Edisi. 5 / April 2016
Diterbitkan oleh KOMINFO SP NIBA BCA
O R I G A M I
lelah; dan tanpa disadari kertas itu sendiri dalam proses untuk jadi lecek atau sumbing, lembab atau menguning. Pada sebuah Origami, mengandung dan mengundang perubahan. Berbeda dengan Kirigami, ia dilipat tanpa direkat ketat dengan lem atau dijahit mati. Ia bernilai karena ia sebuah transformasi dari bahan tipis dan rata jadi sebuah bentuk yang kita bayangkan sebagai, misalnya, burung undan. Dan pada saat yang sama, ia mudah diurai kembali. Begitu juga penulisan sejarah: ia
bernilai karena ia mengandung pengakuan, masa lalu sebenarnya tak bisa diberi bentuk yang sudah dilipat mati. Berbicara sejarah, setiap tahun kita pasti akan selalu teringat ini tiap 17 Agustus. Hari itu telah jadi sebuah institusi. Kita memberinya nama dan merayakannya dalam sebuah lagu ―Tujuh belas Agustus tahun
G
oenawan Muhammad, dalam salah satu kolom ―Catatan Pinggir‖ Majalah Tempo pernah menulis bahwasanya seorang penulis sejarah yang baik tahu bahwa ia seorang penggubah origami. Ia membangun sesuatu, sebuah struktur, dari bahan-bahan yang gampang melayang. Sebab bahan penyusunan sejarah sesungguhnya bagaikan kertas yang bernama : ingatan.
empat lima, itulah hari kemerdekaan kita……….‖. Ada yang menjadikannya indikator sebuah revolusi dengan ―R‖ untuk membedakan dengan sebuah evolusi dan berbicara tentang ―Revolusi Agustus‖. Di sekitarnya disusun ritual: tiap pukul 09.00 WIB, teks Proklamasi dengan tulisan tangan Bung Karno yang bergegas itu dibacakan kembali. Momen tahunan ini dijaga seakanakan patung pualam yang tak boleh lekang dan lapuk.
Sepotong Ingatan memang tak pernah solid dan stabil; ingatan dengan mudah melayang tinggi tertiup angin. Seperti selembar kertas, ketika ia menampakkan diri di depan kita, sebenarnya dalam proses berubah. Kita yang menemukannya juga berubah: dengan kepala yang tak lagi pusing atau menatapnya dengan mata yang tak lagi
Manusia memerlukan itu: patung, ritual, dan upacara. Tapi itu juga yang membuat kita memandang masa lalu sebagai 1
Edisi. 5 / April 2016
Diterbitkan oleh KOMINFO SP NIBA BCA
Indonesia, ke hari-hari mendatang…….. Setelah berabad-abad menunggu, tiba-tiba datang satu saat ketika tembok tinggi dan tebal bernama kolonialisme jebol dan orang Indonesia bisa berkata bahwa dirinya ―merdeka‖. Sejarah, di balik origami yang rapi itu, tak semuanya rapi. Ia punya elemen yang disebut Bung Karno ―menjebol‖. Kata itu menunjukkan sebuah aksi; bukan ―penjebolan‖, bukan ―jebolan‖, bukan pula sebuah kesimpulan, atau hasil ataupun keadaan. Menjebol menyiratkan sebuah keyakinan yang ada dalam proses. Tapi ia justru bermula seakan-akan mematahkan waktu di tengah.
