AUDIT KOMUNIKASI PROGRAM KAMPANYE “EARTH HOUR” WORLD WILDLIFE FUND FOR NATURE INDONESIA
SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S1) Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi
Oleh : EMILIYA JOHARI NIM.6662120263
KONSENTRASI HUMAS PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG, 2016
i
ii
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
Plan your work for today and every day, then work your plan. –Margareth ThatcherIt is our choices... that show what we truly are, far more than our abilities -J.K RowlingCry. Forgive. Learn. Move on. Let your tears water the seeds of your future happiness -Steve MaraboliBersama orang-orang tersayang,beserta iringan doa, kesulitan akan terlewati dengan mudah -E.70-
Skripsi Ini Kupersembahkan Untuk Bapak.Mama.Luthfi.Fariz.Keluarga.Sahabat.Adam
iv
ABSTRAK Emiliya Johari.NIM.6662120263.Skripsi. Audit Komunikasi Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature- Indonesia. Pembimbing I : Uliviana Restu H., S.Sos., M.Ikom dan Pembimbing II : Andin Nesia, S.IK., M.Ikom
Penggunaan energi listrik yang berlebihan merupakan hal yang melatarbelakangi terbentuknya program kampanye Earth Hour, World Wildlife Fund for Nature Indonesia. Program yang diteliti,program yang berjalan dalam kurun 2015 hingga 2016 selama satu tahun. Program kampanye ini memiliki tujuan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat mengenai penghematan penggunaan energi listrik. Namun berdasarkan data dari Perusahaan Listrik Negara (PLN), pada tahun 2013 dan 2014 tidak ada perubahan yang signifikan dari penggunaan energi listrik. Untuk itu perlu dilakukan proses evaluasi yang disebut audit komunikasi. Audit komunikasi adalah alat evaluasi untuk program jangka panjang dengan menunjukan kekuatan dan kelemahan yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan tahap preparation, konsep kegiatan program sudah sesuai. Sementara tahap implementations, kegiatan yang dilakukan tidak sesuai dengan perencanaan. Selanjutnya tahap impact ditemukan, belum sesuai dengan tujuan utama program, mengajak masyarakat untuk berkomitmen dalam mematikan lampu yang tidak terpakai selama satu jam. Hal ini dikarenakan banyaknya kegiatan yang mengangkat isu lingkungan diluar isu penggunaan energi listrik, berada pada satu payung dengan kampanye Earth Hour. Sehingga program Earth Hour dinilai perlu adanya perbaikan guna keberhasilan kampanye.
Kata Kunci: Audit Komunikasi, Kampanye Earth Hour, WWF Indonesia.
v
ABSTRACT Emiliya Johari.NIM.6662120263.Thesis. Communication Audit Program for Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia Campaign. Pembimbing I : Uliviana Restu H., S.Sos., M.Ikom dan Pembimbing II : Andin Nesia, S.IK., M.Ikom
Excessive used of electrical energy is one of reason World Wildlife Fund for Nature of Indonesia Organization established Earth Hour campaign program. The program that be inspected is the program that has been run for a year from 2015 until 2016. The campaign program has a purpose for socialize about efficient use of electrical power to dozen people. However based on Perusahaan Gas Negara (PLN)’s data, on 2013 and 2014 there is no significant difference of electrical use. Because of that we need to evaluated the program that called communication audit. The communication audit is evaluation tool for long term program that showing the strength and the weakness of the program. The purpose of thus research is find out about implementation of Earth Hour campaign program WWF Indonesia, that using qualitative method. The method of data collection that researcher use are interview and documentation. The result of this research show that preparation step, program activity concept is appropriated. While the implementation step show the program activity that WWF Indonesia did is still not appropriated with preparation step. The next step is impact, on this step found that there are not appropriate with the program main goals, which is to persuade and commitee people to switch off the lamp that not used for an hour. This is because there are too much activities that raise about environment issues excluding the electrical energy use issue, under the same roof with Earth Hour. Therefore, Earth Hour program needed to be improve to reach the campaign goals.
Keywords : Communication Audit, Earth Hour Campaign, WWF-Indonesia.
vi
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Warahmatullah Wabarokatuh Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat kelulusan program studi Ilmu Komunikasi konsentrasi Public Relation atau Humas di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang dapat membantu perbaikan penelitian yang berjudul “Audit Komunikasi Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund For Nature-Indonesia” ini sangat penulis harapkan. Pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapkan terima kasih atas segala dukungan, bantuan dan bimbingan dalam proses penelitian serta penyusuan skripsi ini kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Bapak Dr. Agus Sjafari, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3. Ibu Dr. Rahmi Winangsih, M.Si selaku Ketua Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Bapak Darwis Sagita, M.Ikom selaku Sekretaris Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
vii
5. Ibu Uliviana Restu H, S.Sos, M.Ikom selaku Pembimbing I Skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan waktu serta pemikiran selama proses bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Ibu Andin Nesia S.IK, M.Ikom selaku Pembimbing II Skripsi yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan waktu serta pemikiran selama proses bimbingan hingga terselesaikannya skripsi ini. 7. Bapak Iman Mukhroman, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing Akademik penulis yang selalu memberikan nasihat dan semangat selama perkuliahan di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 8. Bapak/ Ibu Dosen beserta Staf Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Peneliti mengucapkan terima kasih atas ilmu yang diberikan selama perkuliahan dan juga atas pelayanan adminitstrasi yang telah diberikan selama perkuliahan. 9. Kedua Orang Tua, Bapak Janjan Djohari Atobari dan Ibu Sri Kulsum Mulyati yang mencurahkan kasih sayang, doa, motivasi, kekuatan dan dukungan yang tidak henti-henti, sehingga terselesaikannya skripsi ini 10. Galih Aji Prasongko selaku Koordinator Earth Hour Indonesia yang telah meluangkan waktu untuk bertemu melakukan wawancara. 11. Chris Rahardian selaku Wakil Koordinator Earth Hour Indonesia yang telah meluangkan waktu untuk bertemu melakukan wawancara dan menuntun peneliti dalam pengumpulan data penelitian.
viii
12. Robby Hardyansyah, selaku Ketua Komunitas Earth Hour Kota Tangerang yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan berdiskusi mengenai kampanye Earth Hour. 13. Raffiudin Abroch, selaku Ketua Komunitas Earth Hour Kota Serang 20132015 yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan berdiskusi mengenai kampanye Earth Hour. 14. Mahar Suwandaru, selaku Ketua Komunitas Earth Hour Kota Serang 2016 yang telah meluangkan waktu untuk melakukan wawancara dan berdiskusi mengenai kampanye Earth Hour. 15. World Wildlife Fund for Nature Indonesia yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam melakukan pengumpulan dan dan juga mengajak penulis untuk ikut melakukan kegiatan lingkungan. 16. Kedua Adikku, Luthfi Darmawan dan Fariz Ghassan yang selalu memberikan hiburan ketika penulis merasa jenuh, dan juga selalu membantu ketika penulis mengalami sedikit kesulitan. 17. Kedua Nenekku yang selalu mendoakan dan memberikan semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 18. Sepupuku, Pera Febriani, Asri Nursoparisa, Caraka Fajar Jaya, Harleyna Surya yang memberikan doa, motivasi dan ngajak jalan penulis untuk menghilangkan kejenuhan dan rasa lelah. 19. Adam Panji Maulana yang selalu memberikan doa, motivasi, dukungan dan juga selalu menghibur penulis untuk menghilangkan kejenuhan dan rasa lelah.
ix
20. Keponakan-keponakan Kecilku Kira Arsyea Wiguna,Chiko, Ransi, Siti Nur Aisyah, Gia, Nazifa, Kirei, Teteh Pipi, Kaka Echa, Gisa, Dita, Vino, Rara yang selalu menghibur penulis atas tingkah lucunya. 21. Keluarga Besar Cianjur yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang selalu mendukung penulis. 22. Sahabat terbaik ku Erlin Pratiwiningtyas, Nabila Haidi Sauramani, Isti Ridloti, Ina Zainatun, Delvi Aprilia Sandi, Wisnu Setyo Nugroho, Akmal Brilly A, Juhendi, Bayu, Deni Saputra yang selalu mendoakan, mendukung, menasihati, mendengarkan keluh kesah, mengajak main, mengajak becandaan penulis, ILU. 23. Sahabat Kecilku Ulfa Kharisma Putri yang selalu menemani dan mendengarkan keluh kesah, suka duka penulis I Miss You. 24. Temen seperjuanganku Dian Lestari, Ratu Tusilah, Riana Belianti, Dyssa Rizki Andiani, Raudhatul Jannah yang selalu menemani dan menghibur penulis selama perkuliahan, Good Luck buat kalian semua. 25. Seluruh teman Ilmu Komunikasi 2012, dan khususnya teman kelas A dan teman Humas yang telah memberikan warna-warni perkuliahan sehingga penulis mendapatkan banyak pengalaman berkesan. 26. Keluarga Besar Primagama Cilegon, yang tidak bosan memberikan tumpangan tempat, Wifi ketika peneliti lelah, berdiskusi dan mendengarkan keluh kesah penulis. 27. Komunitas Earth Hour Serang, khususnya Ka Rifa, Anggi, Ayu, Ka Kekeng, Bang Santos, Ka Septian, Rahel, Ka Sitjam, yang telah membantu,
x
menghibur dan memberikan informasi mengenai Dunia lingkungan , sehingga penulis mengetahui keadaan lingkungan. 28. Teman KKM 128 Desa Sayar dan teman magang PT. Indonesia Power Suralaya dan PT. ASDP Indonesia Ferry (persero), khususnya Sandi Nugroho yang telah memberikan semangat dan dukungan kepada penulis, sampai bertemu kembali . 29. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dengan segala upaya dan kemampuan yang ada, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dengan keterbatasan pustaka, pengetahuan, serta waktu dalam melaksanakan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun penulis berusaha sebaik mungkin untuk menyajikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati memohon maaf atas kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam skripsi ini, penulis berharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua, khusunya bagi peneliti dan pihak yang berkepentingan. Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarokatuh. Cilegon, Oktober 2016
Penulis
xi
DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PERNYATAAN ORSINALITAS....................................................... i LEMBAR PERSETUJUAN. ................................................................................ ii LEMBAR PENGESAHAN. ................................................................................ iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN. ...................................................................... iv ABSTRAK. .............................................................................................................v ABSTRACT. ......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR. ........................................................................................ vii DAFTAR ISI. ....................................................................................................... xii DAFTAR ISI TABEL. ....................................................................................... xvi DAFTAR ISI GAMBAR................................................................................... xvii DAFTAR ISI DIAGRAM. ............................................................................... xviii DAFTAR ISI LAMPIRAN. ............................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. .....................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah. ..............................................................................10 1.3 Identifikasi Masalah. ...........................................................................11 1.4 Batasan Masalah. .................................................................................11 1.5 Tujuan Penelitian.................................................................................12 1.6 Manfaat Penelitian...............................................................................12 1.6.1
Manfaat Teoritis. .....................................................................12
1.6.2
Manfaat Praktis........................................................................13
xii
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis. .................................................................................14 2.1.1 Komunikasi. ............................................................................14 2.1.1.1 Komunikasi Efektif.....................................................16 2.1.1.2 Pesan Komunikasi. .....................................................18 2.1.1.3 Komunikasi Persuasi. .................................................19 2.1.1.4 Teknik Persuasi...........................................................22 2.1.2 Public Relations.. .....................................................................24 2.1.2.1 Pengertian Public Relations. .......................................24 2.1.2.2 Fungsi Public Relations. ..............................................26 2.1.2.3 Peran Public Relations dalam Organisasi Non Profit. ...................................................................28 2.1.3 Kampanye. ...............................................................................32 2.1.3.1 Konsep Kampanye. .....................................................32 2.1.3.2 Perencanaan Kampanye Public Relations. ..................33 2.1.3.3 Implementasi Kampanye PR. ......................................36 2.1.3.4 Jenis Kampanye. ..........................................................39 2.1.3.5 Faktor Penghambat Kampanye. ...................................41 2.1.3.6 Kampanye Earth Hour.. ..............................................42 2.1.4 Audit Komunikasi. ..................................................................51 2.1.4.1 Pengertian Audit Komunikasi .....................................51 2.1.4.2 Tujuan Audit Komunikasi. ..........................................53 2.1.4.3 Prosedur Audit Komunikasi. .......................................56 2.1.4.4 Linking Public Relations Planning with an Evaluation Model. .....................................................58 2.2 Teori Informasi Organisasi. ..............................................................72 2.2.1 Budaya Organisasi. ..................................................................76 2.3 Kerangka Berpikir.............................................................................78 2.4 Penelitian Sebelumnya. .....................................................................83
xiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian. ..........................................................................95 3.2 Paradigma Penelitian. .....................................................................97 3.3 Sifat Penelitian................................................................................98 3.4 Teknik Penelitian. ...........................................................................99 3.5 Informan Penelitian. .....................................................................101 3.5.1 Subjek Penelitian.................................................................101 3.5.2 Objek Penelitian. .................................................................106 3.5.3 Jenis Data Penelitian. ..........................................................106 3.6 Analisis Data. ...............................................................................106 3.7 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data. .........................................108 3.8 Lokasi Penelitian. .........................................................................110 3.9 Jadwal Penelitian. .........................................................................110 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian. ..........................................................111 4.1.1 Profil World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ..............111 4.1.1.1 Sejarah World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ................................................................112 4.1.1.2 Visi dan Misi World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ....................................................113 4.1.1.3 Struktur Organisasi World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ............................................114 4.1.2 Gambaran Mengenai Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ...............115 4.1.2.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. 116 4.1.2.2 Tujuan Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. .....................117 4.1.2.3 Target Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. .....................117 xiv
4.2 Hasil Penelitian. ..............................................................................118 4.2.1 Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada tahap proses Preparation. ..........................119 4.2.1.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth Hour Tahun 2016. .............................................................120 4.2.1.2 Tujuan Program Kampanye Earth Hour Tahun 2016. .............................................................123 4.2.1.3 Rancangan Kegiatan Program Kampanye Earth Hour Tahun 2016. .........................................128 4.2.2 Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada tahap Implementation. .....................134 4.2.2.1 Pelaksanaan Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. ..........135 4.2.3 Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada tahap Impact. .............................................158 4.3 Pembahasan. ...................................................................................166 4.3.1 Evaluasi Ketercapaian Pogram Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada Proses Preparation. ........................172 4.3.2 Evaluasi Ketercapaian Pogram Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada Proses Implementation. ...................179 4.3.3 Evaluasi Ketercapaian Pogram Kampanye Earth Hour WWF Indonesia pada Proses Impact. .................................182 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan. ....................................................................................194 5.2 Saran. .............................................................................................195 5.2.1 Saran Teoritis.. ....................................................................196 5.2.2 Saran Praktis. ......................................................................196 DAFTAR PUSTAKA. ........................................................................................198 LAMPIRAN.
.............................................................................................201
xv
DAFTAR TABEL Halaman 2.1 Tabel Strategi Kampanye Earth Hour 2016. ..................................................50 2.2 Tabel Penelitian Sebelumnya. .........................................................................87 4.1 Tabel Tujuan Program Kampanye Earth Hour Indonesia. ...........................126 4.2 Tabel Bentuk Kegiatan Kampanye Earth Hour Indonesia. ..........................137 4.3 Tabel Jumlah Bentuk Media Kampanye yang di Publikasi. .........................152
xvi
DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Model Evaluasi Linking a Public Relations with an Evaluation Model. ........71 2.2 Gambar Bagan Kerangka Berpikir. .................................................................82 4.1 Gambar Struktur Organisasi..........................................................................114 4.2 Gambar Video Teaser Earth Hour Indonesia. ..............................................146 4.3 Gambar Video Highlight Earth Hour Indonesia. ..........................................147 4.4 Gambar Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Surabaya ....148 4.5 Gambar Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Serang ........149 4.6 Gambar Recent Post Artikel yang di Unggah pada Website Earth Hour Indonesia .....................................................................................150 4.7 Gambar Pesan-pesan yang Dikirimkan Pengguna Twitter ............................162 4.8 Gambar Karakter Pesan-pesan yang Dikirimkan Pengguna Twitter ............163
xvii
DAFTAR DIAGRAM Halaman 4.1 Diagram Prsentase Pesan yang Disampaikan di Twitter...............................154 4.2 Diagram Demografi Jenis Kelamin yang Merespon Pesan Kampanye Earth Hour 2016. ..........................................................................................157 4.3 Diagram Demografi yang Merespon Isu Earth Hour 2016 Bulan Maret.
.............................................................................................157
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1
: Surat Izin Penelitian. .........................................................202
Lampiran 2
: Surat Pernyataan Kesediaan Informan. .............................204
Lampiran 3
: Pedoman Wawancara. .......................................................208
Lampiran 4
: Hasil Wawancara. .............................................................212
Lampiran 5
: Lembar Bimbingan Skripsi. ..............................................249
Lampiran 6
: Lembar Sit In Sidang Skripsi. ...........................................254
Lampiran 7
: Foto Saat Wawancara. ......................................................256
Lampiran 8
: Foto Kegiatan Kampanye Earth Hour 2016. ....................258
Lampiran 9
: Dokumentasi WWF Indonesia . ........................................266
Lampiran 10
: Daftar Riwayat Peneliti. ....................................................296
xix
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu permasalahan di bidang lingkungan yang menjadi perhatian utama diseluruh dunia. Pemanasan global adalah kenaikan suhu permukaan bumi yang disebabkan oleh peningkatan emisi karbon dioksida dan gas-gas lain yang dikenal sebagai gas rumah kaca yang menyelimuti bumi dan memerangkap panas. Kenaikan suhu ini merubah iklim, menyebabkan berubahnya pola cuaca yang dapat menimbulkan peningkatan curah hujan yang tidak biasa, semakin ganasnya angin dan badai bahkan terjadinya bencana alam yang memakan banyak korban. Sehingga merugikan makhluk hidup yang tinggal di bumi1. Penyebab alamiah yang berkontribusi terhadap fluktuasi iklim, tetapi praktik industri merupakan penyumbang terbesar di balik pemanasan global. Tuntutan pertumbuhan populasi telah menyebabkan deforestasi, pembakaran bahan bakar fosil, dan pertanian yang meluas. Kegiatan ini semua menghasilkan gas rumah kaca di atmosfer kita - gas seperti karbondioksida, nitrogenoksida dan metana. Gas rumah kaca menahan panas dari matahari dan tidak terpantulkan kembali ke angkasa. Hal ini menyebabkan atmosfer bumi
World Wildlife Fund for Nature –Indonesia .2015. Seputar Iklim & Energi. http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/iklim_dan_energi/solusikami/kampanye/powersw itch/spt_iklim/ ,diakses pada Selasa, 29 Maret 2016, pada pukul 18:49 WIB 1
1
2
memanas, yang dikenal sebagai efek rumah kaca. Hanya dalam 200 tahun, tingkat karbondioksida di atmosfer kita telah meningkat sebesar 30%2. Pemanasan global ini memiliki dampak yang sangat luas yang tidak hanya mempengaruhi kehidupan manusia melainkan kehidupan hewan dan juga tumbuhan. Dampak dari pemanasan global yang diketahui secara umum adalah terjadinya perubahan musim di mana musim kemarau menjadi lebih panjang sehingga menyebabkan gagal panen, krisis air bersih dan kebakaran hutan. Dampak lainnya yaitu hilangnya berbagai jenis flora dan fauna khususnya di IndRumusaonesia yang memiliki aneka ragam jenis seperti pemutihan karang. Pemanasan global juga memicu meningkatnya kasus penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, banyak elemen masyarakat yang peduli terhadap permasalahan di atas. Ini di buktikan dengan maraknya persaingan kampanye yang dilakukan untuk menarik perhatian banyak orang, termasuk lembaga atau organisasi baik yang berorientasi pada profit maupun yang nonprofit. Persuasi secara inheren terkandung dalam kampanye. Tindakan kampanye pada prinsipnya adalah tindakan persuasi, yang mana tindakan persuasi merupakan tindakan yang sekurang-kurangnya melibatkan dua pihak, adanya tindakan mempengaruhi secara sengaja, terjadinya pertukaran pesan persuasive
PT. Unilever –Indonesia. 2016. Apa Itu Perubahan Iklim? Bagaimana Cara Kita Beraksi?.https://brightfuture.unilever.co.id/stories/473087/Apa-itu-perubahan-iklim-bagaimanacaranya-kita-beraksi-.aspx diakses pada Selasa, 29 Maret 2016, pada pukul 19:00 WIB 2
3
dan adanya kesukarelaan dalam menerima atau menolak gagasan yang ditawarkan3. Tindakan tersebut yang tujuannya bersifat mengajak dan menganjurkan perubahan pada khalayak yang menjadi sasaran. Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Pfau & Parrot dalam
(Venus, 2009) yang
menyatakan “Campaign are inherently persuasive communication activities”4. Persuasi menurut Bettinghous (Framanik, 2013), komunikasi manusia yang dirancang untuk mempengaruhi orang lain dengan usaha mengubah keyakinan, nilai atau sikap mereka.5 Contoh dari kampanye yang mempersuasi khalayaknya yaitu kampanye “Stop Kekerasan Pada Anak” , UNICEF adalah salah satu organisasi yang menjalankan kampanye tersebut, pada hari anak sedunia”.6 Kampanye tersebut tidak hanya dilakukan oleh UNICEF-Indonesia melainkan organisasi lain seperti ECPAT-Indonesia yang menjalankan kampanye 25 Tahun Konveksi Hak Anak pada hari Anak Internasional7. Kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang terorganisir yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran dalam suatu isu yang dikampanyekan untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi yang positif terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga
3
Antar Venus. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media.Bandung. hlm 30 Ibid., hlm 29 5 Naniek Afrila Framanik.2013. Komunikasi Persuasi.KOCIPTA Publishing.Serang.hlm.52 6 UNICEF-Indonesia. 2015.Artikel Kekerasan Terhadap Anak : Kini Saatnya Bertindak. http://www.unicef.org/indonesia/id/media_24996.html. Diakses pada hari Senin, 04 April 2016, pukul 20:11 WIB 7 ECPAT-Indonesia.2015. Publikasi Media Video Konveksi Hak Anak. http://ecpatindonesia.org/video/kampanye-25-tahun-konvensi-hak-anak/ . Diakses pada hari Selasa, 04 April 2016., pukul 20:30 WIB 4
4
atau organisasi agar tercipta suatu kepercayaan dan citra yang baik dari masayarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dengan waktu tertentu yang berkelanjutan. Istilah kampanye dikenal sejak 1940-an. Menurut Roger Storey dalam (Ruslan, 2007)8 yaitu :“ Kampanye sebagai serangkaian kegiatan komunikasi yang terorganisasi dengan tujuan untuk menciptakan dampak tertentu sebagian besar khalayak sasaran berkelanjutan dalam periode waktu tertentu”. Pada organisasi nonprofit, kampanye merupakan sebuah kegiatan organisasi untuk mengenalkan identitas organisasi tersebut dalam tujuan tertentu. Organisasi nonprofit dalam menjalankan kegiatan kampanye dirasa lebih menarik karena tidak mengutamakan keuntungan dalam bentuk materi, sehingga pada prosesnya membutuhkan perencanaan yang terarah untuk menentukan komunikasi yang efektif guna terciptanya keberhasilan sebuah kampanye. Salah satu organisasi nonprofit yang menjalankan kampanye yang berhubungan dengan permasalahan pemanasan global yaitu World Wildlife Fund for Nature (WWF). WWF adalah organisasi konservasi independen terbesar di dunia dengan lebih dari 5 juta pendukung di seluruh dunia yang bekerja di lebih dari 100 negara, mendukung sekitar 1.300 proyek konservasi dan lingkungan. WWF mulai berkiprah di Indonesia pada 1962 sebagai bagian
Rosadi Ruslan.2007. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. hlm. 23
8
5
dari WWF Internasional, melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk menyelamatkan populasi badak jawa yang nyaris punah. Saat itu hanya tersisa sekitar 20 ekor saja. Bekerjasama dengan Kementrian Kehutanan, lambat laun jumlah populasi satwa bercula satu itu meningkat hingga stabil sekitar 40-50 ekor pada survey tahun 1980an. Program kegiatan lainnya yang dilakukan WWF adalah Earth Hour, merupakan kampanye sosial WWF yang bergerak dibidang penyelamatan lingkungan melalui gerakan hemat energi. WWF sebagai salah satu inisiator Earth Hour di Sydney yang kemudian bertahun-tahun berikutnya turut serta dalam kampanye Earth Hour dengan menyebarkan kampanye ini lebih dari 70 Negara jaringan di seluruh dunia. Indonesia merupakan salah satu negara yang menjalankan kampanye Earth Hour yang mengajak lapisan masyarakat untuk berhemat energi. WWFIndonesia saat ini bergiat di 27 wilayah kerja lapangan, tepatnya di 17 provinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff, WWF bekerja bersama pemerintah, masyarakat, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik luas. Sejak 2006 hingga 2016, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64 ribu supporter di dalam negeri. Dan resmi menjadi lembaga nasional berbadan hukum Yayasan pada tahun 19989.
9
World Wildlife Fund for Nature Indonesia.2016.Frequently Asked Questions.http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/. Diakses pada 18 November 2016, pada pukul 09:45 WIB
6
Dari kampanye Earth Hour pada tahun 2008 berhasil membentuk suatu komunitas yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Komunitas tersebut bernama “Earth Hour” yang diusung oleh WWF untuk mengimplementasikan program Earth Hour agar kampanye tersebut menjadi efektif. Program kampanye Earth Hour yang merupakan kampanye inisiasi publik, menyatukan masyarakat dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama satu jam. Earth Hour bertujuan untuk mendorong individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan yang saling berhubungan untuk menjadi bagian dari perubahan dunia yang berkelanjutan. Dimulai dengan langkah awal mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai sebagai komitmen hemat energi untuk Bumi, dan juga merupakan momentum menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan10. Menurut PLN sebagai perusahaan yang bergerak dibidang kelistrikan mengatakan dalam press release nya, tidak ada perubahan yang signifikan. Berdasarkan website milik PLN (www. pln.co.id), pada tahun 2014 Beban puncak penggunaan lisrik di Indonesia sebanyak 33.321,15 MW, meningkat 8,06% dibandingkan tahun sebelumnya. Beban puncak sistem interkoneksi Jawa Bali mencapai 23.900 MW, atau naik 5,90% dari tahun sebelumnya”.” Penjualan tenaga listrik PLN tahun 2014 sebesar 198.601,77 GWh.
Earth Hour Indonesia. 2016. F.A.Q. http://earthhour.wwf.or.id/f-a-q/ diakses pada Minggu, 4 Maret 2016, pada pukul 20:35 WIB 10
7
Dibandingkan dengan tahun 2013 penjualan tenaga listrik naik tersebut sebesar 11.060,75 GWh atau 5,89% terdiri dari penjualan untuk sektor industri sebesar 65.908,67 GWh, sektor rumah tangga sebesar 84.086,46 GWh, sektor komersial atau usaha sebesar 36.282,42GWh dan sektor publik atau umum sebesar 12.324,21 GWh. Jumlah pelanggan tahun 2014 mencapai 57.493.234 pelanggan. Dibandingkan dengan tahun 2013 angka ini naik sebesar 3.497.026 pelanggan atau 6,48%. Dari jumlah pelanggan seluruhnya, kelompok rumah tangga merupakan jumlah pelanggan terbesar yaitu 53.309.325 pelanggan atau 92,72 %”11. Berdasarkan data diatas, pada program kampanye Earth Hour yang telah memasuki tahun 8, tepat 19 Maret 2016, kegiatan tersebut belum berjalan efektif, sesuai dengan tujuan dan target yang diharapkan. Sehingga program tersebut
dipertanyakan,
apakah
kegiatan
tersebut,
bermaksud
untuk
menyadarkan publik terhadap gaya hidup hemat energi atau hanya sekedar selebrasi sebagai ajang eksistensi komunitas. Dalam menjalankan program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia, peran Public Relation menjadi penting, untuk merumuskan, perencanaan program kampanye dimulai dari manajemen penetapan tujuan, target sasaran kampanye, opini yang terbangun, tujuan yang terukur, kegiatan yang
11
PT.PLN(Persero).2014.Buku Statistik PLN 2014.http://www.pln.co.id/wpcontent/uploads/2012/01/Statistik-PLN-2014_for-website-10-Juni-2015.pdf. Diakses pada hari, Senin 5 Maret 2016, pada pukul 09:57 WIB
8
direncanakan, penerapan program yang telah disetujui hingga evaluasi program tersebut. Menurut Anne Gregory (2004:139) mendefinisikan “evaluasi adalah suatu proses untuk memantau menguji, serta merupakan analisis terhadap hasil akhir dari suatu kampanye atau program”12. Evaluasi dapat dianggap sebagai pekerjaan yang sangat membosankan dan sebaiknya dihindari karena evaluasi mempertaruhkan reputasi, sehingga kebanyakan dari praktisi PR kurang percaya diri untuk melakukan metode evaluasi. Kegiatan pengevaluasian yang dilakukan oleh seorang praktisi PR adalah Audit Komunikasi. Hal ini dapat dilakukan untuk meneliti secara detail proses sebuah program. Audit yang efektif membutuhkan riset yang mendalam baik mengenai hal dalam organisasi bersama seluruh staf PR yang bertanggung jawab atas komunikasi, maupun hal-hal diluar organisasi. Alasan pokok yang paling penting untuk dilaksanakan sebuah audit yaitu untuk melakukan reevaluasi atas pencapaian dari sebuah program. Dengan istilah audit ini, menunjukan bahwa proses-proses komunikasi dapat diperiksa, dievaluasi, dan diukur secara cermat. Audit akan mengidentifikasi publik-publik yang penting bagi kesuksesan organisasi. Audit komuikasi mempelajari pula sikap khalayak dan menilai apakah perlu dilakukan suatu tindakan untuk memperjelas, mengkonfirmasi
Anne Gregory. 2004. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations. Erlangga. Jakarta. hlm.139 12
9
atau menyesuaikan sikap tersebut, selain kebutuhan informasi dari publik utama. dan mengidentifikasi akan kesenjangan komunikasi dan peluangpeluang yang belum dipergunakan, Selain itu juga mempelajari kebutuhan informasi di masa mendatang dan metode-metode komunikasi baru yang dapat digunakan. Audit juga akan menunjukkan sumber daya dan keahlian yang diperlukan untuk menjalankan program atau kampanye yang sukses, dan apakah hal-hal tersebut tersedia untuk organisasi. Bagaimana sebuah organisasi nirlaba mengetahui apakah komunikasi yang dibangunnya efektif? Apakah kegiatan atau program kampanye yang dilaksanakan sesuai dengan target dan tujuan yang telah disusun?. Sebagai organisasi, gerak sebuah organisasi nirlaba diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah dirancang. Pengukuran kinerja menjadi penting untuk mengetahui apakah tujuan yang diharapkan tercapai atau tidak. Oleh karena itu, programprogram kampanye pada sebuah organisasi nirlaba ini penting untuk di audit, agar kampanye yang dilakukan oleh Organisasi Nirlaba akan menjadi benarbenar efektif juga bermanfaat bagi publik, sehingga kampanye tersebut akan menjadi kampanye yang tak sekedar kampanye yang diingat dan dilupakan oleh publiknya secara cepat, tanpa menghasilkan suatu dampak yang diharapkan. Hasil audit komunikasi dapat memberikan informasi yang berharga guna mencegah terjadinya kegagalan komunikasi dalam suatu organisasi. Dengan demikian, audit komunikasi juga dapat dimanfaatkan untuk memberikan gambaran reputasi perusahaan dari perspektif stakeholder (baik internal
10
maupun eksternal) terkait dengan berbagai aktivitas komunikasi yang telah dilakukan. Selain itu, output audit komunikasi juga dapat dimanfatkan bagi peningkatan efektifitas komunikasi perusahaan13. Dalam melakukan audit komunikasi, program kampanye Earth Hour, WWF-Indonesia sebagai komunikator dapat mengetahui preparation, implementation dan evaluation yang dihasilkan dari kampanye tersebut . Audit komunikasi dapat memberikan manfaat sebagai gambaran organisasi WWF-Indonesia dari perspektif stakeholder, baik internal maupun eksternalnya. Kekurangan-kekurangan yang berpotensi menjadi suatu masalah pada kegiatan kampanye tersebut, di setiap fase dapat terlihat. Sehingga, masalah dari kegiatan kampanye dapat diatasi. Pada penelitian ini peneliti berfokus secermat-cermatnya mencari data dan informasi langsung dari sumber-sumber utama yang terpercaya dengan berpedoman pada salah satu teori evaluasi Public Relations yang digunakan oleh peneliti yaitu Evaluasi Linking a Public Relation with an Evaluation Model. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah diatas maka masalahnya, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut “Bagaimana
13
PRider. Sekilas Tahap-Tahap dan Teknik Audit Komunikasi.2015 http://pride.co.id/2015/06/sekilas-tentang-tahap-tahap-dan-teknik-audit-komunikasi/ , diakses pada Minggu, 27 Maret 2016, pukul 20:11 WIB.
11
Audit Komunikasi pada Program Kampanye “Earth Hour” World Wildlife Fund for Nature (WWF) Indonesia?”
1.3 Identifikasi Masalah Berdasarkan
rumusan
masalah
diatas,
penyusun
mengidentifikasi
masalahnya dalam penelitian yang diajukan ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana ketercapaian Preparation pada program Kampanye Earth Hour ? 2. Bagaimana ketercapaiann Implementation dari pelaksanaan program Kampanye Earth Hour? 3. Bagaimana ketercapaian Impact dari pelaksanaan Program Kampanye Earth Hour?
1.4 Batasan Masalah Batasan Masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk membatasi pembahasan pada pokok permasalahan penelitian saja. Ruang lingkup menentukan konsep utama dari permasalahan sehingga masalah-masalah dalam penelitian dapat dimengerti dengan mudah dan baik. Batasan Masalah penelitian sangat penting dalam mendekatkan pada pokok permasalahan yang akan dibahas. Hal ini agar tidak terjadi kerancuan ataupun kesimpangsiuran dalam menginterpretasikan hasil penelitian. Ruang lingkup penelitian dimaksudkan sebagai penegasan mengenai batasan-batasan objek. Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu Audit Komunikasi pada Program Kampanye
12
Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia selama satu tahun. Mengingat
peneliti
merupakan
penelitian
audit
komunikasi
dengan
menggunakan model dari Jimm Prichitt dan Bill Shernman yang didalamnya terdapat empat fase tiga tahap, dalam hal ini, pada fase kedua yang masuk kedalam tahap preparation, peneliti tidak sampai kepada tahap perencanaan budget dari program kampanye Earth Hour WWF Indonesia, hanya sebatas dari penetapan manajemen tujuan hingga penetapan bentuk kegiatan.
1.5 Tujuan Penelitian Berdasarkan dari latar belakang penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini sebagai berikut : 1. Mengetahui ketercapaian preparation pada pelaksanaan program Kampanye Earth Hour 2. Mengetahui ketercapaian implementation pada pelaksanaan program Kampanye Earth Hour 3. Mengetahui ketercapaian impact dari pelaksanaan Program Kampanye Earth Hour.
1.6 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian dari diadakannya penelitian ini adalah : 1.6.1
Manfaat Teoritis 1. Menjadi salah satu rekomendasi kajian ilmiah mengenai proses evaluasi dalam ilmu komunikasi, khusunya bidang evaluasi
13
Public Relations, dimana
kasus yang diteliti adalah suatu
program kampanye. 2. Memberikan sumbangan pemikiran kepada Mahasiswa program studi humas mengenai metode evaluasi yang digunakan secara profesional dan internasional. 3. Menambah rekomendasi bagi para akademisi tentang upaya yang dilakukan oleh suatu organisasi nirlaba untuk peduli terhadap suatu isu lingkungan, yang juga bermanfaat bagi organisasi itu sendiri, sesuai dengan tujuan awal organisasi.
1.6.2
Manfaat Praktis 1. Hasil temuan evaluasi ini bisa menjadi masukan untuk mencapai perbaikan serta peningkatan target yang ingin dicapai WWFIndonesia pada program kampanye Earth Hour di tahun- tahun berikutnya. 2. Evaluasi ini juga diharapkan menjadi masukan dalam melakukan
sebuah
inovasi
pada
perencanaan
program
Kampanye Earth Hour, sehingga menjadi lebih baik dari tahuntahun sebelumnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1
Komunikasi Komunikasi
merupakan
aktivitas
dasar
manusia.
Dengan
berkomunikasi manusia dapat saling berhubungan satu sama lain. tidak ada manusia yang tidak terlibat dalam komunikasi. Dalam kegiatan komunikasi seperti kampanye diperlukan sebuah komunikasi agar pesan yang disampaikan dapat mengubah tingkah laku sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Carld I.Hoveland (Abidin : 32) komunikasi adalah proses ketika seorang individu (komunikator) mentransferkan stimuli (menggunakan lambang-lambang bahasa ) untuk mengubah tingkah laku (komunikan) yang lain14. Dalam definisi Hoveland ini, komunikasi bukan hanya penyampaian pesan, melainkan juga mengubah tingkah laku orang lain. Pendapat yang dikemukakan oleh Hoveland, Janis dan Kalley (Abidin :32) sependapat dengan pendapat sebelumnya “communication is the process by which an individual transmits stimuli (usually verbal) to modify the behavior of othe individuals”15. Komunikasi adalah proses
14
Yusuf Zainal Abidin.2015.Manajemen Komunikasi (Filosofi, Konsep, dan Aplikasi).Pustaka Setia. Bandung. hlm.32 15 Ibid., hlm.32
14
15
individu mengirim stimulus dalam bentuk verbal untuk mengubah tingkah laku orang lain. Berdasarkan kedua pendapat yang dikemukakan diatas disimpulkan bahwa komunikasi adalah pertukaran pesan verbal ataupun non verbal antara pengirim dan penerima pesan untuk mengubah tingkah laku. Pengirim pesan dapat disampaikan dari seseorang, kelompok, atau organisasi. Perubahan tingkah laku yang terjadi dalam diri indvidu setelah terkena pesan yang disampaikan. Ada empat komponen dalam komunikasi, yaitu orang yang mengirimkan pesan, pesan yang dikirimkan, saluran atau jalan yang dilalui pesan dari pengirim kepada penerima, dan penerima pesan. Menurut Yusuf Zainal Abidin, komunikasi merupakan proses dua arah atau timbal balik, sehingga ditambahkan komponen output. Dengan demikian, komponen dasar menurut Yusuf Zainal Abidin ada lima yaitu16 : 1. Pengirim pesan
: individu atau orang yang mengirimkan pesan.
2. Pesan
: informasi yang akan dikirimkan kepada penerima
3.
: jalan yang dilalui pesan dari pengirim dengan
Saluran penerima.
4. Penerima Pesan
: orang yang menganalisis dan menginterpretasikan
isi pesan yang diterima.
16
Ibid., hlm.35-36
16
5. Output
: respons penerima terhadap pesan yang diterimanya.
2.1.1.1 Komunikasi Efektif Komunikasi efektif harus direncanakan dengan memperhatikan situasi, waktu, tempat, dan pendengarnya. Permasalahan yang dihadapi seorang PR adalah kita menempatkan manusia seakan-akan benda yang mudah dikumpulkan, lalu bisa diberi penjelasan supaya mereka mengetahui sesuatu. Untuk membantu supaya komunikasi bisa efektif ada beberapa ketentuan yang memudahkannya. Menurut Sr. Maria Assumpta Rumanti (2002:107) hal yang memudahkan supaya komunikasi dapat efektif yaitu17 : 1. Kemampuan mengamati dan menganalisis persoalan. 2. Kemampuan menarik perhatian. 3. Kemampuan mempengaruhi pendapat. 4. Kemampuan menjalin hubungan dan suasana saling mempercayai. Secara etimologis, efektif sering diartikan sebagai mencapai sasaran yang diinginkan (producing desired result), berdampak menyenangkan (having a pleasing effect), bersifat actual dan nyata (actual and real). Dengan demikian komunikasi yang efektif dapat diartikan sebagai penerimaan pesan oleh komunikan atau receiver
17
Sr Maria Assumpta Rumanti. 2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktek. PT.Grasindo. Jakarta.hlm. 107
17
sesuai dengan pesan yang dikirim oleh sender atau komunikator, kemudian receiver atau komunikan memberikan respons yang positif sesuai dengan yang diharapkan18. Menurut Widjaya (Abidin : 32) mengatakan bahwa “ komunikasi dapat diartikan sebagai proses normal penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan melalui saluran atau media yang tepat sehingga menghasilkan efek yang diharapkan19. Dari uraian diatas, komunikasi adalah suatu proses yang mana di dalamnya terdapat seorang (komunikator) memiliki pesan atau informasi untuk disampaikan, lalu disampaikan kepada orang lain yang disebut dengan komunikan untuk mengetahui efek dari komunikan tersebut setelah menerima komunikasi yang efektif diperlukan dalam sebuah organisasi. Jadi, komunikasi efektif terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspons sesuai dengan harapan kedua pelaku komunikasi tersebut (komunikator dan komunikan). Dengan demikian, dengan adanya kemampuan komunikasi yang efektif dari seorang Public Relations maka sebuah persoalan dapat diamati dan dianalisis dan juga Public Relations (Komunikator) dapat mengetahui
18
Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam.2012. Komunikasi Public Relation.CV.Pustaka Setia. Bandung. hlm.45 19 Yusuf Zainal Abidin.2015. Manajemen Komunikasi (Filosofi, Konsep, Aplikasi).Pustaka Setia. Bandung.hlm.32
18
efek dari komunikan atas kemampuan seorang PR yang dapat mempengaruhi pendapat.
2.1.1.2 Pesan Komunikasi Pesan merupakan sekumpulan simbol komunikasi disampaikan komunikator kepada komunikan. Simbol atau lambang dapat bersifat verbal atau non verbal. Komunikasi verbal artinya proses penyampaian pesan dalam bentuk lisan atau tulisan. Sedangkan komunikasi non verbal merupakan penyampaian pesan melalui bahasa tubuh seperti, gerak-gerik, isyarat, raut wajah, sentuhan, selain itu warna, gambar, benda, dan sebagainya. Isi pesan merupakan materi dari pesan. Materi pesan adalah masalah terkandung dalam pesan tersebut, seperti politik, ekonomi, olahraga, dan sebagainya, sedangkan dalam bidang pemasaran dikenal materi berupa produk dan jasa. Dalam kajian beberapa ahli, isi pesan dikenal empat (4) macam, yaitu20 : 1. Pesan rasional Pesan yang disusun untuk mempengaruhi akal sehat audien, sehingga informasi disampaikan perlu disertai fakta dan dan data yang diterima oleh logika. 2. Pesan emosional
20
Ahmad Sihabudin dan Rahmi Winangsih.2012.Komunikasi Antar manusia.Pustaka Getak Tular.Serang.hlm.48-49
19
Pesan disusun untuk mempengaruhi perasaan audien, seperti rasa senang, gembira, bangga, Sedih, khawatir, cemas, dan sebagainya. Pesan menimbulkan rasa sedih, khawatir, cemas, dan sebagainya. Pesan menimbulkan rasa sedih, khawatir,dan ketakutan disebut fear appeal. 3. Pesan moral Pesan disusun untuk menyentuh perasaan moral audien atau perasaan kemanusiaan dari audien. 4. Pesan kombinasi Pesan disusun dengan menggabungkan antara rasional emosional dan moral untuk meningkatkan efektifitas pesan.
2.1.1.3 Komunikasi Persuasi Istilah persuasi berasal dari bahasa latin, persuasion, yang berarti membujuk, mengajak, atau merayu. Persuasi dilakukan secara rasional dan emosional. Dengan cara rasional, komponen kognitif pada diri seseorang dapat dipengaruhi. Aspek yang dipengaruhi berupa ide atau konsep. Persuasi yang dilakukan secara emosional menyentuh aspek afeksi, yaitu yang berkaitan dengan kehidupan emosional seseorang. Melalui cara emosional, aspek simpati dan empati seseorang dapat digugah 21.
21
Yusuf Zainal Abidin, Op.Cit. hlm. 184.
20
Berdasarkan pendapat tersebut, dapat dikemukakan bahwa persuasi merupakan proses komunikasi untuk membujuk, mengajak, atau merayu target sasaran agar merubah ide atau pandangan audien dengan melalui dua cara rasional dan emosional. Dalam kegiatan komunikasi berupa kampanye, komunikasi persuasi diharapkan seseorang atau sekelompok yang diajak dan dibujuk dapat menimbulkan perubahan, yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan secara verbal maupun non verbal22. Dalam melakukan komunikasi ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan sebelum melakukan kegiatan persuasi antara lain23 : kejelasan tujuan, memikirkan secara cermat orang-orang yang dihadapi, serta memilih strategi yang tepat. Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas bahwa sebelum komunikator melakukan kegiatan komunikasi persuasi maka diperlukan persiapan agar persuasi dapat menghasilkan dampak kepada opini dari target sasaran. Opini adalah sikap yang dinyatakan dengan kata-kata. Opini dapat dinyatakan secara aktif dan pasif, bisa secara verbal (lisan) baik secara terbuka dengan melalui ungkapan yang dapat ditafsirkan dengan jelas, maupun melalui pilihan kata yang halus atau ungkapan secara tidak halus dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi personal24.
Yusuf Zainal Abidin, Op.Cit. hlm. 185. Yusuf Zainal Abidin, Op.Cit. hlm. 185. 24 Naniek Afrilla Framanik.2011.Komunikasi Persuasi.Sayuti.Serang Hlm. 113 22 23
21
Dalam melakukan kegiatan komunikasi berupa kampanye, komunikator dapat melihat respon dari audiens melalui opini-opini yang disampaikan baik secara langsung ataupun melalui media. Pada kampanye Earth Hour WWF-Indonesia, tim kampanye Earth Hour dapat melihat feedback dari target sasaran melalui pesan-pesan yang disampaikan kepada akun twitter @EHIndonesia. Adapun faktor-faktor yang dapat membentuk opini tersebut, menurut D.W. Rajecki (Framanik, 2011) mempunyai tiga komponen yang dikenal dengan istilah ABCDs of attitude penjelasannya sebagai berikut25 : 1. Komponen A : Affect (perasaan atau emosi) Komponen ini berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut benci, marah, sedih dan kebanggan hingga muak atau bosan terhadap sesuatu, sebagai akibat setelah merasakannya atau timbul setelah melihat dan mendengarkannya. 2. Komponen B : Behaviour (tingkah laku) Komponen ini lebih menampilkan tingkah laku atau perilaku seseorang, misalnya bereaksi
untuk memukul, menghancurkan,
menerima, menolak, mengambil, membeli dan lain sebagainya. Jadi merupakan komponen untuk menggerakkan seseorang secara aktif
25
Ibid., hlm 114-115
22
untuk melakukan tindakan atau berperilaku atas suatu reaksi yang sedang dihadapi. 3. Komponen C : Cognition (pengertian atau nalar) Komponen kognisi ini berkaitan dengan penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya. Hal ini berarti bagian ini menghasilkan pengertian dari seseorang berdasarkan rasio atau kemampuan penalarannya. Dari faktor-faktor pembentukan opini diatas, dapat dijadikan patokan atau acuan sejauh mana pemahaman kampanye Earth Hour ini pada target sasaran, hal ini dapat melihat persuasi yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour untuk mengajak dan membujuk target sasaran sudah berada di tahapan mana, sehingga dapat dijadikan evaluasi pada tahapan implementasi pada audit komunikasi.
2.1.1.4 Teknik Persuasi Komunikasi persuasi menimbulkan dampak yang lebih tinggi kadarnya dibandingkan dengan komunikasi informatif, komunikasi persuasi lebih sulit sebab, jika komunikasi informatif bertujuan hanya memberi tahu, komunikasi persuasi bertujuan untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku26. Kegiatan dari kampanye Earth Hour yang
26
Onong Uchjana Effendi.2008.Dinamika Komunikasi.PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.hlm.21
23
merupakan kampanye yang ingin menimbulkan dampak perubahan dari target sasaran agar dapat berkomitmen dan bijak dalam penggunaan energi, sehingga teknik komunikasi diperlukan dalam berkampanye agar dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku dari target sasaran . Agar komunikasi persuasi itu mencapai tujuan dan sasarannya, maka perlu dilakukan perencanaan yang matang. Perencanaan yang dilakukan
berdasarkan
komponen
proses
komunikasi
yaitu,
komunikator, pesan, media dan komunikan27. Komunikator tentunya mempersiapkan pesan yang akan disampaikan kepada target sasarannya. Komunikator menentukan komunikan yang menjadi target sasaran dari perencanaan komunikasi persuasi . Apabila komunikan yang akan dijadikan sasaran sudah jelas, dan media yang diperkirakan memadai juga telah ditetapkan, maka kini giliran untuk menata pesan28. Pesan yang akan disampaikan oleh komunikator tentunya memerlukan media untuk menyampaikan isi pesan tersebut. Bagi seorang komunikator suatu pesan yang akan dikomunikasikan sudah jelas isinya, tetapi yang perlu dijadikan pemikiran ialah pengelolaan pesan29.
