BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Perusahaan Dalam beberapa tahun terakhir, industri air mineral dalam kemasan
mengalami perkembangan yang cepat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya bermunculan merek baru yang memasuki industri sehingga menyebabkan persaingan semakin ketat. Seiring bertambahnya jumlah penduduk, maka meningkat pula kebutuhan akan air minum bersih. Di Indonesia industri plastik mengalami perkembangan, dilihat dari peningkatan permintaan plastik dan bahan baku. Menurut Asosiasi Industri Aromatik, Olefin, dan Plastik Indonesia (Inaplas), potensi pasar plastik di Indonesia masih akan tumbuh tipis tahun ini sekitar 6%-7%. Asumsi tahun ini, perekonomian tumbuh mencapai 5%, berarti industri plastik bisa tumbuh 6%-7% tahun ini atau mencapai 4,7 juta ton. Begitu pun dengan air minum dalam kemasan, berdasarkan data dari Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) adalah sebagai berikut:
Gambar 1.1 Pertumbuhan Industri Minuman Ringan Siap Saji di Indonesia Sumber: Asosiasi Industri Minuman Ringan, 2015
Dari data diatas dapat diketahui bahwa setiap tahunnya industri minuman di Indonesia terdapat pertumbuhan yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat semakin maraknya merek minuman ringan yang bermunculan di pasaran. Volume minuman 1
2 ringan siap saji (Ready to Drink) water mengalami peningkatan sebanyak 1410 dari 20086 pada tahun 2014 menjadi 21496 tahun 2015, maka tingkat konsumsi RDT (Ready to Drink) water dapat dikatakan lebih tinggi dibanding konsumsi minuman ringan lainnya. Hingga tahun 2013, konsumsi minuman ringan di Indonesia baru mencapai 33-50 liter perkapita. Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) di Indonesia menargetkan konsumsi rata-rata minuman ringan pada tahun 2015 akan mencapai 88 liter perkapita. Salah satu kategori produk yang termasuk dalam (Ready to Drink) water atau minuman siap saji adalah Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Wadah atau kemasan minuman yang sangat ringan dan mudah dibawa kemana-mana adalah botol plastik pet. Dalam menghadapi persaingan, produk itu harus mempunyai kualitas yang baik. Kualitas mempunyai peranan sangat penting apabila produk yang dihasilkan ingin tetap berada dipasar dan menciptakan loyalitas konsumen jika perusahaan mampu memenuhi keinginan konsumen. Berkaitan dengan kualitas, penyimpangan yang terjadi saat proses produksi menjadi perhatian khusus bagi perusahaan untuk menghasilkan kemasan plastik yang baik. Penyimpangan yang dimaksud adalah suatu kondisi yang tidak sesuai dengan standar produk yang seharusnya atau kecacatan (reject). Kondisi ini pada setiap produksi bisa dipastikan sering terjadi. Untuk menghasilkan produk yang baik diperlukan metode pengendalian kualitas agar perusahaan dapat menghasilkan standar produk-produk yang lebih baik dan menuju kondisi zero defect. Penyimpangan yang terjadi bisa dianalisa dari faktor-faktor seperti sumber daya manusia, bahan baku serta fasilitas-fasilitas mesin yang digunakan demi mencapai target yang dikehendaki terutama kemasan botol plastik. PT. Inoplasindo Mas Perkasa didirikan pada tahun 2006 merupakan perusahaan yang memproduksi kemasan plastik salah satunya botol PET dengan berbagai merek. Dalam memproduksi botol, perusahaan menerapkan teknologi proses berbasis pada teknologi Blow dan Injection serta dikemas secara higienis dan saniter. Proses-proses tersebut dilaksanakan secara tertutup (closed system) dengan fasilitas peralatan produksi yang menjamin aspek kebersihan dan kesehatan produk dan ‘fully automatic’ khususnya pada proses Injection dan Blow. Dalam memproduksi kemasan botol PET, PT. Inoplasindo Mas Perkasa selalu mengutamakan kualitas produk disamping kualitas pelayanan. Dalam hal kualitas produk, spesifikasi mutu produk
