1
ADJEKTIVA BAHASA BAJO
OLEH SRI ROSNAWATY ABDULLAH NIM 311 409 109
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA GORONTALO 2014 Sri Rosnawaty Abdullah (PenulisUtama) Dr. H. Dakia N Djou, M. HUM, (Anggota/ Pembimbing 1) Prof. Dr. Supriyadi, M.Pd (AnggotaPembimbing 11)
ABSTRAK Penelitian dilaksanakan untuk memperoleh deskripsi bentuk adjektiva bahasa Bajo, dan makna adjektiva bahasa Bajo. Namun, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi tentang bentuk dan makna adjektiva bahasa Bajo. Dalam mencapai tujuan tersebut digunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik analisis data dilakukan dengan cara mengidentifikasi semua bentuk dan makna yang berkategori adjektiva, mengklasifikasikan data, Memberikan penjelasan padanan makna adjektiva bahasa Bajo berdasarkan ciri-cirinya yaitu dapat menyatakan tingkat perbandingan lebih, penguat sekali, agak, dan terlalu, serta dapat menyatakan sifat lebih dari satu, dan menyatakan idiom, dan menyimpulkan hasil analisis data yang berupa bentuk dan makna adjektiva dalam bahasa Bajo. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa adjektiva memiliki bentuk dasar (alak,ada, bure, banni), bentuk turunan yang terdiri dari awalan (mamaluntuh, maalak, mapasole), sisipan (ngiinjak, tuaarah, guanang), akhiran (bellownaa, passunaa), konfiks (mapassunang, mapiddinang),
2
gabunganafiks (matatibure, matati bellow), reduplikasi (dikki-dikkipinda-pinda), dan pemajemukan (berraatei, dindabige).Serta makna adjektiva bahasa Bajo dilihat dari segi cirinya dapat berupa, menyatakan tingkat perbandingan lebih (larah), penguat sekali (skali), agak (nggek), terlalu (kambo), dan kata ingkar tidak(nggai), dilihat dari segi bentuk bermakna menjadi, sudah, menyebabkan, memiliki dari satu sifat, melakukan sesuatu, bermakna paling, menunjukan sikap atau watak seseorang serta bentuk majemuk yang bermakna idiom. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Bentuk adjektiva bahasa Bajo terdiri atas bentuk dasar, bentuk turunan dengan pelekatan prefiks /ma-/, /bo-/, serta peletakan prefiks /masingge-/, /matati/. Makna adjektiva bahasa Bajo dapat berupa menyatakan tingkat perbandingan lebih, penguat sekali, agak, dan terlalu, serta dapat menyatakan makna ingkar tidak.
Kata kunci: adjektiva, bahasa Bajo
PENDAHULUAN
Suku Bajo dikenal sebagai pelaut ulung yang hidupnya berada diatas laut. Bahkan perkampungan mereka dibangun jauh menjorok kearah lautan bebas, tempat mereka mencari penghidupan. Laut bagi mereka adalah satu-satunya tempat yang dapat diandalkan. Orang Bajo ini pun menyebar ke segala penjuru wilayah nusantara semenjak abad ke-16 hingga sekitar 40- 50 tahun silam (perpindahan terakhir terjadi di berbagai wilayah di NTT). Di berbagai tempat, orang Bajo banyak yang akhirnya menetap, baik dengan inisiatif sendiri ataupun dipaksa pemerintah. Namun tempat tinggalnyapun tidak pernah jauh dari laut. Mereka membangun pemukimanpemukiman baru di berbagai penjuru Indonesia. Di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat suku Bajo menggunakan bahasa Bajo sebagai alat untuk berkomunikasi. Bahasa Bajo adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia yang digunakan oleh masyarakat yang berada di desa Bajo, tepatnya berada di Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo. Bahasa Bajo sampai sekarang masih digunakan oleh penuturnya sebagai alat komunikasi sekaligus alat untuk mempertahankan kebudayaan daerah. Bahasa Bajo hanya digunakan oleh masyarakat