ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA Ny. EVA SUSANTI UMUR 38 TAHUN DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI CICILIA JARMINI LEYANGAN
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Ujian Akhir Program Pendidikan DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo
Oleh YUNIKA AFRITA SARI NIM. 0131714
AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Tulis Ilmiah telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan dihadapantim penguji Karya Tulis Ilmiah AkademikKebidanan Ngudi Waluyo, pada : Hari
:
Tanggal
:
Ungaran ,
2016
Pembimbing I
Pembimbing II
Widayati, S.SiT.M.Keb. NIDN. 0616088101
Chichik Nirmasari, S.SiT.M.Kes. NIDN. 0627098004
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini telah dipertahankan dan direvisi sesuai masukan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo, pada :
Hari
:
Tanggal
:
Ungaran,
2016
Tim Penguji, Penguji I
Penguji II
Penguji III
Ninik Christiani, S.SiT.M.Kes. NIDN. 0607118001
Widayati,S.SiT.M.Keb. NIDN. 0616088101
Chichik Nirmasari, S.SiT.M.Kes. NIDN. 062709804
Mengetahui, DirekturAKBIDNgudiWaluyo
RiniSusanti, S.SiT. M.Kes. NIDN. 0621098002
iv
PERNYATAAN
1. Dengan ini saya menyatakan bahwa : 2. Karya Tulis saya, Penelitian ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (Ahli Madya Kebidanan dan atau sarjana), baik di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo maupun sekolah kesehatan lain. 3. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 4. Karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 5. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
Ungaran, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan
(Yunika Afrita Sari) 0131714
v
ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA Ny. EVA SUSANTI UMUR 38 TAHUN DIBIDAN PRAKTEK MANDIRI CICILIA JARMINI LEYANGAN
Yunika Afrita Sari1), Widayati2), Chichik Nirmasari3) 1. Mahasiswa AKBID Ngudi Waluyo 2. Staf Dosen KBD Ngudi Waluyo Email : UP2M@AKBIDNgudiWaluyo INTISARI
Afrita Sari, Yunika, 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. Eva Susanti di BPM Cicilia Jarmini Leyangan. Karya Tulis Ilmiah. DIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo.
Pembimbing I : Widayati, S.SiT, M.Keb, Pembimbing II : Chichik Nirmasari, S.SiT, M.Kes.
Angka Kematian Ibu di Kabupaten Semarang tahun 2014 mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Bila ditahun 2013 AKI sebesar 120,22 per 100.000 KH (17 kasus), maka ditahun 2014 menjadi 144,31 per 100.000 KH (20 kasus). Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil di Provinsi Jawa Tengah pada K1 99,6 % dan K4 93,11%. Cakupan penanganan komplikasi di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 105,4%, neonatal resti sebesar 83,3%, Pasangan Usia Subur sebesar 78,6% adalah peserta KB aktif, metode KB yang paling banyak digunakan peserta aktif adalah KB suntik (56,7%) dan KB pil (14,4%). Memberikan asuhan pelayanan kebidanan secara berkelanjutan sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan berdasarkan manajemen varney yang pendokumentasiannya secara Subjektif Objektif Analisa Penatalaksanaan (SOAP). Metode yang digunakan untuk menyusun KTI yaitu studi kasus. Tempatnya di BPM Cicilia Jarmini Leyangan Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang. Subjek Karya Tulis Ilmiah yaitu Ny. Eva Susanti, waktu Karya Tulis Ilmiah yaitu 31 Oktober 2015 sampai Juni 2016, teknik pengumpulan data menggunakan pemeriksaan fisik, wawancara, observasi, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. Eva Susanti pada ibu dan bayi tidak terjadi komplikasi selama kehamilan sampai dengan KB. TD : 120/80 mmHg, RR : 21x/menit, nadi : 81 x/menit, suhu : 36,2°C, PPV saat persalinan ± 400 cc, BB anak Ny. P 3300 gram, PB : 51 cm, LK : 33 cm, LD : 31 cm, Ny. Eva Susanti menggunakan KB suntik 3 bulan. Tenaga kesehatan berperan aktif dalam memberikan pelayanan kebidanan yang berkualitas terhadap ibu dari hamil sampai dengan KB secara fisiologis maupun patologis sesuai standar pelayanan kebidanan sehingga dapat mengurangi terjadinya peningkatan AKI dan AKB.
Kata kunci :
Asuhan Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Nifas, BBL dan KB.
vi
ABSTRACT Afrita Sari, Yunika, 2016; Continuity of Midwifery Care to Mrs. Eva Susanti in Independent Midwifery PractitionCiciliaJarminiat Leyangan.Scientific Paper.DIII-Midwifery Academy of NgudiWaluyo.
First Advisor: Widayati, SSiT, MKeb, Second Advisor: ChichikNirmasari, S.SiT, M.Kes.
Mother Mortality Rate in Semarang Regency in 2014 increasedhighly.If in 2013 Mother Mortality Rate was 120.22 of 100000 life births(17 cases), thenin 2014 it became 144.31 of 100000 live births (20 cases). Health service coverage for pregnant mother in Central Java Province for K1is 99.6% and K4 is 93.11%. The coverage of Handling complication in Central Java in 2014 was 105.4%, High Risk neonatal is83.3%, 78,6% of Fertile Age Couple are activein family planning program, the most family planning methodsused by active participantsare injectivecontraception (56,7%) and pill contraception (14.4%). It gavecontinuity of midwifery service careaccording to midwifery service standard forpregnancy, labour, postpartum, birth weight and family planning program by using midwifery management approach based on Varney management with SOAP (Management Analysis Subjective-Objective) documentation. The methodused to arrange scientific paper was case study. Its place was in BPM CiciliaJarminiat Leyangan,East UngaranDistrict, Semarang Regency. Subject of scientific paper was Mrs. Eva Susanti, period of scientific paper was from 31st of October 2015 to June 2016, collecting data technique used physical examination, interview, observation, reference study and documentation study.From this scientific paper, the writer gotthe description and real experience in giving care to 3rd trimester pregnant mother to family planning program, so that the writer can give physiological pregnancy care, spontaneous labour, physiological postpartum, physiological birth to usage of 3 monthlyinjective contraception without disordersand complications.
Keywords : Pregnancy Midwifery Care, Labour, Postpartum, Newbornand Family Planning program.
MOTTO 1. “Kemenangan
yang
seindah-indahnyadansesukar-sukarnya
yang
bolehdirebutolehmanusiaadalahmanundukandirisendiri.”(IbuKartini) 2. “Dia yang tahu, tidakbicara. Dia yang bicara, tidaktahu.”(Lao Tse) 3. “Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh.” 4. “Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat; hidup ditepi jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.”(Abu Bakar Sibli) 5. “Banyakkegagalandalamhidupinidikarenakan
orang-orang
tidakmenyadaribetapadekatnyamerekadengankeberhasilansaatmerekameny erah.”(William J. Siegel)
(Penulis)
v
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny. Eva Susanti Umur 38 Tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan” ini, penulis persembahkan kepada : 1. Lila Kusuma Rahayu, S.Si., M.Si, selaku Ketua Yayasan Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo 2. Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes, selaku Direktur Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. 3. Widayati, S.SiT.,M.Keb, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis ini hingga selesai. 4. Chichik
Nirmasari,
S.SiT.,M.Kes,
selaku
pembimbing
II
yang
telah
memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan Karya Tulis ini hingga selesai. 5. Ninik Christiani, S.SiT.,M.Kes, selaku penguji karya tulis yang telah memberikan masukan Karya Tulis ini hingga selesai. 6. Erna Setiawati, S.SiT.,M.Kes, selaku pembimbing akademik yang senantiasa memberikan support selama perkuliahan. 7. Seluruh dosen dan staff pengajar Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. 8. Orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan moral dan materiil sehingga Karya Tulis ini dapat terselesaikan. 9. Teman-temanku
yang
tercinta
Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. 10. Almamatertercinta.
angkatan
XIII
ANTISEPTIK
Akademi
vi
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
:
Yunika Afrita Sari
Tempat, tanggal lahir
:
Kab. Semarang, 17 April 1995
Alamat
:
Dusun krajan Gebugan RT 04 RW I, Desa Gebugan, Kec. Bergas, Kab. Semarang.
Agama
:
Islam
Jenis kelamin
:
Perempuan
Riwayat Pendidikan
:
1. TK NEGERI PAMARDISIWI
Lulusan 2005
2. SD NEGERI GEBUGAN 01
Lulusan 2006
3. SMP NEGERI 1 BERGAS
Lulusan 2009
4. SMKTELKOM SALATIGA
Lulusan 2013
5. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa semester akhir Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Program DIII Kebidanan dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. Eva Susanti Umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan“.Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas akhir DIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan tugas ini tidak dapat terselesaikan tanpa ada bantuan dan bimbingan dari pihakPembimbingdanrekan-rekan. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada : 1. Allah SWT yang senantiasa memberikan kesehatan dan kesabaran dalam menjalankan segala tugas dan kewajiban 2. Rini Susanti, S.SiT., M.Kes, selaku direktur Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. 3. Widayati, S.SiT., M.Keb, selaku pembimbing dan penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi
kebidanan
Ngudi
Waluyo
yang
selalu
membimbing
dan
mendampingi dengan penuh kesabaran. 4. Chichik Nirmasari, S.SiT., M.Kes, selaku pembimbing dan penguji Karya Tulis Ilmiah Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo yang selalu membimbing dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah . 5. Erna Setiawati, S.SiT, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan motivasi selama proses pembelajaran.
6. Cicilia Jarmini, Amd.Keb, selaku bidan pembimbing di lahan praktik yang berkenan memberikan dukungan dan bimbingan selama dilahan praktek. 7. Kedua orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan biaya yang tak henti-hentinya selama pendidikan. 8. Keluarga Ny. Eva Susanti selaku pasien yang bersedia memberi informasi mulai dari ibu hamil sampai dengan pemakaian alat kontrasepsi pasca persalinan. 9. Teman-teman Antiseptik yang telah memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan laporan ini. 10. Mas Imam dan mas Ardi yang selalu menemani dan membantu dalam menyusun Karya Tulis Ilmiah. Penulisan KTI ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan yang harus diperbaiki, penulis mengharap kritik dan saran yang membangun, semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat, khususnya pada penulis dan pembaca pada umumnya.
Ungaran,
Penulis.
2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… ...............
iii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
iv
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vi
DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………… ..
viii
DATAR TABEL………………………………………………………. ............
ix
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………........
x
DAFTAR ISTILAH…………………………………………………… ............
xi
BAB I
BAB II
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..............................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................
5
C. Ruang Lingkup ...............................................................
5
D. Tujuan Penulisan ...........................................................
6
E. Manfaat Penulisan .........................................................
7
F. Metode Penulisan ...........................................................
7
G. Sistematika Penulisan ...................................................
9
: TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar Teori ........................................................
11
B. Manajemen Kebidanan .................................................
70
C. Landasan Hukum ............................................................
74
vii
BAB III
: TINJAUAN KASUS .............................................................
BAB IV
: PEMBAHASAN
BAB V
86
A. Kehamilan .......................................................................
143
B. Persalinan .......................................................................
151
C. Nifas ................................................................................
164
D. Bayi Baru Lahir (BBL) ......................................................
169
E. KB ...................................................................................
174
: PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................
177
B. Saran ...............................................................................
178
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
AKB
: Angka Kematian Bayi
AKI
: Angka Kematian Ibu
ANC
: Ante Natal Care
APN
: Asuhan Persalinan Normal
ASI
: Air Susu Ibu
BBL
: Bayi Baru Lahir
BPM
: Bidan Praktek Mandiri
CPD
: Cephalo pelvic Disproportion
DJJ
: Denyut Jantung Janin
HPHT
: Hari Pertama Haid Terakhir
IMD
: Inisiasi Menyusui Dini
KIA
: Kesehatan Ibu dan Anak
KPA
: Ketuban Pecah Awal
KPD
: Ketuban Pecah dini
MDG’s
: Millenium Development Goal’s
PER
: Pre Eklamsia Ringan
PONED
: Pelayanan Obstetri Neonatal emergency Dasar
PONEK
: Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif
P4K
: Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan komplikasi
SDKI
: Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
: Penilaian ..........................................................................
33
Tabel 2.2
: Pemberian Imunisasi HB ..................................................
34
Tabel 2.3
: Jadwal imunisasi ..............................................................
36
Tabel 3.1
: Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu ..........
85
Tabel 3.2
: Riwayat KB.......................................................................
86
Tabel 3.3
: Pola Kebutuhan Sehari-hari..............................................
86
Tabel 3.4
: Asuhan Kebidanan Kehamilan I .......................................
91
Tabel 3.5
: Asuhan Kebidanan Kehamilan II ......................................
94
Tabel 3.6
: Asuhan Persalinan kala I ..................................................
96
Tabel 3.7
: Asuhan Persalinan kala II ................................................
102
Tabel 3.8
: Asuhan Persalinan kala III ................................................
105
Tabel 3.9
: Asuhan Persalinan kala IV ...............................................
108
Tabel 3.10
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas I .....................................
113
Tabel 3.11
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas II ....................................
117
Tabel 3.12
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas III....................................
120
Tabel 3.13
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas IV ...................................
122
Tabel 3.14
: Asuhan Kebidanan Masa Nifas IV ...................................
124
Tabel 3.15
: Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir I ...............................
126
Tabel 3.16
: Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir II ..............................
130
Tabel 3.17
: Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir III .............................
133
Tabel 3.18
: Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir IV .............................
135
Tabel 3.19
: Asuhan Kebidanan KB I ...................................................
137
Tabel 3.20
: Asuhan Kebidanan KB II ..................................................
139
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
KIA
Lampiran 2
Keterangan TT
Lampiran 3
Leaflet ASI ekslusif
Lampiran 4
Leaflet kehamilan resiko tinggi
Lampiran 5
Leaflet perawatan bayi baru lahir
Lampiran 6
Leaflet tanda bahaya bayi baru lahir
Lampiran 7
Leaflet tanda bahaya kehamilan TM III
Lampiran 8
Leaflet Teknik menyusui yang benar
Lampiran 9
Partograf
Lampiran 10 Pemeriksaan Puskesmas Lampiran 11 Pengawasan 10 kala I Lampiran 12 SAP Cara perawatan payudara Lampiran 13 SAP Perawatan tali pusat Lampiran 14 SAP Tanda bahaya bayi baru lahir Lampiran 15 SAP Tanda bahaya kehamilan TM III Lampiran 16 SAP Tanda bahaya masa nifas Lampiran 17 SAP Teknik menyusui yang benar Lampiran 18 Surat permohonan ijin penelitian & mencari data dari DINKES Lampiran 19 Surat pernyataan informed consent Lampiran 20 Surat permohonan penelitian dari AKBID Ngudi Waluyo Lampiran 21 Surat rekomendasi dari KESBANGPOL
1
DAFTAR ISTILAH
Amenorea
: tidak mendapat haid
Babinskyrefleks
: reflek keaktifan anggota tubuh
Bondingattachment
: rawat gabung antara bayi dengan ibunya
Fertilitas
: pembuahan
Hypotermi
: kedinginan
Ikterus
: kekuningan
Inisiasimenyusuidini
: pemberian ASI pertama kali setelah melahirkan
Konsepsi
: pertemuan ovum dan sperma
Lochea
: darah nifas
Morning sickness
: mual muntah
Nidasi
: implantasi/perlekatan
Oogenesis
: urutan pertumbuhan ovum
Puerpuriumdini
: tahapan ibu nifas untuk berdiri dan berjalan
Puerpuriumintermedial
: masa kepulihan organ reproduksi
Regurgitasi
: gumoh
Remotepuerpurium
: waktu yang dibutuhkan untuk pulih total
Rootingrefleks
: reflek mencari puting
Serviks
: jalan lahir
Suckingrefleks
: reflek menghisap
Swallowingrefleks
: reflek menelan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bulan September 2000, pemerintah Indonesia, bersama-sama dengan 189 negara lain, berkumpul untuk menghadiri pertemuan Puncak Milenium di New York dan menandatangani Deklarasi Milenium. Deklarasi berisi komitmen negara masing-masing dan komunitas internasional untuk mencapai 8 buah sasaran pembangunan dalam Milenium itu (MDG’s), sebagai satu paket tujuan terukur untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan. Deklarasi Millennium PBB yang ditandatangani pada September 2000 menyetujui agar semua negara memberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar secara universal, mendukung adanya persaman gender dan pemberdayaan perempuan, mengurangi tingkat kematian
anak,
meningkatkan
kesehatan
ibu,
perlawanan
terhadap
HIV/AIDS, malaria, dan penyakit lainnya, menjamin daya dukung lingkungan hidup, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Bulan Desember 2015 ini, masa berlaku MDG’s akan berakhir. Berdasarkan 8 target yang ada, capaian Indonesia sungguh belum membanggakan, contohnya adalah terkait target kelima yakni meningkatkan kesehatan ibu yang salah satu indikatornya adalah menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dari 228 menjadi 104. Alih-alih turun, AKI malah naik dari 228 menjadi 359 per 100.000 kelahiran. Adapun salah satu alasan yang dikemukakan adalah Indonesia terlambat 10 tahun dalam melaksanakan komitmennya dalam MDG’s yang dianggap telah berhasil membawa banyak perubahan untuk mengentaskan masalah kemiskinan, kelaparan dan kesehatan tetapi dianggap belum sempurna. MDG’s sebelum berakhir, sejak
2 tahun lalu mulailah didiskusikan mengenai kerangka kerja pembangunan global baru untuk menggantikan MDGs, yang disebut dengan SDG’s (Sustainable Development Goals). SDG’s yang masa berlakunya mulai Januari 2016 hingga Desember 2030 ini memiliki tujuan yang sangat ambisius. Menariknya SDG’s ini tidak mempunyai kekuatan memaksa bagi negara peserta tetapi ada sekitar 193 negara anggota PBB yang berkomitmen untuk melakukannya. Konteks tersebut merupakan beberapa jaringan masyarakat sipil di Indonesia seperti GPPI (Gerakan Peduli Perempuan Indonesia), MAMPU dan INFID, beberapa waktu lalu mengadakan berbagai pertemuan yang tujuannya selain sosialisasi tentang SDG’s juga melihat kembali 303 daftar indikatornya untuk menjadi masukan bagi pemerintah. Indikator SDG’s tersebut dibawa oleh pemerintah pada sidang PBB pada Januari 2016. Kendala yang dianggap masyarakat sipil sebagai hal-hal yang dapat menggagalkan pelaksanaan SDG’s, antara lain SDG’s tidak dipahami oleh berbagai pihak terutama pemerintah daerah yang menganggap tugas pemerintah pusat saja, pendekatannya masih jadul, target sudah ditetapkan tetapi cara dan metode pemecahan masalah tidak disediakan, regulasi telah ditetapkan tetapi tidak ada sanksi ataupun reward, dan lain-lain (MENSOSRI, 2015). Kendala dan kekawatiran tersebut dibantah oleh pemerintah dan Staf Ahli Kepresidenan RI yang menyatakan bahwa SDG’s sudah sejalan dengan Nawacita Presiden Joko Widodo dan sudah dituangkan dalam RPJMN. SDG’s yang mempunyai value no one left behind dan memiliki tiga dimensi (ekonomi, sosial dan Lingkungan) ini akan berjalan. AKI dan AKB yang tercantum di atas menjadikan tantangan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dalam menangani cakupan kunjungan dan persalinan oleh nakes. Tahun 2014 Angka kematian Ibu di Kabupaten Semarang
mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Bila ditahun 2013 AKI sebesar 120,22 per 100.000 KH (17 kasus), maka ditahun 2014 menjadi 144,31 per 100.000 KH (20 kasus). Provinsi Jawa Tengah sendiri cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K1 99,6 % dan K4 93,11%. Cakupan penanganan komplikasi kebidanan jawa tengah tahun 2014 sebesar 105,4%. Cakupan penanganan neonatal resti di Jawa Tengah tahun 2014 sebesar 83,3%. Pasangan Usia Subur yang ada sebesar 78,6% adalah peserta KB aktif, metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh peserta aktif adalah KB suntik (56,7%) dan terbanyak kedua adalah pil (14,5%) (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2014). Kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung yaitu perdarahan, infeksi, eklamsia, persalinan lama dan kehamilan abortus. Kematian ibu juga dilatarbelakangi oleh
rendahnya
tingkat
sosial
ekonomi,
pendidikan,
kedudukan dan peran perempuan, faktor budaya serta faktor transportasi yang semuanya berpengaruh pada dua keadaan yang munculnya tidak menguntungkan yaitu: Tiga terlambat (terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan terlambat mendapatkan pelayanan ditempat fasilitas kesehatan) dan Empat terlalu (terlalu muda melahirkan, terlalu sering melahirkan, terlalu rapat jarak melahirkan, dan terlalu tua untuk melahirkan). (Departemen Kesehatan RI, 2010). Strategi yang telah dilakukan dalam upaya mempercepat penurunan AKI, salah satunya adalah dengan dilaksanakannya program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) yang telah dicanangkan oleh Menteri Kesehatan pada tahun 2007. Pemasangan stiker p4k dilakukan secara merata pada tiap-tiap rumah warga yang terdapat ibu hamil. Program tersebut selain merupakan “upaya terobosan” dalam percepatan penurunan
AKI dan AKB juga merupakan kegiatan yang membangun potensi masyarakat, khususnya kepedulian masyarakat untuk persiapan dan tindakan dalam menyelamatkan ibu dan bayi baru lahir (DEPKES RI, 2009). Usaha lain untuk menurunkan AKI dan AKB pada persalinan sampai dengan masa nifas yaitu penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku KIA serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal emergency Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergency Komprehensif (PONEK) di Rumah Sakit. Bidan Praktek Mandiri (BPM) Ny. C.Jarmini Leyangan sendiri bulan Januari sampai November 2015 didapat data ibu hamil K1 sebanyak 102 orang ibu hamil fisiologis, ibu hamil dengan resti umur <20 tahun sebesar 26 orang ibu hamil, resti umur >35 tahun: 4 orang ibu hamil, ibu hamil dengan resti KEK :13 orang ibu hamil, resti oligohidramnion : 1 orang ibu hamil, Resti gemeli: 1 orang ibu hamil, resti AB: 4 orang ibu hamil, resti grande multipara: 3 orang ibu hamil, , resti PER: 1 orang ibu hamil, resti ispa: 1 orang ibu hamil, resti KPA: 1 orang ibu hamil, resti PEB: 1 orang ibu hamil. Persalinan Nakes dengan : Dokter : 31, Bidan swasta : 19, Bidan Desa : 44, Jumlah : 94. Persalinan dengan SC: dengan KPD : 12, dengan CPD : 3, riwayat SC : 3. Kunjungan neonatal: KN1 : L : 27, P : 51, KN2 : L : 39, P : 55, KN3 : L :38, P : 55. Presentase jumlah ibu hamil yang ANC rutin di BPM Ny. C. Jarmini Leyangan 58,59% atau 92 warga dalam wilayah, 15,92 % atau 25 warga luar wilayah, 12,73% atau 20 ibu hamil pindah ANC dari bidan lain, dan 12,73% atau 20 ibu hamil ANC di luar BPM C. Jarmini Leyangan. Persalinan dan nifas di BPM C. Jarmini 64,42% atau 98 orang, 24,20% atau 38 orang bersalin di BPM lain dan 13,37% atau 21 orang bersalin di rumah sakit.
Jumlah pengguna KB baru pada bulan Oktober – November 2015 sebanyak 13 orang. Berdasarkan latar belakang penulis tertarik untuk mengambil kasus dengan judul “Asuhan Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny.Eva Susanti umur 38 tahun di BPM Cicilia Jarmini Leyangan” dengan pendekatan Varney dan pendokumentasian dengan SOAP untuk mengetahui asuhan yang benar dan tepat selama kehamilan agar tidak terjadi komplikasi selama kehamilan yang mengarah pada kehamilan patologi dalam rangka penurunan AKI dan AKB yang masih banyak ditemukan di daerah leyangan dan sekitarnya serta melakukan asuhan berkelanjutan mulai dari ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, sampai
dengan
pemakaian
kontrasepsi
untuk
pengendalian
angka
kehamilan.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, penulis merumuskan masalahnya yaitu “Bagaimanakah asuhan kebidanan berkelanjutan yang sesuai pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan di kabupaten Semarang ?”.
C. Ruang Lingkup Laporan Berkelanjutan pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di BPM Cicilia Jarmini Leyangan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan varney. 1. Lingkup Lokasi Pengambilan data pada penyusunan laporan ini dilakukan di Bidan Praktek Mandiri Ny. Cicilia Jarmini Leyangan.
2. Lingkup Keilmuan Asuhan kebidanan terintegrasi fisiologi pada ibu hamil, meliputi ibu hamil, bersalin, nifas, BBL serta kespro dan KB masuk dalam mata kuliah kebidanan. 3. Lingkup Waktu Laporan berkelanjutan pada Ny.Eva Susanti umur 38 tahun di BPM Cicilia Jarmini Leyangan pada tanggal 31 Oktober 2015 sampai dengan ibu memilih alat kontrasepsi pasca persalinan.
D. Tujuan 1. Tujuan umum Melaksanakan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny.Eva Susanti
umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini
Leyangan dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan varney metode SOAP. 2. Tujuan khusus a. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan ibu hamil pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan. b. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan ibu bersalin pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan. c. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan bayi baru lahir pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan.
d. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan. e. Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan kebidanan pada penggunaan kontrasepsi pada Ny. Eva Susanti umur 38 tahun di Bidan Praktek Mandiri Cicilia Jarmini Leyangan.
E. Manfaat 1. Bagi mahasiswa a. Menambah ilmu pengetahuan mengenai kehamilan. b. Mengetahui lebih dalam tentang kehamilan terutama pada trimester 3. c. Mengetahui cara penanganan komplikasi pada kehamilan. d. Meningkatkan penulisan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang. 2. Institusi pendidikan Mampu
mengevaluasi
sejauh
mana
mahasiswa
dapat
menerapkan asuhan kebidanan secara komprehensif. 3. Tenaga kesehatan Meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan terutama pada asuhan kebidanan secara komprehensif.
F. Metode Penulisan dan Cara Pemerolehan Data 1. Wawancara Suatu metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan data peneliti mendapatkan keterangan secara lisan dari seseorang sasaran penelitian (responden) atau bercakap-cakap berhadapan dengan orang tersebut (Notoatmodjo, 2010).
2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan yang dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan yang berkaitan dengan fisik, misalnya kehamilan, kelainan organ tubuh dan tanda-tanda penyakit (Notoatmodjo, 2010 ). Tehnik yang digunakan dalam pengkajian fisik ada 4, yaitu : a. Inspeksi Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris dan dibandingkan bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh: mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain. b. Palpasi Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan
data,
misalnya:
temperatur,
turgor,
bentuk,
kelembaban, vibrasi, ukuran. c. Perkusi Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk dengan kedua tangannya pada bagian permukaan tubuh tertentu untuk membandingkan bagian tubuh lainnya dengan tujuan menghasilkan suara dengan tujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. d. Auskultasi Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara tubuh biasanya menggunakan alat stetoskop. Contoh mendengarkan: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
3. Observasi Observasi yaitu suatu hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh untuk menyadari adanya rangsangan dari luar mengenai indra terjadilah pengindraan, namun bila rangsangan menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan (Notoatmodjo, 2010). 4. Studi Kepustakaan Studi
kepustakaan
adalah
mengambil
referensi-referensi
kepustakaan untuk memperoleh dukungan secara teoritik pada masalah yang diambil mempunyai wawasan luas untuk mengembangkan atau mengidentifikasi masalah yang diamati (Notoatmodjo, 2010).
G. Sistematika Penulisan Penulisan laporan ini berdasarkan sistematika penulisan sebagai berkut : BAB I PENDAHULUAN Merupakan bab pertama yang menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, ruang lingkup, manfaat, metode perolehan data dan sistematika penulisan Laporan pengelolaan Kasus. BAB II TINJAUAN TEORI Tinjauan teori yang terdiri dari tinjauan konsep dasar teori
dan
tinjauan teori mengenai management kebidanan menurut varney, penerapan manajemen kebidanan, landasan hukum serta standar pelayanan kebidanan. BAB III TINJAUAN KASUS Berisi tentang pengelolaan kasus yang memberikan gambaran secara lengkap tentang keadaan pasien berdasarkan tujuh langkah varney, yaitu pengumpulan data,
interpretasi data,
identifikasi diagnose potensial,
antisipasi, merencanakan asuhan secara menyeluruh, implementasi dan evaluasi. BAB IV PEMBAHASAN Berisi tentang hasil perbandingan asuhan yang sudah diberikan kepada pasien dilahan dengan perbandingan asuhan yang diberikan sesuai dengan teori yang didapatkan pada BAB II, sehingga tidak didapatkan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. BAB V PENUTUP Penutup berisi hasil atau kesimpulan dari semua asuhan yang sudah diberikan menurut teori dan praktek dilahan sehingga didapatkan hasil bahwa asuhan yang diberikan berhasil. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Teori 1. Kehamilan a. Definisi
Kehamilan merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis yang dihitung sejak HPHT (hari pertama haid terakhir)
hingga
dimulainya persalinan yang menandai awal periode antepartum (Varney, 2006). Kehamilan adalah serangkaian proses yang diawali dari konsepsi atau pertemuan antara ovum dan sperma sehat dan dilanjutkan
dengan
proses
fertilasi,
nidasi
dan
implantasi
(Sulistyawati, 2012). Kehamilan merupakan proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa pembentukan bayi dalam rahim dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi (Monika, 2009). Kehamilan dibedakan menjadi 3 trimester yaitu: 1) Kehamilan TM I : kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 0– 13 minggu. 2) Kehamilan TM II : kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 1427 minggu. 3) Kehamilan TM III : Kehamilan yang dimulai dari usia kehamilan 28-40 minggu. b. Proses Kehamilan Menurut Rustam Mochtar, 2010, menyatakan bahwa proses
kehamilan dimulai dari :
1) Ovum (Sel Telur) Pertumbuhan embrional oogonium yang kelak menjadi ovum
terjadi
digenital
ridge.
Oogenesis adalah
proses
pembentukan sel telur (ovum) di dalam ovarium. Pembentukan sel telur pada manusia dimulai sejak di dalam kandungan, yaitu di dalam ovari fetus perempuan. Bulan ketiga usia fetus, semua oogonia yang bersifat diploid telah selesai dibentuk dan siap memasuki tahap pembelahan. Oogonia membelah secara mitosis menghasilkan oosit primer.
Perkembangan
fetus
selanjutnya,
semua oosit primer membelah secara miosis, tetapi hanya sampai fase profase. Pembelahan dilahirkan. Ovarium
miosis
tersebut
berhenti
hingga
bayi
mampu menghasilkan sekitar 2 juta oosit.
Memasuki masa pubertas, oosit melanjutkan pembelahan miosis I. Hasil pembelahan tersebut berupa dua sel haploid, satu sel yang besar disebut oosit sekunder dan satu sel berukuran lebih kecil disebut badan kutub primer.Tahap selanjutnya, oosit sekunder dan badan kutub primer akan mengalami pembelahan miosis II. Oosit sekunder akan membelah menjadi dua sel yaitu satu sel berukuran normal disebut oosit dan satu lagi berukuran lebih kecil disebut badan polar sekunder. Badan kutub tersebut bergabung dengan dua badan kutub sekunder lainnya yang berasal dari pembelahan badan kutub primer sehingga diperoleh tiga badan kutub sekunder. Oosit mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi ovum matang, sedangkan ketiga badan kutub mengalami degenerasi (hancur).
2) Spermatozoa (Sel Mani) Sperma bentuknya seperti kecebong terdiri atas 4 bagian yaitu kepala yang berisi inti (nukleus), leher, bagian tengah dan ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat, urutan pertumbuhan sperma: spermatogonium membelah dan spermatosit pertama membelah dua, spermatosit kedua membelah dua, spermatid tumbuh menjadi spermatozoon (Budisma, 2007). 3) Pembuahan (Konsepsi/Fertilisasi) Pembuahan adalah suatu peristiwa persatuan antara sel mani dengan sel telur dituba fallopi. Sperma yang telah mengalami proses kapasitasi dapat melintasi zona pellusida masuk ke villetus ovum. Zona pellusida mengalami perubahan sehingga tidak dapat dilalui sperma lain. Persatuan ini dalam prosesnya diikuti oleh persatuan pronuklei, keduanya yang disebut zygot yang terdiri dari atas acuan genetik dari wanita dan pria. Proses pembelahan zygot terjadi dalam beberapa jam setelah pembuahan, mulailah pembelahan zygot yang berjalan lancar dan dalam 3 hari sampai dalam stadium morula. Hasil konsepsi ini dengan urutan tetap bergerak ke arah rongga rahim. Hasil konsepsi sampailah dalam kavum uteri dalam peringkat blastula (Kusharthanti, 2014). 4) Nidasi (Implantasi) Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi dalam endometrium. Blastula diselubungi oleh simpai yang disebut trofoblas, yang mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Blastula kemudian mencapai rongga rahim, jaringan
endometrium berada pada masa sekresi. Jaringan endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua, yaitu sel-sel besar yang banyak mengandung glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas (Nolan, 2012). Blastula dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell-mass) akan mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Itulah sebabnya pada saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua (Tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri. Nidasi telah berhasil, dimulailah diferensiasi sel-sel blastula. Sel-sel lebih kecil yang terletak dekat ruang exocoeloma membentuk entoderm dan yolk sac. Sel-sel yang lebih besar menjadi endoderm dan
membentuk ruang amnion,
maka
terbentuklah lempeng embrional (embryonal plate) diantara amnion dan yolk sac. Sel-sel
trofoblas
mesodermal
yang
tumbuh
sekitar
mudigah (embrio) akan melapisi bagian dalam trofoblas, maka terbentuklah sekat korionik (chorionic membrane) yang telah menjadi korion. Sel-sel trofoblas tumbuh menjadi 2 lapisan yaitu sitotrofoblas yang disebelah dalam dan sinsitiotrofoblas yang disebelah luar. Villi korionik yang berhubungan dengan desidua basalis tumbuh bercabang-cabang dan disebut korion profundus. Sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis kurang mendapat makanan sehingga akhirnya menghilang disebut chorion leave.
5) Plasentasi Pertumbuhan dan perkembangan desidua sejak terjadi konsepsi karena pengaruh hormon terus tumbuh sehingga makin lama menjadi tebal (Hill, 2013). Desidua adalah mukosa rahim pada kehamilan yang terbagi atas : a) Desidua basalis Terletak diantara hasil konsepsi dan dinding rahim, tempat plasenta terbentuk. b) Desidua kapsularis Hasil konsepsi kearah rongga rahim yang lama kelamaan bersatu dengan desidua vera kosena obliterasi. c) Desidua vera Meliputi lapisan dalam dinding rahim lainnya. c. Tanda-tanda kehamilan Menurut Sulistyawati (2009), mengatakan bahwa tanda Pasti Kehamilan meliputi a) Adanya gerakan janin sejak usia kehamilan 16 minggu. b) Terdengar denyut jantung janin pada kehamilan 12 minggu dengan fetal elektro cardiograph dan pada kehamilan 18-20 minggu dengan stethoscope leannec. c) Terabanya bagian-bagian janin. d) Terlihat kerangka janin bila dilakukan pemeriksaan Rongent. e) Terlihat kantong janin pada pemeriksaan USG. Menurut
Armi
(2006)
kemungkinan hamil meliputi :
menyatakan
bahwa
tanda-tanda
a) Tanda hegar Tanda ini diketahui dengan meletakkan 2 jari pada forniks posterior dan tangan lain di dinding perut diatas simpisis pubis, maka terasa korpus uteri seakan-akan terpisah dengan serviks ( istmus sangat lembek pada kehamilan). Kehamilan 6 – 8 minggu dengan pemeriksaan bimanual sudah dapat diketahui tanda hegar ini. b) Tanda piskacek Menurut (Armi, 2010), yang menyatakan bahwa tanda piskacek adalah suatu pembesaran uterus yang tidak rata hingga menonjol jelas kejurusan uterus yang membesar (uterus dalam keadaan hamil tumbuh cepat pada tempat implantasinya). c) Tanda Braxton hicks Menurut (Armi, 2010), yang menyatakan bahwa uterus pada
saat
hamil
bila
dirangsang
mudah berkontraksi.
Kontraksi yang tidak teratur tanpa nyeri disebut kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks ini menunjukkan bahwa kehamilan bukan kehamilan ektopik. d) Tanda ballotement Menurut (Armi, 2010), yang menyatakan bahwa kehamilan muda (kira-kira 20 minggu) air ketuban jauh lebih banyak sehingga dengan menggoyangkan uterus maka janin akan melenting dalam uterus, keadaan inil yang disebut dengan ballottement. Tanda Chadwick adalah warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu (Hanifa 2006).
d. Diagnosa Kehamilan Menurut ppjKemenkes, 2013, menyatakan bahwa dalam menentukan diagnosa kehamilan diperlukan data dari berbagai keluhan yang dirasakan oleh pasien, diantaranya data yang berasal dari keluhan yang dirasakan ibu (data subjektif) dan data yang berasal dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (data objektif). e. Perubahan Fisik pada Ibu Hamil Perubahan fisik yang terjadi pada ibu hamil diantaranya adalah: 1) Perubahan fisik pada ibu hamil trimester I meliputi : a)
Morning Sickness Morning sickness merupakan keluhan pusing kepala, mual hingga muntah dan biasanya terjadi pada pagi hari. Keadaan
ini disebabkan
karena
gangguan metabolisme
karbohidrat, bila morning sickness terjadi sebaiknya minum air teh manis panas sebelum bangun dan berjalan. b)
Perubahan Pencernaan Perut akan terasa kembung dan nyeri pada perut bagian bawah saat usia kehamilan 12 minggu, dikarenakan semua pengikat rahim akan terasa seperti ketarik, sehingga terasa nyeri dan pegal-pegal. Daerah mulut juga akan terjadi perubahan,
terutama
jika
terjadi
mual
dan
muntah
berkepanjangan, maka bisa menjadi infeksi daerah gigi karena kurangnya kalsium dalam makanan. Terjadi juga hipersalivasi (pengeluaran air liur berlebihan), sehingga menyulitkan untuk makan. Air liur ini dapat menyebabkan pembengkakan pada gusi (epulis).
c)
Perubahan sirkulasi Darah Hormon estrogen akan meningkat selama kehamilan. Peningkatan ini menyebabkan penyesuaian peredaran darah. Volume darah akan makin meningkat yang menyebabkan pengenceran
darah
(hemoudulusi)
dan
menyebebkan
penurunan hemoglobin. d)
Perubahan Pembuluh Darah Tampak garis biru samar-samar dibawah kulit, pada payudara dan perut, itu adalah kondisi normal selama hamil karena
akan
menghilang
setelah
melahirkan.
