ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY. Y UMUR 34 TAHUN G2P1A0 DI BIDAN PRAKTEK SWASTA LELY MARLINA, BERGAS, TAHUN 2015 Melani siska hutapea1), Eti salafas2), Rini Susanti) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Email: UP2M@AKBIDNgudiWaluyo ABSTRAK Siska Hutapea, Melani. 2016; Asuhan Kebidanan Berkelanjutan pada Ny. Y Umur 34 Tahun G2P1A0 di Bidan Praktek Swasta Lely Marlina, Bergas, Tahun 2015. Karya Tulis Ilmiyah. DIII Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo. Pembimbing I : Eti Salafas, S.SiT., M.Kes. Pembimbing II : Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes. Latar belakang : Peningkatkan kesehatan ibu dan bayi tampak dari cakupan kunjungan yang dilakukan. Cakupan kunjungan pada tahun 2014 yang terdiri dari cakupan kunjungan selama kehamilan adalah 94,59% dari target 95%., persalinan oleh tenaga kesehatan menunjukkan angka 88,64% dari target 90%, cakupan unjungan bayi baru lahir tercatat mencapai 97,07% dari target 95%, cakupan kunjungan nifas memperoleh angka 85,15% dari target 89% dan cakupan kunjungan penggunaan kontrasepsi tercatat 83,20% dari target 95%. Seluruh cakupan menunjukkan perlunya tindak lanjut guna mencapai target kunjungan. Tujuan : Mampu melaksanakan dan menganalisis asuhan berkelanjutan pada Ny. Y umur 34 tahun. Metode : Pengumpulan data ini menggunakan metode study kasus, wawancara, pemeriksaan fisik dan dokumentasi. Hasil : Setelah dilakukan asuhan kepada Ny Y pada masa kehamilan, bersalin, nifas, neonatus dan KB diperoleh hasil bahwa asuhan pada Ny Y dinyatakan berhasil karena tidak ditemukan komplikasi pada masa kehamilan dan nifas serta bayi lahir dengan berat 3000 gram, akan tetapi terdapat kesenjangan pada asuhan bersalin dalam pemilihan posisi klien tidak memilih sendiri posisi yang diinginkan, pada bayi diperoleh bahwa bayi lahir dengan berat yaitu 3000 gram dan pada masa KB ibu belum pernah menggunakan kontraksepsi apapun selama 14 tahun namun ibu menggunakan KB suntik 3 bulan dan dilanjutkan KB suntik. Kesimpulan : Pemberian asuhan berkelanjutan pada Ny Y dinyatakan berhasil meskipun didalam persalinan terdapat kesenjangan yaitu klien terlebih dahulu diminta untuk posisi miring. Lahan praktik diharapkan tidak langsung meminta klien untuk miring kiri jika baru memasuki kala II. Kata Kunci : Asuhan Kebidanan Berkelanjutan
CONTINUITY OF MIDWIFERY CARE TO MRS. Y AGED 34 YEARS OLD G2P1A0 AT BPS LELY MARLINA, BERGAS, IN 2015 Melani Siska Hutapea1), Eti Salafas2), Rini Susanti2) Ngudi Waluyo Midwifery Academy Email: UP2M@AKBIDNGUDIWALUYO ABSTRACT Siska Hutapea, Melani. 2016; Continuity of Midwifery Care to Mrs. Y Aged 34 Years Old G2P1A0 at BPS Lely Marlina, Bergas, in 2015. Scientific Paper. DIII-Ngudi Waluyo Midwifery Academy. First Advisor: Eti Salafas, SSiT., MKes. Second Advisor: Rini Susanti, S.SiT.,M.Kes. Background: the increasing of maternal and infant health is looked from the number of visit done. The number of visit in 2014 consisted of visit during pregnancy was 94.59% from target 95%. Labour by health practitioner showed 88.64% from target 90%, visit of newborn infant was recorded 97.07% from target 95%, visit of postpartum got point 85.15% from target 89% and visit of contraception usage was recorded 83.20% from target 95%. All of the numbers shows the importance of follow-up to reach target of visit. Purpose: To be able to do and analyze continuity of midwifery care to Mrs. Y aged 34 years old. Method: Collecting data used methods including: study case, interview, physical examination and documentation. Result: After done midwifery care to Ms.Y during pregnancy, childbirth, postpartum, neonatus and family planning, it is obtained result that midwifery care to Mrs.Y is expressed success because it is not found complication during pregnancy and postpartum and infant born weighing 3000 gram, however there is difference on childbirth care in choosing position, client doesn't choose position wanted, to infant it is obtained that baby born weighing 3000 gram and during family planning period, the woman has never used contraception during 14 years but the woman used injection 3 month contraception and followed by injection. Conclusion: in giving continuity of midwifery care to Mrs. Y, it is expressed success though in labour, there is difference that is client before asked to take incline position. Area of practice is hoped indirectly asks client to heel in left if just in phase 2nd. Keywords: Continuity of Midwifery Care
PENDAHULUAN Latar belakang Target AKI (Angka Kematian Ibu) di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 (Dita, 2013).
