ARTIKEL ILMIAH
PENERAPAN RPP BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUKMENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR KELAS X MIA 4 SMA NEGERI 3 KOTA JAMBI
OLEH: 1. Dina Oktaviana (RSA1C310022) 2. Dra. Jufrida, M.Si 3. Drs. Darmaji, M.Si
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, 2014
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
0
PENERAPAN RPP BERBASIS MULTIPLE INTELLIGENCES UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA PADA MATERI KALOR DAN PERPINDAHAN KALOR KELAS X MIA 4 SMA NEGERI 3 KOTA JAMBI Oleh: 1. Dina Oktaviana (RSA1C310022) 2. Dra. Jufrida, M.Si 3. Drs. Darmaji, M.Si ABSTRAK Kata kunci: RPP, Multiple Intelligences, Model Problem Based Learning, Kalor dan Perpindahan Kalor. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya nilai fisika siswa di SMA Negeri 3 Kota jambi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu kurangnya minat siswa dalam belajar fisika dan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Sebagian siswa menganggap bahwa belajar fisika itu susah karena hanya mempelajari rumus–rumus dan mengaplikasikan dalam perhitungan, sehingga kemampuan logikamatematika siswa yang lemah akan mengalami kesulitan dalam belajar fisika, serta dalam tuntutan kurikulum 2013 diperlukan suatu kegiatan pembelajaran yang mendorong partisipasi aktif siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menerapkan RPP Berbasis Multiple Intelligences pada materi Kalor dan Perpindahan Kalor di kelas X MIA 4 SMA Negeri 3 Kota Jambi. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus, masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi dan refleksi. Hal ini bertujuan untuk melihat perkembangan aktivitas dan hasil pembelajaran setiap siklusnya. Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan aktivitas yang dialami siswa dari siklus I yaitu, 60,46% menjadi 74,46% pada siklus II dan 83,5% pada siklus III. Hasil belajar siswa dinilai dari aspek pengetahuan setiap siklus yaitu, 63,03 untuk siklus I menjadi 70,00 untuk siklus II dan 76,86 untuk siklus III, untuk hasil belajar siswa yang dinilai dari aspek sikap untuk setiap siklus yaitu 2,5 untuk siklus I menjadi 3,0 untuk siklus II dan 3,2 untuk siklus III dan untuk penilaian dari aspek keterampilan setiap siklus yaitu 2,66 untuk siklus I menjadi 3,33 untuk siklus II dan 3,66 untuk siklus III. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan RPP Berbasis Multiple Intelligences dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi Kalor dan Perpindahan Kalor di Kelas X MIA 4 SMA Negeri 3 Kota Jambi.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
1
I.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik agar mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya, sehingga akan menimbulkan perubahan dalam dirinya. Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses pendidikan melalui kegiatan belajar mengajar antara guru dengan siswa. Amstrong (2013) mengemukakan bahwa, “Dalam setiap kelas berkumpul siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda (kecerdasan, bakat, kecepatan belajar)”. Sebagai seorang guru ada baiknya juga memperhatikan kecerdasan yang dimiliki oleh siswa-siswanya selain memperhatikan bahan ajar dan mata pelajaran yang akan diajarkan, mata pelajaran yang diajarkan di sekolah