Climate Futures and Rural Livelihood Adaptation Strategies in Nusa Tenggara Barat Province, Indonesia Dampak perubahan iklim terhadap penghidupan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia
NTB Scenario Planning Workshop Report Sanur Paradise Plaza Hotel, Bali 31st May – 2nd June 2011
Bapedda-BLHP
Enquiries should be addressed to: Dr. James Butler Environment and Development Team Social and Economic Sciences Program and Climate Adaptation Flagship CSIRO Ecosystem Sciences GPO Box 2583 Brisbane QLD 4001 Australia Phone: +61 7 3833 5734 Mobile: +61 437030120
[email protected] Professor Yusuf Sutaryono Dean, Faculty of Animal Sciences University of Mataram Jl. Majapahit No. 62 Mataram 83125 Nusa Tenggara Barat Province Indonesia Phone: +62 370626875 Mobile: +62 818369007
[email protected] Suggested citation: Butler, J.R.A., Handayani, T., Habibi, P., Skewes, T., Kisman, Putranta, M. 2011. NTB Scenario Planning Workshop Report, 31st May – 2nd June 2011. Climate Futures and Rural Livelihood Adaptation Strategies in Nusa Tenggara Barat Province, Indonesia. AusAIDCSIRO Research for Development Alliance, University of Mataram, NTB Government. CSIRO Climate Adaptation Flagship, Brisbane, and University of Mataram, Lombok.
Copyright and Disclaimer © 2011 CSIRO To the extent permitted by law, all rights are reserved and no part of this publication covered by copyright may be reproduced or copied in any form or by any means except with the written permission of CSIRO.
Important Disclaimer CSIRO advises that the information contained in this publication comprises general statements based on scientific research. The reader is advised and needs to be aware that such information may be incomplete or unable to be used in any specific situation. No reliance or actions must therefore be made on that information without seeking prior expert professional, scientific and technical advice. To the extent permitted by law, CSIRO (including its employees and consultants) excludes all liability to any person for any consequences, including but not limited to all losses, damages, costs, expenses and any other compensation, arising directly or indirectly from using this publication (in part or in whole) and any information or material contained in it.
i
ACKNOWLEDGEMENTS This workshop and report was made possible by the collaboration and planning of the following members of the Tim Kolaboratif: Indonesia
Australia
Prof. Yusuf Sutaryono (Project Leader, UNRAM) Dr. James Butler (Project Leader, CSIRO) Dr. Imam Suharto (VECO Indonesia)
Dr. Sarah Park (CSIRO)
Anwar Fachry. M.Sc (UNRAM)
Dr. Dewi Kirono (CSIRO)
Dr. Wayan Suadnya (UNRAM)
Dr. Erin Bohensky (CSIRO)
Dr. Ketut Puspadi (BPTP)
Tim Skewes (CSIRO)
Dr. Kisman (UNRAM)
Dr. Craig Miller (CSIRO)
Adi Ripaldi (BMKG)
Dr. John McGregor (CSIRO)
Ir. Hanartani . SU(UNRAM)
Dr. Jack Katzfey (CSIRO)
Sri Supartingsih.M.Si (UNRAM)
Wayne Rochester (CSIRO)
Dr. Siti Latifah (UNRAM)
Ian McLeod (CSIRO)
Dr. Ahmad Suriadi (BPTP)
Nicole Murphy (CSIRO)
Dr. Gulam Abbas (BLHP)
Dr. Donna Hayes (CSIRO)
Tarningsih Handayani (UNRAM)
Dr. Vincent Lyne (CSIRO)
Putrawan Habibi (UNRAM)
Dr. Brian Long (CSIRO)
Dr. Dahlanudin (UNRAM) Dr. Karnan (UNRAM) Ir. Irwan Mahakam Lesmono Aji (UNRAM) Lukita Cesaria Ibundani (UNRAM) Mauriek Putranta (UNRAM) Alan Smith (AusAID) Dian Nur Ratri (BMKG and University of Melbourne) The project and workshop planning was guided by the project Steering Committee: •
Ir. Tajuddin Erfandy. M.Sc (Head BLHP and Chair NTB Climate Change Task Force)
•
Dr. Rosiady Sayuti . M.Sc (Head BAPPEDA)
•
Dr. Kate Duggan (AusAID)
•
Prof. Yusuf Sutaryono (Project Leader, UNRAM)
•
Dr. James Butler (Project Leader, CSIRO)
Data compilation and translation for the report was provided by Dr. Kisman, Tarningsih Handayani, Putrawan Habibi, Mauriek Putranta and Tim Skewes. We also thank the 34 participants who contributed their time and opinions to this 3-day workshop.
ii
DAFTAR ISI RINGKASAN ................................................................ Error! Bookmark not defined. 1.
2.
PENDAHULUAN ................................................. Error! Bookmark not defined. 1.1
Latar belakang .......................................................... Error! Bookmark not defined.
1.2
Pembangunan di NTB dan penghidupan pedesaan ................................................. 6
1.3
Pendekatan penelitian dan kegiatan ........................................................................ 8
KEGIATAN 3 PERENCANAAN SKENARIO NTB .............................................. 9 2.1 2.2
3.
Analisis stakeholder .................................................................................................. 9 Proses workshop ................................................................................................... 11
HASIL WORKSHOP ............................................ Error! Bookmark not defined. 3.1 3.2
3.3
Sesi 1: Apa sajakah faktor-faktor pendorong perubahan bagi penghidupan pedesaan di NTB? .................................................................................................. 15 Sesi 2: Apa sajakah masa depan yang diinginkan dan yang mungkin bagi penghidupan di NTB? ............................................................................................ 22 3.2.1
Masa depan yang diinginkan bagi penghidupan di NTB .... Error! Bookmark
3.2.2
not defined. Skenario masa depan untuk penghidupan di NTB .............................................. 22
Sesi 3: Apakah dampak dari skenario the Business as Usual bagi kesejahteraan masyarakat? ............................................................ Error! Bookmark not defined. 3.3.1 3.3.2
3.4
Sesi 4: Bagaimana kemampuan adaptasi masyarakat NTB saat ini? ............. Error! Bookmark not defined. 3.4.1 3.4.2
3.5 3.6
Tipologi pelayanan dan produk ekosistem ..... Error! Bookmark not defined. Pemodelan dampak untuk tahun 2030 ........... Error! Bookmark not defined.
Indikator kemampuan adaptasi .............................. Error! Bookmark not defined. Skoring indikator kemampuan adaptasi ................ Error! Bookmark not defined.
Sesi 5: Manakah penghidupan yang paling rentan di NTB? ... Error! Bookmark not defined. Sesi 6: Apa sajakah strategi adaptasi prioritas yang dibutuhkan untuk meningkatkan penghidupan di NTB? ...................... Error! Bookmark not defined. 3.6.1 3.6.2 3.6.3 3.6.4 3.6.5 3.6.6 3.6.7 3.6.8
Contoh strategi-strategi adaptasi ........................... Error! Bookmark not defined. Mendesain strategi adaptasi untuk tipologi yang rentan ..... Error! Bookmark not defined. Tipologi 7 Berbagai tanaman dan kegiatan pesisir Error! Bookmark not defined. Tipologi 3 Padi dan tambak bandeng..................... Error! Bookmark not defined. Tipologi 5 Padi dan tembakau................................ Error! Bookmark not defined. Tipologi 1 Perikanan .............................................. Error! Bookmark not defined. Tipologi lainnya ..................................................... Error! Bookmark not defined. Studi kasus dan langkah selanjutnya ..................... Error! Bookmark not defined.
4.
EVALUASI WORKSHOP ..................................... Error! Bookmark not defined.
5.
DAFTAR PUSTAKA ............................................ Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN I: AGENDA WORKSHOP....................................................................... 57 LAMPIRAN II: KABUPATEN dan KECAMATAN BERDASARKAN TIPOLOGI ....... 66 LAMPIRAN III: PROYEKSI IKLIM DAN PENDUDUK UNTUK SKENARIO 'BUSINESS AS USUAL' PADA SETIAP TIPOLOGI LAMPIRAN IV: NILAI PPE, DAMPAK PADA TAHUN 2030 DAN KEMAMPUAN ADAPTASI UNTUK TIPOLOGI 2, 4, 6.............................................................. 70
iii
RINGKASAN Pulau-pulau di bagian timur kepulauan Indonesia adalah sebagian daerah dengan tingkat kemiskinan dan kerawanan pangan tertinggi di Negara Indonesia. Penghidupan masyarakat kebanyakan berada dipedesaan dan bergantung kepada pelayanan ekosistem yang disediakan oleh habitat darat dan laut, dan sangat sensitif terhadap perubahan ikilim. Saat ini tidak ada pendekatan yang tersedia untuk menilai kerentanan penghidupan pada pulau-pulau tersebut terhadap perubahan iklim atau faktor pendorong perubahan yang lain seperti pertumbuhan penduduk, atau untuk merancang strategi adaptasi ‘tanpa penyesalan’ yang membawa manfaat pada berbagai skenario masa depan. Proyek ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara mengembangkan sebuah pendekatan di Pulau Lombok dan Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebuah kemitraan penelitian telah dibangun antara Aliansi AusAID-CSIRO Research for Development Alliance, Universitas Mataram (UNRAM), Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Gugus Tugas Perubahan Iklim Pemerintah NTB. Pada bulan Juli 2010 – Juni 2013 proyek ini bertujuan untuk : 1. Mengembangkan dan menguji metode penelitian partisipatif yang dapat mengidentifikasi kerentanan penghidupan di pedesaan dan merancang strategi adaptasi ‘tanpa penyesalan’ yang sesuai; 2. Menyampaikan strategi adaptasi untuk studi-studi kasus penghidupan yang rentan di NTB dan memadukannya ke dalam perencanaan pembangunan; 3. Membangun kapasitas Pemerintah NTB, LSM, Lembaga Penelitian dan masyarakat pedesaan untuk beradaptasi terhadap ketidakpastian dan perubahan iklim di masa depan. Proyek ini menggunakan workshop perencanaan skenario partisipatif yang melibatkan stakeholder dari tingkat nasional, propinsi, kabupaten, kecamatan dan desa. Dengan menggabungkan pengetahuan stakeholder tentang penghidupan, faktor-faktor pendorong, pelayanan dan produk ekosistem yang penting, dan kemampuan adaptasi masyarakat, proses workshop menghasilkan strategi adaptasi ‘pantang mundur’ untuk berbagai jenis penghidupan yang rentan di NTB. Laporan ini merangkum workshop awal perencanaan skenario yang sudah dilaksanakan pada tingkat propinsi dengan 34 orang stakeholder dari Indonesia dan pemerintah NTB, LSM dan para ahli. Satu tim kolaboratif yang terdiri dari 18 peneliti dari UNRAM, CSIRO, BMKG, BPTP dan Gugus Tugas Perubahan Iklim Pemerintah NTB berkontribusi pada pemodelan penurunan skala iklim, populasi dan informasi ilmiah lainnya, yang kemudian dipadukan dengan pengetahuan stakeholder. Imam Suharto (VECO Indonesia) memfasilitasi jalannya workshop yang dilaksanakan pada tanggal 31 Mei – 2 Juni 2011 di Hotel Sanur Paradise, Bali. Workshop disusun menjadi enam sesi dan setiap sesi menjawab satu pertanyaan spesifik. Hasil dari setiap sesi adalah : Sesi 1: Apa sajakah faktor-faktor pendorong bagi penghidupan pedesaan di NTB? Semua kelompok menyusun 50 faktor pendorong perubahan saat ini. Faktor-faktor pendorong tersebut dikelompokkan berdasarkan tema, kemudian peserta melakukan voting untuk dua tema yang paling penting. Kondisi sumberdaya manusia dan perubahan iklim mendapatkan suara terbanyak.
1
Sesi 2: Apa sajakah masa depan yang diinginkan dan yang mungkin bagi penghidupan di NTB? Peserta menyetujui visi masa depan yang diinginkan bagi penghidupan pedesaaan di NTB pada tahun 2090 berdasarkan tercapainya pendapatan, kesehatan yang memadai , ketahanan pangan, kebersamaan dan kebebasan memilih untuk kehidupan yang baik. Kemudian dibuat satu buah matriks yang menggambarkan 4 skenario masa depan yang mungkin untuk kondisi sumberdaya manusia dan perubahan iklim ekstrim terburuk atau yang lebih baik. Peserta workshop kemudian membuat gambar dan narasi untuk setiap skenario. Hasilnya beragam mulai dari ‘skenario terbaik’ Desaku Sejahtera (perubahan iklim tidak terlalu ekstrim, kondisi sumberdaya manusia yang meningkat) menuju skenario NTB Adaptif dan Bunga Mekar, hingga ke skenario the ‘Business as Usual’ Hukum Rimba (perubahan iklim ektrim, kondisi sumberdaya manusia buruk). Ambang batas terlihat di dalam skenario Hukum Rimba pada tahun 2030 yaitu pada saat kebutuhan air minimum per kapita tidak tercapai dan skenario NTB Adaptif yaitu pada saat kenaikan muka air laut pada tahun 2090 mencapai 1,3 m. Kedua skenario tersebut membutuhkan relokasi penduduk dari Lombok ke Sumbawa. Sesi 3: Apakah dampak dari skenario the Business as Usual pada kesejahteraan masyarakat? Satu buah tipologi dan pemodelan pelayanan dan produk ekosistem (PPE) sudah dikembangkan untuk NTB. Hal itu digunakan untuk memprediksi dampak faktor-faktor pendorong perubahan terhadap pelayanan dan produk ekosistem (PPE) dan kesejahteraan masyarakat di tahun 2030 pada skenario the ‘Business as Usual’ Hukum Rimba. Tipologi yang paling terkena dampak adalah Tipologi 3 (padi dan tambak bandeng), diikuti oleh Tipologi 7 (berbagai tanaman dan kegiatan pesisir), tipologi 4 (pertanian campuran dan hutan) dan Tipologi 5 (padi dan tembakau). Sesi 4: Bagaimana kemampuan adaptasi masyarakat NTB saat ini? Menggunakan kerangka kerja enam modal (alam, sosial, manusia, fisik, ekonomi dan politik) peserta mengembangkan 18 indikator kemampuan adaptasi untuk masyarakat NTB. Kemudian mereka menilai indikatorindikator tersebut didalam masyarakat pada setiap tipologi untuk mendapatkan indeks kemampuan adaptasi rata-rata. Sesi 5: Manakah penghidupan yang paling rentan di NTB? Dengan menggabungkan PPE dan dampak yang dirasakan pada kesejahteraan manusia dengan indeks kemampuan adaptasi untuk setiap tipologi diketahui bahwa Tipologi 7 (berbagai tanaman dan kegiatan pesisir) adalah yang paling rentan di tahun 2030 diikuti oleh Tipologi 3 (padi dan tambak bandeng), Tipologi 4 (pertanian campuran dan hutan) dan Tipologi 5 (padi dan tembakau). Namun Tipologi 1 (perikanan) menjadi tipologi yang paling rentan keempat pada tahun 2090 akibat dampak dari perubahan iklim. Sesi 6: Apa sajakah strategi adaptasi prioritas yang dibutuhkan untuk meningkatkan penghidupan di NTB? Berdasarkan PPE, dampak yang dirasakan pada kesejahteraan masyarakat dan kemampuan adaptasi untuk setiap tipologi, peserta mendesain strategi adaptasi untuk penghidupan untuk menghindari the ‘Business as Usual’ Hukum Rimba menuju visi NTB and skenario terbaik ‘Desaku Sejahtera’. Peserta memilih empat tipologi untuk dianalisis : Tipologi 1, Tipologi 3, Tipologi 5 dan Tipologi 7. Seluruh strategi ditargetkan pada kerentanan lokal spesifik and dicek silang dengan skenario masa depan yang lainnya (misal NTB Adaptif, Bunga Mekar dan Desaku Sejahtera) untuk menentukan apakah strategi tersebut mal-adaptif jika skenario tersebut akhirnya terjadi. Seluruh strategi dianggap sesuai untuk semua skenario dan oleh karenanya merupakan strategi ‘tanpa penyesalan’. Kecamatankecamatan berikut mewakili tipologi terpilih sebagai studi kasus di masyarakat:
2
o o o
Tipologi 1 Perikanan: Sape and Jerowaru (Kabupaten Lombok Timur) Tipologi 5 Padi dan tembakau: Janapria (Kabupaten Lombok Tengah) and Terara (Kabupaten Lombok Timur) Tipologi 7 Berbagai tanaman dan kegiatan pesisir: Bayan and Pemenang (Kabupaten Lombok Utara)
Survai kuisioner yang dilakukan selama workshop berlangsung menunjukkan bahwa peserta menganggap proses workshop berguna, dimana 72% menyatakan bahwa workshop telah “meningkatkan pemahaman saya tentang perubahan iklim dan bagaimana NTB dapat beradaptasi”. Pandangan peserta juga semakin luas dengan lebih berfikir tentang “masa depan” menjadi 20 tahun atau lebih. Proporsi yang percaya bahwa “kebijakan adaptasi iklim di NTB membuat NTB siap untuk menghadapi perubahan iklim” meningkat dan proporsi yang sangat setuju bahwa “perubahan iklim membawa resiko kepada diri saya pribadi” berkurang. Workshop perencanaan skenario serupa akan dilakukan pada empat studi kasus. Strategistrategi adaptasi dari para peserta kemudian akan diintegrasikan ke dalam workshop selanjutnya dan dibandingkan dengan kebijakan dan program pembangunan saat ini di masing-masing kecamatan.
Dampak pd kesejahteraan (%)
Id 7 3 4 5 1 2 6
Typology name Beragam tanaman dan kegiatan pesisir Padi dan tambak bandeng Beragam pertanian dan pemanfaatan hutan Padi dan tembakau Perikanan Perikanan dan rumput laut Beragam peternakan dan tanaman
2030
2090
-12.6 -12.3 -10.4 -9.9 -6.5 -6.5 -5.8
-29.6 -26.8 -24.7 -26.7 -20.2 -13.7 -16.8
Indeks K,A 3.2 2.9 2.9 3.7 2.5 3.7 2.9
Indeks kerentanan 2090 2030 0.21 0.46 0.20 0.46 0.18 0.43 0.13 0.36 0.13 0.40 0.10 0.29 0.09 0.18
Indeks kerentanan untuk setiap tipologi pada tahun 2030 dan 2090. Peta menunjukkan kerentanan pada tahun 2030, warna yang lebih gelap menunjukkan kerentanan yang lebih besar.
