PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DAN TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG KELAS XI AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 BATUDAA
ARTIKEL
OLEH DIRMALA NIM. 911411072
JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 2015
LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DAN TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG KELAS XI AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 BATUDAA
DIRMALA
JURUSAN/PRODI : PENDIDIKAN EKONOMI
MENGETAHUI
PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) DAN TIPE NHT (NUMBERED HEAD TOGETHER) PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI PERUSAHAAN DAGANG KELAS XI AKUNTANSI DI SMK NEGERI 1 BATUDAA Dirmala1, Salma Bowtha2, Fitri Hadi Yulia Akib3 Jurusan Pendidikan Ekonomi DIRMALA. 911411072. “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) dan Tipe NHT (Numbered Head Together) pada Mata Pelajaran Akuntansi Perusahaan Dagang Kelas XI Akuntansi Perusahaan Dagang di SMK Negeri 1 Batudaa”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Konsentrasi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo dibawah bimbingan Ibu Dra. Hj. Salma Bowtha., M.Pd dan Hj. Fitri Hadi Yulia Akib, SE., ME. Penelitian ini bertujuan untuk menyatakan gambaran tentang perbedaan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan tipe NHT (Numbered Head Together) pada mata pelajaran Akuntansi Perusahaan Dagang materi Kartu Persediaan Barang Dagang. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan Desain Two Group Posttest Only. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI Akuntansi di SMK Negeri 1 Batudaa. Pengambilan sampel dilakukan secara Simple Random Sampling. Data ini dikumpul dengan menggunakan instrumen test hasil belajar siswa. Analisis data untuk menguji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) menghasilkan hasil belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Hal ini terbukti dengan dari hasil uji t harga thitung 2,591 lebih besar dari ttabel 1,673 Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS (Think Pair Share), model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), Hasil Belajar Siswa. 1
Dirmala. Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 2 Dra. Hj. Salma Bowtha.,M.Pd, Dosen Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo. 3 Hj. Fitri Hadi Yulia Akib, SE.,ME, Dosen Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Negeri Gorontalo.
PENDAHULUAN Guru merupakan unsur terpenting dalam keharusan sistem pendidikan. Oleh karena itu, peranan dan kedudukan guru dalam peningkatan pendidikan perlu diperhatikan secara sungguh-sungguh. Dalam melaksanakan tugas utama sebagai pendidik, seorang guru harus menguasai berbagai keterampilan mengajar sebagai bagian dari perilaku kompetensi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah. Wrightman dalam Usman (2005) mengatakan bahwa peranan guru adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam situasi tertentu serta berhubungan dengan kemajuan perubahan tingkah laku dan perkembangan siswa yang menjadi tujuannya. Peran guru sangat penting dalam pemilihan model pembelajaran, namun banyak ditemukan guru merasa kesulitan dalam menerapkan model pembelajaran yang tepat untuk mata pelajaran akuntansi, sehingga pembelajaran kurang efektif. Ditambah lagi bila pembelajaran akuntansi berada pada jam terakhir sehingga siswa pada proses belajar mengajar akan merasa jenuh, konsentrasi pada pelajaran menurun, mengantuk, dan sebagainya. Suatu kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan diharapkan mampu membuat siswa belajar, karena secara tidak langsung siswa akan termotivasi untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar
dikelas. Dalam kegiatan belajar mengajar terdiri atas komponenkomponen yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Adapun komponen-komponen yang saling bekerjasama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut antara lain: (a) peserta didik, (b) tenaga pendidik, (c) materi pelajaran, (d) media atau peralatan pembelajaran, (e) strategi dan metode pembelajaran, (f) evaluasi atau hasil penelitian, (g) lingkungan pembelajaran, serta (h) pengelolaan kelas. Dari beberapa komponen tersebut, guru dalam proses pembelajaran di sekolah menempati kedudukan yang sangat penting dan tanpa mengabaikan faktor penunjang yang lain, guru sebagai subyek pendidikan sangat menentukan keberhasilan pendidikan itu sendiri. Keberhasilan seseorang dalam belajar dapat diukur dengan dilakukan suatu evaluasi, tujuannya untuk mengetahui hasil yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Hasil belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan hasil belajar merupakan hasil dari proses belajar. Menurut A. Tabrani dalam Anggraini (2009) bahwa ”hasil belajar diperlukan untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan mengajar guru dan belajar peserta didik secara tepat (valid) dan dapat dipercaya (reliable)”. Dalam proses pembelajaran, khususnya yang didapati dilapangan bahwa pembelajaran akuntansi yang dilakukan masih banyak yang menggunakan metode
ceramah.
Dengan demikian
dalam proses
pembelajaran ada beberapa permasalahan yang dapat ditemukan pada siswa, diantaranya yaitu siswa kurang aktif atau hanya sebagian siswa yang aktif dalam kelas, sehingga menyebabkan hasil belajar siswa rendah pada pelajaran akuntansi. Dan pembelajaran lebih banyak didominasi oleh guru. Bertolak dari permasalahan tersebut, maka perlu diterapkan suatu sistem pembelajaran agar siswa dapat berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, guna meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi. Model pembelajaran yang sesuai bisa menambah keaktifan dan peran siswa dalam kelas adalah pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran model kooperatif ini siswa diajar diatur secara kelompok. Model pembelajaran yang melibatkan peran siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pair share) dan tipe NHT (Numbered Head Together). Sudjana (2008) : Hasil belajar adalah ”kemampuan-kemampuan yang dimiliki setelah ia menerima pengalaman belajarnya” Menurut Benyamin S. Bloom, dkk dalam Arifin (2009) mengatakan hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan, mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, dan mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang konkrit sampai dengan hal yang abstrak.