27
Ibid., hlm. 22 Ibid., hlm. 22 29 Ibid., hlm. 22 28
24
2.1.2 Public Relations 2.1.2.1 Pengertian Public Relations Di era globalisasi dan informasi dewasa ini, tidak perlu diragukan lagi mengenai pentingnya peran PR bagi dunia bisnis baik perusahaan profit oriented maupun nonprofit. Menurut definisi dari IPRA melalui A Model for Public Relations Educations for Professional Practice, DR. Rex. F. Harlow dalam Gold Paper 4, (1994) yang menyatakan bahwa definisi kerja PR adalah sebagai berikut. ”PR adalah fungsi manajemen yang mendukung pembinaan, pemeliharaan jalur bersama organisasi dengan publiknya mengenai komunikasi, pengertian, penerimaan, dan kerja sama, melibatkan manajemen dalam permasalahan, membantu memberikan penerangan dan tanggapan dalam hubungan dengan opini publik, menetapkan dan menekankan tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan umum, menopang manajemen dalam mengikuti dan memanfaatkan perubahaan secara efektif, bertindak sebagai sistem peringatan dalam mendahului kencenderungan dan menggunakan penelitian serta teknik komunikasi yang sehat dan etis sebagai sarana utama”30. Dari uraian diatas, dapat dikatakan Public Relations sebagai penghubung antara organisasi dengan publiknya. Selain itu juga Public Relations bertindak sebagai pengawas dalam sebuah kegiatan yang dijalankan oleh organisasinya. Public Relations memiliki fungsi manajemen membantu memberikan solusi terbaik dan tanggapan jika organisasi mengalami sebuah permasalahan baik dalam melaksanakan sebuah kegiatan maupun permasalahan yang datang dari internal.
30
Sr. Maria Assumpta Rumanti.2005. Dasar-Dasar Public Relation Teori dan Praktek. PT.
Grasindo. Jakarta. hlm.201
25
Public Relations, tentunya pihak pertama yang mengetahui adanya permasalahan, hal tersebut menjadikan Public Relation sebagai pengawas ataupun pemberi tanda peringatan jika terjadi permasalahan, sebelum pada akhirnya mencapai sebuah krisis. Praktek Public Relations merupakan konsep yang harus direncanakan. Sebuah proses yang dipikirkan secara matang dan hatihati. Proses tersebut juga memerlukan aktivitas yang dilakukan terus menerus. Aktivitas inilah suatu usaha untuk menciptakan dan menjaga proses kesepahaman bersama. Dengan kata lain aktivitas yang direncanakan oleh praktisi PR melibatkan adanya suatu dialog antara organisasi dengan publiknya untuk dapat saling mendengarkan dan memahami. Hasil dari terwujudnya kesepahaman adanya perubahan atau tindakan yang dilakukan pihak-pihak terkait. Menurut Institute of Public Relations (IPR) di Inggris mendefinisikan “Praktik Public Relations adalah usaha yang direncanakan serta dilakukan secara kontinu untuk menciptakan dan menjaga nama baik (goodwill) dan kesepahaman bersama antara suatu organisasi dengan publik”31. Dari uraian diatas, secara tidak langsung dapat dilihat bahwa para praktisi PR selalu mempertimbangkan dengan seksama bagaimana suatu program akan dimulai, dan melanjutkannya secara terstruktur
Anne Gregory. 2004. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relation. Erlangga. Jakarta. hlm.2 31
26
sehingga bermanfaat bagi organisasi serta publik. Praktik PR menjadi penting bagi keberlangsungan kampanye Earth Hour. Sebuah kampanye yang mengangkat sebuah isu global membutuhkan praktik PR dalam merencanakan sebuah program yang akan dilaksanakan dalam kampanye Earth Hour. Agar kampanye Earth Hour ini bermanfaat bagi organisasi, publik dan juga Negara.
2.1.2.2 Fungsi Public Relations Fungsi Public Relations adalah harapan publik terhadap apa yang seharusnya dilakukan oleh Public Relations sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang Public Relations. Pada tahun 1975, Foundation
for
Public
Relations
Research
and
Education
mengumpulkan 65 praktisi Public Relations dalam sebuah studi. Hasilnya diperoleh beberapa poin penting tentang fungsi Public Relations. Public Relations adalah fungsi manajemen yang tugasnya secara garis besar32 : 1. Membantu memelihara dan menjaga komunikasi, pengertian penerimaan dan kerjasama antar organisasi dan publiknya. 2. Mencakup manajemen masalah dan isu-isu. 3. Membantu manajemen selalu memberikan informasi pada dan responsif terhadap opini publik.
32
Rachmat Kriyanton.2008.Public Relations Writing.Prenada Media Grup.Jakarta.hlm22
27
4. Mendefinisikan dan menekankan pada tanggung jawab manajemen untuk melayani kepentingan publik. 5. Membantu manajemen selalu mengikuti dan memanfaatkan perubahan 6. Melayani sistem pencegahan awal untuk mengantisipasi trend. 7. Menggunakan riset dan teknik komunikasi yang beretika sebagai alat-alat pokok. Dalam bukunya, A Working Definition Rex F. Harlow (Nova, 2011:46)33 membagi fungsi PR menjadi dua, untuk menjelaskan apa itu PR, mengapa diadakan, dan bagaimana melakukannya, yaitu sebagai method of communication dan state of being. Sebagai method of communication, PR merupakan rangkaian sistem kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan, baik itu pimpinan, karyawan atau staf. Sebagai state of being, PR adalah perwujudan kegiatan komunikasi yang “dilembagakan” ke dalam bentuk biro, bagian divisi atau seksi dalam sistem manajemen public relations yang mempunyai pemimpin. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan fungsi Public Relations, untuk membantu peneliti dalam mengkaji fungsi Public Relations yang berada di organisasi WWF-Indonesia, sehingga dapat diketahui fungsi mana saja yang dijalankan oleh Public Relations. Hal
33
Firsan Nova. 2009. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisi Perusahaan. PT. Grasindo. Jakarta. hlm.46
28
tersebut dapat membantu peneliti menemukan pengaruh dari fungsi seorang PR dalam perkembangan sebuah program yang dijalankan. Apakah dalam menjalankan fungsi PR sudah sesuai dengan fungsi yang diuraikan diatas. 2.1.2.3 Peran Public Relations dalam Organisasi Nonprofit Mengikuti
sebuah
pola
historis,
PR
sering ditambah,
dikembangkan, dan diangkat statusnya ketika organisasi menghadapi kekuatan luar, terancam mendapat pengurangan dana, atau menghadapi ancaman pembubaran, atau didesak untuk berubah atau melakukan reformasi. Sektor nonprofit menghadapi semua krisis dalam lingkungan dimana persaingan untuk mendapat sumbangan makin ketat, subsidi pemerintah makin berkurang dan meningkatnya permintaan layanan. Dalam kebanyakan agen nonprofit, PR bertujuan untuk34: Sepanjang kondisi sosial dan ekonomi membutuhkan dukungan publik, PR membantu menciptakan lingkungan kebijakan publik, partisipasi sukarela, dan dukungan filantropis yang penting bagi kelangsungan hidup organisasi nonprofit. Sengitnya persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas pada tahun-tahun belakangan ini menimbulkan banyak perubahan dalam cara PR dipraktikkan dalam organisasi nonprofit 35:
Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006.Effective Public Relations.Prenada Media Group. Jakarta.hlm.507 35 Ibid., hlm. 509 34
29
1. Mendefinisikan atau memberi “brand” organisasi, mendapat penerimaan misinya dan melindungi reputasi. 2. Mengembangkan saluran komunikasi dengan pihak-pihak yang dilayani organisasi. 3. Menciptakan dan memelihara iklim
yang baik untuk
mengumpulkan dana. 4. Mendukung pengembangan dan pemeliharaan kebijakan publik yang cocok untuk misi organisasi. 5. Memberikan informasi dan motivasi konsituen organisasional utama (seperti karyawan, sukarelawan dan komisaris) untuk mengabadikan diri mereka dan bekerja secara produktif dalam mendukung misi, tujuan, dan sasaran organisasi. Sepanjang kondisi sosial dan ekonomi membutuhkan dukungan publik, PR membantu menciptakan lingkungan kebijakan publik, partisipasi sukarela, dan dukungan filantropis yang penting bagi kelangsungan hidup organisasi nonprofit. Sengitnya persaingan untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas pada tahun-tahun belakangan ini menimbulkan banyak perubahan dalam cara PR dipraktikkan dalam organisasi nonprofit 36:
36
Ibid., hlm. 509
30
1. Mengintegrasikan PR dengan marketing, dan manajemen berdasarkan sasaran muncul sebagai bagian penting dari strategi komunikasi. 2. Pimpinan sektor nonprofit (dewan direksi atau komisaris dan manajer program) meningkatkan standar dan menekankan bantuan PR profesional entah itu dengan menyewa staf dan konsultan luar. 3. Merekrut sukrelawan dan mencari sumbangan adalah peran standar yang diharapkan oleh staf PR 4. Advertising berbayar telah muncul sebagai titik komunikasi terkontrol utama bagi organisasi nonprofit, terutama untuk industri perawatan kesehatan. 5. Kemitraan strategi yang menghubungkan organisasi nonprofit dengan perusahaan donor dan organisasi media berita telah muncul memperkuat
reputasi
organisasi
nonprofit
dan
memperomosikan layanan mereka. 6. Teknologi, termasuk Website dan e-mail, telah memperluas selektivitas dan jangkauan komunikasi tetap menimbulkan persoalan tentang etika, privasi dan legitimasi. Menurut Cutlip (2006: 509), banyaknya agen dan layanan sosial yang tidak punya sumber daya finansial atau keahlian yang diperlukan untuk menjalankan PR yang baik atau upaya pemasaran yang canggih. Beberapa organisasi nonprofit harus mengandalkan pada praktisi yang
31
belum berpengalaman, direktur eksekutif atau bahkan sukarelwan yang bukan ahli komunikasi untuk menjalankan program PR mereka37. Jadi, peran seorang PR dalam organisasi nonprofit merupakan peran yang penting dalam keberhasilan sebuah program. Peran PR dalam organisasi nonprofit lebih beragam, mulai dari pengrekrutan sukarelawan hingga mencari donatur. Public Relations WWFIndonesia, tentunya menjalankan perannya dengan sebagaimana yang disebutkan diatas. Keterkaitan uraian diatas dengan penelitian peneliti ini, melihat bagaimana PR WWF-Indonesia dalam menjalankan peran. Apakah peran PR WWF-Indonesia melakukan peran yang lebih banyak dari yang disebutkan sebelumnya. Atau bahkan tidak semua peran PR yang disebutkan diatas dijalankan semuanya. Tergantung bagaimana sebuah organisasi nonprofit memanfaatkan keberadaan PR . Hal ini dapat membantu peneliti dalam mengkaji apakah PR WWFIndonesia sudah menjalankan peran sesuai dengan uraian diatas dan apakah sebuah peran PR yang dijalankan dapat membantu perkembangan sebuah program kegiatan.
37
Ibid., hlm. 509
32
2.1.3
Kampanye 2.1.3.1 Konsep Kampanye Pada prinsipnya sebuah kampanye merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu kelompok yang dilakukan secara terlembaga yang bertujuan untuk mengajak, membujuk dan mempengaruhi khalayak untuk menciptakan suatu efek dan dampak tertentu. Pengertian secara umum tentang istilah kampanye yang dikenal sejak 1940-an, “Campaign is generally exemply persuasion in action (Kampanye secara umum menampilkan sesuatu kegiatan yang bertitik tolak untuk membujuk)38. Untuk mendapatkan sebuah feedback dari khalayak yang menjadi sasaran dari sebuah kampanye, dibutuhkan suatu tindakan yang terus menerus. Rogers dan Storey (Venus, 2009) mendefinisikan “kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”39. Menurut Pfau dan Parrot (Ruslan, 2009) definisi kampanye sebagai berikut40.“A campaign is conciuous, sustained and incremental process designed to be implemented over a specified audience”. “ Bahwa suatu kampanye secara sadar, menunjang dan meningkatkan
Rosady Ruslan. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta. hlm. 23 39 Antar Venus. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. hlm. 7 40 Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm. 23. 38
33
proses pelaksanaan yang terencana pada periode tertentu untuk bertujuan mempengaruhi khalayak sasaran tertentu”. Merujuk dari definisi diatas, menurut Antara Venus , maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat hal yaitu : 1) tindakan yang bertujuan untuk menciptakan efek dan dampak tertentu, 20 jumlah khalayak sasaran yang besar, 3) biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan 4) melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi.
2.1.3.2 Perencanaan Kampanye Public Relations Kampanye Public Relations (PR campaigns) dalam arti sempit bertujuan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan khalayak sasaran (target audience) untuk merebut perhatian serta menumbuhkan persepsi atau opini terhadap suatu kegiatan dari suatu lembaga atau organisasi (corporate activities) agar tercipta suatau kepercayaan dan citra yang baik dari masyarakat melalui penyampaian pesan secara intensif dengan proses komunikasi dan jangka waktu tertentu yang berkelanjutan. Dalam arti lebih umum atau luas, kampanye Public Relations tersebut memberikan penerangan terus-menerus serta pengertian dan memotivasi masyarakat terhadap suatu kegiatan atau program tertentu melalui proses dan teknik komunikasi yang berkesinambungan dan
34
terencana untuk mecapai publisitas dan citra positif41.
Metode
kampanye Public Relations dilakukan secara berencana, sistematis, memotivasi, psikologis, dan dilakukan berulang-ulang serta kontinu (repetition and continue)42. Dalam menjalankan kampanye Earth Hour tentunya organisasi WWF-Indonesia
menginginkan
kampanye
tersebut
mencapai
keberhasilan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan program kampanye Public Relations dibutuhkan langkahlangkah awal, Menurut Rosadi Ruslan (2007:80-81) langkah-langkah awal yang diperlukan seorang Public Relations sebagai berikut43: 1. Tentukan tujuan yang hendak dicapai 2. Tentukan sasaran kampanye 3. Tentukan ruang lingkup kampanye (lokal, regional atau nasional); 4. Tentukan jangka waktunya (life of cycle); 5. Tentukan publik sasarannya (pemerintah; swasta;masyarakat; customer atau konsumen dan lain-lain) 6. Tentukan tema, topik, atau isu kampanye tersebut; 7. Tentukan efek yang akan diinginkan dalam suatu kampanye;
Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.66. Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.66 43 Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.80-81 41 42
35
8. Tentukan fasilitas, perlengkapan, atau sarana yang akan menunjang suatu kampanye; 9. Pembentukan team work (tim kerja) yang solid dan professional. Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye melalui berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada audiensinya cukup efektif, antara lain beberapa teknik yang lazim dipergunakan dalam kegiatan Public Relations atau periklanan yaitu44 1.
Partisipasi (participasing).Teknik yang mengikutsertakan peran serta komunikasi atau audiensi yang memancing minat atau perhatian yang sama dalam kegiatan kampanye.
2.
Assosiasi (association). Menyajikan isi pesan kampanye yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau objek yang tengah ramai dibicarakan.
3.
Teknik integratif (integrative).Menyatukan diri (komunikator) kepada khalayaknya secara komunikatif.
4.
Teknik ganjaran ( pay off technique). Untuk mempengaruhi komunikan dengan suatu ganjaran (pay off) atau menjanjikan sesuatu dengan iming-iming hadiah, dan lain sebagainya dengan dua kemungkinan : bisa berupa benefit (manfaat), kegunaan, dan sebagainya dan bisa berupa ancaman, kekhawatiran, dan suatu yang menakutkan.
44
Rosady Ruslan, Op.Cit, hlm.71-74
36
5.
Teknik penataan patung es (icing technique). Suatu upaya dalam menyampaikan pesan (message) suatu kampanye sedemikian rupa sehingga enak dilihat, didengar, dibaca, dirasakan.
6.
Teknik Memperoleh (empaty). Menempatkan diri dalam posisi komunikan, ikut merasakan dan “peduli” situasi atau kondisi pihak komunikan.
7.
Teknik koersi atau paksaan (Coersion technique). Dalam komunikasi melakukan kampanye lebih menekankan suatu “paksaan” yang dapat menimbulkan rasa ketakutan atau kekhawatiran bagi komunikan. Dalam penelitian ini, peneliti membahas mengenai perencanaan
sebuah kampanye untuk membantu mengidentifikasi dan menganalisis temuan-temuan di lapangan mengenai program Kampanye Earth Hour. Identifikasi program tersebut membantu peneliti dalam mengkaji audit komunikasi mulai dari tahapan preparation hingga impact dengan model Linking A Public Relations with an Evaluation Model.
2.1.3.3 Implementasi Kampanye Public Relations Implementasi strategi merupakan keseluruhan kegiatan dan pilihan yang diperlukan untuk menjalankan sebuah rencana strategis. Ini merupakan proses untuk menjalankan strategis dan
37
kebijakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Wheelen dan Hunger (Iriantara, 35) menjelaskan, sebelum mengimplementasikan strategi, para manajer strategis mesti terlebih dahulu menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini : 1) siapa yang akan menjalankan rencana strategis?, 2) apa yang mesti dilakukan?, dan 3) Bagaimana orang yang menjalankan rencana strategis itu melakukan apa yang diperlukan?45. Meski implementasi strategi merupakan langkah berikut setelah perumusan strategi, namun dengan diimplementasikannya strategi, tak berarti perumusan masalah sudah selesai. Strategi yang sudah selesai dirumuskan, artinya
sudah
diimplementasikan
dibuat
rencana
mengharuskan
strategisnya adanya
manakala
peyempurnaan
perumusan strategi. Banyak organisasi yang mampu menyusun strateginya dengan baik. daya kreatif manajernya telah melahirkan strategi organisasi yang baik, bahkan tatkala strategi itu dibuat dalam bentuk pernyataan strategis, banyak pihak yang memuji sebagai strategi yang inovatif yang diperhitungkan akan mampu membawa organisasi mencapai objektifnya, mampu bersaing dalam lingkungan persaingan yang sangat keras, dan organisasi akan mampu bertahan hidup ditengah himpitan situasi ekonomi yang berat, namun kenyataannya saat diimplementasikan tidak begitu
45
Yosal Iriantara.2004. Manajemen Strategis Public Relations.Ghalia Indonesia.Jakarta.hlm.35
38
halnya. Strategi yang baik itu menjadi sumber bencana bagi organisasi saat diimplementasikan, artinya strategi tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan46. Dari pernyataan yang diutarakan oleh iriantara didalam bukunya berjudul “Manajemen Strategi Public Relations”, ada beberapa penyebab yang membuat perencanaan strategi tidak sesuai dengan pelaksanaan program. Menurut Eheelen dan Hunger (Iriantara, 36) mendaftar ada 10 masalah yang paling sering dijumpai organisasi saat mengimplementasikan strategi
yang telah dirumuskan
organisasi. Kesepuluh masalah yang sering muncul, lebih dari Separuh dari 500 perusahaan disurvei Fortune tahun 1993 saat mengimplementasikan strategi adalah sebagai berikut47: 1. Implementasi berjalan lebih lambat dari yang direncanakan. 2. Ada masalah besar yang tak terantisipasi. 3. Koordinasi kegiatan yang tidak efektif. 4. Kegiatan yang saling bersaing dan krisis yang mengalihkan perhatian dan implementasi. 5. Kemampuan karyawan yang terlibat tidak memadai. 6. Pelatihan dan pembelajaran yang tak memadai pada karyawan level terendah.
46 47
Ibid., hlm. 36 Ibid., hlm.36
39
7. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang tidak dapat dikontrol. 8. Kepemimpinan dan arahan manajer yang tak memadai. 9. Lemahnyaa pendefinisian kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas implementasi yang pokok. 10. Lemahnya monitoring kegiatan melalui sistem informasi. Keberhasilan dalam manajemen strategis ditentukan oleh perumusan dan implementasi strategi yang baik. Bila salah satu buruk misalnya implementasinya buruk, maka secara keseluruhan gagal48.
2.1.3.4 Jenis Kampanye Jenis-jenis kampanye pada prinsipnya adalah membicarakan motivasi yang melatarbelakangi diselenggarakannya sebuah program kampanye. Motivasi tersebut pada giliran menentukan kearah mana kampanye akan digerakkan dan apa tujuan yang akan dicapai. Jadi secara inheren ada keterkaitan antara motivasi dan tujuan kampanye. Bertolak dari keterkaitan tersebut, Charles U. Larson (1992) (Venus, 2009) kemudian membagi jenis kampanye kedalam tiga kategori yakni49 :
48 49
Ibid., hlm 36 Antar Venus. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. hlm.6
40
1.
Product- oriented atau kampanye yang berorientasi pada produk kampanye jenis ini adalah commercial campaigns atau corporate campaigns.
2.
Candidate-
oriented
campaigns
atau
kampanye
yang
berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk meraih kekuasan politik. 3.
Ideologically or cause candidate campaigns adalah jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial. Karena itu kampanye jenis ini dalah istilah Kotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait. Berdasarkan uraian diatas, Kampanye Earth Hour masuk
kedalam jenis Ideologically or cause candidate campaigns. Pada prinsipnya pemilihan jenis kampanye tersebut, karena kampanye Earth Hour memiliki tujuan yang mengharapkan perubahan sosial. Kampanye Earth Hour, merupakan sebuah kampanye yang terlahir dari permasalahan lingkungan, khususnya karena adanya perubahan iklim. Sehingga kampanye Earth Hour ini ditujukan sebagai langkah dalam menangani masalah lingkungan tersebut melalui perubahan sikap dan perilaku publik untuk berhemat energi dan menggunakan energi secara bijaksana.
41
2.1.3.5 Faktor Penghambat Kampanye Dalam melakukan kampanye pasti akan ditemukan hambatanhambatan didalamnya, menurut Kotler dan Roberto dalam (Venus, 2009) menurut mereka, ketidakberhasilan pada bagian besar kampanye dikarenakan50 : 1. Program-program
kampanye
tersebut
tidak
menetapkan
khalayak sasarannya secara tepat. Hasilnya kampanye tersebut menjadi tidak terfokus dan tidak efektif karena pesan-pesan tidak dapat dikonstruksi sesuai dengan karakteristik khalayak. 2. Pesan-pesan pada kampanye yang gagal umumnya juga tidak cukup mampu memotivasi khalayak. 3. Lebih dari itu pesan-pesan tersebut juga tidak memberikan semacam petunjuk bagaimana khalayak harus mengambil tindakan yang diperlukan. 4. Kegagalan pada sebuah program kampanye yang berorientasi perubahan sosial juga dapat terjadi karena pelaku kampanye terlalu mengandalkan media massa tanpa menindaklanjutinya dengan komunikasi antar pribadi. 5. Akhirnya dengan ringan Kotler dan Roberto menyatakan bahwa sebuah kampanye dapat gagal mungkin hanya karena anggaran
50
Ibid., hlm. 131
42
untuk membiayai program tersebut tidak memadai sehingga pelaku kampanye tak bisa berbuat secara total. Dari uraian diatas,keterkaitan dalam penelitian ini peneliti dapat melihat hambatan-hamabatan yang terjadi pada program kampanye “Earth Hour”. Dari identifikasi hambatan-hambatan tersebut dapat membantu dalam proses audit komunikasi program kampanye “Earth Hour
WWF-Indonesia. Hambatan yang nantinya diketahui dapat
menjadi sebuah evaluasi yang harus diperbaiki oleh organisasi WWFIndonesia agar kampanye “Earth Hour” menjadi lebih efektif dan lebih baik dari yang sebelumnya.
2.1.3.6 Kampanye Earth Hour Di Indonesia Earth Hour diawali hanya di Jakarta pada tahun 2009. Kemudian dilanjutkan pada tahun 2010 di Bandung dan Semarang, lalu pada tahun 2011 di Surabaya dan tahun-tahun berikutnya di ikuti oleh kota-kota lainnya. Pada tahun 2016 , ditahun kesepuluh ini Earth Hour secara global mengajak individu di dunia untuk terlibat dalam mobilisasi dan aksi dalam ruang digital, Earth Hour ingin menggunakan kekuatan sosial untuk mengubah individu agar bisa mendapatkan informasi dan terlibat dalam aksi iklim. Momentum Earth Hour diharapkan dapat membangun sebuah solidaritas dan komitmen global melalui aktivasi individu di semua platform digital. Sehingga pada tahun 2015-2016 Earth Hour secara global mengambil tema
43
“Change climate change and shine a light on climate action” yang bertujuan untuk menjadikan potensi individu menjadi bagian penting dari upaya untuk mengubah dan mengurangi perubahan iklim, melalui sebuah aksi individu untuk menciptakan dampak besar bagi lingkungan yang lebih baik dimasa depan. Strategi yang digunakan dalam kampanye Earth Hour 2016 ini, menggunakan strategi crowdfunding dan crowdsourcing51. Menurut Barette (2011) mendefinisikan crowdfunding sebagai pendekatan keuangan
kolektif
yang
memungkinkan
individu-individu
mengumpulkan sumberdaya yang dimiliki untuk mendanai suatu proyek yang diminati52. Maka crowdfunding atau pendanaan oleh khalayak atau urun daya dapat diartikan sebagai suatu inisiatif pengumpulan dana yang diajukan oleh individu/tim/organisasi/entitas untuk mewujudkan suatu proyek. Sedangkan crowdsourcing didefinisikan sebagai suatu aktifitas atau tindakan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau institusi yang mengambil salah satu fungsi pekerjaan atau tugas yang seharusnya dilakukan oleh karyawannya menjadi disebarluaskan secara terbuka dan bebas untuk orang banyak atau kerumunan yang terkoneksi dengan jaringan komputer, dalam hal ini Internet (Howe, 2009)53. Konsep umum
Galih Prasongko dan Chris Rahardian.2016. Pra Riset Kampanye Earth Hour.Kantor WWF Indonesia, Graha Simatupang, Jakarta selatan. Wawancara dilakukan pada tanggal, 3 Mei 2016 52 Bina Nusantara Universitas.2012.http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-200901-AKSI%20Bab2001.pdf . Thesis BAB 2 Kajian Pustaka. Diakses pada tanggal 5 Mei 2016,pukul 19:32 WIB. 53 Ibid., Diakses pada tanggal 5 Mei 2016,pukul 19:32 WIB. 51
44
crowdsourcing adalah adanya pelibatan yang tidak terbatas dan tanpa memandang latar belakang pendidikan, kewarganegaraan, agama, amatir atau professional, bagi setiap orang yang ingin memberikan kontribusinya atau solusinya atas suatu permasalahan yang dilemparkan oleh individu, perusahaan atau institusi.
Strategi tersebut dilakukan untuk mengajak publik yang tidak memiliki waktu luang untuk melakukan aksi kampanye Earth Hour, dengan mengikuti crowdfunding dan crowsourcing. Untuk program crowdfunding Earth Hour di mulai dari tahun 2015, ini atas dasar inisiasi WWF untuk mencoba membantu pendanaan program dari beberapa kota yang sudah atau akan melaksanakan beberapa program konservasi sebagai lanjutan "apa yang dilakukan setelah Earth Hour"54. Untuk tahun 2015 program crowdfunding berjudul "Hijaukan Hutan Birukan Laut", donator dapat berdonasi melalui kitabisa.com pada website Earth Hour Indonesia. Program-programnya adalah konservasi penyu (Padang), Konservasi Penyu (Yogyakarta), Adopsi Coral (Denpasar), Penanaman Mangrove (Denpasar), Penanaman Mangrove (Surabaya) dan Penanaman Mangrove (Balikpapan) dan terus berlanjut sampai tahun 2016.Sedangkan tema untuk program crowdsourcing adalah Shine a Light on Climate Change salah satunya adalah petisi “Beli yang Baik”, Donate Social Feed, dan juga bergabung menjadi
Galih Prasongko dan Chris Rahardian.2016. Pra Riset Kampanye Earth Hour.Kantor WWF Indonesia, Graha Simatupang, Jakarta selatan. Wawancara dilakukan pada tanggal, 3 Mei 2016
54
45
campaigner dalam komunitas Earth Hour ataupun membangun komunitas Earth Hour di daerah yang belum terdapat komunitas tersebut. Pada strategi crowfunding adalah dengan konsolidasi dengan pemerintahan dan juga dengan perusahaan-perusahaan dan instansiinstansi lainnya, menjadikan sebuah konflik sebagai langkah inisiatif dalam bentuk video untuk disebarluaskan kepada media, dan menjadikan WWF-Indonesia sebagai sumber yang memberikan pengetahuan mengenai konservasi-konservasi sebagai langkah untuk mengajak target sasaran. Kekuatan pada media sosial menjadi salah satu media yang digunakan oleh WWF-Indonesia dalam menjalankan strategi crowsourcing. Campaign Delivery Estimated Timeline yang digunakan untuk pelaksanaan strategi crowsourcing kampanye Earth Hour55. 1. Hook Engage individuals with our provocative
climate story
(Menarik keterlibatan Individu dengan Cerita Iklim Provokasi) We want to drive urgency and give a strong reason, a ‘why’, that every individual needs to take climate action today. Through the voices of kids, students, adults, grandparents - we want to tell an emotional story of how and why climate change affects people of all ages, backgrounds and cultures. This video will be launched 4 weeks to EH. Sebuah urgensi yang dilakukan oleh WWF-Indonesia dengan menceritakan mengenai sebuah permasalahan perubahan iklim yang
55
File Pribadi WWF-Indonesia.2016. Final Presentation Earth Hour 2016.Jakarta.hlm 7-8,12-13
46
dikemas dalam sebuah video yang akan disebarluaskan pada media sosial yang dimiliki oleh WWF-Indonesia. 2. Amplify and Empower Donate your social power (Memperkuat dan memberdayakan Donate kekuatan sosial Anda) Intrigued by our compelling story, motivated viewers can take aviewers can take A Digital Action (i.e. donate their social feed) to exponentially spread the message of change climate change through their social network. We want to empower individuals to inspire their like-minded networks to join them to take climate actions. This ‘donate your feed’ plugin will be launched 4 weeks to EH on earthhour.org and the execution of the feed will be released during Earth Hour. WWF-Indonesia mengajak khalayak untuk menyebarluaskan mengenai permasalahan perubahan iklim melalui jejaring sosial yang dimiliki oleh khalayak. WWF-Indonesia memanfaatkan feed
media sosial
khalayak dalam meyebarluaskan pesan kampanye. 3. Amplify and Empower Local Versions (Memperkuat dan memberdayakan Versi Lokal) With the hook of the video, local teams can also inspire individuals to take the ‘amplifying’ action best suited to drive their climate outcome in their local market. This could be a Facebook plugin similar to the global team’s, or SMS or messaging services like LINE- essentially the platform that offers individuals the power to mobilise their network to support a cause they believe in. Pada langkah ini WWF-Indonesia mengaitkan video dengan nilai-nilai lokal yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, tim dari kampanye Earth Hour mendorong khalayak dengan menginspirasi individu-individu melalui video tersebut sehingga dapat memperkuat kampanye pada versi lokal.
47
4. Exponential Show of Solidarity Change Profile Photo On The Night Of Earth Hour (Eksponensial Tampilkan Solidaritas Ganti Foto Profil On The Night Of Earth Hour) On the night of Earth Hour, we ask people to take a single, simple action of changing their profile photo on Facebook to show their support to change climate change. This will be the digital version of ‘lights out’. Strategi ini dilakukan oleh WWF-Indonesia dalam kegiatan kampanye Earh Hour dengan mengajak pengguna media sosial khususnya Facebook untuk mengubah foto pribadi pada Facebook ketika acara selebarsi Earth Hour dilaksanakan ketika malam hari, sebagai tindakan mendukung kampanye tersebut. Target sasaran pada kampanye Earth Hour ini adalah seluruh lapisan masyarakat. Kampanye Earth Hour ini atau 60+, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mematikan lampu dengan menggunakan satu jari. Dipilihkan aksi tersebut karena, mematikan lampu dengan menggunakan satu jari adalah aksi yang mudah dan dapat dilakukan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa56. Selain target khalayak sasaran, pada tahun 2009 hingga 2012, kota menjadi target sasaran Kampanye Earth Hour memiliki target memperbanyak kotakota yang mengikuti kampanye Earth Hour. Pada tahun 2013 hingga 2016 mulailah individu yang menjadi target sasaran. Maka dari itu,
Galih Prasongko.2016. Pra Riset Kampanye Earth Hour.Kantor WWF Indonesia, Graha Simatupang, Jakarta selatan. Wawancara dilakukan pada tanggal, 3 Mei 2016 56
48
kampanye Earth Hour memanfaatkan media online untuk mengajak individual untuk ikut dalam aksi Kampanye Earth Hour57. Pada perencanaan Kampanye Earth Hour 2015, kota yang menjadi target sasaran sebanyak 48 kota dengan 70 landmark. Target khalayak yang dicapai sebanyak 15.000 orang58. Tahun 2016 kota yang menjadi target 80 kota dengan 180 landmark dan target khalayak sebanyak 2.000.000 orang59. Hasil evaluasi pada kampanye Earth Hour 2015 adalah sulitnya untuk melakukan aksi serentak pada kampanye Earth Hour di tiap kota, sedangkan isu yang diangkat merupakan isu regional. Hal tersebut merupakan kendala dalam menyebarluaskan aksi kampanye Earth Hour. Pada tahun 2014, Kampanye Earth Hour sudah dimulai membagikan isu sesuai dengan permasalahan lingkungan di wilayah masing-masing. Perbaikan dari hasil evaluasi pada tahun 2015 dilaksanakan pada tahun 2016. Kampanye Earth Hour pada tahun 2016, aksi kampanye disesuaikan dengan isu pada masing-masing wilayah. Pada wilayah Jawa dan Bali isu yang perlu dikampanyekan adalah mengenai Energi, pada wilayah Sumatera, Aceh dan Kalimantan isu yang dikampanyekan adalah mengenai Hutan60.
57
Ibid., File pribadi WWF -Indonesia. 2015. Highlight Earth Hour 2015.Jakarta. hlm.1 59 Ibid.,. hlm.1 58
60
Hasil wawancara dengan Koordinator Earth Hour Indonesia, pada tanggal 03 Mei 2016.
49
Dari uraian diatas, strategi Earth Hour 2016 menjadi sebuah acuan dalam melakukan sebuah audit untuk memperbaiki kampanye Earth Hour di tahun-tahun berikutnya . Dengan adanya strategi Earth Hour 2016 membantu dalam mengevaluasi program kampanye Earth Hour. Secara keseluruhan strategi program kampanye Earth Hour 2016 menggunakan kekuatan pada komunitas, sosial media, ikon kota dalam melakukan aksi bersama.
50
2.1 Tabel Strategi Kampanye Earth Hour 2016
Sumber : Hasil Wawancara dengan Koordinator Earth Hour Indonesia, pada tanggal 03 Mei 2016
51
2.1.4 Audit Komunikasi 2.1.4.1 Pengertian Audit Komunikasi Istilah audit komunikasi diperkenalkan pertama kali oleh George Ordiane melalui karya klasiknya, “An Application of Communications Audit” yang diterbitkan dalam jurnal Personnel Psychology 7 (1954 :235-243)
61
yang ingin menunjukkan bahwa
proses-proses komunikasi bagaimanapun dapat diperiksa, dievaluasi, dan diukur secara cermat dan sistematik sebagaimana halnya dengan catatan-catatan keuangan. Kegiatan-kegiatan komunikasi sebagai pelaksanaan dari sistem komunikasi ataupun program komunikasi khusus dapat diukur, sehingga kualitas dan kinerja para eksekutif, pejabat dan staff komunikasi dapat diketahui dan bila diperlukan dapat diperbaiki secara sistematis, sehingga efektivitas maupun efisiensi komunikasi dapat meningkat. Para praktisi dan konsultan komunikasi cenderung memberikan definisi teknis operasional yang singkat dan tegas. Anthoni Booth (Hardjana:2000) dalam buku The Communication Audit : A guide for Managers memberi definisi sebagai berikut : “The Process whereby the communication within an organization are analyse by internal or external consultan with a view to increasing organizational efficiency. (Audit Komunikasi adalah proses pembuatan analisis atas komunikasi-komunikasi didalam
61
Andre Hardjana. 2000. Audit Komunikasi. PT. Grasindo. Jakarta. hlm. 1
52
organsiasi oleh konsultan internal atau eksternal dengan tujuan meningkatkan efisiensi organisasi62”. Definisi operasional diatas dengan tegas membatasi ruang lingkup audit komunikasi. Kegiatan yang di audit terbatas berfokus pada komunikasi dalam organisasi. Tujuannya untuk menyatakan dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi organisasi. Maka audit juga bertujuan menemukan segala gangguan komunikasi, menyingkap kemacetan informasi, kendala komunikasi efektif, dan peluang yang disia-siakan. Pengertian Audit humas menurut Andre Hardjana (2000: 162), Audit Humas adalah “alat evaluasi terbaik untuk program jangka panjang, dengan menunjukkan kekuatan atau kelemahan yang ada, audit komunikasi menyikapi berbagai kebutuhan dan menggaris bawahi validitas untuk meningkatkan kegiatan”63. Pengertian lain mengenai audit komunikasi menurut Gerald Goldhaber dalam bukunya Organizational Communication (Hardjana :2000) menjelaskan bahwa audit komunikasi ialah “pemeriksa diagnosis yang dapat memberikan informasi dini untuk mencegah kehancuran kesehatan organisasi yang lebih besar”64. Dengan demikian, setelah mencermati definisi-definisi audit komunikasi diatas, paling tidak didapatlah dibuat definisi sederhana
62
Ibid., hlm.19 Ibid., hlm 162 64 Ibid., hlm 9-10 63
53
dan tegas tentang audit komunikasi yaitu : “Audit Komunikasi adalah kajian mendalam dan menyeluruh tentang pelaksanaan sistem komunikasi
keorganisasian
yang
mempunyai
tujuan
untuk
meningkatkan efektivitas organisasi”65. Dalam melakukan evaluasi, peneliti menggunakan audit komunikasi untuk mengetahui sejauh mana efektivitas program kampanye World Wildlife Fund for Nature – Indonesia “Earth Hour”, apakah berjalan sesuai dengan tujuan awal perencanaan program yang dibuat.
2.1.4.2 Tujuan Audit Komunikasi Pada dasarnya alasan pokok penyelenggaraan audit komunikasi adalah karena eksekutif ingin mengetahui bagaimana sistem komunikasi yang sudah ditetapkan bagi organisasinya dilaksanakan untuk menghadapi situasi tertentu. Tujuan pokok dari audit komunikasi adalah untuk
meningkatkan
efektifitas
sistem
komunikasi
organisasi.
Maksudnya adalah eksekutif organisasi ingin mengetahui apakah dampak kegiatan-kegiatan komunikasi di kalangan anggota organisasi atau instansi cukup besar dalam upaya pencapaian sasaran dan tujuan organisasi serta bagaimana cara yang cocok untuk meningkatkan dampak komunikasi tersebut. Dalam kenyataanya, eksekutif organisasi sering juga mempunyai alasan dan tujuan khusus untuk melakukan audit
65
Ibid., hlm.13
54
komunikasi sesuai dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapi oleh organisasi, baik secara internal maupun eksternal. Dalam praktek, alasan dan tujuan mengapa audit komunikasi dilaksanakan oleh organisasi dijabarkan dan dirinci secara teknis dan praktis. Penjabaran dan rincian tersebut bersifat khas, karena harus disesuaikan dengan keistimewaan situasi dan kebutuhan yang muncul. Di antara sejumlah tujuan penting yang banyak dikemukakan oleh para eksekutif untuk melakukan audit komunikasi menurut laporan ICA Communication Audit Gerald Goldhaber dan Donald Rogers, 1979 (Hardjana, 2000), adalah untuk memperoleh informasi tentang “muatan informasi dalam kaitannya dengan topik – topik penting, sumber dan saluran informasi, kualitas informasi dan kualitas komunikasi”, karena muatan informasi dalam bentuk kelebihan muatan (overload) atau kekurangan muatan (underload) merupakan sumber distorsi paling besar dalam sistem komunikasi.66 Untuk lebih jelasnya Andre Hardjana membagi delapan tujuan pokok audit komunikasi sebagai berikut67 : 1. Menentukan “lokasi” dimana kelebihan muatan informasi (overload) ataupun kekurangan muatan informasi (underload) terjadi. 2. Menilai kualitas informasi yang dikomunikasikan oleh dan/atau kepada sumber-sumber informasi.
66 67
Ibid., hlm.16 Ibid.,hlm.16-17
55
3. Mengukur kualitas hubungan – hubungan komunikasi, secara khusus mengukur sejauh mana kepercayaan antarpribadi (trust), dukungan, keramahan, dan kepuasan kerja karyawan secara keseluruhan dilaksanakan. 4. Mengenali jaringan-jaringan yang aktif-operasional untuk desasdesus (rumor), pesan-pesan sosial, dan pesan-pesan kedinasan (Job related). 5. Mengenali sumber-sumber kemacetan (bottlenecks) arus informasi dan
para
penyaring
informasi
(gatekeepers)
dengan
memperbandingkan peran-peran komunikasi dalam praktek. 6. Mengenali
kategori-kategori
dan
contoh-contoh
tentang
pengalaman-pengalaman dan peristiwa-peristiwa komunikasi yang tergolong positif ataupun tergolong negatif. 7. Menggambarkan pola-pola komunikasi yang terjadi pada tingkatan pribadi, kelompok, dan organisasi dalam berkaitannya dengan topik, sumber, saluran, frekuensi, jangka waktu, dan kualitas interaksi. 8. Memberikan rekomendasi-rekomendasi tentang perubahan atau perbaikan yang perlu dilakukan berkaitan dengan sikap, perilaku, praktek-praktek kebiasaan, dan keterampilan yang didasarkan atas hasil analisis Audit komunikasi. Dari uraian diatas, Audit komunikasi merupakan suatu analisis yang lengkap dari sistem komunikasi organisasi internal dan eksternal. Dilakukan atas perintah atau kepentingan dari manajemen
56
teratas dan memiliki ruang lingkup dari hanya sebuah divisi kerja hingga keseluruhan organisasi. Untuk itu cakupan tinggi manapun unit atau organisasi, dibutuhkan dukungan manajemen agar usaha audit komunikasi membawa manfaat bagi organisasi. Jadi, WWF- Indonesia sebagai lembaga nonprofit yang menjalankan kampanye Earth Hour dapat mengetahui program kampanye Earth Hour sudah berjalan dengan baik atau belum. WWF – Indonesia pun mengetahui sumber-sumber kemacetan arus informasi yang dapat membuat kampanye Earth Hour menjadi tidak efektif. Sehingga WWF-Indonesia dapat melakukan perbaikan yang perlu dilakukan dalam kegiatan kampanye dan memberikan rekomendasirekomendasi kepada manajemen teratas.
2.1.4.3 Prosedur Audit Komunikasi Seperti pada metode-metode penelitian lainnya, metode audit komunikasi juga memiliki prosedur yang harus dilalui peneliti sehingga persyaratan ilmiah dapat dipenuhi. Prosedur atau tahapan yang perlu diuraikan dan dilakukan dalam audit komunikasi. Berkaitan dengan tahap-tahap penelitian audit komunikasi, Moore dan Jones (Jamiludin,2004) membaginya menjadi empat tahap68. 1. Menyelidiki apa yang “kita” pikirkan
68
Ritonga, Jamiludin. 2004. Riset Kehumasan. PT.Grasindo Anggota Ikapi. Jakarta. hlm. 121
57
2. Menyelidiki apa yang “mereka” pikirkan 3. Mengevaluasi perbedaan antara dua sudut pandang 4. Menganjurkan atau merekomendasikan program komunikasi yang komprehensif dengan tujuan untuk mengakhiri kesenjangan tersebut. Dalam hal ini, yang dimaksud apa yang kita pikirkan, berkaitan dengan sesuatu yang ideal yang ingin dicapai oleh suatu lembaga, dengan kata lain adalah tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga. Kedua, menyelidiki apa yang kita pikirkan. Maksudnya “mereka” di sini adalah semua internal public dan external public dari suatu perusahaan atau lembaga yang akan diaudit. Ketiga, mengevaluasi perbedaan antara dua sudut pandang dimaksudkan untuk melihat keberhasilan kegiatan yang sudah dilaksanakan. Caranya dengan membandingkan apa yang perusahaan pikirkan dengan apa yang “mereka” pikirkan, kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau lembaga dapat dikatakan berhasil. Dari uraian diatas, berkaitan dengan tata cara pelaksanaan audit. Prosedur tersebut menjadi sebuah acuan pelaksanaan sebuah audit yang benar dalam penelitian audit komunikasi pada program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia.
58
2.1.4.4 Linking a Public Relations Planning with an Evaluation Model Sejumlah model telah dikembangkan untuk menjelaskan bagimana proses riset evaluasi yang harus dilakukan dalam suatu program dalam ranah humas yang diterapkan. Riset evaluasi merupakan rangkaian proses evaluasi yang meliputi perencanaan (preparation), implementasi (implementation) dan dampak (impact) dari sebuah program. Salah satu program yang dapat dievaluasi yaitu program Kampanye. Terdapat 5 model yang sudah diidentifikasikan dan dievaluasi oleh Uk academia : Paul Noble dan Tom Waton. Kelima model itu adalah Model PII, model makro evaluasi PR atau The Macro Model of PR Evaluation, The PR “effectiveness Yardstick”, model evaluasi berkesinambungan atau continuing model of evaluation, dan model terpadu atau The Unified. Selain kelima model diatas, Jim Pritchitt dan Bill Sherman mencantumkan model riset dalam gold paper no 11 dimana digambarkan bahwa proses evaluasi itu menjadi bagian yang sangat menyatu
dengan
kegiatan
atau
program
yang
akan
dievaluasi69.Seperti yang telah kita ketahui bahwa dalam melakukan evaluasi pada suatu program Public Relations tidak dapat dilakukan secara sepotong-sepotong. Evaluasi sudah harus dimulai dari awal Jim.R Macnamara. 2002. Gold Paper No.11. PR Metrics- Research for Planning &evaluation of PR & Corporate Communications. IPRA.Switzerland. hlm. 10 69
59
program itu dibentuk, yakni, ketika manajemen baru mulai menyusun tujuan awal program. Model riset ini memiliki empat tahap, fase pertama yaitu menentukan tujuan dari suatu kegiatan, fase kedua yaitu mulai menentukan target audiens, mulai membuat rangkaian acara, serta mulai membuat perencanaan keuangan. Lalu di fase ketiga adalah pengaplikasian atau mulai melaksanakan program yang telah direncanakan tadi. Dan yang terakhir fase empat yaitu dengan menganalisa hasil yang
diperoleh dari
implementasi program. Berikut penjelasan mengenai tahapan persiapan hingga dampak : a. Evaluasi Preparation Pada tahapan ini merupakan tahapan pada awal program, dimana program mulai direncanakan oleh sebuah organisasi. Tahapan ini merupakan tahapan awal untuk mempertimbangkan sebuah program yang akan dijalankan. Evaluasi persiapan dilakukan untuk menilai kualitas dan kecakupan pengumpulan informasi dan perencanaan strategi70. Hal ini dilakukan untuk mengetahui nilai sehingga kegiatan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Nilai-nilai yang dimaksud
pada evaluasi tahap
persiapan dari program mencakup campuran penilaian subjektif dan objektif terhadap kecukupan riset latar belakang, organisasi
Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006.Effective Public Relations.Prenada Media Group. Jakarta.hlm.420 70
60
dan isi materi program, dan pengemasan dan penyajian materi program71. Langkah pertama yang dilakukan pada tahapan ini adalah kecukupan riset latar belakang, langkah ini digunakan untuk merencanakan sebuah program dengan
menilai kecukupan
pengumpulan informasi dan penelitian dalam fase persiapan dari proses evaluasi. Langkah kedua yang dilakukan pada tahapan ini , mengkaji organisasi dan ketepatan program serta strategi dan taktik pesan. Langkah ini menjelaskan tinjauan dari sisi kritis, dimana apa yang dilakukan dan dikatakan oleh sebuah organsasi harus bisa menjadi pedoman72. Hal yang perlu diperhatikan dalam langkah ini yaitu, apakah isi program sesuai dengan
permasalahan,sasaran
dan
media,
apakah
komunikasinya akurat, tepat waktu dan tepat sasaran untuk publik yang menjadi target, apakah peristiwa, tindakan korektif dan aktivitas lainnya mendukung usaha program?, apakah staf dan anggran sudah cukup untuk melaksanakan program tersebut73. Analisis tersebut dapat memberikan bukti untuk mengevaluasi seberapa dekat dengan kesesuaian upaya dari program dengan rencana. Pada langkah ini analisis isi pun dilakukan oleh seorang Humas, hal ini dapat memberikan bukti 71
Ibid.,hlm.420 Ibid., hlm.420 73 Ibid., hlm420 72
61
untuk mengevaluasi seberapa dekat kesesuaian antara program dengan
apa
yang
direncanakan
sebelumnya.