suku Bajo yang tinggal di Kecamatan Tilamuta. Bahasa Bajo selain digunakan oleh masyarakat suku Bajo yang tinggal di Kecamatan Tilamuta Juga digunakan oleh orang-orang Bajo yang berada di daerah lain. Daerah lain yang peneliti maksudadalah daerah Pohuwato khususnya di Desa Bajo dan Torsiaje. Persebaran suku Bajo sangat meluas di wilayah nusantara antara lain daerah Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara,Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tengah dan Gorontalo. Bahasa Bajo yang digunakan oleh masyarakat penuturnya itu juga merupakan sarana pendukung bagi pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa 3
Bajo dikatakan sebagai alat untuk membina bahasa Indonesia karena bahasa Bajo merupakan alat utama yang digunakan oleh masyarakat Bajo untuk mempelajari bahasa Indonesia, sedangkan dikatakan sebagai alat pengembangan bahasa Indonesia karena bahasa Bajo mempunyai potensi dan peluang untuk pengembangannya. Selain itu bahasa Bajo merupakan bahasa yang sangat unik karena memiliki karakter vocal tersendiri, misalnya pada saat orang Bajo melakukan percakapan: Dewi : Likka’ mangga ko, Ani ?“Ani kamu dari mana?” Ani : Likka’ ma pasar aku.“ saya dari pasar” Dewi : A milli ai ko ?“ kamu membeli apa?” Ani : A milli pinsil aku larah lanon “saya membeli pensilharganya sangat mahal” Dari percakapan bahasa Bajo di atas dapat dilihat bahasa Bajo banyak menggunakan vokal a. Setiap bahasa memiliki bentuk, makna dan fungsi tersendiri begitu juga dengan bahasa Bajo. Dalam upaya menjaga kelestarian bahasa Bajo maka bahasa ini juga telah diajarkan di sekolah. Hal ini dimaksudkan untukmengembangkan bahasa Bajo tersebut, sehingga dimasukkan kedalam Kurikulum Pendidikan (Kurikulum Muatan Lokal) sebagai salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD) atau yang sederajat. Menurut Fishman (dalam Pateda, 2008: 141-142) bahwa dengan adanya aneka bahasa akan terjadi dominasi bahasa oleh bahasa yang berprestasi tinggi atau disebut high language. Bahasa Bajo sebagai bahasa yang sudah jarang digunakan akan menyerap bahasa yang lebih dominan, yaitu bahasa Indonesia, sehingga kepunahan bahasa tak terhindarkan. Sebagai bahasa daerah, bahasa Bajo diharapkan dapat tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat yang memilikinya. Serta bahasa Bajo akan tetap ada dan terus digunakan oleh penuturnya serta dapat diketahui oleh masyarakat diluar penuturnya. Namun kenyataan sangatlah berbeda.Pemakaian bahasa Bajo sampai sekarang ini bukannya terlihat meningkat melainkan sudah semakin menurun. Jika tidak diperhatikan maka dari tahun ke tahun akan mengalami kepunahan dan bisa jadi sudah tidak dikenal lagi. Hal ini disebabkan oleh jumlah penuturnya yang semakin berkurang karena sebagian masyarakat sudah berpindah daerah untuk mencari kehidupan yang baru dan terjadinya perkawinan silang antar daerah.Perhatian generasi mudah terhadap bahasa Bajo juga sangat kurang. Mereka hanya menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan uraian di atas penulis yang merupakan penutur asli bahasa Bajo merasa terpanggil untuk bertanggung jawab memelihara dan mengembangkan bahasa ini. Sebagai bentuk rasa tanggung jawab, penulis akan melakukan penelitian secara mendalam mengenai kondisi bahasa Bajo saat ini. Bahasa Bajo yang akan diteliti pada kesempatan ini yakni adjektiva. Adjektiva merupakan kata yang memberi keterangan lebih khusus tentang sesuatu yang dinyatakan oleh nomina (kata benda) dalam kalimat.Adapun alasan peneliti memilih adjektiva sebagai objek utama karena peneliti ingin mengetahui secara langsung tentang adjektiva bahasa Bajo berdasarkan bentuk dan makna 4
