ARSITEKTUR DAN SOSIAL BUDAYA SUMATERA UTARA Penulis: Julaihi Wahid Bhakti Alamsyah Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta 55283 Telp. : 0274-889836; 0274-889398 Fax. : 0274-889057 E-mail :
[email protected]
Wahid, Julaihi; Alamsyah, Bhakti ARSITEKTUR DAN SOAIAL BUDAYA SUATERA UTARA/Julaihi Wahid; Bhakti Alamsyah - Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013 viii + 198 hlm, 1 Jil.: 26 cm. ISBN:
978-979-756-933-4
1. Arsitektur
2. Sosial
3. Budaya
I. Judul
KATA PENGANTAR
M
ata kuliah Sejarah dan Teori Arsitektur adalah merupakan mata kuliah yang diajarkan kepada mahasiswa Jurusan Teknik Arsitektur, termasuk dalam kategori disiplin ilmu yang spesifik didalam kelompok ilmu Teori dan Kritik Arsitektur
Mata kuliah ini adalah sebagai dasar pemahaman dan pembuka wawasan mahasiswa dalam mengembangkan kemampuannya dalam merancang, bahwa banyak sekali aliran-aliran, gaya-gaya, bentuk-bentuk arsitektur yang terdapat di dunia yang muncul dengan latar belakang yang berbeda. Sehingga dengan mata kuliah ini diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas mahasiswa dalam mengembangkan perancangan terutama dalam mata kuliah Perancangan Arsitektur. Dengan menjadikan materi yang ada di dalam mata kuliah Sejarah dan Teori Arsitektur ini sebagai pembanding yang dapat menghindari mahasiswa menjadi plagiator, ataupun utopia terhadap aliran-aliran, gayagaya, bentuk-bentuk arsitektur yang mengagumkan. Buku-buku yang tersedia saat ini lebih banyak buku produk luar negeri atau sedikit hasil terjemahan langsung yang berkaitan dengan mata kuliah ini. Hal ini dirasakan sangat kurang untuk menciptakan pemahaman perancangan mahasiswa karena buku-buku produk luar negeri dan terjemahannya sudah disusun sedemikian rupa sesuai dengan pemahaman dan budaya bangsa luar, jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan lokal. Sehingga dapat menciptakan utopia-utopia salah arah yang dapat menghilangkan identitas lokal Indonesia pada umumnya dan Sumatera Utara pada khususnya. Walaupun demikian, buku ini harus tetap ada karena informasi aliran-aliran, gaya-gaya, bentuk-bentuk arsitektur yang terdapat didalam buku tersebut telah mempengaruhi sejarah perjalanan Arsitektur Indonesia, terutama pengaruh yang ditimbulkan oleh Arsitektur Tradisional yang ada di Indonesia.
vi
Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara
Untuk selanjutnya kami akan berusaha untuk melengkapi yang lainnya dan saya mengharapkan masukan maupun kritik dari pembaca yang dapat kami jadikan bahan demi kesempurnaan buku ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI
v vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang Batasan Inventarisasi Arsitektur dan Sosial Budaya Maksud dan Tujuan Ruang Lingkup Studi Rumusan Masalah Metode Inventarisasi Metode Pelaksanaan Inventarisasi Penyusunan Rancangan Inventarisasi Manusia dan Budaya
1 3 3 4 4 5 5 7 9
BAB 2
SEKILAS TENTANG KEBUDAYAAN DI SUMATERA UTARA
9
Karakteristik Geografis Provinsi Sumatera Utara Keadaan Umum Topografi Hidrologi dan Kelautan Iklim Jenis Tanah dan Tata Guna Lahan Karakteristik Kependudukan; Jumlah dan Pola Sebaran Penduduk Komposisi Penduduk Pola Pergerakan Penduduk
11 13 13 14 14 14 15 15
viii
Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara
Pertumbuhan Penduduk Sosial dan Budaya Sumatera Utara
15 15
BAB 3
JELAJAH IDENTIFIKASI ARSITEKTUR DI SUMATERA UTARA
17
Arsitektur Melayu Arsitektur Karo Arsitektur Batak Toba Arsitektur Mandailing Arsitektur Simalungun Arsitektur Pak-pak Dairi Arsitektur Nias
17 33 62 103 132 150 158
PENUTUP
189
DAFTAR PUSTAKA
193
TENTANG PENULIS
197 -oo0oo-
BAB 1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
I
ndonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa dengan kebudayaan yang beraneka ragam, sejalan dengan itu, bangunan-bangunan terutama rumah adat yang bersifat tradisional sangat beraneka ragam pula, mulai dari bentuk yang sederhana hingga yang berbentuk unik, baik berdiri sendiri maupun yang berkelompok, masing-masing mempunyai ciri khas tersendiri. Dalam arsitektur tradisional, tercermin kepribadian masyarakat tradisional, artinya bahwa arsitektur tradisional tersebut terpadu dalam wujud ideal, sosial, material dan kebudayaan. Di Sumatera Utara terdapat beberapa bentuk arsitektur tradisional diantaranya: Batak Toba, Batak Karo, Pak-pak Dairi, Batak Simalungun, Mandailing, Melayu dan Nias. Satu dengan lainnya terdapat perbedaan, hal ini di sebabkan oleh pengaruh lingkungan kebudayaan dan pola kehidupan masyarakat masing-ma sing daerah. Sejalan dengan pelestarian adat istiadat dan kebudayaan suatu daerah, maka bersamaan dengan kegiatan tersebut, pelestarian dan perawatan juga dilakukan terhadap bangunan-bangunan tradisionalnya terutama rumah-rumah adatnya. Menyadari bahwa sisa-sisa arsitektur tradisional dikhawatirkan akan mengalami kepunahan maka perlu dilakukan suatu pendataan atau inventarisasi untuk dapat membuat suatu rekaman dari bangunan-bangunan sekaligus melakukan usaha pelestari an dan perawatan terhadap bangunan-bangunan tradisional tersebut. Arsitektur tradisional adalah merupakan cerminan sosial dan kehidupan masyarakat suatu daerah. Arsitektur tradisional disini juga meliputi arsitektur yang tumbuh dari masyarakat suatu komunitas tertentu. Selanjutnya tentu saja nilai sosial dan kehidupan masyarakat akan sangat ditekankan sebagai kajian yang mendasar. Hal ini merupakan gambaran bagaimana karya arsitektur sebagai produk budaya erat sekali dengan keadaan (pola) kehidupan sosialnya.
