ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. HANA UMUR 23 TAHUN DI BPM SOFIA HARJAYANTI, S.S.T.Keb CANDIREJO
ARTIKEL
Oleh: DEVI AYUK SEPTIANI NIM. 0131634
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. HANA UMUR 23 TAHUN DI BPM SOFIA HARJAYANTI, S.S.T.Keb CANDIREJO Devi Ayuk Septiani 1), Ninik Christiani 2), Rini Susanti3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email:
[email protected]
ABSTRAK
Septiani, Devi Ayuk. 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan (Continuity Of Midwifery Care) pada Ny. Hana Umur 23 Tahun di BPM Sofia Harjayanti, S.ST.Keb Candirejo Ungaran. Karya Tulis Ilmiah. D-III Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Pembimbing I: Ninik Christiani, S.SiT., M.Kes, Pembimbing II: Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes
Pada dasarnya proses kehamilan, persalinan, dan nifas merupakan tahapan perkembangbiakan manusia yang alamiah, namun harus diwaspadai apabila terjadi halhal yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak mendapatkan asuhan dari tenaga kesehatan. Di Kabupaten Semarang AK: tahun 2013 120,22 per 100.000 kelahiran hidup meningkat tahun 2014 menjadi 144,31 per 100.000 Kelahiran Hidup dan AKB 13,44 per 1.000 kelahiran hidup turun menjadi 10,90 kelahiran hidup, di Puskesmas Ungaran tahun 2014 ada 1 kasus AKI dan 4 kasus AKB. Penelitian ini bertujuan agar penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. Hana umur 23 tahun di BPM Sofia Harjayanti, S. ST.Keb Candirejo Ungaran. Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Hellen Varney serta pendokumentasian subjektif, objektif, assessment dan planning yang dimulai dari tanggal 27 Oktober 2015 - 10 Januari 2016. Antenatal Care yang dilakukan pada Ny. Hana sebanyak 12 kali, persalinan tanggal 02 Desember 2015 kala I fase aktif tidak ada gawat janin maupun gawat ibu, bayi lahir spontan dengan berat lahir 3200 gram, panjang badan : 50 cm, lingkar kepala : 34 cm, lingkar dada : 32 cm. Tidak terdapat robekan perineum. Kunjungan nifas 4 kali, kunjungan neonatus 4 kali, dan kunjungan Keluarga Berencana 2 kali. Berdasarkan hasil penelitian ini dilakukan asuhan kebidanan sampai dengan Keluarga Berencana mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. Saran bagi bidan hendaknya meningkatkan pelayanan kesehatan melalui evaluasi dalam meningkatkan pelayanan kebidanan yang terorganisir.
Kata Kunci :
Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Kehamilan, Persalinan, Nifas, Neonatus dan Keluarga Berencana
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
1
ABSTRACT Septiani, Devi Ayuk. 2016; The Continuity of Midwifery Care on Mrs. Hana, Aged 23 Years old at BPM Sofia Harjayanti, S.ST.Keb Candirejo Ungaran. Scientific Paper. Diploma III of Ngudi Waluyo Midwifery Academy. First advisor: Ninik Christiani, S.SiT., M.Kes, Second advisor: Rini Susanti, S.SiT., M.Kes Basically, the process of pregnancy, childbirth, and postpartum is a natural human reproduction stages, but the awareness for things that can endanger the maternal and infant health must be maintained, especially in women who do not get midwifery care from health professionals. In 2013, the maternal mortality rate (MMR) of Semarang Regency reached 120.22 per 100,000 live births, increased to 144.31 per 100,000 live births in 2014. The infant mortality rate (IMR) was 13.44 per 1,000 live births in 2013, decreased to 10.90 per 100,000 live births, in 2014. At Puskesmas Ungaran there was one case of MMR and 4 cases of IMR in 2014. This study aims to implement the continuity of midwifery care on Mrs. Hana, aged 23 years old at BPM Sofia Harjayanti, S.ST.Keb Candirejo Ungaran. This study used Helen Varney Obstetrical Management approach and the documentation used subjective, objective, assessment and planning (SOAP) method that starting from the 27 October 2015 until 10 January 2016. Mrs. Hana had antenatal care for 12 times, the childbirth was on 2 December 2015 with active phase of first stage. There was no fetal or maternal distress, the infant born spontaneously with birth weight of 3200 grams, body length of 50 cm, head circumference of 34 cm, chest circumference of 32 cm. There was no perineal tear. The postpartum checkups conducted for 4 times, neonatal visit for 4 times, and contraceptive consultation for 2 times. Based on the results of this study, midwifery care is conducted through the concerns of family planning (selecting contraception) ranging from assessment until evaluation. Midwives should improve health care and evaluation in improving more organized midwifery services. Keywords :
Continuity of Midwifery Care, Pregnancy, Childbirth, Postpartum, Newborn, and Family Planning PENDAHULUAN
