1
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KORESPONDENSI DI LINGKUNGAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2014
ARTIKEL
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya
OLEH RAHMAWATY THAIB NIM 311411173
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO APRIL 2015
2
3
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KORESPONDENSI
4
DI LINGKUNGAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2013 – 2014
Rahmawaty Thaib Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Negeri Gorontalo
Anggota Supriyadi Muslimin
ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan tentang penulisan EYD dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, pemilihan kata dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, penyusunan kalimat dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, penyusunan paragraf dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta penulisan sistematika surat dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Dalam mencapai tujuan penelitian tersebut digunakan metode deskriptif, jenis penelitiannya adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif. Jenis penelitian dimaksud adalah untuk menggambarkan penggunaan bahasa Indonesia dalam korespondensi, yang dilihat dari segi penulisan EYD, pemilihan kata, struktur kalimat, struktur paragraf, dan penulisan sistematika surat. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi, yakni untuk mengumpulkan data-data dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil penelitian berikut: (1) penulisan Ejaan Yang Disempurnakan masih banyak kesalahan pada korespondensi (khususnya pada penempatan tanda baca titik dan koma, penggunaan huruf kapital, penulisan singkatan dan akronim, dan penulisan kata serangkai dan kata terpisah), (2) pemilihan kata dalam korespondensi masih banyak yang tidak sesuai kaidah penulisan bahasa Indoenesia yang baik dan benar, (3) struktur kalimat dalam korespondensi banyak yang tidak lengkap, dan kalimatnya tidak sopan, (4) struktur paragraf dalam korespondesi masih terdapat yang tidak kohesif dan koheren, (5) dan penulisan sistematika surat banyak kesalahan penulisannya. Kata-kata kunci: analisis kesalahan berbahasa, korespondensi
5
PENDAHULUAN Bahasa merupakan alat komunikasi sekaligus menjadi alat pemersatu bangsa. Melalui bahasa kita dapat mengetahui hakikat manusia. Dengan kata lain bahasa adalah cermin pribadi kita. Bahasa adalah salah satu alat untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, keinginan, dan perasaan. Bahasa merupakan alat komunikasi bagi manusia. Penggunaan bahasa oleh manusia berbeda-beda sesuai dengan penuturnya, hal tersebut merupakan salah satu kelebihan manusia dari
makhluk lainnya. Ada beberapa macam bahasa yang
digunakan oleh manusia dalam berkomunikasi, salah satunya yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang sesuai dengan faktor-faktor penentu berkomunikasi dan kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia. Jadi, penggunaan bahasa Indonesia yang berada di luar faktorfaktor penentu komunikasi bukan bahasa Indonesia yang benar dan yang berada di luar kaidah kebahasaan yang ada dalam bahasa Indonesia bukan bahasa Indonesia yang baik. Nasucha, dkk (2010:1) berpendapat bahwa Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa. Bahasa Indonesia tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi lisan maupun komunikasi tulisan, tetapi bahasa Indonesia juga sangat penting digunakan dalam berinteraksi atau berhubungan antarinstansi, hal tersebut dapat dilihat dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam bahasa tulis. salah satu contoh bahasa tullis yaitu surat. Bahasa surat mempunyai sifat tersendiri, yaitu singkat, padat, dan jelas. Dalam bahasa surat hal-hal yang perlu diperhatikan yakni pemakaian ejaan yang disempurnakan, pemilihan kata, penyusunan kalimat, dan penyusunan paragraf. Selain itu, Penulisan bagian-bagian surat dinas mempunyai ketentuan tersendiri. Arifin (1996:12) mengemukakan bahwa penulisan bagian-bagian surat dinas memiliki ketentuan tersendiri, seperti penulisan kepala surat, tanggal surat, nomor surat, lampiran surat, hal atau perihal surat, alamat yang dituju, salam pembuka, paragraf pembuka surat, paragraf isi surat, paragraf penutup surat, salam penutup,
6
tanda tangan, nama jelas penanda tangan, jabatan penanda tangan, tembusan, inisial. Penulisan tersebut harus sesuai ketentuan penulisan surat dinas. Tujuan dari penelitian penggunaan bahasa Indonesia dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Gorontalo tahun 2013 sampai dengan 2014 untuk mendeskripsikan penulisan EYD, pemilihan kata, penyusunan kalimat, mendeskripsikan penyusunan paragraf, dan mendeskripsikan penulisan sistematika surat dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, teori yang melandasi permasalahan ini adalah teori Arifin (1996:56) yakni terdapat aspek kebahasaan yang perlu diperhatikan dalam surat, meliputi penggunaan aspek-aspek kebahasaan berupa pemakaian ejaan yang disempurnakan, pemilihan kata, struktur kalimat, dan struktur paragraf, serta penulisan sistematika surat. 1.