Menurut
Slavin
dalam
Trianto
(2009)
Belajar
kooperatif
menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Johnson & Johnson dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Karena siswa bekerja dalam suatu team, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan diantara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan
proses
kelompok
dan
pemecahan masalah, Louisell & Descamps dalam Trianto (2009). Pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang didalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Elemen-elemen pembelajaran kooperatif menurut Lie dalam Sugiyanto (2010) adalah (1) saling ketergantungan positif; (2) interaksi tatap muka; (3) akuntabilitas individual, dan (4) keterampilan untuk menjalin hubungan antarpribadi atau keterampilan sosial yang secara sengaja diajarkan.
METODE PENULISAN Sebelum
menentukan
desain
penelitian
atau
perencanaan
penelitian, maka terlebih dahulu perlu ditetapkan metode dan pendekatan penelitian. Adapun metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif, hal ini disebabkan pada sasaran penelitian. Melalui metode ini, maka dilihat masalah yang
diteliti dengan variabel X1 dan X2 dengan desain menggunakan Desain Two Group Posttest Only yaitu mengukur dengan menggunakan perlakuan, dan tes akhir dimana : X1 = Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS, X2 = Pembelajaran Kooperatif tipe NHT, dan Tes Akhir HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa persyaratan analisis uji t yang meliputi uji homogenitas varians penelitian dipenuhi. Dengan demikian, maka data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini dapat menggunakan analisis uji t. Hipotesis dalam penelitian ini : hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Hasil perhitungan uji t tentang perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) menghasilkan thitung sebesar 2,591 ternyata lebih besar dari nilai ttabel sebesar 1,673 pada taraf signifikan 0,05 dengan dk sebesar 54. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol ditolak yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) lebih rendah atau sama dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), dan diterimanya hipotesis penelitian yang menyatakan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Hal ini dapat ditunjukkan dengan perolehan rata-rata skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) sebesar 80,9 lebih tinggi dari rata-rata skor hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)sebesar 74,5. Berdasarkan
hasil
yang
diperoleh
melalui
penelitian
ini
menunjukkan bahwa penerapan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dapat memberi pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil analisis data, telah terbukti bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share)
dengan yang
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Hal ini ditunjukkan dengan thitung sebesar 2,591 Selanjutnya terbukti bahwa hasil belajar siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) memiliki ratarata skor 80,9 lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan rata-rata skor 74,5.
Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) yang perlu diperhatikan adalah tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share), dimana tahap-tahap tersebut meliputi tahap pertama berpikir (Thinking), untuk tahap ini guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. Tahap kedua adalah berpasangan (Pairing), selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh.
menyatukan menyatukan
Interaksi
jawaban
jika
gagasan
selama suatu
apabila
waktu
yang
pertanyaan suatu
disediakan
yang
masalah
dapat
diajukan
atau
khusus
yang
diidentifikasi.Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Tahap ketiga yaitu berbagi (Sharing), pada langkah akhir guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan Arends dalam Trianto (2009). Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dapat dilakukan pada mata pelajaran yang lain, tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik yang diajar. Hal ini
sesuai dengan pengamatan peneliti pada saat proses pembelajaran, peneliti menemukan berbagai kemampuan yang berbeda-beda dalam berpikir sendiri untuk menemukan jawaban dan permasalahan yang disajikan
sampai
dengan
berbagi
jawaban
keseluruh
kelas
dan
melaporkannya. Selain itu, kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) menurut Khodir dalam Mei (2013) yaitu dapat mendidik siswa untuk berpikir dengan teliti dan tekun, mendidik siswa agar mampu menyelesaikan kesulitan yang dihadapi secara individu maupun secara kelompok serta mampu melatih siswa agar percaya diri. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang diberikan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS
(Think
Pair Share),
bagaimana
yang telah
dikemukakan pada bab II terkait dengan hipotesis yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan hasil penelitian pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa diterimanya hipotesis penelitian yang berbunyi hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) lebih tinggi dibandingkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
NHT (Numbered Head Together). Dengan rata-rata skor hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) sebesar 80,9 dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) sebesar 74,5. Hasil perhitungan uji t tentang perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) menghasilkan thitung sebesar 2,591 dan Fhitung sebesar 1.28. Berdasarkan kesimpulan dan implikasi yang dikemukakan, maka dapat dijadikan beberapa saran yaitu sebagai berikut: 1) Diharapkan kepada siswa untuk senantiasa meningkatkan hasil belajar siswa. 2) Diharapkan setiap guru memiliki keterampilan dalam meningkatkan model pembelajaran dikelas. 3) Diharapkan pihak lembaga untuk mendukung setiap perubahan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. 4) Diharapkan menjadi bahan kajian dalam menambah wawasan dan pengetahuan serta menjadi pengalaman bagi peneliti.
Daftar Rujukan Anggraini Endah. 2009. Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil Belajar IPS Ekonomi Melalui Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Together (NHT). Surakarta: Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Arikunto, suharsimin. 2002. Prosedur Penelitian,Jakarta; Rineka Cipta Arifin Zaenal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Nana Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyanto. 2010. Model-model pembelajaran inovatif. Surakarta: Yuma Pustaka bekerja sama dengan FKIP UNS Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri. Usman User. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya.