ARTIKEL ILMIAH
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA YANG MENGIKUTI METODE RESITASI DAN METODE EKSPOSITORI PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII SMPN 11 KOTA JAMBI
OLEH PINTA ULY SIMATUPANG NIM.RRA1C212018
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI MEI, 2017
Pinta Uly Simatupang: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 1
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA YANG MENGIKUTI METODE RESITASI DAN METODE EKSPOSITORI PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII SMPN 11 KOTA JAMBI Oleh : Pinta Uly Simatupang , Wardi Syafmen2), Feri Tiona Pasaribu2) 1) Mahasiswa Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi 2) DosenPendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Email: 1)
[email protected] 1)
ABSTRAK Memahami konsep matematika merupakan tujuan pembelajaran matematika yang pertama. Untuk mencapai kemampuan pemahaman konsep tersebut dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang menekankan pada proses melaksanakan tugas antara lain metode resitasi. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika yang mengikuti metode resitasi dan metode ekspositori pada materi persamaan garis lurus di kelas VIII SMP N 11 Kota Jambi. Jenis penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah posttest-only control design dengan dua kelas sampel yang masing-masing diberi posttest. Sampel yang diteliti sebanyak 72 siswa yang terdiri dari 36 siswa kelas eksperimen dan 36 siswa kelas kontrol. Instrumen yang digunakan yaitu soal post test kemampuan pemahaman konsep dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara hasil nilai post test siswa kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal ini terlihat dari uji-t nilai post test kedua kelas sampel dengan tingkat kepercayaan 95% dan diperoleh hasil π‘βππ‘π’ππ >π‘π‘ππππ yaitu 2,4361> 1,6669, sehingga H0 ditolak dan H1 diterima. Berdasarkan hasil nilai post test siswa tersebut, pada kelas eksperimen membuktikan bahwa siswa tersebut telah mampu pemahaman konsep degan baik. Selanjutnya berdasarkan hasil nilai rata β rata lembar observasi guru dan siswa diperoleh kategori baik dan sangat baik, hal ini membuktikan bahwa guru dan siswa telah berhasil menggunakan metode resitasi maupun metode ekspositori. Hal ini berarti rata-rata hasil test kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti metode resitasi memiliki perbedaan dengan rata-rata hasil test kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang mengikuti metode ekspositori
Kata Kunci: Kemampuan pemahaman konsep matematika, Metode Resitasi, Metode Ekspositori
Pinta Uly Simatupang: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 2
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA YANG MENGIKUTI METODE RESITASI DAN METODE EKSPOSITORI PADA MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS KELAS VIII SMPN 11 KOTA JAMBI Oleh : Pinta Uly Simatupang1), Wardi Syafmen2), Feri Tiona Pasaribu2) 1) Mahasiswa Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi 2) DosenPendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Email: 1)
[email protected]
PENDAHULUAN Matematika sebagai salah satu pelajaran yang merupakan ilmu dasar ( basic science ) mempunyai peran penting dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Secara khusus dalam Permendiknas No 22 tahun 2006 dinyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika di tingkat SMP adalah agar peserta didik menggunakan pemahaman konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, sevara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah. Agar pembelajaran matematika mencapai tujuan yang diinginkan, pengajaran matematika memerlukan cara pengajaranyang dapat mengembangkan pemahaman konsep peserta didik. Melalui cara pengajaran yang dapat mengembangkan pemahaman konsep peserta didik ini diharapkan dapat menciptakan peserta
didik sebagai penerus bangsa yang dapat menguasai matematika dengan baik dan akhirnya nanti mereka dapat menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari (Setiadi, dkk, 2012:2) Menurut Wiharno (Ompusunggu, 2014:94) kemampuan pemahaman matematika merupakan suatu kekuatan yang harus diperhatikan dan diperlakukan secara fungsional dalam proses dan tujuan pembelajaran matematika, terlebih lagi sense memperoleh matematik pada saat pembelajaran dengan pemahaman. Namun, berdasarkan hasil wawancara secara terbuka peneliti dengan salah seorang guru matematika di SMP N 11 Kota Jambi ternyata siswa seringkali salah mengaplikasikan konsep dalam materi persamaan garis lurus. Hal ini siswa cenderung hanya meniru langkah-langkah penyelesaian soal diberikan guru. Ketika siswa diberi soal dengan model soal yang beda dengan contoh siswa tidak bisa mengerjakan karena mereka tidak memahami konsep terdahulu. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap konsep. Hal ini dikarenakan siswa hanya menghafal tanpa memahami konsepnya. Pada umumnya, siswa hanya berusaha untuk menghafal setiap konsep yang di ajarkan oleh guru tanpa memahami konsep tersebut. Akibatnya mereka terjebak dalam paradigma bahwa belajar adalah menghafal. Ketika menghafal maka akan sulit menjelaskan ide, konsep, ataupun suatu materi dengan bahasa sendiri. Selain itu, ketika hanya mengandalkan hafalan,