3
2030
2011
2060
2090
+
Desaku Sejahtera Sumberdaya manusia VISI PENGHIDUPAN NTB Kemampuan adaptasu
NTB Adaptif FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN
PENGHIDUPAN DI NTB
Bunga Mekar Perubahan iklim
Dampaknya bagi kesejahteraan masyarakat
Hukum Rimba
Ringkasan hasil workshop untuk sesi 1 - 6
4
1.
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang proyek Pulau-pulau di bagian timur kepulauan Indonesia adalah sebagian daerah dengan tingkat kemiskinan dan kerawanan pangan tertinggi di Negara Indonesia. Penghidupan masyarakat kebanyakan berada dipedesaan dan bergantung kepada pelayanan ekosistem yang disediakan oleh habitat darat dan laut, dan sangat sensitif terhadap perubahan ikilim. Saat ini tidak ada pendekatan yang tersedia untuk menilai kerentanan penghidupan pada pulau-pulau tersebut terhadap perubahan iklim atau faktor pendorong perubahan yang lain seperti pertumbuhan penduduk, atau untuk merancang strategi adaptasi ‘tanpa penyesalan’ yang membawa manfaat pada berbagai skenario masa depan. Proyek ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut dengan cara mengembangkan sebuah pendekatan di Pulau Lombok dan Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Sebuah kemitraan penelitian telah dibangun antara Aliansi AusAID-CSIRO Research for Development Alliance, Universitas Mataram (UNRAM), Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG), Balai Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Gugus Tugas Perubahan Iklim Pemerintah NTB. Pada bulan Juli 2010 – Juni 2013 proyek ini bertujuan untuk : 1. Mengembangkan dan menguji metode penelitian partisipatif yang dapat mengidentifikasi kerentanan penghidupan di pedesaan dan merancang strategi adaptasi ‘tanpa penyesalan’ yang sesuai; 2. Menyampaikan strategi adaptasi untuk studi-studi kasus penghidupan yang rentan di NTB dan memadukannya ke dalam perencanaan pembangunan; 3. Membangun kapasitas Pemerintah NTB, LSM, Lembaga Penelitian dan masyarakat pedesaan untuk beradaptasi terhadap ketidakpastian dan perubahan iklim di masa depan.
Gambar 1. Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), Indonesia, dan Pulau Lombok dan Sumbawa
5
1.2
Pembangunan di NTB dan penghidupan pedesaan
NTB berada di kepulauan sebelah tenggara Indonesia, dan terdiri atas pulau Lombok (4.725 km2) dan Sumbawa (15.448 km2). Kedua pulau tersebut didominasi oleh dua gunung api yang tidak aktif yaitu Gunung Rinjani (Lombok) dan Tambora (Sumbawa). Tanahnya sebagian besar subur dan merupakan tanah vulkanis, tetapi curah hujan tahunan rata-rata sebesar 2.500 mm per tahun, dan di Sumbawa sebesar 1.200 mm yang sebagian besar jatuh pada saat musim hujan bulan Desember – April. Suhu harian rata-rata sebesar 280C. NTB dipengaruhi oleh El Nino Southern Oscillation, yang dapat mengakibatkan periode kekeringan dan musim hujan yang lebih panjang. Pada tahun 2011 Propinsi NTB dibagi dalam delapan kabupaten dan dua kota (Mataram dan Bima). Terdapat 106 kecamatan pedesaan dan setiap kecamatan dibagi ke dalam desa. Islam adalah agama mayoritas (dipeluk oleh 97% penduduk) yang sudah ada sejak abad ke-17. Namun, proses Islamisasi antara Lombok dan Sumbawa berbeda. Di Lombok Islam dipengaruhi oleh dua aturan Hindu Bali dan Animisme etnis Sasak yang menghasilkan percampuran kebudayaan dan kelembagaan antara Muslim dan Bali dan pengetahuan tradisional yang sangat kuat (awiq-awiq). Di Sumbawa, Islam lebih mudah diterima oleh penduduk asli suku Samawa dan Mbojo. Propinsi NTB dibentuk pada tahun 1957 setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Melalui proses desentralisasi setelah jatuhnya Presiden Suharto pada tahun 1998 terjadi perubahan ke otonomi daerah dan demokrasi dan peningkatan upaya oleh Gubernur-gubernur NTB untuk meningkatkan pembangunan sosial dan ekonomi berfokus kepada pertanian, perikanan dan pariwisata. Upaya ini dicontohkan dengan pembukan Bandara Internasional Lombok oleh Presiden Indonesia pada bulan Oktober 2011. NTB memiliki penduduk sebesar 4,5 juta jiwa pada tahun 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun sebesar 1,17%. Sebanyak 3.168 juta jiwa (70%) mendiami Lombok dengan kepadatan 671 jiwa per km2, dan sisanya sebesar 1.331 juta jiwa (30%) mendiami Sumbawa dengan kepadatan 86 per km2. Laju angka kesuburan wanita dan kematian bayi menurun dan angka harapan hidup meningkat. Sebagian besar penduduk (58%) tinggal di wilayah pedesaan tetapi tren ke arah urbanisasi menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2010, sebanyak 71.000 orang pergi ke luar negeri untuk bekerja di Timur Tengah dan Asia-Pasifik sebagai pembantu rumah tangga (wanita) dan di sektor pertanian atau pekerja konstruksi (pria) tetapi jumlah ini menurun. Ekonomi NTB tumbuh sebesar 6,7% pada tahun 2010. Pada tahun 2007 Produk Domestik Bersih (PDB) didominasi oleh tambang emas (25%) yang difokuskan di Kabupaten Sumbawa Barat dan pertanian dan perikanan (25%). Lapangan pekerjaan pada tahun 2008 didominasi oleh sektor pertanian (46%) tetapi menurun tajam ketika lapangan pekerjaan di sektor pertambangan dan jasa meningkat. Angka kemiskinan menurun menjadi 22% pada tahun 2010 dari 30% pada tahun 2001. Indeks Pembangunan Manusia NTB pada tahun 2009 sebesar 64,66, kedua terendah dari 33 propinsi di Indonesia, yang menunjukkan rendahnya tingkat harapan hidup, angka melek huruf, pendidikan dan pendapatan. Meskipun angka kematian ibu, gizi buruk dan buta huruf berkurang, tetapi angka penggunaan alat kontrasepsi juga berkurang dan lebih rendah dari tingkat nasional pada tahun 2010 (51% vs 54%). Kasus HIV/AIDS, pencurian kendaraan bermotor, pencurian dengan kekerasan, perkosaan dan pembunuhan bertambah. Ketidaksetaraan gender masih terlihat walaupun kebijakan
6
pengarusutamaan gender sudah diperkenalkan sejak tahun 2000. Meskipun angka perempuan melek huruf meningkat menjadi 80% pada tahun 2008, pada periode 2005-2008 kesenjangan antara laki-laki dan perempuan tetap ada rata-rata sebesar -11%. Ringkasan tren data yang tersedia ditampilkan pada Tabel 1. Terdapat perbedaan yang jelas antara Lombok dan Sumbawa dalam berbagai indikator penduduk, ekonomi dan kesehatan, dimana penduduk di Lombok berada pada tingkat perkembangan yang lebih rendah (Tabel 2). Tabel 1. Tren data penduduk, ekonomi dan kesehatan untuk NTB (Fachry et al. 2011)
Tren data tahun
Tren
Indikator (unit)
Tahun
Pertumbuhan penduduk (% per tahun)
2010
1.17
1971-2010
Angka kesuburan (kelahiran per perempuan)
2010
2.4
1971-2010
Angka kematian bayi (kematian per 1000 kelahiran hidup)
2010
49
1971-2010
Harapan hidup (tahun)
2010
67
1971-2010
Urbanisasi (% penduduk)
2010
41.7
1971-2010
PDB (rata-rata % pertumbuhan per tahun)
2010
6.3
2005-2010
Kemiskinan (% penduduk)
2010
21.6
2001-2010
Anak Berat Badan rendah (% dibawah umur 5 tahun)
2008
21.7
2004-2008
Penggunaan alat kontrasepsi (% pasangan menikah)
2010
51.0
2006-2010
Wanita melek huruf (% penduduk wanita)
2008
81.6
2005-2008
Kesenjangan wanita–pria melek huruf (%)
2009
-10.3
2005-2008
Kejahatan (total kasus)
2009
2,491
2007-2009
Indeks Pembangunan Manusia
2009
64.66
2001-2009
NTB
Tabel 2. Perbandingan antara indikator pembangunan untuk Lombok dan Sumbawa (Fachry et al. 2011)
Indikator (unit)
Tahun
Lombok
Sumbawa
NTB
Kabupaten ..?
Indeks Pembangunan Manusia
2009
62.79
65.93
64.66
Lombok Utara (58.40)
Kemiskinan (% penduduk)
2008
21.1*
20.5*
22.8
Lombok Barat (24.0%)
Kesakitan laki-laki (% pria)
2006
23.8*
19.6*
23.3
Lombok Tengah (29.3%)
Kesakitan perempuan (% wanita)
2006
24.1*
19.0*
23.8
Lombok Tengah (29.6%)
Tanpa listrik (% rumah tangga)
2010
12.2*
5.0*
10.7
Lombok Utara (24.1%)
Sumber air yang tidak terpelihara (%)
2010
6.0*
4.0*
6.0
Lombok Barat (8.7%)
Tanpa toilet (% rumah tangga)
2010
43.8*
36.8*
44.3
Lombok Utara (55.7%)
Wanita buta huruf (%)
2009
24.5
13.5
22.9
Data tidak tersedia
* Rata-rata data dari kabupaten/kota
7
1.3
Pendekatan penelitian dan kegiatan
Mengintegrasikan tantangan perubahan iklim dengan penghidupan dalam arti luas dan tujuan pembangunan sosial di negara berkembang merupakan satu kajian penelitian dan kegiatan yang baru. Proyek ini bertujuan untuk berkontribusi pada bidang tersebut dengan menerapkan dan mengintegrasikan seperangkat konsep dan metode dalam ilmu pengetahuan sistem, berorientasi baik kepada pembangunan dan iklim, hingga ke.... antara adaptasi iklim, pengentasan kemiskinan dan desain kebijakan. Beragam stakeholder dari berbagai sektor dilibatkan di dalam perencanaan dan peningkatan penghidupan pedesaan termasuk masyarakat pedesaan itu sendiri. Meskipun mereka memiliki tujuan yang sama, tetapi memiliki peran dan persepsi yang berbeda tentang bagaimana mencapai pembangunan pedesaan. Agar efektif, upaya para stakeholder tersebut harus dikoordinasikan dan pengetahuan mereka digabungkan untuk mengatasi tantangan penghidupan. Proyek ini menerapkan perencanaan skenario partisipatif yang melibatkan stakeholder pemerintah, LSM dan masyarakat untuk secara bersama-sama menggambarkan karakteristik penghidupan pedesaan saat ini dan yang potensial di masa depan. Workshop yang dilaksanakan pada tingkat propinsi dan kecamatan mengidentifikasi strategi adaptasi yang dipercaya oleh stakeholder dapat mengurangi dampak negatif apapun dari perubahan yang dirasakan pada kesejahteraan masyarakat, mengurangi kerentanan penghidupan dan membangun kemampuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan di masa depan. Serangkaian workshop berikutnya akan mengintegrasikan strategi adaptasi yang telah diidentifikasi oleh stakeholder, sehingga dapat memberikan pembanding diantara beragam perspektif dan memberi satu penilaian apakah strategi tersebut telah diintroduksi di dalam kebijakan dan program. Jika tidak, pembatas-pembatas di dalam implementasinya akan diidentifikasi. Proses ini secara bersama-sama menghasilkan pengelolaan adaptif, dimana pengetahuan baru, kemitraan dan kemampuan adaptasi dihasilkan oleh seluruh stakeholder untuk meningkatkan penghidupan. Dalam periode dari bulan Juli 2010 – Juni 2013 proyek akan melakukan serangkaian kegiatan yang dihubungkan oleh output (Gambar 2). Laporan ini menjelaskan Kegiatan 3, Perencanaan skenario NTB, untuk mencari persepsi stakeholder pada tingkat propinsi NTB tentang tantangan masyarakat pedesaan saat ini dan di masa depan dan strategi adaptasi yang dibutuhkan untuk meningkatkan penghidupan mereka.
8
2010 -11
2011 - 12
2012 -13
Kegiatan 1: Penurunan skala proyeksi iklim Proyeksi 1. 14 km Kegiatan 2:Pemodelan produk dan pelayanan PPE ekosistem dan tipologi 2. EGS impact model
2. EGS impact model
3. Tipologi PPE 6. Strategi adaptasi
Activity 3: NTB scenario planning 5. Penghidupan Yang rentan
Activity 4: Community scenario planning 6. Adaptation strategies 4. Peinilaian kemampuan adaptasii
4. Penilaian kemampuan adaptasii
7. Adaptation strategy research priorities
Activity 5:Integration and policy evaluation
Kegiatan 6: Penelitian strategi adaptasi
Kegiatan 7: Penilaian kemampuan adaptasi dan gender Kegiatan 8: Analisis kebijakan Kegiatan 9: Evaluasi co -Pengelolaan co adaptif
Gambar 2. Timelines for project activities and outputs (in italics) linking activities in July 2010 – June 2013. Activity 3 (NTB scenario planning) is highlighted.
2. 2.1
KEGIATAN 3 PERENCANAAN SKENARIO NTB Analisis Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Satu langkah kunci dalam rangka persiapan workshop kegiatan 3 adalah analisis stakeholder di dalam lembaga-lembaga formal yang terkait perubahan iklim, pembangunan pedesaan dan pengelolaan sumberdaya alam di NTB. Kegiatan ini mengidentifikasi 55 lembaga yang relevan termasuk dinas pemerintah propinsi NTB dan nasional, LSM, badan pemberi dana internasional dan lembaga penelitian. Menggunakan serangkaian indikator dari Mitchell et al. (1997), setiap lembaga diberi skor dari skala 0-5 oleh anggota tim kolaboratif dari Indonesia: 1. Kekuasaan stakeholder untuk melaksanakan dan membuat keputusan; 2. Legitimasi stakeholder berdasarkan pandangan stakeholder lain; 3. Kepentingan stakeholder yang membutuhkan klaim keterlibatan langsung. Sebanyak 40 stakeholder dengan nilai total skor indikator tertinggi dipilih dan perwakilan dari masing-masing lembaga diidentifikasi dan diundang untuk menghadiri workshop. 34 orang
9
hadir, termasuk 15 orang dari 28 orang anggota Gugus Tugas Perubahan Iklim NTB (Tabel 3). 27 orang adalah laki-laki dan 7 orang perempuan. Tabel 3. Peserta workshop, lembaga dan total skor analisis stakeholder (maksimum 15). Anggota Gugus Tugas Perubahan Iklim NTB diberi tanda *.
No. 1
Representatif Samsudin, St
Score 15
Esnawan Budi Santoso
Lembaga Badan Perencanaan Pembangunan Daerah NTB* NTB Regional Planning Agency (BAPPEDA) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah NTB* NTB Regional Planning Agency (BAPPEDA) Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian NTB* NTB Environmental and Research Agency (BLHP) Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian NTB* NTB Environmental and Research Agency (BLHP) Dinas Kehutanan NTB* NTB Forestry Department Dinas Kehutanan NTB* NTB Forestry Department Dinas Kelautan dan Perikanan NTB* NTB Fishery and Maritime Affairs Department BPDAS Dodokan Moyosari* Dodokan Moyosari Water Catchment Management Office KLH* National Ministry of Environment Dinas Pekerjaan Umum NTB* NTB Public Works Department Dinas Pekerjaan Umum NTB* NTB Public Works Department BMKG* National Meteorological, Climatological and Geophysical Board Dinas Pertambangan dan Energi NTB* NTB Mining and Energy Department Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB NTB Agricultural Technology Assessment Agency (BPTP) Dinas Pertanian TPH NTB NTB Agriculture Food and Horticultural Crops Department Pusat Penelitian Lingkungan Hidup UNRAM UNRAM Environmental Research Centre Pusat Penelitian Sumberdaya dan Agroklimat UNRAM UNRAM Water Resource and Agroclimate Research Centre Australian-Indonesian Partnership for Development
2
Baiq Mandri Sri Apriatni
3
Ir. Sunardi Hardjo, M.SI
4
Yus andana, St
5
Ir. Basuki Winantu, M.Si
6
Eko Dwi Sukmanto
7
Sasi Rustandi
8
Ir. Edi Setyawan
9
Koko Wijanarko
10
Ir. Gede Suardiari, MT
11
Ir. H. Swahip, MT
12
Wakodim, SP
13
Kun Dwi Santoso, BE
14 15
Dr. Ir. Dwi Praptomo Sudjatmiko, MS Ir. Lalu Suwarjaya
16
Ir. M. Yusuf, M.SI
17
Muhammad Husni Idris
18 19
Kun Praseno M.Mar.Stud
IMACS – USAID
13
20
Aloysius Suratin
OXFAM
13
21
Drh. Nengah Dwiana
12
22
Ir. Siti Hajar
23
Ridha Ahyana, S.IP
Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB* NTB Livestock and Animal Health Department Badan Ketahanan Pangan NTB* NTB Food Security Agency Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB* NTB Regional Disaster Management Agency
15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 14 13 13 13 13 13
12 12
10
Tabel 3 lanjutan. Peserta workshop, lembaga dan total skor analisis stakeholder (maksimum 15). Anggota Gugus Tugas Perubahan Iklim NTB diberi tanda *.