METODE Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif.Metode deskriptif adalah metode yang memberikan uraian gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. Jauhari (Sangadji, 2009: 35). Tujuan metode deskriptif pada umumnya bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat Sukardi (Sangadji, 2009: 157) Penelitian ini akan mendeskripsikan tentang adjektiva bahasa Bajo. Di dalamnya mencakup beberapa masalah yang diangkat dan menjadi objek dalam penelitian.Pertama mendeskripsikan bentuk adjektiva bahasa Bajo.Kedua mendeskripsikan makna adjektiva bahasa Bajo.Melalui penggunaan metode ini, telah dideskrpsikan bentuk-bentuk adjektifa dan makna-makna adjektiva.Lokasi penelitian di desa Bajo Kecamatan Tilamuta Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo, waktu penelitian dari bulan.Data penelitian ini berupa percckapan penggunaan adjektiva di lingkungan aparat desa dan masyarakat Bajo di desa Bajo. Untuk teknik yang di gunakan untuk mengumpulkan data penelitian adalah a) tehnik wawancara, b) dokumentasi, dan c) teknik rekam HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan data yang terkumpul dari penelitian ini, maka data yang dapat diklasifikasikan menjadi beberapa karakteristiknya. Dilihat dari bentuk-bentuk adjektiva dalam bahasa Bajo yaitu: 1.
Bentuk dasar adjektiva bahasa Bajo
Bentuk dasar adjektiva bahasa Bajo adalah adjektiva yang belum mengalami perubahan baik akibat pengafiksasian, perulangan maupun penggabungan dengan kata lain. Bentuk kata dasar bahasa Bajo adalah bentuk yang belum mengalami pengimbuhan. Sebagian bentuk dasar ini akan berubah bentuk jika digunakan dalam kalimat tetapi tidak mengubah maknanya. Adjektiva ini dapat di buktikan dengan memberikan keterangan penguat “sangat”.Hal ini dapat dilihat pada contoh berikut: Contoh adjektiva bentuk dasar: 1. Maluntu : Malas 2. Majani: rajin 3. Tallo : Takut Contoh penggunaan dalam kalimat 1. Budi matungke maluntu nganjama
5
(Budi sangat malas bekerja) 2. Anana iru majani marras (Anak itu rajin menyapu) 3. Ria tallo maasuh (Ria takut dengan anjing) Bentuk dasar adjektiva bahasa Bajo belum mengalami perubahan baik akibat afiksasi, perulangan maupun penggabungan, dengan kata lain contoh maluntu (malas) yang dapat diberi keterangan penguat sangatmenjadi matungke maluntu (sangat malas). Masih bersifat dasar atau erdiri sendiri dan belum mengalami pengafiksasian. 2. Bentuk Turunan Adjektiva Bahasa Bajo Bentuk turunan adjektiva bahasa Bajo adalah bentuk yang sudah mengalami proses pengimbuhan baik peletakan afiks, pereduplikasian maupun pemajemukan. Bentuk turunan adjektiva ini biasa dikenal dengan bentuk polimorfemis, artinya kata yang terdiri lebih dari satu morfem. 1) Adjektiva bentuk afiks Adjektiva bentuk turunan yang merupakan pengklafikasian dapat dibentuk melalui peletakan afiks. a. Adjektiva bentuk turunan dengan prefiks- Ma Maluntu : malas madadi maluntu : menjadi malas Senna: senang madadi senna : menjadi senang Contoh penggunaan dalam kalimat 1. Anana iru madadi maluntuh (Anak itu menjadi malas) 2. Budi madadi senna kerne numuh hadiye (Budi menjadi senang karena mendapat hadiah) b. Adjektiva bentuk turunan dengan peletakan infiks- Na Rekka anuna rekka Nyala akan menyala Ngijjak anuna ngijak Getar akan akan bergetar Contoh penggunaan dalam kalimat 1. Dammar kalu na dipakulong anuna rekka (lampu bila dihidupkan akan menyala) 2. Massina iru kalu na dipakulong anuna ngijjak (mesin itu akan bergetar bila dihidupkan)