Pinta Uly Simatupang: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 3
sangat sulit untuk mengaplikasikan ide atau ilmu dalam kehidupan sehari-hari, namun ketika sudah paham maka mengaplikasikan ide ataupun ilmu tersebut bisa dilakukan dengan sangat mudah. Kesimpulannya, ketika menghafal belum tentu memahami, namun ketika memahami sangat mudah untuk menghafal. Namun,selama ini guru menerapkan pemberian tugas yang diberikan tersebut belum terencana dengan baik dan tidak disertai mempertanggungjawaban tugas serta dalam menyelesaikan soal-soal latihan atau masalah matematika yang diberikan oleh guru, siswa juga masih jarang diminta untuk mengungkapkan alasannya dan menjelaskan secara lisan atau tertulis mengapa mereka meperoleh jawaban tersebut. Salah satu solusi untuk mencapai kemampuan pemahaman konsep tersebut yaitu dibutuhkan metode pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Salah satunya dengan metode resitasi. Metode resitasi adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar. Tugas dan resitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas peneliti melakukan penelitian dengan judul βPerbedaan Kemampuan Pemahaman Konsep yang Mengikuti Metode Resitasi dan Metode Ekspositori pada Materi Persamaan Garis Lurus Kelas VIII SMPN 11 Kota Jambiβ. METODE PENILITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana perbedaan pembelajaran metode resitasi dan metode ekspositori terhadap kemampuan pemhaman konsep
matematika. Arikunto (2013:234) penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang sesuatu variabel, gejala atau keadaan. Yang umum adalah penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis. Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Posttest-Only Control Design. Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2016/2017 di SMPN 11 Kota Jambi yang beralamat beralamat diJalan HOS. Cokroaminoto Kelurahan Selamat RT. 10 RW.03 No. 26 Kode Pos 36129. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Jambi yang terdaftar pada tahun ajaran 2016/2017 yaitu sebanyak 13 kelas. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil 2 kelas sampel dari 13 kelas populasi di SMPN 11 Kota Jambi. Berdasarkan hasil analisis tahap awal diperoleh data yang menunjukkan bahwa populasi dalam penelitian 10 kelas berdistribusi normal dan 3 kelas tidak berdistribusi normal, mempunyai varians yang homogen. Kemudian diambil secara acak, kelas pertama yang terambil VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas kedua yang terambil VIII G sebagai kelas kontrol. Instrumen dalam penelitian ini berupa tes kemampuan pemahaman konsep matematika dan lembar observasi. Pada penelitian ini, tes yang digunakan berbentuk tes uraian. Sebelum tes diujikan, soal tes diuji coba terlebih dahulu kemudian dilakukan analisis item soal tes. Analisis ini digunakan untuk mengetahui validitas, daya pembeda, tingkat kesukaran dan reliabilitas soal tes. Soal posttest digunakan untuk melihat kemampuan akhir siswa setelah mendapatkan pembelajaran dengan
Pinta Uly Simatupang: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 4
perlakuan metode pembelajaran. Selanjutnya perhitungan rata-rata post-test pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dianalisis dengan metode statistik untuk dilakukan pengujian hi-potesis. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas menggunakan uji Liliefors dan uji homogenitas menggunakan Uji F. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji-t. Hipotesis dalam penelitian ini adalah: π»0 :π1 1= π2 π»1 :π1 β π2 Keterangan: π»0 :Tidak terdapat perbedaan rata-rata skor posttest kemampuan pemahaman konsep Matematika siswa materi persamaan garis lurus antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. π»1 : Terdapat perbedaan rata-rata skor posttest kemampuan pemahaman konsep matematika siswa materi persamaan garis lurus antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Jambi semester ganjil tahun ajaran 2016 /2017 yang terdiri dari 13 kelas.Setelah diketahui populasi berdistribusi normal, variansinya homogen dan memiliki kemampuan matematika yang sama pada taraf kepercayaan 95% dan langkah selanjutnya adalah menentukan kelas sampel. Kelas sampel tersebut terdiri atas kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini dilakukan dengan tekhnik kombinasi dari 10 kelas disusun menjadi 45 pasang sampel. Dari pengambilan secara acak sampel tersebut diperoleh satu kelompok sampel yaitu (VIII A, VIII G) pengambilan secara acak. Dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas ini peneliti membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen.
