ARTIKEL ILMIAH
STUDI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII YANG MENGIKUTI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 2 BETARA TANJUNG JABUNG BARAT
Oleh: Fitri Novita Sari A1C210036
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI AGUSTUS, 2014
Fitri Novita Sari : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 1
STUDI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII YANG MENGIKUTI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 2 BETARA TANJUNG JABUNG BARAT Oleh : Fitri Novita Sari , Drs. Gugun N. Simatupang, M.Si2), Drs. Husni Sabil, M.Pd2) (Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Univesitas Jambi) 1) Mahasiswa FKIP Universitas Jambi 2) Dosen Pembimbing Skripsi Email:
[email protected] 1)
ABSTRAK Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah bimbingan dalam belajar. Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru cenderung membuat pelajar menjadi tergantung. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pretest-posttest control group design. Untuk menguji perbedaan rata-rata prestasi belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan uji-t dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian pada data pre-test sebelum perlakuan diberikan menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar antara kelas ekperimen dan kelas kontrol. Kemudian berdasarkan data tes akhir (post-test) menunjukan bahwa terdapat perbedaan rata-rata prestasi belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dimana rata-rata kelas eksperimen adalah 69,06 sedangkan kelas kontrol adalah 59,42. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 2,848 dan dengan tingkat kepercayaan 95% dan dk = 61 diperoleh ttabel sebesar 1,99. Dengan demikian thitung > ttabel yaitu 2,848 > 1,99. Hal ini berarti H0 ditolak dan H1 diterima, dengan demikian berarti terdapat perbedaan prestasi belajar siswa antara kedua kelas sampel. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa kelas VIII yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional di SMP Negeri 2 Betara Tanjung Jabung Barat. Kata Kunci : Prestasi Belajar, Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional
Fitri Novita Sari : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 2
STUDI PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII YANG MENGIKUTI PEMBELAJARAN BERORIENTASI AKTIVITAS SISWA DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATERI LINGKARAN DI SMP NEGERI 2 BETARA TANJUNG JABUNG BARAT Oleh : Fitri Novita Sari1), Drs. Gugun N. Simatupang, M.Si2), Drs. Husni Sabil, M.Pd2) (Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Univesitas Jambi) 1) Mahasiswa FKIP Universitas Jambi 2) Dosen Pembimbing Skripsi Email:
[email protected]
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar peserta didik atau siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan, maka diperlukan wahana yang dapat digambarkan sebagai kendaraan. Dengan demikian pembelajaran matematika adalah kegiatan pendidikan yang menggunakan matematika sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Bertahun-tahun ahli pendidikan dan ahli pendidikan matematika telah mengupayakan agar matematika dapat dikuasai siswa dengan baik. Namun, hasilnya masih menunjukan bahwa tidak banyak siswa yang menyukai matematika dari setiap kelasnya. Usaha keras telah dilaksanakan melalui berbagai pembaharuan agar matematika yang diajarkan dapat merangsang siswa untuk mencari sendiri, melakukan penyelidikan sendiri, dan mencari tahu jawaban atas pertanyaan teman atau gurunya (Turmudi, 2009: 1-2). Dalam Garis-Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) Matematika dikemukakan bahwa tujuan umum diberikannya matematika di jenjang pendidikan dasar dan pendidikan umum
adalah: pertama, mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, efektif dan efesien. Kedua, mempersipakan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah bimbingan dalam belajar. Bimbingan yang terlalu banyak diberikan oleh guru cenderung membuat pelajar menjadi tergantung. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran hendaknya tidak selalu menggantungkan diri kepada guru, melainkan hendaknya siswa berkemauan keras mencari sendiri dengan catatan bahwa fasilitas, buku pelajaran, sumber matematika, konteks matematika dan alatalat yang mendukung proses investigasi dan inquiry matematika tersedia atau paling tidak diberitahu oleh guru bahwa di alam sekitar siswa sebenarnya tersedia konteks dan media matematika yang memadai untuk belajar. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu pembelajaran yang membuat siswa aktif dalam kegiatan
Fitri Novita Sari : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 3
pembelajaran adalah Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa.
kemampuan intelektual (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotor)”.