Jaringan
pembuluh darah akan mengembang untuk membawa darah lebih banyak bagi kehamilan. e)
Sembelit Anus yang tertekan oleh rahim yang semakin membesar yang menyebabkan gangguan buang air besar (sembelit), bahkan menekan kandung kencing yang menyebabkan sering kencing. Gangguan ini biasa terjadi pada umur kehamilan 1214 minggu. Rahim akan keluar dari rongga panggul setelah usia kehamilan 14 minggu dan keluhan ini akan menghilang dan biasanya muncul kembali setelah mendekati persalinan yang disebabkan penekanan saluran kencing dan anus oleh kepala janin.
f) Tekanan Darah Umumnya tekanan darah ibu hamil normal 140/90 mmhg, selama masih mendekati angka tersebut kenaikan atau penurunan sebetulnya tidak berarti. Dikatakan bermasalah/tidak normal bila melebihi atau kurang dari angka tersebut. Kondisi
hamil yang dipermasalahkan sebetulnya bukan naik turunnya tekanan darah, melainkan peluang terjadinya lonjakan tekanan darah abnormal diatas 140/90 mmhg. Ketidaknormalan tekanan darah
biasanya
berlanjut
dengan
munculnya
keracunan
kehamilan/preeklamsia. Tekanan darah yang tinggi saat hamil bisa jadi karena si ibu mempunyairiwayat tekanan darah tinggi yang biasa disebut dengan hipertensi dalam kehamilan. Tekanan darah tinggi yang terjadi pada ibu hamil yang sudah memiliki hipertensi sebelumnya akan dilakukan pengawasan tekanan darah secara intens. Tindakan ini penting dilakukan agar tidak menyebabkan komplikasi terhadap ibu dan janin. Tekanan darah yang mengalami kenaikan pada saat kehamilan dan ibu tidak memiliki riwayat tekanan darah tinggi sebelumnya bisa disebabkan beberapa faktor seperti faktor sosial ekonomi karena akan berimbas pada kekurangan gizi, selain itu juga faktor genetik atau adanya kelainan sistem peredaran darah. 2) Menurut Kurnia (2009, hal : 194-197) menyatakan bahwa perubahan fisik pada trimester III, meliputi : a) Perut Membesar Makin membesarnya rahim akan membuat perut sang ibu pun tampak makin membesar. Rahim yang mula-mula seberat 30-40 gr, sejalan dengan bertambahnya usia kehamilan akan makin membesar sedemikian rupa hingga nanti mampu menampung kehamilan dengan berat air ketuban seberat 1 kg, plasenta 0,5 kg, dan janin seberat 3 kg. Besar uterus pada
akhir kehamilan menjadi 1000 gram (normal 20 gram) dengan panjang 20 cm, dan dinding 2,5 cm, pada umur kehamilan 28 minggu TFU terletak 3 jari diatas pusat atau 1/3 pusat-px 25 cm), pada umur kehamilan 32 minggu TFU pertengahan pusatpx (27 cm), pada umur kehamilan 36 minggu TFU setinggi px (30 cm). b) Perubahan Kulit Kulit hormonal
pun
akan
menjadi
mengalami perubahan. Pengaruh
biang
keladi
garis
kehitaman
atau
hiperpigmentasi dari bagian pusar ke perut bawah. Daerah lipatan tubuh seperti lipatan leher, ketiak dan paha juga berwarna lebih gelap. Kondisi ini lebih terlihat jelas pada ibu hamil yang berkulit sawo matang. Bahkan pada ibu hamil yang berkulit sensitif, hiperpigmentasi bisa terlihat pada wajah, terutama di daerah pipi bagian atas dekat hidung. Keadaan ini disebut cloasma gravidarum. Pengaruh hormonal juga bisa membuat wajah ibu hamil jerawatan.
c) Perubahan Payudara Payudara akan makin membesar juga terasa nyeri karena adanya timbunan air, protein dan garam untuk persiapan memberikan ASI pada laktasi yang mendesak saraf sensoris. Pembuluh darah juga makin tampak sehingga terlihat semakin hitam di daerah aerola. Puting susu juga makin menonjol. Payudara semakin lama semakin membesar, ibu hamil tentu harus menggunakan bra yang lebih besar dan lebih kuat menyangga.
d) Kaki Bengkak Kaki akan membengkak dan cepat merasa lelah, terutama setelah usia kehamilan 20 minggu, hal ini akibat tertekannya pembuluh darah oleh pembesaran rahim. Tekanan ini memperlambat peredaran darah pada kaki, sehingga berdiri atau duduk lama-lama akan membuat masalah pada kaki jadi cepat lelah, terjadi pula pembengkakan pergelangan kaki dan telapak kaki, terutama sesudah berdiri berlama-lama. Pada keadaan ringan, kaki bengkak dapat diatasi saat tidur posisi kaki lebih tinggi. e) Varises Peningkatan
jumlah
berbagai
hormon
selain
itu,
kehamilan pun bisa mengakibatkan pelebaran pembuluh darah di seluruh tubuh, jadilah varises. Cara pencegahan varises bukan hal yang mudah, terutama bagi ibu yang memiliki bakat turunan. Penggunaan stocking khusus dapat dicoba, tapi tak menjanjikan
hasilnya
akan
maksimal.
Nasehat
untuk
mengontrol pertambahan bobot badan agar tidak lebih dari 12 kg juga perlu diperhatikan. Masalahnya, semakin besar bobot yang harus disangga kaki, semakin banyak varisesnya. Setelah masa kehamilan berlalu, varises dapat berkurang tapi tak dapat hilang sepenuhnya, kecuali tentunya dengan penangangan ahli bedah vaskuler. Meski begitu, ini cara untuk meminimalkan
varises.
f) Berat Badan Bertambah kondisi mual dan muntah tidak terjadi lagi, maka pertambahan berat badan pun akan mulai terjadi. Kenaikan normal pada 5 bulan pertama kehamilan, naik 1 kg tiap bulannya. Sesudah usia kehamilan mencapai 5 bulan, maka kenaikannya harus 2 kg per bulan. Selain itu, kalau ibu punya kelainan jantung, biasanya masalah juga mulai muncul di trimester ini karena pada saat itu beban jantung maksimal. Sirkulasi darah makin lama makin meningkat, bahkan konon peningkatan volumenya hingga 60 persen. Meski bertambah, ibu hamil sebaiknya memerhatikan berat badan ideal. g) Sakit bagian tulang belakang Sakit pada bagian tulang belakang (punggung – pinggang) karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan kearah pada tulang belakang. h) Konstipasi Trimester ini sering terjadi konstipasi karena tekanan rahim yang membesar kearah usus selain perubahan hormone progesterone. i) Perubahab pola pernapasan Perubahan hormonal yang mempengaruhi aliran darah keparu-paru, pada kehamilan 33-36 minggu, banyak ibu hamil merasakan susah bernafas. Didukung oleh tekanan rahim yang membesar yang dibawah diafragma (yang membatasi perut dan dada). Setelah kepala bayi turun kerongga panggul ini biasanya 2-3 minggu sebelum persalinan pada ibu yang pertama kali
hamil akan merasakan bernafas lega dan bernafas lebih mudah dan
rasa panas pada perut
juga
ikut hilang,
karena
berkurangnya tekanan bagian tubuh bayi di bawah diafragma/ tulang iga ibu. j) Sering kencing Pembesaran rahim ketika kepala bayi turun kepintu atas panggul akan makin menekan yang menyebabkan kandung kemih terasa penuh. Akibat terjadinya hemodiaksi yang menyebabkan
metabolisme
air
makin
lancar
sehingga
pembentukan urin bertambah. k) Kontraksi perut Braxton-hicks atau kontraksi palsu ini berupa rasa sakit di bagian perut yang ringan, tidak teratur, dan akan hilang bila ibu hamil duduk atau istirahat. l) Cairan vagina Peningkatan cairan vagina selama kehamilan adalah normal, cairan biasanya jernih. Awal kehamilan, cairan ini agak kental, sedangkan saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair. f.
Perubahan Psikologis Ibu Hamil Trimester ketiga sering kali disebut periode menunggu dan waspada sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menuggu kelahiran bayinya. Ibu mulai merasakan takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang akan timbul pada waktu melahirkan. Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Trimester inilah ibu memerlukan dukungan dari suami, keluarga dan bidan.
g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Tiga faktor yang mempengaruhi kehamilan yaitu faktor fisik, faktor psikologis, dan faktor sosial budaya dan ekonomi. 1) Faktor Fisik Seorang ibu hamil dipengaruhi oleh status kesehatan dan status
gizi.
Status
kesehatan
dapat
diketahui
dengan
memeriksakan diri dan kehamilannya ke pelayanan kesehatan terdekat, puskesmas, rumah bersalin atau poliklinik kebidanan. Status gizi ibu
hamil juga
merupakan hal yang
sangat
berpengaruh selama masa kehamilan. Kekurangan gizi berakibat buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya terhambat, sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Kelebihan gizi pun dapat berdampak yang tidak baik juga terhadap ibu dan janin, janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga ibu akan kesulitan saat proses persalinan. 2) Faktor Psikologis a) Stess Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin. Janin mengalami keterlambatan perkembangan atau gangguan emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik. b) Dukungan keluarga Keluarga andil dalam menentukan status kesehatan ibu. Keluarga yang mengharapkan dan mendukung kehamilannya, maka ibu hamil akan merasa lebih percaya diri, lebih bahagia
dan siap dalam menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas. 3) Faktor lingkungan sosial, budaya dan ekonomi Faktor ini mempengaruhi kehamilan dari segi gaya hidup, adat istiadat, fasilitas kesehatan dan ekonomi. Perilaku makan juga harus di perhatikan, terutama yang berhubungan dengan adat istiadat. Makanan yang di pantang adat padahal baik untuk gizi ibu hamil, maka sebaiknya tetap dikonsumsi. Personal hygiene juga harus diperhatikan ibu hamil harus selalu menjaga kebersihan dirinya, mengganti pakaian dalamnya setiap kali terasa lembab, menggunakan bra yang menunjang payudara, dan pakaian yang menyerap keringat. Ekonomi juga menjadi faktor penentu dalam proses kehamilan yang sehat. Keluarga dengan ekonomi cukup dapat memeriksakan kehamilannya secara rutin, merencanakan persalinan di tenaga kesehatan dan melakukan persiapan lainnya dengan baik. Perencanaan yang baik sejak awal, membuat tabungan bersalin, maka kehamilan dan proses persalinan dapat berjalan dengan baik. h. Ketidaknyamanan Kehamilan Ketidaknyamanan kehamilan pada trimester III meliputi : 1. Sering BAK Peningkatan frekuensi berkemih disebabkan tekanan pada uterus karena turunnya bagian bawah janin sehingga kandung kencing
tertekan
dan
mengakibatkan
frekuensi
berkemih
meningkat. Selain itu karena nocturia karena terjadinya aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring
saat tidur malam hari. Akibatnya adalah pola diurnal kebalikannya sehingga terjadi peningkatan pengeluaran urin saat hamil tua. Cara mengurangi ketidaknyamanan ini dengan mengurangi asupan cairan pada sore hari, jangan kurangi minum untuk mencegah nocturia kecuali jika nocturia sangat mengganggu tidur pada saat malam hari dan memperbanyak minum saat siang hari, batasi minum soda, kopi ataupun teh. 2. Insomnia Insomnia pada ibu hamil terjadi karena ibu hamil sering kencing, selain itu rasa tidak nyaman pada ukuran uterus yang bertambah
besar sehingga
mengganggu
gerak ibu.
Cara
mengurangi gangguan insomnia pada ibu hamil yaitu ibu hamil dianjurkan untuk menghindari rokok atau minuman beralkohol, tidak mengkonsumsi minuman yang mengandung kafein, sejukkan kamar tidur, hentikan aktifitas 3-4 jam sebelum tidur, usahakan tidur sebentar disiang hari, biasakan tidur dengan posisi miring kiri, kurangi minum pada malam hari, minum segelas susu hangat karena pada susu hangat terdapat kandunagn asam tryptophan yang akan meningkatkan kadar serotin dalam otak dan membantu ibu hamil tidur, selain itu susu juga meningkatkan hormon melatonin dalam darah yang membuat seseorang menjadi mudah mengantuk. 3. Edema pada kaki sampai tungkai Edema pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan ini disebabkan karena tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul saat ibu hamil tersebut duduk atau
berdiri, pada vena kava inferior saat dalam posisi terlentang. Pakaian ketat yang menghambat aliran balik vena dari ekstremitas bagian bawah vena juga memperburuk masalah. Edema akibat kaki yang menggantung secara umum terlihat pada area pergelangan kaki. Cara penanganan edema pada kaki adalah hindari menggunakan
pakaian
ketat,
elevasi
kaki
secara
teratur
sepanjang hari posisi menghadap kesamping saat berbaring, penggunaan penyongkong atau korset pada abdomen maternal yang dapat melonggarkan vena-vena panggul. 4. Sakit punggung Sakit pada bagian tulang belakang (punggung – pinggang) karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan kearah pada tulang belakang. Selain itu juga disebabkan karena posisi yang salah saat melakukan aktivitas seperti mengangkat beban, cara berdiri, posisi duduk dan bangun tidur yang
salah,
pemakaian
alas
kaki.
Cara
mengatasi
ketidaknyamanan tersebut dengan melakukan teknik atau body mekanik yang benar, menghindari pemakaian alas kaki yang berhak tinggi, gunakan bantal di bawah kaki dan punggung sebagai pengganjal. 5. Konstipasi atau sembelit Konstipasi atau sembelit selama kehamilan disebabkan karena peningkatan hormon progesteron yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus kurang efisien, konstipasi juga dipengaruhi karena perubahan uterus yang semakin membesar,
sehingga uterus menekan daerah perut, selain itu penyebab lain konstipasi yaitu karena mengkonsumsi tablet Fe yang diberikan oleh bidan/dokter pada ibu hamil, tablet Fe juga menyebabkan tinja berwarna coklat kehitaman tetapi tidak perlu dikhawatirkan oleh ibu hamil karena perubahan warna feses merupakan pengaruh dari tablet zat besi dan itu normal. Cara mengatasi konstipasi atau sembelit yaitu dengan minum air putih yang cukup minimal 6-8 gelas/hari, makan makanan yang berserat tinggi sperti sayuran dan buah-buahan, melakukan olahraga ringan secara teratur seperti berjalan (jogging), segera konsultasikan kebidan/dokter apabila konstipasi atau sembelit tetap terjadi setelah menjalankan cara-cara tersebut. i.
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Asuhan kebidanan pada ibu hamil adalah asuhan yang diberikan bidan pada ibu hamil untuk mengetahui kesehatan ibu dan janin
serta
untuk
mencegah
dan
menangani
secara
dini
kegawatdaruratan yang terjadi pada saat kehamilan. Asuhan kebidanan pada ibu hamil normal meliputi : 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi. 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial ibu dan bayi. 3) Mengenali secara dini ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum kebidanan dan pembedahan serta persiapan rujukan bila diperlukan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan secara normal dan pemberian ASI ekslusif. 6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima bayi agar dapat tumbuh kembang dengan normal. Standar Asuhan Kehamilan kunjungan antenatal care (ANC) minimal dilakukan : 1) Satu kali pada trimester 1 (usia kehamilan 0 – 13 minggu). 2) Satu kali pada trimester II (usia kehamilan 14 – 27 minggu). 3) Dua kali pada trimester III (usia kehamilan 18 – 40 minggu). Kehamilan memberikan perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis bagi ibu hamil. Perubahan-perubahan yang bersifat fisiologis misalnya : pusing, mual, tidak nafsu makan, BB bertambah dan sebagainya, sedangkan perubahan yang menyertai ibu hamil diantaranya : ibu menjadi mudah tersinggung, bangga dan bergairah dengan kehamilannya dan sebagainya. Bidan diharapkan mampu melakukan komunikasi pada ibu hamil agar bidan : 1) Mampu
melaksanakan
asuhan dan
tindakan
pemeriksaan,
pendidikan kesehatan dan segala bentuk pelayanan kebidanan ibu hamil; 2) Mampu melakukan komunikasi terapeutik yang dapat meredam permasalahan kehamilan;
psikososial
yang
berdampak
negatif
bagi
3) Membantu ibu sejak pra konsepsi untuk mengorganisasikan perasaan dan pikirannya untuk menerima dan memelihara kehamilannya. Menurut buku Asuhan Kebidanan Pada Masa kehamilan (Ari Sulistyawati, 2009), menyatakan bahwa pelayanan standar yaitu 14 ”T” meliputi : 1) Timbang berat badan (12-15 kg selama kehamilan) dimana pada trimseter pertama kenaikan sedikit atau bahkan belum ada peningkatan, trimester kedua janin tumbuh hingga 10 gram per hari, pada minggu ke 16 bayi tumbuh sekitar 90 gram, minggu ke 20 kenaikan berat 256 gram, minggu ke 24 sekitar 690 gram, minggu ke 27 sebanyak 900 gram. 2) Ukur tekanan darah (Umumnya tekanan darah ibu hamil normal 140/90 mmhg, selama masih mendekati angka tersebut kenaikan atau
penurunan
sebetulnya
tidak
berarti.
Dikatakan
bermasalah/tidak normal bila melebihi atau kurang dari angka tersebut. Kondisi hamil yang dipermasalahkan sebetulnya bukan naik turunnya tekanan darah, melainkan peluang terjadinya lonjakan
tekanan
darah
abnormal
diatas
140/90
mmhg.
Ketidaknormalan tekanan darah biasanya berlanjut dengan munculnya keracunan kehamilan/preeklamsia). 3) Ukur tinggi fundus uteri (UK 12 minggu TFU 1 jari diatas sympisis, UK 16 minggu TFU pertengahan pusat-sympisis, UK 20 minggu TFU 3 jari diatas sympisis, UK 24 minggu TFU setinggi pusat, UK 28 minggu TFU 2 jari diatas pusat, UK 32 minggu TFU pertengahan pusat-px, UK 36 TFU setinggi px, UK 40 minggu 2 jari dibawah px).
4) Pemberian imunisasi TT. 5) Pemeriksaan Hb 6) Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet/hari dengan dosis perhari 1 tablet zat besi yang mengandung 60 mg zat besi. 7) Perawatan payudara. 8) Pemeriksaan protein urine. 9) Pemeriksaan urine reduksi. 10) Senam hamil. 11) Pemberian obat malaria. 12) Pemberian kapsul minyak yodium. 13) Lakukan tes penyakit menular seksual. 14) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan.
2. Persalinan a. Definisi Persalinan ialah pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan letak sejajar sumbu badan ibu, persentasi belakang kepala, keseimbangan diameter kepala bayi dan panggul ibu serta dengan tenaga ibu sendiri (Sarwono. 2007 : 456). b. Bentuk Persalinan Bentuk-bentuk dari persalinan adalah sebagai berikut : 1) Persalinan spontan Pesalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan Ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
2) Persalinan buatan Proses persalinan dengan buatan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forcep atau dilakukan operasi sectio caesaria. 3) Persalinan anjuran Kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan. c. Pembagian Waktu Persalinan Penjelasan dari tiap-tiap waktu persalinan adalah : 1) Kala I Menurut Prawirohardjo, 2012 Kala I yaitu kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Kala I pada primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung lebih cepat yaitu selama 8 jam. Kala dibagi 3 fase yaitu : a) Fase Laten Berlangsung selama 8 jam, pembukaan terjadi sangat lambat sampai pembukaan 3 cm b) Fase Aktif Fase dibagi menjadi 3 fase: (1) Fase Akselerasi Fase akselerasi terjadi dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. (2) Fase dilatasi maksimal Fase dilatasi maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase diselerasi Pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm sampai lengkap. d. Asuhan yang diberikan pada Ibu Bersalin Asuhan yang di berikan Bidan pada Ibu Bersalin. Bidan melakukan Observasi pada Ibu Bersalin, yani pada Kala I, Kala II, kala III, Dan kala IV. 1) kala I: Pembukaan 0-10 ( pengawasan pembukaan servik ). pembukaan : a) Fase laten : 8jam : pembukaan 0-3 cm b) Fase Aktif : 6jam : i.
Akselerasi : ( 2jam ) pembukaan 3-4 cm,
ii.
Dilatasi max : ( 2jam ) pembukaan 4-9 cm,
iii.
Deselerasi : pembukaan ( 2jam ) 9-10 cm.
2) Asuhan yang diberikan pada kala I meliputi : a)
Memonitoring tekanan darah, suhu badan, denyut nadi setiap 4 jam.
b)
Mendengarkan denyut jantung janin setiap jam pada fase laten dan 30 menit pada fase aktif.
c)
Palpasi kontraksi uterus setiap jam setiap fase laten dan 30 menit pada fase aktif.
d)
Memonitoring pembukaan servik, penurunan bagian terendah janin pada fase laten dan fase aktif setiap 4 jam.
e)
Memonitoring pengeluaran urine setiap 2jam.
f)
Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga atau teman dekat untuk mendampingi ibu.
g)
Menginformasikan hasil pemeriksaan dan rencana asuhan selanjutnya
serta
kemajuan
persalinan
dan
meminta
persetujuan ibu untuk rencana asuhan selanjutnya. h)
Mengatur aktifitas dan posisi dan membimbing relaksasi sewaktu ada his.
i)
Menjaga privasi ibu.
j)
Menjaga kebersihan diri.
k)
Memberi rasa aman dan menghindari rasa panas, mengurangi rasa nyeri ketika his misalnya dengan membuat rasa sejuk dan masase atau menganjurkan ibu untuk jalan-jalan kecil atau tidur miring kiri.
l)
Memberikan cukup minum dan makan.
m) Memastikan dan mempertahankan kandung kemih tetap kosong. n)
Menciptakan rasa kedekatan antara bidan dan ibu misalnya dengan sentuhan.
3) Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya janin. Asuhan yang diberikan pada kala II meliputi : a)
Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu.
b)
Memastikan kecukupan makan dan minum.
c)
Mempertahankan kebersihan diri.
d)
Mempersiapkan kelahiran bayi.
e)
Membimbing meneran pada waktu his.
f)
Melakukan pemantauan keadaan ibu dan denyut jantung bayi terus menerus.
g)
Melakukan amniotomi.
h)
Melakukan episiotomi jika diperlukan.
i)
Melahirkan kepala sesuai mekanisme persalinan dan jalan lahir.
j)
Melonggarkan atau melepaskannya, bila ada lilitan tali pusat pada kepala dan badan bayi.
k)
Melahirkan bahu dan diikuti badan bayi.
l)
Nilai
tanda-tanda
kehidupan
bayi
meliputi
pernafasan,
tangisan, warna kulit, suhu, IMD, gerakan, denyut jantung. m) Klem / jepit tali pusat didua tempat dan potong dengan gunting steril/DTT. n)
Menjaga kehangatan bayi.
o)
Merangsang pernafasan bayi bila diperlukan.
4) Kala III dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Asuhan yang diberikan : a)
Melaksanakan menagemen aktif kala III. 1) Melakukan palpasi uterus untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam 2menit. 2) Memberikan suntikan oksitosin 10 im a) Segera diberikan dalam 2 menit setelah kelahiran bayi, jika bayi tunggal. b) Pemberian oksitosin 10 unit im dapat diulangi setelah 15 jika plasenta masih belum lahir. c) Jika
oksitosin
payudara
ibu
tidak dan
tersedia, susukan
rangsang bayi
segera
putting guna
menghasilkan oksitosin alamiah. 3) Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT). 4) Setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, plasenta dilahirkan dengan perasat brandt Andrew.
5) Setelah kelahiran plasenta, lakukan masase fundus uteri. b)
Memotong dan mengikat tali pusat.
c)
Memperlihatkan / mendekatkan bayi dengan ibunya.
d)
Meletakkan bayi segera mungkin, kurang dari 30 menit setelah lahir bila memungkinkan.
5) Kala IV dimulai dari plasenta lahir sampai pengawasan 2 jam postpartum. Asuhan yang diberikan : a)
Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran darah, tanda-tanda vital. i.
2-3 kali selama 10 menit pertama .
ii.
Setiap 15 menit selam 1 jam.
iii.
Setiap 20-30 menit selama jam kedua.
iv.
Jika uters tidak berkontraksi dengan baik, lakukan masase fundus dan berikan methyl-ergometrine 0,2 mg IM (jika ibu tidak mengalami hipertensi).
b)
Melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum.
c)
Melakukan
pemeriksaan
kelengkapan
plasenta
dan
selaputnya. d)
Ajarkan ibu / keluarga tentang cara memeriksa / meraba uterus dan memasasenya.
e)
Evaluasi darah yang hilang.
f)
Memantau pengeluaran lokhea (biasanya tidak lebih dari darah haid ).
g)
Mempertahankan kandung kemih tetep kosong (tidak dengan kateterisasi).
e. Penatalaksanaan Penatalaksanaan melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58 langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut: 1) Mendengar
dan melihat adanya tanda persalinan kala dua
(dorongan untuk mengejan, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka). 2) Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai ke dalam wadah partus set. 3) Memakai celemek plastik. 4) Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 5) Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam. 6) Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set. 7) Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas DTT, lakukan vulva hygiene. 8) Melakukan pemeriksaan dalam, pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah. 9) Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%. 10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).
11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. 14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. 15) Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm. 16) Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu. 17) Membuka
tutup
partus
set
dan
memperhatikan
kembali
kelengkapan alat dan bahan. 18) Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan. 19) Melakukan perasat stenan (perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum). 20) Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21) Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan. 22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. 23) Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas. 24) Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin) 25) Melakukan penilaian selintas : a) Bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan b) Bayi bergerak aktif 26) Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk
basah
dengan
handuk/kain
yang
kering.
Membiarkan bayi atas perut ibu. 27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin). 30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. 31) Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut. 32) Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian
melingkarkan
kembali
benang
tersebut
dan
mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. 33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di kepala bayi. 34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva. 35) Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat. 36) Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat , tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur. 37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali
pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial). 38) Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban. 39) Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan
menggosok
fundus
uteri
secara
sirkuler
menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras) 40) Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia. 41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan. 42) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam. 43) Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam. 44) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata
antibiotik
profilaksis,
dan
vitamin
K1
1
mg
intramaskuler di paha kiri anterolateral. 45) Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam. 47) Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 49) Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. 50) Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik. 51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi. 52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai. 53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering. 54) Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum. 55) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%. 56) Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan
sarung
tangan
dalam
keadaan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5% 57) Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir. 58) Melengkapi partograf.
terbalik
dan
f.
Partus Presipitatus ( Persalinan Cepat) 1) Pengertian Partus presipitatus adalah persalinan yang berlangsung sangat cepat. Kemajuan cepat dari persalinan, berakhir kurang dari 3 jam dari awitan kelahiran, dan melahirkan di luar rumah sakit adalah situasi kedaruratan yang membuat teerjadinya peningkatan resiko komplikasi dan hasil yang tidak baik pada ibu dan janin. 2) Etiologi a. Abnormalitas tahanan yang rendah pada bagian jalan rendah. b. Abnormalitas kontraksi uterus dan rahim yang terlalu kuat. c. Pada keadaan yang sangat jarang dijumpai oleh tidak adanya rasa nyeri pada saat his sehingga ibu tidak menyadari adanya proses persalinan. 3) Tanda dan Gejala Dapat mengalami ambang nyeri yang tidak biasanya atau tidak menyadari kontraksi abdominal. Kemungkinan tidak ada kontraksi yang dapat diraba, bila terjadi pada ibu yang obesitas. Ketidaknyamanan punggung bagian bawah (tidak dikenali sebagai tanda kemajuan persalinan). Kontraksi uterus yang lama/hebat, ketidak-adekuatan relaksasi uterus diantara kontraksi. Dorongan invalunter lintula mengejan (Doenges, 2010). 4) Akibat pada Ibu Partus presipitatus jarang disertai dengan komplikasi maternal yang serius jika servik mengadakan penipisan serta dilatasi dengan mudah, vagina sebelumnya sudah teregang dan perineum dalam keadaan lemas (relaksasi). Namun demikian,
kontraksi uterus yang kuat disertai servik yang panjang serta kaku, vagina,
vulva
atau
perineum
yang
tidak teregang
dapat
menimbulkan rupture uteri atau laserasi yang luas pada servik vagina, vulva atau perineum. Keadaan yang terakhir, emboli cairan ketuban yang langka itu besar kemungkinannya untuk terjadi. Uterus yang mengadakan kontraksi dengan kekuatan yang tidak lazim sebelum proses persalinan bayi, kemungkinan akan menjadi hipotonik setelah proses persalinan tersebut dan konsekuensinya akan disertai perdarahan dari tempat implantasi plasenta (Sarwono, 2007). 5) Akibat pada Fetus dan Neonatus Mortalitas dan morbiditas akibat partus presipitatus dapat meningkat cukup tajam karena beberapa hal. Pertama, kontraksi uterus yang amat kuat dan sering dengan interval relaksasi yang sangat singkat akan menghalangi aliran darah uterus dan oksigenasi darah janin. Kedua, tahanan yang diberikan oleh jalan lahir terhadap proses ekspulsi kepala janin dapat menimbulkan trauma intrakranial meskipun keadaan ini jarang terjadi. Ketiga, pada proses kelahiran yang tidak didampingi, bayi bisa jatuh ke lantai dan mengalami cidera atau resusitasi yang tidak segera tersedia (Sarwono, 2007). 6) Penanganan Kontraksi uterus yang kuat dan tidak lazim, tidak dapat diubah menjadi derajat kontraksi yang bermakna oleh pemberian anestesi.
Tindakan
anestesi
bisa
dicoba
dengan
takaran
sedemikian rupa sehingga keadaan bayi yang akan dilahirkan tidak bertambah buruk dengan pemberian anestesi kepada
ibunya.
Penggangguan
anestesi
umumnya
menggunakan
preparat yang bisa mengganggu kemampuan kontraksi rahim, seperti isofluran dan haloton seringkali merupakan tindakan terlalu berani. Tentu saja setiap preparat oksitosik yang sudah diberikan harus dihentikan segera. Preparat tokolitik seperti ritodrin dan magnesuim sulfat parental terbukti efektif. Tindakan mengunci tungkai ibu atau menahan kepala bayi secara langsung dalam upaya memperlambat persalinan tidak akan bisa dipertahankan. Perasat seperti ini dapat merusak otak bayi tersebut (Sarwono, 2007).
3. Teori Dasar Bayi Baru Lahir a. Pengertian Periode neonatal adalah periode adaptasi kehidupan intra interin ke kehidupan ekstra uterin (FKUI, 2012). Bayi baru lahir normal adalah bayi berat lahir antara 2500-4000 gram cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Keluarga Sehat, 2010). Ciri-ciri bayi baru lahir Menurut Ridwana aminudin, 2007 ciri-ciri bayi baru lahir, antara lain : 1) Dagu dan panggul bayi yang baru lahir itu sempit. 2) Perut agak buncit. 3) Lengan dan kaki agak pendek. 4) Ketika lahir tengkorak masih belum sempurna menjadi tulang melainkan masih tulang rawan (kartilago). 5) Masih terdapat lanugo Warna kulit kemerahan.
b. Bayi baru lahir pasti akan mengalami perubahan-perubahan fisiologis sehingga dapat beradaptasi dengan kehidupan diluar uterus, perubahan tersebut meliputi : 1) Respirasi selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Pertukaran gas melalui paru setelah bayi lahir, sebelum terjadi pernafasan, neonatus dapat mempertahankan hidupnya dalam keadaan anoksia lebih lama karena ada kelanjutan metabolisme anaerobic (FKUI, 2012). 2) Pola sirkulasi darah Pengalihan aliran darah setelah terhentinya aliran
darah
yang
tinggi
melalui
arteri
umbilikalis
untuk
memberikan perfusi ke vili plasenta, dan vena kara. Paru mengembang pada saat pernafasan pertama dan tekanan vaskuler paru turun secara tiba-tiba. Ketika bayi bernafas, tegangan oksigen didalam darah meningkat dan dinding muscular duktus ini berkontraksi, sehingga aliran darah yang melaluinya berhenti dan tekanan didalam atrium kanan menurun. Terjadi peningkatan serentak aliran darah diseluruh paru. Darah masuk kedalam atrium dan mengakibatkan peningkatan tekanan didalam atrium kiri karena penutupan foramen ovale (Janes, 2010). 3) Traktus digestivus Traktus digestivus relative lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang dewasa. Neonates traktus digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk biasa. Aktifitas enam proteolik pada neonates dengan berat lahir 4000 gram besar 6 kali aktifitas enam tersebut pada neonates dengan berat lahir 1000 gram.
Aktifitas lipase telah ditemukan pada fetus 7-8 bulan. Bayi prematur, aktifitas lipase masih kurang bila dibandingkan dengan bayi cukup bulan (FKUI, 2012). 4) Pengaturan suhu tubuh pada waktu lahir. Suhu tubuh pada banyak bayi baru lahir menurun 1,5% segera setelah lahir, karena hilangnya panas secara cepat dari kulit yang basah, tetapi kembali menjadi normal dalam beberapa jam. Bayi matur sudah menyimpan lemak didalam jaringan adiposi coklat dan dapat menggunakannya untuk menghasilkan panas tanpa menggigil . Bayi preterm mempunyai jumlah lemak coklat yang lebih sedikit sehingga dapat mengalami hipotermi, karena ketidak-stabilan pengaturan suhu tubuh ini, neonatus harus dibungkus dengan baik pada cuaca dingin, tetapi pada cuaca panas harus dihindarkan popok yang tebal (Jones, 2010). c. Menurut JNPK-KR 2008, menyataan bahwa perawatan pada bayi baru lahir meliputi : 1) Pencegahan infeksi Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi berikut : a) Cuci tangan dengan seksama sebelum dan setelah bersentuhan dengan bayi. b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum dimandikan.
c) Pastikan semua peralatan dan bahan yang digunakan, terutama klem, gunting, penghisap lendir delee dan benang tali pusat didisinfeksikan tingkat tinggi atau steril. d) Pastikan semua pakaian, handuk, selimut dan kain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam keadaan bersih. Demikian pula hanya timbangan, pita pengukur, thermometer, dan bendabenda lain yang bersentuhan dengan bayi. 2) Penilaian Segera setelah lahir, letakkan bayi diatas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut ibu. Bila hal tersebut tidak memungkinkan maka letakkan bayi dekat ibu (diantara kedua kaki atau sebelah ibu) tetapi harus dipastikan bahwa area tersebut bersih dan kering. Penilaian pada bayi baru lahir juga dapat dilakukan dengan menghitung nilai apgar yaitu : Tabel 2.1: Penilaian NILAI TANDA Denyut jantung Usaha nafas Tonus otot Kepekaan refleks Warna kulit
0 Tidak ada Tidak ada Lemah Tidak ada Tidak ada
1 Lambat, <100 Lambat, tidak teratur Fleksi pada ekstremitas Meringis Merah muda, ekstremitas biru
2 >100 Menangis dengan keras Bergerak dengan aktif menangis sangat keras Seluruhnya merah muda
3) Pemberian profilaksis pada bayi baru lahir a) Pencegahan infeksi pada mata Tetes mata untuk pencegahan infeksi mata dapat diberikan setelah ibu atau keluarga memomong bayi dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut menggunakan salep Tetrasiklin
1%. Upaya profilaksis infeksi mata tidak efektif jika diberikan lebih dan satu jam setelah kelahiran. b) Profilaksis perdarahan bayi baru lahir Semua bayi baru lahir harus diberikan vitamin KI injeksi 1 mg IM untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagai bayi baru lahir. c) Pemberian imunisasi hepatitis B Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalus penularan ibu - bayi terdapat 2 jadwal pemberian imunisasi hepatitis B jadwal pertama imunisasi hepatitis B sebanyak 3 kali yaitu pada usia 0 (segera setelah lahir menggunakan Uniject), 1 dan 6 bulan. Jadwal kedua, Imunisasi Hepatitis B sebanyak 4 kali yaitu pada Usia 0 dan DPI + Hepatitis B pada 2, 3 dan 4 bulan usia bayi. Tabel 2.2 : Pemberian imunisasi Hepatitis B Imunisasi Regmen Tunggal I
Regmen Kombinasi
Jumlah Pemberian 3 kali
4 kali
Jadwal 1. Usia 0 bulan (segera setelah lair) 2. Usia 1 bulan 3. Usia 6 bulan Usia 0 bulan (segera setelah lahir) Usia 2 bulan Usia 3 bulan DPT + Hepatitis Usia 4 bulan
(INPK-KR, 2010)
d. Mekanisme Kehilangan Panas Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara cara berikut: 1) Evaporasi adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi karena pengisapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. Kehilangan panas juga terjadi pada bayi yang lahir terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti. 2) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi pada bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. 3) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Bayi dilahirkan atau ditempatkan didalam ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika terjadi konveksi aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. 4) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi bisa kehilangan panas dengan cara langsung.
e. Reflek yang Terjadi Pada Bayi Menurut JNPK-KR 2008 menyatakan bahwa reflek yang terjadi pada bayi antara lain: 1) Reflek mencari puting susu (rooting refleks). Bayi akan menoleh keaarah dimna terjadi sentuhan pada pipinya bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk menghisap benda yang akan disentuhkan tersebut. 2) Refleks menghisap(suckling refleks) Rangsangan
putting
susu
pada
langit-langit
bayi
menimbulkan refleks menghisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan putting susu ibu tertekan gusi,lidah.dan langit-langit bayi, sehingga sinus laktiferus dibawah areola dan ASI kepancar keluar. 3) Relfeks menelan (swallowing refleks) Kumpulan ASI di dalam mulutbayi mendesak otot otot di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi. 4) Refleks kaget (morro refleks) Suara yang keras atau tiba-tiba, akan membuat bayi merentangkan tungkai, lengan dan jari-jari tubuh akan meregang kebelakang dan kepala ditarik kebelakang, kemudian lengan ditarik kebelakang tangan menggenggam kearah dada. 5) Refleks Babinski Jika telapak kaki diusap perlahan dari arah pergelangan kaki kejari kaki, maka jari-jari kaki akan terangkat keatas dan kaki membelok kedalam.
f. Imunisasi yang harus diberikan kepada neonatus Menurut Depkes RI 2013 menyatakan bahwa lima imunisasi dasar yang wajib diberikan pada bayi adalah BCG, Polio, HB, DPT dan Campak.