Sebuah bentuk yang disederhanakan dan diperindah—seperti origami. Di balik 17 Agustus sebagai sebuah ingatan yang dilembagakan, ada keadaan dan kerja yang tak terhitung ragamnya: para pemuda yang dengan semangat berapi-api dan jantung berdebar mendesak Bung Karno dan Bung Hatta untuk berani tak patuh kepada penguasa Jepang; Bung Karno dan Bung Hatta yang dengan sabar tapi cemas mengikuti desakan itu—dan kemudian menyusun teks yang di sana-sini dicoret itu; sejumlah orang yang tak disebut namanya yang mengawal kedua pemimpin itu kembali dari Rengasdengklok orang-orang yang menyiapkan bendera merah putih, pengeras suara, rekaman, upacara sederhana, dan berdoa…. Kerja (dan acapkali lengkap dengan kesalahan dan kebetulan) dalam ragam yang tak habis-habisnya itu bahkan belum bisa membuat suara Bung Karno jadi sebuah gaung yang tak mati-mati, ke seluruh
Ia, jika kita pakai pandangan Alain Badiou seorang Filosof Prancis, adalah sebuah ―kejadian‖: tiap ikatannya dengan dunia yang utuh, dengan situasi yang satu, patah. Kejadian itu seakan-akan dipahat dalam kehidupan kita yang sehari-hari dan ―lepas ke bintang-bintang‖. Di sini, saya ingin berhati-hati dengan hiperbol. Kata ―bintang-bintang‖ bisa terasa terlampau melambung, tak bersentuhan dengan bumi. Salah satu kelemahan Badiou ialah memberi kesan bahwa dalam politik, kata ―kejadian‖ yang dalam bahasa Prancis disebut l‖événement, begitu luar biasa sehingga harus ada orang-orang militan yang lahir sebagai subyek dalam Kebenaran. Sementara itu kita tahu, 17 Agustus bukanlah sesuatu yang secara Ontologism
2
Edisi. 5 / April 2016
Diterbitkan oleh KOMINFO SP NIBA BCA
Itu sebabnya, ―merdeka‖ adalah proses. Dalam bahasa Indonesia, kata sifat kadang-kadang bisa juga berfungsi menjadi kata kerja: daun adalah hijau dan itu juga berarti daun menghijau. Maka ―Indonesia merdeka‖ dapat berarti ―Indonesia adalah merdeka‖, tapi juga bisa berarti ―Indonesia menjalankan kemerdekaan‖. Seperti ―menjebol‖, kata kerja itu masih berlangsung. Pernah ada lelucon pahit. Seseorang yang setelah 17 Agustus 1945 nasibnya tak jadi lebih baik, bahkan memburuk, bertanya: ―Kapan merdeka selesai?‖ Jika kita lihat ―merdeka‖ adalah sebuah laku, pertanyaan itu tak akan ada. Sebab laku itu—yang berlangsung dalam sejarah sebagai proses— tak punya titik yang tetap di depan untuk dituju. Titik itu, untuk jeda, harus tiap kali diputuskan kembali.
(cabang filsafat yang mempelajari realita) terpisah dari situasi waktu itu. Sama salahnya dengan menganggap Peristiwa 30 September sebagai bukti ―kesaktian‖ Pancasila, kita akan keliru bila menganggap detik ketika Proklamasi itu dimaklumkan adalah sebuah momen yang muncul bagaikan mukjizat.
Kita memang bisa menyebutnya sebagai ―Revolusi‖. Tapi tiap ingatan tentang revolusi selalu terdiri atas bagian yang sudah melayang terbang, atau melapuk—seperti kertas.
Tentang SP NIBA BCA agaimana dengan SP NIBA BCA ? ada sebuah ungkapan dalam bahasa latin yang barangkali sangat pas dengan kondisi SP NIBA BCA, ungkapan bahasa latin itu berbunyi ―verba vollant scripta manen‖ atau kalau diterjemahkan secara bebas bisa diartikan sebagai ―apa yang tertulis bersifat abadi, sedangkan yang tidak, akan musnah seperti debu tertiup angin‖
B
Bersamaan dengan itu, kata ―revolusi‖ membawa imaji melodramatik, pertentangan penuh gairah dan gundah, yang sering mengharukan tapi juga melenceng. Monumen yang banyak dibangun di Indonesia-prajurit bersenjata, pemuda membawa bambu runcing membayangkan kekerasan sebagai bagian esensial dalam ―Revolusi‖ itu, meskipun di bulan Agustus 1945 itu tak ada satu pertempuran apa pun. Yang sering dilupakan, bahkan sebuah revolusi yang eksplosif datang dari perubahan-perubahan yang tidak heboh: politik mikro. Tak semuanya menarik, ganjil, atau mesti heroik.