terdiri dari beberapa mata pelajaran salah satunya adalah pelajaran fisika. Mata pelajaran fisika termasuk mata pelajaran yang kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Pada umumnya, siswa menemukan banyak kesulitan dalam belajar mata pelajaran fisika karena siswa harus memahami rumus-rumus dalam fisika dan mengaplikasikan dalam perhitungan. Kemampuan matematika siswa yang lemah secara otomatis akan mengalami kesulitan dalam memahami fisika. Artinya, siswa yang memiliki kecerdasan dalam bidang angka atau logika saja yang dapat memahami pelajaran fisika dengan baik. Khusus untuk mata pelajaran fisika, kriteria ketuntasan minimal (KKM) di SMA Negeri 3 Kota Jambi adalah 75. Berikut data rata- rata hasil ulangan fisika Kelas X MIA SMA Negeri 3 Kota Jambi sebagai berikut: Tabel 1.1 Nilai Ulangan Siswa Kelas X MIA Semester Genap di SMA Negeri 3 Kota Jambi Tahun Pelajaran 2012/2013 No 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kelas
Jumlah Siswa
Rata – Rata Nilai Ulangan
X MIA 1 30 75,00 X MIA 2 32 70,15 X MIA 3 32 72,20 X MIA 4 36 59,70 X MIA 5 36 65,68 X MIA 6 37 60,70 (Sumber :Guru bidang studi Fisika Kelas X MIA Negeri 3 Kota Jambi)
Dari 6 kelas pada tabel di atas, hanya rata-rata kelas X MIA 1 yang sudah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), yaitu 75,00. Sedangkan nilai ratarata lima kelas lainnya masih tergolong rendah. Rendahnya hasil belajar siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya sebagian besar siswa kurang memahami materi yang diajarkan dan kurang aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Dalam mengajar fisika, guru menjelaskan materi dengan menggunakan rumus-rumus dan kurang menjelaskan konsep materi fisika serta aplikasi dalam kehidupan sehari-hari, secara otomatis siswa yang memiliki kemampuan matematika
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
2
nya kurang akan merasa kesulitan, begitupun model dan metode pembelajaran dari guru yang kurang variasi/monoton. Rendahnya aktivitas dan pencapaian hasil belajar siswa ini, menunjukkan bahwa pembelajaran yang dilakukan selama ini belum efektif. Menyikapi masalah ini, perlu adanya upaya yang dilakukan oleh guru untuk memikirkan dan membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif. Perencanaan tersebut dapat dibentuk dalam suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang melibatkan multiple intelligences siswa Pada hakikatnya, pembelajaran berbasis Multiple Intelligences adalah suatu upaya mengoptimalkan kecerdasan majemuk yang dimiliki setiap siswa untuk mencapai kompetensi tertentu dengan cara mengombinasikan berbagai kecerdasan yang dimiliki oleh siswa. Dalam RPP yang berbasis multiple intelligences perlu menggunakan suatu model pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan yaitu model pembelajaran PBL (Problem Based Learning) seperti yang dikemukakan oleh Gardner dalam Wena (2013), “pembelajaran berbasis masalah memberikan peluang bagi siswa untuk melibatkan kecerdasan majemuk siswa”. Berdasarkan uraian di atas yang menjadi fokus penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar (sikap, pengetahuan dan keterampilan) siswa dengan menerapkan RPP berbasis multiple intelligences di Kelas X MIA 4 SMA Negeri 3 Kota Jambi.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
3
II.