No. 23
Representatif Ridha Ahyana, S.IP
Lembaga Badan Penanggulangan Bencana Daerah NTB* NTB Regional Disaster Management Agency Samanta NGO*
Score 12
24
Dwi Sudarsono, SH
25
Transform NGO*
12
26
Andi Chairil Ichsan, S.Hut, M.SI Fifi Luthfidah
Konsepsi NGO
12
27
Ir. Novia Rosalita, SP-1
12
28
31
Bayu Priyambodo, S.PI, M,SI I Made Suadnya, SKM, M.Kes Dra. Nunung Triningsih, MM Drs. I Komang Wariga, MM
32
Bambang Istiyanto
33
Ir. Gembong Suparnadi, MM Ir. Ni Nyoman Retty Wimartini, MM
BWS Nusa Tenggara Nusa Tenggara River Basin Office Balai Budidaya Laut (Sekotong) Sekotong Marineculture Office Dinas Kesehatan NTB NTB Health Department Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB NTB Cultural and Tourism Department Biro ADM Kerjasama dan SDA SETDA NTB Cooperation Bureau of NTB Regional Secretary Dishubkominfo NTB Transportation, Communication and Information Department Biro ADM Perekonomian SETDA NTB NTB Economic Administration Bureau Regional Secretary Dinas Perkebunan NTB NTB Plantation Department
29 30
34
2.2
12
11 11 11 11 11 10 10
Proses workshop
Workshop dilaksanakan selama 3 hari mulai tanggal 31 Mei, 1 dan 2 Juni 2011 bertempat di Hotel Sanur Paradise, Bali. Fasilitasi workshop dipimpin oleh Imam Suharto (VECO Indonesia), dibantu oleh anggota tim kolaboratif dari Indonesia (Tabel 4). Seluruh kegiatan diskusi dilakukan dalam Bahasa Indonesia tetapi presentasi dari peneliti CSIRO disampaikan dalam Bahasa Inggris dengan slide dalam Bahasa Indonesia. Poster yang merangkum presentasi diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan dipasang di dalam ruang pertemuan selama workshop berlangsung. Tujuan dari workshop adalah: 1. Mengidentifikasi penghidupan yang paling rentan di NTB 2. Mengidentifikasi strategi adaptasi prioritas untuk penghidupan tersebut 3. Mengidentifikasi studi kasus di masyarakat Workshop secara resmi dibuka oleh Steering Committee proyek, dipimpin oleh Dr. Rosiadi Sayuti (Kepala BAPPEDA) dan Ir. Tajuddin Erfandy (Kepala BLHP dan Ketua Gugus Tugas Perubahan Iklim NTB). Prof. Yusuf Sutaryono kemudian memperkenalkan proyek dan proses workshop, dan meminta persetujuan peserta untuk menerapkan dan mempublikasikan bahan
11
dan hasil workshop. Seluruh peserta setuju. Istilah dan konsep penting dijelaskan dan didiskusikan dengan peserta untuk mendapatkan kesamaan pemahaman (Tabel 5). Tabel 4. Anggota tim kolaboratif yang ikut berpartisipasi dan memfasilitasi workshop.
Nama dan Fakultas Prof. Yusuf Akhyar Sutaryono, PhD Dekan, Fakultas Peternakan Dr. Imam Suharto, Fasilitator
Lembaga Universitas Mataram (UNRAM)
Dr. Ketut Puspadi
Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Prop.NTB
Dr. Wayan Suadnya Pusat Peneltian dan Pengembangan Pedesaan, Fakultas Pertanian Dr. Karnan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dr. Dahlanuddin Fakultas Peternakan Dr. Kisman Fakultas Pertanian Ir. Hanartani, SU Pusat Studi Wanita, Fakultas Peternakan Ir. Anwar Fachry, MSc Fakultas Ekonomi Dr. Gulam Abbas, MSI
University of Mataram (UNRAM)
VECO Indonesia
Universitas Mataram (UNRAM) Universitas Mataram (UNRAM) Universitas Mataram (UNRAM) Universitas Mataram (UNRAM) Universitas Mataram (UNRAM)
Dr. Ahmad Suriadi
Badan Lingkungan Hidup dan Penelitian (BLHP) Prop.NTB Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Prop.NTB
Adi Ripaldi SP.MAHG
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
Irwan Mahakam Lesmono Aji S.HUT, MSCF Fakultas Kehutanan Tarningsih Handayani Pusat Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering Tropika Putrawan Habibi Pusat Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering Tropika Mauriek Putranta
Universitas Mataram (UNRAM)
Lukita Cesaria Ibundani
Universitas Mataram (UNRAM)
Alan Smith
AusAID
Dr. James Butler
CSIRO Ecosystem Sciences
Dr. Erin Bohensky
CSIRO Ecosystem Sciences
Dr. Sarah Park
CSIRO Ecosystem Sciences
Tim Skewes
CSIRO Marine and Atmospheric Research
Dr. Dewi Kirono
CSIRO Marine and Atmospheric Research
Dr. Brian Long
CSIRO Marine and Atmospheric Research
Universitas Mataram (UNRAM) Universitas Mataram (UNRAM) Universitas Mataram (UNRAM)
12
Tabel 5. Istilah dan definisi yang digunakan di dalam workshop
Istilah Penghidupan Kesejahteraan masyarakat
Definisi Kemampuan, modal, (meliputi sumberdaya materi dan sosial) dan kegiatan yang dibutuhkan untuk menjalankan kehidupan Kebutuhan dasar manusia untuk hidup secara sehat : pendapatan, ketahanan pangan, kesehatan, kerukunan sosial, kebebasan memilih
Faktor pendorong perubahan
Faktor alam manusia yang secara langsung atau tidak langsung menyebabkan perubahan di dalam sistem yang diamati
Produk dan Pelayanan Ekosistem
Manfaat yang diperoleh manusia dari ekosistem yang berfungsi sehat
Ambang batas
Titik kritis dimana perubahan mendadak terjadi
Kemampuan adaptasi
Kemampuan penghidupan (manusia dan ekosistem) untuk menyesuaikan diri dengan tekanan aktual atau yang diharapkan, atau untuk mengatasi konsekuensinya Tingkatan dimana penghidupan akan dipengaruhi oleh perubahan, dimediasi oleh kemampuan adaptasinya Penyesuaian dalam sistem ekologi, sosial atau ekonomi untuk menanggapi perubahan aktual atau yang diharapkan termasuk efek atau dampaknya Strategi yang memberikan manfaat pada setiap kondisi perubahan di masa depan Strategi yang menyebabkan penghidupan menjadi lebih rentan terhadap perubahan
Kerentanan Strategi adaptasi Strategi ‘no regret’ Mal-adaptasi
Referensi Ellis 2000 Millennium Ecosystem Assessment 2005 Millennium Ecosystem Assessment 2005 Millennium Ecosystem Assessment 2005 Walker et al. 2005 IPCC 2007 IPCC 2007 Smit and Wandel 2006 Hallegatte 2009 Hallegatte 2009
13
Proses workshop dijelaskan kepada peserta menggunakan Gambar 3. Enam langkah yang dilakukan: 1. Faktor pendorong perubahan untuk penghidupan saat ini diidentifikasi. 2. Visi masa depan yang diinginkan untuk penghidupan pada tahun 2090 disetujui dalam kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya, berdasarkan perbedaan pada faktor-faktor pendorong perubahan, dibuat empat skenario masa depan dan dibandingkan dengan dengan visi yang diinginkan. 3. Dilakukan pemodelan dampak yang dirasakan pada kesejahteraan masyarakat pada tahun 2030 untuk skenario the ‘Business as Usual’. Tahun 2030 dipilih karena dampak dari faktor pendorong lebih dapat diprediksi dalam jangka pendek dibandingkan jangka panjang dan respon masyarakat tampaknya belum dapat memberikan pengaruh. 4. Kemampuan adaptasi masyarakat untuk menghadapi skenario the ‘Business as Usual’ dinilai. 5. Penghidupan yang rentan diidentifikasi dengan menggabungkan proyeksi dampak dengan kemampuan adaptasi masyarakat saat ini : penghidupan yang paling rentan adalah yang paling terkena dampak dengan kemampuan adaptasi terendah. 6. Berdasarkan kerentanan spesifiknya, didesain strategi adaptasi yang sesuai. Strategi tersebut kemudian dibandingkan dengan skenario-skenario yang sudah dibuat pada langkah kedua (2) untuk melihat apakah strategi tersebut sesuai ataukah ‘mal-adaptif’ untuk setiap kemungkinan yang dapat terjadi. Dengan cara ini, strategi ‘tanpa penyesalan’ disetujui yang mengarah kepada peningkatan penghidupan menuju visi NTB dan skenario ‘kasus terbaik’. 2011
2030
2060
2090
+
Skenario (Kasus terbaik)
VISI PENGHIDUPAN NTB Kemampuan adaptasi FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN
Skenario PENGHIDUPAN DI NTB
Skenario Dampaknya bagi kesejahteraan masyarakat Skenario (Business as Usual)
-
Gambar 3. Diagram proses workshop menunjukkan penghidupan di NTB, pendorong perubahan, visi masa depan, dampak pada kesejahteraan masyarakat, kemampuan adaptasi dan strategi adaptasi ‘tanpa penyesalan’.
14
Untuk melaksanakan proses ini, workshop disusun ke dalam enam sesi, dan setiap sesi menjawab satu pertanyaan spesifik (Gambar 4; Lampiran I). Susunan tersebut didesain untuk mengintegrasikan informasi ilmiah dari kegiatan proyek lainnya (lihat Gambar 2) dan pengetahun stakeholder sehingga menghasilkan pengetahun bersama. Satu proses evaluasi dilakukan diawal dan diakhir workshop untuk menilai bagaimana persepsi peserta workshop berubah. Pengetahuan ilmiah
Pengetahuan bersama
Pengetahuan stakeholder
Kegiatan 9: Evaluasi sebelum workshop Kegiaan 1: Proyeksi iklim Kegiatan 2: Trend - sosial ekonomi Penilaian Kerentanan Lombok
Kegiatan 2: Model produk dan pelayanan ekosistem
Sesi 1:Apa faktor pendorong perubahan untukPenghidupan masy desa di NTB?
Sesi 2: Apa masa depan yg diinginkan Dan mungkin bagi penghidupan di NTB?
Skenario-skenario masa depan
Sesi 3: Apa saja dampak scenario Business as Usual pada Kesejahteraan manusia
Penilaian pelayanan ekosistem bagi Kesejahteraan manusian -
Kegiatan 2: Tipologi produk dan pelayanan ekosistem
Kegiatan 7: Kemampuan adaptasi dan indikator modal
Sesi 4: Bagaimana kapasitas adaptasi Masyarakat NTB saat ini
Kegiatan 2: Dampak produk dan pelayanan ekosistem
Contoh strategi adaptasi
Persepsi terhadap faktor pendorong perubahan
Sesi 5: Apa saja jenis penghidupan Yang paling rentan di NTB
Sesi 6: Apa strategi adaptasi prioritas yang Dibutuhkan untuk meningkatkan Penghidupan di NTB?
Skoring indikator kemampuan adaptasi
Penghidupan yang paling retan
Strategi adaptasi
Kegiatan 9: Evaluasi setelah workshop
Gambar 4. Struktur workshop dan peranan keluaran dari kegiatan lain (lihat Gambar 2)
3.
HASIL WORKSHOP
3.1 Sesi 1: Apa sajakah faktor-faktor pendorong perubahan bagi penghidupan pedesaan di NTB? Sesi 1 diawali dengan presentasi oleh anggota tim kolaboratif tentang tren saat ini dan proyeksi di masa depan untuk faktor pendorong perubahan potensial bagi penghidupan pedesaan termasuk isu global (misal kiris ekonomi, teknologi, epidemi penyakit), kondisi ekonomi NTB, pertumbuhan penduduk dan kesehatan, tren budaya dan isu gender, pola iklim di NTB dan proyeksi penurunan skala perubahan iklim. Presentasi tersebut menampilkan proyeksi pertumbuhan penduduk berdasarkan sensus nasional tahun 2010 yang menunjukkan jumlah penduduk NTB akan meningkat dari 4,5 juta jiwa pada tahun 2010 menjadi 6,5 juta jiwa pada tahun 2010 (Gambar 5). Proyeksi penurunan skala perubahan iklim untuk curah hujan (Gambar 6 dan 7) dan perkiraan resiko daerah terendam banjir akibat kenaikan muka air laut yang diambil dari Penilaian Kerentanan Lombok (KLH 2009; Gambar 8) juga ditampilkan.
15
Pemakalah juga menyoroti ambang batas perubahan potensial seperti tingkat pendidikan perempuan, harga bahan bakar dan pangan. Setelah sesi presentasi, peserta workshop dibagi dalam 4 kelompok untuk mendiskusikan persepsi mereka tentang faktor-faktor pendorong perubahan saat ini bagi penghidupan pedesaan di NTB. Masing-masing kelompok menulis faktor pendorongnya di atas kertas dan menempelkan di papan (Tabel 6). Melalui proses diskusi faktor-faktor pendorong tersebut dikelompokkan ke dalam tema yang sama. Kemudian setiap peserta melakukan voting untuk memilih dua faktor pendorong perubahan yang paling penting bagi penghidupan menggunakan stiker. Hasil voting untuk setiap tema kemudian dijumlahkan untuk mengetahui dua faktor pendorong terpenting (Gambar 9). 7.0 NTB
6.5 6.0
Population (million)
5.5 5.0
Lombok
4.5 4.0 3.5 3.0 2.5
Sumbawa
2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 1970
1980
1990
2000
2010
2020
2030
2040
2050
Year
Gambar 5. Hasil sensus (garis bersambung) pertumbuhan penduduk di Sumbawa, Lombok dan NTB tahun 1971-2010 dan proyeksi pertumbuhan penduduk (garis putus-putus) hingga 2050 (Sumber: Anwar Fachry, UNRAM)
16
300 Curah hujan saat ini
250
Proyeksi max/min 2030
200 (mm)
150 Tembakau
Rainfall
100 Padi pertama
Padi kedua
Padi ketiga
50 0 Jul Apr
Jan Nov
Des
Feb
Mar
Mei
Okt
Jun Agu
Sep
Gambar 6. Rata-rata curah hujan bulanan saat ini untuk Ampenan, Lombok Barat dan proyeksi curah hujan pada tahun 2030 dibawah skenario emisi A2 SRES relatif untuk waktu tanam padi dan tembakau (Sumber: CSIRO and BMKG)
17
Gambar 7. Proyeksi perubahan curah hujan bulan Januari, April, Juli dan Oktober 2030 di NTB resolusi skala diturunkan hingga 14 km untuk skenario emisi IPCC A2 (Sumber: CSIRO)
18
Gambar 8. Resiko daerah terendam banjir pada elevasi permukaan laut diatas 1990 untuk wilayah pesisir NTB pada berbagai proyeksi kenaikan muka air laut, diambil dari Penilaian Kerentanan Lombok (KLH 2009)
19
Hanartani (UNRAM) menyampaikan isu-isu perubahan budaya dan gender (D. Kirono)
Kelompok mendiskusikan faktor-faktor pendorong perubahan bagi penghidupan di NTB (D. Kirono)
20
Tabel 6. Faktor-faktor pendorong perubahan saat ini bagi penghidupan pedesaan yang dihasilkan oleh kerja kelompok
Kelompok 1. Manusia
2.
Binatang
3.
Daun
4.
Bunga
Faktor pendorng Perubahan budaya Pertumbuhan industri Sumberdaya manusia Kebijakan pemerintah Pertumbuhan penduduk Perkembangan IPTEK Pengelolaan sumberdaya alam Bencana alam Perubahan penggunaan lahan Pemerintahan yang baik dan transparan Perubahan nilai sosial Perkembangan IPTEK Perubahan politik (desentralisasi) Tekanan penduduk Lemahnya penegakan hukum Kemiskinan dan kesenjangan pendapatan Degradasi sumberdaya alam Perubahan iklim Kemiskinan Pendidikan Infrastruktur dasar Penegakan hukum Pertumbuhan penduduk Industri Kesehatan masyarakat Perubahan penggunaan lahan Pencemaran dan degradasi lingkungan Peningkatan frekuensi kejadian iklim ekstrim Perubahan iklim Penurunan aliran sungai Pertumbuhan penduduk Penebangan liar Sumberdaya air Ketersediaan modal keuangan Ketersediaan tenaga kerja Alih guna lahan pertanian menjadi perumahan Ketersediaan pasar untuk produk IPTEK Perubahan curah hujan musiman Kemajuan pembangunan manusia Ketersediaan pupuk Perubahan iklim Bencana alam Terbatasnya varietas tanaman yang tersedia Sumberdaya Pengelolaan pasca panen produk Permasalahan pada pengelolaan hama dan penyakit Perubahan perilaku manusia Perubahan curah hujan Angin yang lebih bervariasi dan merusak
21
Gambar 9. Kelompok faktor pendorong perubahan berdasarkan tema. Kondisi sumberdaya manusia (17 suara) dan iklim (11 suara) diidentifikasi sebagai dua tema terpenting
3.2 Sesi 2: Apa sajakah masa depan yang diinginkan dan yang mungkin bagi penghidupan di NTB? 3.2.1 Masa depan yang diinginkan bagi penghidupan di NTB Sesi 2 diawali dengan diskusi dan pengumpulan pernyataan tentang visi masa depan yang diinginkan bagi penghidupan pedesaan di NTB tahun 2090, dijelaskan dalam kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat (Tabel 7). Tabel 7. Visi masa depan yang diinginkan bagi penghidupan pedesaan di NTB tahun 2090
Indikator kesejahteraan masyarakat Pendapatan Kesehatan Ketahanan pangan Kerukunan sosial Kebebasan memilih
Visi masa depan yang diinginkan Tercapainya pendapatan per kapita masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, perumahan, kesehatan, pendidikan dan dapat menabung Tercapainya masyarakat NTB yang lebih sehat melalui peningkatan pelayanan kesehatan secara terus menerus Pemenuhan ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan baik kualitas maupun kuantitasnya Tercapainya masyarakat yang memiliki karakteristik sebagai berikut : gotong royong, toleransi dan menghormati keragaman masyarakat Tercapainya masyarakat NTB yang memiliki kebebasan memilih penghidupan (politik, kepercayaan, sosial, budaya dan pertanahan)
22
3.2.2 Skenario masa depan bagi penghidupan di NTB Menggunakan dua jenis faktor pendorong terpenting yang dihasilkan pada sesi 1 (kondisi sumberdaya manusia dan perubahan iklim) kemudian dibuat satu buah matriks (Gambar 10). Dari sini didapatkan empat skenario masa depan bagi penghidupan, yang menggabungkan tingkatan lebih baik dan buruk dari faktor pendorong tersebut. Peserta workshop dibagi menjadi empat kelompok, satu kelompok untuk satu skenario. Mereka membangun narasi untuk penghidupan pedesaan di NTB pada tahun 2090, menggambar dan mengidentifikasi ambang batas perubahan yang potensial, termasuk upaya-upaya yang diperlukan untuk mengelola dan meningkatkan penghidupan di dalam skenarionya.