Proses kehamilan, persalinan, dan nifas, merupakan suatu tahapan perkembangbiakan manusia yang alamiah, namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi hal – hal yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi, terutama pada ibu yang tidak mendapat asuhan dari tenaga kesehatan secara berkelanjutan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB). (Pratami, 2014) AKI dan AKB merupakan dua indikator pengukur derajat kesehatan suatu negara. Menurut laporan WHO tahun 2014, AKI di dunia yaitu sebesar 289 per 100.000 kelahiran hidup, dari target Millennnium Development Goals
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
(MDG’s) tahun 2015 yaitu sebesar 102 per 100.000. AKB sebesar 37 per 100.000 kelahiran hidup dari target MDG’s 23 per 1000 kelahiran hidup. (WHO, 2014) Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup. (SDKI, 2014) Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah tahun 2014 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup. (Profil dinkes 2014) Pada tahun 2014, AKI di Kabupaten Semarang sebesar 144,31 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB di Kabupaten Semarang sebesar 10,90 /1.000
2
kelahiran hidup. (Dinkes Kab. Semarang, 2015) Pada tahun 2014, di Puskesmas Ungaran jumlah AKI sebanyak 1 kasus dan AKB sebanyak 4 kasus. (Dinkes Kab. Semarang, 2015) K4 adalah cakupan ibu hamil yang memperoleh pelayanan antenatal sesuai standar, paling sedikit empat kali dengan distribusi waktu satu kali pada trimester I, satu kali pada trimester II, dan dua kali pada trimester III. (Dinkes Kab. Semarang, 2015) Pada tahun 2014, di Kabupaten Kota Semarang cakupan K4 89,98% dari target 94%.Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan (nakes) 93,72% dari target 99,72%. Cakupan pelayanan nifas 85,15% dari target 96%.Cakupan KN Lengkap m 94,32% dari target 94% dan cakupan peserta Keluarga Berencana (KB) aktif 83,2% dan KB baru 12,6%. (Dinkes Kab. Semarang, 2015) Maka, upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam menurunkan AKI dan AKB salah satunya adalah melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan. Asuhan kebidanan berkelanjutan adalah pelayanan yang dicapai ketika terjalin hubungan yang terus-menerus antara seorang wanita dan bidan. Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu kewaktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan tenaga profesional kesehatan. Layanan kebidanan harus disediakan mulai prakonsepsi, awal kehamilan, selama semua trimester, kelahiran dan melahirkan sampai enam mingggu pertama postpartum (Pratami, 2014) Studi pendahuluan di BPM Sofia Harjayanti, S.ST.Keb Candirejo Ungaran Kabupaten Semarang didapatkan data pada bulan Oktober 2015 jumlah pemeriksaan ibu hamil 37 ibu, persalinan normal 15 ibu. Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. Hana umur 23 tahun G1P0A0 di BPM Sofia Harjayanti, S.ST.Keb Candirejo Ungaran Kabupaten Semarang.
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen kebidanan Hellen Varney serta pendokumentasian subjektif, objektif, assesment dan planning. HASIL DAN PEMBAHASAN Kehamilan 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny. Hana mengalami diare di usia kehamilan 36 minggu 3 hari, Ny. Hana juga pernah mengalami kram pada daerah kakinya. Pada kasus Ny. Hana dapat dikategorikan bahwa keluhan kram yang dialami merupakan hal yang fisiologi terjadi pada kehamilan trimester III. untuk diare yang dialami oleh Ny. Hana secara umur kehamilan itu merupakan ketidaknormalan, karena diare yang dialami oleh Ny. Hana karena pengaruh konsumsi makanan. Pada kasus ini dijumpai adanya kesenjangan antara teori dan praktik 2. Data Objektif Pada kasus Ny. Hana dilakukan pemeriksaan yaitu menimbang berat badan dan tinggi badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, memberikan tablet (fe), imunisasi TT, melakukan pemeriksaan Hb, melakukan tes penyakit menular seksual, konseling, pemeriksaan protein urine, dan pemeriksaan reduksi urine. Pada kasus Ny. Hana pada kunjungan pertama dan kedua didapatkan berat badan sebesar 55 kg dan tinggi badan 160 cm. Berdasarkan kasus Ny. Hana, hasil pemeriksaan tekanan darah didapatkan hasil 120/90 mmHg dan pengkajian kedua 110/80 mmHg. Perubahan 30 mmHg sistolik dan 15 mmHg diastolik diatas tensi sebelum hamil, menandakan hipertensi dalam kehamilan.. Pada kasus Ny. Hana tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik karena tekanan
3