Standar proses satuan pendidikan yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 mengamanahkan bahwa “pembelajaran didesain untuk membuat siswa aktif belajar melalui kegiatan eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi”. Pembelajaran dianggap bermakna jika dalam proses pembelajaran tersebut siswa terlibat secara aktif, untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah serta menemukan sendiri pengetahuan melalui pengalaman langsung. Pembelajaran dianggap terjadi bila ada keterlibatan siswa secara aktif. Artinya pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menekankan dan berorientasi pada aktifitas siswa.
Matematika adalah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan serta merupakan mata pelajaran yang penting. Hal ini ditunjukan dengan diberikannya pelajaran matematika di semua sekolah, baik di jenjang pendidikan dasar maupun pendidikan menengah. Selain itu matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional. Namun kenyataannya saat ini masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika adalah mata pelajaran yang sulit sehingga banyak siswa yang masih kurang mampu menyelesaikan persoalan matematika.
Melihat pada karakteristik yang dimiliki pembelajaran berorientasi aktivitas siswa, maka pembelajaran seperti inilah yang diperlukan dan relevan dengan kondisi sekarang serta sangat memungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Sanjaya (Rusman, 2012:390) mengemukakan bahwa: “Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dapat dipandang sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara optimal untuk memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang”. Selanjutnya Sanjaya mengatakan bahwa: “dari konsep tersebut ada dua hal yang harus dipahami, yaitu: pertama, dipandang dari sisi proses pembelajaran, Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa menekankan kepada aktivitas siswa secara optimal. Artinya Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa menghendaki keseimbangan antara aktivitas fisik, mental, termasuk emosional dan aktivitas intelektual. Kedua, dipandang dari sisi hasil belajar, Pembelaran Berorientasi Aktivitas Siswa menghendaki hasil belajar yang seimbang dan terpadu antara
Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Betara Tanjung Jabung Barat dalam kegiatan pembelajaran pada umumnya dan pembelajaran matematika pada khususnya, guru masih mendominasi kelas dengan pembelajaran konvensional yang diterapkan. Pembelajaran dilakukan dengan penyampaian materi, pemberian contoh soal dan kemudian dilanjutkan dengan pemberian tugas kepadaa siswa. Pembelajaran seperti ini jelas membosankan bagi siswa. Siswa tidak mendapatkan ruang gerak yang bebas selama pembelajaran berlangsung. Siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru dan menjadi siswa yang pasif. Selain itu pada saat ujian biasanya lebih dari 50% siswa harus remedial pada mata pelajaran matematika karena tidak mencapai standar kelulusan sekolah. Berdasarkan uraian diatas, maka Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa diharapkan mampu menumbuhkan minat belajar siswa terhadap matematika dan meningkatkan prestasi belajarnya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Perbedaan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII yang Mengikuti Pembelajaran
Fitri Novita Sari : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 4
Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional pada Materi Lingkaran di SMP Negeri 2 Betara Tanjung Jabung Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa kelas VIII yang mengikuti Pembelajaran Beorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional di SMP Negeri 2 Betara Tanjung Jabung Barat. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dalam hal ini digunakan True Experimental Design dengan bentuk Pretest-Posttest Control Group Design. Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal. Selanjutnya diberi perlakuan untuk kedua kelompok. Kelompok eksperimen mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Kelompok kontrol mengikuti Pembelajaran Konvensional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Betara Tanjung Jabung Barat yang tedaftar pada semester genap tahun ajaran 2013/2014. Langkah pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu; 1) tahap persiapan; 2) tahap pelaksanaan pengajaran; 3) tahap akhir. Tahap persiapan dilakukan sebelum pelaksanaan pengajaran. Kegaiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain; mempersiapkan surat izin penelitian untuk penentuan kelas sampel, membuat RPP kelas eksperimen dan kelas kontrol serta instrumen penelitian, mempersiapkan tes akhir, melakukan uji coba soal tes yang meliputi uji validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan uji reliabilitas tes dan kemudian melakukan pre-test pada kedua kelas sampel untuk
melihat kemampuan awal kedua kelas tersebut. Dalam proses pelaksanaan pengajaran peneliti mengajar dan mengamati di kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan materi yang sama tetapi pada kelas eksperimen menerapkan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa sedangkan pada kelas kontrol menerapkan Pembelajaran Konvensional . Pada tahap akhir penelitian, kedua kelas sampel diberi tes akhir untuk mengetahui perbedaan presatsi belajarnya. Setelah diberi tes akhir selanjutnya melakukan analisis data terhadap skor ratarata prestasi belajar siswa. Dalam melakukan analisis data, dilakukan uji normalitas dengan uji lilieforts dan uji homogenitas variansi dengan uji F. Setelah data dinyatakan normal dan homogen maka dilanjutkan dengan uji hipotesis yaitu dengan menggunakan uji-t. Sedangkan hipotesis secara statistik dirumuskan sebagai berikut: H0 : H1 : Keterangan: : rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa : rata-rata prestasi belajar siswa yang mengikuti Pembelajaran Konvensional Ho: tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional H1: ada terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional
Fitri Novita Sari : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada dua kelas sampel, yaitu kelas VIII B sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII A sebagai kelas kontrol. Untuk mendapatkan kelas sampel terlebih dahulu dilakukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji kesamaan dua rata-rata terhadap hasil ujian matematika kelas VIII (A – C) semester ganjil Tahun Ajaran 2013/2014. Sebelum mengajar materi Garis Singgung Lingkaran di kelas sampel terlebih dahulu siswa diberikan pre-test tentang materi prasyarat pada pokok bahasan tersebut. Dalam penelitian ini, pres-test diberikan untuk melihat kemampuan awal siswa terhadap materi garis singgung lingkaran. Sebelum soal pre-test dilakukan pada kelas sampel, soal pre-test tersebut diuji cobakan terlebih dahulu pada kelas di luar kelas sampel. Berdasarkan uji validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas pada uji coba soal pre-test, maka soal yang dapat digunakan untuk pre-test dari 15 soal yang telah dipersiapkan adalah sebanyak 12 soal. Selanjutnya 12 soal tersebut diberikan kepada kedua kelas sampel untuk mengetahui kemampuan awal siswa pada materi Garis Singgung Lingkaran. Setelah dilakukan pre-test pada kelas sampel, selanjutnya data hasil pretest tersebut dianalisis. Setelah dilakukan uji normalitas menggunakan uji Lilieforts pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Lhitung < Ltabel. Yaitu 0,1323 < 0,1429 untuk kelas eksperimen dan 0,1703 < 0,174 untuk kelas kontrol. Maka dapat dikatakan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol terdistribusi normal.
disimpulkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki variansi yang homogen. Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas diketahui bahwa data terdistribusi normal dan memiliki variansi yang homogen. Kemudian dilanjutkan uji hipotesis dengan uji-t, dan diperoleh bahwa Thitung < Ttabel yaitu -0,02 < 1,99 maka H0 diterima yang berarti tidak terdapat perpedaan prestasi belajar siswa kelas VIII yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional. Kedua kelas sampel dinyatakan memiliki kemampuan yang sama terhadap materi Garis Singgung Lingkaran, selanjutnya peneliti mengajar di kedua kelas tersebut dengan perlakuan yang berbeda yaitu Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa untuk kelas eksperimen dan Pembelajaran Konvensional untuk kelas kontrol. Pada akhir penelitian, untuk mengetahui prestasi belajar siswa maka masing-masing kelas sampel di beri tes akhir (post-test) yang terdiri dari 21 soal. Sama halnya dengan soal pre-test, soalsoal yang di gunakan untuk post-test terlebih dahulu diujicobakan dan dilakukan analisis validitas, tingkat kesukaran, daya beda dan reliabilitas soal. Sehingga dari 25 soal yang di buat, soal yang dapat dipakai adalah sebanyak 21 soal. Post-test diberikan kepada kedua kelas sampel. Setelah diperoleh data hasil post-test selanjutnya data tersebut dianalisis. Perhitungan rata-rata dan simpangan baku masing-masing kelas sampel seperti table berikut:
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas variansi dengan menggunakan uji F. Berdasarkan perhitungan dengan uji F terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh Fhitung < Ftabel yaitu 1,18 < 1,92. Jadi dapat Fitri Novita Sari : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 6
Tabel Rata-rata dan simpangan baku hasil posttest
Kelas
Eksperimen Kontrol
Jumlah peserta tes 40 23
Ratarata
Simpangan Baku
69,06 59,42
11,318 15,388
Uji normalitas dengan menggunakan uji Liliefors Berdasarkan Uji Liliefors pada lampiran.. diperoleh hasil seperti terlihat pada tabel berikut: Kelas
Eksperimen Kontrol
Jumlah peserta tes 40 23
Lo
Lt
Ket
0,114 0,101
0,14 0,17
Normal Normal
Dari table di atas terlihat bahwa Lo < Ltabel. Berdasarkan hal tersebut maka disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal. Uji homogenitas dengan menggunakan uji F Uji statistik yang digunakan adalah uji F. Diperoleh Fhitung = 0,54 dan F table = 1,94, dapat dilihat bahwa Fhitung < Ftabel . Sehingga dapat disimpulkan data kedua kelas tersebut homogen. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Setelah didapat hasil belajar pada kelompok sampel normal dan homogen pada taraf kepercayaan 95%, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Dari hasil perhitungan diperoleh: thitung = 2,84 dan ttabel = 1,99 dengan dk = 61 dan = 0,05, jadi thitung > ttabel berarti hipotesis pertama ditolak sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional. Pembahasan Penelitian
Berdasarkan hasil pre-test yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diketahui bahwa prestasi belajar siswa sebelum mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional adalah sama. Setelah pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan kelas kontrol menggunakan Pembelajaran Konvensional, terlihat bahwa prestasi belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki perbedaan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 69,06 sedangkan rata-rata kelas kontrol yaitu 59,42. Tingginya prestasi belajar siswa pada kelas eksperimen jika dibandingkan dengan kelas kontrol salah satunya dikarenakan pembelajaran dengan menggunakan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa lebih menyenangkan dari pada dengan pembelajaran Konvensional dan keterlibatan siswa dalam Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa lebih dominan. Dalam pembelajaran ini siswa tidak hanya menjadi pendengar dan menerima apa yang disampaikan oleh guru tetapi juga terlibat dalam setiap pembelajaran, mulai dari perencanaan, proses pembelajaran hingga dalam proses evaluasi pembelajaran. Dalam pelaksanaannya, kegiatan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa tidak berjalan monoton. Karena Rusman (2012:137) mengatakan proses pembelajaran dalam Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa berlangsung alamiah, siswa bekerja dan mengalami, bukan berupa transfer pengetahuan dari guru kesiswa. Hal ini dapat terlihat dari peran siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Siswa aktif mengajukan pendapat dan memberi masukan serta komentar mengenai materi pelajaran ataupun kegiatan pembelajarannya.