Climate change (extreme) +1.20C by 2090 -19% rainfall p.a. by 2090 Declining wet season rainfall Increased drought-risk area 1.3 m sea level rise by 2090 Severe wind and storms
4
1
Poor human resources development
Improved human resources development
Population growth uncontrolled 7 million people 2050 Corrupt government Community un-empowered Little education investment Little health investment
Population growth controlled 5 million people 2050 Transparent government Community empowerment Improved education investment Improved health investment
3
2
Climate change (less extreme) +0.30C by 2090 +2.7% rainfall p.a. by 2090 No change wet season rainfall No change drought-risk area 0.23 cm sea level rise by 2090 Less severe wind and storms
Gambar 9. Matriks empat skenario masa depan NTB yang dibuat berdasarkan kombinasi tingkat lebih baik dan lebih buruk dari dua penyebab utama perubahan, pembangunan sumberdaya manusia (SDM) dan perubahan iklim
Representasi skenario setiap kelompok kerja dapat dilihat pada narasi berikut ini: Skenario 1: NTB Adaptif
23
Skenario ini menggambarkan masyarakat NTB siap untuk beradaptasi terhadap dampak yang ditimbulkan oleh perubahan iklim untuk penghidupan mereka. Skenario ini ditandai oleh penekanannya untuk melakukan tindakan cepat terkait dampak perubahan iklim yang mendorong masyarakat dan pemerintah secepatnya dapat mengembangkan berbagai teknologi untuk mendapatkan solusi menghadapi dampak perubahan iklim. Pertumbuhan ekonomi yang pesat, pertumbuhan penduduk yang berimbang dan cepatnya introduksi teknologi baru dan efisien merupakan ciri utama skenario ini. Indikator-indikator kesejahteraan terkait pendapatan per kapita, kesadaran terhadap pendidikan dan lingkungan, interaksi sosial budaya dan kerukunan sosial akan meningkat secara bertahap (Tabel 9). Ambang batas untuk skenario ini akan dilewati pada saat kenaikan muka air laut mencapai 1.3 m di tahun 2090, yang memerlukan translokasi penduduk ke pulau Sumbawa, yang lebih aman dan kurang padat dibandingkan Pulau Lombok. Tindakan-tindakan lainnya yang diperlukan adalah: o o o o o o o
Membangun embung baru (kedalaman 10 m) untuk mengatasi curah hujan ekstrim Menyesuaikan pola tanam Menanam tanaman yang dapat tumbuh dalam hujan ekstrim dan mencegah erosi Relokasi penduduk yang tinggal di daerah bencana Menerapkan sistem penghidupan alternatif Mengembangkan strategi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim Pengelolaan risiko bencana
Tabel 8. Tren indikator kesejahteraan masyarakat pada skenario 1 NTB adaptif
Indikator kesejahteraan Pendapatan
Kesehatan
Ketahanan pangan Kerukunan sosial Kebebasan memilih
2030
2060
2090
Terpenuhi kebutuhan dasar/primer dan sekunder secara bertahap Ketersediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan yang memadai
Terpenuhi kebutuhan primer, sekunder dan tersier
Terwujudnya pendapatan per kapita masyarakat NTB yang baik
Terjaminnya kualitas infrastruktur dan peningkatan pelayanan kesehatan (pelayanan gratis) Ketahanan pangan dan gizi
Terwujudnya masyarakat NTB yang sehat
Ketahanan pangan dan gizi Terpeliharanya kerukunan sosial Terbukanya akses
Kuatnya kerukunan sosial Terjaminnya hak atas akses
Tercapainya masyarakat NTB yang sehat Tingginya tindakan bersama Masyarakat NTB yang merdeka
Skenario 2: Desaku Sejahtera Skenario ini merupakan visi yang optimis terhadap masa depan NTB, yang mana perbaikan ekonomi, sosial dan politik menciptakan kehidupan yang lebih baik (Tabel 10). Skenario menggambarkan seimbangnya pertumbuhan penduduk dengan tingginya tingkat pendidikan dan kesehatan yang ditandai dengan peningkatan substansial pada indikator kesejahteraan masyarakat (Tabel 10). Ini adalah skenario yang ditandai dengan perkembangan pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran, yang menghasilkan bertambahnya perhatian pada isu-isu sosial dan lingkungan. Penekanan diberikan kepada tindakan pemecahan masalah ekonomi dan
24
infrastruktur regional, dan termasuk meningkatkan kesetaraan sosial namun tanpa kebutuhan akan adaptasi terhadap perubahan iklim yang ekstrim.
Tabel 10. Tren indikator kesejahteraan masyarakat dalam skenario 2 Desaku Sejahtera
Indikator kesejahteraan Pendapatan
2030
2060
2090
Terpenuhinya pendapatan per kapita
Pendapatan perkapita yang memuaskan
Kesehatan
Tersedianya layanan kesehatan masyarakat yang memadai dan kondisi kesehatan masyarakat yang baik Ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan berada pada keadaan yang baik Gotong royong, toleransi dan perbedaan dalam keadaan yang kondusif Terjaminnya pekerjaan, ideologi, politik, ekonomi, sosial dan keamanan dapat dicapai. Keadaan yang demokratis.
Tersedianya layanan kesehatan masyarakat yang optimal dan kondisi kesehatan masyarakat yang sangat baik Ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan berada dalam keadaan yang memuaskan Terpeliharanya kerukunan sosial
Tercapainya kesejahteraan masyarakat Tersedianya layanan kesehatan masyarakat yang optimal dan kondisi kesehatan masyarakat yang memuaskan Tercapainya kesejahteraan masyarakat
Ketahanan pangan Kerukunan sosial Kebebasan memilih
Keadaan yang demokratis
Tercapainya kehidupan bermasyarakat yang harmonis Tercapainya kondisi demokrasi yang diinginkan
25
Gambar 10. Visi para peserta pada skenario 2 Desaku Sejahtera
26
Skenario 3: Bunga Mekar Isu utama dalam skenario ini bukan pada dampak perubahan iklim bagi penghidupan masyarakat, akan tetapi pada rendahnya kesejahteraan yang sangat dipengaruhi oleh rendahnya sumberdaya manusia (tingginya pertumbuhan penduduk, rendahnya tingkat pendidikan dan kesehatan) (Tabel 11). Tindakan akan ditekankan pada pembangunan modal sumberdaya manusia (seperti kegiatan pendidikan dan gender), peningkatkan infrastruktur dan kerukunan sosial dibarengi peningkatan substansial pada tingkat pendapatan per kapita (yang mana masih lebih rendah daripada skenario lainnya), tingkat kesehatan masyarakat dan ketahanan pangan. Ini merupakan skenario di mana tidak ada ambang batas yang dicapai karena diasumsikan hanya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi pada level menengah dan kurang cepatnya pengembangan teknologi dibandingkan dengan skenario - skenario lainnya. Table 11. Trend indikator kesejahteraan maayarakat dalam skenario 3 Bunga Mekar
Indikator Kesejahteraan Pendapatan
2030
2060
2090
Pendapatan per kapita meningkat 20%
Pendapatan per kapita meningkat 50%
Kesehatan
Tersedianya layanan kesehatan di Desa dan kesehatan masyarakat berada dalam keadaan yang baik (20%)
Tersedianya layanan kesehatan di Desa dan kesehatan masyarakat berada dalam keadaan memuaskan (50%)
Ketahanan pangan
Terpenuhinya kebutuhan pangan (20%) Terciptanya kerukunan sosial hingga 20%
Terpenuhinya kebutuhan pangan (50%)
Pendapatan per kapita meningkat 100% dan dapat menabung Tersedianya layanan kesehatan di Desa (dalam kondisi optimal) dan kesehatan masyarakat berada dalam keadaan memuaskan (100%) Terpenuhinya kebutuhan pangan (100%)
Terciptanya kerukunan sosial hingga 50%
Terciptanya kerukunan sosial hingga 100%
Terciptanya kebebasan memilih penghidupan (20%)
Terciptanya kebebasan memilih penghidupan (50%)
Terciptanya kebebasan memilih penghidupan (100%)
Kerukunan sosial Kebebasan memilih
Skenario 4: Hukum Rimba Dalam skenario ini dunia berada dalam the ‘business as usual’, dengan perubahan iklim yang ekstrim dan pembangunan sumberdaya manusia yang rendah (Gambar 11). Skenario ini ditandai dengan lambatnya langkah-langkah inovasi, tidak dapat mencapai pasar global dan pembangunan yang tidak ramah lingkungan. Skenario berfokus pada potensi sosial yang tidak dikelola dengan baik dan permasalahan degradasi lingkungan, serta tumbuhnya kesenjangan antara miskin dan kaya. Materialisme dan komsumerisme adalah hal yang biasa. Memungkinkan terjadinya peningkatan kekuasaan birokrasi dan perusahaan/korporasi besar. Berjuta-juta orang akan berada dalam kemiskinan dan perebutan hak. Gejolak sosial tersebar luas, meningkatnya konflik dan peluang terjadinya kekerasan dan kekacauan. Skenario ini merupakan gambaran tingginya pertumbuhan penduduk dengan tingkat pendidikan dan kesehatan yang rendah. Indikator kesejahteraan menurun dari tahun 2030 sampai 2090 yang menunjukkan keadaan yang semakin memburuk, tetapi indikator kerukunan sosial mungkin meningkat karena ketergantungan satu dengan lainnya bertambah (Tabel 12). Diasumsikan
27
bahwa akan dicapai ambang batas ketersediaan air sebesar 4 juta m3 per tahun di Lombok. Dalam skenario ini pertumbuhan penduduk akan menyebabkan ketersediaan air minimum sebesar 1,000 m3 per kapita per tahun akan terlampaui pada tahun 2030 (berdasarkan World Health Organisation Indeks Ketersediaan Air). Hal ini akan mendorong upaya relokasi penduduk dari Lombok ke Sumbawa. Table 12. Trend indikator kesejahteraan masyarakat dalam skenario 4 Hukum Rimba
Indikator Kesejahteraan Pendapatan Kesehatan Ketahanan pangan Kerukunan sosial Kebebasan berpendapat
2030 -1 -4 -1 +1 -1
2060 -2 -5 -2 +2 -2
2090 -3 -6 -3 +3 -3
Income
Climate change
Health
Natural resource degradation
Health
Rural human resources
Productivity
Poverty
Food production
Social cohesion
Freedom of choice
Gambar 11. Visi para peserta pada skenario 4 Hukum Rimba
28
Dr. Gulam Abbas (BLHP) mempresentasikan skenario Desaku Sejahtera (D. Kirono)
Skenario-skenario yang dibuat untuk tahun 2090 tersebut memberikan berbagai keluaran untuk penghidupan pedesaan di NTB. Skenario Desaku Sejahtera serupa dengan visi yang diinginkan, merupakan hasil dari perubahan iklim yang kurang ekstrim dan peningkatan sumberdaya manusia, termasuk pertumbuhan penduduk yang terkontrol. Hukum rimba menggambarkan keadaan terburuk sebagai hasil dari ‘business as usual’, dengan perubahan iklim yang ekstrim dan perkembangan sumberdaya manusia yang buruk. Bunga mekar dan NTB yang adaptif adalah skenario menengah (Gambar 12). 2030
2011
2060
2090 Desaku Sejahtera
Sumberdaya manusia
FAKTOR PENDORONG PERUBAHAN
+
VISI PENGHIDUPAN NTB
PENGHIDUPAN
NTB Adaptif
DI NTB
Bunga Mekar Perubahan iklim
Hukum Rimba
Gambar 12. Ringkasan hasil workshop sesi 1 dan 2
29
3.3 Sesi 3: Apakah dampak dari skenario the ‘Business as Usual’ bagi kesejahteraan masyarakat? Sesi ini difokuskan untuk mengukur potensi dampak dari skenario ‘Business as Usual’ hukum rimba pada kesejahteraan masyarakat di NTB. Hal ini dapat dilakukan karena penurunan skala proyeksi perubahan iklim dilakukan berdasarkan skenario emisi IPCC A2, dengan asumsi bahwa emisi karbon global akan terus berlanjut pada tingkatan saat ini. Potensi dampak diukur untuk tahun 2030 karena proyeksi iklim dan penduduk cenderung lebih nyata dalam jangka pendek dan respon manusia cederung kurang memberi pengaruh.
3.3.1 Tipologi produk dan pelayanan ekosistem Proyeksi didasarkan kepada penilaian dampak dari faktor pendorong terhadap produk dan pelayanan ekosistem (PPE) yang mendukung penghidupan di pedesaan dan kesejahteraan masyarakat. Karena beragamnya produk dan pelayanan ekosistem sebagai tempat bergantungnya masyarakat di Lombok dan Sumbawa, maka tipologi dibutuhkan untuk menyederhanakan analisis. Pada tahun 2010 terdapat 105 kecamatan pedesaan di NTB. Secara keseluruhan, sebanyak 84 produk dan pelayanan ekosistem telah diidentifikasi dari 9 habitat (Gambar 14). Pembuatan PPE (misal volume relatif yang dihasilkan atau yang digunakan) diperkirakan dari data sekunder BPS dan PODES dan survey ke masyarakat jika data tidak tersedia (Suadnya, 2010). Analisis secara statistik dari perpaduan PPE dan tingkat produksinya, terungkap tujuh jenis tipologi. Seluruh tipologi kecuali tipologi 7 terdapat di Lombok dan Sumbawa (Gambar 15) Habitat//PPE
1. Hutan 1. Timber 2. Coffee 3. Cacao 4. Banana 5. Durian 6. Candle nut 7. Ecotourism 8. Honey bee 9. Mango 10. Cashew nut 11. Rattan, bamboo 12. Palm sugar 13. Tamarind 14. Wild life hunting 15. Coconut
2. Lahan basah 1. Rice production 2. Cattle 3. Maize 4. Soya bean 5. Chicken 6. Goat 7. Peanut 8. Mung bean 9. Vegetables 10. Buffalo 11. Cassava 12. Tobacco 13. Onion 14. Rambutan
15. Bandeng pond 16. Sweet potato 17. Prawn pond 18. Salt pond 19. Red rice
3. Lahan kering 1. Cattle 2. Goat 3. Maize 4. Coconut 5. Cashew 6. Buffalo 7. Cassava 8. Banana 9. Chicken 10. Soya bean 11. Peanut 12. Padi gogo production 13. Mango 14. Tamarind 15. Jatropha 16. Mung bean 17. Coffee 18. Onion 19. Tobacco 20. Vegetables 21. Cacao 22. Durian 23. Salt pond 24. Garlic 25. Custard apple 26. Pineapple
27. Tambang pasir 28. Alpukat 29. Tambang batu apung 30. Tambak bandeng 31. Kepiting
4. Pesisir 1. Ecotourism 2. Kayu dari hutan bakau 3. Hutan bakau utk budidaya kepiting 4. Tambak garam 5. Tambak bandeng 6. Tambak udang
5. Terumbu karang 1. Ekowisata 2. Perikanan 3. Bahan bangunan
6. Perairan dangkal 1. Perikanan 2. Rumput laut 3. Budidaya mutiara 4. Alga cokelat (Sargassum)
7. Perairan dalam 1. Fishing
8. Sungai, mata air 1. Pertanian(Irigasi) 2. Air minum 3. Ekowisata
9. Air bawah tanah 1. Air minum 2. Pertanian (irigasi
30
Gambar 14. 84 PPE yang teridentifikasi dari sembilan tipe habitat di NTB
Typology 7 Diverse cropping and coastal activity
Typology 2 Fishing and seaweed
Typology 1 Fishing
Irrigation, rice, ecotourism, fishing. Also coconuts, maize, cacao, coffee, drinking water, cassava, cashews.
Buffaloes, salt ponds, mangos, bananas, durian, padi gogo, rice, mangroves
Inshore and offshore fishing. Also buffaloes, cattle, ecotourism, seaweed, honey bees, rice.
Typology 4 Diverse agriculture and forest use
Typology 5 Rice and tobacco
Typology 6 Diverse livestock and cropping
Rice, irrigation, tobacco. Also cattle, goats, vegetables, timber, drinking water, cassava, peanuts, mung beans, coffee, cacao, garlic, onions, bandeng ponds, ecotourism.
Padi gogo, cattle, goats, vegetables.
Cattle, goats, irrigation, drinking water. Also rice, buffaloes, coconuts, cashews, chickens, soya beans, mung beans, bananas, peanuts, maize, coffee, jatropha
Typology 3 Rice and bandeng ponds Kacang dan sayuran Peanuts, vegetables
Gambar 15. Luasan geografis tipologi PPE, PPE utama dalam kaitannya dengan produksi dan kecamatan pedesaan yang ada di dalam setiap tipologi
3.3.2 Pemodelan dampak untuk tahun 2030 Dampak yang berpotensi terjadi pada skenario hukum rimba pada setiap tipologi perpaduan dari PPE diukur menggunakan model interaksi ancaman-aset CSIRO (Skewes et al. 2011; Gambar 16). Di dalam workshop, para peserta mengurutkan nilai relatif setiap PPE, dalam kaitannya dengan empat indikator kesejahteraan masyarakat : pendapatan, ketahanan pangan, kesehatan dan kerukunan social. Gabungan informasi tersebut dengan informasi ‘produksi’ yang diperoleh dari tipologi (lihat 3.3.1) menghasilkan tingkat kepentingan relatif masing-masing PPE terhadap kesejahteraan pada setiap tipologi. Dengan menggunakan penurunan proyeksi iklim dan proyeksi pertumbuhan penduduk yang dikumpulkan untuk semua kecamatan (Lampiran III), pendorong dan ancaman pada sistem dapat dimodelkan dan dampak yang dihasilkan terhadap kesejahteraan manusia dapat diukur.
