ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. W P3A0 UMUR 45 TAHUN AKSEPTOR KB MOW DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun Oleh : OKTAVIA IKA RATNA SARI NIM. B11 100
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
HALAMAN PERSETUJUAN
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. W P3A0 UMUR 45 TAHUN AKSEPTOR KB MOW DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014
Diajukan Oleh
OKTAVIA IKA RATNA SARI NIM. B11 100
Telah diperiksa dan disetujui Pada tanggal
Juni 2014
Pembimbing
(Hutari Puji Astuti, S.SIT., M.Kes) NIK. 200580012
HALAMAN PENGESAHAN
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. W P3A0 UMUR 45 TAHUN AKSEPTOR KB MOW DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014 Diajukan Oleh OKTAVIA IKA RATNA SARI NIM. B11 100 Telah dipertahankan di depan dewan penguji Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta Pada tanggal
Juli 2014
Penguji I
(Ernawati, SST., M,Kes) NIK 200886033
Penguji II
(Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes) NIK 200580012
Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan Ka. Prodi D III Kebidanan
Retno Wulandari, SST NIK. 200985034
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ”Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. W P3A0 Umur 45 Tahun Akseptor KB MOW di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Tahun 2014”.
Karya Tulis Imiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Karya Tulis Imiah ini tidak diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Ibu Retno Wulandari, SST selaku Ka.Prodi DIII Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta. 3. Ibu Hutari Puji Astuti, S.SiT., M.Kes selaku Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis. 4. Bapak Bambang Sugeng Wijanarko, selaku Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUD Dr. Moewardi Surakarta yang telah memberikan ijin untuk pengambilan data awal.
5. Seluruh Dosen dan Staff STIKes Kusuma Husada Surakarta terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan. 6. Bagian perpustakaan yang telah membantu penulis dalam memperoleh referensi dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini. 7. Ny. W yang telah bersedia menjadi subyek studi kasus dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini 8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Imiah ini masih banyak kekurangan, oleh karena saran sangat penulis harapkan demi kemajuan penelitian selanjutnya. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2014
Penulis
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2014 Oktavia Ika Ratnasari B11 100 ASUHAN KEBIDANAN KELUARGA BERENCANA PADA NY. W P3A0 UMUR 45 TAHUN AKSEPTOR KB MOW DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2014 xi + 62 halaman + 10 lampiran INTISARI Latar Belakang : Program Keluarga Berencana adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik sehingga dapat mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga yang berkualitas akan menghasilkan generasi berikutnya yang berkualitas pula. Salah satu metode keluarga berencana yaitu dengan Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap (kontap) wanita atau sterilisasi makin diterima masyarakat. Data yang diperoleh di RSUD Dr. Moewardi Surakarta data bulan Januari – September 2013 didapatkan sebanyak 375 dan KB MOW sebanyak 6 akseptor (1,6%) Tujuan : Melaksanakan asuhan kebidanan pada akseptor KB MOW dengan menggunakan manajemen 7 langkah Varney Metode Penelitian : Jenis studi kasus ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif. Lokasi pengambilan kasus dilaksanakan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Subyek Ny. W P3A0 Umur 45 Tahun. Waktu studi kasus dilakukan pada bulan 27 - 28 Mei 2014. Instrumen yang digunakan dalam mengambilan data studi kasus ini mengunakan asuhan kebidanan Keluarga Berencana. Teknik pengumpulan data meliputi data primer yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik. Data sekunder yaitu Studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Hasil Studi Kasus : Hasil setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 2 hari didapatkan Ny.W P3A0 umur 45 tahun akseptor KB MOW yang didapatkan setelah dilakukan asuhan selama 2 hari adalah keadaan umum ; baik. kesadaran : komposmentis, TTV: TD :120/80 mmHg,N :83 x/menit,R :20 x/menit,S :36,5ͼC, terapi oral Cefdroxil 500 mg 2x1, Asamefenamet 500 mg 3x1,Sf 60 mg 1x1 Kesimpulan : Berdasarkan hasil studi kasus yang telah dilakukan tidak diketemukan kesenjangan antara kasus dilahan dengan teori. Kata Kunci : Asuhan Kebidanan, KB MOW Kepustakaan : 21 literatur (tahun 2003 – 2012)
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Pelajari apapun yang anda bisa, kapanpun, dan dari siapapun. Di sanalah nanti akan tiba waktunya anda mendapat sesuatu yang menyenangkan (Sarah Caldwell) Betapapun Suburnya Tanah, Sejuknya Embun, Teraturnya Hujan Dan Bagusnya Sinar Matahari, Hasil Tak Pernah Dipetik Tanpa Menabur
Jangan takut pada masa depan dan jangan menangis untuk masa lalu (Percy Byssshe Shelly)
PERSEMBAHAN Tiada yang Maha Pengasih Dan Maha Penyayang selain Engkau Ya ALLAH...Syukur Alhamdulillah berkat Rahmat dan Karunia-Mu, saya bisa menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Karya Tulis ilmiah ini ku persembahkan untuk : 1. Kedua orang tuaku tercinta Bapak dan Ibu tersayang atas dukungan moril maupun materil untukku selama ini. 2. Kedua Adikku tercinta atas dukungannya selama ini 3. Kekasihku yang telah memberikan semangat selama ini 4. Dosen pembimbing Ibu Hutari Puji Hastuti, S.SiT., M.Kes yang sangat sabar dalam membimbingku 5. Teman dan Sahabat semoga perlajalan ini menjadikan kita menjadi dewasa 6. Alamaterku tercinta
CURICULUM VITAE
BIODATA Nama
: Oktavia Ika Ratnasari
Tempat / Tanggal Lahir
: Boyolali, 17 Oktober 1993
Agama
: Islam
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Kacangan RT 01 RW 01 Andong Boyolali
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SD Negeri 2 Kacangan Boyolali
Lulus tahun 2005
2. SMP Muhammadiyah 10 Andong Boyolali
Lulus tahun 2008
3. SMA Negeri 1 Andong Boyolali
Lulus tahun 2011
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Angkatan 2011
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv INTISARI......................................................................................................... vi MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii CURICULUM VITAE ..................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... x BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................. 1 B. Perumusan Masalah ..................................................................... 3 C. Tujuan Studi Kasus ...................................................................... 4 D. Manfaat Studi Kasus .................................................................... 4 E. Keaslian Studi Kasus.................................................................... 5 F. Sistematika Penulisan................................................................... 6 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Medis .................................................................................. 8 1. Keluarga Berencana ............................................................... 8 2. Kontrasepsi ............................................................................. 8 3. Medis Operatif Wanita (MOW) ............................................ 10 B. Teori Asuhan Kebidanan.............................................................. 17 C. Landasan Hukum ........................................................................ 33
D. Informed Concent......................................................................... 33 BAB III. METODOLOGI A. Jenis Studi Kasus.......................................................................... 34 B. Lokasi Studi Kasus ...................................................................... 34 C. Subyek Studi Kasus ..................................................................... 34 D. Waktu Studi Kasus ...................................................................... 35 E. Instrumen Studi Kasus ................................................................ 35 F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 35 G. Alat yang dibutuhkan .................................................................. 38 H. Jadwal .......................................................................................... 39 BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Kasus .......................................................................... 40 I.
Pengkajian ........................................................................... 40
II. Interpretasi data ................................................................... 48 III. Diagnosa Potensial .............................................................. 49 IV. Tindakan Segera ................................................................. 49 V. Rencanan Tindakan ............................................................. 49 VI. Pelaksanaan ......................................................................... 50 VII. Evaluasi ............................................................................... 50 B. Pembahasan ............................................................................... 56 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 61 B. Saran ...................................................................................... 62 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Jadwal Studi Kasus
Lampiran 2.
Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3.
Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4.
Surat Ijin Penelitian
Lampiran 5.
Surat Balasan Penelitian
Lampiran 6.
Surat permohonan menjadi pasien
Lampiran 7.
Lembar Persetujuan Pasien dalam Pengambilan Kasus
Lampiran 8.
Lembar observasi
Lampiran 9.