Adapun jadwal imunisai menurut standar nasional
adalah : Tabel 2.3 : Jadwal imunisasi Umur 0 bulan 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan
Jenis Imunisasi HB O BCG, Polio 1 DPT / HB 1, Polio 2 DPT / HB 2, Polio 3 DPT / HB 3, Polio 4 Campak
g. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir Menurut prawiroharjo 2007 menyatakan bahwa tanda-tanda bahaya yang erjadi pada bayi baru lahir, meliputi: 1) Pernafasan : sulit atau lebih dari 60 x/ menit 2) Suhu tubuh : terlalu panas lebih dari 37,5
◦
C atau terlalu dingin
kurang dari 36oC 3) Warna kulit : kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat. 4) Pemberian makan : hisapan lemah mengantuk berlebihan , rewel, sering muntah. 5) Tali pusat : merah, bengkak , keluar cairan bau busuk dan berdarah. 6) Infeksi : suhu menoingkat, merah bengkak, keluar cairan nanah, bau busuk, pernafasan terganggu. h. Inisiasi Menyusui Dini Pada Bayi Baru Lahir Segera setelah bayi lahir, tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkuran didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Bayi
harus dibiarkan untuk melakukan inisiasi menyusu dan ibu dapat mengenali bahwa bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan. Adapun keuntungan inisiasi menyusu dini bagi ibu dan bayi-bayinya adalah : 1) Keuntungan bagi bayi a) Menstabilkan pernafasan. b) Mengendalikan temperatur tubuh bayi. c) Meningkatkan hubungan antara ibu dan bayi. d) Menjaga kolonisasi kuman aman dari ibu didalam perut bayi sehingga memberikan perlindungan terhadap infeksi. e) Bilirubin akan lebih cepat normal dan mengeluarkan mekonium lebih cepat sehingga menurunkan kejadian ikterus pada bayi baru lahir. 2) Keuntungan bagi ibu a) Merangsang produksi oksitosin dan prolaktin, sehingga apabila oksitosin
terproduksi
kontraksi
uterus
akan
meningkat
sehingga perdarahan pasca persalinan lebih rendah.
b) Meningkatkan keberhasilan produksi ASI c) Meningkatkan jalinan kasih saying antara ibu dan bayi (JNPK-KR, 2008) i.
Memandikan bayi 6 jam setelah bayi lahir untuk penyesuaian terhadap suhu lingkungan dan mencegah terjadinya hipotermi.
j.
Kunjungan Neonatus Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) adalah kontak bayi baru lahir berusia 6-48 jam dan Ibunya dengan petugas kesehatan yang
melakukan pemeriksaan bayi. Petugas dapat datang ke rumah ibu atau bayi dibawa ke fasilitas kesehatan (Kemenkes, 2010) Waktu kunjungan neonatus menurut konsep pelayanan kesehatan neonatus esensial adalah sebagai berikut (Kemenkes RI, 2010) : (a) KN 1 dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam (b) KN 2 dilakukan pada kurun waktu hari ke 3-7 setelah lahir (c) KN 3 dilakukan pada kurun waktu hari ke 8-28 setelah lahir. Tabel 2.7 : Asuhan Pada Setiap Kunjungan Neonatus Waktu Kunjungan 1 Jam
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tanya dan LIhat
Penjelasan
Pernafasan Warna kulit Temperature ASI Tali pusat BAK BAB
a. Selama waktu ini bayi masih menyesuaikan dengan kehidupan diluar uterus dan membutuhkan ASI. Jangan berikan cairan apapun. b. Pastikan tali pusat dalam keadaan kering dan tidak perdarahan. c. Bayi kuning yang terjadi pada 24 jam pertama atau setelah 2 minggu menunjukkan tanda bahaya. a. Vitamin K diberikan segera setelah lahir agar efektif, hal ini penting untuk bayi premature. b. Pemberian imunisasi pada BBL mengikuti pedoman imunisasi di masing-masing Negara.
Vitamin imunisasi
1 hari
K
dan
Tanda infeksi (kemerahan dan adanya pustule pada kulit, pengeluaran dari pusar, mata, suhu bayi sangat panas atau dingin, masalah menyusui dan masalah pernafasan) Berat badan
Bayi yang mengalami infeksi selama masa intrapartum, akan memiliki tanda infeksi setelah lahir.
Secara normal berat badan akan berkurang 5-7% selama hari pertama setelah kelahiran. Namun kehilangan BB tidak akan berkurang dari 10% dari berat bayi.
6 hari
ASI BB
Tanda infeksi Warna kulit Imunisasi
28 hari
a. b. c. d.
ASI BB Tanda infeksi Imunisasi
Ibu dan bayi masih menyesuaikan diri untuk menyusu dan menyusui. Mulai saat ini BB bayi akan bertambah. Bayi yang mengalami infeksi akan menunjukkan tanda-tanda. Bayi yang berwarna kuning menunjukkan bayi yang sakit. Jika bayi belum menerima imunisasi, berikan sekarang atau bawa bayi ke sarana kesehatan. Dalam 28 hari setelah lahiran bayi menyesuaikan diri, monitoring harus tetap dilakukan, ingatkan ibu untuk imunisasi minggu ke 6. Pastikan BB bertambah (25-30 gram/hari)
4. Masa Nifas a. Definisi Masa Nifas Menurut teori (Sulistyawati, 2009) menyatakan bahwa masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain : 1) Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas. 2) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga. 3) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman. 4) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan. 5) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
b. Tahapan Masa Nifas Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu : 1) Puerperium dini Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan. 2) Puerperium intermedial Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang lebih enam minggu. 3) Remote puerperium Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. c. Perubahan pada masa nifas Pada masa nifas terjadi berbagai perubahan diantaranya : 1) Rahim Rahim setelah melahirkan akan berkontraksi (gerakan meremas) untuk merapatkan dinding rahim sehingga tidak terjadi perdarahan, kontraksi inilah yang menimbulkan rasa mulas pada perut ibu. Berangsur angsur rahim akan mengecil seperti sebelum hamil, sesaat setelah melahirkan normalnya rahim teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2 pekan setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan pulih seperti semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul garis-garis putih atau coklat berkelok, hal ini dikarenakan peregangan kulit perut yang berlebihan selama hamil, sehingga perlu waktu untuk memulihkannya,
senam
nifas
mengencangkan kembali otot perut.
akan
sangat
membantu
Tinggi fundus uteri dan berat uterus setelah melahirkan adalah : Involusi Bayi lahir Plasenta lahir 1 minggu 2 minggu 6 minggu
TFU Setinggi pusat 2 jari dibawah pusat Pertengahan sympisis Tidak teraba Semakin kecil
Berat Uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram
2) Jalan Lahir (servik) Jalan lahir mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar
selama
proses
melahirkan
bayi,
sehingga
menyebabkan mengendurnya servik bahkan tak jarang terjadi robekan yang memerlukan penjahitan, namun servik akan pulih setelah 2-3 minggu (tergantung elastis tidak atau seberapa sering melahirkan), walaupun tetap lebih kendur dibanding sebelum melahirkan. Jaga kebersihan daerah kewanitaan agar tidak timbul infeksi (tanda infeksi jalan lahir bau busuk, rasa perih, panas, merah dan terdapat nanah). 3) Lochea (darah nifas) Darah nifas hingga hari ke dua terdiri dari darah segar bercampur sisa ketuban, berikutnya berupa darah dan lendir, setelah satu pekan darah berangsur-angsur berubah menjadi berwarna kuning kecoklatan lalu lendir keruh sampai keluar cairan bening di akhir masa nifas. Darah nifas yang berbau sangat amis atau busuk dapat menjadi salah satu petunjuk adanya infeksi dalam rahim. Jenis-jenis lochea : a) Lochea rubra (hari ke 1-2) berisi darah segar dan sisa-sisa selapit ketuban , vernix, sel-sel desidua, lanugo, meconium, dan caseose.
b) Lochea sanguinolenta ( hari ke 3-7) berwarna kuning yang terdiri dari darah dan lendir. c) Lochea serosa ( hari ke 7-14) berwarna kuning tetapi sudah tidak terdapat lagi kandungan darah didalamnya. d) Lochea alba (lebih dari hari ke 14) berwarna putih. 4) Payudara Payudara menjadi besar, keras dan menghitam di sekitar puting susu, ini menandakan dimulainya proses menyusui. Segera menyusui bayi sesaat setelah lahir (walaupun ASI belum keluar) dapat mencegah perdarahan dan merangsang produksi ASI. Pada hari ke 2 hingga ke 3 akan diproduksi kolostrum atau susu jolong yaitu ASI berwarna kuning keruh yang kaya akan anti body dan protein. Namun sebagian ibu membuangnya karena dianggap kotor, sebaliknya justru ASI ini sangat bagus untuk bayi. 5) Sistem Perkemihan Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil, selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses melahirkan. Namun usahakan tetap kencing secara teratur, buang rasa takut dan khawatir, karena kandung kencing yang terlalu penuh dapat menghambat kontraksi rahim yang berakibat terjadi perdarahan. 6) Sistem Pencernaan Perubahan kadar hormon dan gerak tubuh yang kurang menyebabkan menurunnya fungsi usus, sehingga ibu tidak merasa ingin atau sulit BAB (buang air besar). Terkadang muncul wasir atau ambein pada ibu setelah melahirkan, ini kemungkinan
karena kesalahan cara mengejan saat bersalin atau juga karena sembelit berkepanjangan sebelum dan setelah melahirkan. Dengan memperbanyak asupan serat (buah-sayur) dan senam nifas dapat mengurangi bahkan menghilangkan keluhan ambein. 7) Peredaran darah Sel darah putih akan meningkat dan sel darah merah serta hemoglobin (keeping darah) akan berkurang, ini akan normal kembali setelah 1 minggu. Tekanan dan jumlah darah ke jantung akan lebih tinggi dan kembali normal hingga 2 minggu. 8) Penurunan berat badan Setelah melahirkan ibu akan kehilangan 5-6 kg berat badannya yang berasal dari bayi, ari-ari, air ketuban dan perdarahan persalinan, 2-3 kg lagi melalui air kencing sebagai usaha tubuh untuk mengeluarkan timbunan cairan waktu hamil. Rata-rata ibu kembali ke berat idealnya setelah 6 bulan, walaupun sebagian besar tetap akan lebih berat daripada sebelumnya. 9) Suhu badan Suhu badan setelah melahirkan biasanya agak meningkat dan setelah 12 jam akan kembali normal. Waspadai jika sampai terjadi panas tinggi, karena dikhawatirkan sebagai salah satu tanda infeksi atau tanda bahaya lain. 10) Perubahan emosi Emosi yang berubah-ubah (mudah sedih, khawatir, tibatiba bahagia) disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain adanya perubahan hormon, keletihan ibu, kurangnya perhatian keluarga, kurangnya pengetahuan akan cara merawat bayi serta konflik dalam rumah tangga. Perubahan ini memiliki berbagai bentuk dan
variasi dan akan berangsur-angsur normal sampai pada minggu ke 12 setelah melahirkan. d. Penatalaksanaan Semua ibu memerlukan pengamatan yang cermat dan penilaian dalam awal masa post partum atau nifas. Oleh sebab itu diperlukan pengamatan selama masa nifas sebagai berikut : 1) Asuhan Nifas Awal Selama 2-6 jam pertama dan dalam beberapa hari pertama, dilakukan kegiatan pemeriksaan fisik dan penilaian,
yang
komponenen-komponenya meliputi : a) Mencegah perdarahan masa nifas kerana atonia uteri dan mengevaluasi TFU. b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, merujuk perdarahan bila berlanjut. c) Memberi konseling pada ibu dan keluarga tentang bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d) Pemberian ASI awal. e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi. f) Menjaga bayi tetap sehat dan cara mencegah hipotermi. g) Memberi penyuluhan tentang : kebersihan diri meliputi : menganjurkan ibu bagaimana cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air, menyarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2xsehari, menyarankan ibu apabila mempunyai luka episiotomi atau laserasi untuk menghindari luka. Memberi penyuluhan ibu tentang istirahat yang cukup setelah persalinan untuk mencegah kelelahan yang berlebihankarena apabila ibu kurang istirahat akan
mempengaruhi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat involusi uterus, menyebabkan depresi serta ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya. Memberi penyuluhan mengenai nutrisi pada ibu menyusui, dimana ibu menyusui memerlukan
tambahan
500
kalori
setiap
hari,
minum
sedikitnya 3 liter setiap hari, dan menganjurkan ibu minum setiap kali menyusui. Memberikan penyuluhan mengenai perawatan
payudara
agar
tetap
bersih
dan
kering,
menggunakan BH yang menyongkong payudara, jika puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada sekitar putting setiap kali selesai menyusui. Memberikan penyuluhan mengenai hubungan suami istri sudah dapat dilakukan dengan aman apabila darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri. Memberikan penyuluhan KB yang idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum hamil kembali. h) Menilai pengeluaran pervaginam / lokea i)
Mengevaluasi keadaan kantung kemih
j)
Memberikan
informasi mengenai gerakan
awal setelah
persalinan atau ambulasi dini. 2) Asuhan nifas selama 2-6 hari dan 2-6 minggu setelah kelahiran. Asuhan nifas yang dilakukan selama 2-6 hari setelah melahirkan dan 2-6 minggu setelah melahirkan bertujuan untuk : a) Memastika berkontraksi,
involusi ukuran
uterus
berjalan
normal,
uterus
TFU sesuai dengan hari setelah
persalinan, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau dan
tanda infeksi, ibu sedang dalam proses penyembuhan yang aman. b) Memastikan bahawa bayi sudah bisa menyusui tanpa ada penyulit dan bertambah berat badanya. c) Memastikan ibu mendapat cukup asupan nutrisi. d) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal. e) Memprakarsai penggunaan kontrasepsi. f) Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk kontrol (ke rumah sakit/ rumah bersalin atau posyandu). Evaluasi dan asuhan pada ibu dalam masa nifas 2-6 hari dan 2-6 minggu postpartum dapat dilakukan dengan pengambilan riwayat dan pemeriksaan fisik pada ibu.Adapun komponenkomponen riwayat ibu yang perlu diketahui adalah menanyakan: a) Bagaimana perasaan ibu, termasuk mood (suasana hati) dan perasaan menjadi orang tua. b) Keluhan atau masalah yang dirasakan saat ini c) Apakah ada kesulitan dalam buang air kecil atau buang air besar d) Perasaan ibu tentang persalinan dan kelahiran bayinya e) Atau memberikan penjelasan tentang kelahiran : adakah komplikasi, laserasi, episiotomy f) Suplement zat besi : adakah ibu makan tablet fe g) Pemberian ASI : apakah berhasil, atau ada kesilitan.
5. Kontrasepsi a. Definisi Kontrasepsi
berasal
dari
kata
“kontra”
yang
berarti
mencegah/menghalangi dan “konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai
akibat
pertemuan
antara
sel
telur
dengan
sperma.
Kontrasepsi adalah sebuah alat yang digunakan untuk mewakili semua tindakan atau semua usaha untuk mencegah atau menunda kehamilan. Selain berfungsi untuk menunda kehamilan, kontrasepsi juga berfungsi untuk mencegah penularan penyakit menular seksual (PMS). Namun perlu disadari bahwa kontrasepsi memiliki tingkat kegagalan yang bervariasi, jika mengalami gejala kehamilan segera lakukan tes kehamilan. Prinsip kerja kontrasepsi adalah meniadakan pertemuan antara sel telur (ovum) dengan sel mani (sperma) dengan cara : 1) Menekan keluarnya sel telur (ovum) 2) Menghalangi masuknya sel sperma kedalam sel kelamin wanita sampai mencapai ovum 3) Mencegah nidasi b. Jenis-jenis kontasepsi 1) Kondom Kondom merupakan jenis kontrasepsi mekanik. Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane (plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane. Efektifitas
kondom pria antara 85-98 % sedangkan efektivitas kondom wanita antara 79-95 %. Harap diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita sebaiknya jangan digunakan secara bersamaan. Kelebihan penggunaan kondom adalah mudah digunakan dan
tidak
membutuhkan
bantuan
medis
untuk
memakai.
Kekurangan penggunaan kondom adalah terjadinya kebocoran cairan mani dan alergi pada pemakaian bahan-bahan kondom tertentu (Army,2010). Indikasi dari penggunaan kontrasepsi kondom yaitu : a) Pria (1) Penyakit genetalia. (2) Sensitivitas penis terhadap sekret vagina. (3) Ejakulasi prematur. b) Wanita (1) Vaginitis, termasuk yang dalam pengobatan. (2) Kontraindikasi
terhadap
kontrasepsi
oral
dan
IUD,
sedangkan pemasangan diafragma atau kap serviks secara otomatis atau psikologis tidak memungkin. (3) Untuk membuktikan bahwa tidak ada semen yang dilepaskan kedalam vagina. (4) Gagal memakai kontrasepsi oral secara benar dan tepat. (5) Keengganan psikologis atau religius untuk menggunakan suatu kontrasepsi. Kontraindikasi penggunaan kondom yaitu : (1) Pria dengan ereksi yang tidak baik. (2) Riwayat syok septik.
(3) Tidak bertanggung jawab secara seksual. (4) Interupsi seksual foreplay menghalangi minat seksual. (5) Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner seksual. 2) Suntik Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi. Kelebihan menggunakan KB Suntik adalah efektif mencegah kehamilan tanpa perlu banyak tahap yang sulit. KB Suntik juga termasuk metode kontrasepsi yang terhitung murah untuk masyarakat Indonesia. Keuntungan dari pemakaian kontrasepsi suntik adalah : a) Dapat digunakan oleh ibu yang menyusui. b) Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual. c) Darah menstruasi menjadi lebih sedikit dan membantu mengatasi kram saat menstruasi. Kerugian dari penggunaan Kb Suntik adalah : a) Dapat mempengaruhi siklus mentruasi. b) Kekurangan suntik kontrasepsi/kb suntik dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita. c) Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. d) Harus mengunjungi dokter/klinik setiap 3 bulan sekali untuk mendapatkan suntikan berikutnya.
Kontraindikasi penggunaan suntikan KB: a) Tidak boleh dipakai apabila diduga adanya kehamilan atau perdarahan abnormal dari uterus yang belum diketahui diagnosisnya. b) Tidak diberikan kalau ada riwayat keganasan. c) Narices yang luas atau kelainan kardiovaskuler lainnya. d) Penyakit hepar. Indikasi dari penggunaan KB suntik : a) Sulit memakai kontrasepsi yang harus dipakai setiap hari b) Terdapat komplikasi terhadap pemakaian (misalnya sakit kepala dan tekanan darah tinggi). c) Jika terjadi amenorea tidak berkeberatan d) Kontak dengan petugas KB secara teratur tidak mungkin 3) Implant Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat hormon progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di bagian lengan atas. Implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun. Metode kontrasepsi ini terbilang efektif dan tidak memerlukan kedisiplinan tinggi seperti penggunaan Pil KB. Kekurangan penggunaan implant adalah bisa menyebabkan fase menstruasi tidak teratur. Keuntungan dari penggunaan kontrasepsi implan adalah : a) Dapat mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka waktu 3 tahun. b) Sama seperti suntik, dapat digunakan oleh wanita yang menyusui.
c) Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual. Kerugian dari kontrasepsi implan adalah : a) Dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita. b) Pemasangan implan dapat mempengaruhi siklus menstruasi. c) Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. Indikasii penggunaan kontrasepsi implan yaitu : a) Wanita yang sudah punya anak dan tidak ingin hamil lagi dalam waktu 3 tahun atau tidak ingin anak lagi tetapi tidak mau mengalami proses sterilisasi. b) Tidak cocok dengan estrogen dan AKDR. Kontraindikasi implan : a) Tidak boleh dipakai kalau dicurigai adanya kehamilan. b) Tidak boleh dipakai kalau ada perdarahan abnormal dari uterus yang belum diketahui diagnosisnya. c) Tidak boleh dipakai kalau ada riwayat keganasan. d) Adanya penyakit kardiovaskuler. 4) IUD IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T yang lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan, efek kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di badan IUD. Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar 99,2-99,9 %, tetapi IUD tidak memberikan perlindungan bagi penularan penyakit menular seksual (PMS). Baik IUD mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi
tidak terlihat dari luar vagina. Kelebihan penggunaan IUD adalah sangat
efektif
kekurangan
untuk
mencegah
penggunaan
IUD
kehamilan.
adalah
dapat
Sedangkan menyebabkan
pendarahan di luar siklus menstruasi yang dialami wanita b) Kelebihan (1) Tidak memerlukan perawatan rumit. (2) Waktu pemakaian sekali untuk jangka panjang. (3) Risiko infeksi dalam 20 hari setelah pemakaian IUD sangat kecil. (4) Kembali subur setelah IUD dilepas lebih cepat. (5) Metode kontrasepsi yang sangat efektif bagi wanita yang tidak tahan dengan hormon. c) Kekurangan (1) Berpotensi menyebabkan efek samping seperti kram. (2) Memerlukan biaya untuk pemasangan awal. (3) Letaknya dapat bergeser. (4) ParaGard bisa mengakibatkan siklus menstruasi tidak teratur dan volume haid yang lebih banyak. (5) Ada resiko tubuh akan menolak IUD tersebut. (6) Dapat menimbulkan rasa tidak nyaman. (7) Alat IUD dapat keluar tanpa disadari. (8) Tembaga pada IUD dapat meningkatkan darah menstruasi dan kram menstruasi. 5) Pil Kontrasepsi Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen & progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi
dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim. Disarankan penggunaan kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama pemakaian pil kontrasepsi. Keuntungan penggunaan pil kontrasepsi yaitu : a) Mengurangi
resiko
terkena
kanker
rahim
dan
kanker
endometrium. b) Mengurangi darah menstruasi dan kram saat menstruasi. c) Dapat mengontrol waktu untuk terjadinya menstruasi. d) Untuk pil tertentu dapat mengurangi timbulnya jerawat ataupun hirsutism (rambut tumbuh menyerupai pria). Kerugian penggunaan kontrasepsi pil yaitu : a) Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. b) Harus rutin diminum setiap hari. c) Saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting. d) Efek samping yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala, depresi, letih, perubahan mood dan menurunnya nafsu seksual. e) Kekurangan untuk pil kb tertentu harganya bisa mahal dan memerlukan resep dokter untuk pembeliannya. Indikasi penggunaan kontrasepsi KB pil yaitu : a) Kontraindikasi estrogen atau tidak cocok dengan estrogen. b) Umur diatas 35 tahun. c) Perokok. d) Hipertensi. e) Menyusui Kontraindikasi dari pemakaian Pil KB mini :
a) Sebaiknya hanya diberikan pada ibu yang sedang menyusui saja. b) Tidak dibenarkan dipakai oleh wanita yang sedang mengalami perdarahan abnormal dari uterus. c) Tidak dibenarkan dipakai oleh wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik. Tanda bahaya dari penggunaan Pil KB mini : a) Apabila haid terlambat 14 hari segera pergi ke dokter untuk meyakinkan adanya kehamilan, atau kehamilan di luar kandungan (ektopik).
B. Manajemen Asuhan Kebidanan 1. Pengertian a.
Manajemen kebidanan Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien. Manajemen kebidanan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberi asuhan kebidanan yang efektif dan efisien (Simatumpang, 2008, hal.71).
b. Asuhan kebidanan Asuhan kebidanan adalah fungsi dan kegiatan langsung dengan tanggung jawab langsung terhadap pelayanan kesehatan utama yang dilakukan oleh bidan kepada klien yang mempunyai kebutuhan atau masalah khususnya dalam bidang kesehatan ibu
masa hamil, persalinan, nifas, bayi setelah lahir serta keluarga berencana (Sofian, 2006, hal.33). c. Langkah-langkah manajemen kebidanan menurut varney Menurut Nanik Setiyawati (2009), menyatakan bahwa 7 Langkah Varney meliputi : 1) Langkah I (pengumpulan data dasar) Langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : 1) Anamnesa DS : biodata pasien dan penanggung jawab, keluhan utama, alasan datang, riwayat kesehatan, riwayat perkawinan, riwayat obstetri, riwayat KB, pola pemenuhan seharihari, psikososio spiritual DO : TTV meliputi TD, Nadi, Suhu, Respirasi, BB, TB, LILA, . 2) Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhannya. 3) Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi). 4) Pemeriksaan penunjang (Laboratorium, USG, Radiologi). Pada langkah pertama ini, dikumpulkan semua data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. 2) Langkah II (interpretasi data dasar) Langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik. 3) Langkah III (mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial)
Langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap diri bila diagnosis/ masalah potensial ini benar-benar terjadi. 4) Langkah IV (identifikasi perlunya penanganan segera) Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. 5) Langkah V (perencanaan asuhan komprehensif) Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah diidentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut, seperti yang diperkirakan terjadi berikutnya. Asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaitu oleh bidan
dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif. Bidan kemudian merumuskan rencana asuhan sesuai dengan pembahasan rencana bersama klien dan membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. 6) Langkah VI (pelaksanaan rencana) Langkah keenam ini, rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke-5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau anggota tim kesehatan lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya (misalnya, memastikan agar langkah-langkah tersebut terlaksana). Dalam situasi ketika bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, keterlibatan bidan
dalam
manajemen
bertanggungjawab
terhadap
asuhan
bagi
terlaksananya
klien
adalah
rencana
asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan
menyingkat
waktu
dan
menghemat
biaya
serta
meningkatkan mutu asuhan klien. 7) Langkah VII (evaluasi) Langkah VII ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah diberikan, dilakukan asuhan kembali jika asuhan yang diberikan belum berhasil atau belum efektif dan merencanakan kembali asuhan yang belum terencana.
C. Landasan Hukum yang Mendasari Praktik Kebidanan 1.
PERMENKES Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Berdasarkan peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 Tentang Ijin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan yang disebutkan pada : a. Pasal 9 Bidan
dalam
menjalankan
praktik
berwenang
untuk
memberikan pelayanaan yang meliputi : 1)
Pelayanan kesehatan ibu
2)
Pelayanan kesehatan anak
3)
Pelayan kesehatan reproduksi dan KB.
b. Pasal 10 1) Pelayanan kesehatan ibu dimaksud pada pasal (9) nomor 1 diberi pada masa prahamil, kehamilan, persalian, dan nifas, menyusui, dan masa diantara 2 kehamilan. 2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut pada ayat (1) meliputi : a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil; b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal; c) Pelayanan persalinan normal; d) Pelayanan ibu nifas normal; e) Pelayanan pada ibu menyusui, dan f)
Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berwenang untuk : a) Episiotomi;
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat 1 dan 2; c) Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan; d) Pemberian tablet Fe pada ibu hami; e) Pemberian Vit.A dosis tinggi pada ibu nifas; f)
Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif;
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan postpartum; h) Penyuluhan dan konseling; i)
Bimbingan pada kelompok ibu hamil;
j)
Pemberian surat kematian, dan
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin. c. Pasal 11 1) Pelayana kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 nomor 2 diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak sekolah. 2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk : a)
Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat;
b)
Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera merujuk;
c)
Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
d)
Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah;
e)
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak pra sekolah;
f) Pemberian konseling dan penyuluhan; g)
Pemberian surat keterangan kelahiran, dan
h)
Pemberian surat keterangan kematian.
d. Pasal 12 Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 nomor 3, berwenang untuk : 1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana; dan 2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. e. Pasal 13 1) Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 pasal 11 dan pasal 12, bidan yang menjalankan program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi ; a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit; b) Asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit kronis tertentu dilakukan dibawah supervisi dokter; c) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai pedoman yang ditetapkan; d) Melakukan
pembinaan
peran
serta
masyarakat
dibidang
kesehatan ibu dan anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan; e) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak sekolah;
f) Melaksanakan pelayanan kebidanan komunitas; g) Melakukan deteksi dini merujuk dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya; h) Pencegahan penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Aditif lainnya (NAPZA) melalui informasi dan edukasi, dan i)
Pelayanan kesehatan lain yang merupakan program pemerintah.
2) Pelayanan
alat
terintegrasi,
kontrasepsi
penanganan
bawah
bayi
dan
kulit,
asuhan
anak
balita
antenatal sakit,
dan
pelaksanaan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penyakit lainnya, serta pencegahan penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Aditif lainnya (NAPZA) hanya dapat dilakukan oleh bidan yang dilatih untuk itu. 2.
Standar Kompetensi Bidan Standar Kompetensi Bidan yang berkaitan dengan asuhan kebidanan berkelanjutan meliputi :
a. Pra Konsepsi, KB Dan Ginekologi Kompetensi ke 2: Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan
menyeluruh
meningkatkan
dimasyarakat
kehidupan
keluarga
yang
kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. Pengetahuan Dasar meliputi :
dalam sehat,
rangka
untuk
perencanaan
1) Pertumbuhan
dan
perkembangan
seksualitas dan
aktivitas
seksual. 2) Anatomi dan fisiologi pria dan wanita yang berhubungan dengan konsepsi dan reproduksi. 3) Norma dan praktik budaya dalam kehidupan seksualitas dan kemampuan bereproduksi. 4) Komponen riwayat kesehatan, riwayat keluarga dan riwayat genetik yang relevan. 5) Pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk mengevaluasi kehamilan yang sehat. 6) Berbagai metode alamiah untuk menjarangkan kehamilan dan metode lain yang bersifat tradisional yang lazim digunakan. 7) Jenis, indikasi, cara pemberian, cara pencabutan dan efek samping berbagai kontrasepsi yang digunakan antara lain pil, suntik AKDR, alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK), kondom, tablet vagina dan tisu vagina. 8) Metode konseling bagi wanita dalam memilih suatu metode kontrasepsi. 9) Penyuluhan
kesehatan
mengenai
IMS,
HIV/AIDS
dan
kelangsungan hidup anak. 10) Tanda dan gejala infeksi saluran kemih dan penyakit seksual yang lazim terjadi. b. Asuhan dan Konseling dalam Kehamilan Kompetensi ke-3 : bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. Pengetahuan dasar meliputi :
1) Anatomi dan fisiologis tubuh manusia. 2) Siklus menstruasi dan proses konsepsi. 3) Tumbuh kembang janin dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4) Tanda-tanda dan gejala kehamilan. 5) Mendiagnosa kehamilan. 6) Perkembangan normal kehamilan. 7) Komponen riwayat kesehatan. 8) Komponen pemeriksaan fisik yang terfokus selama ANC. 9) Menentukan umur kehamilan dari riwayat menstruasi, pembesaran dan/atau tinggi fundus uteri. 10) Mengenal tanda dan gejala anemia ringan dan berat, hyperemesis gravidarum, kehamilan ektopik terganggu, abortus, imminen, molahydatidosa
dan
komplikasinya,
kehamilan
ganda,
dan
kelainan letak serta preeklamsi. 11) Nilai normal dari pemeriksaan laboratorium seperti HB dalam darah, test gula, protein, aceton dan bakteri dalam urin. 12) Perkembangan normal dari kehamilan : perubahan bentuk fisik, ketidaknyamanan yang lazim, pertumbuhan fundus uteri yang diharapkan. 13) Perubahan psikologis yang normal dalam kehamilan dan dampak kehamilan dalam keluarga. 14) Penyuluhan
dalam
kehamilan,
perubahan
fisik,
perawatan
payudara, ketidaknyamanan, seksualitas, kebersihan, nutrisi, pekerjaan dan aktifitas. 15) Kebutuhan nutrisi bagi wanita hamil dan janin. 16) Penatalaksanaan imunisasi pada wanita hamil. 17) Pertumbuhan dan perkembangan janin.
18) Persiapan persalinan, kelahiran dan menjadi orang tua. 19) Persiapan
keadaan dan
rumah/keluarga untuk menyambut
kelahiran bayi. 20) Tanda-tanda dimulainya persalinan. 21) Promosi dan dukungan pada ibu menyusui. 22) Teknik relaksasi dan teknik mengurangi nyeri pada persiapan persalinan dan kelahiran. 23) Mendokumentasikan temuan dan asuhan yang diberikan. 24) Mengurangi ketidaknyamanan selama masa kehamilan. 25) Penggunaan obat-obat ramuan tradisional yang aman untuk mengurangi ketidaknyamanan selama kehamilan. 26) Akibat yang ditimbulkan dari merokok penggunaan alkohol dan obat terlarang bagi wanita hamil dan janin. 27) Akibat yang ditimbulkan dari binatang tertentu terhadap kehamilan, misalnya toxoplasmasmosis. 28) Tanda dan gejala dari komplikasi kehamilan yang mengancam jiwa seperti preeklamsia, perdarahan pervaginam, kelahiran premature, anemia berat. 29) Kesejahteraan janin termasuk DJJ dan pola aktivitas janin. 30) Resusitasi kardiopulmonary. c. Asuhan Selama Persalinan dan Kelahiran Kompetensi ke-4 : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan memimpin selama persalinan yang aman dan nyaman, menangani situasi
yang
kegawatdaruratan
tertentu
kesehatan wanita dan bayinya yang baru lahir. Pengetahuan dasar meliputi :
untuk
mengoptimalkan
1) Fisiologi persalinan. 2) Anatomi tengkorak janin, diameter yang penting dan penunjuk. 3) Aspek psikologis dan kultural pada persalinan dan kelahiran. 4) Indikator tanda-tanda mulai persalinan. 5) Kemajuan persalinan normal dan penggunaan partograf atau alat serupa. 6) Penilaian kesejahteraan janin dalam masa persalinan. 7) Penilaian kesejahteraan ibu dalam masa persalinan. 8) Proses penurunan janin melalui pelvic selama persalinan dan kelahiran. 9) Pengelolaan dan penatalaksanaan persalinan dengan kehamilan normal dan ganda. 10) Pemberian kenyamanan dalam persalinan, seperti: kehadiran keluarga pendamping, pengaturan posisi, hidrasi, dukungan moril, pengurangan nyeri tanpa obat. 11) Transisi bayi baru lahir dengan keadaan diluar uterus. 12) Pemenuhan kebutuhan fisik bayi baru lahir meliputi pernafasan, kehangatan dan memberikan ASI/PASI ekslusif 6 bulan. 13) Pentingnya pemenuhan kebutuhan emosional bayi baru lahir, jika memungkinkan antara lain kontak kulit langsung kontak mata antara bayi dan ibunya jika memungkinkan. 14) Mendukung dan meningkatkan pemberian ASI ekslusif. 15) Manajemen fisiologis kala III. 16) Memberikan suntikan IM meliputi : uterotonika, antibiotika, sedative.
17) Indikasi tindakan kedaruratan kebidanan seperti : distosia bahu, asfiksia neonatal, perdarahan karena atonia uteri, retensio plasenta dan mengatasi renjatan. 18) Indikasi tindakan operatif pada persalinan misalnya gawat janin, CPD. 19) Indikator komplikasi persalinan : perdarahan, partus macet, kelainan presentasi, eklamsia, kelelahan ibu, gawat janin, infeksi, ketuban pecah dini tanpa infeksi, distosia karena inersia uteri primer, postterm dan preterm serta tali pusat menumbung. 20) Prinsip manajemen kala III secara fisiologis. 21) Prinsip manajemen aktif kala III. d. Asuhan pada Ibu Nifas dan Menyusui Kompetensi ke-5 : Bidan memberikan asuhan pada ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Pengetahuan dasar meliputi : 1) Fisiologis nifas. 2) Proses involusi dan penyembuhan sesudah melahirkan/abortus. 3) Proses laktasi/menyusui dan teknik menyusui yang benar serta penyimpangan yang lazim terjadi termasuk pembengkakan payudara, abses, mastitis, puting susu lecet, puting susu masuk. 4) Nutrisi ibu nifas, kebutuhan istirahat, aktifitas dan kebutuhan fisiologis lainnya seperti pengosongan kandung kemih. 5) Kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. 6) Adaptasi psikologis ibu sesudah bersalin dan abortus. 7) “Bonding & Attacchment” orang tua dan bayi baru lahir untuk menciptakan hubungan positif.