31
System drivers and threats ● Human
● Climate
Sensitivity and exposure
Act on
Potential impact (-1 to +1)
Ecosystem assets
● Forest ● Biotic populations
● Reefs ● Arable land
Which supply
Ecosystem goods and services (EGS) ● Paddy rice ● Water
Well-being impact (%)
EGS production (0-5) EGS importance (%)
● Fish ● Tourism
Which underpin
EGS values (0-5)
Human well-being
● Income ● Food security
● Health ● Social cohesion
Gambar 16. Model interaksi ancaman-aset digunakan untuk mengukur kepentingan PPE, dan dampak terhadap kesejahteraan manusia skenario Hukum Rimba
Hasil menunjukkan bahwa seluruh dampak terhadap kesejahteraan masyarakat adalah negatif untuk setiap tipologi pada tahun 2030. Dampak negatif ini meningkat untuk semua tipologi pada tahun 2060 dan 2090 (Gambar 17). Yang paling terkena dampak pada tahun 2030 adalah Tipologi 3 (Padi dan tambak bandeng), diikuti dengan Tipologi 7 (Beragam tanaman dan aktivitas pesisir), Tipologi 4 (Beragam pertanian dan pemanfaatan hutan) dan Tipologi 5 (Padi dan tembakau).
Kerja kelompok untuk menilai produk dan pelayanan ekosistem (D. Kirono)
32
Id 3 7 4 5 1 6 2
Nama tipologi Padi dan tambak bandeng Beragam tanaman dan kegiatan pesisir Beragam pertanian & pemanfaatan hutan Padi dan tembakau Perikanan Beragam peternakan dan tanaman Perikanan dan rumput laut
Dampak terhadap kesejahteraan (%) 2030 2060 2090 -12.6 -16.0 -29.6 -12.3 -16.2 -26.8 -10.4 -12.4 -24.7 -9.9 -13.2 -26.7 -6.5 -9.7 -20.2 -6.5 -7.0 -13.7 -5.8 -6.3 -16.8
Gambar 17. Dampak keseluruhan (%) terhadap kesejahteraan manusia untuk setiap tipologi tahun 2030, 2060 dan 2090 dibawah skenario Hukum Rimba the ‘Business as Usual’
33
3.4 Sesi 4: Bagaimanakah kemampuan adaptasi masyarakat NTB saat ini? 3.4.1 Indikator kemampuan adaptasi Sesi ini dimulai dengan mendeskripsikan kerangka pikir modal yang dapat digunakan untuk mengukur kemampuan adaptasi (e.g. Brown et al. 2010): o o o o o o
Modal Modal Modal Modal Modal Modal
Alam (sepert lahan, air bersih, hutan, keanekaragaman hayati) Manusia (seperti pendidikan, kesehatan, keterampilan) Fisik (seperti jalan, listrik, sistem irigasi) Finansial (seperti keuangan, tabungan, pinjaman) Politik (seperti kekuasaan politik, kekuatan agama) Sosial (seperti kepemimpinan, jaringan sosial, institusi)
Para peserta diminta untuk mengidentifikasi indikator untuk masing-masing modal yang penting bagi kemampuan adaptasi di NTB. Secara keseluruhan peserta mengidentifikasi 18 indikator, tiga indikator untuk setiap modal (Tabel 14).
3.4.2 Skoring indikator kemampuan adaptasi Peserta diminta untuk membagi diri menjadi enam kelompok, satu kelompok untuk setiap modal, dan memberikan nilai kekuatan relatif dari setiap indikator bagi masyarakat di setiap tipologi. Nilai rata-rata untuk setiap indikator dalam setiap modal kemudian dihitung (Tabel 14) dan dibuat grafik (Gambar 18). Secara keseluruhan, Tipologi 5 (Padi dan tembakau) dan Tipologi 6 (beragam ternak dan tanaman) memiliki indeks kapasitas adaptasi rata-rata tertinggi karena memiliki tingkat modal fisik, finansial dan sosial yang relatif tinggi. Tipologi 1 (Perikanan) memiliki indeks kemampuan adaptasi terendah dikarenakan oleh rendahnya tingkat modal alam, finansial dan politik. Tipologi 2 (Perikanan dan rumput laut), 3 (Padi dan tambak bandeng) dan 7 (Beragam tanaman dan aktifitas pesisir) memiliki kemampuan adaptasi level sedang (Tabel 14).
34
Tabel 14. Indikator-indikator kemampuan adaptasi untuk setiap modal yang diidentifikasi oleh enam kelompok, dan skor indeks untuk masing-masing indikator (0 = tidak ada, 5 = tinggi)
Modal
Alam
Manusia
Fisik
Indikator
Keanekaragaman hayati dan ekosistem Produktifitas laut/pesisir Akses untuk mendapatkan air dengan kuantitas dan kualitas yang baik Rata-rata Tingkat pendidikan Tingkat kesejahteraan Etos kerja Rata-rata Infrastruktur irigasi Infrastruktur jalan dan transportasi Infrastruktur pertanian
Tipologi 1: Perikanan
Tipologi 2: Perikanan dan rumput laut
Tipologi 3: Padi dan tambak bandeng
Tipologi 4: Beragam pertanian dan pemanfaatan hutan
Tipologi 5: Padi dan tembakau
Tipologi 6: Beragam ternak dan tanaman
Tipologi 7: Beragam tanaman dan aktifitas pesisir
1
3
2
5
2
4
5
4
5
2
1
1
0
5
1
3
5
5
5
5
2
2.0
3.7
3.0
3.7
2.7
3.0
4.0
2
2
3
3
4
3
2
2
2
2
2
2
2
2
4 2.7
4 2.7
4 3.0
4 3.0
4 3.3
4 3.0
4 2.7
0
0
5
3
5
4
3
5
5
5
5
5
4
5
3
3
4
3
5
3
4
35
Rata-rata
2.7
2.7
4.7
3.7
5.0
3.7
4.0
Tabel 14 lanjutan. Indikator-indikator kemampuan adaptasi untuk setiap modal yang diidentifikasi oleh enam kelompok, dan skor indeks untuk masing-masing indicator (0 = tidak ada, 5 = tinggi)
Modal
Finansial
Politik
Indikator
Tipologi 1: Perikanan
Tipologi 2: Perikanan dan rumput laut
Tipologi 3: Padi dan tambak bandeng
Tipologi 5: Padi dan tembakau
Tipologi 6: Beragam ternak dan tanaman
Tipologi 7: Beragam tanaman dan aktifitas pesisir
3
Tipologi 4: Beragam pertanian dan pemanfaatan hutan 2
Pendapatan Remitan dari Tenaga Kerja Indonesia di luar negeri Akses mendapatkan kredit Rata-rata Perilaku baik dari pemimpin formal dan informal Perwakilan perempuan dalam pembuatan kebijakan Perwakilan dari kepentingan masyarakat
2
3
4
4
3
2
2
2
2
3
4
1
3
3
3
3
5
4
2
2.3
2.7
2.7
2.3
4.0
4.0
2.0
4
4
3
3
2.5
5
2
2
5
3
2.5
3
3
3
1
2
4
3
4.5
5
2.5
36
Sosial
Rata-rata Loyalitas pada pimpinan Akses terhadap informasi Pemimpin yang dapat dipercaya Rata-rata Rata-rata keseluruhan
2.3
3.7
3.3
2.8
3.3
4.3
2.5
4
2
2
2
5
4
1
4
3
3
3
5
4
3
1
2
3
1
4
4
2
3.0 2.5
2.3 2.9
2.7 3.2
2.0 2.9
4.7 3.7
4.0 3.7
2.0 2.9
37
Gambar 18. Rata-rata nilai untuk indikator setiap modal yang terdapat dalam setiap tipologi
3.5 Sesi 5: Manakah penghidupan yang paling rentan di NTB? Pada sesi ini hasil dari potensi dampak tahun 2030 pada skenario hukum rimba the ‘Business as Usual’ terhadap kesejahteraan manusia (lihat Gambar 17) digabungkan dengan penilaian kemampuan adaptasi pada setiap tipologi (Tabel 14). Penggabungan menghasilkan indeks kerentanan untuk setiap tipologi (Gambar 19). Tipologi yang paling rentan adalah Tipologi 7 (Beragam tanaman dan aktifitas pesisir), diikuti oleh Tipologi 3 (Beras dan tambak bandeng), Tipologi 4 (Beragam pertanian dan pemanfaatan hutan) dan Tipologi 5 (Beras dan tembakau). Pada tahun 2090 kerentanan setidaknya sudah mmencapai duakali lipat untuk semua tipologi. Tiga tipologi yang pertama tetap yang paling rentan, namun Tipologi 1 menjadi tipologi yang paling rentan ke empat. No 7 3 4 5 1 2 6
Nama Tipology Beragam tanaman dan kegiatan pesisir Padi dan tambak bandeng Beragam pertanian & pemanfaatan hutan Padi dan tembakau Perikanan Perikanan dan rumput laut Beragam peternakan dan tanaman
Indeks kerentanan 2090 2030 0.21 0.46 0.20 0.46 0.18 0.43 0.13 0.36 0.13 0.40 0.10 0.29 0.09 0.18
Gambar 20. Indeks kerentanan untuk setiap tipologi pada tahun 2030 dan 2090. Peta menunjukkan kerentanan untuk tahun 2030, warna yang lebih gelap mencerminkan kerentanan yang tinggi
38
3.6 Sesi 6: Apakah sajakah strategi adaptasi prioritas yang dibutuhkan untuk meningkatkan penghidupan di NTB? 3.6.1 Contoh strategi-strategi adaptasi Sesi ini dimulai dengan contoh-contoh strategi adaptasi yang diberikan oleh anggota Tim Kolaboratif, seperti sistem tanam alternatif dan skema pembayaran jasa lingkungan. Dijelaskan pula bahwa strategi-strategi dapat difokuskan baik kepada dampak perubahan (seperti berkurangnya curah hujan dan penurunan hasil pertanian) dan isu-isu kemampuan adaptasi (seperti rendahnya modal fisik salah satunya infrastruktur irigasi).
3.6.2 Mendesain strategi adaptasi untuk tipologi-tipologi rentan Peserta kemudian terbagi menjadi empat kelompok kerja untuk mendisain strategi-strategi adaptasi pada empat tipologi yang rentan: Tipologi 7 (Beragam tanaman dan kegiatan pesisir), Tipologi 3 (Beras dan tambak bandeng), Tipologi 5 (Beras dan tembakau) dan Tipologi 1 (Perikanan). Satu kelompok mengerjakan satu tipologi. Setiap kelompok diberikan grafik rinci dampak perubahan terhadap kesejahteraan manusia pada tahun 2030 dari sesi 3 dan skor kemampuan adaptasi dari sesi 4 untuk tipologi tersebut. Dari informasi ini, setiap kelompok menyusun strategi-strategi adaptasi yang diurutkan berdasarkan prioritas pada kecamatan-kecamatan di dalam daerah tersebut (Lampiran II). Untuk setiap strategi, kelompok juga dimintai untuk menyusun daftar informasi-informasi berikut ini: • • • • • •
PPE yang terkena dampak dan pendorong atau ancaman yang menyebabkan dampak tersebut Strategi-strategi alternatif yang dapat menguntungkan dari PPE yang kurang dimanfaatkan Modal yang butuh dikembangkan untuk membangun kemampuan adaptasi Sumberdaya yang dibutuhkan untuk menerapkan strategi tersebut Stakeholder yang dibutuhkan untuk menerapkan strategi tersebut Penelitian-penelitian yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi
Akhirnya, setiap kelompok diminta untuk mempertimbangkan strategi-strategi yang kemungkinan dapat mengalami mal-adaptif atau tidak jika salah satu dari tiga skenario yang lainnya terjadi: NTB adaptif, Desaku sejahtera dan Bunga Mekar.
3.6.3 Tipologi 7 Beragam tanaman dan kegiatan pesisir Produk dan pelayanan ekosistem (PPE) yang terpenting adalah padi lahan basah, dan yang sangat terkena dampak, terutama dikarenakan perubahan curah hujan tahunan diproyeksikan sebesar -9% (Lampiran III). Padi merah berada pada posisi kepentingan sedang namun juga akan sangat terkena dampak negatif oleh penurunan curah hujan. Tanaman penting lainnya seperti kacang hijau, bawang merah, ubi jalar dan nanas juga terkena dampak penurunan jumlah curah hujan. Mata air dan air bawah tanah untuk irigasi dan air minum juga penting dan sangat terkena dampak dengan meningkatnya penggunaan sumberdaya dan penurunan jumlah curah hujan (Gambar 20). Perubahan penggunaan lahan akibat pembangunan gedung dan infrastruktur berhubungan dengan pertambahan penduduk yang diproyeksikan sebesar 26% (Lampiran III) akan memberikan dampak penting bagi sebagian besar PPE.
39
Penilaian kemampuan adaptasi menunjukkan bahwa tipologi ini secara relatif memiliki tingkat modal sosial, finansial, manusia dan politik yang rendah (Gambar 20).
40
yp
gy ,
yp
p
gy ,
p
EGS Importance (%) 0 Rice production, Wetland Prawn pond, Wetland Mung bean, Dryland Onion, Dryland Sweet potato, Wetland Pineapple, Dryland Cattle, Wetland Custard apple, Dryland Agriculture (Irrigation), River, spring water Sand mining, Dryland Maize, Wetland Buffalo, Dryland Soya bean, Wetland Padi gogo production, Dryland Coconut, Dryland Drinking water, Ground water Agriculture (irrigation), Ground water Drinking water, River, spring water Vegetables, Wetland Red rice, Wetland Maize, Dryland Peanut, Wetland Goat, Wetland Salt pond, Wetland Tobacco, Dryland Cassava, Dryland Chicken, Dryland Avodado, Dryland Tamarind, Dryland Goat, Dryland
2
4
6
8 -0.4
Rice production, Wetland Prawn pond, Wetland Mung bean, Dryland Onion, Dryland Sweet potato, Wetland Pineapple, Dryland Cattle, Wetland Custard apple, Dryland Agriculture (Irrigation), River, spring water Sand mining, Dryland Maize, Wetland Buffalo, Dryland Soya bean, Wetland Padi gogo production, Dryland Coconut, Dryland Drinking water, Ground water Agriculture (irrigation), Ground water Drinking water, River, spring water Vegetables, Wetland Red rice, Wetland Maize, Dryland Peanut, Wetland Temperature, SST Goat, Wetland Rainfall Salt pond, Wetland Sea level Dryland rise Tobacco, Cassava, Dryland Acidifaction Chicken, Dryland Resource use Avodado, Dryland Land use Dryland Tamarind, Pollution Goat, Dryland
,
Potential impact (-1 to +1) -0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
Financial
Social
Human
Political
Natural
Physical
Gambar 21. 30 jenis PPE yang paling penting saat ini (kiri), dampak potensial untuk setaip PPE pada tahun 2030 (tengah), dan tingkat kemampuan adaptasi relatif saat ini menurut enam modal (kanan) untuk Tipologi 7 Beragam tanaman dan kegiatan pesisir.
41
Tabel 15. Strategi adaptasi yang teridentikasi untuk Tipologi 7 Beragam tanaman dan kegiatan pesisir, disusun berdasarkan tingkat kepentingan
Strategi Adaptasi
1. Meningkatkan rencana penggunaan lahan melalui Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW Kabupaten) 2. Meningkatkan sistem pengelolaan lahan kering untuk menghadapi perubahan iklim 3. Pembangunan dan penganeka ragaman ecotourism 4.Meningkatkan pengelolaan sumberdaya air termasuk air tanah
PPE yang terdampak dan ancaman yang ditangani atau alternatif PPE
Air minum, irigasi, energi, kayu dan produksi tanaman pertanian
Modal yang dibutuhkan
1. Politik 2. Sosial 3. Fisik 4. Alam
Sumberdaya yang dibutuhkan untuk implementasi strategi Peraturan, dukungan financial, masukan para ahli
Stakeholder yang dibutuhkan untuk implementasi strategi
1. Pemerintah Kabupaten Lombok Utara 2. Masyarakat 3. LSM
Produksi Pertanian dan peternakan, perkebunan dan estates terkena dampak oleh berkurangnya curah hujan
1. Politik 2. Alam 3. Fisik 4. Sosial 5. Finansial
Dukungan finansial, meningkatkan sistem irigasi
1. Masyarakat 2. Petani 3. Pemerintah NTB dan Kabupaten
Kunjungan wisata hutan, air terjun, pesisir
1. Politik 2. Alam 3. Fisisk 4. Sosial 5. Finansial
Kebijakann dukungan financial, infrastruktur
1. Masyarakat 2. Petani 3. Pemerintah NTB dan Kabupaten 4. Operator wisata
Air minum, air irigasi terkena dampak oleh penggunaan sumberdaya dan berkurangnya curah hujan
1. Politik 2. Alam 3. Fisik 4. Sosial 5. Finansial
Kebijakan dan aturan lokal (Awiq-awiq), dukungan finansial
1. Masyarakat 2. Petani 3. Pemerintah NTB dan Kabupaten
Penelitian yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi
Analisis kesesuaian lahan, database penggunaan lahan dan KLHS
Uji coba adaptasi tanaman, mengembangkan pemuliaan dan pertanian terpadu untuk perubahan iklim Penelitian kelayakan Ecotourism
Inventarisasi sumberdaya air, termasuk air tanah, studi neraca air dan metode konservasi air alternatif
Skenario 1 NTB adaptif
Skenario 3 Bunga mekar
Mal-adaptif?
Skenario 2 Desaku sejahtera Mal-adaptif?
Tidak, karena strategi ini bisa diimplementasi kan di semua skenario
Tidak, karena strategi ini bisa diimplementasi kan di semua skenario
Tidak, karena strategi ini bisa diimplementasi kan di semua skenario
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Mal-adaptive?
42
Startegi adaptasi prioritas yang diidentifikasi adalah meningkatkan perencanaan penggunaan lahan melalui RTRW Kabupaten untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk (Tabel 15). Kemudian diikuti oleh meningkatkan sistem pengelolaan lahan kering untuk menghadapi perubahan iklim, pengembangan dan penganekaragaman ecotourism dan meningkatkan pengelolaan sumberdaya air. Tidak ada satupun dari strategistrategi tersebut yang diperkirakan akan menjadi mal-adaptif dan oleh karena itu strategi ‘tanpa penyesalan’ sesuai untuk setiap skenario di masa depan.