3 yang selalu dijadikan rujukan adalah minimal memenuhi persyaratan produk kemasan plastik yang ditetapkan dalam Standar Nasional Indoneia (SNI). Tidak dapat dipungkiri dalam proses produksinya masih banyak terjadi penyimpangan sehingga produk tersebut tidak sedikit yang belum memenuhi persyaratan standar kualitas yang telah ditetapkan. Dengan data-data yang ada dan observasi, penyimpangan ditemukan bottom putih (bagian bawah botol berwarna putih), bottom tidak jadi (bagian bawah botol tidak jadi), x-gate lari, neck sumbing (bagian atas botol sumbing) dan neck retak (bagian atas botol retak). Berikut adalah jumlah data produksi botol PET hitungan satuan (pcs) yang menyimpang pada bulan Mei sampai dengan Juli tahun 2015 dalam mingguan sebagai berikut:
Gambar 1.2 Data Jumlah dan Jenis Kecacatan PT. Inoplasindo Mas Perkasa Bulan Mei – Juli 2015 Sumber: Pengolahan Data, 2015
Dari gambar diatas terlihat bahwa peyimpangan atau kecacatan masih ditemukan pada perusahaan dalam hitungan mingguan. Dalam konsep pengembangan berkelanjutan yang melibatkan tenaga kerja, maka diperlukan instrumen yang dapat membantu mengatasi masalah secara sistematis. TQM berhubungan dalam meningkatkan kualitas yang berfokus untuk menyelesaikan masalah yang terjadi setiap harinya. Ada beberapa instrumen atau metode peningkatan kualitas diantaranya, metode seven tools of quality, 7 news tools of quality dan six sigma.
4 Yuri dan Nurcahyo (2013) menjelaskan bahwa, “7 Alat Manajemen Kualitas (7 news tools of quality) adalah metode atau alat yang digunakan untuk mencari dan memecahkan masalah yang bersifat kualitataif.terdapat 7 buah tools yang berbeda jenis dan fungsinya, masing-masing dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan para pengguna ketika menganalisis masalah. Dan Six sigma adalah metodologi terstruktur untuk memperbaiki proses yang difokukan pada usaha untuk mengurangi variasi proses (process variances) sekaligus mengurangi cacat (produk atau jasa yang diluar spesifikasi) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif.” Metode yang dipakai untuk memecahkan masalah pada PT. Inoplasindo Mas Perkasa dalam mengurangi penyimpangan pada produksi produk botol menggunakan metode Seven Tools yang merupakan salah satu alat untuk mencari akar permasalahan
penyimpangan
kualitas,
sehingga
manajemen
kualitas
dapat
mengetahui akar permasalahan terhadap produk yang mengalami cacat, serta dapat mengetahui penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan. Berdasarkan latar belakang diatas, untuk membantu mengurangi penyimpangan yang terjadi saat proses produksi maka judul penelitian ini adalah “Analisis Penyimpangan pada Produksi Botol PET dengan Metode Seven Tools (Studi Kasus: PT. Inoplasindo Mas Perkasa)”.
1.2
Identifikasi Masalah •
Faktor-faktor apa saja yang menjadi penyebab penyimpangan pada produksi produk botol di PT. Inoplasindo Mas Perkasa?
•
Bagaimanakah solusi yang baik untuk meningkatkan kualitas dalam mengurangi penyimpangan saat produksi produk botol pada PT. Inoplasindo Mas Perkasa?
1.3
Tujuan Penelitian •
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab penyimpangan pada produksi botol di PT. Inoplasindo Mas Perkasa.
•
Untuk mengetahui solusi yang baik untuk meningkatkan kualitas dalam mengurangi penyimpangan produksi botol pada PT. Inoplasino Mas Perkasa.