8) Indikator subinvolusi : misalnya perdarahan terus menerus, infeksi. 9) Indikator masalah-masalah laktasi. 10) Tanda
dan
gejala
yang
mengancam
kehidupan
misalnya
perdarahan pervaginam menetap, sisa plasenta, syok dan preeklamsia post partum. 11) Indikator pada komplikasi tertentu dalam periode post partum, misalnya anemia kronis, hematoma vulva, retensi urine. 12) Kebutuhan asuhan dan konseling selama dan sesudah abortus. 13) Tanda dan gejala komplikasi abortus. e. Asuhan pada Bayi Baru Lahir Kompetensi ke-6 : bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, komprehensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. Pengetahuan dasar meliputi : 1) Adaptasi bayi baru lahir terhadap keadaan diluar uterus. 2) Kebutuhan dasar bayi baru lahir, kebersihan jalan napas, perawatan tali pusat, kehangatan dan nutrisi. 3) Indikator pengkajian bayi baru lahir, misalnya APGAR. 4) Penampilan dan perilaku bayi baru lahir. 5) Tumbuh kembang yang normal pada bayi baru lahir selama 1 bulan. 6) Memberikan imunisasi pada bayi baru lahir. 7) Masalah yang lazim terjadi pada bayi baru lahir normal, seperti : caput, mongolian spot, haemongioma. 8) Komplikasi yang lazim terjadi, pada bayi baru lahir normal, seperti : hypoglikemia, hypotermi, dehidrasi, diare dan infeksi ikterus.
9) Promosi kesehatan dan pencegahan penyakita pada bayi baru lahir sampai 1 bulan. 10) Keuntungan dan resiko imunisasi pada bayi. 11) Pertumbuhan dan perkembangan bayi premature. 12) Komplikasi tertentu pada bayi baru lahir, seperti trauma intra kranial, fraktur klavikula, kematian mendadak, hematoma. f.
Asuhan pada Bayi dan Balita Kompetensi ke-7 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi komprehensif pada bayi dan balita sehat 1 bulan – 5 tahun. Pengetahuan dasar meliputi : 1) Keadaan kesehatan bayi dan anak di Indonesia, meliputi : angka kematian, penyebab kesakitan dan kematian. 2) Peran dan tanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi dan anak. 3) Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan anak normal serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4) Kebutuhan fisik dan psikologis anak. 5) Prinsip dan standar nutrisi pada bayi dan anak. Prinsip-prinsip komunikasi pada bayi dan anak. 6) Prinsip keselamatan untuk bayi dan anak. 7) Upaya pencegahan penyakit pada bayi dan anak misalnya pemberian imunisasi. 8) Masalah-masalah yang lazim terjadi pada bayi normal seperti : gumoh/regurgitasi, diapes rash dll serta penatalaksanaannya. 9) Penyakit-penyakit yang sering terjadi pada bayi dan anak. 10) Penyimpangan
tumbuh
penatalaksanaannya.
kembang
bayi
dan
anak
serta
11) Bahaya yang sering terjadi pada bayi dan anak didalam dan diluar rimah serta pencegahannya. 12) Kegawatdaruratan pada bayi dan anak serta penatalaksanaannya.
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.2007. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Dinkes. Dinas Kesehatan Indonesia.2014. Profil Kesehatan Indonesia. Dinas Kesehatatan Provinsi Jawa Tengah. 2014. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Semarang : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Departemen Kesehatan RI Prov Jateng. 2011. Profil Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah tahun 2010.Semarang http://jateng.tribunnews.com/2015/10/06/gunadi-targetkan-tahun-depan-bisaterkoneksi-di-26-puskesmas https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Semarang http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/150/jtptunimus-gdl-fujifatmaw-7485-1babi.pdf https://inakartikaputri.wordpress.com/ketidaknyamanan-pada-ibu-hamil-tm-iii/ http://int.search.tb.ask.com/search/GGmain.jhtml?searchfor=proses+kehamilan+menur ut+ahlihttp://www.lusa.web.id/konsep-dasar-masa-nifas/ http://www.e-jurnal.com/2013/12/pengertian-kontrasepsi-dan-jenis-jenis_3.html https://buahilmu.wordpress.com/2013/09/13/asuhan-kebidanan-menolongJNPK_KR. 2008. Pelatihan asuhan Persalinan Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta : JNPK-KR. Kemenkes RI. 2010 Panduan Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Berbasis Perlindungan Anak. Jakarta : Kemenkes RI Notoatmodjo.2010.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta persalinan-primigravida-dengan-ketuban-pecah-dini-kpd-pada-ny-sdengan-usia-kehamilan-38-40-minggu-di-bps-fitria-nur-faida-amdkeb/#more-2051 Permenkes Nomor 02. 02/ MENKES/ Penyelenggaraan Praktik Bidan.
149/
2010
tentang
Izin
dan
Prawirohardjo, S. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Presetyawati. 2012.Buku Kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta:Nuha Medika Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan kebidanan Pada Masa Kehamilan. Yogyakarta : Andi Offset
Survei Demografi Kesehatan Indonesia. 2007.Survei Demografi Kesehatan Indonesia 2007. Varney. 2004.Buku Saku Kebidanan Edisi Bahasa Indonesia.Jakarta: EGC
BAB III TINJAUAN KASUS
Nama Mahasiswa
: Yunika Afrita Sari
NIM
: 0131714
Tempat Pengkajian
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tanggal Pengkajian
: 31 Oktober 2015
A. Asuhan pada Kehamilan 1. Data Subjektif a. Identitas 1) Nama Pasien Nama
: Ny.Eva Susanti
Umur
: 38 tahun
Agama
: islam
Suku/bangsa
: jawa/indonesia
Pendidikan
: SMA
Pekerjaan
: karyawan
Alamat
: leyangan
2) Nama Penanggung Jawab Nama
: Tn. Masruh
Umur
: 68 tahun
Agama
: islam
Suku/bangsa
: jawa/indonesia
Pendidikan
: SD
Pekerjaan
: buruh
Alamat
: leyangan
b. Alasan Datang Ibu mengatakan ingin memeriksakan kondisi kehamilannnya. c. Keluhan Utama Ibu mengatakan punggung sering pegel pegel sejak 1 minggu yang lalu. d. Riwayat Kesehatan 1) Riwayat kesehatan dahulu Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menderita penyakit seperti jantung, hipertensi, asma, DM, TBC, ginjal, HIV/AIDS dan kelainan gemelli. 2) Riwayat kesehatan sekarang Ibu mengatakan saai ini tidak sedang menderita penyakit seperti jantung, asma, hipertensi, ginjal, DM, TBC, HIV/AIDS dan kelainan gemelli. 3) Riwayat kesehatan keluarga Ibu
mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang
mempunyai penyakit menurun seperti jantung, asma, hipertensi, ginjal, DM, TBC, HIV/AIDS, PMS dan kelainan gemelli. e. Riwayat Pernikahan Ibu mengatakan menikah 1x umur 26 tahun dengan suami umur 56 tahun, lama pernikahan 12 tahun, status pernikahan syah. f.
Riwayat Obstetric 1) Riwayat Menstruasi Menarche
: 14 tahun
Warna
: merah darah
Siklus
: 28 hari
Konsistensi
: cair
Lama
: 6 hari
Dismenorhe
: tidak
Banyak darah
: 3x ganti pembalut
Flour albus
Bau
: amis khas darah
HPHT
: iya : 15-02-2015
2) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu Tabel 3.1 Riwayat Kehamilan, Persalinan dan nifas yang lalu Anak ke
Tahun lahir
UK
Jenis persalinan
Penolong
Tempat
Penyulit nifas
JK/BB/PB
Keadaan sekarang
1
2003
32 mg
Normal
Dokter
Rs Ungaran
-
Laki-laki
Sehat
2
2006
38 mg
Normal
Bidan
BPM Annisa
-
perempuan
Sehat
3
Hamil ini
-
-
-
-
-
-
-
3)
Riwayat kehamilan sekarang a)
Ibu mengatakan hamil yang ketiga, melahirkan dua kali, belum pernah keguguran (G3P2A0).
b) Ibu mengatakan HPL 23-11-2015 c) Ibu mengatakan ANC 8 x Tm I
: 3x
keluhan
: mual,pusing,lemes,pilek
Terapi
: SF XXX 1x1, paracetamol V 3x½ tab, B6 10mg XV 3x1 tab
TM II
: 2x
Keluhan
: tidak ada keluhan
Terapi
: etabion tab xv 1x1 tab, kalk x 3x1 tab
TM III
: 3x
TM 3
: pegal-pegal
Terapi
: novabion tab xv 1x1, kalk x 3x1
d) Riwayat Imunisasi Ibu mengatakan imunisasi TT yang ke 5 tanggal 6 april 2015
e) Ibu mengatakan hanya mengkonsumsi obat-obatan dari bidan saja. f) BB sebelum : 51 kg,
BB sekarang : 60 kg.
g) Ibu mengatakan merasakan gerakan janin pertama kali umur kehamilan 19 minggu, sampai saat ini gerakan janin masih dirasakan. h) Ibu mengatakan tidak mempunyai kebiasaan buruk yang dapat mengganggu
perkembangan
janinnya,
seperti
merokok,
alkohol, dan narkoba. i)
Ibu mengatakan berencana melahirkan dibidan
g. Riwayat KB Tabel 3.2 Riwayat KB Jenis KB
Lama
Keluhan
Alasan berhenti
Terapi yang didapat
Rencana selanjutnya
KB Suntik 3 bulan
1 tahun
-
Ingin punya anak
-
Kb suntik 3 bulan
KB suntik 3 bulan
8 tahun
-
Hamil
-
Kb suntik 3 bulan
h. Pola kebutuhan sehari-hari Tabel 3.3 Pola Kebutuhan Sehari-hari Pola Nutrisi
Eliminasi
Aktifitas
Istirahat
TM II Ibu makan 3x/hari dengan porsi sedang menu nasi, lauk, sayur dan buah. Ibu minum air putih 7-8/hari Ibu BAB 1x/hari konsistensi padat kuning, bau kahas, ibu BAK 3-4x/hr bau khas amoniak,kuning,jernih Ibu hanya mengerjakan aktifitas ibu rumah tangga yang ringan saja seperti memasak dan menyapu Ibu tidur siang 1 jam, ibu tidur malam 7-8 jam/hr,ibu tidur nyenyak
TM III Ibu makan 4x/hari porsi kecil, menu nasi, sayur, lauk. ibu minum 7-8 gelas/hr air putih. Ibu BAB 1x/hari konsistensi lembek, kuning kecoklatan bau khas feces, ibu BAK 6-7x/hr cair,kuning jernih, bau khas amoniak. Ibu hanya mengerjakan aktifitas ibu rumah tangga seperti memasak dll. Ibu tidur siang 1 jam, ibu tidur malam 5-6 jam/hr,ibu tidur nyenyak
Personal Hygine Seksual
i.
Ibu mandi 2x/hr,ganti baju 2x/hr,gosok gigi 2x/hr,karmas 2x/minggu Ibu melakukan hubungan seksual 2x/minggu,tidak ada keluhan
Ibu mandi 2x/hr,ganti baju 2x/hr,gosok gigi 2x/hr,karmas 2x/minggu Ibu tidak melakukan hubungan seksual
Data psikososial spiritual dan ekonomi 1)
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat senang dengan kondisi kehamilannya.
2)
Ibu mengatakan pengambil keputusan dalam keluarga secara musyawarah.
3)
Ibu mengatakan beragama islam dan taat menjalankan ibadah sholat.
4)
Ibu mengatakan tinggal bersama suami, tidak mempunyai hewan peliharaan dan menjalin hubungan baik dengan tetanga dan lingkungan sekitar.
5)
Ibu mengatakan suami bekerja sebagai buruh dan Ny.E bekerja sebagai karyawan. Dalam keluarga Ny.E tergolong keluarga mampu.
j.
Data Pengetahuan Ibu mengatakan belum mengerti mengenai body mekanik.
2. Data Objektif a. Pemeriksaan Umum 1) Keadaan Umum
: baik
2) Kesadaran
: composmentis
3) TTV TD
: 110/70 mmhg
N
: 78x/menit
S
: 36,5 °C
RR
: 23x/menit
4) BB sekarang : 60 kg, TB
: 154 cm, Lila
: 28 cm
b. Pemeriksaan Fisik 1) Kepala
: simetris, mesochepale, tidak ada rambut rontok, bersih tidak ada ketombe dan benjolan abnormal.
2) Muka
: simetris, tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat, tidak oedema.
3) Mata
: simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih, reflek pupil kanan/kiri +/+.
4) Hidung
: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar polip, tidak ada penumpukan sekret, tidak ada gerakan cuping hidung.
5) Mulut
: simetris, tidak ada stomatitis, tidak ada bibir sumbing dan tidak ada caries gigi.
6) Telinga
: simetris,
tidak
ada
penumpukan
serumen,
pendengaran baik. 7) Leher
: simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan vena jugularis.
8) Ketiak
: simetris, bersih, tidak ada pembesaran kelenjar limfe
9) Dada
: I : simetris, tidak ada retraksi dinding dada P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa abnormal P : terdengar bunyi sonor A : tidak ada bunyi whezzing
10) Abdomen
: I : bersih, tidak ada luka bekas operasi
P : tidak ada nyeri tekan, tidak ada masa abnormal P : terdengar bunyi timpani A : peristaltik usus normal 11) Eks.atas
: simetris, gerak aktif, tidak oedema, tidak ada polidaktili ataupun sidaktili, turgor kulit baik
12) Eks.bawah : simetris, tidak oedema, tidak ada varises, turgor kulit baik, tidak ada polidaktili/sidaktili, reflek patella baik. 13) Punggung : simetris, tidak ada spina bifida. 14) Genetalia : bersih, tidak ada tanda infeksi, tidak ada oedema dan varises 15) Anus
: bersih, tidak ada hemoroid
c. Pemeriksaan Khusus 1) Inspeksi Muka
: simetris, tidak ada cloasma gravidarum, tidak pucat, tidak oedema
Payudara
: simetris, puting menonjol, areola menghitam, kolostrum belum keluar
Abdomen
: bersih, tidak ada luka bekas operasi
Genetalia
: bersih, tidak ada tanda infeksi, tidak ada oedema dan varises
2) Palpasi Payudara
: tidak ada masa abnormal, tidak ada nyeri tekan
Abdomen
:
LI
: TFU 3 jari diatas pusat Teraba satu bagian bulat, lunak tidak melenting (bokong)
LII ka
: teraba bagian kecil-kecil janin (ekstremitas)
ki
: teraba satu bagian keras, memanjang
tahanan
seperti papan (punggung). LIII
: teraba satu bagian bulat, keras, melenting (kepala)
LIV
: divergen
TFU
: 32 cm
TBJ ( 32-11)x155 = 3255 gram
3) Perkusi Reflek patella kanan/kiri (+)/(+) 4) Auskultasi Punctum maximum : puki DJJ : 144x/menit d. Pemeriksaan Penunjang Tanggal 4 Oktober 2015 Hb
: 11 gr%
1. Pengkajian I Tanggal 31 Oktober 2015 jam 15.00 WIB Tabel 3.4 Asuhan Kebidanan Kehamilan S O 1. Ibu mengatakan 1. KU : baik bernama Ny.Eva Kesadaran : CM Susanti umur 38 tahun TTV : G3P2A0 TD : 110/70 mmHg 2. Ibu mengatakan S : 36,5°C punggungnya pegelN : 76x/menit pegel Rr : 20x/menit 3. Ibu mengatakan tidak BB : 64 kg mempunyai riwayat Tb : 154 cm penyakit yang dapat Lila : 28 cm membahayakan 2. Pemeriksaan Fisik: kehamilannya Dalam batas normal 4. Ibu mengatakan Abdomen: HPHT: 15-02-2015 L1: Teraba satu bagian 5. Ibu mengatakan HPL: bulat, lunak, tidak 23-11-2015 melenting (bokong). L2 : ka: teraba bagian kecil kecil janin (ekstremitas). Ki: teraba satu bagian keras memanjang tahanan seperti papan: punggung L3: teraba satu bagian bulat, keras, melenting (kepala) L4: divergen TFU: 32 cm
A 1. Dx.Kebidanan Ny.Eva susanti umur 38 Tahun G3P2A0 hamil 36 minggu 2 hari janin tunggal hidup intrauteri letak memanjang puki, preskep, divergen dengan resti umur. 2. Masalah 3. Diagnosa Potensial 4. Antisipasi Masalah -
Jam 15.15
15.20 15.30
P 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan kondisi kehamilannya, bahwa kondisi ibu sehat, ibu hamil 36 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, presentasi punggung kiri, TFU: 3 jari dibawah px 32 cm, DJJ: 132x/menit, BB: 60 kg, TD: 110/70 mmhg Evaluasi 2. Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan kehamilannya dan ibu merasa senang 3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai penggunaan body mekanik selama kehamilan a. Cara duduk yang benar, yaitu ibu duduk pada kursi dengan posisi tegak, bagian punggung ibu bersandar pada punggung kursi, jika kaki bergelantung pada lantai, gunakan ganjal kaki jika perlu b. Cara berdiri yang benar, yaitu sikap berdiri tegap dengan posisi kaki kiri didepan atau sebaliknya sebagai tumpuan, dan tangan berada di samping, serta pandangan lurus kedepan, dagu sejajar dengan kaki depan c. Cara bangun dari tempat tidur, yaitu posisi miring terlebih dahulu sebelum turun dari tempat tidur, kemudian kaki ditekuk bagian atas, mundur sedikit kebelakang, kemudian kaki bawah turun
TBJ: gr
(32-11)x155=3255
15.45 15.50
perlahan diikuti kaki yang ditekuk, kemudian tangan kiri menompang tubuh untuk bangun dari tempat tidur. Sebelum berdiri usahakan duduk sebentar agar aliran darah stabil dan tidak menimbulkan pusing d. Cara mengambil barang yaitu seperti posisi berdiri, kemudian kaki depan ditekuk perlahan sambil tangan berpegangan pada tembok atau kursi, kemudian baru mengambil barang, cara berdirinya dengan berpegangan pada tembok atau kursi, kemudian bangun secara perlahan e. Cara jongkok yang benar yaitu salah satu kaki dibuka kedepan, kemudian dengan pegangan pada tembok atau kursi perlahan jongkok, kemudian kaki di tarik kearah samping dan posisi jongkok dengan tumit bagian belakang sedikit di angkat f. Hal-hal yang tidak diperbolehkan selama hamil yaitu: naik turun tangga, memakai sepatu ber hak tinggi, mengangkat beban terlalu berat, berdiri dalam waktu lama. 4. Evaluasi : Ibu sudah paham mengenai penjelasan tentang body mekanik dan bersedia mempraktekannya dirumah. 5. Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup, mengurangi pekerjaan yang berat dan mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan dan mengurangi aktifitas yang tidak perlu. Evaluasi : Ibu bersedia untuk banyak istirahat
dan mengerjakan pekerjaan yang ringan, serta mengurangi aktifitas yang tidak perlu. 6. Menganjurkan ibu untuk segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat apabila terjadi sesuatu pada kehamilannnya dan memberikan terapi obat vitamin pada kehamilan. Evaluasi : Ibu bersedia datang ke tenaga kesehatan terdekat apabila terjadi sesuatu pada kehamilannya. Ibu sudah mendapat terapi obat novabion 1x1 malam hari untuk penambah darah, kalk 3x1 tablet untuk pertumbuhan tulang dan gigi bayi.
2. Pengkajian II Tanggal 10 November 2015 jam 13.00 WIB Tabel 3.5 Asuhan Kebidanan Kehamilan S O 1. Ibu mengatakan bernama Ny. Eva 1. Kesadaran : CM Susanti berumur 38 tahun G3P2A0 TTV : 2. Ibu mengatakan ingin TD : 100/70 mmHg memeriksakan kondisi S : 36,5°C kehamilannya N : 76x/menit 3. Ibu mengatakan tidak ada keluhan Rr : 20x/menit BB : 64 kg Tb : 154 cm Lila : 28 cm 2. Pemeriksaan Fisik: Dalam batas normal Abdomen: L1: Teraba satu bagian bulat, lunak, tidak melenting (bokong) L2 : ka: teraba bagian kecil kecil janin (ekstremitas) Ki: teraba satu bagian keras memanjang tahanan seperti papan: punggung L3: teraba satu bagian bulat, keras, melenting (kepala) L4: divergen
A 1. Diagnosa Kebidanan Ny Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0 hamil 37 minggu 5 hari janin tunggal hidup intra uteri letak memanjang, puki, preskep, divergen dengan resti umur. 2. Masalah 3. Diagnosa Potensial 4. Antisipasi Masalah -
Jam 13.10
13.15
P
1. Memberitahu
ibu hasil pemeriksaan kondisi kehamilannya, bahwa kondisi nya sehat, ibu hamil 38 minggu 1 hari, janin tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, presentasi punggung kiri, TFU: 3 jari dibawah px 32 cm, DJJ: 132x/menit, BB: 64 kg, TD: 100/70 mmhg 2. Mengevaluasi ibu mengenai tanda bahaya pada kehamilan trimester III, seperti : a. Gejala preeklamsi yaitu pandangan mata kabur, sakit kepala yang berat dan menetap, nyeri ulu hati, bengkak pada muka dan tangan. Bahayanya bagi ibu yaitu kejang, kematian. Bahaya bagi janin yaitu gawat janin dan kematian b. Gerakan janin yang berkurang yaitu kurang dari 10x/12 jam, dan bahayanya bagi janin yaitu : gawat janin dan kematian dalam rahim c. Perdarahan pervaginam yaitu adanya perdarahan, baik
TFU: 32 cm, 3jari dibawah px TBJ: (3211)x155=3255 gr
berupa bercak maupun mengalir yang bisa disebabkan karena solusio plasenta (perdarahan disertai nyeri perut), atau plasenta previa (perdarahan tidak disertai dengan nyeri perut). Bahayanya bagi janin yaitu gawat janin sampai kematian, bahaya nya bagi ibu yaitu syok sampai dengan kematian ibu
13.25
d. Ketuban pecah dini yaitu cairan yang keluar tanpa disadari oleh pasien melalui jalan lahir dan berbau khas, bahayanya bagi janin gawat janin dan infeksi, bahayanya bagi ibu yaitu infeksi Apabila pasien mengalami tandatanda seperti diatas, diharapkan pasien segera menghubungi tenaga kesehatan terdekat untuk memeriksakan kehamilannya. 3. Menganjurkan ibu untuk kembali melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi atau jika ada keluhan, dan memberikan terapi obat etabion xv 1x1 tab dan kalk x 3x1 tab.
B. Asuhan Persalinan Tanggal Jam Tempat
: 15 November 2015 : 06.45 WIB : BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tabel 3.6 : Asuhan Persalinan kala I P Jam
S
O
A
Jam
1. Ibu mengatakan bernama Ny.Eva Susanti umur 38 tahun, hamil ketiga, melahirkan 2 kali dan belum pernah keguguran. 2. Ibu mengatakan merasakan sakit pinggang menjalar keperut bagian bawah dan perut
1. Pemeriksaan umum KU : baik Kes : CM TTV : TD : 130/80 mmHg S : 37,5°C N : 85x/menit Rr : 21x/menit BB sekarang : 59 kg Tb : 154 cm Lila : 28 cm 2. Pemeriksaan Fisik: Dalam batas norma 3. Pemeriksaan obstetri
1. Dx.Kebidanan Ny.Eva susanti umur 38 Tahun G3P2A0 hamil 38 minggu 3 hari, janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang , puki, presentasi kepala, , divergen, inpartu kala 1 fase laten dengan resti. Dasar : - Hamil ketiga melahirkan 2 kali belum pernah keguguran. - HPHT : 15-022015
06.45
1. Memberitahu ibu dan suami bahwa keadaan ibu dan janin baik serta manganjurkan suami untuk mendampingi istrinya selama proses persalinan.
06.47
06.47
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum jika tidak ada kontraksi.
06.48
Implementeasi
Evaluasi 1. Ibu senang hasil pemeriksaan kondisi bayinya normal : letak janin normal, VT Ø1 cm, DJJ normal 148x/menit, kontraksi semakin lama semakin sering dan disertai keluar lendir bercampur darah merupakan tanda ibu sudah masuk proses persalinan dan suami bersedia untuk mendampingi istrinya selama proses persalinan. 2. Ibu bersedia makan makanan yang sudah disediakan menu nasi, sayur sop, lauk, dan 1 gelas teh hangat.
terasa kenceng – kenceng sejak pukul 05.40 WIB dengan frekuensi dalam 10 menit kencengkenceng kirakira 2 kali lamanya 20 detik dan mengeluarkan lendir darah sejak pukul 06.30 WIB. 3. Ibu mengatakan merasakan gerakan janin >10x dalam 24 jam terakhir. 4. Ibu mengatakan pukul 07.30 WIB perutnya
L1 : teraba 3 jari dibawah px, teraba bokong. L2 : Ka : teraba ekstremitas. Ki : teraba punggung. L3 : teraba kepala, tidak dapat digoyangkan L4 : divergen 3/5 bagian TBJ : (32-11) X 155 = 3255 gram DJJ : 148x/menit HIS : 2x10’20’’ 4. Pemeriksaan dalam dilakukan jam 06.45 WIB : VU kosong, vagina elatis, porsio lunak, pembukaan 1 cm, kulit ketuban masih utuh, presentasi kepala, POD
HPL : 23-112015, UK : 38 minggu + 3 hari. TFU : 32 cm, punggung kiri, presentasi kepala, sudah masuk 3/5 bagian, TBJ : 3255 gram, DJJ : 148 x/menit. Kontraksi : 2 kali dalam 10 menit lamanya 20 detik.
06.49
2. Masalah 3. Diagnosa Potensial 4. Antisipasi Masalah -
06.54
-
-
-
06.51
06.55
3. Mengajarkan ibu teknik relaksasi yaitu dengan menarik napas panjang melalui hidung dan mengeluarkan dari mulut untuk mengurangi rasa sakit saat kontraksi.. 4. Menganjurkan ibu untuk berjalan-jalan disekitar klinik jika ibu masih kuat untuk jalan-jalan, karena dengan jalan-jalan dapat membantu mempercepat pembukaan serviks. Apabila ibu sudah tidak kuat berjalan, ibu dianjurkan untuk tidur miring kiri. 5. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan kencing, apabila kandung kemih penuh akan mengganggu kontraksi. 6. Memberitahu ibu untuk mengatur posisi yang nyaman dan baik untuk mempercepat penurunan kepala janin dan dapat mempercepat
06.51
3. Ibu sudah menerapkan teknik relaksasi dan ibu merasakan nyeri sedikit berkurang.
06.53
4. Ibu masih bisa berjalanjalan disekitar klinik.
06.55
5. Ibu bersedia untuk tidak menahan BAK.
07.00
6. Ibu mengerti mengenai anjuran yang sudah diberikan dan ibu bersedia menerapkan posisi yang sudah dianjurkan yaitu posisi tidur miring kiri
terasa semakin mules, keluar lendir bercampur darah ± 30 cc mengarah pada tandatanda persalinan dan tidak ada tanda-tanda abnormal pada perdarahan. 5. Ibu mengatakan makan dan minum terakhir pukul 06.00 WIB dengan komposisi nasi setengah piring, sayur sop dan lauk pauk dan 1 gelas teh
ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang menumbung, penurunan hodge 2, tidak ada molase.
pembukaan serviks yaitu posisi jongkok, posisi tidur terlentang, posisi tidur miring kiri.
07.01
7. Melakukan masase pada punggung untuk membantu mengurangi rasa nyeri pada saat ada kontraksi.
07.06
07.07
8. Menyiapkan alat-alat persiapan persalinan.
07.13
07.14
9. Melakukan pengawasan kala 1.
07.15
untuk mempercepat penurunan dan pembukaan serviks serta tidak membahayakan kondisi ibu dan janin karena tidak menekan vena cava inferior. 7. Ibu bersedia dilakukan masase dan ibu mengatakan nyeri sedikit berkurang.
8. Alat partus set, heacting set, oksitosin 10 IU, lidokain 1%, spuit 3cc, vit.K, salep mata, metil ergometrin, perlengkapan pencegahan infeksi, perlengkapan ibu dan bayi sudah disiapkan. 9. pengawasan kala 1 1) KU : baik, TD : -, N : 84x/m, S : -, RR : 21x/m, VT : - , PPV : lendir darah, KK : utuh, DJJ : 148x/m, HIS : 2x10’30’’, bandle ring : tidak
hangat. 6. Ibu mengatakan BAB terakhir pukul 05.30 WIB dan terakhir BAK terakhir pukul 05.50 WIB. 7. Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, jantung, DM, asma, TBC.
07.45
2)
08.15
3)
08.45 4)
09.10
10. Melakukan VT.
09.10
5)
ada. KU : baik, TD : - , N : 80x/m, S : - , RR : 22x/m, VT : - , PPV : lendir darah, KK : utuh, DJJ : 142x/m, HIS : 2x10’40’’, bandle ring : tidak ada. TD : -, N : 84x/m, S :-, RR : 20x/m, VT : -, PPV : lendir darah, KK : utuh, DJJ : 140x/m, HIS : 3x10’30’’, bandlering : tidak ada. TD : -, N : 78x/m, S : , RR : 20x/m, VT : -, PPV : lendir darah, KK : utuh, DJJ : 148x/m, HIS : 3x10’40’’, bandle ring : tidak ada. KU : kesakitan, TD : - mmhg , N : 85x/m, S : - , RR : 23x/m, VT Ø 7 cm, effacement : 70%,
09.20
presentasi kepala, POD ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang menumbung, penurunan kepala hodge III+ tidak ada molase , PPV : lendir darah, KK : utuh, DJJ : 144x/m, HIS : 4x10’45’’, bandle ring : tidak ada. 6) KU : kesakitan, TD : 100/70 mmhg, N : 84x/m, S : 37,5°C , RR : 23x/m, VT Ø 10 cm , KK : (dilakukan tindakan amniotomi), effacement : 100%, presentasi kepala, POD ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang menumbung, penurunan kepala hodge III+, tidak ada molase , PPV :
lendir darah, DJJ : 146x/m, HIS : 5x10’45’’, bandle ring : tidak ada. Terlihat tanda gejala kala II meliputi : dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol. Vulva membuka, kepala janin terlihat didepan vulva, ibu mengatakan perut terasa mules ingin mengejan seperti ingin BAB, kenceng – kenceng semakin sering dan semakin lama semakin sakit.
Tanggal : 15 November 2015 Jam
: 09.20 WIB
Tabel 3.7 : Asuhan Persalinan kala II P S 1. Ibu mengatakan kencengkenceng semakin sering dan semakin lama semakin sakit. 2. Ibu mengatakan perut semakin mules ingin mengejan seperti ingin BAB. 3. Ibu mengatakan ingin meneran.
O
A
1. Pemeriksaan umum 1. Dx.Kebidanan KU : kesakitan Ny.Eva susanti Kes : CM umur 38 Tahun VT Ø10 cm, G3P2A0 UK 38 effisement 100%, minggu 3 hari ketuban (-), teraba inpartu kala II kepala, UUK didepan, dengan resti kepala ↓H-IV (+), tidak partus teraba bagian kecil presipitatus. janin/tali pusat. DJJ 2. Masalah : (+), frekuensi ketidaknyamanan 146x/menit. HIS Data dasar ibu semakin kuat, 5 kali mengatakan dalam 10 menit pinggang dan lamanya 45 detik. perut semakin 2. Terlihat tanda gejala sakit dan terasa kala II seperti ingin BAB. a. Dorongan ingin 3. Kebutuhan : meneran penjelasan bahwa b. Tekanan pada ibu akan segera anus melahirkan. c. Perineum
Jam
Implementasi
09.20
1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaan bahwa pembukaan jalan lahir sudah lengkap, tanda-tanda persalinan sudah ada, yang artinya ibu akan segera melahirkan. 2. Menganjurkan ibu untuk meneran jika ada kontraksi, beristirahat jika kontraksi hilang dan teknik meneran yang benar seperti ingin BAB. 3. Menganjurkan suami untuk memberikan minum kepada ibu disela-sela tidak ada kontraksi supaya ibu mepunyai tenaga saat meneran dan menemani ibu dalam proses persalinan.
09.22
09.23
Jam
Evaluasi
09.22
1. Ibu senang mengetahui hasil pemeriksaan.
09.23
2. Ibu mengejan seperti yang sudah dianjurkan seperti orang ingin BAB. 3. Ibu bersedia untuk minum teh hangat setengah gelas setelah tidak ada kontraksi, suami bersedia meneman ibu dalam proses persalinan.
09.24
menonjol d. Vulva membuka e. Perdarahan :± 50 cc.
09.24
4. Mempersiapkan pertolongan persalinan a. Memastikan kelengkapan persalinan dan obat-obatan. b. Memakai alat pelindung diri. c. Mencuci tangan. d. Memakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk melakukan VT.
09.26
e. Melakukan episiotomy.
09.27
f.
Melahirkan kepala sesuai mekanisme persalinan dan jalan lahir. g. Melonggarkan/ melepaskan bila ada lilitan tali pusat pada kepala dan badan bayi. h. Melahirkan bahu dan diikuti badan bayi. i. Nilai tanda-tanda kehidupan bayi meliputipernafasan, tangisan, warna kulit, suhu, IMD, gerakan, denyut jantung.
09.25
09.26
09.30
4. Semua peralatan persalinan sudah lengkap dan APD sudah dipakai hasil VT : pembukaan lengkap, penurunan hodge IV, tidak ada bagian yang menumbung ketuban sudah pecah, teraba UUK. Evaluasi : Episiotomi dilakukan untuk melebarkan jalan lahir dan menghindari robekan perineum yang tidak beraturan. Evaluasi : bayi lahir spontan menangis kuat, gerak aktif, bernafas spontan tanpa alat bantu
j.
k. l.
Klem/jepit tali pusat didua tempat dan potong dengangunting steril/DTT. Menjaga kehangatan bayi. Merangsang pernafasan bayi bila diperlukan.
09.32
pernafasan, warna kulit kemerahan, jenis kelamin lakilaki, janin tunggal, bayi sudah dikeringkan dan dilakukan IMD, tali pusat sudah dipotong, bayi sudah diberikan penutup kepala dan selimut agar tidak kedinginan. 5. Menunggu adanya tanda persalinan kala III yaitu : uterus globuler, terlihat perlepasan plasenta, tali pusat bertambah panjang, adanya seburan darah karena plasenta lepas dari uterus, adanya kontraksi, tali pusat berada di vulva, ibu mengatakan perutnya mules.
Tanggal : 15 November 2015 Jam
: 09.32 WIB
Tabel 3.8 : Asuhan Persalinan kala III P S 1.
2.
Ibu mengatakan perutnya mules dan merasakan nyeri pada jalan lahir. Ibu mengatakan plasenta belum lahir, tali pusat masih berada di vulva.
O 1.
Pemeriksaan umum KU : baik Kes : CM TTV : TD : 110/70 mmHg S : 37,4°C N : 80x/menit Rr : 22x/menit 2. Pemeiksaan a. Bayi lahir spontan, menangis kuat, gerakan aktif, kulit kemerahan, jenis kelamin laki-laki dengan letak belakang kepala, apgar score : 8-910. b. TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, plasenta belum lahir, tidak ada perdarahan yang abnormal dari
A
Jam
Dx.Kebidanan Ny. Eva susanti umur 38 Tahun G3P2A0 UK 38 minggu 3 hari inpartu kala III dengan resti partus presipitatus. 2. Masalah : ketidaknyamanan Dasar : ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan nyeri pada jalan lahir. Tali pusat berada divulva. 3. Kebutuhan : penjelasan tentang ketidaknyamanan yang dialami pada ibu.
09.33
1.
09.34
2.
1.
Implementasi Memberikan penjelasan pada ibu bahwa mules yang dirasakan disebabkan karena perlepasan plasenta dari tempat perlekatannya, plasenta akan segera lahir dan ibu dalam keadaan baik-baik saja. Melakukan manajemen aktif kala III a. Melakukan palpasi abdomen untuk memastikan janin tunggal setelah 2 menit bayi lahir. b. Memberikan suntikan oksitosin 10 IU secara IM pada 1/3 paha anterolateral ibu. c. Memindahkan
Jam
Evaluasi
09.33
1.
Ibu mengetahui mules.
penyebab
09.45
2.
Plasenta lahir jam 09.45 WIB, selaput plasenta lengkap, kotiledon lengkap, diameter 20 cm, tebal 2 cm, panjang tali pusat 45 cm, perdarahan ±150 cc, laserasi derajat 2. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules dan nyeri pada jalan lahir.
c.
d.
jalan lahir, VU kosong. Terlihat perlepasan plasenta, tali pusat bertambah panjang, keluar semburan darah, uterus globuler. Perdarahan : ±100 cc.
d.
e.
f.
g.
h.
klem 5-10 cm didepan vulva. Meletakkan tangan diatas perut ibu dan tangan kanan menegangkan tali pusat. Setelah uterus berkontraksi lakukan PTT kearah bawah dan tangan diata melakukan dorso kranial. Setelah PTT dilakukan, tali pusat memanjang dan terdapat semburan darah dari jalan lahir tanda plasenta sudah lepas. Menganjurkan ibu untuk meneran, mengeluarkan plasenta dan menangkap plasenta dengan cara dipilin searah jarum jam. Memasase uterus selama 15 detik.
i.
j.
k. l.
Memeriksa kelengkapan plasenta. Memeriksa adanya laserasi perineum. Memeriksa perdarahan. Memastikan uterus berkontraksi baik.