6
Bentuk turunan yang merupakan hasil pengafiksasian atau yang sudah mengalami morfologis, pada adjektiva bentuk turunan yang dilekati prefiks –Ma dengan kata lain contoh maluntuh yang dapat diberi keterangan prefiks ma menjadi madadi maluntuh (menjadi malas) dan adjektiva bentuk turunan yang dapat dilekati dengan infiks –Na dengan kata lain contoh ngijjak menjadi (anuna ngijak). 2) Adjektiva bentuk berulang Bentuk berulang atau reduplikasi adalah proses hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal, dalam kamus besar bahasa Indonesia reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau unsure kata, dengan kata lain reduplikasi adalah kata yang mengalami perulangan baik perulangan penuh dan perulangan sebagian. 1) Adjektiva bentuk berulang seluruhnya terbatas pada morfem dasar adjektiva bersuku dua. Makna leksikalnya seperti: a. passire passire-sire miring miring-miring b. penyo penyo-penyo penyok dalam keadaan penyok Penggunaan dalam kalimat 1. Kasna otona sude penyo (Kas otonya sudah penyok) 2. Rumaikka dinde sude passire (Rumah kakak perempuan sudah miring) 2) Adjektiva bentuk berulang sebagian dapat dibagi atas perulangan sebagian kata bentukan. Perulangan sebagian adalah morfem dasar yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih, dan yang mengalami perulangan adalah dua suku yang ada di depan morfem dasar. Makna leksikalnya. Contoh adjektiva bentuk berulang sebagian 1. Jollok ‘bengkok’ tutuku jollok ‘sedang bengkok’ 2. Pitta ‘mendung’ tutuku pitta‘sedang mendung’ Penggunaan dalam kalimat 1. Belie toho sude bengkok (Rotan kering sudah bengkok) 2. Linge sude pitta (langit sudah mendung) 3) Adjektiva bentuk perulangan sebagian kata bentukan, unsure yang berulang adalah dua suku di depan kata bentukan tersebut maka leksikalnya, yakni melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan keadaan.
7
Contoh adjektiva bentuk perulangan sebagai kata bentukan 1. Bigge ‘besar’ tungka bigge ‘perbesar’ dippa bigge ‘besarkan’ 2. Basse ‘basah’ bassenu ‘disuruh basah’ bassenu iru‘basahi’ Penggunaan dalam kalimat 1. Pabigge nu pitti ma pugenu (besarkan (jamak) peti yang sedang kau buat) 2. Kaeng magarosnu bassenu palumba (kain yang akan disetrika sudah disuruh-suruh basahi) Dapat di ketahui bahwa adjektiva bentuk berulang yang dilekati pada kata penyo untuk perulangan seluruhnya menjadi penyo-penyo, sedangkan pada bentuk perulangan sebagian pada kata jollok yang menjadi tutuku jollok.Dan pada bentuk perulangan yang sebagian kata bentukan yang dilekati dengan kata bigge menjadi tungka bigge, dippa bigge. 3) Adjektiva bentuk majemuk Bentuk majemuk adalah gabungan morfem dasar yang seharusnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal dan semantis menurut kaidah yang bersangkutan. Artinya perpaduan antara adjektiva dengan kata lain. Kata lain tersebut, dapat berupa nomina atau adjektiva. Jika adjektiva dipadukan nomina dengan urutan adjektiva terlebih dahulu dan nomina dibelakangnya, maka terbentuklah adjektiva baru dengan arti yang khusus, termasuk didalamnya bentukbentuk yang tergolong idiom. Artinya maka gabungan itu tidak dapat dijabarkan dari penjumlahan maka unsur-unsurnya, misalnya: a. Bigge tikolok Besar kepala b. Dikki atei Kecil hati c. Berra atei Berat hati Contoh penggunaan dalam kalimat a. Anana iru dadi bigge tikolokna lamun nadi pudi (anak itu menjadi besar kepalanya jika di puji) b. Uana berra ateina nanambana disiru masi didiki (ayah berat hati meninggalkan mereka, karena masih kecil-kecil) c. Lamun nggai nummu sado daha dikki atei (jika tidak mendapat bahagian jangan engkau berkecil hati)