darah ibu tidak tinggi dan tidak mengarah ke hipertensi dalam kehamilan. Pada pemeriksaan fundus Ny. Hana didapatkan hasil TFU kunjungan pertama yaitu 3 jari dibawah px dengan usia kehamilan 35 minggu 6 hari dan kunjungan kedua yaitu 1 jari dibawah px dengan usia kehamilan 36 minggu 3 hari. Dalam hal ini ada kesenjangan antara teori dan kasus, karena dari hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri ibu kunjungan pertama yaitu 3 jari dibawah px dengan usia kehamilan 35 minggu 6 hari dan kunjungan kedua yaitu 1 jari dibawah px dengan usia kehamilan 36 minggu 3 hari, setelah dilakukan evaluasi nafsu makan ibu selama trimester III berkurang. Hal ini berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Pada kasus Ny. Hana tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan kasus karena pada pemeriksaan dibagian payudara terlihat perubahan anatomi fisiologis yang umumnya terjadi pada ibu hamiil, yang disebabkan oleh peningkatan hormon. Ibu mengatakan selama hamil sudah dilakukan Imunisasi TT 2 kali yaitu TT1 pada saat periksa pertama kali (capeng) dan TT2 pada TM II usia kehamilan 28 minggu 6 hari. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Prawirohardjo (2009) bahwa selang waktu minimal Imunisasi TT1 ke TT2 yaitu 4 minggu dan TT2 ke TT3 6 bulan. Kunjungan Imunisasi Ny. Hana untuk Imunisasi dari TT1 ke TT2 ±28 minggu, hal ini tidak sesuai dengan pendapat Prawirohardjo (2009) bahwa selang waktu minimal TT1 ke TT2 yaitu 4 minggu, TT2 ke TT3 yaitu 6 bulan. 3. Assesment Diagnosis Kebidanan Pada kunjungan pertama ditegakkan diagnosis Ny. Hana umur 23 tahun G1P0A0 umur kehamilan 35 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup intra utrine, letak memanjang, puka, presentasi kepala, divergen. Pada kunjungan kedua ditegakkan
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
diagnosis Ny. Hana umur 23 tahun G1P0A0 umur kehamilan 36 minggu 3 hari, janin tunggal, hidup intra utrine, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen. Masalah Pada kasus Ny. Hana diberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisiologis dan psikologis selama kehamilan serta ketidaknyamanan pada TM III. 4. Planning Pada kasus Ny. Hana ditemukan masalah kurangnya pengetahuan ibu tentang perubahan fisiologis dan psikologis kehamilan TM III dan ketidaknyamanan pada TM III. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis memberikan pendidikan kesehatan tentang perubahan fisiologis dan psikologis TM III serta ketidaknyamanan TM III. Pada kasus Ny. Hana kunjungan ulang dilakukan 5 hari kemudian. Pada umur kehamilan 28 – 36 minggu yaitu dilkukan kunjungan ulang setiap 1 minggu.. Persalinan Kala I 1. Data Subjektif Pasien datang pada tanggal 02 Desember 2015 pukul 04.00 WIB. dengan keluhan kenceng-kenceng sejak pukul 00.00 WIB, kencengnya semakin semakin lama semakin sering. Kontraksi uterus terjadi karena adanya rangsangan pada otot polos uterus dan penurunan hormon progesteron yang menyebabkan keluarnya hormon oksitosin. Kontraksi uterus dimulai dari fundus uteri menjalar kebawah, fundus uteri bekerja kuat dan lama untuk mendorong janin kebawah, sedangkan uterus bagian bawah pasif hanya mengikuti tarikan dari segmen bawah rahim, akhirnya menyebabkan serviks menjadi lembek dan membuka. Terjadi kontraksi yang mengakibatkan serviks membuka 1 cm. Ny. Hana mengatakan sudah mengeluarkan lendir bercampur darah dari jalan lahir. Pada kasus ini Ny. Hana sudah
4
masuk dalam proses persalinan karena sudah mengeluarkan show. Pada pukul 07.00 ibu mengatakan keluar air ketuban ngepyok dari jalan lahir setelah dilakukan VT didapatkan hasil pembukaan 8 cm. Pada jam 07.30 dilakukan pemeriksaan dalam kembali didapatkan hasil pembukaan lengkap. Pada kasus Ny. Hana terdapat kesesuaian teori dengan kasus karena pembukaan sudah lengkap, kulit ketuban pecah, dan kontaksi adekuat yaitu 5x 45”/10’. Pada pengkajian data pengetahuan ibu belum mengetahui cara meneran yang benar. 2. Data Objektif Pada kasus Ny. Hana pernafasan 23 x/menit. Pernapasan terjadi kenaikan sedikit dibanding sebelum persalinan, kenaikan pernapasan ini dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri, kekhawatiran serta penggunaan tehnik pernapasan yang tidak benar. Dalam kasus Ny. Hana antara pendapat Sumarah dkk (2009) dan kasus ada kesesuaian karena terjadi peningkatan pernapasan dari sebelum bersalin 20 x/menit memasuki persalinan menjadi 23 x/menit. Pada pemeriksaan DJJ didapatkan hasil DJJ 144 x/menit, 146 x/menit, dan 148 x/menit. Menurut Sumarah, dkk (2009) bahwa nilai normal DJJ sekitar 120 x/menit sampai dengan 160 x/menit. Apabila ditemukan DJJ dibawah 120 x/menit dan diatas 160 x/menit, maka penolong harus waspada. Pada kasus Ny. Hana DJJ dikategorikan dalam keadaan normal karena tidak kurang dari 120 x/menit dan tidak lebih dari 160 x/menit. Pada kasus Ny. Peni his yang timbul dikategorikan adekuat karena his terjadi 3x berangsung selama 40 kali atau lebih dalam waktu 10 menit. Pada kasus ini Ny. Hana sudah masuk dalam proses inpartu. 3. Asessement Pada pembukaan 3cm, ditegakkan diagnosis Ny. Hana umur 23 tahun G1P0A0 umur kehamilan 40
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
