ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA Ny. I P1A0 UMUR 23 TAHUNAKSEPTOR KB IUDTIPE COPPER TDENGAN EROSI PORTIO DI BPS NGUDI WARAS PLUPUH SRAGEN
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh :
Ayuk Ariska NIM B12 063
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA Ny. I P1A0 UMUR 23 TAHUN AKSEPTOR KB IUDTIPE COPPER TDENGAN EROSI PORTIO DI BPS NGUDI WARAS PLUPUH SRAGEN
Diajukan Oleh : Ayuk Ariska B.12 063
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal :
Pembimbing
Muthiah Rissa.P,S.ST,M.kes NIK. 201487131
ii
HALAMAN PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA Ny. I P1A0 UMUR 23 TAHUN AKSEPTOR KB IUDTIPE COPPER TDENGAN EROSI PORTIO DI BPS NGUDI WARAS PLUPUH SRAGEN Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : Ayuk Ariska B.12 063 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Ujian Akhir Program D III Kebidanan Pada tanggal : Penguji I
Penguji II
Riadini Wahyu U.,S.ST
Muthiah Rissa P.,S.ST,M.Kes
NIK. 201189094
NIK.201487131
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Mengetahui, Ka Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, S.ST NIK. 200985034 iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencan Pada Ny. IP1A0 23 Tahun Akseptor IUDTipe Copper Tdengan Erosi Portio di BPS Ngudi Waras Plupuh Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.
Ibu dra. Agnes Sri Harti M.Si, Selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Ibu Retno Wulandari, SST,M.Kes, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3.
Ibu Muthiah Rissa P, SST,M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4.
Ibu Riadini Wahyu U, S.ST selaku dosen penguji, yang telah melancarkan jalannya ujian.
5.
Ibu Sri Rejeki Dwi Hastuti, Amd.Keb selaku kepala BPS Ngudi Waras Plupuh Sragen, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.
6.
Ny. Inke, selaku pasien yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan observasi.
7.
Seluruh dosen dan staff prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. 8.
Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta , Juni 2015
Penulis
v
Prodi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015 Ayuk Ariska B12 063 ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA Ny. I P1A0 UMUR 23 TAHUN AKSEPTOR KB IUD TIPE COPPER T DENGAN EROSI PORTIO DI BPS NGUDI WARAS PLUPUH SRAGEN xii + 63halaman + 13 lampiran INTISARI Latar Belakang : Salah satu alat kontrasepsi yang digunakan di Indonesia adalah IUD yang menempati urutan ketiga dalam pemakaiannya. Efek samping dan komplikasi yang terjadi pada akseptor KB IUD salah satunya adalah erosi portio. Jumlah akseptor KB IUDdi BPS Ngudi Waras, Plupuh, Sragen dari bulan Januari sampai bulan September 2014 yang mengalami erosi portio sebanyak 16 (5,3 %) akseptor. Tujuan : Mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio sesuai tujuh langkah manajemen kebidanan Varney. Metode Penelitian : Jenis studi yang digunakan adalah observasional deskriptif dengan metode studi kasus, dilakukan di BPS Ngudi Waras Plupuh, Sragen, pada Ny. I P1A0 umur 23 tahun dengan erosi portio dan dilaksanakan tanggal 7 Mei sampai 14 Mei 2014. Adapun teknik pengumpulan data melalui pemeriksaan fisik, wawancara, dan observasi. Hasil Studi Kasus: Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 7 hari mulai dari tanggal 7 Mei sampai 14 Mei 2015, Ny. I umur 23 tahun dengan erosi portio di BPS Ngudi Waras Plupuh, Sragen, maka hasil yang didapat yaitu erosi portio sembuh. Kesimpulan : Dari hasil studi kasus didapatkan erosi portio sembuh setelah 7 hari mendapatkaan perawatan dan Ny. I tetap menggunakan alat kontrasepsi IUD, ada kesenjangan antara teori dan praktik. Kata kunci : Asuhan Kebidanan, KB IUD, Erosi Portio. Kepustakaan : 20 literatur (Tahun 2005-2013)
vi
MOTTO
1. Jangan merasa takut jika kamu tidak salah, Diamkan saja pasti “TUHAN” akan membalasnya.(Mamaku Tersayang) 2. Lakukan yang terbaik dan tetap semangat. Do the best. (Dhimas) 3. Ini hidupku bukan hidupmu, Ini urusanku bukan urusanmu, maka jangan ganggu hidupku karena hidupku bukanlah urusanmu. (Penulis) 4. Ketika seseorang melukai anda lagi dan lagi, anggap saja mereka seperti amplas. Mungkin anda akan terbaret terluka, tapi ingatlah pada akhirnya anda akan menjadi berkilau dan mereka akan menjadi tak berguna. 5. Jangan sedih bila dipandang sebelah mata, buktikan bahwa anda layak mendapatkan kedua matanya. 6. Eling baline Eling Asale. (Mas penyemungutz)
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, karya tulis ini penulis persembahakan untuk : 1. Orang tuaku tercinta dan adikkutersayang yang telah memberikan kasih sayang yang tulus, dukungan moral, material dan spiritual. I love you all, kalianlah hidup ku. 2. Arfian musyafa’ yang selalu sabar menghadapiku, selalu berusaha membuatku tersenyum, dan yang selalu memberikan semangat, kekuatan untukku. 3. Bu muthiah rissa.p. selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing KTI terima kasih atas bimbingannya selama ini. 4. Sahabatku penghuni “Green Kost” Sri, Ike, Kiki selalu melukiskan pelangi dihidup qu,mengukir senyum diwajahku. 5. Teman – teman ku tersayang dari kelas III B yang paling heboh dan paling rame saat diajar dosen. 6. Para “Some One” yang menemaniku menuju kelulusan sekolah kebidanan.
vii
CURICULUM VITAE
Nama
: Ayuk Ariska
Tempat / Tanggal Lahir
: Sragen, 05 Juni1994
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Poloyo Rt 11, Cemeng, SambungMacan, Sragen.
Riwayat Pendidikan 1. SDN Cemeng IV
Lulus tahun 2006
2. SMP N 2 Sragen
Lulus tahun 2009
3. SMA N 1 Sragen
Lulus tahun 2012
4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2012
viii
DAFTAR ISI
halaman HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii KATA PENGANTAR .................................................................................... iv INTISARI ....................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. vii CURRICULUM VITAE ................................................................................ viii DAFTAR ISI .................................................................................................. ix DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .........................................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
2
C. Tujuan Studi Kasus ..................................................................
3
D. Manfaat Studi Kasus.................................................................
4
E. Keaslian Studi Kasus ................................................................
5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis ..............................................................................
7
1. Alat Kontrasepsi ................................................................
7
a. PengertianAlat Kontrasepsi ........................................
7
b. Macam-Macam Kontrasepsi ......................................
7
2. IUD (Intra Uterine Device) ...............................................
8
a. Pengertian IUD ...........................................................
8
b. Macam-Macam IUD ..................................................
9
c. Cara Kerja IUD ..........................................................
9
d. Indikasi dan Kontra Indikasi ......................................
10
e. Keuntungan dan Kerugian ..........................................
11
f. Efek Samping dan Penanggulangan ...........................
11
ix
3. Erosi portio ........................................................................
12
a. Pengertian Erosi Portio...............................................
12
b. Etiologi .......................................................................
13
c. Tanda dan Gejala ........................................................
13
d. Penanggulangan dan Pengobatan ...............................
13
B. Teori Manajemen Kebidanan ...................................................
14
C. Data Perkembangan Menggunakan SOAP ...............................
27
D. Landasan Hukum ......................................................................
28
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Studi Kasus ......................................................................
29
B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................
29
C. Subjek Studi Kasus ...................................................................
29
D. Waktu Pelaksanaan ...................................................................
30
E. Instrumen Studi Kasus ..............................................................
30
F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................
30
G. Alat Yang Digunakan ...............................................................
34
H. Jadwal Penelitian ......................................................................
35
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus .........................................................................
36
1. Pengkajian ..........................................................................
36
2. Interpretasi Data .................................................................
44
3. Diagnosa Potensial .............................................................
46
4. Antisipasi ............................................................................
46
5. Perencanaan ........................................................................
46
6. Pelaksanaan ........................................................................
47
7. Evaluasi ..............................................................................
49
Data perkembangan I..........................................................
50
Data perkembangan II ........................................................
