ARTIKEL ILMIAH
STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN DI KELAS VIII SMPN 7 MUARO JAMBI
Oleh: Siti Homsah A1C210003
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, 2014
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 1
STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN DI KELAS VIII SMPN 7 MUARO JAMBI Oleh : Siti Homsah (Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Univesitas Jambi) Dosen Pembimbing I: Drs. Sufri, M. Si Dosen Pembimbing II: Drs. Gugun M Simatupang, M.Si
ABSTRAK Salah satu permasalahan dalam pemahaman substansi matematika adalah matematika dianggap mata pelajaran yang sulit dan tidak bermakna. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah metode atau pendekatan pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu dengan posttest-only control group design dengan teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 7 Muaro Jambi Tahun Ajaran 2013/2014 yang terbagi dalam 7 kelas. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Terpilih kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen diterapkan pembelajaran dengan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik sedangkan kelas kontrol diterapkan pembelajaran dengan Pendekatan Konvensional Hasil analisis data post-test diperoleh thitung sebesar 3,22 dengan taraf signifikan 5% dan dk = 47 diperoleh ttabel sebesar 2,007. Karena thitung > ttabel (3,22 > 2,007) maka rata-rata hasil belajar matematika siswa menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika realistik lebih baik daripada rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan pendekatan konvensionas. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional Kata Kunci : Hasil Belajar Matematika, Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik, Pendekatan Konvensional
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 2
STUDI PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA REALISTIK DAN PENDEKATAN KONVENSIONAL PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN DI KELAS VIII SMPN 7 MUARO JAMBI Oleh : Siti Homsah (Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Univesitas Jambi) Dosen Pembimbing I: Drs. Sufri, M. Si Dosen Pembimbing II: Drs. Gugun M Simatupang, M.Si
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Permasalahan pendidikan menjadi salah satu aspek yang banyak mendapat perhatian dari masyarakat. Menurut Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003, Bab 1 Pasal 1, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Proses pendidikan diharapkan dapat membentuk generasi yang berkualitas dan kompeten serta generasi yang siap menghadapi arus globalisasi. Matematika merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yang memiliki peranan penting dalam membentuk generasi yang berkualitas dan kompeten. Karena matematika mengajarkan bagaimana manusia untuk berpikir kritis, logis, kreatif, inovatif, cermat, dan tepat. Dalam dunia pendidikan, matematika memiliki peranan yang sangat penting, karena matematika menjadi dasar bagi ilmu-ilmu lain. Misalnya di sekolah, matematika menjadi dasar bagi mata pelajaran lain seperti fisika, kimia, biologi, dan lain sebagainya. Mullis (2011:25) menyatakan bahwa
“student need to develope mathematical understending to manage successfully in school and society. Mathematics is fondation for futher in a number of school subject, most notably the science, and mathematics problem solving to builds logical reasoning skills that can be applied in many situation”. Bila diterjemahkan pernyataan di atas dapat diartikan sebagai siswa perlu mengembangkan pemahaman matematika untuk mengelola keberhasilannya di sekolah dan masyarakat. Matematika merupakan materi dasar untuk mata pelajaran berhitung di sekolah, khususnya sains, dan pemecahan masalah matematika untuk membangun kemampuan berpikir logis yang dapat diaplikasikan di banyak situasi. Setiap hari manusia selalu dihadapkan pada permasalahanpermasalahan. Meskipun permasalahan tersebut tidak selalu berupa permasalahan matematis, namun matematika sering kali digunakan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi manusia itu sendiri. Hal ini berarti matematika diperlukan oleh setiap orang dalam kehidupan untuk memecahkan masalah. Dari sini dapat dilihat betapa pentingnya matematika dalam kehidupan manusia. Namun jika melihat kondisi yang ada jauh dari apa yang diharapkan. Matematika dianggap mata pelajaran yang sulit dipahami, bahkan menjadi pelajaran yang
