B3 BACKGROUND REPORT No 10
BBWSC Workshop on Strategies Water Allocation February 2011
TABLE of CONTENTS
CONCLUSIONS
GENERAL -
Invitation letter List of invitees Proposal Agenda Registration participants
PRESENTATIONS -
Opening - Dr Ir Djaya Murni Warga Dalam, Director Bina PSDA, DGWR Role of BBWSC in water allocation - Dr A Hasanudin, ME, Kepala BBWSC SOP for 3 cascades - Ir Rusfandi Usman, KNIBB Overview 6 Cis B3 - Alex Hamming, TA 6 Cis B3 Review Legislation - Nidhom, TA 6 Cis B3 Strategies - Alex Hamming, TA 6 Cis B3 Closing - Dr A Hasanudin, ME, Kepala BBWSC
STRATEGIES and MOUs
DISCUSSION NOTES
PHOTOS
CONCLUSIONS
CATATAN KESIMPULAN Lokakarya Alokasi Air Sistem Irigasi Jatiluhur di Hotel Savoy Homann, Bandung, 17 Februari 2011 Sebagai hasil Lokakarya Alokasi Air Sistem Irigasi Jatiluhur yang diselenggarakan pada hari Kamis, tanggal 17 Februari 2011, disimpulkan butir-butir sebagai berikut: 1) Upaya pengelolaan air dan distribusi air di daerah Citarum Hilir, khususnya di sistem irigasi Jatiluhur pada dekade terakhir ini memerlukan perhatian yang lebih serius dalam rangka memelihara ketahanan pangan ketahanan air, dan ketahanan energi yang kesemuanya penting untuk menjaga semua sendi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. 2) Terkait dengan masalah alokasi air di sistem irigasi Jatiluhur, Isu-isu strategis yang mengemuka adalah: (i) bahwa pesatnya alih fungsi lahan pertanian beririgasi, meningkatnya pengembangan wilayah sebagai akibat dari pertumbuhan kondisi sosial ekonomi, serta dampak perubahan iklim global mengakibatkan terjadinya pergeseran kebutuhan dan ketersediaan air yang berdampak pada alokasi air, (ii) pemanfaatan air irigasi yang belum memperhatikan aspek konservasi, (iii) belum optimalnya fungsi jaringan irigasi, serta belum memadainya pembiayaan O&P yang menyebabkan kinerja layanan irigasi yang belum optimal, (iv) rendahnya partisipasi masyarakat dalam sistem irigasi, khususnya dalam alokasi air, serta (v) masih diperlukannya perhatian yang lebih pada masalah gender dalam sistem irigasi. 3) Dari aspek legislasi terdapat isu-isu berupa (i) produk-produk hukum / peraturan yang masih kurang harmonis satu sama lain, (ii) kerancuan wewenang tanggung jawab antar insitusi, (iii) masih kurangnya koordinasi antar institusi, (iv) pelaksanaan pengelolaan yang masih kurang memperhatikan NSPM bidang sumber daya air. 4) Telah diusulkan sejumlah strategi untuk mengatasi permasalahan yang berkembang. Usulan itu berupa Strategi yang terkait dengan alokasi air ada 5 (lima) buah yaitu (i) kesepakatan dalam TKPSDA untuk menyalurkan air dari sistem Jatiluhur ke Jakarta untuk memenuhi kebutuhan air DMI yang semakin meningkat, (ii) perlunya dijamin penyediaan air untuk lingkungan (bagian hilir), (iii) strategi untuk mengatasi kebutuhan SOP adalah melakukan peninjauan dan evaluasi atas pola operasi bendungan sebagaimana disyaratkan dalam PP 37/2007, (iv) pemisahan penyaluran air untuk air DMI dan untuk irigasi, serta (v) strategi pengembangan alokasi air jangka panjang.
1
5) Dalam hal pengelolaan irigasi, telah dibahas 4 (empat) strategi yaitu (i) strategi untuk meningkatkan keandalan pembagian air melalui monitoring air irigasi dimana saat ini masih dianggap kurang kinerjanya, (ii) strategi untuk melimpahkan wewenang pelaksanaan kegiatan O&P irigasi Jatiluhur ke Pemerintah Daerah Jawa Barat (dari tangan PJT II), serta memperluas wilayah yang diserah-operasikan ke PJT II untuk pengusahaan airnya, (iii) strategi meningkatkan partisipasi masyarakat petani P3A dalam alokasi air dan distribusi, serta (iv) strategi pemberdayaan perempuan dalam irigasi yang dilakukan melalui akses Komisi Irigasi dan P3A/GP3A/IP3A. 6) Untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan produk-produk hukum memang dibutuhan langkah nyata dan segera berupa penyamaan persepsi dan kerjasama antar institusi; dalam jangka pendek dapat dilakukan penyusunan MoU, sehingga langkah-langkah secara nyata bisa diterapkan segera.
2
GENERAL
List of Invitees:
Proposal for Workshop on Water Allocation Jatiluhur
Activity Title: Workshop on Water Allocation Jatiluhur Proposer (Name, Div/Dept): Alex Hamming, TL component B.3 of the 6 Cis project Activity Proposed Start Date: 17 February 2011
Activity Proposed Duration: 1 day
Implementing Organization Contact: BBWS Citarum Thomas Panella ADB Activity Officer : Principal Water Resources Management Specialist ADB, Indonesia Resident Mission Phone: 62-21-251-2721, Fax: 62-21-2512749 e-mail:
[email protected]
1. Background and Rationale The city of Jakarta and its surrounding urban areas take water from the Jatiluhur reservoir through the West Tarum Canal. The reservoir, constructed in the 1960s, has the capacity to supply substantial quantities of raw water. Other main surface water users from the reservoir are the industrial areas in Bekasi and Karawang, and the irrigation farmers in the Jatiluhur system (240,000 ha). With the expanding population in Jakarta and the subsequent increasing water demand the need for increased efficiency in water allocation becomes crucial to safeguard future supply. Irrigation demand at present in the Jatiluhur area is about 83% of all water released from the reservoir. This percentage will decrease over time when the irrigation area will reduce due to urbanization and the introduction of water saving rice cultivation techniques. However, future irrigation demand will remain high and be in the range of 65% of the total demand by 2025. BBWSC is responsible for WRM in the whole Citarum basin. PJTII is the operator of the main system in the Jatiluhur area. Considering the high importance of the overall water supply, the project aims at developing strategies on water allocation in the Jatiluhur irrigation system so to safeguard sufficient water in the future for other users. The project is now completing its final recommendations on strategies. Discussions with key stakeholders are on-going to share the ideas and vision. A final workshop is planned on 17 February 2011 to presenting the project recommendations, in close collaboration with BBWS-C. 2. Objectives The objective of the workshop is to discuss all possible steps to improve surface water allocation in the Jatiluhur System, and conclude on what action could be taken in the near future.
1
Proposal for Workshop on Water Allocation Jatiluhur
3. Scope of Work / Description of Activities -
Presentation by BBWS-C on role of BBWS-C in water allocation and distribution Discussion: Clarification role of BBWSC and PJTII in water allocation
-
Presentation by SubDit Bendungan on of the 3 reservoirs cascade Discussion: Clarification on integrated standard operation of reservoirs by the operators (PJTII, PT. Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali) related to water allocation for irrigation, DMI and hydropower.
-
Presentation by TL 6 Cis B on overview project activities
-
Presentation by consultant 6 Cis B on review of water allocation related legislation Discussion: Clarification on ambiguities and overlaps in roles of Gov agencies related to water allocation and water distribution
-
Presentation by TL 6 Cis B on strategies Discussion: Share ideas/vision on proposed strategies, proceed with MoUs
-
Summarization of recommendations strategies/action plan, how to proceed
4. Implementation Schedule, Institutional Management Arrangements, and Proponent Qualifications The workshop will be held on 17 February 2011 in hotel Savoy Homann in Bandung. BBWSC will provide the moderators, master of ceremony and two rapporteurs. The project will take care of their remuneration. Participants of the workshop will include four resource persons that are still to be identified. The B.3 consultants have assessed the water allocation mechanisms in the Jatiluhur system and possible measures to improve the situation. They are now ready to present the results to the audience of responsible authorities and stakeholders (Dir Gen WR, Bapenas, BBWSC, PJTII, Dinas SDA Prov, Dinas SDA Kab/Kota, Irrigation Commission Prov/Kab, PT. Indonesia Power, PT. Pembangkitan Jawa-Bali, SPK-TPA, etc; see also list of participants). Alex Hamming is the TL of the 6 Cis B3 project and is responsible for the project implementation. Overall responsibility for organizing the workshop is with the BBWSC. 5. Expected Results The expected results are 1) increased awareness among the responsible authorities on the need to improve water allocation in the Jatiluhur irrigation area to reduce water consumption and to safeguarding the overall, future water demand; 2) formulation of specific recommendations for further action; 3) agreement on how to proceed (first step MoUs). 6. Deliverables Concrete deliverable is the Workshop Report with presentations, discussion notes, proposed strategies, action plan, outline of MoUs and projects, and agreement on how to proceed.
2
WORKSHOP on STRATEGIES WATER ALLOCATION for JATILUHUR Hotel Savoy Homann, Bandung Thursday, 17 February 2011 WAKTU
ACARA
PEMBICARA
08.30 - 09.00 Pendaftaran / Registrasi Peserta (Registration) 09.00 - 09.30 Pidato Kunci (Key Note ) dan Pembukaan (Opening )
Dr Ir Jaya Murni Warga Dalam, Director Bina PSDA, DGWR
09.30 - 09.40 Sambutan on ADB's views and position
ADB
Istirahat (Coffee Break)
09.40 - 10:00
P A P A R A N dan D I S K U S I (Presentations and Discussion) 10:00 - 10:30 Peran BBWS Citarum dalam Alokasi dan Distribusi Air (Role of Dr A Hasanudin, ME, Kepala BBWS-C BBWS-C in water allocation and distribution ) Kiswaya, ME, KaBid Pelaksanaan SA, BBWS-C 10.30 - 10.50 Diskusi (Discussion) : clarification on role of BBWSC and PJTII Ir Noor Tjahyono, Dipl HE (moderator) in water allocation 10:50 - 11.20 Standar Operasi waduk Saguling,Cirata dan Jatiluhur (SOP for Ir Rusfandi Usman, Komite the 3 reservoirs cascade) Nasional Indonesia Bendungan Besar 11.20 - 11.40 Diskusi (Discussion) : clarification on integrated standard operation of reservoirs by PJTII, PT.Indonesia Power and PT Pembangkitan Jawa-Bali
Ir Noor Tjahyono, Dipl HE (moderator)
11.40 - 12.00 Penjelasan singkat tentang aktivitas 6 Ci's B3 (Overview 6 Cis B3)
Alex Hamming (TA 6 Cis B3)
12.00 - 13:00
Isoma (Lunch Break )
13.00 - 13.30 Kajian Legislasi (Review Legislation)
M.Nidhom A (TA 6 Cis B3)
13.30 - 14.30 Diskusi (Discussion) : clarification on ambiguities and overlaps Dr Ruchimat, Pejabat in roles of Gov agencies related to water allocation and water Fungsional BBWS-C distribution 14.30 - 14:50
Istirahat (Tea Break)
14.50 - 15.20 Strategi (Strategies)
Alex Hamming (TA 6 Cis B3)
15.20 - 16.20 Diskusi (Discussion): share ideas/vision on proposed strategies, proceed with MoUs
Dr Ruchimat, Pejabat Fungsional BBWS-C
16.20 - 16.40 Kesimpulan dan Rekomendasi (Summary and Recommendations)
Dr Ruchimat, Pejabat Fungsional BBWS-C
16.40 - 16.50 Penutupan (Closing)
Dr A Hasanudin, ME, Kepala BBWS-C
PRESENTATIONS
Opening - Dr Ir Djaya Murni Warga Dalam, Director Bina PSDA, DGWR
Sambutan Dr. Ir. Jayamurni Wargadalam, MSc. Direktur PSDA a/n Dirjen SDA, dalam Workshop Alokasi Air Sistem Irigasi Jatiluhur, di Hotel Savoy Homann, Bandung, 17 Februari 2011 Yang saya Hormati Bapak Direktur Pengairan dan Irigasi Bappenas Bapak Thomas Panella selaku Representatif ADB Bapak-bapak Kepala Badan dan Dinas di lingkungan Provinsi Jabar dan kabupaten/kota dalam lingkup Citarum Hilir, Para Direktur di lingkungan Ditjen SDA Bapak dan Ibu para undangan serta hadirin sekalian,
Assalamulaikum Wr. Wb. Selamat Pagi dan Salam sejahtera bagi kita semua Marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas perkenanNya sehingga kita dapat berkumpul pada hari ini dalam suasana keakraban dan keadaan sehat walafiat. Sebagaimana sudah disampaikan didalam sambutan terdahulu maksud dan tujuan Lokakarya ini adalah membahas strategi alokasi air di sistem irigasi Jatiluhur, terkait dengan kegiatan pelaksanaan Proyek 6-CI (yaitu Citarum – Ciliwung – Cisadane – Ciujung – Cidanau – Cidurian) Komponen B. Proyek ini secara aktif mendukung Ditjen SDA Kementerian PU menyusun POLA dan Rencana Induk untuk Wilayah Sungai 6-CIs. Komponen B Proyek 6-CI mempunyai tugas untuk menyusun Pola dan Rencana pengelolaan SDA di Wilayah Sungai 6-CI; adapun Sub-Komponen B3 mempunyai tugas untuk menyajikan pendekatan strategi pengelolaan air permukaan dalam wilayah cakupan daerah irigasi Jatiluhur. Hadirin sekalian, Sebagai latar belakang dapat kami sampaikan bahwa beberapa tahun terakhir dirasakan kebutuhan yang mendesak untuk mengelola sumber daya air dalam 6 Ci secara terkoordinasi dan terintegrasi.
Sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk yang pesat, urbanisasi dan perubahan iklim global, maka dalam bidang sumber daya air dikenali isu-isu strategis yang berupa (i) pesatnya alih fungsi lahan pertanian beririgasi yang terletak pada lahan produktif, (ii) degradasi wilayah sungai akibat pengembangan permukiman dan industri yang kurang terkendali, (iii) terjadinya kenaikan polusi pada sumber air secara signifikan, (iv) pemanfaatan air tanah secara berlebihan melampaui daya dukungnya, (v) peningkatan kebutuhan air untuk DMI sejalan dengan pertumbuhan sosial ekonomi, (vi) pemanfaatan air irigasi yang belum memperhatikan aspek konservasi, (vii) belum optimalnya fungsi jaringan irigasi, serta belum memadainya pembiayaan O&P yang menyebabkan kinerja layanan irigasi yang belum optimal. Dari aspek regulasi pengelolaan sumber daya air dapat dikenali isu strategis antara lain (i) produk-produk hukum / peraturan yang masih kurang harmonis satu sama lain, (ii) kerancuan wewenang tanggung jawab antar insitusi, (iii) masih kurangnya koordinasi antar institusi, (iv) pelaksanaan pengelolaan yang masih kurang memperhatikan NSPM bidang sumber daya air. Dari aspek sosial, isu yang menonjol adalah (i) kurangnya partisipasi masyarakat petani / P3A dalam kegiatan O&P, serta (ii) masih dibutuhkannya peningkatan kesetaraan gender dalam pengelolaan airigasi. Ketahanan air sangat berpengaruh pada ketahanan pangan. Tanpa pengelolaan air yang baik, akan terjadi krisis air yang akibatnya sangat fatal bagi masyarakat. Dalam pengelolaan air itu dibutuhkan koordinasi antar institusi yang baik, serta partisipasi seluruh stakeholder secara aktif. Dalam melaksanakan tugasnya melakukan pengelolaan sumber daya air, Ditjen SDA Kementerian PU berlandaskan pada UUD 1945, UU 7/2004 tentang Sumber Daya Air, UU 32/2004 tentang Pemerintah Daerah, UU 24/2007 tentang Penanggulangan Bencana, UU 26/2007 mengenai Penataan Ruang, UU 25/2009 tentang Pelayanan Publik, UU 41/2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian. Peraturan Pemerintah yang digunakan adalah PP 82/2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran, PP 16/2005 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, PP 20/2006 tentang Irigasi, PP 38/2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, PP 50/2007 tentang Pelaksanaan Kerjasama Daerah, PP 7/2008 tentang 7/2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan, PP 42/2008 tentang Pengelolaan SDA, PP 60/2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintahan. Terkait dengan keberadaan Perum Jasa Tirta II adalah PP 7/2010. Selain itu digunakan sejumlah Perpres dan Permen, misalnya Perpres 12/2008 tentang Dewan SDA, Permentan 273/2007 tentang Pembinaan Kelembagaan Petani, Permen PU 30/2007 tentang Pengembangan dan
Pengelolaan Irigasi Partisipatif. Total terdapat lebih dari 10 buah Perpres dan Permen. Hadirin yang berbahagia, Ditjen SDA menetapkan langkah-langkah perbaikan pengelolaan SDA dalam mendukung ketahanan pangan berkelanjutan, yaitu peningkatan dan pengelolaan irigasi, optimalisasi lahan, dan peningkatan efisiensi penggunaan air, serta upaya terkait dengan konservasi sumber daya air. Untuk mengatasi pesatnya alih fungsi lahan, diperlukan pengendaliannya secara terpadu dengan memperhatikan perkembangan dan aspirasi masyarakat. Pengendalian itu juga ditujukan pada upaya mengatasi degradasi kondisi wilayah sungai akibat berkembangnya permukiman dan daerah industri; disertai dengan upaya konservasi untuk mencegah pencemaran sumber air. Untuk mengatasi pemanfaatan air tanah secara berlebihan, yang perlu diupayakan adalah penyediaan air permukaan sebagai substitusi sehingga pemompaan berlebihan dapat ditekan. Terkait dengan meningkatnya kebutuhan air, perlu dilakukan perencanaan alokasi air yang sesuai, disertai dengan pengaturan kebutuhan, serta optimalisasi penggunaan air. Peningkatan efisiensi penggunaan air memerlukan upaya berupa sistem monitoring dan sistem infromasi yang sesuai. Untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan produk-produk hukum, dibutuhan langkah segera berupa penyamaan persepsi dan kerjasama antar institusi; dalam jangka pendek dapat dilakukan penyusunan MoU, sehingga langkah-langkah secara nyata bisa diterapkan segera. Untuk jangka panjangnya dapat dilakukan upaya berupa harmonisasi peraturan perundangan. Upaya manajemen yang dapat ditempuh terkait dengan masalah institusi dapat dilakukan melalui reformasi organisasi, pengaturan kembali tugas wewenang dan tanggung jawab, serta melalui pembinaan SDM. Dengan demikian dapat diharapkan nantinya penerapan pengelolaan SDA bisa lebih effektif, termasuk kegiatan pengawasan dan penertiban, yang sebelumnya didahului dengan sosialisasi dan pembinaan masyarakat. Pembinaan P3A dan kesetaraan gender dapat dilakukan bersama-sama dengan institusi terkait, yaitu Kementerian Pertanian, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Kementerian Dalam Negeri. Pembentukan dan pembinaan P3A merupakan suatu hal yang cukup penting kerana hak guna air irigasi diberikan kepada petani melalui P3A. Diharapkan dari seminar ini dapat dihasilkan pokok pokok pikiran sebagai bahan penyusunan kebijakan dan strategi alokasi air secara serba cakup, yang
selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh masing masing pihak sesuai dengan kepentingannya. Hadirin yang berbahagia, Terimakasih atas segala perhatian hadirin sekalian dan semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Selamat Berlokakarya, Wabillahi taufik wal hidayah, Wassalamu’alaikum Warrahmatullohi Wabarokatuh.
Role of BBWSC in water allocation - Dr A Hasanudin, ME, Kepala BBWSC
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
PERAN BBWS CITARUM DALAM ALOKASI AIR DAN DISTRIBUSI AIR DI SISTEM IRIGASI JATILUHUR Oleh:
Kiswaya, ME
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
POKOK BAHASAN Reformasi pengelolaan SDA Citarum /Jatiluhur II. Dampak Reformasi pada BBWS III. Peran BBWS Citarum IV. Kebijakan dan strategi Pengelolaan Air Sistem Irigasi Jatiluhur I.
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
I. REFORMASI PENGELOLAAN SDA CITARUM /JATILUHUR (1)
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
I. REFORMASI PENGELOLAAN SDA DI CITARUM /JATILUHUR (2)
UU no 7 th 2004 tentang sumber daya air Merupakan produk reformasi bidang Sumber daya Air Menggantikan UU no 11 th 1974 tentang pengairan
Undang‐undang no 7 th 2004 tentang Sumber daya Air mengatur kembali : Wewenang dan tanggung jawab pengelolaan wilayah
sungai , pengelolaan cekungan air tanah, pengelolaan sistem irigasi baik yang dilakukan oleh pemerintah , pemda, masyarakat petani (P3A) Prinsip‐prinsip pengelolaan sumber daya air mengacu pada prinsip‐prinsip Good Governance
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
II. DAMPAK REFORMASI PADA BBWS & PJT II Proyek Induk pengembangan wilayah sungai Citarum pada tahun 2008 berubah menjadi Balai Besar Wilayah Sungai Citarum berdasarkan per men PU no 23/PRT/M/2008; Status PJT II diperkuat dengan PP no. 7/2010 Perubahan peran Lembaga baik PJT II maupun BBWS Citarum mengandung konsekwensi merubah focus dan pola pikir (mindset ) staffnya:
Pegawai BBWS Citarum yang sebelumnya banyak menangani proyek harus menggeser focus dari project oriented ke pengelolaan SDA yang bersifat pelayanan masyarakat.