53
B. Pembahasan ..............................................................................
55
1. Pengkajian ..........................................................................
55
x
2. Interprestasi Data ................................................................
56
3. Diagnosa Potensial .............................................................
56
4. Antisipasi ............................................................................
57
5. Perencanaan ........................................................................
57
6. Pelaksanaan ........................................................................
58
7. Evaluasi ..............................................................................
58
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
60
B. Saran .........................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Jadwal penelitian Lampiran 2.Surat Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3.Surat Balasan Studi Pendahuluan Lampiran 4.Surat Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 5.Surat Balasan Penggunaan Lahan Lampiran 6. Surat Permohonan Menjadi Responden Lampiran 7. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 8.Format Asuhan Kebidanan dan Data Perkembangan Lampiran 9. Lembar Observasi Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan Lampiran 11. Leaflet Lampiran 12. Dokumentasi Studi Kasus Lampiran 13. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) adalah usaha untuk mengukur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Tujuan program KB adalah membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial suatu keluarga, dengan cara pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang memenuhi kebutuhan hidupnya. Agar dapat mencapai hal tersebut, maka dibuatlah beberapa cara alternatif untuk mencegah atau menunda kehamilan. Cara-cara tersebut termasuk kontrasepsi (Sulistyawati, 2013). Salah satu alat kontrasepsi yang digunakan di Indonesia adalah IUD yang menempati urutan ketiga dalam pemakaiannya. IUD mempunyai keuntungan antara lain dapat diterima masyarakat, pemasangan tidak memerlukan alat medis yang sulit, penyulit tidak terlalu berat, dan reversibel (Manuaba, 2010). Selain keuntungan tersebut, IUD juga memiliki efek samping. Efek samping IUD terbagi menjadi dua yaitu efek samping ringan yaitu seperti rasa sakit atau nyeri pada saat pemasangan, kejang rahim, nyeri pelviks, pingsan, dan efek samping yang lebih serius yaitu seperti perforasi, endometritis, infeksi pelviks dan infeksi ringan (Sulistyawati, 2013). Yang termasuk infeksi ringan atau rendah yaitu vulvitis, vaginitis, cervicitis dan erosi portionis atau erosi portio (UNPAD, 2010).
1
2
Akibat terjadinya erosi portio jika tidak segera mendapatkan penanganan kemudian akan terjadi cervicitis (UNPAD, 2010). Jika keadaan serviks berubah menjadi permukaannya kasar kemudian akan tebentuk benjolan seperti kembang kol yang mudah patah dan mudah berdarah disertai keluar cairan yang khas berwarna coklat dan berbau busuk berarti keadaan berubah menjadi kanker serviks (Sulistyawati, 2013). Data yang diperoleh dari studi pendahuluan di BPS Ngudi Waras, Plupuh, Sragen dari bulan Januari sampai bulan September 2014 jumlah akseptor KB IUD sebanyak 302 akseptor. Dari data tersebut akseptor KB IUD yang mengalami erosi portio sebanyak 16 (5,3 %) akseptor. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian dengan judul “Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. I P1A0 umur 23 tahun Akseptor KB IUD Tipe Copper T dengan Erosi Portio di BPS Ngudi Waras, Plupuh, Sragen” perlu dilakukan.
B. Perumusan Masalah Perumusan masalah dari studi kasus ini sebagai berikut : “Bagaimana asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny. I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD Tipe Copper T dengan erosi portio di BPS Ngudi Waras, Plupuh, Sragen dengan menggunakan pendekatan Manajemen Kebidanan 7 Langkah Varney?”
3
C. Tujuan Studi Kasus 1.
Tujuan Umum Diperoleh
pengalaman
nyata
dalam
melaksanakan
asuhan
kebidanan pada Ny. I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD Tipe Copper T dengan erosi portio menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney. 2.
Tujuan Khusus a.
Penulis Mampu 1) Melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada Ny. I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio. 2) Melakukan interpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Ny. I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio. 3) Menentukan diagnosa potensial yang timbul pada Ny. I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio. 4) Menerapkan tindakan segera Ny. I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio. 5) Merencanakan asuhan kebidanan pada Ny. I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio.
4
6) Melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan pada Ny. I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio. 7) Melakukan evaluasi pelaksaan asuhan kebidanan yang telah dicapai pada kasus Ny. I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio. b.
Mahasiswa mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada akseptor KB IUD dengan erosi portio.
D. Manfaat Studi Kasus 1.
Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio.
2.
Bagi Profesi Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan.
5
3.
Bagi Institusi dan Instansi a.
Institusi Penelitian ini diharapkan dapat sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan khususnya dalam asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio.
b.
Instansi Penelitian ini diharapkan dapat sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio untuk meningkatkan kualitas pelayanan di BPS.
E. Keaslian Studi Kasus Studi kasus tentang asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio pernah dilakukan oleh : 1.
Indriyani (2007), dengan judul “Asuhan Kebidanan pada Ny.N akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta”. Asuhan yang diberikan dengan memberikan terapi albothyl konsentrasi 36% dengan cara di deep kurang lebih 5 menit setiap tiga kali sehari, tricoctatic 1 x 1 subvaginal selama 3 hari, perbaikan personal hygiene dan selama pengobatan berlangsung untuk sementara tidak melakukan hubungan seksual. Hasil dari asuhan tersebut erosi portio dapat disembuhkan selama 6 hari, keadaaan umum ibu membaik dan IUD tetap dipakai.
6
2.
Setyowati (2012), dengan judul “Asuhan Kebidanan Pada Ny.E Akseptor KB IUD Tipe Copper T 380 A dengan Erosi Portio di BPS Kiran Klaten”. Asuhan yang diberikan dengan memberikan terapi Abothyl konsentrasi 36 % yang dioleskan pada luka erosi disekitar mulut rahim di deep selama 5 menit dan memberikan obat-obatan per oral yaitu asam mefenamat 3 x 500 mg selama 3 hari dan metronidazol 3 x 500 mg selama 3 hari, mengajarkan ibu cara cebok yang benar dengan arah depan ke belakang dan mengeringkan dengan handuk bersih, dan tidak melakukan hubungan seksual selama pengobatan. Hasil dari asuhan tersebut erosi portio dapat disembuhkan selama 5 hari, keadaan umum ibu baik dan IUD tetap digunakan. Perbedaan studi kasus tersebut dengan studi kasus ini adalah tempat
pengambilan kasus, waktu pengambilan kasus dan pasien.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis 1.
Alat kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi adalah upaya perencanaan keluarga dan upaya untuk mencegah kehamilan dengan menggunakan alat atau obat (Sulistyawati,
2013;
Fakultas
Ilmu
Kedokteran
Universitas
Indonesia, 2008; Arum dan Sujiyantini, 2011 ). b. Macam macam kontrasepsi menurut Arum dan Sujiyatini (2011) sebagai berikut : 1) Kontrasepsi Sederhana a) Tanpa Alat (1) KB alamiah terdiri dari metode pantang berkala, metode kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks, metode simptotermal. (2) Coitus Interuptus Adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya atau penis dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.
7
8
b) Dengan alat (1) Mekanisme (barier) terdiri dari kondom pria, barier intra vagina (diafragma). (2) Kimiawi yang berupa spermisida (vagina aerosol (busa), vagina tablet, spermisida jelly). 2) Kontrasepsi Modern a) Kontrasepsi hormonal Contoh : Mini pil, suntik, dan implan. b) IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR). c) Kontrasepsi Mantap (1) Pada wanita Medis Operatif Wanita (MOW) : Tubektomi (2) Pada Pria Medis Operatif Pria (MOP) : Vasektomi 2.
IUD ( Intra Uterine Device ) atau AKDR a.
Pengertian IUD (Intra Uterine Device) adalah sebuah benda kecil dari bahan plastik yang lentur yang dimasukkan ke dalam rahim melalui vagina, kebanyakan mempunyai lilitan tembaga (Copper, Cuprum, Cu) dan benang untuk mencegah kehamilan yang berjangka 10 tahun (Anggraini dan Martini, 2011; Affandi, 2012).
9
b.
Macam – macam IUD Macam-macam IUD menurut Anggraini dan Martini (2011), antara lain sebagai berikut : 1) Lippes Loop Diperkenalkan tahun 60-an dan dianggap sebagai IUD standar, yang terbuat dari polytheline (suatu plastik inert secara biologik) ditambah barium sulfat. 2) Copper IUD CuT-380A, Nova-T, Cu-7 merupakan generasi kedua yang mengandung lilitan tembaga pada batangnya. 3) Progestasert-T atau Alza T IUD yang mengandung hormon progesteron 38 mg dan barium sulfat dengan panjang 36 mm, lebar 32 mm, dan mempunyai 2 lembar benang ekor warna hitam.
c.
Cara kerja IUD Menurut Affandi, dkk (2012) cara kerja IUD adalah sebagai berikut : 1) Menghambat sperma untuk masuk ke tuba falopii. 2) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri. 3) Mencegah sperma dan ovum bertemu. 4) Mencegah implantasi telur dalam uterus.
10
d.