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 3
menakutkan bagi beberapa siswa. Hal ini begitu memprihatinkan mengingat manfaat matematika dalam kehidupan sehari-hari. Begitu juga dengan kondisi dimana mata pelajaran matematika diujikan dalam Ujian Nasional (UN) yang menjadi penentu lulus tidaknya siswa dalam jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Penekanan pembelajaran di Indonesia lebih banyak pada penguasaan keterampilan dasar (basic skills), namun sedikit penekanan untuk penerapan matematika dalam konteks kehidupan sehari-hari, berkomunikasi secara matematis, dan bernalar secara matematis. Pendapat Ashari, wakil Himpunan Matematikawan Indonesia (HMI atau IndoMS) yang menyatakan karakteristik pembelajaran matematika saat ini adalah lebih mengacu pada tujuan jangka pendek (lulus ujian sekolah, kabupaten/kota, atau nasional), materi kurang membumi, lebih fokus pada kemampuan prosedural, komunikasi satu arah, pengaturan ruang kelas monoton, low order thinking skills, bergantung kepada buku paket, lebih dominan soal rutin, dan pertanyaan tingkat rendah. Seperti dijelaskan di atas, Nur (2001:9) mengakui bahwa pendidikan matematika di Indonesia pada umumnya masih berada pada pendidikan matematika konvensional yang banyak ditandai oleh ‘strukturalistik’ dan ‘mekanistik’. Tran Vui (Shadiq, 2009:9) menyatakan bahwa sebagian guru matematika di Indonesia, para guru matematika di Asia Tenggara berkecenderungan juga untuk menggunakan model pembelajaran tradisional yang dikenal dengan beberapa istilah seperti: pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered approach), pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif (deductive teaching), ceramah (expository teaching), maupun whole class instruction. Padahal, Terlalu dominannya peran guru di sekolah sebagai penyebar ilmu atau sumber ilmu sehingga siswa dianggap sabagai wadah yang akan diisi
ilmu oleh guru. Semua itu akhirnya bermuara pada rendahnya hasil belajar Siswa, (Sastrawati:2011). Berdasarkan data yang penulis peroleh dari Guru Bidang Studi terkait dengan hasil belajar matematika siswa kelas VIII pada Ujian Semester Ganjil terlihat dari rata-rata nilai matematika dan persentase ketuntasan hasil belajar matematika siswa pada tabel 1.1 berikut: Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Matematika Kelas VIII pada Ujian Semester Ganjil Kelas
Nilai Siswa dalam % Belum Tuntas < 70 Tuntas
VIII B 24% VIII C 50% VIII D 12% VIII E 45,83% VIII F 30% VIII G 39,13% Sumber: Guru Bidang Studi Negeri 7 Muaro Jambi
70
76% 50% 88% 54,17% 70% 60,87% Matematika SMP
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika diketahui Standar Ketuntasan Minimal (SKM) untuk mata pelajaran matematika di sekolah ini yaitu 70 dan syarat ketuntasan kelas adalah 75% siswa yang tuntas mencapai SKM. Dari tabel 1.1 diatas terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas VIII masih dibawah SKM dan memiliki persentase ketuntasan yang masih jauh dari ketuntasan kelas. Sehingga pembelajaran perlu dibenahi agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan hasil belajar juga meningkat agar mencapai ketuntasan kelas seperti yang sudah ditetapkan. Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Slameto(2010:56) mengelompokkan faktor internal menjadi factor jasmaniah, faktor psikologi (intelegensia, perhatian, minat, bakat, motif, motivasi) dan faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor keluarga dan faktor sekolah(metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, tugas rumah), dan faktor masyarakat.