KAJIAN TEORI
2.1
Belajar dan Pembelajaran
2.1.1
Pengertian Belajar
Purwanto (2013) mengungkapkan bahwa, “belajar dalam arti luas adalah semua persentuhan pribadi dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan perilaku”. Pendapat ini menjelaskan bahwa belajar tidak hanya terjadi di sekolah namun juga terjadi di lingkungan siswa. Hal ini karena lingkungan siswa juga memungkinkan terjadinya perubahan perilaku siswa. Selanjutnya, Skinner (Dimyati dan Mudjiono, 2009) berpandangan bahwa, “ belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila tidak belajar maka responnya menurun”. Maka belajar merupakan perubahan tingkah laku. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan, bahwa belajar adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi atau menemukan pengetahuan yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu, maupun individu dengan lingkungannya sehingga mampu berinteraksi dengan lingkungannya. 2.1.2
Pengertian Pembelajaran
Depdiknas (2005) yang menyatakan “Pembelajaran adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan”. Pembelajaran fisika merupakan suatu proses belajar dimana siswa lebih banyak melakukan kegiatan melalui pengamatan terhadap fakta. Proses pembelajaran diupayakan mengikutsertakan siswa secara aktif agar dapat mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya, sesuai yang diungkapkan oleh Suryo (1997) bahwa “Proses pembelajaran hendaknya mengikutsertakan siswa secara aktif agar dapat mengembangkan kemampuan mengamati, menginterpretasikan, mengaplikasikan konsep, merencanakan dan melaksanakan penelitian serta mengkomunikasikan hasil penemuannya”. Berdasarkan uraian diatas tentang pengertian pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menekankan pentingnya interaksi dengan sumber belajar sehingga mengajar bukan sekedar menyampaikan materi saja, akan tetapi juga dimaknai sebagai proses mengatur lingkungan siswa belajar. 2.2
Faktor yang Mempengaruhi Belajar
Slameto (2010) menguraikan bahwa, “ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: 1) Faktor intern, yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologi, dan faktor kelelahan. 2) Faktor ekstern, yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat”. Faktor
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
4
intern merupakan faktor dari dalam diri siswa sedangkan faktor ekstern merupakan faktor lingkungan yang ada di sekitar siswa. 2.3
Teori Multiple Intelligences
2.3.1
Pengertian Multiple Intelligences
Menurut Budiningsih (2005), “kecerdasan adalah suatu kemampuan memecahkan masalah atau menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan didalam latar budaya tertentu”. Seseorang dikatakan cerdas bila dapat memecahkan masalah yang dihadapi dalam hidupnya dan mampu menghasilkan sesuatu yang berguna bagi umat manusia. Gardner dalam Fina (2013) juga menyatakan bahwa, “ kecerdasan berkaitan dengan kapasitas atau kemampuan untuk (1) memecahkan masalah-masalah dan (2) menciptakan produk-produk dan karya-karya dalam sebuah konteks yang kaya dengan keadaan naturalistik”. Dengan demikian, dapat didefinisikan bahwa kecerdasan tidak hanya terukur dari kemampuan akademiknya akan tetapi mencakup beberapa kemampuan yang dimiliki oleh seorang siswa. 2.3.2 Macam-macam Multiple Intelligences Menurut Amstrong (2013), macam-macam kecerdasan yang terdapat dalam diri manusia sebagai berikut: a. Linguistik : Kemampuan untuk menggunakan kata – kata secara efektif, baik lisan maupun tulisan. b. Logis-matematis : Kemampuan menggunakan angka secara efektif. Jenis-jenis proses yang digunakan dalam pelayanan kecerdasan logis-matematis mencakup kategorisasi, klasifikasi, kesimpulan, perhitungan, dan pengujian hipotesis. c. Spasial : Kemampuan untuk memahami dunia visual-spasial. Kecerdasan ini melibatkan kepekaan terhadap warna, garis, bentuk, ruang. Hal ini mencakup kemampuan untuk memvisualisasikan, dan mengorientasikan diri secara tepat dalam sebuah matrik spasial. d. Kinestetik-tubuh : Keahlian menggunakan seluruh tubuh untuk mengekpresikan ide-ide dan perasaan-perasaan dan kelincahan dalam menggunakan tangan seseorang. e. Musikal : Kemampuan untuk merasakan, membedakan, mengubah dan mengekspresikan bentuk-bentuk musik f. Interpersonal : Kemampuan untuk bekerja sama dengan orang lain dan perasaan terhadap orang lain. g. Intrapersonal : Pengetahuan diri dan kemampuan untuk bertindak secara adaftif berdasarkan pengetahuan itu. Kecerdasan ini termasuk memiliki gambaran yang akurat tentang diri sendiri, serta kemampuan untuk mendisiplinkan diri, pemahaman diri, dan harga diri. h. Naturalis: Keahlian dalam mengenali dan mengklasifikasikan berbagai spesies flora dan fauna, dari sebuah lingkungan individu.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada siswa yang bodoh, semua siswa memiliki kecerdasan yang menonjol dan dapat dikembangkan melalui pendidikan.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
