PENINGKATAN PEMAHAMAN UNSUR INTRINSIK PADA CERPEN MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta, Semester Ganjil, Tahun Ajaran 2011/2012)
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh Durrah Nafisah NIM 107013000945
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M 1
ABSTRAK
DURRAH NAFISAH, 107013000945; Peningkatan Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas X MA AsSyafi‟iyah 01 Jakarta. Skripsi. Jakarta: Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang cerpen dan unsur intrinsik cerpen pada siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Metode penelitian yang digunakan adalah metode tindakan kelas atau action research. Pengumpulan data dilakukan dengan metode pengamatan atau observasi, catatan lapangan, jurnal siswa, foto, dan pelaksanaan tes unsur intrinsik pada cerpen di setiap akhir pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan satu siklus, yang terdiri dari dua pertemuan. Satu siklus itu terdiri dari empat tahapan, yaitu: perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Penelitian dilakukan di MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta Selatan, pada siswa kelas X yang berjumlah 25 siswa, Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pada saat pretest nilai rata-rata siswa sebesar 61,80, sedangkan pada saat posttest nilai rata-rata siswa sebesar 77,40 (> nilai SKBM 65). Peningkatan juga terjadi terhadap antusiasme dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran, tanggung jawab, dan kerja sama pada kelompok maupun pribadi dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Kata kunci: Unsur Intrinsik pada Cerpen, Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD, dan Hasil Belajar.
2
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil „alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan pengikutnya yang setia. Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis banyak menerima saran, petunjuk, bimbingan, dan masukkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak, khususnya kepada: 1.
Ibu Nurlena Rifa‟i, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Ibu Dra. Mahmudah Fitriyah, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
3.
Ibu Rosida Erowati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing, yang telah memberikan pengarahan kepada penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan hingga terselesaikan skripsi ini.
4.
Dosen-dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan.
5.
Chairil Gibran Ramadhan. Makasih Bang atas kepercayaan dan cerpencerpennya yang menarik!
6.
Bapak Anwar Rusli, S.Ag., M.M selaku Kepala Sekolah MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta, yang telah memberikan izin dan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian.
3
7.
Bapak Muhammad Idrus, S.Pd., selaku guru Bahasa Indonesia MA AsSyafi‟iyah 01 Jakarta, yang telah membantu penulis dalam mengambil data.
8.
Guru dan karyawan MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta. Terima kasih atas doanya.
9.
Seluruh siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah, yang telah setia menerima pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
10. Teman-teman seperjuanganku, PBSI Angkatan 2007, khususnya untuk kelas B. Terima kasih atas saran dan informasinya. 11. Teman-teman kosanku: Selly, Nurul, Sheila, Fitri, Mbak Ruroh, Mbak Isna, dan Nur. Terima kasih atas dukungan dan motivasinya. 12. Teman-teman Initiative of Change (IofC) Indonesia. Thank‟s for your attention and your support, Guys! 13. Untuk keluargaku tercinta: Umi, Ayah, Kak Rara, Mas Rio, dan Rafa. Dengan doa dan cinta kasih dari kalian penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. 14. Teristimewa untuk Q Naf‟an Alfatih. Terima kasih untuk doa, motivasi, dan sarannya. Terima kasih juga dihaturkan kepada pihak yang tidak tersebutkan namun telah memberikan konstribusi yang berharga untuk penulis. Semoga Allah SWT membalas kebaikan kalian. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membantu, meskipun skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun tetap penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Terima kasih.
Penulis,
Durrah Nafisah
4
DAFTAR ISI ABSTRAK
2
KATA PENGANTAR
3
DAFTAR ISI
5
DAFTAR TABEL
10
DAFTAR GAMBAR
11
DAFTAR LAMPIRAN
12
BAB I
14
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
14
B. Identifikasi Masalah
16
C. Batasan dan Rumusan Masalah
16
D. Tujuan Penelitian
17
E. Manfaat Penelitian
17
BAB II
KAJIAN TEORI
19
A. Membaca
19
1.
Pengertian Membaca
19
2.
Tujuan Membaca
20
3.
Jenis-Jenis Membaca
21
4.
Membaca Pemahaman
21
B. Cerita Pendek
23
1.
Hakikat Cerita Pendek
23
2.
Ciri-ciri Cerita Pendek
23 5
3.
Unsur Intrinsik Cerpen
24
a.
Tema
25
b.
Plot/ Alur
25
c.
Penokohan dan Perwatakan
26
d.
Latar (Setting)
27
e.
Sudut Pandang
28
f.
Gaya Bahasa
29
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
35
1.
Pengertian Pembelajaran Kooperatif
35
2.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
36
3.
Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif
38
4.
Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif
39
5.
Student Teams Achievement Division (STAD)
39
6.
Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
40
D. Kerangka Berpikir
40
E. Bahasan dan Hasil Penelitian yang Relevan
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
43
A. Tempat dan Waktu Penelitian
43
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan
43
C. Subjek/ Partisipan dalam Penelitian
44
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
44
6
E. Tahapan Intervensi Tindakan
44
1.
Perencanaan Tindakan
45
2.
Pelaksanaan Tindakan
45
3.
Pengamatan
46
4.
Refleksi
46
F. Hasil Intervensi Tindakan
46
G. Data dan Sumber Data
47
H. Instrumen dan Pengumpulan Data
47
1.
Tes Kemampuan
47
2.
Lembar Observasi
48
3.
Jurnal Siswa
48
4.
Catatan Lapangan
48
5.
Dokumentasi
49
I. Teknik Pngumpulan Data
49
1.
Tingkat Kesukaran Soal
49
2.
Uji Validitas
50
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi
51
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis
52
1.
Uji Hipotesis
52
2.
Analisis Data
53
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan
54
M. Pengajuan Hipotesis
54 7
BAB IV
DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Sekolah
56 56
1.
Sejarah dan Profil Sekolah
56
2.
Visi
57
3.
Misi
57
4.
Tujuan
57
5.
Keadaan Guru
59
6.
Jumlah Siswa
60
B. Deskripsi Data Hasil Pengamatan/ Hasil Intervensi Tindakan
61
1.
Deskripsi Perencanaan Tindakan
61
2.
Deskripsi Pelaksanaan Tindakan
63
a.
Pertemuan Pertama
63
b.
Pertemuan Kedua
69
3.
4.
Pemeriksaan Keabsahan Data
74
a.
74
Uji Hipotesis
Deskripsi dan Hasil Analisis Data a.
Deskripsi dan Hasil Analisis Data Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
b.
78
Deskripsi Hasil dan Analisis Data Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
c.
78
80
Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal Pretest
84 8
d.
Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal Posttest
84
5. Interpretasi Hasil Analisis
86
6. Pembahasan Temuan Penelitian
87
a.
Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran 87
b.
Deskripsi dan Hasil Analisis Tingkah Laku Guru dalam Pembelajaran
c.
d. BAB V
89
Deskripsi dan Hasil Analisis Catatan Lapangan dalam Pembelajaran
91
Deskripsi Jurnal Siswa
92
SIMPULAN DAN SARAN
93
A. SIMPULAN
93
B. SARAN
94
DAFTAR PUSTAKA
95
LAMPIRAN
9
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional
36
Tabel 2 : Klasifikasi Indeks Kesukaran
50
Tabel 3 : Daftar Nama Guru dan Karyawan MA AS-Syafi‟iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/ 2012
59
Tabel 4 : Jumlah Siswa/i MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012 60 Tabel 5 : Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
69
Tabel 6 : Rata-Rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Kedua 71 Tabel 7 : Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
73
Tabel 8 : Skor Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen saat Pretest dan Posttest 75 Tabel 9 : Data Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
78
Tabel 10 : Data Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
81
Tabel 11 : Nilai minimal, Maksimal, Rata-Rata, Variansi, dan Simpangan Baku Pretest dan Posttest
84
Tabel 12 : Indeks Kesukaran Soal Pretest
84
Tabel 13 : Indeks Kesukaran Soal Posttest
85
Tabel 14 : Hasil Rata-Rata Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
87
Tabel 15 : Hasil Rata-Rata Aktivitas Guru dalam Pembelajaran
90
10
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 : Jenis-Jenis Membaca
21
Gambar 2 : Siklus Penelitian Tindakan Kelas
45
Gambar 3 : Struktur Organisasi MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
58
Gambar 4 : Gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah
63
Gambar 5 : Keadaan Siswa setelah Dibagi per Kelompok
66
Gambar 6 : Kegiatan Belajar dan Mengajar
67
11
DAFTAR LAMPIRAN 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2. Materi Pembelajaran 3. Soal Pretest 4. Soal Posttest 5. Lembar Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran 6. Penilaian Siswa terhadap Guru 7. Catatan Lapangan 8. Jurnal Siswa 9. Cerpen Pretest 10. Cerpen Posttest 11. Daftar Nama Siswa MA As-Syafi‟iyah Kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta 12. Soal Pretest Nilai Tertinggi 13. Soal Pretest Nilai Terendah 14. Soal Posttest Nilai Tertinggi 15. Soal Posttest Nilai Terendah 16. Tugas Kelompok Siswa 17. Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Pertama 18. Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Kedua 19. Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan Pertama 12
20. Penilaian Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Pertemuan Kedua 21. Jurnal Siswa pada Pertemuan Pertama 22. Jurnal Siswa pada Pertemuan Kedua 23. Catatan Lapangan 24. Sejarah dan Profil Sekolah 25. Distribusi Uji Validitas Soal Pretest 26. Distribusi Uji Validitas Soal Posttest 27. Surat Bimbingan Skripsi 28. Foto Kegiatan 29. Rencana Penetapan SKBM 30. Surat Keterangan Penelitian 31. Surat Pengajuan Proposal Skripsi
13
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman atau penerimaan informasi atau pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Salah satu cara agar pesan yang dimaksud dapat dimengerti adalah dengan menggunakan bahasa yang sama. Seperti kita ketahui bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa komunikasi bangsa Indonesia. Hal ini juga tertuang dalam Sumpah Pemuda butir ketiga yang berbunyi: “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia”. Begitu pula dengan Undang-Undang Kebahasaan Pasal 2 yang menyebutkan bahwa Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara. Tak heran apabila mata pelajaran Bahasa Indonesia kemudian diberikan sejak masih di bangku Sekolah Dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi. Siswa diharapkan mampu menguasai, memahami, dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa, seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sastra Indonesia juga merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia. Meski porsi pembelajaran sastra lebih sedikit, masih ditemukan materi puisi, prosa, dan drama. Salah satu bentuk prosa yang diajarkan adalah cerpen, karena cerpen merupakan salah satu genre prosa yang populer. Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap beberapa siswa tentang cerpen, mereka masih bingung tentang perbedaan antara amanat dan tema dari suatu cerpen bahkan ada pula yang tidak mengerti tentang unsur intrinsik cerpen padahal mereka sudah diajarkan oleh guru. Hal 14
tersebut
mungkin
pembelajarannya
disebabkan secara
karena
monoton
guru
sehingga
yang
menyampaikan
pembelajaran
Bahasa
Indonesia cenderung membosankan dan kurang menarik minat siswa. Pada akhirnya, hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa untuk pembelajaran cerpen kurang memuaskan. Sebenarnya masalah seperti di atas bisa diatasi dengan menjadi guru kreatif, yaitu guru yang selalu memandang bahwa keragaman siswa adalah sebuah potensi besar yang harus dikembangkan di sekolah. Guru kreatif selalu resah dan gelisah dengan strategi pembelajarannya dan selalu memperbaiki dirinya sendiri dengan berbagai penelitian tindakan kelas, mencoba mencari metode-metode baru dalam pembelajaran sehingga hasilnya sangat bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun guru-guru yang lain. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran ini diawali dengan guru menyajikan materi pelajaran, dilanjutkan dengan siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima anggota yang dibentuk secara heterogen (berbeda intelegensi, sosial, dan suku). Setelah kegiatan kelompok dilakukan maka setiap siswa akan mengerjakan kuis/tes individual. Tetapi dalam mengerjakan kuis, setiap siswa harus bekerja secara individu. Setelah kuis, dilakukan skor, yaitu skor perkembangan
individu,
dan
diakhiri
dengan
tahap
pemberian
penghargaan bagi setiap kelompok yang berprestasi didasarkan pada ratarata skor perkembangan siswa dalam kelompok. Ide utama dari metode kooperatif tipe STAD adalah memotivasi siswa untuk mendorong dan untuk saling membantu di antara siswa dalam menguasai keterampilan atau pengetahuan yang disajikan guru. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memilih judul “Peningkatan Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD)”. 15
Penerapan metode ini sebagai upaya peningkatan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen untuk siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta.
B.
Identifikasi Masalah 1. Pemahaman awal siswa terhadap cerpen dan unsur intrinsiknya. 2. Proses
pembelajaran
unsur
intrinsik
pada
cerpen
dengan
menggunakan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). 3. Apakah penggunaan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang unsur intrinsik cerpen?
C.
Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, masalah dalam penelitian perlu dibatasi. Adapun masalah dalam penelitian ini hanya difokuskan pada pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk materi unsur intrinsik pada cerpen untuk kelas X tingkat Sekolah Menengah Atas atau Madrasah Aliyah. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: a.
Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) agar meningkatkan hasil belajar pemahaman unsur intrinsik pada cerpen untuk siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta?
16
b.
Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa kelas X MA AsSyafi‟iyah 01 Jakarta dengan metode kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division)?
D.
Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
2.
Untuk mengetahui tanggapan siswa terhadap penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
E.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara teoretis maupun praktis. Untuk lebih jelas mengenai kedua manfaat tersebut akan dijelaskan berikut ini: 1.
Manfaat Teoretis a. Sebagai bahan perbandingan bagi guru untuk pengajaran unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. b. Sebagai bahan referensi belajar bagi siswa atau pihak-pihak sekolah yang berkepentingan. c. Untuk menambah khasanah tentang konsep metode kooperatif tipe STAD dan aspek-aspek lain yang berkaitan dengan peningkatan pemahaman siswa tentang unsur intrinsik pada cerpen.
17
2.
Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah Sebagai khazanah atau pengayaan berbagai metode dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia. b. Bagi Guru Sebagai masukan adanya variasi strategi pembelajaran dan lebih terarah dalam membimbing kegiatan siswa secara bertahap. c. Bagi Siswa Adanya variasi pembelajaran yang mengarahkan siswa menjadi lebih proaktif, kreatif, dan menarik minat serta termotivasi belajar dalam memahami unsur intrinsik pada cerpen. d. Bagi Peneliti Sebagai pengalaman dalam meneliti dan memahami berbagai konsep tentang variasi metode dan pendekatan dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik pada cerpen.
18
BAB II KAJIAN TEORI A. Membaca Menurut Christine Nuttel “Reading is (a) understand, interpret, meaning, sense, etc., (b) decode, decipher, identify, etc., (c) articulate, speak, pronounce, etc”.1 Membaca adalah salah satu bagian dari empat keterampilan berbahasa. Meskipun tidak menghasilkan bahasa, seperti halnya berbicara dan mengarang, membaca termasuk salah satu dari empat bagian pengajaran bahasa yang amat penting.2 Dalam hal ini akan dijelaskan pengertian membaca, tujuan yang terkandung dalam kegiatan membaca, serta jenis-jenisnya. 1. Pengertian Membaca Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses merekam dan penguraian (a recording and decoding process), berlainan dengan berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah 1
Nida Husna, Step by Step to Reading Skills (Step 1, First Edition), (Jakarta: English Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training), h. 4 2
Eman A. Rahman dan Sudarno, Kemampuan Berbahasa Indonesia, Cet. Ke-1, (Jakarta: PT Hikmat Syahid Indah, 1986), h. 95
19
menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.3 Dari beberapa definisi membaca yang telah dipaparkan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu aktivitas yang melibatkan indra penglihatan, ingatan, kecerdasan, dan pemahaman untuk memperoleh informasi yang disampaikan penulis melalui lambang-lambang.
2. Tujuan Membaca Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi dan memahami makna bacaan. Makna, arti (meaning) erat sekali berhubungan dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Tujuan membaca menurut Anderson adalah sebagai berikut. a.
Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
b.
Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
c.
Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan,organisasi cerita (reading for sequence or organization).
d.
Membaca
untuk
menyimpulkan,
membaca
inferensi
(reading for inference). e.
Membaca
untuk
mengelompokkan,
membaca
untuk
mengklasifikasikan (reading to classify). f.
Membaca untuk menilai dan mengevaluasi (reading to evaluate).
3
Henry Guntur Tarigan, Membaca: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: Angkasa, 1979), Cet. Ke-1, h. 7
20
g.
Membaca
untuk
memperbandingkan
mempertentangkan (reading to compare or contrast).
atau 4
3. Jenis Membaca Berikut ini adalah gambar tentang jenis membaca. Namun peneliti hanya menjelaskan tentang membaca pemahaman.
Membaca Nyaring Membaca
Membaca Survei Membaca Ekstensif
Membaca dalam Hati
Membaca Sekilas Membaca Dangkal
Membaca Teliti
Membaca Telaah Isi
Membaca Pemahaman Membaca Kritis
Membaca Intensif
Membaca Ide-Ide Membaca Telaah
Membaca Bahasa
Bahasa
Membaca Sastra
Gambar 1 Jenis-Jenis Membaca
4. Membaca Pemahaman Membaca pemahaman (reading for understanding) adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca.