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 4
Dari uraian tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar maka salah satu yang menarik penulis adalah metode mengajar. Metode mengajar yang kurang tepat akan menimbulkan kebosanan, mengantuk dan sikap pasif dari peserta didik. Guru yang berani mencoba metodemetode baru akan meningkatkan motivasi siswa dalam mengajar. Beberapa model pembelajaran yang dianjurkan para pakar yang dapat meningkatkan motivasi siswa (Shadiq, 2009:11) di antaranya adalah: Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education), Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah (Problem Based Learning), Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning), serta Pendekatan Pembelajaran Matematika Kontekstual (Contextual Teaching & Learning). Pembelajaran akan mudah dipahami oleh siswa jika pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Freudenthal (dalam Wijaya, 2012:20) mengatakan bahwa suatu ilmu pengetahuan yang dipelajari bermakna bagi pembelajar jika proses belajar melibatkan masalah realistik atau dilaksanakan dalam suatu konteks. Salah satu pendekatan pembelajaran yang menurut penulis sesuai dengan kebermaknaan ilmu pengetahuan adalah Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematic Education). Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (Shadiq, 2010:7) merupakan suatu pendekatan pembelajaran matematika yang mengungkapkan pengalaman dan kejadian yang dekat dengan siswa sebagai sarana untuk memahamkan persoalan matematika. Penggunaan masalah kontekstual yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa menjadi pondasi dalam membangun konsep matematika. Menurut Travers dengan diberikan masalah kontekstual, siswa dilibatkan secara aktif dalam melakukan kegiatan eksplorasi permasalahan. Untuk mengetahui ada tidaknya kaitan atau pengaruh pendekatan
pendidikan matematika realistik terhadap hasil belajar matematika, maka diperlukan penelitian lebih lanjut. Berdasarkan uraian di atas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Perbedaan Hasil Belajar Matematika Antara Siswa Yang Diajar Menggunakan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik dan Pendekatan Konvensional pada Materi Garis Singgung Lingkaran di Kelas VIII SMPN 7 Muaro Jambi” Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: untuk mengetahui hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian posttest-only control group design dimana kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan model pembelajaran problem based learning dan kelompok kontrol diberikan perlakuan model pembelajaran konvensional. Populasi penelitian ini siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Muaro Jambi tahun ajaran 2013/2014, penentuan sampel dilakukan dengan teknik simpel random sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar matematika setelah diberikan perlakuan pada masingmasing kelas sampel. Rancangan penelitian penelitian ini meliputi tiga tahap; 1) tahap awal penelitian; 2) tahap persiapan peneltian; 3) tahap akhir penelitian. Tahap awal penelitian, dilakukan kegiatan antara lain : menentukan kelas yang akan dijadikan sampel, menentukan jadwal penelitian, membuat RPP untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol, menyusun instrumen penelitian, melakukan uji validitas, uji reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran terhadap
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 5
instrumen penelitian yang akan digunakan. Tahap pelaksanaan penelitian dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pendidikan matematika realistik pada kelompok eksperimen dan pendekatan konvensional untuk kelompok kontrol. Tahap akhir penelitian dilakukan analisis terhadap data hasil belajar matematika siswa. Sebelum dianalisis akan diadakan uji prasyarat yaitu uji normalitas, yaitu menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas varians, yaitu menggunakan Uji F untuk memastikan bahwa data telah memenuhi syarat untuk melakukan pengujian hipotesis. Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t (Sudjana, 2005:238). Uji kesamaan dua rata-rata yang digunakan adalah uji pihak kanan. Sedangkan hipotesis secara statistik dirumuskan sebagai berikut: H0 : H1 : Keterangan: : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas eksperimen (menggunakan model problem Based Learning) : rata-rata hasil belajar matematika siswa pada kelas kontrol (menggunakan model pembelajaran konvensional) Ho:
rata-rata hasil belajar matematika siswa menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik sama dengan rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan pendekatan konvensional
H1:
rata-rata hasil belajar matematika siswa menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik lebih baik dari rata-rata hasil belajar matematika yang menggunakan pendekatan konvensional