Praktisi
menggunakan hasil analisis seperti isi materi press release, artikel, ataupun lainnya untuk penempatan media. Langkah ketiga mengenai kualitas pesan dan elemen program, langkah terakhir dari evaluasi persiapan. Langkah dalam evaluasi program ini mempertimbangkan kualitas dari para praktisi, dengan melihat elemen-elemen dari sebuah desain, format penelitian, gaya penelitian,, gambar dan lainnya. Faktor-faktor ini, bersama dengan pemahaman bahwa apa yang ditulis oleh peneliti dan apa yang dibaca oleh pembsaca, akan mempengaruhi penerimaan dan dampak isi tulisan cetak74. Pada tahapan persiapan ini Jim Prichitt dan Bill Sherman memiliki 10 teknik yang disarankan untuk digunakan dalam pengevaluasian , teknik tersebut yaitu, Analysis of exiting data, Benchmark
Research,
Focus
group
discuccion,
Pilot
questionnaire, Communication audit, Review of case studies, Readability test, Expert Review, Surveys of publics dan Network Analysis75.
74
Ibid., hlm421 Jim.R Macnamara. 2002. Gold Paper No.11. PR Metrics- Research for Planning &evaluation of PR & Corporate Communications. IPRA.Switzerland. hlm. 13-14
75
62
Peneliti menganalisa data dokumen baik itu primer maupun sekunder dari data-data perusahaan yang berupa rancanganrancangan, tujuan, juga latar belakang program sebagai tahap perencanaan program kampanye “Earth Hour”. Data dokumen ini didukung oleh data wawancara mengenai tahapan perencanaan program kampanye “Earth Hour” dari pihak World Wildlife Fund for Nature- Indonesia.
Peneliti
menggunakan satu dari sepuluh teknik yang disarankan yaitu teknik analysis of existing data. Teknik ini bertujuan untuk melihat fakta-fakta yang telah diketahui dan benar. Mereview semua materi yang memungkinkan untuk diperiksa fakta-fakta yang telah diketahui pada program tersebut. Materi yang dievaluasi mencakup : a. Latar Belakang Program. b. Tujuan Program . c. Rancangan Kegiatan Program. b. Evaluasi Implementation Tahapan ini merupakan tahapan untuk pengukuran hasil dari perencanaan. Pada tahapan ini biasanya menghitung jumlah publikasi yang akan dicetak, news release yang akan didistribusikan, berita yang ditempatkan media dan pembaca atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Sehingga dalam hal hubungan media, beberapa konsultan dan departemen
63
membandingkan jumlah rilis distribusi rilis terhadap target yang telah ditetapkan, jumlah wawancara diatur, dan menyebutkan hitungan
jumlah
yang
dicapai,
untuk
mengukur
implementation76. Tahapan
ini
memiliki
kriteria
dan
metode
untuk
mengevaluasi bagian komunikasi dari penerapan sebuah program. Tahapan teresebut dimulai dari langkah pertama yaitu melihat dan mencatat jumlah pesan yang akan didistribusikan. Langkah ini adalah dokumentasi langsung terhadap berapa banyak surat, news release, berita, publikasi, pengumuman publik, dan komunikasi lainnya yang telah dihasilkan dan didistribusikan77. Dengan kata lain, langkah ini merupakan rekam jejak atau sebuah dokumentasi semua materi dan aktivitas yang telah diproduksi dan dihasilkan. Selama program, dokumentasi tersebut atau data-data mengenai jumlah pesan yang telah disebarluaskan kepada publik, memberikan catatan mengenai bukti bahwa program sudah di jalankan atau diimplementasikan
sesuai
dengan
ditetapkan.
76 77
Ibid., hlm. 17 Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom, Op.Cit,hlm.424
rencana
yang
telah
64
Terlepas dari beberapa banyak yang telah di sebarluaskan, maka langkah selanjutnya adalah jumlah pesan yang ditempatkan di media. Hal ini akan menetukan terhadap target sasaran yang akan membaca mengenai isi pesan yang telah didistribusikan. Penempatan informasi mengenai sebuah program ini menentukan seberapa banyak target sasaran yang akan mengetahui isi pesan yang disampaikan oleh organisasi. Fase ini mengindikasikan efektivitas dalam menempatkan pesan ke saluran komunikasi yang diharapkan. Menurut Cutlip dan Broom menyatakan bahwa “ jejak pendapat media menemukan bahwa materi itu tidak dipakai karena materi itu tidak diterima oleh orang yang tepat. Bahkan materi tertulis yang paling efektif sekalipun tidak akan berpengaruh jika tidak dikirmkan
ke
publik yang tepat sasaran”78. Hal ini berarti penempatan media publikasi yang tepat dapat menjangkau target sasaran sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Langkah selanjutnya adalah menentukan berapa banyak target sasaran yang menerima pesan, yaitu jumlah orang yang mungkin Menerima pesan program. dalam langkah ini target sasaran atau audien di bedakan, yaitu audien penerima (delivered audien) dengan audien efektif (Effective audience)79.
78 79
Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom, Op.Cit,hlm 424,425 Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom, Op.Cit, hlm.425
65
Audien penerima meliputi semua pembaca, pemirsa, pendengar atau hadirin potensial. Audien efektif adalah mereka yang merupakan publik sasaran. Langkah ini menjelaskan mengenai jenis target audien yang akan menerima pesan, namun menurut Cutlip
dan
Broom
besarnya
audien
jarang
menjadi
pertimbangan utama, isi audien lebih penting bagi evaluasi program”80. Jadi, pada tahapan evaluasi yang menjadi sebuah pertimbangan adalah berapa banyak target sasaran yang terkena informasi bukan seberapa banyak publik yang melihat apa yang dipublikaskan. Dalam tahap implementasi peneliti mengevaluasi efektifitas semua data-data yang menyangkut pada tahap pelaksanaan program. Pelaksanaan program tersebut dimulai ketika program sudah mulai dipublikasikan baik secara langsung ataupun tidak langsung kepada target sasaran khalayak sampai program tersebut dilaksanakan. Pada tahapan implementasi ini Jim Prichitt dan Bill Sherman memiliki sebelas teknik yaitu Statistics on distribution, Media monitoring, Media content analysis, Audience analysis, Statistical analysis, Response rate, Coding material, Attitude and Image studies, Communication
80
Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom, Op.Cit, hlm.426
66
audit,
Organisational
culture
studie
dan
Analysis
of
complaints81. Pada tahap ini peneliti menggunakan empat teknik yaitu teknik audience analysis, attitude and image studies, communication audit dan analysis of complains. Dalam hal ini keempat teknik tersebut merupakan teknik yang dapat digunakan kedalam metode kualitatif sesuai dengan metode penelitiann peneliti. Teknik audience analysis memiliki tujuan untuk mengukur efek terhadap peserta. Teknik attitude and image studies bertujuan menemukan sikap dari stakeholder, dalam hal ini target audience, terhadap organisasi dan program kampanye. Image studies ini, untuk melihat posisi organisasi dan program dimata target audience. Teknik selanjutnya adalah communication audit, tujuannya peneliti ingin melihat bagaimana program yang dijalankan dapat disebarluaskan pada target audience. Teknik terakhir adalah analysis of complaints dimana tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah yang ada maupun masalah potensial yang dapat terjadi dikemudian waktu.
Jim.R Macnamara. 2002. Gold Paper No.11. PR Metrics- Research for Planning & evaluation of PR & Corporate Communications. IPRA.Switzerland. hlm. 17-18 81
67
c. Mengevaluasi Impact Evaluasi hasil telah didefinisikan sebagai yang berkaitan dengan hasil akhir dari upaya Public Relations. Ini harus berhubungan dengan tujuan yang telah disepakati dengan manajemen sejak awal. Sebagai Cutlip, Center dan Broom mendefinisikan "dampak" (hasil) sejauh mana hasil pengukuran data dijabarkan dalam tujuan untuk setiap kelompok sasaran dan tujuan program secara keseluruhan yang dicapai82. Pengukuran dampak mencatat seberapa jauh hasil yang dinyatakan dalam sasaran untuk masing-masing publik sasaran dan keseluruh dari tujuan program yang telah dicapai penilaian dampak dibagi menjadi dua yaitu penilaian dampak menengah dan dampak sumatif83. Dimana dampak menengah akan memonitor kemajuan ke arah sasaran dan tujuan saat program masih diimplementasikan sedangkan dampak sumatif memberikan bukti kesuksesan atau kegagalan dalam mencapai tujuan yang direncanakan. Kriteria
untuk
mengevaluasi
efek
program
harus
dinyatakan dengan jelas dalam sasaran yang menjadi pedoman
Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006.Effective Public Relations.Prenada Media Group. Jakarta.hlm.429 83 Ibid., hlm.429 82
68
persiapan dan implementasi program. Untuk evaluasi dampak, kriteria yang dipilih karena dianggap sebagai langkah esensial untuk mencapai keseluruhan tujuan program, maka penilaian dampak pertama adalah meneliti apa yang dipelajari orang dari program. Langkah pertama dengan pengukuran jumlah orang yang
mengetahui
isi
pesan.
Program
berusaha
mengkomunikasian informasi untuk menaikkan pengetahuan, kesadaran, dan pemahaman di lingkungan target sasaran. Peningkatan
pengetahuan
seringkali
penting
untuk
meningkatkan minat atau motivasi, yang akan menghasilkan sebuah
tindakan
yang
akan
dilakukan.
Kunci
untuk
mengevaluasi apa yang dipelajari orang dari suatu program (atau sumber yang bersamaan) adalah dengan mengukur, variabel pengetahuan, kesadaran dan pemahaman84. Selanjutnya adalah jumlah orang yang mengubah sikapnya, merupakan sikap mempresentasikan predisposisi yang luas dan lintas situasional. Sikap sulit berubah dalam waktu singkat. Sikap berasal dari pengalaman dan penguatan sepanjang hidup atau sesuai dengan apa yang telah dialami. Sehingga biasanya banyak waktu dan tenaga untuk mengubahnya. Jumlah orang yang bertindak sesuai dengan yang diinginkan merupakan
84
Ibid., hlm.430
69
langkah selanjutnya, dimana perubahan perilaku mungkin mengikuti urutan perubahan pengetahuan dan predisposisi atau mungkin juga tidak. Cutlip dan Brom berpendapat bahwa “penilaian atas dampak program pada perilaku menggunakan survei perilaku, pengamatan langsung terhadap tindakan orang dan observasi tak langsung melalui penelitian catatan resmi atau jejak lainnya yang ditinggalkan orang yang berperilaku itu”85. Seperti yang dikatakan oleh Cutlip dan Broom, outcome/impact adalah dampak yang diharapkan timbul pada target group yang merupakan tujuan utama dari keseluruhan program yang telah dilaksanakan yang mewakili tujuan dari perusahaan. Dampak tersebut berupa perubahan dari sikap dan perilaku target audiens ke arah yang seperti yang diharapkan oleh WWF-Indonesia. Peneliti menggunakan Linking A Public Relations Planning Model With An Evaluation Model untuk mengevaluasi program kampanye “Earth Hour” karena : 1. Dalam model Linking a Public Relations with an Evaluation Model ini, menjelaskan proses evaluasi dari tahap awal sampai akhir serta menjelaskan teknik teknik apa saja yang bisa digunakan dalam evaluasi pada tahap Preparation/Input,
85
Ibid., hlm.431
70
Implementation/Ouput
dan
Impact/Outcome,
sehingga
model ini paling sesuai dengan tujuan peneliti. 2. Dalam model ini juga menampilkan kegiatan manajemen dari awal sampai akhir dalam beberapa tahap, sehingga dapat dijadikan sebagai acuan secara lengkap dan jelas, bila dibandingkan dengan model lain yang hanya menampilkan pada proses evaluasi saja. 3. Linking A Public Relations with an Evaluation Model, mempermudah peneliti untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian audit komunikasi program Kampanye “Earth Hour”.
71
Gambar 2.1 Model Evaluasi Linking a Public Relations with an Evaluation Model
Sumber : Gold and Paper no.11 PR Metrics- Research for Planning &evaluation of PR & Corporate Communications86.
Jim.R Macnamara. 2002. Gold Paper No.11. PR Metrics- Research for Planning &evaluation of PR & Corporate Communications. IPRA.Switzerland. hlm. 15 86
72
2.2 Teori Informasi Organisasi Teori informasi organisasi memiliki kedudukan penting dalam ilmu komunikasi karena menggunakan komunikasi sebagai dasar atau basis bagaimana mengatur atau mengorganisasikan manusia dan memberikan pemikiran rasional dalam memahami bagaimana manusia berorganisasi. Menurut teori ini, organisasi bukanlah struktur terdiri atas sejumlah posisi dan peran, tetapi merupakan kegiatan komunikasi sehingga sebutan yang lebih tepat sebenarnya adalah organizing atau mengorganisasi (yang menunjuk proses) daripada organization atau organisasi, karena organisasi adalah suatu yang ingin dicapai melalui proses komunikasi yang berkelanjutan. Karl Weick mengembangkan suatu pendekatan untuk menjelaskan proses organisasi dalam mengumpulkan, mengelola dan menggunakan informasi yang diterimanya. Karl Weick berpendapat bahwa, melihat organisasi sebagai suatu sistem yang menerima berbagai informasi yang membingungkan dan multitafsir dari lingkungannya berusaha untuk memahaminya87. Dengan demikian, menurut teori ini, organisasi dalam perkembangannya akan mengalami evolusi seiring dengan upaya organisasi untuk memahami diri sendiri dan lingkungannya. Pendapat dari Karl Weick mengajukan satu istilah kunci, yaitu ekuivokalitas ( berasal dari kata equivocality) yang berarti ketidakpastian atau sulit dimengerti (komplikasi, tidak jelas, membingungkan dan multitafsir
87
Morissan.2009.Teori Komunikasi Organisasi.Ghalia Indonesia. Bogor.hlm.32
73
(ambigu) serta sulit diperkirakan. Menurut Weick, semua informasi dari lingkungan dalam derajat tertentu, adalah tidak pasti, tidak jelas dan membingungkan, dan kegiatan organisasi dirancang untuk mengurangi ketidakpastian tersebut88. Menurut beberapa ahli teori komunikasi organisasi menggambarkan organisasi sebagai suatu sistem yang hidup (living system) yang melakukan proses kegiatan untuk mempertahankan keberadaan dan mejalankan fungsinya89. Suatu organisasi harus memiliki suatu prosedur untuk mengelola seluruh informasi yang ingin diterima atau dikirimkan untuk mencapai tujuannya. Organisasi adalah sistem karena terdiri atas orang-orang atau kelompok yang saling berhubungan. Mereka saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan mereka. Fokus dari teori komunikasi organisasi adalah komunikasi informasi, hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu organisasi. Sangatlah jarang satu orang atau satu bagian pada perusahaan memiliki seluruh informasi yang diperlukan untuk dapat menyelesaikan tugasnya. Informasi yang dibutuhkan berasal dari berbagai sumber. Namun dengan demikian, tugas mengelola atau memproses informasi tidaklah sekedar bagaimana memperoleh informasi, bagian tersulit adalah bagaimana memahami informasi dan mendistribusikan informasi yang diterima itu dalam organisasi.
88 89
Ibid.,hlm. 32 Ibid., hlm.32
74
Teori informasi organisasi menjelaskan bagaimana organisasi memahami informasi yang membingungkan dan multi-tafsir. Teori ini memfokuskan perhatiannya pada proses mengorganisasi anggota suatu organisasi untuk mengelola informasi daripada struktur organisasi90. Tahapan dalam pengorganisasian disebutkan Weick menjadi 3 bagian penting:91 1.
Tahap pemeranan (enactment), para anggota organisasi menciptakan ulang lingkungan mereka dengan menentukan dan merundingkan sebuah peristiwa.
2.
Tahap seleksi, aturan-aturan dan siklus komunikasi digunakan untuk menentukan pengurangan yang sesuai dalam ketidakjelasan.
3.
Tahap retensi, memungkinkan organisasi menyimpan informasi mengenai cara organisasi memberikan respons terhadap suatu situasi. Setelah dilakukan penyimpanan, para anggota organisasi menghadapi
sebuah masalah pemilihan. Yaitu menjawab pertanyaan-pertanyaan berkenaan dengan kebijakan organisasi. Misal, ”haruskah kami mengambil tindakan berbeda dari apa yang telah kami lakukan sebelumnya?”. Organisasi bergerak dari proses pengorganisasian ke proses lain dengan cara yang sudah tertentu: penentuan; seleksi; penyimpanan; dan pemilihan. Subkelompok individual dalam organisasi terus menerus melakukan kegiatan
90
Ibid., hlm.35
Masmuh, Drs. Abdullah. 2013 Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori Dan Praktek. Malang. UMM Press. Hlm. 179 91
75
di dalam proses-proses ini untuk menemukan aspek-aspek lainnya dari lingkungan. Meskipun segmen-segmen tertentu dari organisasi mungkin mengkhususkan pada satu atau lebih dari proses-proses organisasi, hampir semua orang terlibat dalam setiap bagian setiap saat. Pendek kata di dalam organisasi terdapat siklus perilaku. Siklus perilaku adalah kumpulan-kumpulan perilaku yang saling bersambungan yang memungkinkan kelompok untuk mencapai pemahaman tentang pengertian-pengertian apa yang harus dimasukkan dan apa yang ditolak. Di dalam siklus perilaku, tindakan-tindakan anggota dikendalikan oleh aturan-aturan berkumpul yang memandu pilihan-pilihan rutinitas yang digunakan untuk menyelesaikan proses yang tengah dilaksanakan (penentuan, seleksi, atau penyimpanan). Terdapat beberapa asumsi yang mendasari ini yaitu92. 1. Organisasi berada dalam suatu lingkungan informasi. Asumsi pertama menyatakan bahwa organisasi berada dalam satu lingkungan informasi, ini berarti bahwa bergantung pada informasi untuk dapat berfungsi secara efektif dan cukup dapat mencapai tujuannya. 2. Informasi yang diterima organisasi berbeda dalam hal tingkat kepastiannya. Asumsi kedua yang dikemukakan Weick menyatakan bahwa informasi yang diterima suatu organisasi berbeda-beda dalam hal tingkat kepastiannya.
92
Ibid., hlm. 37
76
Dengan kata lain, suatu informasi dapat memiliki lebih dari satu makna sehingga dapat menimbulkan multi tafsir. 3.
Organisasi berusaha mengurangi ketidakpastian informasi. Dalam upaya mengurangi ambiguitas informasi, maka asumsi Weick ketiga mengemukakan bahwa organisasi terlibat dalam proses informasi untuk mengurangi ketidakpastian informasi. Dari teori informasi organisasi Karl Weick, dapat peneliti kaitkan dengan
penelitian peneliti kaji adalah bahwa konsep dasar dari teori ini sejalan dengan tujuan audit komunikasi, yaitu mencari tahu dan menghilangkan ketidakjelasan dari informasi awal yang nantinya hasil ini akan menentukan apakah tindakan ini akan kita lakukan kembali atau tidak menggunakannya kembali dan mekanisme ini dilakukan secara berulang.
2.2.1
Budaya Organisasi Budaya organisasi merupakan kebiasaan, tradisi, dan tata cara
umum dalam melakukan sesuatu dan sebagian besar berasal dari pendiri organisasi. Secara tradisional pendiri organisasi memiliki pengaruh yang besar terhadap buadaya awal organisasi. Mereka memiliki visi tentang akan menjadi apa organisasi itu nantinya. Mereka juga tidak memiliki kendala karena kebiasaan atau ideology sebelumnya93. Apabila organisasi dapat mencapai kesuksesan, maka visi pendiri tersebut selanjutnya dianggap
93
Danang Sunyoto.2012.Manajemen Sumber Daya Manusia.CAPS(Center for Academic Publishing Service).Yogyakarta.hlm.227
77
sebagai faktor penentu utama keberhasilan organisasi. Pada titik ini seluruh kepribadian para pendiri jadi melekat dalam budaya organisasi94. Menurut Schein, Budaya organisasi sebagai suatu pola dari asumsiasumsi dasar yang ditemukan, diciptakan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud agar oganisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalah-masalahnya yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi yang sudah berjalan cukup baik. Dengan demikian, budaya organisasi perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan, dan merasakan berkenaan dengan masalah-masalah tersebut95. Budaya organisasi yang efektif membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan96. Perubahan organisasi atau organizational change mengacu pada perubahan yang tidak terencana maupun perubahan terencana dalam struktur organisasi, teknologi, dan orang-orang(Greenberg dan Baron,2003). Organisasi berhadapan dengan banyak kekuatan yang mendorong perlunya perubahan. Kekuatan-kekuatan untuk melakukan perubahan dapat berasal dari dua sumber, yaitu sumber internal dan sumber eksternal (Kreitner dan Kinicki,2005)97. Kekuatan internal, kekuatan ini yang berasal dari dalam organisasi, kekuatankekuatan internal ini untuk melakukan perubahan dapat berasal dari
94
Ibid.,hlm228 Edgar H, Schein.1991. Organizational Culture and Leadership.San Fransisco: Oxford JosseyBass Publisher.hlm.22 96 Op.,cit. hlm.229 97 Op.,cit. hlm.230 95
78
masalah-masalah sumber daya manusia dan perilaku atau keputusan manajerial. Masalah-masalah sumber daya manusia meliputi kebutuhan karyawan tidak terpenuhi, ketidakpuasan kerja, absensi dan perputaran karyawan yang tinggi, rendahnya produktivitas, serta partisipasi atau saran. Kekuatan eksternal merupakan kekuatan yang berasal dari luar organisasi, kekuatan eksternal yang memiliki pengaruh untuk melakukan perubahan meliputi98 : 1. Karakteristik demografi antara lain perubahan tenaga kerja yang lebih beragam dan adanya kepentingan bisnis untuk mengelola keragaman secara efektif. 2. Kemajuan teknologi yaitu adanya pengembangan dan penggunaan teknologi informasi merupakan salah satu faktor yang mendorong perubahan pada berbagai organisasi di seluruh Dunia. 3. Perubahan pasar, yaitu muncul perubahan ekonomi global yang menuntut setiap perusahaan untuk mengubah strategi bisnis mereka. 4. Tekanan sosial dan politik, yaitu tekanan-tekanan yang diciptakan oleh peristiwa sosial dan politik.
2.3 Kerangka Berpikir Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mendeskripsikan langkah dan tahapan yang muncul dalam pikiran sehingga terbentuk rancangan yang tepat untuk
98
Op.,cit. hlm.230-231
79
dapat diteliti dan kemudian dianalisis. Dalam hal ini, peneliti meneliti kegiatan kampanye untuk di evaluasi. Penjabaran atas konsep dimulai dari World Wildlife Fund for Nature-Indonesia yang merupakan organisasi nirlaba atau nonprofit yang banyak menjalankan program kampanye, salah satunya program kampanye Earth Hour. Dalam Linking a Public Relations With as Evaluation Model milik Jim Prichit/Bill Sherman yang menjadi fokus dalam model ini adalah persiapan yang disebut dengan preparation, implementation dan impact . Tahap Preparation berisikan, perencanaan dari sebuah program. Didalam tahapan ini terdapat beberapa fase produksi rencana kegiatan kampanye, yaitu berisikan kualitas dari isi produksi sebuah rilis, brosur, video dan lainnya, perencanaan pengeluaran biaya untuk produksi dari sebuah brosur atau media lainnya, perencanaan waktu produksi kegiatan kampanye, pembentukan tolak ukur untuk tujuan, pemilihan kegiatan dan pembentukan isi pesan. Pada tahap implementation, penerapan program yang telah direncanakan, dan program tersebut telah disebarluaskan kepada target khalayak. Tahap ini merupakan tahapan dimana tujuan program kampanye terpenuhi. WWF-Indonesia, pada tahapan ini sudah mendapatkan data-data mengenai khalayak sasaran yang menjadi target kampanye Earth Hour . Dalam tahapan ini data yang diperoleh berupa jumlah sasaran khalayak yang terpengaruh dengan isi pesan kampanye Earth Hour, pengukuran kinerja yang dilakukan dalam kegiatan kampanye, jumlah pesan yang dikirim melalui media, jumlah pesan yang diterima, jumlah khalayak yang menanggapi pesan kampanye yang disampaikan.
80
Pada tahapan terakhir yaitu tahapan impact, dimana program yang telah di jalankan mendapatkan hasil atau efek dari khalayak sehingga dapat dianalisa untuk keperluan evaluasi kegiatan dari kampanye Earth Hour. Tahapan ini, dimana keberhasilan program ini dinilai berdasarkan tujuan. Tujuan-tujuan biasanya. Berikut yang menunjukan hasil pelaksanaan program, tindakan yang diambil oleh kelompok sasaran, perubahan perilaku dari khalayak sasaran, perubahan sikap dan pemikiran khalayak sasaran, informasi diperoleh dan diterapkan dan permasalahan teratasi. Selain itu, Linking A Public Relations with An Evaluation Model ini dibantu dengan teori Informasi Organisasi dari Karl Weick. Konsep dasar dari teori ini sejalan dengan tujuan audit komunikasi, yaitu mencari tahu dan menghilangkan ketidakjelasan dari informasi awal. Teori informasi organisasi menjelaskan bagaimana organisasi memahami informasi yang membingungkan dan multi-tafsir. Teori ini merupakan suatu pendekatan yang peneliti gunakan untuk menjelaskan proses organisasi dalam mengumpulkan, mengelola dan menggunakan informasi yang diterimanya. Pada bagian akhir bagan, peneliti mendapatkan hasil audit program kampanye Earth Hour WWF- Indonesia sesuai dengan Linking a Public Relations With as Evaluation Model. Dengan demikian, diharapkan peneliti dapat menemukan hambatan-hambatan yang dapat menganggu keefektifan kegiatan kampanye Earth Hour. Sehingga audit ini, dapat membantu organisasi WWFIndonesia untuk menjalankan program kampanye Earth Hour lebih baik lagi.
81
Dengan demikian peneliti berharap, proses dari pelaksanaan program kampanye “Earth Hour” ini berjalan dengan baik dan efektif, sehingga hasil dan temuan dari evaluasi ini bisa berdampak baik bagi World Wildlife Fund for NatureIndonesia itu sendiri dalam menjalankan kampanye inisiasi publik di tahun- tahun berikutnya. Berdasarkan kajian teoritis, peneliti mencoba menggambarkan alur penelitian sehingga peneliti dapat menggambarkan sebuah kerangka pemikiran sebagai berikut :
82
Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir
Sumber : Oleh peneliti berdasarkan Evaluasi Linking a Public Relations With an Evaluation Model, World Wildlife Fund for Nature Indonesia program Kampanye Earth Hour.
83
2.4 Penelitian Sebelumnya Terdapat penelitian lain yang dianggap berkaitan dan relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian dengan judul “ Audit Komunikasi Kampanye Program Stop Buang Air Besar Sembarangan pada Dinas Kesehatan Kabupaten Serang”, yang dilakukan oleh Gagah Kharisma Purbaya dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Penelitian yang dilakukan pada tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat evaluatif. Subjek penelitian adalah Dinas Kesehatan Kabupaten Serang. Dengan Jumlah informan sebanyak 4 orang key informant. Teknik pengumpulan data penelitian yaitu dengan wawancara, kepustakaan atau literature, foto dan observasi. Gagah Kharisma Purbaya melihat bahwa Kondisi kesehatan masyarakat Curug Goong tergolong kurang baik, dengan lingkungan yang tercemar seperti air. Maka dari itu Desa tersebut menjadi sasaran Dinas Kesehatan Kabupaten Serang untuk mengatasi dan memicu masyarakat agar dapat hidup lebih sehat, dengan wc atau toilet dan mencuci tangan dengan sabun,mencuci peralatan rumah tangan dan lainnya dengan air bersih dan mandi dengan air bersih. Untuk mengetahui apakah kegiatan komunikasi yang sudah dijalankan efektif atau berhasil mencapai tujuan dan sasaran organisasi adalah dengan melakukan audit komunikasi. Dengan melakukan audit komunikasi Dinas Kesehatan Kabupaten Serang dapat mengetahui hambatan dan macetnya aliran informasi dan peluang yang terlewat dapat diketahui sehingga program yang dijalankan berjalan dengan lancar dan mendaptkan hasil maksimal.
84
Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa Dinas Kesehatan Kabupaten Serang belum melakukan audit komunikasi secara khusus terhadap kegiatan kampanye program stop buang air besar sembarangan di Desa Curug Goong Kelurahan Padarincang Kabupaten Serang. Dalam hasil yang dicapai Dinas Kesehatan Kabupaten Serang telah mencapai hasil yang baik sebagaimana dengan yang telah ditargetkan. Dinas kesehatan kabupaten Serang pun mampu mengenali kemacetan tersebut sebelum menjadi masalah besar.. Penelitian selanjutnya dengan judul Audit Iklim Komunikasi Organisasi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Kabupaten Pekalongan yang dilakukan oleh Woro Widyasari, Universitas Diponegoro. Penelitian ini dilaksanakan tahun 2013. Penelitian ini dilatar belakangi dengan Iklim komunikasi yang baik sangat besar pengaruhnya dalam suatu organisasi,salah satunya berpengaruh pada peningkatan produktivitas kerja anggota organisasi.
Iklim komunikasi sangat penting dibutuhkan guna
meningkatkan kinerja pegawai, apabila hal tersebut belum terjadi secara efektif maka diperlukan audit iklim komunikasi di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Pekalongan sebagai evaluasi dan memperbaiki iklim komunikasi yang tercipta di instansi tersebut guna menjadikan Kabupaten Pekalongan menjadi suatu daerah yang lebih maju. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif berbeda dari penelitian sebelumnya yang penelitiannya bersifat evaluatif. Penelitian ini menggunakan Teori sistem; Teori Iklim komunikasi; Teori Gaya
85
Kepemimpinan; Aliran Komunikasi. Hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa gaya kepemimpinan yang masih otoriter sehingga membuat karyawan belum semangat untuk bekerja dikarenakan kurangnya motivasi dari pimpinan dan belum ada penghargaan yang diberikan kepada karyawan berprestasi , iklim komunikasi yang masih negatif dikarenakan masih sering terjadi kesenjangan diantara para bawahan yang merasa tidak adil atasan memberikan tugas pokok dan fungsi selama ini yang diberikan dari atasan , dan atasan yang hanya memberikan tugas tanpa memberikan penjelasan bagi bawahan. Hal tersebut menimbulkan iklim di kantor Bappeda Pemerintah Kabupaten Pekalongan menjadi tidak kondusif dan masih jauh dari kesan nyaman dalam bekerja, serta Arus komunikasi yang terjadi yaitu ke bawah, budaya birokrasi pemerintah yang cenderung searah hanya dari pimpinan ke bawahan dan hal itu juga berlaku di kantor Bappeda Pemerintah Kabupaten Pekalongan , yaitu terbukti dari semua kebijakan ditetapkan langsung oleh pucuk pimpinan tanpa melibatkan pendapat dari bawahan. Penelitian selanjutnya berjudul Audit Komunikasi Program CSR PT PLN (Persero)”Sahabat PLN Indahnya Kampungku,Tertibnya Listrikku” penelitian ini dilakukan oleh mahasisiwi bernama Mutia Anggraini
Noviagustin,
Universitas Sultan Ageng Tritayasa 2015. Penelitian ini berasumsi bahwa didalam sebuah kegiatan CSR di sebuah perusahaan BUMN, apakah hanya sebagai kegiatan mematuhi peraturan Mentri Menteri Negara BUMN :Per05/MBU/2007 pasal 1 ayat (6), atau bahkan hanya untuk menghabisi dana anggaran saja. Maka dari itu diperlukannya sebuah evaluasi atau yang disebut
86
audit komunikasi untuk mengetahui apakah program tersebut sudah sesuai dengan target dan tujuan? Serta melihat apakah program tersebut efektif? . Oleh karena itu, maka program-program CSR pada sebuah Badan Usaha Milik Negara ini penting untuk dievaluasi, agar CSR yang dilakukan oleh perusahaan akan menjadi benar-benar efektif juga bermanfaat bagi masyarakat tentunya perusahaan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan bersifat evaluatif, sama halnya dengan metode penelitian yang dilakukan oleh Gagah Kharisma Purbaya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, obervasi dan Dokumentasi teori yang digunakan pada penelitian ini adalah Model Audit Komunikasi Linking a Public Relations Planning Model with an Evaluation Model. Hasil dari penelitian ini adalah tahapan Input Program CSR PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang” Sahabat PLN Indahnya Kampungku, Tertibnya Listrikku” , secara garis besar belum mencapai ketercapaian, karena adanya perbedaan persepsi antara rancangan data dokumen awal mengenai program dengan pandangan pelaksana program. Tahapan Output Program CSR PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang” Sahabat PLN Indahnya Kampungku, Tertibnya Listrikku”, menunjukan bahwa pelaksananan program CSR ini belum tepat sasaran, karena diadakan di lingkungan yang tingkat pelanggaran listrik sedikit. Karena data dokumentasi awal menyatakan bahwa kriteria pemilihan lingkungan binaan
87
adalah lingkungan dengan tingkat pelanggaran listrik yang besar untuk dibina menjadi lebih sedikit kuantitasnya. Tahapan Outcome Program CSR PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang” Sahabat PLN Indahnya Kampungku, Tertibnya Listrikku”, menunjukan bahwa tujuan besar dari program ini sudah tercapai sepenuhnya bahkan banyak kelebihan kelebihan dari program ini tidak diharapkan sebelumnya, seperti pengetahuan warga mengenai PLN bertambah, aspirasi warga tentang PLN tersalurkan, dan terajalin hubungan antara warga dengan pihak PLN. Tabel 2.2 Perbandingan Penelitian Sebelumnya Nama
Gagah Kharisma
Peneliti
Purbaya
Judul
Audit Komunikasi
Audit Iklim
Audit Komunikasi
Audit Komunikasi
Penelitian
Kampanye Program
Komunikasi
Program CSR PT PLN
Program Kampanye
Stop Buang Air Besar
Organisasi di Badan
(Persero)”Sahabat
Earth Hour World
PLN Indahnya
Wildlife Fund for
Kampungku,Tertibnya
Nature Indonesia
Sembarangan Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Serang
Woro Widyasari
Mutia Anggraini
Emiliya Johari
Noviagustin
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Pemerintah Kabupaten Pekalongan
Listrikku”
88
Universitas Universitas Sultan / Tahun
Ageng Tirtayasa
Universitas
Universitas Sultan
Sultan Ageng
Diponegoro (2013)
Ageng Tirtayasa
Tirtayasa (2016)
(2013) Teori
(2015)
Model Kampanye
Teori sistem; Teori
Model Audit
Model Audit
Ostegaard
Iklim komunikasi;
Komunikasi Linking a
Komunikasi Linking
Teori Gaya
Public Relations
a Public Relations
Kepemimpinan; Aliran
Planning Model with
Planning Model
Komunikasi .
an Evaluation Model
with an Evaluation Model. Teori Infromasi Organisasi (Karl Weick)
Metode
Evaluatif Kualitatif
Deskriptif Kualitatif
Evaluatif Kualitatif
Deskriptif Kualitatif
Hasil
Dinas Kesehatan
Berdasarkan teori
Tahapan Input
-
Penelitian
Kabupaten Serang
gaya kepemimpinan
Program CSR PT.
sudah cukup baik,
di atas maka gaya
PLN (Persero)
memengaruhi warga
kepemimpinan yang
Distribusi Jakarta
Desa Curug Goong dengan melakukan pendekatan secara
sesuai dengan kepemimpinan yang ada di kantor
Raya dan Tangerang” Sahabat PLN Indahnya Kampungku,
89
emosional, dan
Bappeda Pemerintah
Tertibnya Listrikku” ,
menyadarkan pola
Kabupaten
secara garis besar
piker warga Desa Curug Goong akan kesehatan lingungan
Pekalongan yaitu gaya kepemimpinan Otoriter.
sekitarnya. Dalam hal
belum mencapai ketercapaian, karena adanya perbedaan persepsi antara
Prakteknya Otoriter ini tanggapan publik
rancangan data bila disimpulkan dari
mengenai program
dokumen awal beberapa komentar
Stop Buang Air Besar
mengenai program dari informan
Sembarangan berjalan
dengan pandangan mengatakan, belum
baik. Namun Dinas
pelaksana program. bersemangat dalam
Kesehatan Kabupaten bekerja dikarenakan Kesehatan tentu kurangnya motivasi
Tahapan Output
dari pimpinan
Program CSR PT.
mengalami berbagai macam hambatan. Dalam menangani
dan belum ada
hambatan tersebut
penghargaan yang
Dinas Kesehatan
diberikan kepada
Kabupaten Serang
karyawan
menggunakan teknik-
berprestasi.
PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang” Sahabat PLN Indahnya Kampungku, Tertibnya Listrikku”,
teknik komunikasi menunjukan bahwa persuasif lebih pelaksananan program
90
mendalam. Sehingga
Iklim komunikasi
CSR ini belum tepat
program Kampanye
yang terjalin selama
sasaran, karena
tersebut mampu
ini di kantor
diadakan di
mengubah pola pikir
Bappeda Pemerintah
lingkungan yang
warga Desa Curug Goong dalam menyikapi masalah yang timbul akibat buang air besar
Kabupaten Pekalongan masih negatif . Iklim komunikasi selama ini masih
sembarangan.
tingkat pelanggaran listrik sedikit. Karena data dokumentasi awal menyatakan bahwa kriteria pemilihan lingkungan binaan
negatif dikarenakan adalah lingkungan masih sering terjadi dengan tingkat kesenjangan diantara pelanggaran listrik para bawahan yang besar untuk yang merasa tidak
dibina menjadi lebih
adil atasan
sedikit kuantitasnya.
memberikan tugas pokok dan fungsi selama ini
Tahapan Outcome Program CSR PT.
yang diberikan dari PLN (Persero) atasan , dan atasan Distribusi Jakarta yang hanya
Raya dan Tangerang”
91
memberikan tugas
Sahabat PLN Indahnya
tanpa
Kampungku,
memberikan penjelasan bagi bawahan. Hal tersebut menimbulkan iklim di
Tertibnya Listrikku”, menunjukan bahwa tujuan besar dari program ini sudah tercapai sepenuhnya bahkan banyak kelebihan kelebihan
kantor Bappeda dari program ini tidak Pemerintah diharapkan Kabupaten sebelumnya, seperti Pekalongan menjadi pengetahuan warga tidak kondusif mengenai PLN dan masih jauh dari
bertambah, aspirasi
kesan nyaman dalam
warga tentang PLN
bekerja.
tersalurkan, dan
Arus komunikasi
terajalin hubungan
yang terjadi yaitu ke
antara warga dengan
bawah, komunikasi
pihak PLN.
mengalir dari tingkatan yang lebih
92
tinggi ke tingkatan yang lebih rendah , pimpinan berperan penting dalam segala aktivitas komunikasi yang terjadi. Hal tersebut dipengaruhi oleh budaya birokrasi pemerintah yang cenderung searah hanya dari pimpinan ke bawahan dan hal itu juga berlaku di kantor Bappeda Pemerintah Kabupaten Pekalongan , yaitu terbukti dari semua kebijakan ditetapkan langsung oleh pucuk pimpinan tanpa
93
melibatkan pendapat dari bawahan. Perbedaan
Mengevaluasi sebuah
Mengevaluasi iklim
Mengevaluasi sebuah
Mengevaluasi
program kampanye
komunikasi pada
program CSR
program kampanye
instansi pemerintahan
Organisasi di Badan
perusahaan BUMN
Earth Hour dari
Program Stop Buang
Perencanaan
Program CSR PT PLN
organisasi Fund
Air Besar
Pembangunan
(Persero)”Sahabat
Raising atau
Sembarangan Pada
Daerah (BAPPEDA)
PLN Indahnya
nonprofit World
Dinas Kesehatan
Pemerintah Kabupaten
Kampungku,Tertibnya
Wildlife Fund for
Kabupaten Seran
Pekalongan
Listrikku” dengan
Nature. Dengan
dengan menggunakan
dengan meggunakan
menggunakan Model
menggunakan model
Model Kampnaye
Teori Teori sistem;
Audit Komunikasi
audit Linking a
Ostegard
Teori Iklim
Linking a Public
Public Relations
komunikasi; Teori
Relations Planning
Planning Model
Gaya
Model with an
with an Evaluation
Kepemimpinan; Aliran
Evaluation Model
Model dibantu dengan Teori
Komunikasi .
Informasi Organisasi Persamaan Meneliti tentang audit
Meneliti tentang
Meneliti tentang audit
Meneliti tentang
kampanye Program
audit komunikasi
program PKBL atau
audit program
Stop Buang Air Bsar
suatu kinerja iklim
CSR pada perusahan
Kampanye Earth
94
sembarangan pada
komunikasi pada
BUMN. Program CSR
Hour pada sebuah
Dinas Kesehatan
Organisasi di Badan
PT PLN
organisasi nirlaba
Kabupaten Serang
Perencanaan
(Persero)”Sahabat
WWF-Indonesia
Pembangunan
PLN Indahnya
bertaraf
Daerah (BAPPEDA)
Kampungku,Tertibnya
internasional yang
Pemerintah Kabupaten
Listrikku”
salah satu berada di
Pekalongan
Sumber
Indonesia
Skripsi (Perpustakaan
(http://www.ejournal-
Skripsi (Perpustakaan
Pusat Universitas
s1.undip.ac.id/index.p
FISIP Universitas
Sultan Ageng
hp/interaksi-
Sultan Ageng
Tirtayasa)
online/article/downloa d/4351/4206) diakes pada tanggal 15 Maret 2016 pukul 17:55 WIB)
Tirtayasa)
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metodologi Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif . Peneliti percaya bahwa “kebenaran” (truth) adalah dinamis dan dapat ditemukan hanya melalui penelaahan terhadap orang-orang yang dalam interaksinya dengan situasi sosial kesejarahan (Danim, 2002). Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, maka data yang didapat akan lebih lengkap serta lebih mendalam sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai, dan dapat ditemukan data yang bersifat proses kerja, perkembangan suatu keinginan, deskripsi yang luas dan mendalam, perasaan, norma, keyakinan, sikap mental, etos kerja dan budaya yang dianut seorang maupun kelompok orang dalam lingkungan kerjanya99. Pendekatan kualitatif menurut Neuman yaitu pendekatan yang dapat menghasilkan data deskriptif, yakni data berupa hasil pemikiran, pembicaraan orang, serta pengamatan terhadap perilaku orang lain. Menurut Neuman, penyajian data kualitatif secara visual hanyalah dalam bentuk map, foto, atau diagram yang menunjukan bagaimana ide-ide yang dipaparkan saling berhubungan dan setiap penyajian angka hanyalah berupa pelengkap untuk mendukung narasi100.
99
Sugiyono. 2006. Statistika Untik Penelitian. Alfabeta.Bandung, hlm. 181 Neuman L.W. 1997. Social Reearch Methods : Qualitative and Quantitative Approaches. Allyn and Bacon. London. hlm. 35
100
95
96
Penelitian kualitatif dimanfaatkan untuk keperluan konsultatif, memahami isu-isu rumit suatu proses, memahami isu-isu yang senstitif, untuk keperluan evaluasi, untuk meneliti latar belakang fenomena yang tidak dapat diteliti melalui kuantitatif101. Seperti yang sudah disebutkan, maka peneliti memilih kualitatif sebagai pendekatan penelitian, karena penelitian ini meneliti tentang evaluasi kegiatan. Alasan lain dari pemilihan kualitatif sebagai pendekatan penelitian, yaitu karena pendekatan ini digunakan untuk menggali informasi yang lebih rinci dan lengkap melalui wawancara yang dilakukan untuk mengungkap hal-hal yang belum terlihat jika hanya melalui pengamatan. Berdasarkan hal tersebut, pada program kampanye “Earth Hour” WWF-Indonesia, peneliti melakukan dengan wawancara sebagai konfirmasi dan disamakan dengan dokumentasi. Dengan menggunakan metode kualitatif peneliti dapat melakukan evaluasi pada program kampanye Earth Hour berdasarkan elemen-elemen evaluasi program melalui kata-kata dan bahasa yang diberikan oleh subjek penelitian mengenai program. Evaluasi dengan metode kualitatif ini dapat mencakup seluruh aspek evaluasi yang meliputi preparations, implementations, dan impact. Sehingga pendekatan kualitatif dianggap tepat dalam melakukan penelitian ini.
101
Lexy J. Moleong. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.Bandung. hlm. 17
97
3.2 Paradigmaa Penelitian Paradigmaa merupakan pola atau model tentang bagaimana sesuatu distruktur (bagian dan hubungan) atau bagaimana bagian-bagian berfungsi (perilaku yang didalamnya ada konteks khusus atau dimensi waktu). Baker dalam paradigmas: “The bussines of Discovering of Future” : Mendefinisikan paradigma sebagai seperangkat aturan (tertulis atau tidak tertulis) yang melakukan dua hal : (1) hal itu membangun dan mendefinisikan batas-batas; dan (2) hal itu menceritaakan kepada andaa bagaimana seharusnya melakukan sesuatu didalam batas-batas agar bisa berhasil102. Paradigma dalam penelitian ini adalah post-positivis. Dengan menggunakan paradigma post-positivis ini, peneliti berusaha mengetahui lebih dalam mengenai audit komunikasi pada program kampanye Earth Hour WWF Indonesia. dalam paradigma post-positivis relates yang disikapi sebagai fakta yang bersifat ganda, memiliki hubungan yang assosiatif, serta harus dipahami secara ilmiah, kontekstual, dan holistic103. Realitas yang bersifat ganda memberikan keleluasaan bagi orang yang ingin menanggapi realitas tersebut dengan interpretasi masingmasing, sehingga realitas dapat berbeda-beda makna dan keberadaannya sesuai dengan apa yang dibangun oleh pikiran individu masing-masing. Paradigma post –positvis juga menganggap bahwa realitas harus dipahami secara holistic dan kontekstual, artinya bahwa objek penelitian merupakan sesuatu yang apabila diteliti dan dipahami bagian perbagiannya maka berhubungan dengan
102
Lexy. J Moleong.2007. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT.Remaja Rosdakarya .Bandung. hlm.49 103 Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebudayaan. PT.Bumi Aksara. Jakarta. hlm.6
98
bagian-bagian yang lain dan akan membentuk seatu keutuhan yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu, objek dari suatu realitas juga harus dipahami sesuai dengan konteksnya.
3.3 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat evaluatif, yaitu penelitian yang mengkaji keberhasilan suatu program104. Riset Evaluatif menurut Rosady Ruslan adalah riset untuk menentukan apakah program humas tersebut memeiliki pengetahuan mengenai sasaran yang dicapai (goals), dan tujuan (objective) tertentu secara jelas dan efektif. Pengembangan format riset tersebut dapat ditingkatkan melalui hasil evaluasi (penilaian) dan diterapkan pada program, yaitu untuk
tujuan
memonitoring kemajuan apa yang telah dicapai?, dan termasuk kemungkinan untuk memodifikasi riset tersebut105. Pada penelitian ini menggunakan studi evaluatif, maka peneliti menjabarkan hasil penelitian menggunakan kata-kata bukan angka-angka mengenai, apakah program Kampanye Earth Hour WWF-Indonesia tahun 2016 mencapai sasaran dan tujuan konsep program Kampanye atau tidak, dengan dibantu model Linking a Public Relations with an Evaluation Model yang terdiri dari empat fase yaitu, manajemen menetapkan tujuan program, fase kedua manajemen sudah mulai menentukan sasaran, menetapkan anggaran dan membuat susunan acara dan di fase
Kriyantono Rahmat 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. PT. Kencana Prenada Media Group.Jakarta. hlm. 29 105 Rosady Ruslan.2000.Kampanye Public Relations (Kiat dan Strategi).Rajawali Pers. Jakarta.hlm. 53 104
99
ini akan menghasilkan apa yang disebut dengan preparationt. Lalu di fase ketiga, program sudah mulai diimplementasikan dan ditahap ini akan menghasilkan apa yang disebut dengan implementation dan fase terakhir yaitu evaluasi hasil yang akan menghasilkan impact.
3.4 Teknik Penelitian 3.4.1 Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara atau teknik untuk menemukan, menggali, mengumpulkan, mengkategorikan, dan menganalisis data. Peneliti dapat memperoleh data penelitian dari berbagai sumber. Menurut Kriyantono, teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari : wawancara semistruktur (Semistructured interview) dan dokumentasi berupa dokumen dan foto. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut106 : 1. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan informasi yang digali dari sumber data langsung melalui percakapan atau tanya jawab. Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam karena ingin mengeksplorasi informasi secara holistic dan jelas dari informan107. Wawancara semistruktur (Semistructure Interview) adalah pendekatan umum wawancara yang menggunakan beberapa inti pokok pertanyaan
106 107
Kriyantono Rahmat, Op.Cit, hlm. 91 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Op.Cit, hlm. 130
100
yang akan diajukan, yaitu interviewer membuat garis besar pokok-pokok pembicaraan108. Hal ini menjadi garis besar pokok wawancara dalam penelitian audit komunikasi Kampanye Earth Hour oleh WWF- Indonesia. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk menemukan permasalahan secara lebih detail terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan wawancara ini peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. 2. Dokumentasi Dengan teknik dokumentasi ini, peneliti dapat memperoleh informasi bukan dari orang sebagai narasumber, tetapi memperoleh informasi dari macam-macam sumber tertulis atau dari dokumen yang ada pada informan dalam bentuk peninggalan budaya, karya seni, dan karya pikir. Dokumen dapat berupa foto, dokumen resmi,artikel koran, surat, buku dan lainnya. Dari pengumpulan data dengan dokumen tersebut peneliti membaca dan memahami tentang audit komunikasi kampanye Earth Hour WWFIndonesia. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada109.