SAP Pra MOW
Lampiran 10. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana adalah program untuk membantu keluarga termasuk individu merencanakan kehidupan berkeluarganya dengan baik sehingga dapat mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga yang berkualitas akan menghasilkan generasi berikutnya yang berkualitas pula. Gerakan KB nasional bertujuan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk Indonesia (BKBPP, 2009). Visi dan misi program KB tahun 2010 telah direvitalisasi dalam rangka untuk lebih mendukung pencapaian hasil yang optimal. Visi program KB sekarang ini adalah “Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggungjawab, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan misi program KB adalah memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas, menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian dan ketahanan keluarga, meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hakhak reproduksi, meningkatkan upaya
pemberdayaan perempuan untuk
mewujudkan kesetaraan dan keadilan jender melalui program Keluarga
1
2
Berencana, dan mempersiapkan Sumber Daya Manusia berkualitas sejak pembuahan daam kandungan sampai dengan lanjut usia” (Saifuddin, 2010). Data yang diperoleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional tahun 2012 peserta KB baru menurut kontrasepsi yaitu sebanyak 9.581.469 akseptor terdiri dari akseptor KB IUD sebanyak 627.980 akseptor (6,55%), MOW sebanyak 115.018 akseptor (1,20%), MOP sebanyak 25.619 akseptor (0,27%), Kondom sebanyak 748.316 akseptor (7,81%), Implan sebanyak 768.646 akseptor (8,02%), Suntik sebanyak 4.618.051 akseptor (48,20%)
dan
kontrasepsi
Pil
sebanyak
2.677.839
(27,95%)
(Kemenkes RI, 2012). Jawa Tengah peserta KB baru menurut kontrasepsi yaitu sebanyak 1.087.108 akseptor meliputi IUD sebanyak 80.140 akseptor (7,37%), MOW sebanyak 22.114 akseptor (2,03%), MOP sebanyak 3.207 Akseptor (0,30%), Kondom sebanyak 67.103 akseptor (6,17%), Implant sebanyak 126.377 akseptor (11,63%), Suntik sebanyak 594.283 akseptor (54,67%) dan kontrasepsi PIL sebanyak 193.884 akseptor (17,83%) (Kemenkes RI, 2012) Salah satu metode keluarga berencana yaitu dengan Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap (kontap) wanita atau sterilisasi makin diterima masyarakat. Perkembangan waktu dan makin tinggi pengertian masyarakat membuat MOW menjadi salah satu pilihan masyarakat sebagai metode KB yang bersifat menetap (Manuaba, 2008). Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap (kontap) wanita adalah suatu kontrasepsi permanen untuk mecegah keluarnya ovum dengan
tindakan mengikat atau memotong pada kedua saluran tuba, dengan demikian ovum yang matang tidak akan bertemu dengan sperma karena adanya hambatan pada tuba (Suratun, 2008). Medis Operatif Wanita (MOW) atau kontrasepsi mantap (kontap) wanita sangat efektif tetapi kemungkinan terjadinya kehamilan tetap ada baik dalam rahim maupun di luar rahim atau kehamilan ektopik, sehingga petugas klinik harus mengetahui gejala-gejala tersebut (Saifuddin, 2010). Data yang diperoleh di RSUD Dr. Moewardi Surakarta data bulan Januari – September 2013 didapatkan sebanyak 375 akseptor yang terdiri dari 1 akseptor (0,3%) KB Kondom, KB Pil sebanyak 6 akseptor (1,6%), KB Suntik sebanyak 45 akseptor (12%), KB Implant sebanyak 3 akseptor (0,8%), KB IUD sebanyak 315 akseptor (84%) dan KB MOW sebanyak 6 akseptor (1,6%) Berdasarkan uraian
bahwa kontrasepsi MOW merupakan tindakan
pembedahan dan calon akseptor harus mengetahui bahwa MOW merupakan pilihan terakhir bila dengan kontrasepsi lain tidak cocok,maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul“Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. W dengan KB MOW di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas perumusan masalah dalam studi kasus ini adalah “Bagaimana Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana pada Ny. W dengan KB MOW di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan menggunakan manajemen 7 langkah Varney?”
C. Tujuan Studi Kasus 1. Tujuan Umum Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW di RSUD Dr.Moewardi dengan menggunakan manajemen 7 langkah Varney. 2. Tujuan khusus a. Penulis mampu 1) Melakukan pengkajian yang meliputi keluhan, data subyektif dan obyektif pada Ny. W P3A0 akseptor KB MOW. 2) Menginterpretasi data yang meliputi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Ny. W P3A0 akseptor KB MOW. 3) Menentukan diagnosa potensial yang timbul pada Ny. W P3A0 akseptor KB MOW. 4) Mengidentifikasi penangangan segera pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW. 5) Menyusun rencana tindakan yang akan dilakukan pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW. 6) Melaksanakan rencana tindakan yang telah disusun pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW. 7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW. b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan kasus nyata di lapangan termasuk faktor pendukung dan penghambat pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan permasalahan pada Ny.W P3A0 akseptor KB MOW.
D. Manfaat Studi Kasus 1. Bagi diri sendiri Menambah pengetahuan dan wawasan dalam memberikan asuhan kebidanan pada akseptor KB MOW. 2. Bagi profesi Menjadi pertimbangan bagi organisasi profesi bidan dalam upaya meningkatan mutu Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB MOW. 3. Bagi institusi a. RSUD Dr. Moewardi Surakarta Memberikan masukan terhadap pelaksanaan asuhan kebidanan pada Akseptor KB MOW. b. Pendidikan Digunakan sebagai tambahan wacana atau referensi sehingga dapat menambah referensi tentang Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB MOW.
E. Keaslian Studi Kasus Studi kasus tentang KB MOW belum pernah dilakukan.
F. Sistematika Penulisan Penyusunan Karya Tulis Ilmiahg terdiri dari 5 bab , yaitu : BAB I
PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan studi kasus, manfaat studi kasus, keaslian studi kasus dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang teori medis meliputi:, teori manajemen kebidanan yang terdiri dari tujuh langkah Varney, yaitu pengkajian, interprestasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan asuhan, implementasi dan evaluasi, data perkembangan menggunakan model subyektif, obyektif, assessment dan planning (SOAP) serta kerangka konsep.
BAB III
METODOLOGI Bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi pengambilan kasus, subyek studi, waktu studi kasus, instrument studi kasus, teknik pengumpulan data dan alat-alat yang dibutuhkan serta jadwal studi kasus.
BAB IV
TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini berisi menyajikan laporan kasus dengan menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney yang terdiri dari 7 langkah yaitu: mulai dari pengkajian data, interpretasi data, diagnose potensial, antisipasi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan SOAP. Pembahasan berisi tentang kesenjangan antara teori dan praktek yang
penulis temukan sewaktu pengambilan kasus dengan pendekatan asuhan kebidanan menurut Varney. BAB V
PENUTUP Dalam Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. Kesimpulan dirumuskan untuk menjawab tujuan penulis
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
8
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Teori Medis 1. Keluarga Berencana Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan. Keluarga berencana
adalah
suatu
usaha
mengantur
banyaknya
kehamilan
sedemikian rupa sehingga berdampak positif bagi ibu, bayi, ayah serta keluarga yang bersangkutan tidak akan menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kehamilan tersebut (Suratun, 2008). 2. Kontrasepsi a. Pengertian Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan yang bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen dan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi fertilitas (Saifuddin, 2010). Kontrasepsi adalah suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan
yang
bertujuan
untuk
menjarangkan
kehamilan,
merencanakan jumlah anak dan meningkatkan kesejahteraan keluarga agar keluarga dapat memberikan perhatian dan pendidikan yang maksimal pada anak (Harnawati, 2008).
8
9
b. Macam-macam kontrasepsi Menurut Hartanto (2006), macam kontrasepsi meliputi : 1) Kontrasepsi Metode Sederhana a. Tanpa Alat (1) KB alamiah terdiri dari pantang berkala, metode kalender, metode suhu basal, metode lendir cerviks. (2) Coitus Interuptus (senggama terputus) Adalah suatu metode kontrasepsi di mana senggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genetalia eksterna wanita. b. Dengan Alat (1) Mekanis ( barier ), terdiri dari kondom pria, barier intra vaginal (diafragma, kap servik, spons, kondom ). (2) Kimiawi yang berupa spermisid (vaginal cream, vagina foam, vagina jelly, vagina tablet dan vagina suble film). 2) Metode Modern a) Kontrasepsi hormonal (1) Per oral : Pil oral kombinasi (POK), Mini Pil, Morning after pill. (2) Injeksi / Suntikan : DMPA, NET-EN, Microsphere, Microcapsules. (3) Sub kutis : Implant (alat kontrasepsi bawah kulit : AKBK)
10
(a) Implant non biodegradable (Norplant, Norplant 2, ST 1435, implanon). (b) Implant biodegradable : capronor, pellets b) IUD (Intra Uteri Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) : Copper T, Medusa, Seven Copper T c) Kontrasepsi Metode Mantap (1) Pada Wanita Penyinaran,
Operatif
(Medis
Operatif
Wanita,
penyumbatan tuba fallopi secara mekanis). (2) Pada pria Operatif medis pria (Vasektomi, penyumbatan vas deferens secara mekanis, penyumbatan vas deferens secara kimiawi.