Mari kita coba merefleksikan diri kita sebagai penulis sebuah sejarah dalam buku agenda masing-masing, dengan melakukan penelitian singkat atas fakta sejarah ala Indiana Jones atas perjalanan serikat pekerja yang kita cintai ini.
3
Edisi. 5 / April 2016
Diterbitkan oleh KOMINFO SP NIBA BCA
Tanggal 31 Maret 2015, SP NIBA BCA ditasbihkan kehadirannya sesuai dengan surat Suku Dinas Tenaga Kerja Dan Transmisgrasi Jakarta Selatan lewat surat No. 1143/-838 tentang Pencatatan dan Pemberian No. Bukti Pencatatan Serikat Pekerja/Serikat Buruh, artinya
terkadang di akar rumput menguras emosi yang berlebihan untuk dipaksakan mengais
secara de facto maupun de jure SP NIBA
Sebagai sebuah tim yang soliditasnya dan kinerjanya tidak diragukan lagi dan didukung oleh orang-orang yang komitmen, kompetensi dan kapabilitas nya sudah teruji, tidak menunggu lama kurang dari setahun, SP NIBA BCA mampu menunjukkan jati dirinya sebagai kekuatan baru atau lebih tepat saat ini sebagai kekuatan penyeimbang dari status quo. Dalam verifikasi keanggotaan Serikat Pekerja yang diadakan di Hotel IBIS Cawang Jakarta, pada tanggal 28 Januari – 11 Pebruari 2016, seperti kita ketahui bersama hasil verifikasi adalah sbb:
batu akik dan membuang mutiara. Inilah fase untuk memilih dan memilah dan kelak hukum alam akan membuktikan kebenarannya tanpa perlu disanggah karena kehakikiannya tidak relatif.
BCA lahir dari proses
Transformasi dan Kanalisasi seperti proses pemisahan antara minyak dan air. Inilah fase yang paling menguras banyak hal tentang romantisme masa lampau versus profesionalisme masa depan, tentang buruk atau baik, tentang sentimen group atau gambar besar bahkan
No. NAMA SERIKAT PEKERJA 1 KOMNAS SP NIBA BCA 2 PUK SP NIBA VETERAN 3 F SP NA 4 SP PRODUKTIVA 5 SP BERSATU 6 SP SOLADARITAS 7 PUK SP NIBA TANJUNG PRIOK 8 PUK SP NIBA KELAPA GADING 9 SP NIBA BCA PEKERJA BCA NON ANGGOTA SP TOTAL JUMLAH PEKERJA BCA PER 01,01,2016
P
JUMLAH ANGGOTA 13.496 98 454 62 1.236 51 19 11 2.419 4.671 22.517
PROSENTASE (%) 59,94% 0,44% 2,02% 0,28% 5,49% 0,23% 0,08% 0,05% 10,74% 20,74% 100%
erkembangan berikutnya justru membuat Perundingan PKB terkesan jalan ditempat bahkan mengalami titik stagnasi, dan seperti biasa yang dianggap penyebabnya ―selalu bisa ditebak‖ adalah dialamatkan ke SP NIBA BCA kita tercinta, mulai dari sekedar rasan-rasan ala anggota DPR Jalanan, meningkat kearah penggunaan medsos, pem-buly-an di email hingga aksi-aksi di cabang dengan berkedok nonton bareng plus sekedar makan nasi bungkus, yang isinya adalah film dokumenter penuh rekayasa (karena sudah diedit disana sini untuk menghilangkan peranan tokoh-tokoh tertentu alias pembelokan informasi serta pembelokan sejarah), hingga penyampaian fitnah kotor via you tube, serta acara Komcab yang digelar panggung ke panggung.