108 109
Djam’an Satori dan Aan Komariah, Op.Cit, hlm. 135 Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. ALFABET. Bandung. hlm. 83
101
3.5 Informan Penelitian 3.5.1 Subjek Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang hasilnya menekankan pada makna bukan pada generalisasi sampel digunakan untuk mendapatkan data untuk menjawab masalah penelitian sebagai tujuan penelitian. Adapun sampel yang digunakan adalah sampel purposive (pengambilan sampel bertujuan) yang sesuai dengan penelitian. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa110.
Pertimbangan yang
ditentukan untuk informan penelitian ini adalah orang yang dianggap paling mengerti tentang Audit Komunikasi dalam Program Kampanye Earth Hour WWF-Indonesia. Menurut Meleong, Miles, et al (Elvinaro, 2010) memaparkan ada dua macam informan, yaitu111. a.
Informan kunci (key informant) Informan yang dianggap tahu banyak dalam memberi banyak
jawaban yang dibutuhkan atas pertanyaan atau masalah penelitian dan yang mendukung penelitian (memberi bantuan paling besar), kriteria informan-infroman kunci pada penelitian ini, adalah :
110
Ibid.,,hlm. 49 Elvinaro Ardianto. 2010. Metode penelitian Untuk Publik Relation Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung. Simbiosa Rekatama Media. hlm.62
111
102
1. Pegawai WWF- Indonesia. 2. Masuk kedalam Kepegawaian yang merencanakan program Kampanye Earth Hour. 3. Berkompeten dan memahami mengenai perencanaan program Kampanye Earth Hour. 4. Informan mempunyai waktu yang memadai untuk memberikan informasi. 5. Informasi tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya sendiri Untuk Tahap Output, Kriteria yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1. Pegawai WWF-Indonesia 2. Terlibat dalam pelaksanaan program Kampanye Earth Hour. Sehingga informan kunci (Key informan) yang dipilih dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Galih Aji Prasongko Pria kelahiran Jakarta, 24 Februari 1982 telah mengabdikan diri di World Wildlife Fund for Nature Indonesia sejak januari 2010. Sebelumnya beliau pernah bergabung di Greenpeace sejak tahun 2007 hingga 2009. Hingga akhirnya beliau saat ini menjadi Koordinator Earth Hour Indonesia sampai saat ini di WWF-Indonesia.
103
2. Chris Rahardian Pria ini lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta. Beliau mulai bergabung di World Wildlife Fund for NatureIndonesia sejak 2012. Pada saat ini beliau menjadi Wakil dari Koordinator Earth Hour Indonesia, membantu Koordinator Wart Hour Indonesia.
b.
Informasi pendukung Informan yang dianggap tahu atau memberi bantuan dan dapat
memberikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan penelitian tetapi tidak lebih dari informan kunci. Kriteria informan pendukung dalam penelitian ini adalah : Untuk kriteria informan pendukung yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1.
Laki-laki atau perempuan
2.
Ketua Earth Hour di beberapa kota
3.
Turut serta dalam kampanye Earth Hour .
4.
Informan
mempunyai
waktu
yang
memadai
untuk
memberikan informasi. Sehingga informan pendukung yang dipilih dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
104
1. Robby Hardyansyah Robby Hardyansyah
atau biasa dipanggil Robby
merupakan bagian dari Komunitas Earth Hour Kota Tangerang. Pria kelahiran Tangerang, 19 Januari 1995 ini, menjabat sebagai ketua komunitas Earth Hour regional Tangerang sejak 2015-2016, sebelumnya pernah menjabat sebagai ketua sosial media Earth Hour Tangerang. 2. Raffiudin Abroch Raffiudin Abroch atau biasa dipanggil Kekeng merupakan bagian dari Komunitas Earth Hour Serang. Pria kelahiran Serang, 27 September 1991 ini telah menjabat sebagai ketua Earth Hour selama 2 periode dimulai sejak berdirinya Komunitas Erath Hour Serang 2013. 3. Mahar Suwandaru Mahar Suwandaru merupakan salah satu mahasiswa di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang, Banten. Pria ini biasa dipanggil Mahar merupakan ketua Komunitas Earth Hour Serang. Pria kelahiran Jakarta, 30 Maret 1993 ini, pada saat ini masih menjabat sebagai ketua Komunitas Earth Hour Serang periode 2015-2016.
105
Pemaparan dari pengertian informan diatas maka informan dipilih tidak asal-asalan
tetapi
mempunyai
kriteria
tertentu,
Sanafiah
Faisal
(Sugiyono,2008) menyatakan bahwa sampel sebagai informan sebaiknya memiliki kriteria112: 1.
Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui tetapi dihayati.
2.
Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung pada kegiatan yang tengah diteliti.
3.
Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.
4.
Mereka
yang tidak cenderung menyampaikan informasi
hasil
“kemasannya” sendiri. Untuk itu penelitian ini menggunakan teknik sampling purposive dalam mencari informan. Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel degan mempertimbangkan tertentu, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa113. Pertimbangan yang ditentukan untuk informan penelitian ini adalah orang yang dianggap paling mengerti, mengetahui, dan ikut berkecimbung dalam kegiatan Program Kampanye Earth Hour, World Wildlife Fund for Nature- Indonesia.
112
Sugiyono. 2008. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung.
hlm: 221 113
Sugiyono.2009.Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung.hlm.49
106
3.5.2 Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah audit komunikasi program kampanye Earth Hour , WWF Indonesia.
3.5.3
Jenis Data Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis data kualitatif yang datanya
diperoleh dari hasil wawancara secara langsung dengan sumber disekitar tempat penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yaitu : 1. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari narasumber yang mengetahui dan berkompeten terhadap bidang penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperloeh dengan melakukan wawancara Koordinator Earth Hour Indonesia. 2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh dengan mengutip atau mengumpulkan keterangan dari sumber informasi lain dengan tujuan untuk melengkapi data-data primer. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari arsip dan dokumentasi terkait program Kampanye Earth Hour WWF- Indonesia.
3.6 Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,
107
melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain114. Analisis data pada penelitian kualitatif berbeda dengan kuantitatif. Jika dalam penelitian kuantitatif analisis datanya berbentuk statistic, maka dalam penelitian kualitatif analisis berbentuk kata atau kalimat, gambar dan bukan berbentuk angka. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis model Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (Sugiono, 2009) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data ini yaitu115 : 1. Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya116. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti dalam melakukan pengumpulan data selanjutnya. Data-data yang direduksi dalam penelitian ini berupa informasi atau data mengenai audit komunikasi dalam kampanye Earth Hour WWFIndonesia.
114
Ibid.,hlm 89 Ibid.,hlm.92 116 Ibid.,hlm.92 115
108
2. Data Display (Penyajian Data) Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie chard, pictogram dan sejenisnya117. Dalam penyajian tersebut, maka data dapat terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Menurut Mile dan Huberman (Sugiono,2009) menyatakan yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif118. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan peneliti untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. 3. Conclusion Drawing/ Verification Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan verifikasi terhadap data-data yang telah dirangkum dan ditampilkan119. Data-data tersebut dihubungkan antara satu dengan lainnya sehingga dapat menjawab rumusan masalah yang telah ditemukan sejak awal.
3.7
Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif, data yang dapat dinyatakan valid atau berbeda
saat ditemukan dilapangan dan dilaporkan oleh peneliti. Data-data tersebut dapat
117
Ibid.,hlm.95 Ibid.,hlm.95 119 Ibid.,hlm.96 118
109
diukur dengan uji validitas melalui teknik Triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibiltas ini diartaikan sebagai pengecekan atau pemeriksaan data yang berasal dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu120. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber121. Triangulasi sumber yang akan peneliti gunakan yaitu dari hasil wawancara pada informasi tambahan, yaitu, Ketua dari Komunitas Earth Hour Serang dan Tangerang. Triangulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu infromasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Menurut Moleong hal tersebut dapat dicapai dengan jalan122 : 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara 2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatan secara pribadi 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan sepanjang waktu. 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada orang pemerintahan.
120
Ibid.,hlm.125 Ibid., hlm.127 122 Lexy.J. Moleong.2001.Metode Penelitian Kualitatif. PT.Remaja Rosdakarya.Bandung.hlm.331 121
110
5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 3.8
Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di kantor World Wildlife Fund for Nature Indonesia
yang beralamatkan di Graha Simatupang, Jl. Tahi Bonar Simatupang, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12540, Indonesia.
3.9 Jadwal Penelitian FE B
MA R
1
3
APRIL
MEI
JUNI
AGUSTUS
SEPT
OKT
NOV
Kegiatan No.
1.
Pra Riset Pengajua n Judul
2. 3.
BAB I, II, III
4.
Sidang Outline
5.
BAB IV
6.
BABV
7.
Acc BAB IV dan V
8.
Sidang Skripsi
2
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1 2
3 4
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1
Deskripsi Objek Penelitian 4.1.1
Profil World Wildlife Fund for Nature Indonesia WWF adalah singkatan dari “World Wildlife Fund for Nature”.
Nama tersebut merefleksikan komitmen WWF untuk bekerja, tidak hanya terkait isu kehidupan alam liar--tapi juga pada isu-isu lingkungan lainnya yang strategis.WWF adalah salah satu lembaga konservasi terbesar dan sangat berpengalaman di dunia, yang didirikan secara resmi tahun 1961. Sekretariat pusat WWF, yaitu WWF International, bertempat di Gland, Swiss.Sebagai organisasi global, WWF memiliki jaringan kerja yang terdiri dari lebih dari 80 kantor di lebih dari 100 negara di seluruh dunia. Secara global, WWF didukung oleh lebih dari 5 juta supporter. WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF. Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini bergiat di 27 wilayah kerja lapangan, tepatnya di 17 propinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff, WWF bekerja bersama pemerintah, masyarakat, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik luas. Sejak 2006 hingga 2013, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64 ribu supporter di dalam negeri.
111
112
Pada tahun 1998,WWF Indonesia resmi menjadi lembaga nasional berbadan hukum Yayasan. Dengan demikian WWF Indonesia memiliki entitas legal, independen, berbadan hukum sesuai ketentuan di Indonesia. Dengan
status
yayasan,
WWF-Indonesia
memiliki struktur
organisasi sendiri, kemandirian dan fleksibilitas dalam menggalang dana dan mengembangkan program. 4.1.1.1 Sejarah World Wildlife Fund for Nature Indonesia Tahun 2012 menandai peringatan 50 tahun kegiatan konservasi WWF di Indonesia.Sukses yang dicapai selama lima dekade adalah buah dari sinergi dan dukungan banyak pihak. Kami akan terus bekerja untuk bumi yang lebih baik. WWF mulai berkiprah di Indonesia pada 1962 sebagai bagian dari WWF Internasional, melakukan penelitian di Ujung Kulon untuk menyelamatkan populasi badak jawa yang nyaris punah. Saat itu hanya tersisa sekitar 20 individu saja. Bekerjasama dengan Kementrian Kehutanan, lambat laun jumlah populasi satwa bercula satu itu meningkat hingga stabil sekitar 40-50 individu pada survey tahun 1980an Pada tahun 1996, WWF resmi berstatus yayasan, menjadi sebuah entitas legal, yang berbadan hukum sesuai ketentuan di Indonesia.Adalah Prof. Emil Salim, Pia Alisjahbana dan Harun Al Rasjid (alm) yang menjadi pendorong berdirinya Yayasan WWF
113
Indonesia, menempatkannya sebagai organisasi nasional dalam Jaringan Global WWF, yang memiliki Dewan Penyantun sendiri, independen
dan
fleksibel
dalam
penggalangan
dana
dan
pengembangan program.
4.1.1.2 Visi dan Misi World Wildlife Fund for Nature Indonesia Visi Ekosistem dan keanekaragaman hayati Indonesia terjaga dan dikelola
secara
berkelanjutan
dan
merata,
untuk
kesejahteraan generasi sekarang dan yang akan datang. Misi Misi
utama
WWF
Indonesia
adalah
melestarikan,
merestorasi serta mengelola ekosistem dan keanekaragaman hayati Indonesia secara berkeadilan, demi keberlanjutan dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia, yang dicapai melalui upaya: ● Menerapkan dan mempromosikan praktik-praktik konservasi terbaik yang berbasis sains, inovasi dan kearifan tradisional. ● Memfasilitasi pemberdayaan kelompok-kelompok yang rentan, membangun koalisi dan bermitra dengan
114
masyarakat
madani,
dan
bekerjasama
dengan
pemerintah dan sektor swasta. ● Mempromosikan kesadaran
serta
etika aksi
pelestarian konservasi
yang di
kuat,
kalangan
masyarakat Indonesia. ● Melakukan advokasi dan mempengaruhi kebijakan, hukum, dan institusi terkait untuk mendorong tata kelola lingkungan yang lebih baik.
4.1.1.3 Struktur Organisasi World Wildlife Fund for Nature Indonesia. Gambar 4.1 Struktur Organisasi
115
Gambaran Mengenai Program Kampanye Earth Hour World
4.1.2
Wildlife Fund for Nature Indonesia. Menjelang akhir Maret setiap tahun, EARTH HOUR yang merupakan kampanye inisiasi publik, menyatukan masyarakat dari seluruh dunia untuk merayakan komitmen gaya hidup hemat energi dengan cara mematikan lampu dan alat elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam. Di tahun ke-8 di Indonesia, EARTH HOUR 2016 akan diselenggarakan pada tanggal 19 Maret 2016, pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat. Logo EARTH HOUR ’60+’ menunjukkan 60 menit mematikan lampu di Earth Hour sebagai awal AKSI gaya hidup hemat energi.Tanda ‘+’ menunjukkan komitmen untuk bersama-sama mulai melakukan gaya hidup hemat energi. Angka “60” artinya 60 menit fokus pada tindakan positif mengurangi emisi CO2. Tanda “+” artinya kegiatan EARTH HOUR tidak hanya dilakukan selama 60 menit saja, tapi juga diikuti dengan perubahan gaya hidup setiap hari. Mulai dari menggunakan transportasi publik, bersepeda, hemat air, tidak buang sampah sembarangan, memilah dan daur ulang sampah, hemat kertas, hingga berkebun dan menanam pohon. Earth Hour bertujuan untuk mendorong individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan yang saling berhubungan untuk menjadi bagian dari perubahan untuk dunia yang berkelanjutan. Dimulai dengan langkah awal semudah mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak terpakai sebagai komitmen hemat energi untuk Bumi, dan juga merupakan
116
momentum menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan.
4.1.2.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. Pada pertengahan sampai dengan akhir bulan Maret, di beberapa belahan dunia mengalami transisi dari musim semi ke musim gugur sehingga cuaca tersebut paling kondusif bagi semua negara yang ingin berpartisipasi di Earth Hour, karena di beberapa negara tidak perlu menggunakan pendingin atau pemanas ruangan. 78% konsumsi listrik Indonesia terfokus di Jawa – Bali karena 68% konsumennya berada di pulau tersebut. Bagian Indonesia yang lain mendapatkan porsi lebih kecil.23% konsumsi listrik
Indonesia
terfokus
di
DKI
Jakarta
Tangerang. Distribusinya terbagi menjadi 1.
Rumah tangga:33%
2.
Bisnis/perkantoran serta gedung komersial: 30%
3.
Sektor industri: 30% (kebanyakan di wilayah Tangerang)
4.
Gedung pemerintahan: 3%
5.
Fasilitas publik dan sektor sosial: 4%
dan
117
4.1.2.2 Tujuan Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. Tujuan kampanye Earth Hour Indonesia, yaitu : 1. Menjaring sebanyak-banyaknya individu, rumah tangga, dan pemerintahan untuk ikut mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap perubahan iklim 2. Mengajak dan mengedukasi masyarakat mengenai pemanasan global dan apa yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk mengurangi penggunaan emisi mereka 3. Menjaring
partisipasi
korporasi
untuk
mengomunikasikan Earth Hour baik staf mau pun jejaring eksternal untuk berkomitmen mematikan lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam pengunaan energi. 4. Terbentuknya kegiatan komunitas hijau masyarakat di berbagai kota di Indonesia. juga merupakan momentum menampilkan kepada dunia tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan.
4.1.2.3 Target Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. Target utama kampanye Earth Hour Indonesia, yaitu :
118
1. Untuk melanjutkan target efisiensi energi dan perubahan gaya hidup di kota-kota besar di dunia dengan konsumsi listrik tinggi, 2. Berusaha mengaitkannya dengan potensi sumber energi baru terbarukan yang lebih bersih dan berdampak minimal pada lingkungan. 3. Mengangkat dan memancing semangat kepemimpinan pemerintahan dan korporasi untuk secara signifikan melakukan efisiensi energi dan penggunaan sumber energi baru terbarukan sebagai bagian dari kebijakan mereka.
4.2 Hasil Penelitian Dalam bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian, yaitu mengenai Audit Komunikasi Program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia. Adapun hasil penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui wawancara dan dokumentasi berupa data. Peneliti menguraikan hasil penelitian dengan mengacu pada identifikasi masalah yang peneliti buat yaitu Perencanaan
program
Kampanye
sebagai
proses
Preparation
kegiatan,
Pelaksanaan Program Kampanye sebagai proses Implementation kegiatan, Hasil akhir Program Kampanye sebagai proses Impact kegiatan.
119
4.2.1 Ketercapaian “Kampanye Earth Hour” WWF-Indonesia pada tahap proses Preparation. Tahap preparation merupakan tahapan awal persiapan sebuah program, dimana program mulai direncanakan oleh sebuah organisasi. Menurut Cutlip and Broom dalam bukunya yang berjudul Effective Public Relations mengatakan bahwa evaluasi persiapan dilakukan untuk menilai kualitas dan kecakupan pengumpulan informasi dan perencanaan. Dengan kata lain, tahapan preparation merupakan langkah awal untuk memulai atau merancang sebuah kegiatan atau program komunikasi yang kemudian akan dijadikan sebuah landasan atau acuan untuk melanjutkan tahap implementasi atau tahap penerapan program komunikasi tersebut. Berdasarkan penggunaan Analysis of Existing data yang menjadi salah satu teknik dalam model Linking a Public Relations Planning Model With an Evaluation Model, maka evaluasi tahap input ini akan dikelompokkan berdasarkan bentuk data yang diperoleh yakni data dokumentasi dan data wawancara, dengan materi pembahasannya yaitu: a.
Latar Belakang Program
b.
Tujuan Program
c.
Rancangan Kegiatan
120
4.2.1.1 Latar Belakang Program Kampanye Earth Hour Tahun 2016 Perubahan iklim adalah salah satu tantangan lingkungan terbesar yang dihadapi oleh seluruh negara, salah satunya Indonesia.
Permasalahan
perubahan
iklim
ini,
bukan
permasalahan yang harus diatasi oleh pemerintah saja. Melainkan individu-individu pun harus mengatasi permasalahan perubahan iklim tersebut, karena perubahan iklim ini dirasakan oleh seluruh mahkluk hidup yang berada dibumi. Diperlukannya aksi sebagai upaya mengatasi perubahan iklim. Tindakan kecil seperti mematikan lampu dan alat elektronik yang tidak dipakai, merupakan salah satu tindakan yang dapat dilakukan oleh semua kalangan. Mulai dari anak kecil hingga orang dewasa pun dapat melakukan hal tersebut. Masih banyaknya individu-individu yang belum melakukan tindakan tersebut, seperti halnya masih banyak individu-individu yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi daripada kendaraan umum, selain itu, masih banyaknya individu yang membiarkan alat elektronik yang tidak terpakai masih menyala. Dengan fenomena tersebut maka dibutuhkan sebuah kampanye untuk
mengajak individu-individu
untuk
sadar terhadap
permasalahan lingkungan dengan melakukan aksi atau tindakan
121
kecil, seperti mematikan lampu dan mematikan alat elektronik yang tidak terpakai. Berbagai permasalahan yang telah diungkapkan diatas adalah salah satu dari berbagai macam masalah yang dihadapi oleh World Wildlife Fund for Nature (WWF) Indonesia. Masalahmasalah tersebut dijadikan oleh World Wildlife Fund for Nature (WWF) Indonesia sebagai latar belakang membuat program. Sesuai dengan data dokumentasi milik WWF- Indonesia Program kampanye Earth Hour ini merupakan salah satu kampanye global WWF, organisasi konservasi yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh Dunia khsusnya Indonesia untuk membantu mengatasi perubahan iklim yang terjadi. Menyatakan kepeduliannya terhadap perubahan iklim dengan cara mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam (20.30 – 21.30 waktu setempat)123. Langkah yang dilakukan oleh WWFIndonesia untuk mengatasi permasalahan perubahan iklim. Informan memberikan informasi jawaban yang relevan dengan data yang dimiliki oleh WWF-Indonesia mengenai latar program kampanye Earth Hour 2016, yang menyebutkan bahwa masih diperlukannya kesadaran individu yang masih melakukan
Dokumen Pribadi Earth Hour.2016.Frequent Ask Question Earth Hour Indonesia 2016. Jakarta.
123
122
tindakan seperti tindakan tidak mematikan lampu dan barang elektronik yang tidak terpakai. “…memikirkan sebuah aksi dan kampanye bagaimana mengajak individu melakukan hal yang dapat mengurangi perubahan iklim, maka dipilihkan aksi yang dapat dilakukan oleh semua orang, yaitu aksi mematikan lampu yang belum banyak orang menyadari bahwa mematikan lampu yang tidak terpakai dapat membantu mengurangi perubahan iklim”124. Informan mengungkapkan dipilihkannya aksi mematikan lampu, dikarenakan semua individu dapat melakukan aksi tersebut mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. “untuk dipilihkan aksi tersebut kan karena semua orang bisa dari anak kecil hingga orang tua. Semua diseluruh Dunia tidak memiliki keterbatasan untuk mematikan lampu dengan satu jari, anak kecil bisa matikan lampu, neneknenek, kakek-kakek semua orang bisa melakukan mati lampu.....”125. Kampanye Earth Hour WWF-Indonesia memiliki simbol yang mengarah pada tindakan mematikan lampu yaitu simbol 60+. Sesuai dengan data yang dimiliki oleh WWF-Indonesia simbol 60 merupakan tanda sebagai tindakan mematikan lampu selama 1 jam kemudian tanda + bermakna sebagai tindakan lain yang mendukung kepedulian terhadap lingkungan. Dari simbol tersebut dapat dilihat yang melatarbelakangi program kampanye Earth HourWWF-Indonesia.
124
Lampiran 4. Hasil Wawancara informan 1. Hal. 209
125
Lampiran 4. Hasil Wawancara informan 1. Hal. 209
123
Informan memberikan jawaban yang relevan dan penjelasan yang lebih dalam mengenai simbol 60+ sebagai latar belakang dari kampanye Earth Hour. “ ada perubahan gaya hidup ini ga cukup satu jam, bahwa kita butuh melakukan lebih dari 60 menit atau 1 jam. 60+ ngajak orang tidak hanya matiin lampu, sebagai aksi lain mengajak orang menggunakan transportasi umum, menanam pohon…”126. Dari data hasil wawancara dengan ketua Earth Hour Indonesia, bahwa program kampanye Earth Hour Indonesia memiliki fokus pada pengurangan penggunaan energi. Sesuai dengan fenomena yang terjadi di masyarakat. Dilihat dari aksi atau tindakan yang diciptakan oleh WWF-Indonesia dalam kampanye Earth Hour dengan mematikan lampu dengan menggunakan satu jari yang dapat dilakukan oleh setiap kalangan, sebagai upaya untuk pengurangan energi.
4.2.1.2 Tujuan dari Program Kampanye Earth Hour Tahun 2016 Setiap program yang telah direncanakan oleh sebuah perusahaan, instansi ataupun organisasi nirlaba tentunya memiliki tujuan yang diharapkan melalui program tersebut. Kecil
126
Lampiran 4. Hasil Wawancara informan 1. Hal. 209
124
kemungkinan bahwa setiap program yang direncanakan tidak memiliki maksud ataupun tujuan yang ingin dicapai. Dalam hal ini, organisasi nirlaba World Wildlife Fund for Nature-Indonesia dalam program kampanye Earth Hour tahun 2016 pun, juga memiliki tujuan yang ingin dicapai dalam program tersebut. Dalam hal ini peneliti mencoba merumuskan tujuan dari hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua Earth Hour Indonesia. Dari hasil wawancara dengan informan ketua Earth Hour Indonesia dan wakil ketua Earth Hour mengatakan bahwa tujuan dari program program kampanye Earth Hour 2016 adalah pencapaian pada indvidu untuk perubahan gaya hidup yang ramah lingkungan, selain individu, pertambahan komunitas Earth Hour di Indonesia bertambah sebagai upaya penyebaran kampanye Earth Hour di kota-kota di Indonesia. “Pencapaian kita sih sebenarnya sama individu. Sama tracker dari sosial media. Berapa komunitas, ikon target di seluruh Dunia termasuk Indonesia”127. “perubahan gaya hidup individu sih lebih kearah situ tujuan kita”128. Adapun tujuan lain yang ingin dicapai dari program kampanye Earth Hour 2016 yaitu target kota yang menjadi ikon
127 128
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal. 212 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal.213
125
Earth Hour bertambah, kemudian dukungan dari pemerintah yang mendukung aksi dari kampanye Earth Hour di setiap kota pun bertambah. “2009-2016 target kita adalah kota, pertambahan kota dan itu pasti tercapai. Itu kita bilang pencapaian disetiap tahunnya. Dukungan pemerintah kota bertambah, berapa komunitas, ikon target yang bergabung di kampanye Earth Hour di Indonesia. Tahun ini 180 ikon, tahun lalu 70 ikon, ikon itu semacam monas, Borobudur kaya gitu-gitu, nah ikon itu target-target”129. Pada
data
dokumentasi
dari
WWF-Indonesia
pada
dokumentasi Earth Hour 2016 dijelaskan tujuan dari program kampanye tersebut yaitu mengajak sebanyak-banyaknya individu maupun pemerintah untuk ikut berkontribusi terhadap perubahan iklim dengan cara mematikan lampu , selain itu juga Earth Hour memiliki tujuan untuk mengajak masyarakat dan mengedukasi masyarakat mengenai pemanasan global dan apa yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk mengurangi penggunaan emisi, membangun komitmen mematikan lampu baik staf maupun jejaring eksternal dan terbentuknya komunitas hijau di berbagai kota di Indonesia. Pada setiap poin-poin dari tujuan program kampanye Earth Hour berdasarkan data dokumentasi lebih fokus kepada menjaring atau mengajak, serta mengedukasi individu-individu
129
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal. 212
126
untuk dapat berkomitmen dengan melakukan aksi atau tindakan mematikan lampu. Sedangkan tujuan yang diungkapkan oleh informan, tujuan program kampanye Earth Hour lebih berfokus kepada
pertambahan-pertambahan
jumlah
ikon
kota,
pertambahan dukungan pemerintah dan juga pertambahan komunitas. Sehingga ada sedikit perbedaan fokus tujuan antara apa yang tertera di data dokumentasi dengan apa yang diungkapkan oleh informan. Tabel 4.1 Tujuan Program Kampanye Earth Hour Indonesia 2016, WWF-Indonesia No. Rancangan
Tujuan
(Data Pandangan
Dokumentasi ) Earth Hour pelaksana Indonesia 2016. 1.
Tujuan Kampanye
Earth Hour Indonesia
Menjaring sebanyak-
Pertambahan ikon kota.
banyaknya individu, rumah
Dari tahun sebelumnya
tangga, dan pemerintahan
700 ikon menjadi 180
untuk ikut mematikan lampu
ikon di tahun 2016
sebagai simbol kontribusi mereka terhadap perubahan iklim.
127
2.
Mengajak dan mengedukasi
Pertambahan dukungan
masyarakat mengenai
dari pemerintah untuk
pemanasan global dan apa
mendukung Earth Hour
yang bisa dilakukan setiap individu untuk menjadi bagian dari perubahan untuk mengurangi penggunaan emisi mereka 3.
Menjaring partisipasi korporasi
Pertambahan komunitas
untuk mengkomunikasikan
Earth Hour di berbagai
EARTH HOUR, baik staf mau pun jejaring eksternal untuk berkomitmen mematikan lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam penggunaan energi. 4.
Terbentuknya kegiatan komunitas hijau masyarakat di berbagai kota di Indonesia
kota-kota di Indonesia
128
4.2.1.3 Rancangan kegiatan dari Program Kampanye Earth Hour 2016 Suatu program yang telah dibuat tentunya memiliki rancangan kegiatan untuk tercapainya suatu tujuan, dan juga tentunya suatu program tersebut ingin berjalan sesuai dengan rencana. Agar dapat merealisasikan program tersebut maka diperlukannya dibuat suatu rancangan kegiatan sebagai acuan apa saja yang perlu dilakukan saat pelaksanaan program. Dengan dibuatnya rancangan kegiatan, kemungkinan program yang telah direncanakan berjalan sesuai dengan harapan. Program kampanye Earth Hour ini memiliki tema keseluruhan dari WWF pusat yang berada di Glend, Swiss yaitu “Climate Change”. Untuk WWF- Indonesia pada program kampanye Earth Hour Indonesia 2016 memiliki tema “Hijaukan Hutan dan Birukan Laut”. Dipilihkannnya tema tersebut karena Indonesia memiliki hutan dan laut yang luas. Tema tersebut ditentukan berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan oleh tim WWF-Indonesia bersama para komunitas dalam acara Kumpul Belajar Bareng yang disingkat menjadi Kumbang. Berdasarkan wawancara dengan informan tersebut didapat pernyataan bahwa pemilihan tema sebagai rancangan kegiatan kampanye Earth Hour 2016 berikut :
129
“Itu dari global, dari Kumbang dilihat, dari hasil diskusi misalnya kaya hijaukan hutan, karena kita omongin tentang tema.”.130 Berdasarkan tema tersebut maka dihasilkan kegiatan yang dilakukan dalam program kampanye Earth Hour, berupa kegiatan penanaman mangrove, adopsi coral, penanaman pohon di sumber mata air, dan juga ada berupa petisi “beli yang baik”. Hasil wawancara dengan informan tersebut didapat bentuk kegiatan yang dilaksanakan berdasarkan tema tersebut. “Ngomongin isu lingkungan di Indonesia itu ada 2 yaitu hutan dan laut. Hutan yang luas dan kita juga punya laut yang luas juga. Mulai ada program penanaman mangrove, adopsi coral, penanaman pohon di sumber mata air” Untuk kegiatan lain ada petisi”beli yang baik”131. Penemuan yang peneliti temukan bahwa kegiatan yang dari dilakukan oleh tim kampanye WWF-Indonesia, kurang ada kesesuaian antara latar belakang dan tujuan yang hendak dicapai. Pada latar belakang dinyatakan bahwa permasalahan yang terjadi adalah penggunaan emisi yang harus dikurangi, sehingga dihasilkan suatu tindakan mematikan lampu, tujuan yang hendak dicapai adalah mengajak,
mengedukasi,
dan
menjaring
masyarakat
untuk
berkomitmen mematikan lampu, namun kegiatan yang dilakukan
130 131
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.220 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.210
130
berupa kegiatan yang mengarah kepada kelestarian lingkungan di laut dan di hutan. Setelah penentuan tema oleh tim kampanye Earth Hour dari WWF-Indonesia berdasarkan latar belakang sebagai langkah pertama pada tahapan preparation, selanjutnya langkah kedua menentukan target sasaran, pesan yang akan disampaikan dan juga media yang digunakan untuk menyampaikan pesan. Berdasarkan hasil temuan peneliti menemukan bahwa yang menjadi target sasaran dalam program kampanye tersebut adalah seluruh lapisan masyarakat semua umur seperti yang dijelaskan oleh informan. “ Tahun 2009 semua orang membicarakan perubahan iklim lalu memikirkan sebuah aksi dan kampanye yang bagaimana mengajak individu untuk melakukan hal yang mengurangi perubahan iklim. Untuk itu dipilihkan aksi mematikan lampu yang semua orang bisa dari anak kecil hingga orang tua, jadi targetnya seluruh lapisan masyarakat”.132 Target yang telah ditetapkan oleh WWF-Indonesia untuk program kampanye Earth Hour yaitu seluruh lapisan masyarakat . setelah target sasaran yang ditetapkan, pembentukan pesan berupa tagline yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour Indonesia dengan berdiskusi di acara Kumbang. Dalam kampanye Earth Hour 2016 ini menggunakan tagline “iniaksiku”. Informan mengatakan bahwa pembentukan tagline ini dapat digunakan dalam berbagai
132
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.209
131
Bahasa sesuai dengan daerah masing-masing, namun maknanya harus tetap sama. “masalah tagline, ini aksiku, itu dibahas di Kumbang, jika di daerah iniaksiku dipakai Bahasa masing-masing daerah. Tapi masih maknanya sama boleh. Yang masih kita sepakat yah itu ini aksiku”133. Dari hasil penemuan peneliti menemukan adanya perubahan tagline
pada kampanye
Earth
Hour. Sebelumnya
tagline
berisikan”ini aksiku, mana aksimu”, yang sekarang berubah menjadi “ini aksiku”. Perubahan yang dilakukan oleh tim kampanye WWFIndonesia
berdasarkan
pernyataan
dari
informan
bahwa
menggunakan kata aksimu untuk menantang individu , namun melihat tujuan dari kampanye Earth Hour yang mengajak, mengedukasi dan menjaring individu untuk berkomitmen dalam mematikan lampu tidak sejalan dengan tagline. “ masalah perubahan ini aksiku dibahas dikumbang, kenapa ini pakai “ini aksiku”, kan padahal dulu ini “ini aksiku, mana aksimu”, sebenarnya ini menantang individu, karena kita mengarah pada individu-individu, kaya istilahnya “ kalau gue udah melakukan ini, lu berani gak melakukan hal yang sama?”, tapi kan kalau kita langsung complete begitu Bahasa itu Jelek, kaya kita yang nantangin orang, makanya kita hilangin, kita lebih kepada komitmen individu aja deh, jadi kita lebih ke “ini aksiku”.134 Peneliti melihat bahwa tagline yang digunakan dalam kampanye Earth Hour sudah sesuai dengan tujuan yang telah
133 134
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.216 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.216
132
ditetapkan. Perubahan makna dari tagline tersebut menyamakan apa yang telah ditetapkan pada tujuan dari kampanye Earth Hour. Tagline tersebut juga dapat masuk ke dalam seluruh rangkaian kegiatan kampanye Earth Hour. Pesan dari tagline yang telah ditetapkan tersebut mampu menjadi landasan atau acuan untuk mengajak masyarakat, dengan masyarakat mengucapkan tagline tersebut sudah dapat menjaring masyarakat untuk terlibat dalam aksi atau tindakan mematikan lampu. Penyampaian penyebarluasan
apa
isi
pesan
tentunya
yang dikampanyekan.
diperlukan Dalam
untuk hal
ini
berdasarkan temuan peneliti yang dilakukan dengan cara wawancara dengan informan, informan mengatakan bahwa media yang digunakan tidak hanya menggunakan media sosial saja, namun ada aksi yang offline atau tanpa menggunakan media sosial : “Ga cuma media sosial, ada juga aksi offline. Tidak bisa kalau hanya menggunakan media sosial tanpa ada aksi, jadi gitu dibalik logikanya karena orang, kemudian rame di media sosial, ngoceh-ngoceh untuk ngumpulin orang, kalau kita, kita balik logikanya karena kita melakukan aksi dulu, kita upload di media sosial untuk mengajak orang melakukan hal yang sama kaya kita…”135. Berdasarkan
pernyataan
informan,
dalam
kegiatan
kampanye Earth Hour media sosial yang digunakan dalam berkampanye menggunakan media sosial twitter yang paling aktif
135
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.214
133
digunakan. Media sosial lain yang digunakan dalam kampanye tersebut yaitu Facebook, Instagram, youtube. Pertimbangan penggunaan media twitter sebagai media sosial yang digunakan berkampanye karena twitter sudah memiliki kerja sama dengan WWF-Indonesia dan juga masih banyak pengguna yang berpotensi untuk membuka twitter dan juga interest dari pengguna twitter yang masih ada, sesuai dengan yang disampaikan oleh informan : “pemilihan media sosial dalam kegiatan kampanye Earth Hour tahun 2016 ini, kita menggunakan twitter karena kita sudah kerja sama dengan twitter. Potensi twitter kalo kata orang sebenarnya range content nya menurun. Tetapi, interest individunya ada tiap hari, Facebook lebih banyak kontennya, jadi kalau ada konten kampanye lebih banyak mungkin foto, video atau artikel yang panjang. Instagram lebih kepada foto-foto, poster segala macem. Kalau video kita make youtube karena itu media sosial yang menampung visual”.136 Informan mengatakan bahwa penggunaan media sosial twitter digunakan dari pertama kampanye Earth Hour 2009 : “iya dari pertama kampanye di media sosial. Dari awal kita media kampanye di media sosial twitter-Facebook, twitter-Facebook. Baru ke youtube dan Instagram”.137 Dalam pemilihan media dalam berkampanye, peneliti melihat bahwa tim kampanye Earth Hour sudah
136 137
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal.215 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal.215
134
tepat dalam mempertimbangkan sebuah media kampanye yang digunakan. Pemilihan media sosial seperti twitter, Facebook, Instagram dan youtube, tim kampanye Earth Hour sudah membagi fungsi dari masing-masing media sosial
yang
digunakan.
Twitter
digunakan
untuk
mengunggah foto dan isi pesan yang singkat, Facebook digunakan untuk mengunggah video, foto atau artikel yang isinya panjang yang tidak dapat diunggah di twitter, instagram untuk mengunggah foto-foto saja dan juga youtube digunakan sebagai media mengunggah video. Tim kampanye Earth Hour sudah membagikan fungsi-fungsi penggunaan media dengan baik dan juga penggunaaan media sosial membantu dalam menyebarluaskan segala kegiatan kampanye yang berupa aksi. 4.2.2 Ketercapaian program “Kampanye Earth Hour” WWFIndonesia pada tahap proses Implementation. Tahap implementasi merupakan tahapan untuk pengukuran hasil dari perencanaan. Pada tahapan implementation atau bisa disebut dengan tahapan pelaksanaan, biasanya menghitung jumlah publikasi yang akan di cetak, foto, video, press release, artikel ataupun lainnya untuk didistribusikan atau disebarluaskan. Pada tahapan ini menurut Cutlip, Allen dan Broom, memiliki kriteria dan metode untuk mengevaluasi bagian komunikasi dari penerapan sebuah program, tahapan tersebut dimulai dari
135
melihat dan mencatat jumlah pesan yang disebarluaskan hingga menentukan berapa target sasaran yang menerima pesan138. Evaluasi tahap implementation ini merupakan fase evaluasi semua hal yang menyangkut tahap pelaksanaan program. Seperti yang tertera dalam Linking a Public Relations Planning Model with an Evaluation Model, bahwa dalam mengevaluasi sebuah kegiatan ataupun program PR prosesnya harus dilakukan secara menyeluruh dan saling berkaitan antara proses evaluasi yang dilakukan. Dalam tahapan implementation ini, peneliti mengevaluasi datadata yang menyangkut publikasi yang disebarluaskan kepada target sasaran hingga pelaksanaan program kampanye Earth Hour. Sehingga, dalam pengevaluasian pada tahapan ini, merupakan lanjutan dari tahapan preparation, dimungkinkan tahapan implementation saling berhubungan dengan tahapan preparation, tahapan dimana menjadi landasan dibuatnya program kampanye Earth Hour. Maka pada tahap ini peneliti akan berfokus kepada pesan yang dipublikasikan.
4.2.2.1 Pelaksanaan Program Kampanye Earth Hour 2016 World Wildlife Fund For Nature Indonesia. Program Earth Hour merupakan program kampanye World Wildlife Fund for Nature Indonesia, yang mulai dilaksanakan pada tahun 2009 di Indonesia. Program kampanye ini memiliki fokus
Scott M Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006.Effective Public Relations. Prenada Media Group.Jakarta.hlm.24
138
136
lokasi di pulau Jawa dan Bali. Sesuai dengan data yang dimiliki oleh WWF-Indonesia dipilihkan pulau Jawa dan Bali, karena 78% penggunaan konsumsi listrik Indonesia terfokus pada Jawa-Bali139. Peneliti, meneliti program kampanye Earth Hour dimulai dari media publikasi secara menyeluruh hingga pelaksanaan program Kampanye Earth Hour. Dalam hasil wawancara yang peneliti lakukan, berikut rangkaian kegiatan program kampanye Earth Hour : 1. Kumpul Belajar Bareng (Kumbang) kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Januari 2016 dengan diikuti 33 peserta yang merupakan ketua dari Earth Hour yang berada di kota-kota di Indonesia. Kegiatan Kumbang tersebut dilaksanakan di Kota Batu, Malang. Dalam kegiatan tersebut WWF-Indonesia memberikan materi mengenai Digital Media Engagment, Review mengenai Highlight Earth Hour 2007-2015, Consumer dan Production for Forest Sustainable, Crow Funding Earth Hour, Earth Hour 2016 Plan Strategy, Climate Change on Global Issue. Selain itu didalam kegiatan tersebut, komunitas Earth Hour kota berdiskusi membicarakan isu-isu yang terjadi di masing-masing kota, yang kemudian isu tersebut diangkat menjadi sebuah kampanye.
Earth Hour Indonesia.2016. FAQ. http://earthhour.wwf.or.id/f-a-q/ diakses pada tanggal 20 Agustus 2016 pukul 20:39 WIB 139
137
2. Setelah kegiatan Kumbang, tiap komunitas Earth Hour di kotakota membuat aksi kampanye sesuai dengan apa yang telah di sepakati dalam Kumbang 2016. Berikut matriks kegiatan kampanye Earth Hour dari beberapa kota di Indonesia : Tabel 4.2 Bentuk Kegiatan Kampanye Komunitas Earth Hour di Indonesia No.
Komunitas Earth Hour
Bentuk Kegiatan
Sumatera 1.
Aceh
● Pembersihan desa kumuh endemik Filariasis ● Pelepasan Tukik ● Bersih Pantai ● Indonesia Bebas Sampah ● Transplantasi Coral ● Seminar Green Generation ● Roadshow ke Sekolah dan Universitas
2.
Pekanbaru
● Sosialisasi Pengelolaan Sampah Pada Masyarakat
138
● Follow Up dan Inisiasi 3 Bank Sampah ● Talkshow Radio ● Sosialisasi di Sekolah ● Media Massa ● Hari Peringatan Sampah Nasional 3.
Palembang
● Kunjungan Survei ke Kampung Iklim ● Kunjungan TPA ● Kunjungan ke Kampung Hidroponik ● Sosialisasi tentang pilah sampah 3 kampung ● Community Gathering ● Kunjungan ke Dinas Kebersihan
4.
Padang
● Penggunaan Tumbler di Pantai Barolasak ● Kampanye Bijak Kertas ● Penanaman Pohon ● Monster Plastik
139
● Radio Talkshow ● Padang bebas sampah 5.
Lampung
● Online Challenge, Mention untuk lingkungan ● Peringatan Hari Peduli Sampah Nasional ● Lomba Daur Ulang ● Kampanye Tote Bag
6.
Medan
● Edukasi Peduli Lingkungan Untuk Siswa dan Mahasiswa ● Edukasi Energi ● Edukasi Sampah ● Penanaman Mangrove
7.
Jawa Tengah dan DIY ● Evaluasi penggunaan tissue di hotel dan mall yang dipilih (minimal 1 partner. Pilih yang menjadi role model industrinya) ● Edukasi & peningkatan kesadaran di kalangan manajemen & pegawai hotel atau mall terkait
140
●
Diskusi bersama himpunan2 mahasiswa2 atau fakultas mengenai isu pemanfaatan komoditas yang berasal dari hutan
● Audiensi dengan Pemkot Yogyakarta untuk terlibat dalam switch off EH, mendorongkan partisipasi publik dan mendorongkan kebijakan kantong plastik berbayar mulai 21 Februari 2016" ● Edukasi tentang dampak konsumsi komoditas asal hutan melalui posting2an di Instagram (prioritas), Twitter, Facebook ● Podcast reguler dengan format seperti Greentalks ● Google Hangout Talks ● Re buzzing #SoloHematEnergi dalam berbagai format di medsos Facebook & Twitter" ● Evaluasi penggunaan tissue di hotel dan mall yang dipilih (minimal 1 partner. Pilih yang menjadi role model industrinya) ● Evaluasi penggunaan tissue dan kertas oleh mahasiswa/i di kos2an dan kampu ●
Edukasi & peningkatan kesadaran di kalangan manajemen & pegawai hotel atau mall terkait"
8.
Sulawesi
141
● Offline : melakukan kampanye secara berkala dan berkesinambungan, baik itu di car free day, sekolahsekolah, hingga ke kecamatan/kelurahan di wilayah kota makassar dan palu. ● Online : menyajikan fakta-fakta permasalahan sampah di sulawesi dan dampaknya terhadap lingkungan dan isu-isu relevan lainnya seperti pengangkutan sampah, pengelolaan sampah secara berkelanjutan dan bank sampah. ● Offline : melakukan kampanye penanaman dan perawatan mangrove secara konsisten dan mengeluarkan report terkait perkembangan mangrove tersebut. ● Online : melakukan edukasi terkait pentingnya mangrove untuk melindungi pesisir, report sederhana perkembangan mangrove secara berkala, mengkampanyekan proyek crowdfunding mangrove. ● Offline : melakukan kampanye terkait pentingnya mengkonsumsi seafood ramah lingkungan, baik itu di car free day, restoran/rumah makan seafood, hingga mengadakan sustainable seafood week dan sustainable seafood festival
142
● Online : melakukan edukasi terkait pentingnya mengkonsumsi seafood ramah lingkungan serta materi-materi relevan lainnya seperti fakta-fakta kerusakan laut sulawesi, cara membedakan ikan yang ditangkap menggunakan bahan peledak dll Sumber : Dokumen Pribadi WWF Indonesia Matrik Regional140 3. Rangkaian kegiatan terakhir adalah aksi serempak yang diadakan WWF-Indonesia. Aksi serempak kampanye Earth Hour ini diadakan
setiap bulan Maret 2016. Aksi serempak yang
dilakukan WWF-Indonesia pada tahun 2016 ini di Jawa Tengah. Aksi kampanye serempak ini ditandai dengan matinya lampu dari pukul 20:30 WIB-21:30 WIB dengan ikon Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Dari rangkaian kegiatan yang dilakukan diatas, peneliti melihat bahwa rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh komunitas Earth Hour kota-kota Indonesia lebih banyak berfokus kepada isu lingkungan mengenai sampah, penggunaan tissue dan kertas dan plastik untuk di provinisi Sumatera, Jawa Tengah dan DIY. Sedangkan untuk provinsi Sulawesi lebih berfokus pada issue yang terkait dengan biota laut. Peneliti melihat hanya sedikit kegiatan kampanye yang mengkampanyekan penggunaan hemat energi. Hal
140
Dokumentasi Pribadi WWF-Indonesia. 2016. Matriks Regional. Jakarta. hlm. 1-5
143
ini sesuai dengan pernyataan dalam wawancara yang dilakukan dengan informan pertama dikatakan : “ ada kritik, Earth Hour itu jadi banyak isinya, jadi kemana-mana. Kalo misalnya fokusnya hanya ke energi saja, karena kalau banyak isinya, jadi kemudian kampanye energi ini gak keliatan. Kaya gitu-gitu loh itu dari expert-expert kaya dari Martha Tilaar, segala”141. Pembagian isu kampanye dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour sesuai dengan permasalahan lingkungan yang terjadi di masing-masing kota. Seperti yang informan sampaikan dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut : “ada yang bilang kampanye kita ga kompak. Akhirnya masing-masing kota kita pecah-pecah lagi, kita bedah-bedah lagi sesuai dengan potensi. Sampai kemaren kita fokus bahwa Jawa dan Bali harus lebih fokus tentang masalah energi. kota-kota lain harus lebih fokus tentang hutan kaya Kalimantan, ada beberapa kota fokus ke laut”142. Alasan tim kampanye Earth Hour membagi-bagi isu tersebut dikarenakan banyak ketidaksesuaian materi kampanye yang diangkat di setiap kota. Dalam hasil wawancara yang peneiliti lakukan, informan menjelaskan bahwa. “ baru tahun 2014, karena daerah-daerah bilang bahwa susah jika di Kalimantan ngomongin isu energi listrik. Susah ngajak orang mati lampu, karena disana tiap hari mati lampu, listrik”143.
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.218 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.218 143 Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal. 218 141 142
144
Namun, dari hasil penelitian tersebut peneliti melihat bahwa pembagian isu-isu sesuai dengan permasalahan kota membuat kegiatan kampanye Earth Hour menjadi tidak fokus. Kegiatan kampanye Earth Hour ini merupakan kampanye yang berisikan tentang penggunaan hemat energi. Sehingga kampanye Earth Hour mengenai energi tidak terlihat dan membuat target sasaran yang merupakan seluruh lapisan masyarakat menjadi bingung. Selama rangkaian kegiatan kampanye tersebut WWFIndonesia menggunakan media sosial sebagai media kampanye. Dalam hal ini tentunya WWF-Indonesia menyebarkan pesanpesan kampanye Earth Hour untuk mengajak, menjaring dan mengedukasi individu. Pada tahapan implementations ini, peneliti mengikuti tiga langkah Cutlip dan Broom144, langkah yang pertama, melihat dan mencatat jumlah pesan yang akan didistribusikan. Langkah kedua, jumlah pesan yang ditempatkan di media. Langkah ketiga, menentukan berapa banyak target sasaran yang menerima pesan. Pada tahapan preparation sebelumnya, tim kampanye Earth Hour menggunakan media sosial berupa twitter, Facebook, Instagram dan youtube sebagai media untuk melakukan kampanye. Sebagai langkah pertama dan kedua yaitu melihat
Scott M Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom. 2006. Effective Public Relations.Prenada Media Group. Jakarta.hlm 424,425. 144
145
dan mencatat jumlah pesan yang didistribusikan ke media, peneliti melakukan wawancara dengan informan, informan menyatakan media publikasi berupa video akan dipublikasikan satu bulan sebelum acara Earth Hour. Setelah acara Earth Hour, tim kampanye Earth Hour mengunggah video berupa highlight yang menggambarkan seluruh rangkaian kegiatan kampanye Earth selama sebulan : “ hmmm, biasanya kalau kita memulai kampanye, kita upload video dulu, mulai kampanye 1 bulan sebelum Earth Hour…, pasca Earth Hour kita bikin video highlight yang menggambarkan seluruh kegiatan sebulan”.145 Peneliti menemukan video Teaser Earth Hour Indonesia, sebagai video yang diunggah sebelum acara Earth Hour pada tanggal 19 Maret 2016, video teaser ini di unggah oleh Earth Hour Indonesia pada tanggal 23 Februari 2016, sesuai dengan yang dikatakan oleh informan bahwa tim kampanye Earth Hour Indonesia mengunggah video sebulan sebelum acara Earth Hour dan sebulan sesudah acara Earth Hour. Video yang diunggah setelah acara Earth Hour yaitu video Highlight, yang mana video ini diunggah pada tanggal 08 April 2016 setelah acara Earth Hour. Namun ada ketidaksesuaian pada video highlight, sebelumnya dikatakan bahwa didalam video tersebut berisikan kegiatan kampanye Earth Hour selama satu bulan, namun didalam video
145
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal. 214
146
tersebut berisikan cuplikan dari Marketing Director WWFIndonesia dan juga kegiatan mematikan lampu selama satu jam dalam acara Earth Hour. Pada video teaser justru berisikan mengenai cuplikan kegiatan kampanye sebelum menjelang acara Earth Hour 2016 dan juga gambaran dari acara Earth Hour yang akan berlangsung. Peneliti menemukan temuan bahwa video hanya diunggah ketika acara Earth Hour akan berlangsung, setelah acara Earth Hour selesai belum ada lagi video yang diunggah pada akun youtube Earth Hour Indonesia. Gambar 4.2 : Video Teaser Earth Hour Indonesia (Sebelum Acara Earth Hour)
Sumber : Youtube Earth Hour Indonesia.
147
Gambar 4.3 : Video Highlight Earth Hour Indonesia (Setelah acara Earth Hour)
Sumber : Youtube Earth Hour Indonesia Selain publikasi berupa video, publikasi berupa foto atau gambar dilakukan oleh tim Kampanye Earth Hour. Dari pernyataan informan pada kampanye Earth Hour di tahun 2016 ini, foto yang diunggah ke sosial media berjumlah 33 foto setiap minggunya, fotofoto tersebut merupakan kegiatan dari komunitas yang berada di tiap kota. Informan mengatakan bahwa foto yang diunggah dari kegiatan komunitas tiap-tiap kota minimal 1 foto. Secara menyeluruh foto yang sudah diunggah berkisar 500 foto setelah aksi atau kegiatan dilaksanakan. Foto kegiatan yang diunggah salah satunya adalah foto kegiatan komunitas Earth Hour di beberapa kota yang sedang melakukan aksi bebas sampah di bulan februari 2016 yang
148
merupakan, aksi yang dilakukan sebelum acara Earth Hour 2016 pada bulan Maret. Peneliti mengunjungi salah satu media yang sebelumnya dikatakan paling aktif yaitu twitter Earth Hour Indonesia
(@EHIndonesia),
peneliti
menemukan
kesamaan
kegiatan pada setiap komunitas Earth Hour di berbagai kota Indonesia, yang mana pada bulan Februari, twitter Earth Hour Indonesia mengunggah kegiatan aksi bebas sampah dari beberapa kegiatan komunitas Earth Hour di kota Indonesia. “sekarang ada 33 kota yang ada komunitas Earth Hour berarti ada 33 foto yang diupload tiap minggu. Jadi minimal tiap kota 1 foto diupload,…, jadi itu setelah aksi sekitar 500 fotolah”.146 Gambar 4.4 Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Surabaya yang dilakukan sebelum Acara Earth Hour 2016 di unggah di twitter
Sumber : Twitter Earth Hour Indonesia (@EHIndonesia)
146
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 2. Hal.215
149
Gambar 4.5 Kegiatan Kampanye Bebas Sampah oleh Earth Hour Serang yang dilakukan sebelum Acara Earth Hour 2016 di unggah di twitter
Sumber : Twitter Earth Hour Indonesia(@EHIndonesia) Tidak hanya foto dan video saja yang menjadi bentuk media publikasi kampanye Earth Hour 2016, artikel pun menjadi bentuk media publikasi dalam kegiatan kampanye Earth Hour ini, dalam wawancara dengan ketua Earth Hour dan wakil ketua Earth Hour, wakil ketua Earth Hour memberikan penyataan bahwa artikel di unggah setelah 2 hari aksi dan tiap minggunya 1 artikel diunggah. Dalam temuan ini peneliti menemukan bahwa artikel yang diunggah pun dapat dibuat oleh para komunitas Earth Hour di berbagai kota : “Dan juga artikel, artikel singkat, kalian bisa bikin apa daerah mana, pasca setelah aksi 2 hari lah setelah aksi artikel
150
dapat diunggah, periode 1 minggu 1 artikel yang diunggah”.147 Gambar 4.6 Recent Post Artikel yang diunggah di Website Earth Hour Indonesia
Sumber : Website Earth Hour Indonesia (http://earthhour.wwf.or.id/) Dari keseluruhan bentuk media publikasi yang telah di unggah di media sosial oleh tim Kampanye Earth Hour, peneliti melihat bahwa untuk fokus pada media publikasi sudah cukup baik, melihat banyaknya foto yang diunggah berupa kegiatan dan juga adanya dengan video beserta artikel. Namun untuk video tim kampanye Earth Hour Indonesia dalam akun youtube tidak terlalu aktif, dilihat dari unggahan video yang hanya di unggah pada saat sebelum acara Earth Hour dan juga sesudah acara Earth Hour.
147
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal. 215
151
Secara keseluruhan pemanfaatan media sosial untuk menjaring individu menurut peneliti sudah cukup membuat target sasaran terkena pesan yang disampaikan melalui foto, video dan juga artikel. Akan tetapi tidak hanya cukup dengan menggunakan media sosial saja, karena tidak semua target sasaran memiliki media sosial tersebut. Dalam wawancara peneliti hanya menemukan sedikit media yang digunakan oleh tim kampanye dalam berkampanye offline atau tanpa menggunakan media sosial. Sedangkan informan mengatakan sebelumnya bahwa kegiatan kampanye Earth Hour tidak hanya bisa mengandalkan media sosial saja namun aksi atau kegiatan offline yang tentunya menggunakan media kampanye yang dicetak, untuk mengajak target sasaran.
Informan memberikan
pernyataan bahwa tiap minggu ada aksi serentak dengan misi yang berbeda dengan menggunakan gambar, flyer, foto-foto yang dicetak : “seperti saya bilang, bahwa kita tiap minggu ada aksi serentak dengan misi yang berbeda-beda dengan gambar, flyer, dan foto yang dicetak sebagai publikasi”.148
Dari informasi yang didapatkan oleh peneliti melalui wawancara dan juga hasil pengamatan dari media sosial yang di miliki oleh Earth Hour Indonesia, peneliti membuat tabel jumlah
148
Lampiran 4. Hasil Wawnacara Key Informant 2. Hal. 217
152
bentuk media kampanye yang disebarluaskan melalui media sosial, sebagai berikut : Tabel 4.3 Jumlah Bentuk Media Kampanye yang dipublikasi Jumlah publikasi Foto, Video dan Artikel dalam Kampanye Earth Hour 2016 Twitter
Facebook
Instagram
Youtube
Website
500
Foto
2
Video
58
Artikel
Sumber : Wawancara dan penemuan dari Media sosial Earth Hour Indonesia. Pada langkah ketiga, menentukan berapa banyak target sasaran yang menerima pesan kampanye. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan, informan menyatakan bahwa tolak ukur untuk melihat target yang terkena pesan dengan melihat di sosial media yang mereka miliki : “melihat dari sosial media tolak ukur untuk melihat target sasaran. Misalnya gini tahun ini kita ukur keyword sekian, like sekian, interest sekian, not interest sekian,
153
komen negatif sekian, komen positif sekian. Kita ukur, kita hitung, kita koreksi, tetapi kita Tarik kesimpulan”.149 Dengan hal ini apa yang disampaikan oleh informan selaras dengan data yang peneliti dapatkan. Dalam penelitian ini peneliti menemukan data mengenai target sasaran yang terkena pesan melalui salah satu sosial media yaitu twitter. Dari data yang didapatkan oleh peneliti bahwa, cuitan Earth Hour yang menggunakan Bahasa inggris sebanyak 130.881 twitt dan yang menggunakan Bahasa Indonesia sebanyak 54.410 twitt. Jumlah total kontribusi netizen Indonesia pada Earth Hour 2016 sebanyak 29,36%. Sifat dari pesan yang disampaikan oleh netizen kepada twitter Earth Hour Indonesia (@EHIndonesia) selama bulan maret 2016, pesan yang besifat netral sebanyak 82,3%, pesan yang bersifat negatif sebanyak 8,7% dan pesan yang bersifat positif sebanyak 9,0%. Sedangkan pesan yang disampaikan oleh netizen kepada twitter Earth Hour Indonesia pada tanggal 19 Maret 2016, pesan yang bersifat netral sebanyak 7,4%, pesan yang bersifat negatif sebanyak 15,1 % dan yang bersifat positif 10,2 %150. Peneliti melihat bahwa target sasaran yang merupakan pengguna media sosial khususnya twitter, sudah sadar dengan apa
149 150
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal. 216
Dokumen Pribadi WWF-Indonesia.2016. Earth Hour Media Sosial.Jakarta. Hal.2
154
yang dikampanyekan oleh tim kampanye Earth Hour Indonesia. Pada awalnya presntase pesan netral lebih banyak dibandingkan dengan respon pesan negatif dan positif, namun terjadinya perubahan ketika acara Earth Hour tanggal 19 Maret 2016. Hal ini menunjuk target sasaran mengerti dengan apa yang disampaikan oleh tim kampanye Earth Hour Indonesia di twitter. Dengan melihat presentase yang berubah drastis tersebut, dapat terlihat bahwa target sasaran memiliki ketertarikan dengan apa yang disampaikan oleh tim kampanye, sehingga mulai timbul ketertarikan dengan memberikan pesan-pesan yang ditujukan kepada twitter Earth Hour Indonesia. Diagram 4.1 Presentase Pesan yang disampaikan Target Sasaran pada Twitter
Sumber : Dokumentasi Earth Hour Indonesia
155
Peneliti pun mendapatkan data dokumen yang diberikan oleh informan secara demografi usia dan jenis kelamin dimana pada periode 01-20 Maret 2016 sebanyak
58% laki-laki yang
memberikan respon terhadap pesan yang disampaikan dan sisanya sebesar 42% perempuan yang merespon pesan yang disampaikan oleh twitter Earth Hour Indonesia. Secara demografi usia sebanyak 57,5% untuk usia 26 tahun-35 tahun, 22,4% untuk usia 18 tahun- 25 tahun, 16,1 % untuk usia diatas 35 tahun dan 3,60% untuk usia dibawah 18 tahun151. Khusus pada acara Earth Hour pada 19 Maret 2016 terdapat 60,8% usia 26 tahun-35 tahun, 23,4% usia 18 tahun25 tahun, usia diatas 35 tahun sebanyak 13,1% dan usia dibawah 18 tahun 2,7%.
Dari temuan tersebut terlihat bahwa pesan yang disampaikan melalui media sosial khususnya twitter ini lebih dipahami oleh target yang berusia 26 tahun-35 tahun, dan pada usia kurang dari 18 tahun terlihat peningkatan pasca acara Earth Hour. Peneliti melihat bahwa pada usia dibawah 18 tahun lebih respon terhadap acara Earth Hour dibandingkan dengan isi pesan yang disampaikan. Pesan yang disampaikan oleh tim kampanye Earth Hour menurut peneliti seharusnya sudah dapat dipahami oleh usia 18-25 tahun maupun usia dibawah 18 tahun. Respon terhadap pesan pun lebih banyak laki-laki
Dokumen Pribadi WWF-Indonesia.2016. Earth Hour Media Sosial.Jakarta. Hal. 5
151
156
dibandingkan dengan perempuan, hal ini dapat dimungkinkan bahwa follower yang mengikuti akun twitter Earth Hour Indonesia lebih banyak laki-laki dibandingkan dengan perempuan. dikarenakan ada sosial media lain yang digunakan. Secara keseluruhan penggunaan media sosial twitter dapat menuju kepada target sasaran. Namun masih ada keterbatasan target sasaran. Dengan beberapa faktor seperti tidak semua target sasaran aktif
menggunakan
dan
memiliki
akun
twitter
membuat,
penyampaian pesan tidak berjalan sesuai dengan target yang diharapkan. Dalam hal ini peneliti tidak memperoleh data mengenai pencapaian target sasaran dalam kampanye Earth Hour secara offline. Peneliti pun menemukan bahwa, tim kampanye Earth Hour tidak memiliki data target yang terkena sasaran melalui kampanye yang dilakukan secara offline, sehingga tim kampanye Earth Hour Indonesia, menjadikan twitter sebagai tolak ukur untuk melihat target sasaran yang terkena pesan yang disampaikan.
157
Diagram 4.2 Demografi Jenis Kelamin yang Merespon Isu Earth Hour 2016
Sumber : Data Dokumentasi Earth Hour Indonesia.
Diagram 4.3 Demografi Usia yang Merespon Isu Earth Hour 2016 Bulan Maret
Sumber : Data Dokumentasi Earth Hour Indonesia
158
4.2.3 Ketercapaian program “Kampanye Earth Hour” WWFIndonesia pada tahap proses Impact. Tahapan impact merupakan tahapan dimana hasil tahapan preparation dan implementation mendapatkan dampak hasil dari proses dan penerapan dari sebuah kegiatan. Seperti yang dikatakan oleh Cutlip dan Broom , tahapan impact ini merupakan pengukuran dampak yang mencatat seberapa jauh hasil dari tujuan program tersebut tercapai. Mengevaluasi tahap impact dari sebuah program, berarti mengevaluasi tujuan besar dari program itu sendiri apakah tercapai atau tidak. Khususnya Program kampanye Earth Hour 2016 WWF-Indonesia, yang memiliki tujuan yang membutuhkan jangka waktu yang lama untuk dapat tercapainya tujuan yang telah disepakati. Untuk mengevaluasi tahapan impact atau dampak yang dihasilkan dari program kampanye Earth Hour 2016 ini, sesuai dengan model audit komunikasi Linking a Public Relation Planning Model with an Evaluation Model menawarkan beberapa teknik yang dapat digunakan salah satunya teknik wawancara, peneliti memilih komunitas Earth Hour Serang dan Tangerang sebagai narasumber, untuk dapat mengerti bagaimana penilaian atas perubahan perilaku dan pengetahuan dari masyarakat setelah dilaksanakannya
program-program
kampanye
Earth
Hour
tersebut
dijalankan oleh komunitas Earth Hour. Sejalan dengan tujuan program kampanye Earth Hour 2016 yang memiliki tujuan mengajak, mengedukasi dan menjaring individu untuk
159
berkomitmen terhadap penghematan energi dengan cara mematikan lampu dengan menggunakan satu jari ini dapat terlihat pencapaiannya. Tujuan tersebut tentunya membutuhkan jangka waktu yang panjang untuk dapat melihat dampak yang dihasilkan dari program kampanye Earth Hour tersebut di masyarakat. Tujuan program ini menyangkut perubahan sikap dan pengetahuan masayarakat Indonesia ke arah yang diharapkan dari pihak organisasi yang berfokus pada lingkungan khususnya penghematan energi. Dalam penelitian pada bagian tahapan impact ini , peneliti melihat perubahan perilaku dan pengetahuan masyarakat melalui komunitas Earth Hour Serang dan Tangerang yang terjun langsung dalam berkampanye mengenai penghematan energi. Program Kampanye Earth Hour ini memiliki tujuan yang diharapkan dapat dirasakan tidak hanya organisasi melainkan seluruh lapisan masyarakat di Indonesia dan pihak lainnya seperti PLN. Dalam hal ini, peneliti melihat bahwa tujuan Kampanye Earth Hour 2016 untuk mengajak, menjaring dan mengedukasi masyarakat untuk berkomitmen mematikan lampu selama satu jam dijadikan gaya hidup belum cukup berhasil, karena masih ada masyarakat yang belum sadar terhadap bijak dalam penggunaan energi listrik, bahkan masih ada masyarakat belum memahami mengenai makna dari aksi mematikan lampu tersebut. Sehingga masih memerlukan edukasi mengenai bijak dalam menggunakan energi listrik, khususnya maksud dari aksi mematikan lampu yang diciptakan oleh tim kampanye Earth Hour. Hal ini didukung dengan pernyataan dari informan pendukung ke-1 yang menyatakan bahwa :
160
“Masyarakat Tangerang mengenai kesadaran lingkungan ini, khususnya dalam penghematan energi yah, hmmm ini nih yang, yang gampang-gampang susah di jawab. Sebenarnya ada beberapa orang-orang, hmmm, sadar dengan penghematan energi dan mereka kaya care dengan lingkungan kaya yaudahlah gue buang sampah di tempat sampah sendiri, gitu kan, yaudah sampah ini gue keep sendiri, yaudah gue matiin lampu nih udah terang juga, atau simplenya sih yaudah gue cabut casan yang ga dipakai. Yang kedua ada orang ahh yaudahlah nanti ada yang bersihin, yaudahlah matiin lampunya nanti aja mager. Jadi kaya menggampangkan orang yang nantinya bakal ada yang melakukan hal-hal tersebut “.152 Sejalan dengan informan pendukung ke-2 yang menyatakan bahwa masyarakat serang pun belum begitu sadar terhadap penghematan energi listrik. “Masyarakat disini khususnya di Kota Serang memang belum terlalu paham dan sadar terhadap bijak dalam penggunaan energi, namun sedikit demi sedikit dari ajakan kecil dan seruan dari teman ke teman lainnya, kesadaran itu mulai meningkat.”.153 Sama dengan pernayataan dari informan pendukung ke-3 yang menyatakan bahwa kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi listrik masih kurang. “Hmmm, mungkin Earth Hour Serang harus lebih giat lagi untuk berkampanye tentang bijak dalam penggunaan energi listrik, soalnya hmmm, belum mencapai harapan. Jadi, mungkin ada yang sudah, sudah berperilaku bijak dan ramah lingkungan , cuman masih ada beberapa yang masih acuh tak acuh dengan lingkungan , itu tentang lingkungan”.154 Dari hasil wawancara dengan informan, mengenai kesadaran masyarakat, informan menyatakan bahwa tingkat kesadaran sudah jauh
152
Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 1. Hal.238
153
Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 2. Hal.233 Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 3. Hal.243
154
161
lebih baik dari sebelumnya hanya saja tindakan atau aksi yang dilakukan masih kurang. “tingkat kesadaran udah lebih baik, tapi aksinya yang masih kurang. Orang tau apa yang kemudian mesti dilakukan, akibatnya apa jika membuang sampah sembarangan tapi kadang masih belum melakukan apa-apa…”.155 Peneliti melihat antusias masyarakat terhadap kampanye Earth Hour cukup tinggi. Terlihat dari pesan-pesan yang disampaikan oleh pengguna media sosial twitter kepada akun Earth Hour Indonesia. Isi pesan tersebut ada yang mengandung pesan yang bersifat positif dan ada pula yang negatif. Dari data yang peneliti temukan saat penelitian, ada pengguna sosial media yang mendukung program kampanye Earth Hour dan ada pula yang tidak mendukung program kampanye Earth Hour, dengan pernyaataan bahwa kegiatan tersebut hanya sekedar mematikan lampu yang sebenarnya mereka sudah merasakan dengan pemadaman listrik yang PLN lakukan, sehingga mereka merasa bahwa kampanye Earth Hour tidak diperlukan. Peneliti melihat bahwa dalam program kampanye Earth Hour esensi dari aksi mematikan lampu selama satu jam dengan menggunakan satu jari belum berjalan maksimal, karena belum semua masyarakat memahami maksud dari aksi tersebut. Berikut pesan-pesan yang menunjukan antusias masyarakat terhadap program Kampanye Earth Hour.
155
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1. Hal.217
162
Gambar 4.7 Pesan-pesan yang Dikrimkan Pengguna Twitter Kepada Akun Earth Hour Indonesia
Sumber : Dokumentasi Earth Hour Indonesia
163
Gambar 4.8 Karakter Pesan-pesan yang Dikrimkan Pengguna Twitter Kepada Akun Earth Hour Indonesia
164
Sumber : Dokumentasi Earth Hour Indonesia Melihat perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat, peneliti melihat belum semua perubahan perilaku terjadi di masyarakat. Secara garis besar tujuan dari Kampanye yang mengajak, menjaring, hingga mengedukasi untuk dapat berkomitmen, belum tercapai. Hal ini dikarenakan, masih ada masyarakat yang tidak peduli terhadap lingkungannya. Melihat perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat, peneliti melihat belum semua perubahan perilaku terjadi di masyarakat. Informan ke-1 yang mengatakan : “Untuk yang mematikan lampu, masyarakat sih paham mengenai hal tersebut cuma belum diterapin di kehidupan sehari-hari yah masih ada aja sih yang belum melakukan tidakan mematikan lampu yang tidak terpakai, masa ada aja yang boros dalam menggunakan energi listrik ini“.156 156
Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 1. Hal. 230
165
Informan pendukung ke-3 pun merasakan bahwa masyarakat belum semua melakukan perubahan perilaku, atau paham mengenai aksi mematikan lampu tersebut informan pendukung ke-3 mengatakan bahwa : “Masih ada yang belum memahami maksud dan tujuan mematikan lampu tersebut. Masih ada yang menyamakannya dengan pemadaman listrik. Padahal bukan itu maksud dari mematikan lampu selama satu jam.”.157 Informan pendukung ke-2 pun turut mengatakan bahwa dalam mengubah perilaku masyarkat untuk peduli terhadap lingkungan masih menjadi salah satu target yang masih diupayakan. “Belum semuanya paham mengenai aksi mematikan lampu, namun ada sebagian masyarakat yang memahami aksi tersebut. namun belum semua untuk di Serang. Kami masih mengupayakan untuk menyadarkan.”.158 Secara keseluruhan, Dilihat garis besar tujuan yang ingin dicapai oleh Kampanye Earth Hour 2016 mengajak, menjaring dan mengedukasi masyarakat untuk berkomitmen terhadap aksi mematikan lampu selama satu jam sebagai gaya hidup ramah lingkungan belum tercapai. Masyarakat belum semuanya sadar terhadap bijak energi listrik, namun ada masyarakat yang sudah mengetahui, apa yang sudah dikampanyekan oleh Earth Hour mengenai hemat energi. Hanya saja untuk perubahan perilaku belum terlihat dari tindakan yang dilakukan oleh masyarakat dalam bijak penggunaan energi listrik, seperti mematikan lampu yang tidak terpakai . Disamping itu, masih ada masyarakat yang belum memahami makna dibalik aksi mematikan lampu selama satu jam tersebut, masih banyak
157 158
Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 3. Hal. 243 Lampiran 4. Hasil Wawancara Informan Pendukung 2. Hal. 219
166
masyarakat yang salah paham terhadap aksi tersebut. Sehingga belum terciptanya sebuah komitmen yang diharapkan oleh program Kampanye Earth Hour 2016. 4.3 Pembahasan Dalam pembahasan ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian mengenai bagaimana hasil audit komunikasi program Kampanye Earth Hour 2016 World Wildlife Fund for Nature Indonesia, dengan mengacu pada rumusan masalah dan fokus penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada saat ini, dampak dari kerusakan lingkungan khususnya dalam penggunaan energi listrik mulai dirasakan di seluruh Negara lainnya, termasuk negara Indonesia, yang pada saat ini mengalami krisis energi. Pengolahan energi yang membutuhkan bahan bakar sumber daya yang tidak dapat diperbarui membuat penggunaan energi haruslah secara bijak. Pemerintah tentunya berusaha untuk mencari jalan keluar agar sumber daya alam untuk pengolahan energi tetap ada, sehingga masyarakat tetap bisa merasakan energi yang dihasilkan tersebut. tidak hanya pemerintah saja yang berupaya dalam permasalahan ini. Untuk itu, Organisasi nirlaba WWF-Indonesia pun memiliki upaya melalui program kampanye Earth Hour, yang mengajak, menjaring, dan mengedukasi individu untuk berkomitmen hemat energi dengan aksi mematikan lampu selama satu jam. Kampanye tersebut sudah berjalan di Indonesia sejak tahun 2009. Program kampanye ini, dibutuhkan suatu usaha yang besar agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan oleh pihak organisasi. Tentunya disaat program kampanye tersebut berjalan dalam kurun waktu sekitar 7 tahun, banyak hal-hal yang ditemui
167
oleh pihak WWF- Indonesia sebagai bentuk pelajaran, yang nantinya digunakan sebagai acuan perbaikan yang lebih baik untuk melanjutkan program-program kampanye mengenai lingkungan. Program kampanye Earth Hour 2016 ini, merupakan program kampanye yang berorientasi pada perubahan sosial, yang mana hal yang melatarbelakangi program kampanye ini adalah permasalahan mengenai penggunaan energi yang berlebihan, khususnya di Pulau Jawa dan Bali. Program kampanye Earth Hour memiliki tujuan terkait dengan perubahan sikap dan perilaku target sasaran, agar dapat berkomitmen dalam mematikan lampu selama satu jam dengan menggunakan satu jari sebagai aksi bijak dalam penggunaan energi. sehingga kampanye Earth Hour ini masuk ke dalam jenis kampanye Ideologically, or cause candidate campaigns, yang mana jenis kampanye tersebut menurut Charles U. Larson dalam buku Manajemen Kampanye kampanye jenis ideologically atau cause candidate campaign ini, jenis kampanye yang berorientasi pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan seringkali berdimensi perubahan sosial, sehingga kampanye jenis ini sebagai social change campaigns, yakni yang ditujukan untuk menangani masalahmasalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik terkait159. Peran Public Relations dalam sebuah organisasi nonprofit tentunya sangat dibutuhkan. Tentunya peran Public Relations dalam organisasi nonprofit lebih beragam yaitu mulai memberi brand organisasi agar mendapat penerimaan misinya dan melindungi reputasinya hingga memberi informasi dan motivasi konstitue
159
Antar Venus. 2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media.Bandung. hlm.6
168
organisasional utama untuk mengabdikan diri merka dan bekerja ssecara produktif dalam mendukung misi, tujuan dan sasaran organisasi160. World Wildlife Fund for Nature Indonesia merupakan yayasan yang menggunakan dananya sendiri untuk memberikan bantuan kepada agen nonprofit lainnya untuk kepentingan khususnya di bidang lingkungan. Dengan status yayasan, WWF-Indonesia memiliki struktur organisasi sendiri, kemandirian dan fleksibilitas dalam menggalang dana dan mengembangkan program161. Sumber dana WWF Indonesia berasal dari crowdsourcing dan crowfunding yang merupakan strategi yang dibuat oleh Public Relations WWF Indonesia. Dalam hal ini WWF Indonesia menggunakan Public Relations untuk menarik para donator untuk mau mendonasikan dana kepada WWF Indonesia. Peran Public Relations WWF Indonesia, menjadi kemitraan yang strategis yang menghubungkan organisasi WWF Indonesia dengan perusahaan-perusahaan pendonor dan juga media berita untuk memperkuat reputasi organisasi nonprofit dan mempromosikan program yang telah dijalankan oleh organisasi nonprofit tersebut 162. Fungsi Public Relations dalam organisasi WWF Indonesia mewujudkan kegiatan kampanye Earth Hour dengan membentuk strategi yang menarik para donatur atau pun volunteer untuk bergabung dalam program kampanye terssebut. Dalam hal ini menurut Rex F. Harlow fungsi Public Relations dibagi menjadi dua yaitu method of Communication dan State Being, PR WWF Indonesia menjalankan fungsi sebagai
Scott M. Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006. Effective Public Relations. Prenada Media Group. Jakarta.hlm 507 161 Earth Hour Indonesia. 2016. Frequently Asked Questionly. http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/ . Diakses pada 23 November 2016, pukul 09:27 WIB 162 Ibid.,hlm.509 160
169
state of being, yaitu perwujudan kegiatan komunikasi yang “dilembagakan” ke dalam bentuk biro, bagian divisi atau seksi dalam sistem manajemen public relations yang mempunyai pemimpin163. Posisi Public Relations di WWF Indonesia berada kedalam divisi Communication and advocacy, yang mana Public Relations dibawah naungan Directur Communication and Advocacy. Strategi Public Relations WWF Indonesia membagi dua strategi yaitu dengan menggunakan kekuatan crowfunding, hal ini merupakan pendekatan yang dilakukan oleh Public Relations WWF Indonesia untuk menarik para donatur untuk mendanai suatu proyek yang diminati, bisa dari pihak individu, pemerintah ataupun perusahaan yang ingin mendukung melalui dana, sedangkan crowsourcing merupakan kekuatan pada individu-individu tidak ada batasan bagi semua individu untuk turut terlibat langsung dalam melakukan aksi pada program yang telah dibuat oleh WWF-Indonesia. Dari strategi yang dibuat oleh PR WWF Indonesia, peran dari lain PR adalah dengan merekrut sukarelawan, dalam pengrekrutan dibantu oleh Koordinator Earth Hour Indonesia beserta wakilnya. Namun pada saat ini Public Relations WWf Indonesia berada pada fungsi, Public Relations sebagai Method of Communication, yang mana setiap anggota organisasi WWF Indonesia dituntut untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi kehumasan, karena pada saat ini tugas public relations dijalankan oleh tim media sosial, posisi yang kosong membuat tugas public relations di jalankan oleh anggota organisasi lain yang berada pada bagian media sosial. 163
Firsan Nova. 2009. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisi Perusahaan. PT. Grasindo. Jakarta. hlm.46
170
Dalam program kampanye ini, tentunya pihak dari WWF-Indonesia menginginkan program kampanye Earth Hour dapat menciptakan suatu dampak hasil dari kegiatan yang telah dijalankan. Dalam hal ini WWF-Indonesia membuat program kampanye Earth Hour mengajak, menjaring dan mengedukasi target sasaran untuk bijak dalam penggunaan energi. Pada prinsipnya sebuah kampanye yang dijalankan merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu kelompok yang dilakukan secara terlembaga yang bertujuan mengajak, membujuk dan mempengaruhi khalayak untuk menciptakan suatu efek atau dampak tertentu164. Organisasi nirlaba WWF- Indonesia sebagai kelompok yang terlembaga membuat kampanye Earth Hour dengan tujuan mengajak, menjaring serta mengedukasi target sasaran untuk dapat berkomitmen dalam mematikan lampu selama satu jam sebagai aksi bijak dalam penggunaan energi, dampak tersebutlah yang saat ini masih menjadi tujuan dari pelaksaan program kampanye Earth Hour. Untuk mendapatkan sebuah feedback dari khalayak yang menjadi sasaran dari sebuah kampanye, dibutuhkan tindakan terus menerus165. Program kampanye Earth Hour telah berjalan selama kurang lebih delapan tahun dalam mengkampanyekan bijak dalam penggunaan energi dengan melakukan aksi mematikan lampu selama satu jam menggunakan satu jari. Kampanye tersebut telah dilakukan selama delapan tahun berturut-turut, namun pada kenyataannya apa yang telah dikampanyekan oleh
Rosady Ruslan.2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. RajaGrafindo Persada. Jakarta.hlm. 23 165 Ibid.,.hlm. 7 164
171
WWF-Indonesia secara terus menerus belum terlihat dampak atau feedback dari target sasaran, masih banyak target sasaran yang belum memahami apa yang dikampanyekan oleh WWF-Indonesia melalui program kampanye Earth Hour. Program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia dalam berkampanye memanfaatkan media sosial dalam menarik minat atau perhatian target sasaran dengan mengunggah foto-foto kegiatan serta video pada akun sosial media yang dimiliki oleh WWF-Indonesia. Selain itu isi pesan yang disampaikan tim kampanye Earth Hour pada media sosial untuk menarik minat dan perhatian target sasaran dengan mengaitkan peristiwa yang terjadi atau yang tengah ramai dibicarakan ke dalam isi pesan yang disampaikan dan juga tim kampanye Earth Hour dalam menyampaikan pesan tersebut disertai dengan gambar-gambar desain maupun foto ataupun cuplikan video agar pesan kampanye yang disampaikan dapat menarik perhatian target sasaran. Untuk berhasilnya suatu persuasi dalam berkampanye melalui berbagai teknik agar dalam penyampaian pesan (message) kepada audiensinya cukup efektif166. Menurut Carl. l. Hovland dalam buku Dedy Mulyana yang berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengatakan bahwa “ komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan untuk mengubah perilaku orang lain (Komunikan)167. Dari penjelasan komunikasi menurut Carl. l. Hovland dikatakan berhasil jika komunikator dapat mengubah perilaku orang lain melalui pesan yang disampaikan. Dalam penyampaian tersebut,
166
Ibid., hlm 71 Mulyana Dedi. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.hlm. 62 167
172
tentunya terdapat hambatan-hambatan yang bisa membuat tujuan dari komunikasi tidak tercapai. Untuk mengetahui hambatan ataupun hal-hal yang menghalangi tercapainya tujuan tersebut, maka diperlukannya audit komunikasi, untuk menentukan lokasi di mana kelebihan muatan ataupun kekurangan muatan terjadi berkaitan dengan topik-topik, sumber-sumber, dan saluran-saluran komunikasi tertentu168. Untuk melihat hal-hal yang menghambat dan kelebihan ataupun kekurangan muatan yang terjadi pada kampanye Earth Hour ini, dibantu dengan model audit komunikasi Linking a Public Relations Planning Model with an Evaluation Model, dikatakan bahwa dalam melakukan audit komunikasi atau evaluasi kehumasan memiliki empat tahap169. Tahap pertama dan kedua disebut dengan tahapan preparation. Tahapan ketiga disebut dengan implementation dan tahapan keempat disebut dengan impact. 4.3.1
Evaluasi Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour 2016 WWF-Indonesia pada Proses Preparation. Program kampanye Earth Hour merupakan kampanye yang dimiliki
oleh salah satu organisasi nirlaba yaitu WWF-Indonesia. Hal yang melatarbelakangi program ini adalah perubahan iklim yang terjadi sebagai permasalahan lingkungan yang dialami oleh seluruh negara di Dunia, salah satunya di Indonesia. Permasalahan tersebut akhirnya membuat tim
168
Andre Hardjana. 2000. Audit Komunikasi. PT.Grasindo.Jakarta.hlm.16-17 Jim R. Macnamara. 2002.Gold Paper No.11.PR Metrics-Research for Planning & evaluation of PR & Corporate Communications.IPRA.Switzerland.hlm.15 169
173
kampanye Earth Hour memiliki aksi mematikan lampu selama satu jam dengan menggunakan satu jari. Pada prinsipnya sebuah kampanye merupakan suatu kegiatan komunikasi yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu kelompok yang dilakukan secara terlembaga yang bertujuan untuk mengajak, membujuk dan mempengaruhi khalayak untuk menciptakan suatu efek dan dampak tertentu170. Pada tahapan persiapan ini, tim kampanye Earth Hour memiliki tujuan yang telah disepakati yaitu mengajak, menjaring, dan mengedukasi individu, rumah tangga, pemerintah, dan korporasi untuk berkomitmen mematikan lampu selama satu jam dan bijak dalam penggunaan energi hingga bertujuan terbentuknya kegiatan komunitas hijau di masyarakat. Target yang menjadi sasaran pada program kampanye Earth Hour ini adalah seluruh lapisan masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang dewasa. Pada tema kampanye Earth Hour 2016 ini tema secara global “Change Climate Change and Shine a Light on Climate Action”, dengan sub tema yang di ambil di Indonesia “Hijaukan Hutan dan Birukan Laut”. Untuk mencapai keberhasilan dalam melaksanakan kegiatan kampanye Public Relations dibutuhkan langkah-langkah persiapan. Langkah-langkah yang sudah dipersiapkan oleh tim kampanye Earth Hour sesuai dengan langkah-langkah menurut Rosadi Ruslan171 : 1. Tentukan tujuan yang hendak dicapai 170
Rosady Ruslan.2005.Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. RajaGRafindo Persada. Jakarta. hlm.23 171 Ibid., hlm.80-81
174
Pada tahapan ini, setiap program tentunya harus memiliki tujuan yang hendak dicapai pada suatu program. Dari hasil wawancara dan data yang dimiliki merumuskan tujuan dari program kampanye Earth Hour. Tujuan yang hendak dicapai oleh program kampanye Earth Hour ini adalah menjaring
sebanyak
banyaknya
individu,
rumah
tangga,
dan
pemerintahan untuk ikut mematikan lampu sebagai simbol kontribusi mereka terhadap perubahan iklim, menjaring partisipasi korporasi untuk mengkomunikasikan Earth Hour, baik staf maupun jejaring eksternal untuk berkomitmen mematikan lampunya dan melakukan perubahan kebijakan dalam penggunaan energi, dan terbentuknya komunitas hijau masyarakat diberbagai kota di Indonesia. Dari tujuan-tujuan yang telah disepakati, dalam kampanye Earth Hour untuk tujuan pertama belum bisa dikatakan tercapai tujuannya karena masih banyak individu-individu yang belum berkomitmen dalam mematikan lampu. Namun untuk tujuan kedua dan ketiga, sudah tercapai pada saat ini kampanye Earth Hour sudah banyak didukung oleh korporasi-korporasi dan juga pemerintahan yang berada di berbagai kota. Pada saat ini, banyak komunitas Earth Hour yang sudah berada di kota-kota di Indonesia. 2. Tentukan Sasaran Kampanye Program kampanye Earth Hour ini, memilih target sasarannya seluruh masyarakat di Indonesia. Dalam wawancara yang dilakukan dipilihkan target sasaran tersebut, karena kampanye yang mereka lakukan, mematikan lampu dengan menggunakan satu jari dapat dilakukan oleh
175
seluruh kalangan. Sehingga target sasarannya seluruh kalangan masyarakat mulai dari anak-anaka hingga usia lanjut. 3. Tentukan Ruang Lingkup Kampanye (lokal, regional atau nasional). Ruang lingkup dari kampanye Earth Hour ini adalah secara nasional. Kampanye Earth Hour ini awalnya berfokus pada Jawa –Bali karena penggunaan energi listrik terbanyak terdapat di Jawa –Bali. Namun dengan berkembangnya komunitas Earth Hour di berbagai kota di Indonesia sehingga kampanye Earth Hour memperluas kampanye ke ruang lingkup Nasional. 4. Tentukan Jangka Waktunya ( life of cycle). Pada program kampanye Earth Hour ini, tidak ada penentuan jangka waktu yang dilakukan oleh WWF-Indonesia. Program kampanye Earth Hour ini akan terus berjalan dalam mengkampanyekan isu lingkungan. Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan, kampanye ini sudah berjalan dari tahun 2009 di Jakarta hingga tahun 2016 pun kampanye tersebut masih berjalan. 5. Tentukan Publik Sasarannya (pemerintah, swasta, masyarakat, customer atau konsumen lainnya). Publik sasaran yang dibidik oleh kampanye Earth Hour ini, adalah seluruh publik mulai dari pemerintah hingga konsumen. Pada saat ini menurut data yang peneliti dapatkan kampanye Earth Hour sudah memiliki dukungan dari 50 pemimpin kota/kabupaten/provinsi. Untuk pihak swasta pun kampanye Earth Hour ini sudah memiliki relasi yang
176
mendukung gerakan tersebut. Untuk menjaring publik masyarakat, konsumen dan korporasi pihak WWF-Indonesia, memiliki wadah atau tempat untuk publiknya ikut berpartisipasi dengan crowfunding dan crowsourcing. 6. Tentukan Tema, Topik, Isu tersebut. Dalam penentuan tema, topik dan isu pada program kampanye Earth Hour dari hasil wawancara peneliti, tim kampanye Earth Hour melibatkan komunitas Earth Hour di berbagai kota di Indonesia. Dalam penentuan topik dan isu tim kampanye Earth Hour mengundang ketuaketua komunitas Earth Hour di berbagai kota untuk ikut dalam kegiatan Kumbang (Kumpul Belajar Bareng). Namun untuk tema kampanye Earth Hour mengikuti Earth Hour secara global, pada tahun 2016 ini tema untuk kampanye Earth Hour “ Change Climate Change and a shine a light on climate action”. Menyesuaikan tema dari global dan isu yang terjadi di Indonesia maka tim kampanye Earth Hour Indonesia memilih tema “ Hijaukan Hutan, Birukan Laut”. Dalam menentukan isu, pihak tim kampanye membagi-bagi sesuai dengan isu yang dimiliki oleh tiap kota. Sehingga peneliti melihat dalam program kampanye Earth Hour ini terlalu banyak isu yang diangkat, sehingga tujuan yang telah ditetapkan belum dapat tercapai sesuai dengan harapan. Melihat pada saat ini masih banyak masyarakat yang belum memahami makna dari 60+, membuat kampanye Earth Hour ini belum dapat mencapai tujuan untuk mengajak individu berkomitmen mematikan lampu
177
dengan menggunakan satu jari. Sehingga melihat kampanye Earth Hour ini kehilangan fokus dalam mencapai tujuan. 7. Tentukan Efek yang diinginkan dalam suatu kampanye Melihat dari tujuan yang telah ditetapkan dalam kampanye Earth Hour, tentunya kegiatan ini mengharapkan efek yang diinginkan. Efek yang diinginkan dari kegiatan ini sesuai dengan tujuan kampanye tersebut adalah seluruh lapisan masyarakat, pemerintah, korporasi dapat berkomitmen mematikan lampu. Selain itu juga dapat bergaya hidup ramah lingkungan. 8. Tentukan Fasilitas, Perlengkapan atau Sarana yang akan menunjang suatu kampanye. Dalam kampanye Earth Hour ini, tim kampanye memiliki fasilitas yang mendukung kegiatan tersebut.
tim kampanye Earth Hour telah
menyiapkan media kampanye secara online dan juga offline. Untuk secara online tim kampanye Earth Hour memiliki media sosial seperti twitter, Facebook, youtube dan Instagram. Dari hasil wawancara tim kampanye Earth Hour telah membagikan fungsi dari masing-masing media sosial tersebut. Untuk mengunggah foto dan sedikit keterangan tim kampanye menggunakan twitter, untuk mengunggah artikel, press release menggunakan Facebook, untuk video menggunakan youtube dan juga untuk foto-foto kegiatan menggunakan Instagram. Sedangkan untuk media kampanye offline tim kampanye Earth Hour memiliki atribut-atribut seperti aksesoris berupa kostum-kostum untuk menarik
178
perhatian masyarakat. Selain itu banyak atribut-atribut lain yang digunakan. 9. Pembentukan team work (tim kerja) yang solid dan profesional. Dalam kampanye Earth Hour, tim kampanye Earth Hour terdiri dari Director Communication and Advocacy, Ketua dan wakil ketua Earth Hour Indonesia, Manager Campaign, Public Relations dan Tim media sosial. Pembentukan tim tersebut peneliti melihat sesuai dengan kebutuhan dari kampanye Earth Hour. Untuk Ketua dan wakil Earth Hour Indonesia berkoordinasi dengan komunitas-komunitas Earth Hour yang berada diberbagai kota di Indonesia, untuk Director communication and advocacy, mengurusi bagian-bagian advokasi dengan pihak eksternal seperti pemerintah, Public Relations, yang membantu dalam pembuatan press release, artikel dalam setiap kegiatan, manager campaign yang mengurusi jalannya sebuah kampanye dan tim media sosial yang mengurusi sosial media dari Earth Hour. Keseluruhannya adalah tugas-tugas pokok secara garis besarnya. Peneliti melihat dalam tim kampanye Earth Hour sudah memiliki tim kerja yang baik untuk menjalankan program kampanye Earth Hour. Tidak terlalu banyak divisi didalamnya namun dapat memenuhi dam memadai untuk berjalannya program kampanye Earth Hour. Dari perencanaan atau persiapan yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour sebelum melakukan kampanye sudah mengandung empat hal yaitu tindakan yang bertujuan untuk
179
menciptakan efek dan dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu dan melalui serangkaian tindakan
komunikasi
yang terorganisasi172.
Sebelum
program
kampanye Earth Hour ini dilaksanakan persiapan yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour, sudah sesuai.
4.3.2
Evaluasi Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour 2016 WWF-Indonesia pada Proses implementation. Tahapan impelementation merupakan tahapan untuk pengukuran
dari perencanaan. Proses pelaksanaan atau implementasi untuk melacak keberhasilan taktik yaitu penempatan media dan langkah lainnya sesuai dengan taktik pelaksanaan. Pada tahapan ini memiliki kriteria dan metode untuk mengevaluasi bagian komunikasi dari penerapan sebuah program. Cutlip,
Center
dan
Broom173
memiliki
langkah-langkah
dalam
mengevaluasi tahapan pelaksanaan ini, langkah pertama melihat dan mencatat jumlah pesan yang akan disampaikan, program kampanye Earth Hour ini memiliki waktu-waktu tertentu dalam mengunggah foto, video maupun artikel, foto yang diunggah minimal 1 foto dari hasil kegiatan komunitas Earth Hour kota di Indonesia, jadi minimal ada 33 foto yang di unggah ke media sosial, untuk video, video direncanakan akan diunggah
172
Antar Venus.2009. Manajemen Kampanye. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. hlm.23 Scott M. Cutlip, Allen H.Center, Glen M.Broom.2006. Effective Public Relations. Prenada Media Group. Jakarta.hlm 425-426
173
180
sebelum dan sesudah aksi serempak pada setiap bulan Maret, dan artikel yang diunggah pada website satu minggu satu artikel. Langkah selanjutnya, jumlah pesan yang ditempatkan di media, Pada program kampanye Earth Hour 2016 ini, lebih dominan menggunakan media sosial dalam menyampaikan isi pesan, tim kampanye Earth Hour telah mengunggah lebih dari 500 foto diunggah ke media sosial Facebook, twitter dan instagram, 2 video, 58 artikel di website, serta pesan yang disampaikan di media sosial twitter sebanyak 130.881 twitt dengan menggunakan bahasa inggris, dan 54.410 twitt dengan menggunakan bahasa Indonesia pada tahun 2016. Langkah terakhir berapa banyak target yang menerima pesan, target yang menerima pesan sebanyak 29,36% dilihat dari pengguna twitter. Lebih banyak laki-laki yang merespon pesan yang disampaikan oleh tim kampanye Earth Hour melalui twitter dengan usia antara 26 tahun-35 tahun. Pada bagian perencanaan program, program kampanye Earth Hour memiliki perencanaan yang sesuai, apa yang diperlukan dalam menjalankan program tersebut telah dipersiapkan dengan baik. Namun pada tahap pelaksanaan program, apa yang direncanakan oleh tim kampanye Earth Hour, tidak sesuai dengan tahap perencanaan. Banyak organisasi yang mampu menyusun strateginya dengan baik, daya-daya kreatif manajernya telah melahirkan strategi organisasi yang sangat baik, namun kenyataannya saat diimplementasikan tidak begitu halnya, strategi yang baik itu menjadi
181
sumber bencana bagi organisasi saat diimplementasikan, artinya strategi tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan174. Dalam pelaksanaan program kampanye Earth Hour ini, program yang mengangkat isu lingkungan mengenai energi, namun pada pelaksanaannya banyak sekali kegiatan yang mangangkat isu lingkungan selain mengenai energi. Hal ini membuat apa yang direncanakan menjadi tidak sesuai pada saat pelaksanaan program. Faktor-faktor lingkungan eksternal yang tidak dapat dikontrol175, seperti banyaknya isu lingkungan yang terjadi di lapangan dan menjadi permasalahan yang harus diatasi membuat kampanye Earth Hour ini tidak fokus pada perencanaan yang telah dirancangan. Lemahnya pendefinisian kegiatan-kegiatan dan tugastugas implementasi yang pokok serta lemahnya monitoring kegiatan melalui sistem176 membuat program kampanye Earth Hour ini berjalan tidak sesuai dengan perencanaan. Dalam wawancara yang dilakukan dengan informan pertama, dikatakan bahwa kampanye Earth Hour menjadi banyak isinya, maksud dari pernyataan tersebut banyaknya isu lingkungan yang berada dalam satu payung dengan Kampanye Earth Hour. Sehingga membuat kegiatan dan tugas pokok dari perencanaan menjadi bercabang sehingga tidak fokus pada isu mengenai energi, serta hal tersebut membuat
Yosal Iriantara. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Graha Indonesia. Jakarta.hlm. 36 Ibid., hlm .36 176 Ibid., hlm.36 174 175
182
monitoring kegiatan menjadi tidak terkontrol karena terlalu banyak kegiatan yang dijalankan. menjadi tidak telihat.