Tanggal : 15 November 2015 Jam
: 09.47 WIB
Tabel 3.9 : Asuhan Persalinan kala IV S
1. Ibu mengatakan perutnya masih terasa mules. 2. Ibu mengatakan nyeri pada bagian jalan lahir. 3. Ibu mengatakan senang bayinya sudah lahir, plasenta lahir dan keadaan ibunya baik.
O
1. Pemeriksaan umum KU : baik Kes : CM TTV : TD : 110/70 mmHg S : 37,4°C N : 80x/menit Rr : 22x/menit 2. Pemeiksaan fisik a. Abdomen TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong. b. Genetalia Terdapat robekan pada perineum derajat 2. Perdarahan
P
A
1. Dx.Kebidanan Ny. Eva susanti umur 38 Tahun P3A0 inpartu kala IV dengan resti partus presipitatus. 2. Dx. Masalah Tidak ada
Jam
Implementasi
09.47
1. Melakukan heacting perineum derajat 2 dengan teknik jelujur dan menggunakan anestesi. 2. Memberitahu ibu penyebab mules adalah hal yang alami karena adanya kontraksi pada uterus yang menyebabkan perutnya terasa mules dan itu normal akibat adanya gerakan membuka menjepit rahim untuk mencegah perdarahan dan akan kembali ke ukuran sebelum hamil, apabila perut tidak mules berarti uterus
10.13
Jam
Evaluasi
10.10 1. Ibu sudah dilakukan heacting perineum dengan teknik jelujur.
10.14 2. Ibu sudah mengetahui penyebab mules.
c.
±250 cc. Ibu tampak letih.
10.18
10.21
tidak berkontraksi dengan baik dan harus dilakukan tindakan supaya uterus tetap berkontraksi. 3. Mengajarkan pada ibu dan keluarga untuk merasakan kontraksi uterus yang baik yaitu uterus teraba bulat dan keras serta cara mempertahankannya supaya uterus tetap keras yaitu dengan memasase uterus dengan meletakkan telapak tangan diatas perut ibu dan memasase uterus searah jarum jam selama 15 menit pertama sebanyak 2-3 kali. Setiap 15 menit pada 1 jam pertama postpartum. Setiap 2030 menit pada jam kedua postpartum. 4. Membersihkan pasien, mengganti baju kotor
10.21 3. Ibu dan keluarga sudah mengetahui teknik masase yang benar.
10.30 4. Ibu sudah bersih dan rapi.
pasien, merapikan tempat tidur pasien. a. Merendam semua alat dalam larutan klorin. b. Merapikan pasien. c. Mencuci alat. d. Melepaskan handscoon. e. Mencuci tangan 10.30
5. Melanjutkan pemantauan kontraksiuterus, pengeluaran darah, tanda-tanda vital. a. 2-3 kali selama 10 menit pertama. b. Setiap 15 menit selam 1 jam. c. Setiap 20-30 menit selama jam kedua.
10.32 5. Kontraksi uterus baik, uterus keras, TD : 100/60 mmhg, N : 82 x/menit, S : 36, TFU : 2 jari dibawah pusat, kandung kemih : kosong, perdarahan : 40 cc.
10.33
6. Melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum.
10.34 6. Robekan jalan lahir derajat 2 sudah dilakukan heacting dengan penjahitan teknik jelujur dengan anestesi.
10.35
7. Memantau pengeluaran lokhea.
10.37
8. Menganjurkan ibu untuk mempertahankan kandung kemih tetep kosong agar tidak mempengaruhi kontraksi uterus.
10.39
9. Menganjurkan keluarga untuk memberi ibu makan dan minum untuk mengembalikan kondisi ibu. 10. Memberi penjelasan ibu tentang mobilisasi dini seperti miring kanan kiri, menggerakkan tangan dan kaki agar tidak kaku namun harus dilakukan setelah 2 jam
10.42
10.37 7. Pengeluaran lochea rubra darah merah segar bercampur sisa-sisa jaringan selaput ketuban,, luka jahitan masih basah, tidak ada perdarahan yang abnormal dan tidak ada tanda infeksi perdarahan 40 cc. 10.38 8. Ibu bersedia untuk tidak menahan BAK agar kontraksi uterus berjalan dengan lancar.
10.42 9. Ibu bersedia makan dan minum teh hangat 2 gelas.
10.46 10. Ibu sudah mengerti dan mau melakukan mobilisasi sesuai dengan tahapannya.
10.46
10.47
setelah persalinan. 11. Memastikan ibu merasa nyaman dan membantu ibu memberikan ASI serta menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu makanan dan minuman yang diinginkan. 12. Melakukan pemantauan kala IV.
10.47 11. Sudah dilakukan.
10.50 12. Partograf dan pengawasan kala IV terlampir.
C. Asuhan Kebidanan Masa Nifas 1. Pengkajian I Tanggal
: 15 November 2015
Jam
: 15.30 WIB
Tabel 3.10 : Asuhan Kebidanan Masa Nifas I S 1. Ibu mengatakan
O
A
1. Pemeriksaan umum
1. Dx.Kebidanan
Jam 15.33
P 1. Memberitahu pada ibu dan suami bahwa
bernama Ny.Eva
KU : baik
Ny.Eva susanti umur
keadaan ibu dan bayi baik .
Susanti umur 38 tahun
Kes : CM
38 Tahun P3A0 6 jam
Evaluasi : Ibu dan bayi dalam keadaan baik-
P3A0.
TTV :
post partum.
baik saja tidak ada tanda-tanda bahaya.
2. Ibu mengatakan
TD : 120/70 mmHg
melahirkan secara
S : 36,5°C
normal pada tanggal
N : 80x/menit
15 November 2015
Rr : 20x/menit
pukul 09.30 WIB. 3. Ibu merasakan nyeri pada luka laserasi. 4. Ibu mengatakan kondisi tubuhnya sudah mulai membaik
2. Masalah Tidak ada
terdapat
15.36
3. Diagnosa Potensial
:
4. Antisipasi Masalah tidak
15.40
Tidak ada
setelah melahirkan,
oedema
perut masih terasa
pucat.
dan
adanya
3. Mengajarkan
ibu
dan
keluarga
cara
perdarahan. Evaluasi : ibu dan keluarga sudah mengerti. 15.43
:
mencegah
melakukan masase uterus untuk mencegah
rambut hitam, tidak b. Wajah
dan
Evaluasi : sudah dilakukan.
ketombe
rontok.
2. Mendeteksi
perdarahan karena atonia uteri.
Tidak ada
2. Pemeriksaan Fisik: a. Kepala
memeriksa perdarahan.
4. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
tidak
(rooming in).
tidak
Evaluasi : ibu bersedia dilakukan rawat gabung dengan bayinya agar ibu bisa
mules, terdapat
c.
Mata
:
konjungtiva
mengawasi keadaan bayinya dan bisa
pengeluaran darah
tidak anemis, sklera
memberikan
yang tidak terlalu
putih.
menginginkan serta meningkatkan jalinan
banyak.
d. Hidung
5. Ibu mengatakan sudah
simetris,
BAK ke kamar mandi dengan didampingi
:
bersih,
tidak
ada
suami dan belum BAB.
simetris,
6. Ibu belum mengetahui
:
15.48
kali
bayi
5. Mengajarkan ibu tentang mobilisasi dini dengan belajar miring kiri, kanan dan duduk
bersih,
tidak
setiap
kasih sayang antara ibu dan bayi.
pembesaran polip. e. Telinga
ASI
bersandar
ada
setelah
2
jam
postpartum,
tahapan selanjutnya jika ibu sudah mampu
penumpukan
untuk duduk kemudian dilanjutkan dengan
tahapan-tahapan
serumen, tidak ada
berdiri kemudian berjalan perlahan atau
mobilisasi setelah
kelainan tulang.
dengan bantuan dari keluarga.
Mulut : simetris yidak
Evaluasi : Ibu sudah diperbolehkan untuk
terdapat
stomatitis
mobilisasi pada tahapan miring kanan, kiri
pecah-
dan duduk perlahan tanpa bantuan dari
persalinan. 7. Ibu mengatakan asi belum keluar.
f.
dan
bibir
pecah.
keluarga.
g. Leher : simetris, tidak
15.53
6. Memberitahu dan mengevaluasi ibu cara
terdapat pembesaran
membersihkan
kelenjar
dan
BAB dan BAK dan saat mandi dicuci
tidak terdapat nyeri
dengan sabun dan air dingin agar benang
telan.
jahitan tidak rapuh dengan cara cebok dari
h. Payudara puting
tiroid
:
bersih,
menonjol,
tidak lecet, tidak ada
kemaluannya
pada
saat
bagian yang bersih ke kotor dan mengganti pembalut minimal 3 kali sehari. Evaluasi : Ibu sudah paham bagaimana
nyeri
tekan
pada
payudara,
supaya terhindar dari infeksi pada alat
pengeluaran
genetalianya setelah persalinan.
collostrum (-). i.
j.
15.58
bergizi
dibawah
karena ibu membutuhkan banyak nutrisi
pusat,
untuk
uterus keras,kandung
pengeluaran
kemih kosong.
kebutuhan nutrisi bayinya.
Genetalia : terdapat
Evaluasi : Ibu bersedia makan makanan
luka
masih
bergizi yang sudah diberikan dan dianjurkan
basah, lochea rubra,
agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi dan
jumlah
tidak ada pantang makanan.
perdarahan (
±80 cc),
16.00
biasanya ASI
8. Mengingatkan
untuk
kondisinya
lebih
jahitan
dari
memulihakan
kontraksi uterus baik,
menambah
untuk
ibu
kembali
memenuhi
tentang
tidak ada tanda-tanda
pentingnya ASI ekslusif selama 6 bulan
infeksi.
tanpa makanan tambahan.
Ekstremitas ada
:
tidak
oedema
dan
varises. l.
7. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum
Abdomen : TFU 2 jari
normal
k.
melakukan personal hygiene yang benar
Anus : tidak terdapat hemoroid.
Evaluasi
:
Ibu
memberikan ASI 16.07
paham
dan
bersedia
secara ekslusif
pada
bayinya. 9. Mengevaluasi dan menambahkan macammacam tanda bahaya masa
nifas yaitu
sakit kapala yang hebat dan menetap, nyeri ulu hati, penglihatan kabur, kehilangan
nafsu makan dalam waktu yang lama, oedema
pada
muka
dan
ekstremitas,
payudara berubah menjadi merah, panas dan nyeri atau terasa sakit. Evaluasi : Ibu sudah paham dan jelas apa 16.10
saja
tanda
bahaya
nifas
yang
harus
diketahui. 10. Mengevaluasi ibu mengenai perawatan tali pusat dan perawatan bayi sehari-hari serta pencegahan hipotermi. Evaluasi : Ibu paham mengenai perawatan tali pusat dan bisa mempraktekannya serta paham dan mengerti mengenai perawatan bayi baru sehari-hari dan pencegahan hipotermi. 11. Membuat kesepakatan jadwal kunjungan ulang6 hari pasca persalinan yaitu pada tanggal 20-11-2015. Evaluasi : Ibu bersedia datang berkunjung kembali.
2. Pengkajian ke II Tanggal
: 20 November 2015
Jam
: 08.00 WIB
Tabel 3.11 : Asuhan Kebidanan Masa Nifas II S 1. Ibu mengatakan
O
A
1. Pemeriksaan umum
1. Dx.Kebidanan
Jam 08.05
P 1. Memberitahu pada ibu dan keluarga bahwa
melahirkan pada
KU : baik
Ny.Eva susanti umur
keadaan ibu dan bayi baik.
tanggal 15 November
Kes : CM
38 Tahun P3A0 6 hari
Evaluasi : Ibu dalam keadaan baik-baik tidak
2015 pukul 09.30 WIB.
TTV :
post partum.
terdapat tanda bahaya masa nifas, hasil
2. Ibu mengatakan darah
TD : 120/80 mmHg
yang keluar sudah
S : 36,7°C
sedikit dan berwarna
N : 84x/menit
kuning berisi darah
Rr : 20x/menit
dan lendir (lochea
pemeriksaan didapat TD : 120/80 mmHg, S :
Tidak ada
2. Pemeriksaan Fisik:
sanguinolenta) dan
Dalam batas normal
kondisi ibu sudah
TFU
sehat.
pusat dan syimpisis.
3. Ibu mengatakan tidak
2. Masalah 3. Diagnosa Potensial
36,7°C, N : 84x/menit, Rr : 20x/menit 08.10
Tidak ada
ibu
mendapatkan
cukup
makanan, cairan dan istirahat.
4. Antisipasi Masalah
Evaluasi : Ibu makan 4 kali sehari porsi
Tidak ada
sedang,
pertengahan
Lochea
2. Memastikan
dengan sayur dan lauk, minum air
putih 12 gelas/hari, dan istirahat cukup agar ibu tidak kelelahan. 08.13
3. Memastikan involusi uterus normal, uterus
mengalami kesulitan
sanguinolenta
berkontraksi, tidak ada perdarahan abnormal,
saat BAB dan BAK
Perdarahan ± 50 cc.
tidak ada bau.
serta tidak merasakan
3. Pemeriksaan
Evaluasi : Uterus berkontraksi normal, TFU
adanya tanda bahaya. 4. Ibu mengatakan tetap
penunjang
pertengahan pusat dan sympisis, perdarahan
Tidak dilakukan
lochea sanguinolenta, tidak ada tanda-tanda
mengkonsumsi makanan dan
infeksi. 08.17
4. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
minuman sesuai
dan perdarahan abnormal.
dengan yang
Evaluasi : Tidak adanya tanda-tanda demam,
dianjurkan dan tidak
infeksi
ada pantangan
mengarah pada infeksi.
makanan.
08.22
5. Ibu mengatakan masih
dan
perdarahan
abnormal
yang
5. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit.
merasakan nyeri pada
Evaluasi : Ibu menyusui dengan baik dan
luka bekas jahitan.
tidak mengalami penyulit selama menyusui,
6. Ibu mengatakan tetap
ASI keluar lancar pada tiap payudara, tidak
memberikan ASI secara ekslusif tanpa
ada bendungan ASI dan puting tidak lecet. 08.27
6. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan
makanan tambahan
ASI secara on demand atau setiap 2 jam
apapun
sekali atau setiap bayi menginginkan untuk menyusu. Evaluasi
:
ibu sudah mengerti tentang
penjelasan. 08.30
7. Membuat
kesepakatan
jadwal
kunjungan
ulang 2 minggu lagi pasca persalinan yaitu
pada tanggal 29 November 2015. Evaluasi : ibu bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.
3. Pengkajian ke III Tanggal
: 29 November 2015
Jam
: 10.00 WIB
Tabel 3.12 : Asuhan Kebidanan Masa Nifas III S 1. Ibu mengatakan
O
A
1. KU : baik
1. Dx.Kebidanan
Jam 10.05
P 1. Memberitahu
ibu
dan
keluarga
bahwa
bernama Ny.Eva
Kesadaran : CM
Ny.Eva susanti umur
keadaan ibu dan bayi sehat.
Susanti umur 38 tahun
TTV :
38 TahunP3A0 14 hari
Evaluasi
P3A0.
TD : 110/70 mmHg
post partum.
mendengar keadaan ibu sehat, pemeriksaan
2. Ibu mengatakan darah
S
: 36,5°C
yang keluar sudah
N
: 78x/menit
berupa flek.
Rr : 20x/menit
3. Ibu mengatakan puting
2. Masalah Cemas
susu lecet sejak 2 hari
Dalam batas normal
yang lalu
Abdomen : TFU tidak
4. Ibu mengatakan
teraba,
uterus
keras,
Ibu
dan
keluarga
senang
tanda-tanda vital normal.. 10.10
3. Diagnosa Potensial
2. Pemeriksaan Fisik:
:
2. Memastikan
ibu
mendapatkan
cukup
makanan, cairan dan istirahat.
-
Evaluasi : Ibu makan 4 kali sehari, minum
4. Antisipasi Masalah
lebih dari 12 gelas, dan ibu ngemil makanan
-
ringan, serta istirahat cukup. 10.16
3. Memastikan involusi uterus normal, uterus
selama 2 hari ibu tetap
kandung kemih kosong.
berkontraksi, tidak ada perdarahan abnormal,
memberikan ASI
Genetalia : kotor
tidak ada bau.
dengan diperah dan
PPV
diberikan dengan
(kekuningan) ±10 cc.
sendok.
:
lochea
serosa
Evaluasi : Uterus berkontraksi normal, TFU tidak teraba, perdarahan lochea serosa, tidak ada tanda-tanda infeksi dan bau busuk.
5. Ibu mengatakan belum
10.22
4. Memberitahu pada ibu cara mengatasi puting
mengetahui cara
lecet dengan cara mengolesi ASI sebelum
menyusui yang benar.
dan sesudah menyusui. Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang penjelasan. 10.30
5. Memberikan konseling pada ibu tentang cara menyusi yang benar. Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tentang penjelasan ( terlampir).
10.32
6. Menganjurkan ibu untuk kembali kunjungan ulang pada tanggal 26 Desember 2015. Evaluasi : ibu bersedia melakukan kunjungan ulang.
4. Pengkajian ke IV Tanggal
: 26 Desember 2015
Jam
: 15.40 WIB
Tabel 3.13 : Asuhan Kebidanan Masa Nifas IV S 1. Ibu mengatakan
O
A
1. KU : baik
1. Dx.Kebidanan
Jam 15.43
P 1. Memberitahu
ibu
hasil
pemeriksaan
bernama Ny.Eva
Kesadaran : CM
Ny.Eva susanti umur
kondisinya dalam keadaan baik.
Susanti umur 38 tahun
TTV :
38 TahunP3A0 42 hari
Evaluasi : ibu mengatakan senang hasil
P3A0.
TD : 110/70 mmHg
post partum.
pemeriksaan
2. Ibu mengatakan ingin
S
: 36,5°C
kontrol ulang post
N
: 80x/menit
partum.
Rr : 22x/menit
3. Ibu mengatakan ingin memakai alat
Dalam batas normal
kontrasepsi setelah
Abdomen:
melahirkan.
TFU
4. Ibu mengatakan darah
kontraksi
-
x/menit, S : 36,5°C, N : 80x/menit, RR :
uterus
22x/menit serta tidak ada kelainan ataupun
4. Antisipasi Masalah
teraba, baik,
hasil
pemeriksaan tanda-tanda vital TD : 110/70
-
tidak
didapatkan
2. Masalah 3. Diagnosa Potensial
2. Pemeriksaan Fisik:
baik,
tanda bahaya. 15.48
2. Memberitahu
ibu
dan
suami
mengenai
persiapan pemilihan kontrasepsi yang akan dipakai dan dianjurkan untuk memakai alat kontrasepesi
yang menjarangkan
tingkat
yang keluar sudah
kandung kemih kosong.
kehamilan dalam jangka waktu yang lama
berhenti.
Genetalia : kotor, PPV :
seperti implant, IUD, KB suntik ataupun
5. Ibu mengatakan
lochea alba (putih) bau
metode MOP.
payudara terasa
tidak amis, luka jahitan
penuh dan ASI keluar
sudah kering.
Evaluasi : ibu sudah mengerti tentang
lancar. 6. Ibu mengatakan tidak
penjelasan. 15.55
3. Mengingatkan ibu untuk tetap memberikan
ada penyulit masa
ASI secara ekslusif dan on demand pada
nifas.
bayinya.
7. Ibu mengatakan
Evaluasi : ibu bersedia menyusui bayinya
eliminasi BAB sudah normal 2x/hari,
secara ekslusif. 15.58
4. Menganjurkan
kepada
ibu
untuk
konsistensi lembek,
mengkonsumsi makanan bergizi karena ibu
BAK 5x/hari,
menyusui
konsistensi cair, warna
nutrisi yang mencukupi.
kuning jernih.
Evaluasi
8. Ibu mengatakan sudah
:
Ibu
banyak
bersedia
asupan
mengkonsumsi
makanan yang bergizi untuk memperbanyak
mengerjakan aktivitas sehari-hari sperti biasa
membutuhkan
ASI dan bayi terpenuhi nutrisinya. 16.05
5. Mengajarkan ibu teknik perawatan payudara
nya tanpa ada
untuk mengurangi rasa sakit pada payudara
keluhan.
dan memperlancar produksi ASI. Evaluasi
:
ibu
paham
dan
bisa
mempraktekkan teknik perawatan payudara .
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir I 1. Pengkajian yang ke 1 Tanggal
: 15 November 2015
Jam
: 10.30 WIB
Tabel 3.15 : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir I S 1. Ibu mengatakan bayinya anak ketiga.
O 1. Pemeriksaan Umum
A 1. Dx.Kebidanan
Jam 10.33
P 1. Memberitahu ibu dan keluarga
KU : baik
Bayi Ny.Eva susanti
bahwa
Kesadaran : CM
umur
bayinya saat ini dalam keadaan
bayinya lahir pada
TTV :
fisiologis.
tanggal 15 November
S
: 37,2°C
2015 pada pukul 09.30
N
: 138x/menit
WIB.
Rr : 46x/menit
2. Ibu mengatakan
3. Ibu mengatakan
BB Lahir : 3300 gram
bayinya berjenis
Panjang : 51 cm
kelamin laki-laki.
LD
: 31 cm
LK
: 33 cm
LILA
: 10,5 cm
4. Ibu mengatakan sudah BAK dan belum BAB. 5. Ibu mengatakan bayinya belum mau menyusu. 6. Ibu mengatakan
1
jam
hasil
pemeriksaan
baik dan tidak ditemukan adanya
2. Masalah
kelainan
abnormal,
hasil
-
penimbangan BB : 3300 gram,
3. Diagnosa Potensial
PB : 51 cm, LD : 31 cm, LK : 33
-
cm, LILA : 10,5 cm.
4. Antisipasi Masalah
Evaluasi : ibu mengerti dan
-
merasa senang kondisi bayinya sehat. 10.38
2. Memberikan bayi injeksi vit.K 0,1
Jenis kelamin : laki-laki
ml pada paha kiri bayi untuk
Tidak ada tanda ikterus
mencegah
perdarahan
pada
2. APGAR SCORE : 8,9 ,10
selaput otak bayi.
3. Gerakan bayi aktif, reflek menghisap
Evaluasi : injeksi vit.K sudah
bayinya menangis
kuat, bayi tidak mengalami gangguan
kuat, geraknya aktif.
pernafasan dan tidak ikterus.
diberikan. 10.42
4. Pemeriksaan Fisik:
salep
mata
tetrasiklin 1% pada mata kanan
a. Kepala
dan kiri bayi untuk pencegahan
Simetris, tidak ada molase, tidak
infeksi.
ada penonjolan atau daerah yang
Evaluasi : salep mata sudah
mencekung.
diberikan.
b. Muka
c.
3. Memberikan
10.45
4. Mempertahankan suhu bayi agar
Kulit kemerahan, tidak pucat, tidak
tetap
terjaga
kehangatannya
terdapat bintik-bintik atau tanda-
dengan cara :
tanda kekuningan.
a. Menutup bagian kepala bayi.
Mata
b. Menganjurkan
ibu
utnuk
Simetris, kelopak mata membuka
tetap memeluk bayinya dan
dan menutup bersamaan, tidak
menyusui
ada tanda infeksi, mata terbentuk
teratur.
sempurna, tidak ada strabismus. d. Telinga
secara
Menunda memandikan bayi setidaknya 6 jam pertama
Telinga terdapat 2, simetris, tulang rawan
terbentuk
terdapat
lubang
telinga
terdapat
sekret,
daun
normal.
c.
bayinya
sempurna,
setelah bayi lahir. d. Memakaikan bayi pakaian
tidak
hangat dan usahakan bayi
telinga
tidak terpapar udara secara langsung.
e. Hidung
f.
Evaluasi
:ibu
Simetris, tidak ada kelainan, bayi
pencegahan
bernafas teratur.
bayi.
Mulut
10.50
mengerti hipotermi
cara pada
5. Memberikan ASI secara ekslusif
Bibir dan palatum normal, tidak
dan sesuai keinginan bayi.
ada sumbing, reflek menghisap
Evaluasi : ibu bersedia menyusui
(+), tidak ada nafas cuping hidung.
secara on demand.
g. Leher
11.00
6. Melakukan dan mengajari ibu
Tidak ada pembengkakan dan
cara perawatan tali pusat.
gumpalan.
Evaluasi
h. Dada
ibu
paham
cara
melakukan perawatan tali pusat.
Bentuk
simetris,
pembengkakan,
tidak
terdapat
ada puting
susu, tidak ada kelainan bunyi nafas dan jantung. i.
Bahu lengan dan tangan normal.
j.
Sistem saraf : reflek morro (+).
k.
Perut Bentuk
simetris,
tidak
ada
penonjolan pada tali pusat pada saat
:
menangis,
tidak
terdapat
infeksi pada tali pusat, tidak ada
benjolan pada perut. l.
Genetalia Bayi laki-laki penis dan skrotum terbentuk
sempurna,
terdapat
lubang pada ujung penis. m. Tungkai dan kaki Tampak normal, gerakan normal, jumlah jari-jari lengkap. n. Kulit Bersih, terdapat vernik caseosa, kulit
dan
bibir
kemerahan,
tidak
berwarna ada
pembengkakan atau bercak hitam, tidak ada tanda lahir. 5. Pemeriksaan Reflek a. Reflek morro : (+) b. Reflek rooting : (+) c.
Reflek grapsing : (+)
d. Reflek sucking : (+) e. Reflek tonick neck : (+)
2. Pengkajian II Tanggal
: 15 November 2015
Jam
: 15.30 WIB
Tabel 3.16 : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir II S 1. Ibu mengatakan
O
A
1. Pemeriksaan Umum
Jam
1. Dx.Kebidanan
15.33
P 1. Menginformasikan pada ibu dan keluarga bahwa
bayinya berumur 6
KU : baik
Bayi Ny.Eva susanti
keadaan umum bayinya saat ini dalam keadaan
jam postpartum.
Kesadaran : CM
umur
baik, tidak ada tanda-tanda infeksi ataupun
TTV :
fisiologis.
2. Ibu mengatakan
6
jam
bayinya bergerak
S
: 37 °C
aktif, reflek
N
: 140x/menit
menghisap baik,
Rr : 47x/menit
3. Diagnosa Potensial
tidak ada gangguan
BB : 3300 gram
-
pernafasan, bayi
PB : 51 cm
4. Antisipasi Masalah
tidak ikterus.
LD : 31 cm
-
3. Ibu mengatakan
LK : 33 cm
kelainan.
2. Diagnosis Masalah
Evaluasi : Ibu dan keluarga sudah mengetahui
-
keadaan bayinya. 15.35
2. Menganjurkan
ibu
untuk
tetap
menjaga
kehangatan tubuh bayi. Evaluasi : Ibu dan keluarga bersedia untuk menjaga kehangatan tubuh bayi. 15.37
3. Menganjurkan
ibu
untuk
memberikan
ASI
bayinya sudah BAB
Lila : 10,5 cm
secara ekslusif.
1x dan sudah BAK.
Tidak ada tanda ikterus.
Evaluasi : Ibu bersedia untuk memberikan ASI
Tali pusat kering dan tidak
secara ekslusif.
4. Ibu mengatakan ASI keluar belum lancar.
ada
tanda-tanda
infeksi
atau perdarahan tali pusat.
15.40
4. Menginformasikan
ibu
dan
keluarga
untuk
melakukan pencegahan infeksi dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan kontak
2. Pemeriksaan Fisik:
langsung dengan bayinya dan tetap menjaga
Dalam batas normal.
kehangatan bayinya.
3. Reflek neurologis f.
Evaluasi : Ibu dan keluarga bersedia untuk
Reflek morro : (+)
melakukan pencegahan infeksi sebelum kontak
g. Reflek rooting : (+) h. Reflek grapsing : (+) i.
dengan bayi. 15.46
Reflek sucking : (+)
5. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat yang benar yaitu dengan cara :
a. Reflek tonick neck :
a. Mencuci tangan sebelum membersihkan tali
(+)
pusat. b. Mengganti tali pusat dengan kassa kering dan sterill tanpa betadine, alkohol dan memberi rempah-rempah seperti ramuan jawa. c.
Mencuci tali pusat dengan sabun.
Evaluasi
:
Ibu
sudah
mengetahui
cara
perawatan tali pusat. 15.48
6. Menginformasikan
pada
ibu
dan
keluarga
tentang tanda bahaya bayi baru lahir yaitu demam, tali pusat berbau, kejang, warna kulit kekuningan. Evaluasi : Ibu sudah mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir.
15.50
7. Memandikan bayi dan mengajarkan ibu cara memandikan bayi yang benar. Evaluasi
:
ibu
paham
penjelasan
cara
memandikan bayi yang benar. 16.05
8. Memberikan Imunisasi HB0 0,5 mg pada paha bagian kanan secara IM Evaluasi : sudah diberikan.
16.10
9. Membuat
kesepakatan
kunjungan
ulang
1
minggu lagi atau tanggal 20 November 2015. Evaluasi : ibu bersedia melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.
3. Pengkajian yang ke III Tanggal
: 20 November 2015
Jam
: 09.00 WIB
Tabel 3.17 : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir III S 1. Ibu mengatakan bayi
O 1. KU : baik
A 1. Dx.Kebidanan
Jam 09.05
P 1. Memberitahu ibu dan keluarga kondisi bayi
Ny.Eva susanti
Kesadaran : CM
Bayi Ny.Eva susanti
dalam keadaan sehat, keadaan umum baik,
berumur 6 hari.
TTV :
umur 6 hari fisiologis.
BB 3100 gram, tidak ada tanda-tanda
2. Ibu mengatakan
S
: 36,8°C
bayinya menyusu kuat,
N
: 104x/menit
reflek menghisap baik,
Rr : 40x/menit
gerak aktif, tidak
BB sekarang : 3100
mengalami gangguan
gram
pernafasan, bayi tidak ikterus. 3. Ibu mengatakan bayi
2. Pemeriksaan Fisik:
2. Masalah
kelainan, kondisi bayi sehat.
-
Evaluasi : ibu senang hasil pemeriksaan
3. Diagnosa Potensial -
kondisi bayinya sehat. 09.10
4. Antisipasi Masalah
2. Menginformasikan
kembali
untuk
tetap
menyusui secara on demand dan pentingnya
-
memberikan ASI ekslusif pada bayi.
Dalam batas normal.
Evaluasi : ibu bersedia untuk memberikan asi
3. Tali pusat sudah
secara ekslusif.
BAB 3-4 kali dalam
terlepas, tidak ada
sehari.
tanda infeksi/
perawatan bayi sehari-hari dan tanda bahay
perdarahan tali pusat.
pada bayi baru lahir.
4. Ibu mengatakan bayinya BAK >8 kali sehari. 5. Ibu mengatakan
4. Bayi menyusu kuat,
09.30
3. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai
Evaluasi : ibu memahami dan mampu
reflek menghisap baik,
mengulang kembali jawaban yang sudah
gerakan aktif, tidak ada
ditanyakan tentang perawatan bayi sehari-
gerakan bayi aktif, tali
gangguan pernafasan
pusat sudah lepas dan
dan ikterus.
hari dan tanda bahaya pada bayi baru lahir. 09.35
4. Menyarankan untuk tetap membawa bayinya
tidak ada tanda
keposyandu untuk penimbangan rutin dan
bahaya atau kelainan
pemberian imunisasi.
yang terjadi pada
Evaluasi : ibu bersedia membawa bayinya ke
bayinya.
posyandu rutin. 09.40
5. Membuat kesepakatan dengan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 4 minggu lagi atau pada tanggal 13 Desember 2015. Evaluasi : ibu bersedia melakukan kunjungan ulang pada tanggal yang sudah ditentukan.
4. Pengkajian yang ke IV Tanggal/Jam : 13 Desember 2015/09.00 WIB Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tabel 3.18 : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir IV S 1. Ibu
O
mengatakan
bayinya
berusia
28
hari 2. Ibu
mengatakan
bayinya
menyusu
pada ibunya dengan kuat
(minum
banyak),
ASI
1. Keadaan
umum
bayi
Jam
P
1. Diagnosa kebidanan
09.05
1. Mengingatkan kembali pada ibu pentingnya ASI
baik, BB: 3600 gram,
Bayi Ny. Eva Susanti
ekslusif serta perawatan bayi sehari-hari dan tanda
respirasi 52x/menit, suhu
Bayi baru lahir umur
bahaya pada bayi ( satpel terlampir). Evaluasi : Ibu
28 hari fisiologis.
memahami dan mampu mengulang kembali untuk
0
37 C, denyut nadi 142 x/meni
2. Masalah
2. Tidak ada tanda-tanda infeksi
dan tidak
ada
reflek
kelainan abnormal.
menghisap
baik,
3. Bayi menyusui dengan
gerakan
tidak
kuat, reflek menghisap
aktif,
A
mengulangi tentang perawatan bayi serhari-hari -
3. Diagnosa potensial
dirumah. 09.10
-
2. Memberikan imunisasi BCG 0,05 mg diberikan pada lengan bagian kanan secara IC dan
4. Antisipasi segera
memberikan imunisasi polio 1 sebanyak 2 tetes
-
Evaluasi : Sudah diberikan imunisasi BCG dan
mengalami gangguan
baik, gerakan aktif, tidak
pernapasan, bayi tidak
mengalami gangguan
ikterus
pernapasan dan tidak
tempat imunisasi BCG dengan menggunakan kain
ikterus.
ataupun kassa, bagian lengan yang disuntik akan
3. Ibu
mengatakan
polio 1. 09.12
3. Memberitahu ibu untuk tidak mengusap bagian
bayinya BAB 3-4 x
sedikit
bengkak
dan
mengeluarkan
dalam sehari.
menandakan imunisasi berhasil.
cairan
S 4. Ibu
O
A
Jam
mengatakan
bayinya
sering
Evaluasi : Ibu sudah mengerti 09.15
kencing > 8 kali sehari 5. Ibu
mengatakan pusatnya
sudah
terlepas
serta
tidak
ada
tanda-tanda
4. Memberitahu ibu bayi akan sedikit rewel efek samping dari imunisasi dan biarkan bayi menyusu secara on demand.
gerakan bayinya aktif tali
P
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan penjelasan. 09.20
5. Menyarankan ibu untuk tetap membawa bayinya ke posyandu untuk imunisasi dan mendapatkan informasi
tentang
pertumbuhan
dan
bahaya/kelainan yang
perkembangan bayinya.
terjadi pada bayinya.
Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan penjelasan yang diberikan.
E. Asuhan Kebidanan KB 1. Pengkajian I Tanggal/jam
: 26 Desember 2015 / 16.10 WIB
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tabel 3.19 : Asuhan Kebidanan KB I S 1. Ibu mengatakan bernama Ny. Eva Susanti umur 38 tahun. 2. Ibu mengatakan melahirkan anak ketiga, belum pernah keguguran. 3. Ibu mengatakan melahirkan secara normal, tanpa menggunakan alat ataupun obat untuk proses persalinan. 4. Ibu mengatakan melahirkan tiga kali belum pernah keguguan pada tanggal 15 November 2015 pukul 06.30 WIB. 5. Ibu mengatakan belum pernah melakukan
O 1. Pemeriksaan umum : a) KU : baik b) Kesadaran : composmetis c) Keadaan Emosional : stabil 2. Pemeriksaan TTV : a) TD : 110/70 mmHg b) Nadi : 80x / menit c) Respirasi : 22 x /menit d) Suhu : 36,5C 3. Pemeriksaan fisik : a) Mata :Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak ikterus b) Payudara : Bersih, puting susu menonjol Tidak ada bendungan ASI dan pengeluaran ASI (+/+) c) Abdomen : TFU tidak teraba d) Genetalia : Tidak ada tanda infeksi, luka jahitan sudah kering, tidak teraba benang IUD. e) Ekstremitas atas : tidak teraba batang implan pada lengan.
A 1. Dx. Kebidanan
Jam 16.15
P 1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan kondisinya bahwa hasil pemeriksaan tandatanda vitalnya sebagai berikut : TD : 110/70 mmHg, Nadi: 80x / menit, Respirasi : 22 x /menit, Suhu : 36,5C. Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang di berikan.
16.23
2. Menginformasikan kepada ibu dan suami tentang metode atau jenis-jenis KB, manfaat dan efek samping dengan menggunakan lembar balik (satpel terlampir) ibu memahami informasi dan akan mendiskusikan alat kontrasepsi yang akan digunakan. Evaluasi : Ibu sudah mengerti tentang penjelasan.
16.30
3. Membuat kesepakatan dengan ibu untuk berkunjung kembali pada tanggal 29Desember 2015. Evaluasi : ibu bersedia datang sesuai tanggal yang sudah disepakati.
Ny. Eva Susanti umur 38 tahun P3A0 Calon akseptor KB baru. 2. Masalah 3. Antisipasi segera -
S hubunganseksual sejak melahirkan. 6. Ibu mengatakan sebelumnya menggunakan alat kontrasepsi implan. 7. Ibu ingin mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi setelah melahirkan. 8. Ibu belum mendapatkan menstruasi setelah melahirkan.
O
A
Jam
P
2. Pengkajian yang ke II Tanggal/Jam : 29 Desember 2015 / 08.00 WIB Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tabel 3.20 : Asuhan Kebidanan KB II S
O
A
1) Ibumengatakan sampai saat ini belum menstruasi dan belum pernah berhubungan seksual dengan suami. 2) Ibu mengatkan ingin menggunakan kb suntik 3 bulan dengan persetujuan suami.