4
Edisi. 5 / April 2016
Diterbitkan oleh KOMINFO SP NIBA BCA
6
untuk kalangan sendiri No. 229/-1.83, dari Suku Dinas Ketenagakerjaan Jakarta Selatan). 3. Sesuai amanat Undang Undang 21 Tahun 2000 Pasal 19, dinyatakan bahwa Nama dan Lambang serikat pekerja TIDAK BOLEH SAMA dengan Nama dan Lambang serikat pekerja yang telah tercatat lebih dahulu. Nah gugatan SP NIBA BCA ke PTUN adalah untuk membuktikan bahwa perubahan nama KOMNAS SP NIBA BCA menjadi SP NIBA BCA melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik atau tidak, melanggar peraturan perundangundangan atau tidak, oleh karena itu yang digugat SP NIBA BCA adalah pihak yang mengeluarkan surat perubahan nama KOMNAS SP NIBA BCA menjadi SP NIBA BCA yaitu Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Administrasi Jakarta Selatan. Putusan PTUN hanya ada dua yaitu mengabulkan gugatan atau menolak gugatan. Konsekuensi pertama adalah nama KOMNAS SP NIBA BCA tetap atau tidak berubah, sedangkan konsekuensi kedua berarti sepanjang lambang berbeda maka SP NIBA BCA dapat dibuat lebih banyak lagi yang penting lambang berbeda (ini yang paling membahayakan demokrasi). Gugatan PTUN ini kelak akan membawa cakrawala baru di dalam hubungan industrial khususnya bagi regulator untuk lebih hatihati mengeluarkan kebijakan. Sesuai schedule seharusnya awal Mei 2016 sudah keluar putusan PTUN,
Agar tidak penasaran mari kita bedah bersama akan galib-nya kondisi perundingan PKB VIII yang seolah-olah masih susah ditemui di awang-awang sekalipun, apakah benar SP NIBA BCA adalah aktor intelektual sebagaimana yang dihembuskan kelompok status quo. Sebelumnya marilah kita pahami konteks gugatan SP NIBA BCA ke PTUN. Adapun point tentang mengapa perlu dibaca dan sicermati adalah point-point sbb : 1. Pada tgl. 31 Maret 2015, SP NIBA BCA mendapat pengesahan dari Suku Dinas Ketenagakerjaan Jakarta Selatan berupa Surat No. 1142/-1.838 dengan mengendors nama SP NIBA BCA. Nama SP NIBA BCA memang belum pernah dicatatkan sebelumnya berdasarkan data verifikasi sebelumnya dan yang telah tercatat dengan label ―NIBA‖ antara lain PUK SP NIBA BCA beberapa cabang dan KOMNAS SP NIBA BCA. 2. Pada tgl. 27 Januari 2016 (sehari menjelang verifikasi) terbit surat perubahan nama organisasi serikat pekerja KOMNAS SP NIBA BCA dari Suku Dinas Ketenagakerjaan dan merubah nama dari Komnas SP NIBA BCA menjadi SP NIBA BCA sesuai surat
5
Diterbitkan oleh KOMINFO SP NIBA BCA
Edisi. 5 / April 2016
“namun ditengah jalannya persidangan
sekarang perspektif berubah, sekarang ada 2 (dua) serikat pekerja yang berhak berunding dan kami punya penilaian dan pengalaman bahwa berunding dengan orang sebanyak itu sangat tidak efektif, mereka kebanyakan datang, duduk, diam, bersuara sekedarnya jadi tidak sesuai harapan sebagai wakil pekerja dalam perundingan. Nah kami SP NIBA BCA ingin membuat perspektif baru dalam berunding dengan maksimal 9 orang artinya kita harus memastikan orang-orang terbaik untuk merundingkan PKB yang berkualitas, dan harus diingat bahwa jumlah maksimal 9 (sembilan) orang itu dijamin oleh peraturan perundangan yang berlaku.