minggu 2 hari , janin tunggal, hidup intra utrine, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen, inpartu kala I fase laten. Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis kebidanan kerana sudah mencakup paritas, usia kehamilan,dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. Pada kasus Ny. Hana ditegakkan diagnosis bahwa Ny. Hana berada pada fase laten. Hal ini sesuai dengan pendapat Prawirohardjo, 2006 bahwa pada fase laten serviks membuka 0 – 3 cm. Dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara pendapat prawirohardjo, 2006 dan kasus karena serviks telah membuka 3 cm sehingga Ny. Hana masuk dalam fase laten. Pada pembukaan 10 cm, ditegakkan diagnosis Ny. Hana umur 23 tahun G1P0A0 umur kehamilan 40 minggu 2 hari , janin tunggal, hidup intra utrine, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen, inpartu kala I fase aktif dengan partus presipitatus. Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis kebidanan kerana sudah mencakup paritas, usia kehamilan,dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. Pada kasus Ny. Hana persalinan berlangsung + 5 jam dari pembukaan 3 cm pukul 04.00 WIB buka lengkap 07.30 WIB, bayi lahir pukul 08.20 WIB. Diagnosa Potensial Pada diagnosa potensial tidak terdapat masalah . Antisipasi tindakan segera Antisipasi pada kasus Ny, Hana tidak ada 4. Planning Pada kala I Ny. Hana dilakukan pengawasan 10 yaitu tekanan darah, suhu, nadi, respiratory rate, DJJ, His, PPV, Bandle ring, Pemeriksaan dalam/VT untuk memantau kemajuan persalinan. Pada kala I dilakukan pengawasan 10 yaitu tekanan darah, nadi, suhu, respiratory rate, DJJ, His,
5
PPV, bandle ring, dan pemeriksaan dalam/VT. Pada kasus Ny. Hana pengawasan 10 sudah terpenuhi. Pada kala I Ny. Hana dilakukan pengawasan DJJ, kontraksi, nadi setiap ½ jam, pembukaan serviks 2 jam dan penurunan bagian terbawah janin, tekanan darah, temperature tubuh, produksi urine setiap 2 - 4 jam. Pada kasus Ny. Hana ditemukan kesenjangan yaitu pada pembukaan serviks tidak dilakukan setiap 4 jam tetapi 2 jam karena ada indikasi ketuban sudah pecah Kala II 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana ibu merasa ada dorongan ingin meneran. Tanda gejala kala II adalah adanya dorongan mengejan. Pada kasus ini Ny. Hana memasuki kala II persalinan yaitu adanya dorongan ingin meneran. 2. Data Objketiif Pada pemeriksaan ditemukan data vulva membuka, perineum menonjol dan spingter ani membuka. Tanda gejala kala II terdiri dari adanya penonjolan pada perineum, vulva membuka, dan anus membuka. Pada kasus Ny. Hana tanda – tanda yang ditemui yaitu penonjolan pada perineum, vulva membuka, anus membuka. 3. Assesment Pada kasus ini ditegakkan diagnosis Ny. Hana umur 23 tahun G1P0A0 umur kehamilan 40 minggu 2 hari, janin tunggal, hidup intra utrine, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen, inpartu kala II. Pada kasus Ny. Peni tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis kebidanan kerana sudah mencakup paritas, usia kehamilan,dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. Pada kasus Ny. Hana dikatakan inpartu kala II karena dari data objektif pembukaan sudah lengkap (10 cm).
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
4. Planning Pada kasus Ny. Hana pertolongan persalianan dimulai dari melahirkan kepala, melahirkan bahu janin, dan melahirkan seluruh tubuh janin. Melahirkan kepala, melahirkan bahu janin, dan melahirkan seluruh tubuh janin. Pada kasus Ny. Hana tidak ditemukan adanya kesenjangan teori dan kasus. Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus kerena bayi lahir tidak lebih dari 2 jam. Kala III 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana ibu merasakan mulas setelah bayi lahir. Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan karena mulas yang dialami Ny. Hana adalah hal yang fisiologi terjadi. 2. Data Objektif Pada kasus ini Ny. Hana dikategorikan dalam kondisi normal. Pada kasus Ny. Hana vagina terlihat terdapat tali pusat didepan vulva dan terdapat semburan darah. Pada kasus Ny. Hana telah ditemukan tanda-tanda pelepasan plasenta 3. Assesment Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis kebidanan kerana sudah mencakup paritas, usia kehamilan, dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. Ny. Hana berada dalam inpartu kala III. Kala III dimulai sejak bayi lahir sampai lahirnya plasenta/uri. Ny. Hana berada pada inpartu kala III karena bayi sudah lahir dan dalam proses mengeluarkan plasenta. 4. Planning Pada kala III kasus Ny. Hana dilakukan pemantauan kala III yaitu jumlah perdarahan, kontrasi uterus, robekan jalan lahir, TTV, dan personal hygiene. Pemantauan kala III meliputi perdarahan, kontraksi uterus, robekan jalan lahir, TTV, dan personal hygine. Pemantauan yang diakukan sudah terpenuhi dengan hasil perdarahan 150 cc, kontraksi uterus baik, teraba keras, terdapat