4
Ibid., h. 9-10
21
Membaca
merupakan
proses
berpikir
untuk
dapat
memahami bacaan. Seorang pembaca terlebih dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapi melalui proses asosiasi dan eksperimental, kemudian membuat kesimpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam materi bacaan. Pengajaran membaca pemahaman merupakan pengajaran yang sangat penting. Jika diselenggarakan dengan baik, pengajaran ini akan memberikan dampak yang positif terhadap keberhasilan siswa pada masa mendatang. Melalui pengajaran membaca pemahaman yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik, siswa tidak saja memperoleh peningkatan dalam kemampuan bahasanya, melainkan
juga
mampu
bernalar,
berkreativitas,
dan
penghayatannya tentang nilai-nilai moral. Namun semua itu bergantung pada guru yang menyelenggarakan proses belajar mengajar di kelas. Melalui pengajaran membaca pemahaman membuka „dunia baru‟ bagi siswa, yaitu dunia buku dan dunia pengetahuan. Selain itu
melalui
pengajaran
membaca
pemahaman,
guru
juga
memberikan kepada siswa kemungkinan untuk menjelajahi dunia pengetahuan yang sangat luas. Peranan ini akan bertambah besar karena di masa depan sebagian besar informasi disampaikan melalui tulisan.5
5
Novi Resmini dan Dadan Juanda, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2008), Cet. Ke-1, h. 80
22
B. Cerita Pendek 1. Hakikat Cerita Pendek Menurut Dictionary of the English Language, “A short piece of prose fiction, having few characters and aiming at unity of effect”.6 Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan akronim cerpen, merupakan bagian dari jenis prosa. Sebuah cerpen tidak dilihat panjang pendeknya halaman atau pun kata-kata yang dikandungnya. Cerita pendek merupakan suatu cerita tentang kejadian kecil dalam kehidupan. Dengan demikian cerita pendek adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia. Misalnya sebuah karangan pendek tentang keadaan warung bukanlah sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan di warung akan menjadi cerpen jika di dalamnya dijalinkan suatu peristiwa, suatu kejadian yang menyangkut persoalan jiwa salah seorang atau beberapa orang di warung itu.7
2. Ciri-Ciri Cerita Pendek. Ciri-ciri cerita pendek yaitu: a.
Penyampaian cerita secara singkat dan padat.
b.
Jalinan jiwa dan kejadian bulat dan padu, di dalamnya mengandung unsur pertikaian yang akhirnya mencapai klimaks dan diakhiri dengan penyelesaian masalah.
c.
Tema cerita tentang nilai kemanusiaan, moral dan etika.
6
The American Heritage, Short Story, http://www.thefreedictionary.com/short+story, 20 Oktober 2011, Pukul 09:52 WIB. 7
Widjojoko dan Endang Hidayat, Teori dan Sejarah Sastra Indonesia, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. Ke-1, h. 37
23
d.
Membicarakan masalah tunggal dan dapat dibaca dalam waktu singkat.
e.
Memusatkan perhatian pada tokoh protagonis.
f.
Adanya kebulatan kisah (cerita).
g.
Bahasa yang dipergunakan dalam cerita tajam, sugestif, dan menarik perhatian.
h.
Sebuah cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung.
i.
Sebuah cerita pendek harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca.
j.
Dalam cerita pendek terdapat satu kejadian atau persoalan yang menguasai jalan cerita.
k.
Cerita pendek bergantung pada satu situasi.
l.
Pelaku utama mengalami perubahan nasib dan cerita berkembang dengan memusat. Alur cerita berpusat pada peristiwa yang memberi rangsangan pada pembaca.8
3. Unsur Intrinsik Cerpen Cerpen memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan suatu karya. Namun untuk pembahasan teori, peneliti menyajikan unsur intrinsik, sesuai dengan judul penelitian.
8
Ibid., h. 37
24
Unsur intrinsik cerpen meliputi: a. Tema Menurut M. H. Abrams “Theme is sometimes used intechangeably with „motif‟, but the term is more usefully applied to a general concept or doctrine, whether implicit or asserted, which an imaginative works is designed to incorporate and make persuasive to the reader”.9 Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian topik. Padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Topik berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam fiksi. Tema sering juga disebut ide atau gagasan yang menduduki tempat utama dalam pikiran pengarang sekaligus tempat utama dalam cerita.
b. Plot/ Alur Plot atau alur, kadang-kadang disebut juga jalan cerita, ialah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Plot dibangun oleh beberapa peristiwa yang biasa disebut alur. Unsur-unsur alur yaitu: 1) Perkenalan 2) Pertikaian 3) Perumitan 4) Klimaks/ puncak 5) Peleraian 6) Akhir
9
M. H. Abrams, A Glossary of Literary Terms, (Boston: Thomson Learning), Cet. Ke-7,
h. 170)
25
Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun seperti itu, tetapi ada yang dari tengah dulu, lalu kembali ke peristiwa awal, kemudian berakhir. Ada pula yang dari akhir menuju ke tengah kemudian sampai ke awal. Karena kedudukan unsur intrinsik inilah, maka ada yang disebut alur maju, mundur, dan alur maju mundur. Berdasarkan kualitas hubungan tiap unsur alur, maka ada alur longgar dan alur erat. Yang dimaksud alur longgar adalah jika sebagian peristiwanya kita lepaskan (tidak dibaca) tidak mengganggu keutuhan ceritanya. Sedangkan alur erat, bila sebagian ceritanya kita tinggalkan akan mengganggu keutuhan cerita 10
c. Penokohan dan Perwatakan Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting dan bahkan menentukan. Karena tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk alur cerita.11 Tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Tokoh Protagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.
10
11
Ibid., h. 46 M. Atar Semi, Anatomi Sastra, (Padang: Angkasa Raya, 1988), Cet. Ke-1, h. 36
26
2) Tokoh Antagonis Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh
protagonis,
secara
langsung
ataupun
tak
langsung.
d. Latar (Setting) Latar (setting) yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Menurut Nurgiyantoro unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut. 1) Latar Tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu. 2) Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu. 3) Latar Sosial Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat
mencakup 27
berbagai
masalah
dalam
lingkungan cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar juga berhubungan
dengan
status
sosial
tokoh
yang
bersangkutan.12
e. Sudut Pandang Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pembedaan sudut pandang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang, yaitu: 1) Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia” Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokohtokoh cerita dengan menyebut nama atau kata ganti: ia, dia, dan mereka. Sudut pandang “dia” dapat dibedakan ke dalam dua golongan
berdasarkan
tingkat
kebebasan
dan
keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak pengarang dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia” jadi bersifat mahatahu. Di pihak lain ia mempunyai 12
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1998), Cet. 2, h. 227-237
28
keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh “dia”, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja. 2) Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku” Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan si “aku” dalam cerita. Si “aku” mungkin menduduki peran utama, jadi tokoh protagonis. Mungkin hanya menduduki peran tambahan menjadi tokoh tambahan protagonis atau berlaku sebagai saksi. 3) Sudut Pandang Campuran Penggunaan sudut pandang dalam sebuah cerita mungkin saja lebih dari satu teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskannya. Semuanya itu tergantung dari kemauan dan kreativitas pengarang, bagaimana mereka memanfaatkan teknik yang ada demi tercapainya efektivitas Penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk mencari variasi penceritaan agar memberikan kesan lain.13
f. Gaya Bahasa Menurut
Gorys
Keraf,
gaya
bahasa
adalah
cara
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
13
Ibid., h. 256-266
29
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa).14 1) Gaya Bahasa Penegasan a) Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum. Contoh: Dalam bergaul hendaklah kau waspada; jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah berarti emas. b) Antitesis adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan
paduan
kata-kata
yang
artinya
bertentangan. Contoh: Tinggi rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu. c) Antiklimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya. Contoh: Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu. d) Klimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya. Contoh: Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibukota, hari proklamasi dirayakan dengan meriah. e) Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata
tertentu
14
untuk
menggantikan
nama
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008), Cet. Ke-18, h. 113
30
seseorang. Kata-kata itu diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud. Contoh: Si Pelit dan Si Gendut sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung. f) Eufemisme adalah gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata kasar atau kurang sopan. Contoh: Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran. g) Hiperbolisme adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya. Contoh: Suaranya mengguntur membelah angkasa. h) Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud. Contoh: Nico pergi ke Bandung mengendarai Kijang. i) Paralelisme adalah gaya bahasa pengulangan seperti yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedangkan di bagian akhir disebut epifora. Contoh: Anafora
Epifora
Sunyi itu duka
Cintaku untukmu
Sunyi itu kudus
Sayangku untukmu
Sunyi itu lupa
Hidupku untukmu
j) Pleonasme adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu
31
karena
artinya
sudah
terkandung
dalam
kata
sebelumnya. Contoh: Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Lutfi berkelahi di tempat itu. k) Parafrase adalah gaya bahasa penguraian dengan menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misalnya pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur. l) Repetisi
adalah
gaya
bahasa
penegasan
yang
mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa. Contoh: Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang. Sekali merdeka, tetap merdeka! m) Retoris
adalah
gaya
bahasa
penegasan
yang
menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak bertanya. Oleh karena itu, kalimat tanya retoris tidak membutuhkan jawaban. Contoh:
Bukankah
kebersihan
adalah
pangkal
kesehatan? n) Sinekdoke, gaya bahasa ini terbagi menjadi dua, yaitu: (1) Pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan
sebagian
untuk
menyatakan
keseluruhan. Contoh: Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp 10.000,00 (2) Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian. 32
keseluruhan
untuk
menyatakan
Contoh: Indonesia mengalahkan Spanyol 5-0 dalam final Piala Dunia o) Tautologi adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat. Contoh: Harapan dan cita-citanya terlalu muluk. 2) Gaya Bahasa Perbandingan a) Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh. Contoh:
Kami
semua
berdoa,
semoga
dalam
mengarungi samudera kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi badai dan gelombang. b) Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan katakata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri. Contoh: Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu? c) Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya. Contoh: Semangat juangnya berjuang, tak gentar menghadapi musuh. d) Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia. Contoh: Burung perkutut bernyanyi-nyanyi di pagi hari. 33
e) Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan
kata-kata
pembanding
(seperti,
laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dsb) sehingga pernyataan menjadi lebih jelas. Contoh: Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam. f) Simbolik adalah gaya bahasa kiasan, menggunakan lambang-lambang
atau
simbol-simbol
untuk
menyatakan sesuatu. Contoh: Janganlah kau menjadi bunglon! 3) Gaya Bahasa Pertentangan a) Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu. Contoh: Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah. b) Kontradiksio in terminis adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian. Contoh: Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus terdengar. c) Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat. Contoh: Anak ayam mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi. 4) Gaya Bahasa Sindiran a) Inuendo
adalah
menggunakan
gaya
pernyataan
kenyataan sebenarnya. 34
bahasa yang
sindiran
yang
mengecilkan
Contoh: Ia menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi. b) Ironi adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud si pembicara. Contoh: Eh, manis sekali teh ini! (maksudnya pahit). c) Sarkasme
adalah
gaya
bahasa
sindiran
yang
menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah. Contoh: Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet! d) Sinisme adalah semacam ironi, tetapi agak lebih kasar. Contoh: Hai, harum benar baumu! Tolong agak menyisih sedikit!15
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD 1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan
15
Tim Penyusun Naskah BTA, Penuntun US/UN dan SPMB 2007: Teori dan Soal Bahasa Indonesia, (Jakarta: BTA PRESS, 2007), Cet.1, h. 36-38
35
pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.16
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif Di awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai latar
belakang
etnis
dan
kemampuan,
mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.
16
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Cet. Ke-2, h. 188
36
Tabel 1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional. Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, Guru sering membiarkan adanya saling
membantu,
dan
saling siswa yang mendominasi kelompok
memberikan motivasi sehingga ada atau menggantungkan diri pada interaksi promotif.
kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang Akuntabilitas mengukur
penguasaan
materi diabaikan
individual
sehingga
sering
tugas-tugas
pelajaran tiap anggota kelompok, dan sering diborong oleh salah seorang kelompok diberi umpan balik hasil anggota
kelompok,
sedangkan
belajar para anggotanya sehingga anggota kelompok lainnya hanya dapat saling mengetahui siapa yang “mendompleng”
keberhasilan
memerlukan bantuan dan siapa yang “pemborong”. dapat memberikan bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik Kelompok
belajar
biasanya
dalam kemampuan akademik, jenis homogen. kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara Pimpinan
kelompok
demokratis
oleh
atau
bergilir
untuk ditentukan
guru
sering atau
memberikan pengalaman memimpin kelompok dibiarkan untuk memilih bagi para anggota kelompok.
pimpinannya dengan cara masingmasing.
Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering tidak 37
dalam kerja gotong-royong seperti secara langsung diajarkan. kepemimpinan,
kemampuan
berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang Pemantauan melalui observasi dan berlangsung guru terus melakukan intervensi sering tidak dilakukan pemantauan melalui observasi dan oleh melakukan
intervensi
jika
guru
pada
saat
belajar
terjadi kelompok sedang berlangsung.
masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok. Guru memperhatikan secara proses Guru sering tidak memperhatikan kelompok
yang
terjadi
dalam proses
kelompok-kelompok belajar. Penekanan
tidak
penyelesaian hubungan
tugas
yang
terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar.
hanya
pada Penekanan
tetapi
interpersonal
kelompok
sering
hanya
pada
juga penyelesaian tugas.
(hubungan
antar pribadi yang saling menghargai). 17
3. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Ada beberapa elemen yang merupakan ketentuan pokok dalam pembelajaran, yaitu: a.
Saling ketergantungan positif.
b.
Interaksi tatap muka.
17
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet.3, h. 57-59
38
c.
Akuntabilitas individual.
d.
Keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.18
4. Jenis-Jenis Kaidah Pembelajaran Kooperatif Menurut Moh. Arif dan Rosnaini (2000) terdapat berbagai strategi bagi melaksanakan proses pembelajaran kooperatif antara lain: a.
Student Teams Achievement Division (STAD)
b.
Team-Games-Tournament (TGT)
c.
Jigsaw
d.
Teams Accelerated Instruction (TAI)
e.
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)19
5. Student Teams Achievement Division (STAD) Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran
kooperatif
dengan
menggunakan
kelompok-
kelompok kecil. Dengan jumlah anggota pada setiap kelompoknya 4-5 orang siswa yang dipilih secara heterogen. Pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
18
Wena, op.cit., h. 190
19
Isjoni, Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), Cet. Ke-1, h. 34
39
6. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) Langkah-langkahnya: a.
Membentuk kelompok yang anggotanya 4-5 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll).
b.
Guru menyajikan pelajaran.
c.
Guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.20
D. Kerangka Berpikir Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia karena bahasa merupakan alat komunikasi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia pendidikan khususnya pendidikan bahasa, penggunaan bahasa dikemas dalam empat aspek keterampilan, yakni keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Empat aspek tersebut saling berkaitan satu sama lain. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan teman sekelompoknya. Langkah pertama, guru membagi siswa ke dalam 20
Suprijono, Agus, Cooperative Learning, Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), Cet. 2, h. 133
40
beberapa kelompok yang terdiri dari 4 – 5 orang. Kelompok tersebut dibuat secara heterogen (berbeda suku, status sosial, dan intelegensi). Kedua, guru menerangkan materi yang akan disampaikan, yakni tentang pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, kemudian guru memberikan tugas. Apabila masih ada siswa di dalam suatu kelompok yang kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru, maka siswa yang pandai harus menerangkan kembali kepada teman sekelompoknya. Kegiatan belajar ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan dan pemahaman dari materi yang telah disajikan guru dan saling membantu teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan belajar.
E. Bahasan Hasil-Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) ini telah banyak dilakukan dan diujicobakan dalam banyak pelajaran. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ruslah (106013000317), mahasiswi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam skripsinya “Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan Gaya Bahasa pada Puisi (Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22 Jakarta Tahun Pelajaran 2010/2011)”. Penelitian yang dilakukan oleh Ruslah menekankan bagaimana teknik metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam penggunaan gaya bahasa. Hasilnya memuaskan.21
21
Ruslah, Abstrak Skripsi: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan Gaya Bahasa pada Puisi
41
Begitu pula yang dilakukan oleh Titi Rosdiana (2115031227), mahasiswi Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dalam skripsinya “Peningkatan Kemampuan Membacakan Berita Siswa Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan Cooperative Learning dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD)”. Hasilnya pun memuaskan.22 Penelitian dengan metode yang sama juga dilakukan oleh Warto, mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dalam skripsinya “Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di Kelas IV pada SD Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara”. Hasilnya sangat memuaskan.23 Perbedaan yang mendasar antara ketiga skripsi di atas dengan skripsi ini adalah metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) diterapkan pada pembelajaran unsur intrinsik pada cerpen dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia.
(Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22 Jakarta Tahun Pelajaran 2010/2011), (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010) 22
Titi Rosdiana, Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Membacakan Berita Siswa Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan Cooperative Learning dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD), (Jakarta: UNJ, 2008) 23
Warto, Abstrak Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) di Kelas IV pada SD Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading, Kotamadya Jakarta Utara, (Jakarta: UNJ, 2009)
42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MA As-Syafi‟iyah 01 yang berlokasi di Jalan Al-Barkah No. 17, Tebet, Jakarta Selatan, pada pertengahan semester 1 (Ganjil) Tahun Ajaran 2011/2012 pada tanggal 25-26 Juli 2011.
B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan Dalam skripsi ini peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research). PTK memiliki peranan yang sangat penting dan strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila diimplementasikan dengan baik dan benar. Diimplementasikan dengan baik, artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan bermakna yang diperhitungkan dalam memecahkan masalah atau memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK. Upaya PTK diharapkan dapat menciptakan sebuah budaya belajar (learning culture) di kalangan guru. PTK menawarkan peluang sebagai strategi pengembangan kinerja sebab pendekatan penelitian ini menempatkan guru sebagai peneliti, agen perubahan yang pola kerjanya bersifat kolaboratif.24
24
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada), Cet. Ke-1, h. 41
43
C. Subjek/Partisipan dalam Penelitian Dalam PTK ini, yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah Jakarta semester 1 tahun ajaran 2011/2012 yang terdiri dari 25 siswa dengan komposisi 15 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran untuk materi pemahaman unsur intrinsik cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). PTK memberikan peranan yang besar dan
penting kepada peneliti sebagai
instrumen (human instrument). Hal ini disebabkan peneliti dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu yang terjadi dalam proses belajar mengajar di kelas.25
E. Tahapan Intervensi Tindakan Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu:
25
Ibid., h. 135
44
Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
SIKLUS II
Pelaksanaan
Pengamatan
?
Gambar 2 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
1.
Perencanaan Tindakan (Planning) Dalam tahap perencanaan (planning) ini, peneliti menyiapkan materi atau bahan ajar, rencana pengajaran yang mencakup RPP dan metode atau teknik mengajar, serta instrumen atau evaluasi pembelajaran. Akan tetapi, tahap perencanaan tersebut dimulai setelah peneliti mengungkapkan masalah dan memberikan suatu alternatif untuk memecahkannya. Pengungkapan masalah itu berkaitan dengan perumusan masalah, yaitu pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan melakukan pengamatan langsung untuk mengetahui kondisi awal siswa. Sedangkan alternatif pemecahan masalah itu mengacu pada metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) untuk meningkatkan hasil pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen.