KOMNAS SP NIBA BCA mengajukan_diri_sebagai_pihak_ yang berkepentingan_dan_Majelis Hakim memutuskan_ mereka_menjadi_pihak
TERGUGAT_II Intervensi” Jadi intinya mereka hadir di PTUN bukan karena kita gugat, yang kita gugat adalah Kepala Disnakertrans Jaksel. Mereka masuk dalam kancah PTUN atas kemauan dan permohonan mereka sendiri. Oleh karena itu jika ada issue kita menghambat PKB maka relevansi dengan masuknya KOMNAS SP NIBA BCA sebagai pihak dalam gugatan PTUN harusnya mereka bercermin terlebih dahulu bahwa ternyata mereka tidak bisa profesional membagi waktu kemudian menyalahkan orang lain atas ketidakmampuan tersebut. Kalau memang mereka serius berunding PKB maka mereka membagi team untuk focus berunding dan team focus di PTUN (siapa suruh mengajukan diri sebagai pihak tergugat intervensi ?), karena berunding PKB tidak ada hubungan dengan PTUN. Yang menjadi masalah berunding saat ini adalah mengenai jumlah team perunding, dan maaf masalah jumlah team perunding itu tidak ada dalam obyek gugatan PTUN tetapi ini menjadi masalah tersendiri diluar PTUN. Mengapa dulu berunding bisa sampai 35 orang? eh salah, dulu malah lebih kok 35 TPSP + 2 SC jadi 37 orang. Karena dulu hanya 1 serikat pekerja yang berhak berunding jadi mau mengajukan berapapun itu kesepakatan mereka dengan perusahaan, namun
Artinya negara sudah mempertimbangkan jumlah itu sebagai sebuah dasar yang baik bagi perundingan PKB, apalagi PKB ke 8
6
Edisi. 5 / April 2016 Edisi. 5 / April 2016
J
Diterbitkan oleh KOMINFO SP NIBA BCA
PTUN, dalam setiap persidangan selalu hadir para ―mantan pesohor‖ HM Bilal Idris dan Wiem Wattimena entah dalam kapasitas apa? Mengingat HM Bilal Idris dan Wim Watimena, sudah tidak lagi bisa dianggap sebagai anggota KOMNAS SP NIBA BCA, disamping karena berstatus pensiunan juga sudah terdaftar di serikat pekerja lain yaitu IBU (Indonesia Banking Union) dan Federasi Bank Indonesia (FBI), apakah mungkin hadir dan berfungsi sebagai provokator ??? Wallahu Alam bi Sawab, stigma sebagai Provokator bukan tanpa alasan, karena tanggal 12 April 2016 saat dilakukan sidang dengan agenda Duplik dari pihak tergugat (Suku Dinas Ketenagakerjaan), dan Jawaban dari SP KOMNAS NIBA BCA (tergugat intervensi) sekitar 100 orang lebih hadir untuk mengikuti perjalanan sidang PTUN. Setelah sidang selesai terjadi situasi nyaris chaos yang seharusnya tidak perlu terjadi karena sangat memalukan sebagai eksekutif berdasi dengan embel-embel Bankers, karyawan BCA pula. Yang berteriak-teriak liar dan menyebabkan hampir terjadi perkelahian fisik, suasana menjadi mirip demo buruh atau demo sopir taxi Bluebird, beberapa waktu lalu, upaya hukum berupa penyelesaian secara legal di PTUN yang dilakukan oleh SP NIBA BCA, seharusnya di hormati oleh KOMNAS SP NIBA BCA, justru membuat
adi hiruk pikuk yang terjadi mengenai jumlah team perunding ini sebenarnya dapat disimpulkan bahwa
kepentingan calon team perunding yang kuatir tidak jadi berunding kalau jumlahnya hanya 9 orang menjadi kekuatiran seolah-olah PKB akan tidak ada lagi hiruk
pikuk
itu membuktikan bahwa mereka sama sekali tidak membaca Undang Undang. Kalau mereka baca UU tersebut maka tidak akan bicara bahwa PKB akan diganti dengan peraturan perusahaan karena selama masih ada serikat pekerja maka pengusaha tidak boleh merubah PKB menjadi peraturan perusahaan, nah anggota yang tidak tahu dibuat kuatir oleh kepentingan tersebut, itu namanya membohongi rakyatnya sendiri. 4. Jadi PTUN sama sekali tidak ada kaitan dengan perundingan PKB, issue yang berkembang justru terbalik 90° dibanding realitas yang ada, betapa tidak upaya SP NIBA BCA yang mengupayakan penyelesaian secara gentle dalam ranah hukum dengan melakukan legal action di
SP NIBA BCA dituduh menghambat perundingan PKB? Coba pembaca renungkan siapa sebenarnya yang menjadi penghambat PKB?