Penulisan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Penulis surat dinas sebaiknya menguasai kaidah-kaidah ejaan yang terdapat
dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Ejaan Yang Disempurnakan adalah ejaan yang dihasilkan dari penyempurnaan atas ejaanejaan sebelumnya. Dalam surat-surat resmi masih terdapat penulisan yang belum sesuai dengan EYD, seperti penulisan kata yang serangkai padahal seharusnya terpisah, atau sebaliknya. Berikut akan dijelaskan cara penulisan yang sebenarnya. a) Pemakaian Huruf Kapital Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat; Dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung; Dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yng berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk tuhan; Dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang, namun jika tidak diikuti nama orang huruf kapital tidak dipakai; dsb. Pemakaian huruf kapital yang terdapat dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indoensia yaitu tidak sesuai dengan kaidah EYD
7
yang terdapat dalam buku pedoman, seperti pada penulisan Insya Allah tidak ditulis dengan huruf kapital pada setiap awal huruf. b) Penulisan Singkatan dan Akronim. Menurut Kosasih (2003:81) penulisan singkatan dan akronim yang benar yakni sebagai berikut. (1)
Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik. Contoh: Moh. Hatta
(2)
Singkatan nama lembaga, organisasi, dan dokumen resmi tidak diikuti tanda titik. Contoh: SMU dan PGRI
(3)
Akronim diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata, ditulis dengan huruf awal huruf kapital. Contoh: Depdagri (Departemen Dalam Negeri)
(4)
Akronim yang bukan nama diri yang burupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata, seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Contoh: tilang (bukti pelanggaran). Istilah akronim yaitu singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan kombinasi huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
c) Penggunaan Tanda Baca Titik (.) dan Koma (,) Menurut Suparlan (2014:47-55) tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan; tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan; tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah; tanda titik tidak dipakai pada akhir judul; tanda titik tidak dipakai di belakang nama dan alamat penerima surat, nama dan alamat pengirim surat dan dibelakang tanggal surat, sedangkan tanda koma dipakai di antara unsurunsur dalam suatu perincian; tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali; Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya; Tanda
8
koma dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Contoh: Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih 2.
Pemilihan kata Pemilihan kata untuk surat-surat resmi perlu dipilihkan kata-kata yang
memenuhi syarat baik atau baku, lazim dan cermat. Di samping itu, pemakaian ungkapan idiomatik, ungkapan penghubung, atau ungkapan yang bersinonim harus dituliskan dengan benar. (a)
Kata yang baku
Penggunaan kata-kata dialek yang belum diakui kebakuannya tidak dibenarkan. Penggunaan kata-kata gimana, ngapain, kenapa, entar, kasih, bikin, betulin, kagak, cuman, dan lain sebagainya termasuk tidak baik. Padanan kata-kata tersebut yang dianggap baku adalah bagaimana, mengapa, nanti, beri, membuat, memperbaiki, tidak dan hanya. (b) Kata yang lazim Untuk surat resmi hendaklah dipilih kata-kata yang lazim dalam masyarakat, yaitu kata-kata yang sudah dikenal serta harus menggunakan kata atau istilah dalam bahasa Indonesia. kata-kata yang lazim hendaklah menggunakan kata-kata masukan bukan input, suku cadang, bukan sparepart, usaha patungan bukan joint venture, pendekatan bukan apporoac, lentur bukan flexible, pantau bukan monitor, peringkat bukan rangking; dampak bukan impact; kendala bukan constraint; loka karya bukan work shop, dan sebagainya. (c)
Kata yang cermat
Kata-kata memohon, meminta, menugasi, memerintahkan, menganjurkan, dan mengajurkan merupakan kata-kata yang mempunyai arti yang sama. Penggunaan sapaan Bapak, Ibu, Saudara, dan Anda hendaklah tepat pula sesuai dengan kedudukan orang yang dikirimi surat tersebut, apakah penerima surat itu lebih tinggi pangkat dan kedudukannya, ataukah penerima surat itu sederajat kedudukannya dengan pengirim surat.