2.
Pelaksanaan Tindakan (Acting) Pada tahap tindakan ini, peneliti melaksanakan semua tahap perencanaan yang telah dirancang dengan baik agar sejalan dengan 45
tujuan awal. Misalnya, melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan materi yang terdapat pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan metode yang tepat. Artinya tahap ini merupakan realisasi dari segala teori pendidikan dan teknik mengajar yang telah disiapkan sebelumnya dalam perencanaan. 3.
Pengamatan (Observing) Kegiatan pengamatan atau observasi ini dilakukan terhadap semua aktivitas
siswa
yang
menjadi
indikator
keberhasilan
selama
pembelajaran berlangsung, bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data yang berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang sudah dibuat serta dampaknya terhadap proses dan hasil intruksional. Proses tersebut dibantu dengan alat atau instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh peneliti. 4.
Refleksi (Reflecting) Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang terkumpul pada saat melakukan pengamatan atau observasi. Data yang didapat itu kemudian ditafsirkan dan dicari kejelasannya, dianalisis, lalu disintesiskan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah-langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK.
F. Hasil Intervensi Tindakan Penelitian yang dilakukan ini mengharapkan suatu perubahan pada siswa dalam memahami konsep pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Materi yang mereka pelajari benar-benar dapat dipahami dengan jelas, dalam arti siswa bukan sekedar menghafal akan teorinya tetapi juga siswa diharapkan: 1.
Dapat mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen.
2.
Dapat memahami metode kooperatif tipe STAD dengan baik. 46
3.
Dapat menerapkan metode kooperatif tipe STAD untuk pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen.
4.
Dapat menulis unsur intrinsik pada cerpen dengan tepat.
G. Data dan Sumber Data 1.
Data hasil belajar kognitif, adalah penguasaan konsep siswa dalam bentuk tes objektif. Tes objektif akan dilakukan sebanyak dua kali selama
pembelajaran
berlangsung,
yaitu
tes
sebelum
materi
disampaikan (pretest) dan tes setelah materi disampaikan (posttest). Hasil nilai pretest dan posttest siswa akan diolah menjadi nilai akhir sebagai tolak ukur keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan. 2.
Data hasil belajar psikomotorik, adalah peningkatan kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen yang dilakukan oleh siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dilakukan observasi pada masing-masing siswa baik kegiatan observasi langsung maupun tak langsung yang dinilai oleh peneliti.
3.
Data untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan metode kooperatif tipe STAD berupa jurnal siswa.
4.
Data untuk mengetahui tanggapan atau respon siswa terhadap tingkah laku guru selama proses belajar mengajar berlangsung, yang berupa pemberian
lembar
observasi
kepada
setiap
siswa
di
akhir
pembelajaran dengan menuntut jawaban kurang, cukup, atau baik.
H. Instrumen dan Pengumpulan Data 1.
Tes Kemampuan Tes adalah cara atau prosedur yang harus ditempuh dalam rangka pengukuran atau penilaian di bidang pendidikan, yang 47
berupa pertanyaan yang harus dijawab oleh testee. Adapun jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari pretest dan posttest.
Pemberian
kemampuan
awal
pretest siswa
dilakukan
sebelum
untuk
adanya
mengetahui
perlakuan
atau
pembelajaran mengenai materi tersebut. Sedangkan posttest yang dilakukan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah mereka mendapatkan perlakuan atau perbuatan. 2.
Lembar Observasi Lembar observasi adalah alat pengamatan (pengambilan data) yang digunakan untuk mengukur atau memotret seberapa jauh efek tindakan yang telah mencapai sasaran. Lembar observasi ini dapat dilengkapi dengan format atau blangko yang berisi itemitem tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, baik dari aktivitas siswa maupun dari aktivitas guru. Dari pengamatan ini, peneliti bukan sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan dan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.
3.
Jurnal Siswa Pemberian
jurnal
siswa
dilakukan
setiap
akhir
pembelajaran. Jurnal siswa ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan atau gambaran yang telah diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanggapi dari pembelajaran tersebut yang diterapkan di kelas. Laporan dari jurnal siswa akan digunakan sebagai tindakan untuk memperbaiki pada siklus pembelajaran selanjutnya. 4.
Catatan Lapangan Catatan
lapangan
adalah
bentuk
temuan
selama
pembelajaran yang diperoleh oleh peneliti, yang tidak ternamai dalam lembar observasi. Bentuk temuan ini berupa aktivitas siswa 48
dan
permasalahan
yang
dihadapi
selama
pembelajaran
berlangsung. 5.
Dokumentasi Pengertian dokumentasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan sebagai sesuatu yang tertulis, tercetak atau terekam yang dapat dipakai sebagai bukti atau keterangan. Dokumentasi yang peneliti pilih berupa foto.
I. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan di dalam penelitian, maka peneliti menggunakan instrumen yang telah disebutkan di atas, antara lain berupa pretest dan posttest. Instrumen tes tersebut terdiri dari 20 soal pretest dengan komposisi 10 soal benar-salah dan 10 soal menjodohkan. Sedangkan untuk posttest terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan menggunakan lima opsi jawaban, bertujuan untuk mengungkapkan hasil belajar Bahasa Indonesia siswa pada pokok pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan metode kooperatif tipe STAD. Instrumen tes dikatakan berhasil apabila mampu mengukur apa yang diinginkan menjadi valid dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dengan demikian, instrumen yang baik harus memenuhi kriteria penting, yakni valid. Selain itu soal juga harus memenuhi kriteria tingkat kesulitan. 1.
Tingkat Kesukaran Soal Bermutu atau tidaknya butir-butir soal hasil tes siswa pertama dapat diketahui dari derajat kesukaran atau tingkat kesulitan pada masing-masing soal tersebut. Butir-butir soal hasil belajar dapat dinyatakan sebagai butir-butir soal yang baik apabila butir-butir soal tersebut tidak terlalu sukar atau tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain, derajat kesukaran soal tersebut sedang atau cukup. Tingkat kesulitan soal yang diujikan mempunyai 49
tujuan agar soal-soal yang diujikan sesuai dengan kemampuan siswa. Akan tetapi, soal tersebut harus tetap sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Untuk mengukur tingkat kesulitan soal digunakan rumus sebagai berikut:26 P= Keterangan: P
= Indeks kesukaran
B
= Banyaknya siswa yang menjawab soal benar
JS
= Jumlah seluruh siswa peserta tes Tabel 2 Klasifikasi Indeks Kesukaran
2.
JK = 0,00
Soal terlalu susah
0,00 < JK ≤ 0,30
Soal sukar
0,30 < JK ≤ 0,70
Soal sedang
0,70 < JK ≤ 1,00
Soal mudah
JK = 1,00
Soal sangat mudah
Uji Validitas Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen. Validitas yang digunakan pada instrumen ini menggunakan validitas item (butir soal).
26
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. Ke-7, h. 208
50
Secara umum validitas item dari suatu tes adalah ketepatan mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item tersebut.27 Soal yang akan diuji validitas pada penelitian ini terdiri dari 20 soal pretest dengan komposisi 10 soal benar-salah dan 10 soal menjodohkan. Sedangkan untuk posttest terdiri dari 20 soal pilihan ganda dengan menggunakan lima opsi jawaban. Seperti yang diketahui, pada tes benar-salah, menjodohkan, dan Pilihan Ganda (PG) hanya memberi dua kemungkinan, yaitu benar atau salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan benar umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk butir soal yang salah diberi skor 0 (nol). Uji validitas ini peneliti lakukan sebelum penelitian berlangsung pada siswa kelas XI di sekolah yang berbeda. Jika ternyata ada soal yang tidak valid maka soal tersebut tidak dipakai.
J.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan Studi Untuk memperoleh data yang valid, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi, merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Dengan teknik triangulasi, peneliti
sebenarnya
mengumpulkan data sekaligus menguji kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data. Adapun tindakan yang dilakukan yaitu: 1.
Pengambilan data dari berbagai narasumber, yaitu peneliti, guru, dan siswa.
27
Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 1996), Cet. Ke-1, h. 188
51
2.
Penggunaan berbagai alat atau instrumen agar data yang terkumpul lebih akurat. Langkah yang ditempuh adalah dengan mengisi lembar observasi, jurnal siswa, catatan lapangan, dan hasil tes kemampuan siswa.
3.
Penggunaan berbagai metode atau cara analisis sehingga data yang terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini dilakukan pengamatan langsung.
4.
Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik keaslian maupun kelengkapannya.
5.
Mengulang kembali pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.
K. Analisis Data dan Interpretasi Hasil Analisis 1.
Uji Hipotesis Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan kemampuan siswa dalam pemahaman unsur intrinsik cerpen yang diajarkan dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji t, yaitu:28
= Mean of Difference Nilai Rata-rata Hitung dari Beda/ Selisih antara Skor Variabel I dan Skor Variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus:
28
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), Cet. Ke-1, h. 305
52
= Jumlah Beda/Selisih antara Skor Variabel I (Variabel x) dan Skor Variabel II (Variabel y), dan D dapat diperoleh dengan rumus:
n = Jumlah subjek yang diteliti. = Standard Error dari Mean of Difference yang dapat diperoleh dengan rumus:
= Deviasi Standar dari Perbedaan antara Skor Variabel I dan Skor Variabel II, yang dapat diperoleh dengan rumus:
Kriteria pengujian: Terima
jika
<
<
dan
ditolak.
2.
Analisis Data a. Rata-rata Rata-rata hitung atau rata-rata dilambangkan dengan
(dibaca:
eks-bar) untuk ukuran sampel (statistik) dan rata-rata populasi dilambangkan dengan dengan
(dibaca: mu) untuk ukuran
parameter. Data ada yang memiliki frekuensi satu dan lebih dari satu. Rumus rata-ratanya adalah:
53
Keterangan: = skor ujian = frekuensi masing-masing skor b. Modus (
)
Modus adalah suatu peristiwa yang paling banyak muncul. Modus pada data kuantitatif adalah skor yang paling banyak frekuensinya di antara data lainnya. c. Median (
)
Perhitungan rata-rata melibatkan seluruh data yang ada, median merupakan garis pembagi dari sekumpulan data menjadi dua bagian yang sama besarnya. Oleh karena itu, median adalah nilai tengah dari suatu data setelah diurutkan dari data terkecil ke data terbesar atau sebaliknya. Rumusnya:
d. Variansi ( ) Variansi adalah jumlah simpangan baku yang dikuadratkan. Rumusnya:
e. Simpangan Baku (s) Simpangan Baku adalah akar dari jumlah simpangan skor dari ratarata dibagi dengan banyaknya data.29 s=
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji metode kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa pada pembelajaran B
Budi Susetyo, Statistika untuk Analisis Data Penelitian, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2010), Cet. Ke-1, h.72
54
Bahasa dan Sastra Indonesia yang belum diketahui. Untuk itu perlu adanya penelitian tindak lanjut. Siklus PTK akan berakhir jika perbaikan sudah berhasil dilakukan. Perlu dicatat bahwa satu siklus PTK dapat terjadi pada satu atau lebih pertemuan.
M. Pengajuan Hipotesis “
diterima jika ada peningkatan yang signifikan antara hasil pretest
dengan hasil posttest dalam peningkatan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD)”.
55
BAB IV DESKRIPSI DATA, ANALISIS DATA, INTERPRETASI HASIL ANALISIS, DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, berisi tentang hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti di MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta pada kelas X. Hasil penelitian diperoleh dari hasil belajar selama satu siklus, meliputi penguasaan dan pemahaman (kognitif) siswa terhadap konsep yang disajikan, hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan-keterampilan proses skill (psikomotor), dan sebagai pelengkap data, maka peneliti memberikan jurnal siswa setelah penerapan pembelajaran selesai. A.
Deskripsi Data Sekolah 1.
Sejarah dan Profil Sekolah Pada tahun 1927 didirikan Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah oleh Alm. KH. Abdullah Syafi‟ie, kemudian dilanjutkan oleh anakanaknya, yakni DR. Hj. Tutty Alawiyah AS dan KH. Abdul Rasyid AS (hingga sekarang). Pemberian nama As-Syafi‟iyah dilatarbelakangi untuk mengabadikan nama ayah dari Alm. KH. Abdullah Syafi‟ie, H Syafi‟ie, dan mazhab yang dianutnya, mazhab Imam Syafi‟ie. Berawal dari sebuah pengajian di Masjid Al-Barkah, Balimatraman, Alm. KH. Abdullah Syafi‟ie memiliki keinginan untuk membuat madrasah, karena pada saat itu, minim sekolah yang menggunakan sistem pesantren. Seiring berjalannya waktu, berdatanganlah santri dari segala penjuru, bahkan ada pula yang datang dari luar negeri. Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah terdiri dari Raudhatul Athfal (TK), Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT), Madrasah Tsanawiyah (MTs, Madrasah Aliyah (MA), SMA, SMK, dan Perguruan Tinggi. MA As-Syafi‟iyah didirikan tahun 1957, berlokasi di Jalan Masjid Al-Barkah
56
Balimatraman No. 17 Jakarta Selatan. MA As-Syafi‟iyah berada di lantai 3 gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi‟iyah.
2. Visi Pengembang diri islami unggul dalam prestasi.
3. Misi a. Menanamkan keimanan dan akhlak mulia agar siswa memiliki pribadi yang tangguh, mandiri, disiplin, motivasi belajar, dan kepekaan sosial yang tinggi. b. Menumbuhkan prestasi dan bakat siswa melalui kegiatan kurikuler, serta ekstrakurikuler agar dapat menguasai iptek.
4. Tujuan Tujuan Perguruan Islam As-Syafi‟iyah adalah menyelenggarakan upayaupaya pendidikan jamaah dan maslahatul ummahat dalam rangka: a.
Mendidik muslimin dan muslimat yang taat beragama, warga negara, dan warga masyarakat yang sadar akan tanggung jawabnya kepada Allah SWT.
b.
Membina dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam arti kata seluas-luasnya serta menyiapkan tenaga ahli dan terampil yang berjiwa Islam yang mampu membangun kehidupannya sendiri dan kehidupan masyarakat yang adil makmur berdasarkan pancasila dan diridhoi Allah SWT.
c.
Meningkatkan maslahatul ummahat atau kesejahteraan ummat baik moral maupun materil menuju kehidupan yang sehat jasmani dan rohani dalam rangka terlaksananya tugas-tugas manusia di muka bumi sebagai khalifah dan hamba Allah SWT.
57
Visi dan misi di atas mencerminkan cita-cita MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta yang berwawasan keislaman. Menyesuaikan pada zaman era globalisasi yang syarat dengan kemajuan sains dan teknologi dengan berbagai keterampilannya, agar kelak lulusan MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta ini menjadi manusia yang beriman dan berakhlak. Adapun struktur organisasi MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta sebagai berikut:
Gambar 3 Struktur Organisasi MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta
58
5. Keadaan Guru Peran guru merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam dunia pendidikan, mengingat keberadaannya sebagai tokoh sentral dalam pengajaran dan sangat dibutuhkan. Selain itu, guru juga mempunyai tanggung jawab yang besar dalam memajukan pendidikan untuk meningkatkan taraf kualitas dan kematangan peserta didiknya. Seorang guru diberi kepercayaan untuk mengajar, mendidik, dan mengambil keputusan pada lembaga kependidikannya, harus relevan dengan kualitas atau sesuai dengan kemampuan mengajarnya pada bidang tertentu. Hal ini juga terdapat pada MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta, yang selalu berupaya meningkatkan mutu kualitas pendidikannya. Tabel 3 Daftar Nama Guru dan Karyawan MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012 No. Nama Jabatan & Bidang Pendidikan Studi 1.
Anwar Rusli, S.Ag., M.M.
Kepala Madrasah
S2
2.
Hj. Linah Sulasiah, S.Pd.
Wakil Kepala Madrasah
S1
3.
KH. M. Naseh Abdurrahim
Al-Qur‟an Hadits
Sarjana Muda
4.
Drs. H. Endang Sodikin
Sejarah & Geografi
S1
5.
Drs. Abdul Rofiq MZ
Al-Qur‟an Hadits & Aqidah Akhlak
S1
6.
KH. Abdurrahman Abdullah
Nahwu Shorof
Pesantren
7.
KH. M. Thuhur Thohir
SKI & Ushul Fiqh
S1
8.
KH. Achmad Luthfi, BA
Fiqh
S1
9.
Ramdan Nurdin, S.Kom.
TIK
S1
10.
KH. M. Nazir Ahmad, LC
Bahasa Arab
S1
59
11.
Andriyani, S.Kom.
TIK
S1
12.
Afiyfah Lu'ai, S.Sos.
Sosiologi & Ekonomi
S1
13.
Zuhriyah, S.Pd.
Biologi & Seni Budaya
S1
14.
Sahrowardi, S.Pd.
Fisika
S1
15.
Nurmawati, S.Pd.
Kimia
S1
16.
Hafidz Kurnia, S.Sos,I.
Penjaskes
S1
17.
Muhammad Idrus, S.Pd.
Bahasa Indonesia
S1
18.
Ina Sakinah, S.Pd.
Matematika
S1
19.
M. Komaruddin, S.Pd.
Bahasa Inggris
S1
20.
Dra. Rosnani
PKn & Geografi
S1
21.
Hj. Siti Komariah
Staf PUS
SMEA
22.
Asep Nur Kholis
Staf Administrasi
Aliyah
23.
Mar‟ah Mas‟ud
Pramubakti
SD
6. Jumlah Siswa Tabel 4 Jumlah Siswa/i MA As-Syafi’iyah 01 Jakarta Tahun Ajaran 2011/2012 Laki-
No.
Kelas
1.
X
10
15
25
2.
XI
11
15
26
3.
XII
14
12
26
35
42
76
Laki
Jumlah
60
Perempuan Jumlah
B.