8
Kata dikki atei “kecil hati” bigge tikolok“besar kepala” berra atei “berat hati” merupakan adjektiva majemuk bahasa Bajo yang tergolong idiom. Adjektiva dikki atei “ kecil hati” bukan berarti hatinya yang kecil, tetapi makna kata itu sudah merupakan makna kata baru yaitu kecewa, bigge tikolok“besar kepala” merupakan makna baru yaitu sombong, berra atei“berat hati” bukan berarti hatinya yang berat, tetapi sudah menimbulkan makna baru “tidak tega” 1. Makna adjektiva Makna kata sifat bahasa Bajo dapat menyatakan tingkat perbandingan lebih, dapat menyatakan penguat sekali, agak, dan terlalu, dapat menyatakan sesuatu seperti bentuk kata dasarnya, sydah, menyebabkan, paling, menyatakan, sifat atau lebih dari satu, menyatakan sifat, dan menyatakan idiom. 1 Makna lara‘lebih’ Makna lara ‘lebih’ dalam adjektiva bahasa Bajo menyatakan tingkat perbandingan lebih. Contoh : 1. Salman lara ateina daripada Alvin Salman ‘lebih baik’sifatnya daripada Alvin 2. Baduku lara matangkas dari baduna Bajuku ‘lebih bagus’ daripada bajunya Dari kedua contoh di atas dapat kita lihat pada contoh (i) bermakna perbandingan antara sifat Salman lebih baik daripada sifat Alvin, (ii) bermakna kualitas bajunya lebih bagus dari pada bajunya. 2 Makna skali ‘sekali’ Makna skali ‘sekali’ menyatakan keterangan penguat.Dalam artian bahwa sifat yang dimiliki tersebut melebihi sifat yang lainnya. Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut ini : 1. Silva ngatona skali ma kalasna Silva ‘pandai sekali’ di kelasnya 2. Anana iru alanga skali ‘Anak itu tinggi sekali’ 3. Rizal pakirre skali Rizal kikir sekali 3 Makna Nggek ‘agak’
9
Makna agak menyatakan keterangan penguat. Dalam artian bahwa hal tersebut menguatkan apa yang dilihat dan dirasakan. Dapat kita lihat pada contoh berikut : 1. Warna baduna nggek loon ‘warna bajunya agak kehitaman’ 2. Motorna Aan nggek mire Motornya Aan agak kemerahan 3. Kopi iru pae nggek didikise gulana Kopi itu agak pahit karena sedikit gulanya 4 Makna kambo ‘terlalu’ Makna terlalu menyatakan keterangan penguat. Dalam arti bahwa hal tersebut benar-benar apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada. Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut : 1. Sandal maseleno iru kambo didikia Sandal yang dibelinya itu terlalu kecil 2. Badu madi selona iru kambo lanon Baju di pasar itu terlalu mahalnya 3. Alan iru kambo marimos Alan itu terlalu nakalnya 5 Makna nggai ‘tidak’ Makna tidak dalam bahasa Bajo menyatakan ingkar, hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut : 1. Nggai malaso: tidak bagus Nggai malaso ateina iru malawa maatuwana ‘Tidak bagus’ kelakuannya itu, selalu melawan pada kedua orang tuannya. 2. Nggai maluntuh: tidak malas Anana iru nggai maluntuh malawa maatuwana Anak itu ‘tidak malas jika disuruh oleh ayah dan ibunya. Pada contoh (1) nggai malaso bermakna tidak bagus dan (2) nggai maluntuh bermakna tidak malas. 6 Makna Prefiks /ma-/ Prefiks /ma-/ merupakan adjektiva bentuk turunan yang bermakna menyatakan proses sudah selesai. Hal ini dapat kita lihat pada contoh: 1. ala ‘sehat’
maala ‘sudah sehat’ 10