1) Pemeriksaan umum : a) Keadaan umum : baik b) Kesadaran : composmentis c) Keadaan Emosional: stabil 2) TTV : a) Tekanan darah : 120/80 mmHg b) Nadi : 81 x / menit c) Respirasi : 21 x /menit d) Suhu : 36,2C 3. Pemeriksaajn fisik :
1. Dx. Kebidanan Ny. Eva Susanti umur 38 tahun P3A0 akseptor KB suntik 3 bulan. 2. Masalah 3. Antisipasi segera -
a) Mata : Konjungtiva tidak pucat, sclera tidak icterus. b) Payudara : Bersih,puting susu menonjol Tidak ada bendungan ASI dan pengeluaran ASI (+/+). c) Abdomen: TFU tidak teraba. d) Genetalia : Tidak ada tanda infeksi,luka
Jam 08.00
08.10
08.12
08.15
P 1) Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu baik. Ibu diperbolehkan untuk memakai kb suntik 3 bulan. Evaluasi : Ibu senang dengan hasil pemeriksaan 2) Menginformasikan kembali secara khusus mengenai KB yang dinginkan ( satpel terlampir ). Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan penjelasan. 3) Memberitahukan pada ibu bahwa ibu akan segera di suntik depo provera/kb suntik 3 bulan. Evaluasi : Ibu sudah mengerti 4) Persiapan : a. Persiapan alat-alat - Obat yang akan disuntikkan (depo provera, cylofem) - Spuit suntik dan jarumnya - Alcohol 60-90 % dan kapas b. Persiapan petugas - Cuci tangan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir. Keringkan dengan handuk atau didinginkan.
S
O jahitan sudah kering, tidak teraba benang IUD. e) Ekstremitas atas : tidak teraba batang implant pada lengan.
A
Jam
P - Buka dan buang tutup kaleng pada vial yang menutupi karet. Hapus karet yang ada dibagian atas vial dengan kapas yang telah dibasahi dengan alcohol. Biarkan kering (pada depo provera/cycloferm) - Bila menggunakan jarum dan spuit suntik sekali pakai, segera buka plastiknya. - Pasang jarum pada spuit suntik dengan memasukkan jarum pada mulut spuit penghubung. - Balikkan vial dengan mulut vial ke bawah. Masukkan cairan suntik dalam spuit. Gunakan jarum yang sama untuk menghisap kontrasepsi suntik dan menyuntikkan pada klien. c. Persiapan daerah suntikan - Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alcohol yang dibasahi alcohol - Biarkan kulit tersebut kering sebelum dapat disuntik. d. Tehnik penyuntikan - Kocok botol dengan baik, hindarkan terjadinya gelembung udara pada obat. Keluarkan isinya. - Jam 10.05 ibu sudah disuntikkan depo provera secara intramuscular dalam didaerah pantat (daerah gluteal) dan dianjurkan ibu tidak memijat daerah suntikan.
S
O
A
Jam
08.20
P - Jangan masukkan kembali, dan jangan membengkokkan atau mematahkannya. Buang jarum dan spuit dalam kotak /tempat tahan robekan/tusukan/tembus. - Membuang spuit pada tempat yang telah disediakan Evaluasi :Sudah dilakukan penyuntikan Kb suntik 3 bulan 5) Menjadwalkan suntikan ulang 3 bulan lagi atau tanggal 22 Maret 2016 Evaluasi : Ibu bersedia untuk melakukan penyuntikan ulang 3 bulan kemudian.
BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan merupakan langkah terakhir dari suatu pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kesenjangan antara teori yang ada pada BAB II dengan gambaran kasus nyata lapangan yang tertuang pada BAB III serta alasan-alasan mengapa kesenjangan tersebut terjadi. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan dituangkan dalam bentuk SOAP, yang berpedoman pada pola pikir Manajemen Kebidanan Varney. A. Kehamilan 1. Data Subjektif Pengkajian pertama diperoleh data tentang pernyataan mengenaiNy. Eva Susanti berumur 38 tahun, hamil ketiga melahirkan dua kali belum pernah keguguran, HPHT 15-02-2015, HPL 23-11-2015, kunjungan ANC selama hamil sebanyak 8x, 3 kali TMI, 2 kali TMII, 3 kali TMIII. Ny. Eva Susanti tidak mempunyai riwayat penyakit apapun seperti jantung, ginjal, TBC, malaria, DM, asma, HIV/AIDS. Ny. Eva Susanti mengkonsumsi obat dari bidan yaitu tablet Fe setiap hari dengan dosis 60mg atau 1 tablet setiap hari dan ibu sudah mendapatkan imunisasi TT yang ke 5 pada tanggal 6 April 2015, dengan BB sebelum hamil 51 kg, BB sekarang 60 kg, kenaikan BB pada TM 1 sebanyak 4 kg, TMII sebanyak 5 kg, TMIII tidak mengalami kenaikan, total kenaikan BB ibu 9 kg.Ny. Eva Susanti merasakan nyeri pada punggung sejak 1 minggu yang lalu dan belum mengetahui bagaimana cara menghilangkan keluhan sakit punggung yang dialaminya. Pengkajian kedua didapatkan hasil pernyataan keluhan
sakit punggung sudah hilang dan tidak ada keluhan lagi, tetapi pada TMIII Ny. Eva Susanti mengalami penurunan berat badan sebanyak 1 kg dari berat badan sebelumnya, sehingga berat badan sekarang 59 kg. Pemberian imunisasi TT yang ke 5 dilakukan pada tanggal 6 April 2015, dimana jarak pemberian imunisasi TT ke 4 dengan TT ke 5 berjarak 7 tahun. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa imunisasi TT ke 4 dengan TT ke 5 berjarak 1 tahun dengan masa perlindungan 10 tahun, tetapi dilahan imunisasi diberikan dengan jarak 7 tahun dari TT ke 4, namun masih tetap pada masa perlindungan yaitu 10 tahun, sehingga tetap diberikan imunisasi TT ke 5. Pemberian tablet Fe pada ibu hamil dilahan diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan, dimana dosis perhari 1 tablet, ibu meminum dengan menggunakan air putih dan diminum pada malam hari, tetapi ibu mengatakan mual setelah minum tablet Fe. Hal tersebut sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa pemberian tablet Fe diberikan minimal 90 tablet selama kehamilan, dosis tablet Fe 60 mg dan diminum 1 tablet per hari, waktu meminum tablet Fe sebaiknya pada malam hari menjelang tidur, untuk mengurangi efek mual dari tablet Fe. Cara meminum tablet Fe dengan menggunakan air putih atau air jeruk untuk menghilangkan bau amis, tidak boleh menggunakan air kopi, air susu, ataupun air teh karena dapat menghambat penyerapan zat besi. Efek samping dari mengkonsumsi tablet Fe yaitu konstipasi/susah BAB, mual, tinja berwarna coklat kehitaman sehingga efek yang dialami ibu masih normal karena mual merupakan efek samping dari mengkonsumsi tablet Fe, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek.
Kenaikan berat badan selama kehamilan sebanyak 9 kg, dimana kenaikan pada TM I sebanyak 4 kg, TM II sebanyak 5 kg, TM III tidak mengalami kenaikan berat badan. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori menurut (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa kenaikan berat badan ibu hamil normalnya 12-15 kg selama kehamilan dimana pada Ny. Eva Susanti kenaikan berat badan hanya 9 kg selama hamil, hal tersebut dipengaruhi oleh aktivitas sehari-hari Ny. Eva Susanti yang bekerja sebagai karyawan dan tidak diimbangi dengan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Pola makan Ny. Eva Susanti pada trimester III mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan trimester II, tetapi aktivitas yang dilakukan lebih banyak jika dibandingkan dengan sebelumnya, sehingga ibu mengalami penurunan berat badan. Ibu mengalami keluhan pegel-pegel pada bagian punggung sejak 1 minggu yang lalu dan diberikan asuhan mengenai posisi yang benar pada ibu hamil dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan selama hamil atau teknik body mekanik. Hal tersebut sesuai dengan teori (Kurnia, 2009), yang menyatakan ketidaknyamanan pada bagian tulang belakang (punggung – pinggang) karena meningkatnya beban berat dari bayi dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan kearah pada tulang belakang, selain itu juga posisi yang salah yang dilakukan ibu selama hamil, untuk mengatasi keluhan tersebut dilakukan body mekanik. Pemeriksaan yang dilakukan dilahan mengenai standar pelayanan kebidanan meliputi timbang berat badan, ukur TFU, pemeriksaan tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan Hb,temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), menyatakan bahwa standar
peayanan kebidanan yaitu 14 ”T” meliputi : timbang berat badan, ukur tinggi fundus uteri, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi TT, pemeriksaan Hb, pemberian tablet Fe, perawatan payudara, pemeriksaan protein urine, pemeriksaan urine reduksi (pemeriksaan kadar glukosa), senam hamil, pemberian obat malaria, pemberian kapsul minyak yodium, lakukan tes penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan rujukan. Hasil evaluasi didapatkan kesenjangan antara teori dan praktek, dimana dilahan tidak dilakukan pemeriksaan urine reduksi dan protein urin dikarenakan tidak ada indikasi riwayat pre-eklampsi ataupun adanya tanda-tanda per-eklampsi sebelumnya. Senam hamil tidak dilakukan dilahan karena sebagian ibu hamil tidak mau mengikuti senam hamil dengan alasan harus bekerja meskipun pada hari libur. Pemeriksaan tes penyakit menular seksualtidak dilakukan karena keterbatasan fasilitas dan biaya. Pemberian obat malaria dan kapsul minyak yodium juga tidak diberikan dilahan karena daerah tempat tinggal pasien tidak berada pada daerah endemik. Asuhan yang dilakukan dilahan ditemukan masalah bahwa ibu hamil berumur 38 tahun dan tergolong pada usia resiko terhadap umur yaitu umur ≤ 16 tahun dan ≥ 35 tahun dimana keadaan tersebut dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa ibu hamil dengan usia ≥ 35 tahun mudah terjadi penyakit dan organ kandungan yang menua, jalan lahir bertambah kaku, ada kemungkinan ibu mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain hipertensi, pre-eklamsia, ketuban pecah dini, persalinan tidak lancar atau macet, perdarahan setelah bayi lahir, bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) <2500 gram, selain itu
usia ibu hamil ≥ 35 tahun dapat menyebabkan kelainan-kelainan seperti mola hidatidosa, abortus, kehamilan ektopik. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. 2. Data objektif Pengkajian pertama diperoleh hasil pemeriksaan KU baik, kesadaran composmentis, TD : 110/70 mmhg, N : 78 x/menit, S: 36,5°C, RR : 23x/menit, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri UK 36 minggu2 hari diperoleh hasil TFU 3 jari diatas pusat, punggung kiri, divergen. Pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan Hb dengan hasil 11 gr%.Pengkajian kedua diperoleh hasil pemeriksaan KU baik, kesadaran composmentis, TD : 100/70 mmhg, N : 76 x/menit, S: 36,5°C, RR : 20x/menit, pemeriksaan obstetri UK 37 minggu 5 hari diperoleh hasil TFU 3 jari dibawah px, punggung kiri, divergen. Hal tersebut tidak sesuai dengan praktek lahan dengan teori (Ari Sulistyawati, 2009), menyatakan bahwa ukuran TFU sesuai dengan umur kehamilan yaitu UK kurang dari 12 minggu TFU ballotment, UK 12 minggu TFU 1-2 jari diatas pusat, UK 16 minggu TFU pertengahan pusatsympisis, UK 24 minggu TFU setinggi pusat, UK 28 minggu TFU 3 jari diatas pusat, UK 32 minggu TFU pertengahan pusat-px, UK 36 TFU setinggi px, UK 40 minggu pertengahan pusat-px, sesuai dengan teori, bagian terbawah janin divergen (sudah masuk panggul) sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan praktek pada pemeriksaan pertama UK 36 minggu 2 hari TFU 3 jari diatas pusat dan pemeriksaan kedua UK 37 minggu 5 hari TFU 3 jari dibawah px. Tekanan darah ibu normal (kurang dari 140/90 mmhg, sehingga tidak terjadi lonjakan pada tekanan darah), sehingga pada pemeriksaan TFU ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek.
3. Assesment Berdasarkan data yang sudah didapatkan dari hasil pengkajian pertama padaNy. Eva Susanti bahwa diagnosa kebidanan pada ibu hamil adalah Ny. Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0 hamil 36 minggu 2 hari janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang, puki, preskep, divergen dengan resti. Asuhan kedua didapatkan hasil diagnosa kebidanan Ny. Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0 hamil 37 minggu 5 hari janin tunggal hidup intra uteri, letak memanjang, puki, preskep, divergen dengan resti. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada ibu hamil adalah Multigravida, umur . . .tahun, G. . . P . . . A . . . UK (≥ 28 minggu), janin tunggal/ganda, hidup/mati dalam intra uterin, letak memanjang/melintang, punggung kanan/kiri, presentasi kepala/bokong, divergen/konvergen dengan resti, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan pada diagnosa kebidanan. Hasil pengkajian dilahan tidak ditemukan adanya masalah, baik pada pengkajian yang pertama ataupun pengkajian yang kedua karena Ny. Eva Susanti tidak ada keluhan. Hal tersebut sesuai dengan teori (Ari Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa masalah didapatkan dari hasil pengkajian, keluhan yang dirasakan oleh pasien dan pemeriksaan kondisi kehamilan dan kesehatan pasien, sehingga tidak ditemukan anaya kesenjangan antara teori dan praktek. Pengkajian pada kehamilan yang dilakukan dilahan sebanyak dua kali pengkajian dan tidak didapatkan diagnosa potensial karena dilahan tidak ditemukan adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari Sulistyawati, 2009), yang
menyatakan bahwa diagnosa potensial muncul karena adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial. Antisipasi/tindakan segera dilahan tidak dilakukan karena tidak ditemukan adanya masalah dan tidak muncul diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori (Ari Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa
antisipasi/tindakan
segera
harus
dipersiapkan
untuk
mengantisipasi adanya masalah dan diagnosa potensial yang muncul berdasarkan keluhan dan pemeriksaan kondisi pasien. 4. Planning Asuhan pada kunjungan pertama yang diberikan pada Ny. Eva Susanti meliputi pemeriksaan keadaan umum, pemeriksaan kondisi kehamilan, penjelasan mengenai ketidaknyamanan pada kehamilan trimester III (keluhan pegel-pegel), pemberian penkes body mekanik. Asuhan kedua meliputi pemeriksaan kondisi kehamilan, pemberian penkesmengenai tanda bahaya pada kehamilan trimester III, konseling mengenai ibu hamil dengan resti, pemberian terapi obat. Asuhan yang diberikan pada Ny. Eva Susanti dengan keluhan sakit punggung (pegel-pegel) diberikan konseling mengenai body mekanik dan apa saja yang tidak boleh dilakukan pada ibu hamil trimester III. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Kurnia, 2009), yang menyatakan bahwa asuhan untuk mengurangi keluhan pegel-pegel adalah body mekanik yang berfungsi untuk mengurangi keluhan sakit punggung pada ibu hamil yang disebabkan oleh meningkatnya beban berat dari bayi yang ada dalam kandungan yang dapat mempengaruhi postur tubuh sehingga menyebabkan tekanan kearah tulang belakang. Macam-macam body mekanik yaitu cara duduk yang benar, cara berdiri yang benar, cara bangun dari tempat tidur yang benar, cara mengambil barang yang benar,
cara jongkok yang benar, dan hal-hal yang tidak diperbolehkan untuk ibu hamil yaitu berdiri terlalu lama, memakai sepatu ber hak tinggi, naik turun tangga,
mengangkat beban
terlalu berat, sehingga
tidak terjadi
kesenjangan antara teori dan praktek. Asuhan yang diberikan untuk mengantisipasi adanya resiko pada Ny. Eva Susanti yaitu dengan menganjurkan Ny. Eva Susanti melakukan pemeriksaan rutin, menganjurkan mengkonsumsi vitamin yang sudah diberikan, makan makanan bergizi, menganjurkan untuk tidak bekerja keras, istirahat cukup, olahraga kecil, periksa segera ke tenaga kesehatan jika ada keluahan. Hal tersebut sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa ibu hamil dengan usia ≥ 35 tahun mampu melahirkan bayi sehat dengan melakukan pemeriksaan kesehatan ibu dan bayi secara rutin terutama pada awal kehamilan, konsumsi vitamin untuk ibu hamil seperti asam folat pada 3 bulan pertama, menjaga berat badan agar tetap normal ( 11-15 kg untuk ibu hamil dengan berat badan normal, 6-11 kg untuk ibu hamil dengan berat badan lebih), menerapkan pola makan sehat berimbang, berolahraga secara
teratur
(jalan-jalan
atau
jogging,
hindari
olahraga
yang
mengharuskan tidur terlentang karena dapat menekan aliran darah), menghentikan kebiasaan yang dapat membahayakan janin (merokok, minum alkohol, minuman berkafein), deteksi kelainan kromosom pada bayi (melakukan tes-tes untuk mendeteksi kelainan kromosom pada bayi dalam kandungan). Sehingga antara teori dan praktek dilahan tidak ditemukan kesenjangan.
B. Persalinan 1. Kala I a. Data subjektif Ibu mengatakan bernama Ny. Eva Susanti umur 38 tahun, HPHT ibu 15-02-2015, HPL 23-11-2015, ANC dibidan 8 kali, tidak mempunyai riwayat penyakit apapun, imunisasi TT lengkap. Ny. Eva Susantimerasakan sakit pinggang menjalar ke perut bagian bawah, perut terasa kenceng-kenceng sejak pukul 05.40 WIB, keluar lendir dari jalan lahir, kontraksi uterus sering dan teratur (1x10’20’’). Hal tersebut sesuai dengan teori (Sarwono, 2007), yang menyatakan bahwa tanda-tanda persalinan meliputi turunnya kepala masuk pada PAP dan sering ingin kencing karena kandung kencing tertekan kepala janin, perut lebih melebar karena fundus uteri turun, terjadi perasaan sakit didaerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya fleksus frankenhuser yang terletak disekitar serviks, terjadi pengeluaran lendir, terjadi perlunakan serviks karena terdapat kontraksi otot rahim, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. b. Data objektif Hasil pemeriksaan KU baik, kesadaran composmentis. TTV pada jam 06.45 WIB normal, yaitu TD : 130/80 mmhg, S : 37,5°C, N : 85 x/menit, RR : 21 x/menit, pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemerikaan obstetri didapatkan hasil TFU 3 jari dibawah px, teraba bokong, punggung kiri, bagian terbawah kepala, letak memanjang, keadaan janin normal, DJJ 148x/menit, HIS 2x10’20’’. Pemeriksaan dalam dilakukan dengan hasil pembukaan serviks 1 cm, kulit ketuban masih utuh, kandung kemih kosong, portio lunak, vagina elastis.Hal
tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2007), yang menyatakan bahwa ukuran TFU ibu hamil pada umur kehamilan 38 minggu 3 hari adalah 3 jari dibawah px, DJJ normal pada bayi yaitu 120-160x/menit, presentasi kepala, letak janin memanjang, kontraksi uterus semakin lama semakin sering, kepala janin sudah masuk panggul, sudah ada pembukaan serviks, keluar lendir/cairan dari jalan lahir, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. c. Assesment Asuhan pada pengkajian yang didapat dapat dirumuskan menjadi diagnosa kebidanan yaitu Ny. Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0 hamil 38 minggu 3 hari janin tunggal hidup intra uterin, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen, inpartu kala 1 fase laten dengan resti. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada Ny. Eva Susanti adalah multigravida, G. . . P. . . A . . .UK (≥37 minggu), janin tunggal/ganda, hidup/mati dalam intra uterin, letak memanjang/melintang,
punggung
kanan/kiri,
presentasi
kepala/bokong, divergen/konvergen, inpartu kala 1 fase laten/aktif dengan
resti,
sehingga
didapatkan
hasil
bahwa
tidak
ada
kesenjangan antara teori dan praktek. Hasil pengkajian dan pemeriksaan dilahan didapatkan bahwa pada pemeriksaan dalam didapatkan waktu untuk pembukaan serviks 10 cm lebih cepat dari lama waktu yang seharusnya pada kala 1 yaitu 2 jam 45 menit, sehingga didapatkan masalah yang mengarah pada partus presipitatus. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Prawirohardjo, 2012), yang menyatakan bahwa lama
persalinan kala I primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung lebih cepat yaitu selama 8 jam, sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Pengkajian dilahan didapatkan masalah yaitu lama persalinan kala I berlangsung lebih cepat yaitu 2 jam 45 menit, hal tersebut sesuai
dengan
teori
menurut
(Prawirohardjo,
2012),
yang
menyatakan bahwa partus presipitatus berlangsung dalam waktu kurang dari 8 jam, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Hasil pengkajian dilahan dimana didapatkan masalah yaitu partus presipitatus, sehingga didapatkan diagnosa potensial laserasi perineum, ruptur uteri dan perdarahan. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Prawirohardjo, 2012) yang menyatakan bahwa diagnosa potensial yang muncul dari partus presipitatus adalah ruptur perineum, perdarahan dan laserasi perineum, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Antisipasi
masalah
yang
dilakukan
dilahan
yaitu
mempersiapkan perlengkapan heacting set, melakukan pemantauan kontraksi uterus ibu, menilai adanya tanda-tanda perdarahan. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Wildan dan Hidayat, 2008), yang menyatakan bahwa antisipasi tindakan yang harus dilakukan untuk partus presipitatus adalah persiapan penanganan perdarahan, pencegahan laserasi perineum seminimal mungkin, persiapan heacting untuk mengantisipasi adanya robekan perineum dan lakukan kolaborasi dengan dokter jika terjadi komplikasi dalam proses persalinan seperti ruptur uteri, sehingga didapatkan hasil bahwa asuhan yang diberikan sesuai dengan teori yang ada.
d. Planning Asuhan yang diberikan dilahan yaitu melakukan pemeriksaan dalam, mengukur tekanan darah, suhu dan denyut nadi, memberikan asupan nutrisi pada ibu, mengajarkan tekhnik relaksasi untuk mengurangi rasa nyeri saat his, menganjurkan ibu untuk jalan-jalan dan memilih posisi yang nyaman supaya penurunan bagian terbawah janin lebih cepat turun, menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAB dan BAK agar tidak mengganggu kontraksi, melakukan masase pada punggung untuk membantu mengurangi rasa nyeri saat kontraksi, menyiapkan
alat-alat
persiapan
persalinan
dan
melakukan
pengawasan kala I.Hal tersebut tidak sesuai dengan teori menurut (Sulistyawati, 2010), asuhan yang diberikan untuk ibu bersalin pada kala I dimana pada pemeriksaan VT dilakukan dalam setiap 4 jam sekali, namun pada praktek lahan dilakukan VT pukul 09.10 dimana belum ada 4 jam setelah VT pertama pukul 06.45 dikarenakan ibu sudah tidak kuat untuk menahan sakit, dan his semakin lama semakin bertambah yaitu 4x10’45’’, sehingga dilakukan VT dengan hasil pembukaan serviks 7 cm, efficement 70%, presentasi kepala, POD ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang menumbung, penurunan kepala hodge III+, tidak ada molase, PPV lendir darah, KK utuh, pada pukul 09.20 dilakukan pemeriksaan VT dikarenakan kepala janin sudah terlihat didepan vulva, hasil VT pembukaan 10 cm, KK (-) dilakukan tindakan amniotomi, effacement 100%, presentasi kepala, POD ubun-ubun kecil, tidak ada bagian yang menumbung, penurunan kepala hodge III+, tidak ada molase, PPV darah, his 5x10’45’’, DJJ 146x/menit, dan terlihat tanda gejala kala 2.
Pengkajian hasil pemantauan kala 1 yang dilakukan dilahan praktek didapatkan hasil bahwa lama persalinan pada kala 1 adalah 2 jam 35 menit. Hal itu tidak sesuai dengan teori menurut (Prawirohardjo,
2012),
Kala
I
yaitu
kala
pembukaan
yang
berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Kala I pada primigravida berlangsung selama 12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung lebih cepat yaitu selama 8 jam, sehingga terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. 2. Kala II a. Data Subjektif Ibu mengatakan perutnya terasa semakin sakit, ingin meneran seperti orang ingin BAB, terdapat tekanan pada anus, kontraksi semakin kuat, vulva sudah membuka, perineum menonjol, keluarnyanya lendir darah dari jalan lahir. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa proses persalinan kala II dimulai dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap) sampai lahirnya bayi. Pada primigravida kala 2 berlangsung rata-rata 1,5 jam, pada multigravida rata-rata 0,5 jam yang ditandai dengan adanya kontraksi yang frekuensi kontraksi semakin lama semakin bertambah lama, adanya dorongan ingin meneran, vulva membuka, tekanan pada anus, perineum menonjol, keluar darah dari jalan lahir. b. Data objektif Pemeriksaan umum didapatkan hasil pemeriksaan VT 10 cm, effecement 100%, ketuban (-), teraba kepala, UUK didepan, kepala turun hodge IV+, tidak teraba bagian kecil-kecil janin, DJJ (+), frekuensi 146x/menit, his 5x10’45’’. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Terlihat tanda-tanda persalinan seperti dorongan untuk
meneran, tekanan pada anus, perineum menonjol, vulva membuka, perdarahan ±50cc.Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa data objektif yang didapatkan pada kala II adalah pembukaan serviks lengkap (10cm), kontraksi semakin sering dan kuat, adanya dorongan untuk meneran, vulva membuka, tekanan pada anus, perineum menonjol, pada pemeriksaan dalam didapatkan penipisan dinding rahim 100%, penurunan hodge IV+, teraba UUK didepan, tidak ada bagian janin yang menumbung, sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek dilahan. c. Assesment Asuhan pada pengkajian pada Ny. Eva Susanti didapatkan diagnosa kebidanan yaitu Ny. Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0 umur kehamilan 38 minggu 3 hari inpartu kala II dengan resti.Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada Ny. Eva Susanti adalahmultigravida, umur . . . tahun, G. . . P. . . A. . .UK(≥34 minggu), inpartu kala II, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan praktek dilahan. Asuhan yang diperoleh dari hasil pemeriksaan pada data objektif dilahan tidak ditemukan adanya masalah pada kala II. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa proses persalinan kala II dimulai dari pembukaan serviks 10 cm (lengkap) sampai lahirnya bayi. Pada primigravida kala 2 berlangsung rata-rata 1,5 jam, pada multigravida rata-rata 0,5 jam yang ditandai dengan adanya kontraksi yang frekuensi kontraksi semakin lama semakin sakit, adanya dorongan ingin meneran, vulva
membuka, tekanan pada anus, perineum menonjol, keluar darah dari jalan lahir, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teroi dan praktek. Asuhan yang diberikan dilahan tidak ditemukan adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012) yang menyatakan bahwa diagnosa potensial muncul karena adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial. Antisipasi tindakan dilahan tidak dilakukan karena proses persalinan pada kala II berlangsung spontan dan tidak ditemukan adanya komplikasi. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Wildan dan Hidayat, 2008), yang menyatakan bahwaantisipasi tindakan yang harus dilakukan berdasarkan masalah dan komplikasi yang serta pemeriksaan fisik dan obstetri pasien yang dianggap membahayakan keselamatan ibu dan janin sehingga membutuhkan antisipasi penanganan yang tepat agar komplikasi tersebut dapat teratasi, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teroi dan praktek dilahan. d. Planning Asuhan yang diberikan pada Ny. Eva Susantipada persalinan kala II adalah pemberitahuan kepada suami dan keluarga bahwa pembukaan jalan lahir sudah lengkap, lihat adanya tanda-tanda persalinan, ibu dianjurkan untuk mengejan jika ada kontraksi saja dan bisa minum disela-sela tidak ada kontraksi, pada persiapan persalinan (ibu, penolong, alat), melakukan episiotomi dengan alasan menghindari
robekan
perineum
yang
tidak
teratur
sehingga
menyulitkan dalam proses heacting, melahirkan bayi, melakukan
penilaian bayi meliputi warna kulit, gerakan, tangisan, pernafasan, suhu, denyut jantung, dan IMD, memotong tali pusat dengan gunting steril, menjaga kehangatan bayi, menilai pernafasan bayi.Hal tersebut sesuai menurut Sulistyawati (2010), asuhan yang diberikan pada kala II meliputi : Memberikan dukungan terus menerus pada ibu, memastikan kecukupan nutrisi ibu, mempertahankan kebersihan diri, mempersiapkan kelahiran bayi, membimbing meneran pada saat his, melakukan pemantauan keadaan ibu dan DJJ bayi secara terus menerus,
melakukan
amniotomi,
melakukan
episiotomi
jika
diperlukan, melahirkan bayi, nilai tanda-tanda kehidupan bayi meliputi tangisan, warna kulit, suhu, IMD, gerakan, denyut jantung bayi, potong tali pusat dengan gunting steril, menjaga kehangatan bayi, merangsang pernafasan bayi jika diperlukan.Asuhan yang diberikan sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilahan. Pada kala II ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dimana pada waktu persalinan hanya berlangsung 10 menit dan dari kala 1 sampai kala 2 berlangsung selama 2 jam 45 menit sehingga didapatkan diagnosa partus presipitatus. Hal tersebut seusuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa partus presipitatus terjadi jika persalinan berlangsung kurang dari 3 jam dari kala 1 sampai kelahiran bayi, dimana banyak sekali faktor dan resiko yang terjadi pada partus presipitatus. Faktor yang mempengaruhi partus presipitatus adalah multigravida, kontraksi uterus/rahim yanng terlalu kuat, penggunaan oksitosin, tahanan yang rendah pada bagian jalan lahir. Akibat dari partus presipitatus adalah adanya laserasi perineum yang tidak berarturan, terjadi perdarahan
karena kontraksi uterus sangat kuat sehingga tidak ada relaksasi uterus, terjadi emboli air ketuban, pada bayi dapat terjadi trauma lahir. 3. Kala III a. Data Subjektif Ny. Eva Susanti mengatakan plasenta belum lahir, bayi lahir pukul 09.30, WIB, uterus terasa keras, perut mules, adanya darah yang keluar. Hal ini sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa tanda-tanda perlepasan plasenta adalah uterus bertambah keras dan perut terasa mules, talipusat bertambah panjang, adanya semburan darah dari jalan lahir. Hal itu sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak didapatkan kesenjangan antara teori dan praktek. b. Data Objektif Pada pemeriksaan Ny. Eva Susanti didapatkan TD : 110/70 mmhg, N : 80x/menit, S : 37,4°C, RR : 22x/menit, pemeriksaan obstetri pada abdomen didapat hasil TFU setinggi pusat, kontraksi uterus baik, plasenta belum lahir, tidak ada perdarahan yang abnormal, VU kosong. Pada genetalia terlihat tanda perlepasan plasenta seperti tali pusat memanjang, uterus keras, keluar semburan darah dari jalan lahir, perdarahan ±100cc.Hal tersebut sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa TFU setinggi pusat, kontraksi uterus keras, perut terasa mules, adanya semburan darah, tali pusat memanjang, VU kosong. Asuhan tersebut sesuai dengan teori yang ada sehingga tidak terjadi kesenjangan dengan teori yang ada.
c. Assesment Ny. Eva Susanti umur 38 tahun G3P2A0 hamil 38 minggu 3 hari inpartu kala III dengan laserasi perineum. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono,2012), yang menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada ibu bersalin adalah multigravida, G. . . P. . .A. . . UK umur kehamilan (≥34 minggu), inpartu kala III dengan laserasi perineum, sehingga didapatkan hasil bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek dilahan. Pengkajian dilahan berdasarkan keluhan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan obstetri pasien tidak ditemukan adanya masalah pada kala III. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa tanda-tanda perlepasan plasenta adalah uterus bertambah keras dan perut terasa mules, talipusat bertambah panjang, adanya semburan darah dari jalan lahir, TFU setinggi pusat, sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. Pengkajian dilahan tidak ditemukan diagnosa potensial, karena dilahan tidak ditemukan adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2007), yang menyatakan bahwa diagnosa potensial muncul jika ada suatu masalah yang mengarah pada diagnosa potensial, dalam hal ini sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dengan praktek dilahan. Antisipasi tindakan segera tidak dilakukan dilahan karena tidak ditemukan adanya masalah dan diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa antisipasi tindakan dilakukan untuk mencegah
adanya komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan bayi, dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. d. Planning Asuhan yang diberikan pada Ny. Eva Susanti adalah menjelaskan penyebab mules yang dialami oleh ibu, melakukan asuhan manajemen asuhan kala III meliputi palpasi abdomen untuk memastikan janin tunggal, suntik oksitosin, melakukan PTT, lahirkan plasenta, masase uterus selama 15 detik, periksa kelengkapan plasenta,
periksa
adanya
perdarahan,
pastikan
uterus
tetap
berkontraksi. Hal tersebut sesuai dengan teori Sulistyawati (2010), yang menyatakan bahwa asuhan yang diberikan pada kala III meliputi managemen aktif kala III meliputi melakukan palpasi uterus untuk
memastikan
tidak
adanya
bayi
lain
dalam
2
menit,
menyuntikkan oksitosin 10 IU secara IM, melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT), setelah ada tanda-tanda pelepasan plasenta, plasenta dilahirkan, setelah plasenta lahir lakukan masase uterus selama 15 detik, kemudian potong tali pusat, dekatkan bayi dengan ibunya, lakukan IMD segera mungkin kurang dari 30 menit. 4. Kala IV a. Data Subjektif Ny. Eva Susanti mengatakan perutnya masih terasa mules dan nyeri pada bagian jalan lahir, bayi sudah lahir, plasenta lahir dan keadaanya
sehat.Hal
tersebut
sesuai
dengan
teori
menurut
(Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa kala IV dimulai dari plasenta lahir sampai dengan 2 jam post partum.
b. Data objektif Pemeriksaan umum pada Ny. Eva Susanti dalam keadaan normal, pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pada pemeriksaan obstetri didapatkan pemeriksaan abdomen TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik,kandung kemih kosong. Pemeriksaan genetalia terdapat robekan perineum derajat 2, perdarahan ±250cc, ibu tampak letih. Hal tersebut sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa pemeriksaan objektif yang perlu dilakukan pada kala IV adalah pemeriksaan TFU, pemeriksaan laserasi dan perdarahan, pengawasan TTV, pemeriksaan kontraksi uterus, kebutuhan
mobilisasi,
sehingga
asuhan
tersebut
tidak
ada
kesenjangan dengan teori yang ada. c. Assesment Ny. Eva Susanti umur 38 tahun P3A0 inpartu kala IV. Hal tersebut
sesuai dengan
teori menurut
teori (Sarwono,2012),
mengenai diagnosa kebidanan yang menyatakan multipara umur. . . tahun, P. . . A. . . inpartu kala IV, hal tersebut sesuai dengan teori bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan praktek dilahan. Pengkajian dilahan tidak ditemukan adanya masalah pada kala IVyang dilakukan pada saat pemeriksaan. Hal tersebut sesuai dengan
teori
menurut
(Sarwono,
2012)
yang
menyatakan
bahwapemeriksaan yang dilakukan pada kala IV dimulai dari pemeriksaan
TFU,
pengawasan
TTV,
pemeriksaan pemeriksaan
laserasi kontraksi
dan uterus,
perdarahan, kebutuhan
mobilisasi, dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga asuhan tersebut tidak ada kesenjangan dengan teori yang ada.
Diagnosa potensial tidak ditemukan dilahan praktek karena tidak ditemukan adanya suatu masalah yang mengarah pada diagnose potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012) yang menyatakan bahwa diagnosa potensial muncul jika ada satu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial, dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Antisipasi tindakan segera dilahan tidak dilakukan karena tidak ada masalah dan diagnosa potensial yang harus membutuhkan penanganan segera. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2007), yang menyatakan bahwa antisipasi penanganan segera harus dilakukan apabila ada indikasi masalah yang mengarah pada komplikasi yang membahayakan keselamatan ibu dan bayi, dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. d. Planning Asuhan yang dilakukan pada Ny. Eva Susanti meliputi melakukan
heacting,
pemantauan
kontraksi,
pemantauan
pengeluaran darah (PPV), pemantauan TTV, pemeriksaan laserasi, pemantauan kandung kemih, anjuran mobilisasi dini, menjelaskan penyebab mules. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut Sulistyawati (2010), asuhan yang diberikan pada kala IV meliputi heacting perineum, pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran darah dan TTV, melakukan pemeriksaan jalan lahir dan perineum, memeriksa kelengkapan plasenta dan selaputnya, mengajarkan ibu cara memasase uterus agar uterus tetap berkontraksi, evaluasi darah yang hilang, memantau pengeluaran lokhea, mempertahankan
kandung kemih tetap kosong, sehingga asuhan yang diberikan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek.