Indikasi dan Kontraindikasi 1) Indikasi Indikasi pemakaian IUD menurut Arum dan Sujiyantini (2011), adalah sebagai berikut : a) Usia reproduktif. b) Telah memiliki anak maupun belum. c) Menginginkan kontrasepsi yang efektif dalam jangka panjang. d) Pasca keguguran dan tidak ada tanda-tanda radang panggul. e) Sering lupa minum pil. f)
Mempunyai risiko rendah terhadap penyakit menular seksual.
g) Sedang menyusui dan ingin menggunakan alat kontrasepsi. 2) Kontra indikasi Kontra indikasi pemakaian IUD menurut Sulistyawati (2013), adalah sebagai berikut : a) Hamil atau diduga hamil b) Perdarahan yang belum jelas penyebabnya. c) Menderita vaginitis, salpingitis, dan endometritis. d) Pasca keguguran dengan menderita radang panggul. e) Kelainan kongenital rahim. f)
Menderita trofoblas yang ganas.
g) Menderita TBC pelvic.
11
h) Menderita kanker alat genital atau payudara.
e.
i)
Sering ganti pasangan.
j)
Ukuran rongga rahim kurang dari 6,5 cm.
Keuntungan dan Kerugian Kontrasepsi IUD Keuntungan dan kerugian kontrasepsi IUD menurut Manuaba (2010), adalah sebagai berikut : 1) Keuntungan a) Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan. b) Efektivitas sangat tinggi. c) Pemasangan tidak memerlukan alat medis yang sulit. d) Penyulit tidak terlalu berat. e) Kesuburan segera kembali setelah IUD dicabut atau reversibel. 2) Kerugian a) Terdapat pendarahan (spotting). b) Terjadi keputihan. c) Dapat terjadi infeksi. d) Tingkat akhir infeksi bisa menimbulkan kemandulan dan kehamilan ektopik. e) Tali IUD dapat menimbulkan perlukaan pada portio. f)
f.
Mengganggu hubungan seksual.
Efek samping dan penanggulangan menurut Sulistyawati (2013), antara lain :
12
1) Nyeri saat pemasangan Jika terasa nyeri sekali dapat dilakukan anastesi paraservikal. 2) Kejang rahim Ini biasanya terjadi saat bulan bulan pertama, hal ini dapat diatasi dengan mengganti IUD yang lebih kecil ukurannya. 3) Nyeri pelviks Nyeri pelviks dapat diatasi dengan pemberian spasmolitikum. 4) Perforasi uterus Dalam keadaan ini IUD harus dikeluarkan dengan laparoskopi dan laparotomi. 5) Infeksi Infeksi yang ringan atau belum terlalu parah dapat diobati menggunakan antibiotik yang sesuai. 6) Endometritis Dilakukan pemeriksaan bakteriologik dari endoservik dan uterus kemudian IUD harus dikeluarkan. 3.
Erosi Portio a.
Pengertian Erosi Portio ialah sekitar ostium uteri eksternum (portio) berwarna merah menyala dan agak mudah berdarah (UNPAD, 2010).
13
b.
Etiologi Adanya rangsangan dari luar yang mengakibatkan epitel gepeng berlapis dari portio mati dan diganti dengan epitel silindris canalis servikalis (UNPAD, 2010). Yang termasuk rangsangan dari luar yaitu seperti gesekan benang IUD, pemasangan dan pencabutan IUD, hubungan seksual, dan personal hygiene yang kurang yang dapat menyebabkan radang dan menyebabkan erosi (Manuaba, 2010).
c. Tanda dan gejala Menurut UNPAD (2010), tanda dan gejala erosi portio yaitu : 1) Portio nampak merah menyala. 2) Keputihan yang tidak kunjung sembuh. 3) Pada erosi sering ditemukan bintik-bintik putih. 4) Menimbulkan perdarahan kontak atau metrorhagia. d. Penanggulangan dan pengobatan Menurut Sulistyawati (2013), penanggulangan dan pengobatan erosi portio sebagai berikut : 1) Memberikan KIE a) Jelaskan efek samping pemakaian kontrasepsi IUD. b) Jelaskan sebab terjadinya efek samping yang dialami. c) Beri informasi tentang vulva hygiene. d) Segera menghubungi tenaga medis untuk mendapatkan pengobatan.
14
2) Memberi terapi a) Senyawa AgNO3 10% atau Albothyl yang dioleskan pada daerah yang terjadi erosi. b) Antibiotik seperti ampichilin, metronidazole, pinisilin dan lain-lain sebanyak 3 23 500 mg selama 3-5 hari. B. Teori Manajemen Kebidanan 1.
Manajemen kebidanan Menurut Varney yang dikutip oleh Sari (2012), manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan, dan rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
2. Proses Asuhan Kebidanan Proses manajemen kebidanan menurut Varney terdiri dari tujuh langkah yaitu sebagai berikut: a.
Langkah 1 : Pengkajian Pengkajian adalah langkah awal yang dipakai dalam penerapan asuhan kebidanan pada pasien yang terdiri dari data subjektif dan data objektif. 1) Data subjektif Data subjektif adalah data yang dibutuhkan untuk menilai ibu sesuai dengan kondisinya (Romauli, 2011).
15
Data subjektif meliputi : a) Biodata Menurut Romauli (2011), Biodata tersebut meliputi: (1) Nama Dikaji untuk dapat mengenal atau memanggil nama pasien untuk mencegah kekeliruan nama yang sama. (2) Umur Dikaji untuk mengenal faktor risiko dilihat dari umur. (3) Agama Dikaji untuk memberi motivasi pasien sesuai agama. (4) Suku bangsa Dikaji untuk mengetahui adat istiadat dan faktor pembawa atau ras pasien. (5) Tingkat pendidikan Dikaji untuk mengetahui tingkat intelektual, tingkat pendidikan. (6) Pekerjaan Dikaji untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan pasien terhadap permasalahan keluarga. (7) Alamat Dikaji untuk mengetahui keadaan sosial budaya di lingkungan tempat tinggal.
16
b) Keluhan utama Menurut Matondang (2013), dikaji untuk mengetahui keluhan klien datang ke tempat pelayanan kesehatan. Pada akseptor KB IUD Tipe Copper T dengan erosi portio keluhan dapat berupa keputihan yang tidak kunjung sembuh dan pendarahan di luar haid (UNPAD, 2010). c) Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui status perkawinan, berapa kali klien menikah, sudah berapa lama, jumlah anak. Istri keberapa dan keberadaanya dalam keluarga, kesehatan dan hubungan suami istri dapat memberikan wawasan tentang keluhan yang ada. d) Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui kapan menstruasi, siklus menstruasi, lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan yang dirasakan, dan dismenorhea. e) Riwayat Kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu Untuk mengetahui jumlah kehamilan sebelumnya dan hasil akhirnya abortus, lahir, apakah masih hidup, apakah terdapat komplikasi. f)
Riwayat Keluarga Berencana
17
Untuk mengetahui apakah ibu sebelumnya menggunakan alat konstrasepsi atau belum. Jika pernah lamanya berapa tahun dan jenis alat kontrasepsi yang digunakanan serta komplikasi yang menyertai. g) Riwayat kesehatan Untuk mengetahui riwayat penyakit sekarang, dahulu maupun penyakit keluarga seperti jantung, ginjal, asma, TBC, hepatitis, DM, hipertensi, epilepsi serta riwayat keturunan kembar dan riwayat operasi. h) Pola kebiasaan sehari-hari (1) Pola nutrisi Pola nutrisi menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). (2) Pola eliminasi Pengkajian tentang BAB dan BAK yang meliputi kondisi, frekuensi dan, warnanya (Nursalam, 2013). (3) Pola istirahat/tidur Untuk
mengetahui
kecemasan,
pola
apabila istirahat
mempengaruhi penyembuhan. (4) Seksualitas
akseptor atau
mengalami tidur
akan
18
Untuk mengetahui berapa kali melakukan hubungan seksual dalam seminggu, dan adakah keluhan. Erosi portio terjadi karena gesekan benang IUD pada saat coitus. Pada ibu dengan erosi portio mengalami gangguan
rasa
nyaman
pada
saat
berhubungan
(Manuaba, 2010). (5) Pola hygiene Pola hygiene dikaji untuk mengetahui apakah selalu menjaga kebersihan tubuh dengan baik (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Personal hygiene yang kurang dapat
menyebabkan
peradangan
dan
hal
ini
menyebabkan erosi portio (Manuaba, 2010). (6) Pola aktivitas Pola aktivitas menggambarkan pola aktivitas pasien sehari-hari. Pada pola ini perlu dikaji pengaruh aktivitas tehadap kesehatannya (Ambarwati dan Wulandari, 2010). i)
Data psikologis Data psikologis perlu dikaji untuk mengetahui tingkat pemahaman pasien tentang erosi portio dan untuk mengetahui tingkat kekhawatiran pasien. Sehingga petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan sesuai dengan kondisi pasien.
19
2) Data Objektif Data objektif adalah data yang dapat diobservasi dan dilihat oleh tenaga kesehatan (Nursalam, 2013). a) Pemeriksaan umum (1) Keadaan umum Tujuan pemeriksaan keadaan umum ibu baik, sedang dan buruk (Romauli, 2011). (2) Kesadaran Penilaian kesadaran dinyatakan sebagai composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma (Romauli, 2011). (3) Tanda-tanda vital meliputi : (a) Tekanan Darah Untuk mengetahui tekanan darah normal 100/80120/80 mmHg dan yang tidak normal lebih dari 140/100 mmHg. (b) Suhu Untuk mengetahui suhu badan
apakah
ada
peningkatan suhu atau tidak. Normalnya (36,5 – 37,6oC). (c) Nadi Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien dalam 1 menit penuh. Normalnya 60-80 x/menit.
20
(d) Respirasi Untuk
mengetahui frekuensi pernafasan pasien
dalam 1 menit penuh. Normalnya 16 - 24 x/menit. (4) Tinggi Badan Untuk mengetahui tinggi badan ibu. (5) Berat Badan Untuk mengetahui berat badan ibu. b) Pemeriksaan fisik (1) Inspeksi (a) Rambut Untuk mengetahui apakah warna rambutnya, apakah bersih, dan rontok (Romauli, 2011). (b) Muka Pemeriksaan muka simetri,
terjadi
meliputi
apakah
pembengkakan
atau
wajah tidak,
normal atau tidak (Matondang, 2013). (c) Mata Untuk mengetahui warna konjungtiva merah atau pucat, sklera putih atau tidak (Romauli, 2011). (d) Hidung Untuk mengetahui adakah kelaian, adakah polip, adakah hidung tersumbat (Romauli, 2011).
21
(e) Mulut Untuk mengetahui apakah mulut bersih atau tidak, ada
caries
dan
ada
stomatitis
atau
tidak
(Romauli, 2011). (f) Telinga Untuk mengetahui apakah ada serumen (Romauli, 2011). (g) Genetalia Untuk mengetahui ada oedema atau tidak, ada pengeluaran pervaginam atau tidak (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada pemeriksaan ditemukan portio berwarna merah menyala dan terdapat flour albus (UNPAD, 2010). (2) Palpasi (a) Leher Untuk mengetahui apakah ada pembesaran thyroid atau tidak, ada pembesaran limfe atau tidak (Romauli, 2011). (b) Dada Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak (Romauli, 2011).
22
(c) Abdomen Untuk mengetahui apakah ada bekas luka operasi, adakah pembesaran hati, adakah nyeri tekan (Rismalinda, 2014). (d) Ekstremitas Untuk mengetahui apakah simetris tidak dan adanya oedema, varices (Romauli, 2011). (3) Auskultasi (a) Jantung Untuk mengetahui bunyi jantung teratur atau tidak (Nursalam, 2013) (b) Paru – paru Untuk mengetahui adakah suara wheeezing atau tidak (Nursalam, 2013). (4) Perkusi Untuk mengetahui reflek patella positif atau tidak (Romauli, 2011). c) Pemeriksaan obstetri Pemeriksaan obstetri perlu dilakukan pada saat melakukan pengkajian akseptor KB IUD dengan erosi portio. Hal ini dilakukan untuk mendukung menegakan diagnosa. Pada pemeriksaan menggunakan inspekulo terlihat fluor albus dan pada portio nampak merah menyala (UNPAD, 2010).
23
b.
Langkah II : Interpretasi data dasar Interpretasi data dasar dilakukan dengan mengidentifikasi data secara benar terhadap diagnosa atau masalah kebutuhan pasien (Sari, 2012). 1) Diagnosa kebidanan Diagnosa kebidanan yang ditegakkan dalam lingkup praktik kebidanan meliputi: Ny. X PxAx Umur X Tahun, Akseptor KB IUD Tipe Copper T dengan erosi portio. Data dasar : a) Data subjektif : (1) Ibu mengatakan keputihan tidak kunjung sembuh. (2) Ibu mengatakan adanya perdarahan di luar haid (UNPAD, 2010). b) Data objektif : (1) Keadaan umum baik. (2) Kesadaran Composmentis. (3) Pada saat pemeriksaan inspekulo portio tampak berwarna merah menyala dan terdapat flour albus (UNPAD, 2010).
24
2) Masalah Permasalahan yang muncul berdasarkan pernyataan pasien berdasarkan data dasar yang berupa data subyektif dan data obyektif (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Masalah yang ditemukan pada kasus akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio yaitu ibu merasa cemas karena keluar keputihan yang banyak dan flek bercak bercak darah (UNPAD, 2010). 3) Kebutuhan Kebutuhan disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu (Wildan dan Hidayat, 2011). Menurut Sulistyawati (2013), pada kasus akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio kebutuhan yang diperlukan adalah KIE dan Memberi terapi. c.
Langkah III : Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi dan pencegahan bila memungkinkan menunggu, mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar benar terjadi (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
25
Diagnosa potensial yang kemungkinan terjadi pada kasus akseptor KB IUD tipe Copper T dengan erosi portio adalah cervicitis (UNPAD, 2010). d.
Langkah IV : Antisipasi/Tindakan Segera Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kontrasepsi IUD tipe copper T tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah pemberian antibiotik 3 x 500 mg selama 3 – 5 hari (Sulistyawati, 2013), dan pemberian senyawa AgNO3 10% atau albothyl dioleskan pada daerah yang terjadi erosi (UNPAD, 2010).
e.
Langkah V : Perencanaan Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan (Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus Ny. X akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio perencanaan yang perlu disusun yaitu :
26
1) Memberikan KIE a) Jelaskan tentang efek samping dari pemakaian kontrasepsi IUD. b) Jelaskan sebab terjadinya. c) Jelaskan tentang vulva hygiene. 2) Memberi terapi a) Senyawa AgNO3 10% atau Albothyl yang dioleskan pada daerah yang terjadi erosi (UNPAD, 2010). b) Antibiotik seperti ampichilin, metronidazole, pinisilin dan lainlain sebanyak 3 x 500 mg selama 3-5 hari (Sulistyawati, 2013). f.
Langkah VI : Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan (Wildan dan Hidayat, 2011). Pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB IUD dengan erosi portio sesuai dengan perencanaaan yang telah dibuat.
g.
Langkah VII : Evaluasi Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan (Wildan dan Hidayat, 2011). Evaluasi Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD dengan erosi portio adalah : 1) Ibu mengerti tentang efek samping KB IUD
27
2) Ibu mengerti sebab terjadinya 3) Ibu mengerti tentang vulva hygiene. 4) Ibu telah diberi terapi antibiotik 3 x 500 mg dan pada erosi telah dioleskan albothyl. C. Data Perkembangan Menggunakan SOAP Metode pendokumentasian data perkembangan yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah SOAP. Adapun konsep SOAP Menurut Rismalinda (2014) : S
: Subjektif Menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa.
O : Objektif Menggambarkan dokumentasi hasil pemeriksaan fisik klien, hasil laboraturium, dan uji diagnostik lain yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung asuhan. A
: Assesment Menggambarkan dokumentasi hasil analisis dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi.
P
: Planning Menggambarkan keterkaitan antara manajemen kebidanan sebagai pola pikir dengan pendokumentasian sebagai catatan dari asuhan pendekatan manajemen kebidanan.
28
D. Landasan Hukum Menurut peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PERS/X/2010 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan, yaitu dalam menjalankan praktik, bidan berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: 1.
Pasal 9 poin c : Bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk memberi pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan KB.
2.
Pasal 12 poin a : Bidan berwenang dalam memberikan penyuluhan dan konseling tentang kesehatan reproduksi perempuan dan KB.
3.
Pasal 13 poin a : Memberikan alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan alat kontrasepsi bawah kulit.
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus Karya tulis ini merupakan studi kasus dengan metode observasional diskriptif dengan pendekatan studi kasus yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan sesuai obyektif (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini menggunakan asuhan kebidanan 7 langkah Varney dari pengumpulan data dasar sampai evaluasi
dan data perkembangan
menggunakan SOAP.
B. Lokasi Studi Kasus Lokasi merupakan tempat yang akan digunakan penulis untuk pengambilan laporan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012). Lokasi yang akan digunakan dalam melaksanakan pengambilan kasus ini adalah di Bidan Praktik Swasta (BPS) Ngudi Waras, Plupuh, Sragen.
C. Subjek Studi Kasus Subjek merupakan hal atau orang yang akan dikenai kegiatan pengambilan kasus (Notoatmodjo, 2012). Subjek yang akan digunakan dalam kasus ini adalah Ny. I P1A0 Umur 23 Tahun Akseptor KB IUD Copper T dengan erosi portio di BPS Ngudi Waras, Plupuh, Sragen.