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada 2 kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Agar mendapat sampel yang representative maka terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata terhadap seluruh populasi. Setelah itu dilakukan teknik sampling yaitu menggunakan teknik simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada 2 kelas sampel. Deskripsinya adalah kelas VIII E sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII D sebagai kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan setelah terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, homogenitas variansi dan uji kesamaan rata-rata terhadap seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Muaro Jambi. Setelah diketahui populasi berdistribusi normal, variansinya homogen dan memiliki rata-rata populasi sama dan langkah selanjutnya adalah menentukan kelas sampel. Kelas sampel tersebut terdiri atas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dilakukan dengan teknik kombinasi dari 6 kelas disusun menjadi (VIII B, VII C), (VIII B, VIII D), (VIII B, VIII E), (VIII B, VIII F), (VIII B, VIII G), (VIII B, VIII H), (VIII C, VIII D), (VIII C, VIII E), (VIII C, VIII F), (VIII C, VIII G), (VIII C, VIII H), (VIII D, VIII E), (VIII D, VIII F), (VIII D, VIII G), (VIII D, VIII H), (VIII E, VIII F), (VIII E, VIII G), (VIII E, VIII H), (VIII F, VIII G), (VIII F, VIII H), dan (VIII G, VIII H). Dari pengambilan secara acak terhadap 21 kelompok sampel tersebut diperoleh satu kelompok sampel yaitu (VIII E, VIII D). Kemudian dilakukan kembali pengambilan secara acak. Nama kelas yang terambil pertama sebagai kelas eksperimen yaitu kelas VIII E dan terambil kedua sebagai kelas kontrol yaitu kelas VIII D. Pada akhir penelitian, untuk mengetahui hasil belajar siswa maka masing-masing kelas sampel di beri tes
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 6
akhir (post-test) yang terdiri dari 4 soal. Soal-soal yang peneliti gunakan pada posttest ini sebelumnya di ujicobakan di luar kelas sampel. Setelah diperoleh data hasil uji coba, maka ditentukan validitas dari soal-soal uji coba post tes yang hasilnya dapat dilihat pada tabel
Berdasarkan Uji Liliefors pada lampiran.. diperoleh hasil seperti terlihat pada table 4.5 berikut:
Tabel Analisis Validitas Butir-butir Hasil Uji Coba Post-test
Dari table di atas terlihat bahwa Lo < Ltabel. Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal.
Harga rxy
Kriteria pengukuran
0,719 0,643 0,524 0,851
Validitas tinggi Validitas tinggi Validitas cukup tinggi Validitas sangat tinggi
Nomor soal 1 2 3 4
Tabel Analisis indeks kesukaran Hasil Uji Coba Post-test Harga P 0.4367 0.6467 0.6133 0.5467
Kriteria Pengukuran Sedang (diterima) Sedang (diterima) Sedang (diterima) Sedang (diterima)
Nomor Soal 1 2 3 4
Tabel Analisis Daya Beda Hasil Uji Coba Posttest Harga D 0.46 0.387 0.3067 0.5733
Kriteria Pengukuran Baik (diterima) Cukup baik (diterima) Cukup baik (diterima) Baik (diterima)
Nomor Soal 1 2 3 4
Berdasarkan perhitungan reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbach di peroleh rhitung sebesar 0,641 dan pada tingkat kesahihan 95% diperoleh rtabel 0,433. Karena rhitung ≥ rtabel (0,641 ≥ 0,433) maka dapat disimpulkan bahwa keempat soal reliabel. Post-test diberikan kepada kedua kelas sampel. Setelah diperoleh data hasil post-test selanjutnya data tersebut dianalisis. Analisis data meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata. Uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors
Kelas
Eksperimen Kontrol
Jumlah peserta tes 24 25
Lo
Ltabel
Ket
0,175 0,160
0,186 0,173
Normal Normal
Uji homogenitas dengan menggunakan uji F Uji statistik yang digunakan adalah uji F, diperoleh Fhitung = 0,9116 dan Ftabel = 2,0175, dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel, maka dapat disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai variansi yang homogeny Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Setelah didapat hasil belajar pada kelompok sampel normal dan homogen pada taraf kepercayaan 95%, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Dari hasil perhitungan diperoleh thitung = 3,22 dan ttabel = 2,007. Karena thitung > ttabel (3,22 > 2,007) maka dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga didapat kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan pendidikan matematika realistik berbeda dari hasil belajar matematika siswa yang mengikuti pembelajaran dengan pendekatan konvensional Pembahasan Penelitian Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor eksternal yang berupa peran metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan guru dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini ingin diketahui ada atau tidaknya pengaruh pendekatan pendidikan matematika realistik terhadap hasil belajar matematika siswa.