6
robekan jalan lahir grade II, TTV dalam batas normal, dan ibu diseka dengan air hangat. Kala IV 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana ditemukan adanya robekan perineum grade II. 2. Data Objektif Pada kasus Ny. Hana tidak terjadi robekan perineum. Dalam hal ini tidak ada kenjangan antara teori dan kasus. 3. Assesment Pada kasus ini ditegakkan diagnosis Ny. Hana umur 23 tahun G1P0A0 umur kehamilan 40 minggu 2 hari inpartu kala IV. Diagnosis kebidanan adalah bagian yang disimpulkan oleh bidan yang meliputi paritas, usia kehamilan dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis kebidanan kerana sudah mencakup paritas, usia kehamilan, dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. Ny. Hana berada dalam inpartu kala IV. Kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya. 4. Planning Pada kasus Ny. Hana tidak dilakukan penjahitan robekan perineum. Nifas Kunjungan 6 jam 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana mulas yang ditimbul adalah akibat kontraksi otot – otot polos dimana uterus kembali kekondisi semula. Pada kasus Ny. Hana ibu mengatakan merasa cemas jahitannya robek jika BAB dan takut untuk membersihkan vagina setelah selesai BAK. Rasa sakit yang timbul pada awal masa nifas merupakan faktor penyebab terjadinya depresi ringan yang paling sering terjadi. Dalam hal ini menandakan ibu dalam kondisi depresi ringan. 2. Data Objektif Pada pemeriksaan TFU didapatkan hasil TFU 2 jari dibawah
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
pusat. Dalam kasus Ny. Hana TFU dikategorikan normal. Pada pemeriksaan PPV terdapat pengeluaran lokia rubra warna merah kahitaman. Lokia rubra keluar pada 1 – 3 hari berwarna merah kehitaman terdiri dari darah segar, jaringan sisasisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi, lanugo (rambut bayi), dan sisa mekoneum. Pada kasus Ny. Hana lokia yang keluar dikategorikan normal. 3. Assesment Pada kasus Ny. Hana ditegakkan diagnosa Ny. Hana umur 23 tahun P1A0 6 jam post partum. Diagnosis kebidanan/ adalah bagian yang disimpulkan oleh bidan yang meliputi paritas, usia kehamilan dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis kebidanan kerana sudah mencakup paritas, usia kehamilan, dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. 4. Planning Pada kasus Ny. Hana pasien dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini seperti miring kaanan kiri, duduk, dan BAK sendiri dengan dibantu suami saat ke kamar mandi. Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan mobilisasi dini yaitu denga segera bngun dari tempat tidur dan bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Mobilisasi dini dilakukan sedini mungkin yaitu dua jam setelah persalinan normal. Ini berguna untuk memeperlancar sirkulasi darah dan mengeluarkan cairan vagia (lokia). Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan Kunjungan 6 hari 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana ibu mengatakan datang untuk kontrol ulang hari nifas ke 6. Kunjungan II yaitu 6 hari setelah persalinan. 2. Data Objektif Pada pemeriksaan TFU didapatkan hasil TFU pertengahan pusat dan simpisis. Dalam kasus Ny. Hana TFU dikategorikan normal.
7
3. Assesment Pada kasus Ny. Hana ditegakkan diagnosa Ny. Hana umur 23 tahun P1A0 6 hari post partum. Diagnosis kebidanan/ nomenklatur adalah bagian yang disimpulkan oleh bidan yang meliputi paritas, usia kehamilan dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis kebidanan kerana sudah mencakup paritas, usia kehamilan, dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. 4. Planning Pada kasus Ny. Hana pasien dianjurjurkan untuk kontrol ulang 2 minggu lagi dihitung dari tanggal persalinan. Kunjungan nifas III yaitu 2 minggu setelah persalinan. Kunjungan 2 minggu 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana ibu mengatakan datang untuk kontrol ulang hari nifas ke 2 minggu. 2. Data Objektif Pada pemeriksaan TFU didapatkan hasil TFU tidak teraba. 3. Assesment Pada kasus Ny. Hana ditegakkan diagnosa Ny. Hana umur 23 tahun P1A0 2 minggu post partum. Diagnosis kebidanan adalah bagian yang disimpulkan oleh bidan yang meliputi paritas, usia kehamilan dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis kebidanan kerana sudah mencakup paritas, usia kehamilan,dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. 4. Planning Pada kasus Ny. Hana ibu dimotivasi untuk memilih alat kontrasepsi. Pada kasus Ny. Hana pasien dianjurkan untuk kontrol ulang 6 minggu lagi dihitung dari tanggal persalinan. Kunjungan 6 minggu 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana ibu mengatakan datang untuk kontrol ulang hari nifas ke 6 minggu.