Fitri Novita Sari : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 7
Pelaksanaan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dilakukan dengan pembentukan kelompok. Hal ini bertujuan untuk melatih keaktifan siswa melalui diskusi dalam kelompok masingmasing. Dalam pelaksanaan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa guru tidak terlalu dominan dalam menyampaikan materi pelajaran, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan akan membantu siswa jika mengalami keuslitan dalam memahami materi pelajaran yang diberikan dalam kelompoknya. Berbeda dengan kelas eksperimen, di kelas kontrol yang mengikuti Pembelajaran Konvensional peran guru jauh lebih dominan. Hal ini dikarenakan guru menyampiakn materi secara keseluruhan termasuk dalam pemberian contoh soal. Kadang-kadang guru melakukan tanya jawab dengan siswa untuk menghindari kebosanan siswa dalam belajar. Dalam hal ini, peran siswa yang terlihat hanyalah menerima pelajaran dari apa yang disampaikan oleh guru saja. Ada beberapa kendala yang dialamai peneliti dalam menerapkan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa diantaranya pada awal pertemuan. Kondisi siswa yang telah terbiasa dengan Pembelajaran Konvensional tidak mudah berdaptasi dengan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa yang lebih menuntut keaktifan setiap siswa. Pada pertemuan pertama dan kedua siswa masih canggung untuk terlihat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Selain itu jumlah siswa yang terlalu banyak, yaitu 41 siswa yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa juga menjadi kendala bagi peneliti, hal ini dikarenakan peneliti kesulitan mengontrol aktivitas setiap siswa. Berdasarkan hasil observasi mengenai keaktifan belajar siswa pada kedua kelas sampel, siswa yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa lebih aktif dalam mengajukan dan
menjawab pertanyaan. Baik itu bertanya kepada guru ataupun kepada teman. Selain aktif mengajukan pertanyaan siswa juga aktif dalam diskusi kelompok serta dalam mengemukakan pendapat saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Sedangkan pada kelas yang mengikuti Pembelajaran Konvensional siswa masih terihat agak ragu-ragu untuk bertanya kepada guru ataupun menjawab pertanyaan. Selain itu dengan pembelajaran langsung tanpa membentuk kelompok siswa juga terlihat kurang aktif berdiskusi mengenai pelajaran dengan teman-teman di dalam kelas. Sebagain besar siswa yang mengikuti Pembelajaran Konvensional juga masih kurang mampu mengemukakan pendapatnya dengan lancar dan benar.
PENUTUP Kesimpulan Bedasarkan hasil penelitian, prestasi belajar siswa yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa berbeda dengan prestasi belajar siswa yang mengikuti Pembelajaran Konvensional. Hal ini terlihat dari rata-rata prestasi belajar siswa pada kelas yang mengikuti kedua pembelajaran tersebut tidak jauh berbeda, yaitu 53,44 untuk kelas eksperimen dan 53,52 untuk kelas kontrol. Setelah dilakuakn uji-t terhadap rata-rata tersebut diperoleh thitung = -0,02 dan ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% dan = 0,05 adalah 1,99 yang berarti terima hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional. Sedangkan setelah diberikan perlakuan, rata-rata kelas eksperimen adalah 69,06 dan rata-rata prestasi kelas kontrol adalah 59,42. Setelah dilakuakn uji-t diperoleh thitung = 2,848 dan ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% dan = 0,05 adalah 1,99 yang berarti
Fitri Novita Sari : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 8
thitung > ttabel maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar siswa kelas VIII yang mengikuti Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa dan Pembelajaran Konvensional pada materi Garis Singgung Lingkaran di SMP Negeri 2 Betara Tanjung Jabung Barat. Saran 1) Bagi siswa hendaknya lebih aktif lagi untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran yang melitputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. 2) Dalam pelaksanaan pembelajaran, khususnya pelajaran matematika sebaiknya guru lebih menerapkan Pembelajaran Berorientasi Aktivitas Siswa daripada Pembelajaran Konvensional hal ini guna untuk melatih dan meningkatkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran. 3) Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk lebih memperhatikan jumlah siswa dalam menerapkan Pembelajaran Berorientasi Ativitas Siswa, hal ini dikarenakan jumalah siswa yang terlalu banyak dalam suatu kelas akan menjadi kendala untuk mengontrol aktivitas setiap siswa.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta Azwar, Saifuddin. 1996. Tes Prestasi (Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Majid,
Abdul. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakrya.
Munthe, Bermawi. 2009. Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme Guru). Jakarta: Raja Grafindo Persada. Silberman, Mel. 2009. Active Learning (101 Strategi Pembelajaran Aktif). Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia. Jakarta: DIRJEN PT Departemen Pendidikan Nasional Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Sudjana. 2005. Metode Bandung: Tarsito
Statistika.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Turmudi. 2009. Taktik dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Leuser Cita Pustaka Warsono., & Hariyanto. 2012. Pembelajaran Aktif (Teori dan Asesmen). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Winkel. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi
Jihad, Asep., & Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Fitri Novita Sari : Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi
Page 9