29
30
D. Waktu Pelaksanaan Waktu pelaksanaan merupakan batas waktu yang digunakan penulis untuk melakukan pengambilan kasus yang diambil (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan 7 – 14 Mei 2015.
E. Instrumen Studi Kasus Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Notoatmodjo, 2012). Pada kasus ini instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah dengan cara wawancara sesuai dengan format asuhan kebidanan keluarga berencana dan data perkembangan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan studi kasus ini, yang digunakan sebagai metode untuk mengumpulkan data antara lain : 1.
Data Primer Data primer adalah secara langsung diambil dari objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2013). Data ini diperoleh oleh penulis saat melakukan Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB IUD tipe Copper T dengan erosi portio. Data primer diperoleh dengan cara :
31
a.
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik digunakan untuk mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis menurut Nursalam (2013), dengan cara sebagai berikut: 1) Inspeksi Inspeksi merupakan memeriksa dengan cara melihat atau memandang (Romauli, 2010). Pada inspeksi umum pemeriksa melihat perubahan yang terjadi secara umum, sehingga dapat diperoleh kesan keadaan umum pasien. Pada inspeksi lokal, dilihat perubahan-perubahan lokal sampai yang sekecil-kecilnya (Matondang, 2013). Inspeksi pada akseptor KB IUD ini dilakukan dengan menggunakan
spekulum,
pada
pemeriksaan
ditemukan
permukaan portio berwarna merah menyala dan terdapat flour albus ( UNPAD, 2010). 2) Palpasi Merupakan teknik pemeriksaan yang menggunakan indra peraba, tangan dan jari adalah instrumen yang paling sensitif dan dapat digunakan untuk mengumpulkan data tentang suhu, turgor, bentuk, kelembapan, vibrasi, dan ukuran (Nursalam, 2013).
32
3) Perkusi Perkusi merupakan teknik pemeriksaan dengan mengetukngetukan jari perawat (sebagai alat untuk menghasilkan suara) ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan, bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk, dan konsistensi jaringan (Nursalam, 2013). Pada kasus akseptor KB IUD tipe copper T tidak dilakukan pemeriksaan perkusi. 4) Auskultasi Merupakan
pemeriksaan
dengan
menggunakan
stetoskop untuk mendengarkan suara pernapasan, bunyi dan bising jantung, peristaltik usus, dan aliran darah dalam pembuluh darah (Matondang, 2013). Pada kasus akseptor KB IUD tipe copper T dilakukan pemeriksaan auskultasi untuk mengetahui tekanan darah. b.
Wawancara Menurut Notoatmodjo (2012), wawancara adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau informasi secara lisan dari seorang sasaran penelitian, atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face). Wawancara ini dilakukan secara langsung dengan akseptor dan suaminya di Plupuh Sragen untuk
33
mendapatkan data yang dibutuhkan meliputi pengkajian data subjektif. c.
Observasi Menurut Notoatmodjo (2012), observasi adalah suatu prosedur yang berencana meliputi melihat, mendengar, dan mencatat sejumlah situasi tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti.
2.
Data sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan pihak lain dengan berbagai metode baik secara komersil maupun non komersil (Riwidikdo, 2013). Data sekunder diperoleh dengan cara : a.
Studi dokumentasi Studi dokumentasi adalah semua bentuk sumber informasi yang
berhubungan
dengan
dokumen
(Notoatmodjo,
2012).
Pengambilan studi kasus ini menggunakan catatan informasi dan catatan medik yang ada di BPS Ngudi Waras, Plupuh, Sragen berupa no registrasi pasien, riwayat kesehatan, buku periksa pasien, buku KB. b.
Studi kepustakaan Bahan pustaka merupakan hal yang penting dalam menunjang latar belakang teoritis dari suatu kasus (Notoatmodjo, 2012).
34
Kepustakaan pada studi kasus ini diambil dari buku-buku referensi tentang kesehatan dari tahun 2005 sampai 2013.
G. Alat Yang Digunakan Alat yang dibutuhkan dengan teknik pengumpulan data antara lain: 1.
2.
Alat dan bahan untuk wawancara: a.
Format pengkajian.
b.
Alat tulis (buku dan pulpen).
c.
Buku register di BPS Ngudi Waras, Plupuh, Sragen.
Alat dan bahan untuk observasi a.
Timbangan berat badan.
b.
Stetoskop.
c.
Termometer.
d.
Sphygnomanometer
e.
Spekulum
f.
Kassa steril
g.
Lampu sorot
h.
Albhotyl konsentrasi 36%
i.
Sarung tangan
j.
Bengkok
35
H. Jadwal Studi Kasus Menurut Notoatmodjo (2012), dalam bagian ini diuraikan langkahlangkah kegiatan dari mulai penyusunan proposal Karya Tulis Ilmiah sampai dengan penulisan laporan penelitian Karya Tulis Ilmiah, beserta waktu berjalan atau berlangsungnya setiap kegiatan tersebut. Jadwal studi kasus terlampir. Pada lampiran 1.
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan kasus kebidanan 1. Pengkajian Tanggal : 7 Mei 2015
Pukul : 10.00 WIB
a. Identitas Pasien
Identitas Suami
Nama
: Ny. I
Nama
: Tn. A
Umur
: 23 tahun
Umur
: 23 tahun
Suku/bangsa : Jawa
Suku/bangsa : Jawa
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: swasta
Pekerjaan
: swasta
Alamat
: Menjing, Jabung, Plupuh, Sragen
b. Anamnesa (Data Subyektif) 1) Keluhan utama Ibu mengatakan merasa cemas karenaseringkeluar flek berwarna merah kecoklatan dan sedikit nyeri saat berhubungan suami istri. 2) Riwayat perkawinan : Status perkawian sah, kawin 1 kali, umur 22 tahun dengan suami umur 22 tahun, lamanya 1 tahun, jumlah anak 1 orang.
36
37
3) Riwayat menstruasi a) Menarche
: Ibu
mengatakan
menstruasi
pertamakali pada usia 13 tahun. b) Siklus
: Ibu mengatakan jarak menstruasi dari bulan ke bulan selanjutnya adalah 30 hari.
c) Lama
: Ibu
mengatakan
lama
menstruasinya6-7 hari. d) Banyaknya
: Ibu mengatakan 2 kali/hari ganti pembalut.
e) Teratur/tidak teratur
: Ibu mengatakan menstruasi teratur.
f) Sifat darah
: Ibu
mengatakan
sifat
darah
menstruasinya encer. g) Dismenorhea
: Ibu mengatakan tidak sakit saat menstruasi.
4) Riwayat Obstetri : No
1
Tahun Partus 2015
Temp UK Jenis Penol at Partus ong Partus BPS 9 Spont Bidan bln an
Anak JK L
BB 3,3 Kg
Nifas PB Kead 48 Baik Cm
5) Riwayat KB a) Macam Peserta KB
: Lama
b) Metode yang Pernah Dipakai :IUD c) Lama Penggunaan
: 2 bulan
Laktasi Lancar
Kead skrng Hidup
38
d) Keluhan : Ibu mengatakan sering keluar flek berwarna merah kecoklatan dan sedikit nyeri saat berhubungan suami istri. 6) Riwayat penyakit a) Riwayat penyakit sekarang : Ibu mengatakan sering keluar flek berwarna merah kecoklatan, sedikit nyeri saat berhubungan suami istri namun tidak mengalami keputihan. b) Riwayat penyakit sistemik (1) Jantung
: Ibu mengatakan tidak pernah sakit pada dada
kiri
dan
berdebar-debar
saat
beraktivitas ringan. (2) Ginjal
: Ibu mengatakan tidak pernah nyeri pada pinggang belakang sebelah kanan dan kiri dan tidak sakit pada perut bagian bawah saat BAK.
(3) Asma
: Ibu mengatakan tidak pernah sesak nafas.
(4) TBC
: Ibu mengatakan tidak pernah batuklebih dari 2 minggu.
(5) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah sakit kuning. (6) DM
: Ibu mengatakan tidak pernah sakit gula.
(7) Hipertensi: Ibu mengatakan tidak pernah punya tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.
39
(8) HIV
: Ibu mengatakan tidak pernah sakit diare terus menerus dan berat badan tidak turun drastis.
(9) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang hingga mengeluarkan busa. (10) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak ada. c) Riwayat penyakit keluarga : Ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga suaminya tidak mempunyai riwayat penyakit menurun (asma dan DM) maupun tidak mempunyai riwayat penyakit menular (hepatitis dan TBC). d) Riwayat keturunan kembar: Ibu mengatakan dalam keluarganya dan keluarga suaminya tidak mempunyai riwayat keturunan kembar. e) Riwayat operasi: Ibu mengatakan tidak pernah operasi apapun. 7) Pola Kebiasaan Sehari-hari a) Pola nutrisi Ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi cukup banyak dengan menu makanan seadanya dan tidak menentu serta minum ± 6 gelas air putih dan air teh.