Untuk Staff PJT II yang sebelumnya menangani semua hal terkait dengan pengelolaan SDA (dgn Perum Otorita Jatiluhur) berubah peran menjadi operator pengelolaan SDA. LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
III. PERAN BBWS CITARUM Fungsi BBWS Citarum: Pola & rencana pengelolaan SDA Rencana dan pelaksanaan pengelolaan kawasan lindung sumber
air pada wilayah sungai Pengelolaan SDA, mencakup konservasi, pendayagunaan, dan pengendalian daya rusak (termasuk pula pemantauan dan evaluasi atas kelayakan dan kinerja sarana & prasarana SDA) Rekomtek ijin penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengusahaan SDA Pelaksanaan O&P SDA Pengelolaan sistem hidrologi Fasilitasi koordinasi pengelolaan SDA Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan SDA Ketatausahaan Balai WS LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
Pola & rencana pengelolaan SDA
ASIAN DEVELOPMENT BANK
Penyusunan pola & rencana WS 6CIs pada saat ini didukung oleh konsultan
Pelaksanaan O&P SDA
Mencakup sungai, danau, waduk, sarana & prasarananya, Dilaksanakan melalui kerjasama dengan PJT II dan Dinas PSDA Provinsi
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Wilayah Kerja BBWS Citarum
Wilayah Administratif Sungai Citarum Wilayah Sungai Citarum, terletak di wilayah administrasi Provinsi Jawa Barat dengan luas +13.000 km: yang meliputi: 1.Kabupaten Bekasi 2.Kabupaten Karawang 3.Kabupaten Purwakarta 4.Kabupaten Subang 5.Kabupaten Cianjur 6.Sebagian Kabupaten Indramayu 7.Sebagian Kabupaten Sumedang 8.Sebagian Kabupaten Bandung 9.Sebagian Kabupaten Bogor 10.Kota Jakarta Timur 11.Kota Bekasi 12.Kota Bandung 13.Kota Cimahi
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
IV. KEBIJAKAN & STRATEGI PENGELOLAAN AIR SISTEM IRIGASI JATILUHUR
Asas utama: terpadu dan berkelanjutan Memerlukan koordinasi melalui Wadah Koordinasi yang sudah terbentuk: Dewan SDA (Nasional, provinsi) Komisi irigasi provinsi Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber
daya
Strategi:
Reformasi birokrasi Peningkatan kualitas dalam pelayanan publik Penataan sistem hukum Peningkatan partisipasi masyarakat Peningkatan pembinaan ketertiban umum
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
a) Reformasi birokrasi: Sasaran: Terwujudnya kejelasan, konsensus, dan komitmen bersama pada institusi terkait dengan pengelolaan SDA mengenai paradigma, sistem, dan strategi yang harus ditempuh dalam menghadapi krisis multi dimensi, tantangan perubahan‐perubahan kondisi sosial ekonomi politik, dan dalam penyelenggaraan pengelolaan SDA saat ini dan di masa datang. Melalui program: Penataan struktur yang proporsional Pengembangan profesionalisme Menerapkan insentif berbasis kinerja LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
b) Peningkatan Kualitas dalam Pelayanan Publik untuk mewujudkan Good Governance:
Sasaran: Terwujudnya pelayanan publik yang sesuai dengan asas‐asas umum good governance serta memberikan perlindungan yang layak kepada masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan publik Melalui program: Pembinaan dan pengembangan aparatur, yang mempunyai sasaran: Meningkatnya disiplin & kinerja aparatur Mantapnya budaya aparatur yg profesional dan cerdas Peningkatan kapasitas organisasi: Meningkatnya pelayanan adminstrasi Tertatanya regulasi manajemen Program peningkatan dan pemeliharaan sarana dan prasarana Program pengelolaan pengaduan masyarakat Pengelolaan informasi dan konsultasi Penyuluhan masyarakat Pengawasan internal secara effektif LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
c) Peningkatan Sistem Hukum Sasaran: Tersedianya produk hukum, terwujudnya sinergi penanganan perkara, meningkatnya budaya taat hukum, terwujudnya produk hukum yg harmonis, sesuai dgn aspirasi masy & kearifan lokal Melalui: Penataan /harmonisasi peraturan perundangan Peningkatan kesadaran hukum aparatur dan masyarakat
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
d) Peningkatan partisipasi masyarakat Sasaran: Terwujudnya kemanfaatan air dalam pengelolaan SDA secara partisipatif berbasis pada peran serta masyarakat Melalui: Program sosialisasi partisipasi masyarakat Program pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan rasa memiliki, rasa tanggung jawab, serta meningkatkan kemampuan masyarakat dlm pengel SDA Program monitoring & evaluasi partisipasi masyarakat
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
e) Pembinaan ketertiban umum Sasaran: Terwujudnya pengelolaan SDA yang dilakukan sesuai dengan kaidah pengelolaan yang baik dan tertib dan akuntabel. Melalui: Program sosialisasi kepada masyarakat tentang pengelolaan SDA yang baik Program pengawasan pengelolaan SDA dan pemberian peringatan / larangan dengan melibatkan masyarakat Program tindakan turun tangan / law enforcement LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Terima kasih
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
SOP for 3 cascades - Ir Rusfandi Usman, KNIBB
Bandung, 17-Februari- 2011 OLEH : TIM PENYUSUN KONSEP SOP KASKADE 3 WADUK SAGULING, CIRATA, JATILUHUR
LATAR BELAKANG GREENHOUSE EFFECT
The term greenhouse is used in conjunction with the phenomenon known as the greenhouse effect. Energy from the sun drives the earth’s weather and climate, and heats the earth’s surface; In turn, the earth radiates energy back into space; Some atmospheric gases (water vapor, carbon dioxide, and other gases) trap some of the outgoing energy, retaining heat somewhat like the glass panels of a greenhouse; These gases are therefore known as greenhouse gases; The greenhouse effect is the rise in temperature on Earth as certain gases in the atmosphere trap energy.
PENDAHULUAN Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur di Wilayah Sungai Citarum, merupakan prasarana sumber daya air yang secara nasional bernilai strategis dan vital dalam sektor produksi pangan, penyediaan energi listrik, penyediaan air baku dan pengendalian banjir. Data kapasitas waduk yang ada di Indonesia saat ini +7,9 milyar M3, sedangkan untuk 3 waduk yang ada di S. Citarum (Saguling, Cirata dan Jatiluhur) memiliki kapasitas tampungan + 4,5 milyar M3 (57 % dari total kapasitas waduk yang ada di Indonesia). Selain manfaat tersebut di atas, perlu disadari adanya potensi ancaman banjir jika waduk-waduk tersebut tidak dikelola dengan baik. Oleh karenanya diperlukan upaya pengaturan pengelolaan sumber daya air secara khusus yang berbasis kesetaraan antara pemanfaatan yang menghasilkan nilai ekonomi dan perlindungan lingkungan terutama di hilir waduk, sehingga tidak terjadi konflik kepentingan.
Kejadian bencana banjir di daerah Kabupaten Karawang dan Bekasi pada bulan Maret 2010 telah menggugah kesadaran masyarakat sebagai bagian stakeholders, untuk mempertanyakan pengaruh keberadaan beberapa waduk di sepanjang sungai Citarum terhadap kejadian banjir tersebut. Saat ini, setiap waduk tersebut sudah memiliki Standard Operation Procedure (SOP) sebagai pedoman pengelolaan dalam rangka menjaga kelestarian fungsi pelayanan, keamanan dan keselamatan. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, Menteri Pekerjaan Umum telah mengeluarkan Surat keputusan No. 344/KPTS/M/2010 tentang Pembentukan Tim Penyusun Konsep SOP Terpadu Kaskade 3 Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur, yang bertugas menyusun dan menyiapkan Konsep SOP Terpadu Kaskade 3 Waduk tersebut.
Tugas utama tim adalah menyusun Konsep SOP Terpadu Kaskade 3 Waduk dalam segala kondisi, terutama Kondisi Ekstrim. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka penyiapan SOP Terpadu, antara lain : 1.Melakukan kaji ulang (review) SOP yang sudah tersedia, 2.Menyelenggarakan Workshop 3.Merumuskan hasil Workshop 4.Menyiapkan konsep SOP Terpadu.
PP 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN BAB III PENGELOLAAN BENDUNGAN Pasal 72 1 Pengelolaan bendungan beserta waduknya untuk pengelolaan sumber daya air ditujukan untuk menjamin: a. kelestarian fungsi dan manfaat bendungan beserta waduknya; b. efektivitas dan efisiensi pemanfaatan air; dan c. keamanan bendungan. 2 Pengelolaan bendungan beserta waduknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan memperhatikan keseimbangan ekosistem dan daya dukung lingkungan hidup.
POLA PENGUSAHAAN WADUK SERI CITARUM 2010 MAKSIMUM MINIMUM NORMAL KERING
BASAH Sumber Data:
SPKTPA 2010
SUNGAI
CITARUM
TAHUN
Konsep SURAT KEPUTUSAN MENTERI PEKERJAAN UMUM TENTANG STANDARD OPERATION PROCEDURE (SOP) PENGELOLAAN TERPADU 3 WADUK KASKADE SAGULING, CIRATA DAN JATILUHUR SECARA TERPADU UNTUK ANTISIPASI MUSIM HUJAN YANG AKAN DATANG (SOP SEMENTARA)
Menimbang ...... dst Mengingat ........ dst Memperhatikan ...... dst Memutuskan/Menetapkan : Menetapkan pola operasi 3 waduk kaskade Saguling, Cirata dan Jatiluhur yang sudah ada, sebagai panduan pengoperasian secara terpadu dan terintegrasi.
Dengan Ketentuan : 1. Pola operasi waduk yang sudah disepakati bersama harus dipatuhi
dan
dilaksanakan
secara
konsekuen
oleh
masing-masing
pengelola waduk, dan harus tetap dikoordinasikan melalui tim koordinasi Sekretariat Pelaksana Koordinasi Tata Pengaturan Air (SPK-TPA) Sungai Citarum 2. Pada kondisi terjadi aliran air yang masuk ke dalam waduk yang
menyebabkan kecenderungan elevasi muka air waduk akan berada di atas elevasi batas atas pada ( pola basah), maka harus dilakukan tindakan operasi pengeluaran air secara bertahap sampai kembali pada elevasi pola basah atau sampai sampai pada batas aman dengan tetap memperhatikan daya tampung serta kemampuan pematusan di hilir.
Dengan Ketentuan :
3. Keputusan terhadap tindakan operasi sebagaimana
butir 2 ditetapkan oleh penanggung jawab pengelola waduk yang bersangkutan setelah dikoordinasikan dengan SPK-TPA 4. Selanjutnya, apabila terjadi kondisi lebih ekstrim dan
tindakan pada butir 2 sudah diupayakan namun kondisi semakin kritis, maka perlu dilakukan tindakan operasi pengeluaran air dengan lebih memperhatikan faktor
keamanan
bendungan
dan
keselamatan
lingkungan hidup serta mengacu pada rencana tindak darurat (RTD) .
5.
Keputusan terhadap tindakan operasi sebagaimana butir 4 ditetapkan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Air atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Pekerjaan Umum, setelah mendapat masukan/rekomendasi teknis dari penanggung jawab pengelolaan waduk dan instansi teknis terkait
6.
Pejabat tersebut pada butir 5 sekaligus bertindak sebagai pengendali / supervisi dari seluruh kegiatan operasi tersebut.
7.
Dalam hal terjadi kondisi yang sangat ekstrim, dan tindakantindakan operasi sebagaimana pada butir 2 dan 4 sudah diupayakan namun kondisi tetap semakin kritis serta dipandang telah membahayakan, terutama terhadap kondisi keamanan bendungan, maka perlu segera diambil langkah-langkah tindak darurat sesuai dan berdasar kepada pedoman RTD serta prosedur yang berlaku.
8
Keputusan terhadap tindakan darurat sebagaimana butir 7 ditetapkan
oleh
Gubernur
Jawa
Barat,
setelah
mendapat
persetujuan Menteri Pekerjaan Umum berdasar rekomendasi teknis dari Direktur Jenderal Sumber Daya Air serta masukan dari Penanggung Jawab Pengelolaan Waduk 9.
Pelaksanaan proses penanganan terhadap kondisi waduk dan kegiatan operasi 3 waduk kaskade Saguling, Cirata dan Jatiluhur khususnya pada butir 2, 4 dan 7 tersebut di atas, dilaporkan kepada Menteri Pekerjaan Umum
melalui Direktur Jenderal
Sumber Daya Air dengan ketentuan: Laporan mingguan untuk tindakan operasi pada butir 2 Laporan harian/setiap jam untuk tindakan operasi pada butir 4. Laporan terus menerus untuk tindakan operasi pada butir 7 10. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum ini berlaku terhitung sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam keputusan ini akan diperbaiki seperlunya
Lampiran‐I, Surat Keputusan Menteri PU No........., Tanggal ............. Pola Operasi Waduk
Keterangan: 1.Pola Operasi harus ditaati masing-masing pengelola waduk 2.Bila terjadi penyimpangan terhadap Pola, akibat curah hujan yang tinggi atau kekeringan, harus segera dilaporkan kepada Dirjen Sumber Daya Air, tembusan kepada para pengelola ke-3 waduk tersebut untuk ditindak lanjuti. 3.Kondisi muka air waduk (butir 2) harus dilaporkan kepada Dirjen Sumber Daya Air setiap hari , dengan menggunakan format terlampir
Lampiran‐II, Surat Keputusan Menteri PU No........., Tanggal ............. Format Laporan Contoh Laporan Muka Air Waduk Waduk ‐ Saguling/Cirata/Jatiluhur ‐‐‐‐(pilih salah satu ) No
Tanggal
Waktu
/Bulan /Tahun 1
2
3
4
20/07/2010
21/07/2010
22/07/2010
23/07/2010
Dst
Muka air waduk
Muka air waduk
Menurut Pola
Aktual
Pagi jam < 12 WIB
Sore jam> 12 WIB
Pagi jam < 12 WIB
Sore jam >12 WIB
Pagi jam > 12 WIB
Sore jam > 12 WIB
Pagi jam < 12 WIB
Sore jam > 12 WIB
Keterangan Tindakan Operasi yang dilakukan
Overview 6 Cis B3 - Alex Hamming, TA 6 Cis B3
Presentation 1 by AFJ Hamming (Overview)
1 Overview
Salam sejahtera bagi kita semua. Adalah suata kehormatan bagi Proyek 6 Cis - B3 untuk berpartisipasi dalam Lokakarya Alokasi Air Sistem Jatiluhur pada Wilayah Citarum. Untuk itu perkenankanlah kami me-nyampaikan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Jayamurni Wargadalam, MSc., Direktur PSDA Kepala BBWS Citarum yaitu Dr. Ir. Hasanudin, ibu Helana dari ADB dan beserta staff yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk me-nyampaikan (convey) pendapat kami. Selain itu perkenankanlah juga kami me-nyampaikan beberapa patah kata tentang proyek ini.
2 RBT
A. Proyek 6 CIs – Komponen B Sebagai realisasi Kerjasama antara Pemerintah Indonesia dengan ADB pada saat ini dilaksanakan “the Institutional Strengthening project for Integrated Water Resources Management (IWRM)” pada tiga wilayah yang mencakup 6 sungai utama yaitu Citarum, Ciliwung-Cisadane, serta Ciujung-CidanauCidurian. Cakupan wilayah kerja proyek termasuk dalam 3 provinsi: Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Provinsi Banten. Proyek ini secara mudahnya disebut sebagai Proyek 6-CIs Komponen B. Proyek ini secara aktif mendukung Ditjen SDA Kementerian PU me-nyusun POLA dan Rencana untuk Wilayah Sungai 6-CIs.
3, 4 Road Map
Sub-Komponen B3 bertujuan untuk meng-usulkan strategi alokasi air yang kemudian akan digunakan dalam POLA. Pendekatan ini sesuai dengan kerangka kerja dalam Matrik Intervensi dalam Road Map yang telah disusun oleh Pemerintah Indonesia dengan dukungan ADB, tahun 2009.
1
Presentation 1 by AFJ Hamming (Overview)
Alokasi Air untuk DMI dan Irigasi Salah satu isu strategis yang tercakup dalam POLA adalah alokasi air untuk berbagai kebutuhan (various needs) yang harus diatur agar berkelanjutan. Perlu difahami bahwa pengguna air yang terbesar dari system Jatiluhur adalah sector irigasi (yang meng-gunakan air sekitar 82% untuk mengirrigasi lahansawah seluas 231 ribu hektar), dan selebihnya untuk air bagi DMI. Dengan melakukan optimasi peng-gunaan air untuk irigasi melalui berbagai upaya – tetapi tanpa meng-urangi kinerja lahan irigasi - maka akan diperoleh tingkat pe-menuhan air untuk DMI yang lebih baik. Hal ini harus benar-benar di-upayakan agar kebutuhan pasokan airbaku DMI untuk daerah pengembangan permukiman yaitu Karawang, Bekasi, Jakarta di masa mendatang dapat terpenuhi. Pada saat ini debit aliran melalui Saluran Tarum Barat untuk pasokan airbaku Jakarta sebesar 16 m3/detik. PAM Jaya mem-perkirakan kebutuhan airbaku untuk WTP pada tahun 2020 menjadi 31 m3/detik.
5-11 Photo's
Kami sajikan beberapa foto prasarana sumber daya air Jatiluhur termasuk bendungan dan waduknya, spillway, Bendung Curug, Bendung Walahar, Saluran primer Tarum Barat, Utara dan Timur serta beberapa saluran sekundernya. Apabila ada beberapa komentar tentang system irigasi Jatiluhur kami dengan senang hati akan menerimanya.
Gambar ini adalah diagram jaringan sumber air Jatiluhur yang menunjukkan Saluran Tarum Barat (WTC), Saluran Tarum Utara (NTC), Saluran Tarum Timur (ETC) dan bangunan sadapan utama untuk suplesi di sungai-sungai Cibeet, Cikarang dan Bekasi. 12 Schema Lay-out
2
Presentation 1 by AFJ Hamming (Overview)
13 Challenges
Tantangan Hal-hal yang mengancam kinerja alokasi air dan kese/imbangan neraca air adalah:
Meningkatnya kebutuhan air baku untuk DMI, khususnya untuk daerah Karawang, Bekasi, dan DKI Jakarta;
Semakin menurunnya efisiensi penggunaan air irigasi yang disebabkan oleh kerusakan jaringan irigasi, cara peng-operasian system irigasi yang kurang tepat, dan budaya petani yang kurang mem-perhatikan konservasi;
Meningkatnya pen-cemaran air permukaan, baik oleh budidaya lahan, kegiatan tani, permukiman, maupun oleh industri;
Manajemen institusi pengelola irigasi yang masih me-merlukan penyempurnaan;
Usulan untuk mengatasi masalah Pemerintah Indonesia telah mempelajari sejumlah usulan untuk meng-atasi masalah seperti rehabilitasi saluran Tarum Barat dan rencana pembuatan siphon pada perlintasan Saluran Tarum Barat dengan Cikarang, dan Bekasi.
Juga melakukan studi pembuatan WTP di Jatiluhur dan meng-alirkan airnya melalui pipa sepanjang Saluran Tarum Barat. Pemerintah Indonesia dengan dukungan ADB merencanakan untuk melanjutkan Citarum Road Map ke Tranch II.
Strategi Proyek 6Cis Sub-Komponen B3 mencoba untuk mencari strategi untuk menyempurnakan kerangka pengaturan alokasi air yang dititikberatkan pada Sistem Irigasi Jatiluhur.
14 Strategies
Sub-Komponen B3 meng-usulkan sebanyak 11 strategi yang terbagi dalam 3 Kelompok. Secara rinci akan di-jabarkan dalam sessi ke-dua presentasi siang ini.
3
Presentation 1 by AFJ Hamming (Overview) Kesebelas strategi itu semuanya terkait baik secara langsung atau tidaklangsung dengan alokasi air. Apabila disetujui, strategi-strategi itu akan menjadi masukan dalam pe-nyusunan POLA dan RENCANA Wilayah Sungai 6Ci. Pe-netapan hargaair untuk air permukaan belum tercakup dalam presentasi hari ini, karena baru mulai dilakukan analisis sejak Februari 2011 (hal ini juga ada dalam Road Map). Pada presentasi sessi ke-dua kami akan membahas strategi dan rencana pelaksanaannya yang disertai dengan usulan Nota Kesepakatan (MoU). Kami juga me-nyajikan tabel ringkasan strategi dan rencana kegiatan.
15-17 Legislation Kajian Legislasi Langkah penting dalam proses melakukan identifikasi strategi yang kami usulkan adalah melakukan kajian legislasi. Kegiatan kajian itu dilakukan oleh Pak Nidhom Ashari. Beliau akan me-nyajikan hasil kajian itu khususnya tentang pembagian peran antar institusi dalam alokasi air, pembagian air, operasi dan pemeliharaan jaringan irigasi, serta perijinan. Presentasi kajian legislasi akan dilakukan sebelum presentasi tentang usulan strategi. Kedua presentasi itu akan diikuti dengan diskusi panel, dengan moderator ibu Ir Made/Chandra, didampingi oleh konsultan 6Cis, mr Paul Taylor, pak Wibowo dan pak Nidhom. Deliverables Hasil diskusi Lokakarya hari ini diharapkan akan dapat menjadi masukan dalam pe-nyem-purnaan konsep laporanakhir Sub-komponen B3. Diharapkan LaporanAkhir dapat di-selesai-kan dalam minggu depan. 18 List Reports
Sebagai tambahan Laporan Akhir kami telah me-nyiapkan enam Kertas Kerja (Background Reports No. 1, 2, 3, 7, 8 and 10) antara lain tentang: (a) Kajian legislasi, (b) alokasi air irigasi Jatiluhur, (c ) gender pada irigasi. Laporan2 ini mendukung LaporanAkhir. 4
Presentation 1 by AFJ Hamming (Overview)
19 Outputs
Keluaran dari lokakarya Kami berharap dapat memperoleh masukan dari anda untuk langkah2 lebih lanjut. Untuk me-man-faatkan momentum dalam penerapan strategi yang direncanakan kami mengusulkan implementasi pen-yusunan Nota Kesepakatan (MoU) pembagian peran antar institusi yang berfungsi sebagi titik-awal penerapan strategi. Kami berharap pada hari ini akan tercapai consensus tentang konsep MoU yang akan diterapkan.
Kerjasama Sebelum menutup presentasi ini ijinkanlah saya me-nyampaikan terima kasih kepada semua stakeholder (baik di Jakarta, maupun Jawa Barat; institusi pemerintah maupun non-pemerintah). Para stakeholder ini telah berpartisipasi - dengan memberikan banyak informasi dan - meluangkan waktu berdiskusi serta - me-nyampaikan ide-idenya.
Itu semua telah banyak membantu kami dalam memahami alokasi air dan menyusun usulan strategi. Terima kasih banyak.
5
MINISTRY of PUBLIC WORKS
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Overview of 6 Cis B3 project activities on Strategies Water Allocation Jatiluhur Alex Hamming
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 Areal view of the Jatiluhur reservoir
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 Morning glory spillway of the Jatiluhur dam (Jun’10)
View of the Citarum river downstream of the dam (Jun’10)
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Areal view of Curug weir
Curug weir, downstream
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 West Tarum, downstream of Curug, near bridge to Kerawang (Sep’10)
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Regulator in West Tarum, downstream of Curug (Sep’10)
Walahar weir, intake for NW and NE Tarum canals)
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 Outlet of the Cipancuk reservoir, East Tarum (Aug’10)
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 Secondary irrigation canal at North Tarum(Aug’10)
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 Schematic Overview of the Jatiluhur Irrigation System
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Challenges - Increasing water demand Jakarta; - Increasing water demand to replace the present excessive abstraction of groundwater (land subsidence, floods); - Increasing pollution of surface water.