Deskripsi Data Hasil Pengamatan/Hasil Intervensi Tindakan 1. Deskripsi Perencanaan Tindakan Kegiatan perencanaan ini diawali dengan pembuatan soal pretest dan soal posttest. Peneliti membuat soal-soal tersebut dengan melihat pedoman buku Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X, Mahir Berbahasa Indonesia untuk Kelas X, dan 99% Lulus UN SMA IPA 2011. Kemudian peneliti melakukan uji validasi pada siswa kelas XI di salah satu SMA di daerah Manggarai, Jakarta Selatan. Jika soal tersebut ada yang tidak valid maka soal tersebut diganti atau tidak digunakan. Setelah uji validasi diperoleh, peneliti melakukan pertemuan secara langsung dengan pihak sekolah MA As-Syafi‟iyah 01 pada tanggal 19 Juli 2011, yakni dengan Bapak Anwar Rusli,S.Ag., M.M. selaku kepala sekolah dan Bapak Muhammad Idrus, S.Pd. selaku guru Bahasa Indonesia. Adapun hal-hal yang didiskusikan meliputi: a. Peneliti meminta izin untuk penelitian di MA As-Syafi‟iyah kepada Bapak Anwar Rusli, S.Ag., M.M selaku Kepala Sekolah. b. Peneliti memberikan susunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disertai dengan materi pembelajaran kepada guru Bahasa Indonesia. c. Peneliti mengajukan metode atau teknik mengajar yang akan diterapkan dalam penelitian tersebut, yakni dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). d. Peneliti mengajukan alokasi waktu yang dibutuhkan sebanyak dua kali pertemuan untuk satu siklus. Akan tetapi, jika dalam pembelajaran itu belum ada perbaikan sesuai dengan tujuan utama PTK atau dikatakan penelitian itu belum berhasil, maka penelitian akan dilanjutkan pada siklus berikutnya. e. Peneliti memberikan model evaluasi pembelajaran atau penilaian dengan berbagai bentuk instrumen, baik instrumen tes kemampuan maupun instrumen nontes selama pembelajaran berlangsung.
61
f. Peneliti bersama dengan kepala sekolah dan guru Bahasa Indonesia menyepakati waktu yang tepat untuk pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan pada minggu berikutnya sesuai dengan jadwal yang ada di sekolah tersebut. g. Pihak sekolah memberi informasi tentang Standar Kelulusan Belajar Minimal (SKBM) Bahasa Indonesia di MA As-Syafi‟iyah sebesar 65. Hasil data yang diperoleh peneliti dari penelitian berupa hasil pretest dan posttest siswa dari kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Hasil tersebut kemudian dianalisis melalui tiga tahap, yaitu pengidentifikasian data, pengelolaan data, dan penafsiran hasil data. Semua hasil data akan diolah baik dalam angka maupun dalam bentuk deskripsi yang merupakan skor atau penilaian akhir setelah dirata-ratakan secara umum. Dengan demikian, berdasarkan pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka peneliti bersama dengan guru Bahasa Indonesia menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai objek penelitian itu. Adapun kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelas X. Pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh peneliti pada tanggal 2526 Juli 2011. Siswa/i kelas X berjumlah 25 orang, yang terdiri dari 10 lakilaki dan 15 perempuan.
62
Gambar 4 Gedung Yayasan Pendidikan Islam As-Syafi’iyah 01 Jakarta
2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan a.
Pertemuan Pertama Kegiatan penelitian pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin, 25 Juli 2011, pada jam pelajaran ke-3 dan ke-4 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. 1)
Pelaksanaan Tindakan (Planning) Pelaksanaan penelitian diawali dengan memaparkan kepada siswa maksud adanya penelitian. Penelitian tersebut berkaitan dengan kemampuan pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD). Tujuannya agar para siswa lebih siap dan terkondisi dalam mengikuti pembelajaran atau prosedur dari penelitian tersebut yang juga sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Adapun perencanaan tindakan pembelajaran untuk pertemuan pertama sebagai berikut: 63
a) Guru membuka pelajaran dengan berdoa. b) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. c) Guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan cerpen untuk menggali pengetahuan awal siswa. d) Guru memberikan pretest. e) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok secara heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4 - 5 orang. f) Guru membahas cerpen pretest dan soal pretest. g) Siswa diminta mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen pretest. h) Guru dan siswa menyimpulkan dan memberikan penilaian terhadap pembelajaran tersebut. i) Pertemuan pertama ditutup dengan pemberian kuis tentang materi yang telah dipelajari. 2) Pelaksanaan Tindakan (Acting) Guru memulai kegiatan belajar mengajar (KBM) dengan membaca doa sebagai pembuka pelajaran, mengkondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran agar tujuan tercapai dengan baik, dan memeriksa daftar hadir siswa. Langkah awal sebelum masuk ke materi pembelajaran, guru terlebih dahulu menyampaikan tujuan
pembelajaran
dan
metode
yang
digunakan
serta
memberikan pretest tentang pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Pembelajaran dimulai dengan guru bertanya kepada siswa tentang hal-hal yang berkaitan dengan cerpen, tujuannya untuk menggali pengetahuan awal siswa. Sebagian besar siswa menjawab cerpen adalah bagian dari prosa. Ada juga yang menjawab cerpen terdiri dari unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Semua apersepsi mereka tentang hal-hal yang berkaitan dengan cerpen sudah baik dan guru mulai membagi siswa dalam beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 orang. 64
Langkah selanjutnya, guru membahas cerpen yang digunakan saat pretest dengan judul “Laron” karya Chairil Gibran Ramadhan. Sedikit kendala yang dialami guru saat siswa membaca cerpen tersebut. Masih ada beberapa siswa yang berbicara dan bercanda sehingga menghambat pemahaman siswa yang lain. Kendala tersebut guru siasati dengan himbauan kepada siswa untuk lebih serius membaca cerpennya, karena setelah itu guru akan memberikan beberapa pertanyaan secara acak. Bagi siswa yang bisa menjawab dengan benar maka akan mendapat nilai tambahan untuk kelompoknya maupun dirinya sendiri. Pembelajaran
selanjutnya
siswa
diajak
untuk
mengidentifikasi unsur intrinsik pada cerpen “Laron”. Setiap kelompok berusaha menjawab apa saja unsur intrinsiknya yang meliputi tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa. Akan tetapi masih ada siswa yang bertanya dan belum memahami unsur intrinsik cerpen. Pertanyaan siswa dijawab dengan guru kembali menjelaskan unsur intrinsik pada cerpen beserta contohnya. Pembelajaran ditutup dengan guru dan siswa menyimpulkan kembali materi tersebut. Guru memberikan tugas per kelompok kepada siswa untuk mencari biodata tentang Chairil Gibran Ramadhan. Tugas tersebut nantinya akan dibacakan oleh salah seorang perwakilan dari tiap kelompok. Berakhirnya pembelajaran tersebut juga ditandai dengan pemberian lembar penilaian siswa terhadap guru dan jurnal siswa yang harus diisi oleh semua siswa. Lembar jurnal siswa itu berisi pertanyaan mengenai materi yang telah dipelajari dan bagaimana kesan setelah memperoleh materi tersebut. Siswa juga merespon pembelajaran
tersebut
dengan
baik
dan
positif,
dengan
memberikan pernyataan bahwa dengan belajar unsur intrinsik pada cerpen memberikan mereka pengetahuan baru. 65
Gambar 5 Keadaan siswa setelah dibagi per kelompok
3) Pengamatan (Observing) Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati semua aktivitas selama pembelajaran berlangsung dengan objek siswa dan guru. Pengamatan yang dilaksanakan secara langsung ini disebabkan peneliti menggunakan metode PTK Partisipan, yakni kegiatan yang melibatkan peneliti secara langsung dari awal penelitian hingga berakhir pelaksanaan penelitian. 66
Berdasarkan pengamatan guru terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran, diperoleh data sebagai berikut: a)
Siswa memberikan respon positif yang baik selama pembelajaran berlangsung.
b)
Siswa cukup baik dalam memperhatikan dan menyimak penjelasan guru.
c)
Siswa cukup aktif dalam mengajukan pertanyaan.
d)
Siswa kurang aktif dalam menyampaikan pendapat atau tanggapannya.
e)
Siswa saling memotivasi dan membantu kelompoknya dalam menjawab pertanyaan dengan cukup baik.
f)
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan cukup baik.
g)
Siswa memiliki kerjasama dan tanggung jawab pada kelompoknya dengan baik.
h)
Siswa cukup baik dalam mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir.
i)
Rata-rata keaktifan siswa pada pertemuan pertama siswa berprestasi sedang. (Angket terlampir)
Gambar 6 Kegiatan Belajar dan Mengajar 67
4) Refleksi (Reflecting) Pada kegiatan pembelajaran di pertemuan pertama ini, peneliti telah mengidentifikasi data-data yang didapat dari hasil observasi secara langsung berupa hasil pretest siswa yang menunjukkan
tingkat
kemampuan
awal
mereka
dalam
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, tingkah laku siswa selama proses pembelajaran, catatan lapangan, dan jurnal siswa. Dalam catatan lapangan pada pertemuan pertama menunjukkan bahwa harus adanya persiapan yang lebih matang dalam menarik perhatian
siswa
agar
siswa
mudah
memahami
materi
pembelajaran. Penambahan waktu untuk siswa bertanya menjadi 10 menit (sesi tanya jawab) agar materi yang disampaikan dipahami dengan baik. Hasil pretest atau kemampuan siswa dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen menunjukkan bahwa masih ada siswa yang belum memahami dengan baik sehingga skor yang didapat belum maksimal dan kurang dari SKBM Bahasa Indonesia (65). Hal ini terlihat dari hasil pekerjaan mereka berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan, yaitu diperoleh nilai tertinggi sebesar 75 dan nilai terendah sebesar 50.
68
Tabel 5 Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen
b.
65
60
60
60
55
65
60
60
55
65
70
65
60
75
65
65
55
50
60
50
60
65
70
65
60
Pertemuan Kedua Pembelajaran pada pertemuan kedua ini dilaksanakan hari Selasa, 26 Juli 2011, pada jam pelajaran ke-5 dan ke-6. Pertemuan kedua ini merupakan kelanjutan dari refleksi dari pertemuan pertama. 1) Perencanaan Tindakan (Planning) Kegiatan perencanaan tindakan pembelajaran untuk pertemuan kedua sebagai berikut: a)
Guru membuka pelajaran dengan berdoa.
b)
Guru mengulang kembali materi pertemuan pertama.
c)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
d)
Siswa berkelompok sesuai dengan kegiatan sebelumnya.
e)
Perwakilan dari setiap kelompok siswa membacakan tugas kelompoknya di depan kelas.
f)
Guru memberikan cerpen untuk materi posttest.
g)
Siswa mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik pada cerpen “Rumah Nyak Haji” karya Chairil Gibran Ramadhan.
h)
Siswa mengerjakan soal posttest.
i)
Guru dan siswa menyimpulkan dan memberikan penilaian terhadap pembelajaran tersebut.
69
2) Pelaksanaan Tindakan (Acting) Kegiatan belajar mengajar (KBM) diawali guru dengan membaca doa sebagai pembuka pelajaran, mengondisikan siswa agar siap mengikuti pelajaran sehingga tercapainya tujuan dengan baik, dan memeriksa daftar hadir siswa. Langkah awal sebelum masuk ke materi pembelajaran, guru terlebih dahulu mengulang kembali materi pertemuan pertama yang disertai beberapa pertanyaan kepada siswa. Sebagian besar siswa sangat antusias menjawab pertanyaan guru. Mereka mengatakan bahwa pada pertemuan pertama mempelajari tentang unsur intrinsik pada cerpen itu menarik. Pembelajaran pada pertemuan kedua diawali dengan langkah yang baik, sebab mereka masih ingat dengan materi yang disampaikan guru pada pertemuan pertama. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran untuk hari ini (pertemuan kedua) dan mengarahkan siswa untuk berkelompok sesuai dengan kegiatan sebelumnya. Kemudian guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk membacakan tugas kelompok tentang biografi Chairil Gibran Ramadhan, sementara siswa yang lain menyimak dan memberi tanggapan. Guru membagikan cerpen “Rumah Nyak Haji” karya Chairil Gibran Ramadhan, sebagai materi untuk posttest. Guru memberikan waktu 15 menit kepada siswa untuk membaca cerpen posttest. Setelah itu, guru memberikan kuis kepada siswa. Siswa terlihat sangat antusias menjawab kuis. Sebelum menutup pembelajaran, guru memberikan tugas sebagai bentuk posttest untuk melihat hasil belajar siswa selama mempelajari materi unsur intrinsik pada cerpen. Kemudian guru dan siswa memberikan penilaian tentang pembelajaran pada pertemuan kedua.
70
3) Pengamatan (Observing) Pada kegiatan observasi ini, guru melihat keaktifan siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru dan menyampaikan pendapat tentang unsur intrinsik pada cerpen. Proses pengamatan juga dilakukan dalam bentuk pengisian jurnal siswa dan lembar observasi, yakni penilaian terhadap tingkah laku guru oleh siswa selama pembelajaran pada pertemuan kedua. Tabel 6 Rata-rata Skor Penilaian Siswa terhadap Guru pada Pertemuan Kedua Rata-Rata No.
Aspek yang diamati
Pertemuan Kedua
1.
Guru memberikan penjelasan materi unsur intrinsik pada cerita pendek.
2.
74
Guru menguasai materi pembelajaran unsur intrinsik pada cerita pendek
75
dengan baik. 3.
Guru
menggunakan
media
yang
mendukung untuk pembelajaran unsur
67
intrinsik pada cerita pendek. 4.
Guru menggunakan metode yang tepat dalam
unsur
intrinsik
pada
cerita
69
pendek. 5.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan materi yang disampaikan.
71
69
6.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pendapat atau menanggapi
mengenai
materi
yang
71
disampaikan. 7.
Guru memberikan tugas sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan.
8.
75
Guru memperhatikan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dan membantu mengarahkan siswa jika
74
menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas atau latihan. Jumlah Rata-rata Keseluruhan
Jumlah Rata-rata Keseluruhan =
= = 22,96 Keterangan: Skala Penilaian Rata-rata Tiap Aspek: 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik Skala Penilaian Jumlah Rata-rata: 5-9
= Prestasi Rendah
10-20 = Prestasi Sedang 21-30 = Prestasi Tinggi 72
22,96
Berdasarkan
tabel
di
atas,
dengan
jumlah
rata-rata
keseluruhan 22,96 berarti guru memiliki prestasi yang tinggi selama kegiatan belajar dan mengajar (KBM) berlangsung. 4) Refleksi (Reflecting) Pada pertemuan ini, guru dan siswa melakukan refleksi selama
proses
pembelajaran
yang
berlangsung
dengan
memecahkan kesulitan siswa dalam memahami materi serta memberikan
tips-tips
memberikan
pujian
untuk dan
mengingatnya.
hadiah
kepada
Guru
juga
kelompok
yang
mendapatkan skor tertinggi dalam kuis selama pembelajaran. Hasil posttest atau kemampuan siswa dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD menunjukkan bahwa sebagian besar siswa sudah mampu atau baik dalam memahaminya sehingga nilai yang didapat mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari hasil pekerjaan mereka berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan, yaitu diperoleh nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 65. Tabel 7 Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode Kooperatif Tipe STAD
75 70 80 90 70
90 75 85 65 90
75 80 85 65 85
73
80 65 95 80 80
65 80 75 65 70
3. Pemeriksaan Keabsahan Data Pemeriksaan keabsahan data pada hasil pretest dan posttest pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan uji hipotesis. a. Uji Hipotesis Untuk menguji
yang menyatakan bahwa ada peningkatan yang
signifikan antara rata-rata hasil nilai sebelum dan sesudah siswa menggunakan metode kooperatif tipe STAD pada pembelajaran menggunakan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen digunakan uji t. Langkah-langkah: 1)
Hipotesis : : Keterangan: :
rata-rata
hasil
pretest
siswa
pada
pembelajaran
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. : rata-rata hasil posttest siswa pada pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD. 2)
Menentukan kriteria pengujian Tolak Terima
3)
jika
<
jika
>
Menentukan harga Menggunakan rumus:
74
Langkah-langkahnya: Tabel 8 Skor Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen saat Pretest dan Posttest
No.
Pretest (x)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
65 60 60 60 55 65 60 60 55 65 70 65 60 75 65 65 55 50 60 60 60 65 70 65 60
Skor Posttest (y) 75 90 75 80 65 70 75 80 65 80 80 85 85 95 75 90 65 65 80 65 70 90 85 80 70
Jumlah
75
D = (x-y)
= (x-y
-10 -30 -15 -20 -10 -5 -15 -20 -10 -15 -10 -20 -25 -20 -10 -25 -10 -15 -20 -5 -10 -25 -15 -15 -10 -385
100 900 225 400 100 25 225 400 100 225 100 400 625 400 100 625 100 225 400 25 100 625 225 225 100 6975
a)
Mencari Mean of Difference =
b)
=
= - 15, 4 = 15,4
Mencari Standar Deviasi
= = = = = 6,47
c)
Mencari Standard Error dari Mean of Difference
= = = = 1,32 Maka: =
=
76
= 11,67
4)
Menentukan tingkat signifikan Menentukan tingkat signifikan dengan derajat keyakinan 95% dan = 0,05. Dengan rumus:
= = = (0,05;24) = 2,06
5)
Simpulan (11,67) lebih besar dari
(2,06) atau dengan kata lain
nilai tersebut tidak berada di antara -2,00 dan 2,00. Ini berarti diterima pada taraf signifikan
= 0,05. Dengan demikian, dari
hasil penelitian ini, peneliti menyatakan bahwa ada peningkatan yang signifikan dari hasil belajar pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD antara nilai pretest dan nilai posttest. Adapun letak daerah penerimaan dan penolakan dapat dilihat pada gambar berikut: db = 24 = 0,05 Tolak
Daerah penerimaan
-2
2
Berdasarkan hasil pengujian skor rata-rata nilai pretest dan posttest siswa menggunakan uji-t diperoleh nilai Dengan tabel berdistribusi t, untuk taraf signifikan 77
= 11,67. = 0,05 dan
db = 24, diperoleh nilai
= 2,06, sehingga
(11,67 > 2,06) dengan demikan
>
diterima. Dari penelitian ini
didapat bahwa ada peningkatan yang signifikan antara hasil pretest dengan hasil posttest dalam meningkatkan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD.
4. Deskripsi dan Hasil Analisis Data a. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen Adapun hasil pretest pada materi pemahaman unsur intrinsik pada cerpen sebagai berikut: Tabel 9 Data Hasil Pretest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.