5
2.3.3 Multiple Intelligences pada Siswa Menurut Gunawan (2005) mengemukakan, ada beberapa cara untuk melatih dan mengembang Multiple Intelligences di ruang kelas, yaitu: 1. Kecerdasan Linguistik: Melibatkan diskusi dan memberi kesempatan pada siswa untuk menjelaskan pengertiannya dengan menggunakan bahasanya sendiri. 2. Kecerdasan Logika-Matematika: Sering-sering menggunakan angka atau permainan yang melibatkan angka, mencari hubungan antara matematika dan praktek dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak siswa untuk berpikir tentang masalah tertentu. 3. Kecerdasan Ruang-visual: Menggunakan poster atau peta pikiran sebagai refrensi dan memberi tugas dengan melibatkan pembuatan gambar atau grafik. 4. Kecerdasan Kinestetik-Badani: Melibatkan fisik secara umum dalam proses pembelajaran dan memberi kesempatan pada siswa untuk belajar melalui gerakan, bermain peran dan kegiatan praktis lainnya. 5. Kecerdasan Musikal: Menggunakan musik sebagai tanda waktu untuk mengerjakan tugas, untuk memulai dan mengakhiri sesi pembelajaran. Dan menggunakan musik untuk membantu mengingat materi. 6. Kecerdasan Interpersonal: Mengembangkan bekerjasama di antara murid, melakukan pengelompokan secara acak maupun dengan kriteria tertentu. Dan mengajarkan siswa bagaimana bersikap dan bekerjasama dengan temannya. 7. Kecerdasan Intrapersonal: Menyediakan waktu yang cukup untuk melakukan refleksi dan berpikir, bersikap sabar dan menjawab pertanyaan, dan memperhatikan dan menghargai perasaan dan motivasi sebagai bagian dari kesempatan berbagi cerita, pengalaman dan kesan. 8. Kecerdasan Naturalis: Belajar di alam terbuka Dan menghubungkan materi pelajaran dengan hal-hal yang berhubungan dengan alam.
Seorang guru di ruang kelas kecerdasan multiple berlawanan tajam dengan seorang guru di kelas tradisional yang hanya menggunakan kecerdasan linguistik/logis - matematis. Dalam kelas tradisional, guru mengajar sambil berdiri di depan kelas, menulis di papan tulis, menjelaskan dengan metode ceramah. Dalam kelas kecerdasan multiple, guru mempertahankan tujuan pendidikannya yang kuat dalam pikiran, sekaligus memanfaatkan kecerdasan multiple dalam kegiatan pembelajaran, bahkan sering menggabungkan beberapa kecerdasan dengan cara yang kreatif. 2.4
Rencana Pelaksanaan Intelligences
Pembelajaran
(RPP)
berbasis
Multiple
2.4.1 Pengertian RPP berbasis multiple intelligences RPP berbasis multiple intelligences tidak berbeda dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yang lain. RPP berbasis multiple intelligences terdiri dari komponen-komponen dalam pembelajaran namun dalam RPP berbasis multiple intelligence dijabarkan sesuai dengan kecerdasan yang akan diintegrasikan dalam mata pelajaran yang akan dipelajari. Fakhriyah (2013) mengemukakan bahwa, “Guru dapat mulai menerapkan multiple intelligences dengan membuat Rancangan
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
6
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan berlangsung di dalam kelas”. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa multiple intelligences dapat diaplikasikan dalam suatu Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 2.4.2 Komponen RPP berbasis multiple intelligences Komponen RPP yang berbasis multiple intelligences sama dengan komponenkomponen yang ada dalam pembelajaran umum. Hal ini diperjelas oleh Dewi (2013), “format dan komponen RPP yang dikembangkan berorientasi pada multiple intelligences itu sama dengan komponen RPP yang berdasarkan Peraturan Menteri No. 41 tahun 2007”. Komponen-komponen RPP berbasis multiple intelligence yang penulis gunakan yaitu mengacu pada komponen RPP yang berdasarkan Permendikbud No. 81A lampiran IV tahun 2013, yang tersusun atas beberapa komponen yakni Identitas sekolah, identitas mata pelajaran, kelas/semester, materi pokok, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, sumber belajar, langkah-langkah pembelajaran (tahapan pendahuluan, inti, dan penutup) dan penilaian hasil pembelajaran. 2.5