2
Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara
Michael Foster (1989), berpendapat bahwa arsitektur suatu komunitas masyarakat lebih merupakan cerminan kehidupan bersamanya berkaitan pada tempat dan waktu tertentu, bila dibandingkan dengan hasil yang berupa bentuknya.1 Alasan kuat Michael Foster mengemukakan hal ini terlihat dari pendapatnya kemudian yaitu bahwa setiap disain merupakan usaha yang keras dalam menghasilkan bentuk (bangunan) dengan memperhatikan konteks lingkungan dimana bentuk tersebut hadir. Konteks (lingkungan) ini akan diserap oleh arsitek (penggubah/perencana) dengan pengalaman dan ide-ide yang dikemukakannya.2 Pada saat ini arsitektur telah berkembang dengan pesatnya, sehingga perlu kiranya kita melihat kembali kejadian yang telah tercapai/ terbentuk tersebut. Dalam kondisi semacam ini ada pemikiran untuk melihat kembali arsitektur dari suatu aspek yang mempunyai kontribusi pada pembentukan arsitektur itu sendiri. Ditinjau dalam sebuah konteks yang utuh, bentukan arsitektural tidak ditentukan oleh satu aspek saja, akan tetapi ditentukan oleh banyak aspek. Hal ini seperti yang diungkapkan Rapoport (1969), bahwa bentukan arsitektur khususnya hunian tidak ditentukan oleh satu aspek saja, namun baik aspek phisik lingkungan maupun aspek sosio-kultural sebagai faktor utama dalam pengembangan bentuk arsitektural. Sedangkan menurut Steadman (1979) kondisi spesifik dari lingkungan, baik geografi maupun iklim, akan merupakan salah satu pembentuk bentukan yang spesifik pula pada bangunan, dan ini biasanya teramati dengan mudah pada bangunan vernakular/tradisional konteks yang ada sangat sederhana, sehingga intervensi manusia akan terlihat langsung pada bentuk. Proses mencoba dan salah (trial and error) merupakan bentuk intervensi manusia dalam jangka waktu cukup panjang, oleh karena itu sering di dalam perkembangannya terjadi interaksi yang berkelanjutan antara rancangan yang tumbuh (growing design) dan lingkungannya (Santosa, 1997). Arsitektur vernakular/tradisional merupakan suatu bentukan arsitektur yang mempunyai adaptasi alamiah pada lingkungan natural, sehingga arsitektur vernakular/tradisional mempunyai tingkat keharmonisan yang tinggi dengan lingkungannya. Kebudayaan-kebudayaan yang ada di daerah Sumatera Utara merupakan salah satu gugus kebudayaan yang ada di Indonesia sangat berpotensi untuk diamati. Pengaruh kebudayaan terhadap terbentuknya suatu karya Arsitektur mengakibat beragamnya bentuk-bentuk karya arsitektur dalam wujud bangunan yang menyebar mulai dari perbatasan Nanggroe Aceh Darussalam hingga perbatasan Sumatera Barat banyak memiliki berbagai keunikan dari berbagai bentuk mulai dari rumah tinggal hingga beberapa bangunan pelengkapnya. Selain itu ada satu beberapa keunikan bahwa ada satu daerah di Sumatera Utara yang terpisah dari daerah lain yaitu daerah Nias yang mempunyai budaya yang lain dibandingkan kebudayaan yang ada pada daerah lain di Sumatera Utara dan sekitarnya misalnya Batak, Mandailing, Karo, Minangkabau dan Mentawai. Namun seluruh daerah atau kebudayaan yang ada di Sumatera Utara merupakan suatu warisan peninggalan sejarah, budaya bangsa
1. 2.
Michael Foster, “The Principles of Architeture”, hal 8 Michael Foster : hal 9