Nama Siswa Abdul Mujib Abu Dzar Alqifari Ade Syifa Indriani Ahmad Irfan Amalia Anisa Ayu Anisa Dwi Septiani Bian Abdillah Deni Hardiansah Dicky Pradita Akbar Ernawati Iis Rahmawati Indi Indriyani Labyb Awfa Maulidia Fitriani Miftahul Khair Muhammad Nur Muhammad Sidiq 78
Benar 13 12 12 12 11 13 12 12 11 13 14 13 12 15 13 13 11 10
Nilai 65 60 60 60 55 65 60 60 55 65 70 65 60 75 65 65 55 50
19. 20. 21.
22. 23. 24. 25.
Rahma Nispiyanti Ranti Rere Erni Tiarno Putri Sabda Risni Salbiyah Silsila Fauziah Siti Zahro
12 12 12 13 14 13 12
60 60 60 65 70 65 60
Berdasarkan data hasil pretest Bahasa Indonesia pada materi pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, diperoleh nilai tertinggi sebesar 75 dan nilai terendah sebesar 50. Dua siswa memperoleh nilai 50, tiga siswa memperoleh nilai 55, delapan siswa memperoleh nilai 60, sembilan siswa memperoleh nilai 65, dua siswa memperoleh nilai 70, dan satu siswa memperoleh nilai 75.
Analisis Data Nilai Pretest 1) Rata-rata ( ) =
=
= 61,80
2) Modus ( Nilai yang sering muncul adalah skor 65. 3) Median ( 50, 50, 55, 55, 55, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 60, 65, 65, 65, 65, 65, 65, 65, 65, 65, 70,70, 75. = =
) 79
= 13 berada pada skor ke-13 (
= 60.
4) Variansi (
–( = 17,62 - ( = 17,62 – 0,03 = 17,59 5) Simpangan Baku (s) s= s= = 4,19 Berdasarkan hasil di atas, diperoleh nilai rata-rata ( 61,80, modus (
sebesar 65, median (
sebesar
sebesar 60, dan
simpangan baku (s) sebesar 4,19 dengan jumlah sampel (n) sebanyak 25 siswa. Dari hasil pretest pemahaman unsur intrinsik pada cerpen di atas, siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta termasuk ke dalam kategori cukup.
80
b. Deskripsi Hasil dan Analisis Data Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen Adapun hasil posttest pada materi pemahaman unsur intrinsik pada cerpen sebagai berikut: Tabel 10 Data Hasil Posttest Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode Kooperatif Tipe STAD No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25.
Nama Siswa Abdul Mujib Abu Dzar Alqifari Ade Syifa Indriani Ahmad Irfan Amalia Anisa Ayu Anisa Dwi Septiani Bian Abdillah Deni Hardiansah Dicky Pradita Akbar Ernawati Iis Rahmawati Indi Indriyani Labyb Awfa Maulidia Fitriani Miftahul Khair Muhammad Nur Muhammad Sidiq Rahma Nispiyanti Ranti Rere Erni Tiarno Putri Sabda Risni Salbiyah Silsila Fauziah Siti Zahro
81
Benar 15 18 15 16 13 14 15 16 13 16 16 17 17 19 15 18 13 13 16 13 14 18 17 16 14
Nilai 75 90 75 80 65 70 75 80 65 80 80 85 85 95 75 90 65 65 80 65 70 90 85 80 70
Berdasarkan data nilai posttest Bahasa Indonesia pada materi pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, diperoleh nilai tertinggi sebesar 95 dan nilai terendah sebesar 65. Lima siswa memperoleh nilai 65, tiga siswa memperoleh nilai 70, empat siswa memperoleh nilai 75, enam siswa memperoleh nilai 80, tiga siswa memperoleh nilai 85, tiga siswa memperoleh nilai 90, dan satu siswa memperoleh nilai 95. Analisis Data Posttest 1) Rata-rata ( ) =
= = 77,40 2) Modus ( Nilai yang sering muncul adalah skor 80. 3) Median ( 65, 65, 65, 65, 65, 70, 70, 70, 75, 75, 75, 75, 80, 80, 80, 80, 80, 80, 85, 85, 85, 90, 90, 90, 95. (n + 1) (25 + 1) (26) = 13 berada pada skor ke-13 ( 4) Variansi ( ) 82
= 80
= =
–
= 29,89 – (0,73 = 29,89 – 0,53 = 29,36 5) Simpangan Baku (s) s= = = 5,42 Berdasarkan analisis data nilai posttest pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD diperoleh nilai rata-rata ( ) sebesar 77,40, modus (
) sebesar 80, median (
)
sebesar 80, dan simpangan baku (s) sebesar 5,42 dengan jumlah sampel (n) sebanyak 25 siswa. Dari hasil posttest pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD di atas, siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta termasuk ke dalam kategori baik. Untuk lebih jelas dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:
83
Tabel 11 Nilai Minimal, Maksimal, Rata-rata, Variansi, dan Simpangan Baku Pretest dan Posttest Deskripsi
Nilai Pretest
Nilai Posttest
Nilai minimal
50
65
Nilai maksimal
75
90
Rata-rata
61,80
77,40
Variansi
17,59
29,36
Simpangan Baku
4,11
5,42
Dari data tersebut terlihat bahwa nilai rata-rata posttest (77,40) lebih besar daripada nilai pretest (61,80), begitu juga dengan nilai minimal dan maksimalnya. Dari sini dapat disimpulkan bahwa rata-rata pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan melalui metode kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan yang baik.
c. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal Pretest Tingkat kesulitan soal pretest yang diujikan sebanyak 20 soal. Berikut ini hasil data dari tingkat kesulitan soal. Tabel 12 Indeks Kesukaran Soal Pretest No. Soal
B
JS
P
Keterangan
1. 2. 3.
17 20 15
25 25 25
0,68 0,8 0,6
SEDANG MUDAH SEDANG
84
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
14 18 18 11 10 10 11 23 16 19 21 14 14 12 10 23 14
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
0,56 0,72 0,72 0,44 0,4 0,4 0,44 0,92 0,64 0,76 0,84 0,56 0,56 0,48 0,4 0,92 0,56
SEDANG MUDAH MUDAH SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG MUDAH SEDANG MUDAH MUDAH SEDANG SEDANG SEDANG SEDANG MUDAH SEDANG
d. Deskripsi dan Hasil Analisis Data Tingkat Kesukaran Soal Posttest Tingkat kesulitan soal posttest yang diujikan sebanyak 20 soal. Berikut ini hasil data dari tingkat kesulitan soal. Tabel 13 Indeks Kesukaran Soal Posttest No. Soal
B
JS
P
Keterangan
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
18 17 20 16 21 19 21 13 21 18 19 18 19
25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25 25
0,72 0,68 0,80 0,64 0,84 0,76 0,84 0,52 0,84 0,72 0,76 0,72 0,76
MUDAH SEDANG MUDAH SEDANG MUDAH MUDAH MUDAH SEDANG MUDAH MUDAH MUDAH MUDAH MUDAH
85
14. 15. 16. 17. 18. 19. 20.
20 18 22 22 21 22 22
25 25 25 25 25 25 25
0,80 0,72 0,88 0,88 0,84 0,88 0,88
MUDAH MUDAH MUDAH MUDAH MUDAH MUDAH MUDAH
5. Interpretasi Hasil Analisis Setelah mengetahui rata-rata pretest sebesar 61,80 dan rata-rata nilai posttest sebesar 77,40, maka dapat dikatakan bahwa terdapat peningkatan dalam pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Berdasarkan teori yang ada, kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen yang diajar dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) lebih tinggi karena metode ini dapat melibatkan siswa secara aktif, adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi sosial, dan pemberian penghargaan serta meningkatkan rasa tanggung jawab dalam belajar kelompok. Peningkatan kemampuan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD sebesar 28,7%. Terdapat peningkatan pada respon siswa selama pembelajaran berlangsung, yaitu peningkatan pemahaman siswa dalam memperhatikan dan menyimak penjelasan guru, pada pertemuan pertama rata-rata skor penilaian 73, sedangkan pada pertemuan terakhir sebesar 74. Peningkatan juga terlihat pada keseriusan siswa pada tiap-tiap kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru dengan rata-rata sebesar 75. Pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dengan menggunakan metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) juga memberikan hasil yang positif dalam interaksi sosial, pemprosesan kelompok, dan tanggung jawab perseorangan pada setiap kemampuan dalam kelompoknya masing-masing. Dengan demikian ada perbedaan atau peningkatan yang signifikan dari hasil pembelajaran 86
pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Peningkatan hasil tersebut terjadi karena adanya perlakuan atau pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD.
6. Pembahasan Temuan Penelitian a. Deskripsi Tingkah Laku Siswa dalam Pembelajaran Hasil observasi terhadap tingkah laku siswa dalam pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen dari pertemuan pertama sampai pertemuan kedua mengalami peningkatan. Tabel 14 Hasil Rata-rata Skor Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran
Skor Penilaian No
1.
Aspek yang diamati
Pertemuan Pertemuan
Siswa memberikan respon positif selama pembelajaran berlangsung.
2.
Siswa
memperhatikan
ke-1
ke-2
3
3
2
3
2
3
1
3
2
3
2
3
dan
menyimak penjelasan guru dengan baik. 3.
Siswa
aktif
dalam
mengajukan
pertanyaan. 4.
Siswa menyampaikan pendapat atau tanggapannya.
5.
Siswa
saling
membantu
memotivasi
kelompoknya
dan dalam
menjawab pertanyaan. 6.
Siswa
mengerjakan
tugas
diberikan guru dengan serius. 87
yang
7.
Siswa
memiliki
kerjasama
dan
3
3
2
3
Jumlah Skor
17
24
Rata-rata Skor
8,5
12
tanggung jawab pada kelompoknya. 8.
Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir
Rata-rata Skor = Pertemuan Pertama Rata-rata Skor =
= 8,5
Pertemuan Kedua Rata-rata Skor =
= 12
Keterangan: Skala Penilaian Rata-rata Tiap Aspek: 1 = Kurang 2 = Cukup 3 = Baik Skala Penilaian Rata-rata Keseluruhan: 1–5
: Berprestasi Rendah
6 – 10
: Berprestasi Sedang
11 – 20 :Berprestasi Tinggi Tabel di atas menunjukkan sikap siswa dalam
merespon
pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) 88
mengalami peningkatan. Pada pertemuan pertama rata-rata skor 8,5 (siswa berprestasi sedang). Sedangkan pada pertemuan kedua ratarata skor 12 (siswa berprestasi tinggi).
b. Deskripsi dan Hasil Analisis Tingkah Laku Guru dalam Pembelajaran Hasil observasi yang dilakukan siswa terhadap tingkah laku guru dalam mengajar menunjukkan bahwa guru telah melaksanakan tugasnya dengan baik serta berhasil menerapkan metode kooperatif tipe STAD pada pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen. Berikut hasil rata-rata aktivitas guru pada pertemuan pertama dan kedua: Tabel 15 Hasil Skor Rata-rata Aktivitas Guru dalam Pembelajaran No. 1.
Pertemuan Pertemuan
Aspek yang diamati Guru memberikan penjelasan materi unsur intrinsik pada cerita pendek.
2.
Guru
menguasai
Ke-1
Ke-2
73
74
70
75
66
67
68
69
68
69
materi
pembelajaran unsur intrinsik pada cerita pendek dengan baik. 3.
Guru menggunakan media yang mendukung
untuk
pembelajaran
unsur intrinsik pada cerita pendek. 4.
Guru menggunakan metode yang tepat dalam unsur intrinsik pada cerita pendek.
5.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada siswa untuk bertanya terkait 89
dengan materi yang disampaikan. 6.
Guru
memberikan
kesempatan
kepada siswa untuk mengajukan
63
71
73
75
71
74
Jumlah Skor
552
574
Rata-rata Skor
22,08
22,96
pendapat atau menanggapi mengenai materi yang disampaikan. 7.
Guru
memberikan
tugas
sesuai
dengan materi pembelajaran yang disampaikan. 8.
Guru memperhatikan kegiatan siswa selama
proses
berlangsung
pembelajaran
dan
membantu
mengarahkan siswa jika menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas atau latihan.
Rata-rata Skor = Pertemuan Pertama Rata-rata Skor =
= 22,08
Pertemuan Kedua Rata-rata Skor =
= 22,96
Keterangan: Skala Penilaian Rata-rata Tiap Aspek: 1
: Kurang
2
: Cukup 90
3
: Baik
Skala Penilaian Jumlah Rata-rata: 5–9
: Berprestasi Rendah
10 – 20 : Berprestasi Sedang 21 – 30 : Berprestasi Tinggi Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tingkah laku guru selama pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD telah berhasil dengan baik dilakukan pada siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta.
c. Deskripsi
dan
Hasil
Analisis
Catatan
Lapangan
dalam
Pembelajaran Hasil catatan lapangan selama pembelajaran berlangsung pada pertemuan pertama dan kedua: Pada pertemuan pertama, peneliti masih menemukan siswa yang berbicara dan bercanda dengan teman satu mejanya pada saat peneliti sedang
menerangkan
(saat
KBM
berlangsung).
Hal
tersebut
mengakibatkan KBM terganggu. Kemudian peneliti memberikan solusi dengan berusaha menarik perhatian siswa agar KBM bisa berjalan dengan lancar. Selain itu, masalah yang peneliti temui adalah minimnya waktu untuk sesi tanya-jawab. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang paham terhadap materi yang dijelaskan. Guru memberikan solusi untuk memberikan penambahan untuk sesi tanyajawab menjadi 10 menit. Pertemuan kedua, ada satu siswa yang meminta dijelaskan kembali materi yang telah disampaikan pada pertemuan pertama. Kendalanya waktu yang dibutuhkan sedikit untuk mengulang materi. Sarana perbaikannya adalah peneliti langsung memberikan penjelasan yang 91
disertai
dengan
contoh
agar
siswa
tersebut
mudah
untuk
memahaminya. Kemudian ada pula beberapa siswa yang masih kurang memahami perbedaan majas ironi, sinisme, dan sarkasme. Solusinya peneliti memberikan perbedaan yang jelas disertai contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.
d. Deskripsi Jurnal Siswa Hasil dari jurnal siswa menggambarkan sebagian besar siswa memiliki tingkat keseriusan yang tinggi, serta memberikan respon yang positif dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu dibuktikan dengan jawaban siswa yang menuliskan materi yang diperoleh dari awal hingga akhir pembelajaran dengan kesan atau tanggapan yang positif terhadap pembelajaran tersebut.
92
BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pemahaman awal siswa terhadap cerpen dan unsur intrinsiknya cukup baik dengan rata-rata hasil pretest sebesar 61,80. Namun masih ada tiga belas orang siswa yang mendapatkan nilai kurang dari Standar Kelulusan Belajar Minimal (SKBM) Bahasa Indonesia (65). Setelah guru menjelaskan materi unsur intrinsik cerpen melalui metode kooperatif Student Teams Achievement Division (STAD) terdapat peningkatan rata-rata menjadi 77,4. 2. Selain penilaian pretest dan posttest, peneliti juga melakukan penilaian terhadap skor aktivitas siswa dalam pembelajaran, mengisi catatan lapangan, serta mendokumentasikan kegiatan penelitian dalam bentuk foto. Sedangkan siswa melakukan penilaian terhadap tingkah laku peneliti dan mengisi jurnal siswa. 3. Penggunaan metode kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa terhadap unsur intrinsik pada cerpen. Berdasarkan analisis data nilai posttest pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD diperoleh nilai rata-rata ( ) sebesar 77,40, modus ( median (
) sebesar 80,
) sebesar 80, dan simpangan baku (s) sebesar 5,42
dengan jumlah sampel (n) sebanyak 25 siswa. Dari hasil posttest pemahaman unsur intrinsik pada cerpen melalui metode kooperatif tipe STAD di atas, siswa kelas X MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta termasuk ke dalam kategori baik. Berdasarkan hasil pengujian skor rata-rata pretest dan posttest siswa dengan menggunakan uji statistik uji-t diperoleh harga berdistribusi t, untuk taraf signifikan 93
(11,67). Dengan tabel dan db = 24,
diperoleh
(2,06), sehingga
dengan demikian
>
(11,67 > 2,06)
diterima.
B. SARAN Berdasarkan proses penelitian yang telah dilakukan dan simpulan di atas, maka peneliti menyarankan beberapa hal, yaitu: 1. Metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dapat dijadikan sebuah alternatif bagi guru dalam pembelajaran
Bahasa
dan
Sastra
Indonesia
untuk
lebih
meningkatkan hasil belajar siswa, yang dapat menciptakan suasana kelas lebih menyenangkan, melibatkan siswa secara keseluruhan, dan membangkitkan motivasi belajar. 2. Penggunaan metode kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran pemahaman unsur intrinsik pada cerpen, yang disertai dengan cerpen karya Chairil Gibran Ramadhan, diharapkan dapat menjadikan siswa lebih memahami materi yang disampaikan dengan baik, aktif, dan mampu menyebutkan apa saja unsur intrinsik cerpen itu disertai contoh. Selain itu, penggunaan media atau alat bantu belajar yang menarik atau bervariasi dapat membangkitkan semangat atau motivasi siswa dalam belajar. 3. Penggunaan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dapat digunakan guru dalam membantu meningkatkan kemampuan belajar siswa. Pemilihan metode tersebut dalam suatu pembelajaran harus diikuti dengan kreativitas guru dan penguasaan materi dalam suatu pembelajaran. Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini diharapkan adanya penelitian tindakan lanjut untuk mengetahui apakah metode kooperatif tipe STAD dapat diterapkan dan memberikan hasil yang lebih baik pada semua materi pelajaran dan pada setiap jenjang pendidikan.
