I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar terdiri atas minuman ringan berkarbonasi atau minuman bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi mengandung karbondioksida yang merupakan ciri khas dalam setiap minuman ringan berkarbonasi (NSDA, 1999), minuman tersebut telah menggantikan minuman-minuman yang sehat seperti susu ataupun jus buah (Heasman, 2003). Pada tahun 1947 di Amerika Utara, konsumsi minuman ringan berkarbonasi mulai bertambah secara cepat
selama beberapa dekade. Pada tahun tersebut,
konsumsi minuman ringan berkarbonasi rata-rata tiap orang mencapai 2 kaleng per minggu. Laporan tahun 1997 menunjukkan bahwa konsumsi rata-rata minuman ringan berkarbonasi per orang sebesar 12 kaleng per minggu atau mendekati 2 kaleng per hari, dan pada tahun 1994-1996 menunjukan bahwa konsumsi rata-rata minuman ringan berkarbonasi per orang sebesar 4 kaleng per hari (Fraunhofer dan Rogers, 2004). Indonesia pada tahun 1977, konsumen bisa membeli 11 botol kecil minuman ringan berkarbonasi setiap bulannya dan pada tahun 2001 terjadi peningkatan menjadi 13 botol setiap bulannya. Dibandingkan dengan Indonesia, konsumsi minuman ringan berkarbonasi di negara lain jauh lebih tinggi (Sumolang, 2010). Konsumsi minuman ringan rata-rata anak-anak dalam sehari yaitu sebanyak dua hingga tiga kali sehari (Levy et al., 2003).
1
Meningkatnya
konsumsi
minuman
ringan
berkarbonasi
dapat
menimbulkan dampak negatif bagi tubuh anak-anak maupun remaja seperti obesitas dan masalah kesehatan gigi, (Heilman et al, 2006). Gigi desidui adalah gigi yang paling pertama tumbuh dalam rongga mulut dan akan digantikan oleh gigi permanen. Kalsium merupakan komponen utama dalam struktur gigi, kalsium melindungi gigi secara tidak langsung dengan cara memperkuat tulang rahang, memperkuat pertautan gigi dan tulang, dan mencegah terjadinya celah yang menyebabkan bakteri dapat terinvasi ke dalam gigi (Prasetyo, 2005). Minuman ringan berkarbonasi memiliki pH yang sangat rendah yakni dibawah 5,5 sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada permukaan gigi, serta mengandung karbohidrat yang mudah difermentasi, sangat asam, dan mempunyai adesi termodinamik yang sangat tinggi sehingga minuman ini tidak mudah dinetralkan oleh saliva (Heasman, 2003). Rongga mulut memiliki pH normal 7, derajat keasaman (pH) berperan pada erosi gigi karena pH yang rendah akan meningkatkan konsentrasi ion hidrogen dan ion ini akan merusak hidroksiapatit email gigi, terlarutnya email gigi juga dipengaruhi waktu melarut dan konsentrasi asam saliva (Schurs et al., 1991 cit. Prasetyo, 2005). Saliva merupakan cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Saliva memberi perlindungan baik pada mukosa maupun elemen gigi geligi melalui pengaruh buffer, pembersihan mekanis, demineralisasi dan remineralisasi. Pengaruh buffer menyebabkan saliva menahan perubahan asam (pH) di dalam
3
rongga mulut terutama dari makanan yang bersifat asam. Mekanisme buffer pada saliva disebabkan oleh susunan bikarbonat, yang meningkat sesuai dengan kecepatan sekresi. Hal ini dapat diartikan bahwa pH dan kapasitas buffer saliva meningkat sesuai dengan kenaikan laju kecepatan sekresi saliva. Bagian-bagian saliva lainnya, seperti fosfat dan protein, hanya merupakan tambahan sekunder pada kapasitas buffer. Ureum pada saliva dapat digunakan oleh mikroorganisme pada rongga mulut dan menghasilkan pembentukan amonia. Amonia tersebut akan menetralkan hasil akhir asam metabolisme bakteri, sehingga pH menjadi lebih tinggi. Pengaruh pH terhadap koefisien laju reaksi menunjukkan bahwa semakin rendah atau semakin asam media, maka semakin tinggi laju reaksi pelepasan ion kalsium dari email gigi (Kidd dan Sally, 2009). Pada penelitian yang dilakukan oleh Prasetyo (2005) minuman ringan berkarbonasi diketahui dapat merusak email, dan menyebabkan terlepasnya kalsium pada gigi, hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi proses erosi, yaitu jenis dan konsentrasi asam minuman, , pH dan kapasitas dalam minuman serta kandungan fosfat dan fluor yang ada dalam minuman. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Fraunhover (2004) mengatakan bahwa minuman tanpa karbonasi lebih menyebabkan terjadinya erosi daripada minuman ringan berkarbonasi. Data pada penelitian tersebut menyebutkan bahwa terjadinya kecepatan erosi lebih menekankan kepada komposisi dari minuman dibandingkan pH minumannya.