WHO pada tahun 2014 juga menghitung jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2013 dan angka yang ditemukan hanya 190 (Kurnia, 2014). Target diusahakan untuk menurunkan AKI sampai pada angka 102 dari angka 190 seperti yang dihitung oleh WHO. Jumlah dari angka yang diharapkan tersebut mencapai setengah dari jumlah yang telah dihitung belakangan ini. Usaha penyelamatan ibu dari kematian pasca
melahirkan harus ditingkatkan sejauh 400 persen hingga 1 tahun mendatang, dibanding dengan usaha yang berhasil dilakukan selama satu dekade belakangan ini (Kurnia, 2014). Upaya pelayanan kesehatan ibu meliputi pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan ibu nifas, pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan dan pelayanan kontrasepsi. Diperkirakan 20% dari kehamilan akan mengalami komplikasi. Sebagian komplikasi ini dapat mengancam jiwa, tetapi sebagian besar komplikasi dapat dicegah dan ditangani bila ibu segera mencari pertolongan ke tenaga kesehatan, tenaga kesehatan melakukan prosedur penanganan yang sesuai, antara lain penggunaan partograf untuk memantau perkembangan persalinan, dan pelaksanaan manajemen aktif kala III (MAK III) untuk mencegah perdarahan pasca-salin, tenaga kesehatan mampu melakukan identifikasi dini komplikasi, apabila komplikasi terjadi, tenaga kesehatan dapat memberikan pertolongan pertama dan melakukan tindakan stabilisasi pasien sebelum melakukan rujukan, proses rujukan efektif serta pelayanan di rumah sakit yang cepat dan tepat (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). Menurunkan AKI di Indonesia dapat diupayakan pula dengan adanya persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih dan melakukan persalinan difasilitas pelayanan kesehatan. Tenaga kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan kandungan (SpOG), dokter umum, dan bidan. Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 Cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan secara nasional pada tahun 2013 adalah sebesar 90,9% (Dita, 2013). Permasalah yang terjadi bukan hanya AKI saja di Indonesia. AKB (Angka Kematian Bayi) ikut ambil andil dalam penentuan baik buruknya suatu negara. Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa AKB (Angka Kematian Bayi) adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Target AKB di Indonesia pada tahun 2015 adalah 22 kematian per 1.000 kelahiran (BKKBN, 2013). Asuhan tidak hanya diberikan kepada ibu, tetapi juga sangat diperlukan oleh bayi baru lahir. Sebagian besar proses persalinan berfokus pada ibu, tetapi karena proses tersebut merupakan pengeluaran hasil kehamilan maka penatalaksanaan persalinan baru dapat dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan asuhan segera, aman dan bersih untuk BBL (Bayi Baru Lahir) merupakan bagian esensial asuhan BBL (Marmi dan Kukuh, 2012). Pelaksanaan dalam program kesehatan sangat dibutuhkan sumber daya manusia yang kompeten, sehingga apa yang menjadi tujuan dapat tercapai. Bidan sebagai salah satu sumber daya manusia dibidang kesehatan merupakan ujung tombak atau orang yang berada di garis terdepan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran program. Peran yang cukup besar ini maka sangat penting kiranya bagi bidan untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya melalui pemahaman mengenai asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil sampai nifas serta kesehatan bayi (Sulistyawati, 2009).