4.3.3 Evaluasi Ketercapaian Program Kampanye Earth Hour 2016 WWF-Indonesia pada Proses Impact. Tahapan akhir atau yang disebut dengan tahapan hasil, merupakan hasil dari program yang sudah terlaksana. Menurut Cutlip, Center dan Broom mendefinisikan dampak atau hasil, sejauh mana hasil pengukuran data dijabarkan, dalam tujuan, untuk setiap kelompok sasaran dan tujuan program secara keseluruhan yang dicapai177. Dampak tersebut berupa perubahan dari sikap dan perilaku target sasaran ke arah yang seperti diharapkan oleh organisasi nirlaba. Kegiatan dari kampanye Earth Hour¸ merupakan kampanye yang ingin menimbulkan dampak perubahan dari target sasaran agar dapat berkomitmen dengan mematikan lampu selama satu jam dan bijak dalam penggunaan energi, sehingga diperlukan teknik komunikasi persuasi dalam berkampanye agar dapat mengubah sikap, pendapat dan perilaku dari target sasaran. Teknik persuasi yang dilakukan dalam kampanye Earth Hour ini, menggunakan teknik assosiasi yang mana menyajikan isi pesan kampanye berkaitan dengan suatu peristiwa dan objek yang sedang ramai tengah
Scott M Cutlip, Allen H Center, Glen M.Broom.2006 Effective Public Relations. Prenada Media Group. Jakarta hlm. 429
177
183
dibicarakan dan penataan patung es, suatu upaya dalam menyampaikan pesan suatu kampanye sedemikan rupa sehingga enak dilihat didengar dan dibaca178. Agar kedua teknik komunikasi persuasi itu mencapai tujuan dan sasarannya maka perlu dilakukannya perencanaan
yang matang.
Perencanaan yang dilakukan berdasarkan komponen proses komunikasi yaitu, komunikator pesan, media, dan komunikan179. Komunikator tentunya mempersiapkan pesan yang akan disampaikan kepada target sasaran, tim kampanye Earth Hour sebagai komunikator menyampaikan pesan kampanye dengan mengaitkan peristiwa yang terjadi terkait isu lingkungan. Jenis pesan yang dirancang untuk mempersuasi target sasaran masuk ke dalam jenis pesan rasional yang mana pesan tersebut disusun untuk mempengaruhi akal sehat audien, sehingga informasi disampaikan perlu disertai fakta dan data yang diterima oleh logika180, untuk menarik minat dan perhatian dari target sasaran. Komunikator menentukan komunikan yang menjadi target sasaran, pada kampanye Earth Hour yang menjadi target sasaran adalah seluruh lapisan masyarakat dan pesan kampanye yang telah dibuat disalurkan melalui media sosial. Dalam menjalankan teknik persuasi, masih adanya kekurangan pada kampanye Earth Hour sehingga teknik persuasi belum berjalan maksimal dari hasil analisa wawancara dijelaskan oleh informan
Rosady Ruslan.2005.Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations.PT. Grafindo Persada. Jakarta. hlm.71-74 179 Onong Uchjana Effendi.2008.Dinamika Komunikasi.PT. Remaja Rosdakarya.Bandung.hlm.22 180 Ahmad Sihabudin dan Rahmi Winangsih.2012. Komunikasi Antarmanusia.Pustaka Getak Tular. Serang.hlm 48-49 178
184
pertama dalam wawancara bahwa informan mengatakan Martha Tilaar berkomentar mengenai kampanye Earth Hour ini fokusnya menjadi kemana-mana, sehingga kampanye energi yang menjadi fokus kampanye Earth Hour181. Pelaksanaan kampanye yang tidak fokus kepada isu energi menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian dalam menetapkan target sasaran. Tim kampanye Earth Hour membidik target sasaran yang berada di seluruh Indonesia, sedangkan kampanye Earth Hour ini merupakan isu yang mengangkat mengenai penggunaan energi, yang pada saat ini penggunaan energi yang berlebih berada di Pulau Jawa dan Bali, seperti yang dikatakan dalam F.A.Q Earth Hour kenapa fokus kampanye ini berada di Jawa- Bali, bahwa 78% konsumsi listrik di Indonesia terfokus pada pulau Jawa dan 68% berfokus pada pulau Bali182. Melihat Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman Hayati yang berbeda-beda setiap daerahnya, Mengutip dari buku Biologi Konservasi karya Indrawan M, dkk (2007), penyebab tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia diantaranya adalah wilayah Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim stabil, serta secara geografis, wilayah Indonesia dilintasi oleh dua pusat distribusi biota (tipe Oriental dan Australia)183. Selain itu juga negara Indonesia merupakan
Lampiran 4. Hasil Wawancara Key Informant 1 Hal. 217 Earth Hour Indonesia.2016. F.A.Q. http://earthhour.wwf.or.id/f-a-q/ diakses pada 10 Agustus 2016 pukul 19:42 WIB. 183 Kompas.2014.Keanekaragaman Satwa dan Kelestarian Keanekaragaman Hayati Indonesia. http://www.kompasiana.com/dicky_wibowo/kesejahteraan-satwa-dan-kelestariankeanekaragaman-hayati-indonesia_54f698aba333116a018b5042 . Diakese pad atanggal 23 November 2016, pukul 12:57 WIB. Jakarta. 181 182
185
negara kepulauan, tentunya setiap masing-masing daerah memiliki potensi dan permasalahan yang berbeda-beda. Salah satu nya dalam permasalahan dibidang lingkungan, seperti daerah-daerah provinsi Sulawesi yang memiliki potensi di bidang pesisir karena letaknya dekat dengan pesisir, sehingga permasalahan terfokus pada biota laut, sedangkan untuk di Pulau Jawa dan Bali lebih berpotensi pada bidang industrial dan pariwisata, yang banyak menggunakan energi listrik sehingga menyebabkan timbulnya penggunaan energi yang berlebihan184. Sehingga ketika kampanye mengenai penggunaan energi ini diterapkan di luar dari Pulau Jawa dan Bali, terjadi perbedaan pandangan, karena isu mengenai penggunaan energi lebih tepat dilaksanakan di pulau Jawa dan Bali. Media yang digunakan dalam menyampaikan pesan lebih dominan menggunakan media sosial, yang mana media tersebut digunakan tidak hanya pengguna yang berada dipulau Jawa dan Bali melainkan jangkauannya
seluruh
Dunia.
Sehingga
banyak
khalayak
yang
menggunakan media sosial mengutarakan berbagai opini kepada akun Earth Hour Indonesia. Dari pesan-pesan yang disampaikan melalui media sosial twitter masih terdapat pesan yang berisikan ketidakpahaman mengenai kampanye Earth Hour, sehingga masih banyak yang beropini negatif mengenai program kampanye Earth Hour ini. Opini ini merupakan sikap yang
184
World Wildlife Fund for Nature Indonesia.2016.Matrik Regional. Jakarta.
186
dinyatakan kata-kata yang dinyatakan secara aktif dan pasif, bisa secara verbal (lisan) baik secara terbuka dengan melalui ungkapan yang dapat ditafsirkan dengan jelas, maupun melalui kata pilihan yang halus atau ungkapan secara tidak halus dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi personal185. Pesan-pesan yang disampaikan oleh khalayak berupa ungkapan senang hingga kekesalan atas aksi mematikan lampu selama satu jam dan ada pula pesan yang memberikan pendapat mengenai pelaksanaan aksi serempak Earth Hour. Sehingga dilihat dari faktor-faktor yang membentuk opini yang diberikan khalayak melalui media sosial twitter kepada @EH Indonesia, adalah faktor affect dan cognition. Faktor affect merupakan faktor yang berkaitan dengan rasa senang, suka, sayang, takut, benci, marah, sedih dan kebanggaan hingga muak atau bosan terhadap sesuatu, sebagai akibat setelah merasakan atau timbul setelah melihat dan mendengarkan dan faktor cognition, penalaran seseorang untuk menilai suatu informasi, pesan fakta dan pengertian yang berkaitan dengan pendiriannya186. Secara keseluruhan dampak yang dihasilkan dari kegiatan kampanye Earth Hour ini, belum sepenuhnya memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan perilaku masyarakat khususnya di pulau Jawa dan Bali. Kampanye Earth Hour merupakan kampanye yang dipelopori oleh Leo Burnett dan WWF Internasional, kampanye tersebut
185 186
Naniek Afrilla Framanik. 2011. Komunikasi Persuasi. Sayuti Serang. hlm. 113 Ibid., hal 114-115
187
pertama kali dilaksanakan di Sydney Australia187. Menurut survei daring Zogby International, 36 juta orang berpartisipasi pada Earth Hour 2008. Survei ini juga menunjukkan adanya peningkatan kesadaran masyarakat terhadap perubahan iklim sebesar 4 persen188. Keberhasilan kampanye Earth Hour di Australia, WWF-Indonesia mengadopsi kampanye Earth Hour tersebut dan diterapkan Indonesia, untuk menangani permasalahan penggunaan energi listrik yang berlebihan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penggunaan energi secara bijak. Australia yang merupakan negara maju dan juga bukan negara kepulauan, membuat kampanye Earth Hour tersebut berhasil diterapkan dinegara tersebut. Namun ketika kampanye tersebut diterapakan di Indonesia banyak sekali hal-hal yang tidak mendukung berjalannya kampanye tersebut, karena daerah-daerah di Indonesia yang memiliki keanekaragaman Hayati yang berbeda-beda
sehingga
permasalahan
dibidang
lingkungan
yang
ditimbulkan tidak hanya pada permasalahan Energi. Indonesia yang merupakan negara berkembang, dengan jumlah penduduk lebih dari dua ratus juta jiwa, membuat kampanye tersebut belum sepenuhnya dapat diterapkan kedalam kebiasaan masyarakat Indonesi, yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya.
187
Earth Hour Indonesia. 2016. Frequently Asked Questionly. http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/ . Diakses pada 23 November 2016, pukul 09:27 WIB 188 . Kompas.2014. EARTH HOUR, Satu Aksi Banyak Arti,20.30-21.30 29 Maret 2014http://www.kompasiana.com/brongotsetankoberketangguhanhati.blogspot.com/earth-hoursatu-aksi-banyak-arti-20-30-21-30-29-maret-2014_54f7fe0ea33311f2608b4867 .Jakarta. Diakses pada tanggal 23 November 2016, pukul 13:37WIB.
188
Dilihat dari kegiatan kampanye Earth Hour, pada program kampanye ini, banyak kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan pada program kampanye ini seperti, memperingati hari sampah, kampanye bijak kertas, penanaman mangrove, bersih pantai dan lainnya, membuat target sasaran tidak memahami betul makna dari Earth Hour dengan aksinya mematikan lampu selama satu jam. Dari banyaknya pelaksanaan kegiatan membuat pesan-pesan kampanye yang disampaikan tidak fokus pada penghematan energi. Pesan yang disampaikan oleh tim kampanye Earth Hour kepada target sasaran merupakan tindakan untuk membujuk, mengajak atau merayu. Persuasi yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour kepada target sasaran belum sampai kepada tahap perubahan perilaku. Pada hasil temuan, target sasaran hanya sebatas kesadaran mengenai bijak dalam penggunaan energi listrik yang sudah meningkat, serta pengetahuan mengenai isu seputar energi listrik diketahui oleh target sasaran, namun pada tingkat perubahan perilaku target sasaran belum ada aksi atau bahkan sampai tahap berkomitmen dalam mematikan lampu selama satu jam dan bijak dalam penggunaan energi. Dalam kegiatan
komunikasi berupa
kampanye, komunikasi persuasi diharapkan seseorang atau sekelompok yang diajak dan dibujuk dapat menimbulkan perubahan, yang dilakukan secara sadar ataupun tidak sadar, dilakukan secara verbal maupun non
189
verbal189. Secara keseluruhan dampak yang dihasilkan dari program kampanye Earth Hour ini, belum kepada tahapan perubahan perilaku, dan baru kepada tahapan peningkatan pengetahuan. Dalam melakukan kampanye pasti akan ditemukan hambatanhambatan didalamnya. Hambatan yang terjadi pada program kampanye Earth Hour ini, perencanaan yang dibuat tidak sejalan dengan pelaksanaan yang mana pada tahap perencanaan tujuan dari program ini adalah untuk mengajak, menjaring, dan mengedukasi individu, rumah tangga, pemerintah dan korporasi dalam berkomitmen mematikan lampu selama satu jam dan bijak dalam penggunaan energi dengan fokus di pulau Jawa dan Bali, sedangkan dalam pelaksanaan banyak sekali kegiatan yang mengangkat isu lingkungan selain energi berada dalam satu payung dengan Earth Hour, isu lingkungan tersebut sesuai dengan permasalahan yang berada di masingmasing kota. Sehingga target yang menjadi sasaran adalah seluruh masyarakat yang berada di Indonesia. Pada program kampanye Earth Hour ini, lebih tepat membidik target sasaran seluruh masyarakat yang berada di pulau Jawa dan Bali. Dampak yang dihasilkan dari kegiatan kampanye Earth Hour ini, tidak mencapai target sesuai dengan apa yang diharapkan pada tujuan program. Penyebab dampak tidak mencapai tujuan yang diharapkan dikarenakan program kampanye tersebut tidak menetapkan khalayak sasaran secra tepat190. Kampanye ini, terlalu luas dalam membidik
189 190
Ibid., hlm 185 Antar Venus.2009.Manajemen Kampanye.Simbiosa Rekatama Media.Bandung hlm.131
190
target sasaran. Hasilnya kampanye tersebut menjadi tidak terfokus dan tidak efektif karena pesan-pesan tidak dapat di konstruksi ssesuai dengan karakteristik khalayak. Tujuan dari audit adalah menentukan lokasi dimana kelebihan muatan informasi (overload) ataupun kekurangan muatan informasi191. Kekurangan muatan informasi yang terjadi pada program kampanye ini, terdapat pada bagian pelaksanaan kampanye. Pada pelaksanaan kampanye tim kampanye Earth Hour lebih fokus kepada kegiatan-kegiatan diluar isu mengenai energi. Sehingga target sasaran pada tahapan dampak masih ada yang belum memahami makna dari Earth Hour dengan aksi mematikan lampu selama satu jam. Masih ada yang salah mengartikan dari aksi tersebut. Komunikasi yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour dalam menyampaikan pesan kampanye belum efektif. Komunikasi yang efektif terjadi apabila terdapat aliran informasi dua arah antara komunikator dan komunikan dan informasi tersebut sama-sama direspons sesuai dengan harapaan
kedua
pelaku
komunikasi
tersebut
(komunikator
dan
komunikan)192. Audit komunkasi dilakukan untuk pemeriksaan diagnosis yang dapat memberikan informasi dini untuk mencegah kehancuran kesehatan organisasi yang lebih besar193, tepatnya pada audit komunikasi ini pada program kampanye Earth Hour WWF-Indonesia.
191
Andre Hardjana.2000.Audit Komunikasi.PT. Grasindo. Jakarta.hlm.16-17 Kadar Nurjaman dan Khaerul Umam.2012 Komunikasi Public Relation.CV.Pustaka Setia. Bandung.hlm.45 193 Andre Hardjana.2000.Audit Komunikasi.PT. Grasindo. Jakarta.hlm.9-10 192
191
Pada program kampanye Earth Hour 2016 masih adanya kesalahpahaman penafsiran dari aksi yang dilakukan yaitu mematikan lampu selama satu jam dengan menggunakan satu jari yang terjadi , dapat dilihat pada hasil temuan pada gambar 4.7 dan gambar 4.8. Dalam permasalahan ini, dilihat dari asumsi teori informasi organisasi, organisasi berusaha mengurangi ketidakpastian informasi194, tim kampanye Earth Hour bersama-sama berupaya dalam mengurangi ambiguitas informasi, organisasi pun ikut terlibat dalam proses informasi untuk mengurangi ketidakpastian informasi. Semua informasi yang diterima dari lingkungan seperti halnya pada kampanye Earth Hour ini yang menerima pesan-pesan terkait dengan kegiatan kampanye dari netizen dalam derajat tertentu adalah tidak pasti, tidak jelas dan membingungkan dan kegiatan organisasi dirancang untuk mengurangi ketidakpastian tersebut195. Setelah diketahui kelebihan dan kekurangan muatan dari hasil audit, maka perlu dirancang solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. Budaya organisasi WWF Indonesia tidak dapat mengikuti budaya organisasi WWF yang berada di luar negri. Melihat Indonesia merupakan negara kepulauan yang melahirkan keanekaragaman suku bangsa dan adat istiadat disetiap daerahnya,
membuat kampanye Earth Hour yang
merupakan program kampanye adopsi dari WWF Australia belum bisa diterapkan di berbagai wilayah Indonesia. Menurut Schein, Budaya
194
195
Morrissan.2009. Teori Komunikasi Organisasi.Ghalia Indonesia.Bogor.hlm.37 Ibid., hlm. 32
192
organisasi sebagai suatu pola dari asumsi-asumsi dasar yang ditemukan, diciptakan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu dengan maksud agar oganisasi belajar mengatasi atau menanggulangi masalahmasalahnya yang timbul akibat adaptasi eksternal dan integrasi yang sudah berjalan cukup baik. Dengan demikian, budaya organisasi perlu diajarkan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami, memikirkan,
dan
merasakan
berkenaan
dengan
masalah-masalah
tersebut196. Maka diperlukannya perubahan budaya organisasi WWF Indonesia yang menyesuaikan karakter dari Negara Indonesia yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya dan juga merupakan negara kepulauan, agar kampanye Earth Hour ini dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan dari organisasi. Kampanye Earth Hour dapat dilaksanakan hanya pada wilayahwilayah yang memiliki kelebihan dalam penggunaan energi listrik, seperti yang telah dijelaskan pada F.A.Q dalam website Earth Hour Indonesia, bahwa kampanye ini berfokus pada pulau Jawa dan Bali197. Namun WWF Indonesia menjalankan kampanye tersebut di luar pulau Jawa dan Bali yang penggunaan energi listriknya dengan porsi yang rendah198. Dengan perubahaan pada budaya Organisasi WWF Indonesia tentu saja kampanye
196
Edgar H, Schein.1991. Organizational Culture and Leadership.San Fransisco: Oxford JosseyBass Publisher.hlm.22 197 Earth Hour Indonesia. 2016. Frequently Asked Questionly. http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/ . Diakses pada 23 November 2016, pukul 09:27 WIB 198 Earth Hour Indonesia. 2016. Frequently Asked Questionly. http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/faq/ . Diakses pada 23 November 2016, pukul 09:27 WIB
193
Earth Hour ini dapat berjalan sesuai dengan rencana, karena budaya organisasi yang efektif membantu organisasi mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan199.
199
Danang Sunyoto.2012.Manajemen Sumber Daya Manusia.CAPS(Center for Academic Publishing Service).Yogyakarta.hlm.229
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis kualitatif yang telah dilakukan pada World Wildlife Fund for Nature Indonesia, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Tahap Preparation Pada tahapan preparation pada program kampanye Earth Hour yang dijalankan oleh World Wildlife Fund for Nature Indonesia, secara garis besar sudah mencapai ketercapaian. Segala persiapan yang dilakukan oleh tim kampanye Earth Hour sudah dapat memenuhi kebutuhan dalam melakukan kampanye. Mulai dari hal yang melatarbelakangi program kampanye tersebut mendukung perlu dijalankannya aksi berupa kampanye, penetapan tujuan yang jelas membuat apa yang ingin dicapai dapat difokuskan sampai kepada rancangan kegiatan yang siap didukung dengan media, seperti media sosial . Tim kampanye Earth Hour Indonesia sudah merancang baik perencanaan kegiatan kampanye Earth Hour 2016. 2. Tahap Implementation Tahapan implementation program kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia, menunjukkan pelaksanaan program kampanye belum berjalan secara maksimal, karena masih ada target sasaran yang belum memahami kegiatan dari kampanye 194
195
Earth Hour. Masih banyak yang memiliki pandangan negatif terhadap kegiatan kampanye Earth Hour. Selain itu juga banyaknya isu yang diangkat menjadi kegiatan kampanye membuat kampanye Earth Hour tidak fokus terhadap isu yang melatarbelakangi kegiatan kampanye Earth Hour. 3. Tahap Impact Tahapan impact program Kampanye Earth Hour World Wildlife Fund for Nature Indonesia menunjukan bahwa tujuan besar dari program kampanye Earth Hour belum semuanya tercapai. Masih banyak individu yang belum bisa berkomitmen dengan cara mematikan lampu selama satu jam. Individu yang menjadi target sasaran program kampanye Earth Hour ini, baru mencapai tahapan edukasi, dimana masyarakat hanya mengetahui mengenai isu yang dikampanyekan belum sampai kepada aksi nyata yang dilakukan pada masing-masing individu. Namun program kampanye Earth Hour sudah mencapai tujuan dalam membentuk kegiatan komunitas hijau dan menjaring korporasi dan pemerintah untuk mendukung program kampanye tersebut.
5.2 Saran Setelah peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan identifikasi masalah. Selanjutnya peneliti memiliki beberapa saran yang diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi World Wilfdlife Fund For Nature
196
Indonesia dalam meningkatkan program Kampanye Earth Hour berikutnya, antara lain :
5.2.1 Saran Teoritis Penelitian mengenai audit komunikasi terhadap suatu kegiatan menjadi hal terpenting dalam memberikan bahan penilaian terhadap kegiatan. Apakah kegiatan dari suatu program berhasil atau tidak, dan dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki kinerja sebuah organisasi atau perusahaan serta memaksimalkan kinerja dalam melaksanakan sebuah program untuk publiknya. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan rujukan atau referensi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian mengenai audit komunikasi selanjutnya. Khususnya penelitian mengenai audit komunikasi dan program Kampanye.
5.2.2 Saran Praktis 1.
Organisasi Nirlaba berskala internasional seperti World Wildlife Fund for Nature, harus melaksanakan kegiatan audit komunikasi yang mengacu pada teori audit komunikasi yang ada. Dengan dilakukannya audit komunikasi organisasi nirlaba dapat mengetahui hambatan-hambatan yang harus segera diatasi, agar hambatan tersebut tidak mempengaruhi dalam pencapaian tujuan yang diharapkan.
197
2. World Wildlife Fund for Nature Indonesia, dalam pelaksanaan program kampanye Earth Hour, sebaiknya berkampanye di wilayah yang penggunaan listriknya berlebihan, seperti Jawa dan Bali. Terkait dengan isu lain mengenai permasalahan lingkungan lain, lebih baik tidak berada dalam satu payung dengan kampanye Earth Hour, sehingga kampanye Earth Hour memiliki fokus terhadap isu mengenai energi. 3.
Dalam pelaksanaan program kampanye, tentunya target sasaran menjadi daya ukur keberhasilan kampanye. Dalam hal ini World Wildlife Fund for Nature, baiknya lebih sering memberikan pemahaman terlebih dahulu mengenai makna dari 60+ kepada individu, agar tidak terjadi kesalahpahaman individu dalam memaknai aksi serempak yang dilakukan setiap bulan Maret tersebut.
198
DAFTAR PUSTAKA Buku Abidin ,Yusuf Zainal.2015.Manajemen Komunikasi (Filosofi, Konsep, dan Aplikasi).Pustaka Setia. Bandung. Ardianto,Elvinaro. 2010. Metode Penelitian Untuk Public Relations Kuantitatif & Kualitatif. Simbiosa Rekatama Media. Bandung. Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q Anees. 2007. Filsafat Ilmu Komunikasi. PT.Remaja Rosdakarya Office. Bandung. Cutlip, Scott M, Allen H. Center, Glen Brom. 2006. Effective Public Relations. Prenada Media Group. Jakarta. Effendi, Onong Uchjana.2008.Dinamika Rosdakarya.Bandung.
Komunikasi.PT.
Remaja
Framanik, Naniek Afrilla. 2013. Komunikasi Persuasi. KOCIPTA Publishing. Serang. _____________________. 2011. Komunikasi Persuasi. Sayuti. Serang. Gregory, Anne. 2004. Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relation. Erlangga. Jakarta. Hardjana, Andre. 2000. Audit Komunikasi. PT. Grasindo. Jakarta. Iriantara,Yosal.2004.Manajemen Indonesia.Jakarta.
Strategis
Public
Relations.Graha
Jamiludin, Ritonga. 2004. Riset Kehumasan. PT. Grasindo Anggota IKAPI. Jakarta. Kriyantono, Rahmat. 2008. Public Relations Writing. Prenada Media Grup. Jakarta _________________. 2006. Teknik Praktisi Riset Komunikasi. PT. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. L.W, Neuman. 1997. Social Research Methods : Qualitative Quantitative Aproches. Allyn and Bacon. London. Macnamara, Jim R. 2002. Gold Paper No.11 PR Metrics-Research for Planning &Evaluation of PR & Corporate Communication. IPRA. Switzerland. Maryaeni.2005.Metode Penelitian Kebudayaan. PT.Bumi Aksara. Jakarta Moleong, Lexy J. 2001. Metodelogi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Ghalia Indonesia. Bogor.
199
Mulyana, Dedi. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. PT. Remaja Rosda Karya. Bandung. Nova,Firsan. 2009. Crisis Public Relations: Bagaimana PR Menangani Krisi Perusahaan. PT. Grasindo. Jakarta. Rumanti, Sr Maria Assumpta. 2002. Dasar-dasar Public Relations Teori dan Praktek. PT.Grasindo. Jakarta. Ruslan, Rosadi. 2005. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relation. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. ____________. 2000. Kampanye Public Relation (Kiat & Strategi). Rajawali Pers. Jakarta. Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Alfabeta. Bandung. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung. ________. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabet. Bandung. ________. 2008. Metode Pemilihan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sunyoto,Danang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. CAPS(Center for Academic Publishing Service). Yogyakarta. Venus, Antar. Bandung.
2009.
Manajemen Kampanye.
Simbiosa Rekatama Media.
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. PT. Grasindo. Jakarta.
Sumber Lain : Website Bina Nusantara Universitas. 2012 . Thesis BAB 2 Kajian Pustaka. http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-2-00901AKSI%20Bab2001.pdf . Earth Hour Indonesia. 2016. F.A.Q. http://earthhour.wwf.or.id/f-a-q/ ECPAT-Indonesia.2015. Publikasi Media Video Konveksi Hak Anak. http://ecpatindonesia.org/video/kampanye-25-tahun-konvensi-hak-anak/ . PT.PLN(Persero).2014.Buku Statistik PLN 2014.http://www.pln.co.id/wpcontent/uploads/2012/01/Statistik-PLN-2014_for-website-10-Juni-2015.pdf. PT. Unilever –Indoneisa. 2016. Apa Itu Perubahan Iklim? Bagaimana Cara Kita Beraksi?.https://brightfuture.unilever.co.id/stories/473087/Apa-ituperubahan-iklimbagaimana-caranya-kita-beraksi-.aspx
200
PRider. Sekilas Tahap-Tahap dan Teknik Audit Komunikasi.2015 http://pride.co.id/2015/06/sekilas-tentang-tahap-tahap-dan-teknik-auditkomunikasi/ . UNICEF-Indonesia. 2015.Artikel Kekerasan Terhadap Anak : Kini Saatnya Bertindak. http://www.unicef.org/indonesia/id/media_24996.html World Wildlife Fund for Nature –Indonesia .2015. Seputar Iklim & Energi. http://www.wwf.or.id/tentang_wwf/upaya_kami/iklim_dan_energi/solusikami/ kampanye/powerswitch/spt_iklim/
Data File World Wildlife Fund for Nature- Indonesia. 2016. Campaign Deck For Sid. Jakarta. World Wildlife Fund for Nature –Indonesia 2016. Earth Hour (Media Sosial) 2016. Jakarta. World Wildlife Fund for Nature- Indonesia. 2015. Highlight Earth Hour 2015. Jakarta. World Wildlife Fund for Nature –Indonesia 2016. Highlight Earth Hour 2016
LAMPIRAN-LAMPIRAN
201
LAMPIRAN 1 SURAT IZIN PENELITIAN
202
203
LAMPIRAN 2 PERNYATAAN KESEDIAAN INFORMAN
204
205
206
207
LAMPIRAN 3 PEDOMAN WAWANCARA
208
209
PEDOMAN WAWANCARA Dalam penelitian ini, peneliti telah menyusun beberapa daftar pertanyaan yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan proses wawancara. Hal ini dilakukan agar wawancara lebih terarah dan jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Adapaun pedoman wawancara, sebagai berikut :
Bagi Key Informant
Koordinator dan Wakil Earth Hour Indonesia
PERTANYAAN 1. Apa tugas dari Koordinator Earth Hour Indonesia? 2. Apa tujuan dari program kampanye Earth Hour 2016? 3. Program Kampanye Earth Hour itu seperti apa? 4. Bagaimana cara memilih isu untuk diangkat menjadi suatu topik yang akan dikampanyekan pada program kampanye Earth Hour? 5. Apakah sebelumnya ada peninjauan lokasi yang beerhubungan dengan topik yang diangkat? 6. Sebelum ditetapkan tujuan tersebut, ada tidak brainstorming yang dibuat? 7. Apa tema Kampanye Earth Hour tahun 2016 ? 8. Apa makna dari tema tersebut? 9. Apa tujuan dari dipilihkannya tema tersebut ? 10. Pesan yang telah dijadikan tema tersebut apakah sudah menyentuh tujuan yang ingin dicapai? 11. Bagaimana cara menetapkan sebuah tujuan tersebut? Dalam menetapkan sebuah tujuan apakah komunitas Earth Hour yang berada di kota -kota di Indonesia ikut terlibat? 12. Siapa yang menjadi target sasaran dari kampanye Earth Hour 2016? 13. Apa yang menjadi pertimbangan dipilihnya target sasaran tersebut? 14. Berapa jumlah target sasaran yang ingin dicapai?
210
15. Bagaimana memilih dan merancang kegiatan kampanye Earth Hour 2016 sesuai dengan target sasaran? 16. Mengapa dipilihkan kegiatan-kegiatan tersebut apa yang menjadi pertimbangan? 17. Di tahun 2016 kegiatan apa saja yang telah dilakukan dalam kampanye Earth Hour? 18. Bagaimana membuat sebuah pesan kampanye yang akan disampaikan kepada target sasaran? 19. Tiap tahun di bulan maret selalu diadakan sebuah perayaan yah? 20. Apa makna dari perayaan tersebut?
211
PEDOMAN WAWANCARA Dalam penelitian ini, peneliti telah menyusun beberapa daftar pertanyaan yang dijadikan sebagai acuan dalam melakukan proses wawancara. Hal ini dilakukan agar wawancara lebih terarah dan jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Adapaun pedoman wawancara, sebagai berikut : Bagi Informan Pendukung
Ketua Earth Hour Serang
Ketua Earth Hour Tangerang
1. Sejak kapan komunitas Earth Hour Serang/Tangerang berdiri? 2. Sampai saat ini Komunitas Earth Hour Serang/Tangerang memiliki berapa anggota? 3. Apa yang menjadi motivasi kalian untuk ikut kedalam komunitas Earth Hour? 4. Kegiatan apa kampanye Earth Hour 2016 (sebelum acara selebrasi 2016) apa saja yang sudah dilakukan? 5. Darimana pengetahuan mengenai lingkungan kawan-kawan komunitas dapatkan? 6. Bagaimana komunitas Earth Hour mengajak masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan? 7. Media sosial apa yang paling aktif digunakan dalam berkampanye? 8. Biasanya menggunakan media offline kampanye berbentuk apa? Foto, video , tulisantulisan atau lainnya? 9. Tujuan yang ingin dicapai komunitas dalam kampanye Earth Hour 2016? 10. Dari rangkaian kampanye Earth Hour 2016 ini kan ada perayaan atau disebut selebrasi, apakah selebrasi itu dilakukan ketika target tercapai atau tercapai atau tidak tercapai tetap dilakukan? 11. Bagaimana komunitas Earth Hour Serang /Tangerang berkoordinasi dengan WWFIndonesia? 12. Bagaimana masyarakat memahami aksi mematikan lamu yang tidak terpakai selama satu jam? 13. Kendala apa yang sering dihadapi dilapangan pada saat melaksanakan kegiatan kampanye?
LAMPIRAN 4 HASIL WANWACARA
212
213
Tanggal/hari
:03 Mei 2016
Narasumber
: Galih Aji Prasongko : Chris Rahardian
Lokasi
: WWF-Indonesia, Graha Simatupang
Pukul
: 13:17 WIB- 14:20 WIB
No.
1.
Peneliti
Program
Kampanye
Hour itu apa sih?
Narasumber
Earth Kampanye Earth Hour dimulai dari tahun 2009 di Indonesia. Apa yang dilakukan di 2016 sama dengan 2009. Kalau diambil dari tahun 2015 tidak bisa terlihat karena aksi ini dari tahun 2009. Grafik apa yang dilakukan di tahun 2016 berkaitan dengan di tahun 2009 historis di Indonesia. Punya program pada tahun 2012 yaitu 60 yang menjadi 60+. Masalah berbicara perubahan iklim lalu memikirkan sebuah aksi dan kampanye
bagaimana
cara
mengajak
individu
untuk
melakukan hal yang dapat mengurangi perubahan iklim. Untuk itu dipilihkan aksi yang semua orang bisa dari anak kecil hingga orang tua. Semua diseluruh Dunia tidak memiliki keterbatasan untuk mematikan lampu dengan satu jari, anak kecil bisa matikan lampu, nene-nenek, kakek-kakek, semua orang bisa melakukan matikan lampu. Tidak peduli, warna kulit, Bahasa. Maka 2007 dimulai di Australia, tahun 2009 baru di Indonesia, di Jakarta, tahun 2010 di Bandung dan Semarang, 2011 di Surabaya dan daerah-daerah sekitarnya. Sampai sekarang banyak kota yang terlibat. 2012 kampanye dengan 60+. Kita berharap ada perubahan gaya hidup, bahwa ini gak cukup satu jam, bahwa kita butuh melakukan lebih dari 60 menit atau 1 jam. 60+ ngajak orang tidak hanya matiin lampu,
214
sebagai aksi lain mengajak orang untuk menggunakan transportasi umum, menanam pohon, sampai 2016 pake 60+. Kita mempunyai main strategi. Pada tahun 2012 ada Crowdfounding dan Crowdsourcing. Crowdfounding adalah gerakan yang haruslah tetap terjadi gerakan dia tidak bisa keluar dari pakemnya gerakan. Tapi kan sebuah gerakan juga butuh pembiayaan dan butuh dana. Untuk operasional untuk consolidasi tiap hari memperluas kampanye atau consolidasi sementara banyak publik yang tidak punya resource tidak punya waktu untuk ikut terlibat dalam gerakan maka ditawarkan sebuah program kampanye. Buat sebuah conflict, inisiatif, komoditas yang kemudian meminta publik untuk berdonasi dalam artian mereka diperkenankan itu untuk membantu komoditas. Itu yang pertama untuk masalah pendanaan. Yang kedua mengukur berapa banyak orang yang mengikuti bertpartisipasi
maka
untuk
itu
disambungkan
antara
Crowdfounding dan Crowdsourcing. Ini ada media-media, kalau kamu cek di Earth Hour global, kadang-kadang kita tidak bisa ecara detail ngasih program karena udah di match disitu. Ada system tracker yang melihat berapa banyak orang yang ikut terlibat di Earth Hour. Dan itu bukan dari kita, tapi individu-individu atau perusahaan dan lainnya yang ingin berpartisipasi. Salah satunya merea mengisi salah satu system tracker itu. Bisa di cek di website global Earth Hour. Beberapa negara yang berpartisipasi dari tahun ke tahun. (Chris) Akhirnya kalau di Indonesia kita memakai program Hijaukan Hutan dan Birukan Laus, utnuk menghubungkan antara Crowdfounding
dan
Crowdsourcing.
Ngomongin
isu
lingkungan di Indonesia itu ada 2 yaitu Hutan dan Laut . Hutan
215
yang luas dan kita juga punya laut yang luas juga. Mulai ada program penanaman mangrove, adopsi coral, penanaman phono di sumber mata air. Crowdsourcing itu salah satunya yaitu “beli yang baik”, kita buat petisi. Beli yang baik nyambung dengan Earth Hour. Kegiatan 2009 sampai 2016 dan seterusnya. Target kita adalah kota. Mulai tahun 2009 hingga 2012. 2012 kita memperbanyak kota-kota. 2012-2016 target individu yang terlibat, maka itu kita memperbanyak media online. Karena kita ngejar dari kota ini ke kota ini jauh, kita tidak ada kontak masing-masing individu. (Chris). Tapi salah satu cara, mereka memiliki media sosial dalam bentuk apapun itu, salah satu cara agar nyampe pesan ke mereka.
2.
Bagaimana mengenai strategi Kita mulai cara-cara itu sekitar 2010-2016. Udah di mulai Campaign Dilevery Estimated mekanismenya yang berbeda karena ini kan dari global. Di Timeline yang dibuat oleh Indonesia Kita awalnya memprediksi, bukan lebih tepatnya kita WWF
Indonesia
kampanye Earth Hour?
Untuk mencoba memprediksi melihat animo masyarakat apa sih yang di sukai. Awalnya dari facebook, mulai ada twitter mulai up naik, kita mencoba masuk twitter juga, eh masuk juga. Lalu, mulai ada hal yang lain-lain. eh entah itu path atau apa mulai kearah itu. Emang kenyataan di Indonesia emang efektif. (Chris) Kamu coba cari aja kalo media sosial search aja tiap tahun pasti ada symbol sebelum 2012 ada………………. Tersendiri nanti kirim template yang itu aja kita tiap tahun punya pesan tersendiri yang kita pake 2014 sampai 2016 itu #ini aksiku, sebelumnya kita pakai ini aksiku mana aksimu, kemudia berubah jadi #iniaksiku sejak 2014.
216
3.
Campaign Dilevery Estimated Over all sama, Cuma kita rubah, tapi over all sama Cuma Timeline kan dibuat oleh Indonesia diarah ke kultur Indonesia Cuma kearah situ doang. global, adakah versi yang Campaign Dilevery Estimated Timeline kita ada. (Chris). Jadi dibuat oleh WWF Indonesia?
srateginya kan tiap tahunnya pasti merancang strategi. Pokoknya kan yang gue bilang tadi strategi setiap tahunnya sama jadi ngikutin dari strategi awal tiap tahunnya awal 2009. 2009-2012 strategi kita pendeketan ke komunitas dan kota, strateginya seperti itu. Memperbanyak kota. 2013-2016 strategi kita adalah individu tersebut.
4.
Apa
tujuan
yang
ingin 2009-2016 target kita adalah kota, pertambahan kota dan itu
dicapai?
pasti tercapai. Itu kita bilang suatu pencapaian disetiap tahunnya. Dukungan pemerintah kota bertambah. Coverage media, kan ada news value di media dan Brand value di media kita punya tuh itungan tiap tahunnya misalnya tahun ini sekitar 15 Milyar news value tahun ini untuk kegiatan Earth Hour tahun 2016 . Pencapaian kita sih sebenarnya sama individu. Sama tracker dari sosial media. Berapa komunitas, icon target di seluruh Dunia termasuk Indonesia. Tahun ini 180, tahun lalu 70 icon. Icon itu semacam monas, Borobudur kaya gitu-gitu, nah icon ituu target-traget. Project konservasi dari mulai 2014 sampai 2015 masih punya project konservasi masih berjalan. Yang terakhir itu kita punya 4 konservasi.
5.
Bagaimana sih cara mencapai
Dengan kampanye awareness, bikin kegiatan kampanye KPD,
peningkatan dari penambahan ke kampus-kampus, ketemu banyak komunitas-komuniyas di Icon dari 70 icon tahun 2015 tiap-tiap daerah , lalu melakukan aksi kampanye di setiap kota sampai 180 icon di tahun ini?
terutama menyebar teruskan kampanye Earth Hour ke media , ke pemerintah, ke beberapa instansi terkait. Kaya misalnya 70 icon menjadi 180, hasil kerjasama kita dengan pemerintah daerah. Suatu pencapaian, misalnya Earth Hour di Bandung, Earth Hour sudah menjadi program pemerintah kota Bandung,
217
mereka juga bikin sebuah perwali ( Peraturan Walikota) untuk kegiatan energi. Semalem , jadi setiap 1 jam di tiap 2 minggu ada aksi mematikan lampu dan itu udah peraturan walikota, kira-kira begitu dan sampai saat ini Earth Hour di beberapa kota masih menjadi agenda mereka, tapi rata-rata pemerinta Indonesia sudah tahu tentang Earth Hour, tinggal kita temantteman kota dan kita mendorong bareng-bareng, bagaimana cara, entah program kampanye Earth Hour apapun itu, menjadi peraturan pemerintah kota/ daerah. Perubahan gaya hidup terutama kearah situ sih sebenarnya (Chris)
6.
Sebelum tujuan dibuat ada Melalui Kumbang, itu skala nasional, itu kita mulai tahun 2012. tidak
prosesnya
seperti Kita mulai bikin Kumbang setiap tahunnya. Semakin banyak
brainstromingnya?
komunitas-komunitas. Bahkan komunitas-komunitas Earth Hour sudah beraada didaerah-daerah di Indonesia seperti Earth Hour Serang. Lalu kita kumpulin komunitas Earth Hour untuk membahwas bareng-bareng.
7.
Oh, jadi penetapan tujuan Terus mempertemukan komunitas Earth Hour bersama WWF Earth Hour ini dibahas bareng bagi inisiator. Jadi kita ngobrolin banget tahun ini kita mau dengan komunitas-komunitas ngobrolin soal apa. Kan ada dari global, bagaimana sih kita dikumbang.
bareng-bareng obrolin suatu yang lokal, kan setiap kota masing-masing di Indonesia punya kultur masing-masing kan. (Chris)
8.
Hal
yang
didapat
Kumbang 2016?
dari Icon bertambah, project konservasi. Kemudian apa Namanya aksi serentak, jadwal-jadwal kampanye target pemerintah daerah. Timeline bareng, kalau kamu mantau hasil Kumbang, biasanya menjadwalkan kapan kita memulai kampanye
218
misalnya kapan kita bisa melaksanakan aksi serentak. Kampanye serentak yang dilakukan diseluruh Indonesia dengan ema yang sama, misalnya sehari kita ngomongin sampah. Udah tuh sehari kita ngomongin sampah, atau seminggu kita ngomongin apa. Terus yaitu tadi kita buat press conference.
9.
Apakah target audiens tahun Tracknya lewat sosial media.
Misalnya twitter aja target
2015 dan 2016 sesuai dengan 100.000 di tahun 2016 di tahun 2015 70.000. dan biasanya perencanaan target audiens melebihi sesuai target tahun ini. Target 180 kita dapet 500. Icon yang
direncanakan?di juga target 2015 60 perencanaan ternyata dapet 70 lalu tahun
targetkan tidak?
10.
sekarang Cuma target 100 icon jadi 180 icon.
Apakah itu hasil dari langkah Ga Cuma media sosial, ada juga aksi offline (Chrish). yang mengandalkan media Tidak bisa kalu hanya media sosial, tanpa ada aksi. Jadi gitu sosial?
dibalik logikanya karena orang kemudian rame di media sosial, ngoceh untuk ngumpulin orang. Kalau kita, kita balik logikanya karena kita melakukan aksi dulu, kita upload di media sosial untuk mengajak orang melakukan hal yang sama kaya kita itu taktik media sosial kita jadi ngebalik logika kita.
11.
Kan ada kaya seperti share Hmmmmm, biasanya kalau kita memulai kampanye kita video,
share
foto
untuk upload video dulu, mulai kampanye 1 bulan sebelum Earth
kampanye jangka waktunya Hour. Lalu minggu-minggu terakhir mengajak orang untuk ikut tidak
?
jangka
berapa lama?
waktunya Earth Hour, pasca Earth Hour kita bikin video highlight yang menvisualisasi seluruh kegiatan sebulan. Kalau misalnya gambar-gambar sih tiap minggunnya yang selama 1 bulan. Karena setiap kota pasti berkegiatan terus. Seperti saya bilang, bahwa kita tiap minggu ada aksi serentak dengan misi yang berbeda-beda gambar, flyer, foto itu daripada publikasi. (Chris)
219
12.
Tiap minggu berapa foto yang Sekarang ada 33 kota yang ada komunitas Earth Hour berarti di upload di media sosial?
ada 33 foto yang di upload tiap minggu. Jadi minimal tiap kota 1 foto diupload. Iya minimal tiap kota satu . Setelah aksi mereka upload lagi, upload 1 foto kembali, itu ke media sosial kita. Mereka juga upload di jejaring media mereka sendiri. (Chris). Jadi itu setelah aksi sekitar 500 fotolah. Dan juga artikel, artikel singkat, kalian bikin apa di daerah mana, jam berapa, itu bisa di cek(chris). Pasca setelah aksi, 2 hari lah setelah aksi. Tiap minggu 1 artikel naik.
13.
Apa
sih
yang
menjadi Pemilihan media sosial tahun ini kita menggunakan twitter
pertimbangan
dipilihkannya karena kita sudah kerja sama dengan twitter. Potensi twitter
media sosial?
kalo kata orang sebenarnya, range contant menurun tapi, apa interest individunya ada tiap hari dan beberapa tahun ini kan twitter media yang ukuran trending toipic, nah itu target utama kita, sebagai media kampanye diskusi. Facebook lebih banyak kontennya, jadi kalau ada konten kampanye lebih banyak mungkin foto, video atau artikel yang panjang. Instagram lebih kepada foto-foto, poster segala macem. Kalau video kita make youtube karena itu media sosial yang menampung visual. (Chris)
14.
Ini kerjasama dengan twitter Kalau di Indonesia tahun ini, dari sebelumnya tahun-tahun lau udah dari tahun ini
atau secara internasional udah dari tahun-tahun lalu, tapi di
sebelumnya memang sudah Indonesia dari tahun ini karena twitterkan kantornya baru ada bekerjasama?
di Indonesia tahun ini. Tapi kita udah lama menggunakan twitter.
15.
Jadi
sebelumnya
udah Iya dari pertama kampanye di media sosial. Dari awal kita
memilih twitter untuk media media kampanye di media sosial twitter, facebook, twitter, kampanye di sosial media?
facebook. Baru ke youtube dan Instagram. (Chris)
220
16.
Lalu untuk bikin bentuk pesan Ada, kalau itu di masing-masing daerah. untuk mengajak masyarakat itu ada pertimbangannya?
17.
Lalu proses membuat pesan Ya, Ngomongin isu lingkungan di Indonesia, masalah tagline, kampanye nya bagaimana?
#iniaksiku, ittu dibahas di Kumbang, jika di daerah #iniaksiku dipakai Bahasa masing-masing daerah. Tapi masih maknanya sama boleh. Yang masih kita sepakai yah itu #iniaksiku. Masalah perubahan ini aksiku dibahas dikumbang. Kenapa ini pakai #iniaksiku, kan padahal dulu ini #aksiku#manaaksimu, di global ada pesan juga,. sebenarnya ini menantang individu, karena kita mengarah pada individu-individu. “kalau gue udah melakukan ini, lu berani gak melakukan hal sama?” tapi kan kalau kita langsung complete Bahasa itu jelek juga, kaya kita yang menantang orang, makanya itu diilangin kita lebih kepada komitmen individu nya aja deh. Jadi kita lebih ke #iniaksiku. Terus kemudian ketika bejalan, banyak hal yang dilakukan oleh individu, kita ilangin ini aksimu. Komitnya lebih kuat. Nah itu diskusi bareng Kumbang diskusinya juga lumayan sih. Karena diskusinya samapi ketingkat mapping di beberapa kota masing-masing (Chris) Ini kita memastikan bahwa kita bahasakan di Jakarta, maslaah tidak dibahaskan di Bandung, di Aceh dan lainnya. Itu didiskusikan, kalau misalnya masalah di bahasakan di Denpasar masalah di Jogja masalah kita ga makai itu.
18.
Bagaimana
caranya
tim Kalau sekarang melihat ukurannya agak lebih susah per
kampanye Earth Hour dapet indvidu. Kita hanya bisa mengukur komitmen. Kalau WWF melihat perubahan perilaku ada petisi, hanya itu yang bisa kita lihat. Kalau kita menghitung masyarakat?
dari fenomenanya yang kita hitung dari media, kana da
221
publikasi dan lain-lain regulasi yang mengatur. Pas terakhir kemaren Earth Hour ada 3 provinsi, Jawa timur, Jawa tengah, Yogya. Di tahun ini akan mengeluarkan apa Namanya peraturan daerah atau pergub intinya untuk hemat energi dan air.