94
DAFTAR PUSTAKA Abrams, M.H. A Glossary of Literary Terms. Boston: Thomson Learning. Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2010. Buku MOS MA As-Syafi‟iyah 01 Tahun Pelajaran 2011/2012. Husna, Nida. Step by Step to Reading Skill (Step 1: First Edition). English Department, Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah Jakarta. Isjoni. Pembelajaran Visioner: Perpaduan Indonesia & Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007. Keraf, Gorys. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2008. Kunandar. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2010. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1998. Ramadhan, Chairil Gibran. Sebelas Colen di Malam Lebaran: Setangkle Cerita Betawi. Jakarta: Masup Jakarta. 2008. Resmini, Novi dan Dadan Juanda. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS. 2007. Rosdiana, Titi. Abstrak Skripsi: Peningkatan Kemampuan Membacakan Berita Siswa Kelas XI SMA Widya Kusuma Cileungsi melalui Pendekatan Cooperative Learning dengan metode Student Teams Achievement Division (STAD). Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. 2008. Ruslah. Abstrak Skripsi: Penggunaan Metode Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) untuk Meningkatkan Kemampuan Penggunaan 95
Gaya Bahasa pada Puisi (Sebuah PTK pada Siswa Kelas X MAN 22 Jakarta Tahun Pelajaran 2010/2011). Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Semi, Atar. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya. 1988. Sudarno, Rahman A Eman. Kemampuan Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT. Hikmat Syahid Indah. 1986. Sudijono, Anas. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 1995. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2008. Suprijono, Agus. Cooperative Learning: Teori dan Apikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2009. Susetyo, Budi. Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: PT. Refika Aditama. 2010. Tarigan, Henry Guntur. Membaca: sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. 1979. The American Heritage, short story, http://www.thefreedictionary.com/short+story, 20 Oktober 2011, Pukul 09:52 WIB Tim Penyusun Naskah BTA. Teori dan Soal Bahasa Indonesia. Jakarta: BTA Press. 2006. Tim Edukatif. Kompeten Berbahasa Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. 2007. Tim Guru Indonesia. 99% Lulus UN SMA IPA 2011. Jakarta: Cmedia. 2010. Tukan. Mahir Berbahasa Indonesia: SMA Kelas X. Jakarta: Yudhistira. 2006. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif - Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2010. 96
Warto. Abstrak Skripsi: Peningkatan Hasil Belajar Ilmu Pengetahuan Alam melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division ( STAD) di Kelas IV pada SD Don Bosco I Kecamatan Kelapa Gading Kotamadya Jakarta Utara. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta. 2009. Wena, Made. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2009. Widjojoko dan Endang Hidayat. Teori dan Sejarah Sastra Indonesia. Bandung:UPI PRESS. 2007.
97
Lampiran 1 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
A.
Mata Pelajaran
: Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/ Semester
: X/ I
Alokasi Waktu
: 2 x 45 Menit
Standar Kompetensi 1.
Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen.
B.
Kompetensi Dasar Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
C.
D.
Indikator 1.
Mengidentifikasi unsur intrinsik suatu cerpen.
2.
Menanggapi unsur intrinsik yang ditemukan.
3.
Menanggapi beberapa cerpen dengan pengararang yang sama.
Tujuan Pembelajaran Menganalisis keterkaitan unsur intrinsik suatu cerpen dengan kehidupan sehari-hari.
E.
Materi Pokok 1. Naskah cerpen.
98
2. Unsur intrinsik (tema, alur, penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa). F.
Sumber dan Media Belajar 1. Ramadhan, Chairil Gibran. Sebelas Colen di Malam Lebaran: Setangkle Cerita Betawi. Jakarta: Masup Jakarta. 2008. 2. Lembar Kerja Siswa (terlampir)
G.
Langkah-langkah Pembelajaran: Pertemuan Pertama (2 x 45 menit) 1. Kegiatan Awal a. Guru mengondisikan kelas. b. Guru menginformasikan KD, indikator, dan metode belajar yang akan diterapkan. c. Guru dan siswa bertanya jawab dengan hal-hal yang berkaitan dengan cerpen untuk menggali pengetahuan awal siswa. 2. Kegiatan Inti a. Guru membagikan cerpen dan soal pretest b. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok, tiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa. c. Guru menjelaskan tentang materi pelajaran, membahas cerpen dan soal pretest yang sudah dibagikan d. Guru dan siswa mengidentifikasi unsur intrinsik (tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa,) cerpen yang telah dibaca.
99
e. Siswa berdiskusi per kelompok untuk mengaitkan unsur intrinsik (tema, alur, tokoh dan penokohan, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa) dengan kehidupan sehari-hari. 3. Kegiatan Akhir a. Guru dan siswa melakukan refleksi. b. Guru
dan
siswa
memberikan
penilaian
terhadap
pembelajaran pada pertemuan pertama. c. Penugasan (per kelompok) Pertemuan Kedua (2 x 45 menit) 1. Kegiatan Awal a. Guru mengondisikan kelas. b. Guru mengulang kembali materi pertemuan pertama. c. Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru tentang materi sebelumnya. 2. Kegiatan Inti a. Siswa berkelompok sesuai dengan kegiatan sebelumnya. b. Siswa menyimak temannya yang sedang membacakan tugas per kelompok. c. Siswa
mengemukakan
tanggapan
tentang
tugas
per
kelompoknya. d. Guru membagikan cerpen untuk posttest. e. Guru dan siswa mengidentifikasi unsur intrinsik cerpen untuk posttest dan menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari.
100
3. Kegiatan Akhir a. Guru dan siswa melakukan refleksi b. Siswa mengerjakan soal posttest. c. Guru
dan
siswa
memberikan
pembelajaran pada pertemuan kedua. H.
Penilaian: 1. Teknik dan bentuk: a.
Tes tulis
b.
Observasi
c.
Catatan Lapangan
d.
Jurnal Siswa
2. Bentuk instrumen: a.
Benar-Salah
b.
Menjodohkan
c.
Pilihan Ganda
3. Kunci Jawaban a.
Soal Pretest I.
Benar – Salah 1) S
6) B
2) S
7) B
3) B
8) S
4) B
9) B 101
penilaian
terhadap
5) S II.
b.
10) S
Menjodohkan 1) F
6) H
2) G
7) E
3) D
8) J
4) C
9) A
5) I
10) B
Soal Posttest 1) C
11) A
2) C
12) A
3) A
13) B
4) C
14) A
5) C
15) B
6) B
16) C
7) A
17) B
8) D
18) D
9) B
19) A
10) A
20) A Jakarta, 23 Juli 2011 Peneliti
102
Lampiran 2 “CERPEN & UNSUR INTRINSIK CERPEN” Hakikat Cerita Pendek Cerita pendek, atau yang lebih populer dengan akronim cerpen, merupakan bagian dari jenis prosa. Sebuah cerpen tidak dilihat panjang pendeknya halaman atau pun kata-kata yang dikandungnya. Cerita pendek merupakan suatu cerita tentang kejadian kecil dalam kehidupan. Dengan demikian cerita pendek adalah suatu cerita yang melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut persoalan jiwa atau kehidupan manusia. Misalnya sebuah karangan pendek tentang keadaan warung bukanlah sebuah cerpen, tetapi karangan tentang keadaan di warung akan menjadi cerpen jika di dalamnya dijalinkan suatu peristiwa, suatu kejadian yang menyangkut persoalan jiwa salah seorang atau beberapa orang di warung itu.
Ciri-Ciri Cerita Pendek. Ciri-ciri cerita pendek yaitu: 1) Penyampaian cerita secara singkat dan padat. 2) Jalinan jiwa dan kejadian bulat dan padu, di dalamnya mengandung unsur pertikaian yang akhirnya mencapai klimaks dan diakhiri dengan penyelesaian masalah. 3) Tema cerita tentang nilai kemanusiaan, moral dan etika. 4) Membicarakan masalah tunggal dan dapat dibaca dalam waktu singkat. 5) Memusatkan perhatian pada tokoh protagonis. 6) Adanya kebulatan kisah (cerita). 7) Bahasa yang dipergunakan dalam cerita tajam, sugestif, dan menarik perhatian.
103
8) Sebuah cerita pendek mengandung interpretasi pengarang tentang konsepsinya mengenai kehidupan baik secara langsung maupun tidak langsung. 9) Sebuah cerita pendek harus menimbulkan efek dalam pikiran pembaca. 10) Dalam cerita pendek terdapat satu kejadian atau persoalan yang menguasai jalan cerita. 11) Cerita pendek bergantung pada satu situasi. 12) Pelaku utama mengalami perubahan nasib dan cerita berkembang dengan memusat. Alur cerita berpusat pada peristiwa yang memberi rangsangan pada pembaca.30
Unsur Intrinsik Cerpen Cerpen memiliki unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan. Namun untuk pembahasan teori, peneliti menyajikan unsur intrinsik, sesuai dengan judul penelitian. Unsur intrinsik cerpen meliputi: 1. Tema Kata tema seringkali disamakan dengan pengertian topik. Padahal kedua istilah itu mengandung pengertian yang berbeda. Topik berarti pokok pembicaraan, sedangkan tema merupakan suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam fiksi. Tema sering juga disebut ide atau gagasan yang menduduki tempat utama dalam pikiran pengarang sekaligus tempat utama dalam cerita.
104
2. Plot/ Alur Plot atau alur, kadang-kadang disebut juga jalan cerita, ialah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis. Plot dibangun oleh beberapa peristiwa yang biasa disebut alur. Unsurunsur alur yaitu: a. Perkenalan b. Pertikaian c. Perumitan d. Klimaks/ puncak e. Peleraian f. Akhir Unsur-unsur alur ini tidak selalu urutannya bersusun seperti itu, tetapi ada yang dari tengah dulu, lalu kembali ke peristiwa awal, kemudian berakhir. Ada pula yang dari akhir terus menuju ke tengah kemudian sampai ke awal. Karena kedudukan unsur intrinsik inilah, maka ada yang disebut alur maju, mundur, dan alur maju mundur. Berdasarkan kualitas hubungan tiap unsur alur, maka ada alur longgar dan alur erat. Yang dimaksud alur longgar adalah jika sebagian peristiwanya kita lepaskan (tidak dibaca) tidak mengganggu keutuhan ceritanya. Sedangkan alur erat, bila sebagian ceritanya kita tinggalkan akan mengganggu keutuhan cerita 3. Penokohan dan Perwatakan Masalah penokohan dan perwatakan merupakan salah satu hal yang kehadirannya dalam sebuah fiksi amat penting dan bahkan menentukan. Karena tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang diceritakan dan tanpa adanya tokoh yang bergerak yang akhirnya membentuk alur cerita.
105
Tokoh dibedakan menjadi dua, yaitu: a. Tokoh Protagonis Tokoh protagonis adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. b. Tokoh Antagonis Tokoh antagonis adalah tokoh yang beroposisi dengan tokoh protagonis, secara langsung ataupun tak langsung.
4. Latar (Setting) Latar (setting) yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran
pada
pengertian
tempat,
hubungan
waktu,
dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Menurut Nurgiyantoro unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut. a. Latar Tempat Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu. b. Latar Waktu Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah “kapan” tersebut biasanya dihubungkan dengan waktu.
106
c. Latar Sosial Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkungan cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
5. Sudut Pandang Sudut
pandang
adalah
cara
atau
pandangan
yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca. Pembedaan sudut pandang akan dikemukakan berikut berdasarkan pembedaan yang telah umum dilakukan orang, yaitu: a. Sudut Pandang Persona Ketiga: “Dia” Pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona ketiga, gaya “dia”, narator adalah seseorang yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata ganti: ia, dia, dan mereka. Sudut pandang “dia” dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan tingkat kebebasan dan keterikatan pengarang terhadap bahan ceritanya. Di satu pihak pengarang dapat bebas menceritakan segala sesuatu yang berhubungan dengan tokoh “dia” jadi bersifat mahatahu. Di pihak lain ia mempunyai keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh “dia”, jadi bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja. 107
b. Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku” Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama narator adalah seseorang yang ikut terlibat dalam cerita. Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan si “aku” dalam cerita. Si “aku” mungkin menduduki peran utama, jadi tokoh protagonis. Mungkin hanya menduduki peran tambahan menjadi tokoh tambahan protagonis atau berlaku sebagai saksi. c. Sudut Pandang Campuran Penggunaan sudut pandang dalam sebuah cerita mungkin saja lebih dari satu teknik. Pengarang dapat berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskannya. Semuanya itu tergantung dari kemauan dan kreativitas pengarang, bagaimana mereka memanfaatkan teknik yang ada demi tercapainya efektivitas Penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk mencari variasi penceritaan agar memberikan kesan lain.
6. Gaya Bahasa Menurut Gorys keraf, gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Gaya Bahasa Penegasan a. Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum.
108
Contoh: Dalam bergaul hendaklah kau waspada; jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah berarti emas. b. Antitesis adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan paduan kata-kata yang artinya bertentangan. Contoh: Tinggi rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu. c. Antiklimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya. Contoh: Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit keturunan itu. d. Klimaks adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya. Contoh: Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibukota, hari proklamasi dirayakan dengan meriah. e. Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan kata-kata tertentu untuk menggantikan nama seseorang. Kata-kata itu diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud. Contoh: Si Pelit dan Si Gendut sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung. f. Eufemisme adalah gaya bahasa atau ungkapan pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata kasar atau kurang sopan. 109
Contoh: Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran. g. Hiperbolisme adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya. Contoh: Suaranya mengguntur membelah angkasa. h. Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang dimaksud. Contoh: Nico pergi ke Bandung mengendarai Kijang. i. Paralelisme adalah gaya bahasa pengulangan seperti yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di bagian awal dinamakan anafora, sedangkan di bagian akhir disebut epifora. Contoh: Anafora
Epifora
Sunyi itu duka
Cintaku untukmu
Sunyi itu kudus
Sayangku untukmu
Sunyi itu lupa
Hidupku untukmu
j. Pleonasme adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu karena artinya sudah terkandung dalam kara sebelumnya. Contoh: Benar! Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Lutfi berkelahi di tempat itu. k. Parafrase
adalah
gaya
bahasa
penguraian
dengan
menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misalnya pagi-pagi digantikan ketika sang surya merekah di ufuk timur. 110
l. Repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa ini sering dipakai dalam pidato atau karangan berbentuk prosa. Contoh: Harapan kita memang demikian, dan demikian pula harapan setiap pejuang. Sekali merdeka, tetap merdeka! m. Retoris adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak bertanya. Oleh karena itu, kalimat tanya retoris tidak membutuhkan jawaban. Contoh: Bukankah kebersihan adalah pangkal kesehatan? n. Sinekdoke, gaya bahasa ini terbagi menjadi dua, yaitu: (1) Pars pro toto adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan. Contoh: Setiap kepala diwajibkan membayar iuran Rp 10.000,00 (2) Totem pro parte adalah gaya bahasa yang menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian. Contoh: Indonesia mengalahkan Spanyol 5-0 dalam final Piala Dunia o. Tautologi adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat. Contoh: Harapan dan cita-citanya terlalu muluk. Gaya Bahasa Perbandingan a. Alegori
adalah
gaya
bahasa
perbandingan
yang
membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh. Contoh:
111
Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudera kehidupan kehidupan ini, kamu berdua akan sanggup menghadapi badai dan gelombang. b. Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan kata-kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri. Contoh: Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu? c. Metafora
adalah
membandingkan
gaya
dua
hal
bahasa yang
perbandingan berbeda
yang
berdasarkan
persamaannya. Contoh: Semangat juangnya berjuang, tak gentar menghadapi musuh. d. Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dengan manusia, dianggap berwatak dan berperilaku seperti manusia. Contoh: Burung perkutut bernyanyi-nyanyi di pagi hari. e. Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan kata-kata pembanding (seperti, laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dsb) sehingga pernyataan menjadi lebih jelas. Contoh: Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam. f. Simbolik adalah gaya bahasa kiasan, menggunakan lambanglambang atau simbol-simbol untuk menyatakan sesuatu. Contoh: Janganlah kau menjadi bunglon! Gaya Bahasa Pertentangan a. Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu.
112
Contoh: Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak menengah. b. Kontradiksio
in
terminis
adalah
gaya
bahasa
yang
mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang kemudian. Contoh: Suasana sepi, tak ada seorang pun yang berbicara, hanya jam dinding yang terus terdengar. c. Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat. Contoh: Anak ayam mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.
Gaya Bahasa Sindiran a. Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan pernyataan yang mengecilkan kenyataan sebenarnya. Contoh: Ia menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi. b. Ironi adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud si pembicara. Contoh: Eh, manis sekali teh ini! (maksudnya pahit). c. Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah. Contoh: Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet! d. Sinisme adalah semacam ironi, tetapi agak lebih kasar. Contoh: Hai, harum benar baumu! Tolong agak menyisih sedikit!
113
Lampiran 3 SOAL PRETEST 1. Jawablah soal berikut ini dengan benar! 2. Jawaban ditulis pada kolom yang telah disediakan. Isilah titik-titik di bawah ini dan tuliskan huruf “B” untuk jawaban
I.
yang Benar dan “S” untuk jawaban yang salah. 1. Karya sastra terbagi menjadi dua, yaitu puisi dan prosa. (...) 2. Suatu karya sastra hanya terdiri dari unsur intrinsik. (...) 3. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. (...) 4. Tema adalah suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam fiksi. (...) 5. Gaya bahasa hanya terdapat pada cerpen. (...) 6. Kehidupan si pengarang juga mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya. (...) 7. Latar terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. (...) 8. Dalam sudut pandang “dia” persona terbatas, cerita dikisahkan dari sudut “dia” , namun pengarang dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut soal “dia” tersebut. (...) 9. Majas litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah keadaan yang sebenarnya. (...) 10. Setiap kepala diwajibkan membayar Rp 10.000,00. II.
Contoh kalimat majas di atas adalah majas totem pro parte. (...) Menjodohkan!
114
Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Laron” karya Chairil Gibran Ramadhan. Soal 1. Tokoh utama dalam cerpen “Laron” adalah ...
Pilihan Jawaban a. Chairil Gibran Ramadhan
2. Sudut pandang pengarang dalam cerpen “Laron” adalah ...
b. Unsur intrinsik c. Sosial
3. Latar ... dalam cerpen “Laron” adalah pada bulan Ramadhan. 4. Latar ... dalam cerpen “Laron” adalah
d. Waktu e. Bersyukur f. Mahmud
masyarakat Betawi. 5. “Para bapak dan pemuda sibuk membersihkan rumah, mengecat dinding dan pagarnya, membabat ranting-ranting pohon yang melebat di halaman, mengangkat sampah yang menyumbat solokan, membuang rongsokan yang menyesakkan” (h. 9). Majas yang digunakan pada kalimat di
g. Sudut pandang “dia” serbatahu h. Personifikasi i. Antiklimaks j. Bersyukur terhadap
atas adalah ... 6. “Mobil dan bak terbuka merangkak dengan beduk dan tambur yang ditabuh bertalu-talu; ...” (h. 13).
yang telah Allah berikan
berlebihan
7. Tema yang terkandung dalam cerpen “Laron” adalah ...
merayakan
9. Pengarang cerpen “Laron” adalah ... 10. Unsur-unsur yang membangun karya 115
dan
jangan
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ...