3. Medis Operatif Wanita (MOW) / Tubektomi a.
Pengertian Tubektomi atau kontap wanita ialah suatu kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya ovum dengan cara tindakan mengikat
dan
atau
memotong
pada
kedua
saluran
tuba
(Suratun ,dkk, 2008). Tubektomi adalah setiap tindakan pada kedua saluran telur wanita yang mengakibatkan wanita tersebut tidak akan mendapat keturunan lagi. Jenis kontrasepsi ini bersifat permanen, karena
11
dilakukan penyumbatan pada saluran telur wanita yang dilakukan dengan cara diikat, dipotong ataupun dibakar (Proverawati, 2010). b. Keuntungan Tubektomi Menurut
Proverawati
(2010),
tubektomi
memberikan
keuntungan non kontrasepsi yaitu: 1) Penggunaan sangat efektif, yaitu 0,5 kehamilan per 100 perempuan selama tahun pertama penggunaan. 2) Tidak mempengaruhi terhadap proses menyusui (breastfeeding). 3) Tidak tergantung pada faktor senggama 4) Baik bagi klien bila kehamilan akan menjadi resiko kehamilan yang serius. 5) Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal. 6) Tidak ada efek samping dalam jangka waktu yang panjang. 7) Tidak ada perubahan organ dalam. c. Keterbatasan Tubektomi Menurut Proverawati (2010), metode tubektomi ini juga memiliki keterbatasan-keterbatasan yang harus diperhatikan yaitu: 1) Harus dipertimbangkan sifat mantap metode kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali). 2) Klien dapat menyesal di kemudian hari. 3) Resiko komplikasi kecil namun dapat meningkat apabila menggunakan anestesi setelah tindakan.
12
4) Rasa sakit atau ketidaknyamanan muncul dalam waktu pendek setelah tindakan. 5) Dilakukan oleh dokter terlatih, yaitu dokter spesialis ginekologi untuk proses laparoskopi. 6) Tidak melindungi diri dari IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS. d. Syarat-syarat Beberapa syarat menurut Proverawati (2010), hal yang perlu diperhatikan ketika akan menggunakan kontrasepsi mantap tubektomi ini yaitu: 1) Usia lebih dari 26 tahun 2) Jumlah anak (paritas) minimal adalah 2 dengan umur anak terkecil lebih dari 2 tahun. 3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan keinginannya dan pasangannya. 4) Pada kehamilan akan menimbulkan risiko kesehatan yang serius. 5) Pasca persalinan dan atau pasca keguguran. 6) Paham dan secara suka rela setuju dengan prosedur pelaksanaan. Klien mempunyai hak untuk berubah pikiran setiap waktu sebelum pelaksanaan prosedur ini, serta informed concent
form harus
ditandatangani oleh klien sebelum prosedur dilaksanakan
13
e. Komplikasi Tubektomi dan Penanganannya Menurut Saifuddin (2010), komplikasi dan penanganan MOW meliputi: 1) Infeksi Luka Apabila terlihat infeksi luka, obati dengan antibiotic bila terdapat abses lakukan drainase dan obati seperti yang terindikasi 2) Demam pasca operasi Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan 3) Luka pada kandung kemih, intestinal Mengacu ke tingkat asuhan yang tepat, apabila kandung kemih atau usus luka dan diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer, apabila ditemukan pasca operasi dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu. 4) Hematoma (Subkutan) Gunakan packs yang hangat dan lembab di tempat tersebut. Amati hal ini biasanya akan berhenti dengan berjalannya waktu tetapi dapat membutuhkan drainase bila ektensif. 5) Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi. Ajukan ke tingkat asuhan yang tepat dan mulailah resusitasi intensif, termasuk cara intravena, resusitasi kardio pulmonar dan tindakan penunjang kehidupan lainnya.
14
6) Rasa sakit pada lokasi pembedahan Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan 7) Perdarahan superficial (tepi kulit atau subkutan) Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan apa yang ditemukan. f. Efek samping MOW Menurut Hartanto (2006), kontap wanita tidak menimbulkan efek samping jangka panjang yang jelek. Selama paling sedikit dua dasawarsa terakhir ini, timbul perdebatan mengenai efek samping jangka panjang bila memang ada dari kontap wanita. Persoalan efek samping jangka panjang kontap wanita meliputi empat hal, yaitu: 1) Perubahan-perubahan hormonal 2) Pola haid 3) Problem ginekologis 4) Problem psikologis g. Waktu pelaksanaan Tubektomi Menurut Suratun (2008), waktu pelaksanaan tubektomi, yaitu: 1) Pasca persalinan, sebaiknya dalam jangka waktu 48 jam pasca persalinan. 2) Pasca keguguran, dapat dilaksanakan pada hari yang sama dengan evakuasi rahim atau keesokan harinya. 3) Dalam masa interval (keadaan tidak hamil), sebaiknya dilakukan dalam 2 minggu pertama dari siklus haid ataupun setelahnya,
15
seandainya
calon akseptor menggunakan
salah
satu
cara
kontrasepsi dalam siklus tersebut. h. Persiapan pra-operatif MOW Menurut Saifuddin (2010), persiapan pra-operatif MOW, yaitu: 1) Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW termasuk mekanisme. 2) Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang mungkin terjadi. 3) Berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol. 4) Berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang diberikan sesudah tindakan pembedahan. 5) Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan dan minum sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi. 6) Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau ditemani orang dewasa. 7) Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptic. 8) Tidak memakai perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti pemerah bibir, pemerah pipi, kutek dan lain-lain. 9) Menghubungi petugas setibanya di klinik.
16
i. Perawatan dan pemeriksaan Pasca Operasi Perawatan dan pemeriksaan pasca operasi menurut Suratun (2008), yaitu: 1) Setelah tindakan pembedahan klien dirawat di ruang pulih selama kurang lebih 4 – 6 jam. 2) Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke kereta dorong dan dari kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih dilakukan oleh 2 orang perawat dengan mendekatkan kareta dorong ke meja operasi atau tempat tidur. Akseptor diminta untuk menggeserkan badannya, bila klien memperoleh anestesi umum pemindahan pasien dilakukan oleh 3 – 4 orang. 3) Selama diruang pulih klien diamati dan dinilai: a) Nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 15 menit pertam, tiap 30 menit pada 1 jam kedua dan selanjutnya tiap jam hingga pasien pulang. b) Rasa
nyeri
yang
timbul
yang
mungkin
memerlukan
pengobatan analgetik. c) Perdarahan dari luka dan kemaluannya. d) Suhu badannya. 4) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan minum dan makan, karena rasa mengantuk telah hilang.
17
5) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing.
B. Teori Asuhan Kebidanan 1. Pengertian Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan keterampilan dalam rangka / tahapan yang logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien (Varney, 2007). 2. Manajemen Kebidanan Tujuh Langkah Varney a. Langkah 1 : Pengkajian Data Adalah langkah pengumpulan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Langkah ini menentukan proses interpretasi data tahap selanjutnya, sehingga harus komprehensif. Hasil pemeriksaan menggambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya atau valid (Varney, 2007) 1) Data Subyektif Adalah data Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (Hidayat, 2012).
18
a) Biodata Identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga sesuai dengan sasaran (Nursalam, 2012). Menurut Hidayat (2012), identitas meliputi : (1) Nama : Untuk mengenal dan mengetahui pasien. (2) Umur : Untuk mengetahui faktor resiko. (3) Agama : Untuk memberikan motivasi dorongan moril sesuai dengan agama yang dianut. (4) Suku Bangsa Untuk mengetahui faktor bawaan atau ras dan adatistiadat. (5) Pendidikan Perlu ditanyakan karena tingkat pendidikan berpengaruh pada pengetahuan tentang kesehatan. (6) Alamat Untuk mengetahui tempat tinggal
serta mempermudah
pemantauan. b) Alasan Kunjungan Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang berhubungan dengan keadaan yang dialami. Pada kasus akseptor KB MOW masuk rumah sakit yaitu ingin melakukan KB steril MOW (Nursalam, 2008).
19
c) Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau tidak, sudah berapa kali menikah, berapa jumlah anaknya (Wiknjosastro, 2005). d) Riwayat Menstruasi Untuk mengetahui menarche, siklus haid, lamanya, jumlah darah
yang
dikeluarkan
dan
pernahkah
dismenorhoe
(Nursalam, 2008). e) Riwayat Obstetri (1) Kehamilan
: untuk mengetahui berapa umur kehamilan ibu dan hasil pemeriksaan kehamilan (Wiknjosastro, 2008).
(2) Persalinan
: untuk
mengetahui
proses
persalinan
spontan atau buatan lahir aterm atau prematur ada perdarahan atau tidak, waktu persalinan ditolong oleh siapa, dimana tempat melahirkan (Wiknjosastro, 2008). (3) Nifas
: untuk mengetahui hasil akhir persalinan (abortus, lahir hidup, apakah dalam kesehatan yang baik) apakah terdapat komplikasi atau intervensi pada masa nifas dan apakah ibu tersebut mengetahui penyebabnya.
20
f) Riwayat KB Data ini mengkaji alat kontrasepsi yang digunakan serta untuk mengetahui jenis KB, lama penggunaan, keluhan yang dialami Ibu sebagai efek samping dari alat kontrasepsi yang digunakan (Varney, 2007). g) Riwayat Penyakit (1) Riwayat Penyakit Sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit
yang
diderita
pada
saat
(Ambarwati & Wulandari, 2008). (2) Riwayat Penyakit Sistemik Data ini dikaji untuk mengetahui riwayat penyakit yaitu meliputi Jantung, Asma / TBC, Hepatitis, DM, Hipertensi Epilepsi dan Lain-lain
:
h) Riwayat Kebiasaan sehari-hari (1) Pola Nutrisi Mengkaji pola makanan ibu meliputi frekuensi, komposisi, jumlah, serta jenis dan jumlah minuman. Hal ini untuk mengetahui apakah gizi ibu baik atau buruk, pola makan ibu teratur atau tidak (Hidayat,2008). Pada kasus akseptor KB MOW yaitu berikan nustri yang banyak mengandung gula (Saifuddin, 2010).
21
(2) Pola Eliminasi Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah (Ambarwati & Wulandari, 2008). (3) Pola Istirahat/tidur Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, kebiasaan tidur siang, (Ambarwati & Wulandari, 2008). (4) Personal Hygiene Dikaji karena kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga (Saleha, 2009). i) Data Psikologis Dikaji untuk mengetahui perubahan perasaan dan respon yang dialami
sebelum
dan
sesudah
tindakan
opeatif
(Ambarwati dan Wulandari, 2010). Pada kasus yaitu ditemukan rasa cemas saat akan dilakukan operasi 2) Data Obyektif a) Status Generalis Adalah pencatatan dilakukan dari hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan
khusus
kebidanan,
data
penunjang,
laboratorium (Hidayat, 2012), status generalis meliputi :
hasil
22
(1) Keadaan umum Pemeriksaan keadaan umum meliputi status kesadaran, status gizi, tanda vital dan lain-lain (Hidayat, 2008). Keadaan umum meliputi Baik, sedang dan jelek. Pada kasus akseptor KB MOW keadaan umum baik. (2) Kesadaran Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai adanya kelainan pada gangguan sistem kardiovaskuler (Hidayat, 2008). (a) Composmentis : Sadar penuh (b) Apatis
: acuh tak acuh dan lama dalam menjawab
(c) Somnolen
: keadaan mengantuk (letargi)
(d) Delirium
: penurunan abnormal, disertai dengan peningaktan yang abnormal
(e) Koma
: keadaan tidak sadar diri yang penderitanya
tidak
dapat
dibangunkan. Kesadaran
pada
composmentis.
ibu
akseptor
KB
MOW
adalah
23
(3) Tanda Vital (a) Tekanan Darah Untuk
mengetahui
tekanan
darah
apakah
ada
peningkatan atau tidak ada. Tekanan darah normal yaitu 110/80 - 120/80 mmHg (Hidayat, 2008). Pada kasus Ibu Akseptor
KB
MOW
tekanan
darah
yaitu
120/80 mmHg (Varney, 2007). (b) Suhu Untuk mengetahui suhu badan apakah ada peningkatan atau tidak, normalnya 36,50–37,60 C (Saifuddin, 2010). (c) Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60 – 80 kali per menit (Ambarwati & Wulandari, 2008). (d) Respirasi Untuk mengetahui frekuensi pernafasan pasien yang dihitung dalam 1 menit batas respirasi normal yaitu 22 – 24 x/menit (Hidayat, 2008). b) Pemeriksaan Sistematis Pemeriksaan Sistematis yaitu pemeriksaan dengan melihat klien dari ujung rambut sampai ujung kaki (Nursalam, 2008), meliputi : Kepala (1) Rambut
: Meliputi warna mudah rontok atau tidak dan kebersihannya.
24
(2) Muka
: Keadaan muka pucat atau tidak adakah kelainan, adakah oedema.
(3) Mata
: Untuk mengetahui apakah konjungtiva warna merah muda dan sklera warna putih.
(4) Hidung
: Bagaimana kebersihannya, ada polip atau tidak
(5) Telinga
: Bagaimana kebersihannya, ada serumen atau tidak
(6) Mulut
: Ada stomatitis atau tidak, keadaan gigi, gusi berdarah atau tidak.
(7) Leher
: Adalah pembesaran kelenjar thyroid, ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe.
(8) Data dan axilla : Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak. (9) Abdomen
: Apakah ada luka bekas operasi, ada benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak.
(10)
Genetalia : Pada kasus KB MOW untuk mengetahui perdarahan (Wiknjosastro, 2006).
c) Inspekulo : (1) Tidak ada peradangan pada dinding vagina (2) Adanya perdarahan berupa flek-flek berwarna merah kecoklatan dari dalam rahim (Hartanto, 2004).
25
d) Pemeriksaan dalam : a) Tidak ada pembukaan cervik b) Tidak ada massa pada cervik (Pusdiknakes, 2003). e) Anus : Apakah ada haemorhoid atau tidak 7) Ekstremitas atas dan bawah Ada cacat
atau tidak oedema atau tidak terdapat varices
atau tidak (Wiknjsastro, 2006). 3) Pemeriksaan penunjang Data penunjang diperlukan sebagai pendukung diagnosa, apabila diperlukan. Misalnya pemeriksaan laboratorium dan papsmear (Varney, 2007). Pada kasus akseptor KB MOW data penunjang yaitu pemerikaan laboratorium pemeriksaan Hb dan akseptor MOW harus memenuhi syarat kesehatan dan tidak ada kontraindikasi absolut.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan
perawatan
kesehtan
yang
diidentifikasi
khusus
(Varney, 2007). 1. Diagnosa Kebidanan Prediksi yang mencakup masalah potensial dan prognosis hasil dari hasil perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan (Hidayat, 2012).
26
Diagnosa : Ny. X umur …. tahun, P …. A … Akseptor MOW. Data Subyektif : (1) Ibu mengatakan umur … (2) Ibu mengatakan ingin melakukan KB MOW Data obyektif : a) Keadaan umum askeptor KB MOW b) Kesadaran askeptor KB MOW c) TTV : Tekanan darah
:…….mmHg
Nadi
:…… x/menit
Respirasi
: ……x/menit
Suhu
: ……x/menit
Tinggi Badan : ……cm Berat badan
: ……kg
d) Pemeriksaan Genetalia e) Pemeriksaan inspekulo f) Hasil laboratorium b. Masalah Masalah diidetifikasi berdasarkan masalah yang ditemukan dengan didukung oleh data subyektif dan obyektif (Hidayat, 2012). Pada kasus akseptor KB MOW yaitu ibu mengatakan cemas.
27
c. Kebutuhan Kebutuhan
disesuaikan
denga
kebutuhan
pasien
saat
itu
(Hidayat, 2012). Menurut Saifuddin (2010) kebutuhan meliputi: a) Memberi informasi pada ibu tentang keuntungan dan kerugian KB MOW. b) Jelaskan
tentang
teknik
operasi,
anestesi
lokal
dan
kemungkinan rasa sakit atau tidak enak selama operasi. c) Menganjurkan ibu untuk istirahat setela operasi.
Langkah III : Identifikasi Diagnosis atau masalah Potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiapsiap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007. Menurut Suratun (2008), Diagnosa potensial yang terjadi KB MOW, yaitu perdarahan di daerah tuba, perdarahan karena perlukaan pembuluh darah, perforasi usus, emboli udara, perforasi rahim.
28
Langkah IV : Identifikasi dan penetapan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan (Varney, 2007). Rencana tindakan pada akseptor KB MOW adalah: Menurut Saifuddin (2010), perawatan dan pemeriksan pasca operasi, meliputi: 1) Observasi TTV 2) Beri minum yang mengandung gula 3) Lakukan romberg sign (klien disuruh berdiri dengan mata tertutup) 4) Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk tindakan operasi
Langkah V : Perencanaan Asuhan secara Menyeluruh Tahap proses perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap agar pelaksanaan secara menyeluruh dapat berhasil (Varney, 2007). Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan akseptor KB MOW. Menurut Saifuddin (2010), persiapan pra-operatif MOW, yaitu: 1) Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW termasuk mekanisme.
29
2) Pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang mungkin terjadi. 3) Berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol. 4) Berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang diberikan sesudah tindakan pembedahan. 5) Anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan dan minum sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi. 6) Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau ditemani orang dewasa. 7) Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptic. 8) Tidak memakai perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti pemerah bibir, pemerah pipi, kutek dan lain-lain. 9) Menghubungi petugas setibanya di klinik. Perawatan dan pemeriksaan pasca operasi menurut Suratun (2008), yaitu: 1) Setelah tindakan pembedahan klien dirawat di ruang pulih selama kurang lebih 4 – 6 jam. 2) Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke kereta dorong dan dari kereta dorong ke tempat tidur di ruang
30
pulih dilakukan oleh 2 orang perawat dengan mendekatkan kareta dorong ke meja operasi atau tempat tidur. Akseptor diminta untuk menggeserkan badannya, bila klien memperoleh anestesi umum pemindahan pasien dilakukan oleh 3 – 4 orang. 3) Selama diruang pulih klien diamati dan dinilai: a) Nadi, tekanan darah, pernafasan tiap 15 menit pertam, tiap 30 menit pada 1 jam kedua dan selanjutnya tidap jam hingga pasien pulang. b) Rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan pengobatan analgetik. c) Perdarahan dari luka dan kemaluannya. d) Suhu badannya. 4) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan minum dan makan, karena rasa mengantuk telah hilang. 5) Dua jam setelah tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing.
Langkah VI : Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Varney, 2007).
31
Menurut Saifuddin (2010) pelaksanaan post operasi meliputi: 1) Setelah tindakan pembedahan klien dirawat di ruang pulih selama kurang lebih 4 – 6 jam. 2) Bila dilakukan anestesi lokal, pemindahan klien dari meja operasi ke kereta dorong dan dari kereta dorong ke tempat tidur di ruang pulih dilakukan oleh 2 orang perawat dengan mendekatkan kareta dorong ke meja operasi atau tempat tidur. Akseptor diminta untuk menggeserkan badannya, bila klien memperoleh anestesi umum pemindahan pasien dilakukan oleh 3 – 4 orang. 3) Selama diruang pulih klien diamati dan dinilai: a) Observai Nadi, tekanan darah, Suhu dan pernafasan tiap 15 menit pertam, tiap 30 menit pada 1 jam kedua dan selanjutnya tidap jam hingga pasien pulang. b) Observasi rasa nyeri yang timbul yang mungkin memerlukan pengobatan analgetik. c) Observasi perdarahan dari luka dan kemaluannya. 4) Setelah dua jam tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan minum dan makan, karena rasa mengantuk telah hilang. 5) Setelah dua jam tindakan dengan anestesi lokal klien diizinkan duduk dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing.
32
Langkah VII : Evaluasi Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan ecara terus menerus untuk mengingkatkan pelayanan secaa komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuahn klien (Varney, 2007). Evaluasi yang ingin dicapai pada akseptor KB MOW yaitu tidak terjadi komplikasi yaitu perdarahan di daerah tuba, perdarahan karena perlukaan pembuluh darah, perforasi usus, emboli udara, perforasi rahim (Suratun, 2008). DATA PERKEMBANGAN Data perkemangan menggunakan pedoman SOAP (Hidayat, 2012). S : Subyektif Berisi tentang data dari pasien melalui anamnesis (wawancara) yang merupakan ungkapan langsung tentang keluhan atau masalah KB. O : Obyektif Data yang didapat dari hasil observasi melalui pemeriksaan fisik sebelum atau selama pemakaian KB. A : Assement Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat kesimpulan meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial, serta perlu tidaknya tindakan segera.
33
P: Plan Merupakan rencana dari tindakan yang akan diberikan termasuk asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnosis atau laboratorium, serta konseling untuk tindak lanjut.
C. Landasan Hukum Peraturan-peraturan, kompetensi bidan dan standar pelayanan kebidanan yang berkaitan dengan kasus yaitu : Permenkes No.1464/Menkes/Per/X/2010 tentang izin penyelenggaraan Pratik Bidan. Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 huruf c berwenang untuk 1. Memberikan penyuluhan dan konseling; kesehatan reproduksi perempuan dan Keluarga Berencana 2. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom D. Informed Concent Informed concent merupakan persetujuan yang diberikan oleh pasien atau walinya yang berhak terhadap bidan untuk melakukan suatu tindakan kebidanan bayi sesudah memperoleh informasi lengkap dan dipahaminya mengenai tindakan itu. Dari batasan itu jelas bahwa informed concent adalah suatu dialog antara bidan dengan pasien yang didasari keterbukaan akal dan pikiran dengan suatu upacara birokratisasi dengan penandatanganan formulir atau selembar kertas yang merupakan jaminan atau bukti bahwa persetujuan dari pihak pasien atau walinya telah terjadi (Mustika, 2006).
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus Jenis studi kasus ini adalah laporan studi kasus dengan metode deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk memaparkan atau membuat gambaran tentang studi keadaan secara obyektif. Laporan studi kasus adalah laporan yang dilakukan dengan cara meneliti suatu permasalahan
melalui
suatu
kasus
yang
terdiri
dari
unit
tunggal
(Notoatmodjo, 2010). Laporan studi kasus ini akan menggambarkan asuhan kebidanan pada akseptor KB MOW.
B. Lokasi Studi Kasus Lokasi
merupakan
tempat
pengambilan
studi
kasus
(Budiarto, 2004). Studi kasus ini dilakukan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
C. Subyek Studi Kasus Merupakan orang yang akan dijadikan subyek untuk dilakukan studi kasus (Notoadmojdo, 2010). Subyek studi kasus ini adalah Ny. W P3A0 Akseptor KB MOW.
34
35
D. Waktu Studi Kasus Waktu penelitian adalah jangka waktu yang dibutuhkan penulis untuk memperoleh data penelitian yang dilaksanakan (Budiarto, 2003). Kasus ini dilakukan pada tanggal 27 - 28 Mei 2014.
E. Instrumen Studi Kasus Alat yang digunakan oleh penulis dalam pengumpulan data agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2010). Instrumen yang digunakan format asuhan kebidanan Keluarga Berencana 7 langkah Varney dan data perkembangan menggunakan SOAP
F. Teknik Pengumpulan Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya atau objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi (Riwidikdo, 2012). Data primer dalam studi kasus ini adalah data saat melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana MOW Data primer dapat diperoleh dari : a. Pemeriksaan fisik menurut Nursalam (2008), antara lain : 1) Inspeksi Adalah suatu proses observasi yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran dan
36
penciuman sebagai suatu alat mengumpulkan data. Inspeksi dilakukan secara berurutan mulai dari kepala sampai pada kaki. 2) Palpasi Adalah suatu teknik yang menggunakan indra peraba tangan dan jari-jari adalah suatu instrumen yang sensitif dan digunakan untuk mengumpulkan
data
tentang
temperatur,
turgor,
bentuk
kelembaban, vibrasi dan ukuran. Palpasi pada kasus pada Akseptor KB MOW dilakukan pemeriksaan
abdomen
meliputi
pemeriksaan
pembesaran
uterus,dada dan axilla. 3) Perkusi Adalah
suatu
pemeriksaan
dengan
jalan
mengetuk
atau
membandingkan kiri-kanan setiap daerah permukaan tubuh dengan tujuan menghasilkan suara. Pada kasus akseptor KB MOW tidak dilakukan perkusi 4) Auskultasi Adalah pemeriksaan dengan jalan mendengarkan suatu yang diberikan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop. Pada kasus akseptor KB MOW melakukan pemeriksaan auskultasi untuk mengukur tekanan darah. b. Wawancara Wawancara
adalah
suatu
metode
yang
dipergunakan
untuk
mengumpulkan data dimana penulis mendapatkan keterangan atau bercakap-cakap
berhadapan
muka
dengan
orang
tersebut
37
(Notoadmodjo, 2010). Pada kasus KB MOW wawancara dilakukan kepada akseptor KB MOW dan tenaga kesehatan. c. Observasi Observasi yaitu suatu prosedur yang terencana meliputi : melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Pada kasus observasi post operasi, yaitu Observai Nadi, tekanan darah, Suhu dan pernafasan tiap 15 menit pertama, tiap 30 menit pada akseptor kb, (Saifuddin, 2010). 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian (Riwidikdo, 2012). Data yang diperoleh dengan cara mempelajari status / dokumentasi pasien dan studi kepustakaan. a. Data dokumentasi Adalah semua bentuk informasi yang berhubungan dengan dokumen (Notoatmodjo, 2010). Dalam kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang diambil dari catatan rekam medik pasien di RSUD Dr. Moewardi Surakarta b. Studi kepustakaan Yaitu memperoleh berbagai informasi baik berupa teori-teori generalisasi maupun konsep yang dikembangkan oleh berbagai ahli dari buku-buku sumber yang ada (Notoatmodjo, 2010). Dalam kasus
38
ini studi kepustakaan dengan mengumpulkan buku-buku kepustakaan terbitan tahun 2004 – 2013. G. Alat dan Bahan yang Digunakan Alat yang digunakan dalam pelaksanaan atau pengambilan laporan kasus adalah sebagai berikut : 1. Alat dan bahan dalam pengambilan data antara lain : a. Format pengkajian pada ibu bersalin b. Buku tulis c. Ballpoint 2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi : a. Timbangan berat badan b. Alat pengukur tinggi badan c. Tensimeter d. Termometer e. Stetoskop Monocular 3. Alat dan bahan dalam pendokumentasian a. Status atau catatan medik pasien b. Dokumen yang ada c. Alat tulis H. Jadwal Studi Kasus Bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai menyusun proposal studi kasus, sampai dengan penulisan laporan studi kasus, beserta waktu
berjalan
atau
berlangsungnya
(Notoatmodjo, 2010). Jadwal studi kasus terlampir
tiap
kegiatan
tersebut
BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus 1. Pengkajian Tempat
: RSUD Dr. Moewardi Surakarta
Tanggal
: 27 Mei 2014
Pukul : 13.00 WIB
a. Identitas Pasien
Identitas Suami
1) Nama
: Ny. W
Nama
: Tn. A
2) Umur
: 45 tahun
Umur
: 46 tahun
3) Agama
: Islam
Agama
: Islam
4) Suku Bangsa
: Jawa
Suku Bangsa
: Jawa
5) Pendidikan
: S1
Pendidikan
: SMA
6) Pekerjaan
: PNS
Pekerjaan
: Swasta
7) Alamat
: Sadon RT 05/06 Sawahan, Ngemplak Boyolali
b. Anamnesa (Data Subyektif) 1) Alasan Kunjungan Ibu mengatakan ingin melakukan KB MOW.Karena ibu merasa jumlah anak sudah cukup 2) Riwayat Perkawinan Ibu mengatakan menikah 1 kali umur 23 tahun, lamanya perkawinan sudah 12 tahun dan telah mempunyai 3 anak.
40
41
3) Riwayat Menstruasi a) Menarche
: umur 13 tahun
b) Siklus
: ± 28 hari
c) Lama
: ± 1 minggu
d) Banyaknya
: sehari 2-3 x ganti pembalut
e) Teratur / tidak teratur
: teratur tiap bulan
f) Sifat darah
: encer, ada gumpalan warna merah kehitaman
g) Dismenorhoe
: pada hari pertama kadang terasa
sakit perut,tidak mengganggu aktivitas 4) Riwayat Obstetri (Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu) NO
Tgl/ Thn Partus
Tempat Partus
Umur Kehamilan
Jenis Partus
1
2005
BPS
9 tahun
Spontan
2
2007
BPS
7 tahun
Spontan
3
2014
BPS
5 Bulan
Spontan
Anak
Nifas
JK
BB
PB
Perem puan Lakilaki Perem puan
3300 gram 3400 gram 3300 gram
48 cm
Kea daan Baik
Laktasi 3 bulan
Hidup
50 cm
Baik
6 bulan
Hidup
47 cm
Baik
4 bulan
Hidup
5) Riwayat KB a)
Ibu mengatakan setalah kelahiran anak pertama menggunakan KB suntik selama 1 tahun Keluhan:ibu mengatakan tidak ada kluhan
b) Ibu mengatakan setelah kelahiran anak kedua menggunakan KB suntik selama 6 tahun Keluhan :ibu mengatakan tidak ada keluhan
Keadaan anak sekarang
42
6) Riwayat Penyakit (a) Riwayat Penyakit Sekarang Ibu mengatakan tidak sedang sakit apapun. Seperti : Batuk, pilek, pusing, flu, Dan lain-lain (b) Riwayat Penyakit Sistemik (1) Jantung
: Ibu mengatakan dada tidak pernah berdebar kencang dan tidak pernah keluar keringat dingin pada telapak tangan.
(2) Ginjal
: Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri perut bagian bawah baik kanan maupun kiri dan tidak merasa sakit saat buang air kecil.
(3) Asma
: Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas.
(4) TBC
: Ibu
mengatakan
tidak
pernah
batuk
berkepanjangan ataupun batuk berdarah. (5) Hepatitis
: Ibu mengatakan pada mata dan ujung kuku tidak pernah terlihat kuning.
(6) DM
: Ibu mengatakan pada malam hari tidak pernah mengeluh sering minum ataupun buang air kecil.
(7) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi.
43
(8) Epilepsi
: Ibu mengatakan tidak pernah mengalami kejang yang disertai keluar buih dari mulut.
(c) Riwayat Penyakit Keluarga (1) Penyakit Menurun Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti asma, jantung, ataupun kencing manis. (2) Penyakit Menular Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit menular seperti penyakit kelamin ataupun penyakit kulit. d) Riwayat Keturunan Kembar Ibu mengatakan dalam keluarga baik dari pihak dirinya ataupun dari pihak suami tidak ada yang mempunyai keturunan kembar. e) Riwayat Operasi Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun. 7) Riwayat Kebiasaan Sehari-hari a) Nutrisi Ibu mengatakan makan sehari 3 kali porsi sedang (nasi, lauk pauk, sayur dan buah) dan minum ±6 gelas air putih dan 1 gelas teh.
44
b) Eliminasi Ibu mengatakan BAK sehari ± 5 kali, warna kuning jernih dan BAB 1 kali sehari, kosistensi lembek dan warna kekuningan. c) Istirahat Ibu mengatakan tidur sehari ± 9 jam, tidur siang 1 jam dan tidur malam 8 jam. d) Aktivitas Ibu mengatakan setiap hari bekerja sebagai ibu rumah tangga, seperti : menyapu, memasak, mencuci, mengepel dan menyeterika. e) Personal Hygiene Ibu mengatakan mandi sehari 2 kali yaitu jam 06.30 dan jam 16.00, keramas 2 hari sekali, gosok gigi sehari 2 kali, dan ganti baju dan pakaian dalam sehari 2 kali. f) Pola seksual Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual seminggu 2 kali pada saat tidak terjadinya bercak darah. g) Merokok, Jamu, Alkohol Dan Obat-obatan Ibu mengatakan tidak pernah merokok, tidak pernah minum jamu, tidak pernah minum alkohol dan tidak pernah minum obat-obatan kecuali dari dokter atau bidan.
45
8) Data Psikologis Ibu mengatakan dalam mengikuti KB tidak ada paksaan dari siapapun, baik suami ataupun keluarga sangat mendukung keputusan ibu. c. Pemeriksaan Fisik 1) Status Generalis a) Keadaan Umum
: Baik
b) Kesadaran
: Composmentis
c) TTV
: TD N
: 130/70 mmHg,
S : 36,5 ºC
: 80 x/menit,
R : 20 x/menit
d) TB
: 155 cm
e) BB
: 50 kg
2) Pemeriksaan Sistematis a) Kepala (1) Rambut
: Bersih, tidak ada
ketombe, tidak
rontok,warna hitam (2) Muka
: Tidak pucat dan tidak ada oedema
(3) Mata (a) Conjungtiva : Warna kemerahan (b) Sklera
: Warna putih
(4) Hidung
: Simetris, bersih dan tidak ada polip
(5) Telinga
: Simetris, bersih dan tidak ada serumen
46
(6) Mulut/Gigi/Gusi : Bersih, tidak stomatitis/tidak caries/ tidak berdarah. b) Leher (1) Kelenjar Gondok
: Tidak ada pembesaran kelenjar gondok
(2) Tumor
: Tidak ada benjolan di leher
(3) Pembesaran Kelenjar Limfe
: Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
c) Dada dan Axilla (1) Mammae (a) Membesar
: Ada pembesaran normal
(b) Tumor
: Kanan kiri tidak ada benjolan
(c) Simetris
: Simetris kanan kiri
(2) Axilla (a) Benjolan
: Palpasi kanan kiri tidak ada benjolan
(b) Nyeri
: Palpasi kanan kiri tidak ada nyeri
d) Abdomen (1) Pembesaran Uterus
: Tidak ada pembesaran uterus
(2) Pembesaran Hati
: Tidak dilakukan
(3) Benjolan/Tumor
: Tidak ada benjolan
(4) Nyeri Tekan
: Tidak ada nyeri tekan
(5) Luka Bekas Operasi : Tidak ada luka bekas operasi.