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 7
Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Muaro Jambi dengan mengambil dua kelas sampel untuk diberikan perlakuan yang berbeda. Dalam pembelajaran kelas eksperimen menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik dan kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional. Dalam proses belajar mengajar penggunaan metode atau pendekatan pembelajaran yang tepat akan berpengaruh terhadap prestasi belajar yang maksimal, terutama pada penelitian ini yang akan dilihat adalah hasil belajar pada ranah kognitif. Pendekatan pendidikan matematika realsitik merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada partisipasi siswa dalam menemukan sendiri pengetahuannya melalui masalah yang dekat dengan kehidupan siswa. Dengan karakteristik yang ada dalam pendekatan pendidikan matematika realistic membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, sehingga konsep matematika mudah untuk dipahami. Penggunaan konteks pada awal pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa dalam pembelajaran matematika. Konteks yang dimaksudkan bisa berbentuk mainan, penggunaan alat peraga, atau situasi lain yang dapat dibayangkan oleh siswa. Pada pembelajaran Garis singgung lingkaran, guru menngunakan konteks gir sepeda, katrol, dan paralon. Proses pembelajaran kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik guru hanya berperan sebagai fasilitator, motivator, dan evaluator sehingga pembelajaran menekankan pada keaktifan siswa. Pada pendekatan pendidikan matematika realistik diawali dengan pemberian masalah realistik (sering disebut sebagai context problem). Permasalahan realistik diberikan sebagai
fondasi dalam membangun konsep matematika. Selain itu pemberian masalah realistik juga bertujuan agar siswa dapat langsung terlibat dalam situasi yang sesuai dengan pengalaman siswa. Sehingga siswa mampu mengidentifikasi dan menentukan prosedur yang tepat terkait masalah yang dialami. Sistem pembelajaran berkelompok juga sangat membantu bagi siswa yang kurang pandai untuk bertanya kepada teman satu kelompoknya, sehingga semua anggota kelompok memahami materi yang dipelajari dengan baik. Sedangkan proses pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional, guru masih menjadi tumpuan dalam pembelajaran. Guru menjelaskan materi di depan kelas sedangkan siswa hanya mendengarkan dan memperhatikan. Sesekali guru melakukan tanya jawab kepada siswa untuk menemukan sebuah konsep pada materi yang sedang dipelajari. Setelah itu siswa mengerjakan soal yang diberikan guru. Pada saat guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum paham jarang sekali ada siswa yang berani. Pada kegiatan pemecahan masalah hanya digunakan sebagai pendalaman materi. Keaktifan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah juga didominasi oleh siswa yang pandai. Sehingga siswa yang tergolong kemampuan menengah kebawah kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah yang diberikan guru. Ada beberapa kendala yang dihadapi peneliti saat melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan pendidikan matematika realistik, diantaranya yaitu sulitnya mencari permasalahan kontekstual yang mudah dipahami oleh siswa, adanya siswa yang pasif dalam kegiatan diskusi, siswa yang pandai lebih mendominasi dalam menyelesaikan masalah yang diberikan, membutuhkan waktu yang lama dalam proses pembelajaran sehingga kurangnya waktu untuk memberikan banyak soal
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 8
sebagai latihan, dan kegaduhan saat merubah posisi dalam kelompok. Setelah pemberian materi dan proses pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen selesai, selanjutnya kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan pendidikan matematika realistik dan kelas kontrol menggunakan pendekatan konvensional. Hasil postes tersebut kemudian dianalisis, terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan. Rata-rata postes untuk kelas eksperimen adalah 72,42 sedangkan rata-rata postes untuk kelas kontrol adalah 65,68. Hal ini juga ditunjukan dari analisis uji-t, maka diperoleh thitung = 3,22 dan ttabel = 2,632. Karena thitung > ttabel, maka Ho ditolak yang artinya terdapat perbedaan hasil belajar matematika yang signifikan antara siswa yang diajar dengan pendekatan pendidikan matematika realistik dengan pendekatan konvensional. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan penelitian pada bab IV, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Kesimpulan ini didasarkan pada rata-rata nilai post-test kedua kelas, dimana ratarata nilai post-test pada kelas yang diajar dengan pendekatan pendidikan matematika realistik adalah 72,42 sedangkan rata-rata nilai post-test pada kelas yang diajar dengan pendekatan konvensional adalah 65,68. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung sebesar 3,22 dan pada taraf signifikan = 5% diperoleh ttabel sebesar 2,007. Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pendekatan Pendidikan Matematika Realistik lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional Saran 1. Guru perlu menambah wawasan dan pengetahuan tentang metode dan pendekatan pembelajaran yang inovatif, agar proses pembelajaran lebih menarik dan tidak membosankan bagi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas 2. Penggunaan pendekatan pendidikan matematika realistik dapat menjadi salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan untuk dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. 3. Peneliti hanya melakukan penelitian pada satu pokok bahasan, peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya jika ingin melakukan penelitian dilaukan pada pokok bahasan lainnya dan dapat membandingkan dengan pendekatan lain. 4. Peneliti hanya melakukan penelitian terhadap hasil belajar ranah kognitif saja, peneliti berharap kepada peneliti selanjutnya dapat melaksanakan penelitian tidak hanya melihat hasil belajar ranah kognitif saja, tetapi juga melihat hasil belajar dalam ranah afektif dan ranah psikomotorik.
DAFTAR RUJUKAN A.M,
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Pers
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Daryanto. 2012. Konsep Pembelajaran Kreatif. Yogyakarta : Gava Media
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 9
Djamarah, S.B. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Fitriana, Hanny. 2010. Pengaruh Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah matematika Siswa. Skripsi
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Transito Bandung
Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara
Mulis, Ina V.S, dkk. 2012. TIMSS 2011 International Report in Mathematics. Boston : TIMSS and PIRLS International Study Center Nur, M. 2001. Realistic Mathematics Education. Jakarta: Depdiknas Proyek PPM SLTP Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Jogjakarta: Pustaka Belajar Satrawati.
E. Muhammad Rusdi, Syamsurizal. Problem Based Learning, Strategi Metakognisi dan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Journal Tekno Pedagogi Universitas Negeri Jambi. Volume 1 Tahun 2011 ISSN 2088 205X
Shadiq, Fajar dan Nur Amini Mustajab. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik di SMP. Jakarta : Kemendiknas Shadiq. Fajar. 2009. Model-model Pembelajaran Matematika SMP. Yogyakarta : PPPPTK Matematika
Sugiono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Stephan,Michelle. 2012. A Proposed Instructional Theory for Integer Addition and Subtraction. Journal for Research in Mathematics Education.vol.43, no. 4, 428-464 Syaiful. 2012. Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematiks Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika.vol.02,no.01,2088-2157 Tim Penyusun. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Jambi: FKIP Universitas Jambi Wardani, Sri. 2010. Pembelajaran Pemecahahan Masalah Matematika di SD. Jakarta: Kemendiknas Wardani, Sri & Rumiati. 2010. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Jakarta : Kemendiknas Wijaya, Ariyadi. 2011. Pendidikan Matematika Realistik, Suatu Alternatif Pendekatan Pembelajaran Matematika. Yogyakarta: Graha Ilmu
Darmadi, Hamid. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta R.
Soedjadi. 1999. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta : Depdiknas
Siti Homsah: Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 10