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
2. Data Objektif Dalam kasus Ny. Hana TFU dikategorikan normal. Pada pemeriksaan PPV Ny. Hana pada hari ke 6 minggu terdapat pengeluaran lokia alba warna putih. Lokia alba keluar pada > 14 hari berwarna putih mengandung leukosit, sel desidua dan sel epitel, selaput lendir serviks dan serabut jaringan mati. Pada kasus Ny. Hana lokia yang keluar adalah normal karena lokia alba muncu pada > 14 hari 3. Assesment Pada kasus Ny. Hana ditegakkan diagnosa Ny. Hana umur 23 tahun P1A0 6 minggu post partum. Pada kasus Ny. Hana tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus dalam menegakkan diagnosis kebidanan kerana sudah mencakup paritas, usia kehamilan, dalam minggu, keadaan janin, dan normal atau tidak. 4. Planning Pada kasus Ny. Hana kunjungan ke 6 minggu dilakukan evaluasi penggunaan KB Implant yang dilakukan pada tanggal 10 Januari 2016. Neonatus Saat lahir 1. Data Subjektif Pada kasus ini Ny. Hana berumur 23 tahun. Untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi belum matang, mental dan psikisnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan. Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus karena Ny. Hana berumur 23 tahun, dan ibu tidak termasuk dalam resiko tinggi. Sehingga, dalam persalinan, bayi dalam keadaan normal, dan ibu tidak terjadi komplikasi. Pada kasus ini bayi Ny. Hana lahir dengan usia kehamilan 40 minggu 2 hari. Untuk kasus BBL normal biasanya terjadi pada bayi dengan usia kelahiran dari 37 sampai 42 minggu. Pada tinjauan teori dan tinjauan kasus tidak terdapat
8
kesenjangan karena pada kasus ini, bayi Ny. Hana lahir dalam usia kehamilan 40 minggu 2 hari dan lahir normal. 2. Data Objektif Pada kasus Bayi Ny. Hana pemeriksaan berat badan didapatkan berat badan yaitu 3200 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudarti (2010) bahwa Bayi baru lahir normal dengan berat badan yaitu berat lahir 2500-4000 gram. Pada pengkajian kasus tidak terdapat kesenjangan antara tinjauan teori dan tinjauan kasus karena bayi lahir dalam keadaan fisiologi dengan berat badan 3200 gram 3. Assesment Pada kunjungan ke I ditegakkan ditegakkan diagnosa Bayi Ny. Hana umur 2 jam post pasrtum. Assesment ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan Objektif. Pada kasus Ny. Hana diagnosa yang ditegakkan sudah sesuai dengan DS dan DO 4. Planning Asuhan yang diberikan pada jam pertama kelahiran bayi Ny. Hana yang dilakukan adalah membersihkan jalan nafas, menjaga agar bayi tetap hangat, perawatan tali pusat, pemberian ASI dini dan eksklusif, memberikan suntikan vitamin K, memberikan salep mata. Asuhan bayi baru lahir yaitu bersihkan jalan nafas jika perlu, jaga kehangatan, keringkan dan tetap jaga kehangatan, potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun kirakira dua menit setelah bayi lahir, beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1% pada kedua mata, beri suntikan vitamin K1 1 mg intarmuskular, dipaha kiri anterolateral setelah IMD, diberikan kira-kira 1-2 jam setelah pemberian vitamin K1. Dalam kasus ini asuhan yang diberikan sudah terpenuhi. KN 1 pada 6 – 48 jam 1. Data Subjektif Pada kunjungan II Ny. Hana mengatakan bayinya lahir 6 jam yang lalu yaitu pukul 08.20 WIB. Pada kasus Ny. Hana bayi lahir jam 08.20 dan bayi berumur 6 jam.
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
2. Data Objektif Pada kunjungan kedua frekuensi jantung bayi Ny. Hana 120 x/menit. Ciri-ciri bayi baru lahir normal frekuensi jantung 120 – 160 x/menit. Pada kasus Ny. Hana keadaan bayi diketegorikan normal. 3. Assesment Pada kunjungan ke II ditegakkan ditegakkan diagnosa Bayi Ny. Hana umur 6 jam post pasrtum. Assesment ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan Objektif. Pada kasus Ny. hana diagnosa yang ditegakkan sudah sesuai dengan DS dan DO 4. Planning Pada kasus Bayi Ny. Hana telah dilakukan pemeriksaan bayi baru lahir, asi ekslusif, menjaga kehangatan bayi, perawatan bayi, konseling tanda bahaya bayi baru lahir. Pada 6 – 48 jam dillakukan pemeriksaan bayi baru lahir, asi eksklusif, menjaga kehangatan bayi, konseling tanda bahaya BBL, dan perawatan bayi. Pada kasus Ny. Hana asuhan yang diberikan sudah sesuai. KN 2 (3 - 7 hari) 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana KN 2 dilakukan 6 hari post partum. KN 2 dilakukan pada hari ke 3 - 7. Pada kasus Ny. Hana bayi lahir tanggal 02 Desember 2015 dan KN 2 dilakukan tanggal 07 Desember 2015, dalam hal ini jadwal kunjungan neonatal sudah sesuai. 2. Data Objektif Pada KN 2 hari ke 6 frekuensi jantung bayi Ny. Hana 120 x/menit. Ciri-ciri bayi baru lahir normal frekuensi jantung 120 – 160 x/menit. Pada kasus Ny. Hana keadaan bayi diketegorikan normal. 3. Assesment Pada KN 2 ditegakkan diagnosa Bayi Ny. Hana umur 6 hari post pasrtum. Assesment ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan Objektif. Pada kasus Ny. Hana diagnosa yang ditegakkan sudah sesuai dengan DS dan DO