19.
Lalu yang menjadi tolak ukur Melihat dari sosial media ada, misalnya gini tahun ini kita ukur dari tim kampanye sendiri keyword sekian , like sekian, interest sekian, not interest sekian, untuk mengetahui perubahan komen negatif sekian, komen positif sekian. Kita ukur, kita perilakunya bagaimana?
hitung, kita koreksi, tetapi kita Tarik kesimpulan. Oh misalnya kampanye Earth Hour masih banyak yang tidak mengerti di masyarakat berarti harus di tingkatkan lagi, kaya gitu.
20.
Perubahan perilaku ini, setiap Hmmm, jadi lebih baik secara kita lihat dari kampanye media tahunnya menjadi lebih baik sosial, dari berita sudah lebih baik tingkat kesadaran, sudah atau tidak jika dilihat dari lebih baik, tapi aksinya yang masih kurang, orang tau apa yang tolak ukur tersebut?
kemudian mesti dilakukan, akibatnya apa jika membuang sampah sembarangan, atau menggunakan energi listrik yang berelbihan. Tapi kadang masih belum melakukan apa-apa . orang tau ada krisis air, tetapi belum sampai aksi. Ranah masih ranah konsultan. Tapi itu masih PR buat kita. Yang masih mau kita kejar sebenarnya. Oke ini kesadaran udah ok tapi aksi belum (Chris)
21.
Tujuan yang saat ini belum Orang harus masih banyak tau tentang lingkungan belum tercapai
dalam
kampanye tercapai kita. Karena diukur masih di project konservasi, kita
apa?
berharap minimal setengahnya. Regulasi pendukungnya sudah ada, dari pemerintah. Tiap tahun pasti naik followers.
22.
Bagaimana
tanggapa
dari Tiap WWF-Indonesia share tentang kampanye Earth Hour pasti
pengguna media sosial, atas ada respon. Banyak, ada yang respon postif, ada respon negatif.
222
apa yang di share oleh tim Tergantung konten kita apa yang di share. Kaya kelapa sawit, kampanye
mengenai Earth banyak respon-respon. Wah respon nya banyak juga yang
Hour?
negatif tidak sepakat dengan apa yang kita lakukan. Kalau anak-anak daerah bilang itu “haters”. Tapi respon dari masyarakat meningkat. Respon itu ada dua jenis, ada positif dan negatif. Ada juga respon negatif dan itu kita hitung sebagai bahan pertimbangan. Tapi respon negatif dibagi dua ada yang bener-bener haters dan ada kritik yang kritis. Cuma kritis dia ngasih solusi. Jadi waktu kaya tahun kemaren. .
23.
Sejak kapan kampanye Earth Baru tahun 2014, karena dari daerah-daerah bilang bahwa Hour mulai dibagi-bagi dalam susah jika di Kalimantan ngomongin isu energi listrik susah mengangkat isu?
ngajak orang mati lampu, karena disana tiap hari mati lampu, listrik.(Chris)
24.
Bukannya kalau dibagi-bagi Ada yang kritik, Earth Hour itu jadi banyak isinya, menjadi tidak fokus?
jadi kemana-mana kalo misalnya fokusnya hanya ke energi saja, karena kalau banyak isinya aja, jadi kemudian kampanye energi ini gak keliatan. Kaya gitu-gitu loh dan itu dari expertexpert kaya dari Martha tilaar segala. Kalau kemudian, selama kritik itu membangun, kita membahas kaya 2016 kemaren kita evaluasi. Ada yang bilang kampanye kita ga kompak, akhirnya masing-masing kota kita pecah-pecah lagi. Kita bedah-bedah lagi. Sesuai dengan potensi. Sampai kemaren kita fokus bahwa Jawad an Bali harus lebih fokus tentang masalah energi. Di kota-kota lain harus lebih fokus tentag hutan kaya Kalimantan, ada beberapa kota fokus ke laut
25.
Lalu
Public
membantu
dalam
Relations : oh iya pasti, ada mba Nenden. Skala nasional nah press bidang release itu nantinya akan diturunkan ke masing-masing kotakota. Mengacu dari yang nasional, jadi nasional press release
223
membuat seperti press release duluan lalu diikuti kota-kota. Kita coba tiap tahunnya, paling dan lain-lain?
duluan press conference, kenapa karena kita menyamakan misi bareng-bareng. Rilis yang dari nasional disebarkan kekota-kota . jadi silahkan buat baru rilis di kota-kota disesuaikan dengan masing-masing kota sesuai dengan rilis nasional ( chris)
26.
Biasanya
setiap
tahunnya iya, untuk memperbaiki kekurangan di kampanye Earth Hour
melakukan evaluasi tidak? sebelumnya. Evaluasi Kampanye Earth Hour 2015 yaitu Untuk apa evaluasi tersebut sulitnya membuat kampanye bareng-bareng padahal isunya digunakan?
secara regional. Itu kendala yang perlu di perbaiki. Di tahun 2016 adanya kampanye bareng-bareng secara regional. Di tahun 2015 kita evaluasinya, hmmm karena di tahun ini antara satu kota masih satu regional belum ada kampanye bareng gitu. Sumatra kampanye persoalan korek, ini Kalimantan dan Aceh gak bisa bikin kampanye bareng padahal harusnya bisa. Maka dilakukan kampanye bareng. Di Jabodetabek ga bisa dilakukan kampanye bareng, padahal harusnya bisa, diadakan kampanye bareng. Di Jawa barat gak bisa kampanye bareng, di Jatim ga bisa melakukan kampanye bareng-bareng, sendiri-sendiri, padahal isunya adanya isu regional sampai pada akhirnya di 2016 ini kemudian jadi fokus kita. Misalnya di Jawa Barat bikin kampanye bareng regional, Jawa Barat atau Jabodetabek ada kampanye regional bareng, di Denpasar, Lombok ada kampanye regional bareng, yuk kita kampanye laut bareng, yuk kita kampanye nanem mangrove bareng. Di Kalimantan , Sumatra bikin kampanye
kebakaran hutan bareng. Jadi
kendalanya pada kampanye bareng isu regional di 2015 masing-masing kota kampnaye.
Untuk merespon isu regional itu, di 2015 kita evaluasi kampanye masih masing-masing kota. Kalau di Jatim untuk ke pemerintah daerah udah ada kaya pergub. Pergub yang udah
224
ada kita coba dorong bareng-bareng dan itu membuat kampanye menjadi lebih mudah . kaya misalnya kita ambil, ngomongin Jawa Barat , itu otomatis kota-kota di Jawa Barat ikut isu yang diangkat regional, Depok, Bogor, Bandung, jadi terkonsolidasi, Cimahi juga gitu. Terkonsolidasi untuk audiens dengan pihak provinsi seluruh Jawa Barat. Ketika gubernurnya sudah sepakat, semua jajaran kota-kota mengikuti asmeua. Jabar begitu, Jatim Begitu, Jateng begitu. Jadi gak capek itu loh, kaya misalnya di Medan, Padang , Jambi gak tau, biasanya seperti itu sebelumnya.
Termasuk Kumbang panitianya regional , karena itu hasil evaluasi ditahun 2015, kenapa kita tidak mencoba panitia dari regional.
27.
Bagaiamana
dengan Itu dari global, dari Kumbang diliat, dari hasil diskusi misalnya
penetapan tema kampanye kaya hijaukan hutan, karena kita omongin tentang tema. Earth Hour?
Banyak teman-teman yang punya program di pesisir, mangrove apa segala macem. Kita fokus bicara tentang birukan laut di tahun 2016. 2016 banyak program penanaman pohon kaya foreststation, kita fokus di hijaukan hutan diskusi hasil bacaan kita, hasil diskusi.
225
Narasumber : Robby (Ketua Earth Hour Tangerang ) Lokasi
: Statsiun Tangerang
Waktu
: Minggu, 07 Agustus 2016
Pukul
: 19:34 WIB- 20 :17 WIB
HASIL WAWANCARA No.
Peneliti
Narasumber
1.
Sejak kapan Komunitas Earth Hour Sejak tahun 2012 di gagas oleh seorang mahasiswa dari Tangerang Berdiri? UPH bernama Ghina, selain dia aktif di Earth Hour Tangerang dia juga aktif di KOPHI, KOPHI Pusat. Sekarang dia ada di London untuk menyelesaikan S2 nya. Yang menggagas adalah Ghina bersama temanteman skatepark di tagun 2012, ini mengajak pada duta wisata yang ada di Tangernag, khusunya Tangerang Kota, Tangerang Selatan dan Kabupaten. Nah akhirnya terbentuklah 2012 itu, secara resmi Earth Hour Tangerang.
2.
Terus, sampai saat ini Earth Hour Sampai saat ini Earth Hour Tangerang memiliki 40 Tangerang memiliki berapa anggota ? anggota dimana anggota aktifnya ada 25 dan sisanya ada 15 yang vakum. Karena kesibukan mereka seperti skripsi, dan kerja juga.
3.
Apa sih yang memotivasi kalian untuk Motivasinya adalah sebenarnya hmm, kalau misalnya ikut bergabung dengan komunitas motavasinya adalah gimana caranya, kita yang masih Earth Hour Tangerang? muda tapi apa yang kita lakukan di bumi itukan, selalu berdampak pada lingkungannya yang ada. Itu masu sampai kaoan kita acuh tak acuh sama lingkungan. Lo engga peduli sama lingkungan, mau sampai kapan gitu kan, akhirnya kita punya visi-misi yang sama dan kebetulan juga kita Mencintai lingkungan bukan dengan tanda kutip kita harus menanam pohon tidak kaya gitu juga, tapi setidaknya perlakukan kita itu mencerminkan perilaku ramah lingkungan. Dari situ sebagai motivasi
226
kita, karena kita anak muda kita yang bisa berperan penting dalam ligkungan. 4.
Selanjutnya, kegiatan apa sih yang Tahun 2016 itu kita sudah pernah mengadakan EH sudah dilakukan Earth Hour Tangerang Goes To School, itu adalah sebagai rangkaian acara di tahun 2016 sebelum selebrasi tahun untuk selebrasi dimana kita memberikan edukasi 2016? tentang sampah lingkungan pengelolahannya itu kepada skeolah-sekolah yang menurut kita potensial untuk diberikan edukasi. Udah gitu kemarin udah pernah memberikan edukasi di SDN Ahmad Yani, SMPN 16 Tangerang, SMAN 2 Kota Tangerang. Itu semua adalah EH Goes To School itu yang pertama. Yang kedua kita ad acara Mall Campaign itu supported by Air Asia, dimana ita memberikan kampanye tentang Reusable bag, penggunaan reusable bag bahwa plastic itu tidak ramah lingkungan, kalian bisa menggantinkannya dengan reusable bag itu. Jadi lebih aman dipakainya, lebih berguna nantinya itu sih.
5.
Siapa target yang menjadi sasaran Sebenarnya sih, target sasaran kita adalah masyarakat dalam kampanye oleh Earth Hour yang ada di Tangerang yah, khusunya dan pada Tangerang ? umumnya di Banten ini bersama Earth Hour Serang dan kita juga tidak membatas-batasi target kita.Kita, semua kalangan kita terjun, apalagi kita punya fokus tersediri di anak muda juga sih, dan itu bukan anak muda juga sih tapi kaya anak0-anak SD, SMP karena mereka masih dengan jernih menyerap ilmu yang kita berikan. Ehmm apa yang kita berikan, itu pasti bisa lebih untuk menangkapnya gitu.
6.
Darimana pengetahuan mengenai Pengetahuan lingkungan yang didapatkan oleh Earth lingkungan yang kawan-kawan Earth Hour Tangerang dari para anggota Earth Hour Hour Tangerang dapatkan? Tangerang adalah dari sharing para member, apa Namanya para anggotta ini, mereka yang mempunyai pengalaman lebih di bidang lingkungan, kita sharing satu sama lain, itu yang pertam. Yang kedua kita sering mengadakan edukasi internal. Edukasi internal ini adalah edukasi yang mengundang pihak luar untuk memberikan edukasi tentang lingkungan yang belum kita dapatkan kepada anggota Earth Hour Tangerang
227
sendiri. Kemarin kita baru mengundang Raniatia Nurlita, nah disitikan dia aktivis lingkungan yang sangat bagus banget, yang maksudnya kiprah di Dunia lingkungan sudah tidak diragukan lagi dan jadi kita menghadirkan dia untuk memberikan edukasi kepada teman-teman Earth Hour Tangerang. 7.
Bagaimana Komunitas Earth Hour Tangerang mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk peduli terhadap lingkungan?
8.
Cara mengedukasinya kaya gimana?
9.
Acaranya biasanya acara apa?
Oke, cara mengajak kita dengan memberikan pengetahuan secara langsung, maksudnya disini kita adalah kita sedang mengurangi yang Namanya campaign. Campaign itu kan, campaign bagus tapi dampaknya tidak terlalu besar, maksudnya hanya diingat, hanya pada saat itu saja, hanya sata momentum saja, kalau kita memberikan saat edukasi mungkin emang prosesnya lama tapi bisa diserap oleh masyarakat itu, hmm, apa Namanya, cepat tapi waktu untuk pengingatannya lama juga. Jadi kita lebih memilih untuk memberikan edukasi sih daripada campaign. Cara mengedukasinya adalah pertama kita kerja sama dulu dengan sekolah –sekolah yangmau kita tuju, kita mengedukasi guru-gurunya. Pihak sekolahnya, bagaimana penting lingkungan. Lingkungan itu penting banget gak sih buat mereka ? khususnya apalagi buat sekolah gitu kan. Apalagi dampaknya nanti dan setelah guru tau kita baru, baru kita memberikan konsep acara yang kita punya kesekolah tersebut dan akhirnya pasti sekolah juga akan menyetujui itu yang pertama. Yang kedua kita memberikan edukasi ke masyarakat dengan bantuan sosial media, bisanya kita memberikan twit, kultwit beberapa kultweet, lalu kita mretweet, kultweet teman-teman Earth Hour Kota lain, lalu kita memberikan juga tentang hmmm, biasanya kalau sedang acara kita ada sedikit edukasi yang nantinya akan dijadikan kuis, biasanya kan orang-orang bakal terpacu untuk mendengarkan itu sih. Acaranya, selain Earth Hour Goes To School, kana da mall Campaign, biasanya sih kusinya secara langsung atau via, eh apa Namanya, twitter atau media sosial.
228
10.
Oh, jadi acara Mall Campaign itu Jadi sebenarnya Mall Campaign itu kita di support gimana? sama Air Asia, beberaoa ribu, beberapa ratus eh sorry beberapa ratus hmmm apa Namanya reusable bag dan kantung plastic mereka ditukarkan dengan reusable bag kita. misalnya dia punya 4 (empat) kantung plastic, 4 (empat) kantung plastic ini kita taruh, di reusable bag kita. kalau msialnya cukupnya 1 (ssatu) ya 1 (satu) kita kasih 1 (satu). Kalau 2 (dua) kita kasih 2 (dua) seduai dengan bawaan mereka gitu. Dan nanti plastiknya oleh pihak Air Asia yang nantinya akan dibikin suatu symbol yang Namanya Green do effect, bahwa kalau plastic dikumpulin kelamaann, maka ini akan menjadi gini nih, sampah jadinya gitu.
11.
Jadi, media apa yang paling aktif Twitter dan Instagram. Untuk youtube setelah kegiatan. digunakan ? Jadi dokumentasi-dokumentasi setelah kegiatan videovideonya
12.
Line engga pake?
13.
Biasanya menggunakan media Untuk Instagram kita foto, kalau twitter kalau foto ada berbentuk apa dalam kegiatan? Fot, ya kita masukin foto. Kalau engga ada ya, kita Video, tulisan-tulisan atau lainnya? palingcuma pake kultweet.
14.
Kalau misalkan upload foto, itu setelah Tergantunt, kalau untuk foto di Instagram setelah acara acara apa sebelum acara? biasanya, jadi setelah acara itu, jedanya H+7 acara maksimal. Jadi setelah H+7 udah ga bisa untuk upload foto acara sebelumnya. Karena menurut kirta udah pasti ga ada yang liat, jarak nya terlalu jauh.
15.
Terus, selain upload foto acara itu apa Kita biasanya ada live tweet biasanya. Live tweet pas lagi? acara itu via twitter H+30 biasanya kita rilis video kita di youtube.
16.
Ketika kalian memposting pesan-pesan Biasanya kalau kita posting biasanya di twitternya. Kita kampanye suka ada yang mereply atau tuh alhamdulillah responyya sangat bagus, mereka meretweet pesannya tidak? meretweet yang kita tweetkan. Dan kadang0kadang pun pertanyaan-pertanyaan yang hmmm, reply pun bukan
Line ada, tapi kurang aktif, soalnya belum ada yang pegang sih.
229
komentar tapi kaya mengarah kesesorang kaya msialnya, coba deh lo baca ini deh, jadi kaya memberikan pesan ke orang lain itu sih. 17.
Bagaimana menarik perhatian Nah, bagaiman caranya, seharusnya adalah via foto, masyarakat, agar tertarik membaca karena foto itu dimana-dimana pasti selalu membuat pesan yang disampaikan? orang kaya catch banget untuk melihat yang pertama. Yang kedua adalah dengan kata-kata yang bafys, yang unik. Yang ketiga tentang walaupun kata0katanya unik tapi harus coba tetap dalam hmmm apa namanya katakata ga terlalu bertele-tele.
18.
Kalau menggunakan sosial media kan rata-rata kan anak muda yang memnggunakan, gimana dengan target sasaran yang seperti orang tua dan lainlainnya?
Kalau orang tua sebenarnya kita lebih ke anak-anaknya dulu nih. Misalnya, hmmm di satu sekolah tuh anak sekolah dasar nya, anaknya sekolah disitu semuakan. Kita untuk mencapai keorang tua, bukan dari kita langsung kepada orang tua, tapi kita mendidik anakanak mereka, nanti anak-anak mereport kepada orang tua. Kaya msialnya “mah kemarin aku diajarin ini loh ssama kaka-kaka Earth Hour,sama kaka Earth Hour diajarin apa dek?, gimana caranya buang sampah yang benar, misalkan aku punya botol plastic ini mah, aku harus buang kemana yah? Emmang kamu mau buang kemana dek? Aku harus buang ke bagian non organic mah. Emang kenapa?, biar nantinya tidak tercampur ama organic kalau yang organic bisa di daur ulang segala macem”. Jadi kita merangkul orang tua daro anaknya dulu kaya gitu sih.
19.
Dari Rangkaian kampanye ada perayaan yang tadi dibilang selebrasi gitu kan, itu perayaan untuk emrayakan keberhasilan mencapai suatu target yang tercapai atau tercapai atau tidak tetap dilaksanakan?
Sebenarnya gini, selebrasi itu adalah malam Puncak Earth Hour untuk mengkampanyekan aksi nyata untuk lingkungan, jadi tercapai atau tidak tercapai kita tetap harus memberikan kampanye kita, karena itu sudah menjadi targetnya kita gitu kan. Bukan target yang sebelumnya kita tidak tercapai akhirnya target untuk selebrasi tidak dijalankan kan juga. Tidak gitu juga, mungkin ada beberapa kota yang selebrasi tahun ini mesti maksimal harus bikin besar-besar. Menurut gue, selebrasi gimana caranya orang itu bisa mengerti dengan apa yang disampaikan, yang sederhana tapi bisa
230
tertuju pada target sasaran kita. Misalnya kita gausah bikin acara yang memorialable banget sampai bikin suatu acara yang megah untuk mematikan satu kota itu tuh ga perlu, tapi kita perlu yang kita perlu adalah gimana caranya kita ngerangkul satu kota untuk mati dengan memory delay yang biasa aja ya yang sekedar aja karenakan kita juga harus memberikan edukasi kepada masyarakat. Bahwa apapun yang kita lakukan atau kampanye apapun yang kita lakukan tidak harus terlihat meriah gitu kan. Maksudnya yang kita sampaikan itu sampai kepada mereka. Itu sih yang lagi di proses dengan Earth Hour Tangerang. Kita mengurangi memakai terlalu banyak atribut kampanye, kita mengurangi terlalu banyak memakai atribut, langsung tertuju kepada masyrakatnya saja simple tapi masih bisa tertuju kee mereka. 20.
Keinginan yang ingin dicapai oleh Sebenarnya keinginan Earth Hour Tangerang tahun Earth Hour Tagerang pada tahun 2016? 2016 kita bisa kerja sama, jadi sebenarnya tahun kemaren setidaknya di satu wilayah Tangerang ini mati semuanya. Nah itu adalah hmm apa Namanya targetnya kita, ternyata karena ada permasalahan di dalam juga akhirnya yang bisa dimatikan bukan seluruh Tangerang tapi hanya wilayah pasar lama sini saja. Pustm sini habis itu Al-Azom itu yang bisa mati , jadi itu sih target tahun 2016. Semoga tahun depan kita bisa bekerja sama dengan PLN, dinas terkait lalu pemerintah terkait untuk mematikan satu wilayah Tangerang Raya, ya disini masuknya kabupaten Tangerang, Kota & Tangsel.
21.
Oh gitu, emang sebelumnya engga Kalau kita sebelumnya kerja sama, sama PLN tapi via kerja sama, sama PLN? pemerintah. Jadi kita koordinasinya hanya antar kita dan pemerintah pusat yang untuk selebihnya dinasdinas terkait itu yang megang adalah pemerintahan.
22.
Bagaimana sih Earth Hour Tangerang Jadi gini, Earth Hour kan memang dibawah naungan berkoordinasi dengan WWF- WWF kan, iya kan tapi beberapa tahun ini saya sih lebih Indonesia? ke ketua Earth Hour nya, Earth Hour Kota, Earth Hour Indonesia, untuk masalah koordinasi bagaimanabagaimananya aku, hmm saya lebih ke Earth Hour, apa
231
Namanya sorry Ketua Earth Hour Indonesia. Jadi jarang untuk korrdinasi ke WWF, mungkin koordinasi via WWF ke ketua Earth Hour Indonesia dulu, baru bisa ke WWF karena saya bisa lebih deket ke ketua Earth Hour Indonesia daripada ke WWF. 23.
Biasanya apa saja yang Kaya masalah tentang campaign, ga pernah ada tapi diomunikasikan kepada ketua Earth biasanya, anggota atau pihak WWF yang kerja sama Hour Indonesia? dengan kita, kalau misalnya WWF kerja sama,, sama kita bisanya langsung untuk menghubungi saya atau teman-teman lain Earth Hour Tangerang, kita ke mereka itu jarang sih, mungkin sampai ga pernah ada.
24.
Itu biasanya memperingati kaya kabut asap di kepulauan Riau, yaitu biasanya coordinator Earth Hour Indnesia sama koordinasi beberapa Earth Hour kota untuk melaksanakan itu. Yang kedua misalnya kita mau acara apa nih, sebelumnya kita ada acara Goes To School saya sebagai ketua Earth Hour Tangerang saya harus report ke ketua Earth Hour Indonesia, karena saya, hmmm harus memberitahukan mereka, bahwa Earth Hour Ta Gerang akan ,mengadakan acara itu yang pertama. Yang kedua untuk Earth Hour Tangerangg di support oleh Earth Hour Indonesia. Jadi, maksud untuk di support disni adalah seluruh media Publikasi kita di repost sama mereka.
25.
Biasanya media yang digunakan untuk Via Whatsapp berkoordinasi dengan ketua Earth Hour Indonesia Via apa? Kalau sharing ketemu via face to face? Face to face itu jarang sih, terakhir ituu pas bulan februasi kemarin sih, lebih kesini-sininya udh ga pernah lagi, kemaren pas ketemu itu pembahasannya banyak banget. Jadi mungkin karena baru pertama kalinya ketemu, jadinya mumpung lagi ketemu yaudah langsung, apa nih yang belum jelas rob, coba dijelasin sekarang. Akhirnya hmmmkebetulan pada saat itu ga ada sih yang ga jelas. Jadi maksudnya ketika dia via whatsappan, menurut gue iitu udah jelas banget, apa yang dia mau, dia sarankan, apa yang dia inginkan, apa
26.
232
yag dia berikan itu menurut gue udah ini banget, apa Namanya udah full banget. 27.
Bagaimana anntusias masyarakat, Hmmmm, anstusiasme masyarakat itu sangat bagus ya ketika Komunitas Earth Hour lakukan sebenanrya. Tapi ya itu lagi, kitanya tuh harus benerKampanye mengenai lingkungan? bener ga bosen-bosen nya untuk apa Namanya untuk hmmm untuk ingetin mereka. Contohnya plastic kaya biasanya di pasar waktu bebas sampah 2020 kemarin. “ iya bug a bisa pake plastic loh sekaranh, oh iya tau ko” tapu dia tetap oake plastic, karena biasaaya, kemaren msialnya” iya kalau ga pake plastic saya mau pake apa?”. Gini gini gini gitu jadi yah bener-bener kita yang harus hmmmm, ga bosen ngasih tau mereeka dan mereka sebenarnya tau, tapi kaya harus dikasih tau ulang0ulang sampai mereka jera. Oh yaudahlah kaya, yaudahlah gue juga udah cape juga kali, kalau misalnya ketemu dia nanti dikasih tau lagi, di ini lagi, kaya yaudah akhirnya kaya mereka pindah sendiri.
28.
Apakah komunitas Earth Hour melihat Untuk kalau misalkan masyarakat, personali perubahan sikap dan perilaku dari masyarakat kota Tangerang sendiri kayanya agak susah masyarakat setelah dilakukan kegiatan yah, jadi kita harus hmmm memberikan survey kepada kampanye? mereka, tapi untuk kita berkaca pada anggota Keluarga kita sendiri, masing-masing member itu adalah bahwa mereka senang ada beberaoa senang kaya, “eh, nyokap gue udah ga pake plastic lagi loh setelah gue kasih tau untuk, hmmm, mah coba deh mah pake reusable bag akhirnya nyokap gue mau itu pake rusable bag jadi kaya hmmm, dari orang terdekat nih kita ambil sampelnya nih, bahwa orang terdekat nih udah mulai nih, udah mulai istilahnya mulai mau untuk Mencintai lingkungan untuk peduli dengan lingkungan, itu sih.
29.
Selanjutnya, bagaimana dengan Masyarakat Tangerang mengenai kesadaran kesadaran masyarakat mengenai lingkungan ini, khususnya dalam penghematan energi lingkungan, khusunya dalam yah, hmmm ini nih yang, yang gampang-gampang pengematan energi listrik susah di jawab. Sebenarnya ada beberapa orang-orang, hmmm, sadar dengan penghematan energi dan mereka kaya care dengan lingkungan kaya yaudahlah gue buang sampah di tempat sampah sendiri, gitu kan,
233
yaudah sampah ini gue keep sendiri, yaudah gue matiin lampu nih udah terang juga, atau simplenya sih yaudah gue cabut casan yang ga dipakai. Yang kedua ada orang ahh yaudahlah nanti ada yang bersihin, yaudahlah matiin lampunya nanti aja mager. Jadi kaya menggampangkan orang yang nantinya bakal ada yang bersihin. Padahal yang ngebersihin itu adalah orang lain juga yang peduli dengan sampah. Maksud gue gini, misalkan elo kaya gini terus mau samapi kapan? Gitu kan. Maksudnya, ya lo ibaratnya kaya misalkan hmmm tukang sapu jalanan, seenggaknya lo kalo lo buang sampah di tempatnya elo udah meringkan beban mereka, beban kerja merka. Kalau msialkan ada kan mereka kerja juga, sekarang gini kalau misalkan, lo kerja sebagai pengarsipkan, tapi lo terus-terusan disuruh arsipin barang orang kan, kaya gondok banget kan sedangkan tukang sapu jalanan adalah membersihkan sampah yang ga tau sampah itu punya siapa, kaya msialkan dia harus menyapu hmmm apa Namanya, daun yang jatuh, daun yang gugur atau segala macem jadi ya sebenrnaya sebagian masyarakat Tangerang ada yang peduli dengan lingkungan ada yang apatis dengan lingkungan dan itu dia PR nya Earth Hurd an mungkin annti hmmmm, diseluruh kota menganlami yah. Jangan bosen-bosen ya walaupun mereka tau, merka harus dikasih tau lagi gitu. 30.
Informasi apa saja sih yang diberikan Oke, informasinya adalah hmmm, karena Earth Hour kawan-kawan komunitas Earth Hour Tangerang ini di Earth Hour Tangerang ini adalah, Tangerang kepada masyarakat saat konsenya tentang sampah dan mengelola sampah. Kita berkampanye? ga bosen-bosen, gimana caranya lo ga nyampah. Kalau misalnya lo sehari ngasih sampahnya lima. Lo bisa mengurangi ssampah lo tiap hari gitu sih. Jadi kita lebih konsen ke sampah. Hemat dalam penggunaan energi listrik kaya matiin lampu yang tidak terpakai, lo hanya menggunakan satu jari aja kan simple
31.
Terus, misalnya udah nih kawan Nah jadi ini, gue ini maksudnya pribadi gue ja, jadi, kawan Earth Hour Tangerang ngasih beberapa kali gue kasih tau temen gue , kok dia temen tau seperti itu, selanjutnya lihat tidak kantor gue slelau beli beberapa merek meinuman botol
234
sih perubahan dari masyarakat? Kaya tadinya buang sampah sembarangan sekarang engga, tadinya bawa botol plastic jadi bawa tumbler? Lalu masyarakat mulai paham nih mengenai mematikan lampu satu jam yang tidak terpakai
dan gue selalu ilang , “kenapa lo, ga ini aja beli botol minum atau gimana biar bisa dipake, maksudnya biar ga lo pakai terus botol plastiknya, gak lah ini juga gampang ko. Lu berapa kali pake, sehari 2 hari lah itu kan bukan buat isi ulang pake gitu kan, jadinya kalau misalkan terus-tersuan make jadi penyakit. Yang kedua lo akan nyampah gitu kan, itu besoknya lagi dia masih gitu tersu, terus itu dia uudah jera kali yah. Gue kasih tau, akhirnya dia beli botol minum beberapa, botol minum merek-merek kafe besar, terus gue bilang “cie lo udah beli yah”. Iya gue udah cape di apa, di nasehatin lo mulu, oh yaudah bagus kalau gitu. Untuk yang mematikan lampu, masyarakat sih paham mengenai hal tersebut cuma belum diterapin di kehidupan sehari-hari yah masih ada aja sih yang belum melakukan tidakan mematikan lampu yang tidak terpakai, masa ada aja yang boros dalam menggunakan energi listrik ini
32.
Kendala apa yang sering dihadapi saat Kendalanya adalah hmmmm, cuaca sih . jadi cuuaca berkampanye? kadang-kadang, ah kayanya enak nih buat kampanye, udah udah di hari H udah yuk turun-turun. Tiba-tiba hujan, atau gila yah panas banget, kalau kita keseringan ditempat sama yaudah kaya angina lalu doang, duma yah diliat doang gitu aja sih tapi yaudah kita juga oernah oindah tempat, sekali dua kali oke dii tempat itu juga. Engga bisa sih keseirngan yaudahlah kendalanya kalau ga cuaca sih yah masyarakat itu aja.
33.
Masyarakat ga mau denger yah?
34.
Kendala yang saat ini belum teratasi Kendala saat ini belum teratasi adalah menyadarkan oleh Earth Hour Tangerang? hmmmm, walaupun mereka sudah tau taoi mereka belum sadar terhadpa lingkungan. Bagaimana buang sampah yang bener itu sih. Misalkan lo ni ke statsiun dalem, lu check itu kana da pemisah sampah ada 2 organik dan non orgaanik lo isi didalemnya di organic, pasti banyak smapah plastic kaya camuran gitu.
Masyarakat bukan ga mau denger tapi udah keseringan denger kali yah, yaudah gue udah tau ko jadi dia jalan terus jalan doang.
235
35.
Sejauh ini Earth Hour Tangerang sudah Udah, mereka udah mengenal kita, karena saat selebrasi dikenal belum oleh masyarakat disini banyak yang nonton. Tangerang?
236
Narasumber : Rafiudin (Kekeng) Jabatan
: Ketua Earth Hour Serang 2014-2015
Waktu
: 19:06 WIB – 19:49 WIB
Lokasi
: Pendopo Alun-alun Kota Serang
No. Peneliti 1.
Sejak kapan komunitas Earth Hour Sejak tahun 2014 kita sudah mulai berdiri dan menyuarakan Serang/Tangerang berdiri?
2.
Narasumber
gerakan earth hour.
Sampai saat ini Komunitas Earth Anggota Earth Hour Serang kurang lebih sekitar 50an Hour Serang/Tangerang memiliki volunteer yg masih aktif berapa anggota?
3.
Apa yang menjadi motivasi kalian Kita menyadari bahwa aktivitas hidup manusia semakin untuk ikut kedalam komunitas Earth lama semakin tidak terkendali, terlebih terhadap lingkungan Hour?
sekitarnya, kami mencoba mengajak masyarakat,tidak terkecuali generasi muda yang mempunyai semangat untuk melakukan perubahan agar mereka melakukan green life style dan menjadikan lingkungan tempat tinggal mereka ramah lingkungan baik untuk sekarang maupun untuk masa depan.
4.
Kegiatan apa kampanye Earth Hour Di tahun ini kita masih aktif melakukan sosialisasi tentang 2016 (sebelum acara selebrasi 2016) lingkungan, seperti Menanamkan jiwa hidup ramah apa saja yang sudah dilakukan?
lingkungan dan melakukan daur ulang sampah yg kita lakukan bersama teman-teman KKM Untirta dan UIN, juga melakukan kegiatan bersama dengan pemerintah regional seperti yang dilakukan di Jakarta kemaren.
237
5.
Darimana pengetahuan mengenai Selain kita selalu mengangkat issue lingkungan saat kita lingkungan
kawan-kawan berkumpul sesama anggota Earth Hour, kita juga aktif di
komunitas dapatkan?
sosial media membaca berita mengenai lingkungan dan selain itu kami juga ada kalanya berkumpul bersama tim regional yang kami manfaatkan untuk mencari dan berbagi informasi
6.
Bagaimana komunitas Earth Hour Melalui pendekatan baik secara personal maupun sosialisasi mengajak masyarakat untuk peduli di lokasi keramaian dan kami memberikan informasi melalui terhadap lingkungan?
7.
akun-akun media sosial komunitas kepada masyarakat.
Media sosial apa yang paling aktif Melalui pendekatan baik secara personal maupun sosialisasi digunakan dalam berkampanye?
di lokasi keramaian dan kami memberikan informasi melalui akun-akun media sosial komunitas kepada masyarakat.
8.
Media sosial apa yang paling aktif Kita menggunakan hampir seluruh media sosial yang sedang digunakan dalam berkampanye?
ngetrend saat ini, dan kami aktif menyuarakan di Sosial media seperti Facebook, twitter, Instagram dan Line.
9.
Biasanya
menggunakan
media Terkanang kita menggunakan tulisan-tulisan yang berisi
offline kampanye berbentuk apa? ajakan – ajakan untuk lebih mencintai lingkungan dan kami Foto, video ,
tulisan-tulisan atau biasa menyebut itu MedKam (Media Kampanye).
lainnya? 10.
Tujuan
yang
ingin
kampanye Earth Hour 2016?
dicapai Seperti yang sudah kami bicarakan di awal, kami berharap masyarakat jauh lebih mencintai lingkungan dan mampu melakukan gaya hidup hijau (Green Life Style) dan nantinya lingkungan bersih dan sehat bisa dinikmati oleh kita semua dan cucu – cucu kita kelak.
11.
Dari rangkaian kampanye Earth Selebrasi Earth Hour itu bukanlah Perayaan kemenangan Hour 2016 ini kan ada perayaan atau yang biasa dilakukan kebanyakan orang, tapi Selebrasi Earth disebut selebrasi, apakah selebrasi Hour adalah Awal suatu gerakan Earth Hour yang di mulai
238
itu dilakukan ketika target tercapai dari gerakan selebrasi 60menit, yang nantinya diteruskan atau tercapai atau tidak tercapai setelah selebrasi itu sendiri selesai. Artinya dari selebrasi tetap dilakukan?
Earth Hour semoga kita bisa membiasakan hidup hemat energi, bijak kertas dan ramah lingkungan.
12.
Ketercapaian
atau
goals
dari Yah, seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa goals atau
kegiatan kampanye Earth Hour ketercapaian
kami
adalah
ketika
masyarakat
dapat
2016 ini, perubahan apa yang membiasakan hidup hemat energi, bijak kertas, dan ramah dirayakan? 13.
lingkungan.
Bagaimana komunitas Earth Hour Kami Serang
berkoordinasi
setiap
Koordinator
Kota
mempunyai
wadah
dengan berkumpul, sharing mengenai issue-issue lingkungan di
WWF-Indonesia?
Grup WhatsApp, dan dari situ kami berkoordinasi dengan WWF melalui Informasi yang diberikan Ketua EH Indonesia atau perwakilannya.
14.
Apakah komunitas Earth Hour Ya kami melihat, dan kami bersyukur bisa melakukan melihat perubahan perilaku dan perubahan itu walau belum signifikan namun kami yakin sikap
dari
masyarakat,
setelah mampu melakukan lebih baik untuk kedepannya.
dilakukan kegiatan kampanye Earth Hour? 15.
Bagaimana
dengan
masyarakat Masyarakat disini khususnya di Kota Serang memang belum
mengenai bijak dalam penggunaan terlalu paham dan sadar terhadap bijak dalam penggunaan energi listrik?
energi, namun sedikit demi sedikit dari ajakan kecil dan seruan dari teman ke teman lainnya, kesadaran itu mulai meningkat.
16.
Dalam
aksi
mematikan
lampu Belum semuanya paham mengenai aksi mematikan lampu,
selama satu jam yang tak terpakai, namun ada sebagian masyarakat yang memahami aksi apakah
masyarakat
mengenai hal tersebut 17.
paham tersebut. namun belum semua untuk diserang. Kami masih mengupayakan untuk menyadarkan itu.
Kendala apa yang sering dihadapi Kami sering terbentur Soal dana, kesibukan anggota dan dilapangan pada saat melaksanakan juga cuaca. kegiatan kampanye?
239
18.
Apakah ada kendala yang sampai Kendala mungkin Cuaca, karena kegiatan kita kebanyakan saat ini belum teratasi pada saat di luar ruangan dan kalo cuacanya sedang tidak bersahabat kampanye Earth Hour?
tentunya kegiatan kami di pending atau di cancel.
240
Narasumber
: Mahar Suwandaru (Ketua Earth Hour Serang 2016)
Lokasi
: J.Co Statsiun Tangerang
Waktu
: Minggu, 07 Agustus 2016
Pukul
: 20:06 WIB – 21:00 WIB
No.
Peneliti
Narasumber
1.
Sejak kapan Komunitas Earth Hour
Earth Hour Serang berdiri sejak tahun 2013. Tiga
Banten Berdiri?
tahun yang lalu. Koordinator pertama Kekeng, kedua masih Kekeng dan ketiga baru saya.
2.
Hmm, sampai saat ini komunitas Earth Sampai saat ini komunitas kita memiliki sekitar 56 Hour Serang memiliki berapa
anggota
anggota? 3.
4.
Apa motivasi kalian untuk ikut
Motivasi kami, kami ingin lingkungan yang lebih
bergabung kedalam Earth Hour
baik, kami ingin masyarakat berhidup gaya rama
Serang?
lingkungan atau kita bisa sebut Green Life style
Kegiatan apa saja yang sudah
Hmm, kita udah ketiga, Advocacy, Edukasi dan
dijalankan oleh Earth Hour Serang di
kampanye. Advocacy kita kerja sama dengan
tahun 2016?
pemerintah dibidang lingkungan, yang kedua Edukasi, edukasi kita kesekolah-sekolah atau ke perpustakaan daerah kita disana jadi pemateri, dan yang ketiga misalnya kita kampanye tentang hari bebas sampah 2020 setiap tanggal 21 Februari setiap tahunnya.
5.
Kegiatan advocacy itu kaya gimana?
Kegiatan advocacynya kita kerja sama dibidang lingkungan, misalnya kita punya kegiatan ini, pemerintah bisa bantu gak? Atau engga kita
241
mendesak pemerintah membuat kebijakan publik yang rama lingkungan terutama di bidang sampah.
6.
Lalu target sasaran yang di capai oleh
Target yang ingin dicapai kota Serang yang ramah
Earth Hour Serang?
lingkungan , yang kedua kota Serang lebih baik lagi lingkungannya. Kita lihat banyak sampah yang betebaran disana, terus yang ketiga kita mengajak masyarakat untuk bergaya ramah lingkungan, keempat kita ngajak ga cuma masyarakat , kita ngajak para pelajar seperti SD, SMP, SMA untuk bergaya hidup ramah lingkungan juga.
7.
Oh, berarti target sasarannya seluruh
Iya , betul
lapisan masyarakat ya? 8.
Kenapa memilih target sasaran
Karena kalau Cuma kita aja, kalau Cuma pemerintah
tersebut?
aja gak lengkap. Didalam satu kota kan pasti ada unsur masyarakat, pemerintah dan pelajar, bagaimana menciptakan suatu kota ramah lingkungan. Itu kita harus, harus mulai dari masyarakatnya, pelajarnya, maupun pemerintahannya, kita sama-sama untuk ke kota Serang yang lebih baik.
9.
Darimana pengetahuan lingkungan
Yang kita dapatkan kita tiap tahunnya, kana fa
yang kawan-kawan Earth Hour Serang
Kumbang, disitu kita belajar bareng, dari seluruh
dapatkan?
kota, Earth Hour Kota di Indonesia sama itu, kita belajar bareng tentang lingkungan juga, sama-sama semuanya dari Earth Hour Kota, Nasional. Yang kedua kita juga belajar secara internal juga, yang ketiga kita belajar dari komunitas lain juga bisa.
242
10.
Hmm, bagaimana Komunitas Earth
Dengan kampanye, dengan kampanye lingkungan,
Hour Serang mengajak masyarakat
kaya misalkan kita di alun-alun melakukan kampanye
untuk peduli lingkungan?
Hari bebas Smapah atau ini yang maysarakat apa seluruh nya?
11.
Seluruhnya
Oh, kalau buat pelajar kita bisa kunjungi kesekolahsekolah nya, biasanya kita teori dulu, workhshop. Workshop itu mendaur ulang sesuatu barang bekas menjadi yang berguna.. udah sih hmmm itu aja, terutatama dibidang edukasi, kampanye untuk masyarakatt.
12.
Lalu media apa saja sih yang paling
Media yang digunakan dalam berkampanye secara
aktif digunakan untuk berkampanye?
offline kita menggunakan kaya statement apa yang saya hmmmm, msialnya saya mengendarai sepeda untuk-untuk lingkungan yang lebih baik atau kita menggunakan ya sesuatu yang ga formal sih, semuanya kita lakukan secara non formal. Alau untuk pelajar kita gunai kesekolah-sekolah tadi juga secara materi, nonton video dan workshop juga gitu.
13.
Hmm , media sosialnya yang paling
Oh, media online kita paling aktif memakai twitter
aktif ddigunakan oleh Earth Hour
Instagram terurtama
Serang apa?
14.
Kalau media offlinenya apa tuh tadi?
Kalau ofline kita menggunakan kertas ke temen kaya kampanye tentang lingkungan biasanya, kita membuat spanduk atau banner, terus kita itu mengkampanyekan itu secara offline jadi kita mengajak masyarakat untuk ikut berpartisipasi ke acara kita, jadi kita juga ngajak masyarakat ga Cuma
243
kita aja. Itu menjadi media yang paling penting, media mengajak untuk melakukan sesuatu hal yang tetap green, green ahhhh, green life style. Nah, tentang ramah lingkungan itu gaya hidup rama lingkungan itu.
15.
Biasanya kalau misalnya,
Kalau di online kita biasa pakai video atau pakai
menggunakan media kampanye itu
foto-foto, nah tentang foto dan ada tulisannya gitu.
berbentuk apa?
Atau tentang apa yang statis infografis yah nah, iya kita juga bisa pake itu, buat misalnya, kita infografis di Serang hmm, sampah sudah berapa, terus kita penanggulanganya biar bagaimana.
16.
Kalau misalnya memposting pesan-
Nah sejauh ini antusias masyarakat ada sih, gak
pesan kampanye di media sosial suka
banyak kan ada.
ada yang mereply atau meretweet atau membalas pesan yang kalian samapikan ga? 17.
Iya, postingan pesan-pesan kampanye
Pernah.
kalian di sosial media pernah ada ga yang di respon?
18.
Bagaimana menarik target sasasaran
Kita menggunakan fakta-fakta yang ada di kota kita
agar tertarik membaca pesan yang di
sendiri, kita menggunakan kalimat ajakan juga agar
samapikan?
masyarakat juga, masyarakat juga paham apa itu green life style dan mau ikut melalakukan hidup ramah lingkungan tersebut.
19.
Tadi kan bilang ada kata-kata
Jadi mengajak berpartisipasi acara kita, hmm
mengajak, menarik perhatian
msialkan kita pengen nanem mangrove di pulau,
244
20.
masyarakat, kata-kata mengajak
dipulau ini, kita mengajak masyarakat sama-sama
seperti apa?
untuk menanam mangrove gitu.
hmmm
Jadi engga Cuma kita aja, kita juga mengajak masyarakat untuk bisa hidup bergaya, hidup rama lingkungan kaya gitu jadi lingkungan, ga Cuma di tentang sampah juga kan. Lingkungan kan kita lihatnya tentang laut juga, terumbu karang, tentang banyak hal yang banyak kita lakuin dilingkungan itu.
21.
Tadikan, ngomomgin hmm apa
Oh, insyaallah tahun ini kita mau nanem mangrove.
kegiatan nanem mangrove berarti tahun 2016 ini ada nanem mangrove juga?
22.
Oh berarti masih rencana?
Iya,
23.
Berarti tadi kalau misalnya mengajak
Itu kan contoh saya bilang itu, kalau contoh relanya
menanem mangrove, ajakan itu speerti
yang pernah kita lakuin ya hai bebas sampah pada
apa? Kan kegiatannya belum diadain,
tanggal 21 Februari, kita mengajak masyarakat ikut
kegiatannyakan belum ada, masih
peduli akan sampah. Sampah di Indonesiakan yang
rencana belum terlaksana, gimana
saya temuin fakta itu dilaut Pasifik itu ternayata.
mengajaknya?
Yang kedua itu, pertama itu dari China dan itu udah menjadi fakta di Dunia bahwa Indonesia itu emang penggunaan sampah memang tinggi.
24.
Terus dari rangkaian kampanye Earth Hour 2016, ini kana da perayaan atau biasa disebut selebrasi setiap bulan maret, ketika target tidak tercapai
Maksdnya tercapai disini?
245
maupun target tercapai itu tetap dilaksanain atau tidak? 25.
Komunitas Earth Hour Serang kan
Selebrasi itu boleh dilakasanain atau engga, tercapai
pasti punya tujuan yang ingin dicapai
atau tidak tercapainya ya tetep kita laksanain kalau
misalkan kaya menghemat
kota kita mampu melaksnakan itu, ya tidak ada
penggunaan daya listrik
paksaan dari Earth Hour Indonesia, ke Earth Hour Kota.
26.
Kalau boleh tau tujuan yang igin
Kalau tujuan kita tanpa selebrasi , pengennya
dicapai oleh Earth Hour Serang itu apa
masyarakat udah paham matiin lampu pada jam-jam
sih?
antara 20:00- 22:00 itu. Soalnyaa itu paling banyak kita menggunakan energy listrik. Yang perlu diketahui juga energy di Indonesia masih menggunakan fosil. Fosil itu kan tentang bukan energy baru terbarukam pasti akan habis gitu, jadi kita menyadarkan itu ke masyarakat.
27.
Tadikan bilangnya ketercapaian tujuan
Hmm, kita tahu kalau dimulai dari diliat dari
itu ketika mayarakat mulai paham ,
lingkungan di sekitar kita, udah banyak belum orang
lalu bagaimana Earth Hour melihat
yang membuang sampah dengan pada tempatnya,
kepahaman masyarakat tersebut?
udah banyak belum orang yang memakai tumblr itu kan buat pengurangan sampah plastic juga. Udah kita liat diri sendiri juga, hmm kita dimulai dari hal kecil kaya matiin lampu. Ketika itu engga dipakai itu atau kita liat lingkungan sekitar kita itu bisa dilihat.
28.
Jadi ketercapaian dari kegiatan kampanye Earth Hour Serang ketika masyarakat mulai mengetahui bahwa hm lingkungan itu harus dijaga?
Iya , betul
246
29.
Bagaimana komunitas Earth Hour
Kita berkoordinasi misalkan bila ada kegiatan yang
Serang berkoordinasi atau
satu jalan sama WWF kita bisa koordinasi dnegan
berkomunikasi dnegan bagian WWF-
WWF, misalkan WWF punya Rive five the Rive kita
Indoensia?
juga bisa berkoordinasi sama WWF . Jadi kita sama bisa ngejalanin. Tapi kita punya kegiatan kita sendiri kita, kita bebas melakukan kegiatan kita sendiri tanpa adanya WWF. Jadi , WWF kaya melepas kita, Cuma tetap kalau materi banyak dari mereka.