9
(d) Ungkapan idiomatik Unsur-unsur dalam ungkapan idiomatik sudah tetap dan senyawa. Oleh karena itu, unsur-unsur tersebut tidak boleh ditambahi, dikurangi atau dipertukarkan. Yang termasuk dalam ungkapan idiomatik itu, antara lain, sesuai dengan, bertemu dengan, berhubung dengan, dan lain sebagainya. (e)
Ungkapan penghubung
Ungkapan penghubung dalam bahasa Indonesia ada dua, yaitu ungkapan penghubung intrakalimat dan ungkapan penghubung antarkalimat. Ungkapan penghubung intrakalimat berfungsi menghubungkan unsur-unsur dalam suatu kalimat. Yang termasuk ungkapan penghubung intrakalimat antara lain, baik, … maupun, antara … dan, seperti dan misalnya, serta demikian dan sebagai berikut. (f)
Ungkapan bersinonim
Ungkapan-ungkapan yang bersinonim berikut tidak digunakan sekaligus karena penggunaan dua kata yang berarti sama merupakan penulisan yang mubazir. Penulis surat dinas harus menentukan salah satu diantaranya. Contoh: Sejak dan dari (tidak digunakan dalam satu kalimat) Adalah dan merupakan (tidak digunakan sekaligus) (g) Kata-kata yang bermiripan Dalam bahasa Indonesia terdapat kata-kata bermiripan, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna. Bahkan, dari segi makna boleh dikatakan bahwa kata-kata tersebut bersinonim. Yang termasuk kata-kata bermiripan, antara lain suatu dan sesuatu, masing-masing dan tiap-tiap, jam, dan pukul, serta dari dan daripada. (1) Kata suatu dan sesuatu Kata suatu dan sesuatu harus dippakai secara tepat. Kata sesuatu tidak diikuti oleh kata benda, sedangkan kata suatu harus diikuti oleh kata benda.
10
(2) Masing-masing dan tiap-tiap Kata masing-masing dan tiap-tiap tidak akan sama pemakaiannya. Kata masing-masing tidak diikuti kata benda, sedangkan kata tiap-tiap harus diikuti kata benda. 3.
Penyusunan kalimat Kalimat adalah ungkapan pikiran yang utuh, jika dalam bahasa tulis kalimat
dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda Tanya (?), dan tanda seru (!). Kalimat dalam surat dinas hendaknya berupa kalimat efektif, yaitu kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa, singkat, dan enak dibaca. Kalimat yang sesuai dengan kaidah bahasa adalah kalimat yang tidak menyimpang dari kaidah yang berlaku. Kalimat itu sekurang-kurangnya memilki subjek dan predikat, kalau tidak memiliki unsur tersebut pernyataan itu bukanlah kalimat tetapi disebut sebagai frasa. Dalam surat kalimat yang digunakan adalah kalimat yang tidak bertele-tele atau tidak berbelit-belit, namun tidak berarti bahwa unsur-unsur yang wajib ada dalam sebuah kalimat itu boleh dihilangkan. Kalimat yang enak dibaca adalah yang sopan dan simpatik, tidak bernada menghina atau meremehkan pembaca. 4.