9
4. Planning Pada KN 2 semua pemeriksaan dalam keadaan normal, bayi terus disusui , tidak ada tanda bahaya BBL, ibu sudah mengetahui perawatan BBL. KN 2 dilakukan pemeriksaan ulang, asi eksklusif, tanda bahaya BBL, dan merawat bayi. Pada kasus Ny. Peni asuhan ang diberikan sudah sesuai. KN 2 (3 - 7 hari) 1. Data Subjektif Pada kasus Ny. Hana KN 3 dilakukan 2 minggu post partum. KN 3 dilakukan pada hari ke 8 - 28. Pada kasus Ny. Hana bayi lahir tanggal 02 Desember 2015 dan KN 2 dilakukan tanggal 15 Desember 2015, dalam hal ini jadwal kunjungan neonatal sudah sesuai. 2. Data Objektif Pada KN 3 hari ke 6 frekuensi jantung bayi Ny. Hana 128 x/menit. Ciri-ciri bayi baru lahir normal frekuensi jantung 120 – 160 x/menit. Pada kasus Ny. Hana keadaan bayi diketegorikan normal. 3. Assesment Pada KN 3 ditegakkan diagnosa Bayi Ny. Hana umur 2 minggu post pasrtum. Assesment ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan Objektif. Pada kasus Ny. Hana diagnosa yang ditegakkan sudah sesuai dengan DS dan DO 4. Planning Pada KN 3 semua pemeriksaan dalam keadaan normal, bayi terus disusui , tidak ada tanda bahaya BBL, ibu sudah mengetahui perawatan BBL. KN 2 dilakukan pemeriksaan ulang, ASI eksklusif, tanda bahaya BBL, dan merawat bayi. Pada kasus Ny. Hana asuhan yang diberikan sudah sesuai. Keluarga Berencana 1. Data Subjektif Dari hasil pengakajian didapatkan data Ny. Hana usia 23 tahun P1A0, ingin menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang yang cocok untuk ibu menyusui. Usia produktif, nullipara yang telah memiliki anak, menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
memiliki efektifitas yang tinggi, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. Ny. Hana sudah memenuhi syarat menjadi calon akseptor KB Implant 2. Data Objektif Pada pemeriksaan tekanan darah Ny. Hana didapatkan hasil 110/70 mmHg. Tekanan darah < 180/100 mmHg. Ny. Hana sudah memenuhi syarat menjadi calon akseptor KB Implant 3. Assesment Pada kasus Ny. Hana ditegakkan diagnosa Ny. Hana umur 23 tahun calon akseptor KB Implant. Assesment ditegakkan berdasarkan hasil pengkajian subjektif dan Objektif. Pada kasus Ny. Hana diagnosa yang ditegakkan sudah sesuai dengan DS dan DO 4. Planning Pada kasus Ny. Hana pasien siap menggunakan KB Implant pada daerah lengan kiri bagian dalam kunjungan ulang 3 hari lagi. Pada kasus Ny. Hana terdapat kesenjangan antara pendapat Irianto (2014) dengan kasus yaitu pada waktu kunjungan ulang yang seharusnya dilakukan 1 minggu lagi, pasien dianjurkan kunjungan ulang 3 hari lagi. Hal ini dikarenakan bidan di BPM Sofia Harjayanti, S. ST. Keb, candirjo ungaran. PENUTUP Kesimpulan 1. Asuhan kebidanan pada Ny. Hana umur 30 tahun G1P0A0 usia kehamilan 35 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup intra uterine, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen ditemukan masalah kurangnya pengetahuan ibu tentang perubahan fisiologi dan psikologi pada TM III, ketidaknyamanan TM III dan cara mengatasinya, tanda bahaya trimester III, tanda – tanda persalinan.Sehingga untuk mengatasi masalah tersebut penulis memberikan pendidikan kesehatan. Pada asuhan kebidanan kedua Ny. Hana umur 23 tahun G1P0A0 usia
10
kehamilan 35 minggu 6 hari, janin tunggal, hidup intra uterine, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen tidak ditemukan adanya masalah. 2. Asuhan kebidanan pada Ny. Hana umur 23 tahun G1P0A0 usia kehamilan 40 minggu 2 hari, janin tunggal, hidup intra uterine, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen, inpartu kala I fase aktif tidak ditemukan adanya gawat ibu maupun gawat janin. Bayi lahir spontan pukul 08.20 WIB menangis spontan, gerakan aktif, warna kulit kemerahan. Plasenta lahir pukul 08.25 WIB kotiledon lengkap, tebal 2,5 cm, diameter 15 cm, panjang tali pusat 48 cm, ibu merasakan mulas, fundus teraba keras, TFU 2 jari dibawah pusat, perdarahan 150 cc. Pada kala IV dilakukan observsi 2 jam post partum setiap 15 menit pada satu jam pertama dan 30 menit pada satu jam kedua tidak ditemukan adanya masalah atau komplikasi. 3. Asuhan kebidanan pada Ny. Hana umur 23 tahun P1A0 6 jam post partum ditemukan masalah yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang fisiologi mulas pada ibu post partum, perawatan sehari-hari bayi baru lahir, dan tanda bahaya masa nifas. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis memberikan pendidikan kesehatan. Asuhan kebidanan pada Ny. Hana umur 23 tahun P1A0 6 hari post partum ditemukan masalah yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang cara memandikan bayi dan teknik menyusui yang benar. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis memberikan pendidikan kesehatan. Asuhan kebidanan pada Ny. Hana umur 23 tahun P1A0 2 minggui post partum. Asuhan kebidanan pada Ny. Hana umur 23 tahun P1A0 6 minggui post partum tidak ditemukan adanya masalah dan komplikasi masa nifas. 4. Asuhan kebidanan pada bayi Ny. Hana umur 2 jam post partum setelah segera bayi lahir tidak dilakukan IMD selama 1 jam dan diberikan pencegahan infeksi yaitu selep mata tertrasikliin dan injeksi
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
vitamin K. enam jam setelah bayi lahir diberikan injeksi Hb0. Ditemukan masalah yaitu kurangnya pengetahuan ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir dan perawatan tali pusat. Asuhan kebidanan pada bayi Ny. Hana umur 6 jam post partum tidak ditemukan adanya masalah atau komplikasi pada neonatus. Asuhan kebidanan pada bayi Ny. Hana umur 6 hari post partum tidak ditemukan adanya masalah atau komplikasi pada neonatus. Asuhan kebidanan pada bayi Ny. Hana umur 2 minggu post partum tali pusat puput hari ke 8 tidak ditemukan adanya masalah atau komplikasi pada neonatus. 5. Asuhan kebidanan pada Ny. Hana umur 23 tahun akseptor KB Implant ditemukan masalah kurangnya pengetahuan ibu tentang efek samping KB Implant. Untuk mengatasi masalah tersebut penulis memberikan pendidikan kesehatan tentang efek samping KB Implant. Saran 1. Bagi Mahasiswa Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan serta bahan penerapan asuhan kebidanan berkelanjutan dalam batas continuity of midwifery care sesuai dengan teori sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan untuk laporan studi kasus selanjutnya untuk meningkatkan kualitas pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). 2. Bagi Lahan Praktik a. Dapat meningkatkan asuhan yang diberikan selama masa kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan keluarga berenca menggunakan standar asuhan yang telah ditetapkan. b. Pada masa kehamilan untuk menurunkan risiko perdarahan saat persalinan sebaiknya dilakukan pemeriksaan Hb pada trimester I dan trimester III c. Asuhan standar minimal antenatal dapat ditingkatkan dari 10T menjadi 14T agar pelayanan kebidanan yang diberikan lebih optimal.
11
d. Pada proses persalinan bidan mampu mendeteksi lebih dini terjadinya komplikasi dalam persalinan seperti partus presipitatus dan robekan perineum untuk mengurangi resiko terjadinya kegawatdaruratan maternal dan neonatal 3. Bagi institusi pendidikan Karya tulis ini dapat dijadikan sebagai bahan wacana dan referensi serta dapat mempertahankan mutu pelayanan pembelajaran diakademik khususnya untuk studi kasus asuhan kebidanan berkelanjutan yang dimulai dari masa kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan KB. DAFTAR PUSTAKA Depkes (2011), Profil data kesehatan Indonesia tahun 2011. https :// www.Depkes. go.Id/ download Profil data Kesehatan Indonesia tahun 2011. Pdf (diakses tanggal 29 oktober 2015). Dinkes jateng. 2014; Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, 2014.; h. 8 www.dinkesjatengprov.go.id (diakses pada tanggal 29 oktober 2015). DKK Semarang. 2014. Angka Kematian Ibu dan Anak dan Profil Kesehatan. Jakarta : Bina Pustaka. Manuaba, Ida Bagus Gde, Ida Ayu Candranita. 2010. Ilmu Kebidanan dan Keluarga
Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC. Mulyani Nina Siti dan Mega Rinawati. 2013. Keluarga Berencana dan Alat Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika. Pantiawati, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan I. Jakarta : Nuha Medika. Pratami, E. 2014. Konsep Kebidanan berdasarkan kajian Filosofi dan Sejarah. Magetan : Forum Ilmiah Kesehatan. Prawirohardjo, S dkk. 2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka sarwono prawirohardjo. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo. Rohani, dkk. 2011. Asuhan Pada Masa Persalinan. Jakarta : salemba Medika. Rukiyah, ai yeyeh dkk. 2009. Asuhan kebidanan persalinan. Jakarta : Trans info media. SDKI, 2012. Kemenkes RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Tahun 2012.http;//Hasil Riskesdas 2013.pdf. (diakses pada tanggal 29 Oktober 2015 J am 12.00 WIB). Sudarti dan Endang Khirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak balita. Yogyakarta : Nuha Medika. Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin. Jakarta : Fitramaya.
12