7
Diterbitkan_oleh_KOMINFO_SP_NIBA_BCA
Edisi. 5 / April 2016
5. Mengapa PKB belum juga dirundingkan ? Jika melihat kronologi awalnya KOMNAS SPNIBA BCA mengirim surat kepada SP NIBA BCA yang berisi ajakan berunding dengan komposisi team mereka 30 dan SP NIBA BCA 5 orang dengan dasar Pasal 120 ayat 1, 2 dan 3 serta putusan MK terkait team perunding PKB. Setelah dipelajari ternyata dasar hukum yang dipergunakan KONNAS SP NIBA BCA khususnya Pasal 120 ayat 1 dan 2 sudah tidak berlaku, sedangkan Pasal 120 ayat 3 itu pasal bersyarat yang tidak bisa diterapkan. Oleh karena itu SP NIBA BCA mengacu pada PERMENAKER RI No. 28 Tahun 2014 mengingat dalam verifikasi juga menggunakan beleid tersebut. Oleh karena itu SP NIBA BCA kemudian menjawab surat KOMNAS mengenai jumlah team perunding agar menggunakan Peraturan Menteri Tenaga Kerja & Transmigrasi No. 28/2014, sebagai dasar hukumnya, dimana dalam Pasal 22 (1) secara jelas dan gamblang disebutkan : (1) Dalam menentukan Tim Perunding pembuatan PKB, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf b, pihak pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh menunjuk tim perunding sesuai kebutuhan dengan ketentuan
banyak
masing-masing
9
(sembilan)
PKB tetapi focus pada kepentingan jumlah team perunding yang mungkin sudah terlanjur dijanjikan. Agar masalah tidak berlarut-larut maka SP NIBA BCA yang berinisiatif meminta anjuran dari Pemerintah dalam hal ini Disnakertrans Jaksel meskipun sebenarnya Permenaker sudah sangat jelas mengatur jumlah maksimal team perunding. Ternyata sebelum pertemuan resmi dengan disnaker KOMNAS sudah bertemu lebih dahulu untuk melakukan penekanan kepada pemerintah agar membuat anjuran jumlah team perunding sesuai kemauan mereka. Sehingga pada tanggal 13 April 2016 hasil klarifikasi para pihak tidak tercapai kesepakatan. Parahnya lagi kehadiran Wim Wattimena di Suku Dinas Ketenagakerjaan, kapasitas dan urgensinya sebagai apa ? dari sini semakin jelas dan gamblang bahwasanya siapa dan pihak mana yang
justru menghambat perundingan, SP NIBA BCA selalu siap kapan saja perundingan dilakukan tetapi justru kubu KOMNAS SP NIBA BCA yang menghambat dan memperkeruh suasana dengan memaksakan kehendaknya. Kita
sudah
terbiasa
menikmati
hidangan mewah dan lezat mulai PKB 1 sampai PKB 7, masakan tersebut selalu
paling orang
hadir dan kita nikmati bersama, tanpa perlu tahu dan memahami bagaimana
dengan kuasa penuh. namun KOMNAS SP NIBA BCA tetap bersikukuh dengan jumlah 30 orang TPSP dengan alasan yang tidak masuk akal, sebenarnya mereka tidak focus pada materi
sebuah
PKB
perundingan.