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Proposed Strategies on 1) Authority surface water licensing 2) Operational dam licensing 3) Inter basin transfer 4) Instream, environmental river flow 5) Operational rules for reservoirs in licenses 6) Water conveyance from Jatiluhur to Jakarta 7) Long term water allocation planning 8) Flow monitoring irrigation 9) Authority irrigation operation 10) WUA participation in irrigation water distribution 11) Gender in irrigation
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 Review of Legislation related to Allocation/Distribution of Surface Water SUBJECT
LAW (UNDANG2) UU 7/2004
WATER RESOURCES (SUMBER DAYA AIR)
UU 22/1999
LOCAL GOVERNMENT (PEMERINTAHAN DAERAH)
UU 32/2004 UU 12/2008 UU 24/2007 UU 26/2007
REVIEW UU22/1999 REVIEW UU32/2004 DISASTER MANAGEMENT (PENANGGULANGAN BENCANA) SPATIAL PLANNING (PENATAAN RUANG)
UU 25/2009 UU 28/2009
PUBLIC SERVICE (PELAYANAN PUBLIK) LOCAL TAXES and FEES (PAJAK DAERAH dan RETRIBUSI
RELATED ARTICLE 1,11,13,15,22,2527,35,37,65,82,84
5-9,24,26,27 1,5,6,14,20,32,33,35,36 3,6,9,10,12,15 1,2,6,7,68,69,70,71
DAERAH)
UU 32/2009
PROTECTION and MANAGEMENT of ENVIRONMENT (PERLINDUNGAN & PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP)
GOV'MENT REGULATION
SUBJECT
(PERATURAN PEMERINTAH)
PP 20/2006 PP 38/2007
IRRIGATION (IRIGASI) DISTRIBUTION of GOV AFFAIRS BETWEEN CENTRAL, PROV and DISTRICT GOV (PEMBAGIAN URUSAN
12,13,14,3640,42,43,53,54
RELATED ARTICLE 1,7,17 16-18
PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMDA PROV, PEMDA KAB/ KOTA)
PP 7/2008
DECONCENTRATION and TASK ASSISTANCE
11,12,14-18
(DEKONSENTRASI dan TUGAS PEMBANTUAN)
PP 42/2008
WATER RESOURCES MANAGEMENT (PENGELOLAAN SDA)
PP 7/2010
PJTII
1,14,50,51,53,56,61, 63,79,81,84,88,95
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 MINISTERIAL REGULATION (PERATURAN MENTERI)
PERMEN PU 30/2007
GUIDELINE on PARTICIPATIVE IRRIGATION
PERMEN PU 31/2007
GUIDELINE on IRRIGATION COMMISSION
PERMEN PU 32/2007
GUIDELINE on O&M IRRIGATION SYSTEM
PERMEN PU 33/2007
GUIDELINE on WUA DEVELOPMENT
PERMEN PU 03/2008
GUIDELINE on DECONCENTRATION and TASK ASSISTANCE (DEKONSENTRASI dan TUGAS PEMBANTUAN) ORGANISATION BALAI BESAR
PERMEN PU 23/2008
RELATED ARTICLE
SUBJECT
LOCAL REGULATION
RELATED ARTICLE
SUBJECT
(PERATURAN DAERAH)
PERDA JABAR NO 2/2000 GOVERNMENT INVESTIGATOR (PENYIDIK PEGAWAI NEGERI
not yet collected
SIPIL)
PERDA JABAR NO 8/2005 RIGHT of WAY for WATER RESOURCES (SEMPADAN
7
SUMBER AIR)
PERDA JABAR NO 2/2009 DEV PLAN for MIDDLE TERM JABAR, 2008-2013 (RENCANA
5, 2.1.11, BAB IV 4.1
PEMBANGUNAN JANGHE MENINGAH, DAERAH PROV JABAR, TAHUN 2008-2013)
GOVERNOR REGULATION
PER GUB JABAR NO 41/2008
RELATED ARTICLE
SUBJECT
(PERATURAN GUBURNUR)
UTILIZATION of GROUNDWATER (PENDAYAGUNAAN AIR TANAH)
ALL
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 Ambiguities and Overlaps in Legislation Topic Water Licensing
Legislation PP7/2010 art 4-1c
Gov Regulation on PJTII
PerMen PU 23/2008, Art 6-d
Min Regulation on BBWS
Water UU7/2004, Art 41 Distribution PerMen PU ?/2008
Law on Water Resources
PJTII prepares technical recommendations for new licenses BBWSC prepares technical recommendation for license O&M for schemes > 3,000 ha to be carried out by Central Gov O&M main system is delegated by Central Gov to Prov
PP7/2010 art 4-2a, f
Min Regulation on TPOP (assistance O&M) Irigasi dan Rawa Gov Regulation on PJTII of operation of primaries/secondaries, maintenance of primaries Gov Regulation on PJTII
PerMen 23/2008, Art 6-f/g
Min Regulation on BBWS
BBWSC's role in management network and data
PerMen 23/2008, Art 6-c PP7/2010, Art 4 (2)h
Min Regulation on BBWS
PP42/2008, Art 93
Gov Regulation on WRM
Water PP7/2010, Art 4.2j Distribution
Gov Regulation on PJTII
BBWSC's role in disaster PJTII's support to Gov in diasaster management Badan National Penanggulangan Bencana (BNPB of BPBD = Nat/Prov Agancy for Disaster Coordination) role in disaster management PJTII supports community involvement in WRM
PP7/2010 Art 4.2b/c/e
Operation Network
Operation Head Works
Ambiquities/overlaps Ambiquity/overlaps in preparation technical recommendations for application licensing surface water usage Overlap in roles on irrigation water distribution of main irrigation hydraulic lay-out
O&M main system to be carried out by PJTII
PJTII's role in monitoring dicharges, evaluation data and O&M network
PerMen PU 30/2007, Art 6
Min Regulation on Participatory PU involves WUAs in O&M Irrigation, involvement of WUAs main lay-out
PerMen PU 32/2007, Art 1.3
Min Regulation on O&M Irrigation, participation of WUA in O&M irrigation
PU involves WUAs in O&M main lay-out
PP 38/2007, Appendix Agriculture-Irrigation
Gov Regulation on distribution of gov affairs; WUA development under Agriculture
Agriculture supports WUA development
Overlap in responsibilities in setting up/operation of Hydrological Monitoring Network, and data processing Ambiquity in operation head works during disasters
Ambiquity in responsibilities in WUA development (WUAs play a role in irrigation water distribution of main hydraulic lay-out)
MINISTRY of PUBLIC WORKS
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 List of Reports Report Type 1 Review of Framework National Legislation Background Report 2 Report on International Best Practice in Background Water Allocation Report 3 Report on Water Allocation Practices and Background Water Balance Jatiluhur Report
Topic Water Allocation / Groundwater Water Allocation Water Allocation
4 Report on Groundwater Issues in the Bandung Plain 5 Report on Groundwater Management in the Bandung Basin, Interim Report 6 Report ESDM Workshop on Groundwater Management Bandung-Soreang
Background Groundwater Report Background Groundwater Report Background Groundwater Report
7 Report on Gender in Irrigation
Background Water Allocation R t Background Water Allocation Report / Groundwater Background Groundwater Report Background Water Allocation Report Final Report Groundwater
8 Review of Framework Local Legislation 9 Report on Groundwater Issues in the Bandung Plain (updated version, see 4) 10 Report BBWSC Workshop on Water Allocation Jatiluhur 11 Report on Strategies and Action Plan, Groundwater 12 Report on Strategies and Action Plan, Water Allocation
Final Report Water Allocation
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Outputs of this Workshop 1) Increased awareness on need for more efficient water allocation/distribution in Jatiluhur 2) Principal agreement to follow up on strategies 3) Commitment to follow up on preparation MoU (discussions, identifying role sharing, signing)
Review Legislation - Nidhom, TA 6 Cis B3
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
KAJIAN LEGISLASI ALOKASI DAN DISTRIBUSI AIR PERMUKAAN DI SISTEM IRIGASI JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011 Oleh :
M. Nidhom Azhari 6 Ci’s ( Sub-Component B3) 1
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
2
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
POKOK BAHASAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
PENDAHULUAN DASAR HUKUM PERMASALAHAN KAJIAN LEGISLASI EVALUASI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
3
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MENINGKATNYA JUMLAH PENDUDUK DAN KUALITAS HIDUP BERDAMPAK TERHADAP MENINGKATNYA KEBUTUHAN AIR UNTUK BERBAGAI KEPERLUAN DI LAIN PIHAK JUGA TERJADI PERUBAHAN KUALITAS DAN KUANTITAS SUMBER DAYA AIR SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL DAN PENINGKATAN POLUSI AIR KUALITAS ALOKASI DAN DISTRIBUSI AIR BER‐ PENGARUH TERHADAP KEANDALAN AIR DI SISTEM IRIGASI JATILUHUR.
4
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
1.2. REFORMASI BIDANG SUMBER DAYA AIR REFORMASI BIDANG SUMBER DAYA AIR DILANDASI SEMANGAT DEMOKRATISASI, DESENTRALISASI, KETERBUKAAN DALAM TATANAN KEHIDUPAN BERMASYARAKAT, BERBANGSA, BERNEGARA DAN PERAN SERTA MASYARAKAT MENUJU TERWUJUDNYA GOOD GOVERNANCE/TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK. UNDANG UNDANG NO 7/2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR MERUPAKAN SALAH SATU HASIL REFORMASI YANG MENGGANTOKAN UU 11/1074 TENTANG PENGAIRAN.
5
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
II. DASAR HUKUM 2.1. UNDANG‐UNDANG UU 7/2004
: SUMBER DAYA AIR
UU 32/2004 UU 24/2007 UU 25/2009 UU 32/2009
: PEMERINTAHAN DAERAH : PENANGGULANGAN BENCANA : PELAYANAN PUBLIK
UU 41/2009
: PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP : PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
6
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
2.2. PERATURAN PEMERINTAH PP 82/2001 : PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENCEMARAN AIR PP 16/2005 : PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM PP 20/2006 : IRIGASI PP 38/2007 : PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMPROV, PEMKAB/KOTA PP 50/2007 : TATACARA PELAKS KERJASAMA DAERAH PP 7/2008 : DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN PP 42/2008 : PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PP 60/2008 : SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH PP 7/2010 : PERUM JASA TIRTA II 7
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
2.3. PERATURAN PRESIDEN / PERATURAN MENTERI PERPRES 12/2008 : DEWAN SUMBER DAYA AIR PERMENTAN NO 273/KPTS/OT.160/4/2007 : PEDOMANPEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI PERMEN KES NO 492/MENKES/PER/IV/2010 : PERSYARATAN KULITAS AIR MINUM PERMEN PU NO 30/PRT/M/2007 : PEDOMAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI PARTISIPATIF PERMEN PU NO 31/PRT/M/2007 : PEDOMAN MENGENAI KOMISI IRIGASI PERMEN PU NO 32/PRT/M/2007 : PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN PERMEN PU NO 33/PRT/M/2007 : PEDOMAN PEMBERDAYAAN P3A/GP3A/IP3A
8
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
2.4. PERATURAN DAERAH (JAWA BARAT) PERDA No. 8/ 2005 : SEMPADAN SUMBER AIR PERDA No. 8/ 2008 : IRIGASI
2.5. PERATURAN GUBERNUR (JAWA BARAT) PERGUB No. 16/2009 : PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU PERGUB No. 35/2009 : TUPOKSI, RINCIAN TUGAS UNIT DAN TATA KERJA DPSDA PROVINSI JAWA BARAT
9
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
2.6. KEPUTUSAN GUBERNUR (JAWA BARAT) KEPGUB No. 611/KEP.424‐DISPSDA/2009 : KOMISI IRIGASI PROVINSI JAWA BARAT KEPGUB No. 521.21/KEP.1322‐BINPROD/2009 : PENETAPAN RENCANA TANAM PADI RENDENG MT 2009/2010 SERTA TANAM PADI GADU & PALAWIJA MT 2010 DI DAERAH IRIGASI JATILUHUR KEPGUB No. 616/KEP.488‐DIS.PSDA/2010 : DEWAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA BARAT
2.7. KEPUTUSAN DIREKSI PJT II NO 11463/KPTS/2009 : RENCANA POKOK PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN AIR UNTUK TANAM PADI RENDENG MT 2009/2010, TANAM PADI GADU MT 2010 DAN TANAM PALAWIJA MT 2010 SERTA KEBUTUHAN AIR UNTUK AIR MINUM, INDUSTRI, PERKEBUNAN DAN PENGGELONTORAN KOTA TAHUN 2009/2010 10
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
III. PERMASALAHAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
DUPLIKASI FUNGSI LEMBAGA YANG TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI JATILUHUR FUNGSI FISIK PRASARANA MENURUN PERAN SERTA P3A RENDAH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PASOKAN AIR BAKU UNTUK AIR MINUM BELUM TERJAMIN PROSES PERIZINAN PEMANFAATAN DAN PENGUSAHAAN AIR PERMUKAAN BERJALAN KURANG TERTIB LEMAHNYA KOORDINASI ANTAR LEMBAGA PERATURAN PERUNDANG‐UNDANGAN TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI KURANG SELARAS LEMAHNYA PENEGAKAN HUKUM
11
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
IV. KAJIAN LEGISLASI 4.1. KEBIJAKAN PELAKSANAAN BIDANG PU PERMEN PU NO 03/PRT/M/2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KEGIATAN DEP. PU YG MERUPAKAN KEWENANGAN PEMERINTAH DAN DILAKSANAKAN MELALUI DEKONSENTRASI & TUGAS PEMBANTUAN
(a) KEBIJAKAN UMUM 1.
2.
PEMBINAAN PENYELENGGARAAN INFRASTRUKTUR MENDUKUNG OTONOMI DAERAH DAN PENERAPAN PRINSIP‐ PRINSIP GOOD GOVERNANCE PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BERBASIS PENATAAN RUANG UNTUK MENDUKUNG PUSAT‐ PUSAT PRODUKSI DAN KETAHANAN PANGAN . 12
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
(b) KEBIJAKAN OPERASIONAL SDA, antara lain: PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DILAKSANAKAN DENGAN MEMPERHATIKAN KESERASIAN ANTARA : Konservasi dan pendayagunaan Pemanfaatan air permukaan dan air tanah Pengelolaan Demand dan supply Pemenuhan kepentingan jangka pendek dan jangka panjang Hulu dan hilir
UPAYA KONSERVASI SUMBER‐SUMBER AIR DILAKUKAN UNTUK: Melestarikan kuantitas air Memelihara kualitas air ( PERMEN PU 03/PRT/M/2008 LAMP C1)
13
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.2. SISTEM PENGENDALIAN INTERN ADALAH SALAH SATU ALAT BERUPA PROSES INTEGRAL PADA TINDAKAN KEGIATAN YG DILAKUKAN SECARA TERUS MENERUS OLEH PIMPINAN DAN STAFF, UNTUK MEMBERIKAN KEYAKINAN YG MEMADAI ATAS TERCAPAINYA TUJUAN ORGANISASI, UNTUK MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YGBAIK, MELALUI: KEGIATAN YG EFEKTIF DAN EFISIEN KEANDALAN PELAPORAN KEUANGAN PENGAMANAN ASET NEGARA KETAATAN TERHADAP PERATURAN PERUNDANG‐ UNDANGAN (PP 60/2008 PS 1)
14
MINISTRY of PUBLIC WORKS
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
ASIAN DEVELOPMENT BANK
• KEGIATAN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN PEMERINTAH, PEMERINTAH DAERAH SESUAI DENGAN KEWENANGANNYA MENJAGA EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI, KUALITAS DAN KETERTIBAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR (PP 38/2007 SUB BIDANG SDA)
PP 20/2006 PS 36 :
1. 2. 3.
PENYEDIAAN AIR IRIGASI DITUJUKAN UNTUK MENDUKUNG PRODUKTIVITAS LAHAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN YANG MAKSIMAL DALAM HAL TERTENTU, PENYEDIAAN AIR IRIGASI DAPAT DIBERIKAN DALAM BATAS TERTENTU UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LAINNYA PEMERINTAH MENGUPAYAKAN : a. OPTIMALISASI PEMANFAATAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI b. KEANDALAN KETERSEDIAAN AIR IRIGASI SERTA PENGENDALIAN DAN PERBAIKAN MUTU AIR IRIGASI DALAM RANGKA PENYEDIAAN AIR IRIGASI 15
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.3. REFORMASI ORGANISASI PIMPINAN INSTANSI PEMERINTAH WAJIB MENCIPTAKAN DAN MEMELIHARA LINGKUNGAN PENGENDALAN YANG POSITIF DAN KONDUSIF MELALUI : • PENEGAKAN INTEGRITAS & NILAI ETIKA • KEPEMIMPINAN YANG KONDUSIF • KOMITMEN TERHADAP KOMPETENSI • PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN • PENDELEGASIAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB YANG TEPAT • PENYUSUNAN DAN PENERAPAN KEBIJAKAN YANG SEHAT TENTANG PEMBINAAN SDM (PP 60/2008 PS 4)
16
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PEMBENTUKAN STRUKTUR ORGANISASI YANG SESUAI DENGAN KEBUTUHAN DILAKUKAN MELALUI SEKURANG – KURANGNYA MELALUI : 1. MENYESUAIKAN DG UKURAN DAN SIFAT KEGIATAN. 2. MEMBERIKAN KEJELASAN WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB 3. MEMBERIKAN KEJELASAN HUBUNGAN DAN JENJANG PELAPORAN 4. MELAKSANAKAN EVALUASI DAN PENYESUAIAN PERIODIK TERHADAP STRUKTUR ORGANISASI SEHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS 5. MENETAPKAN JUMLAH PEGAWAI YANG SESUAI . (PP 60/2008 PS 8)
17
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
KEGIATAN PENGENDALIAN MELIPUTI : 1. REVIU ATAS KINERJA 2. PEMBINAAN SUMBER DAYA MANUSIA 3. PENGENDALIAN ATAS PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI 4. PENETAPAN DAN REVIU ATAS INDIKATOR DAN UKURAN KINERJA 5. PEMISAHAN FUNGSI 6. PENCATATAN YG AKURAT ATAS DAN TEPAT WAKTU ATAS KEJADIAN DAN (TRANSAKSI) 7. AKUNTABILITAS ATAS SUMBER DAYA 8. DOKUMENTASI YG BAIK ATAS KEJADIAN PENTING, TRANSAKSI DAN SISTEM PENGENDALIAN. (PP 60/2008 PS 18)
18
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.4. PEMBAGIAN WEWENANG /URUSAN PP 20/2006 1) PENG JAR
PP 38/2007
PP 7/2008 PP 7/2010
1) PENG JAR IRIGASI a) PENUGASAN
IRIGASI DESA: DINAS OPERASI & PRIMER & SEK : PERTA‐NIAN PEMELIHARAA PEM, PEM PROV KAB/KOTA N JAR IRIGASI & PEM 2) PENG JAR IRIGASI PRIMER & SEK KAB/KOTA JATILUHUR: PJT TKT USAHA TANI: (BIDANG PU ) II DINAS PERTANIAN 2) PENG JAR b) TUGAS KAB/KOTA IRIGASI DESA: PEMBAN‐ TUAN PEM DESA OP JAR IRIGASI PRIMER & SEK 3) PENG JAR KEPADA PEM IRIGASI PROVINSI TERSIER : MASY PETANI / P3A 19
MINISTRY of PUBLIC WORKS
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
ASIAN DEVELOPMENT BANK
4.5. ALOKASI DAN DISTRIBUSI AIR PROSES ALOKASI DAN DISTRIBUSI AIR DILAKUKAN SECARA TERPADU BERDASARKAN PRINSIP PARTISIPATIF DENGAN MELIBATKAN : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
MASYARAKAT PETANI ( P3A, GP3A ) JURU DAN PENGAMAT DINAS PSDA & PERTANIAN KAB/KOTA Dinas PSDA PROVINSI BBWS CITARUM PJT II KOMISI IRIGASI PROVINSI TK PSDA WS 6CI GUBERNUR MENTERI PU (PERMEN PU No. 32/PRT/M/2007)
20
21
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PENYUSUNAN RENCANA TATA TANAM YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH ( SISTEM IRIGASI JATILUHUR ) DILIMPAHKAN KEPADA GUBERNUR RENCANA TATA TANAM DI DAERAH JATILUHUR DISUSUN OLEH DINAS PROVINSI BERDASARKAN USULAN P3A DIBAHAS DAN DISEPAKATI DALAM KOMISI IRIGASI PROVINSI SERTA DITETAPKAN OLEH GUBERNUR. (PP 20/2006 ps 37)
22
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 521.21/KEP.1322‐ BINPROD/2009 TENTANG PENETAPAN RENCANA TANAM PADI RENDENG 2009/2010, TANAM PADI GADU DAN PALAWIJA MUSIM TANAM 2010 DI DAERAH IRIGASI JATILUHUR (MASA PENGERINGAN 1 BULAN 1 S/D 30 SEPT) PERATURAN GUBERNUR TSB MENETAPKAN WAKTU PENGERINGAN SELAMA 1 BULAN (1 S/D 30 SEPTEMBER ) UNTUK KEPERLUAN PEMERIKSAAN ATAU PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI SETELAH BERKONSULTASI DENGAN P3A KEPUTUSAN DIREKSI PJT II NO 11463/KPTS/2009 : RENCANA POKOK PENYEDIAAN DAN PENGGUNAAN AIR UNTUK TANAM PADI RENDENG MT 2009/2010, TANAM PADI GADU MT 2010 DAN TANAM PALAWIJA MT 2010 SERTA KEBUTUHAN AIR UNTUK AIR MINUM, INDUSTRI, PERKEBUNAN DAN PENGGELONTORAN KOTA TAHUN 2009/2010
23
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.6. SIFAT KEGIATAN PASOKAN AIR PP 16 /2005 PS 10 :
UNIT DISTRIBUSI WAJIB MEMBERIKAN KEPASTIAN KUANTITAS, KUALITAS, KONTINUITAS PENGALIRAN PP 82/2001 PS 8 DAN PERDA JAWA BARAT NO 3/2004 PS 7 :
KLASIFIKASI PERUNTUKAN AIR: • AIR BAKU AIR MINUM : KLAS 1 (KUALITAS TERBAIK) • AIR BAKU IRIGASI : KLAS 4 ( KUALITAS RENDAH) PERMEN KES 492/MENKES/PER/IV/2010 :
MENGATUR PENINGKATAN PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM
24
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
1. PEMERINTAH MENETAPKAN WAKTU PENGERINGAN DAN BAGIAN JARINGAN IRIGASI YANG HARUS DIKERINGKAN SETELAH BERKONSULTASI DENGAN P3A 2. PENGERINGAN DILAKSANAKAN UNTUK KEPERLUAN PEMERIKSANAAN ATAU PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI ( PP 20/2006 PS 58)
25
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.7. KEBERLANJUTAN SISTEM IRIGASI KEANDALAN AIR IRIGASI (MEMBANGUN WADUK, BENDUNGAN,
BENDUNG, POMPA) JARINGAN DRAINASE YG MEMADAI (MEMANFAATKAN KEMBALI AIR DRAINASE DAN MENGENDALIKAN MUTU) KEANDALAN PRASARANA IRIGASI (OPERASI & PEMELIHARAAN, DAN REHABILITASI) MENINGKATNYA PENDAPATAN MASYARAKAT PETANI DARI USAHA TANI ( DIVERSIFIKASI DAN MODERNISASI USAHA TANI) (PP 20/2006 PS 3)
26
MINISTRY of PUBLIC WORKS
1. 2. 3.
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PENYEDIAAN AIR IRIGASI DITUJUKAN UNTUK MENDUKUNG PRODUKTIVITAS LAHAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN YANG MAKSIMAL DALAM HAL TERTENTU, PENYEDIAAN AIR IRIGASI , DAPAT DIBERIKAN DALAM BATAS TERTENTU UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LAINNYA PEMERINTAH MENGUPAYAKAN : a. b.
OPTIMALISASI PEMANFAATAN AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI KEANDALAN KETERSEDIAAN AIR IRIGASI SERTA PENGENDALIAN DAN PERBAIKAN MUTU AIR IRIGASI DALAM RANGKA PENYEDIAAN AIR IRIGASI ( PP 20/2006 PS 36 )
27
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.8. KERJASAMA DAN PARTISIPASI MASYARAKAT PP 42/2008 ps 45: 1.
2.
PEMERINTAH, PEM PROVINSI DAN PEMERINTAH KAB/KOTA DAPAT MELAKUKAN KERJASAMA DALAM PELAKSANAAN KONSTRUKSI DAN/ATAU OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SDA KERJASAMA DAPAT DILAKUKAN DALAM PENYELENGGARAAN : • • •
KONSERVASI SDA PENDAYAGUNAAN SDA PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
28
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PP 42/2008 ps 46: 1.
