tahun 2010 mencapai Rp. 555 triliun, tahun 2011 mencapai Rp. 605 triliun, tahun 2012 mencapai 650 triliun, tahun 2013 mencapai 657,9 triliun. (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia 2013).
Gambar 1.1 Pertumbuhan Industri Makanan dan Minuman Tahun 2010 -2013
1
2 Salah satu sektor yang cukup tinggi pertumbuhannya adalah di bidang penjualan ice cream, menurut data Ipotnews pasar ice cream di Indonesia memperoleh nilai pertumbuhan penjualan ritel tumbuh rata-rata 12,4% per tahun selama 2004 sampai dengan 2009 dan nilai penjualan ice cream tahun 2009 di Indonesia mencapai Rp. 2,8 triliun (Unilever perbesar pasar ice cream untuk topang pertumbuhan 2011) berdasarkan data tersebut maka baik perusahaan supplier maupun distributor ice cream dituntut memiliki kemampuan yang baik untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menjalankan usahanya agar tetap dapat mempertahankan eksistensinya dan memaksimalkan potensi yang ada. Salah satu merek ice cream yang banyak diminati oleh masyarakat adalah Wall’s. Dengan merek yang sangat kuat di bisnis ice cream. Yang bernaung di bawah Unilever sebuah perusahaan multinasional berpusat di Inggris dan Belanda. Pada mulanya Wall’s dikelola secara sederhana oleh pemiliknya yaitu Mr. Wall yang berasal dari Inggris setelah diambil alih oleh Unilever usaha ini berkembang pesat dan merambah ke hampir seluruh Negara. Saat ini Wall’s sudah ada kurang lebih di 40 negara dan memimpin pasar ice cream di Negara tersebut. Indonesia adalah salah satu dari dari ke 40 negara yang merupakan pasar dari Wall’s. Di Indonesia ice cream Wall’s adalah salah satu jenis makanan kecil yang dikonsumsi oleh sebagian masyarakat pada saat ini adalah ice cream dijual mulai dari Supermarket sampai Warung-warung. Ice cream ini biasanya sebagai makanan kecil disela waktu makanan utama maupun sebagai pencuci mulut yang dapat dikombinasikan dengan jenis makanan lain dalam menghidangkannya. dengan demikian memungkinkan konsumen untuk lebih sering mengkonsumsi ice cream terlebih pada musim kemarau atau panas. Mengingat konsumen ice cream terdiri dari berbagai kalangan usia dan social, berarti industry ice cream memiliki peluang pasar yang luas sehingga banyak bermunculan produsen-produsen ice cream lainnya di pasaran. PT. Unilever Tbk sebagai produsen ice cream Wall’s yang menawarkan produknya dalam berbagai jenis rasa dan ukuran secara satuan. PT. Unilever Tbk juga menawarkan dalam kemasan besar (kemasan keluarga) dengan beranekaragam rasa tentunya memberikan alternalif bagi konsumen. Selain distribusi yang cukup luas serta rasa yang cukup bervariasi membuat ice cream Wall’s tetap menjadi pilihan sebagian masyarakat. Produsen merek lain selain ice cream Wall’s yang juga memproduksi ice cream dan menjual melaluli Toserba, Toko, Supermarket, adalah Campina, dan
3 Diamond. Selain itu ada outlet yang menjual ice cream secara khusus seperti Baskin Robbin’s, Haagen Daaz, Swensens, Geleto dan Zangradi. Menurut ini berarti persaingan ketat di industri ice cream, dalam harga kualitas produk maupun layanan. Adapun para pemain utama yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk dengan merek Wall’s, PT. Campina Ice cream Industry dengan merek Campina, dan PT. Sukanda Jaya mengusung merek Diamond.
Tabel 1.1 Posisi Persaingan Antar Merek ice cream di Indonesia Tahun 2012, 2013, 2014 Merek
2012
2013
2014
Wall’s
72,4%
69,86%
76,9%
Campina
17,9%
16,77%
14,6%
Diamond
1.1%
1,48%
1,5%
Others
6,3%
8,45%
4,2%
Sumber : Topbrand-Award (2014)
PT. Bentoro Adisandi adalah perusahaan distributor ice cream merek Wall’s di wilayah Riau. Karena kebutuhan masyarakat yang banyak, maka perusahaan harus dapat memenuhi permintaan pelanggan dengan melakukan pemesanan secara terus menerus kepada Unilever sebagai perusahaan yang memproduksi ice cream Wall’s. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kebutuhan pelanggan yang diakibatkan oleh kurangannya persediaan barang dikhawatirkan akan menurunkan jumlah permintaan pelanggan terhadap produk. PT. Bentoro Adisandi selaku distributor yang berperan penting dalam persaingan pasar ekonomi, harus senantiasa melakukan perbaikan kualitas dan pelayanan perusahaannya agar dapat bertahan di industri penjualan ice cream. Oleh karena itu, agar perusahaan dapat bertahan pada industri ice cream diperlukan cara yang tepat untuk mengalahkan pesaingnya dengan cara melakukan peramalan (forcesting) terhadap penjualan produk dan persediaan (inventory). Persediaan barang merupakan komponen dasar bagi perusahaan dagang untuk melakukan penjualan. Namun, yang sering terjadi diperusahaan pada umumnya adalah kesulitan dalam memperkirakan permintaan pelanggan pada periode berikutnya sehingga barang yang tersedia tidak mencukupi permintaan pelanggan terhadap jumlah barang yang
4 dihasilkan perusahaan. Apabila perusahaan melakukan kesalahan dalam menetapkan besarnya jumlah persediaan maka akan menimbulkan masalah, seperti tidak terpenuhinya permintaan konsumen atau berlebihnya jumlah persediaan sehingga timbulnya biaya ekstra untuk penyimpanan. Pada penelitian kali ini, penulis akan membahas satu jenis produk yaitu PADDLE POP TRICO 48X60ML karena jenis produk ini merupakan produk dengan penjualan paling banyak dari pada jenis produk lainnya di perusahaan PT. Bentoro Adisandi pada tahun 2014 sebesar 18.073 karton. Berikut tujuh besar data penjualan selama tahun 2014.