40
b) Pola eliminasi (1)BAB
: Ibu mengatakan buang air besar 1 kali sehari dengan konsistensi lunak berwarna kuning kecoklatan.
(2)Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat BAB. (3)BAK
: Ibu mengatakan buang air kecil 4-5kali sehari berwarna kuning dan berbau khas urin.
(4)Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada keluhan saat BAK. c) Pola Istirahat/tidur Ibu mengatakan kadang- kadang tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 7-8 Jam. d) Pola seksualitas Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual 2 kali dalam 1 minggu atau melakukan hubungan seksual jika ingin. e) Pola hygiene Ibu mengatakan mandi, ganti pakaian, dan ganti pakaian dalam 2x sehari, menggosok gigi 3x sehari dan keramas 2x dalam seminggu. f) Pola aktivitas Ibu mengatakan dalam kegiatan sehari-hari melakukan pekerjaan rumah tangga.
41
8) Data Psikologis Ibu mengatakan merasa cemas karena sering keluar flek berwarna merah kecoklatan dan sedikit nyeri saat berhubungan suami istri. c. Pemeriksaan Fisik (Data Obyektif) 1) Status generalis a) Keadaan umum : Baik b) Kesadaran
: Composmentis
c) TTV: Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi
: 84 x/m
Respirasi
: 24 x/m
Suhu
: 36,5 oC
d) TB
: Tidak dilakukan
e) BB
: 58 Kg
2) Pemeriksaan sistematik a) Kepala (1) Rambut
:Hitam, tidak rontok dan tidak berketombe
(2) Muka
: Tidak oedema dan tidak pucat.
(3) Mata
: Simetris.
(a) Konjungtiva : Merah muda. (b) Sklera
: Putih.
42
(4) Telinga
: Simetris dan tidak ada serumen.
(5) Hidung
: Tidak ada sekret dan tidak ada benjolan.
(6) Mulut/Gigi/Gusi : Tidak ada stomatitis, tidak ada caries dan tidak ada gusi berdarah. b) Leher (1) Kelenjar gondok : Tidak
ada
pembesaran
kelenjar
gondok. (2) Tumor
: Tidak ada benjolan.
(3) Kelenjar limfe
: Tidak
ada
pembesaran
limfe. c) Dada dan Axilla (1) Mamae (a) Membesar
: Normal.
(b) Tumor
: Tidak ada benjolan.
(c) Simetris
: Simetris kanan kiri.
(2) Axilla (a) Benjolan
: Tidak ada benjolan.
(b) Nyeri
: Tidak ada nyeri tekan.
d) Abdomen (1) Pembesaran uterus : Tidak dilakukan. (2) Pembesar hati
: Tidak dilakukan.
(3) Tumor
: Tidak dilakukan.
kelenjar
43
(4) Nyeri tekan
: Tidak dilakukan.
(5) Luka bekas operasi : Tidak dilakukan. e) Anogenital (1) Vulva vagina (a) Varices
: Tidak ada varices.
(b) Luka
: Tidak ada luka.
(c) Kemerahan
: Tidak ada kemerahan.
(d) Nyeri
: Tidak ada nyeri.
(e) Kelenjar bartholini
: Tidak ada pembesaran.
(f) Pengeluaran pervaginam :Tidak ada pengeluaran. (2) Inspekulo (a) Serviks :Terlihat benang IUD. (b) Portio : Portio berwarna merah menyala dan terdapat luka berwarna putih. (3) Pemeriksaan dalam (a) Portio Keras/Lunak : Tidak dilakukan. (b) Posisi uterus : Tidak dilakukan. (c) Benjolan
: Tidak dilakukan.
(d) Nyeri
: Tidak dilakukan.
(4) Anus (a) Haemoroid : Tidak dilakukan. (b) Keluhan lain : Tidak ada.
44
f) Ekstermitas (1) Varices
: Tidak ada varices.
(2) Oedema
:Tidak ada oedema.
(3) Reflek Patella
: Tidak dilakukan.
3) Pemeriksaan Penunjang a) Pemeriksaan Laboraturium : Tidak dilakukan. b) Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan. 2. Interpretasi Data Tanggal : 7 Mei 2015
Pukul : 10.15 WIB
a. Diagnosa Kebidanan Ny.I P1A0Umur 23tahun akseptor KB IUD tipe Copper T dengan erosi portio. Data Dasar : DS: 1) Ibu mengatakan bernama Ny Idan berumur 23 tahun. 2) Ibu mengatakan melahirkan 1 kali dan belum pernah keguguran. 3) Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi IUD copper T selama 2 bulan. 4) Ibu mengatakan merasa cemas karena seringkeluar flek berwarna
merah
kecoklatan
berhubungan suami istri.
dan
sedikit
nyeri
saat
45
DO: 1) Keadaan umum
: Baik
2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV a) Tekanan darah : 120/80 mmHg b) Nadi
: 84 x/m
c) Respirasi
: 24 x/m
d) Suhu
: 36,5 oC
e) Berat badan
: 58 Kg
4) Pemeriksaan anogenital a) Vulva vagina (1) Varices
: Tidak ada varices.
(2) Luka
: Tidak ada luka.
(3) Kemerahan
: Tidak ada kemerahan.
(4) Nyeri
: Tidak ada nyeri.
(5) Kelenjar bartholini
: Tidak ada pembesaran.
(6) Pengeluaran pervaginam : Tidak ada pengeluaran. 5) Pemeriksaan inspekulo a) Serviks
: Terlihat benang IUD.
b) Portio
: Portio berwarna merah menyala dan terdapat luka berwarna putih.
46
b. Masalah Ibu mengatakan merasa cemas. Dasar : Ibu mengatakan merasa cemas karena sering keluar flek berwarna merah kecoklatan dan sedikit nyeri saat berhubungan suami istri. c. Kebutuhan Berikan suport mental pada ibu. 3. Diagnosa Potensial Tanggal : 7 Mei 2015
Pukul : 10.18 WIB
Erosi portio ini apabila tidak segera ditangani secara lanjut maka akan mengakibatkan timbulnyaCervicitis. 4. Antisipasi Tanggal : 7 Mei 2015
Pukul : 10. 20 WIB
Melakukan pemberian antibiotik dan pemberian albothyl dioleskan pada daerah yang terjadi erosi. 5. Perencanaan Tanggal : 7 Mei 2015
Pukul :10. 25 WIB
a. Beri tahu ibu hasil pemeriksaan. b. Beri suport mental pada ibu. c. Jelaskan pada ibu tentang erosi portio. d. Lakukan perawatan pada luka erosi. e. Beri tahu ibu untuk tidak melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu.
47
f. Beri KIE tentang vulva hygiene. g. Beri terapi obat pada ibu. h. Anjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi. 6. Pelaksanaan Tanggal : 7 Mei 2015
Pukul : 10.30 WIB
a. Memberi tahu pada ibu hasil pemeriksaan 1) Keadaan umum : Baik 2) Kesadaran
: Composmentis
3) TTV Tekanan Darah : 120/80 mmHg Nadi
: 84 x/m
Respirasi
: 24 x/m
Suhu
: 36,5 oC
4) BB
: 58 kg
5) Pemeriksaan anogenital a) Vulva vagina (1) Varices
: Tidak ada varices.
(2) Luka
: Tidak ada luka.
(3) Kemerahan
: Tidak ada kemerahan.
(4) Nyeri
: Tidak ada nyeri.
(5) Kelenjar bartholini
: Tidak ada pembesaran.
(6) Pengeluaran pervaginam : Tidak ada pengeluaran.
48
6) Pemeriksaan inspekulo a) Serviks : Terlihat benang IUD. b) Portio : Portio berwarna merah menyala dan terdapat luka berwarna putih. b. Memberikan suport mental pada ibu agar lebih tenang dan tidak usah cemas dengan keadaannya, karena yang dialami ibu saat ini adalah salah satu efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi IUD, yang disebut erosi portio. c. Menjelaskan pada ibu erosi portio adalah sekitar portio berwarna merah menyala dan agak mudah berdarah, penyebabnya adalah karena adanya rangsangan dari luar yaitu seperti gesekan benang IUD, pemasangan dan pencabutan IUD, hubungan seksual, dan personal hygiene yang kurang. d. Melakukan perawatan luka pada erosi portio dengan langkahlangkah sebagai berikut : 1) Menjelaskan kepada ibu bahwa saat dilakukan perawatan luka pada erosi akan terasa perih. 2) Memposisikan ibu dengan posisi dorsal recumbent. 3) Membuka vulva dengan speculum. 4) Mengambil kapas sublimat yang ditetesi dengan albhotyldengan tampon tang lalu dioleskan pada sekitar luka erosi portio dan di deep selama ±5 menit. 5) Melepaskan speculum.