Pada akhir penelitian, untuk mengetahui rata-rata pemahaman konsep matematika siswa maka masing-masing kelas sampel di beri tes akhir (posttest). Soal-soal yang peneliti gunakan pada post-test ini sebelumnya di uji cobakan di luar kelas sampel yaitu kelas VIII B. Dari hasil analisis validitas, indeks kesukaran, daya beda dan reabilitas didapat soal-soal uji coba post-test yang digunakan sebagai soal post-test yaitu soal nomor 1,2,3 dan 4 yang pada soal post-test tetap menggunakan nomor 3-4. Dari perhitungan hasil post-test siswa diperoleh data sebagai berikut: Tabel 1. Analisa Data Post-Test Statistika Kelas Kelas Eksperimen Kontrol 36 36 π 76,06 67,00 xΜ
12,84 11,23 π 2 164,87 126,06 π
UjiNormalitas dengan Menggunakan Uji Liliefors Tabel 2. Uji Normalitas dengan Menggunakan Uji Liliefors Kel Juml Lo Lt Keter as ah anga peser n ta Eks 36 0,09 0,15 Norm peri al men Kon 36 0,11 0,15 Norm trol al
Berdasarkan Uji Liliefors diperoleh hasil bahwa Lo < Ltabel Berdasarkan tabel 3. maka disimpulkan bahwa kedua kelas sampel berdistribusi normal. Uji Homogenitas dengan Menggunakan Uji Barlett Uji statistik yang digunakan dalam melakukan uji homogenitas variansi adalah uji F. Diperoleh Fhitung = 1,31
Pinta Uly Simatupang: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 5
dan Ftabel =1,69. Dapat terlihat bahwa Fhitung
π‘π‘ππππ pada keseluruhan indikator. Diketahui bahwa indikator yang memiliki ratarata yang berbeda secara signifikan adalah kemampuan menduga. Hal ini terjadi karena kemampuan siswa untuk menjawab soal ini perbedaan dari proses belajar yang telah didapatkan. Karena π‘βππ‘π’ππ >π‘π‘ππππ maka dapat disimpulkan bahwa π»0 ditolak pada taraf kepercayaan 95%, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata hasil post-test kemampuan pemahaman konsep matematika siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Sehingga perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen mengalami perbedaan. Pembahasan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pembelajar-
an metode resitasi dalam pembelajaran persamaan garis lurus terhadap kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dengan populasi siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Jambi dan bagaimana perbedaannya. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 pertemuan dengan materi persamaan garis lurus. Setelah pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka di akhir penelitian kedua kelas tersebut diberikan tes akhir (post-test) Berdasarkan hasil analisis data diperoleh rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen sebesar 76,06 dengan nilai terendah 38, nilai tertinggi 93 dan simpangan baku 12,84. Sedangkan pada kelas kontrol diperoleh rata-rata sebesar 67,00 dengan nilai terendah 48, nilai tertinggi 88 dan simpangan baku 11,23. Dari data terlihat bahwa ratarata nilai posttest pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol, begitu juga untuk nilai terendah dan nilai tertingginya. Uji hipotesis terhadap rata-rata skor posttest kemampuan pemahaman matematika siswa antara yang menerapkan metode resitasi dengan yang menggunakan metode ekspositori digunakan uji kesamaan dua rata-rata dua pihak menggunakan uji t. Dengan kriteria pengujian adalah terima Ho jika βπ‘π‘ππππ < π‘βππ‘π’ππ < + π‘π‘ππππ pada taraf nyata 95% (Ξ± = 0,05) dan derajat kebebasan(π1 + π2 β 2).Diperoleh nilaiπ‘βππ‘π’ππ = 2,44dan π‘π‘ππππ = 1,667. Karena π‘βππ‘π’ππ berada di luar daerah penerimaan Ho sehingga H0 di tolak dan H1 diterima.Hal ini berarti rata-rata hasil tes pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan melalui pembelajaran menggunakan metode resitasi memiliki perbedaan dengan rata-rata hasil tes pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan metode ekspositori. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukestiyarno (2014: 201) yakni apa-
Pinta Uly Simatupang: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 6
bila kelompok rataan eksperimen lebih tinggi daripada rataan kelompok kontrol, maka dengan diberi perlakuan pada kelompok eksperimen memberi perbedaan yang cukup berarti. Untuk mendeskripsikan perbedaan pemahaman konsep matematika yang mengikuti metode resitasi dan metode ekspositori pada materi persamaan garis lurus digunakan lembar observasi. Berdasarkan perhitungan hasil lembar observasi tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dikedua kelas sampel memiliki nilai aktivitas yang sangat baik. Hal ini berarti guru sudah menjalankan proses pembelajaran dengan optimal baik pada penerapan model pembelajaran metode resitasi maupun pada penerapan metode ekspositori. Menurut Hadi (Agusmawan, dkk, 2013:6) kriteria taraf keberhasilan tinda-kan ditentukan apabila analisis lembar observasi aktivitas guru berada pada kategori baik dan sangat