8. Amanat yang terkandung di dalam cerpen “Laron” adalah ...
apa
dalam
suatu kegiatan
sastra itu sendiri adalah pengertian dari ...
116
Lampiran 4 SOAL POSTTEST Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Rumah Nyak Haji” karya Chairil Gibran Ramadhan. 1.
Isi cerita dalam cerpen tersebut adalah ... a. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan gedung MPR dengan cara memaksa. b. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan perumahan mewah dengan cara memaksa. c. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan plaza dengan cara memaksa. d. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan gedung perkantoran dengan cara memaksa. e. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan panti asuhan dengan cara memaksa.
2.
Cara yang dilakukan oleh keempat lelaki itu agar Nyak Haji menjual tanah dan rumahnya adalah ... a. Meminta bantuan kepada sembilan anak Nyak Haji supaya mereka merayu ibunya. b. Membayar tanah Nyak Haji dengan harga yang mahal. c. Menyuruh maling untuk mengambil barang-barang milik Nyak Haji, membakar rumah Nyak Haji bagian belakang, dan menakut-nakuti Nyak Haji beserta keluarganya. d. Mengusir paksa Nyak Haji beserta keluarganya. 117
e. Membakar rumah Nyak Haji.
3.
Nilai moral yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah ... a. Seorang wanita tua renta dengan setia menjaga tanah warisan leluhurnya meskipun tanah tersebut ditawar dengan harga tinggi. b. Empat lelaki muda yang menghormati dan menghargai prinsip wanita tua renta. c. Seorang anak yang rela berkorban untuk membahagiakan orang tuanya. d. Seorang wanita yang sabar merawat sembilan anaknya. e. Seorang istri yang ditinggal pergi anaknya untuk merantau.
4.
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut adalah ... a. Orang pertama pelaku utama b. Orang pertama sebagai pengamat c. Orang ketiga serbatahu d. Orang ketiga pelaku utama e. Orang ketiga pelaku sampingan
5.
Watak tokoh “Nyak Haji” dideskripsikan dengan cara ... a. Pelukisan bentuk fisik tokoh b. Penggambaran lingkungan sekitar tokoh c. Dialog antartokoh 118
d. Tanggapan tokoh lain e. Pengungkapan jalan pikiran tokoh
6.
Konflik dalam diri Nyak Haji adalah ... a. Nyak Haji sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. b. Nyak Haji harus meninggalkan dan menjual rumahnya yang sudah menjadi warisan turun-temurun keluarganya dengan berat hati. c. Nyak Haji tidak menerima rumahnya dibayar dengan harga murah. d. Rasa kehilangan yang mendalam terhadap suaminya yang telah meninggal dunia. e. Nyak Haji kecewa atas sikap anak-anaknya.
7.
Akibat konflik pada diri Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ... a. Nyak Haji tetap tidak bisa menerima kenyataan harus menjual rumahnya. b. Nyak Haji merasa kecewa. c. Nyak Haji merasa sedih. d. Empat pemuda yang kecewa atas sikap Nyak Haji. e. Nyak Haji bahagia.
Cermati kutipan cerpen berikut untuk menjawab soal no. 8 s.d 9. “Aku tidak tahan terus-menerus didatangi tentara dan kaki-tangan lurah setelah kejadian-kejadian itu. Mereka terus mengancam, mengatakan akan menghabisi 119
kami kalau tidak mau pindah karena dianggap melawan pemerintah. Mereka sungguh berkuasa, meskipun mereka bukan Allah”. (h. 109) 8.
Watak pemerintah dalam kutipan cerpen tersebut adalah ... a. Simpati b. Empati c. Dermawan d. Diktator e. Rendah hati
9.
... merasa terancam bila tidak mau pindah karena dianggap melawan pemerintah. a. Tentara b. Nyak Haji beserta anak-anaknya c. Pak Haji beserta anak-anaknya d. Empat pemuda e. Pak RT
10.
Alur cerita cerpen “Rumah Nyak Haji” diawali dengan ... a. Pendeskripsian tokoh b. Pendeskripsian masalah c. Munculnya konflik d. Pemuncakan masalah e. Pendeskripsian suasana 120
11.
Karakter tokoh Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ... a. Keras kepala dan tegar b. Penakut dan pemalu c. Pendiam dan penyabar d. Pemberani dan cerdas e. Keras kepala dan penakut
12.
Berdasarkan cerpen tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah ... a. Rakyat kecil seharusnya dilindungi, bukan diinjak-injak dan diremehkan oleh pejabat tinggi. b. Dalam menghadapi kesulitan hendaknya cukup berdoa kepada Tuhan niscaya terlindungi. c. Dalam menghadapi kesulitan harus berusaha dan berdoa. d. Rakyat kecil di Indonesia dihormati oleh aparatur negara. e. Rakyat kecil harus menghormati aparatur negara.
13.
“Kaki-tangan pemerintah ada di mana-mana, Nyak Haji. ...” (h.105) Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ... a. Simile b. Pars pro toto c. Totem pro parte d. Personifikasi e. Metonimia 121
14.
“Kalau rumah ini bernasib seperti pasar tradisional atau perumahan kumuh, bagaimana, Nyak Haji?”. (h. 108) Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ... a. Simile b. Pars pro toto c. Totem pro parte d. Personifikasi e. Metonimia
15.
Chairil Gibran Ramadhan pernah lama tinggal di ... a. Pondok Indah b. Pondok Pinang c. Pondok Gede d. Pondok Cabe e. Pondok Kelapa
16.
Antologi tunggal pertama Chairil Gibran Ramadhan adalah ... a. Sebelas Colen di Malam Ramadhan b. Sebelas Colen di Malam Jumat c. Sebelas Colen di Malam Lebaran d. Sebelas Colen di Malam Takbiran e. Sebelas Colen di Malam Akhir Tahun
122
17.
Unsur ekstrinsik adalah ... a. Unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. b. Unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan karya sastranya. c. Unsur-unsur yang berada di dalam dan di luar karya. d. Unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan karya sastra. e. Unsur-unsur yang berada di tengah karya sastra.
18.
Latar bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu ... a. Latar tempat, latar bulan, dan latar sosial. b. Latar tempat, latar waktu, dan latar bulan. c. Latar bulan, latar waktu, dan latar sosial. d. Latar tempat, latar sosial, dan latar waktu. e. Latar tanggal, latar bulan, dan latar tahun.
19.
Cara
mengungkapkan
pikiran
melalui
bahasa
secara
khas
yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) disebut ... a. Gaya bahasa b. Latar c. Tema d. Tokoh e. Alur 123
20.
Struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis disebut ... a. Plot b. Latar c. Tema d. Gaya bahasa e. Tokoh
124
Lampiran 5 LEMBAR PENILAIAN Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan. Kriteria
No
Aspek yang diamati
1.
Siswa memberikan respon positif
Kurang
Cukup
Baik
selama pembelajaran berlangsung. 2.
Siswa
memperhatikan
dan
menyimak penjelasan guru dengan baik. 3.
Siswa aktif dalam mengajukan pertanyaan.
4.
Siswa
menyampaikan
pendapat
atau tanggapannya. 5.
Siswa
saling
membantu
memotivasi
kelompoknya
dan dalam
menjawab pertanyaan. 6.
Siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan serius.
7.
Siswa memiliki kerjasama dan tanggung
jawab
pada
kelompoknya. 8.
Siswa mengikuti pembelajaran dari awal sampai akhir. Jakarta, Observer
125
Lampiran 6 Penilaian Siswa Terhadap Guru Berilah tanda centang (√) pada kolom yang telah disediakan.
No. 1.
Kriteria
Aspek yang diamati
Kurang
Guru memberikan penjelasan materi unsur intrinsik pada cerita pendek.
2.
Guru menguasai materi pembelajaran unsur intrinsik pada cerita pendek dengan baik.
3.
Guru menggunakan media yang mendukung untuk pembelajaran unsur intrinsik pada cerita pendek.
4.
Guru menggunakan metode yang tepat dalam unsur intrinsik pada cerita pendek.
5.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait dengan materi yang disampaikan.
6.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengajukan
menanggapi
mengenai
pendapat
atau
materi
yang
disampaikan. 7.
Guru memberikan tugas sesuai dengan materi pembelajaran yang disampaikan.
8.
Guru memperhatikan kegiatan siswa selama proses
pembelajaran
berlangsung
dan
membantu mengarahkan siswa jika menemui kesulitan dalam mengerjakan tugas atau latihan.
126
Cukup
Baik
Lampiran 7 Catatan Lapangan Pertemuan Pertama (25 Juli 2011) No.
Catatan Lapangan
Kendala/Kesuliatan
Solusi/Sarana
Guru
Perbaikan
Pertemuan Kedua (26 Juli 2011) No.
Catatan Lapangan
127
Kendala/Kesulitan
Solusi/Sarana
Guru
Perbaikan
Lampiran 8 JURNAL SISWA Identitas Siswa Nama
:
No. Absen
:
Kelas
:
Sekolah
:
Hari, Tanggal :
Pertanyaan 1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini?
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi tersebut?
128
129
130
131
Lampiran 10
132
133
134
135
136
Lampiran 11
DAFTAR NAMA SISWA KELAS X MA AS-SYAFI’IYAH TAHUN AJARAN 2011/2012 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.
22. 23. 24. 25.
Nama Siswa Abdul Mujib Abu Dzar Alqifari Ade Syifa Indriani Ahmad Irfan Amalia Anisa Ayu Anisa Dwi Septiani Bian Abdillah Deni Hardiansah Dicky Pradita Akbar Ernawati Iis Rahmawati Indi Indriyani Labyb Awfa Maulidia Fitriani Miftahul Khair Muhammad Nur Muhammad Sidiq Rahma Nispiyanti Ranti Rere Erni Tiarno Putri Sabda Risni Salbiyah Silsila Fauziah Siti Zahro
137
Lampiran 12 SOAL PRETEST Nama:
Labiyb Awfa
Kelas:
X
1. Jawablah soal berikut ini dengan benar! 2. Jawaban ditulis pada kolom yang telah disediakan. I.
Isilah titik-titik di bawah ini dan tuliskan huruf “B” untuk jawaban yang Benar dan “S” untuk jawaban yang salah. 1. Karya sastra terbagi menjadi dua, yaitu puisi dan prosa. (S) 2. Suatu karya sastra hanya terdiri dari unsur intrinsik. (S) 3. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. (B) 4. Tema adalah suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam fiksi. (B) 5. Gaya bahasa hanya terdapat pada cerpen. (B) 6. Kehidupan si pengarang juga mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya. (S) 7. Latar terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. (S) 8. Dalam sudut pandang “dia” persona terbatas, cerita dikisahkan dari sudut “dia” , namun pengarang dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut soal “dia” tersebut. (B) 9. Majas litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah keadaan yang sebenarnya. (B) 10.
Setiap kepala diwajibkan membayar Rp 10.000,00.
Contoh kalimat majas di138 atas adalah majas totem pro parte. (S)
II.
Menjodohkan! Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Laron” karya Chairil Gibran Ramadhan. Soal
Pilihan Jawaban
1. Tokoh utama dalam cerpen “Laron”
k. Chairil Gibran
adalah (F)
Ramadhan
2. Sudut pandang pengarang dalam cerpen “Laron” adalah (G) 3. Latar (D) dalam cerpen “Laron” adalah pada bulan Ramadhan. 4. Latar (C) dalam cerpen “Laron” adalah masyarakat Betawi. 5. “Para bapak dan pemuda sibuk membersihkan rumah, mengecat dinding dan pagarnya, membabat
l. Unsur intrinsik m.
Sosial
n. Waktu o. Bersyukur p. Mahmud q. Sudut pandang “dia” serbatahu r. Personifikasi
ranting-ranting pohon yang melebat di halaman, mengangkat sampah
s. Antiklimaks
yang menyumbat solokan,
t. Bersyukur
membuang rongsokan yang
terhadap
menyesakkan” (h. 9).
yang telah Allah berikan
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah (I)
apa
dan
jangan berlebihan
6. “Mobil dan bak terbuka merangkak
dalam
dengan beduk dan tambur yang
merayakan
ditabuh bertalu-talu; ...” (h. 13).
suatu kegiatan
139
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah (I) 7. Tema yang terkandung cerpen “Laron” adalah (E)
dalam
8. Amanat yang terkandung di dalam cerpen “Laron” adalah (J) 9. Pengarang cerpen “Laron” adalah (A) 10. Unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri adalah pengertian dari (B)
140
Lampiran 13 SOAL PRETEST Nama:
Muhammad Siddiq
Kelas:
X
1. Jawablah soal berikut ini dengan benar! 2. Jawaban ditulis pada kolom yang telah disediakan. I.
Isilah titik-titik di bawah ini dan tuliskan huruf “B” untuk jawaban yang Benar dan “S” untuk jawaban yang Salah. 1.
Karya sastra terbagi menjadi dua, yaitu puisi dan prosa. (B)
2.
Suatu karya sastra hanya terdiri dari unsur intrinsik. (S.)
3.
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. (B)
4.
Tema adalah suatu gagasan sentral sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam fiksi. (S)
5.
Gaya bahasa hanya terdapat pada cerpen. (S)
6.
Kehidupan si pengarang juga mempengaruhi karya sastra yang dibuatnya. (B)
7.
Latar terdiri dari latar tempat, latar waktu, dan latar sosial. (B)
8.
Dalam sudut pandang “dia” persona terbatas, cerita dikisahkan dari sudut “dia” , namun pengarang dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut soal “dia” tersebut. (S)
9.
Majas litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang menyatakan sesuatu dengan memperendah keadaan yang sebenarnya. (B)
10.
Setiap kepala diwajibkan membayar Rp 10.000,00. 141 di atas adalah majas totem pro parte. (B) Contoh kalimat majas
II.
Menjodohkan! Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Laron” karya Chairil Gibran Ramadhan. Soal 1. Tokoh utama dalam cerpen “Laron” adalah (D)
Pilihan Jawaban a. Chairil Gibran Ramadhan
2. Sudut pandang pengarang dalam cerpen “Laron” adalah (G)
b. Unsur intrinsik c. Sosial
3. Latar (D) dalam cerpen “Laron” adalah pada bulan Ramadhan. 4. Latar (I) dalam cerpen “Laron” adalah
d. Waktu e. Bersyukur f. Mahmud
masyarakat Betawi. 5. “Para bapak dan pemuda sibuk membersihkan rumah, mengecat dinding dan pagarnya, membabat ranting-ranting pohon yang melebat di halaman, mengangkat sampah yang menyumbat solokan, membuang rongsokan yang menyesakkan” (h. 9). Majas yang digunakan pada kalimat di
g. Sudut pandang “dia” serbatahu h. Personifikasi i. Antiklimaks j. Bersyukur terhadap
atas adalah (F) 6. “Mobil dan bak terbuka merangkak dengan beduk dan tambur yang ditabuh bertalu-talu; ...” (h. 13).
yang telah Allah berikan
berlebihan
7. Tema yang terkandung dalam cerpen “Laron” adalah (A)
merayakan
142
dan
jangan
Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah (C)
8. Amanat yang terkandung di dalam cerpen “Laron” adalah (J)
apa
dalam
suatu kegiatan
9. Pengarang cerpen “Laron” adalah (E) 10. Unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri adalah pengertian dari (B)
143
Lampiran 14 Nama: Labiyb Awfa Kelas : X SOAL POSTTEST Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Rumah Nyak Haji” karya Chairil Gibran Ramadhan. 1. Isi cerita dalam cerpen tersebut adalah ... a. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan gedung MPR dengan cara memaksa. b. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan perumahan mewah dengan cara memaksa. c. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan plaza dengan cara memaksa. d. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan gedung perkantoran dengan cara memaksa. e. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan panti asuhan dengan cara memaksa.
2.
Cara yang dilakukan oleh keempat lelaki itu agar Nyak Haji menjual tanah dan rumahnya adalah ... a. Meminta bantuan kepada sembilan anak Nyak Haji supaya mereka merayu ibunya. b. Membayar tanah Nyak Haji dengan harga yang mahal. c. Menyuruh maling untuk mengambil barang-barang milik Nyak Haji, membakar rumah Nyak Haji bagian belakang, dan menakut-nakuti Nyak Haji beserta keluarganya. 144
d. Mengusir paksa Nyak Haji beserta keluarganya. e. Membakar rumah Nyak Haji.
3.
Nilai moral yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah ... a. Seorang wanita tua renta dengan setia menjaga tanah warisan leluhurnya meskipun tanah tersebut ditawar dengan harga tinggi. b. Empat lelaki muda yang menghormati dan menghargai prinsip wanita tua renta. c. Seorang anak yang rela berkorban untuk membahagiakan orang tuanya. d. Seorang wanita yang sabar merawat sembilan anaknya. e. Seorang istri yang ditinggal pergi anaknya untuk merantau.
4.
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut adalah ... a. Orang pertama pelaku utama b. Orang pertama sebagai pengamat c. Orang ketiga serbatahu d. Orang ketiga pelaku utama e. Orang ketiga pelaku sampingan
5.
Watak tokoh “Nyak Haji” dideskripsikan dengan cara ... a. Pelukisan bentuk fisik tokoh b. Penggambaran lingkungan sekitar tokoh 145
c. Dialog antartokoh d. Tanggapan tokoh lain e. Pengungkapan jalan pikiran tokoh
6.
Konflik dalam diri Nyak Haji adalah ... a. Nyak Haji sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. b. Nyak Haji harus meninggalkan dan menjual rumahnya yang sudah menjadi warisan turun-temurun keluarganya dengan berat hati. c. Nyak Haji tidak menerima rumahnya dibayar dengan harga murah. d. Rasa kehilangan yang mendalam terhadap suaminya yang telah meninggal dunia. e. Nyak Haji kecewa atas sikap anak-anaknya.
7.
Akibat konflik pada diri Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ... a. Nyak Haji tetap tidak bisa menerima kenyataan harus menjual rumahnya. b. Nyak Haji merasa kecewa. c. Nyak Haji merasa sedih. d. Empat pemuda yang kecewa atas sikap Nyak Haji. e. Nyak Haji bahagia.