3.6.4 Tipologi 3 Padi dan tambak bandeng Dari hasil yang ditemukan PPE yang terpenting adalah padi lahan basah, dan sangat terkena dampak, terutama oleh penggunaan lahan karena meningkatnya pembangunnan gedung dan infrastruktur, terkait dengan pertumbuhan penduduk yang diproyeksikan sebesar 26% dan perubahan curah hujan tahunan yang diproyeksikan sebesar -5% (Lampiran III). Sebagai perbandingan PPE lain yang jauh kurang penting. Tetapi, bawang merah, kambing dan kacang tanah walaupun kepentingannya sedang namun juga sangat dipengaruhi oleh ancamanancaman tersebut. Walapun kurang penting, mata air dan air tanah untuk irigasi dan air minum sangat terkena dampak karena tingginya penggunaan sumberdaya terkait dengan pertumbuhan penduduk (Gambar 21). Penilaian kemampuan adaptasi menunjukkan bahwa tipologi ini memiliki tingkat modal sosial dan finansial yang rendah (Gambar 21). Strategi prioritas yang dibuat adalah pengembangan lahan sawah dan infrastruktur irigasi berupa embung untuk mengantisipasi dampak perubahan penggunaan lahan akibat pertumbuhan penduduk, dan perubahan curah hujan dan berkurangnya curah hujan (Tabel 16). Kemudian juga dilakukan diversifikasi pemanfaatan lahan padi dan tambak ikan, dan mengoptimalkan pendapatan petani sawah dan petani ikan melalui pengolahan hasil dan pemasaran. Tidak ada satupun dari strategi-strategi tersebut yang diperkirakan akan menjadi mal-adaptif dan oleh karena itu strategi ‘tanpa penyesalan’ sesuai untuk setiap skenario di masa depan.
3.6.5 Tipologi 5 Padi dan Tembakau Produk dan pelayanan ekosistem yang terpenting adalah padi lahan basah, dan sangat terkena dampak, terutama karena pembangunan gedung dan infrastruktur terkait tingginya kepadatan penduduk dan proyeksi pertumbuhan penduduk sebesar 26% (Lampiran III). Sebagai perbandingan PPE lain yang jauh kurang penting, ternak dan tembakau memiliki tingat kepentingan sedang, namun juga sangat dipengaruhi oleh ancaman-ancaman tersebut. Walaupun dianggap kurang penting, produk dan pelayanan ekosistem berupa mata air dan air tanah untuk irigasi dan air minum juga sangat terkena dampak oleh meningkatnya penggunaan sumberdaya terkait dengan pertumbuhan penduduk (Gambar 22). Penilaian terhadap kemampuan adaptasi menunjukkan bahwa tipologi ini memiliki tingkat modal manusia, alam dan politik yang rendah (Gambar 22). Strategi prioritas yang diidentifikasi adalah informasi iklim untuk meningkatkan kesadaran petani padi dan tembakau tentang variabilitas iklim, diikuti dengan meningkatkan sistem pola tanam dan varietas tanaman untuk adaptasi terhadap pola perubahan iklim, skema pembayaran jasa lingkungan untuk pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan, dan penganekaragaman produksi pangan non beras untuk mencapai ketahanan pangan (Tabel 17). Tidak ada satupun dari strategi-strategi tersebut yang diperkirakan akan menjadi mal-adaptif dan oleh karena itu strategi ‘tanpa penyesalan’ sesuai untuk setiap skenario di masa depan.
43
yp
gy ,
yp
p
EGS Importance (%) 0 Rice production, Wetland Onion, Wetland Goat, Wetland Peanut, Wetland Agriculture (Irrigation), River, spring water Drinking water, River, spring water Soya bean, Wetland Cassava, Dryland Chicken, Dryland Pineapple, Dryland Drinking water, Ground water Agriculture (irrigation), Ground water Vegetables, Wetland Sweet potato, Wetland Chicken, Wetland Bandeng pond, Wetland
10
20
30
gy ,
p
,
Potential impact (-1 to +1) 40 -0.5
Rice production, Wetland Onion, Wetland Goat, Wetland Peanut, Wetland Agriculture (Irrigation), River, spring water Drinking water, River, spring water Soya bean, Wetland Cassava, Dryland Temperature, Chicken, Dryland SST Rainfall Pineapple, Dryland Drinking water, Ground water Sea level rise Agriculture (irrigation), Ground water Acidifaction Vegetables, Wetland Resource use Sweet potato, Wetland LandWetland use Chicken, Bandeng pond, Wetland Pollution
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1 Financial
Social
Human
Political
Natural
Physical
Gambar 22. 30 jenis PPE yang paling penting saat ini (kiri), dampak potensial untuk setaip PPE pada tahun 2030 (tengah), dan tingkat kemampuan adaptasi relatif saat ini menurut enam modal (kanan) untuk Tipologi 3 Padi dan Bandeng and bandeng ponds.
44
Table 16. Strategi adaptasi yang teridentifikasi untuk Tipologi 3 Padi dan Tambak bandeng, penomoran berdasarkan tingkat prioritas
Strategi Adaptasi
1.Mengembangka n lahan sawah dan embung untuk infrastruktur irigasi
2.Diversifikasi penggunaan lahan sawah dan embung
3.Mengoptimalka n pendapatan petani sawah dan petani tambak melalui pengolahan dan pemasaran
PPE yang terdampak dan ancaman yang ditangani atau alternatif PPE
Air irigasi dampak dari penggunaan lahan dan berkurangnya curah hujan untuk produksi padi
Meningkatkan produksi beras dan tambak ikan untuk mengimbangi dampak penggunaan lahan dan berkurangnya curah hujan
Meningkatkan produksi dan keuntungan padi, ikan dari tambak, kedelai, kacang tanah, dan sayuran
Modal yang dibutuhkan
1. Finansial (akses bantuan modal) 2. Alam 3. Manusia (tingkat pembangunan ilmu pengetahuan dan keterampilan) 1. Finansial (akses bantuan modal) 2.Manusia (ilmu pengetahuan, etos kerja) 3. Alam (produktivitas keanekaragaman hayati, ekosistem, pesisir) 1. Finansial (akses kredit) 2. Sosial (jaringan) 3. Fisik (transportasi dan listrik) 5. Manusia (keterampilan)
Sumberdaya yang dibutuhkan untuk implementasi strategi Keterampilan (peningkatan kemampuan )
Stakeholder yang dibutuhkan untuk implementasi strategi
Penelitian yang dibutuhkan untuk mengembangkan strategi
Skenario 1 NTB adaptif
1.Dinas Pekerjaan Umum NTB 2.Petani padi Rice farmers 3. Petani dan pemilik tambak ikin
Membangun infrastruktur irigasi berdasarkan informasi iklim
Informasi mengenai teknik pertanian baru
1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB 2. Dinas Perikanan dan Kelautan NTB 3. Badan Koordinasi dan Penyuluhan Pertanian
Teknik pengolahan dan pemasaran
1. Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTB 2. Usaha Kecil dan Menengah 3. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB 4. Badan Ketahan Pangan NTB
Penilaian kesesuaian komoditas tanaman dan ikan
Membutuhkan penilaian dan inventarisasi base line data awal
Skenario 3 Bunga mekar
Mal-adaptif?
Skenario 2 Desaku sejahtera Mal-adaptif?
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Mal-adaptive?
45
EGS Importance (%) 0 Rice production, Wetland Cattle, Dryland Tobacco, Wetland Peanut, Wetland Agriculture (Irrigation), River, spring water Drinking water, River, spring water Cacao, Dryland Pineapple, Dryland Sand mining, Dryland Coconut, Dryland Soya bean, Wetland Cashew, Dryland Drinking water, Ground water Agriculture (irrigation), Ground water Prawn pond, Wetland Onion, Dryland Mango, Dryland Cattle, Wetland Maize, Wetland Padi gogo production, Dryland Goat, Wetland Banana, Dryland Vegetables, Dryland Peanut, Dryland Fishing, Inshore Fishing, Offshore Custard apple, Dryland Ecotourism, River, spring water Buffalo, Wetland Mung bean, Dryland
10
20
Potential impact (-1 to +1) 30 -0.4
Rice production, Wetland Cattle, Dryland Tobacco, Wetland Peanut, Wetland Agriculture (Irrigation), River, spring water Drinking water, River, spring water Cacao, Dryland Pineapple, Dryland Sand mining, Dryland Coconut, Dryland Soya bean, Wetland Cashew, Dryland Drinking water, Ground water Agriculture (irrigation), Ground water Prawn pond, Wetland Onion, Dryland Mango, Dryland Cattle, Wetland Maize, Wetland Padi gogo production, Dryland Goat, Wetland Banana, Dryland Temperature, SST Vegetables, Dryland RainfallDryland Peanut, Fishing, Inshore Sea level rise Fishing, Offshore Acidifaction Custard apple, Dryland Resource use Ecotourism, River, spring water Land use Buffalo, Wetland MungPollution bean, Dryland
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
Financial
Social
Human
Political
Natural
Physical
Gambar 23. 30 jenis PPE yang paling penting saat ini (kiri), dampak potensial untuk setaip PPE pada tahun 2030 (tengah), dan tingkat kemampuan adaptasi relatif saat ini menurut enam modal (kanan) untuk Tipologi 5 Padi dan Tembakau.
46
Tabel 17. Strategi adaptasi yang teridentifikasi untuk Tipologi 5 Padi dan tembakau, penomoran berdasarkan tingkat prioritas Strategi Adaptasi
PPE yang terdampak dan ancaman yang ditangani atau alternatif PPE
Modal yang dibutuhkan
1.Informasi iklim untuk meningkatkan kesadaran masyarakat petani
Produksi padi dan tembakau terancam oleh iklim yang tidak menentu
1. Manusia 2. Sosial 3. Alam 4. Fisik 5. Politik
2. Meningkatkan pola tanam dan varietas
Produksi pertanian padi dan tembakau terancam oleh iklim yang tidak menentu dan penggunaan lahan Irigasi dan mata air, penghijauan daerah tangkapan, pertanian dan tanaman perkebunan terkena dampak akibat penggunaan sumberdaya Dampak penggunaan lahan dan perubahan iklim terhadap ketahanan pangan
3. Penerapan pembayaran jasa lingkungan
4. Diversifikasi produksi pangan non beras
Sumberday a yang dibutuhkan untuk implementa si strategi Sumberdaya manusia
Stakeholder yang dibutuhkan untuk implementasi strategi
1. Manusia 2. Sosial 3. Alam 4. Fisik 5. Politik
Sumberdaya alam dan manusia
1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB 2. UNRAM dan peneliti lainnya 3. Dinas Tanaman Perkebunan 4. BPTP
1. Finansial 2. Fisik 3. Manusia 4. Alam 5. Sosial 6. Politik
Mata air dan hutan
1. Manusia 2. Alam 3. Sosial
Sumberdaya manusia dan sumberdaya alam
1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB 2. Dinas Pekerjaan Umum NTB 3. Tokoh agama dan tokoh masyarakat 4. Petani 5. UNRAM 6. LSM 7. Perusahaan air 8. Dinas kesehatan NTB 1. Badan Ketahanan Pangan NTB 2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura NTB 3. World Food Program 4. Dinas Kesehatan NTB
1. BMKG 2. UNRAM dan peneliti lainnya 3. BPTP
Penelitian yang dibutuhkan untuk membangun strategi
Kaji tindak tentang perubahan iklim
Mengembangkan varietas tembakau tahan kering
1.Uji debit dan kualitas air 2. Pengawasan terhadap degradasi keanekaragaman hayati dan hutan 3. Evaluasi kelembagaaan dan ekonomi lingkungan Penilaian terhadap pangan non beras: pilihan untuk diversifikasi produksi pangan lokal
Skenario 1 NTB yang adaptif
Skenario 3 Bunga mekar
Mal-adaptif?
Skenario 2 Desaku sejahtera Mal-adaptif?
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Mal-adaptive?
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
47
3.6.6 Tipologi 1 Perikanan Produk dan pelayanan ekosistem yang terpenting adalah perikanan dangkal, dan diikuti dengan perikanan dalam (Gambar 23). Akan tetapi, hal tersebut tidak terlalu terkena dampak pada tahun 2030, namun demikian ancaman utamanya adalah meningkatnya penggunaan sumber daya akibat peningkatan jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar 27% (Lampiran III). Padi lahan basah merupakan PPE yang terpenting ketiga, dan terkena dampak yang sedang karena berkurangnya curah hujan tahunan yang diproyeksikan sebesar -5% (Lampiran III), serta berkurangnya lahan produktif akibat peningkatan pembangunan gedung dan infrastruktur. Produk dan pelayanan ekosistem pertanian lainnya yang cukup penting seperti apel, nanas, bawang merah, bawang putih dan kopi juga terkena dampak yang sama oleh kedua ancaman tersebut. Produk dan pelayanan ekosistem yang paling terkena dampak adalah perikanan terumbu karang, karena peningkatan kemasaman air laut dan kenaikan suhu pada tahun 2030 akan menyebabkan kematian terumbu karang. Penilaian kemampuan adaptasi menunjukkan bahwa pada tipologi ini seluruh modal berada pada tingkat yang rendah. Strategi prioritas yang diidentifikasi adalah meningkatkan standard hidup masyarakat nelayan karena adanya ancaman eksploitasi perikanan yang berlebihan. Kemudian diikuti dengan strategi pengelolaan lingkungan alternatif untuk habitat, sistem penanaman yang hemat air dan re-cycling, dan penanaman bakau untuk melindungi daerah pesisir (Tabel 18). Tidak ada satupun dari strategistrategi tersebut yang diperkirakan akan menjadi mal-adaptif dan oleh karena itu strategi ‘tanpa penyesalan’ sesuai untuk setiap skenario di masa depan.
3.6.7 Tipologi-tipologi lainnya Penilaian terhadap pentingnya PPE, dampak dan kemampuan adaptasi untuk Tipologi 2 (Perikanan dan rumput laut), Tipologi 4 (Beragam pertanian dan pemanfaatan hutan) dan Tipologi 6 (Beragam peternakan dan tanaman) ditunjukkan pada Lampiran IV. Proyeksi perubahan iklim dam penduduk untuk tipologi ini juga ditunjukkan dalam Lampiran III.
3.6.8 Studi kasus dan langkah-langkah selanjutnya Gambar 24 mengilustrasikan keseluruhan proses dan hasil workshop mulai dari Sesi 3 – 6. Strategi ‘tanpa pentessalan’ dibuat untuk empat tipologi berdasarkan kepentingan PPE, dampak pada tahun 2030 untuk skenario the ‘business as usual’, Hukum Rimba dan kemampuan adaptasi saat ini. Strategi bertujuan untuk mengarahkan penghidupan pedesaaan di kabupaten dan kecamatan yang paling rentan untuk menuju skenario ‘Desaku sejahtera, dan visi penghidupan di NTB. Kecamatan-kecamatan di dalam tipologi berikut dipilih untuk kegiatan 4 studi kasus di masyarakat (Gambar 25): • • •
Tipologi 1 Perikanan: Sape (Kabupaten Bima) dan Jerowaru (Kabupaten Lombok Timur) Tipologi 7 Beragam tanaman dan aktivitas pesisir: Bayan dan Pemenang (Kabupaten Lombok Utara) Tipologi 5 Padi dan Tembakau: Janapria (Kabupaten Lombok Tengah) dan Terara (Kabupaten Lombok Timur)
Workshop perencanaan skenario serupa untuk studi kasus tersebut direncanakan pada bulan Oktober 2011 – Maret 2012.
48
yp
gy ,
yp
p
gy ,
EGS Importance (%) 0 Fishing, Inshore Fishing, Offshore Rice production, Wetland Prawn pond, Coastal Custard apple, Dryland Cattle, Dryland Pineapple, Dryland Garlic, Dryland Onion, Wetland Coffee, Forest Fishery, Coral reef Mangrove for timber, Coastal Pearl farm, Inshore Sand mining, Dryland Bandeng pond, Coastal Tobacco, Wetland Drinking water, Ground water Agriculture (irrigation), Ground water Vegetables, Wetland Ecotourism, Coastal Mung bean, Dryland Prawn pond, Wetland Tamarind, Dryland Sweet potato, Wetland Agriculture (Irrigation), River, spring water Drinking water, River, spring water Cassava, Dryland Building material, Coral reef Seaweed, Inshore Coconut, Forest
5
10
15
p
,
Potential impact (-1 to +1) 20 -0.4
Inshore, Fishing Offshore, Fishing Wetland, Rice production Coastal, Prawn pond Dryland, Custard apple Dryland, Cattle Dryland, Pineapple Dryland, Garlic Wetland, Onion Forest, Coffee Coral reef, Fishery Coastal, Mangrove for timber Inshore, Pearl farm Dryland, Sand mining Coastal, Bandeng pond Wetland, Tobacco Ground water, Drinking water Ground water, Agriculture (irrigation) Wetland, Vegetables Coastal, Ecotourism Dryland, Mung bean Wetland, Prawn pond Temperature, SST Dryland, Tamarind Rainfall Wetland, Sweet potato River, spring water, Agriculture (Irrigation) Sea level rise River, spring water, Drinking water Acidifaction Dryland, Cassava Resource use Coral reef, Building material Land useSeaweed Inshore, Forest, Coconut Pollution
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
0.2
Financial
Social
Human
Political
Natural
Physical
Figure 25. 30 jenis PPE yang paling penting saat ini (kiri), dampak potensial untuk setaip PPE pada tahun 2030 (tengah), dan tingkat kemampuan adaptasi relatif saat ini menurut enam modal (kanan) untuk Tipologi 1 Perikanan.