Untuk dapat kembali ke pH normal dibutuhkan waktu 30-60 menit. Oleh karena itu, konsumsi asam yang berulang-ulang dengan waktu yang cukup lama akan mempertahankan pH mulut dibawah normal dan menyebabkan erosi email (Kidd dan Sally, 1991).
B.Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh minuman ringan berkarbonasi terhadap pelepasan ion kalsium gigi desidui.
C.Keaslian Penelitian Penelitian tentang minuman ringan berkarbonasi sebelumnya telah dilakukan oleh Prasetyo (2005) dan Ilyas (2005). Terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan kali ini dengan penelitian terdahulu yaitu pada variable terpengaruh penelitian sebelumnya yaitu kekerasan email gigi sedangkan sekarang kelarutan ion kalsium gigi, dan objek penelitian terdahulu yaitu gigi permanen sedangkan sekarang gigi desidui.
D.Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh minuman ringan berkarbonasi terhadap pelepasan ion kalsium gigi desidui.
5
E.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah 1.
Bagi ilmu Pengetahuan Memberi informasi pada bidang kedokteran gigi mengenai pengaruh minuman ringan berkarbonasi terhadap pelepasan ion kalsium gigi desidui.
2.
Bagi Masyarakat Memberi informasi kepada masyarakat tentang dampak buruk minuman ringan berkarbonasi terhadap gigi susu.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.Telaah Pustaka 1.
Gigi Desidui Gigi desidui disebut juga gigi sulung, adalah gigi yang paling pertama
tumbuh dalam rongga mulut dan akan digantikan oleh gigi permanen, berjumlah 20 buah dengan jenis gigi insisivus, gigi kaninus, dan gigi molar. Gigi desidui berwarna lebih putih seperti susu dibanding gigi permanen dan relatif lebih kecil (Maulani dan Enterprise, 2005). Gigi desidui berfungsi sebagai pemberi jalan dalam pergantian gigi permanen, dan untuk mempertahankan oklusi yang baik dalam lengkung gigi (Harshanur, 1995).
a.
Struktur Gigi Desidui Email adalah lapisan terluar yang melapisi mahkota gigi. Email berasal dari
epitel (ektodermal) yang merupakan bahan lapisan terkeras pada tubuh manusia dan paling banyak mengandung kalsium. Struktur email adalah prisma (batang) email, dengan substansi interprismatik di antara prisma-prisma tersebut. Setiap batang terbentang pada keseluruhan tebal lapisan email. Setiap prisma letaknya tegak lurus terhadap permukaan dentin, dari batas email-dentin ke permukaan gigi, tetapi di bagian tengah tersusun dalam bentuk sedikit spiral. Tiap prisma dibentuk oleh satu ameloblas dan pada potongan melintang tampak seperti sisik serta dasar prisma-prisma email berbentuk heksagonal (Harshanur, 1995).
6