Penyusunan paragraf. Paragraf yang padu yaitu setiap gagasan disusun dalam satu paragraf yang utuh,
yakni paragraf yang memenuhi syarat adanya kesatuan dan kepaduan. Dengan kata lain, gagasan yang sama tidak dituangkan dalam beberapa paragraf. Menurut Arifin (1996:72) sebuah paragraf dikatakan memiliki kesatuan jika paragraf itu betul-betul hanya berbicara satu masalah. Paragraf dikatakan meiliki kepaduan jika kalimat-kalimat yang disusunnya saling berhubungan dan saling berkaitan. Kalimat-kalimat dalam sebuah paragraf akan saling berhubung dan akan saling berkaitan jika dilihat dengan pangait paragraf, yang berupa ungkapan penghubung antarkalimat, seperti selanjutnya, selain itu, sebaliknya dan lain sebagainya.
11
5.
Sistematika surat Penulisan sistematika surat dalam hal ini lebih difokuskan pada surat dinas,
yaitu terdiri atas beberapa bagian. Menurut Arifin (1996:12) bagian-bagian surat terdiri atas: (1) Kepala surat; (2) tanggal surat; (3) nomor surat; (4) lampiran surat; (5) hal atau perihal surat; (6) alamat yang dituju; (7) salam pembuka; (8) paragraf pembuka surat; (9) paragraf isi surat; (10) paragraf penutup surat; (11) salam penutup; (12) tanda tangan; (13) nama jelas penanda tangan; (14) jabatan penanda tangan; (15) tembusan; (16) inisial.
METODE Penelitian ini dilaksanakan di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Metode yang digunakan deskriptif, jenis penelitiannya adalah jenis penelitian
deskriptif
kualitatif.
Jenis
penelitian
dimaksud
adalah
untuk
menggambarkan penggunaan bahasa Indonesia dalam korespondensi, yang dilihat dari segi penulisan EYD, pemilihan kata, struktur kalimat, struktur paragraf, dan penulisan sistematika surat. Data dalam penelitian ini adalah kesalahan berbahasa yang digunakan dalam surat, berupa kesalahan ejaan, kesalahan pemilihan kata, kesalahan hubungan paragraf, serta kesalahan penulisan sistematika surat. Semua data yang dijadikan sebagai bahan kajian ini bersumber dari krespondensi yang ada di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang dikumpulkan sejak tahun 2013 sampai dengan tahun 2014. Dalam mengumpulkan data tersebut digunakan teknik dokumentasi. Teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang dalam bentuk dokumentasi dijadikan objek penelitian. Dokumentasi yang dimaksud adalah surat menyurat yang berada di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia.
12
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data menunjukan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Gorontalo tahun 2013 sampai dengan 2014 terdapat kesalahan. Adapun jenis kesalahan tersebut diuraikan berikut. 1.
Penulisan EYD Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan salah satu fungsi bahasa yang
berarti mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf dan tanda baca sebagai sarananya. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa kesalahan penulisan EYD, salah satunya yaitu kesalahan penggunaan huruf kapital pada penulisan kata ganti Tuhan, hal tersebut dapat dilihat pada surat masuk data ke7. Dalam data tersebut dituliskan insya Allah, kata insya tidak ditulis dengan huruf kapital, seharusnya ditulis dengan huruf kapital, yaitu menjadi Insya Allah. Salah satu ketentuan penggunaan huruf kapital berdasarkan buku pedoman EYD yaitu pada penulisan nama Tuhan atau kata ganti Tuhan. 2.
Pemilihan kata Pemilihan kata dalam korespondensi merupakan kata-kata yang memenuhi
syarat, yakni berupa kata yang baku, lazim dan cermat sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Adapun beberapa kesalahan pemilihan kata yang ditemui dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yakni pada surat masuk data ke-36. Pada data tersebut ditemui kesalahan penulisan kata menghimbau, seharusnya mengimbau bukan menghimbau, selain itu, pada data yang sama ditemui juga
kesalhan
penulisan
menfasilitasi,
seharusnya
memfasilitasi.
Dalam
korespondensi pemilihan kata yang kurang tepat dapat mempengaruhi struktur kalimat. 3.