C. Nifas 1. Data subjektif Asuhanpada pengkajian pertama didapatkan ibu bernama Ny. Eva Susanti berumur 38 tahun P3A0, melahirkan secara normal tanggal 15 November 2015 pukul 09.30 WIB jenis kelamin laki-laki, bersalin dibidan. Lama persalinan ibu kala 1 adalah 2 jam 35 menit, kala 2 adalah 10 menit, kala 3 adalah 15 menit, kala 4 adalah 2 jam, total lama persalinan adalah 5 jam, plasenta lahir lengkap, kotiledon lengkap, tidak ada bagian yang tertinggal, selaput plasenta utuh. Bayi lahir spontan BB 3300 gram, panjang 51 cm, LD 31 cm, LK 33 CM, LILA 10,5 cm, APGAR score normal,Ny. Eva Susanti merasakan nyeri pada luka laserasi, perut masih terasa mules, terdapat pengeluaran darah yang tidak terlalu banyak, sudah BAK ke kamar mandi dengan didampingi suami dan belum BAB. Ny. Eva Susanti belum mengetahui tahapan-tahapan mobilisasi dan macam-macam tanda bahaya pada ibu nifas. Ny. Eva Susanti menyusui bayinya setiap kali bayi menginginkan dan menyusui pada tiap payudara secara bergantian tetapi ASI belum keluar. Ny. Eva Susanti ingin mengetahui bagaimana cara membersihkan genetalia terutama pada luka bekas jahitan.Pengkajian kedua Ny. Eva Susanti pengeluaran darah PPV sudah sedikit lendir bercampur darah ±50 cc. Ny. Eva Susanti mengatakan tidak mengalami kesulitan saat BAB dan BAK dan masih merasakan nyeri pada luka laserasi. Ny. Eva Susanti mengatakan tidak ada penyulit selama masa nifas.Pengkajian ketiga Ny. Eva Susanti mengatakan putting susu lecet dan belum mengetahui cara menyusui
yang benar, darah yang keluar sudah sedikit, berupa flek ±10 cc. Pengkajian keempat Ny. Eva Susanti mengatakan darah yang keluar sudah berhenti, payudara terasa penuh, asi keluar lancar, tidak ada penyulit masa nifas dan sudah mengerjakan aktivitas sehari-hari sperti biasa nya tanpa ada keluhan. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sulistyawati, 2010), yang menyatakan bahwamasa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Asuhan yang diberikan pada ibu nifas 6 jam post partum adalah nilai keadaan umum ibu, pengawasan tandatanda vital ibu post partum, pemeriksaan TFU, evaluasi lochea, pastikan kandung kemih kosong, ajarkan ibu gerakan ambulasi, evaluasi eliminasi dan personal hygine. Asuhan nifas yang dilakukan selama 2-6 hari setelah melahirkan dan 2-6 minggu setelah melahirkan bertujuan untuk : Memastika involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, ukuran TFU sesuai dengan hari setelah persalinan, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau dan tanda infeksi, ibu sedang dalam proses penyembuhan yang aman, Memastikan bahawa bayi sudah bisa menyusui tanpa ada penyulit dan bertambah berat badanya, Memastikan ibu mendapat cukup asupan nutrisi, Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi
atau
perdarahan
abnormal,
Memprakarsai
penggunaan
kontrasepsi, Menganjurkan ibu membawa bayinya untuk kontrol (ke rumah sakit/ rumah bersalin atau posyandu). 2. Data objektif Pengkajian pertama pada Ny. Eva Susanti pemeriksaan TTV didapatkan hasil TD 120/70 mmhg, S 36,5°C, N 80 x/menit, RR 20 x/menit. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri
didapatkan hasil pemeriksaan payudara bersih, puting menonjol, tidak ada pengeluaran kolostrum pada payudara, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, uterus keras, kandung kemih kosong. Pemeriksaan genetalia terdapat laserasi, luka jahitan masih basah, lochea rubra, jumlah
perdarahan
normal
±
80
cc,
tidak
ada
tanda-tanda
infeksi.Pengkajian kedua pemeriksaan TTV TD120/70 mmHg , S 36,7°C, N 84x/menit, Rr 20x/menit, pemeriksaan fisik dalam batas normal, pemeriksaan obstetri pada abdomen adalah TFU pertengahan pusat dan syimpisis, lochea sanguinolenta, perdarahan ± 50 cc.Pengkajian ketiga pemeriksaan TTV TD 110/70 mmHg, S 36,5°C, N 78x/menit, Rr 20x/menit, pemeriksaan Fisik dalam batas normal. Pemeriksaan obstetri abdomen adalah TFU tidak teraba, uterus keras, kandung kemih kosong Genetalia kotor, PPVlochea serosa (kekuningan) ±10 cc.Pengkajian keempat pemeriksaan TTV TD 110/70 mmHg, S 36,5°C, N 80x/menit, Rr 22x/menit. Pemeriksaan Fisik dalam batas normal pemeriksaan obstetri pada abdomen TFU tidak teraba, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong. Genetalia kotor, PPV lochea alba (putih) bau tidak amis, luka jahitan sudah kering.Hal tersebut sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2010), pemeriksaan pada data objektif meliputi pemeriksaan TTV, pemeriksaan TFU masa nifas (bayi lahir TFU setinggi pusat berat 100 gram, plasenta lahir TFU 2 jari dibawah pusat berat 750 gram, 1 minggu TFU pertengahan sympisis berat 500 gram, 2 minggu TFU tidak teraba berat 350 gram, 6 minggu semakin kecil TFU 50 gram), evaluasi perdarahan dan luka laserasi, pemeriksaan kontraksi uterus, evaluasi lokhea (lokhea rubra hari ke 1-2 berisi darah segar dan sisa-sisa selapit ketuban, vernix, sel-sel desidua, lanugo, meconium, dan caseose. Lokhea
sanguinolenta hari ke 3-7 berwarna kuning yang terdiri dari darah dan lendir. Lokhea serosa hari ke 7-14 berwarna kuning tetapi sudah tidak terdapat lagi kandungan darah didalamnya. Lokhea alba lebih dari hari ke14 berwarna putih), pemeriksaan adanya tanda-tanda infeksi. Sehingga asuhan yang diberikan dilahan sesuai dengan asuhan yang ada pada teori. 3. Assesment Asuhan pertama didapatkan diagnosa kebidanan pada ibu nifas yaitu Ny. Eva Susanti umur 38 tahun P3A0 6 jam postpartum fisiologis.Asuhan kedua didapatkan diagnosa kebidanan pada ibu nifas Ny. Eva Susanti umur 38 tahun P3A0 6 hari postpartum fisiologis. Asuhan ketiga didapatkan hasil diagnosa kebidanan Ny. Eva Susanti umur 38 tahun P3A0 14 hari postpartum fisiologis. Asuhan keempat masa nifas didapatkan hasil diagnosa kebidanan Ny. Eva Susanti umur 38 tahun 42 hari postpartum fisiologis. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari Sulistyawati, 2009),yang menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada ibu nifas adalah multipara, umur . . tahun, P . . A. . . umur berapa jam post partum fisiologis/patologis.Sehingga diagnosa yang didapatkan sesuai dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Asuhan masa nifas pada pengkajian ketiga didapatkan masalahdari hasil pengkajian yaitu keluhan yang dialami ibu adalah puting susu lecet dimana kondisi psikis ibu tidak mengalami kecemasan karena pada masa nifas sebelumnya ibu sudah pernah mengalami kondisi tersebut dan keluhan dapat diatasi. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwaibu menyusui yang tidak mau memberikan ASI kepada bayinya dapat dipengaruhi oleh beberapa masalah, diantaranya kondisi payudara yang terlalu kecil, putting susu
yang tenggelam, putting susu lecet, ASI keluar sedikit, bayi rewel, dimana hal tersebut jika tidak segera ditangani dapat menimbulkan komplikasi pada ibu, dalam hal ini sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Diagnosa potensial yang ditemukan dilahan berdasarkan adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial yaitu keluhan putting susu lecet dimana didapatkan diagnosa potensial bendungan ASI. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa diagnosa potensial yang muncul dari keluhan putting susu lecet adalah bendungan ASI, dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Antisipasi tindakan yang diberikan dilahan mengenai keluhan putting susu lecet adalah penkes mengenai cara menyusui yang benar. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa penatalaksanaan dari puting susu lecet adalah cara menyusui yang benar, anjuran pada ibu untuk tetap menyusukan asinya pada setiap payudara secara teratur sehingga payudara kosong dan tidak terjadi bendungan ASI. Sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. 4. Planning Asuhan pertama yang diberikan meliputi beritahu ibu dan keluarga hasil pemeriksaan, mendeteksi adanya perdarahan karena atonia uteri, ajarkan pada suami dan keluarga untuk melakukan masase uterus, lakukan rawat gabung antara ibu dan bayi untuk meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan bayi, ajarkan ibu tentang gerakan macammacam mobilisasi, beritahu ibu cara membersihkan genetalia yang terdapat luka jahitan, anjurkan ibu untuk makan makanan bergizi,
memberikan penkes tentang asi ekslusif, beritahu ibu macam-macam tanda bahaya masa nifas, ajarkan ibu cara perawatan tali pusat yang benar dan pencegahan hipotermi. Asuhan masa nifas kedua meliputi evaluasi involusi uteri, pencegahan infeksi dan perdarahan, pemberian asi ekslusif, nutrisi ibu nifas, pemeriksaan kondisi ibu. asuhan ketia dan keempat sama dengan asuhan kedua.Hal tersebut menurut (Sulistyawati, 2010), yaitu asuhan yang diberikan pada ibu nifas 6jam post partum adalah nilai keadaan umum ibu, pengawasan tanda-tanda vital ibu post partum, pemeriksaan TFU, evaluasi lochea, pastikan kandung kemih kosong, ajarkan ibu gerakan ambulasi, evaluasi eliminasi dan personal hygine. Sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan asuhan pada masa nifas antara teori dan praktek. Asuhan kedua evaluasi kontraksi, pemeriksaan involusi uteri, pencegahan infeksi dan perdarahan yang abnormal, pemberian penkes asi ekslusif, memastikan TFU normal, konseling nutrisi, memastikan bayi sudah bisa menyusu, memprakarsai penggunaan KB. Asuhan ketiga dan keempat sama dengan asuhan sebelumnya.
D. Bayi Baru Lahir (BBL) 1. Data subjektif Asuhan pertama didapatkan hasil pengkajian bahwa bayi Ny. Eva Susanti merupakan anak ketiga, lahir pada tanggal 15 November 2015 pukul 09.30 WIB, berjenis kelamin laki-laki, keadaan bayi sehat, bayinya menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan, bernafas spontan, sudah dilakukan IMD, bayi Ny. Eva Susanti sudah BAK tetapi bellum BAB dan belum mau menyusu karena ASI belum keluar. Asuhan kedua didapatkan hasil pengkajian bayi Ny. Eva Susanti sudah BAB dan BAK,
bayi tidak mengalami tanda-tanda ikterus, bayi sudah mau menyusu tetapi asi belum keluar lancar. Asuhan ketiga didapatkan hasil pengkajian bayi Ny. Eva Susanti bayi menyusu dengan kuat, tidak ada tanda-tanda penyulit, bayi BAB 3-4 kali dalam sehari, BAK >8kali sehari, tali pusat sudah mengering dan lepas. Asuhan keempat didapatkan hasil pengkajian bahwa bayi Ny. Eva Susanti menyusu dengan kuat (minum ASI banyak), reflek menghisap baik, gerakan aktif, tidak mengalami gangguan pernapasan, bayi tidak ikterus, bayi Ny. Eva Susanti BAB 3-4 x dalam sehari, kencing > 8 kali sehari, gerakan bayi aktif tali pusat sudah terlepas serta tidak ada tanda-tanda bahaya/kelainan yang terjadi pada bayinya. Hal tersebut sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa bayi lahir normal pada umur kehamilan aterm 37-42 minggu, dengan berat normal 2500-4000 gram, bayi lahir spontan, menangis kuat, gerak aktif, bernafas spontan normal, kulit bayi baru lahir terlihat kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna, kuku panjang dan lemas, genetalia perempuan labia mayora menutupi labia minora dan untuk laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada, reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, reflek morrow/memeluk bila dikagetkan sudah baik, reflef grap sudah baik, eliminasi baik untuk pengeluaran mekonium bayi baru lahir dalam 24 jam. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. 2. Data objektif Asuhan pertama pada pemeriksaan bayi Ny. Eva Susanti adalah Pemeriksaan umum bayi dalam batas normal, suhu 37,2 °C, nadi 138x/menit, pernafasan 46 x/menit, berat lahir 3300 gram, panjang 51 cm,
lingkar dada 31 cm, lingar kepala 33 cm, lila 10,5 cm, jenis kelamin lakilaki, bayi lahir spontan, menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit kemerahan bernafas spontan, telah dilakukan IMD. Pemeriksaan fisik dalam batas normal. Pemeriksaan reflek meliputi reflek morro, rooting, sucking, grapsing, tonick neck dalam batas normal. Asuhan kedua bayi Ny. Eva Susanti adalah pemeriksaan umum normal, suhu 37 °C, nadi 140 x/menit, RR 47x/menit, BB 3300 gram, panjang 51 cm, lingkar dada 31 cm, lingkar kepala 33 cm, lila 10,5 cm, jenis kelamin laki-laki, pemeriksaan fisik normal, pemeriksaan reflek normal. Asuhan ketiga bayi Ny. Eva Susanti adalah pemeriksaan umum normal, suhu 36,8 °C, nadi 104x/menit, RR 40x/menit, BB sekarang 3100 gram, tali pusat sudah terlepas, bayi menyusu kuat, tidak ada tanda-tanda penyulit saat menyusu. Asuhan keempat bayi Ny. Eva Susanti didapatkan hasil pemeriksaan umum dalam keadaan normal, nadi 142x/menit, sushu 37°C, RR 52x/menit, BB sekarang 3600 gram, bayi Ny. Eva Susanti menyusu dengan kuat, asi keluar lancar, tidak ada penyulit ataupun tanda-tanda infeksi pada bayi Ny. Eva Susanti. Hal tersebut sesuai dengan teori (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa bayi lahir normal pada umur kehamilan 37-42 minggu, dengan berat normal 2500-4000 gram, panjang badan 45-54 cm, lingkar dada 3038 cm, lingkar kepala 33-35 cm, frekuensi jantung 120-160x/menit, kulit bayi baru lahir terlihat kemerahan dan licin karena jaringan subkutan cukup, rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna, kuku panjang dan lemas, genetalia perempuan labia mayora menutupi labia minora dan untuk laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada, reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik, reflek morrow/memeluk bila dikagetkan sudah baik, reflef grap sudah baik,
eliminasi baik untuk pengeluaran mekonium bayi baru lahir dalam 24 jam pertama dan berwarna hitam kecoklatan. Sehingga disimpulkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. 3. Assesment Asuhan kebidanan pertama pada bayi baru lahir didapatkan diagnosa kebidananBayi Ny. Eva Susanti umur 1 jam fisiologis. Asuhan kebidanan kedua pada bayi baru lahir didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. Eva Susanti umur 6 jam fisiologis. Asuhan kebidanan ketiga pada bayi baru lahir didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. Eva Susanti umur 6 hari fisiologis. Asuhan kebidanan keempat pada bayi baru lahir didapatkan diagnosa kebidanan Bayi Ny. Eva Susanti umur 28 hari fisiologis. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Ari Sulistyawati, 2009), diagnosa kebidanan pada bayi baru lahir Ny.Eva Susanti, berumur . . . jam,fisiologis/patologis. Diagnosa yang didapatkan sesuai dengan teori sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. Pengkajian bayi baru lahir dilahan tidak ditemukan adanya masalah yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa masalah muncul pada saat dilakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan obstetri dan keluhan pasien yang mengarah pada komplikasi, dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjanngan antara teori dan praktek. Diagnosa potensial dilahan tidak muncul karena dilahan tidak ditemukan adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial. Hal ini sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa diagnosa potensial diperoleh jika ditemukan adanya suatu tanda
yang mengarah pada diagnose potensial, dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan praktek. Antisipasi dilahan tidak dilakukan karena tidak diperoleh hasil pemeriksaan yang mengarah pada komplikasi. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa antisipasi direncanakan berdasarkan adanya masalah yang mengarah pada komplikasi yang bertujuan untuk mengatasi adanya komplikasi tersebut, dalam hal ini sesuai denngan teori, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. 4. Planning Asuhanpertama yang diberikan dilahan pada bayi umur 1 jam meliputi observasi TTV bayi, pemberian Vit.K, pencegahan infeksi, pencegahan hipotermi, pemberian ASI , dan observasi tali pusat. Asuhan kedua pada bayi umur 6 jam meliputi pencegahan hipotermi, pemberian asi secara ekslusif, pencegahan infeksi, cara perawatan tali pusat, tanda bahaya bayi baru lahir, memandikan bayi, pemberian imunisasi. Asuhan ketiga bayi baru lahir umur 6 hari meliputi perawatan bayi sehari-hari dan tanda bahaya bayi baru lahir, pemberian asi secara ekslusif, informasi penurunan berat badan bayi. Asuhan keempat bayi baru lahir umur 28 hari sama seperti kunjungan sebelumnya. Hal tersebut
sesuai dengan
teori Sulistyawati,
(2010),
yang
menyatakan bahwa asuhan yang diberikanpada 1 jam pertama meliputi observasi pernafasan, warna kulit, temperature, asupan ASI, observasi tali pusat, observasi eliminasi BAK dan BAB, pemverian vit. K dan imunisasi hb.0. Asuhan pada bayi umur 1 hari meliputi Tanda infeksi (kemerahan dan adanya pustule pada kulit, pengeluaran dari pusar, mata, suhu bayi sangat panas atau dingin, masalah menyusui dan masalah
pernafasan), penurunan berat badan. Asuhan pada bayi umur 6 hari meliputi ASI, Bb, tanda-tanda infeksi, warna kulit, imunisasi. Asuhan pada bayi umur 28 hari sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan sebelumnya. Sehingga tidak ada kesenjangan antara teori dan praktek. E. KB 1. Data subjektif Asuhan KB kunjungan pertama didapatkan data bahwa Ny. Eva Susanti mengatakan belum pernah melakukan hubungan seksual dengan suami, belum mendapatkan haid dan sebelumnya menggunakan alat kontrasepsi kb implan. Ny. Eva Susanti ingin mendapatkan informasi mengenai alat kontrasepsi pasca persalinan. Asuhan KB kunjungan kedua didapatkan data bahwa ibu mengatakn sampai saat ini belum mendapatkan haid setelah bersalin. Ibu mengatakan ingin menggunakan kb suntik 3 bulan dengan persetujuan suami, ibu tidak mau menggunakan kontrasepsi MOP karena ibu belum siap untuk dana. Ibu mengatakan sudah mantap menggunakan kontrasepsi kb suntik 3 bulan. Hal tersebut sesuai dengan teori Sulistyawati, 2009, yang menyatakan bahwa ibu setelah melahirkan dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi yang tidak mengganggu produksi asi, seperti alat kontrasepsi alamiah, kb implant, kb iud, kb suntik 3 bulan. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek. 2. Data objektif Asuhan kb yang diberikan pada asuhan pertama didapatkan hasil TD 110/70 mmhg, nadi 80x/menit, RR 22x/menit, suhu 36,5°C, pemeriksaan fisik dalam batas normal, pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan hasil tidak teraba batang implan, pada pemeriksaan genetalia didapatkan tidak terlihat adannya benang IUD. Asuhan kb kedua didapatkan hasil TD
120/80 mmhg, Nadi 81x/menit, suhu 36,2°C, pernafasan 21x/menit. Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan khusus didapatkan hasil dalam batas normal. Hal tersebut sesuai dengan teori Sulistyawati, 2009, yang menyatakan bahwa syarat pelaksanaan kb suntik 3 bulan yaitu tekanan darah normal yaitu kurang dari 130/90 mmhg, selama dalam siklus haid, belum melakukan senggama setelah melahirkan, belum habis masa nifas, tidak mempunyai alergi terhadap hormon estrogen. Sehingga tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek. 3. Assesment Asuhan kebidanan yang pertama pada akseptor KB yaitu Ny. Eva Susanti umur 38 tahun P3A0 akseptor kb suntik 3 bulan. Hal tersebut sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa diagnosa kebidanan pada pengguna alat kontrasepsi berdasarkan nama dan umur pasien, P. . .A. . . akseptor suntik, jika belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun sebelumnya berarti calon akseptor kb suntik. Hal tersebut sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktek dilahan. Pengkajian dilahan tidak ditemukan adanya masalah pada saat pemeriksaan. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa masalah ditemukan berdasarkan pada keluhan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan obstetri pada pasien, dalam hal ini sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Diagnosa potensial tidak ditemukan dilahan karena tidak ditemukan adanya suatu tanda yang mengarah pada diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono 2012), yang menyatakan bahwa diagnosa potensial muncul jika ada satu tanda yang mengarah
pada diagnosa potensial, dalam hal ini sesuai dengan teori sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. Antisipasi penanganan segera dilahan tidak dilakukan karena tidak adanya masalah dan diagnosa potensial. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut (Sarwono, 2012), yang menyatakan bahwa antisipasi penanganan segera dibutuhkan jika ada masalah atau komplikasi untuk mencegah komplikasi berlanjut dan menyelamatkan kondisi pasien, dalam hal ini sesuai dengan teori, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan praktek. 4. Planning Menurut praktek dilahan asuhan yang diberikan pada kunjungan pertama pemberian konseling mengenai penggunaan alat kontrasepsi, kunjungan kedua pemantapan dan pemasangan alat kontrasepsi. Hal tersebut sesuai dengan teori (Sulistyawati, 2009), yang menyatakan bahwa pada kunjungan pertama diberikan konseling mengenai macammacam alat kontrasepsi serta keuntungan dan kerugian pemakaian. Kunjungan kontrasepsi.
kedua
pemantapan
dan
tindakan
pemasangan
alat
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny.Eva Susanti secara komprehensifmeliputi asuhan pada kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru
lahir
dan
KB
pendokumentasian
dengan
pendekatan
menggunakan
managemen
metode
SOAP,
varney
sehingga
dan dapat
disimpulkan bahwa: 1. AsuhankebidananpadaNy.Eva Susantipadakehamilansudahdilakukanasuhan
kehamilan
sehingga
keluhan pegel-pegel yang dialami pasien berkurang dan teratasi dengan pemberian body mekanik. 2. AsuhankebidananpadaNy.Eva
Susanti
selamapersalinanberlangsungspontan dengan waktu yang lebih cepat dari teori (partus presipitatus), tetapitidakada komplikasi selama proses persalinan dan tidak dilakukanpenanganansecarakhusus, bayi lahir secara normal. 3. AsuhankebidananpadaNy.Eva
Susantipada
nifasdilakukanpemberian
konseling pada kunjungan nmasa nifas ke 3 mengenai cara menyusui yang benar dikarenakan puting susu ibu lecet, hasil evaluasi pada kunjungan ke 4 ibu sudah berhasil menyusui sesuai dengan yang diajarkan dan puting susu ibu sudah tidak lecet, sehingga asuhan yang diberikan berhasil. 4. AsuhankebidananpadabayibarulahirNy.Eva Susantitidakmenimbulkankomplikasi, danpenatalaksanaanbayibarulahirpadaNy.Eva
Susantisesuaidenganasuhan normal, sehingga tidak ada kesenjangan dengan teori, dan asuhan yang diberikan berhasil. 5. AsuhankebidanankeluargaberencanapadaNy.Eva
Susantitidakada
keluhan dan masalah yang abnormal, KB yang digunakan KB suntik 3 bulan. Asuhan yang diberikan berhasil dan tidak ada kesenjangan denngan teori.
B. Saran Berdasarkankesimpulandiatas,makapenulisakanmenyampaikan saran yang mungkinbermanfaatyaitu : 1. Kehamilan Asuhan padamasakehamilan trimester III dimana keluhan yang dialami Ny.
Eva
Susanti
adalah
pegel-pegel
berikanbidanuntukmengatasikeluhantersebut
,
asuhan
yang
di
adalahmemberikantehnik
body mekanik dan asuhan yang diberikan berhasil karena pegel-pegel yang dialami ibu berkurang,tetapiuntuk menghindari keluhan pegel-pegel tersebut dapat dilakukan senam hamil. Bidan juga diharapkan untuk memberikan konseling pada setiap ibu hamil yang periksa serta menjelaskan isi yang terdapat pada buku KIA. 2. Persalinan Asuhan persalinanpada Ny. Eva Susanti berjalan dengan normal, tidak ada komplikasi ataupun tindakan khusus yang dilakukan saat persalinan, namunsebaiknyapada kasus seperti Ny. Eva Susanti dengan kehamilan resti, bidanmelakukan tindakan sesuai dengan kewenangan bidan, melakukan rujukan pada setiap ibu hamil dengan resti untuk menghindari terjadinya komplikasi pada saat persalinan.
3. Nifas Asuhanmasanifaspada Ny. Eva Susanti tidak ditemukan adanya masalah yang abnormal sehingga tidak diperlukan perawatan khusus, namun pada asuhan yang diberikan lebih disesuaikan lagi dengan prosedurdanteori yang ada. 4. BayiBarulahir Asuhanbayi barulahirpada bayi Ny. Eva Susanti sudahsesuaidenganteori, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan, tetapi pada pengawasan bayi baru lahir lebih ditingkatkan lagi untuk mencegah adanya komplikasi pada bayi baru lahir. 5. Keluargaberencana Asuhan
pada
keluarga
berencana
yang
diberikansudahsesuaidenganteoridanprosedur yang berlaku, sehingga tidak ditemukan adanya kesenjangan, namun dalam pelaksanaan tindakan diharapkan petugas kesehatan lebih memperhatikan prinsip perlindungan diri dan pencegahan infeksi.
LAMPIRAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan
: Kehamilan
Sub Pokok Bahasan : Body Mekanik Waktu
: ± 20 menit
Hari/Tanggal
: Senin, 31 Oktober 2015
Tempat
: Rumah Ny. Eva Susanti
Sasaran
: Ny. Eva Susanti
A. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah diberikan penyuluhan selama ± 20 menit, ibu paham tentang Body Mekanik. 2. Tujuan Khusus a.
Ibu paham tentang pengertian body mekanik
b.
Ibu paham tentang keuntungan body mekanik
c.
Ibu paham tentang gerakan gerakan dalam body mekanik
d.
Ibu paham tentang posisi yang tidak di anjurkan dalam body mekanik
B. Materi 1. Pengertian body mekanik 2. Keuntungan body mekanik 3. Gerakan gerakan dalam body mekanik 4. Posisi yang tidak di anjurkan dalam body mekanik
C. Metode Ceramah, praktik dan Tanya jawab
D. Kegiatan Penyuluhan No
1.
Tahap
Waktu
Pembukaan 5 menit
Kegiatan penyuluhan
Peserta
Mengucapkan
-Menjawab salam
-
Alat/ media Ceramah
salam dengan baik -
Memperkenalkan
-Mendengarkan
diri -
Menjelaskan
-Mendengarkan
manfaat dari penyuluhan ini -
Menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan
2.
Penyajian
10
-
menit
Menjelaskan ibu
-Mendengarkan
pengertian body
dan praktik
mekanik -
Menjelaskan ibu
-Memperhatikan
keuntungan body mekanik -
Menjelaskan ibu
-
Menjawab
gerakan gerakan
-
Mendengarkan
dalam body
-
Menjawab
mekanik. -
Menjelaskan ibu hal hal yang tidak di anjurkan dalam body mekanik
3.
Penutup
5 menit
1. Evaluasi 2. Kesimpulan 3. Menutup salam
Ceramah
salam
E. Evaluasi 1. Jenis
: Lisan
2. Bentuk
:Tanya jawab
3. Soal
:
a. Apa saja posisi yang di anjurkan. b. Apa saja posisi yang tidak di anjurkan 4. Jawab : a. Posisi yang dianjurkan adalah berdiri, bangun dari posisi tidur dengan miring dulu, kalo jongkok cari pegangan, berdiri kaki sejajar dengan bahu sama duduk tidak menekan perut. b. Posisi yang tidak dianjurkan berdiri lama, duduk lama, naik turun tangga dan mengangkat beban terlalu berat.
MATERI PENYULUHAN BODY MEKANIK
A. Pengertian Body Mekanik adalah suatu sikap tubuh yang baik untuk menyesuaikan perubahan tubuh pada ibu hamil terutama tulang punggung yang lordosis. B. Keuntungan Body Mekanik Adalah untuk membentuk aktifitas sehari hari yang aman dan nyaman selama kehamilan dan untuk menghindari keluhan sakit punggung.
C. Macam macam gerakan body mekanik 1. Cara berdiri yang benar 2. Posisi saat duduk 3. Bangun dari posisi tidur 4. Posisi mengangkat beban 5. Posisi jongkok D. Hal hal yang tidak dianjurkan dalam body mekanik 1. Mengangkat beban terlalu berat 2. Melakukan posisi yang salah 3. Naik turun tangga 4. Melakukan posisi tertentu dalam posisi yang lama ( misalnya berdiri, duduk bersila, dan bersilang kaki )
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) TANDA BAHAYA PADA MASA NIFAS
Pokok Bahasan
: Post Natal Care (PNC)
Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Pada Masa Nifas Target dan Sasaran : NY. Eva Susanti Tanggal/jam
: 15 November 2015/15.30 WIB
Waktu
: 30 menit
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
A. Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta mampu mengetahui tentang tanda-tanda bahaya pada masa nifas.
B. Tujuan Intruksional Khusus Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan, peserta dapat mengetahui tentang:
1. Pengertian masa nifas 2. Tanda bahaya pada masa nifas 3. Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas 4. Hal yang perlu dilakukan bila terdapat tanda bahaya pada masa nifas Dan ibu nifas agar lebih meningkatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya masa nifas sehingga mereka dapat mengetahui dan mengenali apa yang termasuk dalam tanda-tanda
bahaya nifas dengan demikian diharapkan gangguan/komplikasi dalam masa nifas dapat dideteksi secara dini.
C. Materi 1. Pengertian masa nifas 2. Tanda bahaya pada masa nifas 3. Macam-macam tanda bahaya pada masa nifas 4. Penanganan yang harus dilakukan jika mengalami tanda bahaya pada masa nifas
D. Metode Ceramah dan Tanya jawab
E. Media Leaflet dan Satuan Acara Penyuluhan (SAP)
F. Kegiatan Penyuluhan Waktu Pembukaan (4 menit)
Isi (20 menit)
Kegiatan
1. Salam Pembuka 2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan pokok bahasan dan tujuan penyuluhan 4. Menjelaskan jalannya penyuluhan 5. Membagi leaflet 1. Menjelaskan pengertian masa nifas 2. Menjelaskan tanda bahaya pada masa nifas 3. Menjelaskan macammacam tanda bahaya pada
Kegiatan Ibu
-
Menjawab salam Mendengarkan
-
Melihat Mendengarkan Memperhatikan
masa nifas 4. Menjelaskan penanganan yang harus dilakukan jika mengalami tanda bahaya pada masa nifas Penutup (6 menit)
-
Tanya jawab Mengakhiri penyuluhan Salam penutup.
-
Mengajukan pertanyaan Menjawab Menjawab salam
G. Evaluasi Prosedur
: Post Test
Bentuk
: Lisan
Jenis
: Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan :
1. Apa pengertian dari masa nifas? 2. Sebutkan
tanda
bahaya
pada
masa
penanganannya? Hasil Ibu dapat menjawab pertanyaan yang diberikan.
nifas
dan
cara
Materi Penyuluhan TANDA BAHAYA PADA IBU NIFAS
A. Pengertian Masa Nifas Masa nifas (Puerperium) adalah dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6-8 minggu (Prawirohardjo, 2010) Puerperium berlangsung 6 minggu atau 42 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada keadaan yang normal, dijumpai dua kejadian penting pada puerperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 2007).
B. Tanda-tanda Bahaya Masa Nifas Adalah suatu tanda yang abnormal yang mengindikasikan adanya bahaya/komplikasi yang dapat terjadi selama masa nifas, apabila tidak dilaporkan
atau
tidak
terdeteksi
bisa
menyebabkan
kematian
ibu
(Pusdiknakes, 2011). Tanda-tanda bahaya masa nifas, sebagai berikut:
1. Pendarahan Post Partum a. Tanda dan gejala Pendarahan post partum adalah pendarahan lebih dari 500600 ml dalam masa 24 jam setelah anak lahir (Prawirohardjo, 2010). Menurut waktu terjadinya dibagi atas 2 bagian:
1) Pendarahan Post Partum Primer (Early Post Partum Hemorragie) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir.
Penyebab utama adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama. 2) Pendarahan Post Partum Sekunder (Late Post Partum Hemorragie) yang terjadi setelah 24 jam, biasanya terjadi antara hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta (Prawirohardjo, 2010) Menurut
Manuaba
(2008),
pendarahan
post
partum
merupakan penyebab penting kematian maternal khususnya di Negara berkembang. Factor-faktor penyebab pendarahan post partum adalah:
1) Grandemultipara 2) Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun 3) Persalinan yang dilakukan dengan tindakan 4) Penanganan Perdarahan yang perlahan dan berlanjut atau perdarahan tibatiba merupakan suatu kegawatdaruratan, segeralah bawa ibu ke fasilitas kesehatan.
2. Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina) Lochea adalah cairan yang dikeluarkan uterus melalui vagina dalam masa nifas sifat lochea alkalis, jumlah lebih banyak dari pengeluaran lender waktu menstruasi dan berbau anyir (Cairan ini berasal dari bekas melekatnya plasenta). Lochea dibagi dalam beberapa jenis (Rustam Muchtar, 2008):
a. Lochea rubra (cruenta): Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua,
verniks kaseosa, lanugo,
dan
mekonium, selama dua hari pasca persalinan. b. Lochea Sanguinolenta: Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir hari ke 3-7 pasca persalinan. c. Lochea Serosa: Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. d. Lochea Alba: Cairan putih, setelah 2 minggu. e. Lochea Purulenta: Terjadi infeksi, cairan seperti nanah berbau busuk. f. Lochiostasis: Lochea tidak lancar keluarnya. 1) Tanda dan gejala a) Keluarnya cairan dari vagina b) Adanya bau yang menyengat dari vagina c) Disertai dengan demam > 38oC 2) Penanganan Jagalah selalu kebersihan vagina anda, jika terjadi hal – hal yang tidak diinginkan segeralah periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.
3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu) Involusi adalah keadaan uterus yang mengecil oleh kontraksi rahim dimana berat rahim dari 1000 gr saat setelah bersalin, menjadi 4060 mg 6 minggu kemudian. Bila pengecilan ini kurang baik atau terganggu disebut sub-involusi (Rustam Muchtar, 2008).
Factor penyebab sub-involusi, antara lain: sisa plasenta dalam uterus, endometritis, adanya mioma uteri (Prawirohardjo, 2010).
a. Tanda dan gejala 1) Uterus lebih besar dan lebih lembek dari seharusnya 2) Fundus masih tinggi 3) Lochea banyak dan berbau 4) Pendarahan b. Penanganan Segera periksakan diri anda ke fasilitas kesehatan.
4. Nyeri pada Perut dan Panggul a. Tanda dan gejala Peritonitis: Peradangan pada peritoneum
1) Demam 2) Nyeri perut bagian bawah 3) Suhu meningkat 4) Nadi cepat dan kecil 5) Nyeri tekan 6) Pucat muka cekung, kulit dingin 7) Anoreksia terkadang muntah b. Penanganan Lakukan istirahat baring, bila nyeri tidak hilang segera periksakan ke fasilitas kesehatan.
5. Pusingdan Lemas yang Berlebihan Menurut Manuaba (2008), pusing dan lemas pada masa nifas dapat disebabkan karena tekanan darah rendah, anemia, kurang istirahat dan kurangnya asupan kalori sehingga ibu kelihatan pucat.
a. Tanda dan gejala 1) Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian kepala 2) Kepala terasa berdenyut dan disertai ras mual dan muntah 3) Lemas b. Penanganan 1) Lakukan istirahat baring 2) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup 3) Minum sedikitnya 3 liter setiap hari 4) Meminum tablet fe selama 40 hari 5) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) 6. Suhu Tubuh Ibu >38oC Peningkatan suhu tubuh pada ibu selama 2 hari kemungkinan terjadi infeksi nifas.
a. Tanda dan gejala Biasanya terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan dengan suhu > 38 o
C
b. Penanganan 1) Istirahat baring 2) Kompres dengan air hangat
3) Perbanyak minum 4) Jika ada syok, segera bawa ibu ke fasilitas kesehatan. 7. Penyulit dalam Menyusui Untuk dapat melancarkan ASI, dilakukan persiapan sejak awal kehamilan dengan melakukan masase, menghilangkan kerak pada putting susu sehingga duktusnya tidak tersumbat. Untuk menghindari putting susu terbenam sebaiknya sejak hamil, ibu dapat menarik-narik putting susu dan ibu harus tetap menyusui agar putting selalu sering tertarik. Sedangkan untuk menghindari putting lecet yaitu dengan melakukan teknik menyusui yang benar, putting harus kering saat menyusui. Putting lecet dapat disebabkan karena cara menyusui dan perawatan payudara yang tidak benar, bila lecetnya luat menyusui 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau pompa (Manuaba, 2008) Beberapa keadaan abnormal pada masa menyusui yang mungkin terjadi:
a. Bendungan ASI 1) Penyebab: penyempitan duktus laktiferus, kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna, kelainan pada putting susu. 2) Gejala: timbul pada hari ke 3-5, payudara bengkak, keras, tegang, panas dan nyeri, suhu tubuh meningkat. 3) Penanganan a) Susukan payudara sesering mungkin b) Kedua payudara disusukan c) Kompres hangat payudara sebelum disusukan
d) Bantu dengan memijat payudara untuk permulaan menyusui, sanggah payudara. e) Kompret dingin pada payudara diantara menyusui f) Bila diperlukan berikan paracetamol 500 mg peroral setiap 4 jam. b. Mastitis Adalah suatu peradangan pada payudara biasaya terjadi pada 3 minggu setelah melahirkan. Penyebabnya salah satunya kuman yang menyebar melalui luka pada putting susu/peredaran darah (Manuaba, 2008)
c. Tanda dan gejala 1) Payudara membesar dan keras 2) Payudara nyeri, memerah dan membisul 3) Suhu tubuh meningkat dan menggigil d. Penanganan 1) Sanggah payudara 2) Kompres dingin 3) Susukan bayi sesering mungkin 4) Banyak minum dan istirahat yang cukup 8. Abses payudara Adalah terdapat masa padat mengeras dibawah kulit yang kemerahan terjadi karena mastitis yang tidak segera diobati. Gejala sama dengan mastitis terdapat bisul yang pecah dan mengeluarkan pus (nanah) (Manuaba, 2008).