49
e. Memberi tahu ibu untuk tidak melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu sampai erosinya sembuh agar tidak memperparah keadaan erosinya. f. Memberi KIE tentang vulva hygiene dengan cara cebok dengan arah depan kebelakang lalu dikeringkan dengan handuk khusus, menggunakan celana dalam yang menyerap keringat serta tidak ketat dan mengganti celana dalam bila merasa sudah tidak nyaman. g. Memberi terapi obat pada ibu yaitu : 1) Amoksisilin @500 Mg, 3 x sehari 1 tablet, harus dihabiskan. 2) Paracetamol @500 Mg, 3 x sehari 1 tablet h. Menganjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi yaitu pada tanggal 10 Mei 2015. 7. Evaluasi Tanggal : 7 Mei 2015
Pukul : 11.00 WIB
a. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan. b. Ibu sudah lebih tenang dengan keadaan yang dialaminya dan sudah tahu yang dialaminya saat ini adalah efek samping dari pemakaian alat kontrasepsi IUD. c. Ibu sudah mengerti tentang erosi portio dan penyebabnya. d. Telah dilakukan perawatan luka pada erosi portio. e. Ibu bersedia untuk tidak melakukan hubungan seksual terlebih dahulu untuk sementara waktu sampai erosi portionya sembuh. f.
Ibu sudah mengerti tentang vulva hygiene.
50
g. Terapi obat telah diberikan. h. Ibu bersedia untuk kontrol lagi setelah 3 hari pada tanggal 10 Mei 2015.
51
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal : 10 Mei 2015
Pukul : 09.00 WIB
S : Subjektif 1. Ibu mengatakandalam tiga hari sebelum kontrol baru 1kali keluar flekflek darah yang berwarna merah kecoklatan. O : Objektif 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum
:Baik
b. Kesadaran
: Composmentis
c. Vital sign: 1) Tekanan darah : 110/70 mmHg 2) Nadi
: 81 x/menit
3) Respirasi
: 22 x/menit
4) Suhu
: 36,5 oC
d. BB
: 58 Kg
2. Pemeriksaan Anogenital a. Pemeriksaan Inspekulo 1) Serviks
: Terlihat benang IUD.
2) Portio
: Portio tampak berwarna merah tetapi tidak merah menyala dan luka yang berwarna putih sudah berkurang.
52
A : Assesment Ny.I P1A0 Umur 23tahun akseptor KB IUD tipe Copper T dengan erosi portio. P : Planning Tanggal : 10 Mei 2015
Pukul : 09.15 WIB
1. Memberikan informasi tentang proses penyembuhan erosi portio yang tidak dapat langsung sembuh tetapi perlu pengobatan yang teratur. 2. Melakukan perawatan luka pada erosi portio dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Memposisikan ibu dengan posisi dorsal recumbent. b. Membuka vulva dengan speculum. c. Mengambil kapas sublimat yang ditetesi dengan albothyl dengan tampon tang lalu dioleskan pada sekitar luka erosi portio dan di deep selama ±5 menit. d. Melepaskan speculum. 3. Menganjurkan agar ibu tetap menjaga kebersihan vulva hygiene dengan cara cebok dengan arah depan kebelakang lalu dikeringkan dengan handuk khusus, menggunakan celana dalam yang menyerap keringat serta tidak ketat dan mengganti celana dalam bila merasa sudah tidak nyaman. 4. Memotivasi ibu untuk tetap menggunakan alat kontrasepsi IUD, dan tidak perlu khawatir dengan keadaan yang dialami, bahwa yang
53
dialamisaat ini dapat segera disembuhkan dengan pemberian albothyl yang dioleksan pada erosi . 5. Memberikan terapi obat pada ibu : a. Amoksisilin @500 Mg, 3 x sehari 1 tablet, harus dihabiskan. b. Paracetamol @500 Mg, 3 x sehari 1 tablet 6. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang 4 hari lagi pada tanggal 14 mei 2015. Evaluasi Tanggal : 10 Mei 2015
Pukul : 09.30 WIB
1. Ibu sudah mengerti jika erosi portio itu tidak dapat langsung disembuhkan tetapi memerlukan pengobatan yang teratur dan ibu bersedia melakukan pengobatan secara teratur. 2. Perawatan luka pada erosi portio telah dilakukan. 3. Ibu bersedia menjaga kebersihan daerah genetalia. 4. Ibu bersedia untuk tetap menggunakan KB IUD. 5. Ibu telah diberikan terapi obat dan bersedia meminumnya. 6. Ibu bersedia untuk kontrol ulang pada tanggal 14 Mei 2015.
54
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal : 14 Mei 2015
Pukul : 09.30 WIB
S : Subjektif 1. Ibu mengatakan sudah tidak mengeluarkan flek darah yang berwarna merah kecoklatan. O : Objektif 1. Pemeriksaan umum a. Keadaan umum
: Baik
b. Kesadaran
:Composmentis
c. Vital sign: 1) Tekanan darah : 110/80 mmHg 2) Nadi
: 80 x/menit
3) Respirasi
: 24 x/menit
4) Suhu
: 36,5 oC
d. BB
: 58 Kg
2. Pemeriksaan Anogenital a. Pemeriksaan Inspekulo 1) Serviks 2) Portio
: Terlihat benang IUD. : Portio berwarna merah jambu dan sudah tidak ada luka lagi pada portio.
55
A : Assesment Ny.I P1A0 Umur 23tahun akseptor KB IUD tipe Copper T dengan riwayat erosi portio. P : Planning Tanggal : 14 Mei 2015
Pukul : 09.45 WIB
1. Memberitahukan pada ibu bahwa luka berwarna putih pada portionya sudah tidak ada dan sudah sembuh. 2. Menganjurkan agar ibu tetap menjaga kebersihan vulva hygiene dengan cara cebok dengan arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk khusus, menggunakan celana dalam yang menyerap keringat serta tidak ketat dan mengganti celana dalam bila merasa sudah tidak nyaman. 3. Menjelaskan kepada ibu bahwa sudah dapat melakukan hubungan suami istri lagi karena luka pada portionya sudah sembuh. 4. Menganjurkan ibu untuk kontrol ulang bila ada keluhan. Evaluasi Tanggal : 14 Mei 2015
Pukul : 10.00 WIB
1. Ibu sudah mengetahui bahwa luka pada portionya sudah sembuh. 2. Ibu bersedia untuk tetap menjaga kebersihan daerah alat genitalianya. 3. Ibu sudah mengerti bahwa ibu sudah diperbolehkan melakukan hubungan suami istri lagi. 4. Ibu bersedia untuk kontrol ulang bila ada keluhan.