AKI dan AKB yang tercantun di atas menjadikan tantangan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan dalam menangani cakupan kunjungan dan persalinan nakes menjadi pukulan keras bagaimana kinerja bidan selama ini. Diperlukan adanya pelatihan untuk lebih mengaktifkan kinerja bidan agar semakin diperhitungkan masyarakat dalam hal kunjungan. Cakupan pelayanan kesehatan ibu tidak hanya pada saat hamil saja, ada persalinan dan juga masa nifas. Cakupan hamil dapat dinilai dengan menggunakan indikator cakupan K1 dan K4. Cakupan K1 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal pertama kali oleh tenaga kesehatan, cakupan K4 adalah jumlah ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan antenatal sesuai dengan standar paling sedikit empat kali. Cakupan persalinan merupan jumlah kunjungan ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesahatan dan yang terakhir adalah KF3 (cakupan kunjungan ibu nifas) (Profil Kesehatan Indonesia, 2014) . Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-1 di Kota Salatiga tahun 2014 sebesar 98,2 %. Cakupan ini sudah melampaui target sebesar 95 %, meskipun mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2013 sebesar 99,09 %. Hasil ini menunjukkan antisipasi yang baik pada ibu hamil pada trimester awal (Profil Dinkes Kota Salatiga, 2014) . Persentase cakupan kunjungan ibu hamil K-4 di Kota Salatiga tahun 2014 sebesar 89,98 dari target K4 yang ditetapkan sebesar 94 % dan mengalami sedikit penurunan dibanding tahun 2013 sebesar 90,70 %. Penurunan ini dimungkinkan karena kurangnya pemahaman ibu hamil terhadap pentingnya
pemeriksaan pada trimester tiga (Profil Dinkes Kota Salatiga, 2014). Cakupan K1 murni di puskesmas Sidorejo Kidul sudah menunjukkan angka yang memuaskan dikarnakan sudah mencapai agka 100%. Cakupan K1 yang mengagumkan ini sayangnya tidak dibarengi dengan adanya cakupan K4 yang justru sangat jauh dari target dimana angka yang diperoleh baru menyentuh angka 92% dari target 98%. Kunjungan trimester 3 sering kali diabaikan dikarnakan ibu hamil jarang mengalami keluhan dan beranggapan akan memeriksakan kehamilan saat menemui adanya tanda-tanda persalinan (Profil Puskesmas Sidorejo Kidul, 2015). Cakupan persalinan nakes di kota Salatiga masih 91% dari target yang 100% pada tahun 2014. KN1 (kunjungan neonatus pertama) dan KF3 (kunjungan nifas) terbilang bagus karna sudah mencapai 96% dan 94% dari total target 100%. Angka ini didapat karena adanya persalinan yang masih ditolong dukun namun pemeriksaan nifas sekaligus bayi tetap kepada petugas kesehatan dan juga adanya persalinan yang dilakukan di daerah asal ibu namun tetap memeriksakan bayinya ditempat tinggalnya (Profil Dinkes Kota Salatiga, 2015). Persentase yang didapat oleh kota Salatiga sama baiknya dengan persentase angka yang diperoleh Puskesmas Sidorejo Kidul yang mana cakupan persalinan mencapai 94% dari total target 100%, KN1 dan KF3 memperoleh angka sama yaitu sebesar 96%. Angka ini bahkan dianggap kurang dikarnakan belum bisa mencapai angka 100% yang disebabkan masih adanya masyarakat yang mempercayakan persalinannya kepada dukun (Profil Puskesmas Sidorejo Kidul, 2015).