5 1.4
Manfaat Penelitian •
PT. Inoplasindo Mas Perkasa Dengan hasil penelitian yang penulis lakukan, penulis harapkan agar PT. Inoplasindo Mas Perkasa dapat mengetahui dan mengurangi faktor-faktor penyebab terjadinya penyimpangan pada produksi botol dan menemukan solusi yang tepat untuk meningkatkan kualitas produk botol. Serta dapat bertahan dalam menghadapi persaingan dengan para kompetitor mereka, dan bisa memaksimalkan profit dengan solusi penulis hasilkan.
•
Bagi Penulis Manfaat yang didapatkan oleh penulis adalah menambah pengetahuan dan pengalaman dalam memberikan masukan dan memberikan solusi pada perusahaan.
•
Bagi Pembaca Menambah pengetahuan untuk para pembaca mengenai metode yang tepat untuk penelitian selanjutnya.
1.5
Penelitian Terdahulu Dasar atau acuan yang berupa teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil
berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang sangat perlu dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu yang digunakan sebagai dasar atau acuan adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti
Judul Penelitian
Hasil Penelitian
1.
Devendra A.
Improvement of
Parameter kualitas dua
Pathak, Jaydeep
Manufacturing
yaitu kinerja dan
S.Bagi
Process by
kehandalan juga
(2012)
Simulation
diperbaiki. Masalah garis
Technique: A Case
workstation ditangani
Study
dengan menggunakan teknik simulasi untuk
6 meningkatkan kualitas proses manufaktur. 2.
Ayman Bahjat
The Influence of
Adanya empat praktik
Abdallah
“Soft” and “Hard”
soft TQM,
(2013)
Total Quality
kepemimpinan
Management (TQM)
manajemen puncak,
Practices on Total
pelatihan, manajemen
Productive
tenaga kerja,
Maintenance (TPM)
dan fokus pelanggan
in Jordanian
yang positif dan
Manufacturing
signifikan terkait dengan
Companies
tingkat implementasi TPM. Praktik-praktik ini merupakan infrastruktur yang berhubungan manusia yang diperlukan untuk implementasi TPM sukses. Adanya tiga praktik hard TQM, perbaikan terusmenerus, umpan balik informasi, dan proses manajemen yang positif dan signifikan terkait dengan tingkat implementasi TPM. pentingnya praktek TQM keras dalam lingkungan yang kompetitif saat ini untuk membantu pembuatan perusahaan untuk mencapai tingkat
7 superior pelaksanaan TPM. 3..
Arash Shahin, S.
Proposing an
Dengan metode seven
Mohammad
Integrated
basic tools dan new
Arabzad and
Framework of Seven
quality management tools
Mazaher
Basic and New
dapat meningkatkan
Ghorbani
Quality Management
roadmap lebih efektif dan
(2010)
Tools and
Kerangka yang diusulkan
Techniques: A
tidak
Roadmap
hanya membantu dalam pemanfaatan yang efektif dari jangkauan yang lebih luas dari pendekatan, tetapi juga dapat memberikan lebih banyak pilihan untuk manajer dan analisis dalam menggunakan alat atau teknik yang lebih akurat, tergantung pada situasi.
4.
Darsono (2013)
Analisis
Melalui aktivitas
Pengendalian
pengendalian kualitas
Kualitas Produksi
secara berlapis
Dalam Upaya
selama berproduksi dapat
Mengendalikan
menekan tingkat
Tingkat Kerusakan
kerusakan hasil produksi
Produk
dan mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan. Penerapan metode pengecekan ganda / berlapis dalam
8 mengendalikan kualitas produk dan menekan terjadinya kerusakan produk terbukti. 5.
Afifah Yuciana
Alrizqi, Peningkatan Produktivitas
Faktor tenaga kerja menjadi penyebab utama
Wilandari, Abdul Benang Polyester
terjadinya kecacatan
Hoyyi
Cotton 45 Melalui
produk pada proses ini.
(2014)
Analisis Total
Hasil penerapan dari
Quality Control
Total Quality Control menunjukkan adanya kenaikan produktivitas benang Polyester Cotton 45 yang artinya produktivitas mengalami peningkatan.
Sumber: Pengolahan Data, 2015