Aktivitas Belajar
Menurut Sriyono (Yasa, 2008), aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran merupakan salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar. Aktivitas siswa merupakan kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses pembelajaran. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam pembelajaran sangat penting. Belajar di kelas tidak hanya sekedar mendengarkan dan menerima materi dari guru, namun siswa harus aktif dan guru dapat mengaktifkan dengan berbagai kegiatan sehingga tugas guru adalah sebagai fasilitator dan pembimbing. Jadi, aktivitas belajar dapat dikatakan segala bentuk perbuatan yang terjadi didalam proses belajar mengajar 2.6
Hasil Belajar
Menurut Slameto (2006), “Hasil belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri”. Selanjutnya Arikunto (2008) mengemukakan bahwa, “Hasil belajar secara garis besar dibagi atas tiga kategori yaitu, kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
7
dinyatakan dalam bentuk penguasaaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan. 2.7
Penilaian Autentik
Mengacu pada Permendikbud No. 66 tahun 2013, Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut: a. Penilaian kompetensi sikap Mulyasa (2013) menjelaskan bahwa, “pada kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua yaitu: (1) Sikap spiritual yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan bertakwa (2) Sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik yang berakhlak mulia, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab”. Seperti yang dikemukakan oleh Kurniasih (2013), aspek sikap dapat dinilai dengan cara berikut: 1)
2)
3)
4)
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penilaian antar siswa merupakan teknik penilaian dengan cara meminta siswa untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antar siswa. Jurnal merupakan catatan guru di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan siswa yang berkaitan dengan sikap dan perilaku.
Dalam penelitian ini untuk menilai kompetensi sikap penulis menggunakan teknik observasi yaitu berupa lembar observasi dengan menggunakan rubrik penilaian dan skala penilaian yang dinilai oleh guru. b.
Penilaian Kompetensi Pengetahuan Guru menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Kurniasih (2013) mengemukakan bahwa, aspek pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut: 1)
2) 3)
Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen uraian dilengkapi pedoman penskoran. Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tes tertulis yaitu berupa soal pilihan ganda yang dilakukan setiap akhir siklus.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
8
c.
Penilaian Kompetensi Keterampilan Guru menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut siswa mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian yang dilengkapi rubrik. Sani (2013) menjelaskan bahwa, aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara sebagai berikut: 1) 2) 3)
Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan tuntutan kompetensi. Projek adalah tugas-tugas belajar yang meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan seluruh karya siswa dalam bidang tertentu untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas dalam kurun waktu tertentu. Karya tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan kepedulian siswa terhadap lingkungannya.
Pada penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan penilaian autentik yang dinilai dari aspek pengetahuan yaitu dari tes tertulis, aspek sikap menggunakan lembar observasi dan aspek keterampilan menggunakan tes praktik.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
9
III.
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan perpaduan antara tindakan (action) dan penelitian (research) yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. 3.2
Tempat dan Waktu
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di kelas X MIA 4 pada semester II di SMA Negeri 3 Kota Jambi tahun ajaran 2013/2014 3.3
Subyek Penelitian.