Widya maala belle mapiddi ‘Widya sudah sehat kembali dari sakitnya’. 2. loong maloong ‘hitam’ ‘sudah hitam’ badu pote iru maloong macoco kalobba ‘baju putih itu sudah hitam karena jatuh keparit’ 3. mira mamira ‘merah’ ‘sudah merah’ Ruana mamira makale baong iru ‘Wajahnya sudah merah mendengar cerita itu’ 7 Makna prefiks /bo-/ Prefiks /bo-/ merupakan adjektiva bentuk turunan menyebabkan ‘sesuatu’. Dapat kita lihat pada contoh berikut:
yang bermakna
1. iyaa boiyaa malu memalukan anana iru boiyaa atuana anak itu memalukan orang tuanya 2. dadi bodadi ‘jadi’ ‘menjadikan’ elle raha iru bodadi makitalo peristiwa itu menjadikan masyarakat resah 3. rehe borehe ‘jelek’ ‘menjelekkan’ nanawana iru borehe makaraha orang kampo ‘perbuatannya itu menjelekkan nama baik kampung’ Dapat kita lihat pada contoh di atas kataalla ‘sehat’ setelah dilekati prefiks /ma-/ dalam suatu kalimat menjadi maallayang bermakna‘sudah sehat’,kata iyaa ‘malu’ dilekati prefix /bo-/ menjadi boiyaa ‘memalukan’ bermakna menyebabkan malu. 8 Makna prefiks /masingge-/ Prefiks /masingge-/ diletakan pada bentuk turunan yang bermakna ‘sifat itu lebih dari satu’. Hal ini dapat kita lihat pada contoh berikut: 1. bigge masinggebigge besar ‘besar-besar’ saloka makokos Wina masingge’bigge kelapa di kebunnya Wina ‘besar-besar’ 2. burre masinggeburre
11
cantik ‘cantik-cantik’ dinda makampo iru masinggeburre perempuan di kampong itu ‘cantik-cantik’ Pada kata masingge bigge ‘besar-besar’ bermakna sifat itu lebih dari satu, dapat kita lihat pada kalimat saloka makokos Wina masingge’biggeKelapa di kebunnya Wina ‘besar-besar’, hal ini bermakna bahwa bukan hanya satu kelapa yang besar tetapi lebih dari satu. Demikian juga halnya dengan kata masingge burre ‘cantik-cantik’ bermakna bukan hanya satu yang cantik tapi lebih dari satu. 9 Makna prefiks /matati-/ Prefiks /matati-/ diletakan pada adjektiva bentuk turunan yang bermakna melakukan sesuatu. Dapat kita lihat pada contoh berikut: 1. marumos matatimarumos ‘nakal’ ‘nakal-nakalan’ anana iru matati marumos mea anana gilaan anak itu sealu ‘nakal-nakalan’ seperti orang gila 2. pasu matati pasu ‘panas’ ‘panas-panasan’ Anana iru matatipasu ma’ ilow ‘anak itu selalu panas-panasan’ di matahari’. 10 Makna sufiks /naa/ Adjektiva dengan pengulangan kata dasar yang diikuti dengan pelekatan sufiks /naa/ bermakna paling. Dapat kita lihat pada contoh: 1. maluntuh-maluntuhnaa ‘termalas’ bermakna ‘paling malas’. Anana iru maluntuh-maluntuhnaa madana kanna mapara ‘Anak itu paling malas diantara semua saudaranya’ 2. alanga-alanganaa ‘tertinggi’ bermakana ‘paling tinggi’ Nilai u alanga-alanganaa ma kalasna. ‘Nilaiku tertinggi di kelas’ 3. pinda-pindanaa ‘terpendek’ bermakna paling pendek’ Ato pinda-pindanaa madanakan mapera tamanna Ato terpendek dari semua temannya 11 Makna afiks /ma-a/ Afiks /ma-a/merupaka afiks yang dilekatkan pada adjektiva bentuk berulang yakni mengulang fonem awalnya. /Afiks ma-a/ dalam bahasa Bajo bermakna ‘menunjukan sikap seseorang’. Dapat dilihat pada contoh berikut ini:
12
1. magilli?a ‘pemarah’ mpa magillina skali ‘Papa pemarah sekali 2. maiyaa?a ‘pemalu’ kaku maiyaa?a skali ‘Kakakku pemalu sekali’ 3. malangona?a ‘pemabuk’ memong mingkila ma kampoh iru singe malangona?a. ‘Semua pemudah di kampong itu pemabuk’ Pada contoh di atas dapat kita lihat bahwa kata dasar gilli ‘marah’ setelah dilekati afiks /ma-a/ menjadi magilli?a ‘pemarah’. Hal ini menunjukan sikap atau watak seseorang. 12 Makna adjektiva bentuk majemuk Makna adjektiva bentuk majemuk bahasa Bajo dapat kita lihat berikut ini: 1. 2. 3. 4. 5.