Tabel 1.2 Tujuh Besar Data Penjualan dari Seluruh Jenis Produk PT. Bentoro Adisandi Tahun 2014. No
Jenis Produk
FEAST CHOCOLATE 65ML/42 FEAST VANILLA 65ML/42 POPULAIRE CHOCOLATE 90ML/40 POPULAIRE STRAWBERRY90ML/40 PADDLEPOP SHAKYSHAKE 150ML/24 PADDLE POP RAINBOW POWER 6 7 PADDLE POP TRICO 48X60ML Sumber : Data Perusahaan 2014 1 2 3 4 5
2014 (karton) 15953 16095 17718 15468 10110 17805 18073
Selama berjalannya PT. Bentoro Adisandi hanya melakukan kegiatan bisnisnya secara konvensional, dimana hanya memesan suatu barang tanpa memperhatikan jumlah suatu permintaan akan produk tersebut sehingga sering terjadinya kelebihan stok atau over stock yang dapat menambah pengeluaran untuk biaya gudang dan hal tersebut juga dapat menimbulkan resiko rusaknya barang yang disimpan di gudang akibat penyimpanan terlalu lama.
Dan dapat
dilihat
perbandingan data penjualan dan pembelian salah satu jenis produk Wall’s yaitu Paddle Pop Trico 48x60ml tahun 2014 sebagai berikut.
5
Tabel 1.3 Data Pembelian dan Penjualan Paddle Pop Trico 48x60ml Tahun 2014 PT. Bentoro Adisandi. Jenis Produk
Paddle Pop Trico 48x60ml
Persediaan Akhir Tahun 2013 (karton) 464
Tahun 2014 Pembelian Penjualan (karton) (karton) 19.050 18.073
Sumber : Data Perusahaan 2014
Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang membantu perusahaan meramalkan penjualan yang akan datang dengan menggunakan metode penelitian yang akan dipakai oleh penulis antara lain dengan menggunakan metode FORECASTING dan sistem MRP (Material Requirement Planning), untuk memaksimalkan fungsi persediaan yang ada di dalam perusahaan. Hal ini berkaitan dengan peramalan kebutuhan perusahaan pada periode berikutnya, kuantitas pemesanan dan frekuensi pembelian barang, sehingga akan tercapai efisiensi persediaan barang di perusahaan. Dari latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat topik dalam tugas akhir mengenai pengendalian persediaan barang diperusahaan tersebut dengan judul “ANALISIS PERAMALAN PENJUALAN, DAN PENGENDALIAN PERSEDIAN PADA PT. BENTORO ADISANDI”.
1.2
Identifikasi Masalah Rumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Metode peramalan penjualan manakah yang paling tepat dan paling efektif yang dapat digunakan untuk meramalkan penjualan PT. Bentoro Adisandi ? 2. Bagaimana perhitungan Material Requirement Planning pada PT. Bentoro Adisandi ? 3. Teknik pengendalian persediaan apakah yang sebaiknya diterapkan PT Bentoro Adisandi untuk meningkatkan efisiensi biaya dan jumlah persediaan ?