Besarnya capaian KN1 yang sudah mencapai 92%, ini berbanding terbalik dengan capaian cakupan KB yang masih menembus angka 76 %. Meskipun sudah digalakkan KB gratis oleh pemerintah, namun partisipasi dari masyarakat menunjukkan kurang adanya keinginan untuk ikut ber-KB di puskesmas. Hal ini disebabkan karena masyarakat Tingkir banyak yang bekerja di pabrik-pabrik. Sebagian juga berpikiran bahwa lebih banyak kebutuhan ketimbang harus ber-KB (Profil Dinkes Kota Salatiga, 2015). Angka-angka yang diperoleh BPS Titik Istiyati cukup mengagumkan, meskipun bidan Titik Istiyati tidak bertugas di salah satu puskesmas yang ada di kota Salatiga. Sebut saja K1, BPS Titik Istiyati memperoleh angka 97% dari target 100%. K4 juga tidak kalah baiknya karna mampu menembus angka 94% dari target 100%. Cakupan persalinan dan cakupan kunjungan neonatus pertama memperoleh angka sama yaitu 96% dari total target 100%, sementara cakupan nifas hanya menembus angka 90% dari target 100%. Cakupan nifas yang hanya menembus angka 90% ini dipengaruhi oleh tanggapan ibu nifas yang sebagian beranggapan bahwa dirinya sehat pada minggu ke 6, sehingga tidak memerlukan kunjungan. Cakupan KB juga tak dapat dikatakan buruk mengingat angka yang diperoleh adalah 98% dari total target 100%. Perolehan persentase diatas dianggap sudah baik tidak hanya mengingat tempat tugas bidan Titik Istiyati yang bukan di salah satu puskesmas yang ada di kota Salatiga, tapi juga dikarnakan ada salah satu dokter yang membuka praktek tidak jauh dari tempat BPS Titik Istiyati (BPS Titik Istiyati,
2014). (BPS Titik Istiyati, 2014). Berdasarkan dari uraian masalah di atas, penulis tertarik untuk memberikan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny. D 33 tahun, di bidan praktek mandiri Titik Istiyati di kota Salatiga. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang, maka rumusan masalahnya yaitu “bagaimanakah asuhan kebidanan berkenjutan pada Ny. Y umur 34 tahun, di BPM Lely Marlina, Bergas tahun 2015?” Metode Penulisan Penyusunan KTI ini berdasarkan teori ilmiah yang dipadukan dengan praktik dan pengalaman, penulis memerlukan data yang obyektif dan relevan dengan teori-teori yang dijadikan sebagai dasar analisis dalam pemecahan masalah, untuk itu penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Studi kepustakaan Mempelajari bukubuku/literature lainnya, mengambil data dari internet, membaca buku yang berkaitan dengan preeklamsia dan termasuk karya tulis yang ada. 2. Studi Kasus Studi kasus dilakukan dengan menggunakan pendekatan proses manajemen asuhan kebidanan yang meliputi : pengumpulan data, analisa dan perumusan diagnosa atau masalah aktual dan potensial, perencanaan tindakan, evaluasi dan pendokumentasian. 3. Wawancara Pengumpulan informasi melalui pembicara terarah yang umumnya dilakukan pada
4.
3.
4.
pertemuan tatap muka langsung dengan klien atau keluarga klien. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi Inspeksi adalah observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan, tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penciuman. b. Palpasi Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari. c. Auskultasi Auskultasi adalah mendengarkan bunti dalam tubuh dengan bantuan stetoskope dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang didengar. d. Perkusi Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya. Studi Dokumentasi Penulis memperoleh informasi atau data bardasarkan catatan medic klien dari bidan, dokter maupun data-data penunjang lainnya. Diskusi Penulis melakukan diskusi dengan tenaga kesehatan, pembimbing lahan, dan pembimbing institusi demi kelancaran penulisan karya tulis ilmiah ini.