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 4 semester II di SMA Negeri 3 Kota Jambi yang berjumlah 36 orang tahun ajaran 2013/2014. 3.4
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang terdiri dari siklus I, siklus II, dan siklus III. Menurut Arikunto (2007), penelitian tindakan kelas mengacu pada sistem siklus yang terdiri dari 4 komponen yaitu : a. b. c. d. 3.5
Perencanaan (Planning) Pelaksanaan Tindakan (action) Observasi dan Evaluasi Analisis dan Refleksi Teknik dan Alat Pengumpulan Data
3.5.1 Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MIA 4 dan guru bidang studi fisika yang mengajar dikelas X MIA. 3.5.2 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Data kualitatif, yaitu data tentang bagaimana kegiatan pembelajaran, apakah sudah sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran, data ini diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa dan guru tiap siklus oleh guru pengamat. 2. Data kuantitatif adalah data tentang hasil belajar siswa berupa nilai yang diperoleh dari 3 aspek penilaian yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan di kelas X MIA 4.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
10
3.5.3
Cara Pengambilan Data
Pengambilan data kualitatif dengan menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan lembar observasi aktivitas guru selama kegiatan proses belajar mengajar berlangsung. Sedangkan pengambilan data kuantitatif dalam penelitian ini adalah untuk menilai aspek pengetahuan dengan cara memberikan tes berupa soal-soal kepada siswa disetiap akhir siklus. 3.6 Instrumen Penelitian a. Validitas Persyaratan tes yang paling utama adalah valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu intrumen. Sugiyono (2008) mengatakan bahwa tes dikatakan valid apabila instrumen tes tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. b. Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dalam bentuk indeks. Makin besar harga indeks kesukaran berarti soal itu semakin mudah atau sebaliknya. Dengan kata lain, suatu butir soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Setiap butir soal memiliki tingkat kesukaran yang berbeda-beda. c. Daya Beda Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Jika nilai daya pembeda bernilai negatif maka soal tersebut tidaklayak digunakan atau dibuang. Begitu juga sebaliknya, jika daya pembeda soal-soal tersebut bernilai positif maka soal tersebut layak digunakan untuk tes selanjutnya d. Reliabilitas Reliabilitas tes menunjukkan apakah suatu tes dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat menghasilkan tes yang tetap. Sugiyono (2008) mengatakan bahwa instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Sejalan dengan pendapat diatas Arikunto (2009) mengungkapkan bahwa “ Reliabilitas adalah ketetapan suatu tes apabila diteskan pada objek yang sama, untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat dari kesejajaran hasil”.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
11
3.7 Indikator Indikator pencapaian yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan tindakan yang dilakukan adalah hasil belajar yang dinilai dari 3 aspek yaitu aspek pengetahuan diperoleh siswa pada setiap akhir siklus. Hasil belajar ini didapat dari hasil tes yang diperoleh siswa. Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) siswa di SMA Negeri 3 Kota jambi yaitu telah mencapai skor 75 dan suatu kelas dinyatakan telah mencapai keberhasilan jika dikelas tersebut telah terdapat 75% siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hasil belajar dinilai dari aspek sikap dan aspek keterampilan diperoleh siswa pada setiap pertemuan setiap siklus. Hasil belajar ini didapat dari hasil lembar format penilaian sikap dan keterampilan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) siswa di SMA Negeri 3 Kota Jambi yaitu telah mencapai skor 2,66 (Baik) maka suatu kelas dinyatakan telah mencapai keberhasilan jika dikelas tersebut telah terdapat 75% siswa yang telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