PEMERINTAH ,PEMERINTAH PROVINSI, PEMERINTAH KAB/KOTA DAPAT MELAKUKAN KERJASAMA KONSTRUKSI DAN/ATAU OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SDA DG KELOMPOK MASYARAKAT ATAU BADAN USAHA DALAM BIDANG KONSERVASI SDA, PENGEMBANGAN DAN PENGUSAHAAN SDA SERTA PENGENDALIAN DAYA RUSAK AIR
2.
KERJASAMA DITUANGKAN DALAM BENTUK PERJANJIAN KERJASAMA PELAKSANAAN KONSTRUKSI DAN/ATAU OPERASI DAN PEMELIHARAAN SESUAI DENGAN PERATURAN PERUNDANG‐UNDANGAN.
29
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PP 50/2007 ps 2: TATACARA PELAKSANAAN KERJASAMA DAERAH PRINSIP KERJASAMA : A. EFISIENSI B. EFEKTIVITAS C. SINERGI D. SALING MENGUNTUNGKAN E. KESEPAKATAN BERSAMA F. ITIKAD BAIK G. MENGUTAMAKAN KEPENTINGAN NASIONAL DAN KEUTUHAN WILAYAH NKRI H. PERSAMAAN KEDUDUKAN I. TRANSPARANSI J. KEADILAN K. KEPASTIAN HUKUM.
30
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PERMEN PU No. 30/PRT/M/2007, PS 3: PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI DISELENGGARAKAN SECARA PARTISIPATIF DAN PELAKSANAANNYA DILAKUKAN DENGAN BERBASIS PADA PERAN SERTA MASYARAKAT PETANI P3A/GP3A/IP3A PERMEN PU No. 30/PRT/M/2007, PS 5: PRINSIP PARTISIPASI MASYARAKAT PETANI P3A/ GP3A / IP3A DALAM PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI : • • •
SUKARELA (MUSYAWARAH & MUFAKAT) KEBUTUHAN ,KEMAMPUAN, DAN KONDISI EKONOMI, SOSIAL , BUDAYA MASY YBS BUKAN BERTUJUAN UNTUK MENCARI KEUNTUNGAN 31
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PARTISIPASI MASY PETANI P3A/GP3A/IP3A (BERUPA PEMIKIRAN AWAL, PENGAMBILAN KEPUTUSAN, MATERIAL, DANA) DALAM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PENINGKATAN ,REHABILITASI, OPERASI & PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI
UNTUK MENINGKATKAN 1. RASA MEMILIKI 2. RASA TANGGUNG JAWAB 3. KEMAMPUAN MASY PETANI
MEWUJUDKAN EFISIENSI, EFEKTIVITAS, KEBERLANJUTAN SISTEM IRIGASI 32
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PERMEN PU No. 30/PRT/M/2007, PS 28: PARTISIPASI P3A/GP3A/IP3A DALAM KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI JARINGAN IRIGASI PRIMER & SEKUNDER DAPAT DILAKUKAN SETELAH P3A/GP3A/IP3A MELAKSANAKAN TANGGUNG JAWABNYA DALAM PENGELOLAAN JARINGAN IRIGASI TERSIER. PERMEN PU No. 30/PRT/M/2007, PS 6: PEMERINTAH/ PEMDA WAJIB MEMBUKA KESEMPATAN SELUAS‐ LUASNYA DAN MENDORONG MASY PETANI P3A/GP3A/IP3A UNTUK BERPARTISIPASI DALAM PEKERJAAN TERTENTU SESUAI DG SEMANGAT KEMITRAAN DAN KEMANDIRIAN
33
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.9. HAK GUNA AIR IRIGASI PP 20/2006 ps 33 1.
2.
3.
4.
HAK GUNA AIR IRIGASI DIBERIKAN KPD MASY PETANI MELALUI P3A PADA SETIAP DAERAH IRIGASI DIPINTU PENGAMBILAN PADA BANGUNAN UTAMA BAGI PERTANIAN RAKYAT PADA SISTEM YG SDH ADA DIPEROLEH TANPA IZIN, SEDANGKAN PADA SISTEM YANG BARU/ DITINGKATKAN BERDASARKAN PERMOHONAN IZIN HAK GUNA AIR IRIGASI DIBERIKAN PADA SUATU SISTEM IRIGASI SESUAI DENGAN LUAS DAERAH IRIGASI YANG DIMANFAATKAN HAK GUNA AIR UNTUK IRIGASI DIEVALUASI SETIAP 5 TAHUN OLEH MENTERI (GUB/BUPATI/WALIKOTA) UNTUK MENGKAJI ULANG KESESUAIAN ANTARA HAK GUNA PAKAI AIR UNTUK IRIGASI DENGAN PENGGUNAAN AIR DAN KETERSEDIAAN AIR PADA SUMBERNYA
34
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.10. PERIJINAN PP 25/2009 ps 17. PRINSIP‐PRINSIP PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK
1. 2. 3. 4. 5. 6.
KESEDERHANAAN ( MUDAH DIPAHAMI &MUDAH DILAKSANAKAN) KEJELASAN (PERSYARATAN TEKNIS & ADMINISTRASI PELAYANAN PUBLIK, RINCIAN BIAYA DAN TATA CARA PEMBAYARAN ) KEPASTIAN DAN TEPAT WAKTU AKURASI (PRODUK PELAYANAN DITERIMA DENGAN BENAR, TEPAT, DAN SAH) BERTANGGUNG JAWAB KELENGKAPAN SARANA & PRASARANA ( TERMASUK SARANA TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA) 35
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
7. KEMUDAHAN AKSES (TEMPAT DAN LOKASI SERTA SARANA
8. 9. 10. 11.
PELAYANAN YG MEMADAI DAN MUDAH DIJANGKAU OLEH MASYARAKAT DAN DAPAT MEMANFAATKAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI) KEJUJURAN KECERMATAN ( HATI‐HATI, TELITI) KEDISIPLINAN, KESOPANAN, DAN KERAMAHAN KEAMANAN DAN KENYAMANAN (PROSES DAN PRODUK PELAYANAN PUBLIK DAPAT MEMBERIKAN RASA AMAN, NYAMAN, DAN KEPASTIAN HUKUM)
36
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
STANDAR PELAYANAN MINIMAL MELIPUTI: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.
DASAR HUKUM PERSYARATAN PROSEDUR PELAYANAN WAKTU PENYELESAIAN BIAYA PELAYANAN PRODUK PELAYANAN SARANA DAN PRASARANA KOMPETENSI PETUGAS PEMBERI PELAYANAN PENGAWASAN INTERN PENANGANAN PENGADUAN,SARAN & MASUKAN JAMINAN PELAYANAN ( PP 25/2009 PS 19)
37
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PERGUB JAWA BARAT NO. 16/2009: TATACARA PELAYANAN PERIJINAN (TERPADU) MEKANISME PENGADUAN ALUR PROSES PERIJINAN WAKTU PENYELESAIAN 15 HARI
38
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.11. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI /P3A: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI /P3A DILAKSANAKAN DENGAN MENGACU PADA: 1. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 33/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBERDAYAAN P3A/GP3A/IP3A 2. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 273/KPTS/OT.160/4/2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI
39
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PEMBERDAYAAN P3A: UPAYA PENGUATAN DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN P3AP3A/GP3A/IP3A YANG MELIPUTI ASPEK KELEMBAGAAN, TEKNIS, DAN PEMBIAYAAN DENGAN DASAR KEBERPIHAKAN KEPADA PETANI MELALUI: PEMBENTUKAN PELATIHAN PENDAMPINGAN MENUMBUHKEMBANGKAN PARTISIPASI ( PERMEN PU NO 33/PRT/M/2007)
40
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PARA ANGGOTA KELOMPOK TANI MELIPUTI: 1. MENCIPTAKAN IKLIM YG KONDUSIF AGAR PETANI MAMPU
MEMBENTUK DAN MENUMBUHKEMBANGKAN KELOMPOKNYA SECARA PARTISIPATIF 2. MENUMBUHKEMBANGKAN KREATIVITAS DAN PRAKARSA ANGGOTA POKTAN UNTUK MEMANFAATKAN SETIAP PELUANG USAHA, INFORMASI DAN AKSES PERMODALAN YG TERSEDIA 3. MEMBANTU MEMPERLANCAR PROSES DALAM MENGIDENTIFIKASI KEBUTUHAN DAN MASALAH SERTA MENYUSUN RENCANA DAN MEMECAHKAN MASALAH YG DIHADAPI DLM USAHATANINYA
41
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4. MENINGKATKAN KEMAMPUAN DLM MENGANALISIS POTENSI PASAR DAN PELUANG USAHA SERTA MENGANALISIS POTENSI WILAYAH DAN SUMBER DAYA YG DIMILIKI UNTUK MENGEM‐ BANGKAN KOMODITI YG DIKEMBANGUSAHAKAN 5. MENINGKATKAN KEMAMPUAN UTK DPT MENGELOLA USAHA TANI SECARA KOMERSIAL, BERKELANJUTAN DAN AKRAB LINGKUNGAN 6. MENINGKATKAN KEMAMPUAN DLM MENGANALISIS POTENSI USAHA MASING‐MASING ANGGOTA UNTUK DIJADIKAN SATU UNIT USAHA YG MENJAMIN PADA PERMINTAAN PASAR DILIHAT DARI KUANTITAS, KUALITAS DAN KONTINUITAS 7. MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN UNTUK MENCIPTAKAN TEKNOLOGI LOKAL SPESIFIK (PERMEN TAN NO 273/KPTS/OT.160/4/2007)
42
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.12. PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DALAM HAL SUATU KAWASAN PERTANIAN PANGAN
BERKELANJUTAN TERTENTU MEMERLUKAN PERLINDUNGAN KHUSUS, KAWASAN TERSEBUT DAPAT DITETAPKAN SEBAGAI KAWASAN STRATEGIS NASIONAL.
PERLINDUNGAN KHUSUS DILAKUKAN DENGAN MEMPER‐ TIMBANGKAN: A. LUAS KAWASAN PERTANIAN PANGAN; B. PRODUKTIVITAS KAWASAN PERTANIAN PANGAN; C. POTENSI TEKNIS LAHAN; D. KEANDALAN INFRASTRUKTUR; DAN E. KETERSEDIAAN SARANA DAN PRASARANA PERTANIAN. ( PP 41/2009 PS 24)
43
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
DAERAH IRIGASI JATILUHUR LUAS LAYANAN: 231.000 HA > 10.000 HA TERMASUK KATEGORI DAERAH IRIGASI STRATEGIS NASIONAL YANG BER FUNGSI DAN DAN MANFAAT PENTING BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN NASIONAL (PP 20/2006 PS 16)
44
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
(PP 41/2009 PS 44) :
ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN 1) 2)
LAHAN YANG SUDAH DITETAPKAN SEBAGAI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DILINDUNGI DAN DILARANG DIALIHFUNGSIKAN. DALAM HAL UNTUK KEPENTINGAN UMUM, LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN SEBAGAIMANA DIMAKSUD PADA AYAT (1) DAPAT DIALIHFUNGSIKAN, DAN DILAKSANAKAN SESUAI DENGAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG‐UNDANGAN.
45
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
4.13. PEMISAHAN FUNGSI: ADANYA DUPLIKASI FUNGSI LEMBAGA MERUPAKAN KENDALA TERHADAP EFEKVITAS PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI JATILUHUR. UNTUK JANGKA PANJANG: PERLU PENGEMBANGAN/ PENINGKATAN KINERJA PJT II DENGAN PENGATURAN KEMBALI PENUGASAN TERHADAP PJT II AGAR BISA LEBIH
FOKUS PADA KEGIATAN YG TERKAIT DG PENGUSAHAAN PSDA. SEDANGKAN KEGIATAN OP IRIGASI JATILUHUR
SEPENUHNYA DI TP–OP KE PEM PROV JABAR MASIH SANGAT SEDIKIT OBYEK PSDA YANG DIPUNGUT JASA LAYANAN AIR PERMUKAAN YAITU WILAYAH CITARUM, BRANTAS DAN BENGAWAN SOLO DAN SISANYA BELUM DIPUNGUT. 46
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PP 7/2010 PS 3
WILAYAH KERJA PJT II ADALAH WS 6 CI, NAMUN YANG SUDAH DISERAHOPERASIKAN BARU DI KELOMPOK CITARUM ( 1 CI ). SALAH SATU ALTERNATIF UNTUK MENARIK REVENU DI 5 CI YAITU DENGAN MEMPERLUAS WILAYAH KERJA YANG DISERAH‐OPERASIKAN
47
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
V. EVALUASI 5.1. DUPLIKASI FUNGSI LEMBAGA LEMBAGA YANG TERKAIT DENGAN KEGIATAN OP IRIGASI JATILUHUR : PJT II : PP 7/2010 BBWS CITARUM : PERMEN PU NO 23/PRT/M/2008 DPSDAP JABAR : PERGUB 35/2009 DAN TP‐OP IRIGASI P3A : PP 20/2006 D TAN KAB/KOTA : PP 38/2007
48
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.2. KEANDALAN KETERSEDIAAN AIR PEMANFAATAN KEMBALI ( RE‐USE) SUDAH DIRINTIS Contoh: Bendung Lemah Abang, Bendung Ranggon, Bendung Jengkol PELAKSANAAN ALOKASI DAN DISTRIBUSI AIR BELUM TERTIB Alokasi air irigasi Jatiluhur:
Rencana: 8300 m3/ha/musim Realisasi: 14.400 m3/ha/musim (173%)
PENGENDALIAN MUTU BELUM EFEKTIF
49
MINISTRY of PUBLIC WORKS
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
ASIAN DEVELOPMENT BANK
5.3. KINERJA JARINGAN IRIGASI 5.3.1. PRASARANA FISIK No
Infrastructure
Unit
Nos WTC
NTC
ETC
Total
1
Primary Canals
Km
63.6
83.1
83.9
230.6
2
Secondary Canals
Km
526
383
521
1430
3
Drainage Canals
Km
429
1348
896
2673
4
Inspection roads
Km
295
604
466
1365
5
Dikes
Km
70
60
90
220
6
Reservoirs
Nos
0
1
1
2
7
Weirs
Nos
5
4
6
15
8
Pump (electric & hydraulic)
Nos
4
23
0
27
9
Bulk water pipes
Km
30
0
0
30
10
Diversion Structures
Nos
399
251
345
995
11
Gates
Nos
1078
728
1088
2894
12
Syphon in Primary Canals
Nos
5
4
15
24
13
Drop Structures
Nos
19
10
40
69
14
Silt-traps in Primary Canals
Nos
6
2
3
11
15
Sluices
Nos
91
92
120
30350
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.3.1. PRASARANA FISIK (Lanjutan) Saluran: sedimentasi sedang s/d berat Jalan inspeksi dan tanggul: banyak terjadi kerusakan Bangunan bagi (termasuk pintu pengatur): banyak yg rusak Bangunan ukur debit: Primer & sekunder fungsinya sangat menurun (alat ukur rusak, aliran tidak laminer, dll) Bangunan sadap: pintu sadap banyak rusak; alat ukur sadapan tidak berfungsi
51
MINISTRY of PUBLIC WORKS
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
ASIAN DEVELOPMENT BANK
5.3.2. PRODUKTIVITAS TANAM LUAS LAHAN PERTANIAN SEMAKIN TURUN Awal (1970‐an: 240 Ribu Ha) 2009/10: BBWS C: 235 ribu Ha; PJT II: 231 Ribu Ha; JIMI: 229 Ribu Ha;
INDEKS PERTANAMAN IRIGASI JATILUHUR: 214 % (RELATIF RENDAH) masih bisa ditingkatkan (300%?) SELAYAKNYA DITINGKATKAN HAMPARAN LAHAN SAWAH LUAS MELALUI KETERSEDIAAN AIR CUKUP MEMADAI
INTENSIFIKASI & TEKNOLOGI
PELUANG UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI PERTANIAN PANGAN ,GUNA MENUNJANG KETAHANAN PANGAN MASIH BESAR.
52
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.3.3. TATA TANAM DAN ALOKASI AIR PROSES PENYUSUNAN RENCANA TATA TANAM : DIMOTORI OLEH PJT II KURANG SESUAI DENGAN PROSEDUR YANG DIATUR DALAM PERMEN PU NO 32/PRT/M/2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN UNTUK JANGKA PENDEK PERLU LANGKAH PRAGMATIS YAITU KERJASAMA ANTARA PJT II DAN DINAS PSDA PROVINSI JAWA BARAT UNTUK PENGATURAN ALOKASI DAN DISTRIBUSI AIR DI SISTEM IRIGASI JATILUHUR. PELAKSANAAN PENGATURAN AIR IRIGASI DIDASARKAN ATAS RENCANA TAHUNAN PENGATURAN AIR IRIGASI (memuat RENCANA TAHUNAN PEMBAGIAN & PEMBERIAN AIR IRIGASI)
53
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PELAKSANAAN PENGATURAN AIR IRIGASI DIDASARKAN ATAS RENCANA TAHUNAN PENGATURAN AIR IRIGASI (memuat RENCANA TAHUNAN PEMBAGIAN & PEMBERIAN AIR IRIGASI) PEMBAGIAN DAN PEMBERIAN AIR IRIGASI DIMULAI DARI PETAK PRIMER, SEKUNDER SAMPAI DENGAN TERSIER DILAKUKAN SECARA TERUKUR OLEH PELAKSANA PENGELOLAAN IRIGASI SESUAI KEBUTUHAN MASING2
54
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
EVALUASI ALOKASI AIR DI SISTEM IRIGASI JATILUHUR DILAKSANAKAN OLEH TIM EVALUASI PENGATURAN AIR DAN SUMBER AIR ( TEPASA ) YANG DIBENTUK BERDASARKAN SURAT KEPUTUSAN DIRUT PJT II DENGAN ANGGOTA : 1. PJT II 2. PT. PJB 3. PT. INDONESIA POWER 4. BBWS CITARUM 5. DINAS PSDA PROV JAWA BARAT 6. PUSLIT AIR 7. BMKG DENGAN TELAH TERBENTUKNYA WADAH KOORDINASI ( KOMISI IRIGASI , TKPSDA WS 6 CI), MAKA FUNGSI TEPASA PERLU DISESUAIKAN DENGAN PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS TERSEBUT. Perlu proses transisi
55
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PENGERINGAN SALURAN (UNTUK MENDUKUNG EFEKTIVITAS KEGIATAN PEMELIHARAAN DAN REHABILITASI SALURAN) SULIT DILAKSANAKAN. BERDAMPAK PADA PENURUNAN FUNGSI JARINGAN / KEANDALAN FISIK PRASARANA. BEBERAPA FAKTOR PENYEBAB AL : POLA DAN TATA TANAM TIDAK DIPATUHI ALIRAN HARUS SELALU ADA PELAKSANAAN PENGERINGAN MENGGANGGU KELANGSUNGAN PASOKAN AIR BAKU AIR MINUM
56
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.3.4. SARANA PENUNJANG SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI PENGELOLAAN INFORMASI IRIGASI DAN KOMUNIKASI ANTARA PETUGAS OP IRIGASI DAN MASY PETANI KURANG BERJALAN DG BAIK. MEDIA IRIGASI YG BERUPA PAPAN PASTEN KURANG DIMAN‐ FAATKAN DG BAIK.
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI PERLU DIRANCANG DGN CERMAT UNTUK JANGKA PANJANG MEMPERHATIKAN KONDISI LAPANGAN DAN MEMANFAATKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI : PENGGUNAAN HANDPHONE KOMPUTERISASI DATA OP IRIGASI YG DPT DIAKSES OLEH STAKEHOLDER
57
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.3.5. ORGANISASI DAN PERSONALIA DI JATILUHUR : +230.000 HA UNIT KERJA/PETUGAS OPERASI & PEMELIHARAAN : RANTING/ PENGAMAT/ CAB DINAS: (5000 ‐ 7500 ) HA JURU/ MANTRI PENGAIRAN: ( 750 – 1500 ) HA PETUGAS OPERASI BENDUNG/ POB: ( 1 PER BENDUNG + PEKERJA EXTRA ) PETUGAS PINTU AIR/ PPA: ( 3 – 5 ) BANGUNAN BAGI /SADAP BERJARAK ( 2 – 3 ) KM ATAU DAERAH LAYANAN seluas (150 – 500)HA
58
MINISTRY of PUBLIC WORKS
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
ASIAN DEVELOPMENT BANK
PERKIRAAN KASAR KEBUTUHAN PERSONIL O&P SISTEM IRIGASI JATILUHUR perbandingkan dgn yg ada (?) No No
Posisi Posisi
Kapasitas Kapasitas per per Unit Unit /Org /Org
Cakupan Cakupan
Total Total Kebutuhan Kebutuhan (Org) (Org)
1
Ranting /Pengamat /Cabdin
5000 – 7500 Ha
230 ribu Ha
37
2
Juru /Mantri Pengairan
750 – 1500 Ha
230 ribu Ha
200
3
Petugas Op Bendung (POB)
Per Bdg: 1 POB + Pekerja
15 Bendung
75
4
Petugas Pintu Air
150 – 300 Ha
230 ribu Ha
1000
5
Kantor Koordinator O&P
30 Jumlah
1342 59
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.3.6. PARTISIPASI MASYARAKAT PETANI /P3A UU 7/2004 PP 20/2006 Permen PU 30/PRT/M/2007: partisipasi petani dilakukan melalui P3A Jumlah petak tersier diperkirakan sekitar 2500 petak tersier Data Perkembangan P3A th 2008 (Dinas PSDA Jabar): di Jatiluhur ada 63 buah P3A Beginner: 57 buah Intermediate: 6 buah Mati suri / belum aktif / belum terbentuk: (2500 – 63) buah Pembentukan dan pemberdayaan P3A adl merupakan strategi utk peningkatan partisipasi masyarakat petani.
60
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.4. PASOKAN AIR BAKU UNTUK AIR MINUM KUALITAS AIR BAKU AIR MINUM DITINGKATKAN PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM DITINGKATKAN
TREATMENT DITINGKATKAN
61
BERITA : DETIKNEWS Kamis, 06/05/2010 09:58 WIB
Pasokan Air di Jakarta Seret, Produksi Aetra Turun 60%
JAKARTA ‐ SEMINGGUAN INI SEBAGIAN WARGA JAKARTA MENGELUHKAN SERETNYA SUPLAI AIR DARI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM JAKARTA (PAM JAYA). TERSENDATNYA AIR TERSEBUT DIKARENAKAN ADA PENGURANGAN PASOKAN AIR YANG DITERIMA PARA OPERATOR MITRA PAM JAYA. "SUDAH SEMINGGU ADA MASALAH DENGAN AIR BAKU YANG DISUPLAI OLEH PERUM JASA TIRTA (PJT) II SEHINGGA KITA MENGALAMI PENURUAN PRODUKSI SAMPAI 60 PERSEN," UJAR PRESIDEN DIREKTUR PT AETRA AIR JAKARTA SYAHRIL JAPARIN SAAT DIKONFIRMASI DETIKCOM, KAMIS (6/5/2010). AETRA ADALAH SALAH SATU MITRA PAM JAYA. 62
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
KARAKTERISTIK / SIFAT KEGIATAN IRIGASI
1) TIDAK DIBEBANI BIAYA 2) 3)
JASA LAYANAN & PAJAK PERSYARATAN MUTU AIR RENDAH (KLAS 4) PASOKAN AIR BOLEH ADA JEDA (MASA PENGERINGAN, bagi pemeliharaan & rehab)
DMI
1) DIBEBANI BIAYA JASA 2) 3)
LAYANAN & PAJAK PERSYARATAN MUTU AIR TINGGI ( KLAS 1) PASOKAN AIR KONTINU
63
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PEMISAHAN FUNGSI OPERATOR PENGATURAN KEMBALI PENUGASAN URUSAN PEMERINTAHAN SUB BIDANG SUMBER DAYA AIR MELALUI : 1) TUGAS PEMBANTUAN O&P UNTUK SISTEM IRIGASI IRIGASI JATILUHUR DIBERIKAN SECARA PENUH KEPADA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT , SESUAI PRINSIP : SATU SISTEM IRIGASI SATU KESATUAN PENGELOLAAN
2) PENUGASAN KEPADA PJT II DIARAHKAN SEBAGAI
OPERATOR PSDA NON IRIGASI DAN BISA DIPERTIMBANGKAN OPSI PENGEMBANGAN WILAYAH KERJA YG DISERAHOPERASIKAN KE WILAYAH 2 CI &/ 3 CI ( PP 7/2010 PS 3) UNTUK MENGGALANG REVENU / JASA LAYANAN AIR PERMUKAAN
REFERENSI: TUGAS PJT I ; • Tidak mengelola O&P irigasi • Wilayah kerja yang diserah‐operasikan: WS Brantas WS B.Solo. 64
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
IMPLEMENTASI ?
BUTUH WAKTU & PERSIAPAN YG MATANG DALAM PENGORGANISASI ANNYA( PENYEDIAAN SUMBER DAYA & DANA ) UNTUK MEMENUHI STANDAR KEBUTUHAN SUMBER DAYA & DANA OP IRIGASI JATILUHURTERMASUK REVISI PERATURANNYA
65
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PEMISAHAN FUNGSI SALURAN (fungsi irigasi & fungsi layanan DMI) BERDASARKAN DATA JUMLAH ALIRAN (Setahun) DI SALURAN TARUM BARAT, KOMPOSISI ALIRAN : IRIGASI : 55 % DMI : 45 %
PEMBANGUNAN SALURAN DMI YANG TERPISAH DARI SALURAN IRIGASI PADA SALURAN TARUM BARAT AKAN MENINGKATKAN : KEPASTIAN KUANTITAS, KUALITAS DAN KONTINUITAS PASOKAN AIR BAKU DMI KHUSUSNYA AIR MINUM PENGELOLAAN REVENU YANG INTENSIF
66
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.5. PELAYANAN PERIZINAN PELAYANAN PERIZINAN PEMANFAATAN AIR PERMUKAAN DI SISTEM JATILUHUR BERLANGSUNG TIDAK TERTIB. PELAYANAN SAAT INI: SEBAGIAN PEMOHON DILAYANI OLEH PEMERINTAH MELALUI DITJEN SDA SEBAGIAN LAIN DILAYANI OLEH PEMERINTAH PROVINSI MELALUI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU / BPPT PROVINSI JAWA BARAT
67
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
PEMERINTAH AKSES LEBIH SULIT/ JAUH 2) SARANA –PRASARANA PELAYANAN KURANG LENGKAP 3) PERSYARATAN PERIZINAN (TEKNIS,ADM) & BIAYA & WAKTU LAYANAN BELUM DIATUR 1)
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
PEMERINTAH PROV JAWA BARAT
1) AKSES LEBIH MUDAH/ 2) 3)
DEKAT SARANA‐PRASARANA PELAYANAN RELATIF LEBIH LENGKAP PERSYARATAN PERIZINAN PEMANFAATAN & PENGUSAHAAN AIR (TEKNIS, ADM) , BIAYA & WAKTU SUDAH DIATUR (DLM PER GUB JABAR)
68
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.6. WADAH KOORDINASI KOMISI IRIGASI PROVINSI JAWA BARAT TERBENTUK PADA TGL 11 MARET 2009 MELALUI KEPGUB JAWA BARAT NO 611/Kep.424‐DisPSDA/2009. SUSUNAN: KETUA : KA BAPPEDA PROV JAWA BARAT KETUA HARIAN : KA DPSDA PROV JAWA BARAT SAMPAI SAAT INI BLM BERFUNGSI SEMESTINYA. DEMIKIAN PULA DEWAN SDA PROV DAN TK PSDA WS 6 CI (?) KONDISINYA TIDAK JAUH BERBEDA. PERLU PERHATIAN DAN DUKUNGAN SUMBER DAYA AGAR WADAH KOORDINASI TERSEBUT DIATAS BISA BERFUNGSI SEBAGAIMANA MESTINYA.
69
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5.7. PENEGAKAN HUKUM PELAKSANAAN PENGELOLAAN IRIGASI DI SISTEM IRIGASI JATILUHUR BERJALAN KURANG TERTIB. HAL INI DISEBABKAN BEBERAPA FAKTOR : PERATURAN PERUNDANG‐UNDANGAN HASIL REFORMASI YANG MERUPAKAN TURUNAN DARI UU 7/2004 ( PP 20/2006, PERMEN PU TENTANG IRIGASI PARTISIPATIF, PEDOMAN OP DLL ) BELUM BANYAK DIPAHAMI BAIK OLEH APARAT MAUPUN MASYARAKAT PETANI LEMAHNYA PENGAWASAN DAN UPAYA PENERTIBAN BELUM ADANYA KERJASAMA DENGAN LEMBAGA PENEGAK HUKUM
70
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1.
ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN DIDAERAH IRIGASI JATILUHUR (0,4 – 0,9 % PER TAHUN: Ref. JIMI). KONDISI TERSEBUT BERPOTENSI MENGGANGGU PRODUKSI PANGAN DAERAH IRIGASI JATILUHUR YANG MERUPAKAN DAERAH IRIGASI STRATEGIS NASIONAL. Karena itu HARUS DILINDUNGI SEBAGAI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN
2.
PENINGKATAN KINERJA IRIGASI DI SISTEM IRIGASI JATILUHUR MERUPAKAN LANGKAH STRATEGIS YANG PROSPEKTIF, dilakukan MELALUI: 1. PENGEMBANGAN ,PEMULIHAN , OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI YANG EFEKTIF , EFISIEN 2. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN 3. PENINGKATAN SARANA PENDUKUNG
HAL ITU UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN NASIONAL DAN KEANDALAN AIR
71
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
3. PEMBAHARUAN PETA DAERAH IRIGASI JATILUHUR PERLU SEGERA DILAKUKAN ,GUNA MELENGKAPI PENETAPAN/ PEMBAHARUAN HAK GUNA AIR IRIGASI DAN ALAT UNTUK MENGENDALIKAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI. 4. PEMBERDAYAAN P3A DALAM RANGKA PENINGKATAN PERAN‐ SERTA MASYARAKAT PETANI DALAM PENGELOLAAN IRIGASI MERUPAKAN LANGKAH STRATEGIS PRIORITAS TERKAIT UPAYA PENINGKATAN KINERJA IRIGASI JATILUHUR MELALUI KERJASAMA ANTARA PIHAK DINAS PERTANIAN KAB/ KOTA DENGAN DPSDA PROV JAWA BARAT, PJT II, DAN BBWS CITARUM
72
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
5. REFORMASI ORGANISASI / LEMBAGA YANG TERKAIT DENGAN PENGELOLAAN SISTEM IRIGASI JATILUHUR HARUS DILAKUKAN. HAL ITU SEBAGAI KONSEKWENSI REFORMASI BIDANG SUMBER DAYA AIR YANG BERORIENTASI PADA PERWUJUDAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BAIK DENGAN MENGACU PADA PERATURAN PERUNDANG‐UNDANGAN YANG BERLAKU.
73
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
6. PEMISAHAN TUGAS YG DIBERIKAN PEMERINTAH KEPADA PJT II YANG TIDAK SELARAS (ANTARA LAYANAN IRIGASI YANG TIDAK DIBEBANI PEMBAYAR AN JASA LAYANAN AIR PERMUKAAN DG LAYANAN DMI YANG DIBEBANI PEMBAYARAN JASA LAYANAN ). MERUPAKAN OPSI JANGKA MENENGAH YANG PERLU DIPERTIM‐ BANGAKAN: MENARIK KEMBALI PENUGASAN OP SISTEM IRIGASI JATILUHUR . SELANJUT NYA DITUGASKAN SEPENUHNYA KPD PEM PROV JAWA BARAT MELALUI TP‐OP IRIGASI. PJT II MERUPAKAN LEMBAGA ALTERNATIF YG BISA DIDAYAGUNA‐ KAN UNTUK EXTENSIFIKASI PENARIKAN JASA LAYANAN AIR PERMUKAAN MELALUI PENAMBAHAN WILAYAH YANG DISERAH‐ OPERASIKAN , TERUTAMA DIWILAYAH KERJA PERUSAHAAN SESUAI PP 7/2010 PS 3 (2) MELALUI REVISI PP 7/2010
74
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
7. PROGRAM JANGKA PENDEK: KERJASAMA ANTAR PARA PIHAK HARUS SEGERA DIUPAYAKAN ,GUNA SINERGITAS SUMBER DAYA DALAM RANGKA PEME‐ NUHAN STANDAR KEBUTUHAN SUMBER DAYA OPERASIONAL YANG TELAH DITETAPKAN DIDALAM PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARA AN JARINGAN IRIGASI DI SISTEM IRIGASI JATILUHUR YANG DITUANGKAN DALAM PERJANJIAN KERJA‐ SAMA (MoU) DENGAN MENGACU PADA PERATURAN PERUNDANG‐UNDANGAN YANG BERLAKU.
75
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
8. PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PERIZINAN PEMAN‐ FAATAN DAN PENGUSAHAAN AIR PER MUKAAN DI SISTEM JATILUHUR (YANG TERMASUK SALAH SATU BENTUK PELAYANAN PUBLIK) HARUS DIUPAYAKAN MELALUI DEKON‐ SENTRASI KEPADA GUBERNUR JAWA BARAT SEBAGAI PERWUJUDAN GOOD GOVERNANCE YANG PELAKSANAANNYA MENGACU PADA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO 03/PRT/M/2008 DAN REKOMENDASI TEKNIK DILAKSANAKAN OLEH TIM TEKNIS GABUNGAN YANG TERDIRI DARI (1) PJT II, (2) BBWS CITARUM, (3) DINAS PSDA PROVINSI JAWA BARAT
76
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
9. PEMBANGUNAN KONSTRUKSI SALURAN TARUM BARAT YANG TERPISAH ANTARA SALURAN IRIGASI DAN SALURAN DMI MERUPAKAN SALAH SATU OPSI YANG PERLU DIPERTIMBANG‐ KAN UNTUK JANGKA PANJANG DALAM RANGKA PENINGKATAN KEPASTIAN KUANTITAS , KUALITAS & KONTINUITAS LAYANAN AIR BAKU AIR MINUM ,GUNA MEMENUHI PP 16/2005 PS 10. PEMBANGUNAN PROYEK TERSEBUT DIATAS HARUS DIDAHULUI DENGAN STUDI KELAYAKAN PROYEK.
10. PENATAAN SISTEM HUKUM HARUS DILAKSANAKAN DLM RANGKA PERWUJUDAN GOOD GOVERNANCE MELALUI UPAYA KERJASAMA DALAM : HARMONISASI PRODUK HUKUM YANG TIDAK /KURANG SELARAS DESIMINASI PRODUK HUKUM PENGAWASAN DAN PENERTIBAN 77
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
11. PENGUATAN WADAH KOORDINASI ( KOMISI IRIGASI PROVINSI JAWA BARAT, TK PSDA WS 6 CI DAN DEWAN SDA PROVINSI JAWA BARAT YANG RELATIF BARU TERBENTUK) HARUS SEGERA DILAKUKAN DALAM RANGKA MENDUKUNG EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI ALOKASI DAN DISTRIBUSI AIR DISISTEM IRIGASI JATILUHUR MELALUI DUKUNGAN SUMBER DAYA YANG MEMADAI.
12. PENINGKATAN KAPASITAS APARAT YANG TERKAIT DENGAN ALOKASI DAN DISTRIBUSI AIR DI SISTEM IRIGASI JATILUHUR PERLU DIRANCANG DAN DILAKSANAKAN SECARA TERPADU DALAM RANGKA MEMENUHI (KUANTITAS DAN KUALIFIKASI ) STANDAR KEBUTUHAN OPERASIONAL YANG DITETAPKAN
78
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
13. PENINGKATAN KUALITAS PENGELOLAAN INFORMASI DAN KOMUNIKASI YANG TERKAIT DENGAN PE NGELOLAAN SISTEM IRIGASI JATILUHUR MELALUI : PEMBUATAN DATA DASAR IRIGASI TERPADU PEMBANGUNAN JEJARING KOMUNIKASI ANTAR PARA PIHAK ( P3A, GP3A, JURU, PENGAMAT, DINAS PSDA/ PERTANIAN PROVINSI , KAB/KOTA , PJT II, BBWS CITARUM
DENGAN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI KOMUNIKASI YANG BERKEMBANG DI MASYARAKAT.
79
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
TERIMA KASIH
80
Strategies - Alex Hamming, TA 6 Cis B3
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategies Water Allocation Jatiluhur System Alex Hamming
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Outputs of this Workshop 1) Increased awareness on need for more efficient water allocation/distribution in Jatiluhur 2) Principal agreement to follow up on strategies 3) Commitment to follow up on preparation MoU (discussions, identifying role sharing, signing)
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Synchronization legislation, MoUs Legislation: Overlaps and ambiguities in roles and responsibilities of Gov agencies related to: 1) Water Licensing 2) Water Distribution 3) Operation Hydrological Network 4) Operation Head Works First step is preparation of agreements between key players on role sharing (BBWSC, PJTII and Dinas PSDA Prov)
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Key Issues - Conclusions 1 Regulatory Framework, Licensing - Overlaps and ambiguities in role of Gov agencies - Exclusion of government controlled irrigation and PJTII/PLN power generation from need to hold a water licence - Debate, discussion on water licences has been about tax implications, less attention to use licensing as management mechanism 2 Water entitlements for irrigation - Water for small scale irrigation is free. Max delivery by Government is 2 ltr/sec/family), not linked to volume, does not take into account variation in demand - No flow measurements after diversion at Curug and Walahal, difficult to assess efficiency of water distribution - Irrigated area data may be outdated - Limited incentive to expend resources in improving the efficiency of irrigation water distribution because there is so much water
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Key Issues - Conclusions 3 Annual Water Allocation Planning -
BBWSC has important coordination role in annual planning Provincial Dinas PSDA is taking over the processing of smaller applications from the Central Government Operational agency, PJTII has operational and supply objectives, less involved in broad aspects of future basin demand and planning Macro-planning for water allocation (and other planning aspects) is at the stage of being developed in the Rencana for Citarum (with context of POLA). Will Rencana have sufficient information on long term water allocation? Better specific sub-plan for water allocation only.
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategies on WATER LICENSING Strategy 1 - Delegation licensing authority from Central to Provincial Government Strategy 2 - Operational licenses for operators of reservoirs and head works on WATER ALLOCATION Strategy 3 - Agreement on inter-basin transfer Strategy 4 - Asses/regulate instream flow for sustaining environment and other purposes Strategy 5 - (Pre) flood reservoir oper. (SOPs) incorporated in operational water licenses Strategy 6 - Separation water conveyance system between irrigation -DMI (WTC) Strategy 7 - Development of a Long Term Water Allocation Plan on IRRIGATION Strategy 8 - Flow monitoring for irrigation water distribution Strategy 9 - Delegation irrigation water distribution (O&M) from Central Gov to Prov Gov Strategy 10 - WUA participation in water distribution for irrigation Strategy 11 - Women participation in irrigation
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 1 - Delegation licensing authority from Central to Provincial Government - Citarum River Basin is National basin - Capacity constraints to process applications - Until 2011 most of smaller applications processed by Dinas SDA Prov - Since 01 Jan’11 all new applications processed by BBWS-C Proposal - Governor of West Java Province has legal responsibility for surface water licensing - Min of PU delegates responsibility for surface water licensing to Governor of West Java Province for the Citarum river basin - Delegation already been done in Central Java and West Java Provinces
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 2 - Operational licenses for operators reservoirs, head works - At present, only water users need licenses, not operators - Operational water license is license that specifies how hydraulic works must be operated (dams, reservoirs, other head works) - Need for operational licenses to protect downstream users - Inclusion of SOP International practices Dams/reservoirs are licensed in Australia. Include SOP (see Strategy 5). Protection downstream users (see Strategy 4): - Sydney Catchment Authority, NSW - Upper Mary River Water Supply Scheme, Queensland - Thomson Reservoir, NSW - Wyaralong Dam, Queensland
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 2 - Operational licenses for operators reservoirs, head works Proposal Surface water licenses should be issued to the following: 1 PLN subsidiaries (PT Indonesia Power, PT Pembakitan Bali Jaya) for operating Saguling and Cirata 2 PJTII for operating: - Jatiluhur (Juanda) reservoir - off-take works at Curug and Walahar on the Citarum River - East Tarum Canal and West Tarum canal (which are to be regarded as water sources)
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 3 - Agreement on inter-basin transfer - Flow of water between West Java Province (Citarum basin) and DKI Jakarta mentioned in POLA, agreed by TKPSDA - WJ Prov is not paid resources tax for water delivered to DKI (license issued by Pemda DKI) - Water supply contract must be consistent with POLA - Is Citarum basin part of RBT or separate basin? Proposal - Issue should be addressed in POLA - Inter-basin transfer regulated by agreement between WJ Prov and DKI Jakarta, endorsed by Min of PU - Agreement consistent with POLA for Citarum (or RBT) - Alternatively POLA should be consistent with agreements reached between the Provinces. Contracts for water supply entered into between PJTII and PDAM Jakarta should be consistent with inter-Provincial water agreement
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 4 - Regulation for instream flow to sustain environment etc - Water Law refers to water for environment - In annual planning/bi-weekly planning for Juanda reservoir adjustments are made to consider the environmental flow - Consultations with local people downstream headworks to asses their water needs? - Upper Citarum water runs very low at times - Lower Citarum plenty of water so less attention to environmental flow - Other, smaller basins situation would be different - Instream water needs of rivers for environmental purposes or any other purpose (domestic use communities, navigation, fisheries, tourism?) need more attention
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 4 - Regulation for instream flow to sustain environment etc Proposal - ‘no-drying out’ policy downstream of dams or other hydraulic works - Investigation of downstream water requirements (consumptive water users and other requirements) for all reservoirs, dams and other major headworks that are constructed across a significant stream - Regulation on instream and off-stream river flow - Include quantified environmental flow in license
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 5 - (Pre) flood reservoir operational rules (SOPs) incorporated in operational water licenses - Reservoirs subject to rules that minimize downstream damage risk, while considering the risk to the stability of the reservoir itself - At present, one SOP for all three conditions (normal, (pre) flood condition or dam critical condition), designed by the dam operators (PJTII, PT PBJ, PT Indonesia Power) - SOP for not authorized by Min of PU
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 5 - (Pre) flood reservoir operational rules (SOPs) incorporated in operational water licenses
Proposal - Flood and pre-flood operation rules consider minimum downstream risk - Incorporated into operational water licences (Strategy 2) - Penalties when breach of operation rules and downstream damage
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 6 - Separation water conveyance system between irrigation and DMI (West Tarum canal) - At present, water supply for DMI Jakarta and irrigation (NW Jatiluhur) uses one conveyance system, i.e. West Tarum Canal - Effective water distribution for irrigation is limited due to uncontrolled water off-takes from WTC - Water quality standard for irrigation is different than drinking water standard. DMI water of higher quality with guaranteed steady supply
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 6 - Separation water conveyance system between irrigation and DMI (West Tarum canal) - Treatment of bulk water for DMI use is expensive - Discussions on pricing of bulk water for DMI are on-going - Water for irrigation can be of lower quality, supply is not steady throughout year but as demanded depending on type of crops and cropping calendar - Maintenance of irrigation conveyance system requires WTC to be empty during maintenance, rehabilitation works
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 6 - Separation water conveyance system between irrigation and DMI (West Tarum canal) Proposal - Separation water conveyance for DMI and irrigation - Result in lower treatment costs, improvement water allocation Note: Studies to investigate on improved/extended water conveyance from Juanda reservoir to Jakarta include (1) upgrade capacity of present WTC, (2) pipeline along WTC, (3) WTP at intake Juanda + pipeline, (4) construction of Bekasi siphon, improvement water quality. Tranch II projects
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 7 - Development of Long Term Water Allocation Plan Long term water allocation plan is absent. Proposal - Plan to be developed. Complementary to the Rencana for Citarum (under preparation by 6 Cis B1, ready by mid 2012). Plan will have more details than Rencana. Focus on water allocation for Jatiluhur only. - TKPSDA review plan before approval by Minister PU and Governor of West Java Province - New plan will help in annual water allocation planning and distribution
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 7 - Development of Long Term Water Allocation Plan Plan should identify: - Whether Citarum River will meet full demand in 20, 30 and 50 years time, based on various assumptions and climate/hydrology scenarios (5 dry-wet) - What policies should be adopted for cases where full demand will not be met? - Who is responsible for action on water allocation from macro planning to monitoring and enforcement of water use conditions, and how their activities will be coordinated? - Data requirements for management and where data are held and who will use them - Measures and incentives to reduce water consumption in the case where full demand cannot be met
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 8 - Flow monitoring for irrigation water distribution - Water delivery by Government for small scale irrigation and daily basic needs is discussed in UU7/2004 (= max 2 ltr/sec/family) - PP 20/2006 on irrigation: water use for non-commercial agriculture should be licensed, not per individual farmer but for a group of farmers (WUA, tertiary block). Licenses take into account Water Rights - So far no licences issued: for existing users, already in operation before UU became effective, licenses are assumed to be in place. New schemes must apply for licenses. So far no new schemes in Jatiluhur were developed after 2004 - All community schemes with or without license (new and old) are not subject to (resource) tax and service fee
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 8 - Flow monitoring for irrigation water distribution At present, farmers do not possess licenses for use of irrigation water. This effect farmers: - farmers face lack of protection from encroachment by other water users - water operators tend to breach scheduling, not following the agreed crop planting schedule (Golangan)
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 8 - Flow monitoring for irrigation water distribution Proposal - As a first step to licensing farmers (farmer groups) irrigation water supply at secondary off-takes should be monitored and recorded over 3 years to estimate actual water supply at these points - Information to be evaluated and used for improved water allocation planning - Volumetric benchmarks, when determined should be used to protect the rights of the water users (farmers) at secondary block scale, in due course Note: proposed project includes socialization with farmers on effective use of irrigation water, setting up of an effective, simple communication system with gate operators
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 9 - Delegation of irrigation water distribution (O&M) from Central to Prov Gov - Present O&M of the Jatiluhur Irrigation System is under PJTII, in line with PP 7/2010 - Maintenance of the primary system, operation of primary and secondary lay-out is with PJTII - Maintenance of secondary lay-out is delegated to the Dinas SDA Province through TPOP - PJTII does not consider O&M irrigation as one of their core activities - Dinas SDA Province, in coordination with District Dinas SDA (Ranting Dinas) has long term experience in O&M irrigation
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 9 - Delegation of irrigation water distribution (O&M) from Central to Prov Gov Proposal - Delegation of all O&M tasks from PJTII to Dinas Province In line with the PP7/2008 (Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) whereby Central Government can hand over irrigation O&M to local Government - O&M tasks PJTII to be replaced by expansion of PJTII's commercial activities (raw water supply, electricity)? PJT's present working area is Citarum (originates from previous operator, i.e. Projek Otorita Jatiluhur). According Article 3 of PP7/2010 working area includes the Ciliwung/Cisadane and Ciujung/Ciliman /Cidanau river basins, however, until date these areas have not been handed over
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 10 - WUA participation in water distribution for irrigation - Without farmers participation it is more difficult to manage irrigation schemes effectively - In the past irrigation development excludes farmer participation - Government has recognized importance of WUA participation in irrigation O&M. Legislation has been developed (UU7/2004, art 64; PP 20/2006; PP 30/2007; PP 33/2007; PP 38/2008) - Programs, models for WUA participation (IWIRIP, 2001-2004; FMIS 1997-2005; WISMP Phase I 2006-2010; PISP 2006-2011) - Present institutional, capacity and budget constraints among Gov agencies still hamper effective O&M, water distribution
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 10 - WUA participation in water distribution for irrigation - In practice, farmer’s participation can be in the form of (i) coordination with scheme operators on cropping pattern, schedule, type of crops, Golongan planting plan, water allocation plan, water distribution between Golongans, etc (ii) operation, water distribution (iii) maintenance of irrigation system, and (iv) monitoring of irrigation system performance WUA development linked to improve water distribution in irrigation Proposal WUA strengthening (training O&M, communication with gov operators etc). Under responsibility of Dinas Agriculture Kab/Kota (PP 38/2008). Delegation O&M to Dinas Prov (Strategy 9), therefore need for good cross-sectoral cooperation between Dinas Prov PU, Dinas Kab PU and Dinas Kab Agriculture.
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 11 - Women participation in irrigation - Policy development for allocation of water for irrigation provides opportunity to assess areas where gender equity can be explored - Gender is addressed in National legislation (UU 7/1984 CEDAW and ImPres 9/2000 and PerMenDagri 15/2008 on Gender Mainstreaming) - Gender is not addressed in irrigation related legislation - Gender in irrigation is not popular. Does not help to have women nominated as members in Prov Irrigation Commission or WUAs - Reasons: 1) lack of farmers knowledge on gender mainstreaming, 2) little interest by women to become representative in PIC/WUA, 3) lots of WUAs are in dormant condition at Jatiluhur or have not been formed yet - Decision-making process is dominated by institutions that do not represent the gender issue or representation of women in PIC/WUAFs - Women play role at field level (selection of rice varieties, introduction of SRI, sanitation, sewage)
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Strategy 11 - Women participation in irrigation Proposal Overall strategy on gender in irrigation must gear towards women representation in Provincial Irrigation Commission and WUAFs - Women representation in the PIC. As a result: more influence on decision making in water allocation (annual, long term plan) - Strategy 9 strengthens position of women in PIC; O&M delegated to Prov; chair of PIC is also head of BAPPEDA Prov - Women representation in WUAs/WUAFs. As a result: more influence on planning seasonal crops, calendar, selection of seeds and rice cultivation, i.e. SRI
LOKA KARYA PENGELOLAAN AIR TANAH di CAT BANDUNG-SOREANG BANDUNG, 2 NOVEMBER 2010
Projects Project and action Develop Long Term Water Allocation Plan A Water Allocation Plan
Lead BBWS-C, assisted by Dinas SDA Prov, reviewed by TKPSDA
Timing Funding 2 years (6 Cis B1 project is APBN + External on-going)
B Licensing Support
Dinas SDA Prov
1 year, if agreed
- Review water licensing procedures/ activities at provincial level - Develop water licences for Juanda and main reservoirs - Identify capacity building requirements for extended licensing system - Provide and/or arrange training program C Environmental - Environmental assessment for surface water licences to assess instream flow Flow - Design environmental flow rules - Strengthening capacity of BPLHD Prov D Water Repair of Rehabilitation flow measurements structures primary (Tarum)/secondary canals Distribution and Monitoring Flow Monitoring program
Update info on irrigated area/water demand, develop procedures for improved water distribution
APBD
BPLHD Prov, assisted 2 years by Dinas SDP Prov
Dinas SDA Prov (repair) or BBWS-C (rehab) Dinas SDA Prov, assisted by Dinas Kabupatens
year 1
Dinas SDA Prov, assisted by Dinas Kabupatens
year 4
year 2-3
APBN + External
APBN (TPOP) / External
LOKA KARYA PENGELOLAAN AIR TANAH di CAT BANDUNG-SOREANG BANDUNG, 2 NOVEMBER 2010
Outline MoUs on role sharing No Issue a Surface Water License
b Surface Water Distribution (operationa l aspects)
Related Legislation PP7/2010 art 4-1c Gov Regulation on PJTII
Ambiquity in preparation technical recommendations PerMen PU for application 23/2008, Art 6-d licensing surface water usage
Min Regulation on BBWS
Overlap in roles UU7/2004, Art 41 Law on Water Resources on irrigation water distribution of PerMen PU ?/2008 Min Regulation on TPOP main irrigation (assistance O&M) Irigasi dan hydraulic lay-out Rawa Gov Regulation on PJTII of PP7/2010 Art operation of 4.2b/c/e primaries/secondaries, maintenance of primaries
PJTII prepares technical recommendations for new licenses BBWSC prepares technical recommendation for license
MoU between BBWSC-PJTII
Action Workshop BBWSC
Time Lead Feb'11 6 Cis B3
Focus Group discussion to discuss in detail the task distribution for preparing technical recommendations Preparation of draft MoU with task distribution Revision draft, preparation final
Feb'11 BBWSC
Signing final KB by DGWRM, Pres PJT II O&M for schemes > 3,000 ha to Dir Gen WRM - PJTII - Workshop BBWSC be carried out by Central Gov Dinas Prov O&M main system is delegated Focuss group discussion to discuss in by Central Gov to Prov detail the task distribution in operation of main lay-out O&M main system to be carried Preparation of draft Kesepakatan out by PJTII Bersama with task distribution, task Revision draft, preparation final Signing final KB by Dir Gen WRM (on behalf of Min PU) and Dir PJTII
Apr'11 BBWSC May'11 BBWSC Jun'11 BBWSC-PJTII Feb'11 6 Cis B3 Feb'11 BBWSC
Apr'11 BBWSC May'11 BBWSC Jun'11 Dir Gen WRM PJTII - Dinas Prov
LOKA KARYA PENGELOLAAN AIR TANAH di CAT BANDUNG-SOREANG BANDUNG, 2 NOVEMBER 2010
Outline MoUs on role sharing c Surface Water Distribution (operationa l aspects)
d Surface
Overlap in responsibilities in setting up/operation of Hydrological Monitoring Network, and data processing
Ambiquity in Water operation head Distribution works during (operationa disasters l aspects)
PP7/2010 art 4-2a, Gov Regulation on PJTII f
PJTII's role in monitoring BBWSC-PJTII dicharges, evaluation data and O&M network
Workshop BBWSC
Feb'11 6 Cis B3
PerMen 23/2008, Art 6-f/g
BBWSC's role in management network and data
Focuss group discussion to discuss in detail the task distribution in setting up operational hydrological monitoring network and data processing
Feb'11 BBWSC
Preparation of draft KB with task distrib tion Revision draft, preparation final
Apr'11 BBWSC
Min Regulation on BBWS
PerMen 23/2008, Art 6-c
Min Regulation on BBWS
BBWSC's role in disaster management
PP7/2010, Art 4 (2)h
Gov Regulation on role PJTII
PJTII's support to Gov in diasaster management
PP42/2008, Art 93 Gov Regulation on WRM
e Surface Water Distribution (operationa l aspects)
PP7/2010, Art 4.2j Ambiquity in responsibilities in WUA PerMen PU development 30/2007, Art 6 (WUAs play a role in irrigation water PerMen PU 32/2007, Art 1.3 distribution of main hydraulic layout) PP 38/2007, Appendix AgricultureIrrigation
Gov Regulation on PJTII
Badan National Penanggulangan Bencana (BNPB of BPBD = Nat/Prov Agancy for Disaster Coordination) role in disaster management PJTII supports community involvement in WRM
Min Regulation on Participatory PU involves WUAs in O&M Irrigation, involvement of WUAs main lay-out Min Regulation on O&M PU involves WUAs in O&M Irrigation, participation of WUA main lay-out in O&M irrigation Gov Regulation on distribution Agriculture supports WUA of gov affairs; WUA development development under Agriculture
BBWSC-PJTIIBNPB/BPBD
Signing final KB by DGWRM and President PJT II Workshop BBWSC
May BBWSC '11 Jun '11 BBWSC-PJTII Feb'11 6 Cis B3
Focuss group discussion to discuss in Feb'11 BBWSC detail the task distribution in disaster mitigation measures Preparation of draft kesepakatan bersama Apr'11 BBWSC with task distribution
Dinas Agriculture Dinas SDA - PJTII
Revision draft, preparation final
May'11 BBWSC
Signing final KB by DGWRM, President PJT II, head BNPB/BPBD
Jun'11 BBWSC-PJTIIBNPB/BPBD
Workshop BBWSC
Feb'11 6 Cis B3
Focuss group discussion to discuss in detail the task distribution in WUA dPreparation l t draft KB with task of
Feb'11 BBWSC Mar'11 BBWSC
distribution in WUA development Revision draft, preparation final
Apr'11 BBWSC
Signing final KB by Dir Gen WRM (on May'11 Dinas Agriculture behalf of Min PU), Governor, Bupatis and Dinas SDA - PJTII Dir PJTII
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Outputs of this Workshop 1) Increased awareness on need for more efficient water allocation/distribution in Jatiluhur 2) Principal agreement to follow up on strategies 3) Commitment to follow up on preparation MoU (discussions, identifying role sharing, signing)
MINISTRY of PUBLIC WORKS
ASIAN DEVELOPMENT BANK
LOKA KARYA STRATEGI ALOKASI AIR JATILUHUR BANDUNG, 17 FEBRUARI 2011
Thank you
INTEGRATED CITARUM WATER RESOURCES MANAGEMENT PROGRAM
Closing - Dr A Hasanudin, ME, Kepala BBWSC
Sambutan Penutupan Lokakarya Alokasi Air Sistem Irigasi Jatiluhur – oleh Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum, di Hotel Savoy Homann, Bandung, 17 Februari 2011 Yang saya Hormati Bapak Direktur Pengairan dan Irigasi Bappenas Bapak Thomas Panella selaku Representatif ADB Bapak-bapak Kepala Badan dan Dinas kabupaten/kota dalam lingkup Citarum Hilir,
di
lingkungan
Provinsi
Jabar
dan
Bapak-bapak Direktur di lingkungan Ditjen SDA Bapak dan Ibu para undangan serta hadirin sekalian,
Assalamulaikum Wr. Wb. Selamat Sore dan Salam sejahtera bagi kita semua Marilah kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas perkenanNya sehingga kita dapat menyelesaikan semua agenda pada Lokakarya Strategi Alokasi Air Sistem Irigasi Jatiluhur. Upaya pengelolaan air dan distribusi air di daerah Citarum Hilir, khususnya di sistem irigasi Jatiluhur pada dekade terakhir ini memerlukan perhatian yang lebih serius , dalam rangka memelihara ketahanan pangan yang selalu terkait dengan kesejahteraan masyarakat petani melalui peningkatan produktivitas lahan. Selain itu juga perlu dilakukan untuk menjaga ketahanan air dan ketahanan energi yang kesemuanya penting untuk menjaga semua sendi kehidupan dan kesejahteraan masyarakat. Pada awal sambutan, Bapak Direktur Bina PSDA telah menyampaikan bahwa Sebagai dampak dari pertumbuhan penduduk yang pesat, urbanisasi dan perubahan iklim global, maka dalam bidang sumber daya air dikenali isu-isu strategis yang berupa (i) pesatnya alih fungsi lahan pertanian beririgasi yang terletak pada lahan produktif, (ii) degradasi wilayah sungai akibat pengembangan permukiman dan industri yang kurang terkendali, (iii) terjadinya kenaikan polusi pada sumber air secara signifikan, (iv) pemanfaatan air tanah secara berlebihan melampaui daya dukungnya, (v) peningkatan kebutuhan air untuk DMI sejalan dengan pertumbuhan sosial ekonomi, (vi) pemanfaatan air irigasi yang belum memperhatikan aspek konservasi, (vii) belum
1
optimalnya fungsi jaringan irigasi, serta belum memadainya pembiayaan O&P yang menyebabkan kinerja layanan irigasi yang belum optimal. Hadirin sekalian, Dari aspek regulasi pengelolaan sumber daya air dapat dikenali isu strategis antara lain (i) produk-produk hukum / peraturan yang masih kurang harmonis satu sama lain, (ii) kerancuan wewenang tanggung jawab antar insitusi, (iii) masih kurangnya koordinasi antar institusi, (iv) pelaksanaan pengelolaan yang masih kurang memperhatikan NSPM bidang sumber daya air. Dari aspek sosial, isu yang menonjol adalah (i) kurangnya partisipasi masyarakat petani / P3A dalam kegiatan O&P, serta (ii) masih dibutuhkannya peningkatan kesetaraan gender dalam pengelolaan irigasi. Untuk menjawab isu-isu itu, semua stakeholder wajib menetapkan langkahlangkah yang sinergis dan terkoordinasi, dimana di dalamnya juga melibatkan partisipasi masyarakat. Dalam bidang pengelolaan SDA, dapat diterapkan strategi terkait dengan perijinan penggunaan air, strategi terkait dengan penyempurnaan alokasi air dan peningkatan efisiensi penggunaan air serta upaya terkait dengan konservasi sumber daya air, dan strategi terkait dengan peningkatan dan pengelolaan irigasi. Berkaitan dengan perijian pemanfaatan air diusulkan strategi berupa pendelegasian tugas wewenang pemberian ijin pemanfaatan dan pengusahaan air permukaan dari Pemerintah kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Tentang pengelolaan bendungan, PP 37 Tahun 2007 telah mengatur bahwa pengelolaan bendungan mencakup konservasi SDA pada waduk, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air. Perencanaan untuk pengendalian daya rusak air disusun berdasarkan rencana pengelolaan SDA pada wilayah sungai yang bersangkutan oleh Pembangun Bendungan. Perencanaan pengendalian daya rusak itu harus diselaraskan dengan sistem peringatan dini wilayah sungai yang bersangkutan. Adapun rencana pengelolaan bendungan memuat pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya. Pedoman itu dapat ditinjau dan dievaluasi paling sedikit satu kali dalam waktu lima tahun. Hasil peninjauan dan evaluasi itu menjadi dasar penyempurnaan pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya. Rencana pengelolaan bendungan dilengkapi dengan pola operasi waduk, terdiri atas pola operasi tahun kering, pola operasi tahun normal, dan pola operasi tahun basah. Pola operasi ini ditetapkan oleh Pengelola Bendungan. Pola Operasi juga harus ditinjau kembali dan dievaluasi paling sedikit satu kali dalam waktu lima tahun. Dalam penyusunan Rencana Pengelolaan Bendungan harus dilakukan konsultasi publik dalam wadah koordinasi pengelola SDA. Penetapan Rencana Pengelolaan Bendungan oleh Menteri.
2
Strategi yang terkait dengan alokasi air ada 5 (lima) buah yaitu (i) kesepakatan dalam TKPSDA untuk menyalurkan air dari sistem Jatiluhur ke Jakarta untuk memenuhi kebutuhan air DMI yang semakin meningkat, (ii) perlunya dijamin penyediaan air untuk lingkungan (bagian hilir), (iii) strategi untuk mengatasi kebutuhan SOP adalah melakukan peninjauan dan evaluasi atas pola operasi bendungan sebagaimana disyaratkan dalam PP 37/2007, (iv) pemisahan penyaluran air untuk air DMI dan untuk irigasi, serta (v) strategi pengembangan alokasi air jangka panjang. Dalam hal pengelolaan irigasi, telah dibahas 4 (empat) strategi yaitu (i) strategi untuk meningkatkan keandalan pembagian air melalui monitoring air irigasi dimana saat ini masih dianggap kurang kinerjanya, (ii) strategi untuk melimpahkan wewenang pelaksanaan kegiatan O&P irigasi Jatiluhur ke Pemerintah Daerah Jawa Barat (dari tangan PJT II), serta memperluas wilayah yang diserah-operasikan ke PJT II untuk pengusahaan airnya, (iii) strategi meningkatkan partisipasi masyarakat petani P3A dalam alokasi air dan distribusi, serta (iv) strategi pemberdayaan perempuan dalam irigasi yang dilakukan melalui akses Komisi Irigasi dan P3A/GP3A/IP3A. Untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan produk-produk hukum memang dibutuhan langkah nyata dan segera berupa penyamaan persepsi dan kerjasama antar institusi; dalam jangka pendek dapat dilakukan penyusunan MoU, sehingga langkah-langkah secara nyata bisa diterapkan segera. Hadirin yang berbahagia, Sebagai kata penutup, saya mewakili panitia penyelenggara mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah memberikan dukungan bagi terselenggaranya Lokakarya ini, dan juga permohonan maaf yang setulusnya jika dalam pelaksanaan seminar ini terdapat kesalahan dan kekurangan. Atas nama Bapak Direktur PSDA Ditjen SDA Kementerian PU dengan mengucap Alhamdulillah, Lokakarya Strategi Alokasi Air Sistem Jatiluhur yang diselenggarakan pada hari ini Kamis, tanggal 17 Februari 2011 dengan resmi saya nyatakan ditutup. Wabillahi taufiq wal hidayah, Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
3
STRATEGIES and MOUs
Proposal for Strategies and Action Plan on Water Allocation and Distribution in the Jatiluhur System Strategy
MoU
Project
When
Lead
C. STRATEGY on IRRIGATION Water Rights farmers, flow monitoring for irrigation water distribution
A. STRATEGY WATER LICENSING - All users must get defined rights. Existing public irrigation system to be granted rights. New irrigation system should have defined rights. - Delegation licensing authority from Central to Prov Government. The licensing responsibility remains under Central Government. - Operational licenses (dam, off take works) must be in place incl SOPs for minimum/environmental flows.
Strategy 1 - Delegation licensing authority from Central to Provincial Government 1 Discussions between BBWS Citarum, Dinas PSDA Prov, DGWR and SetDa Prov and Dewan SDA 2 Discussions between Central and Prov Gov Java Barat 3 Preparation MoU
1
a
4 Preparation legislation with assistance form Licensing Support project 5 Approval legislation
A
1st half 2011
BBWS-C
Transfer authority irrigation water distribution (O&M) from PJTII to Dinas PSDA
1st half 2011
BBWS-C
1st half 2011
BBWS-C
- Current O&M irrigation works for primary/secondaty lay-out are with PJTII. Maintenance works secondary lay-out are already with Dinas through TPOP. - Irrigation management is not PJTII's core activity. Dinas PSDA is better equipped for the task.
mid 2011-mid 2012 Dinas PSDA Prov 2nd half 2012 Prov Gov
- There is overlap in O&M responsibilities (including operation hydrological network) between Central and Prov Gov. Need for clear task - Delegation O&M irrigation from Central to Provincial Government via TPOP (in effect frokm PJTII to Dinas PSDA Prov), following policy in Cenral-East Java where PJTI has no irrigation management responsibilities
1st half 2011
WUA participation in water distribution - Little WUA participation in water distribution at present. Lack of knowledge on efficient water use. - Participation of WUAs is a prerequisite to obtain equity in water distribution at tertiary field. - WUA strengthening at Jatliluhur needed. Strategies aims at increased awareness among farmers on Golangan system, rotation, cropping season, calendar, demand etc. - Coordination between irrigation operator and Dinas Pertanian on WUA strenghtening
Strategy 2 - Operational licenses for operators of reservoirs and head works
6 Discussions between BBWS Citarum and dam operators (SagulingPT.PJB, Cirata-Indonesia Power, Jatiluhur-PJT II) 7 Preparation legislation with assistance from the Licensing Support project
A
8 Approval legislation
BBWS-C
mid 2011-mid 2012 Dinas PSDA Prov 1, 2 BBWS-C 1 2nd half 2012 Prov Gov
B. STRATEGY on WATER ALLOCATION - Inter-basin water transfer is decided in the TKPSDA. Endorsed by Minister, KepMen. Consistent with POLA. Water delivery contracts between PJT II and DMI water users (PDAM DKI Jakarta) should be based on the Minister's decree (KepMen) on water allocation. - Preparation long term Water Allocation plan. Consistent with POLA. Plan provides guidance to annual plans for water allocation and - Consider instream flow for downstream water requirements (environment, domestic use etc). - Reservoir operational rules (SOPs) incorperated in operational water licenses to minimize downstream damage risk etc. - Consider priority water use in water license (irrigation vs DMI and hydropower).
Women participation in irrigation - Gender issue in irrigation is not popular. Little, if any women representation in Irrigation Commission, WUAs. - Lack of farmers knowledge on gender mainstreaming, little interest by women to become representative in IC/WUA, lots of WUAs are in dormant condition at Jatiluhur or have not been formed yet - Strategy aims at increased representation of women in IC and WUAs. Support from head BAPPEDA who is also head of Gender Mainstreaming Working Group. More equity leads to increased welfare of farming communities. Strategy 8 - Flow monitoring for irrigation water distribution
Strategy 3 - Agreement on inter-basin transfer 9 Discussions between BBWS Citarum, Prov and DKI Government, and TKPSDA 10 Preparation Minister's Decree on Inter-Basin surface water transfer between W-Java Prov and DKI. Consistent with POLA.
- Lack of protection from encroachment by other water users. This should be actively addressed by the government. - Less attention to irrigation service performance as well as the development and strengthening of WUAs (water distribution tertiary level). - As a first step, irrigation water distribution at primary/secondary offtakes should be monitored and recorded to estimate the actual water supply. Comparison of actual supply and theoritical demand. Review/recalculations/adjustments to annual water allocation plan. Establish diversion flow benchmarks which, in due course, can be used to protect rights of farmers.
A
11 Signing new contract between PJT II and PDAM Jakarta (based on KepMen PU and POLA)
1st half 2011
TKPSDA & BBWS-C
2nd half 2011
TKPSDA & BBWS-C
1st half 2012
PJT II & PDAM Jkt
25 Rehabilitation flow measurements structures primary (Tarum)/secondary canals.
D
mid 2011-mid 2012 (year 1)
BBWS-C
26 Flow Monitoring and evaluation program
D
mid 2012-mid 2014 (year 2,3)
27 Update info on irrigated area/water demand and water allocation information system. Develop procedures for improved water distribution
D
mid 2014-mid 2015 (year 4)
Dinas PSDA Prov West Java, assisted by Dinas Kabupatens Dinas PSDA Prov West Java, assisted by Dinas Kabupatens
Strategy 4 - Asses/regulate instream flow for sustaining environment and other purposes
12 Investigation on minimum environmental flow requirements, downstream of dams, reservoirs, Water Allocation project
C
mid 2011-mid 2013 BBWS-C, assisted by project
13 Preparation guidelines for taken into acount env. flow for operational water licenses
C
mid 2012
BBWS-C, assisted by project
14 Preparation legislation to considering env. flow for operational water licensing
A
mid 2012
BBWS-C, assisted by project
2nd half 2012
Min PU, Min Env
29 Preparation MoU on task distribution between PJTII, BBWSC and Dinas Prov 30 Preparation MoU on task distribution operation hydrological data & information network between BBWS-C and PJTII
BBWS-C, assisted by project BBWS-C, assisted by project
15 Approval legislation
Strategy 5 - (Pre) flood reservoir operational rules (SOPs) incorporated in operational water licenses B mid 2011-mid 2013 16 Preparation reservoir operation rules (including flood and pre-flood 1 conditions) for operators 17 Preparation legislation to considering (pre)flood reservoir operating rules A mid 2012 for operational water licensing 18 Approval legislation
2nd half 2012
Strategy 9 - Delegation of irrigation water distribution (O&M) from Central Gov to Provincial Gov 28 Discussions between DGWR/BBWSC, Dinas PSDA Prov, Dinas SDA Kab/Kota, and PJT II to built a common understanding on irrigation transfer
Min PU, Prov Gov
Strategy 6 - Separation water conveyance system between irrigation and DMI (West Tarum canal) 19 Carry out financial, technical feasibility study (consider Tranch II studies, Road Map) 20 Follow up activities: consultations, stakeholders meetings, discussions Dewan Air Prov, socialization, awareness, land acquisition etc, tender, d i 7 - Development t ti Strategy of Long Term Water Allocation Plan for Jatiluhur 21 Preparation plan with assistance from Water Allocation project. Water allocation plan for whole RBT presently under preparation by ADB-6 Cis B project.