Struktur kalimat
Struktur kalimat dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia masih terdapat kesalahan, berupa kalimat yang tidak lengkap, hal tersebut dapat dilihat pada surat masuk data ke-32. Kesalahan struktur kalimat yang ditemui
13
pada data tersebut yakni, maka dengan ini beritahukan kembali kepada para Ketua Jurusan dan Bapak/Ibu dosen pengampuh mata kuliah bahwa:…. Dapat dilihat bahwa tidak terdapat subjek pada kalimat tersebut, seharusnya sebelum kata beritahukan ditambahkan subjek kami atau saya, namun jika kalimat tersebut dipasifkan maka kata beritahukan diberi imbuhan di sehingga menjadi dengan ini diberitahukan kembali kepada para Ketua Jurusan dan Bapak/Ibu dosen pengampuh mata kuliah bahwa:…. Struktur kalimat yang tidak lengkap akan menimbulkan kalimat tersebut tidak dapat dipahami oleh pembaca. 4.
Struktur paragraf Dalam korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
ditemui terdapat kesalahan dalam struktur paragraf, yaitu paragraf yang tidak memeliki kaitan dengan paragraf lainnya. Dalam surat ditemui pada paragraf pertama tidak berisi tentang kedinasan, seharusnya surat dinas berisi tentang perihal kedinasan. 5.
Penulisan sistematika surat Penulisan sistematika surat yang ditemui pada korespondensi di lingkungan
Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia mempunyai kesalahan, yaitu pada penulisan kepala surat, tanggal surat, nomor surat, lampiran, hal, alamat yang dituju, salam pembuka dan tembusan, banyak kesalahan yang dilakukan oleh seorang koresponden. Kesalahan tersebut seperti pada penulisan alamat yang ditulis dengan singkat pada bagian kepala surat, selain itu terdapat kesalahan juga pada penulisan tanggal surat yang masih dituliskan lagi nama kota, yang seharusnya tidak perlu ditulis.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Kesalahan penggunaan EYD dalam korespondensi banyak dilakukan oleh penulis surat (koresponden) penempatan tanda baca yang kurang tepat, kesalahan penulisan akronim dan penyingkatan banyak dilakukan oleh koresponden yang berada di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Hal tersebut dikarenakan
14
banyak faktor, salah satunya yaitu tidak adanya ketelitian dalam menulis surat, (2) kesalahan pemilihan kata banyak ditemukan dalam penulisan surat dinas di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Bentuk kesalahan tersebut diantaranya meliputi penggunaan kata yang tidak lazim seperti istilah-istilah asing, dialek, dsb. Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari bahasa Ibu. Selain itu, kata yang tidak baku masih banyak ditemukan dalam penulisan surat. Kesalahan pemilihan kata ditemui lebih banyak dalam penulisan surat di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yakni sebanyak 30 surat yang terdapat kesalahan tersebut, (3) kesalahan struktur kalimat juga terdapat pada penulisan surat di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, penulis surat masih belum terlalu memperhatikan struktur kalimat dalam korespondensi yang berada di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, (4) selain kesalahan struktur kalimat, koresponden juga masih melakukan kesalahan dalam penulisan struktur paragraf. Dalam surat masih terdapat suatu paragraf yang tidak kohesif dan koheren. Hal tersebut dikarenakan penempatan kata penghubung yang tidak tepat antara paragraf satu dan paragraf lainnya, (5) kesalahan penulisan sistematika surat banyak terdapat pada penulisan korespondensi di lingkungan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diantaranya yaitu kesalahan penulisan kepala surat, tanggal surat, nomor surat, lampiran, hal surat, alamat yang dituju, salam pembuka, dan tembusan. Hal tersebut dikarenakan penulis surat (koresponden) belum terlalu memperhatikan kaidah penulisan surat menyurat.
15
DAFTAR RUJUKAN
Arifin, E. Zaenal. 1996. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Jakarta: akademika pressindo. Kosasih dan Ice Sutari K.Y. 2003. Surat Menyurat dan Menulis Surat Dinas dengan Benar. Bandung: Yrama Widya. Nasucha, dkk. 2010. Bahasa Indonesia : Untuk Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Yogyakarta: Media Perkasa. Suparlan. 2014. Panduan Lengkap EYD. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.