12
IV.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Rincian peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari 3 aspek yaitu aspek pengetahuan, aspek sikap dan aspek keterampilan. Pada aspek pengetahuan yang diperoleh dari penerapan RPP berbasis Multiple Intelligences dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dapat dilihat pada tabel berikut :
No 1 2
Tabel 4.16 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Aspek Pengetahuan Jumlah atau persentase Variabel yang diamati SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III Nilai rata-rata siswa 63,03 70,00 76,86 Jumlah siswa yang berhasil 10 orang 20 orang 21 orang 28,57% 57,14% 61,76%
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada setiap siklus. Jadi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan RPP berbasis Multiple Intelligences dengan menggunakan model pembelajaran PBL pada materi kalor dan perpindahan kalor dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan. Adapun hasil belajar yang dinilai dari aspek sikap sosial yang diperoleh dari penerapan RPP berbasis Multiple Intelligences dapat dilihat pada tabel berikut:
No 1 2
3
4
Tabel 4.17 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Aspek Sikap Sosial Jumlah atau persentase Variabel yang diamati SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III Nilai rata-rata siswa 2,6 3,0 3,2 Jumlah siswa yang bersikap sosial kategori sangat baik (SB)
-
5 orang
9 orang
-
13,89%
25%
Jumlah siswa yang bersikap sosial kategori baik (B)
24 orang
26 orang
27 orang
66,67%
72,22%
75%
Jumlah siswa yang bersikap kategori Cukup (C)
12 orang
5 orang
-
33,33%
13,89%
-
4
4
4
36 orang
36 orang
36 orang
100%
100%
100%
5
Nilai rata-rata siswa untuk sikap spiritual
6
Jumlah siswa yang bersikap spiritual sangat baik (SB)
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dinilai dari aspek sikap sosial pada setiap siklus, seperti yang terlihat pada tabel nilai rata-rata siswa pada siklus I yaitu 2,66, siklus II yaitu 3,00 dan siklus III yaitu 3,22.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
13
Penilaian sikap spiritual, setiap siklus semua siswa memiliki sikap spiritual sangat baik, nilai rata-rata siswa pada aspek sikap spiritual yaitu 4, hal ini menunjukkan bahwa nilai sikap spiritual pada setiap siklus sudah bersikap kategori sangat baik dan sudah mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu ≥ 2,66. Hasil belajar yang dinilai dari aspek keterampilan diperoleh dari penerapan RPP berbasis Multiple Intelligences dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat dilihat pada tabel berikut:
No
Tabel 4.18 Peningkatan Hasil Belajar Siswa pada Aspek Keterampilan Jumlah atau persentase Variabel yang diamati SIKLUS I SIKLUS II SIKLUS III
1
Nilai rata-rata siswa
2
3
4
5
6
7
2,66
3,33
3,66
Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat A
-
-
14 orang
-
-
38,89%
Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat A-
-
16 orang
8 orang
-
44,44%
22,22%
Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat B+
-
6 orang
11 orang
-
16,66%
30,55%
Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat B
14 orang
12 orang
3 orang
38,89%
33,33%
8,33%
15 orang
2 orang
-
41,66%
5,55%
-
7 orang
-
-
19,44%
-
-
Jumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat BJumlah siswa yang mempunyai nilai keterampilan berpredikat C
Berdasarkan tabel 4.18 di atas penilaian keterampilan siswa pada siklus I nilai rata-rata siswa yaitu 2,66, siklus II yaitu 3,33 dan siklus III yaitu 3,66 hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dinilai dari aspek keterampilan pada setiap siklus. Jadi pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan RPP berbasis Multiple Intelligences dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi kalor dan perpindahan kalor dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek sikap keterampilan.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
14
V.