PEMBAHASAN 1. Kehamilan Kehamilan dilakukan dua kali pengkajian yaitu pada saaat umur kehamilan 32 minggu dan 36 minggu. DS : a. Ibu mengatakan bernama Ny. Y umur 34 tahun. b. Ibu mengatakan hamil ke 2, bersalin 1x. c. Ibu mengatakan mengalami pegal-pegal. DO : hasil pemeriksaan ditemukan bahwa tinggi fundus uterus adalah 25 cm pada kehamilan 32 minggu dan 29 cm pada kehamilan 36 minggu. Assasment : Ny Y G2P1A0 umur 34 tahun, hamil 32 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, puka, presentasi kepala, divergen. Planning : KIE Tanda bahaya kehamilan trimester III dengan tanda bahaya persalinan. Kesenjangan yang ditemukan pada masa kehamilan ialah tidak ada. 2. Persalinan Persalinan pada tanggal 9 Desember 2015 berlangsung sesuai dengan asuhan persalinan normal. DS : Ibu datang dengan keluhan sudah keluar cairan dari jalan lahir jam 18.25 WIB. DO : pemeriksaan dalam sudah mencapai pembukaan lengkap. Assasment : Ny. Y umur 34 tahun hamil 38 minggu, janin tunggal, hidup intra uteri, letak memanjang, puki, presentasi kepala, divergen, inpartu kala II. Planning : Keluarnya cairan dari jalan lahihr yang dirasakan ibu
merupakan tanda dari pecahnya ketuban. Tindakan yang dilakukan ialah sesuai dengan asuhan persalinan normal mulai dari pembukaan lengkap hingga 2 jam post partum. Asuhan persalinan dilakukan tanpa adanya kesenjangan. Hasil selama pengkajian persalinan ialah bayi lahir selamat dan ibu sehat. 3. Nifas Asuhan nifas dilakukan sebanyak 4 kali meliputi 6 jam post partum, 6 hari, 2 minggu,dan 6 minggu. DS : Ibu mengatakan bersalin tanggal 9 Desember 2015 dan tidak ada keluhan berarti. DO : TFU antara pusat dan sympisis dan berangsur-angsur kembali. Assasment : Ny Y umur 34 tahun P2A0 postpartum 6 jam nifas fisiologis. Planning : Melakukan pengawasan perdarahan dan kontraksi uterus. Asuhan nifas berlangsung hingga 6 minggu postpartum tanpa ada kesenjangan. 4. Bayi baru lahir Asuhan BBL dilakukan sebanyak 4 kali meliputi umur 1 jam, 6 jam, 6 hari dan 2 minggu. DS : a. Ibu mengatakan bayi lahir pada tanggal 9 Desember 2015 jam 20.25 WIB. b. Ibu mengatakan bayi menangis kuat, bergerak aktif dan kulit kemerahan. c. Ibu mengatakan bayi menetek kuat, sudah BAB dan BAK. DO : BB 3000 gram, PB 44 cm, LK 35 cm, LD 32 cm.
Assasment : bayi baru lahir 1 jam dengan BBL. Planning : Mempertahankan suhu tubuh bayi, memperhatikan nutrisi bayi dengan memberi ASI setiap 2 jam. Asuhan bayi baru lahir tidak ditemukan kesenjangan. 5. KB Pengkajian dilakukan 2 kali, yaitu saat ibu nifas 6 minggu dan tanggal 24 Januari 2016 karena ibu ingin menggunakan KB suntik 3 bulan. DS : ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik 3 bulan dan belum menstruasi. DO : pemeriksaan umum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal. Assasment : Ny. Y umur 34 tahun akseptor KB suntik 3 bulan. Planning : injeksi suntik 3 bulan. Asuhan diberikan tanpa menemukan adanya kesenjangan. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh penulis setelah melakukan asuhan kebidanan berkelanjutan pada Ny Y pada masa kehamilan, bersalin, nifas, neonatus dan KB yang dimulai dari tanggal 28 Oktober 2015 sampai tanggal 12 April 2016 serta berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya adalah sebagai berikut : 1. Kehamilan pada tanggal 28 Oktober 2015 dan 18 November 2015. Standar asuhan 14T tidak dilakukan sepenuhnya mengingat tempat tinggal klien bukan merupakan kawasan endemis. Hasil akhir yang diperoleh ialah tidak ditemukan
2.
3.
4.