30.
Lalu berkoodinasinya lewat apa?
Lewat, lewat kita sejauh ini lewat group dan email
31.
Group apa?
Whatsapp
32.
Pernah sharing seara tatap muka atau
Pernah saat Kumbang
bertemu langsung?
33.
Sharing di luar Kumbang?
Belum
34.
Terus bagaimana antusias masyarakat
Antusias masyarakat, bisa dilihat bahwa masyarakat
saat komunitas Earth Hour Serang
Serang banyak yang akan peduli lingkungan bisa
malakuakn kampanye?
dilihat ketika selebrasi. Pas ketika acara hari bebas sampah tahun ehh tanggal 21 Februari. Kemarin banyak banget yang dating ke alun-alun untuk mengikuti, untuk ikut berpartisipasi kedalam acara itu.
35.
Hmm, jadi menurut pendapat kamu antusias masyarakat gimana apakah biasa saja, atau acuh taak acuh atau antusianya tinggi?
Kalau saya lihat antusias masyarakat sangat tinggi.
247
36.
Apakah komunitas Earth Hour melihat
Hmm, setelah kita lihat setelah kampanye?
perubahan sikap atau perilaku masyarakat setelah dilakukan kampanye? 37.
Iya
Setelah kampanaye ya, masyarakat Seang jadi ngerti banget tentang lingkungan itu nih. Memang harus dijaga, kalau bukan yang negjaga lingkungan sekarang itu masyarakat Serang Siapa Lagi?
38.
Sikap nyatanya?
Yang liat mungkin dari sekolah-sekolah , mungkin udah banyak yang hmmm, menyediakan tong sampah, atau kita lat di, kita liat juga di alun-alun banyak yang membuang sampah pada tempatnya itu sepenglihatan saya.
39.
Terus bagaimana melihat kesadaran
Hmmm, mungkin Earth hour Serang harus lebih giat
dari masyarakat itu sendiri dilapangan
lagi untuk berkampanye tentang bijak dalam
ketika berkampanye dalam isu
penggunaan energi listrik, soalnya hmmm, belum
mengenai energi ?
mencapai harapan. Jadi, mungkin ada yang sudah, sudah berprilaku bijak dan ramah lingkungan , cuman masih ada beberapa yang masih acuh tak acuh dengan lingkungan , itu tentang lingkungan.
40.
Oh gitu, informasi apa sih yang
Itu tentang cara kita menanggulangi sampah,
disampaikan oleh kawan-kawan Earth
msialnya terus tentang cara kita apa sih Namanya,
Hour Serang dalam berkampanye?
kita hmmm kaya kita sosialisai bahwa, energy itu, memang enrgi kita masih pakai fosil dan harus kita hemat misalnya, atau kaya membuang sampah pada tempatnya itu bisa memperindah atau kita bisa tidak membuat sungai-sungai itu tidak mampet. Tidak terjadinya banjir, ya kita sosialisasi secara realnya,
248
kalau kita tidak membuang sampah pada tempatnya kita akan kenapa.
41.
Mengenai penggunaan listrik tepatnya
Masih ada yang belum memahami maksud dan
seperti mematikan lampu satu jam dari
tujuan mematikan lampu tersebut. Masih ada yang
20:20-21:30, masyarakat kota Serang
menyamakannya dengan pemadaman listrik. Padahal
sudah memahamin belum maksudnya?
bukan itu maksud dari mematikan lampu selama satu jam.
42.
43.
Lalu tindakan apa yang kalian lakukan
Ya, kita mengkampanyekan 60+ secara terus
?
menerus agar masyarakat memahami maksd tersebut
Kendala apa sih yang sering dihadapi
Kendalanya itu setiap kendala insyaallah kita jalanin
dilapangan saat berkampanye?
bersama ko. Jadi iya, jadi kendala kaya misalnya, apa ya, kalo ngomongin kendala, mungkin anggotanya aja sih , kendala internal
44.
Jadi kendalanya yang sering dihadapi
Iya, kalau di Serang.
saat kampanye itu adalah dari internalnya? 45.
Kalau dimasyarakatnya, kalian pernah
Alhamdulillah belum sih.
ga kampanye lalu ga didenger ama masyarakatnya? 46.
47.
Kendala yang belum teratasi sampai
Hmmmm, apa yah, alhamdulillah udah bisa diatasi
sekarang?
sih.
Earth Hour Serang, dimata masyarakat
Alhamdulillah, udah mulai dikenal bahkan, baru saat
sudah dikenal?
ini ada undangan KKM dari UIN.
LAMPIRAN 5 LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI
249
250
251
252
253
LAMPIRAN 6 LEMBAR SIT IN SIDANG
254
255
LAMPIRAN 7 FOTO WAWANCARA
256
257
FOTO KETIKA WAWANCARA BERSAMA NARASUMBER
Foto Ketika Wawancara Bersama Koordinator Earth Hour Indonesia, Galih Aji Prasongko di Kantor WWF Indonesia, Jakarta Selatan
Foto Wawancara Bersama Ketua Komunitas Earth Hour Serang
Foto Wawancara Bersama Ketua Komunitas Earth Hour Tangerang
LAMPIRAN 8 FOTO KAMPANYE EARTH HOUR 2016
258
259
FOTO KEGIATAN KAMPANYE KOMUNITAS EARTH HOUR DI INDONESIA SEBELUM AKSI SEREMPAK
Kegiatan Kampanye Komunitas Earth Hour Makassar Tentang Penggunaan Plastik (01/03/2016)
Kegiatan Kampanye Komunitas Earth Hour Serang Tentang Hari Bebas Sampah ()
260
KEGIATAN EARTH HOUR INDONESIA SEBELUM AKSI SEREMPAK PADA BULAN MARET 2016
WWF Indonesia Berdiskusi bersama PT. Wisata Candi Prambanan Tentang Penghematan Energi. ()
WWF-Indonesia Mengadakan Talkshow bersama Sri Sultan Hamengku Buwono X Mengenai Kelestarian Lingkungan
261
FOTO KEGIATAN AKSI SEREMPAK EARTH HOUR INDONESIA DAN KOMUNITAS EARTH HOUR DI INDONESIA
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour Indonesia .(19/03/2016)
Icon Candi Prambanan pada Aksi Serempak Kampanye Earth Hour 2016
262
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour Solo (19/03/2016)
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour Mataram (19/03/2016)
263
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour Makassar (19/03/2016)
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour Surabaya(19/03/2016)
264
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour Balikpapan (19/03/2016)
Aksi Serempak Kampanye Earth Hour yang Diadakan oleh Komunitas Earth Hour Bali(19/03/2016)
265
DESAIN GAMBAR KAMPANYE EARTH HOUR WWF INDONESIA
LAMPIRAN 9 DOKUMENTASI WWF INDONESIA
266
267
268
269
270
271
272
273
274
Proposal Draft Earth Hour 2016 – Indonesia Sabtu 19 Maret 2016, 20.30 – 21.30 “Ini Aksiku Latar Belakang EARTH HOUR adalah salah satu kampanye global WWF, organisasi konservasi terbesar di dunia, yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk menyatakan kepeduliannya terhadap perubahan iklim dengan cara mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam (20.30 – 21.30 waktu setempat), pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret setiap tahunnya. Tahun ini EARTH HOUR jatuh pada tanggal 28 Maret 2015.Tujuan utama EARTH HOUR adalah mengajak masyarakat seluas-luasnya sebagai individu, bisnis dan korporasi maupun pemerintah untuk berpartisipasi melakukan aksi kecil yang dapat membawa perubahan besar bagi kebaikan planet bumi.
TENTANG
EARTH HOUR
TAHAP 1
Menyatukan publik melalui aksi simbolik mematikan lampu selama 1 jam TAHAP 2
Dimulai di Sydney, Australia pada tahun
Mendorong publik untuk mengubah aksi
2007 Bertujuan untuk mengajak publik bertindak menanggulangi penyebab dan dampak perubahan iklim
1 jam menjadi gaya hidup
TAHAP 3
Menciptakan jejaring komunitas global yang memiliki 1 tujuan untuk kehidupan planet bumi yang lestari
275
Tahun ini EARTH HOUR jatuh pada tanggal 19 Maret 2016. Pada tahun kedelapan pelaksanaan EARTH HOUR, WWF kembali mengajak individu, komunitas, media massa, praktisi bisnis, dan pemerintah untuk turut serta mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak sedang dipakai selama satu jam sebagai simbolisasi aksi peduli kepedulian dan komitmen untuk penurunan laju perubahan iklim. Kami juga mengingatkan bahwa aksi EARTH HOUR tidak bukan sekedar hanya mematikan lampu dilakukan selama 1 jam tapi tetapi harus menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari, dan diikuti juga gaya hidup lebih ramah lingkungan lainnya, seperti mengurangi dan mengolah sampah, hemat kertas dan tisu, dan transportasi publik. Berawal sejak tahun 2007 di Sydney,Australia. EARTH HOUR berkembang pesat jika dilihat dari jumlah partisipasi negara, kota, dan maupun pendukung individu. Data terakhir tahun 2015, EARTH HOUR mencatat dukungan ratusan juta individu di dari setidaknya 172 negara. Di Indonesia Earth Hour diawali hanya di Jakarta pada tahun 2009. Berkat intensitas kampanye yang dilakukan berbagai komunitas, media massa, dan aktifitas di dunia maya, jumlah kota yang berpartisipasi pada EARTH HOUR 2015 di Indonesia mencapai lebih dari 48 kota dan dengan di dukung oleh 50 pemimpin kota/kabupaten/propinsi. di seluruh Indonesia.
276
Obyektif : Menjadikan momentum Earth Hour pada 19 Maret 2016 sebagai sebuah aksi untuk menggerakkan komitmen 2 juta konsumen/individu untuk aksi perubahan gaya hidup pada Earth Hour 2016. Target : 1. 2 Juta individu komitmen di digital 2. Project konservasi oleh komunitas pendukung 3. Dukungan, partisipasi langsung serta komitmen untuk program inisiatif yang berkelanjutan dari pemerintah kota dan korporasi di lebih 32 kota.
277
Strategi Earth Hour Indonesia 2016 :
Implementasi Nasional 1. Melanjutkan dan menggerakkan komitmen 2 juta individu/konsumen melalui aktivasi digital untuk gerakan perubahan gaya hidup. 2. Inisiatif untuk program konservasi lokal yang berkelanjutan, sebagai bagian dari melanjutkan program kota yang berkelanjutan/sustainable cities (kotakota dan daerah yang dikembangkan dengan prinsip-prinsip ramah lingkungan untuk pembangunan berkelanjutan) di hotel, gedung perkantoran, area publik, pesisir pantai, sungai, hutan dan taman kota yang di inisiasi oleh kota-kota pendukung Earth Hour. 3. Earth Hour seremonial event di kota- kota pendukung Earth Hour 2016 yang diinisiasi oleh komunitas, mitra korporasi dan pemerintah lokal dalam upaya melanjutkan kampanye tentang perubahan gaya hidup dan pemakaian energi yang lebih bijak serta mendorong pemakaian energi alternatif yang berkelanjutan untuk masa depan sebagai bagian dari solusi bagi perubahan iklim.
278
Pesan Kunci : Melanjutkan pesan kampanye #IniAksiku sebagai bagian dari komitmen aksi untuk mengurangi dampak perubahan iklim dan mencegah deforestasi melalui pola konsumsi dan perubahan gaya hidup yang berkelanjutan.
Rangkaian Kegiatan EH 2016
Agenda
Kegiatan
Waktu
Video & Digital Launch di twitter
23 Februari 2016
Obrolan Langsat (diskusi online)
1 Maret 2016
Pre Earth Konferensi Pers Earth Hour 2016
15 Maret 2016
Hour Earth Hour Pasca Earth
Kegiatan Switch Off 32 Kota Kompilasi upload report ( video & foto )
19 Maret 2016 20 Maret 2016
Hour CATATAN Tentang WWF- Indonesia WWF adalah organisasi konservasi global dan didirikan pada tahun 1961 di Swiss, dengan hampir 5 juta suporter dan memiliki jaringan di lebih dari 100 negara dan di Indonesia bergiat di lebih dari 25 wilayah kerja lapangan di 17 provinsi. Misi WWF-Indonesia: menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak ekologis aktivitas manusia melalui; mempromosikan etika konservasi yang kuat, kesadartahuan di kalangan masyarakat Indonesia; memfasilitasi upaya multi-pihak untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologis pada skala ekoregion; melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung konservasi, dan; menggalakkan konservasi untuk kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. www.wwf.or.id
279
Kerangka Acuan
Kumpul Belajar Bareng (Kumbang) Earth Hour 2016 LATAR BELAKANG A. EARTH HOUR sebuah petisi global EARTH HOUR adalah kampanye global WWF yang mengajak penduduk dunia, mulai dari individu, komunitas, pelaku bisnis, hingga pemerintah untuk bersama-sama peduli upaya penurunan emisi karbondioksida yang mengakibatkan terjadinya pemanasan global hingga akhirnya berdampak pada perubahan iklim. Cara menunjukkan kepedulian tersebut adalah dengan melakukan satu aksi mudah dan murah secara serentak di seluruh dunia, yaitu mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipergunakan selama 1 jam, pada setiap hari Sabtu, di minggu ketiga bulan Maret, jam 20.30 – 21.30 (waktu setempat).
B. EARTH HOUR Indonesia yang Ke-8 Tahun 2016 adalah tonggak pelaksanaan EARTH HOUR di Indonesia yang ke delapan. Berdasarkan kondisi konsumsi listrik di Indonesia yang masih memperlihatkan pola penggunaan yang boros, maka WWF-Indonesia berkomitmen untuk tetap mengusung kampanye ini untuk membangun kesadartahuan sehingga publik Indonesia, terutama di kota-kota besar di Jawa – Bali, teredukasi dan terus diingatkan berpartisipasi lalu menindaklanjuti EARTH HOUR dengan perubahan gaya hidup lebih ramah lingkungan dalam jangka panjang.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
280
Indikator Nasional
2015
2014
2013
2012
Kampa Aksi nye serenta k nasiona l di 37 kota selama 30 hari
atan Keterlib 500 komuni tas di seluruh Indone sia
mpun Menghi komitm en dari 1 juta Individ u dalam switch off
2011
2010
2009
e online Kampany ketiga terbesar di dunia setelah Brasil dan Amerika
kampanye Menjadi terbesar di Asia Tenggara **Salah satu Negara G20 yang sangat berpartisi pasi
kali Pertama diadakan di Indonesia *Pertama kali diadakan di Sidney tahun 2007 **Menjadi global sejak tahun
& Capaian Partisipasi
Komuni 29 tas EH Kota dan inisiasi 7 progra m konserv asi
Ikon
70 Ikon
198 Ikon
122 Ikon
61 Ikon
13 Ikon
7 Ikon
2008 5 Ikon
Kota Pendukung
48 Kota
37 Kota
31 Kota
25 Kota
5 Kota
3 Kota
1 Kota
C. Strategi EARTH HOUR Indonesia 2016 Agar mendapat pemahaman, partisipasi, dan mencapai perubahan gaya hidup dalam jangka panjang melalui kampanye edukasi dengan periode terbatas, WWF-Indonesia membuat strategi sebagai berikut:
Road TO Earth Hour 2016
HOOK ENGAGEMENT
AMPLIFY & EMPOWER
LIGHT OUT SYMBOL
Climate Action for Raise to Digital Power by Individual
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
281
Kumpul Belajar Bareng Earth Hour (Kumbang) KUMBANG Earth Hour merupakan momen berbagi, memicu semangat kepemimpinan, & meningkatkan kapasitas para voluntir aktif (disebut juga Champions) kampanye global Earth Hour di Indonesia. KUMBANG Earth Hour bertujuan untuk membangun komunitas yang kuat, strategis, dan cepat tanggap terhadap kondisi lingkungan hidup di kota masing-masing. Di setiap tahunnya, perwakilan akademisi, komunitas, media massa, korporasi, pemerintahan berkumpul dengan para voluntir aktif Earth Hour Indonesia yang berusia 18 –25 tahun dari berbagai latar belakang untuk saling membangun membuat strategi kampanye secara nasional. A. Tujuan Kegiatan 1. Media konsolidasi nasional untuk membuat strategi kampanye dan rencana kerja menuju dan pasca kampanye Earth Hour sehingga tercapai target pemahaman publik bahwa kampanye adalah alat yang tidak hanya bertujuan mematikan lampu dalam 1 jam saja 2. Membuat pemetaan kekuatan komunitas Earth Hour Champions terhadap aksi penyelamatan iklim dan perubahan kebijakan terkait konservasi di kota yang bersangkutan, melalui program adaptasi dan mitigasi sampai perbaikan kelangsungan hidup sehingga dapat memastikan terjadi perubahan di bidang-bidang yang menjadi isu utama Earth Hour. 3.Mensinergikan antara target dan strategi utama Earth Hour 2016 secara global dengan potensi dan inisiatif ditingkatan lokal untuk mendorong terbangunnya gerakan aksi untuk penyelamatan iklim secara nasional. 4.Memastikan terlaksananya kegiatan kampanye Earth Hour 2016 dalam menitik beratkan pada pada komitmen untuk melaksanakan aksi perubahan bagi penyelamatan iklim dunia, yang berfokus pada kampanye nasional dan program inisiatif ditingkatan lokal sebagai upaya menekan laju dampak perubahan iklim global B. Target Peserta 1. Panitia Earth Hour Region Jatim 2. Tim WWF Indonesia 3. 1 orang Kordinator/Perwakilan dari 29 Earth Hour kota 4. 2 orang Tim online @EHIndonesia D. Acara dan Target Waktu
Pre Workshop
Kegiatan
Target Kegiatan
Menyebar undangan ke kordinator kota yang akan menjadi delegasi/peserta KUMBANG EH 2016
Mendapatkan perwakilan yang dapat mewakili gerakan EH di 29 kota dan mampu berperan strategis di tiap kota yang memiliki inisiatif tinggi dan kompetensi dasar membangun kampanye untuk EH 2016. Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
282
Pembuatan dan Draft ini membantu tim dari tiap kota untuk melakukan riset pengumpulan draft kerangka sederhana dan membuat perencanaan. Penajamannya akan acuan kegiatan kampanye dilakukan selama workshop berlangsung Earth Hour 2016 oleh masing-masing kota Surat konfirmasi dan pernyataan kesepakatan untuk kepesertaan KUMBANG EH 2016 dari masing-masing kota
Dokumen ini akan memberikan kepercayaan diri dan pertanggung jawaban yang lebih tinggi antara tim tiap kota dan WWF-Indonesia, termasuk kepada sesama anggota tim satu kota dengan kota lainnya dan kepada sesama anggota tim di kota sendiri
Perkenalan
Karena berasal dari berbagai kota dan latar belakang, tidak semua undangan sudah saling kenal satu sama lain. Perkenalan bertujuan untuk membuka pertemanan
Ice Breaking/
Salah satu metode untuk membangun semangat tim dan
Games Pembuka
kepercayaan diantara peserta workshop, yaitu: tim inti Earth
Sesi 1:
Hour di WWF-Indonesia, danumum tim kota Laporan dan evaluasi secara beserta semua capaian
Review & Highlight EH (2007- berikut kekurangan selama pelaksanaan Earth Hour . 2015) Sesi 2: Climate Change on Global Issue
Perubahan Iklim merupakan hal utama yang mendorong inisiasi awal kampanye Earth Hour diseluruh dunia. Melalui kampanye Earth Hour diharapkan terjadi sebuah gerakan
Sesi 3 :
nyata untuk menyelamatkan iklim. Sesi ini akan membahas issue perubahan iklim secara general, mulai dari tingkatan global sampai dengan potensi issue ditingkatan nasional Salah satu target dalam kampanye Earth Hour adalah
Consumer & Production for
terjadinya perubahan gaya hidup, pasca Earth Hour 2015
Forest Sustainable
WWF telah menginisiasi sebuah kampanye konsumen. Sesi ini akan membahas hubungan dan keterkaitan antara issue
Sesi 4 : Digital Media Engagement
hutan dan kampanye perubahan gaya hidup melalui sebuah Sejak 2011, kampanye online Earth Hour Indonesia berada di posisi 3 tertinggi setelah Brasil dan AS,berkelanjutan tahun ini EH Global kampanye konsumen dan produk yang memiliki target untuk menjadikan komitmen aksi dan inisiasi perubahan melalui kampanye digital. Sesi ini akan membuka
Sesi 5 : Clinic Discus for Corporate, Media & Brand Engagement
metode dan strategi yang aplikatif untuk bisa mengajak dan mendorong terjadinya sebuah bentuk aktivasi pada Earth Hour Sesi ini akan seluruh menggali segala bentuk persoalan dan solusinya 2016 dengan potensial lini massa di Indonesia. serta bagaimana membangun strategi perencanaan terkait kerjasama dengan korporasi, media dan memastikan sesuai
Selama
Sesi 6 :
dengan guideline yang ada Sejak 2015 salah satu target Earth Hour secara global adalah
Workshop
Crowd Funding Strategy EH
mendorong inisiatif project konnservasi diberbagai tempat
2016
dan mengajak publik untuk berpartisipasi didalamnya salah satunya adalah di Indonesia. Sesi ini akan menjelaskan tentang program crowd funding yang sudah berjalan dan yang akan Earth Hour KUMBANG Workshop 2016 direncanakan di EH 2016
283
Sesi 7 :
Sesi ini akan menjabarkan tentang rencana dan strategi serta
EH 2016 Plann Strategy
target secara global dan nasional terkait Earth Hour 2016
Sesi Berbagi (informal)
Saling belajar kelemahan dan kekuatan masing-masing kota dari pengalaman kampanye Earth Hour terdahulu dan memproyeksikan kesempatan dan tantangan di kemudian hari
Preview
Update harian dari setiap acara untuk mengingatkan target kegiatan yang sudah dicapai dan mana yang belum dan perlu dikejar
Diskusi Per Kota & Panel
Mempertajam perencanaan per kota, lengkap dengan struktur kerja, timeline-nya, dan support yang dibutuhkan
Konsolidasi Timeline
Menggabungkan perencanaan per kota agar bisa
Kampanye
Malam Budaya
mendapatkan timeline kerja & kampanye secara nasional yang komprehensif menjelang Earth Hour hingga 6 bulan setelahnya Pertukaran budaya untuk mempererat hubungan antar tim dan antar individu, sekaligus memberikan penghargaan terhadap kerja keras yang telah dilakukan masing-masing Earth Hour Champion dan menyemangati kerja keras di hari mendatang menjelang Earth Hour hingga 6 bulan berikut
Pasca
Meeting tim di masing-
Konsolidasi tim dan mempertajam perencanaan menjelang
Workshop
masing kota
Earth Hour
E. Lokasi & Waktu 1. Lokasi : Kampung Lumbung Boutique Hotel, Batu-Malang, Jawa Timur http://www.grahabunga.com/ 2. Waktu : 27-31 Januari 2016
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
284
F. Jadwal Kerja Pre dan Pasca Workshop Tanggal
Kegiatan
14-18 Desember
TOR & Budget Daftar Peserta Susunan Acara Undangan
21-31 Desember
Konfirmasi undangan & pengumpulan proposal +
Penanggung Jawab Galih Aji Prasongko
Chris Rahardian + Panitia Jatim
rencana kerja tim kota EH 2016 Sebar undangan a. Peserta b. WWF & narasumber c. Desain materi kampanye d. Kebutuhan workshop Produksi e. Meeting koordinasi tim workshop
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
285
10 – 15 Januari
Proposal + rencana kerja EH Indo 2016
20 – 24 Januari
Persiapan dan pematangan materi
28 – 31 Januari
Acara
1- 5 Februari
Evaluasi
Galih Aji Prasongko
Galih Aji Prasongko + Chris Rahardian + Panitia Jatim Panitia Jatim Galih Aji Prasongko
Konsolidasi Agenda Gabungan Semua Kota
G.Budget Anggaran Terlampir H. Kontak Galih Aji Prasongko, Kordinator Earth Hour WWF Indonesia, email:
[email protected], Hp: 085692400192 Nyoman Iswarayoga, Direktur Komunikasi & Advokasi WWF-Indonesia, email:
[email protected], Hp: +62-811 128 4868, CATATAN Tentang WWF- Indonesia WWF adalah organisasi konservasi global dan didirikan pada tahun 1961 di Swiss, dengan hampir 5 juta suporter dan memiliki jaringan di lebih dari 100 negara dan di Indonesia bergiat di lebih dari 25 wilayah ke rja lapangan di 17 provinsi. Misi WWF-Indonesia: menyelamatkan keanekaragaman hayati dan mengurangi dampak ekologis aktivitas manusia melalui; mempromosikan etika konservasi yang kuat, kesadartahuan di kalangan masyarakat Indonesia; memfasilitasi upaya multi-pihak untuk perlindungan keanekaragaman hayati dan proses-proses ekologis pada skala ekoregion; melakukan advokasi kebijakan, hukum dan penegakan hukum yang mendukung konservasi, dan; menggalakkan konservasi untuk kesejahteraan manusia, melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. www.wwf.or.id
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
286
Earth Hour Indonesia 2016
Komitmen Untuk Aksi Nyata Perubahan Iklim dari Cagar Budaya Dunia Borobudur, 19 Maret 2016 – Malam ini, pukul 20.30 – 21.30 waktu setempat, setidaknya 32 kota di Indonesia berpartisipasi dalam gerakan global untuk perubahan iklim, Earth Hour. Hadir di tahun kedelapan di Indonesia, Earth Hour mengusung tema global ‘Shine A Light on Climate Action’. Dengan mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan selama satu jam, kita diajak untuk menyalakan aksi nyata mengubah gaya hidup mengurangi emisi gas rumah kaca untuk kelestarian bumi. di Indonesia akan ditandai dengan partisipasi dua ikon Indonesia yang dikenal dunia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Candi Borobudur dan Candi Prambanan, dua situs warisan budaya dunia di Indonesia, tak ketinggalan menjadi bagian dari Earth Hour tahun 2016. Partisipasi dua ikon Indonesia, di antara lebih dari 70 ikon lainnya di kota yang berpartispasi, menjadi simbol komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. “Saya mengingatkan kembali bahwa satu jam malam ini adalah simbol dari awal komitmen kita. Mari bersama wujudkan perubahan gaya hidup yang niscaya membawa perubahan baik bagi kelestarian bumi kita,” ujar Dr. Efransjah, CEO WWF Indonesia. Perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi kelestarian kekayaan alam, keanekaragaman hayati dan kelangsungan hidup kita. “Earth Hour kembali mengingatkan kekuatan setiap dari kita dalam melakukan perubahan, yang diperlukan untuk mengubah perubahan iklim. Setiap dari kita berkewajiban untuk berkontribusi dalam perubahan tersebut agar mampu menjamin anak-cucu kita masih bisa menikmati sumber daya dan kekayaan yang dimiliki bumi kita untuk kesejahteraan mereka.,” lanjut Dr. Efransjah. Untuk partisipasi kedua ikon cagar budaya Indonesia, khususnya Candi Borobudur yang baru pertama kalinya menjadi bagian dari Earth Hour, Direktur Pemasaran dan Kerjasama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero), Ricky SP Siahaan mengatakan “Kami menyadari bahwa warisan budaya dunia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan, pun tak lepas dari dampak perubahan iklim. Oleh karenanya, Candi Borobudur dan Candi Prambanan menjadi bagian dari gerakan Earth Hour untuk turut menyiarkan pentingnya perubahan gaya hidup sebagai salah satu cara memenuhi komitmen Indonesia dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.”. Sementara itu, Kepala Unit Taman Wisata Candi Borobudur, Chrisnamurti Adiningrum menegaskan bahwa ancaman pemanasan global menyadarkan kita untuk mengubah gaya hidup dengan hemat energi. “Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mematikan lampu atau alat elektronik selama1 jam pada 19 Maret 2016 ini. Candi Borobudur berpartisipasi pada acara Earth Hour sebagai bentukkomitmen tentang perilaku hemat energi yang sudah dilakukan”, kata Chrisnamurti Adiningrum. Selain kedua ikon yang mendunia tersebut, setidaknya 70 ikon yang didukung 37 komunitas Earth Hour Indonesia di berbagai kota juga akan menjadi tanda partisipasi Indonesia dalam Earth Hour tahun ini. Partisipasi Candi Borobudur dan Candi Prambanan pada Earth Hour 2016 didukung penuh oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero), Balai Konservasi Borobudur dan Prambanan, serta UNESCO. Perayaan Earth Hour di Candi Borobudur pada hari ini
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
287
dipusatkan di Lapangan Aksobya sejak pukul 19.30 WIB yang diisi beragam kegiatan pentas seni masyarakat sekitar Borobudur yang tergabung dalam program UNESCO.
Mengenai partisipasi dan kolaborasi ini Mr Shahbaz Khan, Direktur dan Representatif KantorUNESCO di Jakarta mengatakan, “UNESCO Climate Change Initiative mencakup kegiatan untuk memantau dampak dari perubahan iklim di situs-situs UNESCO antara lain Situs Warisan Dunia dan taman biosfer. Earth Hour yang diadakan oleh WWF di dua situs Warisan Dunia UNESCO dan merupakan ikon Indonesia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan, menyampaikan pesan kuat mengenai pentingnya pelestarian sumber daya alam dan budaya untuk generasi mendatang. Kami berharap bahwa acara ini akan meningkatkan kesadaran publik untuk lebih memahami, mencegah dan beradaptasi terhadap perubahan iklim. UNESCO juga menghargai keterlibatan aktif masyarakat setempat di Borobudur dalam rangkaian kegiatan Earth Hour, termasuk partisipasi aktif mereka dalam lokakarya mengenai kelestarian lingkungan yang diadakan bersama oleh UNESCO dan WWF di Galeri Komunitas, Desa Karanganyar, Borobudur.” Sementara itu secara khusus, Iskandar M. Siregar selaku Kepala Seksi Konservasi dari Balai Konservasi Borobudur menyampaikan bahwa “Balai Konservasi Borobudur mendukung sepenuhnya kegiatan Earth Hour di Candi Borobudur. Selain untuk memberikan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan, partisipasi Candi Borobudur dalam Earth Hour juga diharapkan dapat semakin menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pelestarian saujana budaya Borobudur secara lebih khusus, karena merupakan integritas yang tidak bisa dipisahkan dari Candi Borobudur sebagai Warisan Dunia yang telah diakui oleh UNESCO sejak tahun 1991.” Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Nenden N. Fathiastuti, Public Relations Manager WWF Indonesia Email :
[email protected], Hp: 0811-190-9148 Pujo Suwarno, Corporate Secretary, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero) Email :
[email protected], Hp: 08121570566 Catatan untuk Editor:
1. Komunitas Earth Hour Indonesia juga membuka kesempatan partisipasi masyarakat untuk mendukung 4 kegiatan konservasi hijaukan hutan dengan berdonasi melalui program crowdfunding komunitas Earth Hour Indonesia di kanal http://earthhour.kitabisa.com. Tentang WWF-Indonesia WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
288
Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini bergiat di 28 wilayah kerja lapangan di 17 propinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff, WWFIndonesia bekerja bersama pemerintah, masyarakat lokal, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik luas. Sejak 2006 hingga 2013, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64.000 supporter didalam negeri. Kunjungi www.wwf.or.id.
Tentang EARTH HOUR EARTH HOUR adalah salah salah satu kampanye global WWF yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk turut peduli terhadap perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, dengan cara melakukan hal sederhana namun akan memberi dampak luar biasa jika dijadikan gaya hidup: mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam, pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan
Maret setiap tahunnya. Pertama kali dilakukan tahun 2007 di Sidney, Australia, dan dilakukan mulai tahun 2009 di Indonesia. Dari hanya di Jakarta, tahun 2015 Earth Hour Indonesia berhasil merambah ke lebih dari 48 kota. Untuk informasi selengkapnya, http://earthhour.wwf.or.id Tentang PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam usaha pengelolaan obyek wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan & Ratu Boko, yang mempunyai visi menjadi perusahaan yang unggul dan bersih dalam pengelolaan dan pengembangan lingkungan Cagar Budaya serta Pariwisata yang selaras dengan Pelestarian Warisan Budaya Bangsa. PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko melakukan pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan ketertiban serta kebersihan kawasan beserta candinya sebagai obyek dan daya tarik wisata berdasarkan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kement erian Pendidikan dan Kebudayaan. Tentang Balai Konservasi Borobudur Balai Konservasi merupakan unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yang bertanggung jawab terhadap pelestarian Kompleks Candi Borobudur dan kawasannya, sebagai situs warisan budaya dunia.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
289
SIARAN PERS Earth Hour Indonesia 2016
Pesan Perubahan Iklim dari Cagar Budaya Dunia Prambanan, 15 Maret 2016 – Gerakan global untuk perubahan iklim, Earth Hour kembali mengingatkan pentingnya mengubah gaya hidup demi kelestarian bumi. Earth Hour 2016 yang jatuh pada Sabtu, 19 Maret, pukul 20.30-21.30 waktu setempat, di Indonesia akan ditandai dengan partisipasi dua ikon Indonesia yang dikenal dunia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Dari dua situs warisan budaya dunia ini, Earth Hour Indonesia menyuarakan tema global Earth Hour tahun ini ‘Shine A Light on Climate Action’. Tema ini mengajak warga dunia untuk menjadikan Earth Hour sebagai perayaan untuk melakukan aksi dalam menghadapi perubahan iklim. Lewat simbolisasi mematikan lampu dan peralatan elektronik yang tidak digunakan selama 1 jam, kita semua diharapkan mempunyai komitmen nyata dalam mengurangi emisi gas rumah kaca. “Masih segar dalam ingatan kita tentang Paris Agreement yang dicapai dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB di Paris (COP 21 –red) akhir tahun 2015. Earth Hour menjadi pengingat akan upaya yang diperlukan oleh individu, pemerintah dan korporasi sebagai kontribusi dalam menahan laju perubahan iklim,” ujar Dr. Efransjah, CEO WWF Indonesia. Perubahan iklim merupakan ancaman nyata bagi kelestarian kekayaan alam, keanekaragaman hayati dan kelangsungan hidup kita. “Partisipasi dua ikon warisan budaya dunia, Candi Borobudur dan Candi Prambanan, adalah simbol agar kita sadar bahwa kita bukan hanya diwarisi alam yang begitu kaya dan indah tetapi juga harus mampu untuk mewarisi planet bumi yang lestari ke anak cucu kita,” imbuh Dr. Efransjah. Selain kedua ikon yang mendunia tersebut, setidaknya 70 ikon yang didukung 37 komunitas Earth Hour Indonesia di berbagai kota juga akan menjadi tanda partisipasi Indonesia dalam Earth Hour tahun ini. Pada Minggu, 13 Maret 2016, komunitas Earth Hour Indonesia di 19 kota telah melakukan aksi serentak di kawasan Car Free Day (CFD) kota masing-masing untuk menyuarakan kepedulian terhadap perubahan iklim. Partisipasi Candi Borobudur dan Candi Prambanan pada Earth Hour 2016 didukung penuh oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero), Balai Konservasi Borobudur dan Prambanan, serta UNESCO. Perayaan Earth Hour di Candi Borobudur pada tanggal 19 Maret mendatang akan dipusatkan di Lapangan Aksobya sejak pukul 19.30 WIB. “Kami mendukung gerakan Earth Hour dengan semangat melestarikan warisan budaya dunia dari dampak perubahan iklim. Partisipasi Candi Borobudur dan Candi Prambanan merupakan simbol penting akan suara dan komitmen Indonesia sebagai bagian dari masyarakat global,” ujar Edy Setijono, Direktur Utama PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero). Earth Hour Indonesia pada tahun ini juga mendapat dukungan dari Twitter Indonesia. Pada saat malam Earth Hour, pengguna Twitter bisa mengikuti prosesi switch-off di Candi Borobudur lewat tayangan Periscope. Komunitas Earth Hour Indonesia juga membuka kesempatan partisipasi masyarakat untuk mendukung 4 kegiatan konservasi hijaukan hutan dengan berdonasi melalui program crowdfunding komunitas Earth Hour Indonesia di kanal http://earthhour.kitabisa.com.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
290
Untuk informasi lebih lanjut, silakan hubungi:
Nenden N. Fathiastuti, Public Relations Manager WWF Indonesia Email :
[email protected], Hp: 0811-190-9148 Pujo Suwarno, Corporate Secretary, PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko (Persero) Email :
[email protected], Hp: 08121570566 Tentang WWF-Indonesia WWF-Indonesia adalah organisasi konservasi nasional yang mandiri dan merupakan bagian dari jaringan global WWF. Mulai bekerja di Indonesia pada tahun 1962 dengan penelitian Badak Jawa di Ujung Kulon, WWF-Indonesia saat ini bergiat di 28 wilayah kerja lapangan di 17 propinsi, mulai dari Aceh hingga Papua. Didukung oleh sekitar 500 staff, WWFIndonesia bekerja bersama pemerintah, masyarakat lokal, swasta, LSM, masyarakat madani, dan publik luas. Sejak 2006 hingga 2013, WWF Indonesia didukung oleh sekitar 64.000 supporter di dalam negeri. Kunjungiwww.wwf.or.id.
Tentang EARTH HOUR
EARTH HOUR adalah salah salah satu kampanye global WWF yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk turut peduli terhadap perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia, dengan cara melakukan hal sederhana namun akan memberi dampak luar biasa jika dijadikan gaya hidup: mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam, pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret setiap tahunnya. Pertama kali dilakukan tahun 2007 di Sidney, Australia, dan dilakukan mulai tahun 2009 di Indonesia. Dari hanya di Jakarta, tahun 2015 Earth Hour Indonesia berhasil merambah ke lebih dari 48 kota. Untuk informasi selengkapnya, http://earthhour.wwf.or.id
Tentang PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko
PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko adalah Badan Usaha Milik Negara yang bergerak dalam usaha pengelolaan obyek wisata Candi Borobudur, Candi Prambanan & Ratu Boko, yang mempunyai visi menjadi perusahaan yang unggul dan bersih dalam pengelolaan dan pengembangan lingkungan Cagar Budaya serta Pariwisata yang selaras dengan Pelestarian Warisan Budaya Bangsa. PT. Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko melakukan pengelolaan, pemanfaatan dan pemeliharaan ketertiban serta kebersihan kawasan beserta candinya sebagai obyek dan daya tarik wisata berdasarkan petunjuk teknis Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala, Kemen terian Pendidikan dan Kebudayaan.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
291
FAQ Earth Hour 2016 1. Apa itu Earth Hour ? EARTH HOUR adalah salah satu kampanye global WWF, organisasi konservasi terbesar di dunia, yang mengajak individu, komunitas, praktisi bisnis, dan pemerintahan di seluruh dunia untuk menyatakan kepeduliannya terhadap perubahan iklim dengan cara mematikan lampu dan peralatan elektronik yang sedang tidak dipakai selama 1 jam (20.30 – 21.30 waktu setempat), pada setiap hari Sabtu di minggu ke-3 bulan Maret setiap tahunnya. Tujuan utama EARTH HOUR adalah mengajak masyarakat seluas-luasnya sebagai individu, bisnis dan korporasi maupun pemerintah untuk berpartisipasi melakukan aksi kecil yang dapat membawa perubahan besar bagi kebaikan planet bumi. Berawal sejak tahun 2007 di Sydney,Australia. EARTH HOUR berkembang pesat jika dilihat dari jumlah partisipasi negara, kota, dan maupun pendukung individu. Data terakhir tahun 2015, EARTH HOUR mencatat dukungan ratusan juta individu di dari setidaknya 172 negara. Di Indonesia Earth Hour diawali hanya di Jakarta pada tahun 2009. Berkat intensitas kampanye yang dilakukan berbagai komunitas, media massa, dan aktifitas di dunia maya, jumlah kota yang berpartisipasi pada EARTH HOUR 2015 di Indonesia mencapai lebih dari 48 kota dan dengan di dukung oleh 50 pemimpin kota/kabupaten/propinsi. di seluruh Indonesia. 2. Earth Hour dan perubahan iklim Perubahan iklim adalah salah satu tantangan lingkungan terbesar yang dihadapi bumi kita saat ini. Earth Hour bertujuan untuk menginspirasi dan memberdayakan individu, bisnis dan pemerintah di seluruh dunia dalam mendorong perubahan iklim menjadi aksi dan agenda bersama. Dari mempromosikan energi terbarukan, proyek-proyek pendanaan untuk melindungi hutan dan ekosistem serta mendorong pendidikan lingkungan. Melalui Earth Hour banyak tindakan yang bisa kita ambil sebagai individu dan organisasi untuk membantu mengubah perubahan iklim. 3. Earth Hour di Indonesia
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
292
Di Indonesia Earth Hour diawali hanya di Jakarta pada tahun 2009. Berkat intensitas kampanye yang dilakukan berbagai komunitas, media massa, dan aktifitas di dunia maya, jumlah kota yang berpartisipasi pada EARTH HOUR 2015 di Indonesia mencapai lebih dari 48 kota dan dengan di dukung oleh 50 pemimpin kota/kabupaten/propinsi. di seluruh Indonesia. 4. Apa Tema Earth Hour 2016, dan kenapa memilih tema tersebut Pada tahun 2016 , ditahun kesepuluh ini Earth Hour secara global mengajak individu di dunia untuk terlibat dalam mobilisasi dan aksi dalam ruang digital, Earth Hour 2016 ingin menggunakan kekuatan sosial untuk mengubah individu agar bisa mendapatkan informasi dan terlibat dalam aksi iklim. Momentum Earth Hour diharapkan dapat membangun sebuah solidaritas dan komitmen global melalui aktivasi individu di semua platform digital. Sehingga pada tahun 2016 Earth Hour secara global mengambil tema “Change climate change and shine a light on climate action” yang bertujuan untuk menjadikan potensi individu menjadi bagian penting dari upaya untuk mengubah dan mengurangi perubahan iklim, melalui sebuah aksi individu untuk menciptakan dampak besar bagi lingkungan yang lebih baik dimasa depan 5. Apa Peran Indiviu dalam Earth Hour a. Mendukung Earth Hour untuk terus melakukan aksi yang berkelanjutan dengan mendonasikan account media sosial sebagai bentuk komitmen di www.earthhour.org/donate b. Mengajak masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam Earth Hour dengan mengingatkan untuk mematikan lampu mereka dan semua peralatan listrik yang tidak diperlukan, dimanapun mereka berada selama Earth Hour dan melanjutkannya menjadi gaya hidup sehari-hari. c. Gunakan jaringan sosial untuk menyebarkan berita tentang Earth Hour. Karena semakin banyak orang yang terlibat, semakin besar dampaknya bagi gerakan ini dan bumi dimasa depan. Serta membantu mempromosikan dan menyebarluaskan seluruh informasi tentang Earth Hour di Facebook, Twitter, Google+, Instagram dll. d. Mengajak masyarakat untuk melakukan aksi nyata dan melakukan perubahan gaya hidup, seperti : Bijak dan hemat energi Mengurangi konsumsi kertas, tissue dan plastik serta menggunakan tas reusable sesering mungkin Beralih ke transportasi alternatif dan berteknologi ramah lingkungan
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
293
Pilih untuk mengkonsumsi produk lestari yang berasal dari proses yang bertanggung jawab dan berkelanjutan serta tidak merusak lingkungan Pilih produk dengan kemasan biodegradable dan barang-barang yang dibuat dengan bahan alami dan organik Senantiasa mendukung program konservasi dan kampanye WWF, serta bergabung dengan komunitas atau masyarakat luas dalam Earth Hour untuk berkomitmen dan menggunakan kekuatan individu untuk dampak nyata bagi masa depan yang berkelanjutan
6. Earth Hour dan kampanye hemat energi Earth hour tidak mengklaim bahwa kegiatan yang dilakukan selama satu jam adalah upaya utama dan satu-satunya untuk mengurangi pemakaian energi namun lebih kepada aksi simbolis . Oleh karena itu , Earth Hour tidak terlibat dalam pengukuran tingkat energi atau pengurangan karbon . Earth Hour merupakan inisiatif untuk mendorong individu, bisnis dan pemerintah di seluruh dunia untuk mengambil akuntabilitas jejak ekologi mereka dan terlibat dalam dialog dan pertukaran sumber daya yang menyediakan solusi nyata untuk tantangan lingkungan kita . Partisipasi dalam Earth Hour melambangkan komitmen untuk mengubah gaya hidup seharihari. Earth Hour hanya meminta individu untuk mematikan lampu yang tidak penting selama satu jam, bukan lampu atau alat elektronik yang mempengaruhi keselamatan publik serta pemadaman langsung secara terpusat. Earth Hour juga merupakan momen perayaan sehingga sangat penting untuk menikmati nya di lingkungan yang aman . 7. Di kota mana saja di Indonesia yang berpartisipasi dalam Earth Hour 2016 Berkat intensitas kampanye yang dilakukan berbagai komunitas, media massa, dan aktifitas di dunia maya, jumlah kota yang berpartisipasi pada EARTH HOUR 2016 di Indonesia mencapai lebih dari 60 kota : PONTIANAK, PADANG, DENPASAR, BANDUNG, JAKARTA, MAKASSAR, MALANG, PALU, PEKANBARU, BALIKPAPAN, MATARAM, BANJARMASIN, PALEMBANG, SAMARINDA, SERANG, SOLO, KEDIRI, SURABAYA, KOTA BATU, BOGOR, TANGERANG, PALANGKARAYA, CIMAHI, SUBANG, LAMPUNG, SIDOARJO, ACEH, BANJARBARU, BEKASI, DEPOK, MEDAN, JOGJA, BIMA, KUALA TUNGKAL, SEMARANG, PALOPO, CIREBON, MAGELANG, KENDARI, JAYAPURA, BIMA, BELITUNG, PURWAKARTA, KARAWANG, SUKABUMI, SUMEDANG, LHOKSUMAWE, SINGKAWANG, BONTANG, SLEMAN, MANADO, AMBON, BENGKULU, BATAM, KUPANG, GRESIK, CILACAP, KUNINGAN, CIANJUR, TASIKMALAYA 8. Apa saja kegiatan untuk Earth Hour 2016 a. Aksi serentak nasional sosisalisasi Earth Hour 2016 di 19 Kota b. Switch Off Borobudur & Prambanan Selain melakukan rangkaian kegiatan switch off di 37 kota, pada tahun ini Earth Hour di Indonesia mendapatkan dukungan dan komitmen penuh dari Candi Borobudur dan Prambanan. Untuk itu pada tahun ini pusat kegiatan dan aktivitas berlokasi di Prambanan dan Borobudur sebagai bagian dari Ikon dunia. Pelaksanaan konferensi pers akan berlokasi di Prambanan pada tanggal 15 Maret dan perayaan switch off pada tanggal 19 Maret akan berlokasi di dua tempat yaitu Candi Prambanan dan Borobudur secara serentak.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
294
c. Program crowdfunding komunitas Earth Hour melalui kanal http://earthhour.kitabisa.com, dengan 4 project konservasi di 4 kota sebagai lanjutan dari program hijaukan hutan
9. Apa pesan dan himbauan WWF untuk Earth Hour 2016 EARTH HOUR bukan sekedar hanya mematikan lampu yang dilakukan selama 1 jam tapi tetapi harus menjadi bagian dari gaya hidup sehari-hari, dan diikuti juga gaya hidup lebih ramah lingkungan lainnya, seperti mengurangi dan mengolah sampah, hemat kertas dan tisu, transportasi publik, serta berkomitmen menjadi bagian dari gerakan konsumen untuk memilih produk dengan proses ramah lingkungan serta bertanggung jawab bagi masa depan bumi yang berkelanjutan.
Earth Hour KUMBANG Workshop 2016
295
LAMPIRAN 10 CURRICULUM VITAE
296
297
CURRICULUM VITAE Curriculum Vitae (CV)
A. Informasi perorangan Nama lengkap Tempat, tanggal lahir Kewarganegaraan Agama Alamat rumah Nomor HP/Rumah E-mail Blog pribadi Jenis kelamin Golongan darah Status marital Hobi B. Pendidikan Nama institusi dan tahun
IPK
Emiliya Johari Cianjur,14 November 1993 Indonesia Islam BBS II JL. Melati Blok i-1 No. 09 RT/RW 12/06 , Kec : Cilegon, Kel : Bendungan, Cilegon(42417), Banten 0877 -7118 -9693 0254- 396923
[email protected]/
[email protected] Emilicious14.wordpress.com Perempuan O Single Fotografi, membuat dan menonton video, membuat DIY, jalan-jalan
SDN 1 Cilegon SMPN 2 Cilegon SMAN 2 Krakatau Steel Cilegon Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 3.78
C. Skill dan qualifikasi Bahasa yang dikuasai Komputer/IT D. Beasiswa Nama dan tahun G. Pengalaman Organisasi
Bahasa Indonesia, Inggris pasif Corel Draw, Corel Video Studio, Ms Word, Power Point, Excel, Publisher, Indesign PPA 2013 OSIS SMA 2009-2010 Orange UKMF 2012-2013 Earth Hour Serang
H. Pengalaman Internship
1. PT. ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Merak 2015 2. PT. Indonesia Power Suralaya 2015