baik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam menerapkan pembelajaran. Aktivitas pada siswapun berlansung sangat baik, termasuk aktivitas pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen yang diberi pembelajaran dengan metode resitasi. Diketahui bahwa nilai aktivitas siswa disetiap pertemuannya ditinjau dari aspek yang diamati, semua siswa dapat menjalankan dengan ba-ik. Pada setiap metode resitasi maupun metode ekspositori memperoleh nilai aktivitas yang baik, artinya siswa sudah secara berusaha maksimal menjalankan proses pembelajaran di kedua kelas sampel. Menurut Hadi (Agusmawan, dkk, 2013:6) kriteria taraf keberhasilan tindakan ditentukan apabila analisis lembar observasi aktivitas siswa berada pada kategori baik dan sangat baik. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa siswa telah berhasil dalam menjalankan pembelajaran yang diterapkan oleh guru. Selain itu berdasarkan nilai postest diketahui bahwa setiap indikator kemampuan pemahaman konsep matematika dikelas eksperimen selalu lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini sesuai dengan pendapat Sukestiyarno (2014: 201) yakni apabila kelompok rataan eksperimen lebih tinggi daripada rataan kelompok kontrol, maka dengan diberi perlakuan pada kelompok eksperimen memberi perbedaan yang cukup berarti. Karena berdasarkan uji t diketahui bahwa kedua kelas sampel memiliki rata-rata skor posttest yang berbeda, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode resitasi terdapat perbedaan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII SMPN 11 Kota Jambi. PENUTUP KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pengujian hipotesis, maka dapat disimpulkan bahwa: Setelah pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen menggunakan metode resitasi dan kelas kontrolmenggunakan pembelajaranmeto-de ekspositori. Pada kelas eksperimen yang menggunakan metode resitasiyang berjumlah 36 siswa didapatkan hasil tes kemampuan pemahaman konsep matematikadengan nilai rata-rata 76,06 dengan nilai terendah 52, tertinggi 93 dan simpangan baku 12,84. Sedangkan di kelas kontrol diperoleh rata-rata sebesar 67,00 dengan nilai terendah 48, tertinggi 88 dan simpangan baku 11,23. Untuk melihat kesamaan dua rata-rata tes kemampuan pemahaman konsep matematika siswa antara mengikuti metode resitasi dan metode ekspositori sehingga digunakan kriteria pengujian adalah terima π»0 jika thitung οΎ ttabel yaitu 2,44 οΎ 1,667
Pinta Uly Simatupang: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 7
sehingga H0 di tolak. Selain itu hasil nilai tes kemampuan pemahaman konsep matematika siswa dengan menggunakan metode resitasi menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 80% siswa yang memperoleh jawaban ο³ 65 sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok kelas eksperimen dan kontrol telah mampu memahami konsep dan ratarata kelas eksperimen selalu lebih tinggi dari rata-rata di kelas kontrol hal ini mengungkapkan bahwa mengikuti metode resitasi dapat memiliki perbedaan pemahaman konsep matematika siswa. Penerapan pembelajaran metode resitasi yang dilaksanakan oleh guru dan siswa di kelas eksperimen ataupun kelas control memiliki nilai aktivitas yang baik.
SARAN Setelah melakukan penelitian, analisis data, dan pembahasan. Penulis mengemukakan beberapa saran, antara lain: 1. Bagi guru mata pelajaran matematika disarankan untuk mencoba menerapkan pembelajaran metode resitasi sebagai salah satu alternative dalam pembelajaran matematika khusus nya pada materi persamaan garis lurus. 2. Bagi peneliti selanjutnya, disarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan cakupan materi yang lebih luas.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Ompusunggu, Vera Dewi Kartini.2014. βPeningkatan Kemampuan Pemahaman Matematika dan Sikap Positif terhadap Matematika Siswa SMP Nasrani 2 Medan Melalui Pendekatan Problem Posingβ. Jurnal Saintech, Vol. 06. No. 04: 94-97 Setiadi,dkk. 2012. Kemampuan matematika siswa SMP Indonesia. Jakarta: badan penelitian dan pengembangan kementerian pendidikan dan kebudayaan. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D ). ALFABETA: Bandung. Sukestiyarno. 2014. Statistika Dasar. Yogyakarta: Andi Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran SMP/MTs Untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: PPPPTK Matematika Yuanari, Novita. 2011. Penerapan Strategi TTW (Think-TalkWrite) sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Disposisi Matematis Siswa Kelas VIII SMP N 5 Wates Kulonprogo Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta
DAFTAR PUSTAKA Agusmawan,dkk. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran Pkn dengan Menggunakan Peta Konsep di Kelas IV SDN 1 Bale. Jurnal kreatif Tadulako Online. Vol 6 No.9
Pinta Uly Simatupang: Mahasiswa FKIP Universitas Jambi
Page 8