47
e) Anogenital (1) Vulva Vagina (a) Varices
: Tidak ada varices
(b) Luka
: Tidak ada luka
(c) Kemerahan
: Tidak ada iritasi
(d) Nyeri
: Tidak ada nyeri
(e) Kelenjar Bartolini
: Tidak
ada
pembesaran
kelenjar bartolini (f) Pengeluaran Pervaginam : Tidak ada (2) Inspeculo (a) Vagina
: Warna merah muda
(b) Vulva
: Normal, tidak ada varices / oedema
(c) Tanda Chadwick
: Tidak ada warna kebiruan
(3) Pemeriksaan Dalam (a) Portio/Servik (1) Keras/Lunak
: Keras dan mecucu
(2) Erosi
: Tidak ada erosi
(b) Posisi Uterus
: Normal (retrofleksi)
(c) Tumor/Benjolan
: Tidak ada benjolan
(d) Nyeri
: Tidak ada nyeri sentuh pada portio
48
(4) Anus Haemoroid
: Tidak ada haemoroid
f) Ekstremitas (1) Varices
: Tidak ad avarices pada kaki kanan kiri
(2) Oedema
: Tidak
ada
oedema
pada
tangan/kaki 3.
Pemeriksaan Penunjang a.
Pemeriksaan Laboratorium : Hb: 11,6 gr%
b.
Pemeriksaan penunjang lain : tidak dilakukan
II. Interpretasi Data Tanggal 27 Mei 2014 Pukul a.
13.45 WIB
Diagnosa Kebidanan Ny. W umur 45 tahun P3A0 akseptor Pra KB MOW Data Dasar DS : 1) Ibu mengatakan umur 45 tahun 2) Ibu mengatakan melahirkan 3 kali 3) Ibu mengatakan ingin menggunakan KB MOW DO : 1) Keadaan umum : baik 2) Kesadaran
: composmentis
3) TTV
: TD N
b. Masalah
: 110/70 mmHg,
S : 36,5ºC
: 80 x/menit,
R : 20 x/menit
49
Ibu cemas menghadapi tindakan pembedahan c. Kebutuhan Informasi tentang tindakan operasi MOW.
III. Diagnosa Potensial Pendarahan pada daerah tuba
IV. Antisipasi/ Tindakan Segera Kolaborasi dengan dokter Sp.Og meliputi pemberian obat-obatan
V. Perencanaan Tanggal 27 Mei 2014
Pukul 13.50 WIB
1. Konseling tentang MOW yaitu tentang manfaat, keterbatasan ,waktu melakukan tubektomi, yang dapat atau tidak dapat menjalani tubektomi 2. Berikan informed consent 3. Tanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW 4. Siapkan ibu menjelang tindakan operatif sesuai dengan advis dokter.
VI. Pelaksanaan Tanggal 27 Mei 2014 1. Pukul 14.00 WIB memberikan konseling MOW
50
2. Pukul 14.10 WIB menanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW 3. Pukul 14.15 WIB memberikan informed consent sebagai persetujuan dari klien dan suami 4. Pukul 14.20 WIB menyiapkan ibu menjelang tindakan operatif sesuai dengan advis dokter yaitu: menganjurkan puasa 1 hari, memasang infuse 20 tpm, memasang cateter tetap, melakukan skeren
VII. Evaluasi Tanggal 27 Mei 2014 1. Ibu mengerti penjelasan dari bidan 2. Ibu bersedia menandatangani informed consent 3. Ibu sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW 4. Sudah dilakukan tindakan menjelang operatif sesuai advis dokter yaitu; a.
Ibu mulai puasa sejak jam 06.00 WIB
b.
Ibu dipasang infus RL 20 tpm jam 14.00 WIB
c.
Ibu dipasang cateter jam 14.05 WIB
d.
Ibu diskeren jam 14.10 WIB
e.
Operasi dilakukan pada jam 15.10 WIB dan selesai jam 16.15 WIB.
51
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal 27 Mei 2014, S
Pukul 20: 00 WIB.
: Subyektif 1. Ibu mengatakan sudah dilakukan tindakan operasi MOW 2. Ibu tidak cemas lagi
O
: Obyektif 1. Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis. 2. Vital sign TD
: 130/ 70 mmHg
S
: 36,50 C
N
: 80 x/ menit
R
: 20 x/ menit
3. Exstremitas:Masih terpasang infuse RL 20 tpm ditangan kanan 4. Genetalia:Masih terpasang kateter di alat genetalia ibu 5. Abdomen:luka masih basah,tertutup kassa steril A
: Assessment Ny. W, P3A0 umur 45 tahun akseptor KB MOW
P
: Planning Tanggal 27 Mei 2014 1.
Pukul 00.00 Meobservasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
2.
Pukul 20.05Meanjurkan ibu makan dan minum setelah 2 jam pasca operasi
52
3.
Pukul 20.10 Meanjurkan ibu untuk mobilitas dini miring kiri kanan,duduk dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing.
4.
Pukul 20.15 Meberikan konseling pada ibu pasca tindakan operatif. a.
Menganjurkan ibu untuk mejaga luka operasi tetap kering hingga luka tidak infeksi
b.
Mehindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman
c.
Mehindari mengangkat benda-benda berat dan kerja keras selam 1 minggu
d.
Menganjurkan ibu kembali lagi apabila merasakan ada keluhan dan kontrol 1 minggu lagi.
5.
Pukul 20.20 Memberikan terapi obat sesuai advis dokter pada ibu yaitu:
E
a.
Cefadroxil 500 mg
2x1
b.
Asemefenamat 500 mg
3x1
c.
Sulfas ferosus
60 mg
: Evaluasi
Tanggal 27 Mei 2014 1.
2.
1x1
Pukul 20: 30 WIB.
Pukul 00.00 Sudah dilakukan Observasi TD
: 130/ 70 mmHg
S
: 36,50 C
N
: 80 x/ menit
R
: 20 x/ menit
Ibu mengatakan sudah makan dan minum setelah dua jam pasca operasi
53
3.
Ibu sudah bisa miring kanan dan kiri,duduk
4.
Ibu sudah mengerti tentang konseling pasca tindakan operatif
5.
Ibu sudah diberikan terapi obat sesuai advis dokter
54
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal 28 Mei 2014, S
O
A
Pukul 08: 00 WIB.
: Subyektif 1.
Ibu mengatakan sudah tidak cemas lagi
2.
Ibu mengatakan ingin pulang
: Obyektif 1.
Keadaan umum ibu baik, kesadaran composmentis.
2.
Vital sign TD
: 120/ 80 mmHg
S
: 36,50 C
N
: 83 x/ menit
R
: 20 x/ menit
3.
Exstremitas:Masih terpasang infuse RL 20 tpm ditangan kanan
4.
Genetalia:Masih terpasang kateter di alat genetalia ibu
5.
Abdomen:luka masih basah,tertutup kassa steril
: Assessment Ny. W, P3A0 umur 45 tahun akseptor KB MOW
P
: Planning Tanggal 28 Mei 2014
Pukul 07.10 WIB
1. Pukul 07.15 WIB Melaksanakan advis dokter bahwa ibu sudah diperbolehkan pulang dan memberikan terapi obat: a. cefadroxil 500mg
2x1
55
b. Asamefenamat 500mg 3x1 c. Sulfas ferosus 60 mg 1x1 2. Pukul 07.25 WIB Memberitahu ibu bahwa ibu sudah diperbolehkan pulang 3. Pukul 07.30 WIB Melepas infuse yang terpasang ditangan ibu 4. Pukul 07.35 WIB Melepas kateter yang terpasang dialat genatalia ibu 5. Pukul 07.40 WIB Menganjurkan ibu merawat luka 3 hari setelah di rumah 6. Pukul 07.40 WIB Menganjurkan ibu kontrol kembali 1 minggu lagi dan bila ada keluhan E
: Evaluasi
Tanggal 28 Mei 2014 1.
Pukul 08.00 WIB
Ibu sudah mengetahui bila sudah diperbolehkan pulang tanggal 28 Mei 2014 pukul 09.00 WIB
2.
Infuse sudah dilepas
3.
Kateter sudah dilepas
4.
Ibu bersedia kontrol bila ada keluhan
B. Pembahasan Setelah penulis melaksanakan Asuhan Kebidanan pada Ny. W akseptor KB MOW menggunakan manajemen 7 langkah Varney, maka penulis akan membandingkan antara penatalaksanaan asuhan kebidanan
56
menurut teori dan kasus yang nyata dilapangan, serta membahas kesenjangan yang ada selama melakukan asuhan. 1.
Pengkajian Pada langkah ini dilakukan pengumpulan data dasar untuk mengevaluasi keadaan pasien. Data yang dikumpulkan meliputi data subyektif dan data obyektif. Semua data ini diperoleh melalui pemeriksaan fisik, wawancara, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Adalah data Informasi yang dicatat mencakup identitas, keluhan yang diperoleh dari hasil wawancara langsung kepada pasien atau klien (anamnesis) atau dari keluarga dan tenaga kesehatan (Hidayat, 2012).
2.