56
B. Pembahasan Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan ada tidaknya kesenjangan yang ada pada teori dengan praktik yang dilakukan di lahan dengan cara membandingkan, dalam menjelaskan kesenjangan tersebut penulis menggunakan langkah-langkah dalam manajemen asuhan kebidanan yaitu
pengkajian,
interpretasi
data,
diagnosa
potensial,
antisipasi,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. 1. Pengkajian Menurut UNPAD (2010), Pada data subjektif akseptor KB IUD Tipe Copper T dengan erosi portio keluhan dapat berupa keputihan yang tidak kunjung sembuh dan pendarahan di luar haid dan pada data objektif akseptor berkeadaan umum baik, kesadaran composmentis dan pada saat pemeriksaan inspekulo portio tampak berwarna merah menyala disertai adanya flour albus disekitar portio. Pada kasus ini pengkajian dilakukan dari tanggal 7 Mei sampai 14 Mei 2015, Pada saat anamesa Ny.I mengatakan sering keluar flek berwarna merah kecoklatan dan sedikit nyeri saat berhubungan suami istri, pada data objektif dilakukan pemeriksaan umum antara lain : keadaan umum: baik, kesadaran : composmentis, tekanan darah : 120/80 mmHg, respirasi : 24 x/menit, suhu : 36,5oC, nadi : 84 x/menit, pemeriksaan inspekulo tampak erosi pada portio yang berwarna merah menyala, terdapat luka berwarna putih pada portiodan terlihat benang
57
IUD. Sehingga pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. 2. Interpretasi Data Interpretasi yang dilakukan telah sesuai dengan teori yang ada sebelumnya yaitu Sari (2012) menyebutkan bahwa diagnosa kebidanan ialah Ny. X PxAx Umur X Tahun, Akseptor KB IUD Tipe Copper T dengan erosi portio. Masalah yang ditemukan pada kasus akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio yaitu ibu merasa cemas karena keluar keputihan yang banyak dan flek bercak bercak darah (UNPAD, 2010). Sedangkan kebutuhan pada kasus erosi portio disesuaikan dengan kebutuhan pasien saat itu (Wildan dan Hidayat, 2011). Pada langkah ini maka diagnosa kebidanan yang muncul yaitu seorang ibu P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD Tipe Copper T dengan erosi portio. Masalah yang timbul pada Ny.I adalah merasa cemas karena sering mengeluarkan flek berwarna merah kecoklatan dan sedikit nyeri saat berhubungan suami istri. Dari masalah yang timbul maka
kebutuhan
yang
diberikan
adalah
memberi
support
mental.Sehingga pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dalam menginterpretasikan data. 3. Diagnosa potensial Menurut UNPAD (2010), erosi portio dapat menyebabkan cervicitis. pada kasus erosi portio yang dialami Ny.I belum disertai tanda tanda yang mengarah pada cervicitis yang menjadi diagnosa potensial
58
karena pada kasus ini mendapatkan penanganan yang tepat. Sehingga pada kasus ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik. 4. Antisipasi Pada kontrasepsi IUD tipe copper T tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah pemberian antibiotik 3 x 500 mg selama 3 – 5 hari (Sulistyawati, 2013), dan pemberian senyawa AgNO3 10% atau albothyl dioleskan pada daerah yang terjadi erosi (UNPAD, 2010).Pada kasus Ny.I dengan erosi portio antisipasi yang dilakukan yaitu pemberian antibiotik dan pemberian albothyl dioleskan pada daerah yang terjadi erosi. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik. 5. Perencanaan Pada kasus Ny.X akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio perencanaan yang perlu disusun yaitu : Memberikan KIE tentang efek samping dari pemakaian kontrasepsi IUD dan sebab terjadinya, KIE tentang vulva hygiene, memberi terapi Antibiotik seperti ampichilin, metronidazole, pinisilin dan lain-lain sebanyak 3 x 500 mg selama 3-5 hari (Sulistyawati, 2013) dan Senyawa AgNO3 10% atauAlbothyl yang dioleskan pada daerah yang terjadi erosi (UNPAD, 2010). Perencanaan yang dibuat pada kasus Ny I adalah beri tahu ibu hasil pemeriksaan, beri suport mental pada ibu, jelaskan pada ibu tentang erosi portio,lakukan perawatan pada luka erosi, beri tahu ibu untuk tidak melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu, beri KIE tentang vulva
59
hygiene, beri terapi obat pada ibu dan anjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi.Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik. 6. Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan (Wildan dan Hidayat, 2011). Pada langkah ini penulis melaksanakan tindakan yang telah direncanakan pada klien yaitu memberi tahu ibu hasil pemeriksaan, memberi suport mental pada ibu, menjelaskan pada ibu tentang erosi portio, melakukan perawatan pada luka erosi dengan albothyl yang dioleskan pada luka erosi sekitar mulut rahim di deep ± 5 menit, memberi tahu ibu untuk tidak melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu, memberi KIE tentang vulva hygiene, memberi terapi obat pada ibu yaitu Amoxilin @500 Mg, 3 x sehari 1 tabletdan Paracetamol @500 Mg, 3 x sehari 1 tablet, dan menganjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi. Pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus. 7. Evaluasi Merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan (Wildan dan Hidayat, 2011).
60
Evaluasi Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. I P1A0 Akseptor KB IUD tipe copper T dengan erosi portio adalah setelah dilakukan evaluasi selama 1 minggu dari tanggal 7-14 Mei 2015, pada hari ketiga sudah menunjukan hasil portio masih berwarna merah tetapi tidak merah menyala dan luka pada portio yang berwarna putih sudah berkurang karena akseptor mengikuti anjuran dari bidan serta tetap meminum terapi yang diberikan. Sehingga pada hari ketujuherosi portio sudah sembuh dengan tanda portio sudah berwarna merah jambu dan sudah tidak ada luka. Pada proses evaluasi ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan pada asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny.I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD tipe Copper T dengan erosi portio di BPS Ngudi Waras Plupuh Sragen maka penulis mengambil kesimpulan : 1. Pada pengkajian akseptor KB IUD dengan erosi portio didapatkan data subjektif dan objektif. Data subjektif diperoleh dari hasil wawancara pasien, dimana keluhan utama adalah sering keluar flek berwarna merah kecoklatan dan sedikit nyeri saat berhubungan suami istri, sedangkan data obyektif
dilakukan pemeriksaan umum : keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 24 x/menit, suhu 36,5oC, nadi 84 x/menit, pemeriksaan inspekulo tampak erosi pada portio yang berwarna merah menyala, terdapat luka berwarna putih pada portiodan terlihat benang IUD. 2. Pada interpretasi data didapatkan diagnosa pada asuhan kebidanan yaitu Ny.I P1A0 umur 23 tahun akseptor KB IUD tipe Copper T dengan erosi portio. Adapun masalahnya yaitu ibu merasa cemas sering keluar flek berwarna merah kecoklatan dan sedikit nyeri saat berhubungan suami istri. Dari masalah yang timbul maka kebutuhan yang diberikan adalah support mental.
61
62
3. Pada
kasus
erosi
portio
tidak
ditemukan
diagnosa
potensial
berupacervicitis karena tidak ada hasil pemeriksaan yang mengarah pada hal tersebut. 4. Pada kasus ini antisipasi yang dlakukan terhadap Ny. I dengan erosi portio yaitu pemberian antibiotik dan pemberian albothyl dioleskan pada daerah yang terjadi erosi. 5. Pada kasus erosi portio perencanaan yang dibuat oleh penulis adalah beri tahu ibu hasil pemeriksaan, beri suport mental pada ibu, jelaskan pada ibu tentang erosi portio, lakukan perawatan pada luka erosi, beri tahu ibu untuk tidak melakukan hubungan suami istri terlebih dahulu, beri KIE tentang vulvahygiene, beri terapi obat pada ibu dan anjurkan pada ibu untuk kontrol ulang 3 hari lagi. 6. Pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.I dengan erosi portiodapat dilakukan dengan baik sesuai dengan perencanaan yang telah disusun dan mendapatkan hasil yang maksimal. 7. Evaluasi dilakukan selama satu minggu dari tanggal 7-14 Mei 2015 dan erosi portio benar-benar sembuh. 8. Dalam pemberian asuhan Ny. I dengan erosi portiotidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.
63
B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya upaya untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik. Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut : 1. Bagi Pasien Diharapkan pada akseptor KB IUD untuk segera datang ke tenaga kesehatan bila ada keluhandan tetap menjalankan kontrol rutin sesuai yang di jadwalkan. 2. Bagi Bidan Disarankan hendaknya bagi bidan selalu meningkatkan ketrampilan, kemampuan dan menambah ilmu pengetahuan melalui pendidikan formal atau mengikuti seminar pelatihan, sehingga dapat memberikan asuhan kebidanan kepada akseptor KB IUD dengan erosi portio secara lebih baik. 3. Bagi Institusi a. BPS Dapat meningkatkan kualitas pelayanan di BPS Ngudi Waras Jabung Plupuh Sragen terutama pada akseptor KB IUD dengan erosi portio. b. Pendidikan Dapat meningkatan kualitas pendidikan kebidanan khususnya dalam asuhan kebidanan keluarga berencana akseptor KB IUD dengan erosi portio.
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, E.R., dan D. Wulandari. 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika. Affandi, B, Albar, E. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. , dkk. 2012. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Anggraini, Y, Martini. 2011. Pelayanan keluarga berencana. Yogyakarta: CV. Rihama-Rohima. Arum, DNS, Sujiyantini. 2011. Paduan Lengkap Pelayanan Keluarga Berencana Terkini. Yogyakarta: Nuha Medika. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran. 2010. Ginekologi. Edisi 2. Bandung: Penerbit Bagian Obstertri & Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD. FIK UI, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi. html 9 desember 2014. Indriyani, A. 2007. Asuhan Kebidanan pada Ny. N Akseptor KB IUD Tipe Copper T 380 A dengan Erosi Portio di RS Panti Waluyo Surakarta. STIKes Kusuma Husada Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Manuaba, dkk. 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC. , dkk. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC. Matondang, C.S, Wahidiyat, I, dan Sastroasmoro, S. 2013. Diagnosis Fisis pada Anak. Edisi ke-2. Jakarta : CV Sagung Seto. Nursalam. 2013. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk perawat dan bidan). Jakarta: Penerbit Salemba Medika. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Rismalinda, P.H. 2014. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Penerbit In Media.
Riwidikdo, H. 2013. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan Dengan Aplikasi Program R dan SPPS. Yogyakarta: Pustaka Rihama. Romauli, S. 2011. Buku Ajar Asuhan Kebidanan 1 Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sari, R.N. 2012. Konsep Kebidanan Yogyakarta: Graha Ilmu. Setyowati, R. 2012. Asuhan Kebidanan pada Ny. E Akseptor KB IUD Tipe Copper T 380 A dengan Erosi Portio di BPS Kiran Klaten. STIKes Kusuma Husada Surakarta. Karya Tulis Ilmiah. Sulistyawati, A. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika. Wildan, M. dan Hidayat, A.A.A. 2011. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.