49
Tabel 18. Strategi adaptasi yang teridentifikasi untuk Tipologi 1 Perikanan, penomoran berdasarkan tingkat prioritas Strategi Adaptasi
1.Meningkatkan standard hidup masyarakat nelayan
2. Strategi alternatif pengelolaan lingkungan
3. Sistem tanam hemat air dan daur ulang
4. Penanaman bakau untuk melindungi daerah pesisir dan untuk habitat ikan
Dampak pada produk dan jasa lingkungan dan ancaman yang dihadapi Perairan dangkal, perairan dalam dan perikanan terumbu karang dalam menghadapi perubahan iklim dan eksploitasi berlebihan akibat pertumbuhan penduduk
Modal yang dibutuhkan
Sumberdaya yang dibutuhkan untuk implementasi strategi
Parapihak yang dibutuhkan untuk implementasi strategi
1. Fisik 2. Sosial 3. Finansial
1. Pelatihan, infrastruktur dan fasilitas 2. Bantuan modal 3. Fasilitas pengolahan ikan 4. Sosialisasi 5. Penguatan kelembagaan
1. Pemerintah NTB dan Kabupaten 2. LSM 3. Pihak Swasta
Pengelolaan terumbu karang, bakau, air dan lahan pertanian
1. Manusia 2. Sosial 3. Alam 4. Finansial 5. Politik
1. Alat uji kualitas air 2. Perlindungan terumbu karang 3.Pembibitan/pe mbenihan bakau
1. Pemerintah NTB dan Kabupaten 2. LSM 3. Pihak Swasta
Meningkatkan konservasi lahan dan air bersih yang terkena dampak berkurangnya curah hujan dan penggunaan lahan yang buruk Dampak kenaikan muka air laut di daerah pesisir dan eksploitasi hasil perikanan
1. Finansial 2. Fisik 3. Alam
1. Teknologi 2. Pengelolaan infrastruktur dan fasilitas air
1. Pemerintah NTB dan Kabupaten 2. LSM 3. Pihak Swasta
1. Fisik 2. Alam 3. Finansial
1. Pembibitan bakau 2. Alat dan fasilitas 3. Informasi teknologi
1. Pemerintah NTB dan Kabupaten 2. LSM 3. Pihak Swasta
Penelitian yang dibutuhkan untuk membangun strategi
Skenario 3 Bunga mekar
Mal-adaptif?
Skenario 2 Desaku sejahtera Mal-adaptif?
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Mengembangkan penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan dan sistem pengelolaan
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Mengembangkan keputusan waktu tanam yang lebih baik dan pengelolaan air
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Tidak, karena strategi ini dapat beradaptasi pada semua kondisi
Pembangunan sosial, institusi dan ekonomi (seperti pengelolaan perikanan, pembangunan kemampuan nelayan)
Informasi perubahan iklim dan kenaikan muka air laut
Skenario 1 NTB adaptif
Mal-adaptive?
50
2030
2011
2060
2090 Well-being Village
Human resources development
6
NTB LIVELIHOODS VISION
5 1
+
Adaptive capacity
Adaptive NTB DRIVERS OF CHANGE
NTB LIVELIHOODS
2 Blooming Flower
4 Climate change
3
Impact on human wellbeing
Jungle Law
Gambar 24. Ringkasan proses dan hasil workshop untuk sesi 1-6. Penomoran menunjukkan masing-masing sesi.
Gambar 25. Lokasi studi kasus pada kecamtan-kecamatan terpilih untuk Kegiatan 4 Studi kasus di masyarakat 51
4.
EVALUASI WORKSHOP
Survai kuisioner yang dilakukan sebelum dan sesudah workshop menunjukkan bahwa peserta merasakan proses workshop bermanfaat, dimana 72% menyatakan bahwa workshop telah “meningkatkan pemahaman saya tentang perubahan iklim dan bagaimana NTB dapat beradaptasi” (Gambar 26). Persepsi peserta tentang masa depan juga berubah, dimana sebelumnya 72% memikirkan masa depan adalah 20 tahun atau lebih, meningkat menjadi 84% setelah workshop (Gambar 27). Sebelum workshop hanya 14% mempertimbangkan bahwa “kebijakan adaptasi iklim di NTB adalh untuk membuat NTB siap mengatasi perubahan iklim”, namun hal tersebut meningkat menjadi 33% setelah workshop (Gambar 28). Peserta juga tampaknya memiliki persepsi tentang perubahan iklim yang lebih realistis, sebelumnya sebesar 39% sangat setuju dengan pernyataan “perubahan iklim membawa resiko bagi saya pribadi”, yang turun menjadi 23% setelah workshop (Gambar 29). The information presented in this scenario planning workshop:
increased my understanding of climate change and how NTB can adapt
3% 5%
made me motivated to increase my knowledge
18%
made me motivated to take action
2% 72%
all of the above
no answer
Gambar 26. Persepsi peserta (n=34) terhadap informasi yang disampaikan di dalam workshop
52
How many years into the future do you think about when you hear the word ‘future’?
2% 7% 7% 0-5 years 11%
6-10 years 11-15 years 16-20 years more than 20 years
73%
How many years into the future do you think about when you hear the word ‘future’? 3%
3% 3% 7% 0-5 years 6-10 years 11-15 years 16-20 years more than 20 years 84%
Gambar 27. Persepsi peserta (n=34) tentang masa depan sebelum (atas) dan sesudah (bawah) workshop
53
Seberapa setujukah anda dengan pernyataan berikut?: "Kebijakan adaptasi iklim NTB adalah untuk membuat NTB siap menghadapi perubahan iklim
2%
2% 14%
14%
Strongly agree Agree Neutral
11%
Disagree Strongly disagree
57%
No answer
Seberapa setujukah anda dengan pernyataan ini?; Kebijakan adaptasi iklim NTB adalah untuk membuat NTB siap menghadapi perubahan iklim
3% 5%
Strongly agree
10% 33%
Agree Neutral Disagree Strongly disagree
49%
Gambar 28. Persepsi peserta (n=34) tentang Kebijakan adaptasi NTB sebelum (atas) dan workshop
sesudah (bawah)
54
Seberapa Setujukah anda dengan pernyataaan berikut ?: “Perubahan iklim menimbulkan resiko bagi saya secara pribadi”
2%
2% Strongly agree
7%
Agree
39%
Neutral Disagree No answer
50%
Seberapa Setujukah anda dengan pernyataaan berikut ?: “Perubahan iklim menimbulkan resiko bagi saya secara pribadi” 2% 8% 23% 13%
Strongly agree Agree Neutral Disagree Strongly disagree
54%
Gambar 29. Persepsi peserta (n=34) tentang resiko yang dihadapi oleh diri sendiri karena perubahan iklim sebelum (atas) dan setelah (bawah) workshop
55
5.
REFERENSI
Brown, P.R., Nelson, R., Jacobs, B., Kokic, P., Tracey, J., Ahmed, M. and DeVoil, P. (2010). Enabling natural resource managers to self-assess their adaptive capacity. Agricultural Systems 103:562–568. Ellis, F. (2000). Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford University Press: Oxford. Fachry, A., Hanartani, Supartiningsih, S. and Butler, J.R.A. (2011). Social, cultural and economic trends in NTB and their drivers of change. AusAID-CSIRO Research for Development Alliance, University of Mataram, NTB Government. CSIRO Climate Adaptation Flagship, Brisbane, and University of Mataram, Lombok. Hallegatte, S. (2009). Strategies to adapt to an uncertain climate change. Global Environmental Change Human Policy Dimensions 19:240-247. International Panel on Climate Change (IPCC) (2007). Climate Change 2007 - The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the IPCC. Kementerian Lingkungan Hidup (2009). Risk and Adaptation Assessment to Climate Change in Lombok Island Barat Nusa Tenggara Province. Kementerian Lingkungan Hidup, GIZ, WWF, Jakarta. Millennium Ecosystem Assessment (2005). Ecosystems and Human Well-being: a Framework for Assessment. Island Press, Washington DC. Mitchell, R., Agle, B. and Wood, D. (1997). Towards a theory of stakeholder identification and salience: defining the principle of who and what really counts. Academy of Management Review 22(4):853-86. Skewes, T., Lyne, V., Butler, J.R.A., Mitchell, D., Poloczanska, E., Williams, K., Brewer, D., McLeod, I., Rochester, W., Sun, C. and Long, B. (2011). Melanesian coastal and marine ecosystem assets: assessment framework and Milne Bay case study. CSIRO Final Report to the CSIRO AusAID Alliance. CSIRO Marine and Atmospheric Research, Brisbane Smit, B. and Wandel, J. (2006). Adaptation, adaptive capacity and vulnerability. Global Environmental Change 16 (3):282–292. Suadnya, I., Habibi, P. and Handayani, T. (2011). Final report: NTB livelihood systems synthesis. AusAID-CSIRO Research for Development Alliance, University of Mataram, NTB Government. CSIRO Climate Adaptation Flagship, Brisbane, and University of Mataram, Lombok. Walker, B.H., Holling, C.S., Carpenter, S. and Kinzig, A. (2005). Resilience, adaptability and transformability in socialecological systems. Ecology and Society 9:5
56
LAMPIRAN I: AGENDA WORKSHOP Climate Futures and Rural Livelihood Adaptation Strategies in Nusa Tenggara Barat Province, Indonesia
NTB Scenario Planning Workshop Senin 30 Mei – Kamis 2 Jun1 2011 Sanur Paradise Plaza Hotel, Bali Tujuan workshop : 4. Mengidentifikasi/mengenali penghidupan yang paling rentan di NTB. 5. Mengidentifikasi strategi adaptasi yang diprioritaskan 6. Mengidentifikasi studi-studi kasus.
RINGKASAN KEGIATAN WORKSHOP Senin 30 Mei Stakeholders tiba dan check in. Makan Malam
HARI 1: SELASA 31 Mei Sesi 1: Apa saja faktor-faktor pendorong perubahan bagi lingkungan, ekonomi dan masyarakat NTB? Sesi 2: Apa saja kemungkinan yang akan terjadi di masa depan bagi NTB di tahun 2030, 2060 dan 2090? Apa yang paling mungkin terjadi?
HARI 2: Rabu 1 Juni Sesi 3: Apa dampak yang akan dialami/terjadi pada penghidupan masyarakat pedesaan NTB? Sesi 4: Bagaimana perkiraan kemampuan adaptasi dari penghidupan masyarakat saat ini?
HARI 3: Kamis 2 Juni Sesi 5: Apa saja sisi penghidupan masyarakat yang paling rentan? Sesi 6: Apakah strategi adaptasi, kebijakan dan penelitian yang dapat diprioritaskan bagi penghidupan yang rentan tersebut?
57
PROGRAM WORKSHOP SENIN 30 MEI Pagi-Sore
: Stakeholder tiba dan check in
Malam
: Perkenalan dan makan malam stakeholder
HARI 1: SELASA 31 MEI 8:30
Pembukaan
9:00
Perkenalan, evaluasi dan persetujuan: Prof. Yusuf Sutaryono, UNRAM dan Imam Suharto, VECO Indonesia (Fasilitator)
9:20 – 10:20
Sesi 1: Apa saja faktor-faktor pendorong perubahan bagi lingkungan, ekonomi dan masyarakat NTB?
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Presentasi
20 menit
Global futures
Erin Bohensky (CSIRO)
Powerpoint, poster
Presentasi
20 menit
Tren penduduk dan ekonomi, serta ambang batas
Anwar Fachry (UNRAM)
Powerpoint, poster
Presentasi
20 menit
Tren budaya, isu-isu gender dan ambang batas
Hanartani (UNRAM)
Powerpoint, poster
10:20 – 10:45
Istirahat
10:45 – 11:15
Lanjutan Sesi 1
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Presentasi
15 menit
Iklim NTB saat ini
Adi Ripaldi (BMKG)
Powerpoint, poster
Hasil
Hasil
58
Presentasi
15 menit
Perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut.
Dewi Kirono (CSIRO)
Powerpoint, poster termasuk kenaikan permukaan laut dan Penilaian kerentanan untuk Lombok.
Perkenalan
10 menit
Sesi penjelasan untuk faktor-faktor pendorong
Imam Suharto
Flip chart
Empat kelompok kerja untuk mengenali faktor-faktor
30 menit
Daftar faktor-faktor pendorong
Kelompok kerja difasilitasi oleh Tim Kolaboratif
Flip chart untuk tiap kelompok
Daftar faktor-faktor pendorong untuk tiap kelompok
Diskusi
20 menit
Pengelompokan, pemeriksaan dan pembandingan faktor pendorong oleh kelompok kerja
Imam Suharto
Central flip chart
Daftar total keseluruhan faktor-faktor pendorong
Diskusi
15 menit
Pemeringkatan kelompok faktor pendorong berdasar tingkat kepentingannya.
Imam Suharto
Central flip chart
Susunan peringkat faktorfaktor pendorong
12:30 – 1:30
Makan Siang
1:30 – 3:30 terjadi?
Sesi 2: Apa saja yang mungkin akan terjadi di masa depan bagi NTB di tahun 2030, 2060 dan 2090? Apa yang paling mungkin
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Hasil
Diskusi
15 menit
Masa depan yang diharapkan di NTB
Imam Suharto
Central flip chart
Pernyataan Masa depan yang diharapkan dalam susunan bentuk COWBeS*: Pendapatan, kesehatan, ketersediaan bahan pangan, kerukunan sosial masyarakat, kebebasan memilih 59
Presentasi
Empat kelompok kerja mengembangk an narasi skenario
30 menit
1 ½ jam
Memperkenalkan perencanaan skenario, memilih dan mendeskripsikan dua faktor pendorong yang paling penting,
Imam Suharto
Mendeskripsikan kcenario dengan narasi dan gambar untuk tahun 2030, 2060, 2090 menggunakan indikator COWBeS, mengidentifikasi strategi adaptasi yang diperlukan untuk mencapai masa depan yang diharapkan.
Central flip chart untuk menjelaskan dan mendeskripsikan faktor pendorong
Dua faktor pendorong utama dipilih dan dideskripsikan.
Empat kelompok kerja difasilitasi oleh Tim Kolaboratif
Flip chart dan pena untuk tiap kelompok
Narasi dan gambar untuk setiap skenario, satu kelompok kerja per skenario, menggunakan COWBeS dan mengidentifikasi strategi adaptasi.
Materi, alat bantu, dll
Hasil
Erin Bohensky (CSIRO)
* Constituents of well-being
3:30 – 4:00
Istirahat
4:00 – 5:00
Lanjutan Sesi 2
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Empat Kelompok kerja mempresentasi kan narasi skenario
10 menit masing-masing kelompok
Presentasi tiap skenario
Empat kelompok kerja
Diskusi
20 menit
Mengidentifikasi skenario yang paling mungkin terjadi
Imam Suharto
Umpan balik dan tanggapan dari peserta, memperbaiki kekurangan/memperhalus skenario Central flip chart
Skenario terpilih untuk hari 2
Erin Bohensky (CSIRO)
HARI 2: Rabu 1 Juni 9:00 – 10:30
Sesi 3: Apa dampak yang akan dialami/terjadi pada penghidupan Masyarakat pedesaan NTB?
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Tinjauan Hari 1 Pratinjau Hari 2
15 menit
Tinjauan dari faktor pendorong, masa depan
Imam Suharto
Seluruh poster, flip charts dari hari ke 1, kelompok kerja,
Hasil
60
yang diharapkan, scenario yg terpilih, dan pratinjau untuk hari ke 2 Presentasi
30 menit
tipologi EGS* untuk NTB
scenarios dikelompokan pada dinding. Wayan Suadnya (UNRAM)
Powerpoint dan Peta cetakan tipologi
Tim Skewes (CSIRO) Presentasi
45 menit
Dampak skenario terpilih pada tipologi EGS
Wayan Suadnya (UNRAM) Tim Skewes (CSIRO)
Powerpoint deskripsi dari model ekosistem dan proyeksi dampak pada tipologi
* Ecosystem goods and services
10:30 – 11:00
Istirahat
11:00 – 12:30
Lanjutan Sesi 3
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Pengenalan
30 menit
Sesi pendeskripsian tentang dampak skenario pada penghidupan
Tim Skewes (CSIRO)
Powerpoint dari EGS dan tabel interaksi COWBeS
Dampak perubahan tipologi EGS pada COWBeS
Empat kelompok kerja difasilitasi oleh Tim Kolaboratif
Empat kelompok kerja
1 jam
Wayan Suadnya (UNRAM)
Cetakan Peta tipologi dengan penjelasan tertulis, lembar data table hubungan interaksi EGS-COWBeS: 2-3 tipologi per kelompok
Hasil
Lembar data interaksi EGSCOWBeS lengkap untuk tiap tipology
12:30 – 1:30
Makan Siang
1:30 – 3:30
Sesi 4: Bagaimana perkiraan kemampuan kapasitas adaptasi dari penghidupan masyarakat desa saat ini?
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Presentasi
30 menit
Presentasi tentang hasil dari dampak pada tipologi dengan hubungannya pada EGS-COWBeS
Tim Skewes (CSIRO)
Powerpoint peta dampak pada tipologi
Wayan Suadnya (UNRAM)
Hasil
61
Presentasi
Empat kelompok kerja
1 jam
30 menit
Pengukuran kemampuan adaptasi menggunakan modal
Sarah Park (CSIRO)
Kemampuan adaptasi saat ini pada tipologi untuk proyeksi perubahan di tahun 2030
Kelompok kerja difasilitasi oleh Tim Kolaboratif
Peta tipologi tercetak dengan penjelasan tertulis, flip charts: 1 tipologi per kelompok
3:30 – 4:00
Istirahat
4:00 – 5:00
Lanjutan Sesi 4
Powerpoint
Imam Suharto
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Empat kelompok kerja (lanjutan)
30 menit
Kemampuan adaptasi saat ini pada tipologi untuk proyeksi perubahan di tahun 2030
Kelompok kerja difasilitasi oleh Tim Kolaboratif
Peta tipologi tercetak dengan penjelasan tertulis, flip charts: 1 tipologi per kelompok
Presentasi hasil oleh kelompok kerja.
30 menit
Hasil kemampuan adaptasi untuk tiap tipologi
Kelompok kerja
Flip charts dan Peta tipologi
Hasil
Indikator nilai untuk tiap tipologi
HARI 3: Kamis 2 Juni 9:00 – 10:30
Sesi 5: Apa saja sisi penghidupan masyarakat yang paling rentan?