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan dengan menerapkan RPP berbasis Multiple Intelligences dapat meningkatkan aktivitas siswa, hal ini dapat dilihat dari rata-rata presentase aktivitas siswa pada siklus I adalah 60,46%, siklus II 74,46%, dan siklus III 83,56%. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar pada aspek pengetahuan dari siklus I adalah 63,03 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 10 orang (28,57%), siklus II 70,00 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 20 orang (57,14%) dan untuk siklus III 76,86 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 21 orang (61,76%) tetapi ada 13 orang (38,23%) yang belum berhasil mencapai nilai KKM. Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar pada aspek sikap dari siklus I adalah 2,5 dengan jumlah siswa yang berhasil 24 orang (66,67%), siklus II 3,0 dengan jumlah siswa yang berhasil 31 orang (86,11%) dan untuk siklus III meningkat menjadi 3,2 dengan jumlah siswa yang berhasil mencapai nilai KKM yaitu ≥ 2,66 sebanyak 36 orang (100%). Peningkatan nilai rata-rata hasil belajar pada aspek keterampilan dari siklus I adalah 2,66 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 29 orang ( 80,55%), siklus II adalah 3,33 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 36 orang (100% ) dan untuk siklus III adalah 3,66 dengan jumlah siswa yang berhasil sebanyak 36 orang (100% ). Untuk itu dilihat dari aspek keterampilan semua siswa sudah mencapai nilai KKM yaitu ≥ 2,66 Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan RPP berbasis Multiple Intelligences dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar fisika siswa pada materi Kalor dan perpindahan kalor di SMA Negeri 3 Kota Jambi. 5.2
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh di atas serta untuk lebih meningkatkan hasil belajar fisika siswa, maka penulis menyarankan beberapa hal: 1). Guru fisika dapat menggunakan RPP berbasis Multiple Intelligences untuk meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar fisika siswa, terutama pada materi Kalor dan Perpindahan kalor. 2). Karena penelitian ini hanya dilakukan pada materi kalor dan perpindahan kalor, maka diharapkan penelitian yang serupa dapat pula dilaksanakan pada materi yang lain. 3). Penelitian ini masih terbatas pada model pembelajaran PBL (Problem Based Learning), maka diharapkan penelitian yang serupa dapat pula dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran lain.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
15
DAFTAR RUJUKAN Amstrong, Thomas., 2013. Kecerdasan Multiple di dalam Kelas. Jakarta: PT Indeks. Arikunto, S., 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. _________., 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Aunurrahman., 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Baharuddin dan Wahyuni, E.N., 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Chatib, Munif., 2013. Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa. Dewi, Mariana., 2013, Pengembangan Perangkat Pembelajaran Biologi Berorientasi Pengembangan Inteligensi Majemuk Siswa Pada Materi Sel Kelas XI SMA, Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang. Djamarah, S.B dan Aswan Zain., 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta Diani, R., 2010, Upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada konsep cahaya dan alat-alat optik dengan menggunakan strategi pembelajaran aktif tipe inquiring minds want to know di kelas VIIID SMP Negeri 17 Kota Jambi, Skripsi, Universitas Jambi, Jambi Dimyati dan Mudjiono., 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Fakhriyah, Fina., 2013, Implementasi Multiple Intelligence dalam Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Jurnal penelitian. (2013): 2-6. Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta : Puspa Swara Hamzah, Amir., 2009. Teori Multiple Intelligences dan Implikasinya Terhadap Pengelolaan Pembelajaran. Jurnal Penelitian. Volume 4. No 2. Isniatun., 2013. Pengembangan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berbasis Multiple Intelligence. Jurnal penelitian. (2013): 1-4. Kanginan, Marthen., 2013. Fisika Untuk SMA/MA Kelas X (Kurikulm 2013) Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
16
Kurniasih dan Berlin.,2013. Implementasi Kurikulum 2013 Konsep dan Penerapan. Surabaya: Kata Pena. Maulana, Puri., 2013. Kalorimeter Sederhana. Diakses 4 November 2013. http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/03/kalorimeter-sederhana.html. Muhibbin Syah. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Rosdakarya Nasution., 2011. Teknologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara Purwanto., Ngalim. 2010. Prinsip – Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Ramaja Rosdakarya Rusli., 2011.Wujud zat. Diakses 5 November 2013. http://rolanrusli.com/wujudzat/2011.html Sadirman.,2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Slameto., 2006. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana., 2006. Dasar – dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Tim penyusun. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi. Jambi: Universitas Jambi. Wena, Made., 2013. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Dina Oktaviana: SI Pendidikan Fisika Universitas Jambi
17