8
di
proses
di
dapur
Edisi. 5 / April 2016
Diterbitkan oleh KOMINFO SP NIBA BCA
Tidak sesederhana dan tidak semudah yang di bayangkan oleh ribuan pekerja BCA. Kenapa pembuatan sebuah PKB begitu rumit ? Karena setiap pasal demi pasal yang ada di PKB keluar dari akselerasi di meja perundingan yang di dasarkan ratusan aturan yang ada, belum lagi data pendukung dan analisa yang komprehensif dan dari tahun ke tahun PKB demi PKB mengalami banyak perubahan baik dari isi dan cara menuntaskan perundingan PKB itu sendiri. Pada PKB 8 medatang, aturan dasar dan pokok yg merupakan pijakan awal dari sebuah perundingan PKB adalah UU no 13 tahun 2003 dan Permenaker No. 28/2014. Ibarat kata kondisi perundingan PKB 8 sesuai dengan sebuah ungkapan yang cukup populer tempest in the cup (Badai didalam cangkir) adalah adanya perubahan konfigurasi serikat pekerja yang ada di BCA. maka perlu untuk dilakukan penataan ulang untuk memantapkan administrasi dari kedua belah pihak, Porsi pemantapan administrasi tersebut sangat penting dan tidak bisa dihindarkan karena merupakan modal kekuatan legal tersendiri dari tim perunding Serikat pekerja. Modal kekuatan itulah yang sangat penting dan diperlukan bagi kepentingan pekerja nantinya di saat melakukan perundingan dan menyelaraskan usulan pekerja , apalagi kita semua maklum bahwa counter part TPSP dari perwakilan serikat pekerja, yang harus di hadapi adalah perusahaan sekelas BCA, Perusahaan yang telah berumur 59 tahun, yang tentunya sangat berpengalaman menghadapi masalah hubungan industrial.
Jika sekarang KOMNAS SP NIBA BCA membuat pernyataan yang membabi buta dan tanpa alasan, bahwasanya kita menghambat PKB dsb-nya itu adalah semata dari sudut pandang KOMNAS SP NIBA BCA, bisa jadi lebih cenderung kepentingan calon team perunding yang khawaatir tidak terpilih jika hanya diwakili 9 orang, sedangkan SP NIBA BCA berpandangan bahwa lebih baik kita melakukan pembenahan administrasi dulu agar jika sudah masuk dalam perundingan PKB 8 kita tidak terjebak seperti Gajah lumpuh (lame elephant), besar dan namun tidak mampu berbuat apa-apa. Pertanyaan berikutnya seandainya jika tgl 28 Mei 2016 (saat PKB 7 berakhir), kita belum juga berunding maka PKB 8 akan gugur serta merugikan pekerja sehingga perlu ada gerakan SAVE PKB SIAGA 1 (padahal bisa jadi itu hanyalah save team perunding PKB).
Adalah terlalu dini untuk mengatakan statement tersebut, apalagi jika berpijak pada aturan-aturan yang berlaku bagi SP NIBA BCA, ketika sebuah SERIKAT PEKERJA akan melaksanakan perundingan,
9
Edisi. 5 / April 2016
Diterbitkan oleh KOMINFO SP NIBA BCA
“maka_jauh_lebih_penting
karena berunding PKB tidak cukup hanya maju tak gentar (dan slogan itu tidak terbukti dan tidak teruji ketika mau demo aja tidak jadi). Nah gambaran itu juga bisa terjadi jika berunding dengan jumlah besar saat ini, kemudian pakai ilmu ―maju tak gentar‖ lalu rakyat diajak sengsara bersama.
untuk___menyiapkan
usulan perubahan PKB materi____
&_memperkuat_adminstrasi
legal
bagi
sebuah
tim perunding
Serikat
Pekerja”
Hidup SP NIBA, Maju BCA Hidup BCA, Maju SP NIBA (BR, GM, MF, SPD, NHS)
10