B
2012
BBWSC
2012-2014
Min PU
intermittent during preparation
TKPSDA Citarum basin
23 Approval plan
mid 2012
Min PU, Governor WJava, TKPSDA
24 Plan provides inputs for annual plan 2014 etc
end 2012
BBWS-C
BBWSC
b
2nd half 2011
BBWSC
2
2nd half 2011
BBWSC
31 Prepare concept for harmonization of PP 7/2010: excluding O&M irrigation, including water commercialization for whole RBT
1st half 2012
Min of State owbed enterpises
32 Intersector discussions with PU, environment, agriculture, water resources etc. 33 Endorsement for revision PP (handing over plan: adjustment to organisational set up Dinas, fascilities, budgetting, socialization etc)
1st half 2012
SetKab
2nd half 2012
SetKab
1st half 2011
Dinas PSDA Prov
1st half 2011
Dinas PSDA Prov
2nd half 2011
Dinas PSDA Prov, Dinas Pertanian Kab
c
Strategy 10 - WUA participation in water distribution for irrigation 34 Preparation MoU on task distribution in WUA development and water distribution, between Dinas PSDA Prov, Dinas Agriculture Kab, PJTII 35 Review current WUA performance in water distribution etc, need for capacity building 36 Design and implement simple WUA training program on water management, select pilot WUAs
mid 2011-mid 2012 BBWS-C, assisted by project
22 Review plan (consistent with POLA RBT and inpout for Rencana Induk for Citarum)
1st half 2011
37 Monitor and evaluate the performance of trained WUAs
1st half 2012
Dinas PSDA Prov
38 Duplicate training program when M&E shows positive impact of training
2nd half 2012
Dinas PSDA Prov, Dinas Pertanian Kab
1st half 2011
BBWSC, Dinas SDA Prov
2nd half 2011
Prov Irrigation Commission
2nd half 2011
GM Working Group
2nd half 2011
Prov Irrigation Commission in coordination with Prov Mainstreaming Working Group Dinas SDA Prov
Strategy 11 - Women participation in irrigation 39 Meeting/discussion to review gender in legal and PU legislation related to irrigation including 1) provincial/district irrigation commission and 2) O&M irrigation canal network 40 MoUs and agreements to insert additional/supplement of articles and paragraph in relation to gender and Irrigation Commission, representation of women in the provincial/district irrigation commission/discussions on rencana tata tanam /O&M 41 Carry out a Gender Analysis, following the GAP analytical method on women/vulnerable people 42 Preparation guideline on gender equity in irrigation system/development and management of irrigation.
43 Training/workshop in gender mainstreaming for staff in charge of irrigation system 1
e
also under consideration by DOISP
2nd half 2011
Proposal for MoUs on Role Sharing in Water Distribution and Licensing No Issue Related Legislation Ambiquity in PP7/2010 art 4-1c Gov Regulation on PJTII a Surface Water preparation License technical recommendations PerMen PU Min Regulation on BBWS for application 23/2008, Art 6-d licensing surface water usage
b Surface
Overlap in roles UU7/2004, Art 41 Law on Water Resources Water on irrigation water Distribution distribution of PerMen PU ?/2008 Min Regulation on TPOP (operationa main irrigation (assistance O&M) Irigasi dan l aspects) hydraulic lay-out Rawa Gov Regulation on PJTII of PP7/2010 Art operation of 4.2b/c/e primaries/secondaries, maintenance of primaries
c Surface Water Distribution (operationa l aspects)
Overlap in responsibilities in setting up/operation of Hydrological Monitoring Network, and data processing
Ambiquity in operation head Water Distribution works during (operationa disasters l aspects)
d Surface
PJTII's role in monitoring dicharges, evaluation data and O&M network
PerMen 23/2008, Art 6-f/g
BBWSC's role in management network and data
Min Regulation on BBWS
Water Distribution (operationa l aspects)
PerMen 23/2008, Art 6-c
Min Regulation on BBWS
BBWSC's role in disaster management
PP7/2010, Art 4 (2)h
Gov Regulation on role PJTII
PJTII's support to Gov in diasaster management
Ambiquity in PP7/2010, Art 4.2j responsibilities in WUA PerMen PU development 30/2007, Art 6 (WUAs play a role in irrigation water PerMen PU 32/2007, Art 1.3 distribution of main hydraulic lay- PP 38/2007, out) Appendix A i lt
Gov Regulation on PJTII
Badan National Penanggulangan Bencana (BNPB of BPBD = Nat/Prov Agancy for Disaster Coordination) role in disaster management PJTII supports community involvement in WRM
Min Regulation on Participatory PU involves WUAs in O&M Irrigation, involvement of WUAs main lay-out Min Regulation on O&M Irrigation, participation of WUA Gov Regulation on distribution of gov affairs; WUA d l t d A i lt
MoU between BBWSC - PJTII DINAS PSDA Prov
Action Workshop BBWSC
Time Lead Feb'11 6 Cis B3
Focus Group discussion to discuss in detail the task distribution for preparing technical recommendations Preparation of draft MoU with task distribution Revision draft, preparation final
Feb'11 BBWSC
Signing final KB by DGWRM, Pres PJT II O&M for schemes > 3,000 ha to Dir Gen WRM - PJTII - Workshop BBWSC Dinas Prov be carried out by Central Gov O&M main system is delegated Focuss group discussion to discuss in by Central Gov to Prov detail the task distribution in operation of main lay-out O&M main system to be carried Preparation of draft Kesepakatan out by PJTII Bersama with task distribution, task Revision draft, preparation final Signing final KB by Dir Gen WRM (on behalf of Min PU) and Dir PJTII
PP7/2010 art 4-2a, Gov Regulation on PJTII f
PP42/2008, Art 93 Gov Regulation on WRM
e Surface
PJTII prepares technical recommendations for new licenses BBWSC prepares technical recommendation for license
PU involves WUAs in O&M main lay-out Agriculture supports WUA development
BBWSC - PJTII DINAS PSDA Prov
Apr'11 BBWSC May'11 BBWSC Jun'11 BBWSC-PJTII Feb'11 6 Cis B3 Feb'11 BBWSC
Apr'11 BBWSC May'11 BBWSC Jun'11 Dir Gen WRM PJTII - Dinas Prov
Workshop BBWSC
Feb'11 6 Cis B3
Focuss group discussion to discuss in detail the task distribution in setting up operational hydrological monitoring network and data processing
Feb'11 BBWSC
Preparation of draft KB with task distribution Revision draft, preparation final
Apr'11 BBWSC
Signing final KB by DGWRM and President PJT II Workshop BBWSC
May BBWSC '11 Jun '11 BBWSC-PJTII
BBWSC - PJTII Feb'11 6 Cis B3 BNPB/BPBD - DINAS PSDA Prov Focuss group discussion to discuss in Feb'11 BBWSC detail the task distribution in disaster mitigation measures Preparation of draft kesepakatan bersama Apr'11 BBWSC with task distribution
Dinas Agriculture Dinas SDA - PJTII DINAS PSDA Prov
Revision draft, preparation final
May'11 BBWSC
Signing final KB by DGWRM, President PJT II, head BNPB/BPBD
Jun'11 BBWSC-PJTIIBNPB/BPBD
Workshop BBWSC
Feb'11 BBWSC - Dinas Agriculture
Focuss group discussion to discuss in detail the task distribution in WUA d l t draft KB with task Preparation of
Feb'11 Dinas Agriculture
distribution in WUA development Revision draft, preparation final
Mar'11 Dinas Agriculture BBWSC Apr'11 Dinas Agriculture BBWSC
Signing final KB by Dir Gen WRM (on May'11 Dinas Agriculture behalf of Min PU), Governor, Bupatis and Dinas SDA - PJTII Dir PJTII
DISCUSSION NOTES
Notulensi Workshop on Strategies Water Allocation for Jatiluhur Waktu : Kamis, 17 Februari 2011 Tempat : Hotel Savoy Homann, Bandung A. Kesimpulan dan Rekomendasi Umum Dr. A. Hasanuddin, ME. (Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Citarum) 1. Dalam pelaksanaan pengelolaan SDA di wilayah sungai Citarum khususnya alokasi dan distribus air di Jatiluhur dalam rangka ketahanan pangan dan produktifitas lahan. Dalam alokasi dan distribusi air di Jatiluhur dapat diidentifikasi isu‐isu atau permasalahan yang terkait sebagai berikut: a. Isu‐isu strategis yang mempengaruhi pengelolaan air di Wilayah Sungai Citarum adalah 1. Adanya perubahan alih lahan terutama di wilayah upper Citarum 2. Degradasi kondisi sungai akibat pertumbuhan permukiman di lingkungan sekitar sungai dan akibat tingkat sedimentasi yang tinggi 3. Pemanfaatan air tanah secara berlebihan 4. Meningkatnya kebutuhan air DMI 5. Pemanfaatan air irigasi yang belum efisiensi sehingga menimbulkan pemborosan dalam penggunaan air 6. Operasi dan Pemeliharaan yang belum optimal b. Isu kebijakan yang muncul dalam pengelolaan air di wilayah sungai Citarum khususnya dalam alokasi dan distribusi air adalah 1. Belum adanya harmonisasi antar peraturan dan kebijakan yang mengatur pengelolaan air baik peraturan di tingkat nasional dan peraturan di tingkat daerah 2. Peraturan dan kebijakan yang cenderung overlap sehingga menimbulkan kerancuan dalam pelaksanaan pengelolaan air 3. Masih kurangnya koordinasi dan komunikasi antara stakeholder pengelola air 4. Masih kurang memperhatikan dan menggunakan NSPM yang terkait dengan pengelolaan air c. Isu sosial yang muncul dalam pengelolaan air di wilayah sungai Citarum adalah masih kurang partisipasi stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan SDA dan masih kurangnya perhatian dalam kesetaraan gender khususnya wanita dalam partisipasi pengelolaan SDA.
2. Untuk menangani isu‐isu atau permasalahan yang muncul sebagaimana diatas perlu ditetapkan langkah‐langkah strategis dan terkoordinasi dimana di dalamnya melibatkan partisipasi masyarakat, sebagai berikut :: a. Strategi terkait bidang pengelolaan SDA dapat diterapkan strategi pendayagunaan air, dan peningkatan efisiensi penggunaan air serta upaya terkait konservasi SdA, serta strategi terkait peningkatan dan pengelolaan irigasi. b. Strategi terkait dengan perijinan dapat diterapkan pendelegasian tugas dan wewenang, pemberian izin pemanfaatan air dan penguasaan air permukaan, dari pemerintah kepada pemerintah provinsi Jawa Barat. Yang tertuang dalam PP 37 diatur bahwa pengelolaan bendungan mencakup konservasi SDA dalam waduk, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air, serta perencanaan untuk pengendalian daya rusak air disusun berdasarkan rencana pengelolaan SDA pada wilayah sungai yang bersangkutan oleh pembangunan bendungan. c. Strategi yang terkait dengan pengendalian dan perencanaan SDA harus diselaraskan dengan sistem peringatan dini, di wilayah sungai yang bersangkutan. Adapun rencana pengelolaan bendungan memuat berdasarkan pedoman operasi dan pemeliharaan bendungan beserta waduknya. Pedoman dapat ditinjau dan dievaluasi paling tidak satu kali dalam setahun, hasil menjadi dasar penyempurnaan pedoman operasi dan untuk pemeliharaan bangunan dan waduknya. d. Strategi untuk pengendalian daya rusak air adalah 1. Pengelolaan bendungan secara terpadu yang mencakup konservasi SDA 2. Pengendalian daya rusak air disusun berdasarkan wilayah sungai dengan kegiatan fisik yaitu salah satunya pembangunan bendungan kecil (embung) dan kegiatan non fisik 3. Pembuatan flood early warning system secara komprehensif dan dapat dipahami secara mudah oleh masyarakat dan instansi pengelola sistem 4. Rencana pengelolaan bangunan air dan waduk berdasarkan pedoman operasi dan pemeliharaannya dapat dievaluasi secara berkala paling tidak satu kali dalam setahun untuk menjamin keakuratan dan sesuai dengan perkembangan kondisi yang ada. e. Strategi kelembagaan dalam pengelolaan SDA khususnya alokasi dan distribusi air di wilayah Sungai Citarum adalah adanya pendelegasi beberapa tugas pengelolaan SDA kepada pemerintah propinsi sebagai upaya untuk mendekatkan pemenuhan kebutuhan di lapangan.
f. Rencana pengelolaan waduk disertai pola operasi tahun basah, kering dan normal dapat dievaluasi setiap 5 tahun sekali dengan sumber data yang akurat dan melibatkan stakeholder yang ada sehingga tercapainya transparansi dan informasi yang akurat. Pola operasi bendungan harus dikonsultasi dengan pihak‐pihak terkait. g. Khusus untuk strategi alokasi dan distribusi air di Jatiluhur perlu adanya 1. Kesepakatan TKPSDA dalam pengelolaan dan distribusi air untuk menyalurkan air dari Jatiluhur ke Jakarta di dalam alokasi air untuk memenuhi kebutuhan DMI yang makin meningkat 2. Perlunya penyediaan air di hilir untuk lingkungan yang bertujuan untuk menjaga flora dan fauna yang berada di sungai 3. Perlu adanya Standar Operasi Pengelolaan dalam peninjauan dan evaluasi pola operasi waduk sebagaimana disyaratkan dalam PP 37 tahun 2007 4. Perlu adanya strategi distribusi yang khusus dengan pemisahan penyaluran air untuk irigasi dan DMI mengingat sifat air yang didistribusikan untuk kedua kebutuhan tersebut berbeda 5. Adanya strategi jangka panjang yang dapat menjamin alokasi dan distribusi air di Jatiluhur dalam kondisi cuaca dan perubahan lingkungan yang terjadi. h. Khusus untuk strategi pengelolaan irigasi perlu adanya 1. Strategi peningkatan keandalan pembagian air melalui monitoring air, air irigasi yang saat ini masih dianggap kurang kinerjanya 2. Strategi melimpahkan wewenang pelaksanaan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan irigasi Jatiluhur kepada pemerintah Jawa Barat atau PJT II atau memperluas wilayah yang diserah operasikan kepada PJT II 3. Strategi peningkatan partisipasi masyarakat petani P3A dalam alokasi air dan distribusi 4. Strategi dan pemberdayaan perempuan dalam irigasi yang dilakukan melalui akses komisi irigasi dan GP3A 3. Untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan produk‐produk hukum, dibutuhkan langkah nyata dan segera, penyamaan persepsi antar institusi, dalam jangka pendek dibuat MoU sehingga langkah2 secara nyata dapat diterapkan segera nyata dan pelaksanaan kesepakatan secara berkesinambungan diantara lembaga dan stakeholder pengelola SDA khususnya dalam alokasi dan distribusi air di Jatiluhur yang umumnya di wilayah sungai Citarum.
B. Sambutan & Paparan 1. Sambutan oleh Bapak Djaya Murni a/n Dirjen SDA Bapak Dirjen Sumber Daya Air berhalangan hadir ke Komisi X DPR. Munculnya isu‐isu strategis Sumber Daya Air seperti tersebut dalam Rekomendasi umum. Alokasi air menjadi salah satu strategi untuk mengatasi isu‐isu tsb. Dalam alokasi air diperhatikan aspek‐aspek: (1) alternatif penyediaan air baku untuk Jakarta, (2) dalam alokasi air dibutuhkan peran serta stakeholder dalam SDA agar tidak terjadi overlapping (PT. Indonesia Power, PT. PJB, dan PJT II) (3) peningkatan efisiensi penggunaan air irigasi, (4) pengoperasian waduk Cascade yg baik. Perlu dirumuskan strategi dalam alokasi air Citarum supaya pemanfaatan SDA dapat dilakukan secara lebih optimal. 2. Ibu Helena Lawira, ADB Mewakili Thomas Panella menyatakan bahwa ADB mendukung adanya water allocation di Citarum di bawah koordinasi BBWS Citarum, serta akan mendengar dan mendukung seluruh rekomendasi dari workshop ini supaya dapat segera ditindaklanjuti oleh instansi terkait. 3. Paparan Sesi I a. “Peran BBWS dalam alokasi air dan distribusi air di Sistem Irigasi Jatiluhur” Bapak Dr. Hasanuddin, M.E, Ka BBWS Citarum, didampingi Bapak Kiswaya Moderator: Bapak Noor Tjahyono, M.Eng Water allocation Jatiluhur perlu dibicarakan bersama terkait adanya degradasi kondisi Sungai Citarum adanya perubahan signifikan ketersediaan air perubahan signifikan akibat dari pembagian atau alokasi air untuk masing ‐ masing kepentingan. Pemenuhan air Jakarta tidak sepenuhnya berasal dari Jatiluhur (?). Kami telah berdiskusi lebih dalam. Dalam pengelolaan air irigasi Jatiluhur yang berlokasi di Kab Subang, Karawang dan Bekasi kegiatan yg perlu didorong adalah meningkatkan kinerja jaringan irigasi Tarum Timur, Barat & Tarum Utara. Untuk meningkatkan kinerja irigasi, operasi Cascade 3 Dam perlu perhatian. Akan diskusikan secara lebih tajam tentang alokasi air Citarum.
Gambaran umum tentang pentingnya diskusi hari ini disampaikan oleh Bapak Kiswaya (Kabid Pelaksanaan Jaringan Sumber Air, BBWS Citarum) kontribusi BBWS Citarum: (a) Reform pengelolaan SDA, (b) Dampak terhadap BBWS, (c) Peran BBWS, (d) Kebijakan BBWS dalam pengolaan alokasi air. LIHAT BAHAN PRESENTASI BBWS.
Reformasi pengelolaan SDA Citarum: Reformasi pengelolaan SDA di BBWS beserta dampaknya. Pada tahun 2008, proyek induk berubah menjadi BBWS. saat ini BBWS harus berbicara tentang pengelolaan SDA, bukan hanya proyek. Perubahan fungsi BBWS Citarum.
6 Cis perlu disusun menjadi satu pola, untuk saling mengisi dan terpadu.
Kebijakan & strategi pengelolaan air sistem Jatiluhur
b.
“Standar Operasi waduk Saguling,Cirata dan Jatiluhur” Bapak Rusfandi Usman, KNIBB, SOP Kaskade 3 Waduk
Maksud konsep: untuk antisipasi banjir ekstrim; SOP untuk sementara. yang seharusnya digunakan sebagai konsep untuk banjir 2010/2011. Disusul proyek untuk studi mendatang. Ini adalah berupa konsep. Latar belakang: Greenhouse effect. Latar belakang: banjir Karawang Maret 2010. Penjelasan tentang greenhouse effect. Kapasitas tampungan waduk besar. Tapi juga membawa dampak besar kalau tidak dikelola dengan baik, karena hal ini merupakan potensi ancaman. Belum ada kesetaraan pengelolaan, kesetaraan antara keuntungan dan resiko masyarakat. Saat ini orientasi pengelolaan operator adalah pada profit, sehingga mengakibatkan ancaman bahaya terhadap masyarakat. Tidak ada kesetaraan terhadap perlakuan antara mengejar keuntungan dengan resiko banjir, padahal sebenarnya bisa diperhitungkan resikonya. Tidak ada konsistensi mengikuti pola operasi, hanya mengejar profit. Perlu upaya SOP terpadu utk mengatasi resiko. Perlu kesetaraan perlakuan antara mengejar keuntungan dan keselamatan masyarakat. Pola pengusahaan yg sudah ada (tahun 2010) sebenarnya sudah cukup bagus, namun ada 2 hal yang kurang (i) Kalau terjadi sesuatu yang kritis yang membahayakan, belum ditetapkan siapa yang harus memegang komando, (ii) kurangnya konsistensi dalam menepati SOP itu yang dikarenakan tujuan memperoleh profit lebih kuat. Suatu pembelajaran yang bagus adalah dari operasi waduk di Kali Brantas, oleh PJT I. SOP ini berlaku sementara. Kondisi pelaksanaan harus mengikuti pola yang ditetapkan. Materi presentasi SOP KASKADE 3 WADUK. 4. Paparan Sesi II “Kajian Legislasi Alokasi Air dan Distribusi Air Pemukaan Irigasi Jatiluhur” Bapak Nidhom Azhari sebagai Tim Konsultan 6Cis Paket B3 Slide presentasi terlampir
5. Resume Khusus Issue Peran BBWS Citarum dalam Alokasi dan Distribusi Air (Role of BBWS‐C in Water Allocation and Distribution)
Penanya
Pertanyaan/Informasi/Tanggapan
Jawaban/Tindak Lanjut
Nono Hartono (LP3ES)
Normatif sangat bagus, tetapi tidak merefleksikan Sesuai dengan reformasi BBWS Citarum yang pengalaman yang terjadi. Seperti di Citarum diamanatkan dalam UU dan peraturan, maka terjadi konflik dengan skala yang tinggi antara BBWS Citarum akan menyusun program dan industri dengan petani seperti Palija dan di kegiatan terkait alokasi dan distribusi air Ciwalengkek karena kompleksitas dalam alokasi termasuk penyusunan pola PSDA 6cis yang air. Mohon diberikan gambaran tentang langkah – berbasis Wilayah Sungai dan Tata Ruang. langkah yang akan dilakukan. BBWS Citarum akan mereformasi Belum ada kejelasan peran BBWS dalam alokasi penanganan SDA secara kewilayahan bukan dan distribusi air hanya fisik tapi penyadaran kepada masyarakat sehingga planning perlu berbasis kepada Tata Ruang.Sebagai contoh: BBWS Citarum di upper Citarum berkonsentrasi kepada main stream sedangkan tributaries akan didiskusikan dengan Dinas PSDA dan PJT II.
Rusfandi Usman (KNI BB)
Belum ada kejelasan BBWS Citarum sebagai wakil pemerintah sebagai regulator untuk dapat mendorong 4 institusi yang ada (BBWS, Indonesian Power, PJB, PJT II). BBWS Citarum seharusnya dapat membimbing 3 intitusi badan usaha (Indonesia Power, PJB dan PJT II) untuk mengikuti kebijakan pemerintah dalam pengelolaan SDA
Reformasi pengelolaan SDA yang berdampak pada perubahan di BBWS Citarum bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sehingga BBWSC akan terus mereformasi sesuai dengan tugas yang diamanatkan.