berra atei ‘berat hati’ dikki atei ‘kecil hati’ alanga atei ‘tinggi hati’ bigge tikolok ‘besar kepala’ keras tikolok ‘keras kepala’
Kata berat hati, kecil hati, tinggi hati, besar kepala, keras kepala, merupakan adjektiva majemuk bahasa Bajo yang tergolong idiom.Kata berat hati berarti hati yang berat tetapi makna kata itu sudah merupakan makna baru yaitu tidak tega.Kecil hati bukan hati yang kecil tetapi kecewa.Sedangkan tinggi hati bukan berarti hatinya yang tinggi tetapi sudah berubah menjadi keinginan yang tinggi, demikian juga halnya dengan besar kepala dank eras kepala, besar kepala bukan kepalanya yang besar tetapi menjadi makna baru yaitu sombong, sedangkan keras kepala bukan kepalanya yang keras tetapi bermakna bandel. SIMPULAN Berdasarkanhasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. a. Bentuk adjektiva bahasa Bajo terdiri atas bentuk dasar, bentuk turunan dengan pelekatan prefiks /ma-/, /bo-/, serta peletakan prefiks /masingge-/, /matati/. Bentuk berulang dengan dengan pelekatan sufiks /-naa/ menandakan pengulangan sebagian dan afiks /ma-a/ yang menandakan pengulangan sebagian dalam hal ini yang diulang yaitu fonem pertama dari kata dasar serta bentuk majemuk. b. Makna adjektiva bahasa Bajo dapat berupa menyatakan tingkat perbandingan lebih, dapat menyatakan penguat sekali, agak, dan terlalu, serta dapat menyatakan makna ingkar tidak. Sedangkan di lihat dari bentuk adjektiva, dengan pelekatan prefiks /ma-/ bermakna
13
menyatakan proses sudah selesai, pelekatan prefiks /bo-/ bermakna menyebabkan serta prefiks /masingge-/ bermakna memiliki lebih dari satu sifat, dan dilekati prefiks /matati-/ yang bermakna melakukan sesuatu. Selain itu pada pengulangan sebagian diikuti oleh sufiks /-naa/ yang bermakna ‘paling’ dan afiks /ma-a/ yang bermakna menunjukan sikap atau watak seseorang, serta kata sifat bentuk majemuk bermakna idiom. DAFTAR PUSTAKA Pateda, Mansoer. 1988. Sosiolinguistik. Gorontalo: Viladan Pateda, Mansoer dan Yenni P. Pulubuhu. 2003. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Gorontalo: Viladan Putrayasa, I.B. 2008.Analisis Kalimat (Fungsi, Kategori, Dan Peran). Bandung: PT Refika Aditama Sangadji, Mamang Etta. 2009. Metodologi Penelitian (pendekatan Praktis dalam Penelitian). Yogyakarta: PT Andi Yogyakarta
14