Cermati kutipan cerpen berikut untuk menjawab soal no. 8 s.d 9.
146
“Aku tidak tahan terus-menerus didatangi tentara dan kaki-tangan lurah setelah kejadian-kejadian itu. Mereka terus mengancam, mengatakan akan menghabisi kami kalau tidak mau pindah karena dianggap melawan pemerintah. Mereka sungguh berkuasa, meskipun mereka bukan Allah”. (h. 109) 8.
Watak pemerintah dalam kutipan cerpen tersebut adalah ... a. Simpati b. Empati c. Dermawan d. Diktator e. Rendah hati
9.
... merasa terancam bila tidak mau pindah karena dianggap melawan pemerintah. a. Tentara b. Nyak Haji beserta anak-anaknya c. Pak Haji beserta anak-anaknya d. Empat pemuda e. Pak RT
10.
Alur cerita cerpen “Rumah Nyak Haji” diawali dengan ... a. Pendeskripsian tokoh b. Pendeskripsian masalah c. Munculnya konflik d. Pemuncakan masalah 147
e. Pendeskripsian suasana 11.
Karakter tokoh Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ... a. Keras kepala dan tegar b. Penakut dan pemalu c. Pendiam dan penyabar d. Pemberani dan cerdas e. Keras kepala dan penakut
12.
Berdasarkan cerpen tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah ... a. Rakyat kecil seharusnya dilindungi, bukan diinjak-injak dan diremehkan oleh pejabat tinggi. b. Dalam menghadapi kesulitan hendaknya cukup berdoa kepada Tuhan niscaya terlindungi. c. Dalam menghadapi kesulitan harus berusaha dan berdoa. d. Rakyat kecil di Indonesia dihormati oleh aparatur negara. e. Rakyat kecil harus menghormati aparatur negara.
13.
“Kaki-tangan pemerintah ada di mana-mana, Nyak Haji. ...” (h.105) Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ... a. Simile b. Pars pro toto c. Totem pro parte d. Personifikasi 148
e. Metonimia 14.
“Kalau rumah ini bernasib seperti pasar tradisional atau perumahan kumuh, bagaimana, Nyak Haji?”. (h. 108) Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ... a. Simile b. Pars pro toto c. Totem pro parte d. Personifikasi e. Metonimia
15.
Chairil Gibran Ramadhan pernah lama tinggal di ... a. Pondok Indah b. Pondok Pinang c. Pondok Gede d. Pondok Cabe e. Pondok Kelapa
16.
Antologi tunggal pertama Chairil Gibran Ramadhan adalah ... a. Sebelas Colen di Malam Ramadhan b. Sebelas Colen di Malam Jumat c. Sebelas Colen di Malam Lebaran d. Sebelas Colen di Malam Takbiran e. Sebelas Colen di Malam Akhir Tahun 149
17.
Unsur ekstrinsik adalah ... a. Unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. b. Unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan karya sastranya. c. Unsur-unsur yang berada di dalam dan di luar karya. d. Unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan karya sastra. e. Unsur-unsur yang berada di tengah karya sastra.
18.
Latar bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu ... a. Latar tempat, latar bulan, dan latar sosial. b. Latar tempat, latar waktu, dan latar bulan. c. Latar bulan, latar waktu, dan latar sosial. d. Latar tempat, latar sosial, dan latar waktu. e. Latar tanggal, latar bulan, dan latar tahun.
19.
Cara
mengungkapkan
pikiran
melalui
bahasa
secara
khas
yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) disebut ... a. Gaya bahasa b. Latar c. Tema d. Tokoh 150
e. Alur 20.
Struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis disebut ... a. Plot b. Latar c. Tema d. Gaya bahasa e. Tokoh
151
Lampiran 15 Nama: Ranti Kelas: X SOAL POSTTEST Petunjuk: Sebelum mengerjakan soal bacalah cerpen “Rumah Nyak Haji” karya Chairil Gibran Ramadhan. 1. Isi cerita dalam cerpen tersebut adalah ... a. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan gedung MPR dengan cara memaksa. b. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan perumahan mewah dengan cara memaksa. c. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan plaza dengan cara memaksa. d. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan gedung perkantoran dengan cara memaksa. e. Sekelompok orang yang ingin membeli tanah Nyak Haji untuk pembangunan panti asuhan dengan cara memaksa.
2.
Cara yang dilakukan oleh keempat lelaki itu agar Nyak Haji menjual tanah dan rumahnya adalah ... a. Meminta bantuan kepada sembilan anak Nyak Haji supaya mereka merayu ibunya. b. Membayar tanah Nyak Haji dengan harga yang mahal.
152
c. Menyuruh maling untuk mengambil barang-barang milik Nyak Haji, membakar rumah Nyak Haji bagian belakang, dan menakut-nakuti Nyak Haji beserta keluarganya. d. Mengusir paksa Nyak Haji beserta keluarganya. e. Membakar rumah Nyak Haji.
3.
Nilai moral yang terkandung dalam cerpen tersebut adalah ... a. Seorang wanita tua renta dengan setia menjaga tanah warisan leluhurnya meskipun tanah tersebut ditawar dengan harga tinggi. b. Empat lelaki muda yang menghormati dan menghargai prinsip wanita tua renta. c. Seorang anak yang rela berkorban untuk membahagiakan orang tuanya. d. Seorang wanita yang sabar merawat sembilan anaknya. e. Seorang istri yang ditinggal pergi anaknya untuk merantau.
4.
Sudut pandang yang digunakan pengarang dalam cerpen tersebut adalah ... a. Orang pertama pelaku utama b. Orang pertama sebagai pengamat c. Orang ketiga serbatahu d. Orang ketiga pelaku utama e. Orang ketiga pelaku sampingan
5.
Watak tokoh “Nyak Haji” dideskripsikan dengan cara ... 153
a. Pelukisan bentuk fisik tokoh b. Penggambaran lingkungan sekitar tokoh c. Dialog antartokoh d. Tanggapan tokoh lain e. Pengungkapan jalan pikiran tokoh
6.
Konflik dalam diri Nyak Haji adalah ... a. Nyak Haji sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. b. Nyak Haji harus meninggalkan dan menjual rumahnya yang sudah menjadi warisan turun-temurun keluarganya dengan berat hati. c. Nyak Haji tidak menerima rumahnya dibayar dengan harga murah. d. Rasa kehilangan yang mendalam terhadap suaminya yang telah meninggal dunia. e. Nyak Haji kecewa atas sikap anak-anaknya.
7.
Akibat konflik pada diri Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ... a. Nyak Haji tetap tidak bisa menerima kenyataan harus menjual rumahnya. b. Nyak Haji merasa kecewa. c. Nyak Haji merasa sedih. d. Empat pemuda yang kecewa atas sikap Nyak Haji. e. Nyak Haji bahagia.
154
Cermati kutipan cerpen berikut untuk menjawab soal no. 8 s.d 9. “Aku tidak tahan terus-menerus didatangi tentara dan kaki-tangan lurah setelah kejadian-kejadian itu. Mereka terus mengancam, mengatakan akan menghabisi kami kalau tidak mau pindah karena dianggap melawan pemerintah. Mereka sungguh berkuasa, meskipun mereka bukan Allah”. (h. 109) 8.
Watak pemerintah dalam kutipan cerpen tersebut adalah ... a. Simpati b. Empati c. Dermawan d. Diktator e. Rendah hati
9.
... merasa terancam bila tidak mau pindah karena dianggap melawan pemerintah. a. Tentara b. Nyak Haji beserta anak-anaknya c. Pak Haji beserta anak-anaknya d. Empat pemuda e. Pak RT
10.
Alur cerita cerpen “Rumah Nyak Haji” diawali dengan ... a. Pendeskripsian tokoh b. Pendeskripsian masalah c. Munculnya konflik 155
d. Pemuncakan masalah e. Pendeskripsian suasana 11.
Karakter tokoh Nyak Haji dalam cerpen tersebut adalah ... a. Keras kepala dan tegar b. Penakut dan pemalu c. Pendiam dan penyabar d. Pemberani dan cerdas e. Keras kepala dan penakut
12.
Berdasarkan cerpen tersebut, pesan yang ingin disampaikan adalah ... a. Rakyat kecil seharusnya dilindungi, bukan diinjak-injak dan diremehkan oleh pejabat tinggi. b. Dalam menghadapi kesulitan hendaknya cukup berdoa kepada Tuhan niscaya terlindungi. c. Dalam menghadapi kesulitan harus berusaha dan berdoa. d. Rakyat kecil di Indonesia dihormati oleh aparatur negara. e. Rakyat kecil harus menghormati aparatur negara.
13.
“Kaki-tangan pemerintah ada di mana-mana, Nyak Haji. ...” (h.105) Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ... a. Simile b. Pars pro toto c. Totem pro parte 156
d. Personifikasi e. Metonimia 14.
“Kalau rumah ini bernasib seperti pasar tradisional atau perumahan kumuh, bagaimana, Nyak Haji?”. (h. 108) Majas yang digunakan pada kalimat di atas adalah ... a. Simile b. Pars pro toto c. Totem pro parte d. Personifikasi e. Metonimia
15.
Chairil Gibran Ramadhan pernah lama tinggal di ... a. Pondok Indah b. Pondok Pinang c. Pondok Gede d. Pondok Cabe e. Pondok Kelapa
16.
Antologi tunggal pertama Chairil Gibran Ramadhan adalah ... a. Sebelas Colen di Malam Ramadhan b. Sebelas Colen di Malam Jumat c. Sebelas Colen di Malam Lebaran d. Sebelas Colen di Malam Takbiran 157
e. Sebelas Colen di Malam Akhir Tahun
17.
Unsur ekstrinsik adalah ... a. Unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. b. Unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak langsung mempengaruhi bangunan karya sastranya. c. Unsur-unsur yang berada di dalam dan di luar karya. d. Unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan karya sastra. e. Unsur-unsur yang berada di tengah karya sastra.
18.
Latar bisa dibedakan menjadi tiga, yaitu ... a. Latar tempat, latar bulan, dan latar sosial. b. Latar tempat, latar waktu, dan latar bulan. c. Latar bulan, latar waktu, dan latar sosial. d. Latar tempat, latar sosial, dan latar waktu. e. Latar tanggal, latar bulan, dan latar tahun.
19.
Cara
mengungkapkan
pikiran
melalui
bahasa
secara
khas
yang
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa) disebut ... a. Gaya bahasa b. Latar c. Tema 158
d. Tokoh e. Alur 20.
Struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun secara logis disebut ... a. Plot b. Latar c. Tema d. Gaya bahasa e. Tokoh
159
160
161
162
163
164
165
166
167
Lampiran 21 Jurnal Siswa Identitas Siswa Nama
:
Annisa Dwi Septiani
No. Absen
:
7
Kelas
:
X (Sepuluh)
Sekolah
:
MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
Hari, Tanggal :
Senin, 25 Juli 2011
Pertanyaan 1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini? Materi tentang unsur intrinsik cerpen dan unsur intrinsik cerpen.
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi tersebut? Senang dan ingin lebih mempelajari materi ini.
168
Jurnal Siswa Identitas Siswa Nama
:
Sabda Risni
No. Absen
:
23
Kelas
:
X (Sepuluh)
Sekolah
:
MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
Hari, Tanggal :
Senin, 25 Juli 2011
Pertanyaan 1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini? Materi tentang cerpen dan unsur intrinsik cerpen.
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi tersebut? Lebih mengenal cerpen dan unsur-unsurnya.
169
Lampiran 22 Jurnal Siswa Identitas Siswa Nama
:
Anisa Ayu
No. Absen
:
6
Kelas
:
X (Sepuluh)
Sekolah
:
MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
Hari, Tanggal :
Selasa, 26 Juli 2011
Pertanyaan 1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini? Materi unsur intrinsik dalam cerpen dan membahasnya satu persatu.
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi tersebut? Menjadi lebih mengerti.
170
Jurnal Siswa
Identifikasi Siswa Nama
:
Anisa Dwi Septiani
No. Absen
:
7
Kelas
:
X (Sepuluh)
Sekolah
:
MA As-Syafi‟iyah 01 Jakarta
Hari, Tanggal :
Selasa, 26 Juli 2011
Pertanyaan 1. Materi apa saja yang telah kamu pelajari hari ini? Cerpen dan unsur intrinsik.
2. Bagaimana kesan kamu setelah mempelajari atau memperoleh materi tersebut? Lebih memahami unsur intrinsik dan cerpen.
171
Lampiran 23 SEJARAH DAN PROFIL SEKOLAH Pada tahun 1927, H. Abdullah Syafi‟ie dalam usia 17 tahun sudah mulai mengajar di madrasah yang ia bangun di tanah milik orang tuanya H. Syafi‟ie bin H. Siran, di kampung Balimatraman, Jakarta Selatan. Selain mengajar, H. Abdullah Syafi‟ie juga memimpin pengajian di masjid Al-Barkah As-Syafi‟iyah. Pengajian kaum ibu dipimpin oleh istrinya, Hj. Rogayah binti KH. Ahmad Muhtar (salah seorang gurunya). H. Abdullah Syafi‟ie yang dikaruniai oleh Allah SWT bakat dan kemampuan sebagai mubaligh sering diundang bertabligh atau mengajar di pengajian masjid-masjid wilayah Jakarta dan sekitarnya. Berangsur-angsur H. Abdullah Syafi‟ie menjadi ulama yang akrab di tengah masyarakat. Beberapa tahun kemudian dilakukan penyempurnaan madrasah yang diberi nama Madrasah Islamiyah, baik fasilitas maupun pendidikannya. Disediakan asrama pelajar, perumahan guru dan karyawan.
Sistem
pendidikan
pesantren
dikembangkan.
Berdatanganlah para santri dari dalam negeri, bahkan ada yang datang dari luar negeri seperti Singapura dan Malaysia. Tahun 1957, didirikan Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah. Kemudian pada tahun 1969 didirikan Raudatul Athfal (TK) As-Syafi‟iyah. Pemberian nama As-Syafi‟iyah dilatarbelakangi untuk mengabadikan nama ayahnya, H. Syafi‟ie, dan mazhab yang dianutnya yaitu mazhab Imam Syafi‟ie. Kegiatan yayasan yang baru didirikan itu ditata dari kegiatan yang telah berjalan, dipilah-pilah menjadi 3 bidang yaitu bidang pendidikan, bidang sosial, dan bidang dakwah. Kegiatan demi kegiatan berlangsung secara berkesinambungan, dilakukan dengan selalu melibatkan masyarakat. Hal ini membuat Perguruan Islam As-Syafi‟iyah menjadi perguruan yang melekat di hati rakyat. Sebutan ulama rakyat semakin mapan terkait dengan sosok KH. Abdullah Syafi‟ie. Ia populer di kalangan pemerintah, 172
golongan atas, golongan menengah, dan golongan dhuafa. Suaranya suara rakyat yang disampaikan dengan gayanya yang khas (dakwahnya
yang lantang) melalui radio
As-Syafi‟iyah.
Ia
menyelusup ke setiap relung kehidupan masyarakat yang ia cintai. Begitulah ketika KH. Abdullah Syafi‟ie berpulang ke rahmatullah tanggal 18 Dzulhijjah 1404 H/3 September 1985, media massa mengulasnya “Ulama Rakyat itu Telah Tiada”. Dalam rangka pemantapan sehubungan dengan terjadinya alih generasi
setelah
berpulangnya
KH.
Abdullah
Syafi‟ie
ke
rahmatullah, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya KH. Abdul Rasyid Abdullah Syafi‟ie ditetapkan lima program yaitu pemantapan khittah,
pemantapan
program,
pemantapan
pemantapan manajemen, dan pemantapan organisasi.
173
kepemimpinan,
174
175
176
177
Lampiran 28 FOTO KEGIATAN
178
Lampiran 29 RENCANA PENETAPAN STANDAR KELULUSAN BELAJAR MINIMAL (SKBM) TAHUN PELAJARAN 2011/2012 No 1
Mata Pelajaran
Standar Kelulusan
Pendidikan Agama Islam 70
a. Al-Qur’an Hadits
1.
Setiap siswa yang telah memenuhi SKBM dianggap tuntas/lulus
2.
Setiap siswa yang belum memenuhi SKBM harus mengikuti remedial (maksimal 2 x) dan nilai hasil remedial tidak boleh melebihi nilai SKBM
70
b. Aqidah Akhlak
70
c. Fiqih
70
d. SKI 2
Pkn
70
3
Bahasa Arab
70
4
Bahasa Indonesia
65
5
Bahasa Inggris
65
6
Matematika
65
7
Seni Budaya
70
8
Penjaskesor
70
9
Ilmu Pengetahuan Sosial 65
a. Sejarah
65
b. Geografi
65
c. Ekonomi
65
d. Sosiologi 10
Keterangan
Ilmu Pengetahuan Alam 65
a. Fisika 179
65
b. Kimia
65
c. Biologi 11
TI dan K
12
Muatan Lokal
70
70
a. Nahwu Shorof
70
b. Ushul Fiqh
Jakarta, 13 Juli 2011 Kepala Madrasah,
Anwar, S.Ag,MM
180
BIOGRAFI PENULIS
DURRAH NAFISAH, lahir di Jakarta, 16 Juni 1989. Menuntaskan pendidikan dasar di SDN 03 Pagi, Bukit Duri. Kemudian ia menuntut ilmu di SMP Negeri 33, Manggarai, Jakarta Selatan. Setelah itu, ia melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah di SMA Negeri 37 Jakarta. Ia meneruskan pendidikannya di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, masuk pada tahun 2007. Ia mengambil Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Perempuan yang berasal dari suku Betawi ini tinggal di daerah Bukit Duri, Tebet, Jakarta Selatan. Ia memiliki hobi membaca, menyanyi, dan berbisnis. Dengan hobi berbisnisnya ini, ia menjadi salah satu distributor Boneka Horta untuk wilayah DKI Jakarta. Selain sebagai mahasiswa, penulis juga merupakan anggota Initiatives of Change (IofC) Indonesia dan telah mengikuti Youth Camp pada tahun 2010. Motto hidupnya adalah berusaha untuk selalu bersyukur dan yakin bahwa Allah SWT selalu memberikan jalan yang terbaik bagi hambaNya yang mau berusaha. Karena dengan bersyukur maka nikmat yang Allah SWT berikan akan bertambah. InsyaAllah.
181