PENUTUP
A. Kesimpulan Tanda bahaya masa nifas merupakan suatu tanda yang abnormal yang mungkin terjadi pada ibu nifas dan mengindikasikan adanya bahaya/ komplikasi yang mungkin dapat terjadi selama masa nifas, apabila hal ini tidak dilaporkan atau tidak terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu. Diantara tanda bahaya nifas yang mungkin muncul pada ibu nifas diantaranya:
1. Pendarahan Post Partum 2. Lochea yang Berbau Busuk (Bau dari Vagina) 3. Sub-Involusi Uterus (Pengecilan Rahim yang Terganggu) 4. Nyeri pada Perut dan Panggul 5. Pusing dan Lemas yang Berlebihan 6. Suhu Tubuh Ibu >38oC 7. Penyulit dalam Menyusui Oleh karena itu diharapkan penyuluhan mengenai tanda bahaya masa nifas ini dapat membantu mendeteksi gejala yang mungkin muncul pada ibu nifas.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan
: Teknik Menyusui
Sub Pokok Bahasan
: Cara Menyusui yang Benar
Sasaran
: Ny. Eva Susanti
Tanggal Pelaksanaan Tempat
I.
: 29 November 2015/10.00 WIB : BPM Cicilia Jarmini Leyangan
TUJUAN 1. Tujuan Intraksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mengerti dan memahami cara menyusui yang benar 2. Tujuan Intraksional Khusus Setelah diberi penyuluhan peserta diharapkan mampu: a. Menjelaskan tentang pengertian cara menyusui yang benar b. Menjelaskan tentang persiapan sebelum menyusui c. Menjelaskan tentang posisi menyusui yang benar d. Menjelaskan tentang tanda-tanda bayi menyusu dengan benar e. Menjelaskan tentang cara menyendawakan bayi f.
II.
Mempraktekkan langkah-langkah menyusui dengan benar
MANFAAT 1. Agar putting susu ibu tidak lecet dan nyeri 2. Agar ibu dapat menyusui dengan benar 3. Agar produksi ASI bisa lancar dan optimal 4.
III.
bayi merasa nyaman dan tenang saat menyusu
METODE Ceramah dan Demonstrasi
IV.
MEDIA Laeflet
V.
PELAKSANAAN KEGIATAN LANGKAH Pembukaan
KEGIATAN 1. Mengucapakan
WAKTU
salam
dan 5 Menit
perkenalan 2. Mengadakan kesepakatan atau kontrak dalam penyuluhan 3. Melaksanakan tujuan umum dan khusus Inti
Menyampaikan materi penyuluhan
30 Menit
diantaranya : 1. Pengertian ASI 2. Pengertian Cara Menyusui Yang Benar 3.
Tujuan Menyusui
4.
Macam-Macam Posisi Menyusui
5. Langkah-Langkah
Menyusui
Yang Benar 6. Mengetahui
Tanda-Tanda
Bahwa Posisi Ibu Dan Bayi Sudah Benar Pada
Waktu
Menyusui
Penutup
1. Menyimpulkan hasil penyuluhan 2. Menanyakan kembali kepada ibu tentang penyuluhan yang telah diberikan 3. Menutup penyuluhan dan member salam
10 Menit
MATERI PENYULUHAN CARA MENYUSUI YANG BENAR
A. Tinjauan Teori ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi. didalamnya terdapat 3 aspek kelebihan, yaitu aspek gizi, aspek kekebalan, dan aspek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak. Seorang ibu dan bayi pertamanya mungkin mengalami masalah ketika menyusui, yang sebetulnya tidak tahu cara menyusui yang benar. Cara menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar dengan tujuan : 1. Agar putting susu ibu tidak lecet dan nyeri 2. Agar ASI bisa keluar secara optimal 3. Agar produksi ASI bisa lancar dan optimal 4. Agar bayi merasa nyaman dan tenang saat menyusu Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan pada putting dan sekitar aerola yang berfungsi untuk antibiotik dan mencegah terjadinya lecet pada putting. Macam-macam posisi menyusui: 1. Duduk 2. Berbaring 3. Berdiri Caranya : 1. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/ payudara 2. Ibu duduk atau berbaring dengan santai gunakan kursi yang rendah dan punggung ibu barsandar pada sandaran kursi. Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi terletak pada lengkung siku ibu. Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu yang satu di depanPerut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. 3. Payudara dipegang dengan ibu jari diatas dan yang lain menompang dibawah, jangan menekan putting susu atau aerolanya saja.
4. Bayi diberi rangsangan agar bayi membuka mulut dengan cara menyentuh sisi mulut bayi, menyentuh pipi dengan putting susu 5. Setelah bayi membuka mulut kepala bayi diarahkan ke payudara ibu dan putting serta aerola dimasukkan ke mulut bayi. 6. Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang lain. 7. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada putting susu dan aerola sekitarnya, biarkan kering dengan sendirinya. 8. Menyendawakan bayi dengan cara gendong bayi pada posisi tegak dengan kepalanya bersandar di bahu ibu, kemudian tepuk punggung bayi dengan lembut, dudukkan bayi di pangkuan ibu, sokong dada dan kepalanya dengan satu tangan dan tangan lain menepuk punggung bayi,tengkurapkan bayi di pangkuan ibu, sokong kepala bayi hingga lebih tinggi daripada dadanya. Tanda-tanda bahwa posisi ibu menyusui pada bayi sudah benar pada waktu menyusui adalah : 1. Bayi tenang 2. Bayi menempel betul dan menghadap ibunya 3. Mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara ibu 4. Mulut bayi terbuka lebar 5. Sebagian besar aerola tertutup mulut bayi 6. Bayi nampak pelan-pelan menghisap dengan kuat 7. Putting susu ibu tidak merasa sakit 8. Putting dan lengan bayi berada pada satu garis lurus Bagi ibu yang mempunyai bayi kembar, aktifitas menyusui bukan merupakan suatu halangan. Ada 3 cara menyusui bayi kembar, yaitu : 1. Double Footbal Bayi dipegang seperti memegang bola disisi kanan dan kiri tubuh ibu. Tangan ibu menopang kepala bayi dengan badan bayi berbaring di bawah tangan ibu. Banyak ibu menggunakan cara ini sampai mereka benar-benar berpengalaman. 2. Double Cradle Bayi dipegang seperti menyusui bayi tunggal, dimana ke-2 badan bayi menyilang di atas perut ibu. Posisi ini biasa digunakan pada ibu yang
sudah berpengalaman dan bayi dapat mengontrol kepalanya dengan baik. 3. Combine Football Cradle Bayi pertama dipegang dengan cara football, sedangkan bayi yang lain dipegang dengan posisi cradle. Posisi ini biasa digunakan oleh ibu dengan bayi triplet atau lebih, sehingga bayi terbiasa dan mendapat asupan ASI yang cukup.
B. Evaluasi 1. Apa yang dimaksud dengan ASI? Jawab : ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi 2. Sebutkan macam-macam posisi menyususi yang benar? Jawab : Duduk, berbaring, berdiri 3. Bagaimana tanda-tanda bahwa posisi ibu terhadap bayi sudah benar? Jawab : Bayi tenang, bayi menempel betul dan menghadap ibunya, mulut dan dagu bayi menempel betul pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar, sebagian besar aerola tertutup mulut bayi, bayi nampak pelanpelan menghisap dengan kuat, putting susu ibu tidak merasa sakit, putting dan lengan bayi berada pada satu garis lurus
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan
: Perawatan Bayi Baru Lahir ( BBL )
Sub Pokok bahasan : Perawatan Tali Pusat Sasaran
: By. Ny. Eva Susanti
Tanggal/jam
: 15 November 2015/15.30 WIB
Waktu
: 10 Menit
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
1. Tujuan Instruksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu dan keluarga bayi, diharapkan dapat melakukan perawatan tali pusat dengan benar secara mandiri di rumah. 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan pasien mampu : 1. Mengetahui tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat. 2. Memperagakan cara merawat tali pusat dengan benar. 3. Menyebutkan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam perawatan tali pusat. 3. Materi Penyuluhan 1. Memberikan pengetahuan tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat. 2. Memperagakan dan melatih teknik Perawatan tali pusat yang benar. 3. Mendorong pasien untuk melakukan teknik secara mandiri. 4. Metode Ceramah dan Memperagakan Teknik.
5. Kegiatan Penyuluhan No
Tahap / Waktu
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Klien
1
Pembukaan
Mengucapkan salam pembuka
Menjawab salam
2 Menit
Memperkenalkan diri
Mendengarkan
Menjelaskan maksud dan tujuan 2
Isi
Memberikan pengetahuan tentang Mendengarkan
5 menit
pentingnya perawatan tali pusat. Memperagakan dan melatih teknik perawatan tali pusat yang benar. Mendorong pasien untuk
Memperhatikan Mempraktekkan
melakukan teknik secara mandiri. 3
Penutup 3 menit
Menggali pengalaman peserta
Menceritakan
setelah dilakukan tindakan.
pengalaman
Memberikan masukan
Memperhatikan
Menyimpulkan hasil penyuluhan
Memberi tanggapan
Salam Penutup
Menjawab salam penutup
6. Evaluasi Pertanyaan dan jawaban 1. Setelah yang kita diskusikan tadi, apa yang bapak/ibu ketahui tentang pentingnya perawatan tali pusat ? 2. Coba peragakan kembali apa yang sudah kita peragakan tadi ? 3. Selain apa yang kita diskusikan tadi, apa bapak/ibu dapat melakukan perawatan di rumah secara mandiri ?
Materi Penyuluhan PERAWATAN TALI PUSAT
1. Pengertian Tali Pusat Bayi Tali pusat ( Funiculus umbilicalis ) adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen janin.Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau dijepit. 2. Cara Membersihkan Tali Pusat a. Cuci tangan bersih b. Gunakan handscoon c. Ambil kapas bulat atau kapas bertangkai yang telah dibubuhi alkohol 70%, lalu bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang menempel pada perut). d. Lakukan dengan hati-hati, apalagi bila pusar bayi masih berwarna merah. e. Gunakan jepitan khusus dari plastik untuk memegang ujung tali pusarnya, agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan perbannya. f.
Ambil kasa kering lalu bungkus sisa tali pusat. Usahakan agar seluruh permukaan hingga ke pangkalnya tertutup perban.
g. Lilitkan perban/kasa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas. Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan. h. Gunakan kain kasa untuk mengikat perban agar tetap pada tempatnya. 3. Arah Pembersihan Tali Pusat Bayi Pembersihan tali pusat bayi yang telah dipotong yaitu dari bagian tali pusat yang dipotong ke arah pusar dengan gerakan satu arah. Indikasinya agar bagian yang dipotong tidak terkena kotoran dari pusar. 4. Hal – Hal yang Dilarang Membubuhkan atau mengoleskan ramuan dan abu dapur karena akan menyebabkan infeksi.
5. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan a.
Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau menoleskan cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
b.
Lipat popok di bawah puntung tali pusat.
c.
Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
d.
Teknik Perawatan Tali Pusat Bayi. Dalam perawatan maupun pemotongan tali pusat bayi itu menggunakan teknik steril. Artinya, dalam setiap pelaksanaan perawatan dan pemotongan tali pusat bayi itu menggunakan alat- alat yang steril. Dan dalam setiap proses perawatan itu diangjurkan untuk sealalu memakai hanscoon.
e.
Penggunaan Popok pada bayi. Saat tali pusat dipotong, maka harus diperhatikan penggunaan popok bayi tersebut. Sebaiknya popok dipakaikan dibawah pusar. Alasannya adalah agar pusarnya tidak lembab, karena apabila lembab akan beresiko timbulnya infeksi.
6. Infeksi Tali Pusat Bayi a. Pengertian Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatrum ) Tetanus Neonatrum adalah penyakit yang diderita oleh bayi baru lahir (neonatus). Tetanus neonatorum penyebab kejang yang sering dijumpai pada BBL yang bukan karena trauma kelahiran atau asfiksia, tetapi disebabkan infeksi selama masa neonatal, yang antara lain terjadi akibat pemotongan tali pusat atau perawatan tidak aseptic (Ilmu Kesehatan Anak, 1985). Penyebab adalah hasil klostrodium tetani (Kapitaselekta, 2000) bersifat anaerob, berbentuk spora selama diluar tubuh manusia dan dapat mengeluarkan toksin yang dapat mengahancurkan sel darah merah, merusak lekosit dan merupakan tetanospasmin yaitu toksin
yang
bersifat
neurotropik
yang
dapat
menyebabkan
ketegangan dan spasme otot. (Ilmu KesehatanAnak,1985). Penyebab tetanus neonatorum adalah clostridium tetani yang merupakan kuman gram positif, anaerob, bentuk batang dan ramping. Kuman tersebut terdapat ditanah, saluran pencernaan manusia dan hewan. Kuman clostridium tetani membuat spora yang
tahan lama dan menghasilkan 2 toksin utama yaitu tetanospasmin dan tetanolysin. b. Tanda-Tanda Tali Pusat Bayi yang Terinfeksi 1) Bernanah Kondisi
ini
bisa
muncul
jika
kurang
benar
dalam
merawatnya,seperti kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila saat pemotongan tali pusat bayi menggunakan benda yang tidak steril sehingga kuman mudah tumbuh dan berkembang biak. 2) Bau Tidak Sedap Bau Tidak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernanah dan berlendir.Selain itu juga ditandai dengan kemerahan di sekitar pusar. 3) Tidak Banyak Menangis Bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menangis sebaliknya banyak tidur.Gejala ini ditandai dengan bayi malas minum,demam dan yang paling parah sampai terjadi kejang. 4) Kulit sekitarnya berwarna kemerahan. c. Upaya yang Dapat Dilakukakan untuk Mencegah Terjadinya Infeksi : 1) Merawat tali pusat berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih,
tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah. 2) Bila kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan
segera keringkan dengan kassa kering dan di bungkus dengan kassa tipis yang steril dan kering. 3) Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur,
dan sebagainya pada luka tali pusat sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal.
SATUAN ACARA PENYULUHAN TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR
Pokok bahasan
: Perawatan Bayi Baru Lahir
Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya pada Bayi baru lahir Sasaran
: Ny. Eva Susanti
Waktu
: 35 menit
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
Tanggal/Jam
: 15 November 2015/15.30 WIB
A. Tujuan Umum Setelah mengikuti pertemuan ini, peserta diharapkan dapat mengetahui tanda - tanda bahaya pada bayi baru lahir
B. Tujuan Khusus Pada akhir pertemuan, peserta dapat : 1. Memahami tentang tanda - tanda bahaya bayi baru lahir 2. Membawa bayi segera ketenaga kesehatan bila terjadi dari tanda tanda bahaya bayi baru lahir
C. Media Leaflet / Poster
D. Materi Terlampir
E. Metode Ceramah dan Tanya Jawab
F. Sumber Marmi .2014. Asuhan Neonatus Bayi ,Balita dan anak Prasekolah. Yogyakarta. Pustaka Pelajar
G. Kegiatan Penyuluhan Waktu Pembukaan (2 menit) Inti (30 menit)
Penutup (3 menit)
Kegiatan Penyuluhan
- Mengucapkan salam - Menyampaikan tujuan
Kegiatan Ibu
- Menjawab salam - Mendengarkan
Isi materi penyuluhan
- Menjelaskan tentang pengertian bayi baru lahir - Menjelaskan pengertian tanda tanda bahaya bayi baru lahir - Menjelaskan tanda tanda bahaya pada bayi baru lahir - Tanya jawab - Mengakhiri penyuluhan - Salam
H. Evaluasi Prosedur : Post Test Bentuk
: Lisan
Jenis
: Tanya Jawab
Jenis Pertanyaan
1. Jelaskan pengertian bayi baru lahir ? 2. Sebutkan 3 tanda bahaya pada bayi?
- Mendengarkan - Mendengarkan - Memperhatikan
- Mengajukan pertanyaan - Menjawab - Menjawab salam
TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR
A. Pengertian Bayi Baru Lahir Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2.500-4000 gram (Dep.Kes.RI,(2005)
B. Pengertian Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Tanda bahaya bayi baru lahir adalah suatu keadaan atau masalah pada bayi baru lahir yang dapat mengakibatkan kematian pada bayi.
C. Tanda – Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Berikut berapa tanda yang perlu anda perhatikan dalam mengenali kegawatan pada bayi baru (neonatus):
1. Bayi tidak mau menyusu Anda harus merasa curiga jika bayi anda tidak mau menyusu. Seperti yang kita ketahui bersama, ASI adalah makanan pokok bagi bayi, jika bayi tidak mau menyusu maka asupan nutrisinya akan berkurang dan ini akan berefek pada kondisi tubuhnya. Biasanya bayi tidak mau menyusu ketika sudah dalam kondisi lemah, dan mungkin justru dalam kondisi dehidrasi berat.
2. Kejang Kejang pada bayi memang terkadang terjadi. Yang perlu anda perhatikan adalah bagaimana kondisi pemicu kejang. Apakah kejang terjadi saat bayi demam. Jika ya kemungkinan kejang dipicu dari demamnya, selalu sediakan obat penurun panas sesuai dengan dosis
anjuran dokter. Jika bayi anda kejang namun tidak dalam kondisi demam, maka curigai ada masalah lain. Perhatikan freksuensi dan lamanya kejang, konsultasikan pada dokter.
3. Lemah Jika bayi anda terlihat tidak seaktif biasanya, maka waspadalah. Jangan biarkan kondisi ini berlanjut. Kondisi lemah bisa dipicu dari diare, muntah yang berlebihan ataupun infeksi berat.
4. Sesak Nafas Frekuensi nafas bayi pada umumnya lebih cepat dari manusia dewasa yaitu sekitar 30-60 kali per menit. Jika bayi bernafas kurang dari 30 kali per menit atau lebih dari 60 kali per menit maka anda wajib waspada. Lihat dinding dadanya, ada tarikan atau tidak.
5. Merintih Bayi belum dapat mengungkapkan apa yang dirasakannya. Ketika bayi kita merintih terus menerus walau sudah diberi ASI atau sudah dihapuk-hapuk, maka konsultasikan hal ini pada dokter. Bisa jadi ada ketidaknyamanan lain yang bayi rasakan.
6. Pusar Kemerahan Tali pusat yang berwarna kemerahan menunjukkan adanya tanda infeksi. Yang harus anda perhatikan saat merawat tali pusat adalah jaga tali pusat bayi tetap kering dan bersih. Bersihkan dengan air hangat dan biarkan kering. Betadin dan alcohol boleh diberikan tapi tidak untuk dikompreskan. Artinya hanya dioleskan saja saat sudah kering baru anda tutup dengan kassa steril yang bisa anda beli di apotik.
7. Demam atau Tubuh Merasa Dingin Suhu normal bayi berkisar antara 36,50C – 37,50C. Jika kurang atau lebih perhatikan kondisi sekitar bayi. Apakah kondisi di sekitar membuat bayi anda kehilangan panas tubuh seperti ruangan yang dingin atau pakaian yang basah.
8. Mata Bernanah Banyak Nanah yang berlebihan pada mata bayi menunjukkan adanya infeksi yang berasal dari proses persalinan. Bersihkan mata bayi dengan kapas dan air hangat lalu konsultasikan pada dokter atau bidan.
9. Kulit Terlihat Kuning Kuning pada bayi biasanya terjadi karena bayi kurang ASI. Namun jika kuning pada bayi terjadi pada waktu ≤ 24 jam setelah lahir atau ≥ 14 hari setelah lahir, kuning menjalar hingga telapak tangan dan kaki bahkan tinja bayi berwarna kuning maka anda harus mengkonsultasikan hal tersebut pada dokter. Tindakan yang harus dilakukan bila ada salah satu saja tanda bahaya : Merujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas.Masalah atau kondisi akut perlu tindakan segera dalam satu jam kelahiran (oleh tenaga di kamar bersalin) :
a. Tidak bernafas b. Sesak nafas c. Sianosis sentral ( kulit biru) d. Bayi berat lahir rendah (BBLR ) < 2500 gram e. Hipotermi atau stress dingin (suhu aksila <36.5°c) f. Kejang
Kondisi perlu tindakan awal
a. Potensial infeksi bakteri (pada ketuban pecah din atau pecah lama) b. Potensial sifilis (ibu dengan gejala atauserologis positif)
Kondisi malformasi atau masalah lain yang tidak perlu tindakan segera (oleh tenaga di kamarbersalin):
a. Lakukan asuhan segera bayi baru lahir dalam jam pertama setelah kelahiran bayi b. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang sesuai
SATUAN ACARA PENYULUHAN ASI EKSKLUSIF
Pokok Bahasan
: ASI Eksklusif
Sub Pokok Bahasan : ASI Eksklusif Tanggal/ Jam
: 15 November 2015/15.30 WIB
Waktu
: 35 menit
Sasaran
: Ny Eva Susanti
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
A. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti penyuluhan tentang Asi Eksklusif selama 35 menit diharapkan sasaran mampu memahami tentang Asi Eksklusif 2. Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti penyuluhan tentang Asi Eksklusif selama 35 menit di .... , diharapkan sasaran mampu : a. Menyebutkan pengertian Asi Eksklusif tanpa melihat leaflet b. Menyebutkan manfaat ASI Eksklusif c. Menyebutkan cara memperbanyak ASI d. Menyebutkan cara memberikan ASI pada ibu yang Bekerja e. Menyebutkan tanda bayi cukup ASI dan tanda bayi kurang ASI B. Materi Terlampir
C. Kegiatan Penyuluhan No.
1.
Tahap
Pendahuluan
Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan Peserta
Media dan
Meotde
Alat
Penyulu
Penyuluhan
han
a. Memberikan salam dan a. Menjawab salam
(5 menit)
Ceramah
perkenalan b. Menjelaskan
kontrak b. Memperhatikan
waktu yang dibutuhkan c. Memberikan c.
Apersepsi kepada ibu
tanggapan
Ceramah dan
pendapat Ceramah 2.
Penyajian
Menjelaskan materi
Memperhatikan,
Leaflet
Ceramah
(20 menit)
penyuluhan secara
memberi
dan
berurutan dan teratur
tanggapan dan
Diskusi
pendapat Materi I : a. Pengertian
Asi
Eksklusif tanpa melihat leaflet b. Manfaat Asi Eksklusif c.
Cara
memperbanyak
Asi d. Cara memberikan Asi pada ibu yang Bekerja e. Tanda bayi cukup Asi dan tanda bayi kurang Asi
3.
Penutup (10 menit)
a. Memberikan
a. Memberikan
pertanyaan kepada ibu
tanggapan
tentang
pertanyaan
materi
yang
Diskusi dan
telah disampaikan b. Menyimpulkan
materi
yang telah disampaikan b. Memperhatikan dan memberikan
dan Ceramah
c.
Menutup materi dengan ucapan
salam
terimakasih
D. Media Dan Alat Penyuluhan Leaflet E. Metode 1. Ceramah 2. Diskusi 3. Tanya jawab 4. Evaluasi
respon
dan c. Menjawab salam
Lampiran Materi ASI EKSLUSIF
A. Pengertian ASI Eksklusif ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa tambahan makanan ( pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, nasi tim, dll ) maupun cairan ( susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dll ) kecuali vitamin, mineral dan obat. Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : 1. Kolostrum Kolostrum adalah cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae yang mengandung tissue debris dan redual material, yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar mammae sebelum dan sesudah melahirkan anak.Kolostrum diproduksi pada beberapa hari
pertama
setelah
bayi
dilahirkan.Kolostrum
banyak
mengandung protein dan antibody.Wujudnya sangat kental dan jumlahnya sangat sedikit.Kolostrum mampu melapisi usus bayi dan melindunginya dari bakteri, serta sanggup mencukupi nutrisi bayi pada
hari
pertama
kelahirannya.
Secara
berangsur-angsur,
produksi kolostrum berkurang saat air susu keluar pada hari ketiga sampai hari kelima. 2. Foremilk Air susu yang keluar pertama kali disebut susu awal ( foremilk ). Air susu ini hanya mengandung sekitar 1-2 % lemak dan terlihat encer, serta tersimpan dalam saluran penyimpanan. Air susu tersebut sangat banyak dan membantu menghilangkan rasa haus pada bayi. 3. Hindmilk Hindmilk keluar setelah foremilk habis, yakni saat menyusui hamper selesai. Hindmilk sangat kaya, kental, dan penuh lemak bervitamin. Air susu ini memberikan sebagian besar energy yang dibutuhkan oleh bayi.
B. Manfaat ASI Eksklusif 1. Manfaat ASI bagi ibu a. Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan ( dapat digunakan sebagai KB alami ). b. Mempercepat proses pemulihan rahim. c. Mempercepat proses pembentukan tubuh ke ukuran semula. d. Murah, lebih mudah, lebih ramah lingkungan. e. Lebih praktis, Ibu dapat melakukannya dimana saja. f. Mengurangi resiko kanker payudara, kanker ovarium, infeksi saluran kencing, dan osteoporosis. g. Memberikan kesenangan dan kepuasan bagi ibu. h. Mencegah perdarahan setelah persalinan. i. Mengurangi anemia. 2. Manfaat ASI bagi Bayi a. Merangsang panca indra manusia. b. Memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi. c. Menjaga terhadap penyakit, alergi, SIDS, infeksi lambung dan usus, dan sembelit. d. Membantu mengembangkan rahang dan otot wajah dengan benar. e. Mudah dicerna. f. Perkembangan otak dan meningkatkan IQ. g. ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi. h. ASI untuk tumbuh kembang anak yang optimal. i. Menurunkan resiko kanker pada anak, penyakit kardiovaskuler, penyakit kuning, diabetes mellitus dan gigi berlubang. C. Cara Memperbanyak ASI 1. Tingkatkan frekuensi menyusui atau memompa/memeras ASI. Jika anak belum mau menyusu karena masih kenyang, perahlah atau pompalah ASI. Produksi ASI prinsipnya based on demand
jika makin sering diminta/disusui/diperas maka makin banyak ASI yang diproduksi. 2. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui. Makin sering dikosongkan, maka produksi ASI juga makin lancar. 3. Ibu harus dalam keadaan rileks, kondisi psikologis ibu menyusui sangat
menentukan
keberhasilan
ASI
eksklusif.
Bila
ibu
mengalami gangguan psikologis maka, pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan memerintahkan hormone oksitosin untuk bekerja lambat. Oleh karena itu, ciptakan suasana rileks. Disini sebetulnya peran besar sang ayah. 4. Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak orangtua merasa bahwa ASI nya masih sedikit dan takut anak tidak kenyang, banyak yang segera memberikan susu formula. Padahal pemberian susu formula itu justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Bayi relative malas menyusu atau malah bingung putting terutama pemberian susu formula dengan dot. Semakin sering susu formula diberikan maka ASI yang diproduksi makin berkurang. 5. Hindari penggunaan dot, empeng dan sejenisnya. Jika ibu ingin memberikan
ASI
peras/pompa
berikan
ke
bayi
dengan
menggunakan sendok, bukan dot. Saat ibu memberikan dengan dot, maka bayi dapat mengalami bingung putting. Khususnya pada bayi yang baru dilahirkan atau dalam proses belajar menyusu. Kondisi dimana bayi hanya menyusu di ujung putting seperti ketika menyusu dot. Padahal cara menyusu yang benar adalah seluruh areola ibu masuk ke dalam mulut bayi. Akhirnya bayi menjadi malas menyusu langsung dari payudara ibu lantaran merasa sulit mengeluarkan ASI. 6. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi. 7. Lakukan perawatan payudara, pemijatan payudara dan kompres air hangat dan air dingin bergantian.[7]
8. Tanamkan niat yang kuat sejak hamil, bahwa setelah si bayi lahir akan disusui sendiri. Niat yang kuat sangat berpengaruh bagi kelancaran ASI. Sedini mungkin mengumpulkan informasi tentang ASI dan menyusui, baik melalui media elektronik, buku, tabloid, internet dan diskusi dengan ahli kebidanan atau mendatangi klinikklinik laktasi. 9. Posisi ibu dan bayi pastikan dalam kondisi yang benar setiap kali menyusui. Kesalahan posisi bias membuat ASI tidak disusui secara sempurna,putting lecet, bayi hanya menghisap udara karena cairan ASI tidak keluar. D. ASI pada Ibu Bekerja 1. Niat yang ikhlas dan tulus akan menumbuhkan motivasi untuk memberikan makan yang terbaik agi buah hati anda yaitu ASI 2. Percaya diri bahwa ASI akan cukup memenuhi kebutuhan bayi kita. 3. Susuilah bayi sebelum berangkat. 4. Pada saat di rumah, usahakan sesering mungkin menyusui bayi anda. 5. Selama cuti dan hari libur usahakan langsung susui bayi jika dia tampak lapar. Jangan menambah stok ASI. 6. Pompa ASI pada malam hari bila bayi sudah tidur dan pada siang hari bila berada di kantor setiap 3-4 jam sekali, berapapun hasilnya. 7. Bila di rumah langsung simpan dalam botol ASI yang terbuat dari kaca karena bila di simpan dalam botol plastic lemaknya sering tertinggal di dalam botol tersebut. 8. Usahakan ASI yang disimpan di dalam lemari pendingin hanya diberikan pada saat ibu tidak di rumah. 9. Bawalah cool box atau termos es kalau di kantor tidak terdapat lemari pendingin/freezer.
10. Kualitas ASI masih baik di dalam suhu lemari pendingin dalam waktu 72 jam (3 hari). Bila tidak dikonsumsi selama kurun waktu 3 hari itu, ASI dapat bertahan sampai 6 bulan bila dibekukan dlaam suhu di bawah -20 derajat celcius. 11. Sedangkan dalam suhu ruangan dengan wadah tertutup ASI masih baik diberikan dengan tenggat waktu selama 6-8 jam. 12. ASI tidak boleh dimasak karena akan merusak kandungan nutrisinya. Terlebih lagi jangan dipanaskan di microwave karena selain nutrisinya akan rusak, ada bahaya pemnasan yang berlebihan. 13. Sebelum diberikan kepada bayi, ASI yang telah didinginkan, cukup dihangatkan dengan merendamnya dalam air hangat atau dibiarkan dalam suhu ruangan 25° C 14. Bila ASI yang telah dihangatkan masih bersisa, sisanya tidak boleh disimpan kembali kedalam lemari pendingin, sehingga sebaiknya hanya menghangatkan ASI sejumlah yang dapat dihabiskan oleh bayi dlam sekali minum. E. Tanda Bayi Cukup ASI 1. Adanya pertambahan berat badan yang cukup signifikan. 2. Minimal ditemukan 6 buah popok yang basah-minimal satu kali sehari buang air besar di minggu 4-6 pertama, setelah minggu ke enam mungkin saja pupnya tidak selalu tiap hari. 3. Berat badan bayi meningkat satu ons sehari pada usia 3 bulan pertama, dan setengah ons sehari saat usia 3-6 bulan. Bayi baru lahir biasanya akan kehilangan 5-10 persen dari berat badan saat dilahirkan. Dan abayi sudah kembali sampai berat kelahirannya menjelang 10-14 hari sesudah kelahiran. Berat yang diperoleh adalah cara tebaik untuk meyakinkan bayi anda mendapat cukup susu. 4. Pada awal bulan kehidupannya bayi setidaknya mengeluarkan 3 kali pup setiap harinya. Dengan warna kekuning-kuningan. Stelah
berusia satu bulan, frekuensi pupnya berkurang. Beberapa bayi bahkan hanya pup sekali dalam satu atau dua hari. 5. Bayi sering menyusu, setiap 2-3 jam, minimal 8-12 kali menyusu dalam sehari. 6. Ibu mendengar bayi menelan susu dan terkadang melihat susu di ujung mulutnya. 7. Bayi terlihat sehat dan aktif. 8. Bayi pipis 7-8 kali setiap hari. F. Tanda Bayi kurang ASI 1.
Berat badan bayi stabil atau kurang dibanding sebulan sebelumnya.
2.
Pertumbuhan motoriknya lebih lamban dibanding bayi yang sehat.
3.
Bayi sering murung menangis, rewel, yang biasanya terjadi karena bayi kelaparan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan
: Perawatan Payudara
Sub Pokok Bahasan
: Cara Perawatan Payudara
Sasaran
: Ny. Eva Susanti
Tanggal Pelaksanaan
: 26 Desember 2015/15.40 WIB
Tempat
: BPM Cicilia Jarmini Leyangan
I.
TUJUAN A. Tujuan Intraksional Umum Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan ibu mengerti dan memahami cara merawat payudara B. Tujuan Intraksional Khusus Setelah diberi penyuluhan peserta diharapkan mampu menjelaskan tentang pengertian perawatan payudara, menjelaskan tentang tujuan perawatan payudara, menjelaskan tentang waktu perawatan payudara, menjelaskan tentang cara perawatan payudara, mempraktekkan langkahlangkah perawatan payudara.
II.
MANFAAT 1. Agar payudara ibu senantiasa bersih dan terawat 2. Agar puting susu kenyal, tidak mudah lecet dan putting susu menonjol 3. Agar bentuk payudara tetap bagus 4. Agar produksi ASI lancar
III. METODE Ceramah dan Demonstrasi IV. MEDIA Laeflet dan Pantum payudara
V. PELAKSANAAN KEGIATAN
LANGKAH Pendahuluan
KEGIATAN 1. Mengucapakan salam dan
WAKTU 5 Menit
perkenalan 2. Mengadakan kesepakatan atau kontrak dalam penyuluha 3. Melaksanakan tujuan umum dan khusus Isi
Menyampaikan materi penyuluhan
30 Menit
diantaranya : pengertian perawatan payudara, tujuan perawatan payudara, waktu perawatan payudara, langkah-langkah perawatan payudara Penutup
1. Menyimpulkan hasil penyuluhan 2. Menanyakan kembali kepada ibu tentang penyuluhan yang telah diberikan 3. Menutup penyuluhan dan member salam
10 Menit
Materi Perawatan Payudara Masa Nifas
1. Pengertian Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara selama kehamilan (terutama pada trimester 3) dan setelah persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Dilakukan 2 x sehari. 2. Manfaat Perawatan Payudara a. Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi b. Untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet c. Persiapan menyusui setelah persalinan d. Untuk menonjolkan puting susu e. Menjaga bentuk buah dada tetap bagus f.
Untuk mencegah terjadinya penyumbatan
g. Untuk membanyak produksi ASI h. Deteksi dini jika ada kelainan (tumor / kanker payudara)
3. Persiapan Perawatan Payudara Persiapan alat meliputi :
a. Baby oil/minyak kelapa b. Kapas/kassa secukupnya c. Handuk 1 buah d. Waslap bersih 2 buah e. Bengkok/ember f. Baskom berisi cair (air hangat dan dingin) g. BH yang bersih, menyangga payudara dan dapat menyerap keringat Persiapan pada ibu
a. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk
b. Buka baju bagian atas c. Pasang handuk dibawah payudara
4. Pelaksanaan Perawatan Payudara
a. Mengompres puting susu dan areola mammae dengan menggunakan kapas yang dibasahi baby oil/minyak kelapa selama 2-5 menit
b. Membersihkan puting susu dan areola mammae dengan ujung jari diputar mengelilingi area payudara secara jarum jam
c. Licinkan kedua tangan dengan baby oil, jika puting susu tenggelam, topang payudara dengan satu tangan letakkan puting diantara ibu jari dan jari telunjuk, tekan dengan lembut sambil memuntir puting bolak-balik tanpa memindahkan jari dari puting, lakukan selama 30 detik
d. Letakkan payudara dengan satu tangan diantara dua payudara dan lepas keduanya perlahan
e. Sokong payudara dengan satu tangan kemudian tangan satunya membuat gerakan memutar dengan dua/tiga jari tangan dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu lakukan pada sisi payudara yang lain dan lakukan sekitar 30x
f. Sokong payudara dengan satu tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi punggung jari-jari kearah puting susu, lakukan sekitar 30x. Lakukan juga pada sisi payudara yang lain.
g. Kedua payudara dikompres dengan waslap hangat selama 2 menit, kemudian dengan waslap dingin 1 menit, pengompresan dilakukan secara bergantian selama 3 x berturut-turut.
h. Setelah selesai keringkan payudara dengan handuk i. Pakai BH yang dapat menyokong payudara dan menyerap keringkan Jika Terjadi Bendungan ASI lakukan :
a. Sokong payudara kanan dengan tangan kanan kemudian dua/tiga jari yang tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada puting susu. Lakukan pada sisi payudara yang lain.
b. Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah puting susu, lakukan gerakan sebanyak 30x
c. Sokong payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya mengurut payudara dengan sisi punggung jari-jari dari arah tepi arah puting susu. Lakukan sebanyak 30x.
5. Evaluasi
a. Apa yang dimaksud perawatan payudara? Jawab : Perawatan payudara adalah perawatan yang dilakukan pada payudara selama kehamilan (terutama pada trimester 3) dan setelah persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Dilakukan 2 x sehari.
b. Sebutkan manfaat perawatan payudara? Jawab : Untuk menjaga kebersihan payudara sehingga terhindar dari infeksi, untuk mengenyalkan puting susu, supaya tidak mudah lecet, persiapan menyusui setelah persalinan, untuk menonjolkan puting susu, menjaga bentuk buah dada tetap bagus, untuk mencegah terjadinya penyumbatan, untuk membanyak produksi ASI, deteksi dini jika ada kelainan (tumor / kanker payudara)
c. Sebutkan hal- hal yang harus disiapkan dalam perawatan payudara Jawab : Alat meliputi baby oil/minyak kelapa, kapas/kassa secukupnya, handuk 1 buah, waslap bersih 2 buah, bengkok/ember, baskom berisi cair (air hangat dan dingin), BH yang bersih, menyangga payudara dan dapat menyerap keringat. Persiapan ibu meliputi Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk uka baju bagian atas, pasang handuk dibawah payudara.