Interpretsi Data Langkah kedua bermula dari data dasar, menginterpretasi data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehtan yang diidentifikasi khusus (Varney, 2007). Diagnosa Kebidanan Prediksi yang mencakup masalah potensial dan prognosis hasil dari hasil perumusan masalah yang merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan (Hidayat, 2012). Sedangkan pada kasus didapatkan Ny. W umur 45 tahun P3A0 akseptor KB MOW data subyektif Ibu mengatakan umur 45 tahun, Ibu mengatakan melahirkan 3 kali, Ibu mengatakan ingin menggunakan KB MOW. Sehingga pada langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
57
3.
Diagnosa Potensial Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiapsiap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney, 2007). Menurut Suratun (2008), Diagnosa potensial yang terjadi KB MOW, yaitu perdarahan di daerah tuba, perdarahan karena perlukaan pembuluh darah, perforasi usus, emboli udara, perforasi rahim. Pada kasus pada kasus Ny. W akseptor KB MOW tidak terjadi diagnosa potensial karena telah dilakukan tindakan dengan tepat.
4.
Antisipasi Tahap ini dilakukan oleh bidan dengan melakukan identifikasi dan menetapkan beberapa kebutuhan setelah diagnosis dan masalah ditegakkan. Kegiatan bidan pada tahap ini adalah konsultasi, kolaborasi dan melakukan rujukan (Varney, 2007). Antisipasi tindakan pada akseptor KB MOW menurut Saifuddin (2010), perawatan dan pemeriksan pasca operasi, meliputi: Observasi TTV, Beri minum yang mengandung gula, Lakukan romberg sign (klien disuruh berdiri dengan mata tertutup) dan Kolaborasi dengan dokter SpOG untuk tindakan operasi. Pada kasus pada kasus Ny. W akseptor KB MOW rencana tindakan yang dilakukan yaitu Kolaborasi dengan
58
dokter SPOG. Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek 5.
Rencana Tindakan Tahap proses perencanaan asuhan secara menyeluruh terhadap masalah dan diagnosis yang ada. Dalam proses perencanaan asuhan secara menyeluruh juga dilakukan identifikasi beberapa data yang tidak lengkap
agar
pelaksanaan
secara
menyeluruh
dapat
berhasil
(Varney, 2007). Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada asuhan akseptor KB MOW. Menurut Saifuddin (2010), persiapan pra-operatif MOW, yaitu: Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOW termasuk mekanisme, pencegahan kehamilan yang dihasilkan dan efek samping yang mungkin terjadi, berikan nasehat untuk perawatan luka bedah, kemana minta pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol, berikan nasehat tetang cara menggunakan obat yang diberikan sesudah tindakan pembedahan, anjurkan klien puasa sebelum operasi atau tidak makan dan minum sekurang-kurangnya 2 jam sebelum operasi, datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau ditemani orang dewasa, rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptic, tidak memakai perhiasan dan tidak memakai kosmetik seperti pemerah bibir, pemerah pipi, kutek dan lain-lain, menghubungi petugas setibanya di klinik.
59
Sedangkan pada kasus Ny. W akseptor KB MOW yaitu : konseling tentang tubektomi yaitu tentang manfaat, keterbatasan ,waktu melakukan tubektomi, yang dapat atau tidak dapat menjalani tubektomi, berikan informed consent, tanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi tubektomi, siapkan ibu menjelang tindakan operatif, berikan konseling pada ibu pasca tindakan operatif. 6.
Pelaksanaan Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan dari semua rencana sebelumnya, baik terhadap masalah pasien ataupun diagnosis yang ditegakkan. Pelaksanaan ini dapat dilakukan oleh bidan secara mandiri maupun berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Varney, 2007). Pelaksanaan Pada kasus Ny. W akseptor KB MOW, yaitu memberikan konseling tubektomi, Memberikan informed consent sebagai persetujuan dari klien dan suami, menanyakan kembali pada ibu apakah sudah mantap memilih metoe kontrasepsi tubektomi, menyiapkan ibu menjelang yindakan operatif yaitu ;memasang infuse, memasang cateter tetap, melakukan skeren, memberikan konseling pada ibu pasca tindakan operatif dengan cara jagalah luka operasi tetap kering hingga pembalut dilepaskan. Mulai lagi aktivitas normal secara bertahap, hindari hubungan intim hingga merasa cukup nyaman, hindari mengangkat benda-benda berat dan kerja keras selama 1 minggu, kalau sakit miinumlah 1 atau 2 tablet analgesic setiap 4-6 jam, Jadwalkanlah sebuah kunjungan
pemeriksaan
secara
rutin
antara
7-14
hari
setelah
60
pembedahan, kembalilah setiap waktu apabila anda menghendaki perhatian tertentu
7. Evaluasi Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam manajemen kebidanan, yakni dengan melakukan evaluasi dari perencanaan maupun pelaksanaan yang dilakukan bidan. Evaluasi sebagai bagian dari proses yang dilakukan ecara terus menerus untuk mengingkatkan pelayanan secaa komprehensif dan selalu berubah sesuai dengan kondisi atau kebutuahn klien (Varney, 2007). Evaluasi yang ingin dicapai pada akseptor KB MOW yaitu tidak terjadi komplikasi yaitu perdarahan di daerah tuba, perdarahan karena perlukaan pembuluh darah, perforasi usus, emboli udara, perforasi rahim (Suratun, 2008). Pada kasus Ny. W akseptor KB MOW didapatkan TD : 130/ 70 mmHg S: 36,50 C, N: 80 x/ menit, R: 20 x/ menit, Ibu mengatakan sudah makan dan minum setelah dua jam pasca operasi, Ibu bersedia untuk duduk dan latihan berjalan dengan ditemani keluarganya apabila pasien tidak pusing, Tidak terjadi pedarahan bekas luka operasi
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN Berdasarkan studi kasus pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW dengan menggunakan menejemen 7 langkah varney dapat disimpulakan yang meliputi: 1.
Pengkajian pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW dilakukan dengan menggunakan pengumpulan data subyektif yaitu ibu mengatakan ingin menggunakan KB MOW karena ibu merasa jumlah anak sudah cukup.Data Obyektif yaitu conjungtiva merah ,kesadaran composmentis,TTV 110/70 mmHg.
2.
Interpretasi data dilakukan dengan pengumpulan data secara teliti dan akurat sehingga di dapat diagnose kebidanan Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW,Disertai masalah yang dialami Ny.W adalah cemas menghadapi tindakan pembedahan sehingga membutuhkan informasi tentang tindakan operasi MOW.
3.
Diagnosa potensial tidak terjadi karena penanganannya tepat pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW
4.
Antisipasi pada Ny.W umur 45tahun P3A0 Akseptor KB MOW tidak dilakukan.
5.
Rencana tindakan pada Ny.W umur 45 tahun P3A0 Akseptor KB MOW adalah observasi keadaan umum,tanda-tanda vital tiap 4 jam,berikan
61
62
konseling tentang MOW,berikan informed consent,menanyakan kembali ibu apakah sudah mantap memilih metode kontrasepsi MOW,siapkan ibu menjelang operasi. 6.
Pelaksanaan pada kasus Ny.W umur 45 tahun P3A0 akseptor KB MOW dilakukan sesuai perencanaan
7.
Pada kasus
Ny.W umur 45 tahun P3A0 akseptor KB MOW yang
didapatkan setelah dilakukan asuhan selama 2 hari adalah keadaan umum ; baik.kesadaran : komposmentis,TTV: TD :120/80 mmHg,N : 83 x/menit,R :20 x/menit,S :36,5ͼC,Ibu sudah diijinkan pulang dan diberi terapi oral Cefdroxil 500mg 2x1,Asamefenamat
500mg3x1,Sf 60 mg
1x1,ibu bersedia control lagi bila ada keluhan. 8.
Pada kasus Ny,W umur 45 tahun P3AO akseptor KB MOW penulis mampu mengidentifikai adanya kesenjangan pada diagnosa potensial dan tindakan segera.Kerena akseptor dalam keadaan baik.
B. SARAN Berdasarkan kesimpulan diatas perlu adanya peningkatan pelayanan yang lebih baik,Oleh karena itu penulis memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi bidan/profesi Menjadi pertimbangan bagi organisasi profesi bidan dalam upaya meningkatan mutu Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB MOW. 2. Bagi rumah sakit Memberikan masukan terhadap RSUD Dr.Moewardi pelaksanaan asuhan kebidanan pada akseptor KB MOW.
63
3. Bagi pendidik Diharapkan untuk sebagai menambahan wacana atau informasi mengenai asuhan kebidanan keluarga berencana pada akseptor KB MOW. 4. Bagi pasien Di harapkan pasien dapat melakukan perawatan luka post operasi MOW sendiri dengan memperhatikan tehnik aseptik sehingga tidak terjadi infeksi yang lebih serius dan luka dapat sembuh dengan cepat.