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Tinjauan Hari 2 Pratinjau Hari 3
15 menit
Tinjauan masa depan yang diharapkan, skenario yang dipilih, tipologi penghidupan dan dampak, pratinjau Hari ke 3
Imam Suharto
Powerpoint and Peta dari Hari ke 2
Presentasi
30 menit
Analisis gabungan tingkat kerentanan tipologi dari hari
Tim Skewes (CSIRO)
Powerpoint Peta dari dampak, kemampuan
Hasil
Penaksiran tingkat kerentanan penghidupan. 62
ke 2
Sarah Park (CSIRO) Wayan Suadnya (UNRAM)
Diskusi
45 menit
Diskusi dan pemeringkatan tipologi penghidupan dilihat dari kerentanannya, Identifikas studi kasus yang potensial pada tipologi yang paling rentan
Imam Suharto
beradaptasi dan kerentanan penghidupan
Powerpoint Peta penilaian kerentanan, data sekunder dari survey penghidupan, central flip chart
Pemeringkatan kerentanan tipologi penghidupan dan studi-studi kasus disepakati
10:30 – 11:00
Istirahat
11:00 – 12:30
Sesi 6: Apakah strategi adaptasi, kebijakan dan penelitian yang tepat bagi penghidupan yang rentan tersebut?
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Pengenalan
15 menit
Strategi dan kebijakan adaptasi
Imam Suharto
Powerpoint Contoh-contoh strategi dan kebijakan adaptasi
Pemodelan kesesuain tanaman
Kisman (UNRAM)
Presentasi
15 menit
Ketut Puspadi (BPTP)
Brian Long (CSIRO)
Powerpoint, Peta dan poster cetakan tentang kesesuaian tanaman beras dan jagung saat ini dan di masa depan
Dian Nur Ratri (BMKG)
Presentasi
15 menit
Pembayaran jasa lingkungan
Latifa (UNRAM)
Powerpoint and poster
Kelompok kerja
45 menit
Strategi adaptasi yang dibutuhkan untuk studistudi kasus
Kelompok kerja (satu per studi kasus), difasilitasi oleh Tim Kolaboratif
Flip charts, skenario NTB terpilih dari Hari 1, selected NTB scenario from Day 1, data kemampuan adaptasi/ penyesuaian diri, Peta tipologi dengan deskripsi/penjelasan dampak
Hasil
Strategi adaptasi dideskripsikan untuk tiap studi kasus menurut: 1. Apa manfaatnya, dan untuk siapa (dari jenis kelamin)? 2. Apa sumber daya yang dibutuhkan? 3. Seberapa mendesak hal 63
tersebut? 4. Stakeholder yang mana yang diperlukan? 5. Kebijakan apa yang diperlukan? 6. Penelitian seperti apa yang dibutuhkan?
12:30 – 1:30
Makan Siang
1:30 – 3:30
Lanjutan Sesi 6
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Materi, alat bantu, dll
Hasil
Presentasi hasil oleh kelompok kerja
15 menit masing-masing kelompok
Strategi adaptasi yang diperlukan untuk studi-studi kasus
Kelompok kerja
Flip charts
Strategi adaptasi yang sudah diperhalus dan diperbaiki dideskripsikan untuk tiap studi kasus
Diskusi
1 jam
Perbandingan strategi adaptasi dengan yang sudah diidentifikasi oleh empat skenario dari hari 1
Ketut Puspadi (BPTP) Imam Suharto
Seluruh narasi scenario dari hari 1 dan strategi adaptasi, flip chart kelompok kerja, central flip chart
Strategi adaptasi yang sudah diperhalus dan diperbaiki yang mempertimbangkan seluruh kemungkinan di masa depan
Materi, alat bantu, dll
Hasil
Central flip chart
Evaluasi workshop
3:30 – 4:00
Istirahat dan stakeholders check out
4:00 – 5:00
Kesimpulan dan langkah selanjutnya
Aktivitas
Waktu aktivitas
Subjek
Presenter
Diskusi
15 menit
Langkah selanjutnya
Prof. Sutaryono (UNRAM) James Butler (CSIRO)
Diskusi
45 menit
Evaluasi workshop dan penutupan
Imam Suharto Prof. Sutaryono (UNRAM)
64
LAMPIRAN II: KABUPATEN DAN KECAMATAN PEDESAAN BERDASARKAN TIPOLOGI
Tipologi
Kecamatan
Kabupaten
Area 2 (km )
Pesisir (km)
Populasi (2006)
Kepadatan Pop (per 2 km )
1
Ambalawi
Bima
190.2
19.3
17947
94.0
1
Madapangga
Bima
245.4
0.0
27980
114.0
1
Parado
Bima
196.8
22.6
8861
45.0
1
Sanggar
Bima
515.8
38.9
11632
23.0
1
Sape
Bima
219.4
116.0
50349
230.0
1
Soromandi
Bima
329.9
71.4
13260
40.0
1
Tambora
Bima
678.4
66.0
3830
6.0
1
Wera
Bima
407.9
94.1
27825
68.0
1
Praya Timur
Lombok Tengah
84.4
0.9
63773
755.0
1
Pujut
Lombok Tengah
222.8
60.8
94995
426.0
1
Hu'u
Dompu
243.5
38.3
15851
65.0
1
Kilo
Dompu
180.9
27.1
11997
66.0
1
Pajo
Dompu
78.5
7.4
12508
159.0
1
Woja
Dompu
362.9
29.4
51119
141.0
1
Jerowaru
Lombok Timur
149.5
152.8
50331
337.0
1
Keruak
Lombok Timur
28.2
5.6
46776
1659.0
2
Lambu
Bima
324.8
164.0
31758
98.0
2
Langgudu
Bima
320.3
152.0
30055
94.0
2
Wawo
Bima
85.8
0.0
17853
208.0
2
Kempo
Dompu
307.0
50.2
18029
59.0
2
Manggalewa
Dompu
283.4
62.7
27719
98.0
2
Pekat
Dompu
469.9
73.1
30691
65.0
3
Belo
Bima
73.0
0.0
19517
267.0
3
Bolo
Bima
86.2
10.9
41900
486.0
3
Monta
Bima
172.9
14.5
33230
192.0
3
Palibelo
Bima
82.0
12.8
23929
292.0
3
Woha
Bima
122.0
11.6
40508
332.0
3
Batukliang
Lombok Tengah
44.8
0.0
71289
1593.0
3
Jonggat
Lombok Tengah
64.0
0.0
87211
1362.0
3
Pringgarata
Lombok Tengah
52.0
0.0
59789
1151.0
3
Dompu
Dompu
166.4
4.2
49565
298.0
66
Pesisir (km)
Populasi (2006)
Kepadatan Pop (per 2 km )
Tipologi
Kecamatan
Kabupaten
Area 2 (km )
4
Aikmel
Lombok Timur
83.2
0.0
89872
1080.0
4
Pringgabaya
Lombok Timur
117.9
31.7
91806
779.0
4
Pringgasela
Lombok Timur
73.8
0.0
48342
655.0
4
Sambelia
Lombok Timur
207.5
70.1
31249
151.0
4
Sembalun
Lombok Timur
257.8
2.0
18209
71.0
4
Suela
Lombok Timur
128.1
0.0
37507
293.0
4
Wanasaba
Lombok Timur
68.5
0.0
60107
878.0
4
Gunungsari
Lombok Barat
95.9
0.0
77132
804.0
4
Narmada
Lombok Barat
138.9
0.0
89507
644.0
5
Donggo
Bima
123.3
0.0
16586
135.0
5
Lambitu
Bima
88.7
0.0
3187
36.0
5
Janapria
Lombok Tengah
76.3
0.0
67826
889.0
5
Kopang
Lombok Tengah
94.5
0.0
75835
802.0
5
Praya
Lombok Tengah
72.6
0.0
100105
1379.0
5
Praya Barat
Lombok Tengah
128.3
25.9
67063
523.0
5
Praya Barat Daya
Lombok Tengah
135.7
5.6
50874
375.0
5
Praya Tengah
Lombok Tengah
86.4
0.0
59658
691.0
5
Labuhan Haji
Lombok Timur
41.7
14.6
50917
1221.0
5
Masbagik
Lombok Timur
28.5
0.0
90739
3186.0
5
Montong Gading
Lombok Timur
37.5
0.0
37014
987.0
5
Sakra
Lombok Timur
32.7
0.0
51899
1585.0
5
Sakra Barat
Lombok Timur
26.8
0.0
45609
1701.0
5
Sakra Timur
Lombok Timur
29.8
5.4
41412
1390.0
5
Selong
Lombok Timur
20.1
0.0
73889
3668.0
5
Sikur
Lombok Timur
85.3
0.0
68228
800.0
5
Sukamulia
Lombok Timur
13.1
0.0
29501
2257.0
5
Suralaga
Lombok Timur
38.5
0.0
48824
1267.0
5
Terara
Lombok Timur
38.3
0.0
69399
1813.0
67
Pesisir (km)
Populasi (2006)
Kepadatan Pop (per 2 km )
Tipologi
Kecamatan
Kabupaten
Area 2 (km )
6
Alas
Sumbawa
206.7
38.6
29417
142.0
6
Alas Barat
Sumbawa
62.4
15.5
20366
326.0
6
Batu Lanteh
Sumbawa
298.4
0.0
10788
36.0
6
Buer
Sumbawa
200.0
20.2
16018
80.0
6
Empang
Sumbawa
310.6
33.5
22593
73.0
6
Labangka
Sumbawa
125.3
22.0
9540
76.0
6
Labuhan Badas
Sumbawa
454.3
135.5
27207
60.0
6
Lantung
Sumbawa
200.7
0.0
2717
14.0
6
Lape
Sumbawa
237.1
120.6
16077
68.0
6
Lenangguar
Sumbawa
563.6
14.7
6484
12.0
6
Lopok
Sumbawa
171.0
0.0
17652
103.0
6
Lunyuk
Sumbawa
763.9
50.1
17183
22.0
6
Maronge
Sumbawa
258.7
9.1
10205
39.0
6
Moyo Hilir
Sumbawa
213.4
100.0
22027
103.0
6
Moyo Hulu
Sumbawa
251.2
0.0
20846
83.0
6
Moyo Utara
Sumbawa
79.4
18.3
9417
119.0
6
Orong Telu
Sumbawa
298.4
0.0
6009
20.0
6
Plampang
Sumbawa
514.6
75.1
26408
51.0
6
Rhee
Sumbawa
189.2
18.1
7305
39.0
6
Ropang
Sumbawa
340.3
32.4
5808
17.0
6
Sumbawa
Sumbawa
68.9
11.9
53956
783.0
6
Tarano
Sumbawa
455.7
134.3
15199
33.0
6
Unter Iwes
Sumbawa
82.6
0.0
18341
222.0
6
Utan
Sumbawa
220.1
47.1
29187
133.0
6
Batulayar
Lombok Barat
51.0
12.0
38654
757.0
6
Gerung
Lombok Barat
69.0
4.4
75545
1095.0
6
Kediri
Lombok Barat
27.8
0.0
57058
2052.0
6
Kuripan
Lombok Barat
21.7
0.0
34130
1573.0
6
Labuapi
Lombok Barat
31.1
4.2
63801
2051.0
6
Lembar
Lombok Barat
99.8
17.0
47819
479.0
6
Lingsar
Lombok Barat
108.1
0.0
68037
629.0
6
Sekotong
Lombok Barat
322.1
162.7
51540
160.0
Pesisir (km)
Populasi (2006)
Kepadatan Pop (per 2 km )
Tipologi
Kecamatan
Kabupaten
Area 2 (km )
6
Brang Ene
Sumbawa Barat
168.9
0.0
4842
29.0
6
Brang Rea
Sumbawa Barat
278.4
0.0
11327
41.0
6
Jereweh
Sumbawa Barat
421.2
34.5
7077
17.0 68
6
Maluk
Sumbawa Barat
133.8
0.0
9965
74.0
6
Pototano
Sumbawa Barat
126.1
94.5
8160
65.0
6
Sekongkang
Sumbawa Barat
265.9
61.5
7214
27.0
6
Seteluk
Sumbawa Barat
140.8
7.7
14617
104.0
6
Taliwang
Sumbawa Barat
254.6
37.0
37876
149.0
7
Batukliang Utara
Lombok Tengah
203.7
0.0
45687
224.0
7
Bayan
Lombok Utara
308.0
21.4
45318
147.0
7
Gangga
Lombok Utara
161.9
10.6
45154
279.0
7
Kayangan
Lombok Utara
147.3
13.5
40203
273.0
7
Pemenang
Lombok Utara
56.8
34.4
31368
552.0
7
Tanjung
Lombok Utara
88.9
13.4
45955
517.0
69
LAMPIRAN IV: KEPENTINGAN PPE, DAMPAK TAHUN 2030 DAN KEMAMPUAN ADAPTASI UNTUK TIPOLOGI 2,4,6
Peringkat 30 EGS terpenting saat ini (kiri), potensi dampak untuk setiap EGS di Tahun 2030 (tengah), dan tingkat relatif dari kapasitas beradaptasi saat ini menurut enam modal (kanan) untuk tipologi 2 Perikanan dan rumput laut.
70
p
g ,
p
p
g y
EGS pentingnya (%) 0 Produkksi beras, Lahan basah Air untuk irigasi (water), Air bawah tanah Kacang tanah, Lahan basah Tambak udang, Lahan basah Bawang merah, Lahan basah Tembakau, Lahan basah Jagung, Lahan basah Pisang, Lahan kering Pertambangan pasir, Lahan kering Sapi, Lahan kering Kambing, Lahan basah Sapi, Lahan basah Nenas, Lahan kering Kedele, Lahan basah Ayam, Lahan kering Kelapa, Lahan kering Ayam, Lahan basah Air untuk irigasi (water), Sungai, mata air Air minum, Sungai, mata air Kayu, Hutan Bawang merah, Lahan kering Mente, Lahan kering Air minum, Air bawah tanah Madu lebah, Hutan Kerbau, Lahan basah Kacang hijau, Lahan kering Wisata alam, Hutan Pisang, Hutan Mangga, Hutan Wisata alam, Sungai, mata air
5
10
g
p
p Potensi dampak(-1 to +1)
15 -0.5
Produkksi beras, Lahan basah Air untuk irigasi (water), Air bawah tanah Kacang tanah, Lahan basah Tambak udang, Lahan basah Bawang merah, Lahan basah Tembakau, Lahan basah Jagung, Lahan basah Pisang, Lahan kering Pertambangan pasir, Lahan kering Sapi, Lahan kering Kambing, Lahan basah Sapi, Lahan basah Nenas, Lahan kering Kedele, Lahan basah Ayam, Lahan kering Kelapa, Lahan kering Ayam, Lahan basah Air untuk irigasi (water), Sungai, mata air Air minum, Sungai, mata air Kayu, Hutan Bawang merah, Lahan kering Mente, Lahan kering Air minum, Air bawah tanah Madu lebah, Hutan Kerbau, Lahan basah Kacang hijau, Lahan kering Wisata alam, Hutan Pisang, Hutan Mangga, Hutan Wisata alam, Sungai, mata air
-0.4
-0.3
-0.2
-0.1
0.0
0.1
Finansial
Sosial
Manusia
Politik
Alam
Fisik
Impacts Iklim Suhu muka Perubahan curah hujan Kenaikan muka air laut Peningkatan keasaman laut Manusia Exploitasi Perubahan penggunaan lahan Pencemaran
The current top 30 most important EGS (left), potential impact for each EGS in 2030 (centre), and relative levels of adaptive capacity today according to the six capitals (right) for Typology 4 Diverse agriculture and forest use.
71
p
g ,
p
g y
Potensi dampak(-1 to +1)
EGS pentingnya (%) 0 Produkksi beras, Lahan basah Tambak udang, Lahan basah Kacang hijau, Lahan kering Bawang merah, Lahan kering Ubi jalar, Lahan basah Nenas, Lahan kering Sapi, Lahan basah Sirsap, Lahan kering Air untuk irigasi (water), Sungai, mata air Pertambangan pasir, Lahan kering Jagung, Lahan basah Kerbau, Lahan kering Kedele, Lahan basah Produksi padi gogo, Lahan kering Kelapa, Lahan kering Air minum, Air bawah tanah Air untuk irigasi (water), Air bawah tanah Air minum, Sungai, mata air Sayuran, Lahan basah Beras merah, Lahan basah Jagung, Lahan kering Kacang tanah, Lahan basah Kambing, Lahan basah Tambak garam, Lahan basah Tembakau, Lahan kering Ubikayu, Lahan kering Ayam, Lahan kering Alpokat, Lahan kering Asem, Lahan kering Kambing, Lahan kering
2
4
6
8 -0.3
Produkksi beras, Lahan basah Tambak udang, Lahan basah Kacang hijau, Lahan kering Bawang merah, Lahan kering Ubi jalar, Lahan basah Nenas, Lahan kering Sapi, Lahan basah Sirsap, Lahan kering Air untuk irigasi (water), Sungai, mata air Pertambangan pasir, Lahan kering Jagung, Lahan basah Kerbau, Lahan kering Kedele, Lahan basah Produksi padi gogo, Lahan kering Kelapa, Lahan kering Air minum, Air bawah tanah Air untuk irigasi (water), Air bawah tanah Air minum, Sungai, mata air Sayuran, Lahan basah Beras merah, Lahan basah Jagung, Lahan kering Kacang tanah, Lahan basah Kambing, Lahan basah Tambak garam, Lahan basah Tembakau, Lahan kering Ubikayu, Lahan kering Ayam, Lahan kering Alpokat, Lahan kering Asem, Lahan kering Kambing, Lahan kering
-0.2
-0.1
0.0
0.1 Finansial
Sosial
Manusia
Politik
Alam
Fisik
Impacts Iklim Suhu muka Perubahan curah hujan Kenaikan muka air laut Peningkatan keasaman laut Manusia Exploitasi Perubahan penggunaan lahan Pencemaran
The current top 30 most important EGS (left), potential impact for each EGS in 2030 (centre), and relative levels of adaptive capacity today according to the six capitals (right) for Typology 6 Diverse livestock and cropping.
72
CONTACTS:
FURTHER INFORMATION:
Professor Yusuf Sutaryono University of Mataram Email:
[email protected] Mobile: (+62) 0818369007
http://www.ausaid.gov.au/hottopics/topic.cfm?I D=2707_8209_4232_9569_1218 http://www.csiro.au/multimedia/Indonesia-AndClimate-Change
Dr. James Butler CSIRO Climate Adaptation Flagship Email:
[email protected] Mobile: (+61) 0437030120
http://www.csiro.au/news/Improvedclimatechange-projections-SE-Asia http://www.rfdalliance.com.au/site 72