5.
kelainan maupun komplikasi pada ibu dan janin saat kehamilan. Bersalin pada Ny Y dimana persalinan berlangsung pada tanggal 9 Desember 2015 dan asuhan yang diberikan perpatokan pada 58 langkah APN. Usia kehamilan pada saat persalinan adalah 38 minggu, merupakan usia kehamilan aterm. Tidak terdapat penyulit dan komplikasi walaupun ditemukan kasus bayi dengan berat lahir rendah namun bayi sehat dan ibu selamat. Nifas pada Ny Y dimana pengkajian dilaksanakan tanggal 20 Desember 2015 sampai dengan tanggal 25 Maret 2015. Masa nifas berjalan dengan baik dan klien telah memperoleh pendidikan kesehatan mengenai kebutuhan istirahat dan kebutuhan nutrisi selama nifas. Tidak ditemukan kelainan selama masa nifas. Bayi lahir tanggal 9 Desember jam 20.25 WIB. Jenis kelamin perempuan dengan berat 3000 gram. Setelah dilakukan asuhan hingga tanggal 17 Febuari 2016, berat bayi sudah menunjukkan hasil menjadi 3000 gram. Tidak ditemukan kelainan dan komplikasi walaupun ditemukan bayi lahir dengan berat lahir rendah. KB dilakukan sebanyak 2x yaitu tanggal 24 Januari 2016 dan tanggal 31 Januari 2016. Pada pengkajian awal klien tertarik mengikuti program MAL yang memanfaatkan ASI eksklusif, namun karena ingin bekerja dan khawatir tidak dapat memberikan ASI secara eskklusif klien memilih untuk
menjadi akseptor KB suntik 3 bulan. Tidak dilakukan penapisan KB mengingat sebelumnya klien menggunakan KB hormonal. B. SARAN 1. Bagi institusi Karya tulis ilmiah merupakan media penerepan ilmu pengetahuan yang telah ditetap dalam teori dan juga diharapkan penulisan ini dapat menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi penulis khususnya dalam penatalaksaan asuhan kebidan berkelanjutan pada Ny. Y umur 34 tahun. 2. Bagi lahan praktek Agar lebih ditingkatkan dalam memberikan pelayanan pada ibu hamil, bersalin , nifas, KB, dan BBL yang menggunakan acuan atau standar yang telah ditetapkan dengan teori dan agar lebih memperhatikan tindakan yang akan dilakukan pada pasien sesuai dengna asuhan persalinan normal atau teori, agar intervensi-intervensi yang diberikan pada klien adalah benar-benar di butuhkan, sehingga asuhan yang diberikan lebih bersifat alami dan aman. 3. Bagi klien Penulisan ini diharapkan klien dapat memahami keaadan yang terjadi pada diri klien, sehingga dapat berfikir positif atas tindakan yang dilakukan tenaga kesehatan untuk kesehatan dan keselamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA Affandi, dkk. 2012. Buku panduan praktis pelayanan kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono Prawiraharjo. Ambarwati dkk, 2009. Asuhan Kebinan Masa Nifas. Yogyakarta; Mitra Cendikia. Dewi Ratna, 2011. Kebidanan Komunitas. Yogyakarta; Nuha Medika. Dinas Kesehatan Kota Salatiga. 2014. Profil Dinas Kesehatan Kota Salatiga Tahun 2014. Dinas Kesehatan Kota Salatiga. 2014. Profil Puskesmas Sidorejo Kidul Tahun2015. Dita. Angka Kematian Ibu di Indonesia Masih Jauh dari Target MDG’s 2015. 10 November 2014. [Diakses tanggal 15 November 2015]. Didapat dari : Http://www.kompasiana.com JNPK – KR, 2008. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta; Depkes RI.
Kurnia. 2015 Jumlah AKI Diharapkan Turun. 9 September 2014. [Diakses tanggal 15 November 2015]. Didapat dari: Http:lifestyle.okezone.com Nur, Wafi, 2010. Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Yogyakarta; Fitra Maya. Proverawati, 2010. BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Yogyakarta; Nuha Medika. Sarwono, 2007. Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta; Yayasan Bina Pustaka. Sofyan dkk, 2008. 50 Tahun Ikatan Bidan Indonesia. Jakarta; Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia. Sumarah dkk, 2009. Perawatan Ibu Bersalin : Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta; Fitramaya. Rukiyah dkk, 2011. Asuhan Kebidanan III (Nifas). Jakarta; Trans Info Medika.
Selamat Membaca