Edi Bachtiar (Dinas
Ketersediaan air (Kuantitas, kualitas dan kontinuitas) sebagai titik awal dalam alokasi dan
BBWS Citarum sudah melakukan program dan kegiatan konservasi untuk konservasi
Permukiman dan Perumahan Jawa Barat)
distribusi belum mendapat perhatian seutuhnya. Contoh: kualitas air Saguling sangat rendah. Usul: Bagaimana seandainya sempadan dikelola dengan lebih baik / dikuasai oleh pemerintah.
situ‐situ yang ada di WS Citarum dan perbaikan infrastruktur irigasi di hilir Wilayah Sungai Citarum sehingga air yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal. Telah dilakukan perbaikan Citarum yang berupa upaya peningkatan kinerja alokasi air irigasi (Tarum Timur dan Utara) yang berupa rencana rehabilitasi main system, pengelolaan kualitas air untuk Tarum Barat (sebagai contoh: Shyphon Bekasi & Cikarang) Adanya perubahan UU membutuhkan peran serta pihak lain seperti masyarakat dan instansi lain. Dalam program 6Cis, akan meng‐create dari strategi dari masing2 instansi. Dengan adanya kontribusi masing2 instansi untuk program dan strategi 6Cis. Program sempadan merupakan harapan yang ideal sehingga BBWSC memerlukan peran serta instansi daerah untuk mengatur garis sempadan ini.
Rusfandi Usman (KNI BB)
Peran dan kontribusi BBWS Citarum dalam alokasi Peran dan kontribusi BBWS sudah banyak. Dengan mengadakan perbaikan sungai dan distribusi air masih dirasakan kurang. Citarum sehingga diharapkan banjir upper Bagaimana peran BBWS Citarum dalam alokasi Citarum bisa ditangani. Alokasi air di hilir dan distribusi air di Jatiluhur? menjadi perhatian karena alokasi air irigasi dengan mengadakan perbaikan jaringan irigasi. Perbaikan water quality dan quantity dilakukan pembangunan Syphon Bekasi agar
air yang berasal dari Citarum tidak bercampur dari air Kali Bekasi. Dr.Ir. Djaya Murni W. (Dit PSDA Kemen PU)
Permasalahan keterbatasan ketersediaan air:
Pola PSDA 6 Cis diharapkan dapat menjawab rencana suplai air untuk Jakarta
(i) konservasi, di mana titik berat masalah ini ada di bagian hulu, (ii) masalah terkait dengan daya BBWS Citarum bersama‐sama instansi guna air; walaupun kita telah membangun banyak daerah akan merumuskan strategi prasarana, di masa depan masih dibutuhkan lebih penanganan daya rusak air secara non fisik banyak prasarana untuk mendukung termasuk didalamnya penanganan kali pendayagunaan SDA. (iii) Kondisi ketersediaan air bersih, program penertiban sempadan di bagian hulu juga sangat terbatas, dengan sungai, menyusun water traffic management kualitas yang juga rendah. (iv) Bagian hilir: untuk dan pola PSDA 6 Cis. menjamin kebutuhan air Jakarta yang masih bermasalah, (v) kualitas air rendah karena terjadinya pencemaran. (vi) Pembangunan sarana‐prasarana juga menghadapi masalah terutama biaya. (vii) Adanya kebocoran, penggunaan air oleh masyarakat perlu ditertibkan. (viii) Pengendalian daya rusak masih sangat kurang (ix) Meningkatnya besar debit banjir, timbul pertanyaan apa kita harus selalu meningkatkan penanganan fisik? Perlu dicari korelasi antara hulu‐hilir, perbaikan saluran hulu merupakan salah satu jawaban untuk mengatasinya. Pengelolaan alokasi air: Suplai air ke Jakarta tidak dapat sepenuhnya disuplai dari WS Citarum karena pertambahan kebutuhan air di WS Citarum ke depan.
Standar Operasi Waduk Saguling, Cirata dan Jatiluhur (Standard Operation Procedure for the 3 cascade Reservoir)
Edi (Direktorat OP Ditjen SDA Kemen PU)
Reformasi adalah suatu keharusan sesuai Reformasi perlu dilanjutkan dengan dapat mempertimbangkan nilai ekonomi suatu kegiatan. dengan situasi dan kondisi. Tidak mudah mengubah pola pikir sehingga diperlukan Sebagai contoh alih fungsi atau reboisasi di hulu waktu yang cukup lama untuk perlu dipertimbangkan nilai ekonominya. mengubahnya. Konsep penanganan /pengelolaan dalam kontinuitas pengelolaan SDA sehingga dapat diharapkan permasalahannya dapat dikurangi/hilang dan manfaatnya dapat dirasakan masyarakat.
Dr. A. Hasanuddin, ME. (BBBWS Citarum)
Perlu dimasukan kegiatan SOP 3 cascade Dengan adanya pengaruh rumah kaca dalam waduk yang dapat menyesuaikan dengan perubahan iklim dan berdasarkan komitmen presiden untuk menurunkan emisi gas sebesar 26 akibat perubahan iklim. % tanpa bantuan dan dengan bantuansebesar 44 Akan dilakukan koordinasi dengan Direktorat %, berdasarkan kedua hal tersebut perlu adanya Jenderal Penataan Ruang di Kementerian PU perubahan pola operasi waduk untuk antisipasi musim kemarau dan hujan yang berubah. Berdasarkan COP, perlu adanya perubahan SOP pola operasi waduk. Kementerian PU menyusun program dan kegiatan dalam penanganan climate change, hanya saja pola operasi waduk belum masuk sehingga perubahan pola operasi waduk perlu dimasukkan dalam program perubahan iklim dan kegiatan di Kementerian PU
Dr. Suardi N. (Dinas PSDA Jawa Barat)
Saguling Cirata operasinya untuk peak hour Fungsi utama waduk: 2 waduk (Saguling dan Cirata) untuk pembangkit listrik dan 1 waduk (17.00 – 22.00) sehingga di luar jam tersebut (Jatiluhur) untuk air baku dan irigasi. Perlu adanya maka mendapat additional benefit. Hal ini SOP pada kondisi ekstrim maksimum dan seharusnya tidak diteruskan (diluar jam
minimum. Khusus pada kondisi ekstrim minimum untuk perlu adanya prioritas sehingga perlu adanya ketetapan‐ketetapan yang transparan supaya jelas apa yang diinginkan oleh ketiga pengelola waduk. Dapat disimpulkan bahwa secara umum belum adanya transparansi dalam operasi 3 cascade waduk khususnya untuk kondisi‐kondisi ekstrim seperti kondisi maksimum dan minimum
tersebut). Dalam laporan Cirata, adanya hal‐ hal yang dapat ditangani Cirata, namun belum dapat dikerjakan. Penyusunan SOP untuk prioritas berdasarkan dari informasi BMKG. Namun perlu adanya konsekuensi dari kesepakatan. Dalam hal ekstrim harus ada yang bertanggung jawab sebagai contoh gurbernur karena yang mempunyai wilayah atau rakyat. Berdasarkan hal diatas Pola operasi yang telah disusun dapat disesuaikan dengan kondisi ekstrim dengan adanya penanggung jawab sehingga perlu ditetapkan siapa yang bertanggung jawab untuk pola operasi 3 waduk cascade dalam kondisi ekstrim maksimum dan minimum
Suherman (BBWS Citarum)
Enang (Dinas PSDA Jawa Barat)
Apakah dalam SOP sudah diperhitungkan suplai & Dalam waktu ke depan, SOP 3 waduk demand serta dengan kondisi infrastruktur yang cascade akan disusun oleh Tim yang akan menurun untuk 5‐10 tahun ke depan? Dasar: dibentuk sesuai dengan kuantitas, kualitas, kondisi ketersediaan air Citarum kritis (terutama dan kontinuitas yang telah diestimasi dalam kuantitasnya). Juga masalah umur waduk di Citarum yg dipengaruhi kondisi aliran yang bersedimentasi – yang mengurangi kapasitas dan umur waduk.
Pola operasi yang ada dalam keadaan normal, belum dapat merespon debit‐debit yang tidak nomal. Perlu dipikirkan adanya unit khusus untuk discharge forecasting sehingga pola operasi tidak
Dapat dibuat suatu unit khusus discharge forecasting dan unit pengelola operasi waduk dengan sistem telemetering Perlu dibentuk penanggung jawab teknis
kaku dapat berubah sesuai debit real time
yang terkait pola operasi dan penanggung jawab yang berkaitan dengan dampak negative kepada masyarakat. Akan dibicarakan dengan Pemerintah Daerah. Telemetric system bagus asalkan dapat beroperasi dengan baik.
Perlu adanya telemetri dan 1 operator untuk mengontrol dan bisa mensinergikan operasi waduk karena bersifat teknis ditangani oleh pemilik bendungan Kewenangan Gurbernur dalam tindakan darurat sesuai dengan UU No.24 skala bencana propinsi, tapi ini setelah adanya bencana. Bagaimana tindakan gurbernur terkait dengan pola operasi (terkait teknis), namun perlu disesuaikan dengan kewenangan WS Munawir Kajian Legislasi Alokasi dan Distribusi (LP3ES) Air Permukaan di Sistem Irigasi Jatiluhur (Review of Legislation in Allocation and Distribution Surface Water of Jatiluhur Irrigation System)
Kebijakan alokasi air bisa menjadi entry pointuntuk stimulus integrasi berbagai kepentingan dalam pengelolaan SDA. Namun alokasi tersebut mestinya mempunyai outcome dan indikator sehingga perlu adanya indikator outcome dan output yang jelas dalam pengelolaan SDA khususnya alokasi dan distribusi air.
Dalam rangka mewujudkan dlam UU No. 7 Tahun 2004 harus mau mewujudkan kerjasama antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah dengan kelompok masyarakat (PP 42) sesuai dengan potensi masing‐masing. Kebijakan alokasi air diharapkan jadi factor pemersatu karena melibatkan stakeholder yang terkait.
UU SDA menjamin rakyat mendapat air sehingga air untuk keperluan irigasi tidak terkena pajak Insentif menjadi pandangan yang perlu karena adanya jaminan dari Negara. Bagaimana dijabarkan oleh yang kompeten. Namun indicator kuantitas, kualitas dan kontinuitas untuk perlu adanya dialog dengan petani pertanian kemudian dapat dilanjutkan dengan tingkat efektifitas dan efisiensi. Apabila efisiensi Conjungtive use sudah menjadi keharusan. sudah tercapai, maka perlu adanya insentif untuk Penggunaan air tanah dan air permukaan petani. Conjunctive use ground water dan surface sudah diatur. water penting. Penggabungan antara 3WS
menjadi 6Cis tidak menyelesaikan permasalahan. Pendekatan AdHoc tidak penting, Good governance yang seharusnya embedded dalam kegiatan 6 cis sehingga dapat terselesaikannya permasalahan di Citarum.
Tidak setuju dengan 6Ci? Tidak dalam kapasitas menjawab, sehingga hanya bisa dicatat saja.
Sistem irigasi sebaiknya memperhatikan sumber air permukaan dan air tanah sehingga kebutuhan air yang lainnya dapat terpenuhi Endang (Dinas PSDA)
Di UU No.7 Tahun 2004 sudah diatur Komparasi kebijakan peraturan pengelolaan SDA pengelolaan sungai sehingga dapat lebih yang dipaparkan sulit untuk diterjemahkan karena baik, kalau ada one plan, one management kedudukannnya yang sama. Undang Undang No. 7 dalam penanganan wilayah sungai Citarum. Tahun 2004 tentang SDA dalam ps 41 sudah jelas Dengan demikian penanganannya perlu pembagian kewenangannya sehingga tugas‐tugas jangka panjang sehingga perlu adanya PJT II yang ada batal secara hukum. Namun kerjasama dalam masa transisi demikian, hal ini dapat diselesaikan dengan duduk bersama dalam masa transisi ini dimana PP 7 Untuk peningkatan pelayanan air minum, tentang PJT mau direvisi atau tidak. berbagai cara perlu dipertimbangkan selain kuantitas dan kualitas. Biaya yang besar Dinas PSDA sudah merancang role sharing dimana dapat diimbangi dengan kualitas yang baik dinas PSDA akan mengambil beberapa daerah irigasi. Perlu adanya rehabilitasi bangunan‐ bangunan ukur yang ada bukan hanya Conveyance channel yang multipurpose yang pembangunan bangunan ukur. Namun menyulitkan secara operasi juga controlling kenyataannya adanya alat ukur yang tidak karena kebutuhan yang berbeda‐beda (kontinuis berfungsi. Setiap proses pemberian air flow atau intermittent). Kalau boleh mengusulkan dapat tercatat. Perlu adanya komunikasi menambahkan bangunan ukur air dan water yang bagus antara petani untuk treatment kesepakatan pemberian air. Dalam pelaksanaan, butuh waktu, masa transisi
melalui konsolidasi yang sinergis. Tirta (Bappenas)
Prosedur alokasi air di sistem jatiluhur yang sudah ditayangkan merupakan suatu ketetapan/peraturan yang ada. Mekanisme apa yang direkomendasikan untuk lebih efisien? Bagaimana kebijakan pengaturan operasi dan demand manajemen
Alokasi air dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang ada. Namun perlu dikondisikan dengan kondisi yang ada (adanya PJT II). Peruntukkan pengaturan perlu dibahas dalam Dewan Sumber Daya Air. Tidak hanya alih fungsi lahan pertanian. Alih fungsi lahan karena tidak adanya komitmen. Dari sisi peraturan, alih fungsi lahan karena bencana alam tidak ada masalah. Yang ada masalah kalau sudah ditetapkan statusnya dalam tata ruang, sudah menjadi tugas pihak yang kompeten untuk menjaga. Bila sudah dimasukan di Tata Ruang, bila ada pelanggaran (alih fungsi) maka dapat ditindak.
Eman (BBWS Citarum)
PP 41 tahun 2004 tentang alih fungsi lahan. Bahwa alih fungsi lahan boleh dilakukan kalau ada bencana. Tetapi pada saat ini terjadi alih fungsi terjadi bukan karena bencana alam. Perlu dikaji apakah alih fungsi terjadi karena terjadi ketidakselarasan UU seperti tata ruang dengan pengelolaan SDA. Apakah perlu adanya pengaturan aspek pengaturan tata ruang dan pengendalian tata ruang? Sehingga perlu ada penyelarasan tata ruang
Erni (PJT II)
Ada filosopi bahwa Citarum adalah pasokan Dampak reformasi tahun 1998, adanya utama kemudian mengoptimalkan sumber‐ perubahan dengan menyesuaikan tuntutan sumber lain seperti Cibeet, Cikarang dan lainnya. lingkungan. Seperti SPKTPA dapat Dulu suplai sampai ke pulogadung tapi sekarang digantikan dengan TKPSDA dimana tidak. Pada saat musim penghujan 80% dari sungai fungsinya hampir dengan stakeholder yang setempat. Dalam strategis water allocation dalam sama. satu wilayah hidrologi. Institusi yang terlibat lebih Sistem interkoneksi yan bagus dapat dari 1 seperti BBWS Cilicis yang bertanggung mendapatkan nilai manfaat yang besar. jawab S.Cikarang, Bekasi. Interkoneksi waduk dengan sungai dapat
Sesuai dengan PP 7, daerah kerja PJT II sebagian dari 6 ci, Cakupan wilayah PJT II adalah sebagian Cilicis dan Citarum Kemandirian pengelolaan SDA dalam mengelola atau mengusahakan secara mandiri mulai dari pengelolaan, pengembangan dan OP. Namun akan dibawa kemana arah pengelolaan irigasi yang telah dipisahkan sesuai UU SDA
lebih bagus. Kebutuhan air yang meningkat dapat dipikirkan pemenuhannya. Dengan demikian indeks penanaman bisa lebih tinggi Dinas pertanian yang mempunyai tugas pemberdayaan pertanian. Juga upaya‐ upaya peningkatan kesejahteraan petani. Dengan demikian petani lebih berdaya dan lebih tertarik
Pengelolaan irigasi oleh SPKTPA melibatkan Alokasi air yang lintas BBWS Cilicis selama berbagai stakeholder dimana rencana masih di Jawa Barat dapat ditetapkan oleh pengelolaan bukan hanya pengusahaan ditujukan Gurbernur dan BBWS Cilicis anggota untuk pemenuhan kebutuhan di daerah hilir. PT. TKPSDA PLN sangat concern untuk pemenuhan kebutuhan air di hilir bukan hanya pengusahaan Pengelolaan data di daerah hilir Citarum dikelola oleh PJT II. Perijinan ada di Kementerian PU. Sehingga proses perijinan perlu diperjelas karena melibatkan BBWS Cilicis. Adanya daerah irigasi yang diluar SK gurbernur Perlu adanya sistem informasi pengelolaan SDA dalam bentuk spatial. Widagdo (Praktisi)
Perlu diperhatikan sustainability dari Irigasi Jatiluhur dengan revitalisasi sistem jaringan jatiluhur. Pemisahan fungsi operator dapat diperlukan namun dapat terkendala pelaksanaannya. Perlu adanya masa transisi dengan melihat sistem yang ada dan duduk
Memang perlu adanya revitalisasi infrastruktur SDA. Dalam alokasi air yang penting adalah kita mampu mengkonsolidasikan semua kepentingan termasuk didalamnya untuk
bersama. Dapat dilakukan dengan pilot project. Diperlukan suatu langkah‐langkah action plan.
kepentingan petani
Pemaparan ini sudah komprehensif, perlu dituangkan langkah‐langkah ini dalam proposal agenda yang dapat didiskusikan bersama. PJT II sudah kontrak dengan pembeli air baku dan adanya jaminan kontinuitas. Adanya studi dari CK untuk pengambilan langsung dari Jatiluhur Budiarto
Terdapat data peta yang berbeda sehingga Didalam rekomendasi disebutkan adanya perlu updating peta secara bersama‐sama pembaharuan peta irigasi untuk semua wilayah dalam pembuatan peta dengan Dinas irigasi. Namun perlu disinkronisasi dengan peta Pertanian. Dengan demikian hasil yang ada tata ruang sehingga bila daerah tersebut tidak merupakan hasil bersama. layak untuk pertanian, maka tidak perlu dibangun. Insentif perlu diberikan kepada beberapa petani mengingat tidak semua petani tidak sejahtera (contoh: Karawang penyerap Raskin no. 2 yang merupakan lumbung padi) Data luas lahan yang berbeda dari masing‐masing instansi. Perlu sinkronisasi dapat sehingga hanya terdapat satu data untuk instansi
Pengalaman terbaik dan Strategi (Best Practice and Strategies)
Munawir (LP3ES)
Sistem alokasi air menyangkut kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Apakah political will kebijakan atau yang ada dialokasikan. Bagaiman dengan Governance control dalam alokasi dan distribusi air Efficient use of irrigation water leads to
Dalam memenuhi kebutuhan hak guna air dapat dilampiri peta.Namun tidak bisa melampiri data yang out of date. Berdasarkan peta yang update dapat digunakan dalam penentuan hak guna air. Untuk insentif untuk petani dapat dibahas bersama dengan pihak yang kompeten. Perjanjian (agreement) harus melibatkan semua pihak termasuk company maupun petani sebagai weak position Dalam alokasi air akan memperhatikan semua kepentingan stakeholder dan sesuai dengan peraturan yang ada termasuk kuantitas, kualitas dan kontinuitas.
productivity and income. Agreement should protect weak side (farmer).
Made (Subdit PWS Ditjen SDA)
Dalam Strategy 6, separation water conveyance.Main purpose untuk irigasi. Apabila pada waktu dry session which one to first supply. Prioritization of water use Legislasi yang kesamaan tugas. Untuk water license seperti rekomtek. Adanya hierarki peraturan. Sebagai contoh Rekomtek di Brantas adalah hasil kesepakatan.
Hardi (PAM Jaya)
Dalam alokasi dan distribusi air permukaan, bBelum terlihat persentase jumlah air untuk PAM Jakarta
Pemerintah berupaya optimalisasi air irigasi dan perbaikan mutu air irigasi sesuai dengan peraturan sehingga perlu adanya satu pemikiran yang utuh. Kebutuhan air minum dapat terjamin sehingga perlu adanya studi untuk langsung ambil dari Jatiluhur. Sistem interkoneksi sungai akan menambah pasokan air. Hal ini perlu adanya langkah‐langkah konkrit. Perlu ada pemberdayaan intensif petani Usulan pemisahan karena adanya perbedaan sifat pasokan sehingga akan lebih baik kalau dipisahkan sehingga kontinuitas dapat terjamin. Termasuk didalamnya pengeringan saluran irigasi dapat dilaksanakan bila adanya pemisahan. Pemisahan penyaluran air bukan hanya satu‐satunya solusi. Namun solusi ini dapat dilaksanakan dengan kemudahan karena disamping saluran irigasi. Adanya beberapa investor yang tertarik untuk investasi ini. Solusi lain adalah dengan operasi, namun kelemahan adalah tetap masuknya air dari kali CIbeet. Perlu adanya waduk untuk menampung air untuk DMI. Untuk Tarum Timur tidak menjadi masalah. There should be an agreement of how much water delivered for Jakarta and should be
karena untuk menjamin supply air ke Jakarta. Karena stated in POLA. In long term, it is not only for Jakarta, but also for DMI and irrigation. Jakarta sangat tergantung dari air Citarum. Harus diperhitungkan apakah Jatiluhur dapat memasok air ke Jakarta. Eman (BBWS Citarum)
Untuk menghitung alokasi air diperlukan kajian yang update. Di Citarum hanya ada Master Plan tahun 1997, padahal master plan untuk jangka panjang. Darimana asal Basin Water Resources Planning atau Basin Water Resources Management. Apakah Citarum masih berdasarkan tahun 1997 atau menggunakan dasar yang lain? Bila pake master plan 1997, perlu diperbaiki atau diupdate.
Pada saat ini Master Plan tahun 1997 menjadi pertimbangan dalam penyusunan pola pengelolaan SDA sehingga akan ada pembaharuan dalam pengelolaan SDA
Endang
Water Allocation. Water delivery to Jakarta will be increased. This plan should be clear in POLA because the west Java population will increase in future which need more water to fulfill the demand.
Penyusunan master plan yang akan dilaksanakan pada tahun 2012 akan membahas semua kemungkinan kebutuhan air di masa mendatang.
Chandra (Subdit PWS Ditjen SDA)
6 cis proyek besar dimana salah satunya adalah paket B di Kemen PU. Hasil B3 disuplai untuk B1 sebagai kebijakan operasional POLA sehingga perlu hati‐hati dalam pembentukan draft MoU. Sesuai dengan Jaknas, Jakarta perlu disupplai
Akan menjadi perhatian dalam penyusunan draft MoU. Akan ditindaklanjuti dengan pertemuan khusus pembahasan MoU strategi
Suryanti (Dinas PSDA)
UU No. 28 tentang retribusi dan pajak bahwa pajak air dipungut oleh Propinsi. Perijinan yang diperoleh dari Pusat, jumlah air yang digunakan oleh konsumen tidak dilaporkan. Dinas PSDA diikutkan dalam SOP perijinan sehingga permasalahan perijinan dapat diakomodir
Terkait dengan perijinan pemanfaatan dan pengusahaan, konstruksi bangunan di saluran, dapat didelegasikan dikarenakan adanya beban yang besar yang ditanggung oleh Pemerintah Pusat untuk seluruh Indonesia. Ijin itu sebagai pelayanan public yang
(Dinas PSDA)
Eric (Bappenas)
Perijinan dikelola oleh Pusat sebanyak 180. Tetapi dari beberapa perijinan belum ada sehingga Dispenda belum bisa ditarik sehingga terutang. Dapat diusulkan didekonkan.
mempunyai standar minimal disatu sisi sebagai alat control.
Tidak perlu menunggu dari hasil B3 dalam pembuatan pola
Akan menjadi pertimbangan.
PHOTOS