6 1.3
Ruang Lingkup Masalah Ruang lingkup dalam penelitian ini mencangkup beberapa hal yaitu ; 1. Pengengambilan data dilakukan pada PT. Bentoron Adisandi yang dilakukan dalam proses penjualan selama 24 bulan tehitung dari bulan April 2013 – Maret 2014. 2. Metode untuk melakukan penelitian tersebut adalah Forecesting untuk menentukan penjualan yang akan datang dan Material Requirement Planning untung menghitung pengendalian persedian perusahaan tersebut 3. Penelitian ini dilakukan terbatas hanya dilakukan pada satu jenis produk yaitu Paddle Pop Trico 48x60ml
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) Untuk menentukan metode peramalan penjualan manakah yang paling tepat dan paling efektif yang sebaiknya digunakan oleh PT. Bentoro Adisandi. 2) Untuk melakukan perhitungan material requirement planning pada PT. Bentoro Adisandi. 3) Untuk memberikan rekomendasi teknik pengendalian persediaan yang sebaiknya diterapkan PT. Bentoro Adisandi untuk meningkatkan efisiensi persediaan. Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Bagi penulis, membantu penulis dalam mengaplikasikan teori-teori yang telah diperoleh selama kuliah kedalam praktek yang sesungguhnya, khususnya menerapkan teori yang di dapat dalam materi perkuliahan Metode Peramalan dalam melakukan analisis peramalan penjualan. 2) Bagi jurusan, tugas akhir ini dapat dijadikan referensi bagi pihak perpustakaan sebagai bahan bacaan bagi mahasiswa yang membutuhkan untuk lebih memahami pengaplikasian metode forcesting dan inventory yang ada untuk penjualan produk yang maksimal. 3) Bagi PT. Bentoro Adisandi, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan yang tepat dan dapat mengetahui proyeksi peramalan volume penjualan ice cream untuk periode-periode selanjutnya.
7 1.5
State of the art Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu
Metode
Tahun
Penelitian Sales
Nama
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Pengarang 2011
Forecasting
Borousan,
Evaluating
Hasil menunjukkan
Ehsan;
Effect of
pertumbuhan
Sharifian,
Knowledge
signifikan
Navid;
Management in
akurasi
yang dari dengan
Hajiabolhassani, Sales
menggunakan
Azin;
pengetahuan
Hazrati, Forecasting:
Shiva
Evidence from
kodifikasi
Iran’s Food
merupakan
Retail Industry
implementasi dasar dari
yang
manajemen
pengetahuan. Forecasting
2012
Fuqing ZHAO,
A
Reactive Masalah yang tidak
Yang ZHUO
Prediction
menentu
sangat
Method
for mempengaruhi
Dynamic
Job penjadwalan
Scheduling
pekerjaan.
Problem
eksperimen
Hasil
menunjukkan bahwa metode
winter
adalah metode yang paling
akurat.
Metode kedua yang menunjukkan
nilai
MAD
MSE
dan
terkecil
setelah
metode
winter
adalah
Naive
Method. Metode
tersebut
8 dapat
digunakan
dalam praktek untuk memecahkan masalah pengurangan
biaya
produksi
dan
optimasi
alokasi
sumber daya. Materials
2013
Agus Surianto
Penerapan
Dari hasil analisis
Requirement
Metode
metode
Planning
Materials
diketahui
(MRP)
Requirement
perusahaan
MRP bahwa dapat
Planning (MRP) melakukan di PT.Bokormas penghematan biaya Mojokerto
persedian
karena
persediaan
bahan
baku yang rendah, namun produksi
proses tetap
berjalan lancer tanpa terganggu. Perusahaan dapat melakukan produksi sesuai permintaan memesan
dengan dan bahan
baku sesuai dengan kebutuhan produksi tepat waktu. Materials Requirement Planning
2011
Restu
Analisis
Data
yang
Wahyuningsih
Pengendalian
digunakan
Persediaan
penelitian ini adalah
dalam
9 (MRP)
Bahan pada
Baku data
primer
PT. skunder.
Untuk
Dagsap Endura mengetahui Eatore Kawasan
sistem
di pengendaloan persediaan
Industri Sentul, baku Bogor
dan
bahan
pada
PT.
dagsap
Endura
Eatore
dilakukan
dengan
teknik
wawancara manajer
kepada produksi.
Data primer yang diperoleh
dari
perusahaan dianalisis
dengan
menggunakan metode
Materials
Requirement Planning
(MRP)
dengan teknik Lot For Lot (FLF), Economic
Order
Quantity
(EOQ),
Period
Order
Quantity
(POQ),
Part
Period
Balancing
(PPB).
Metode MRP teknik POQ direkomendasikan sebagai alternatif
metode dalam
sistem pengendalian
10 persediaan
yang
optimal dilihat dari total
biaya
persediaannya. Materials
2014
Haibatolah
A
Requirement
Sadeghi,
Method
Planning
Ahmad
Makui Material
adalah
metode
(MRP)
and
Mehdi Requirement
banyak
digunakan
Heydari
Simulation Persyaratan
for perencanaan (MRP)
Planning Supply untuk Dependent Demand
bahan
perencanaan
produksi
dan
and penjadwalan. Hasil
Uncertainty
penelitian
ini
Lead-Time
menunjukkan bahwa Pendekatan
MRP
dengan
jumlah
pesanan
berkala
(POQ) untuk
digunakan perencanaan
komponen. Hal tersebut
dilakukan
untuk meminimalkan jumlah dari semua komponen
biaya
seperti
biaya
backlogging produk akhir, biaya produk akhir setup. Sumber : Hasil Penelitian dan Jurnal Terdahulu
dan
biaya